Anda di halaman 1dari 13

FENOMENOLOGI EDMUND HUSSERL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Fenomenologi Agama

Dosen Pengampu: Afief Umi Kalsum, M.Ag

Disusun oleh:

Dezha Yansyah Putra (1831020052)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021 H / 1443 H


KATA PENGANTAR

Bismillahiromanirrohim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji syukur saya


panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Fenomenologi Agama yang berjudul Fenomenologi
Edmund Husserl.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana fenomenologi menurut Edmund Husserl.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah fenomenologi agama, Ibu Afief
Umi Kalsum, M.Ag yang telah membimbing sehingga sampai terselesaikannya tugas makalah
ini dengan baik.
Merupakan suatu harapan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk memperbaiki
dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga makalah ini
tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah dan akan diterima dengan
senang hati, Aamiin.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Barakallahu fiikum

Bandar lampung, 20 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH .........................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................2
C. TUJUAN PEMBAHASAN ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. DEFINISI FENOMENOLOGI .................................................................................3


B. FENOMENOLOGI MENURUT PANDANGAN EDMUND HUSSERL ..............4

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................8

A. KESIMPULAN ..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Fenomenologi merupakan suatu pendekatan ilmiah yang bertujuan untuk
menelaah dan mendeskripsikan fenomena sebagaimana fenomena tersebut dialami secara
langsung tanpa adanya proses interpretasi dan asbtraksi. Terdapat banyak ahli
fenomenologi yang memiliki objek dan pemahaman yang berbeda-beda baik secara
filosofi maupun sebagai metode penelitiannya.

Husserl dikenal sebagai bapak fenomenologi dan tokoh sentral fenomenologi,


sebab Husserl yang mengembangkan fenomenologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri dan
lepas dari filsafat. Fenomenologi Husserl menekankan bahwa untuk memahami suatu
fenomena, seseorang haarus menelaah fenomena itu apa adanya. Oleh karena ittu
seseorang harus menyimpan sementara atau mengisolasi asumsi, keyakinan dan
pengetahuan yang telah dimiliki agar mampu melihat fenomena dengan apa adanya atau
yang dikenal dengan istilah proses bracketing.

Sejak diperkenalkannya fenomenologi sampai saat ini banyak tokoh fenomenolog


yang mempunyai interpretasi, objek dan pemahamannya sendiri dalam melihat suatu
fenomena yang akan diteliti. Contohnya Husserl menginginkan fenomenologi sebagai
suatu pendekatan ilmiah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena
semurni mungkin tanpa ada reduksi dari subjek, biarkan objek itu menampakkan jati
dirinya dan tinggal nanti subjek mengambil esensi dari objek tersebut.

Makalah ini diharapkan dpat bermanfaat bagi para pembaca serta menjadi dasar
untuk memahami dan menggali lebih dalam terkait pengetahuan tentang fenomenologi
Edmund Hussserl.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Fenomenologi?
2. Bagaimana fenomenologi menurut pandangan Edmund Husserl?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui definisi dari fenomenologi
2. Untuk mengetahui fenomenologi menurut pandangan Edmund Husserl

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI FENOMENOLOGI
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa yunani yakni “phenomenon” dan
“logos”. Phenomenom yang berarti yang muncul dalam kesadaran manusia sedangkan
logos berarti ilmu. Jadi, fenomenologi merupakan suatu fenomena yang sedang
menampakkan diri atau menggejala.1 Fenomenologi hakikatnya ingin mencapai
pengertian yang benar, yaitu pengertian yang menangkap realitas seperti dikehendaki
oleh realitas itu sendiri.2

Menurut Husserl, fenomenologi merupakan sebuah kajian tentang struktur


kesadaran yang memungkinkan kesadaran-kesadaran itu merujuk kepada objek-objek
diluar dirinya. Dari hal inilah kemudian Husserl memunculkan istilah “reduksi
fenomenologis” bahwa suatu pikiran bisa diarahkan kepada objek-objek yang non eksis
dan riil dan reduksi fenomenologis tidak menganggap bahwa sesuatu itu ada, melainkan
terdapat “pengurangan sebuah keberadaan yang rill dari objek yang dipikirkan.

B. FENOMENOLOGI MENURUT PANDANGAN HUSSERL

Husserl pada awalnya sangat setia dengan psikologi deskriptif Brentano, Kant
merasa bahwa empirisme dan akal itu berbenturan, akal itu menentang indra (yang
tampak). Lalu dalam memahami sesuatu, menurut Hegel dan Kant yakni ternyata indra
itu terbatas dan dibatasi oleh akal, kemudian Husserl membuat konsep dalam memahami
sesuatu bahwasanya dibutuhkan pengalaman dalam memahami sesuatu karena
pengalaman atau kesadaran itu ada walau tidak tersentuh dan harus betul-betul sesuatu itu
muncul dengan sendirinya atau menampakkan dirinya sendiri. Maka dari itu muncul lah
ilmu fenomenologi

1
Maraimbang Daulay. Filsafat Fenomenologi:Suatu Pengantar, (Medan: Panjiaswara, 2010) hlm. 17
2
Sudarman. “Fenomenologi Husserl Sebagai Metode Filsafat Eksistensial”, Al-AdYan, Vol IX, No. 2, Juli-
Desember 2014, hlm. 107-108

3
Husserl disebut sebagai bapak fenomenologi karena Awal mula fenomenologi
itu merupakan bagian dari filsafat, akan tetapi Husserl melepaskan keilmuan
fenomenologi dari filsafat dan fenomenologi berdiri sendiri dengan tujuan ingin
menghilangkan sifat objektif dan subjektif dan terlepas daripada objek dan subjek,
kemudian Husserl membuat metode atau cara kerjanya sendiri dengan tujuan ingin
memurnikan esensi dari objek atau sesuatu itu.

Awalnya bagi Husserl, kata “realitas” itu sebenarnya merupakan perluasaan dari
kata “nature” yang artinya hanya menggunakan realitas dari benda-benda material dalam
ruang dan waktu yang diatur oleh suatu hukum-hukum yang konsisten. Pemahaman
Husserl singkatnya yakni tidak setiap kebenaran adalah kebenaran naturalistik dan
seluruh pemikiran Husserl itu diarahkan kepada sebuah aliran atau cara berfilsafat yang
baru yaitu fenomenologi.3

Akar fenomenologi Husserl dipengaruhi oleh rasioanlisme Rene Descartes dan


Immanuel Kant serta Psikologisme deskriptif Franz Brentano guru Husserl. Husserl
memahami bahwasanya kesadaran memegang peran sentral dari semua kegiatan
berfilsafat, sebagaimana Descartes, Husserl belajar juga dari Kant bahwa teori kesadaran
harus berfokus pada isi kesadaran itu sendiri. 4

Menurut Husserl fenomenologi tidak bisa dilepaskan dengan labenswelt (dunia


kehidupan). Husserl hendaknya menekankan watak intensional kesadaran dan tanpa
mengandalkan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris. Fenomenologi
merupakan metode dan filsafat. Fenomenologi sebagai metode, membentangkan langkah-
langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni.5

Menurut Husserl, fenomena adalah realitas yang tampak. Menurut Descartes


kesadaran selalu dipahami sebagai kesadaran tertutup, artinya kesadaran mengenal diri
sendiri dan hanya melalui jalan itu dapat mengenal realitas. Akan tetapi menurut Husserl,

3
Donny Gahral Adian. Pengantar Fenomenologi, (Depok: Koekoesan, 2010) hlm. 25
4
Ibid, Hlm. 26
5
Syamsul Amal. “Metode Bracketing Edmund Husserl”, Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial, Vol
12, No. 01, tahun 2019 , hlm. 78

4
kesadaran terarah pada realitas, dimana kesadaran bersifat intensional yakni realitas yang
menampakkan diri.

Husserl berpendapat lebih jauh lagi bahwasanya ada kebenaran untuk semua
orang dan manusia dapat mencapainya. Untuk menemukan kebenaran ini, seseorang
harus kembali kepada realitas sendiri. Dalam bentuk slogan dan jargonnya Husserl
mengatakan “Zurruk Zu den Sachen Selbt” yang artinya (kembali kepada benda-benda
itu sendiri).6 Merupakan intisari dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan
realitas dengan apa adanya.

Husserl mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi
fenomena, yaitu metode Epoche dan Eidetich Vision. Kata “epoche” berasal dari bahasa
yunani yang berarti “menunda semua penilaian” atau “pengurungan” (bracketing). Hal
ini berarti bahwa fenomena itu tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa
dicampuri oleh presuposisi peneliti, biarkanlah sesuatu itu menampakkan dirinya sendiri.
Karena pada dasarnya membawa konsep-konsep dan konstruk-konstruk pandangan
adalah hal yang dapat mempengaruhi dan merusak penilaian atau esensi dari benda itu.
“eiditich vision” yakni mengambil esensi dari fenomena tersebut.

Ciri dari fenomenologi Husserl yakni watak deskriptif yakni fenomenologi


berupaya untuk menggambarkan watak fenomena, cara tentang tampilan mewujudkan
dirinya dan struktur esensial pada dasar pengalaman manusia. Anti Reduksionisme, yaitu
pembebasan dari suatu preposisi-preposisi, prakonsepsi-prakonsepsi tidak kritis, lalu
memberikan ruang untuk memperluas dan memperdalam pengalaman serta menyediakan
deskripsi-deskripsi yang lebih akurat tentang pengalaman. Objek Fenomenologi Husserl
adalah realitas yang menampakkan diri sendiri, melalui kesadaran yang intensional.

Contoh fenomenologi Husserl dengan menggunakan metode epoche (penundaan


semua asumsi tentang kenyataan demi memunculkan esensi) yaitu pada saat mengambil
gelas, kita tidak memikirkan secara teoritis (tinggi, berat, dan lebar) melainkan
menghayatinya sebagai wadah penampung air untuk diminum.

6
Hardiansyah A. “Teori Pengetahuan Edmund Husserl”, Jurnal Substansia Vol 15, No 2, Oktober 2013, hlm. 231

5
Epoche memberikan tanda kurung pada semua pengalaman dan menunda semua
presuposisi dan asumsi normal tentang pengalaman tersebut. Contohnya, pengalaman
ketika melihat sebuah cangkir teh, menuntut penundaan kepercayaan bahwa cangkir itu
wadah untuk menampung teh dan tangkainya digunakan untuk memegangnya. Lalu, kita
memahami bahwasanya tanda kurung menunjukkan cara cangkir itu menampilkan
dirinya sendiri kepada kesadaran dalam sejumlah struktur kemungkinan. Saya tidak bisa
melihat cangkir dari arah depan dan belakang di satu waktu, tidak juga dari bagian atas
dan bawah. Artinya, saya hanya melihat satu dari berbagai kemungkinan presentasi-
presentasi diberbagai momen yang nampak.7

Contoh lagi, ketika kita mau meneliti perilaku seseorang, pertama kita harus
memiliki pengalaman bersama dengan orang tersebut dan biarkan objek itu
menampakkan dirinya dalam wujud sikap dan perilakunya, maka dari itu kita tinggal
mengambil esensi dari objek tersebut terkait perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok-pokok pikiran Husserl mengenai fenomenologi yakni, fenomena adalah realitas
sendiri yang tampak, tidak ada batas antara subjek dengan realitas, kessadaran bersifat
intensional, dan terdapat interaksi antara neosis dengan neoma.

Berikut beberapa langkah-langkah penelitian dengan menggunakan fenomenologi


Husserl diantaranya:

a. Menentukan fenomena yang ingin diteliti dan peran peneliti dalam penelitian
tersebut, peneliti adalah seseorang yang mampu mentransformasikan data
yang berasal dari partisipan menjadi gambaran yang murni dan utuh dari
fenomena
b. Proses pengumpulan data yang meliputi proses pemilihan partisipan atau
sampel dan metode pengumpulan data. Pada umumnya fenomenologi
menggunakan teknik purposive sampling, dimana setiap orang yang
mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedag diteliti berhak menjadi
partisipan. Pengumpulan data yang biasa digunakan yakni observasi dan
wawancara

7
Donny Gahral Adian. Pengantar Fenomenologi, (Depok: Koekoesan, 2010) hlm. 28

6
c. Menganalisa data
d. Studi literatur
e. Mempertahankan kebenaran hasil penelitian8

Ada tiga macam reduksi yang digunakan untuk mencapai realitas fenomena dalam
pendekatan fenomenologi yakni:
1. Reduksi fenomenologis
2. Reduksi Eidetis
3. Reduksi Transedental

8
Imalia Dewi Asih. “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali Ke Fenomena”, Jurnal Keperawatan Indonesia,
Vol 9, No. 2, September 2005, hlm. 79

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hal yang penting dan menarik dari fenomenologi Husserl ini adalah bahwa setiap
orang jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan sebelum mendialogkan masalah yang
dihadapi dengan secermat-cermat dan sedetail-detailnya. Husserl membuat konsep dalam
memahami sesuatu bahwasanya dibutuhkan pengalaman dalam memahami sesuatu
karena pengalaman atau kesadaran itu ada walau tidak tersentuh dan harus betul-betul
sesuatu itu muncul dengan sendirinya atau menampakkan dirinya sendiri. Maka dari itu
muncul lah ilmu fenomenologi.

Husserl disebut sebagai bapak fenomenologi karena Awal mula fenomenologi itu
merupakan bagian dari filsafat, akan tetapi Husserl melepaskan keilmuan fenomenologi
dari filsafat dan fenomenologi berdiri sendiri dengan tujuan ingin menghilangkan sifat
objektif dan subjektif dan terlepas daripada objek dan subjek, kemudian Husserl
membuat metode atau cara kerjanya sendiri dengan tujuan ingin memurnikan esensi dari
objek atau sesuatu itu.

Husserl mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi
fenomena, yaitu metode Epoche dan Eidetich Vision. Kata “epoche” berasal dari bahasa
yunani yang berarti “menunda semua penilaian” atau “pengurungan” (bracketing). Hal
ini berarti bahwa fenomena itu tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa
dicampuri oleh presuposisi peneliti, biarkanlah sesuatu itu menampakkan dirinya sendiri.
Karena pada dasarnya membawa konsep-konsep dan konstruk-konstruk pandangan
adalah hal yang dapat mempengaruhi dan merusak penilaian atau esensi dari benda itu.
“eiditich vision” yakni mengambil esensi dari fenomena tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Gahral Adian, Donny. 2010. Pengantar Fenomenologi, Depok: Koekoesan

Daulay, Maraimbang.2010. Filsafat Fenomenologi:Suatu Pengantar, Medan: Panjiaswara

Sudarman. “Fenomenologi Husserl Sebagai Metode Filsafat Eksistensial”, Al-AdYan, Vol IX,
No. 2, Juli-Desember 2014

Imalia Dewi Asih. “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali Ke Fenomena”, Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol 9, No. 2, September 2005

Hardiansyah A. “Teori Pengetahuan Edmund Husserl”, Jurnal Substansia Vol 15, No 2, Oktober
2013

Syamsul Amal. “Metode Bracketing Edmund Husserl”, Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan
Ilmu Sosial, Vol 12, No. 01, tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai