Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ABU CANGKANG KELAPA

SAWIT TERHADAP STABILITAS TANAH LEMPUNG

Ichwan Seprizal1, Miswar2, Muhammad Reza3.


1)
Mahasiswa, Program Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Kontruksi Jalan dan Jembatan,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Email: wanseprizal@gmail.com
2)
Dosen, Program Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Kontruksi Jalan dan Jembatan,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Email: miswarsipil65@pnl.ac.id
3)
Dosen, Program Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Kontruksi Jalan dan Jembatan,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Email: muhammadreza@pnl.ac.id

ABSTRAK
Tanah sangat penting perannya dalam sebuah kontruksi, yaitu kontruksi bangunan gedung,
jalan, jembatan, bendungan dan kontruksi lainnya, tanah kohesif adalah tanah yang
mempunyai sifat lekatan antar butir-butirannya contohnya tanah lempung. Tanah lempung
merupakan salah satu tanah yang mempunyai sifat yang kurang baik, jenis tanah ini
mempunyai daya dukung yang rendah, sifat kembang susut yang besar, untuk
meningkatkan daya dukung tanah lempung maka dilakukan pencampuran menggunakan
abu cangkang kelapa sawit, dengan variasi yang di gunakan 0%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7%.
kemudian dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis tanah dengan metode SNI. Dalam
penelitian ini tanah diklasifikasikan dengan sistem AASHTO dengan PI 10,71% dan LL
56,60% maka tanah tersebut kelompok A-7-5(12). Penambahan abu cangkang kelapa sawit
terhadap tanah lempung juga dapat meningkatkan nilai CBR. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi kenaikan nilai CBR seiring penambahan variasi nya. Nilai CBR tanah asli
unsoaked 7,1%. Pada variasi 5,5% meningkat menjadi 8,9%. Pada variasi 6% meningkat
menjadi 15%. Pada variasi 6,5% meningkat menjadi 16,3% dan pada variasi 7% meningkat
menjadi 16,9%.

Kata Kunci : Tanah, Abu Cangkang Kelapa Sawit, CBR, Stabilisasi, Variasi

I. PENDAHULUAN
Tanah sangat penting perannya dalam sebuah kontruksi, yaitu kontruksi bangunan
gedung, jalan, jembatan, bendungan dan kontruksi-kontruksi lainnya, berdasarkan sifatnya
tanah terbagi menjadi dua yaitu tanah granuler dan tanah kohesif. Tanah granuler adalah
tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan antar butir-butirnya atau tidak
mengandung lempung contohnya seperti pasir. Tanah kohesif adalah tanah yang mempunyai
sifat lekatan antar butir-butinya contohnya seperti tanah lempung
Tanah lempung merupakan salah satu tanah yang mempunyai sifat yang kurang baik,
jenis tanah ini mempunyai daya dukung yang rendah, sifat kembang susut yang besar dan
sifat yang sangat kohesif serta deformasi yang terjadi sangat besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tanah lempung memiliki daya dukung yang rendah, sehingga dibutuhkan
stabilisasi tanah yang merupakan salah satu cara guna memperbaiki sifat-sifat fisis tanah dan
mekanis suatu kondisi tanah.
Stabilitas tanah secara umum merupakan suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut agar dapat menaikkan kekuatan
tanah.
Pada penelitian ini, peneliti berinisiatif mengkaji seberapa besar pengaruh penggunaan
abu cangkang kelapa sawit untuk meningkatkan stabilitas tanah lempung diantaranya dengan
metode Pemadatan Standar (Standart Proctor) dan California Bearing Ratio (CBR)
Laboratorium, metode penelitian diatas mengikuti hasil penelitian sebelumnya dengan
menggunakan abu cangkang kelapa sawit dengan hasil peningkatan nilai CBR tanah,
penelitian ini menggunakan benda uji yang terdiri dari benda uji dalam kondisi tanah alami
(asli) dan benda uji dari hasil stabilisasi berupa tanah lempung dan abu cangkang kelapa
sawit.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variasi abu
cangkang kelapa sawit terhadap nilai California Bearing Ratio pada tanah lempung tersebut
dan dilakukan pengujian pada tanah asli untuk mengetahui nilai CBR pada daerah tersebut.
Untuk meningkatkan daya dukung tanah lempung dan memanfaatkan limbah abu
cangkang kelapa sawit yang bervariasi dicampur dengan tanah lempung untuk mengetahui
nilai CBR yang dapat digunakan sebagai timbunan pilihan untuk menimbun badan jalan.
Adapun ruang lingkup dalam penulisan ini adalah tanah lempung yang digunakan
berasal dari Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Abu
cangkang kelapa sawit yang digunakan berasal dari pabrik kelapa sawit PT. Mapoli Raya,
Aceh Tamiang, Komposisi campuran antara tanah dengan abu cangkang kelapa sawit adalah
0%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% berdasarkan berat tanah kering, Pada pengujian CBR hanya
dilakukan pengujian tanpa rendaman dan Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika
Tanah Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

A. Tanah Lempung
Menurut Hardiyatmo (2002) Mengatakan sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung
yaitu antara lain ukuran butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah,
kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan
proses konsolidasi lambat atau “Pelapukan tanah akibat reaksi kimia menghasilkan susunan
kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm”.

B. Abu Cangkang Kelapa Sawit


Abu cangkang kelapa sawit adalah sejenis abu dengan konsentrasi sawit yang
signifikan. Abu cangkang kelapa sawit merupakan sisa dari pembakaran cangkang kelapa
sawit dalam tungku pembakaran dengan suhu 700 oc-800oc dan merupakan limbah yang
mengandung banyak silikat. Hal ini biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna
kehitaman.

Tabel 1. Komposisi kimia abu cangkang kelapa sawit


Unsur Kimia Persentase (%)
Silika Dioksida (SiO2) 58,02
Alumunium Oksida (A12O3) 8,7
Besi (III) Oksida (Fe2O3) 2,6
Kalsium Oksida (CaO) 12,65
Magnesium Oksida (MgO) 4,23
Dinatrium Oksida (Na2O) 0,41
Kalium Oksida (K2O) 0,72
Air (H2O) 1,97
Hilang Pijar 8,59
Sumber: Yoescha, 2007

C. Pemadatan Standar
Tujuan pemadatan diantaranya untuk memadatkan tanah dalam keadaan kadar air
optimum, sehingga udara dalam pori-pori tanah akan keluar. Untuk mengetahui kadar air
yang optimum pada tanah, maka dilakukan pengujian pemadatan proktor standar, pengujian
tersebut dilakukan dengan pemadatan sampel tanah basah (pada kadar air terkontrol) dalam
suatu cetakan dengan jumlah 3 lapisan. Setiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan yang
ditentukan dengan penumbuk dengan massa 2,5 kg dan tinggi jatuh 30 cm.
Adapun rumus yang berhubungan dengan standard compaction adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghitung kepadatan tanah basah.
W
γ b= .........................................................................................................................(1)
V

Dimana:
W = berat tanah yang dipadatkan dalam cetakan
V = volume cetakan

2. Untuk membuat garis ZAV dapat ditulis dengan persamaan:


G s−γ w
γ ZAV = ..............................................................................................................(2)
I +e

Dimana:
Gs = berat spesifik butiran pada tanah
γw = berat jenis air
w = berat volume air
e = angka pori

3. untuk menghitung kepadatan tanah kering, dapat digunakan dengan rumus:


γb
γ d= .....................................................................................................................(2)
I +w

Dimana:
γd = kepadatan tanah kering (gr/cm³)
γb = kepadatan tanah basah (gr/cm³)
w = kadar

D. California Bearing Ratio (CBR)


California Bearig Ratio (CBR) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah
pengujian penetrasi dangan menusukkan benda kedalam benda uji. Dengan cara ini dapat
dinilai kekuatan untuk membuat perkerasan.
Pengujian kekuatan CBR dilakukan dengan alat yang mempunyai piston dengan
kecepatan gerak vertikal ke bawah 0,05 inch/menit, proving ring digunakan untuk mengukur
beban yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji pengukur (dial).
Penentuan nilai CBR yang biasa digunakan untuk menghitung kekuatan pondasi jalan adalah
penetrasi 0,1” dan penetrasi 0,2” dengan rumus sebagai berikut:
A
Nilai CBR pada penetrsai 0,1” = x 100 %
3000
B
Nilai CBR pada penetrsai 0,2” = x 100 %
4500

Dimana
A = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,1”
B = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,2

II. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah asli dan tanah yang diberikan bahan
stabilsasi berupa penambahan Abu Cangkang Kelapa Sawit (ACS) dengan berbagai variasi
campuran yaitu 0%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7%. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung
yang menjadi objek penelitian ini adalah di Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara,
Kabupaten Aceh Utara. Abu cangkang kelapa sawi yang digunakan adalah hasil dari
pengolahan buah sawit yang berasal dari PT. Mapoli Raya, Aceh Tamiang.

Gambar 1. Diagram Alir

A. Langkah Pekerjaan Pengujian


I. Pengambilan sampel tanah lempung dilokasi dan juga pengambilan sampel limbah abu
cangkang kelapa sawit.
II. Dilakukan pengujian sifat-sifat fisis dan mekanis pada tanah asli.
III. Setelah itu dilakukan pengujian sifat-sifat fisis dan mekanis pada tanah yang telah
dilakuakn pencampuran dengan menggunakan limbah abu cangkang kelapa sawit
dengan variasi yang telah ditentukan.
IV. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel untuk masing pada setiap sampel guna
mengetahui pengaruh abu cangkang kelapa sawit terhadap daya dukung tanah lempung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil pengujian tanah dengan campuran Abu Cangkang Kelapa Sawit
antara lain.

Tabel 2. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis tanah


Hasil Pengujian
Tanah, Tanah, Tanah, Tanah,
No Jenis Pengujian Tanah
Satuan 5,5% 6% 6,5% 7%
Asli
ACS ACS ACS ACS
1 Kadar air tanah asli % 14,54 - - - -
2 Berat volume tanah basah Gr/cm3 1,44 - - - -
3 Specific Gravity kN/m3 2,66 2,67 2,67 2,68 2,69
4 Atterberg Limit
5 1. Batas Cair (LL) % 56,60 49,80 48,60 47,80 47,40
6 2. Batas Plastis (PL) % 45,89 41,35 40,55 40,08 39,90
7 3. Indeks Plastis (PI) % 10,71 8,45 8,05 7,72 7,50
AASHT A-7-5
8 Klasifikasi Tanah - - - -
O (12)
9 Pemadatan Standard (Proctor)
10 1. Kadar Air Optimum % 43,80 1,18 1,20 1,23 1,25
11 2. Berat Kering Maksimum % 1,15 40,10 39,80 38,70 38,10
12 Uji CBR
13 1. Tidak Rendaman (Unsoaked) % 7,1 8,9 15,0 16,3 16,9

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara


berat butir-butir tanah dengan berat air dan dengan bahan stabilisator yaitu Abu Cangkang
Kelapa Sawit, lalu destilasi udara dengan volume yang sama pada suhu tertentu.

2.70
2.69
Nilai Berat Jenis: Gs

2.68
2.67
2.66
0 5.5 6 6.5 7
Nilai 2.6616068137 2.6680932638 2.6728227503 2.6828686578 2.6867763866
GS 1344 6326 0868 159 4513
Gambar 2. Grafik Pengujian Berat Jenis

Seperti yang terlihat pada gambar 1 yang pada awalnya nilai berat jenis tanah asli
adalah 2,66, kemudian pada penambahan abu cangkang kelapa sawit 5,5 % berat jenis tanah
meningkat menjadi 2,67,dan pada penambahan dengan abu cangkang kelapa sawit 6%
mengalami kenaikan menjadi 2,67, selanjutnya penambahan dengan abu cangkang kelapa
sawit 6,5% menjadi 2,68, dan pada penambahan dengan abu cangkang kelapa sawit 7%
mengalami kenaikan menjadi 2,69 hal ini membuktikan bahwa penambahan abu cangkang
Nilai Kadar Air (%)
kelapa sawit dapat mempengaruhi kenaikan nilai berat jenis (specific gravity) suatu tanah.

65.00
45.00
25.00
5.00
0.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Nilai 56.6 49.8 48.6 47.8 47.4
LL
Nilai 45.887692238 41.345277417 40.545777785 40.079749148 39.901801564
PL 1463 9513 0358 1902 1402
Nilai 10.712307761 8.4547225820 8.0542222149 7.7202508518 7.4981984358
PI 8537 4867 6424 0979 5979
Gambar 3. Grafik Pengujian Batas Atterberg

Batas – batas Atterberg merupakan sifat fisik yang penting pada tanah lempung. Dari
hasil penelitian menunjukkan semakin besar penambahan abu cangkang kelapa sawit
semakin menurun nilai batas batas atterbeg. Adapun nilai indeks plastis tanah asli 10,71%
terjadi penurunan nilai indeks plastis pada campuran dengan abu cangkang kelapa sawit
5,5% menjadi 8,45%, persentase 6% menjadi 8,05%, pada persentase 6,5% turun menjadi
7,72%, dan pada penambahan abu cangkang kelapa sawit 7% turun menjadi 7,50, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan kadar abu cangkang kelapa sawit pada tanah
lempung maka akan dapat mengendalikan sifat plastis dari tanah lempung tersebut, sehingga
tanah menjadi lebih stabil.
Nilai d.maks. (gr/cc)

1.28
1.23 43.50
1.18
1.13 41.50
0.0 5.5 6.0 6.5 7.0
39.50
Nilai woptimum (%)

1.154
N 1.180 1.204 1.232 1.248
6531
i 8518 9415 4259 2098 37.50
l336 527 472 664 726
a 0.0 5.5 6.0 6.5 7.0
i

B Nilai 43.8 40.1 39.8 38.7 38.1


e
r Kad
a
t
ar
Air
K
e
r
i
n
g

Gambar 4. Grafik Pengujian Nilai d dan Woptimum Proctor.

Pada pengujian pemadatan standar menunjukkan semakin besar penambahan abu


cangkang kelapa sawit maka semakin menurunnya kadar air optimum dan meningkatnya nilai
kerapatan kering, untuk kadar air optimum yang mempunyai nilai tanah asli 43,80% setelah
pencampuran persentase abu cangkang kelapa sawit 5,5% terjadi penurunan kadar air
menjadi 40,10%, pada pencampuran persentase abu cangkang kelapa sawit 6% kadar air
menjadi 39,80%, seterusnya pada pencampuran persentase abu cangkang kelapa sawit 6,5%
kadar air menjadi 38,70% dan pada pencampuran abu cangkang kelapa sawit 7% kadar air
optimum menjadi 38,10%. penurunan dari nilai Wopt ini disebabkan karena tanah yang
tercampur abu cangkang kelapa sawit, air porinya lebih mudah terperas keluar rongga pori
saat proses pemadatan jika dibandingkan dengan tanah asli. semakin padat dengan
sendirinya.
Pada kerapatan kering yang mempunyai nilai kerapatan kering tanah asli yaitu 1,15
gr/cm³ setelah pencampuran abu cangkang kelapa sawit dengan persentase campuran 5,5%
terjadi peningkatan menjadi 1,18 gr/cm³, pada persentase abu cangkang kelapa sawit 6 %
menjadi 1,20 gr/cm³, pada persentase abu cangkang kelapa sawit 6,5% menjadi 1,23 gr/cm³,
dan pada persentase 7% menjadi 1,25 gr/cm³, hal ini disebabkan oleh partikel-partikel abu
cangkang kelapa sawit yang mengisi rongga di antara butiran tanah menambah berat volume
campuran.

17.0
15.0
13.0
11.0
Nilai CBR (%)

9.0
7.0
5.0
3.0
1.0
0.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Nilai 7.0740740740 8.8888888888 15.037037037 16.296296296 16.888888888
CBR 7407 8889 037 2963 8889
Gambar 5.Grafik Pengujian CBR Unsoaked dan Soaked

Pada grafik yang ditunjukkan oleh gambar 4, Dari nilai CBR tanah asli unsoaked
7,1% meningkat menjadi 8,9%, pada pecampuran abu cangkang kelapa sawit 5,5%, demikian
juga pada pencampuran persentase abu cangkang kelapa sawit 6% terjadi meningkat nilai
CBR unsoaked 15%, pada pencampuran 6,5% meningkat menjadi 16,3% dan pencampuran
pada persentase 7% meningkat menjadi 16,9%. hal ini disebabkan oleh reaksi bahan
pozzolanik yang menyatu dengan tanah lempung sehingga menguatkan nilai CBR.
Optimalisasi campuran abu cangkang kelapa sawit yang cukup baik adalah pada persentase
campuran 7%.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh penggunaan variasi abu cangkang kelapa sawit
terhadap stabilitas tanah lempung dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
setelah dilakukannya pengujian tanah asli dari Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara,
Kabupaten Aceh Utara didapatkan nilai CBR tanah asli unsoaked 7,1%. Pengaruh
penggunaan variasi abu cangkang kelapa sawit terhadap tanah lempung yang diambil dari
Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, dengan cara
mencampurkan abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan stabilisasi, dengan variasi abu
cangkang kelapa sawit 0%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi kenaikan nilai CBR seiring penambahan variasi nya. Nilai CBR tanah asli unsoaked
7,1%. Pada variasi 5,5% meningkat menjadi 8,9%. Pada variasi 6% meningkat menjadi 15%.
Pada variasi 6,5% meningkat menjadi 16,3% dan pada variasi 7% meningkat menjadi 16,9%.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan abu cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan nilai
CBR tanah asli, serta dapat digunakan pada timbunan pilihan untuk suatu kontruksi jalan.

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. 1989. (American Asscociation of State Highway and trasnsportation Official
classification) sistem klasifikasi tanah
ASTM. 2001. (American Standard Testing and Material),
Bowles. 1989. Karakteristik Fisik Tanah Lempung
Braja M. Das. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid-1, Jakarta:
Erlangga,
Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
(mekanika Tanah), Jakarta: Erlangga,.
Jupriah Sarifah. Bangun Pasaribu. “Pengaruh penggunaan abu cangkang kelapa sawit guna
meningkatkan stabilitas tanah lempung”
(http://jurnal.uisu.acc.id/index.php/but/article/download/263/277). Diakses pada
tanggal 31/12/2021
Supardin. 2012. Penuntun Dan Lembar Kerja Praktikum Pengujian Tanah. Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe: Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Anda mungkin juga menyukai