Anda di halaman 1dari 4

BERGURU

Oleh :

Anthony de Mello

Amatilah dunia dan lihatlah ketidakbahagiaan di sekitarmu dan dalam dirimu. Apakah
kau tahu apa yang menyebabkan ketidakbahagiaan ini? Mungkin jawabanmu adalah kesepian
atau penindasan atau perang atau kebencian atau ateisme. Dan kau keliru. Hanya ada satu
penyebab dari ketidakbahagiaan : keyakinan menyesatkan yang kau miliki di dalam pikiranmu,
keyakinan yang tersebar luas, yang begitu umum, yang tidak pernah terpikirkan olehmu untuk
mempertanyakan hal itu. Karena kumpulan kepercayaan yang menyesatkan ini, kau melihat
dunia dan dirimu dengan bias. Program dalam kepalamu sangat kuat dan tekanan dari orang lain
sangat hebat sampai-sampai kau benar-benar terjebak untuk melihat dunia dengan pandangan
yang bias ini. Tiada jalan keluar, karena kau bahkan tidak memiliki kecurigaan bahwa
pandanganmu bias, cara berpikirmu keliru, dan keyakinanmu salah.

Amati sekelilingmu dan cobalah temukan seseorang yang benar-benar bahagia—tak


kenal takut, merdeka dari kegelisahan, kecemasan, tekanan, dan kekuatiran. Kau mungkin
beruntung dapat menemukan satu di antara ratusan ribu. Hal ini seharusnya membuatmu
bertanya akan program dan keyakinan yang kau dan mereka miliki. Tetapi, kau juga telah
dikondisikan untuk tak meragukan, tak mempertanyakan. Kau hanya menerima dan
mempercayai asumsi-asumsi yang telah ditanamkan ke dalam dirimu oleh tradisi, budaya, orang
lain, dan agamamu. Dan jika dirimu tidak bahagia, kau telah dilatih untuk menyalahkan dirimu
sendiri, bukan pengkondisianmu, bukan gagasan dan kepercayaan yang telah ditanamkan
kepadamu. Hal yang membuat kondisi ini semakin parah adalah kenyataan bahwa hampir semua
orang kelewat terindoktrinasi sampai-sampai mereka tidak sadar betapa tidak bahagia mereka—
seperti seseorang yang terlelap dalam mimpi yang tidak sadar bahwa dia sedang bermimpi.

Apa saja keyakinak-keyakinan mengelirukan yang menghadangmu menuju kebahagiaan?


Berikut beberapa contoh :

1. Kau tak dapat bahagia tanpa hal-hal yang melekat pada dirimu dan yang kau anggap
sangat berharga. Salah. Tidak ada suatu momen pun dalam hidupmu dimana kau tidak
memiliki segala sesuatu yang kau butuhkan untuk bahagia. Pikirkan sejenak
pernyataan barusan. Alasan mengapa kau tidak bahagia adalah karena kau berfokus
kepada apa yang kau tak miliki ketimbang kepada apa yang kau miliki sekarang.
2. Kebahagiaan ada di masa depan. Tidak benar. Di sini dan saat ini, kau bahagia dan
kau tidak menyadarinya, karena keyakinan dan pandanganmu yang bias membuatmu
terperangkap dalam ketakutan, kecemasan, kelekatan, konflik, rasa bersalah, dan
banyak lagi. Jika kau dapat melihatnya, kau akan tersadar bahwa kau bahagia.
3. Kebahagiaan akan datang jika kau berhasil mengubah situasi dan orang lain. Tidak
benar. Dengan bodohnya kau menghabiskan banyak sekali tenaga untuk menata
dunia. Jika mengubah dunia adalah pekerjaanmu, silakan dan lakukan, tetapi jangan
memendam ilusi bahwa hal ini akan membuatmu bahagia. Apa yang membuatmu
bahagia atau tidak bahagia tidak bergantung kepada dunia dan orang-orang di
sekitarmu, tetapi cara pandang dalam kepalamu. Jika diumpamakan seperti mencari
sarang elang di dasar samudera. Jika kebahagiaan yang kau cari, berhentilah
membuang-buang tenaga untuk mengobati kebotakanmu atau memiliki tubuh yang
menarik, berpindah tempat tinggal, atau pekerjaan, atau lingkaran pertemanan, atau
gaya hidup, atau bahkan kepribadianmu. Apakah kau sadar bahwa kau dapat
mengubah setiap hal ini, kau dapat memiliki penampilan yang paling menarik dan
kepribadian yang paling menawan dan lingkungan yang paling menyenangkan dan
kau tetap tidak bahagia? Dalam lubuk hatimu, kau tahu bahwa ini benar, tetapi tetap
saja kau membuang-buang usaha dan tenagamu untuk mendapat sesuatu yang kau
tahu itu tidak dapat membuatmu bahagia.
4. Jika semua keinginanmu tercapai, kau akan bahagia. Tidak juga. Kenyataannya,
keinginan dan kelekatan ini yang membuatmu tegang, frustrasi, cemas, gelisah, dan
takut. Buatlah daftar tentang semua kelakatan dan keinginanmu. Kemudian, kepada
setiap hal tersebut, katakan : “Dari dalam lubuk hatiku, Aku tahu bahwa setelah Aku
mendapatkanmu, Aku tetap tidak akan mendapat kebahagiaan.” Renungkan baik-baik
kebenaran dari perkataan itu. Tercapainya sebuah keinginan hanya dapat memberimu
kilasan sensasi dan getaran hati. Jangan samakan hal itu dengan kebahagiaan.

Lalu, apa itu kebahagiaan? Sangat sedikit orang yang tahu dan tidak ada yang bisa
memberimu jawaban, karena kebahagiaan tidak dapat dijelaskan. Bisakah kau menjelaskan
cahaya kepada orang-orang yang selama hidupnya berada dalam kegelapan? Mampukah kau
mendefinisikan realita kepada seseorang yang terlelap dalam mimpi? Sadari akan kegelapanmu
dan itu akan lenyap. Kemudian, kau akan tahu apa itu cahaya. Sadari akan mimpi burukmu
dengan apa adanya dan itu akan berhenti. Kemudian, kau akan terbangun ke dalam realita. Sadari
akan keyakinanmu yang keliru, dan itu akan terceraiberai. Kemudian, kau akan tahu rasanya
bahagia.

Jika kau sangat menginginkan kebahagiaan, mengapa kau tidak mencoba untuk
menyadari keyakinanmu yang keliru?

1. Pertama, karena tak pernah terpikirkan olehmu untuk menyadari keyakinan keliru
tersebut sebagai sesuatu yang bersifat keliru atau bahkan sebuah keyakinan. Kau
melihat hal tersebut sebagai kenyataan dan fakta, sangat kuat akarnya mereka telah
tertanam dalam pikiranmu.
2. Kedua, karena kau takut kehilangan satu-satunya dunia yang kau tahu : dunia yang
penuh keinginan, kelekatan, ketakutan, tekanan sosial, ketegangan, ambisi,
kegelisahan, rasa bersalah, dengan diiringi oleh kilasan sensasi dan getaran hati.
Pikirkan seseorang yang takut untuk melepaskan mimpi buruknya karena itu adalah
satu-satunya dunia yang ia ketahui. Itulah gambaran tentang dirimu dan orang-orang.

Jika kau ingin mencapai kebahagiaan sejati, kau harus siap untuk membenci bapakmu,
ibumu, bahkan hidupmu dan melepas segalanya. Bagaimana caranya? Tidak dengan menolak
atau melepaskan mereka, karena apa yang kau lepas secara paksa akan melekat selamanya
kepadamu, tetapi dengan melihat hal tersebut sebagai mimpi buruk dengan apa adanya.
Kemudian, apakah kau tetap memegangnya atau tidak, hal-hal tersebut telah kehilangan
cengkeramannya terhadapmu, kuasa mereka untuk melukaimu, dan kau akan terbangun dari
mimpi, kegelapan, ketakutan, dan ketidakbahagiaan.

Oleh karena itu, luangkan waktu untuk melihat setiap hal yang melekat kepada dirimu
sebagaimana adanya, yaitu, di satu sisi, sebuah mimpi buruk yang menimbulkan sensasi dan
getaran hati, tetapi juga kegelisahan, kecemasan, ketegangan, ketakutan, ketidakbahagiaan, dll.

Bapak dan Ibu: mimpi buruk. Istri dan anak-anak; saudara dan saudari: mimpi buruk.
Segala yang kau miliki: mimpi buruk. Kehidupanmu saat ini sebagaimana adanya: mimpi buruk.
Segala hal yang melekat kepadamu dan yang kau yakini tanpanya kau tak dapat bahagia: mimpi
buruk. Lalu, kau akan membenci bapak dan ibu, istri dan anak-anak, saudara dan saudari, dan,
bahkan, hidupmu sendiri. Dengan mudahnya kau akan dapat meninggalkan segala kepunyaanmu,
yaitu, kau akan berhenti bergantung kepada apapun dan, karenanya, mereka tidak akan
mempunyai kuasa untuk melukaimu. Akhirnya, kau akan merasakan kondisi yang tidak dapat
dijelaskan maupun diutarakan—kondisi kebahagian dan kedamaian yang kekal. Kau akan
mengerti kebenarannya bahwa setiap orang yang berhenti bergantung kepada saudara dan
saudari, bapak, ibu, atau anak, tanah atau rumah . . . . diberi ganjaran ratusan kali lebih baik,
yaitu kehidupan yang kekal.

Anda mungkin juga menyukai