Anda di halaman 1dari 68

Daya Dukung Tanah

Dasar dan
Peningkatan Daya
Dukung
H. R. Anwar Yamin
Tujuan Perencanaan Perkerasan
Untuk memilih jenis dan menentukan tebal lapis perkerasan yg
ekonomis sesuaai dg Kondisi tanah dasarnya, dg komposisi
lapisan yg dapat menghasilkan LoS yg memuaskan sehubungan
LL rencananya

Design Input Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan


1. Tipe Perkerasan
2. Tipe Tanah Dasar
3. Daya Dukung Tanah dasar (CBR)
4. Tinggi timbuman sehubungan dg MAT
5. Traffic (UR Flex. 10 thn; Rigid 20thn)
Topik Bahasan Kuliah
1. Tipe Perkerasan
2. Tipe Tanah Dasar
3. Daya Dukung Tanah dasar (CBR)
4. Tinggi Timbuman Sehubungan dg MAT
5. Traffic (UR Flex. 10 thn; Rigid 20thn)
Beberapa Kesalahan Umum Dalam Penentuan Nilai Daya
Dukung Tanah Dasar untuk Perkerasan Jalan
• Kesalahan dlm menentukan nilai CBR
• Kesalahan penentuan metode perbaikan tanah dasar
• Kesalahan penentuan CBR lapisan yg stabilisasi
TANAH DASAR
untuk Perkerasan Jalan

• Tanah dasar adalah lapisan tanah asli yang 80 - 100 cm di


bawah lapis pondasi bawah atau tanah timbunan dimana
diatasnya diletakkan struktur perkerasan jalan.

• Tanah dasar berfungsi sebagai tempat perletakan lapis


perkerasan yang mempunyai peranan penting bagi konstruksi
perkerasan jalan, oleh sebab itu tanah dasar harus dibentuk
dan dipadatkan dengan baik

• Kekuatan tanah dasar adalah faktor utama dalam menentukan


ketebalan dari perkerasan
PRINSIP DESAIN TANAH DASAR

1. Terjadinya penyebaran beban roda kend. shg. beban yang


diterima subgrade lebih kecil.
2. Semakin kuat subgrade, semakin tipis tebal perkerasan jalan.
3. Subgarade berada 0,40 – 1,20 m (tergantung katagori jalan) di
atas MAT tanah
4. Perlu analisa stabilitas untuk galian / timbunan tinggi.
5. Lebar bahu dapat memberikan dukungan kesamping perkerasan
jalan.
Daya Dukung Tanah Dasar
Untuk Perkerasan Jalan
1. Tipe Tanah Dasar
• Tanah Dasar Normal (CBR ≥ 2,5%)
• Tanah Dasar berupa Tanah Lunak (CBR < 2,5%, kekuatan geser () lebih kecil
dari 7,5 kPa, dan umumnya IP > 25.)
• Tanah Ekspansif (swelling) lebih dari 5% , LL >70% atau AI > 1,25)
• Tanah Gambut
Ketebalan yg diperiksa : 1 m (why
?)

Gunanya :
A. Untuk memperkirakan nilai DDT dasar
B. Untuk menentukan metode perbaikan tanah dasar apabila dibutuhkan
C. Untuk menentukan jenis pemadat
D. Untuk menentukan penyelidikan tanah lebih lanjut (apabila gambut)
A. Daya Dukung Tanah Dasar
• Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk memikul
beban yang bekerja di atasnya.
• Daya dukung tanah dasar dapat dinyatakan dalam nilai
• California Bearing Ratio (CBR)
• Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Umum digunakan)
• Resilient Modulus (Mr)
• Plate Bearing Test (modulus reaksi tanah dasar, k).

• Pengujian lainnya yang dianggap perlu :


• Sondir
• Hand boring
• SPT (nilai N)
• Sumur uji (test pit)
a. California Bearing Ratio (CBR)
• CBR ditentukan dari benda uji yang telah dipadatkan pada kadar air
optimum dengan menggunakan tiga energi pemadatan yang berbeda.

• Nilai CBR suatu bahan dapat ditentukan sebagai berikut :

Beban penetrasi bahan


CBR = x 100%
Beban penetrasi standar

• Keterangan :
 Beban Bahan = Beban penetrasi pada 0.1 inch atau 0.2 inch
 Beban Standar = 1000 psi untuk penetrasi 0.1 inch dan
1500 psi untuk penetrasi 0.2 inch.
Jenis CBR

Berdasarkan kondisi benda uji, CBR dibedakan :


• CBR lapangan
• CBR laboratrium
• CBR-unsoaked (tidak direndaman)
• CBR-soaked (rendaman, 4 hari)

CBR rencana, digunakan yg mana ?


Uji CBR

CBR Lapangan CBR lab


Rendaman
4 hari
CBR Rencana
• CBR rencana (design) adalah CBR-rendaman dr hasil pengujian di laboratorium
pd benda uji disiapkan dan diuji mengikuti SNI 03-1744 atau AASHTO 193
• CBR rencana dpt jg merupakan CBR lapangan (CBR inplace atau field CBR)
diuji mengikuti SNI 03-1738 atau AASHTO 4429
• CBR rencana digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan baru
• Dalam hal, DDT dasar di lapngan tidak lagi dpt mengalami proses pemadatan
atau peningkatan DDT atau tanah dasar selalau dalam keadaan jenuh gunakan
CBR lapangan sbg CBR rencana
• Untuk Jalan yang panjang dan atau CBR-nya bervariasi, sebaiknya dibuat
segmen-segmen untuk mendapatkan CBR rencananya masing-masing
1. Cara Grafis (Penentuan CBR Rencana)

CBR J umlah ≥ % yang ≥ Grafik Penentuan CBR Rencana

3 11 100

Persen sama dan lebih besar


100

3 - 90
80
4 9 81,8 70

4 - 60
50
5 7 63,6 40
6 6 54,4 30

6 - 20
10
6 - 0
2 4 6 8 10 12
6 - CBR (%)
10 2 18,2
11 1 9

Penentuan CBR Rencana dg Cara ini akan mendapatkan hasil disain


perkerasan yg konservatif (aman tetapi tidak ekonomis)
Perkiraan CBR
Tipe Tanah Dasar
• Tanah Normal (CBR > 2,5)
• Tanah Ekspansif (CBR > 5% IP > 45%)
• Tanah Lunak (CBR < 2,5% IP > 25%)
• Gambut Sedapat mungkin dihindari
Perkiraan CBR

Jenis Tanah yg tidak boleh digunakan sebagai


tanah dasar atau bahan timbunan:
• Tanah dari kelompok A-7-6 (AASHTO
M145) atau CH (USC)
• Tanah dg AI >1,25, atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan
oleh AASHTO T 258 sbg extra high, very
high atau high
b. Uji DCP

• Selain dari uji CBR, DDT dasar dapat diketahui dari Uji DCP

Kegunaan Uji DCP


a) Untuk mengetahui ketebalan lapisan
b) Untuk mengetahui CBR titik pengujian
c) Untuk melihat keseragaman daya dukung
d) Untuk menentukan CBR segmen atau subsegmen
• Untuk tanah lunak, Uji DCP lebih direkomendasikan
dari pd Uji CBR-rendaman. Why?
a) Untuk mengetahui ketebalan lapisan

Gambar : Penetrometer Konus Dinamis (DCP)

Hasil Uji DCP


b) Untuk mengetahui CBR titik pengujian

Korelasi nilai DPC dengan CBR

• DPC kerucut 60° :

• DPC kerucut 30° :

DN =mm/tumbukkan
b) Untuk mengetahui CBR titik pengujian
• Nilai CBR yang mewakili satu titik pengamatan:

Gambar : Lapisan tanah di bawah satu titik pengamatan

dengan :
h₁ +h₂ + …………+ hn = h cm
hn = tebal tiap lapisan tanah ke n
CBRn = nilai CBR pada lapisan ke n
1
𝐶𝐵𝑅 0= 𝐶𝐵𝑅 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑑𝑔 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚1 𝑚 𝑑𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒(% )

[ ]
1 3

∑ ( h𝑖 𝐶𝐵𝑅 0 0,333
𝑖 ) hi = Ketebalan lapisan i, (m)
𝐶𝐵𝑅 1
0=
0
1

∑ h𝑖 CBRi = Nilai CBR lapisan I, (%)


0

𝑇h𝑖𝑐𝑘 𝑜𝑓 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒


( )
150
𝐶𝐵𝑅 𝑆𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒= 𝐶𝐵𝑅𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑙𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑥 2

Faktor Koreksi Musim


c) Untuk melihat Kesegaraman Daya Dukung
CBR Segmen Jalan
• Segmen jalan adalah bagian dari ruas jalan yang memiliki
mutu daya dukung, sifat tanah, dan keadaan lingkungan yang
realtif sama

• Sebaiknya pengujian dilakukan setiap jarak 250 meter


segmen jalan

x x x x x
x x x x
ruas jalan
250m 250m

x = titik pengamatan, daya dukung siwakili oleh CBRttk pengamatan


Segmen = bagian dari ruas jalan dengan CBR titik pengamatan yang realtif sama, daya
dukung diwakili oleh CBR segmen
d) Segmen yang Seragam
• Ruas jalan yang didesain harus dikelompokkan berdasarkan kesamaan segmen
yang mewakili kondisi tanah dasar yang dapat dianggap seragam (tanpa
perbedaan yang signifikan).
• Pengelompokan awal dapat dilakukan berdasarkan hasil kajian meja dan
penyelidikan lapangan atas dasar kesamaan geologi, pedologi, kondisi drainase
dan topografi, serta karakteristik geoteknik (seperti gradasi dan plastisitas).
• Secara umum disarankan untuk menghindari pemilihan segmen seragam yang
terlalu pendek.
• Jika nilai CBR yang diperoleh sangat bervariasi, pendesain harus membandingkan
manfaat dan biaya antara pilihan:
• Membuat segmen seragam yang pendek-pendek berdasarkan variasi nilai
CBR atau,

• Membuat segmen yang lebih panjang berdasarkan nilai CBR yang lebih
konservatif. 32
• Perlu membedakan daya dukung rendah yang bersifat lokal
(setempat/isolated) dengan daya dukung tanah dasar yang lebih umum
(mewakili suatu lokasi).
• Tanah dasar lokal dengan daya dukung rendah biasanya dibuang dan
diganti dengan material yang lebih baik atau ditangani secara khusus.

Mana yg Lebih Baik ? Segmen atau Subsegmen


8 8
7 7
6 6
5 5

CBR (%)
CBR (%)

4 4
3 3
2 2
1 1
0 0
0 500 1000150020002500300035004000 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

STA STA
a. Segmen b. Subsegmen

Gambar : CBR Segmen dan Subsegmen Hasil Uji CDP 33


d) Untuk menentukan CBR segmen atau subsegmen
CBR karakteristik
• Dua pendekatan yang dapat digunakan:
• Metode persentil:
• Secara manual
• Secara grafis
• Menggunakan spreadsheet
• Metoda distribusi normal standar
• Masing-masing cara tersebut mungkin tidak memberikan
jawaban yang identik, tetapi perbedaan di antaranya tidak
signifikan.

35
d) Untuk menentukan CBR segmen atau subsegmen

Menggunakan spreadsheet
10th persentil
Metode persentil menggunakan distribusi data nilai CBR pada segmen seragam
yang dianggap terdistribusi secara normal. Nilai persentil ke “k” dari suatu
kumpulan data membagi kumpulan data tersebut dalam dua bagian, yaitu bagian
yang mengandung “k” persen data dan bagian yang mengandung (100 – k) persen
data.
Dalam hal ini, k = 10.

Pengertian persentil
Nilai CBR yang dipilih adalah adalah nilai persentil ke 10 (10th percentile) yang
berarti 10% data segmen yang bersangkutan lebih kecil atau sama dengan nilai
CBR pada persentil tersebut.
Artinya: 90% dari data CBR pada segmen seragam tersebut lebih besar atau sama
dengan nilai CBR pada persentil tersebut. 36
d) Untuk menentukan CBR segmen atau subsegmen

2. Metoda Distribusi Normal Standar


CBR karakteristik  CBRrata  rata  f  StdDev
f Probabilitas Catatan
1,645 95 % Jalan tol/ bebas
hambatan
1,282 90% Jalan kolektor/ arteri
0,842 89 % Jalan lokal/ kecil

Koefisien variasi (CV) maksimum dari data CBR untuk satu segmen
tidak lebih besar dari 25%. Koefisien variasi sampai dengan 30%
masih boleh digunakan.
Apabila jumlah data per segmen kurang dari 10 maka nilai CBR
terkecil dapat mewakili sebagai CBR segmen. 37
6

5
CBR karakteristik  CBRrata  rata  f  StdDev
4
CBR segmen = 3,5 % (3%)
Pada tingkat kepercayaan 90 % - 95 %,
CBR (%)

3
Apakah DTT segmen seragam ?
2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

STA
8

6
CBR karakteristik  CBRrata  rata  f  StdDev
5 CBR segmen= 2,2 % (2%)
CBR (%)

4 Pada tingkat kepercayaan 90 % - 95 %,


3
Apakah DTT segmen seragam ?
2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

STA
CBR Segmen Vs Subsegmen 8
7 Outlayer

8 6
7 5
CBRseg = 3,5 %
CBRSeg = 3,7 %

CBR (%)
6 CBRSeg = 2,5 %
5 4 CBRSeg = 2,8 %

4 3
CBR (%)

CBRseg = 3,1 %
3 2 Outlayer
2 1
1 CBR segmen(CBRSeg= 2,4 %) 0
0 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
0 1000 2000 3000 4000
STA
STA

8
Tidak dimasukan dalam
CBR Subsegmen 7 perkiraan CBR

4.5
4.0 6
4.0
5 CBRSeg = 3,2%

CBR (%)
CBRSeg = 3,7 %
3.5
3.0 3.0 3.0 3.0
3.0 4 CBRSeg = 2,8 %
CBRSeg = 2,8 %
CBR (%)

2.5
2.0 3 CBRSeg = 3,1%
1.5 2 Ditangani tersendiri
1.0
0.5 1
0.0
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5 0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Segmen
STA
Guna Mentahui Tipe Tanah Dasar
: A. Untuk memperkirakan nilai CBR
B. Untuk menentukan metode perbaikan DDT dasar apabila dibutuhkan
C. Untuk menentukan jenis pemadat
D. Untuk menentukan penyelidikan tanah lebih lanjut (apabila gambut)
B. Perbaikan Tanah Dasar
• Untuk tujuan perencanaan tebal perkerasan, CBR tanah dasar yg
digunakan dianggap 6%
• Bila CBR rencana hasil pengujian < 6%, makan perlu dilakukan
Perbaikan Tanah Dasar untuk Meningkatkan DDT-nya

Beberapa Cara Perbaikan Tanah Dasar


a) Timbunan pilihan
b) Stabilisasi
c) Pekerjaan Tanah (PVD, Micro pile, pile slab, stone coloum dll)
Perbaikan DDT yg CBR-nya < 6% dan ketebalan lapisan
<1m • Dg Timbunan pilihan
• Stabilisasi

1. Timbunan Pilihan
• Untuk memperbaiki DDT tanah dasar normal.
• Untuk memperbaiki DDT tanah dasar berupa tanah bermasalah (tanah
lunak, tanah ekspansif kecuali gambut) yang tebalnya < 1 m. Untuk
gambut, harus dilakukan penyelidikan geoteknik
• Untuk drainase bawah permukaan perkerasan thd MAT maks dan banjir
tahunan
Berapa Tebalnya ?
a) Timbunan pilihan
• Untuk tanah lunak, tebal capping layer min 650 mm untuk mencapai DDT ≈ 2,5%

• Untuk tanah ekspansif:


 Tebal capping layer minimum 400 mm untuk mencapai DDT ≈ 6 %
 Bahu jalan berpenutup (sealed shoulder).
 Menyediakan drainase permukaan dan drainase bawah permukaan yang baik,
kelandaian minimum 0,5% (sesuai dg persyaratan kelandaian minimum jalan.
 Elevasi pembuangan drainase bawah permukaan harus di atas muka air banjir dan di
atas muka air sistem drainase.
 Mempertimbangkan penggunaan geotekstil, geogrid atau bronjong untuk memberikan
dukungan lateral
Dasar Penentuan Tebal Timbunan Pilihan
a. Berdasarkan CBR Danah Dasar
𝑇h𝑖𝑐𝑘 𝑜𝑓 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒
( )
150
𝐶𝐵𝑅 𝑆𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒= 𝐶𝐵𝑅𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑙𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑥 2

Ekuivalen CBR 6 %

45
2. Stabilisasi
Pemilihan Bahan Penstabilisasi (AUSTROAD, 1998)
• Soil cement (UCS 2 MPA umur 28 hari) dapat
digunakan di daerah dengan keterbatasan
material berbutir atau kerikil atau,
• Jika biaya stabilisasi tanah lebih
menguntungkan. Umumnya untuk LL 10 * 106
ESA5
• Batasan tebal lapisan yang diuraikan pada
bagan desain dan batasan kadar semen
diperlukan untuk membatasi retak.
• Tebal minimum Soil cemen adalah 15 cm dan
maks 30 cm. Sedangkan tebal lapis beraspal
minimum diatasnya 17,5 cm

47
CBR tanah yang Distabilisasi Semen
Dipilih nilai terkecil dari tiga nilai berikut:
1. CBR rendaman 4 hari dari material yang distabilisasi;
2. Empat kali daya dukung tanah asal sebelum distabilisasi;
3. Daya dukung yang diperoleh dari formula:

48
Guna Mentahui Tipe Tanah Dasar
: A. Untuk memperkirakan nilai CBR
B. Untuk menentukan metode perbaikan DDT dasar apabila dibutuhkan
C. Untuk menentukan jenis pemadat
D. Untuk menentukan penyelidikan tanah lebih lanjut (apabila gambut)
C. Penentuan Jenis Pemadat
• Tanah plastis dan kohesif  Sheepfoot roller + PTR
• Pasir atau Kerikil Kepasiran
 Vibrating
(Vibro
Penggilas Getar Roller) roller, PTR
• Pasir/Kerikil  PTR

 Sesuai untuk pemadatan tanah


lempungan atau pasiran Sheepsfoot Roller
 Kombinasi efek tekanan dan peremasan
Smooth-Wheel Roller  Sangat efektif untuk tanah berbutir
(kneading)  Sesuai untuk pemadatan tanah lempung
 Cakupan (coverage) 70 – 80%  Luas satu kaki domba: 25 – 85 cm2  Dapat dipasang pada penggilas
besi, ban karet maupun penggilas
 Tegangan kontak di bawah satu kaki kaki kambing
 Untuk pemadatan akhir pada timbunan tanah domba: 1380 – 6900 kN/m2
kepasiran atau kelempungan
 Cakupan (coverage) di bawah roda: 100%
 Tegangan kontak: 310 – 380kN/m2
Guna Mentahui Tipe Tanah Dasar
: A. Untuk memperkirakan nilai CBR
B. Untuk menentukan metode perbaikan DDT dasar apabila dibutuhkan
C. Untuk menentukan jenis pemadat
D. Untuk menentukan penyelidikan tanah lebih lanjut (apabila gambut)
D. Penyelidikan Lebih Lanjut
Penyelidikan tanah lebih lanjut dan detail diperlukan untuk tanah dasar berupa gambut.
Penanganan perkerasan pada tanah gambut harus mendapatkan masukan teknis dari
tenaga ahli geoteknik dan memperhatikan hal-hal berikut:
• Pelebaran perkerasan eksisting harus diberi pra-pembebanan;
• Drainase melintang harus disediakan dg jarak tidak lebih dari 200 m dan dipelihara
• Lereng timbunan tidak boleh lebih curam dari 1:3.
• Drainase samping harus minimum berjarak 3 m dari kaki timbunan.
• Timbunan dg tinggi > 3 m harus dibuat bertangga dan dilaksanakan scr bertahap untuk memberikan
waktu konsolidasi primer sebelum tahap kedua dimulai.
• Timbunan dg tinggi > 2,5 m di atas tanah lunak atau gambut, yg terletak cukup dekat dg jembatan
shg dapat menyebabkan pergerakan lateral pd abutment atau fondasi jembatan perlu diberi tiang
pancang
• Apabila pemancangan ternyata diperlukan, pemancangan hrs diperluas hingga mínimum jarak dari
abutment sama dg dua kali ketinggian timbunan. Dalam arah lebar, pemancangan harus dilakukan
dari tumit ke tumit timbunan.
• Pemasangan geogrid di antara tanah dasar dan lapis pondasi bawah harus dipertimbangkan.
Geotekstil harus digunakan pada perbatasan antara permukaan tanah asli dan pelebaran.
Kondisi Lingkungan
 Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi:
 daya tahan (kinerja) struktur perkerasan dan
tanah dasar.
 mutu pelayanan struktur perkerasan jalan
(sifat teknis konstruksi) yang terletak di lokasi
tersebut dan penuaan bahan.

 Faktor utama lingkungan yang dipertimbangkan :


 Perubahan temperatur akibat perubahan cuaca
 Air hujan
 MAT
Gambar : Aliran air di sekitar struktur perkerasan jalan
 Pelapukan material tidak hanya disebabkan oleh
repetisi beban lalulintas, tetapi juga oleh cuaca dan air
yang ada di dalam dan sekitar struktur perkerasan
jalan.

 Perubahan temperatur yang terjadi selama siang dan


malam hari, menyebabkan mutu struktur perkerasan
jalan berkurang, menjadi aus dan rusak.

 Muka air tanah yg tinggi dapat menyebabkan


pelemahan tanah dasar dan infiltrasi air tanah ke
lapisan pondasi shg terjadi intermixing LPA dg LPB
Adanya air yang terperangkap dalam struktur
perkerasan jalan mengakibatkan:
1. Timbulnya lubang-lubang.
2. Daya dukung tanah dasar dan lapis pondasi
berkurang.
3. Cepat rusaknya perkerasan jalan (efek
pumping)
Lapis pondasi yg jenuh, daya dukungnya turun 50%
Saluran Samping dan Drainase Bawah Permukaan Perkerasan
Kegagalan perkerasan jalan akibat drainase bawah permukaan
Saluran Samping dan Drainase Bawah Permukaan Perkerasan
Kegagalan perkerasan jalan akibat drainase bawah permukaan
PHO
Air permukaan dan air bawah permukaan sangat menentukan
kinerja perkerasan.

Drainase bawah permukaan dan saluran samping sangat


diperlukan

Data MAT dan intensitas aliran air permukaan diperlukan untuk


perencanaan drainase bawah permukaan dan saluran samping

Besarnya intensitas aliran air ditentukan oleh: Digunakan untuk


1. Presipitasi dan intensitas hujan sehubungan menentukan faktor ‘m’
dalam menentukan
dengan iklim setempat. tebal LPA dan LPB dg
2. Sifat kapilaritas tanah dasar. Metode AASHTO

3. Sistem dan kondisi drainase di sekitar


badan jalan.
b. Drainase Bawah Permukaan Perkerasan
Untuk menyediakan drainase bawah permukaan perkerasan,
tanah dasar harus terletak pada ketinggian tertentu dr MAT

• Apabila tidak menggunkan drainase bawah permukaan, tebal lapis


pondasi dikoreksi dg factor m (0,7 < m 0,9)
• Apabila tanah dasar selalu terendam air scr permanen selama musim
hujan, dan tidak menggunkan drainase bawah permukaan dan capping
layer makan gunakan factor m sebesar 0,4
Tinggi Timbunan untuk Jalan Beton

 Untuk jalan beton, tinggi timbunan


yg kurang, jumlah repetisi beban
akan menyebabkan yang dapat
menyebabkan kegagalan
sambungan

 Pengaruh tinggi timbunan terhadap


jumlah repetisi beban yang dapat
menyebabkan kegagalan
sambungan ditunjukkan dalam
gambar.
Tinggi Timbunan untuk Jalan Beton
 Apabila tinggi timbunan kurang dr yg dinyatakan di dalam gambar
tsb atau terdapat ketidak seragaman daya dukung, pelat beton
perkerasan harus diperkuat dengan tulanganpenyebaran retak

 Pada kawasan tanah lunak, bila tinggi minimum timbunan pada


gambar tsb tidak dapat dipenuhi, perkerasan kaku harus
diperkuat dengan micro pile atau cakar ayam

 Persyaratan deformasi plastis yg berlaku untuk pelat beton


pada sambungan dan tidak berlaku untuk:
a) pelat beton menerus dengan tulangan;
b) pelat beton jenis post tensioned;
c) pelat beton dengan sambungan dengan fondasi micro piling
atau cakar ayam
Catatan untuk Tinggi Timbunan
• Kemiringan timbunan dengan tinggi lebih dari 2 m tidak boleh kurang dari 1V:3H, kecuali
bila tersedia bordes atau dinding penahan tanah.

• Jika tinggi timbunan kurang dari 2 meter maka kemiringan 1V:2H

• Penggunaan dindingatau penahan pada kaki timbunan harus dihindari. Jika penahan
pada kaki timbunan digunakan maka stabilitasnya harus diperiksa dan, jika diperlukan,
tiang pancang atau penanganan lainnya harus digunakan.

• Jika tinggi timbunan lebih dari 3 meter, analisis stabilitas lereng harus dilakukan oleh
tenaga ahli geoteknik; bordes atau penanganan lainnya harus disediakan.
Saluran Samping dan Drainase Bawah Permukaan Perkerasan
Jalan yg dilengkapi dg drainase samping
STA CBR STA CBR
0 4 2100 3 Tugas :
100 3 2200 5 Suatu trase akan dibangun jalan
Tiap STA dari trase tersebut memiliki daya dukung dg nilai
200 4 2300 4 CBR
300 3 2400 6 seperti dalam tabel
400 4 2500 7
500 3 2600 6 Cari CBR wakil dengan
600 5 2700 7 tingkat kepercayaan 95%
700 10 2800 6
800 4 2900 5 Untuk CBR yg outlier (pencilan)
900 3 3000 6 bagaimana mensiasati dan menanganninya
1000 4 3100 5
1100 5 3200 5 Berapa tebal capping layer (timbunan pilihan)
1200 6 3300 6 untuk menaikan CBR ruas jalan tersebut menjadi 6%
untuk LL 4 juta
1300 4 3400 5 ESA
1400 6 3500 2
1500 5 3600 5
1600 6 3700 6
1700 5 3800 5
1800 5 3900 5
1900 2 4000 5
2000 6 4100

Anda mungkin juga menyukai