Anda di halaman 1dari 15

Praktikum Mata Kuliah Polusi Tanah dan Air Tanah

Bioremediasi Limbah Minyak Bumi


Menggunakan Metode Landfarming dan Biopile

1. Deskripsi

Bioremediasi pada hakikatnya adalah proses alami untuk membersihkan atau


memulihkan kondisi lingkungan akibat substansi kimia berbahaya menggunakan
bantuan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme petrofilik spesifik yang hidup
di dalam tanah dan air tanah akan memakan substansi kimia tertentu, seperti yang
ditemukan pada tumpahan minyak. Bila mikroorganisme ini sepenuhnya mencerna
senyawa kimia tersebut, maka hasil proses transformasi berupa air dan gas seperti
karbon dioksida (CO2) sehingga kontaminan berbahaya terdegradasi secara
bertahap. Dengan demikian, secara efektif proses bioremediasi dapat berfungsi
untuk menurunkan kontaminan yang umumnya sulit didegradasi.

Gambar 1. Skema dasar mekanisme proses bioremediasi


(Sumber: EPA, 2001)

Mikroorganisme menghasilkan katalis alam (enzim) untuk menurunkan senyawa


organik dan membentuk CO2, metan (CH4), air, dan garam mineral. Proses degradasi
seperti itu disebut mineralisasi. Namun, proses mineralisasi sebagian besar tidak
selalu sepenuhnya melalui proses lengkap, seperti di dalam setiap proses degradasi
pada substrat karbon untuk membuat biomassa baru. Ada kalanya enzim katabolik
yang turut serta pada proses degradasi dapat mentransformasi kontaminan
sehingga proses metabolisme tetap dapat dilakukan dalam situasi kekurangan
akseptor elektron. Proses ini yang disebut transformasi. Metabolit terkadang
bersifat mineral sehingga partisipasi dari organime lain terkadang dibutuhkan pada
kondisi redoks. Substansi persisten dapat dipersatukan ke dalam substansi matriks
humic melalui reaksi enzim radikal. Proses ini dinamakan humifikasi. Humifikasi
sering terjadi pada metabolit yang sangat reaktif. Metabolit ini dapat masuk ke
dalam ikatan jaringan stabil dengan substansi organik alami pada dasar lapisan
tanah. Selain itu, integrasi reaksi spontan juga dapat mempengaruhi aktivitas
enzim. Proses humifikasi dalam jumlah yang kecil ataupun besar pada tanah
sejalan dengan proses mineralisasi (Gambar 2). Berdasarkan dekripsi tersebut,
beberapa kontaminan seperti aromatik dengan beberapa kelompok fungsionalnya
(seperti metabolit Poly Aromatic Hydrocarbons) diintegrasikan ke dalam substansi
humic yang bersifat kovalen.

Gambar 2. Proses degradasi kontaminan pada teknik bioremediasi


(Sumber: EPA, 2001)

Dalam memanfaatkan mikroba sebagai komponen utama proses biodegradasi,


pemahaman dan penguasaan mekanisme dibutuhkan untuk memanipulasi aktivitas
mikroorganisme. Bioremediasi yang memanfaatkan mikroorganisme dalam
mendegradasi kontaminan limbah minyak bumi sangat tergantung pada tiga faktor,
yaitu:
a. Karakteristik Fisik Konstituen
Kandungan kontaminan di dalam tanah tergantung pada ukuran molekul dan
topologi senyawa. Penguapan (evaporasi) harus dieliminasi untuk kontaminan
yang memiliki berat molekul rendah (maksimum 4-cincin). Ketika ukuran
molekul meningkat dan terserap pada partikel tanah secara kontinu, maka
tingkat bioavibilitas-nya berkurang secara signifikan dan proses biodegradasi
berjalan lambat. Dengan demikian, peningkatan kecepatan proses biodegradasi
harus diikuti dengan peningkatan tingkat bioavibilitas kontaminan di dalam
tanah. Karakteristik lain yang harus dipertimbangkan pada limbah minyak bumi
adalah konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbons (TPH). Konsentrasi TPH untuk
proses bioremediasi disarankan sebesar 5% (Ward et al, 2003). Selain itu,
aktivitas metabolik maksimum pada lapisan atas tanah harus diamati pada
kedalaman antara 10 sampai 15 cm.
b. Pilihan Konsorsium Mikroba
Banyak jenis mikroorganisme mampu mendegradasi hanya pada jenis senyawa
hidrokarbon tertentu, sedangkan limbah minyak bumi dalam kenyataannya
mengandung campuran kompleks dari berbagai jenis kontaminan ditambah
komponen lain seperti alkana, nitrogen, belerang, oksigen, beserta fraksi resin.
Hal tersebut diakibatkan satu jenis bakteri memiliki kapasitas terbatas untuk
menurunkan semua fraksi hidrokarbon. Oleh karena itu, campuran dari berbagai
jenis mikroorganisme dalam bentuk konsorsium cenderung memungkinkan
untuk bekerja sama untuk menurunkan berbagai konstituen hidrokarbon pada
limbah minyak bumi. Pada satu konsorsium, mikroorganisme asli (indigenous)
harus dipastikan tetap menjadi bagian dari komunitas tersebut. Sebuah analisis
menyatakan isolasi mikroorganisme indigenous pada daerah terkontaminasi akan
membantu penurunan jumlah populasi mikroorganisme dan konstituen yang
memiliki batas toleransi yang tinggi terhadap toksisitas.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Biodegradasi
Penentuan efektivitas pilihan strategi proses bioremediasi tergantung dari
beberapa faktor (fisik, kimia, dan biologi), yaitu:
 Biosurfaktan
Biosurfaktan adalah unsur agen penting dalam pengambilan efektif TPH oleh
bakteri dan jamur. Pembentukan emulsi pada biosurfaktan sebesar 96% dari
metabolisme bakteri hidrokarbon. Selain itu, lumpur yang terkontaminasi
sebaiknya diberikan tambahan bulking agent untuk meningkatkan proses
katabolisme hidrokarbon (Ward et al., 2003). Bulking agent, seperti kompos,
meningkatkan metabolisme kontaminan organik karena memberikan nutrien
dan sumber karbon tambahan dan membantu mempertahankan kelembapan
timbunan (pile). Surfaktan kimia komersial dapat digunakan untuk
meningkatkan degradasi hidrokarbon, meskipun setiap jenis surfaktan
memberikan nilai penurunan degradasi yang berbeda-beda.

Tabel 1. Efek dari berbagai jenis surfaktan kimia pada degradasi


Total Petroleum Hydrocarbons (TPH)
Surfaktan Kelas Kimia Degradasi TPH (%)
Kontrol - 46
Biosoft EN 600 Alcohol ethoxylate 63
Igepal CO-630 Alkyl phenol ethoxylate 66
Marlipal 013/120 Oxoalcohol polyglycol ether 45
Sorbax PMO-20 Fatty acid ethoxylate 42
Witcomul 4016 Complex alkylate 42
(Sumber: Vincent, 2005)

 pH
Degradasi Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) menggunakan bakteri
heterotrofik dan jamur berjalan baik pada pH netral. Namun, jamur dikenal
lebih toleran untuk kondisi asam. Pada pH 7, proses mineralisasi limbah
minyak bumi akan meningkat sehingga proses biodegradasi secara umum
akan meningkat pula.
 Nutrien
Pemberian nutrien dalam bentuk nitrogen dan fosfor sangat berpengaruh
terhadap degradasi senyawa hidrokarbon. Penambahan nitrogen dan fosfor
akan merangsang biodegradasi antara minyak mentah dan kontaminan TPH.
Kajian yang dilakukan di tempat lain juga mendukung stimulasi degradasi
TPH pada muka tanah dan akuifer. Bahkan, mayoritas pada beberapa negara
memberikan nutrien dalam bentuk pupuk yang disemprot ke dalam limbah
minyak bumi untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mikroorganisme
pendegradasi TPH.
 Salinitas
Beberapa penelitian menunjukkan tingkat salinitas dan mineralisasi TPH
umumnya mempunyai korelasi yang positif, seperti phenanthrene dan
naphthalene. Namun, salinitas yang terlalu tinggi akan menurunkan
metabolisme mikroorganisme.
 Kandungan oksigen dan potensial redoks
Biodegradasi aerobik adalah pathway yang paling efektif untuk proses
bioremediasi sehingga keberadaan dan konsentrasi oksigen merupakan
parameter pembatas pada proses biodegradasi dan katabolisme cyclic dan
aromatik hidrokarbon oleh bakteri dan jamur. Efisiensi tinggi dari degradasi
hidrokarbon secara alami terjadi ketika kandungan oksigen tersedia. Namun,
beberapa senyawa hidrokarbon dapat pula terdegradasi pada kondisi
denitrifikasi (anaerobik). Pada awalnya, oksigen yang tersedia akan
dikonsumsi (respirasi aerobik) sehingga nitrat sebagai penggganti oksigen
(denitrifikasi) dimanfaatkan sebagai elektron akseptor. Jika konsentrasi
nitrat menipis, maka reduksi besi akan terjadi. Reaksi redoks selalu
mengikuti pola yang sama. Terkadang proses redoks ditandai oleh tingkat
energi yang lebih tinggi sehingga proses akan berhenti karena masing-
masing elektron akseptor telah dikonsumsi dan reaksi redoks akan kembali
dimulai dari awal. Urutan ini akan disertai oleh penurunan dari potensi
redoks (Gambar 3).

Gambar 3. Level Energi dari Beberapa Reaksi Redoks


(Sumber: ICSS, 2006)

 Temperatur
Suhu merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi
biodegradasi minyak bumi. Suhu optimal menentukan tingkat metabolisme
TPH dan pola komunitas mikroorganisme. Suhu juga memberikan efek
langsung pada sifat fisik dan komposisi kimia dari konstituen TPH. Ketika
temperatur rendah, TPH cenderung lebih kental dan tingkat kelarutan air
berkurang. Suhu rendah juga akan berpengaruh pertumbuhan dan
penyebaran mikroorganisme. Dalam keadaan di bawah normal, maka
penurunan proses degradasi akan terjadi. Hal tersebut diakibatkan adanya
penurunan laju aktivitas enzim. Suhu optimal biasanya berada pada kisaran
30 sampai 40ᵒC. Pada suhu di atas normal, aktivitas enzimatik terhambat
sebagai protein denature.
 Tekanan
Tekanan mungkin memiliki dampak positif terhadap adanya gangguan
terhadap hidrokarbon. Misalnya, pada suhu 4ᵒC, 94% dari hexadecane telah
digunakan hanya setelah 40 hari inkubasi di bawah kondisi tekanan tinggi,
dibandingkan dengan 8 minggu pada tekanan 1 atm.
 Kandungan air
Degradasi TPH juga ditentukan oleh tingkat kelembapan. Alasannya adalah
air diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme dan kegiatan enzimatik
atau biokimia. Kandungan air diperkirakan sebesar 40-60% dari kapasitas
maksimum air tanah dan akan optimal untuk reaksi degradasi pada zona
tanah yang tidak jenuh. Dalam tanah yang kering kecepatan degradasi akan
berkurang.
 Mekanisme genetik
Kompatibilitas genetik kemungkinan besar menjadi salah satu faktor paling
penting dalam menentukan keberhasilan proses katabolisme mikrobial TPH.
Karakteristik gen paling berpengaruh diidentifikasikan oleh Pseudomonas
putida. Dua gen lainnya dari kelas monooxygenase yang berbeda, seperti
cucontaining monooxygenase, membran integral, dan binuclear-iron
monooxygenase terkandung dalam Nocardiodes. Peran plasmid juga
terdokumentasikan dengan baik pada komunitas bakteri, khususnya melalui
Pseudomonas. Pathway metabolis untuk senyawa seperti naphthalene,
salicylate, kapur, octane, xylene, toluene, telah ditunjukkan sebagai
penerjemah pada plasmid dalam Pseudomonas sp.

Pada dasarnya, ada tiga strategi umum untuk mengimplementasikan bioremediasi


dalam mengolah tanah dan air tanah yang terkontaminasi minyak bumi yaitu (1)
fasa solid, (2) operasi bioreaktor, dan (3) in-situ. Contoh-contoh dari tiap-tiap
strategi diberikan dalam Tabel 2, beserta ringkasan yang keuntungan, keterbatasan,
dan tantangan yang berkaitan dengan masing-masing teknologi.
Tabel 2. Ringkasan Strategi Teknologi Bioremediasi
Teknologi Contoh Keuntungan Keterbatasan Faktor Pertimbangan
Fasa solid  Landfarming  Biaya efisien  Persyaratan ruang  Kemampuan katabolik
 Composting  Pengolahan efektif dan  Waktu pengolahan pada mikroflora
 Engineered soil cell sederhana terhadap berat panjang indigenous
molekul tinggi PAH yang  Kehilangan kontrol  Kehadiran logam dan
persisten abiotik senyawa inorganik
 Biaya operasi dan perawatan  Problem transfer massa  Parameter
rendah  Keterbatasan bioavibilitas physicochemical (pH,
 Dapat dilakukan di tempat temperatur, moisture)
 Biodegradabilitas
Bioreaktor  Aqueous reactors  Kinetika biodegradasi cepat  Adanya material sehingga  Lihat di atas
 Soil slurry reactors  Parameter physicochemical membutuhkan  Amendemen toksisitas
optimal penghilangan secara fisik  Konsentrasi kontaminan
 Penggunaan inoculant dan  Relatif membutuhkan yang toksik
surfaktan efektif modal yang dan biaya
 Proses transfer massa operasi tinggi
meningkat
In-situ  Biosparging  Biaya paling efisien  Proses physicochemical  Lihat di atas
 Bioventing  Non-infasif terbatas  Solubilitas kimia
 Groundwater  Relatif pasif  Waktu pengolahan  Faktor geologi
circulation (UVB)  Dilengkapi proses natural panjang  Aspek peraturan
 In-situ bioreactors attenuation  Sulit diawasi ditinjau dari
 Mengolah tanah dan air secara manajemen air tanah
simultan
(Sumber: Crawford, 1996)
Teknik Landfarming

Landfarming merupakan proses pengolahan lahan permukaan yang terkontaminasi


dengan sistem on-site melalui tata cara pelaksanaan pertanian konvensional (tilling,
irigasi, dan pemupukan). Tujuan dari landfarming adalah mendukung proses
katabolik mikroorganisme indigenous dan memfasilitasi katabolisme aerobik atau
kontaminan organik. Secara umum, teknologi ini dibatasi untuk pengolahan pada
kedalaman tanah 6-12 inci, dibantu beberapa mesin yang mampu menggali tanah
pada kedalaman tertentu. Metode pelaksanaan landfarming lainnya melibatkan
tanah yang telah di ekskavasi untuk ditempatkan pada lahan yang telah disiapkan.
Ini biasanya dilakukan pada ketinggian 6 hingga 8 inci, dengan kontaminan
tambahan diletakkan di atas lahan pengolahan sebelumnya.

Teknologi landfarming sangat cocok dalam menangani kasus pencemaran bawah


tanah, ketika sebagian besar input padatan mempunyai tingkat kelarutan rendah
dan kekuatan sorbsi tanah tinggi, khususnya untuk mengolah kontaminasi TNT dan
PAH (ICCS, 2006). Pada kontaminan dalam konsentrasi terlalu tinggi berupa partikel
padat, proses biodegradasi oleh mikroorganisme menjadi lebih sulit. Keuntungan
penggunaan teknik landfarming adalah :
a. Biaya yang dikeluarkan sangat efektif.
b. Kontaminan yang membutuhkan kondisi degradasi tinggi dapat diolah.
c. Cocok pada lingkungan degradasi anaerobik.
d. Dengan agregat massa raw material yang cocok, maka reaksi humifikasi dan
konsentrasi biomassa dapat ditingkatkan.
Kekurangan teknik landfarming adalah (ICCS, 2006) :
a. Hanya jenis tanah tertentu yang cocok untuk teknik landfarming in-situ.
b. Kontaminan dalam ukuran partikel besar tidak dapat diolah.
c. Tingginya tuntutan penggunaan lahan sebelum proses berlangsung.
d. Sejauh ini hanya sedikit yang menerapkan landfarming (per 2005) karena
memperoleh sedikit keuntungan.

Teknik Biopile

Composting merupakan salah satu teknik bioremediasi yang mirip dengan


landfarming, namun ditambahkan bulking agent yang berfungsi untuk
menghomogenkan transfer udara dan oksigen didalam tanah. Ada tiga jenis sistem
pengomposan, yaitu sistem windrow, sistem stactic pile (biopile), dan sistem dalam
tabung (in-vessel). Biopile adalah proses pengolahan lahan permukaan
terkontaminasi yang dilengkapi dengan sistem aerasi aktif melalui sistem
perpipaan yang dihubungkan pada blower atau kompresor. Aerasi pada sistem
biopile dicapai melalui cara positif (injeksi) atau negatif (hisap). Aliran udara dalam
biopile digunakan untuk mengontrol suhu dan kandungan oksigen dalam tanah.
Layout dari lubang pipa dan laju aerasi digunakan sebagai parameter penting dalam
merancang sistem biopile dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan. Pipa di
dasar biasanya ditanam pada sebuah lapisan permeabilitas tinggi (Hendrasarie dan
Eka, 2011). Jaringan pipa pada beberapa elevasi berfungsi sebagai pemberi oksigen
dan mengantarkan nutrisi serta penjaga kelembapan.
Teknik biopile memiliki beberapa keuntungan. Pertama, waktu proses biodegradasi
lebih cepat dibanding beberapa teknik yang lain (teknik biopile memerlukan waktu
sekitar 1,5–2 bulan lebih cepat dibandingkan dengan beberapa teknik lain yang
memerlukan waktu 6 bulan). Kedua, penggunaan lahan untuk teknik biopile sedikit
karenakan tanah ditumpuk setinggi 1,5-3 meter setelah tanah yang tercemar
dicampur dengan bahan–bahan lain yang diperlukan. Kondisi tersebut dapat terus
berlangsung karena teknik biopile dilengkapi sistem aerasi aktif. Sementara,
ketinggian maksimal tumpukan tanah pada teknik lain yang tanpa aerasi hanya 30
cm. Terakhir, proses bioremediasi dengan teknik biopile dapat lebih terkontrol
dibandingkan dengan teknik lain.

2. Metode dan Prinsip Pengukuran

Pada praktikum ini reaktor batch skala laboratorium dibuat dalam dua perlakuan
yang berbeda. Perlakuan pertama adalah reaktor bioremediasi jenis landfarming,
ketika media tanah terkontaminasi limbah minyak bumi dikombinasikan dengan
penambahan konsorsium bakteri. Perlakuan kedua adalah reaktor bioremediasi
jenis biopile, ketika media tanah terkontaminasi minyak bumi diberikan
penambahan aerasi, bulking agent, dan konsorsium bakteri. Selain itu, reaktor
kontrol diperlukan guna mengetahui kondisi alami proses degradasi kontaminan
tanpa adanya perlakuan khusus. Melalui pengukuran Total Petroleum Hydrocarbons
(TPH) selama satu bulan, perbedaan pola laju penurunan TPH pada kedua
perlakuan dapat diketahui. Pengukuran konsentrasi TPH dilakukan menggunakan
metode gravimetri.

3. Tujuan

Tujuan praktikum ini:


a. Pemeriksaan Total Petroleum Hydrocarbons (TPH), jumlah mikroorganisme, pH,
dan temperatur selama berlangsungnya proses bioremediasi.
b. Menentukan pemilihan teknik bioremediasi terbaik antara metode landfarming
dan biopile dari sisi efektivitas dan efisiensi proses bioremidiasi tanah yang
tercemar limbah minyak bumi melalui sistem bioaugmentasi (penambahan
mikroorganisme pendegradasian non indigenuos).

4. Alat dan Bahan

Praktikum ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:


a. Botol semprot
b. Timbangan analitik
c. Desikator
d. Botol vial
e. Waterbath
f. Stiler
g. Erlenmeyer
h. Pipet
i. Pinset
j. Kertas Saring
k. Oven
l. pH meter
m. Turbidimeter
n. Spektrofotometer
o. Wadah plastik
p. Konsorsium Bacillus sp.
q. Tanah percobaan
r. Limbah minyak bumi bekas.
s. Bulking agent jenis sekam padi.
t. Pupuk urea dengan komposisi 46% N.
u. Pupuk NPK dengan komposisi 16% N, 16% P, dan 16% K.
v. N-hexane
w. Akuades
x. Na2SO4 (dalam bentuk serbuk)

5. Metode Kerja

a. Preparasi reaktor bioremediasi


i. Saring tanah percobaan sehingga mendapatkan ukuran yang homogen.
ii. Reaktor terdiri dari dua jenis metode bioremediasi, yatu landfarming dan
biopile. Masing-masing metode terdiri dari 3 jenis reaktor dengan perlakuan
yang berbeda, yaitu reaktor kontrol, reaktor dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 5%, dan reaktor dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 10%.
iii. Untuk reaktor landfarming:
 Masukkan limbah minyak bumi sebesar 15 % ke dalam tanah percobaan.
 Jangan tambahkan bahan apapun ke dalam reaktor kontrol, kecuali
limbah minyak bumi.
 Masukkan tanah ke dalam wadah plastik hingga mencapai ketinggian
maksimum 10 cm.
 Jangan mampatkan tanah sehingga udara dari luar tetap mengalir di
antara pori-pori tanah.
 Tambahkan konsorsium Bacillus sp. sesuai dengan penjelasan
sebelumnya. Tuangkan secara merata dan aduk tanah hingga bakteri
diharapkan dapat tersebar merata. Gunakan sarung tangan.
 Tambahkan pupuk NPK sebesar 0,5-0,8% dan urea sebesar 1%. Aduk
hingga merata di dalam tanah.
 Tambahkan air dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu melalui botol
penyemprot hingga tanah menjadi lembap. Aduk tanah secara manual
menggunakan tangan pada saat penyemprotan air.
 Pengadukan tanah dilakukan setiap hari atau maksimal dua hari sekali
untuk menjaga kondisi aerob pada tanah.
 Tutup wadah dengan plastik yang telah dilubangi untuk menjaga
keberlangsungan sirkulasi udara dan menjaga kelembapan tanah.
iv. Untuk reaktor biopile:
 Rangkai selang aerator di dalam reaktor biopile hingga dapat
mengakomodasi tercapainya udara yang merata di setiap bagian reaktor.
 Masukkan bulking agent sekam padi ke dalam tanah percobaan dengan
perbandingan sebesar 1:3. Aduk bulking agent hingga merata.
 Jangan tambahkan bahan apapun ke dalam reaktor kontrol, kecuali
limbah minyak bumi dan bulking agent.
 Masukkan tanah hingga mencapai ketinggian maksimum wadah plastik.
 Jangan dimampatkan tanah sehingga udara dari aerator tetap mengalir di
antara pori-pori tanah.
 Tambahkan konsorsium Bacillus sp. sesuai dengan penjelasan
sebelumnya. Tuangkan secara merata dan aduk tanah hingga bakteri
diharapkan dapat tersebar merata. Gunakan sarung tangan.
 Tambahkan pupuk NPK sebesar 0,5-0,8% dan urea sebesar 1%. Aduk
hingga merata di dalam tanah.
 Tambahkan air dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu melalui botol
penyemprot hingga tanah menjadi lembap. Aduk lapisan tanah bagian
atas tanpa mengganggu selang aerator.
 Tutup wadah dengan plastik yang telah dilubangi untuk menjaga
keberlangsungan sirkulasi udara dan menjaga kelembapan tanah.
v. Untuk setiap reaktor:
 Cek konsentrasi TPH pada awal dan akhir pelaksanaan praktikum.
 Cek konsentrasi minyak-lemak (oil & grease) setiap 2 kali seminggu.
 Cek pH, temperatur, turbiditas dengan menggunakan turbidimeter, dan
turbiditas dengan menggunakan spektrofotometer mengikuti durasi
pengecekan TPH.
 Dalam prosedur pengecekan pH, perbandingan antara contoh uji tanah
dan air suling adalah 1:2. Kemudian, lakukan pengocokan dan biarkan
padatan terendapkan sehingga pH supernatan dapat dicek.
 Lakukan pengamatan proses bioremediasi ini hingga durasi yang akan
ditentukan saat pelaksanaan praktikum. Amati trend penurunan TPH,
kenaikan jumlah populasi bakteri ditinjau dari tingkat kekeruhan
(turbiditas), laju temperatur dan pH tanah.

b. Pengukuran konsentrasi minyak-lemak (oil & grease) dan Total Petroleum


Hydrocarbons (TPH):
 Cuci bersih 2 buah botol vial dan keringkan di dalam oven 105ᵒC
selama ± 1 jam. Gunakan pinset dalam proses pengambilan botol vial
dari awal hingga akhir analisis laboratorium. Kemudian, masukkan
botol vial ke dalam desikator selama ± 30 menit dan timbang (a1 dan
a2).
 Ekstraksi contoh uji tanah sebanyak 10 g pada larutan n-hexane 20 ml
(perbandingan contoh uji dan n-hexane adalah 1:2). Kemudian, kocok
di dalam erlenmeyer menggunakan stiler selama ± 15 menit hingga
tanah dan n-hexane tercampur sempurna.
 Diamkan contoh uji hingga terjadi pemisahan fasa padatan dan
supernatan (cairan) secara sempurna sehingga supernatan yang
mengandung minyak (oil) dapat diikat seluruhnya oleh n-hexane.
 Gunakan pipet untuk mengambil supernatan. Hati-hati jangan sampai
padatan ikut terbawa dan tercampur kembali.
 Campurkan supernatan dengan sedikit bubuk Na2SO4 yang berfungsi
untuk mengikat air di dalam supernatan.
 Pindahkan supernatan ke dalam botol vial. Sebelumnya, saring
supernatan terlebih dahulu di kertas saring.
 Panaskan botol vial pada penangas air hingga larutan n-hexane
mengering.
 Setelah mengering, masukkan kembali botol vial ke dalam oven dan
pindahkan ke dalam desikator selama ± 30 menit.
 Timbang botol vial (b), sehingga didapatkan:

 Masukkan silika ke dalam botol vial dan tambahkan kembali n-hexane


20 ml (Catatan: penggunaan silika sebesar 3 g untuk 1 g materi yang
terabsorbsi). Kemudian, kocok campuran oil-grease dan n-hexane di
dalam erlenmeyer menggunakan stiler selama ± 15 menit hingga
sempurna.
 Ulangi langkah nomor iii hingga nomor viii.
 Timbang botol vial (c), sehingga didapatkan:

 Catat hasil pengamatan dan perhitungan, serta bahas pada laporan


praktikum.
TPH dan Bioremediasi
TUGAS INDIVIDU:
1. Daftarkan (nama dan gambar) alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum oil & grease dan
TPH! (cantumkan sumber literatur dari gambar tersebut).
2. Jelaskan perbedaan bioremediasi biopile dan landfarming!
3. Jelaskan perbedaan “oil and grease” dan TPH!
4. Buat flowchart cara pengukuran oil&grease dan TPH!
5. Kerjakan Kuis Topik TPH pada NewLMS (sesuai dengan kelas masing-masing). Hari Minggu, 19
April 2020 pukul 14.00 – 18.00 dengan batas waktu pengerjaan 4 menit.
Catatan: kemiripan/kecurigaan kecurangan atas hasil pekerjaan akan mempengaruhi nilai.

TUGAS KELOMPOK:
Buat laporan mengenai topik oil & grease dan TPH (Topik 9) dan Bioremediasi (Topik 10)
menggunakan data sekunder yang diberikan oleh dosen. Data tersebut merupakan data pada setiap
pengamatan (pada reaktor biopile dan landfarming). Buat laporan lengkap: Pendahuluan, studi
literatur, metode, hasil pembahasan, dan kesimpulan. Metode praktikum dibuat sejelas-jelasnya.
Bahas hasil pengamatan dalam laporan (minimal seperti pada “contoh bahasan”), semakin banyak
yang dapat dibahas, semakin baik nilainya. Perhitungan yang dilakukan dituliskan pada badan
laporan (bukan di lampiran).

“contoh bahasan”  Praktikum TPH


i. Hubungan antara laju konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbons (TPH), oil & grease
pada proses bioremediasi menggunakan Bakteri Bacillus sp. dan bulking agent sekam
padi :
 Buatlah grafik hubungan antara penurunan konsentrasi oil & grease dan waktu.
Contoh:

Gambar 4. Laju penurunan konsentrasi oil & grease terhadap waktu

 Berikan uraian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang didapat. Lihat dari trend
grafik data hari per hari.
 Pilih reaktor mana yang menunjukkan trend penurunan konsentrasi oil & grease yang
cepat. Bahas alasannya secara terperinci.
 Bahas efisiensi penurunan konsentrasi TPH pada awal dan akhir proses.
 Berikan uraian keterkaitan antara penggunaan bulking agent terhadap penurunan
konsentrasi TPH dan oil & grease.

“contoh bahasan”  Praktikum Bioremediasi


i. Pengaruh kelembapan, temperatur dan pH pada proses bioremediasi menggunakan
Bakteri Bacillus sp. dan bulking agent sekam padi :
 Buatlah grafik hubungan antara ketiga parameter tersebut terhadap laju penurunan
konsentrasi oil & grease dan waktu.
Contoh:

Gambar 5. Hubungan laju konsentrasi oil & grease terhadap temperatur pada reaktor
bioremediasi

 Bahas hasil analisis tersebut ditinjau dari:


- Kisaran nilai pH terhadap standar Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi
Secara Biologis.
- Kisaran nilai kelembapan dan temperatur terhadap standar pada berbagai
macam peraturan dan referensi pustaka.
- Penyebab berfluktuasinya nilai pH, temperatur, kelembapan oleh aktivitas
mikroorganisme di dalam proses bioremediasi (apabila naik, mengapa?
apabila turun, mengapa?)
- Hubungan antara penurunan konsentrasi oil & grease pada enam (6) reaktor
terhadap nilai pH, temperatur, kelembapan.

ii. Dinamika populasi mikroorganisme pada proses bioremediasi menggunakan Bakteri


Bacillus sp. dan bulking agent sekam padi :
 Buatlah grafik hubungan antara dinamika populasi mikroorganisme terhadap laju
penurunan konsentrasi oil & grease dan waktu.
Contoh:
Gambar 6. Hubungan laju konsentrasi oil & grease terhadap populasi bakteri pada reaktor
bioremediasi
 Berikan uraian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang didapat. Lihat dari
trend grafik data hari per hari.
 Bahas pengaruh bulking agent sekam padi terhadap laju kenaikan populasi
mikroorganisme.
 Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika populasi mikroorganisme di
dalam proses bioremediasi.
 Sebutkan beberapa kekurangan menggunakan metode turbiditas menggunakan
turbidimeter dibandingkan dengan metode turbiditas menggunakan
spektrofotometer dan metode Total Plate Count (TPC).
 Bila selama hasil analisis selama praktikum berlangsung, dinamika populasi tidak
menunjukkan trend naik, bahas alasan kemungkinan terjadinya permasalahan
tersebut ditinjau dari kesalahan pada saat prosedur atau mikroorganisme yang tidak
dapat melakukan regenerasi secara simultan.
 Pembahasan lain yang berkaitan dengan topik di atas.

iii. Hubungan antara laju konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbons (TPH), oil & grease
pada proses bioremediasi menggunakan Bakteri Bacillus sp. dan bulking agent sekam
padi :
 Buatlah grafik hubungan antara penurunan konsentrasi oil & grease dan waktu.
Contoh:

Gambar 7. Laju penurunan konsentrasi oil & grease terhadap waktu


 Berikan uraian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang didapat. Lihat dari trend
grafik data hari per hari.
 Pilih reaktor mana yang menunjukkan trend penurunan konsentrasi oil & grease yang
cepat. Bahas alasannya secara terperinci.
 Bahas efisiensi penurunan konsentrasi TPH pada awal dan akhir proses.
 Berikan uraian keterkaitan antara penggunaan bulking agent terhadap penurunan
konsentrasi TPH dan oil & grease.

Isolasi dan identifikasi Bakteri Bacillus sp. sebagai bakteri petrofilik pendegradasi
kontaminan hidrokarbon pada proses bioremediasi :
 Tinjau dari aspek mikrobiologi Bakteri Bacillus sp. dari morfologi dan karakteristik
fisik.
 Ada 15 macam jenis uji biokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi isolat
bakteri Bacillus sp. Sebutkan hasil-hasil uji biokimia sehingga bakteri yang diisolasi
dan diidentifikasi menunjukkan Bakteri Bacillus sp.
 15 jenis biokimia yaitu hidrolisa pati, hidrolisa kasein, indol, reduksi nitrat, fermentasi
glukosa, fermentasi laktosa, fermentasi sukrosa, fermentasi mannitol, sitrat, katalase,
urease, H2S, metil merah, vogus-proskauer dan hidrolisa gelatin.
 Sebutkan tujuan dari 15 jenis uji biokimia tersebut.
 Sebutkan peran Bakteri Bacillus sp. dalam mendegradasi limbah minyak bumi.
 Sebutkan mekanisme degradasi yang dilakukan oleh bakteri tersebut.
 Sebutkan jenis-jenis spesies Bacillus sp. yang mampu menguraian ikatan hidrokarbon
berantai panjang.
Catatan:
a. Penilaian tidak hanya ditinjau dari ketersediaan jawaban atas uraian penjabaran isi jurnal di atas,
tetapi korelasi antar kalimat juga sangat diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai