Anda di halaman 1dari 40

Analisis Bahan Baku Farmasi

Program Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi-UI


Reference :
-Vogel A.I. , Text book of Quantitative Chemical
Analysis, 5th Ed., 2005.
-Farmakope Indonesia, edisi V(2014) dan edisi IV(1995)
Definisi
• Analisis adl suatu • Bahan baku farmasi :
Tindakan/prosedur adl semua bahan baik
untuk memeriksa berkhasiat maupun
kualitas dan tidak berkhasiat(bahan
kualitas/kadar suatu tambahan) yang
bahan serta digunakan untuk
kesesuaiannya pembuatan obat.
terhadap standar BBF  terdapat dalam
monografi Farmakope
(FI, USP, BP, dsb)
• Ruang lingkup Analisis Kimia Senyawa:

Anorganik Organik

Kualitatif dan Kualitatif dan


Kuantitatif Kuantitatif
Aplikasi Analisis Kimia
• Untuk analisis kualitatif senyawa :
- Identifikasi komponen utama dalam
campuran
- Identifikasi cemaran
• Untuk analisis kuantitatif ( Assaying):
- Penetapan kadar bahan baku (raw mat)
- Penetapan kadar senyawa aktif/utama
dlm campuran
- PK cemaran/ kontaminan/pollutant (uji
kemurnian / uji batas)
Langkah2 dalam analisis :
• Sampling (cuplik) : adl suatu tindakan untuk
mengambil / memilih beberapa bagian
sampel/cuplikan dari suatu sampel yang besar,
berdasarkan asumsi bhw cuplikan tersebut
dapat mewakili keseluruhan sampel yang
dianalisis (homogen).
• Preparasi sampel
• Optimasi kondisi analisis dan validasi
• Analisis sampel
• Fungsi Analist (Analytical chemist/pharmacyst) :
 Memilih metode / prosedur yang tepat

Faktor2 yang harus diperhatikan dalam


memilih metode / prosedur analisis :
- Tipe analisis yg diperlukan
- Tujuan data analisis dibutuhkan
- Macam/tipe bahan yang dianalisis
- Jumlah sampel yang tersedia
- Proporsi/kadar komponen dalam sampel
- Lama waktu yang diperlukan
- Alat / instrumentasi /fasilitas yang tersedia
.
• Tipe analisis yg diperlukan :
- Analisis unsur atau molekular
• Tujuan data analisis dibutuhkan, untuk :
- Kontrol proses
- Kontrol kualitas bahan baku / produk (akhir
atau ruahan)
• Tipe bahan, misalnya :
- stabil, dapat disimpan pd temp ruang
- tdk stabil, perlu tempat / pelindung khusus
(kulkas; karbon, tempat kering,dsb)
• Jumlah sampel :
- banyak (semi mikro/ makro; > 1 mg)
- sedikit (mikro; < 1 mg; ultramikro < 0,01 mg)
..
• Berdasarkan kadar komponen dlm sampel:
- Komponen utama, > 1%
- Komponen minor, 0,01 – 1 %
- Komponen mikro/runut, < 0,01%
• Waktu yang tersedia / diperlukan
• Metode/Alat/instrumen yang tersedia :
- Metode konvensional : Volumetri/titrimetri;
Gravimetri, KLT
- Metode modern : Spektrofotometri
(absorpsi, fluoresensi); Kromatografi(KCKT,GC,
KLT-Densitometri)
Perbandingan beberapa metode
Syarat metode analisis yang baik
 Memenuhi syarat validasi, yaitu :
• Peka/sensitif thd kadar senyawa analit
• Akurasi yang baik
• Presisi yang baik
• Selektifitas yang baik
• Linieritas konsentrasi yang baik
• Praktis (mudah dan cepat)
Keterangan :

• Sensitif, artinya Metode analisis memiliki batas deteksi


dan batas kuantitasi pada konsentrasi yang kecil /
sangat kecil (skala mikro / nano).
• Akurasi yang tinggi atau baik berarti perolehan kembali
standard yang dianalisis tinggi (mendekati 100%).
• Presisi yang baik berarti pengulangan yang dilakukan
memberikan hasil yang relatif sama.
• Selektifitas yang baik berarti dapat memisahkan
komponen satu dengan komponen lain secara kuantitatif
(R > 1,5).
• Linieritas yang baik berarti terlihat respon yang
linier/significant terhadap perubahan konsentrasi.
Kesalahan dalam analisis kuanti
Kesalahan berarti tingkat keyakinan kebenaran
hasil rendah, terutama jika tidak memenuhi
kriteria validasi Akurasi dan Presisi (Kecermatan
& Keseksamaan)
2 Golongan kesalahan yang m’pengaruhi hasil
pengukuran :
• Kesalahan sistematik / constant error
• Kesalahan non sistematik/random error
Tugas Analist : Memperoleh hasil analisis yang
valid, yang sedekat-dekatnya dgn nilai yg benar
(true value) dgn menyadari sumber2 kesalahan
..
1. Kesalahan sistematik (constant error) :
kesalahan yg bersifat konstan,menunjukan
simpangan tertentu dari rata2 & dpt dicegah.
misalnya : kesalahan operator/analist,
kes.metode/prosedur, kes. Instrumen /
pereaksi, dsb
Diatasi dengan :
- Meningkatkan keterampilan operator
- Kalibrasi alat/instrumen yg dipakai
- Memperbanyak frekuensi analisis
- Melakukan penetapan blanko & pembanding
- Membandingkan dgn hasil metode lain
2. Kesalahan non
..
sistematik (random
error):
 mrpkan kesalahan yang
bersifat tidak tetap,tidak
terkontrol, & tdk dpt
dicegah.
Misalnya :
• variasi dalam bebrapa hasil
pengukuran akibat getaran
gedung / ketdkstabilan arus
listrik.
• Kesalahan ini sukar Gbr : Pola distribusi random error
dihindari, tetapi
frekuensinya jarang (kecil),
sehingga hasil rata2nya
relatif baik/tdk
menyimpang.
Volumetri
• Volumetri/Titrimetri :
Metode analisis kuantitatif yang didasarkan atas
pengukuran volume titran yang digunakan untuk
bereaksi sempurna dengan zat yang dititrasi (titrat).
Suatu titik / saat dimana jumlah titran (std) ekivalen
dengan titratnya disebut Titik ekivalen (=Titik akhir
teoritis)
Titik akhir Titrasi : saat terjadi perubahan warna
indikator pada proses titrasi
Titran : biasanya larutan zat baku (primer atau
sekunder) yang diketahui dengan tepat kadarnya.
Titrat : Larutan zat/senyawa yang akan ditentukan
kadarnya. Misalnya, suatu asam atau basa
Keuntungan proses titrasi :
• Kesalahan volume relatif lebih kecil
• Lebih leluasa dalam konsentrasi yg
digunakan
• Relatif lebih cepat
• Lebih baik/akurat (dibanding Gravimetri)
untuk pk sampel2 yang kecil kadarnya.
• Relatif mudah dan murah.
..
Syarat reaksi untuk analisis Volumetri :
• Reaksinya dikenal & tidak ada rx samping
• Reaksinya cepat (bbrp detik) kecuali
reaksi Azo (diazotasi)~ 2 menit
• Reaksi berlangsung sempurna (100%) &
irreversibel
• Ada indikator yg sesuai
• Ada perubahan/loncatan pada TA
(loncatan pH / potensial atau perub.warna)
Sumber kesalahan pd volumetri :
• Perbedaan pengamatan TA dengan TE,
seperti “TA over”, TA kurang jelas, dsb.
• Kesalahan operatif : penimbangan,
pengenceran, pembacaan buret, dsb.

Teknis pelaksanaan titrasi dapat dilakukan :


• Cara langsung : titrasi langsung dg 1 titran
misal : Titran NaOH / HCl / AgNO3, dsb
• Cara tdk lsg : Jika dipakai > 1 titran (std)
misal : Titran I2 dan tiosulfat (Iodo metri)
Titran NaOH dan HCl (TAB)
Macam reaksi pd Titrimetri &
Metode
• Reaksi netralisasi ~ TAB (acidi & alkalimetri)
~ TBA
• Rx.pembentukan kompleks ~Kompleksometri
• Rx.pengendapan ~Precipitimetri / Argentometri
• Rx. Redoks ~Iodi; iodo; & iodatometri
~Bromo & bromatometri
~Cerimetri
~Permanganometri
LARUTAN STANDAR
• Larutan standar : larutan yang mengandung
bobot tertentu zat baku/std dalam volume
tertentu
Satuan konsentrasi : M(mol/L) atau N(Ekivalen/L
= grek/L)
• Jenis larutan standar :
- LS primer : larutan sejumlah tertentu zat baku
primer yg ditimbang seksama & konsentrasinya
langsung dpt dihitung. Contoh, KHP
- LS sekunder : larutan sejumlah tertentu zat
baku sekunder, kadarnya tdk dpt lsg diketahui,
dapat diketahui melalui pembakuan dgn larutan
baku primer. Contoh, NaOH / HCl
• Syarat zat baku primer :
• Tingkat kemurniannya tinggi (pengotoran
< 0,01%)
• Mudah diperoleh (relatif murah)
• Stabil, tidak mudah teroksidasi/ menguap
• Tidak higroskopis
• BE nya relatif besar
• Mudah larut/larut sempurna pd
konsentrasi yg digunakan
• Reaksinya cepat dan sempurna
(stoikiometrik)
Contoh :
• Rx asam-basa : Na2CO3; Na2B4O7, dsb
• Rx. Pembentukan kompleks : ZnSO4,
NaCl, berbagai logam murni, dsb
• Rx. Pengendapan : NaCl, KCL, KBr, dsb
• Rx. Redoks : K2Cr2O7, KBrO3; KIO3,
As2O3, dsb,
Konsentrasi larutan
Satuan / unit yang lazim dipakai :
1. SAtuan fisika : % b/b; b/v dan v/v
- bpj (atau ppm) = mg/L
2. Satuan kimia :
- Molaritas :Molar (mol/L)
- Normalitas : Normal (ekivalen/L)
Titrasi asam-basa
• Prinsip : reaksi netralisasi antara suatu asam
dengan basa atau sebaliknya.
• Macamnya :
- Titrasi asam kuat – basa kuat
- Titrasi asam lemah – basa kuat
- Titrasi basa lemah – asam kuat
- Titrasi asam lemah – basa lemah
( yg terakhir tidak dapat untuk penetapan
kuantitatif krn loncatan pHnya sempit/kecil dan
sukar mendapatkan indikator yg sesuai).

• Asam/basa kuat termasuk Elektrolit kuat,


sedangkan as/bs lemah mrpkan elektrolit lemah
Teori/konsep Asam-Basa
• Teori Arrhenius :
Asam adl senyawa yang dalam air menghasilkan
ion H+, sdgkan basa adl senyawa yg menghslkan
ion OH-
• Teori Bronsted- Lowry : (teori proton)
Asam adl senyawa yg mampu
melepas/mendonor proton(H+), dan Basa adl
senyawa yg mampu menerima/ menarik proton.
• Teori Lewis : (teori elektron)
Asam adl penerima elektron, dan basa adl
pendonor/pemberi elektron.
Konsentrasi dan pH larutan elektrolit
• Elektrolit kuat : Konsentrasi sesuai dengan
jumlah zat yg ditimbang dan volume pelarutnya.
pH atau p(-log) bentuk terion sesuai dengan
konsentrasi zat yg dilarutkan.
Misal, HCl 0,1 N  [H+] =0,1 N; pH = 1
• Elektrolit lemah : Konsentrasi sesuai dengan
jumlah zat yg ditimbang dan volume pelarutnya,
tetapi pH tergantung pada derajat dissosiasinya
().
Misal, asam asetat (HOAc)
Rx.: HOAc === H+ + OAc- ; Ka =1,8 x 10-5
cM c M c M
(cc
Ka= ( c - c

Sehingga [H+] =[OAc-]
= 0,0134 x 0,1
= 0,00134 M
pH = - log [H+] [H+]2
Atau berdsrkan pers. Rx di atas, Ka =[HOAc]
Shg :
[H+]2 = Ka.[HOAc]  pH = ½ pKa – 1/2log[As]
Untuk basa lemah  pOH= ½ pKb – ½ log[Bs]
Hidrolisis garam
• TE : Suatu saat pada titrasi asam-basa dimana
jumlah basa yang dititrasi = jumlah asam
(ekivalen secara kimia). Dinamakan juga Titik
Stoikiometri atau TA teoritis.
• Bila yang terlibat adl asam+basa kuat, garam
yang terbentuk tetap stabil (pH 7).
• Bila yang bereaksi asam kuat dengan basa
lemah atau sebaliknya, maka garam yang
terbentuk akan segera terhidrolisis dan pH
larutan saat TE akan sedikit asam atau sedikit
basa (=pH asam/basa lemah).
1.Hidrolisis garam yang berasal dari asam
kuat+basa lemah
Rx : NH4Cl  NH4+ + Cl-
NH4+ + H2O == NH4OH + H+

K = [NH4OH] [H+]  K[H2O] = [NH4OH][H+] x [OH]


[NH4+][H2O] [NH4+] [OH]
 Kh = Kw/Kb
Atau berdsr rx di atas :
Kh = [NH4OH][H+]  [H+] = Kh [NH4+]
[NH4+] [NH4OH]
• Karena [NH4OH] = [H+], maka :
[H+]2 = Kh [NH4+]
=>[H+] = V Kw/Kb.[garam mula2]
=>pH = ½ pKw – ½ pKb – ½ log[grm mula2]

2. Hidrolisis garam yg berasal dari basa kuat dan


asam lemah
Rx: NaOAc  Na+ + OAc-

OAc- + H2O == HOAc + OH-


Kh = Kw/Ka => pOH = ½ pKw – ½ pKb – ½ log[grm]
• Berapa pH nya?
• Karena [H+] = Kw/[OH-], maka :
= Kw
{Kw/Ka.[grm]} ½
= Kw.Ka ½
[grm]

Shg: pH = ½ pKw + ½ pKa + ½ log[grm]


Indikator Netralisasi
• Indikator netralisasi atau indikator asam-basa adl suatu
zat organik yang memiliki warna yang berbeda pada pH
yang berbeda. Untuk titrasi asam basa dipilih indikator
yang mengalami perubahan warna pada pH sekitar TE.
• Indikator (mnrt Oswald) : asam atau basa organik lemah
(HIn / InOH) yang memiliki warna yg berbeda antara
bentuk ion dan molekulnya. Dalam air akan terbentuk
kesetimbangan rx :
HIn H+ + In-
InOH OH- + In +
Warna yang ditunjukan indikator tergantung dari ratio
konsentrasi ion dan molekulnya.
Misal, HIn = merah; In- = kuning
Jika [HIn] = [In-]  warna merah kuning
Jika [HIn] = 10[In-]  warna merah, pH = pKInd. –log 10
Jika [In-] = 10[HIn]  warna kuning, pH= pKInd.-log 0,1
Cara pemilihan Indikator
• Pemilihan indikator yang tepat akan
memperkecil perbedaan TE dan TA.
• Indikator dipilih berdasarkan trayek perubahan
warnanya yang terletak pada daerah tegak
lurus(loncatan pH) pada kurva titrasi.
- Pada titrasi asam-basa kuat, daerah tegak lurus
pada pH antara 4,4 – 9,6; TE=pH 7
Indikator yang sesuai : metil merah (4,2-6,2;
Fenolftalein (8,3-10).
- Pada titrasi basa lemah dengan asam kuat
(NH4OH – HCl), daerah tegak lurus pd pH 4,0-
6,0. TE = pH 5,5. Indikator yg sesuai : mm, metil
jingga (pH 3,1 – 4,4).
Larutan Dapar (buffer)
• Macamnya:
1. Campuran asam lemah dengan
garamnya, misal: HOAc dengan NaOAc
2. Campuran basa lemah dengan
garamnya, misal : NH4OH dengan NH4Cl
Pada tipe 1, tdp 2 reaksi dalam larutannya :
HOAc === H+ + OAc-
NaOAc  Na+ + OAc-
Ka = [H+][OAc-] , dimana [OAc-] terbesar berasal dr
[HOAc] ionisasi garamnya, [OAc-] dr
dissosiasi diabaikan
[HOAc]=konsentrasi asam mula2
• Sehingga : Ka = [Garam mula2] [H+]
[Asam mula2]

Atau [H+] = Ka. [Asam mula2]


[Garam mula2]
 pH = pKa – log [Asam/Garam]
 = pKa + log [Garam/Asam]

Untuk dapar tipe 2, seperti penurunan persamaan di atas :


Kb = [Garam] [OH-]  [OH-] = Kb [Basa]/ [Garam]
[Basa]
shg pOH = pKb – log [Basa]/[Garam]
= pKb + log [Garam]/[Basa]
Dan pHnya dapat diketahui dari : pH = pKw - pOH
Contoh Soal :
1. 25,0 ml asam kuat HCl 0,1 N dititrasi dengan basa kuat
NaOH 0,1 N. Tentukan pH larutan pada :
a. Sebelum titrasi ?
b. Setelah penambahan 10 ml NaOH 0,1 N ?
c. TE (TA teoritis) ?
d. Setelah penambahan 30 ml NaOH 0,1 N?
Gambarkan kurva titrasinya (pH vs Volume titran)
2. Sebanyak 25,0 ml HOAc 0,1 N dititrasi dengan larutan
baku NaOH 0,1 N . Tentukan pH larutan pada :
a. Sebelum titrasi?
b. Setelah penambahan 12,5 ml NaOH 0,1 N?
c. Saat TE?
d. Setelah penambahan 30,0 ml NaOH 0,1 N?
Gambarkan kurva titrasinya.
Titrasi Garam terhidrolisis dgn Asam kuat
• Misalnya, titrasi ion carbonat, borat, asetat, dsb, dengan
suatu asam kuat, maka posisi anion asam lemah tsb
digantikan oleh anion asam kuat, sehingga titrasi ini
disebut sbg Titrasi Perpindahan(Displacement titration)
• Syarat suatu garam dapat dititrasi secara TAB yaitu jika
Kh asam atau basa konjugasinya > 10-7
Misal, NaOAc  Na+ + Oac- (Ka = 1,8 x 10-5)
Oac- + H2O  HOAc + OH-  Kh= Kw/Ka
= 10-14/1,8.10-5 = 5,5 x 10-10
(Tidak bisa dititrasi, karena OH- terlalu kecil)

Pada NaCN (Ka = 7,2.10-10)  Kh = Kw/Ka= 1,58 x 10-5


Berarti garam NaCN bisa dititrasi.
Beberapa baku primer pada TAB
1. KHP (Kalium hidrogen phtalat), KHC8H4O4
BE=BM= 204,2 ,Kemurnian 99,95%
2. Borax (Na-tetra borat, Na2B4O7.10H2O)
BE=BM/2 = 190,72. tidak higroskopis &
ekonomis.
3. Natrium karbonat
4. Asam sulfamat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai