TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
1
V= π x t ( R2 + r2 + R x r )(2.1)
3
Dimana :
V = volume kerucut terpancung
t = tinggi kerucut terpancung
r = jari-jari lingkaran atas
R = jari-jari lingkaran bawah
1
V= x t (B + A + √ B x A ) .......................................................................................(2.2)
3
Dimana :
V = volume limas terpancung
t = tinggi limas terpancung
B = luas bidang bawah
A = luas bidang atas
Universitas Sriwijaya
6
menentukan lebar sabuk. Selain itu, juga digunakan untuk meramalkan apakah
suatu tumpukan (misal bahan bangunan, kerikil, pasir) atau kondisi geografis
(salju, gunung) akan terjadi longsor yang disebabkan bergesernya partikel apabila
berada di sudut yang melebihi ketetapan sudut tenang (angle of repose) (Khatir,
2006).
Universitas Sriwijaya
7
Besarnya nilai CBR tanah akan menentukan ketebalan lapis keras yang akan
dibuat sebagai lapisan perkerasan diatasnya. Makin tinggi nilai CBR tanah dasar
(subgrade) maka akan semakin tipis lapis keras yang dibutuhkan dan semakin
rendah suatu nilai CBR maka semakin tebal lapis keras yang dibutuhkan. Ada 2
macam pengukuran CBR yaitu:
1. Nilai CBR untuk penekanan pada penetrasi 0,254 cm (0,1”) terhadap
penetrasi standar yang besarnya 70,37 kg/cm² (1000 psi)
PI
Nilai CBR= [ 70,37 % ]
x 100 % . (2.3)
Semakin keras suatu material, semakin tinggi rating CBR. Tanah pertanian
umumnya mempunyai CBR sekitar 3%, tanah lempung basah mempunyai CBR
4,75%, pasir lembab memiliki CBR 10%, aggregat memiliki CBR > 80%. Tabel
2.1 memperlihatkan nilai CBR dari suatu material yang telah diuji (Craig, 1989).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
besar. Keadaan demikian tidak terjadi pada tanah yang berbutir kasar karena
jumlah seluruh permukaan butiran yang terbungkus oleh air relatif kecil.
Pemadatan jenis tanah yang berbeda dengan menggunakan energi pemadatan yang
sama akan menghasilkan kepadatan yang berbeda (Sosrodarsono, 2000).
A. Penghamparan timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan (Sosrodarsono, 2000).
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau
pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
Universitas Sriwijaya
10
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari (Sosrodarsono,
2000).
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan
lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi
lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya
bilamana diperlukan (Sosrodarsono, 2000).
B. Pemadatan timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai
mencapai kepadatan yang disyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus
dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
Universitas Sriwijaya
11
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama (Sosrodarsono,
2000).
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh
ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur
bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak
lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya. Timbunan pilihan
di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan
terendam, dengan peralatan yang disetujui (Sosrodarsono, 2000).
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Gambar 2.2 Keruntuhan Daya Dukung (Bearing capacity failure) (Holtz dkk,
1998)
Universitas Sriwijaya
16
perlu ditetapkan dimensi timbunan dan kondisi pembebanan yang terjadi. Gambar
2.5 Menjelaskan mengenai dimensi timbunan dan kondisi pembebanan.
Keterangan:
H : Tinggi timbunan
W : Lebar atas/puncak timbunan
B : Lebar bawah timbunan
b/H : Kemiringan timbunan
qult = cu x Nc ................................................................................................(2.5)
Keterangan:
qult : Kapasitas daya dukung ultimate (kN/m2)
cu : Kuat geser undrained (kN/m2)
Nc : Faktor daya dukung
Universitas Sriwijaya
17
0,5 x D
Nc = 5,14 + .........................................................................................(2.6)
B
Keterangan:
Nc : Faktor daya dukung
B : Lebar dasar timbunan (m)
D : Ketebalan rata-rata tanah lunak (m)
Pmax = γm x H + q ...........................................................................................(2.7)
Keterangan :
Pmax : Beban maksimum (kN/m2)
γm : Berat isi tanah timbunan (kN/m3)
H : Tinggi timbunan (m)
q : Beban merata (kN/m2)
q ult
FKu = .....................................................................................................
P max
(2.8)
Keterangan:
FKu : Faktor keamanan daya dukung tanpa perkuatan geotekstil
qult : Daya dukung ultimate (kN/m2)
Pmax : Beban maksimum (kN/m2)
Universitas Sriwijaya
18
Ag x γ m +q x W
Pavg = ...........................................................................................
B
(2.9)
Keterangan:
Pavg : Beban maksimum pada kondisi dengan geotekstil (kN/m2)
Ag : Luas penampang melintang timbunan (m2)
γm : Berat isi tanah timbunan (kN/m3)
q : Beban merata (kN/m2)
W : Lebar atas/puncak timbunan (m)
B : Lebar dasar timbunan (m)
q ult
FKR = .............................................................................................................
P avg
(2.10)
Keterangan:
FKR : Faktor keamanan dengan perkuatan geotekstil
qult : Daya dukung ultimate (kN/m2)
Pavg : Beban maksimum pada kondisi dengan geotekstil (kN/m2)
Universitas Sriwijaya
19
2. Keruntuhan rotasional
Keruntuhan ini jarang terjadi dan disebabkan kekuatan tanah yang tidak
melampau beban yang berada di atasnya. Faktor keamanan untuk keruntuhan
rotasional secara matematis dinyatakan sebagai berikut (Holtz dkk, 1998):
MR
FKu = .....................................................................................................(2.11)
MD
Keterangan:
FKu : Faktor keamanan geser rotasional tanpa geotekstil
MR : Momen penahan (kN.m)
MD : Momen pendorong (kN.m)
Gambar 2.6 Analisis stabilitas geser rotasional tanpa perkuatan geotekstil (Holtz
dkk, 1998)
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
4. Sensitivity (St)
5. Compression Indeks (Cc)
6. Koefisien Konsolidasi (Cv)
Dalam aplikasinya, parameter kekuatan geser tanah dapat digunakan untuk
menghitung :
1. Daya dukung tanah dasar
2. Stabilitas lereng
3. Tegangan lateral
Hipotesa mengenai kekuatan geser tanah diajukan oleh Coulomb (1773),
sehingga disebut Hukum Coulomb. Tahun 1925 dirubah oleh Terzaghi dengan
memasukan unsure tegangan air dan dibuktikan oleh Hvorslev (1937), sehingga
persamaan yang sudah dirubah tersebut dikenal sebagai persamaan Coulomb-
Hvorslev (Terzaghi, 1987).
Dimana :
S = kekuatan geser tanah
C = kohesi tanah
Θ = sudut geser dalam
ω = tegangan normal pada bidang kritis
S = C’ + ω’ tan θ’............................................................................................(2.13)
Dimana :
C’ = kohesi tanah efektif
Θ’ = sudut geser dalam efektif
ω ‘ = tegangan normal efektif
Universitas Sriwijaya
22
Percobaan kekuatan geser dapat dibagi dalam tiga bagian (Made, 2014) :
1. Percobaan tertutup (Undrained Test)
Pada percobaan ini air tidak iijinkan mengalir keluar dari contoh tanah sama
sekali, baik pada tingkat pertama maupun kedua. Disini biasanya tegangan air
pori tidak diukur. Biasanya digunakan untuk tanah lempung (Made, 2014).
2. Percobaan tertutup dan di konsolidasikan (Consolidated Undrained Test)
Pada percobaan ini contoh tanah diberikan tegangan normal dengan air
diperbolehkan mengalir dari contoh. Tegangan normal bekerja sampai konsolidasi
selesai, yaitu sampai tidak ada lagi perubahan isi contoh. Kemudian contoh tanah
di tutup dan diberi tegangan geser secara tertutup (Undrained) (Made, 2014).
3. Percobaan terbuka (Drained Test)
Contoh tanah diberikan tegangan normal dan air di perbolehkan mengalir
sampai konsolidasi selesai. Kemudian diberikan tegangan geser dengan kondisi
semula.
Universitas Sriwijaya
23
Ground pressure merupakan besarnya gaya yang bekerja per satuan luas. Jika
tekanan dilambangkan dengan P, gaya tekan F, dan luas bidang tekan A, maka
hubungan antara tekanan, gaya dan luas permukaan adalah :
f
P= ............................................................................................................(2.14)
A
Keterangan:
P = tekanan (N/m2 = Pa)
F = gaya (N)
A = luas bidang tekan (m2)
Gambar 2.8 Ilustrasi Ground Pressure dan Daya Dukung (Popov, 2010)
Universitas Sriwijaya
24
Oleh karena dalam SI satuan gaya adalah N, dan satuan luas adalah m2, maka
satuan tekanan adalah N/m2. Satuan tekanan dalam SI adalah Pascal (disingkat
Pa). 1Pa = 1 N/m2. Ground pressure diukur dalam satuan pascal (Pa) dan dalam
unit EES dinyatakan dalam pound per squere inch (Psi). Ground pressure rata-rata
didapatkan dengan hitungan menggunakan rumus P=F/A atau daya sama dengan
gaya dibagi dengan luas penampang (Popov, 2010).
2.3 Timbunan dan Pembuatan Jalan Angkut
Jalan tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara
lain lokasi tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian,
perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah
penambangan.
Ga
mbar 2.9 Geometri Jalan Angkut (Suwandhi, 2004)
Universitas Sriwijaya
25
Secara umum desain dari cross section jalan angkut tambang dibagi menjadi
4 macam, yaitu sub-grade, sub-base, base dan surface. Sub-grade merupakan
material insitu yang digunakan sebagai pondasi tempat jalan angkut berada,
sedangkan sub-base, base dan surface merupakan material timbunan yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas (Memperkuat) dari jalan angkut dan
berada diatas sub-grade. Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan
jalan angkut di kota. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road
surface) yang jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut
di kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai
crawler track, misalnya bulldozer, excavator, crawler rock drill (CRD), track
loader dan sebagainya (Sukirman, 1999).
Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan
lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka
perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar jalur.
Seandainya lebar jalan kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing –
masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat
dirumuskan sebagai berikut (Suwandhi, 2004) :
1
Lmin = n x Wt + (n+1) ( x Wt)......................................................................(2.15)
2
Dimana :
Lmin = lebar jalan angkut minimum
N = jumlah jalur
Wt = lebar jalan angkut
Universitas Sriwijaya
26
jalan akan segera mengalir ketepi jalan angkut, tidak berhenti dan mengumpul
pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang menggenang pada
permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan yang lewat dan
mempercepat kerusakan jalan.
Angka dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan horisontal dengan
satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki Cross slope antara 1/50 sampai
1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. Apabila telah diketahui persen tingginya
maka bisa dicari menggunakan rumus :
1
x panjangn jalan ( meter ) x persentinggi
Gradasi = 2 .................................. (2.16)
100 %
2.3.3 Geosintetik
Timbunan yang akan dilakukan untuk membuat timbunan stockpile akan
dilapisi oleh geotesintetik. Penggunaan geosintetik untuk timbunan pasir
dilakukan karena untuk menghindari masuknya air pasang Sungai Musi yang akan
masuk melalui celah – celah yang terbentuk. Geosintetik mencegah air masuk ke
dalam lapisan timbunan pasir.
Geosintetik merupakan istilah yang digunakan untuk produk berbentuk
lembaran yang terbuat dari polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau
material organik lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia,
struktur maupun sistem (Departemen Pekerjaan Umum, 2009)
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
lokasi yang berpotensi banjir menggunakan geosintetik agar timbunan jalan tidak
mudah dimasuki air.
Pemasangan geosintetik mempunyai tujuan utama sebagai perkuatan, hal
ini dikarenakan geosintetik mempunyai nilai modulus tarik yang dimanfaatkan
untuk menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah. Selain itu fungsi dari
geosintetik adalah sebagai berikut:
1. Filtrasi
Bahan geosinteik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam sistem drainase
dan mencegah terjadinya migrasi atau perpindahan partikel tanah melalui filter.
Contoh penggunaan geosintetik sebagai filtrasi (Penyaring) adalah pada sistem
drainase porous.
2. Drainase
Bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan
ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding
penahan tanah.
3. Separator
Bahan geosintetik digunakan antara dua material tanah yang tidak sejenis
untuk mencegah terjadinya pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini
digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar
(Sub grade) yang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat
dipertahankan.
4. Penghalang
Bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau
gas. Fungsi geosintetik ini adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar air
pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.
5. Proteksi
Geosintetik digunakan sebagai lapisan yang mampu memperkecil
tegangan lokal sehingga mampu mencegah atau mengurangi kerusakan pada
permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, geotekstil digunakan untuk
mencegah terjadinya erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya,
geotekstil digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau
disekelilingnya pada saat pemasangan.
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
menimbulkan tegangan horizontal pada dasar timbunan yang harus di tahan oleh
tanah pondasi (Sub grade). Apabila tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser
yang cukup, maka akan terjadi kerunturan.
Pemasangan geotekstil berkekuatan tinggi yang direncanakan dengan tepat
akan berfungsi sebagai perkuatan untuk meningkatkan stabilitas serta mencegah
keruntuhan. Geotekstil juga akan mengurangi pergeseran horizontal dan vertikal
tanah dibawahnya, sehingga dapat mengurangi penurunan diferensial.
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya