Anda di halaman 1dari 127

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

BAMBANG WASITO
04.01.211041

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI

Diajukan sebagai syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

BAMBANG WASITO
04.01.211041

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb, Bismillahirohmanirrohim……


Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya masih diberikan kesehatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Sholawat bertangkai salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada……
Istriku Merry Dwi J yang senantiasa ada dibalik layar dalam penyusunan karya
tulis ini. Terima kasih segala dukungan dan motivasi yang diberikan kepadaku
sampai saat ini…
Keluarga Besar BPP Arjasa atas semangat dukungannya…
Beribu terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing utama saya
Ibu Dr. Budi Sawitri, SST, M.Si yang telah membimbing dan meluangkan
waktunya untuk bimbingannya dengan sabar.
Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Saudara Ainur Rahman,
S.ST.,MP sebagai pembimbing pendamping yang dengan sabar dan telaten
membimbing saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini…

Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman saya program RPL khususnya di
wilayah Kabupaten Jember yang sudah membantu memberi dukungan penuh
selama saya kuliah di POLBANGTAN Malang
Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima
kasih saya haturkan semoga kebaikan yang telah diberikan dilipatgandakan oleh
Allah SWT kepada yang memberikan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi saudara yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

ii
PERNYATAAN
ORISINALITAS TA

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, didalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiha yang pernah diajukan

oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di

suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam

naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah

saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Malang, …………… Juli 2023


Mahasiswa

Bambang Wasito
NIRM. 0401211041

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI

BAMBANG WASITO
04.01.211041

Malang, …………… 2023

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Budi Sawitri, S.ST., M.Si Ainur Rahman, S.ST., M.P


NIP. 19840328 200604 2 001 NIP. 19860807 201001 1 012

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian
Malang

Dr. Ir. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si., IPM


NIP. 19690511 199602 1 00 1

iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI

BAMBANG WASITO
04.01.211041

Mengetahui,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Budi Sawitri, S.ST., M.Si Ainur Rahman, S.ST., M.P


NIP. 19840328 200604 2 001 NIP. 19860807 201001 1 012

Mengetahui,
Penguji III,

Dr. Ir. Harwanto, M.Si.


NIP. 19660605 199403 1 002

v
RINGKASAN

Bambang Wasito, NIM 04.01.21104. Rancangan Penyuluhan Pengendalian


Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya Tanaman Cabai Rawit di Kelompok
Tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari, Pembimbing Utama:
Dr. Budi Sawitri, S.ST., M.Si., dan Pembimbing Pendamping Ainur Rahman,
S.ST., M.P.

Potensi usaha tani khususnya budidaya tanaman cabai rawit di Desa Jatian
sebenarnya memiliki prospek yang bagus. Adanya kegiatan pengendalian hama
terpadu (PHT) dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keahlian petani
dalam menganalisa pengendalian hama yang dapat dilakukan melalui pengamatan
pada tanaman di lahan masing-masing. Diharapkan kedepannya petani dapat terus
menerapkan PHT sehingga terjadi peningkatan produksi cabai rawit dengan
budidaya yang ramah lingkungan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pelaksanaan tugas akhir di Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember


pada bulan Juni sampai Juli 2023. Metode penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan hasil data penelitian berupa angka-angka yang dianalisis
menggunakan statistik dan dijabarkan secara deskriptif. Penelitian dilakukan
dengan meneliti 35 responden yaitu petani aktif di Kelompok Tani Karya Tani 05
Desa Jatian. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

Hasil pelaksanaan tugas akhir adalah 1) Tingkat motivasi petani dalam


pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit kategori
sedang sampai tinggi. 2). Rancangan penyuluhan tentang Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di Desa Jatian Kecamatan
Pakusari Kabupaten Jember tujuan pelaksanaan penyuluhan petani mengetahui
dan memahami pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai
rawit 50% tercapai. 3). Efektifitas Peningkatan pengetahuan petani dalam
pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit 81 %
dalam kategori efektif, 4). Taksonomi variabel mengetahui peningkatan
pengetahuan sebagian besar petani ada pada kategori rendah dan tinggi yaitu
42,8% pengetahuannya rendah dan 25,8% pengetahuannya tinggi dan taksonomi
variabel memahami sebagian besar berada pada kategori sedang dan tinggi yaitu
kategori sedang 48,5% dan kategori tinggi 45,8%.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Rancangan Penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya
Tanaman Cabai Rawit di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian
Kecamatan Pakusari” dengan baik, lancar dan tepat waktu.
Tugas Akhir ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dan
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang
dijadikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P) di
Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang. Penulisan Tugas Akhir
tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Dr. Budi Sawitri, S.ST, M.Si selaku Pembimbing Utama,
2. Ainur Rahman, S.ST.,MP selaku Pembimbing Pendamping,
3. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, SP. MP, selaku Ketua Jurusan dan Program
Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan,
4. Dr. Ir. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si., IPM selaku Direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang, dan
5. Dr. Ir. Harwanto, M.Si, selaku penguji III terima kasih atas saran-saran yang
membangun.
6. Serta semua pihak yang membantu dalam penyusunan Tugas Akhir.

Besar harapan dari penulis untuk memperolah saran, kritik, dan masukan
guna perbaikan kedepannya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.

Malang, ………… 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ………………………………………………………. i


HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. ii
LEMBAR ORINISALITAS TA …………………………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………… iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI …………………………………….. v
RINGKASAN ………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat ……………………………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 6


2.1 Penelitian Terdahulu ………………………………………………… 6
2.2 Landasan Teori ……………………………………………………. 16
2.2.1 Teori Motivasi ………………………………………………. 16
2.2.2 Motivasi Budidaya Tanam Cabai Rawit ………………………… 17
2.2.3 Karakteristik Petani ……………………………………………. 18
2.2.4 Budidaya Cabai Rawit ……………………………………….. 21
2.2.5 Syarat Tumbuh ………………………………………………… 22
2.2.6 Pengendalian Hama Terpadu ………………………………….. 25
2.2.7 Aspek Penyuluhan ……………………………………………. 29
2.3 Kerangka Penelitian …………………………………………………. 35

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 39


3.1 Lokasi dan Waktu ………………………………………………….. 39
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………… 39
3.2.1 Populasi dan Sampel …………………………………………… 40
3.2.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ……………………….. 40
3.2.3 Instrumen Penelitian …………………………………………. 41
3.2.4 Analisis Data ………………………………….…………….. 44
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ……………………………………. 45
3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan …………………………………. 45
3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ……………………………….. 45
3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan ……………………………….. 46
3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan ……………………………… 46
3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan ……………………………….. 47
3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ……………………………… 47

viii
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan………………………….. 49
3.4.1 Persiapan Penyuluhan ………………………………………… 49
3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ……………………………………. 50
3.4.3 Pelaksanaan Evaluasi ………….…..…………………………… 50
3.4.4 Penetapan Evaluasi ……………………………………………. 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 52


4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian dan Karakteristik Petani ……… 52
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………….. 53
4.1.2 Karakteristik Petani Responden …………………………….….. 53
4.2 Tingkat Motivasi Petani Responden ………………………………….. 58
4.3 Perancangan Penyuluhan …………………………………………….. 63
4.3.1 Tujuan Penyuluhan …………………………………………… 63
4.3.2 Sasaran Penyuluhan ……………………………………………. 64
4.3.3 Materi Penyuluhan ……………………………………………. 65
4.3.4 Metode Penyuluhan …………………………………………… 66
4.3.5 Media Penyuluhan ……………………………………………. 67
4.3.6 Evaluasi Penyuluhan …………………………………………. 68
4.4 Hasil Evaluasi ………………………………………………………. 75
4.4.1. Efektifitas Peningkatan Pengetahuan ……………………………. 75
4.4.2. Hasil Taksonomi Bloom Pengetahuan ………………………… 78
4.5 Rencana Tindak Lanjut ……………………………………………….. 82

BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 83


5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………. 83
5.2 Saran ………………………………………………………………… 83

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 85


LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 89

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Luas Panen (Ha), Provitas (Kw/Ha), dan Produksi (Kw)
Cabai Rawit Di Desa Jatian (2018-2022) ……………………… 2

1.2 Banyaknya Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Rata-rata


Curah Hujan ……………..……………………………………. 2

3.1 Data Primer Penelitian ………………………………………………. 40

3.2 Data Sekunder Penelitian …………………….……………………… 41

3.3 Instrumen Penelitian Karakteristik Petani …………………………. 42

3.4 Instrumen Penelitian Tingkat Motivasi Petani ……………………. 43

4.1 Motivasi Petani Responden Kelompok Tani Karya Tani 05 ……………. 59

4.2 Intrumen Evaluasi Aspek Pengetahuan …………….………………… 71

4.3 Hasil Pre Test dan Post Test …………………………………………. 76

4.4 Rata-rata Pre Test dan Post Test Berdasarkan Pendidikan Formal ……. 77

4.5 Taksonomi Variabel Mengetahui …………………………………….. 78

4.6 Taksonomi Variabel Memahami ……………………………………. 79

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikiran …………………………………………………… 37

4.1 Peta Desa Jatian …………………………………..…………………… 52

4.2 Diagram Tingkat Umur Petani Responden ……………………………. 54

4.3 Diagram Tingkat Pendidikan Petani Responden ………………………. 55

4.4 Diagram Luas Lahan Petani Responden ………………………………. 56

4.5 Diagram Lama Berusaha Tani Responden …………………………… 57

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Timeline Kegiatan Penelitian …………………………………………. 90

2. Kuesioner Penelitian ………………………………………………….. 91

3. Hasil Kuesioner Penelitian …………………………………………………. 94

4. Kuesioner Evaluasi Penyuluhan ……………………………………. 96

5. Berita Acara Penyuluhan …………………………………………… 100

6. Daftar Hadir Penyuluhan ……………………………………………. 101

7. Lembar Persiapan Menyuluh ………………………………………… 103

8. Sinopsis …………………………………………………………….. 104

9. Leaflet ……………………………………………………………….. 105

10. Hasil Kuisioner Penyuluhan PreTest …………………………………. 107

11. Hasil Kuisioner Penyuluhan PostTest ………………………………… 109

12. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan ……………………………….. 111

13. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan Video ………………………… 114

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi masyarakat Indonesia tentunya sudah tidak asing apabila mendengar

sebutan cabai rawit. Cabai rawit sudah bisa dibilang sebagai kebutuhan pokok

bagi kehidupan manusia, hampir semua orang menyukai cabai yang merupakan

salah satu komoditas sayuran ini dan terlebih lagi cabai memiliki nilai ekonomi

yang cukup tinggi dibandingkan dengan sayuran-sayuran lainnya. Sebenarnya

budidaya cabai rawit sangatlah menjanjikan dan bisa mengangkat perekonomian

petani.

Produksi cabai di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember selama lima tahun

terakhir (2018-2022) memiliki peningkatan dengan laju pertumbuhan 5,82% per

tahun. Peningkatan produksi cabai di Kecamatan Pakusari secara umum

berpengaruh juga pada peningkatan produksi cabai di wilayah binaan Desa Jatian.

Hal yang mempengaruhi adalah peningkatan luas panen sesuai data yang diambil

dari dinas terkait (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

Kabupaten Jember) melalui petugas pengumpul data.

Kecamatan Pakusari sebagai salah satu penghasil cabai rawit yang ada di

Kabupaten Jember, terdiri dari 7 desa yaitu Desa Patemon, Desa Subo, Desa

Bedadung, Desa Kertosari, Desa Sumberpinang, Desa Pakusari dan Desa Jatian.

Desa Jatian merupakan desa binaan yang mengalami penurunan produksi panen

cabai rawit. Berdasarkan data dari dinas terkait melalui petugas pengumpul data.

selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel 1.1.

1
2

Tabel 1.1 Data Luas Panen (Ha), Provitas (Kw/Ha), dan Produksi (Kw)
Cabai Rawit Di Desa Jatian (2018-2022)

Luas Tanam
Tahun Provitas (Kw/Ha) Produksi (Ton/Ha)
(Ha)

2018 20 2,8 5,6


2019 15 2,5 3,75
2020 13 3 3,9
2021 17 2,5 4,25
2022 15 2,1 3,15
Sumber: Data Dinas TPHP Kab. Jember

Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan

hasil produksi panen di Desa Jatian. Hal tersebut dikarenakan pada tahun itu,

terjadi anomali iklim yaitu kejadian La Nina atau curah hujan tinggi Tingginya

curah hujan pada tahun tersebut menyebabkan luas panen berkurang.

Berkurangnya luas panen disebabkan karena tanaman cabai rawit mengalami

kerusakan. Informasi dari penyuluh pertanian di Desa Jatian mengatakan bahwa

kerusakan tanaman cabai rawit disebabkan karena kelembaban tinggi sehingga

tanaman mudah sekali terserang oleh penyakit, diantaranya adalah penyakit layu,

penyakit busuk pada daun batang serta buah cabai rawit, dan penyakit yang

disebabkan karena virus.

Tabel 1.2 Banyaknya Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Rata-rata
Curah Hujan
Rata-Rata
Banyak
Stasiun Jumlah Hari Curah
No Kecamatan Curah
Pengukur Hujan (mm) Hujan
Hujan (mm)
(mm)
1. Pakusari Kotok 2994 208 144
2. Pakusari Pakusari 2575 210 135
Sumber : BPS Kabupaten Jember 2022
3

Berdasarkan pengamatan di lapangan khususnya pada Kelompok Tani

Karya Tani 05 di Desa Jatian Kecamatan Pakusari yang sebagian besar

masyarakatnya bermata pencaharian petani, dimana mereka lebih memilih

menggunakan pemberantasan hama dan penyakit dengan pestisida kimia

dibandingkan dengan menggunakan pestisida nabati (organik) meskipun diketahui

bahwa penggunaan pestisida anorganik dalam pemberantasan hama dapat

berdampak negatif bagi kesehatan petani dan lingkungan sekitar.

Permasalahan yang dihadapi tersebut menuntut adanya cara pengendalian

OPT yang ekonomis menguntungkan petani dan secara teknis dapat diterima

secara logika oleh petani dan ekologis terhadap lingkungan. Konsep pengendalian

hama terpadu (PHT) merupakan upaya yang dikembangkan pemerintah dalam

rangka mengurangi penggunaan pestisida disektor pertanian. Peraturan Menteri

Pertanian No.48/Permentan/OT.140/10/2009 menyebutkan bahwa PHT adalah

upaya pengendalian serangan organisme penganggu tanaman dengan teknik

pengendalian dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara

ekonomi dan kerusakan lingkungan hidup dan menciptakan pertanian yang

berkelanjutan. Prinsip PHT meliputi pemanfaatan musuh alami, budidaya tanaman

sehat, pengamatan berkala dan petani ahli PHT. Mariyono dan Irham (2001)

menunjukkan bahwa PHT berdampak positif terhadap ekonomi petani karena

mampu mengurangi penggunaan pestisida serta meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petani secara tidak langsung.

Walaupun Desa Jatian menyumbang luas panen 1 ha dari 3 ha di

Kecamatan Pakusari, namun belum ada peningkatan produksi jumlah panen. Hal

ini dikuatkan dengan data bahwa produksi cabai rawit di Desa Jatian masih relatif
4

rendah, yaitu sekitar 2,5-3 ton/ha (Programa Kecamatan Pakusari Tahun 2022)

sedangkan potensinya bisa mencapai 7 ton/ha. Salah satu sorotan utama dalam

permasalahan teknis ini adalah para petani belum banyak mengetahui tentang

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit untuk

menambah produktivitas, hal ini didukung oleh data dari Programa Desa Jatian,

bahwa pengetahuan petani terhadap Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Desa

Jatian masih rendah maka disusunlah Karya Ilmiah Penugasan Akhir yang

berjudul “Rancangan Penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada

Budidaya Tanaman Cabai Rawit di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa

Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat motivasi dalam berbudidaya cabai rawit dengan prinsip

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Desa Jatian Kecamatan Pakusari

Kabupaten Jember.

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan mengenai Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya

Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember ?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani terhadap Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya

Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui tingkat motivasi petani baik secara simultan maupun secara

parsial dalam berbudidaya cabai rawit dengan prinsip Pengendalian Hama


5

Terpadu (PHT) di kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan

Pakusari Kabupaten Jember.

2. Menyusun rancangan penyuluhan mengenai Pengendalian Hama Terpadu

(PHT) budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya Tani 05 Desa

Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya

Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam

memecahkan masalah berdasarkan hasil penelitian, meningkatkan

kemampuan berkomunikasi mahasiswa dengan lingkungan masyarakat di

lokasi penelitian, serta dapat meningkakan pengetahuan dan pengalaman

mengenai rancangan penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

budidaya tanaman cabai rawit.

2. Bagi Petani

Sebagai sarana petani dalam mengetahui keuntungan yang diperoleh ketika

ikut terlibat dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya

tanaman cabai rawit.

3. Bagi Intitusi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Sebagai sarana untuk mengenalkan kampus Politeknik Pembangunan

Pertanian Malang kepada masyarakat sebagai institusi pendidikan yang

dapat memberikan manfaat serta pengabdian masyarakat.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Setiawati W (2013) dalam judul “Penerapan Teknologi Pengendalian Hama

Terpadu pada Tanaman Cabai Merah untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim”

mengungkapkan penelitian dilaksanakan atas dasar adanya peningkatan serangan

organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat tinggi akibat terjadinya

perubahan iklim. Penggunaan pestisida yang intensif tidak mampu menekan

serangan OPT tersebut. Sampai saat ini belum terformulasi langkah yang tepat

untuk pengendalian OPT sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh sebab itu

diperlukan inovasi teknologi pengendalian OPT pada tanaman cabai merah secara

terintegrasi. Penerapan teknologi PHT yang diperbaiki merupakan solusi terbaik.

Tujuan penelitian ialah menghasilkan rakitan teknologi PHT untuk mitigasi

perubahan iklim yang dapat menekan penggunaan pestisida > 50% dan

mengurangi emisi CO2 > 10%. Penelitian dilaksanakan di Desa Kawali Mukti,

Ciamis, Jawa Barat dari Bulan April sampai dengan September 2012. Rancangan

percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan

(rakitan berbagai teknologi PHT dibandingkan dengan teknologi konvensional)

serta lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi PHT-4

(penggunaan varietas Kencana yang ditanam secara monokultur, penggunaan

mulsa plastik hitam perak, pemupukan (pupuk kandang sebesar 30 ton/ha dan

NPK sebanyak 700 kg/ha), dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang

kendali), dapat menekan penggunaan pestisida sebesar 73,33% dengan hasil panen

6
7

tetap tinggi yaitu sebesar 15,46 t/ha. Selain itu rakitan teknologi tersebut mampu

mengurangi suhu lingkungan mikro sebesar 0,890C dan emisi CO2 dapat

dikurangi sebesar 38,76%. Teknologi PHT tersebut dapat direkomendasikan

sebagai teknologi untuk mitigasi perubahan iklim (kemarau panjang) pada

budidaya cabai.

Berdasarkan hasil penelitian Kris Kama Aprianto dkk (2020),

mengungkapkan pada usaha tani cabai rawit (capsicum frustescens L) di Desa

Padasuka Kecamatan Petir Kecamatan Serang, mengungkapkan rendahnya

produktivitas cabai rawit di Desa Padasuka disebabkan karena terjadinya

permasalahan teknis yang dialami oleh petani, mulai dari persiapan benih,

persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen. Salah

satu sorotan utama dalam permasalahan teknis ini adalah para petani belum

banyak menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hal ini didukung oleh

data dari Programa Desa Padasuka, bahwa penerapan Pengendalian Hama

Terpadu di Desa Padasuka baru diterapkan sebesar 30% saja, sedangkan 70%

petani lainnya masih belum menerapkan. Tingkat persepsi petani dilakukan

analisis deskriptif, kemudian faktor yang berhubungan dengan persepsi petani

dianalisis menggunakan korelasi rank spearman Hasil analisis deskriftif terkait

dengan persepsi petani, bahwasanya 86,7 % petani memiliki persepsi yang baik.

Hal ini didukung dengan pengetahuan petani terhadap pengendaian hama terpadu

yang juga dalam kategori yang tinggi serta di tunjang dengan intensitas sosial

yang tinggi pula. Selanjutnya faktor yang berhubungan dengan persepsi petani

yaitu pengetahuan petani dan intensitas sosial. Kedua faktor inilah yang

berhubungan dengan persepsi petani, hal ini menunjukan bahwasanya persepsi


8

yang baik perlu ditunjang dengan pengetahuan yang tinggi dan intensitas sosial

yang tinggi juga.

Sri Wahyuni Indiati dan Marwoto (2017), mengungkapkan Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) memberi ruang dan hak kehidupan bagi semua komponen

biota ekologi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman yang

dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu adalah mengurangi

penggunaan pestisida kimia dengan memadukan berbagai komponen teknik

pengendalian hayati dan aplikasi kimiawi jika teknik pengendalian lain tidak

mampu menekan populasi hama. Pada tahun 1986 Pemerintah mengeluarkan

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi tonggak sejarah PHT di

Indonesia,yaitu tentang larangan penggunaan 57 formulasi pestisida kimia untuk

tanaman padi. Perkembangan selanjutnya adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang

sistem budidaya tanaman yang menyatakan bahwa perlindungan tanaman

dilaksanakan dengan sistem PHT. Pengendalian hama pada tanaman kedelai

hingga kini masih bertumpu pada penggunaan pestisida kimia, sedangkan cara

pengendalian yang lain masih belum banyak dilakukan. Penggunaan pestisida

kimia secara berlebihan berdampak pada timbulnya resistensi hama sasaran, dan

pencemaran lingkungan pertanian, sehingga PHT perlu dilakukan. PHT pada

tanaman kedelai merupakan teknik pengelolaan keseimbangan lingkungan

pertanian melalui ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan

ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah

mensinergikan semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit yang

kompatibel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang

digunakan dalam PHT adalah (1) budidaya tanaman sehat, (2) penyeimbangan
9

komponen ekobiota lingkungan, (3) pelestarian musuh alami, (4) pemantauan

ekosistem secara terpadu, dan (5) mewujudkan petani aktif sebagai ahli PHT.

Yuni Ratna dan Wilma Yunita (2017), mengungkapkan kegiatan

pengabdian pada masyarakat (PPM) ini bertujuan untuk: meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial kelompok tani tentang

pengendalian hama terpadu (PHT) biointensif; memecahkan masalah hama dan

penyuakit tanaman padi melalui penerapan PHT biointensif. Kegitan ini akan

dilaksanakan pada Kelompok Tani Hikmah Tani dan Kelompok Tani Payo Dadap

di Desa Senaning Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari selama 6 bulan.

Kegiatan dirancang berdasarkan pemahaman akan kondisi kelompok melalui

participatory-rural-appraisal (PRA). Kegiatan akan dilaksanakan dengan

penerapan metode androgogy dan partisipatry learning and action (PLA).

Kegiatan yang dilaksanakan adalah: pelatihan peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan manajerial kelompok tani tentang PHT biointensif;

dan aplikasi penerapan PHT biointensif untuk mengendalikan hama dan penyakit

padi. Materi pelatihan adalah: budidaya tanaman padi sehat; hama dan penyakit

padi; pemantauan ekosistem padi; konservasi musuh alami; pemecahan masalah;

dan PHT biointensif. Aplikasi penerapan PHT biointensif untuk mengendalikan

hama dan penyakit padi akan dilakukan melalui peningkatan vigor/kesehatan

tanamn padi dengan budidaya padi salibu; peningkatan peran musuh alami

melalui konservasi, dan pengekangan perkembangan hama dan penyakit padi.

Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan PPM akan dilakukan evaluasi. Evaluasi

kegiatan dilakukan dengan penilaian pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

manajerial kelompok sasaran tentang PHT biointensif, keberhasilan usaha


10

budidaya tanaman padi pada kelompok sasaran. Metode evaluasi dilakukan

dengan penyebaran questioner diawal dan diakhir kegiatan, kemudian dianalisis

secara diskriptif, serta membandingkan produksi dan keuntungan usaha budidaya

tanaman padi yang diusahakan pada petak percontohan dengan produksi dan

keuntungan usaha budidaya yang sama dilakukan oleh petani sebelumnya. Hasil

yang sudah dicapai dari kegiatan ini adalah : 1) meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan teknis serta kemampuan manajerial kelompok tani tentang

pengendalian hama terpadu (PHT) biointensiof pada tanaman padi; 2) petani

mengerti tentang implementasi PHT biointensif dengan penerapan teknik

budidaya padi salibu; 3) berkembangnya dinamika kelompok tani.

Berdasarkan penelitian Christina L Salaki (2017), bahwa pengendalian

hama secara terpadu pada tanaman sayuran di ladang merupakan salah satu

metode pengendalian untuk menekan populasi serangga hama agar petani tidak

tergantung pada pengendalian dengan cara kimiawi yang berefek negatif, baik

terhadap lingkungan maupun manusia dan hewan. Program Iptek bagi Masyarakat

bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi berupa Pengendalian Hama

Terpadu ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya microbial Indonesia

yang mendukung sistem pertanian berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan akhir,

program yang dilaksanakan berupa penyuluhan, demonstrasi plot, dan praktik

lapangan. Hasil kegiatan penyuluhan dan demonstrasi plot ini dapat memberi

motivasi kepada petani untuk menggunakan biological agents yang dipadukan

dengan pengendalian melalui cara bercocok tanam untuk menekan populasi

serangga hama sayuran. Kegiatan IbM ini bermanfaat bagi petani untuk

mentransfer pengetahuan melalui metode penyuluhan tentang teknik mendapatkan


11

biopestisida serta pengetahuan secara teori yang dapat langsung dipraktikkan oleh

petani dalam bentuk demonstrasi plot.O

Rudi Hartono (2017), penelitian bertujuan untuk mengetahui teknologi yang

digunakan petani dalam melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman

dan mempelajari tingkat penerapan pengendalian hama terpadu oleh petani pada

tanaman padi sawah. Penelitian di laksanakan di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat

pada Mei sampai dengan September 2016. Penelitian dilaksanakan melalui

survey, wawancara, dan penyebaran kuisioner terhadap petani penerima program

peningkatan produksi padi tahun 2015. Kuisioner yang digunakan telah valid dan

reliabel. Populasi penelitian adalah anggota kelompok tani kota bogor. Sampel

penelitian adalah angota kelompok tani sebanyak 247 orang yang dipilih

menggunakan teknik cluster random sampling. Data hasil penelitian diolah

menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menemukan petani di

wilayah Kota Bogor sudah melakukan teknis pengendalian organisme

pengganggu tanaman secara kultur teknis, fisik/mekanis dan kimia, tetapi belum

melaksanakan pengendalian secara biologi. Tingkat penerapan teknologi

pengendalian hama terpadu pada tanaman bervariasi antar lokasi pertanaman.

Petani di Rancamaya menunjukkan penerapan teknologi pengendalian hama

terpadu yang terbaik.

Eliyatiningsih, Iqbal Erdiansyah, dkk (2021) penelitian di Desa Dukuh

Dempok merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di Kabupaten Jember.

Permasalahan yang dihadapi petani adalah adanya serangan organisme

pengganggu tumbuhan (OPT). OPT yang menyerang di antaranya adalah kutu

kebul (Bemisia tabaci), thrips, antraknosa, dan layu fusarium. Tujuan kegiatan
12

pengabdian kepada masayarakat ini adalah memberikan edukasi dan pelatihan

terkait pengendalian hama secara terpadu (PHT) pada budi daya cabai merah.

Pelatihan yang dilakukan meliputi perbanyakan agensia hayati Beauveria bassiana

dan pupuk hayati Trichoderma, serta penanaman bunga refugia di sekitar

pertanaman cabai merah. Pelatihan dilakukan dengan metode demonstrasi plot.

Dari hasil kegiatan penyuluhan diperoleh data peningkatan pengetahuan petani

terkait dengan pengendalian PHT. Rata-rata nilai pre-test sebelum kegiatan adalah

41,5 dan rata-rata nilai post-test petani setelah kegiatan adalah 87. Setelah

kegiatan pelatihan petani mitra juga mampu melakukan perbanyakan agensia

hayati dan membuat pupuk hayati serta mengaplikasikannya pada lahan budi daya

cabai merah. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa aplikasi B. bassiana, penanaman

bunga refugia, dan aplikasi Trichoderma sp. atau metode Beart dapat menekan

penggunaan pestisida hingga 50%. Dari kegiatan tersebut petani mendapatkan

tambahan pengetahuan dan teknologi baru yang berwawasan lingkungan terkait

budi daya cabai merah yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi,

mengurangi penggunaan pestisida, menekan biaya produksi, dan memperoleh

keuntungan yang maksimal.

Eva L. Baideng (2016), menyatakan tomat merupakan salah satu komoditi

yang diusahakan oleh petani di desa Kakaskasen I dan Kakaskasen III. Namun

produksi tomat di desa tersebut berfluktuasi dan rendah disebabkan oleh serangan

hama dan penyakit tumbuhan. Menurut pengakuan petani di desa tersebut, apabila

serangan hama berat maka akan menyebabkan gagal panen sehingga petani

mengalami kerugian. Untuk menyelamatkan produksi tomat, petani melakukan

pengendalian hama dengan penyemprotan insektisida secara terjadwal sebanyak 2


13

kali seminggu dengan mencampur beberapa jenis insektisida, karena hama mulai

resisten dengan hanya menyemprot satu jenis insektisida saja. Hal tersebut

menimbulkan biaya produksi yang tinggi untuk pengadaan insektisida sedangkan

hasil produksi yang didapatkan kurang baik karena serangan hama pada tanaman

tomat relatif masih tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan cara

untuk merakit satu metode yang kompatibel yang disebut sebagai Pengendalian

Hama Terpadu (PHT). Tujuan program ini yaitu yaitu adanya transfer ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam pengendalian hama. Konsep pengendalian hama

terpadu yang akan ditransfer adalah isolasi dan perbanyakan jamur antagonis

Trichoderma koningii, penggunaan perangkap berperekat kuning (Yellow Sticky

Trap atau YST), penggunaan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak Derris

elliptica, dan pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak. Metode yang dilakukan

yakni penyuluhan, demonstrasi, dan penanaman tomat selama satu musim tanam

dengan perbandingan perlakuan PHT dan Non PHT. Target dari kegiatan ini

memberikan motivasi kepada petani agar mampu mengubah kebiasaan

ketergantungan menggunakan insektisida sintetik sehingga pencemaran

lingkungan dapat ditekan dan produksi tanaman dapat meningkat. Luaran dari

kegiatan ini yaitu 1) Petani mampu mengisolasi dan memperbanyak Trichoderma

koningii, 2) Petani mampu membuat dan mengaplikasikan ekstrak tanaman Derris

elliptica; 3) Petani mampu membuat Perangkap Berperekat Kuning; 4) Petani

mampu menggunakan mulsa plastik hitam perak.

Indah Listiana (2017), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas

petani dalam menerapkan teknologi PHT padi sawah, dan mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kapasitas petani dalam menerapkan teknologi


14

PHT padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelompok tani di

Kelurahan Situgede kota bogor yang dimulai bulan Desember 2014 sampai April

2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, responden dalam penelitian

ini berjumlah 22 orang petani yang diambil secara sengaja (Purposive). Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan yang nyata

antara karakteristik petani (X1) miliputi umur, pendidikan dan lamanya

berusatani; faktor ekternal petani (X2) meliputi luas lahan, peran penyuluh dan

kontak tani serta sifat inovasi, dengan kapasitas petani dalam menerapkan

teknologi PHT padi sawah. Analisis yang digunakan adalah analisis statistika non

parametrik menggunakan uji korelasi Rank Sperman (rs). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kapasitas petani dalam menerapkan teknologi Pengendalian

Hama Terpadu padi sawah sebagian besar dalam klasifikasi rendah. Hasil uji

korelasi Rank’s Spearman menunjukkan bahwa peran penyuluh, peran kontak tani

dan sifat inovasi memiliki hubungan nyata dengan kapasitas petani dalam

penerapan teknologi PHT padi sawah, sedangkan umur, tingkat pendidikan,

lamanya berusahatani dan luas lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan

kapasitas petani dalam penerapan teknologi PHT padi sawah.

Nilasari (2016), memaparkan penggunaan pestisida secara terus menerus

akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Maka, konsep PHT

merupakan inovasi yang harus diterapkan petani dalam menguranggi penggunaan

pestisida. Penelitian bertujuan mendeskripsikan tingkat penerapan PHT oleh

petani. Metode penelitian survei bersifat dekriptif. Jumlah responden 90 petani

Kenagarian Koto Tinggi. Penelitian lapang April-Mei 2015. Data dianalisis secara

deskriptif kuantitatif yang didukung dengan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


15

tingkat penerapan komponen PHT meliputi pemanfaatan musuh alami sebesar

53,05% responden dalam kategori rendah. Komponen budidaya tanaman terdiri

dari pengolahan lahan, pemeliharaan dan panen/pascapanen, penggunaan

benih/bibit, penggunaan pupuk dan pengendalian OPT secara keseluruhan sebesar

62,78 % dalam kategori cukup sesuai dengan yang telah direkomendasikan.

Komponen pengamatan berkala tergolong sedang dan tinggi sebesar 77,78% .

Zulfikar Noormansyah dan Dini Rochdiani (2014), menjelaskan penelitian

ini bertujuan: 1) Mengindentifikasikan karakteristik petani kedelai Program SL-

PTT Kedelai di lahan sawah dan darat, 2) Mengindentifikasikan respons petani

dalam melaksanakan usahatani kedelai Program SL-PTT Kedelai di lahan sawah

dan darat, dan 3) Menganalisis hubungan karakteristik dan respon petani dalam

Program SL-PTT Kedelai di lahan sawah dan darat.Objek penelitian ini adalah

karakteristik dan respon petani dalam melaksanakan program SL-PTT Kedelai

yang mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Ciamis. Metode yang digunakan

adalah metode survey. Dengan jumlah responden dalam penelitian ini 241 petani

kedelai lahan sawah dari 4.256 petani, dan 137 petani kedelai lahan darat dari

2.414 petani dengan menggunakan stratifikasi random sampling. Hasil penelitian

menunjukkan : 1) Secara umum karakteristik petani peserta Program SLPTT

Kedelai di Kabupaten Ciamis baik lahan sawah maupun lahan darat masuk dalam

kategori sedang. Karakteristik petani kategori lahan sempit untuk petani lahan

sawah masuk kategori sedang, sedangkan petani lahan darat masuk kategori

rendah. Karakteristik petani kategori lahan luas untuk petani lahan sawah masuk

kategori tinggi dan petani lahan darat masuk kategori sedang 2) Respons petani

peserta Program SL-PTT Kedelai di Kabupaten Ciamis secara umum masuk


16

kategori tinggi. Respon berdasar kategori lahan sempit untuk lahan sawah masuk

kategori sedang dan petani lahan darat masuk kategori tinggi. Untuk kategori

lahan luas respon petani lahan sawah masuk kategori tinggi dan petani lahan darat

masuk kategori sangat tinggi 3) Terdapat hubungan positif antara karakteristik dan

respon petani dalam program SL-PTT kedelai di Kabupaten Ciamis. Dengan sifat

hubungan semakin tinggi karakteristik petani maka semakin tinggi pula respon

petani dalam pelaksanaan program SL-PTT kedelai di Kabupaten Ciamis.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Motivasi

Motivasi berasal dari kata moveree yang berarti dorongan atas daya

penggerak (Hasibuan, 1999). Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

mendorong gairah kerja seseorang, agar mau bekerja keras dengan memberikan

semua keterampilan dan kemampuannya untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu.

Motivasi menjadi penting karena karena dengan motivasi ini di harapkan

seseorang mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas yang

tinggi. Motivasi merupakan proses sosiopsikologis yang mencerminkan interaksi

anatara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri

seseorang. Motivasi sebagai proses sosiopsikologis timbul di akibatkan oleh

faktor dari dalam seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik atau faktor diluar

diri yang disebut ektrinsik.

Menurut Thoha (1998), motivasi seseorang tergantung dari kekuatan orang

itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan sesorang itu mencapai tujuan-tujuan,

baik sadar atau tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang

berprilaku, yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatan kegiatan, dan


17

yang menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang tersebut.

Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melakukan usaha

substansial, guna mendukung tujuan-tujuan produksikesatuan kerjanya. Dan

tempat ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya

minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan suatu konsep penting

dalam studi tentang kinerja individual (Winardi, 2002).

2.2.2 Motivasi Budidaya Tanam Cabai Rawit

Terdapat sejumlah kebutuhan yang mendorong petani untuk budidaya cabai

rawit. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Clayton Aldelfer adalah (1)

Kebutuhan akan keberadaan (exictence), (2). Kebutuhan berhubungan

(relatedness), dan (3) Kebutuhan untuk berkembang (growth need) (Mosher, 1991

dalam Hambali, 2005). Tiga kebutuhan tersebut dikenal dengan teori ERG.

1. Kebutuhan akan keberadaan (exictence), yaitu kebutuhan petani untuk

memperoleh pendapatan dari berbudidaya cabai rawit.

2. Kebutuhan berhubungan (relatedness), yaitu kebutuhan petani untuk di

terima dalam pergaulan lingkungan masyarakat tempat tinggal.

3. Kebutuhan untuk berkembang (growth need), yaitu kebutuhan petani untuk

meningkatkan skala usaha budidaya, memperoleh penghargaan dan

pengakuan dari masyarakat terhadap keberhasilannya.

Masing-masing kebutuhan tersebut tidak sama kekuatan tuntutan-tuntutan

pemenuhannya. Tumbuhnya kekuatan itu satu sama lain juga berbeda-beda

waktunya. Seluruh kebutuhan tidak tumbuh dalam waktu yang bersamaan.

Walaupun kadang-kadang beberapa kebutuhan dapat muncul sekaligus, sehingga


18

seseorang petani harus menentukan pilihannya yang mana harus dipenuhinya

terlebih dahulu.

2.2.3 Karakteristik Petani

Karakteristik individu yang dalam hal ini adalah petani merupakan

perbedaan diri pada orang satu dengan lainnya yang berupa ciri khas tentang

kemampuan, keterampilan, tingkah laku, pola pikir, dan motivasi dalam

memperoleh cara pemecahan permasalahan atau mengenai bagaimana langkah

penyesuaian terhadap perubahan yang erat kaitannya dengan lingkungan

(Sukharwadi, 2020).

Pada dasarnya karakteristik individu dibagi menjadi dua yaitu karakteristik

demografik atau ciri fisik dan karakteristik psikografik atau kepribadian.

Karakteristik demografik meliputi umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan

keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan suku, ras, agama, dan lainnya.

Sedangkan karakteristik psikografis merupakan ciri yang terbentuk akibat

karakteristik demografik seperti gaya hidup, pola pikir, dan kepribadian. (Mislini,

2006).

Karakteristik petani menggambarkan erat hubungannya dengan kualitas

petani yaitu umur, pendidikan, luas lahan yang digarap, jumlah tanggungan

keluarga, dan motivasi (Sukanata, 2015). Berikut penjabaran mengenai

karakteristik petani :

a. Umur

Umur merupakan rentang waktu sejak seorang tersebut lahir atau selama

masa hidup yang dapat dilihat perkembangannya secara anatomis dan fisiologis,
19

biasanya umur diukur dalam tahun (Nuswantari, 1998). Umur juga didefinisikan

kurun waktu lamanya hidup sejak dilahirkan (Hoetomo, 2005).

Umur petani menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir dan

kemampuannya dalam menjalankan usahataninya (Mardikanto, 1993). Menurut

Hasyim (2006) kecepatan petani dalam menerima inovasi akan lebih besar

dimiliki oleh petani muda, hal ini karena mereka cenderung berkemauan besar dan

memiliki semangat yang tinggi. Sebaliknya petani dengan usia lanjut akan

mengalami keterlambatan dalam penyerapan teknologi akibat kesulitan dalam

memahami hal-hal baru yang dapat mengubah pola pikir, kehidupan, dan cara

kerja.

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan bahwa umur dalam

penelitian ini adalah masa hidup petani sejak lahir hingga berlangsungnya

peneltian yang menunjukkan indikator perkembangan individu dan diukur dalam

tahun. Umur dapat ditunjukkan dari ciri biologis yang dimiliki petani.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses dalam kurun waktu tertentu yang menelaah

suatu pembaharuan menggunakan prosedur terorganisir dan sistematis (Dewi, dkk

2016). Pendidikan merupakan wadah pembelajaran dalam menanamkan sikap

ingin tahu yang menunjang pembangunan pertanian lebih baik. Orang dengan

pendidikan tinggi cenderung cepat dalam menerima dan mengimplementasikan

adopsi serta dalam pengambilan keputusan, dan sebaliknya mereka dengan

pendidikan rendah akan membutuhkan waktu yang lama dalam menerapkan

adopsi inovasi. Tingkat pendidikan petani juga berpengaruh pada sikap mental
20

dan perilaku dalam menjalankan usahataninya, selain itu tingkat pendidikan juga

berorientasi pada kehidupan sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).

Berdasarkan uraian di atas, lama pendidikan formal pada penelitian ini

adalah kurun waktu petani untuk menempuh pendidikan formal. Lama pendidikan

formal diukur dalam satuan tahun.

c. Luas Lahan

Luas lahan yang diusahakan oleh petani responden akan mempengaruhi

jumlah produksi pertanian. Semakin luas lahan pertanian yang dimiliki semakin

tinggi pula produksi yang dihasilkan petani. Produksi yang tinggi secara tidak

langsung akan mempengaruhi penambahan penghasilan yang diterima petani.

Luas lahan yang dimiliki petani juga menentukan besar kecilnya pendapatan yang

diperolah dari usahatani. Sebagian besar petani memiliki luas lahan relatif sempit

karena biasanya lahan yang diusahakan merupakan warisan orang tua yang dibagi

dengan saudaranya. Jika luas lahan meningkat maka pendapatan petani akan

meningkat, demikian juga sebaliknya.

d. Lama Berusahatani

Pengalaman usaha tani berkaitan erat dengan aktivitas petani dalam

menjalankan usaha taninya, hal ini dapat dilihat dari hasil produksi lahannya.

Petani yang telah lama manjalankan usaha taninya akan kaya pengalaman,

keterampilan, dan kemampuan mumpuni dalam menanggapi permasalahan di

lahannya (Soeharjo dan Patong, 1999). Pengalaman usaha tani menjadi faktor

pengembang dalam usaha taninya yang didukung dengan keterampilan,

bersamaan dengan bertambahnya umur mereka, dan tingkat ketepatan dalam

pengambilan keputusan (Sukananta, 2015). Maka dapat disimpulkan bahwa


21

semakin lama pengalaman mereka maka semakin terampil pula mereka dalam

menjalankan usahanya.

Berdasarkan uraian lama berusaha tani di atas, sehingga dirumuskan bahwa

lama berusahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama pengalaman

yang telah dilalui petani dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Lama

berusahatani diukur dalam satuan waktu yang ditetapkan sejak awal menetap di

wilayah tersebut hingga saat penelitian berlangsung.

2.2.4 Budidaya Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan

(Solanaceae) yang memiliki nama ilmiah capsicum sp. Cabai rawit berasal dari

benua Amerika tepatnya Peru dan menyebar ke Negara-negara Amerika, Eropa

dan Asia termasuk Indonesia. Selain di Indonesia, cabai juga tumbuh dan popular

sebagai bumbu masakan di Negara-negara Asia. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan

cabai diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledonae

Subkelas : Sympetalae

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum sp
22

Cabai merupakan tema tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu

banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk hingga

90 cm. Cabai berakar tunggang berdiri atas akar utama dan akar lateral yang

mengeluarkan serabut dan mampu menembus ke dalam tanah hingga 50 cm dan

melebar hingga 45 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau

gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun

oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies atau varietasnya. Bunga

cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama halnya dengan

tanaman Solanaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri

atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik, Bunga cabai juga

berkelamin dua karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk

buah cabai bermacam-macam dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa

mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai

paprika yang berbentuk buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak

ragam.

2.2.5 Syarat Tumbuh

A. Keadaan Iklim

1. Suhu Udara

Setiap tanaman menghendaki kisaran suhu tertentu untuk tumbuh dan

berkembang biak dengan baik. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

memberikan pengaruh yang sama buruknya terhadap pertumbuhan dan

produktivitas tanaman. Suhu sangat mempengaruhi proses metabolisme tanaman

dan pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil produksi tanaman.


23

Agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai rawit

memerlukan suhu udara yang berkisar antara 18°C-30°C. Namun demikian, cabai

rawit memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu panas maupun suhu dingin

sehingga dapat ditanam pada daerah kering, ataupun pada daerah yang curah

hujan tinggi. Namun, produksi yang dihasilkan tidak sebaik produksi tanaman

yang ditanam pada suhu yang sesuai.

2. Kelembapan Udara

Setiap tanaman memerlukan tingkat kelembapan udara yang berbeda. Pada

tanaman cabai rawit, kelembapan udara yang tinggi akan berpengaruh pada

pertumbuhan tajuk yang menjadi 7 layu, dan daun gugur sebelum waktunya.

Sedangkan jika kelembapan udara rendah, dapat menyebabkan pembusukan akar

yang dapat berakibat pada kelayuan tanaman. Selain itu, tanaman yang lembab

juga rentan terkena serangan hama dan penyakit. Kelembapan udara yang cocok

untuk cabai rawit yaitu berkisar antara 60% - 80%.

3. Curah Hujan

Tanaman cabai rawit tidak menghendaki curah hujan yang tinggi. Curah

hujan berpengaruh pada proses pembungaan dan pembuahan. Meskipun demikian,

penanaman cabai rawit tetap dapat dilakukan pada daerang yang memiliki tingkat

curah hujan yang tinggi asalkan disertai dengan sistem drainase yang baik dengan

jarak tanam yang tidak rapat. Agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik,

tanaman cabai rawit memerlukan kondisi iklim dengan 0 - 5 bulan basar dan 4 - 6

bulan kering dalam satu tahun (tipe iklim D3/E3) dan curah hujan berkisar antara

600 mm - 1.250 mm per tahun.


24

B. Keadaan Tanah

Tanah merupakan media tumbuh tanaman cabai rawit sehingga memiliki

arti penting dalam proses pertumbuhan tanaman.

1. Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah

Sifat fisik tanah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya cabai

rawit adalah tekstur dan struktur tanah. Cabai rawit memerlukan tanah yang

teksturnya lempung berpasir dengan struktur tanah yang gembur, mampu

mengikat air dan merembeskan air (porous), memiliki solum yang dalam,

memiliki daya menahan air yang cukup baik, tahan terhadap erosi, dan memiliki

kandungan unsur hara yang tinggi. Agar dapat berproduksi dengan baik, tanah

yang memiliki struktur liat perlu disertai dengan pemberian pupuk kandang dalam

jumlah yang cukup, pengapuran, pengolahan tanah secara intensif, dan pembuatan

saluran drainase yang baik. Sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah

derajat keasaman (pH) tanah dan kadar garam. Derajat keasaman tanah

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga terhadap kehidupan organisme

tanah sehingga mempengaruhi kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara

tertentu. Tanaman cabai rawit memerlukan pH antara 6,0-7,0 (pH optimal 6,5).

Sifat biologi tanah yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan organik yang

terdapat dalam tanah dan banyaknya organisme (dan aktivitasnya) di dalam tanah.

Tanah yang memiliki sifat biologi yang baik akan banyak mengandung zat-

zat hara yang diperlukan tanaman. Selain itu, sifat biologi yang baik dapat

membantu melarutkan bahan organik tanah yang sulit terurai, menyimpan

kelebihan zat hara, membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan


25

mikroorgansme patogen, meningkatkan peredaran udara dalam tanah, menyurkan

tanah, dan meningkatkan pembuangan air (drainase air).

2. Ketinggian Tempat (letak geografis tanah)

Ketinggian suatu daerah menentukan jenis cabai yang cocok untuk

dibudidayakan. Tanaman cabai rawit mempunyai daya adaptasi luas terhadap

lingkungan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, tanaman cabai

rawit dapat dibudidayakan pada ketinggian 0,5-1.250 mdpl, yaitu baik pada

daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi (pegunungan).

2.2.6 Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sistem pengelolaan populasi hama

yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai untuk mengurangi

populasi hama (Untung, 2003). PHT melibatkan lingkup ekologi, strategi,

ekonomi dan budaya dengan keadaan alaminya seperti musuh alami. PHT sudah

diketahui sebagian petani di Indonesia karena pengendalian ini memberikan

manfaat bagi petani. PHT memadukan berbagai macam metode pengelolaan

tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas

produksi dengan meminimalisir timbulnya dampak negatif bagi manusia dan

lingkungan (Lubis, 2004). Pemberian pestisida secara terus menerus dengan

jumlah yang semakin besar justru tidak memberikan hasil yang baik untuk

mengatasi permasalahan hama, namun justru sebaliknya menimbulkan dampak

negatif yaitu pencemaran lingkungan termasuk pencemarian air dan tanah, dan

juga berdampak buruk pada kesehatan manusia. Atas dasar hal tersebut lahir

konsep PHT yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil

pertanian dengan menggunakan musuh alami, pengendalian dengan memodifikasi


26

ekosistem dan yang lainya tanpa ada penggunaan bahan kimia pertanian. Tujuan

dari PHT yaitu memberi batas penggunaan insektisida sintetis dengan

memperkenalkan konsep ambang ekonomi sebagai dasar penetapan pengendalian

hama. Pendekatan ini mendorong penggantian pestisida kimia dengan teknologi

pengendalian alternatif, yang lebih banyak memanfaatkan bahan dan metode

hayati, termasuk musuh alami, pestisida hayati dan feromon (Effendi, 2009).

Diharapkan PHT kedepannya dapat menciptakan perbaikan teknologi budidaya,

efisiensi biaya usahatani, memperoleh insentif pemasaran hasil dan diharapkan

juga dapat meningkatkan produktivitas hasil usahatani (Agustian dan Rachman,

2009).

PHT memiliki empat prinsip dasar dalam rangka pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan ramah lingkungan. Prinsip PHT tersebut dapat

meliputi :

1. Budidaya Tanaman Sehat. Tanaman sehat menjadi bagian terpenting bagi

petani. Tanaman sehat akan lebih tahan terhadap serangan OPT. Tanaman

yang terbebas dari serangan OPT ini harus diperhatikan sejak masa

pembudidayaan. Budidaya tanaman sehat dimulai dari pemilihan varietas,

penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen. Hal ini

perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman kuat dan produktif, serta hasil

panen yang tinggi (Widayat dan Jamia, 2007).

2. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami. Musuh alami dalam kegiatan

PHT sangat diperlukan untuk menekan populasi hama yang menyerang

tanaman budidaya. Musuh alami dapat berkembang pada suatu tempat

budidaya bila lingkungannya sesuai, seperti 6 tersedianya makanan maupun


27

tempat tinggal. Penanaman tanaman pelindung dan pemberian mulsa

dipermukaan tanah dilakukan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar

sesuai dengan keadaan musuh alami. Selain itu, tanaman penutup tanah juga

memberikan dampak yang baik. Tanaman penutup tanah dapat meningkatkan

musuh alami dan sebagai sumber bahan organik, sehingga tanaman utama

dapat tumbuh dengan subur serta risiko terjadinya ledakan hama semakin

mengecil (Widayat dan Jamia, 2007).

3. Pengamatan. Pengamatan atau monitoring merupakan upaya pengamatan

langsung yang dilakukan secara berkala dalam jangka waktu panjang. Hal

yang dapat diamati, seperti jenis dan populasi serangga hama, musuh alami,

cuaca dan vegetasi. Tujuan monitoring untuk mengetahui tinggi rendahnya

populasi OPT serta musuh alami, mengurangi biaya pengendalian,

mengetahui penurunan produksi akibat serangan OPT dan penggunaan

pestisida secara tepat dan bijaksana (Widayat dan Jamia, 2007). Pengamatan

menjadi salah satu komponen penting dalam sistem PHT, karena hasil

pengamatan akan menjadi bahan yang berguna untuk pengambilan keputusan

pengendalian OPT (Soeroto, 2007).

4. Petani sebagai ahli PHT. Petani yang termasuk dalam ahli PHT dapat

mencukupi serangkaian kegiatan, meliputi pengamatan ekosistem, analisis

agroekosistem, proses pengambilan keputusan pengelolaan pertanian guna

pengendalian dan peningkatan produktivitas serta kualitas hasil. Pelatihan

PHT yang diterapkan menurut Widayat dan Jamia (2007) adalah lahan

sebagai sarana belajar dari pengalaman sendiri dalam menyelesaikan

masalah, mengkaji agroekosistem untuk pengambilan keputusan pengelolaan


28

pertanian, pemandu lapang merupakan teman dan fasilitator, petani jadi

pengambil keputusan di lahan sendiri dan mampu menerapkan empat prinsip

PHT.

Pengendalian Hama Terpadu, memberi ruang dan hak kehidupan bagi

semua komponen biota ekologi, tanpa terjadinya kerusakan pada tanaman yang

dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu adalah mengurangi

penggunaan pestisida dengan memadukan teknik pengendalian hayati dan

pengendalian kimiawi. Pada tahun 1986 Pemerintah mengeluarkan Instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi Tonggak sejarah PHT di Indonesia,

diawali dengan instruksi presiden nomor 3 tahun 1986 tentang larangan

penggunaan 57 formulasi pestisida untuk tanaman padi. Perkembangan

selanjutnya adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman yang

menyatakan bahwa “Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)”.

Strategi PHT adalah mensinergikan semua teknik atau metode pengendalian

hama dan penyakit yang kompatbel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.

Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT adalah 1) Budidaya tanaman

sehat, 2) Penyeimbangan komponen ekobiota lingkungan, 3) Pelestarian musuh

alami, 4) Pemantauan ekosistem secara terpadu, 5) Mewujudkan petani aktif

sebagai ahli PHT.


29

2.2.7 Aspek Penyuluhan

a. Definisi Penyuluhan Pertanian

Secara umum penyuluhan adalah suatu proses perubahan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga

mereka mau dan mampu menjalani perubahan-perubahan dengan tujuan perbaikan

kesejahteraanya (Subejo, 2010).

UU SP3K No. 16/2006 mendefinisikan penyuluhan adalah proses

pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu

menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pedapatan, dan kesejahteraannya serta

meningkatkan kesejahteraan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.dan

penyuluhan pertanian yang dijadikan sebagai acuan sehingga saling terkait dalam

suatu pengaturan yang terpadu dan selaras melalui penyuluhan dengan melibatkan

seminimal mungkin tiga pihak terkait yaitu pelaku utama, pelaku usaha, serta

kelembagaan penyuluhan baik instansi pemerintah, swasta, maupun swadaya. UU

tersebut juga menegaskan pentingnya SDM yang berkualitas, terampil,

kewirausahaan, dan berkemampuan manajerial bisnis sehingga pelaku utama

mampu membangun serta mengembangkan usaha dari hulu hingga hilir yang

berdaya saing serta berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. Tujuan Penyuluhan Pertanian

UU SP3K No. 16/2006 telah menerangkan bahwa penyuluhan pertanian

ditujukan kepada pelaku utama dalam hal ini adalah petani dan pelaku usaha
30

(stakeholder) dengan harapan terjadi perubahan sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraannya.

Menurut Kartasapoetra (1994) tujuan penyuluhan dibagi menjadi dua tujuan

yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dirumuskan

dengan merujuk pada perbaikan dalam usahatani yang dijalankannya meliputi

perubahan tingkat pengetahuan, kecakapan atau kemampuan, sikap, dan tindakan

petani serta keluarganya. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan

kesejahteraan petani yang meliputi perbaikan dalam teknis bertani (better

farming), perbaikan pada usaha yang lebih menguntungkan (better business), dan

perbaikan pada kehidupan petani (better living).

c. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Sasaran penyuluhan adalah orang dengan kebutuhan, kemauan, dan harapan

yang menyadari adanya dorongan untuk berubah menjadi lebih baik dari kondisi

saat ini. Sehingga efektivitas penyuluhan erat ditentukan oleh keadaan sasaran

untuk mau menerima serta melakukan perubahan dalam hidupnya (Hidayati,

2014)

UU No. 16/2006 menyebutkan bahwa pihak yang paling berhak

memperoleh manfaat penyuluhan yaitu sasaran utama dan pelaku usaha,

sedangkan sasaran pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau

lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan

tokoh masyarakat.

Sejalan dengan UU No. 16/2006, menurut Mardikanto dan Sutami (1993),

bahwa sasaran penyuluhan dikelompokkan menjadi : (1) sasaran utama, yaitu

orang-orang yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian dengan terlibat secara


31

langsung dalam kegiatan bertani dan mengelola usahataninya yang meliputi petani

dan keluarganya, (2) sasaran penentu, yaitu orang-orang yang terlibat dalam

pembangunan pertanian yaitu dalam penentuan kebijakan, bertanggungjawab atas

kegiatan pembangunan dan menyediakan akses yang diperlukan petani dalam

usahataninya. Keterlibatannya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian meliputi stakeholders, tokoh yang

berpengaruh di wilayah tersebut, para peneliti, lembaga penyedia pinjaman modal,

pedagang dan produsen penyedia alat dan bahan pertanian. (3) sasaran

pendukung, yaitu pihak-pihak yang tidak memiliki keterkaitan dengan

pembangunan pertanian, namun keberadaannya dapat membantu guna

mendukung dan melancarkan pembangunan pertanian. Sasaran pendukung dalam

penyuluhan pertanian adalah para pekerja sosial, seniman, konsumen hasil

pertanian, dan penyedia jasa iklan.

d. Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan adalah segala informasi dalam beragam bentuk untuk

disampaikan oleh penyuluh kepada penerima manfaat mengenai inovasi, ilmu,

teknik, dan metode-metode yang diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku dan

meningkatnya produktivitas usahatani sehingga pendapatannya meningkat dan

kesejahteraanya juga meningkat (Isbandi A. R., 2005).

Materi penyuluhan bersifat inovasi atau pembaharuan, sehingga dalam

merumuskan materi disesuaikan karakteristik inovasi. Rogers (1995),

mengemukakan bahwa karakteristik inovasi terdiri dari lima sifat yaitu : (1)

adanya keuntungan relatif yang ditawarkan, (2) kesesuaian dengan kebutuhan dan

konsisten pada norma, (3) tingkat kerumitan inovasi untuk diadopsi, (4) inovasi
32

dapat diuji coba sehingga dapat melihat sejauh mana manfaat yang ditunjukkan,

(5) dapat dilihat atau diamati keuntungan inovasi yang ditawarkan.

e. Metode Penyuluhan Pertanian

Menurut Suhardiyono (1992), mengemukakan metode penyuluhan bersifat

khusus dan berorientasi pada kepentingan petani dalam rangka menumbuhkan

motivasi dan kemauan petani untuk mengubah pola perilakunya sehingga dapat

meningkatkan kondisi sosial yang mengarah pada peningkatan kesejahteraannya.

Menurut Oil (dalam Padmowihardjo, 2000) bahwa proses pembelajaran

akan ditangkap oleh alat indra penglihatan dengan perolehan tertinggi yaitu

sebesar 83%, 11 % pada indra pendengaran, 3% pada indra penciuman, 1,5% pada

indra peraba, dan 1% pada indra pengecap.

Menurut Ban dan Hawkins (1999), pemilihan metode penyuluhan

teergantung dengan tujuan yang dikehendaki. Keberagaman metode tersebut

digunakan dengan memerhatikan penggolongan sasaran. Berdasarkan

penggolongannya pendekatan penyuluhan terbagi menjadi tiga yaitu metode

pendekatan individu, kelompok, dan umum/masal.

f. Media Penyuluhan Pertanian

Menurut Hamidjojo dan Latuheru, (1993) Kata media berasal dari bahasa

Latin “medius” yang berarti “tengah atau pengantar”. Sedangan dalam Bahasa

Arab media memiliki arti “perantara” yaitu pengantar pesan kepada penerima.

Media adalah segala bentuk perantara yang digunakan untuk menyampaikan

pesan, ide, dan pendapat kepada penerima.

Media penyuluhan dimaksudkan untuk menstimulus penerima manfaat

untuk dapat menerima inovasi yang ditawarkan, sedangkan dalam menentukan


33

media penyuluhan yang tepat perlu disesuaikan dengan karakteristik petani,

kondisi, norma dan segala hal yang mendukung keberhasilan penyuluhan

(Nuraeni, 2014).

Berdasarkan banyaknya sasaran penyuluhan, media dapat digolongkan

menjadi media masa dan media individu (Abdulhak, 2013). Soeharto (2005)

mengerucutkan lagi media penyuluhan berdasarkan bentuknya yaitu media

penyuluhan cetak, audio, audio-visual, dan penyuluan obyek fisik.

g. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

1. Definisi Evaluasi

Menurut Pakpahan, (2017), evaluasi dilakukan secara tersturuktur dengan

alur yang jelas dan sistematis guna mengetahui keefektifan suatu program.

Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan keterangan, identifikasi, dan penilaian

yang erat hubungannya dengan perbaikan dikemudian hari (Anderson, 2010).

Mardikanto (2009) menyatakan dalam pelaksanaan evaluasi perlu

memperhatikan prinsip-prinsip penyuluhan, dimana prinsip tersebut merupakan

landasan yang harus dipenuhi dan diterapkan. Evaluasi penyuluhan berguna untuk

melihat sejauh mana tujuan progam tersebut telah dicapai menggunakan alat ukur

tertentu, yang mana alat ukur evaluasi berbeda dengan alat pengukuran tujuan

evaluasi. Pelaksanaan evaluasi harus memenuhi persyaratan yaitu : (a) objektif,

yaitu berdasar pada fakta yang ada tanpa menambah ataupun mengurangi

informasi; (b) menggunakan metode yang tepat dalam mengumpulkan data; (c)

evaluasi dilakukan menggunakan alat ukur yang tepat (valid) dan dapat diyakini

(reliabel). Evaluasi dapat dijabarkan dalam bentuk data kuantitaf untuk

memperoleh jelas tingkat pencapaian tujuan dan uraian kualitatif untuk


34

menjelaskan faktor-faktor yang menentukan capaian keberhasilan serta penyebab

penyimpangan serta penunjang ketercapaian. Evaluasi dilakukan terstruktur,

efisien, dan sistematis yaitu evaluasi dilakukan untuk meningkatkan daya

pencapaian tujuan, mempertimbangkan kondisi dan ketersediaan sumber daya.

2. Tujuan Evaluasi

Menurut Mardikanto dan Sutarni (1982) menyatakan bahwa prinsip evaluasi

dibagi menjadi tiga kegunaan, yaitu bagi kegiatan itu sendiri, bagi petugas

penyuluh, dan bagi pelaksana kegiatan penyuluhan. Evaluasi bagi kegiatan

berguna untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai, mengumpulkan

data-data pelaksanaan yang menyatakan bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan

rencana, mengetahui penghambat dalam pencapapian tujuan sehingga menemukan

pemecahan hambatan tersebut, memperoleh dorongan dari pihak-pihak terkait.

Kegunaan bagi petugas penyuluhan adalah guna memberikan kepuasan

psikologis atas kegiatan yang telah dilakukan sehingga mampu mendukung

kegiatan penyuluhan dimasa yang akan datang, sebagai ajang penilaian mutu

penyuluhan, menjadi perbaikan pada diri penyuluh sehingga selalu berbenah dan

berproses. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi yaitu menjadi wadah

mengemukakan aspirasi serta asumsi, menciptakan ekosistem kerja yang teratur

dan terarah sesuai pedoman, untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

dalam mengembangkan kegiatan.

3. Jenis Evaluasi

Menurut Mardikanto (dalam Farid, dkk. 2016) evaluasi diklasifikasikan

menjadi enam jenis yaitu evaluasi penyuluhan, evaluasi program penyuluhan,

evaluasi hasil capaian, evaluasi metode, evaluasi sara prasarana, dan evaluasi
35

pelaksanaan juga dampak evaluasi penyuluhan. Evaluasi penyuluhan merupakan

alat yang dijadikan pertimbangan dalam menyusun dan mengambil keputusan.

Evaluasi program penyuluhan dilakukan ketika program telah usai untuk melihat

kembali dalam menilai program tersebut apakah berjalan sesuai perencanaan dan

tujuan yang ditetapkan. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian yaitu evaluasi yang

mengarah pada adanya perubahan perilaku petani, terdiri dari aspek kognitif,

afektif, psikomor. Evaluasi metode yaitu penilaian pada semua tahapan kegiatan

penyuluhan yang dilakukan oleh petugas penyuluhan dalam mencapai tujuan

penyuluhan yaitu perubahan perilaku sasaran.

Evaluasi sarana prasarana adalah tahapan menilai mengenai pendukung

kegiatan penyuluhan, efektivitas penyuluhan, peralatan, alat bantu penyuluhan

yang digunakan. Pada prinsipnya evaluasi jenis ini merupakan penilaian kesiapan

atribut pendukung kegiatan penyuluhan. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan

merupakan penilaian dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari tahap

awal perencanaan hingga dampak/hasil yang diperoleh dan dimaksudkan untuk

mendapatkan pertimbangan pada keputusan kedepannya serta untuk

mengembangkan kegiatan.

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka pikir memuat tahapan dari penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Alur kerangka pikir penelitian berlandaskan hasil identifikasi potensi

wilayah yang telah dilakukan. Penuangan identifikasi potensi wilayah telah

termuat pada latar belakang penelitian, dari keadaan saat ini dengan harapan yang

akan datang terdapat kesenjangan didalamnya yang termuat pada permasalahan di

lapangan. Menanggapi permasalahan tersebut peneliti bermaksud melakukan


36

penelitian yang dapat menghasilkan solusi atas permasalahan sehingga terjadi

perubahan pada keadaan yang terjadi saat ini.

Merujuk pada hasil identifikasi potensi wilayah bahwa pengendalian hama

terpadu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas produksi cabai rawit. Melihat

tujuan tersebut, hendaknya masyarakat terlibat penuh dengan antusias tinggi.

Namun yang terjadi adalah kebalikannya. Petani cenderung belum mengetahui

manfaat pengendalian hama terpadu (PHT).

Berdasarkan keadaan yang terjadi di lapangan, maka peneliti merumuskan

masalah dan dijadikan sebagai topik penelitian yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi karakteristik terhadap tingkat motivasi dalam pengendalian hama

terpadu (PHT) di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari.

Faktor yang dimaksud adalah faktor internal yang berupa pengetahuan petani

gambar 2.1
37

Identifikasi
GambarPotensi
2.1Wilayah
K

Keadaan Sekarang Keadaan Yang Diharapkan

1. Desa Jatian memiliki potensi 1 Petani memahami dan


untuk meningkatkan hasil mengetahui pengendalian hama
produksi tanaman cabai rawit. terpadu (PHT) pada budidaya
2. Pengetahuan petani terhadap tanaman cabai rawit.
pengendalian hama terpadu 2. Meningkatnya pengetahuannya
(PHT) masih kurang. akan prinsip PHT

Permasalahan
Tingkat motivasi dalam berbudidaya cabai rawit dengan prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) di Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

Rancangan Penyuluhan

Tujuan
Berdasarkan hasil penelitian

Kajian
Sasaran
Berdasarkan hasil penelitian Tingkat motivasi dalam
berbudidaya cabai rawit
Materi
Berdasarkan hasil penelitian
dengan prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) di Desa
Jatian
Metode
Berdasarkan hasil penelitian

Media
Berdasarkan hasil penelitian

Evaluasi
Berdasarkan hasil penelitian

Implementasi

Evaluasi Penyuluhan

Rencana Tindak Lanjut

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


38

Merujuk pada alur kerangka pikir, hasil penelitian nantinya dijadikan

sebagai dasar penguat dalam perancangan penyuluhan. Rancangan penyuluhan

disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan di lapangan yang kemudian dilakukan

evaluasi sebagai bentuk penilaian dan perbaikan kegiatan. Berdasarkan kegiatan-

kegiatan tersebut dapat dirumuskan rencana tindak lanjut yang diharapkan mampu

merealisasikan keadaan yang diharapkan.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dan uji coba rancangan penyuluhan dilakukan di Desa

Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Waktu penelitian berlangsung dari

bulan Juni 2023 hingga bulan Juli 2023.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan

mempertimbangkan beberapa hal yaitu: 1) sebagian anggota tani Kelompok Tani

Karya Tani 05 Desa Jatian yang berbudidaya tanaman cabai rawit 2) pengendalian

hama terpadu ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang nantinya akan

berdampak pada peningkatan produksi tanaman cabai rawit. 3) permasalahan

dilokasi adalah motivasi petani mengenai pengendalian hama terpadu (PHT) pada

budidaya tanaman cabai rawit dan Timeline rangkaian kegiatan tugas akhir

disajikan pada lampiran 1.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan hasil data

penelitian berupa angka-angka yang dianalisis menggunakan statistik dan

dijabarkan secara deskriptif. Penelitian dilakukan dengan meneliti sampel dari

populasi yang dalam hal ini adalah kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian

Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, dengan analisis data bersifat kuantitatif.

39
40

3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2002). Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang

diteliti (Nursalam, 2003). Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2005).

Populasi dalam penelitian adalah anggota petani yang menanam cabai rawit

di kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten

Jember dengan jumlah anggota yaitu 35 petani.

3.2.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penggalian data dilakukan menggunakan data primer dan data sekunder

dengan alat bantu berupa kuesioner tertutup. Detail jenis, sumber, dan teknik

pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Data primer pada penelitian ini dirumuskan dengan mengkategorikan

berdasarkan masing-masing karakteristik petani dan tingkat motivasi yang diteliti.

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini dimasudkan untuk menunjang

data primer. Jenis data sekunder diambil dengan disesuaikan kebutuhan peneliti.

Penyajian data primer penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Data Primer Penelitian


No Jenis Data Sumber Alat
1. Karakteristi Petani Petani Kuesioner
2. Motivasi Petani Petani Kuesioner
3. Pengetahuan Petani Petani kuesioner
Sumber : Data diolah 2023

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk

menunjang data primer. Jenis data sekunder diambil dengan disesuaikan


41

kebutuhan peneliti. Penyajian kebutuhan data sekunder penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Data Sekunder Penelitian


No Jenis Data Sumber Alat
1. IPW Profil Desa, RKTP Berkas
Kecamatan,
Programa Desa
2 Jurnal dan Buku Website PC
Sumber : Data diolah 2023

Jenis data penelitian yang digunakan yaitu data primer dan sekunder dengan

perolehan data dapat dilihat pada uraian tabel di atas. Pada tabel telah tersaji jenis

data dan sumber perolehan data. Data-data tersebut dibutuhkan peneliti untuk

mengetahui lebih mendalam juga sebagai penguat penelitian mengenai

karakteristik petani, tingkat motivasi dan pengetahuan petani tentang

pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit.

3.2.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur berupa pernyataan mengenai

fenomena yang diamati. Fenomena tersebut menjabarkan mengenai karakteristik

petani yang diteliti, parameter tingkat motivasi, skala pengukuran yang

digunakan, dan kisi-kisi pertanyaan untuk mengukur peningkatan pengetahuan

yang termuat pada kuesioner sehingga pengumpulan data dapat dilakukan secara

tepat dan sistematis. Karakteristik petani meliputi umur, pendidikan formal, luas

lahan, dan lama berusahatani. Adapun detail instrumen dapat dilihat pada tabel

berikut :
42

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian Karakteristik Petani


Definisi Skala Pernyataan
Karakteristik Parameter
Operasional Pengukuran Kisi-Kisi
Umur Umur petani Umur petani Diukur I.A
yang dihitung sejak menggunakan
menunjukkan lahir hingga skala rasio dan
perkembangan penelitian dikategorikan
individu berlangsung menjadi 3 yaitu
dalam satuan rendah, sedang,
tahun dan tinggi
Pendidikan Lama Jumlah tahun Diukur I.B
Formal pendidikan pendidikan menggunakan
formal yang formal petani skala ordinal
sudah ditempuh yang telah dan
petani dilampaui dikategorikan
dalam satuan menjadi 3 yaitu
tahun rendah, sedang,
dan tinggi
Luas Lahan Luas lahan Luas lahan Diukur I.C
yang yang dimiliki menggunakan
dipergunakan dalam satuan skala ordinal
untuk Ha dan
usahataninya dikategorikan
menjadi 3 yaitu
rendah, sedang,
dan tinggi
Lama Lama Dihitung Diukur I.D
Berusahatani pengalaman jumlah tahun menggunakan
bertani yang petani dalam skala ordinal
telah dilalui berusahatani dan
petani sejak awal dikategorikan
menetap hingga menjadi 3 yaitu
penelitian rendah, sedang,
berlangsung dan tinggi
dalam satuan
tahun
Sumber : Data diolah 2023

Pengukuran tingkat motivasi petani meliputi motivasi terhadap (1)

kebutuhan akan keberadaan (existence), (2) kebutuhan berhubungan (relatedness),

dan (3) kebutuhan untuk berkembang (growth need). Adapun detail instrumen

dapat dilihat pada tabel berikut :


43

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian Tingkat Motivasi Petani


Tingkat Definisi Skala Pernyataan
Parameter
Motivasi Operasional Pengukuran Kisi-Kisi
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Diukur II.a
Keberadaan eksistensial petani untuk menggunakan
(Existence) sangat erat memperoleh skala ordinal
hubungannya pendapatan dari dan
terhadap hal yang berbudidaya dikategorikan
terkait dengan cabai rawit. menjadi 3
kebutuhan paling yaitu rendah,
mendasar dalam sedang, dan
mempertahankan tinggi.
hidup.
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Diukur II.b
Berhubungan berhubungan petani untuk di menggunakan
(Relatedness) dapat dikatakan terima dalam skala ordinal
keinginan yang pergaulan dan
seseorang miliki lingkungan dikategorikan
agar mendapatkan masyarakat menjadi 3
hubungan antar tempat tinggal. yaitu rendah,
sesama manusia sedang, dan
yang bermanfaat. tinggi.
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Diukur II.c
Untuk pertumbuhan petani untuk menggunakan
Berkembang (Growth needs) meningkatkan skala ordinal
(Growth) sejatinya skala usaha dan
dibutuhkan oleh budidaya, dikategorikan
seseorang untuk memperoleh menjadi 3
dapat penghargaan yaitu rendah,
mengembangkan dan pengakuan sedang, dan
potensi – potensi dari masyarakat tinggi.
yang dimilikinya terhadap
agar dapat keberhasilannya.
berpengaruh
langsung terhadap
dirinya maupu
terhadap
lingkungannya.
Sumber : Data diolah 2023

Instrumen penelitian tersebut dijadikan pedoman peneliti dalam membuat

kuesioner menggunakan skala Likert modifikasi. Perumusan definisi operasional,

parameter, dan skala pengukuran yang digunakan ditentukan dengan

menyesuaikan kondisi di lokasi penelitian.


44

3.2.4 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah data yang sudah terkumpul dari

responden penelitian. Kegiatan menganalisis data berupa mengelompokkan data

berdasar instrumen, mentabulasi, melakukan perhitungan, dan menyajikan data.

Peneliti akan menganalisis data dengan metode analisis deskriptif. Karakteristik

petani dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan

untuk mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa menarik kesimpulan secara

general (Sugiyono, 2017).

Data yang telah terkumpul selanjutnya disajikan dengan menetukan mean,

modus, dan range data. Penyajian data berupa penjabaran deskriptif yang

disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Berdasarkan hasil analisis

kemudian data dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Untuk tingkat motivasi dianalisis mengunakan skala Ordinal yang terbagi menjadi

tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi. Efektifitas peningkatan pengetahuan data

dianalisis mengunakan rumus Efektifitas Peningkatan Pengetahuan (Ginting,

1991) yang terbagi menjadi tiga kriteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup

efektif (≥ 32–64%) dan efektif (≥ 64%). Dan untuk mengetahui peningkatan

pengetahuan ditaksonomi bloom konektif variabel mengetahui dan memahami

mengunakan skala Guttman. pada instrumen kuesioner pertanyaan yang

jawabannya benar di beri nilai 5 dan salah di beri nilai 0 dan hasil nilai di

kategorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi.


45

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan

Sebagai seorang yang hendak melakukan penyuluhan, diharuskan menyusun

suatu metode perancangan mengenai kegiatan tersebut. Metode perancangan

dilakukan agar dapat memudahkan dalam mengembangkan ide atau rancangan

inovasi. Tujuannya yaitu agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan

terstruktur dan sistematis, mendapatkan tujuan yang akurat, jelas, tepat sasaran,

dan memudahkan seseorang dalam menyampaikan materi sehingga nantinya

sasaran dapat memperoleh manfaat dari apa yang telah disuluhkan.

Perancangan penyuluhan meliputi runtutan kegiatan tersebut seperti :

menetapkan tujuan penyuluhan, sasaran penyuluhan, materi penyuluhan, metode

penyuluhan, media penyuluhan, dan evaluasi penyuluhan. Adapun uraian pada

masing-masing tahapan dijelaskan sebagai berikut.

3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Penetapan tujuan penyuluhan adalah untuk menggambarkan perubahan

perilaku petani dalam menjalankan usahataninya. Penetapan tujuan penyuluhan

dapat dilakukan berlandaskan pada (1) hasil identifikasi potensi wilayah yang

telah diperoleh; (2) penetapan permasalahan berdasarkan hasil penelitian yaitu

mengenai tingkat pengetahuan petani pada pengendalian hama terpadu (PHT), (3)

penetapan tujuan berdasarkan pada kaidah SMART.

3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Tertuang dalam UU No 16/2006 bahwa sasaran penyuluhan adalah pelaku

utama dan pelaku usaha. Pelaku utama yang dimaksud adalah petani. Penetapan

sasaran penyuluhan dilakukan dengan tahapan : (1) melakukan identifikasi potensi

wilayah; (2) menganalisis hasil penelitian pada pengetahuan petani;


46

(3) mengidentifikasikan adat budaya setempat; (4) melakukan pemetaan sasaran

berdasar potensi; (5) mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, dan

pemecahannya dengan melibatkan para petani yang memiliki lahan sehingga

dapat berjalan sebagaimana tujuan.

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan menjadi bagian penting dalam penyuluhan. Hal ini

terjadi karena materi harus menjadi manfaat bagi penerima yang dapat

memperbaiki kehidupannya dikemudian hari. Penetapan materi penyuluhan

dilakukan berdasar pada hasil penelitian yang didukung dengan pengamatan

mandiri di lapangan. Berikut adalah tahapan dalam menentukan materi

penyuluhan : (1) melakukan identifikasi potensi wilayah pada lokasi yang akan

dilakukan penyuluhan pada SDM dan lingkungannya; (2) menganalisa hasil

identifikasi potensi wilayah, mengaitkan dengan keadaan yang diharapkan dan

mengetahui permasalahan didalamnya; (3) menganalisa permasalahan berserta

faktor-faktornya; (4) menetapkan tema materi yang menjadi prioritas

permasalahan dengan menganalisis pengetahuan petani terhadap pengendalian

hama terpadu (PHT).

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan ditetapkan dengan menganalisa keadaan di lapangan

berdasarkan hasil penelitian dan pengetahuan. Keduanya dijadikan landasan

dalam menentukan metode yang tepat dalam penyuluhan terkait Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) Adapun tahapan dalam penentuan metode penyuluhan

yaitu: (1) mempertimbangkan keadaan wilayah penyuluhan yang dapat dilakukan

dengan identifikasi potensi wilayah; (2) menganalisis karakteristik sasaran


47

penyuluhan berdasarkan hasil penelitian; (3) menganalisis karakteristik motivasi

mengenai materi yang angkat; (4) menetapkan metode berdasar tujuan penyuluhan

dan sesuai dengan kebutuhan; (5) menentukan metode yang tepat berdasarkan

teknik komunikasi, jenis pendekatan terhadap sasaran, serta memperhatikan

sasaran indera penerima.

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang akan dipilih berdasar pada karakteristik sasaran,

mencermati kondisi di lapangan, dan metode yang telah dipilih dalam penyuluhan.

Penentuan media yang tepat dapat mendukung penyampaian meteri mengenai

pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun langkah yang dilakukan dalam

menentukan media penyuluhan yaitu : (1) melakukan identifikasi potensi wilayah;

(2) menganalisis pengetahuan sasaran penyuluhan berdasar hasil penelitian; (3)

menganalisis karakteristik pengetahuan terhadap bahasan yang diangkat; (4)

menetapkan media yang tepat sebagaimana kebutuhan sasaran, tujuan yang akan

dicapai, dan sasaran penyuluhan; (5) menentukan media sesuai dengan

pendekatan yang diambil; (6) memilih media sesuai dengan pengetahuan sasaran

dan disesuaikan dengan indera penerima sasaran yang dituju.

3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi penyuluhan dilakukan setelah kegiatan penyuluhan, dengan tujuan

untuk menilai capaian kegiatan. Manfaat evaluasi penyuluhan adalah untuk

mengetahui sejauh mana penerimaan petani terhadap materi yang disuluhkan dan

menentukan rencana tindak lanjut mengenai perbaikan dalam kegiatan

penyuluhan dikemudian hari. Sampel evaluasi penyuluhan menggunakan teknik

sampel jenuh dimana seluruh partisipan penyuluhan juga menjadi partisipan


48

dalam evaluasi. Adapun tahapan dalam perancangan evaluasi penyuluhan yaitu :

(1) menentukan tujuan evaluasi berdasarkan kegiatan penyuluhan; (2) menetukan

sasaran kegiatan evaluasi; (3) menetapkan indikator-indikator yang akan

dievaluasi; (4) melakukan penarikan sampel dan pengumpulan data; (5) mengolah

data dan pelaporan data.

a. Instrumen Evaluasi

Perumusan pernyataan tertuang dalam instrumen evaluasi dengan mengukur

capaian mengenai materi yang disuluhkan. Instrumen evaluasi dijadikan batas dan

acuan peneliti dalam melakukan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang

akan dituangkan dalam kuesioner menggunakan skala Likert.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada evaluasi efektifitas materi, media, dan metode

penyuluhan dilakukan secara langsung menemui responden. Kegiatan tersebut

dilakukan dengan penyebaran kuesioner berupa checklist, sehingga responden

tidak memiliki kesempatan menguatarakan pendapat.

c. Analisis Data Evaluasi

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan memberikan nilai

pada masing-masing jawaban yang dipilih dengan tujuan mengetahui sejauh mana

capaian petani terhadap materi yang telah disuluhkan. Analisis data menggunakan

analisis efektifitas peningkatan pengetahuan (Ginting, 1991) yang terbagi menjadi

tiga kreteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan efektif

(≥ 64%). Dan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan di taksonomi bloom

koknektif variabel mengetahui dan memahami mengunakan skala Guttman. pada

instrumen kuesioner pertanyaan yang jawabannya benar di beri nilai 5 dan salah
49

di beri nialai 0 dan hasil nilai di katagorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan

tinggi.

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan

3.4.1 Persiapan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan merupakan langkah awal dalam pelaksanaan

penyuluhan. Tahap persiapan meliputi segala atribut yang dibutuhkan untuk

terciptanya kelancaran dan mendukung dalam kegiatan penyuluhan. Tahapan

persiapan penyuluhan yaitu : (1) menghubungi dan berkoordinasi dengan pihak

yang bersangkutan, menentukan kesepakatan dengan sasaran mengenai lokasi dan

waktu kegiatan sehingga penyebaran undangan dapat pula dilakukan; (2)

menyiapkan lembar persiapan menyuluh (LPM), daftar hadir, berita acara, media

penyuluhan yang telah diperbanyak, dan sinopsis; (3) menyiapkan tempat dan

sarana yang akan digunakan serta segala kebutuhan pelaksanaan penyuluhan.

3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dilakukan sebagaimana yang telah dirancang dan

pelaksanaanya yaitu setelah diperoleh hasil penelitian. Pelaksanaan penyuluhan

ditetapkan sesuai dengan karakteristik sasaran, keadaan wilayah, dan sesuai dari

tujuan penyuluhan itu sendiri. Langkah pelaksanaan penyuluhan yaitu : (1)

mengumpulkan sasaran penyuluhan pada tempat yang telah disepakati; (2)

menyiapkan daftar hadir; (3) melaksanakan penyuluhan dengan baik sebagaimana

pada LPM dan penyampaian materi sesuai sinopsis yang telah dibuat.
50

3.4.3 Pelaksanaan Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan dengan

penyebaran kuesioner kepada sasaran. Kuesioner yang diberikan bertujuan untuk

mengukur capaian sasaran setelah dilakukannya penyuluhan. Metode evaluasi

yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner secara langsung. Tahapan

kegiatan evaluasi yaitu : (1) mempersiapkan segala keperluan (alat dan bahan)

dalam pelaksanaan evaluasi; (2) menyebarkan kuesioner; (3) pengumpulan dan

tabulasi data hasil pengisian kuesioner; (4) pengelompokkan data berdasarkan

variabel yang ditetapan; (5) menganalisis data, untuk mengetahui capaian tujuan

pada kegiatan penyuluhan dan evaluasi.

3.4.4 Penetapan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi penyuluhan dilakukan setelah kegiatan penyuluhan, dengan tujuan

untuk menilai capaian kegiatan. Manfaat evaluasi penyuluhan adalah untuk

mengetahui sejauh mana penerimaan petani terhadap materi yang disuluhkan dan

menentukan rencana tindak lanjut mengenai perbaikan dalam kegiatan

penyuluhan dikemudian hari. Sampel evaluasi penyuluhan menggunakan teknik

sampel jenuh dimana seluruh partisipan penyuluhan juga menjadi partisipan

dalam evaluasi. Adapun tahapan dalam perancangan evaluasi penyuluhan yaitu :

(1) menentukan tujuan evaluasi berdasarkan kegiatan penyuluhan; (2) menetukan

sasaran kegiatan evaluasi; (3) menetapkan indikator-indikator yang akan

dievaluasi; (4) melakukan penarikan sampel dan pengumpulan data; (5) mengolah

data dan pelaporan data.


51

a. Instrumen Evaluasi

Perumusan pernyataan tertuang dalam instrumen evaluasi dengan mengukur

capaian mengenai materi yang disuluhkan.Instrumen evaluasi dijadikan batas dan

acuan peneliti dalam melakukan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang

akan dituangkan dalam kuesioner menggunakan skala Likert.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada evaluasi efektifitas materi, media, dan metode

penyuluhan dilakukan secara langsung menemui responden. Kegiatan tersebut

dilakukan pada saat penyuluhan di kelompok tani Karya Tani 05 dan penyebaran

kuesioner sebanyak 20 soal berupa multiple choice benar diberi nilai 5 dan salah

diberi nilai 0.

c. Analisis Data Evaluasi

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan memberikan nilai

pada masing-masing jawaban yang dipilih dengan tujuan mengetahui sejauh mana

capaian petani terhadap materi yang telah disuluhkan. Analisis data menggunakan

analisis efektifitas peningkatan pengetahuan (Ginting, 1991) yang terbagi menjadi

tiga kreteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan efektif

(≥ 64%). Dan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan di taksonomi bloom

kognitif variabel mengetahui dan memahami mengunakan skala Guttman. pada

instrumen kuesioner jawabannya yang benar di beri nilai 5 dan salah di beri nilai 0

dan hasil nilai di katagorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi.
52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian dan Karakteristik Petani

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Jatian merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pakusari,

Kabupaten Jember. Desa Jatian secara geografis terletak di daerah dataran sedang

dengan luas kurang lebih 3.843.032 m2. Desa Jatian adalah salah satu desa yang

berbatasan dengan 5 desa, di antaranya yaitu Desa Gambiran, Desa Subo, Desa

Pakusari, Desa Glagahwero dan Desa Sumber Jeruk. Desa Jatian mempunyai 3

dusun yaitu Dusun Plalangan, Dusun Krajan, dan Dusun Prasian. Berikut ini

gambar peta Desa Jatian beserta keterangan pendukung lainnya

Gambar 4.1 Peta Desa Jatian

52
53

Desa Jatian secara garis besar terdiri dari wilayah persawahan dan

penduduknya didominasi sebagian besar sebagai petani atau buruh tani. Ada juga

yang bekerja sebagai buruh pabrik, karena di sekitar Desa Jatian juga banyak

terdapat bangunan pabrik-pabrik yang masih beropereasi sampai sekarang.

Penulis melakukan penelitian di Desa Jatian tepatnya di Dusun Prasian yang

mengambil sampel responden petani acak yaitu 35 orang dalam 1 (satu)

Kelompok Tani Karya Tani 05, dan masing-masing dari responden memiliki lahan

yang ditanami cabai rawit.

4.1.2 Karakteristik Petani Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang yang mewakili petani

yang ada di Desa Jatian Kecamatan Pakusari yang bergabung dalam kelompok

tani Karya Tani 05 karakterisitik responden mencakup umur, pendidikan, lama

luas lahan dan lama berusaha tani.

a. Umur

Umur merupakan rentang waktu sejak seorang tersebut lahir atau selama

masa hidup yang dapat dilihat perkembangannya secara anatomis dan fisiologis,

biasanya umur diukur dalam tahun (Nuswantari, 1998). Umur juga didefinisikan

kurun waktu lamanya hidup sejak dilahirkan (Hoetomo, 2005).


54

UMUR RESPONDEN

18 17
16 14
14
12
10
8
6 4
4
2
0
19 - 34 Tahun 35 - 50 Tahun 51 - 65 Tahun

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Umur Petani Responden


(Sumber : data yang diolah)

Berdasarkan gambar diatas petani responden di Kelompok Tani Karya Tani

05 bahwa pada umumnya mereka termasuk dalam umur produktif. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003, bahwa batas umur tenaga kerja

yang produktif yaitu umur 15-64 tahun. Dari data yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa semua petani responden dalam penelitian masih berada pada

usia kerja dan produktif. Pada usia produktif seseorang mampu bekerja maksimal

untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kemampuan fisik yang optimal dan

memiliki respon baik untuk menerima hal-hal baru dalam menunjang kegiatan

yang dijalankan dalam berusahatani.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses dalam kurun waktu tertentu yang menelaah

suatu pembaharuan menggunakan prosedur terorganisir dan sistematis (Dewi, dkk

2016). Tingkat pendidikan petani juga berpengaruh pada sikap mental dan
55

perilaku dalam menjalankan usahataninya, selain itu tingkat pendidikan juga

berorientasi pada kehidupan sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).

PENDIDIKAN FORMAL

25
21
20

15

10
7
6
5

0
SD SMP SMA

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Pendidikan Petani Responden


(Sumber : data yang diolah)

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan

petani responden sebagian besar tamatan SD sebanyak 21 orang atau 82,8%,

SMP sebanyak 7 orang atau 5,8% dan SMA sebanyak 6 orang atau 11,4 %.

Kondisi ini menunjukkan bahwa petani yang menjadi responden di kelompok tani

Karya Tani 05 sebagian besar yaitu tamatan SD, hal tersebut dikarenakan

mengingat kondisi ekonomi pada waktu itu menjadi halangan untuk melanjutkan

ke jenjang pendidikan selanjutnya.

c. Luas Lahan

Luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman.

atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang

akan diperoleh petani (Soekartawi, 1987). Luas lahan yang diusahakan oleh petani

responden akan mempengaruhi jumlah produksi pertanian. Semakin luas lahan

pertanian yang dimiliki semakin tinggi pula produksi yang dihasilkan petani.
56

Produksi yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi penambahan

penghasilan yang diterima petani. Luas lahan yang dimiliki petani juga

menentukan besar kecilnya pendapatan yang diperolah dari usahatani. Jika luas

lahan meningkat maka pendapatan petani akan meningkat, demikian juga

sebaliknya.

LUAS LAHAN

30
25
25

20

15

10 8

5 2
0
0,05 - 0,2 Ha 0,21 - 0,35 Ha 0,36 - 0,5 Ha

Gambar 4.4 Diagram Luas Lahan Petani Responden


(Sumber : data yang diolah)

Karakteristik luas lahan petani di Desa Jatian jika dilihat dari sisi

kepemilikan lahan adalah petani dengan kepemilikan luas lahan kecil dari 1 Ha.

Luas lahan yang dimiliki oleh petani berbudidaya cabai rawit 0,05 s/d 0,2

sebanyak 25 orang atau 71,4%, penggarap luas lahan 0,21 s/d 0,35 sebanyak 8

orang atau 22,9%, dan yang terakhir memiliki luas lahan 0,36 s/d 0,5 sebanyak 2

orang atau 5,7%. Maka berdasarkan kepemilikan luas lahan tersebut sebagian

besar lahan petani tidak lebih dari 0,25 Ha atau dengan kata lain disebut sebagai

petani kecil. Kepemilikan luas lahan yang sempit tersebut menyebabkan petani

harus tepat dalam memilih komoditas yang akan diusahakan, salah satu contohnya

adalah dengan berbudidaya tanaman cabai rawit yang mempunyai nilai ekonomi

yang cukup tinggi.


57

d. Lama Berusaha Tani

Pengalaman berusaha tani menjadi faktor pengembang dalam usaha taninya

yang didukung dengan keterampilan, bersamaan dengan bertambahnya umur

mereka, dan tingkat ketepatan dalam pengambilan keputusan (Sukananta, 2015).

Maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama pengalaman mereka maka semakin

terampil pula mereka dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan uraian lama

berusaha tani di atas, sehingga dirumuskan bahwa lama berusaha tani yang

digunakan dalam penelitian ini adalah lama pengalaman yang telah dilalui petani

dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Lama berusaha tani diukur dalam satuan

waktu yang ditetapkan sejak awal menetap di wilayah tersebut hingga saat

penelitian berlangsung.

LAMA BERUSAHA TANI

16 15
14
12
10
8
8
6
4
4
2
0
7 - 23,6 Tahun 23,7 - 40,3 Tahun 40,4 - 57 Tahun

Gambar 4.5 Diagram Lama Berusaha Tani Responden


(Sumber : data yang diolah)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan semakin berpengalaman petani maka

diharapkan akan lebih mengadopsi teknologi budidaya cabai rawit karena lebih

menguasai terkait dengan usahatani yang telah dilaluinya. Lama usaha tani
58

responden dalam penelitian ini di kelompokkan menjadi 3 berpengalaman rendah

7 s/d 23,6 tahun sebanyak 8 orang atau 29,6%, berpengalaman sedang 23,7 s/d

40,3 tahun sebanyak 15 orang atau 55,6% dan berpengalaman 40,4 s/ d 57

sebanyak 4 orang atau 14,8%.

4.2 Tingkat Motivasi Petani Responden

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang,

motivasi mempersoalkan bagaimana mendorong gairah kerja seseorang, agar mau

bekerja keras dengan memberikan semua keterampilan dan kemampuannya untuk

mewujudkan suatu tujuan tertentu, motivasi ini menjadi penting karena dengan

motivasi ini diharapkan seseorang mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai

produktifitas yang tinggi. Teori ini adalah penyempurnaan dari teori kebutuhan

yang dikemukakan oleh Maslow. Menurut Alderfer dalam Robbins (2001),

mengemukakan ada tiga hirarki dalam kebutuhan inti yaitu eksistensi (existence),

kekerabatan atau berhubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Adapun

ketiga hirarki dalam kebutuhan inti tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan Keberadaan (Existence)

Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan eksistensi merupakan pemberian

persyaratan eksistensi materiil dasar, mencakup butir-butir yang oleh Maslow

dianggap sebagai kebutuhan keamanan serta keselamatan dan kebutuhan fisiologis

seperti gaji, kondisi kerja, peralatan kerja atau kebutuhan mendasar manusia untuk

bertahan hidup dan sebagainya.

2. Kebutuhan Berhubungan (Relatedness)

Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan berhubungan merupakan hasrat

yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang bermanfaat.
59

Hasrat sosial dan status menuntut interaksi dengan orang-orang lain agar

dipuaskan, dan hasrat ini segaris dengan kebutuhan sosial Maslow.

3. Kebutuhan Untuk Berkembang (Growth)

Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan

pertumbuhan adalah suatu hasrat instrinsik untuk perkembangan pribadi,

mencakup komponen instriksi dari kategori penghargaan Maslow dan

karakteristik-karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri.

Tingkat Motivasi dalam penelitian ini memberikan pernyataan pada

responden sebanyak 15 pernyataan dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu eksistensi

(existence), kekerabatan atau berhubungan (relatedness), dan berkembang

(growth) dengan masing-masing 5 soal pernyataan adapun hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Motivasi Petani Responden Kelompok Tani Karya Tani 05


Kategori Responden Prosentase
Kebutuhan Keberadaan (Existence)
Rendah 17 – 17,6 9 25,7%
Sedang 17,7 – 18,3 8 22,9%
Tinggi 18,4 – 19 18 51,4%
Kebutuhan Berhubungan (Relatedness)
Rendah 16 – 16,6 8 22,9%
Sedang 16,7 – 17,3 8 22,9%
Tinggi 17,4 – 18 19 54,2%
Kebutuhan Berkembang (Growth)
Rendah 17 – 17,6 9 25,7%
Sedang 17,7 – 18,3 8 22,9%
Tinggi 18,4 – 19 18 51,4%
Motivasi
Rendah 51 – 52,6 6 17,1%
Sedang 52,7 – 54,3 21 60 %
Tinggi 54,4 – 56 8 22,9%
Rata-rata 35 53
Kategori Sedang
Sumber Data Primer (Kuesioner Responden)
60

a. Kebutuhan Keberadaan (Existence)

Berdasarkan pada tabel diatas dengan motivasi dalam kebutuhan keberadaan

(eksistensi) yang diperoleh dari 35 responden menjawab 18 orang dalam kategori

tinggi yaitu 51,4%, responden yang menjawab dalam kategori sedang 8 orang

yaitu 22,9% dan responden yang menjawab dalam kategori rendah sebanyak 9

orang yaitu 25,7%. Dari hasil pengkajian di lokasi penelitian unsur yang

menyebabkan motivasi dalam kebutuhan keberadaan tinggi dengan prosentase

51,4% salah satunya karena petani termotivasi untuk memiliki dan meningkatkan

pendapatan atau tabungan sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

ataupun tabungan masa depan.

b. Kebutuhan Berhubungan (Relatedness)

Berdasarkan pada tabel diatas dengan motivasi dalam kebutuhan

berhubungan atau keterkaitan dengan lingkungan sekitar yang diperoleh dari 35

responden menjawab 19 orang dalam kategori tinggi yaitu 54,2%, responden

yang menjawab dalam kategori sedang 8 orang yaitu 22,9% dan responden yang

menjawab dalam kategori rendah sebanyak 8 orang yaitu 22,9%. Dari hasil

pengkajian di lokasi penelitian unsur yang menyebabkan motivasi dalam

kebutuhan keberadaan memiliki kategori tinggi bahwasanya petani responden

menginginkan perubahan status sosial ataupun rasa ingin dihargai dan dihormati

dilingkungan masyarakat sekitar. Kebutuhan Berhubungan berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap semangat kerja. Pendapat Mahmudi (2004), bahwa

dukungan, semangat dan kekompakan yang ada diantara rekan kerja merupakan

hal yang turut mempengaruhi keberhasilan kerja seseorang.


61

c. Kebutuhan Untuk Berkembang (Growth)

Berdasarkan tabel diatas, bahwa 18 responden menjawab dalam kategori

tinggi yaitu 51,4%, dan 8 responden yang menjawab dikategori sedang atau

22,9% dan untuk kategori rendah hanya 9 responden yaitu 25,9%. Maka dapat

disimpulkan dalam motivasi kebutuhan indikator untuk berkembang petani

sangatlah tinggi. Petani pada dasarnya memiliki keinginan untuk mengembangkan

hasil usaha taninya menjadi lebih baik, serta petani memiliki kemauan untuk

meningkatkan hasil produksi cabai rawit dan memiliki keyakinan atau optimis

terhadap budidaya perkembangan cabai rawit.

d. Motivasi

Berdasarkan data tabel 4.1 motivasi adalah total nilai responden 3 tahapan

yaitu keberadaan (existence), kekerabatan atau berhubungan (relatedness), dan

berkembang (growth). Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau

keiginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan

kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang

yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk

memperoleh kesuksesan dalam kehidupan (Nurullah, 2017). Kategori rendah

mempunyai nilai antara 51 s/d 52,6 sebanyak 6 orang atau 17,1% sedang

mempunyai nilai antara 52,7 s/d 54,3 sebanyak 21 orang atau 60% dan tinggi

mempunyai nilai antara 54,4 s/d 56 sebanyak 8 orang atau 22,9% artinya responden

sebagian besar dalam kategori sedang.

Pada motivasi akan kebutuhan keberadaan (Exsistensi) karena petani

termotivasi untuk memiliki dan meningkatkan pendapatan atau tabungan sehingga

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun tabungan masa depan. Exsistensi


62

mengacu pada kebutuhan dasar kita untuk bertahan hidup sebagai manusia. Jika

seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, maka

ia tidak mungkin untuk berfokus pada kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Dan pada kebutuhan kekerabatan atau berhubungan (relatedness), Memiliki

hubungan dan interaksi yang baik dengan manusia lain adalah kebutuhan kita

semua, meskipun jelas, kebutuhan ini tidak sekuat kebutuhan dasar untuk bertahan

hidup. Untuk merasa bahagia dan memperoleh suatu bentuk kepuasan, sebagian

besar manusia perlu berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya, setiap individu

itu berkeinginan agar interaksi tersebut bersifat positif. Pendapat Mahmudi

(2004), bahwa dukungan, semangat dan kekompakan yang ada diantara rekan

kerja merupakan hal yang turut mempengaruhi keberhasilan kerja seseorang.

Pada kebutuhan untuk berkembang mengacu pada kebutuhan

pengembangan pribadi, menjadi kreatif dan melakukan pekerjaan yang berarti.

Pertumbuhan memungkinkan kita untuk mengeksplorasi potensi diri dalam

lingkungan kita saat ini. Menurut Sutrisno (2009: 137) teori ini lebih mendekati

kenyataan hidup yang dihadapi sehari-hari, karena berbagai kebutuhan manusia

yang kompleks itu diusahakan pemuasan secara simultan, meskipun sudah barang

tentu dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda, baik antara seseorang dengan

orang lain maupun oleh seseorang pada waktu yang berbeda-beda.


63

4.3 Perancangan Penyuluhan

4.3.1 Tujuan Penyuluhan

Berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah Kecamatan Pakusari, Desa

Jatian merupakan salah satu desa yang memiliki banyak potensi di bidang

pertanian. Selain itu, kondisi lahan jenis tanah liat yang memiliki pH antara 5 - 6,5

yang masuk dalam kategori netral. Hal tersebut menjadikan Desa Jatian menjadi

salah satu desa yang memproduksi tanaman komoditas hortikultura dengan

produksi cukup banyak. Komoditas hortikultura di Desa Jatian yang menjadi

produk unggulan yaitu cabai rawit yang berpotensi memiliki nilai jual yang tinggi.

Kebiasaan petani yang menggunakan pupuk kimia berlebihan pada kegiatan

budidaya menjadikan petani ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia

yang tidak sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Menurut

prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu PHT dimana seharusnya yang

dilakukan oleh petani mulai budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami,

pengamatan secara teratur dan ketrampilan petani itu sendiri dalam menerapkan

pengendalian hama terpadu PHT sesuai lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menetapkan tujuan penyuluhan

dengan menggunakan metode ABCD (Audience, Behaviour, Condition dan

Degree). Audience merupakan anggota kelompok tani yang dijadikan sasaran

penyuluhan, Behaviour adalah perilaku yang dikehendaki, Condition adalah

kondisi yang hendak dicapai setelah dilakukannya penyuluhan dan Degree adalah

derajat yang akan dicapai dalam pelaksanaan penyuluhan. (a) Audience (sasaran) :

sasaran penyuluhan tentang pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya

tanaman cabai rawit adalah kelompok tani yang memiliki permasalahan mengenai
64

belum sepenuhnya mengaplikasikan pengendalian hama terpadu PHT, (b)

Behavior (perubahan perilaku yang dikehendaki): perubahan perilaku yang

dikehendaki yaitu penulis ingin mengetahui tingkat motivasi dan peningkatan

pengetahuan anggota kelompok tani dalam pengendalian hama terpadu (PHT)

pada budidaya tanaman cabai rawit. (c) Condition (kondisi yang diharapkan):

kondisi yang diharapkan oleh penulis setelah dilaksanakannya kegiatan

penyuluhan yaitu adanya perubahan motivasi petani dalam kegiatan pengendalian

hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit dan adanya peningkatan

pengetahuan dari petani terhadap pengendalian hama terpadu (PHT) pada

budidaya tanaman cabai rawit. (d) Degree (derajat kondisi yang ingin dicapai) :

tujuan penyuluhan akan tercapai jikalau kelompok tani atau sasaran dapat

menerima serta melaksanakan kegiatan yang telah dilakukan yaitu pengendalian

hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit. Berdasarkan analisis

diatas, tujuan dari penyuluhan pertanian adalah 50% petani mengetahui

pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit dalam

meningkatkan produksi terutama pada tanaman cabai rawit yang ada di kelompok

tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari.

4.3.2 Sasaran Penyuluhan

Berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah di Desa Jatian memliki 6

kelompok tani dan 1 gabungan kelompok tani. Adapun nama-nama kelompok tani

yang ada yaitu, Kelompok Tani Karya Tani I, Kelompok Tani Karya Tani II,

Kelompok Tani Karya Tani III, Kelompok Tani Karya Tani IV, Kelompok Tani

Karya Tani 05, Kelompok Tani Karya Makmur, Gapoktan Permata VI.

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok Tani Karya Tani 05 yang menjadi


65

sasaran karena dikelompok tani ini yang sebagian anggotanya berbudidaya tanam

cabai rawit membutuhkan pemecahan masalah atau yang mempunyai karakteristik

yang paling sesuai dengan hasil kajian yang telah dilakukan pada kelompok Karya

Tani 05 yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan permasalahan.

Berdasarkan analisis diatas sasaran dari perancangan penyuluhan ini adalah

anggota kelompok tani Karya Tani 05. Sasaran penyuluhan ditentukan secara

purposive sampling yaitu anggota aktif kelompok tani Karya Tani 05 dengan

dengan jumlah 35 orang dengan harapan bisa menyampaikan informasi kepada

anggota kelompok tani yang lainnya yang berada di Desa Jatian untuk membantu

permasalahan yang dihadapi petani dalam mengembangkan usaha taninya.

4.3.3 Materi Penyuluhan

Berdasarkan Identifikasi potensi wilayah menunjukkan bahwa Desa Jatian

Kecamatan Pakusari memiliki potensi menanam komoditas hortikultura tanaman

cabai rawit. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya permasalahan

tersebut karena petani belum sepenuhnya melaksanakan prinsip-prinsip

pengendalian hama terpadu (PHT) dalam budidaya tanaman cabai rawit sehingga

berpengaruh pada produksi. Materi yang didapatkan dari hasil kajian kemudian

disusun dan didukung dengan mencari sumber yang relevan baik dari instansi

pemerintah, jurnal atau sumber yang dapat dipercaya sehingga materi penyuluhan

pertanian yang ditetapkan bisa membantu petani dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi. Materi pengendalian hama terpadu (PHT) telah disusun ke sinopsis

dan LPM. Berdasarkan hasil analisis diatas materi penyuluhan yang di tetapkan

adalah pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit.

Penetapan materi ini diharapkan menjadi referensi bagi petani untuk mengetahui
66

pentingnya melakukan pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman cabai

rawit.

4.3.4 Metode Penyuluhan

Pemilihan metode penyuluhan bertujuan untuk mempermudah dan

mempelancar jalannya penyuluhan pertanian. Berdasarkan hasil identifikasi

potensi wilayah yang telah dilakukan umur petani di Kelompok Tani Karya Tani

05 masuk kategori umur produktif dan didominasi oleh tingkat pendidikan SD

dengan demikian hal tersebut sangat mempengaruhi penentuan metode yang akan

digunakan selama kegiatan penyuluhan. Ditinjau berdasarkan latar belakang dan

karakteristik sasaran, maka penetapan metode penyuluhan pertanian umur dan

tingkat pendidikan formal yang ditempuh mempengaruhi tingkat penerimaan

materi yang akan diberikan. Berdasarkan hasil ipw mayoritas umur petani masuk

dalam kategori dewasa. Serta tingkat pendidikan dengan rata-rata tamatan SD juga

mempengaruhi dalam penentuan metode penyuluhan. Berdasarkan analisis data

sasaran didapatkan infomasi bahwa sebagian besar petani di Kelompok Tani

Karya Tani 05 Desa Jatian berpendidikan SD, SMP, dan SMA bermata

pencaharian sebagai petani. Sehingga jika menggunakan metode ceramah dan

diskusi akan mudah diterima oleh sasaran serta responden akan lebih cepat dalam

memahami materi yang disampaikan.

Materi yang disampaikan bersifat teknis yaitu pengendalian hama terpadu

(PHT) pada budidaya cabai rawit untuk mendapatkan produksi yang baik

sehingga ditetapkan metode yang digunakan ceramah dan diskusi kelompok.

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan kebutuhan petani maka pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kelompok. Hal ini dikarenakan untuk


67

mempermudah pencapaian tujuan penyuluhan dan antara pemateri dan penerima

manfaat bisa saling bertukar pendapat mengenai materi penyuluhan dan dengan

harapan materi penyuluhan yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi petani dan

bisa diterapkan oleh petani untuk menuju usahatani yang meningkat. Terkait

permasalahan petani diharapkan bisa bertukar pengalaman dengan harapan petani

tidak merasa digurui atau merasa diajar oleh peneliti karena pada dasarnya

diadakan penyuluhan pertanian yakni adanya permasalahan yang ada dipetani,

didiskusikan dengan petani dan bermanfaat bagi petani. Sehingga dalam proses

pelaksanaan penyuluhan perlu adanya proses tanya jawab guna untuk memberikan

pengalaman satu sama lain antara petani dan pemateri terkait pengendalian hama

terpadu (PHT) pada tanaman cabai rawit.

4.3.5 Media Penyuluhan

Berdasarkan karakteristik kelompok tani yang telah dilakukan diketahui

pada tingkat pendidikan formal didominasi oleh lulusan SD dan umur petani

masuk kategori umur produktif. Dari karakteristik umur dan pendidikan formal

didapatkan bahwasanya karekteristik petani di Kelompok Tani Karya Tani 05

umur petani tersebut termasuk dalam kategori umur produktif artinya petani

tersebut mampu menerima dan mempunyai dorongan untuk melaksanakan

motivasi lebih tinggi. Motivasi dalam konteks ini ialah motivasi dalam

menerapkan pengendalian hama terpadu (PHT) pada kegiatan budidaya

khususnya pada tanaman cabai rawit.

Pada rentang pendidikan dan usia petani akan lebih cepat menerima materi

penyuluhan yang disampaikan dengan komunikasi langsung atau adanya interaksi

antara pemateri dan penerima manfaat maka dari itu seperti yang telah dijelaskan
68

diatas bahwa metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi karena materi

yang disampaikan adalah pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya cabai

rawit. Materi yang disampaikan bersifat teknis maka media yang tepat digunakan

adalah leaflet. Leaflet merupakan media cetak yang berisikan rangkuman materi

pembelajaran. Media leaflet mempunyai beragam gambar dan warna. Selain itu

juga media leaflet mudah dijadikan media penyampaian materi pembelajaran

dengan cara yang menarik, sehingga responden tidak jenuh dengan materi yang

disampaikan (Saputra, Sastrawan, & Chalimi, 2018). Berdasarkan analisis diatas

maka media untuk desain penyuluhan ini adalah dengan leaflet. Perancangan

media ini diharapkan dapat menjadi penyalur materi yang akan diberikan kepada

petani agar bisa diterapkan dan bisa dijadikan referensi oleh petani dalam kegiatan

budidaya cabai rawit dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).

4.3.6 Evaluasi Penyuluhan

1. Tujuan Evaluasi

Penetapan tujuan evaluasi penyuluhan dengan metode ABCD (Audition,

Behaviour, Condition, Degree) yaitu penyuluhan pengendalian hama terpadu

(PHT) pada tanaman cabai rawit dengan mengukur tingkat pengetahuan petani

pada kegiatan penyuluhan dalam interval waktu yang telah ditentukan. Tujuan

evaluasi petani mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan terhadap pengendalian

hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di Kelompok Tani Karya

Tani 05 Desa Jatian.


69

2. Manfaat Evaluasi

Manfaat dari penelitian survei ini untuk mengetahui gambaran umum

karakteristik sasaran yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Sehingga

penetapan tujuan evaluasi penyuluhan adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan tingkat motivasi dan mengukur peningkatan pengetahuan petani

terhadap pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit

sehingga dapat mengukur pada kegiatan penyuluhan yang dilakukan berhasil atau

tidaknya.

Hasil dari kegiatan penyuluhan dapat digunakan untuk menentukan rencana

tindak lanjut dengan harapan hasil dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan bisa

menjadi saran dan perbaikan untuk kegiatan penyuluhan selanjutnya. Kegiatan

evaluasi juga diharapkan bisa membantu petani dalam menerapkan dan

mengembangkan usaha taninya melalui penerimaan informasi dan inovasi yang

berguna untuk petani.

3. Sasaran Evaluasi

Penetapan sasaran evaluasi menggunakan random sampling yaitu anggota

kelompok tani yang aktif serta mau dan mampu menghadiri pertemuan rutinan

dan pengurus. Sasaran evaluasi penyuluhan merupakan petani yang tergabung

dalam kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten

Jember. Responden kemudian diberi petunjuk pengisian kuesioner yang telah

diberikan sebagai tolak ukur kemampuan dan pemahaman petani mengenai materi

yang disampaikan sebelum dan setelah pamaparan materi. Sasaran evaluasi

dilakukan kepada petani yang hadir pada kegiatan tersebut.


70

4. Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi yang digunakan adalah evaluasi dampak terhadap penyuluhan

yang telah dilakukan. Evaluasi penyuluhan dilakukan untuk mengetahui

peningkatan pengetahuan petani tentang pengendalian hama terpadu (PHT) pada

tanaman cabai rawit sebelum penyuluhan (pre test) dan sesudah penyuluhan (post

test) dengan menggunakan kuesioner sebanyak 20 pertanyaan yang dianalisis pada

akhir kegiatan. Apabila jawaban benar diberi nilai/skor 5 dan apabila jawaban

salah diberi nilai/skor 1. Sehingga diperoleh nilai maksimal 100 dan nilai minimal

20. Untuk mengetahui efektifitas peningkatan pengetahuan dan efektifitas

program dianalisis menggunakan rumus efektifitas peningkatan pengetahuan dan

efektifitas program menurut Ginting (1991), sebagai berikut :

■ Efektifitas Peningkatan Pengetahuan

Ps - Pr
= x 100%
N5Q – Pr

■ Efektifitas Program Keterangan :

Ps
= x 100%
N5Q

Ps : Jumlah nilai post test

Pr : Jumlah nilai pre test

N : Jumlah pertanyaan

Q : Jumlah responden

PS–PR merupakan peningkatan pengetahuan dan N5Q–PR merupakan nilai

kesenjangan. Persentase efektivitas tingkat pengetahuan dibagi atas tiga kriteria


71

(Ginting, 1991) yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan

efektif (≥ 64%).

5. Instrumen Penelitian

Kajian ini penulis menggunakan kuisioner sebagai alat evaluasi yang

digunakan pada pertanyaan sebanyak 20 soal berupa multiple choice dengan

perhitungan menggunakan skala Guttman. untuk memperoleh jawaban jelas dan

tegas dari petani sehingga kuesioner dapat menjawab tujuan penyuluhan yang

akan dilakukan. Variabel yang digunakan pada evaluasi ini yaitu tingkat

pengetahuan petani terhadap pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya

tanaman cabai rawit. Penentuan sub variabel pengetahuan menggunakan konsep

taksonomi bloom ranah kognitif dalam dua tingkatan yaitu (a) mengetahui dan (b)

memahami. Kuisioner memberikan gambaran apakah responden mengetahui dan

memahami terhadap pengendalian hama terpadu (PHT), dengan demikian berikut

ini di sajikankan intrumen evaluasi pengetahuan dan dapat di lihat di tabel 4.2.

Tabel 4.2 Intrumen Evaluasi Aspek Pengetahuan


Definisi Skala Kisi – Kisi
Tingkatan Parameter
operasinal Pengukuran Pertanyaan
Mengetahui Pemahaman Di ukur dari Di ukur 1 s/d 15
anggota poktan pemahan dalam mengunakan
untuk mengetahui skala guttmen
mengetahui dan pengertian dan dengan di
mampu prinsip-prinsip kategorikan
menjelaskan pengendalian menjadi 3 yaitu
secara singkat hama terpadu rendah, sedang,
mengenai (PHT) dan tinggi
materi.
Memahami Pemahaman Di ukur dari Di ukur 16 s/d 20
anggota poktan pemahan dalam mengunakan
untuk menjelaskan skala guttmen
memahami dan pengertian dan dengan di
menjelaskan prinsip-prinsip kategorikan
materi yang di pengendalian menjadi 3 yaitu
sampaikan hama terpadu rendah, sedang,
(PHT) dan tinggi
72

Langkah selanjutnya menyusun lembar persiapan menyuluh, sinopsis dan

daftar hadir sebagai berikut :

A. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Penyusunan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) sangat diperlukan untuk

mengatur jalannya penyuluhan lebih tepatnya LPM dijadikan pedoman agar

kegiatan penyuluhan berjalan dengan sistematis dan sebagai acuan dalam kegiatan

penyuluhan agar kegiatan bejalan susuai rencana. Lembar Persiapan Menyuluh

terdapat pada lampiran 7.

B. Sinopsis

Sinopsis ditulis untuk membantu penyampaian materi penyuluhan. Sinopsis

disusun berdasarkan materi penyuluhan. Tujuan penyusunan sinopsis adalah

meringkas materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan sehingga lebih

singkat, padat dan mudah dipahami. Sinopsis disusun berdasarkan materi yang

telah ditetapkan yaitu pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman

cabai rawit dan didukung oleh sumber-sumber yang relevan yang berkaitan

dengan materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan. Sinopsis penyuluhan

dapat dilihat pada lampiran 8.

C. Daftar Hadir dan Berita Acara

Daftar hadir merupakan bukti sah bahwa anggota kelompok tani telah

mengikuti kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan. Berita acara dapat dilihat

pada lampiran. Berita acara dan daftar hadir ditanda tangani oleh pemateri

penyuluhan yaitu petani, PPL dan ketua kelompok tani Karya Tani 05. Daftar

hadir bisa dilihat pada lampiran 6 sedangkan berita acara adalah bukti
73

kelengkapan administrasi bahwa penyuluhan telah dilakukan, yang berisi tempat

dan waktu pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat pada lempiran 5.

Setelah menyiapkan LPM, sinopsis, daftar hadir dan berita acara selanjutnya

menyiapkan sarana prasarana serta media penyuluhan sebelum dilakukannya

penyuluhan yang bertujuan agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan

lancar serta sasaran bisa menerima informasi lebih maksimal. Media yang

digunakan adalah leaflet sejumlah 35 lembar sesuai dengan sasaran penyuluhan.

6. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Proses pelaksanaan diawali dengan koordinasi dengan ketua kelompok tani

Karya Tani 05. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberitahu hasil kesepakatan

dengan penyuluh Desa Jatian menganai sasaran, lokasi dan waktu pelaksanaan

penyuluhan. Koordinasi dengan ketua kelompok Karya Tani 05 tersebut

dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan penyuluh Desa Jatian. Selanjutnya

ketua kelompok mengundang anggota kelompok tani Karya Tani 05 berjumlah 35

orang untuk datang mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai pengendalian hama

terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit. Setelah semua sasaran sudah

terkumpul selanjutnya sasaran mengisi daftar hadir dengan cara menuliskan nama

dan tanda tangan serta status keanggotaan dengan tujuan mempercepat proses

pendataan anggota kelompok tani Karya Tani 05. Setelah berakhirnya kegiatan

penyuluhan daftar hadir di tanda tangani oleh penyuluh Desa Jatian, ketua

kelompok tani Karya Tani 05 sekaligus stampel kelompok Tani dan tanda tangan

oleh pemateri.

Lokasi pelaksanaan penyuluhan pengendalian hama terpadu (PHT) pada

budidaya tanaman cabai rawit dilaksanakan di kediaman salah satu anggota


74

kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian yakni Bapak Samsul Arifin, pada hari

Selasa Tanggal 11 Juli 2023 pukul 15.30 sampai 17.00 WIB. Kegiatan

penyuluhan dilaksanakan diikuti oleh 35 orang petani responden yang terdiri dari

pengurus dan anggota kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan

Pakusari. Materi yang disampaikan pada saat penyuluhan yaitu pengendalian

hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit menggunakan metode

ceramah dan diskusi. Ceramah berguna untuk pemaparan materi penyuluhan dan

diskusi dijadikan sebagai sarana untuk tanya jawab bagi responden yang kurang

paham akan materi yang disampaikan.

7. Hasil Evaluasi Penyuluhan

Setelah kegiatan penyuuluhan pertanian dilaksanakan, maka data yang

didapatkan diinput dan dianalisis efektifitas peningkatan pengetahuan petani serta

efektivitas program penyuluhan dengan menyandingkan hasil pre test dan post

test.

8. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil penyuluhan menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan tertulis dan wawancara terstruktur. Pertanyaan dalam angket

menggunakan skala Ordinal dengan nilai 1- 5. Pertanyaan berupa multiple choice

dan pengisian dipandu oleh pemateri agar mudah dipahami oleh sasaran

penyuluhan.

9. Analisis Data Evaluasi

Alat analisis data menggunakan analisis efektifitas peningkatan pengetahuan

yang tujuannya untuk mengetahui peningkatan pengetahuan petani terkait


75

pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di

kelompok tani Kaya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

4.4 Hasil Evaluasi

4.4.1 Efektifitas Peningkatan Pengetahuan

Berdasarkan hasil dari penyuluhan dan ditabulasi dengan excel data

terlampir pada lampiran 10 dan 11 kemudian dimasukan ke rumus efektifitas

peningkatan pengetahuan adapun rumus tersebut :

■ Efektifitas Program Keterangan

Ps
= x 100%
N5Q

■ Efektifitas Peningkatan Pengetahuan

Ps - Pr
= x 100%
N5Q – Pr

Ps : Jumlah nilai post test

Pr : Jumlah nilai pre test

N : Jumlah pertanyaan

Q : Jumlah responden

100% : Pengetahuan yang ingin dicapai.

PS–PR merupakan peningkatan pengetahuan dan N5Q–PR merupakan nilai

kesenjangan. Persentase efektivitas tingkat pengetahuan dibagi atas tiga kriteria

(Ginting, 1991) yaitu: kurang efektif (<32%), cukup efektif (≥32–64%) dan

efektif (≥ 64%).
76

Jumlah nilai dan rata-rata peningkatan pengetahuan setelah dilakukan

tabulasi data dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Pre Test dan Post Test


Uraian Pre Test Post Test
Jumlah Nilai 1875 3190
Rata-rata 53,5 91
Sumber : Data Primer Responden

Dari data tersebut maka akan diolah menggunakan rumus Efektifitas

Peningkatan Pengetahuan sebagai berikut


Ps - Pr
= x 100%
N5Q – Pr
= 3190 - 1875 x 100%
20 x 5 x 35 – 1875

= 1317 = 81 %
1625 x 100%

Peningkatan Pengetahuan PS-PR =3190 - 1875 = 1190 atau (50%)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan

yang lain tinggal menerimanya melainkan pengetahuan itu sebagai suatu

pembentukan yang terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami

reorganisasi pemahaman-pemahaman baru. Berdasarkan pada hasil tersebut diatas

maka dapat disimpulkan atas peningkatan pengetahuan di kelompok tani Karya

Tani 05 Desa Jatian yaitu 81% dan jika di kaitkan dengan persentase efektifitas

peningkatan pengetahuan menurut Ginting, 1991. dibagi atas tiga kriteria yaitu:
77

kurang efektif (<32%), cukup efektif (≥32–64%) dan efektif (≥ 64%), jadi kriteria

peningkatan pengetahuan petani di kelompok tani Karya Tani 05 termasuk

kategori efektif, Sedangkan hasil rata rata pre test dan post test responden

berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rata-rata Pre Test dan Post Test Berdasarkan Pendidikan Formal
Pre Test Post Test
Pendidikan
Nilai Rata-Rata Kriteria Nilai Rata-Rata Kriteria
SD 51,9 Cukup 89 Efektif
SMP 56,2 Cukup 93,7 Efektif
SMA 55,8 Cukup 95 efektif
Sumber : Data Diolah 2023

Berdasarkan data di atas diukur dari pendidikan formal SD, SMP, dan SMA

setelah diadakan penyuluan sebelum penyuluhan di lakukan pre test dan setelah

penyuluhan di lakukan post test di dapatkan nilai peningkatan pengetahuan untuk

SD dari nilai rata-rata 51,9 naik menjadi 89 ada peningkatan 37,2 dari angka awal,

SMP dari nilai rata-rata 56,2 naik menjadi 93,7 ada peningkatan 37,5 dari angka

awal, dan SMA dari nilai rata-rata 55,8 naik menjadi 95 ada peningkatan 39,2 dari

angka awal dari data semua tingkat pendidikan formal meningkat namun

pendidikan formal yang lebih tinggi pada nilai pree test dan post test lebih tinggi

karena dengan bersekolah lebih tinggi kaya akan literasi dan mudah menerima

inovasi baru. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.


78

4.4.2 Hasil Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Peningkatan Pengetahuan

A. Variabel Mengetahui

Pada toksonomi variabel mengetahui dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Taksonomi Variabel Mengetahui


PreTest PostTest
Jumlah Jumlah
Kategori Prosentase Kategori Prosentase
Petani Petani
Rendah Rendah
12 34,2% 15 42,8%
40 s/d 43,3 65 s/d 68,3
Sedang
Sedang
43,4 s/d 15 42,8% 11 31,4%
68,4 s/d 71,7
46,7
Tinggi Tinggi
8 23% 9 25,8%
46,7 s/d 50 71,8 s/d 75
Sumber : Data Diolah 2023
Taksonomi bloom ranah kognitif variabel mengetahui berdasarkan data

diatas dari kisi kisi 1 s/d 15 dapat di gambarkan pada awal pre test kategori rendah

40 s/d 43,3 ada 12 petani 34,2%, kategori sedang 43,4 s/d 46,7 ada 15 petani 42,8

%, dan kategori tinggi 46,7 s/d 50 ada 8 petani 23 %. Sedangkan hasil dari post

test dapat di gambarkan kategori rendah 65 s/d 68,3 ada 15 petani 42,8% kategori

sedang 68,4 s/d 71,7 ada 11 petani atau 31,4 % dan kategori tinggi 71,8 s/d 75 ada

9 petani 25,8 % dari hasil data tersebut variabel taksonomi mengetahui ada

peningkatan pada kategori rendah yaitu 42,8 % dan peningkatan pada kategori

tinggi yaitu 25,8%.

Pada hasil variabel taksonomi bloom mengetahui pada kategori sedang ada

penurunan yang asalnya dari pre test kategori rendah 15 petani atau 42,8% dan

setelah post test mengalami penurunan menjadi 11 petani atau 31,4%, sedangkan

pada kategori rendah dan tinggi mengalami kenaikan yaitu kategori rendah pada

saat pre test berjumlah 12 atau 34,2 % petani dan setelah di lakukan post test
79

menjadi 15 petani atau 42,8 %, dan pada kategori tinggi pada saat pre test 8 petani

atau 23% setelah di lakukan post test menjadi 9 petani atau 25,8%.

B. Variabel Memahami

Pada toksonomi variabel memahami dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Taksonomi Variabel Memahami


PreTest PostTest
Jumlah Jumlah
Kategori Prosentase Kategori Prosentase
Petani Petani
Rendah Rendah
11 31,4% 2 5,7%
5 s/d 8,3 15 s/d 18,3
Sedang Sedang
19 54,2% 17 48,5%
8,4 s/d 11,7 18,4 s/d 21,7
Tinggi Tinggi
5 14,4% 16 45,8%
11,8 s/d 15 21,8 s/d 25
Sumber : Data Diolah 2023
Taksonomi blom ranah kognitif variabel memahami berdasarkan data diatas

dari kisi kisi 16 s/d 20 dapat di gambarkan pada awal pre test kategori rendah 5

s/d 8,3 ada 11 petani 31,4 %, kategori sedang 8,4 s/d 11,7 ada 19 petani 54,2%,

dan kategori tinggi 11,8 s/d 15 ada 5 petani 14,4%, Sedangkan hasil dari post test

dapat di gambarkan kategori rendah 15 s/d 18,3 ada 2 petani 5,7%, kategori

sedang 18,4 s/d 21,3 ada 17 Petani 48,5 % dan kategori tinggi 21,4 s/d 25 ada 16

petani 45,8% dari hasil data tersebut variabel taksonomi memahami ada

peningkatan sebagian besar pada kategori tinggi yaitu 45,8% petani memahami.

Pada hasil variabel taksonomi bloom memahami pada kategori rendah ada

penurunan yang asalnya dari pre test kategori rendah 11 petani atau 31,4% dan

setelah post test mengalami penurunan menjadi 2 petani atau 5,7%, sedangkan

pada kategori sedang mengalami penurunan pada saat pre test 19 atau 54,2% dan

setelah post test mengalami penurunan menjadi 17 petani atau 48,5% dan pada
80

kategori tinggi mengalami kenaikan pada kategori tinggi pada saat pre test 5

petani atau 14,4% setelah di lakukan post test menjadi 16 petani atau 45,8%.

Peningkatan pengetahuan pada efektifitas peningkatan pengetahuan,

taksonomi bloom variabel mengetahui dan memahami kalau dikaitkan dengan

karakteristik petani peningkatan tersebut didukung oleh karakteristik umur pada

umumnya mereka termasuk dalam umur produktif. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Tahun 2003, bahwa batas umur tenaga kerja yang produktif

yaitu umur 15-64 tahun. Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan aktivitas

petani dalam menjalankan usahataninya, hal ini dapat dilihat bahwa semakin lama

pengalaman mereka maka semakin terampil pula mereka dalam menjalankan

usahanya. sehingga dirumuskan bahwa lama berusaha tani yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lama pengalaman yang telah dilalui petani dalam

melaksanakan kegiatan pertanian. Pengalaman dalam berusahatani turut

mempengaruhi cara pengelolaan usahataninya. Semakin banyak pengalaman

seseorang petani, maka makin banyak pula pengetahuan yang mereka dapatkan

untuk diterapkan dalam berusahatani (Muhdiar, 2016). Seiring dengan itu

Sumarno dan Hiola (2017) mengemukakan pengalaman berusahatani petani

responden juga merupakan faktor penentu dalam memilih teknologi yang tepat

untuk berusahatani.

Rancangan penyuluhan pada pemilihan metode yang di laksanakan tepat

pada keadaan pendidikan formal petani terbanyak pada Sekolah Dasar (SD)

sebanyak 21 orang atau sebesar 82,8 %, dengan mengunakan ceramah dan

diskusi langsung dengan masalah yang disekitar terasa tepat karena dengan

melihat dan mendengar materi atau penjelasan akan lebih mudah mengingatnya.
81

Tingkat pendidikan merupakan faktor internal yang mempengaruhi motivasi

petani dalam menjalankan usahanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal

yang ditempuh petani semakin tinggi pula tingkat motivasinya dalam menjalankan

usaha. Pada kegiatan ini rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan terakhir

adalah SD-SMA, sehingga dapat dikategorikan berpendidikan cukup karena telah

mengenyam pendidikan. Dengan demikian memiliki daya serap dan kemampuan

untuk mengembangkan usahataninya dalam hal ini alih teknologi dan transformasi

ilmu pengetahuan untuk perbaikan usahatani ke arah yang lebih baik. Menurut

Hendrayani dan Febrina (2009) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

semakin tinggi pula daya serap teknologi dan semakin cepat untuk menerima

inovasi yang datang dari luar dan begitu juga sebaliknya. Senada dengan Mulijanti

dan Sinaga 2016; Soekartawi 2005, menyatakan bahwa semakin lama seseorang

mengenyam pendidikan maka akan semakin rasional dan relatif lebih baik dalam

berpikir dibandingkan dengan seseorang yang mengenyam pendidikan lebih

rendah.
82

4.5 Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yang akan dijadikan sebagai pedoman bagi penyuluh

dan petani khususnya Kelompok Tani Karya Tani 05 dari hasil kajian tentang

pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit yang

bertujuan untuk :

1. Memberikan materi lebih lanjut kepada Kelompok Tani Karya Tani 05 untuk

meningkatkan pengetahuan terkait materi pengendalian hama terpadu (PHT)

pada budidaya tanaman cabai rawit,

2. Tindak lanjut penelitian ini adalah monitoring pengendalian hama terpadu

(PHT). Hal itu dikarenakan metode pengendalian hama terpadu (PHT)

terbukti efektif untuk meningkatkan jumlah produksi pada budidaya tanaman

cabai rawit, dan

3. Melakukan pendampingan petani khususnya dikelompok tani Karya Tani 05

dalam menerapkan pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya

tanaman cabai rawit.


83

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Tingkat motivasi petani dalam pengendalian hama terpadu (PHT) pada

tanaman cabai rawit bisa dikategori sedang sampai tinggi.

2. Rancangan penyuluhan tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan

Pakusari Kabupaten Jember tujuan pelaksanaan penyuluhan petani

mengetahui dan memahami terhadap pengendalian (PHT) 50% tercapai.

3. Efektifitas Peningkatan pengetahuan petani dalam Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit 81 % dalam kategori

efektif. Sedangkan taksonomi variabel mengetahui peningkatan

pengetahuan sebagian besar petani ada pada kategori rendah dan tinggi,

yaitu 42,8% kategori rendah dan kategori tinggi yaitu 25,8%. Dan

taksonomi variabel memahami sebagian besar berada pada kategori sedang

dan kategori tinggi yaitu kategori sedang 48,5% dan kategori tinggi 45,8%.

5.2 Saran

1. Bagi institusi, diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan BPP terkait

untuk mengadakan pelatihan tentang pengendalian hama terpadu (PHT) baik

pada budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

2. Bagi mahasiswa, perlu dilakukannya kajian lebih lanjut mengenai

pengertian dan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).

83
84

3. Bagi petani, sebaiknya mengimplemantasikan metode dan prinsip-prinsip

pengendalian hama terpadu (PHT) pada usahataninya.

4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, sebaiknya mengukur

pengaruh karakteristik terhadap tingkat motivasi petani, sehingga dapat

diketahui variabel karakteristik apa yang berpengaruh terhadap tingkat

motivasi.

5. Peningkatan pengetahuan petani sebaiknya diukur mulai dari tingkat

mengetahui hingga tingkat evaluasi, sehingga tahapan dari taksonomi bloom

untuk mengukur peningkatan pengetahuan petani menjadi lebih valid.


85

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak dan Deni Darmawan. 2013. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Agustian A dan Rachman B. 2009. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama
Terpadu pada Komoditas Perkebunan Rakyat. Perspektif. 8 (1) : 30-41.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aprianto, Kris K. Dayat, dan Widyastuti, N. 2020. Persepsi Petani Terhadap
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Usaha Tani Cabai Rawit
(Capsium Frustescens) Di Desa Padasuka Kecamatan Petir Kabupaten
Serang. Jurnal Inovasi Penelitian. Volume 1 Nomor 3. 2020
Arikunto, (2002:108). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Pratik : Jakarta.
Badan Pusat Statistik Tahun 2022 Tentang “Kabupaten Jember, Kecamatan
Pakusari Tahun 2022”
Baideng, Eva L. (2016). Kelompok Tani Tomat Dalam Penerapan Pengendalian
Hama Terpadu Di Desa Kakaskasen I Dan Kakaskasen III Untuk
Memantapkan Produksi Dan Meningkatkan Pendapatan Petani. Sains dan
Teknologi. Vol.3. No.1. Hal. 34-43.
Christina L. Salaki, Sherlij Dumalang. 2017. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
pada Tanaman Sayuran di Kota Tomohon Sulawesi Utara. Indonesian
Journal of Community Engagement Vol. 02, No. 02, Maret 2017
Creswell, John. W. 2016. “Research Design. Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Edisi keempat.”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dewi Kurnia. (2019). Peran Mediasi Self Efficacy Pengaruh Motivasi Belajar
Terhadap Niat Berwirausaha Mahasiswa. Jurnal Manajemen dan Bisnis
ISSN:2621-4199 Volume VIII, No. 01
Djarwaningsih, T. 1986. Jenis-jenis Capsicum L. (Solanaceae) di Indonesia.
Berita Biologi 3 (5): 225-228.
Eliyatiningsih dan Iqbal, E. 2021. Pelatihan Teknologi PHT pada Usaha Tani
Cabai Merah di Desa Dukuh Dempok Kabupaten Jember. Agrokreatif
Maret 2021, Vol 7 (1): 7684 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat
Eliyatiningsih, Erdiansyah, I., Putri, U, S,. Al Huda, H, D,. 2021. Pelatihan
Teknologi PHT Pada Usaha Tani Cabai Merah di Dukuh Dempok
Kabupaten Jember. Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat. Maret 2021, Vol. 7(1): 76.
Ginting, E. 1991. Metode Kuliah Kerja Nyata. Malang: Unibraw.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan Malayu S.P. (1999). Organisasi & Motivasi. Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: BumiAksara.
Hendrayani E dan Febrina D. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Berternak Sapi di Desa Koro Benai Kec. Benai Kab. Kuantan
Singingi. J. Peternakan. 6 (2):53-62
86

Hoetomo.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Mitra Pelajar


Indah Listiana. 2017. Kapasitas Petani Dalam Penerapan Teknologi Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) Padi Sawah di Kelurahan Situgede Kota Bogor.
Agrica Ekstensia. Vol. 11 No. 1 Juni 2017: 46-52
J. Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen . Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Mahmudi. 2004. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN
Mardikanto, T. 2019. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: UNS Press
Mariyono J, Irham. 2001. Perubahan Cara Pengambilan Keputusan oleh Petani
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam Mengunakan Pestisida Kimia
pada Padi. Jurnal Sosial Ekonomi 8 (2) : 91-97.
Mislini. 2006. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok Swadaya
Masyarakat. Kasus KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Moleong. 1998 dan Ariwibowo 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi
revisi. Remaja Rosda Karya
Muhdiar. 2016. Tingkat Penerapan Agribisnis Pada Usahatani Jagung Hibrida Di
Desa Sipatuo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang. Jurnal Galung
Tropika, 5 (3): 191 – 202. ISSN Cetak 2302-4178
Mulijanti LS, Sinaga A. 2016, Efektivitas pendampingan teknologi tanam jajar
legowo terhadap perubahan sikap dan pengetahun petani di Kabupaten
Sumedang Jawa Barat [Internet]. [cited 22 Februari 2017]. Available
from: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ ind/pdffiles/prosiding_2016
Nilasari. 2016. Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sayuran di
Kenagarian Koto Tinggi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal
Penyuluhan, Maret 2016 Vol. 12 No. 1.
Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Rineka. Cipta.
Pitana
Nuraeni, Ida (2014). Media Penyuluhan Pertanian. In: Pengertian Media
Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jember
Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medik
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta : Salemba
Medika.
Nurullah, 2017. Motivai Petani Dalam Pengembangan Budidaya Jagung Kuning
di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Joneponto Provinsi
Sulawesi Selatan. Skripsi Universitas Hasanuddin Makasar
Nuswantari, D. (1998). Kamus saku kedokteran. Jakarta : EGC.
Peraturan Menteri Pertanian NO 48/ Permentan/ OT.140/10/2009. Tentang
Pedoman Budidaya Buah dan Sayur Yang Baik (Good Agriculture
Practices For Fruit and Vegetables). [dapat diunduh dari
www.deptan.go.id].
RI, Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Rosdiana, SP, Ir. H. Muh. Asaad, M.Sc, Zulkifli Mantau, SPi, M.Si. 2011.
Teknologi Budidaya Cabai Rawit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Gorontalo
87

Rudi Hartono. 2017. Inventarisasi Teknologi Pengendalian Organisme


Pengganggu Tanaman (OPT) Dan Implementasi Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) Pada Tanaman Padi Di Bogor Jawa Barat. Jurnal Triton,
Vol. 8, No. 1, Juni 2017
Rukaman, 2002. Usaha Tani Cabai Rawit . Penerbit Kanisius.Yogyakarta
Septiani, Endah Tri dan Andriyani Farida, “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar
Berbasis Leaflet Terhadap Hasil Belajar Siswa”, dalam Jurnal
Bioterdidik, Vol 2, No. 3, 2014.
Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta
Setiawati W. 2013. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada
Tanaman Cabai Merah untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. J. Hort.
23(2):174-183, 2013
Soehardjo dan Patong, D. 1999. Sendi-Sendi Proyek Ilmu Usaha Tani.
Departemen Ilmuilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi Dr. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Petanian Tori dan Aplikasinya.
Jakarta : Penerbit CV. Rajawali
Soekidjo. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka. Cipta, Jakarta.
Soeroto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Hortikultura Prioritas.
Direktorat Perlindungan Tanaman. Jakarta
Sri Wahyuni Indiati dan Marwoto. 2017. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) pada Tanaman Kedelai. Buletin Palawija Vol. 15 N0. 2: 87–100.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press
Sukananta, I Ketut dkk (2015). Hubungan Karakteristik Dan Motivasi Petani
Dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus Desa Cisaat Kecamatan
Dukupuntang).
Sukharwadi, E. 2020. Pengaruh Karakteristik Individu, Budaya, Dan Komunikasi
Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa di
Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bambu. Kindai.16(1), 92-101.
Sumarno J, Hiola F S I. 2017. Faktor Sosial-Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani
Mengadopsi Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung Di
Gorontalo. Informatika Pertanian, 26 (2): 99 - 110
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Undang-Undang No 16. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006,
1– 39
Untung, K. 2003. Strategi implementasi PHT dalam pengembangan perkebunan
rakyat berbasis agribisnis. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT
Perkebunan Rakyat, pengembangan dan implementasi PHT perkebunan
rakyat berbasi agribisnis. Bogor, 17-18 2002. Bagian proyek PHT
tanaman perkebunan 2003. Hlm 1-18.
88

Victor H.Vroom. 2014. Work and Motivation. (New York: John Wiley & Son
Inc) dalam Veithrizal Rivai. Organisasi dan Motivasi. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Widayat dan Jamia D. 2007. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Perkebunan
Teh. Prosiding Pertemuan Teknis Industri Teh Berkelanjutan
(Sustainable Tea). Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung.
Yuni, R dan Wilma, Y. 2017. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointesif Pada
Tanaman Padi Di Desa Senaning. Jurnal Karya Abdi Masyarakat 1, No.
1 (June 8, 2017): 35-42.
Zulfikar, N. dan Dini, R. 2013. Hubungan karakteristik Dengan Respon Petani
Dalam Program Pengembangan Kedelai. Mimbar Agribisnis Volume 1.
Nomor 2 Januari 2016
89

LAMPIRAN
Lampiran 1. Timeline Kegiatan Penelitian
Waktu Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 IPW

Penetapan Tema
2
Penelitian

3 Penyusunan Proposal

4 Seminar Proposal

Pelaksanaan Penelitian
5
dan analisis data
Penyusunan Rancangan
6
Penyuluhan

7 Pelaksanaan Penyuluhan

8 Evaluasi Penyuluhan

9 Konsultasi TA

10 Penyusunan Laporan

11 Seminar Hasil

12 Ujian Komprehensif

13 Wisuda

90
91

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk


mengumpulkan data dari Bapak/Ibu dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir
saya :

Nama : Bambang Wasito


Jurusan : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Universitas : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Oleh karena itu Peneliti meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan


waktu mengisi kuesioner ini secara jujur, jelas, dan benar. Informasi yang
diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan
akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Nama Responden : …………………………………..

Petunjuk Pengisian :

1. Baca dan jawablah pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan.


2. Berilah tanda silang (x) pada nomor urut atau kolom jawaban yang tersedia

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

A. Umur : …………………….. Tahun

B. Tingkat Pendidikan :

 Tidak sekoah  SMA

 SD  Lain-Lain ……………

 SMP

C. Luas Lahan : ………………………………………..

D. Lama Berusahatani : ………………………………………..


92

II. PETUNJUK PENGISIAN

- Mohon memberikan tanda silang (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu


anggap paling sesuai
- Setelah mengisi kuesioner ini mohon Bapak/Ibu dapat memberikan
kembali kepada yang menyerahkan kuesioner ini pertama kali.

a. Kebutuhan Keberadaan (existence)

No Pernyataan SS S KS TS
Saya berbudidaya cabai rawit untuk memenuhi
1. kebutuhan sehari hari.

Saya berbudidaya cabai rawit untuk membiayai


2. anak sekolah.

Saya berbudidaya cabai rawit untuk untuk


3. memperoleh pendapatan yang tetap.

Saya memperoleh pendapatan yang sesuai dari


berbudidaya cabai rawit dengan pekerjaan yang
4.
dilakukan.

Dengan berbudidaya cabai rawit saya memiliki


5. tabungan untuk masa depan.

SS : Sangat Setuju S : Setuju KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju


93

b. Kebutuhan Berhubungan (relatedness)

No Pernyataan SS S KS TS
Saya berbudidaya cabai rawit agar dapat diterima
1. dilingkungan sekitar

Dengan berbudidaya cabai rawit saya memiliki


2. hubungan baik dengan sesama masyarakat.

Saya berbudidaya cabai rawit karena adanya situasi


dan lingkungan yang baik untuk berbudidaya cabai
3.
rawit

Saya berbudidaya cabai rawit karena adanya


dukungan yang besar dari keluarga dalam
4.
berusahatani

Dengan berbudidaya cabai rawit saya dapat


menyesuaikan diri dengan baik dilingkungan
5.
masyarakat.

SS : Sangat Setuju S : Setuju KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju

c. Kebutuhan Untuk Berkembang (growth need)

No Pernyataan SS S KS TS
Dengan berbudidaya cabai rawit saya memperoleh
1. kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru.

Dengan berbudidaya cabai rawit saya memiliki


peluang dan kesempatan untuk mengembangkan
2.
keterampilan.

Dengan berbudidaya cabai rawit saya dapat


memperbaiki kesalahan-kesalahan berbudidaya
3.
yang saya lakukan di masa lalu.

Saya ingin memperoleh kesuksesan dalam


4. berbudidaya cabai rawit

Dengan keberhasilan mengembangkan cabai rawit


saya bisa mendapatkan penghargaan dan
5.
pengakuan dari masyarakat.

SS : Sangat Setuju S : Setuju KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju


Lampiran 3. Hasil Kuesioner Penelitian

NILAI MOTIVASI PETANI RESPONDEN


NOMOR
Kebutuhan Keberadaan Kebutuhan Berhubungan Kebutuhan Untuk Berkembang TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml
1 3 3 3 4 4 17 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 52
2 4 4 3 4 3 18 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 55
3 4 4 3 4 4 19 3 4 3 3 4 17 4 3 3 4 4 18 54
4 4 4 3 4 4 19 3 4 3 3 4 17 4 3 3 4 4 18 54
5 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 3 3 4 4 18 55
6 4 4 3 4 3 18 4 4 4 3 3 18 4 3 3 4 4 18 54
7 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 56
8 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 56
9 3 3 3 4 4 17 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 52
10 4 4 3 4 3 18 3 4 3 3 4 17 4 3 3 4 4 18 53
11 4 4 3 4 4 19 3 4 3 2 4 16 4 3 3 4 4 18 53
12 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54
13 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54
14 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54
15 4 4 3 4 4 19 3 4 3 2 4 16 4 4 3 2 4 17 52
16 4 4 3 4 3 18 4 4 4 3 3 18 4 3 3 4 4 18 54
17 4 4 3 4 3 18 3 4 3 3 4 17 4 3 3 4 4 18 53
18 4 4 3 4 4 19 3 4 3 2 4 16 4 4 3 2 4 17 52
19 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 56
20 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54
21 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54
22 4 3 3 4 3 17 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 54

94
NILAI MOTIVASI PETANI RESPONDEN
NOMOR
Kebutuhan Keberadaan Kebutuhan Berhubungan Kebutuhan Untuk Berkembang TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml
23 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
24 4 4 3 4 4 19 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 54
25 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 56
26 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
27 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
28 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
29 4 3 3 4 3 17 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 52
30 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 3 3 3 4 17 53
31 4 4 3 4 3 18 3 3 4 3 4 17 3 4 4 4 4 19 54
32 4 4 3 4 3 18 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 55
33 4 4 3 4 3 18 3 4 3 2 4 16 4 3 3 3 4 17 51
34 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 4 3 4 4 19 55
35 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 3 3 3 4 17 53
JUMLAH 138 131 105 140 125 639 124 136 128 97 121 606 139 129 106 125 140 639 1884

95
96

Lampiran 4. Kuesioner Evaluasi Penyuluhan

KUESIONER PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA TANAMAN
CABAI RAWIT

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………..
2. Alamat : ……………………………………..
3. Umur : …………………….. Tahun
4. Status Keanggotaan : ……………………………………..
5. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
6. Tingkat Pendidikan :

 Tidak sekoah  SMA


 SD  Lain-Lain ……………
 SMP
7. Luas Lahan : ………………………………………..
8. Lama Berusahatani : ……………………………………….. tahun

II. PERTANYAAN
Mohon memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai.

1. Apa kepanjangan dari PHT …


a. Penyemprotan hama terpadu
b. Penyemprotan hama terjadwal
c. Pengendalian hama terpadu
2. Berikut ini yang termasuk dalam prinsip-prinsip PHT, kecuali…
a. Budidaya tanaman sehat
b. Pengamatan dan pemantauan rutin
c. Pasca panen
97

3. Yang termasuk ciri-ciri sistem PHT adalah …


a. Penerapan sistem PHT dilakukan secara bersistem dan terpadu
b. Mengurangi dan membatasi pengurangan pestisida kimia
c. Jawaban a dan b benar
4. Berikut ini yang termasuk dalam prinsip budidaya tanaman sehat adalah….
a. Perbaikan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tepat
b. Penggunaan bibit varietas unggul dan pengendalian hama penyakit
c. semua jawaban benar
5. Salah satu prinsip dalam PHT adalah pengendalian hama atau penyakit
dengan memanfaatkan agen hayati (musuh alami) yang termasuk musuh
alami pada budidaya tanaman cabe adalah …
a. Predator chrysoperla cornea
b. Belalang
c. Capung
6. Fungsi penggunaan mulsa plastik pada budidaya tanaman cabe…..
a. Terhindar dari gulma
b. Mengurangi dan membatasi pengurangan pestisida kimia
c. Jawaban a dan b benar
7. Berikut ini adalah jenis – jenis hama tanaman cabe, kecuali …..
a. Kumbang Coccinella
b. Kutu daun Aphids
c. Lalat buah Dacus sp
8. Berikut ini adalah jenis – jenis musuh alami, kecuali ….
a. Laba – laba Oxyopes javanus
b. Lalat buah Dacus sp
c. Kumbang Coccinella
9. Berikut ini adalah jenis – jenis penyakit tanaman cabe, kecuali ….
a. Bercak daun Cercospora
b. Karat Daun Puccinia
c. Hawar daun bakteri
98

10. Berapa jarak tanam ideal untuk tanaman cabe ….


a. 50 x 60 cm
b. 50 x 40 cm
c. 50 x 100 cm
11. Pada umur berapakah bibit cabe bisa dipindah tanam ke lahan ….
a. 1 bulan
b. 2 minggu
c. 10 hari
12. Pada umur berapah tanaman cabe sudah mulai berbuah dan bisa dipanen ….
a. 2,5 sampai 3 bulan
b. 1 sampai 2 bulan
c. 4 sampai 5 bulan
13. Pupuk dasar apa saja yang biasa digunakan untuk tanaman cabe …
a. NPK, SP 36, KCL
b. ZA, Urea
c. TSP, ZA
14. Cara pemberian pupuk yang sesuai untuk tanaman cabe adalah …
a. Disemprot
b. Ditabur
c. Disiram
15. Fungsi ajir untuk tanaman cabe adalah …
a. Membantu tumbuh tegak
b. Mengurangi kerusakan fisik yang disebabkan beban buah dan tiupan
angin
c. Memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas
16. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan perempelan pada tanaman cabe..
a. 3 – 4 MST
b. 1 – 2 MST
c. 5 – 6 MST
17. Dibawah ini adalah bahaya dari penggunaan pestisida, kecuali ….
a. Meninggalkan residu pada tanaman
b. Penyebab kerusakan agroekosistem sawah
c. Membunuh serangga hama
99

18. Apa manfaat dari melakukan rotasi tanaman …..


a. Tanaman lebih beragam
b. Memutus siklus hidup hama/penyakit
c. Memperbaiki kondisi tanah
19. Pemakaian pestisida yang dianjurkan adalah ……
a. Penyemprotan secara rutin dan terjadwal
b. Penyemprotan berdasarkan hasil pengamatan
c. Penyemprotan setiap minggu
20. Pada umur berapa tanaman cabe harus dilakukan pemupukan awal….
a. 20 HST
b. 40 HST
c. 60 HST

= = Terima Kasih = =
100

Lampiran 5. Berita Acara Penyuluhan


101

Lampiran 6. Daftar Hadir Penyuluhan


102
103

Lampiran 7. Lembar Persiapan Menyuluh


LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)

1. Nama Penyuluh : BAMBANG WASITO


NIRM : 04.01.211041
2. Materi penyuluhan : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya
cabai rawit
3. Waktu : 120 Menit
4. Tempat : Rumah ketua kelompok tani Karya Tani 05
5. Tanggal : Selasa, 11 Juli 2023
6. Sasaran : Petani, Kelompok tani
7. TIU : Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan petani
mampu mengetahui prinsip-prinsip Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) pada budidaya cabai rawit
8. TIK : Petani mampu menjelaskan dan mengimplementasikan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya
cabai rawit
9. Metoda : Ceramah dan diskusi
10. Alat dan Bahan :
Bahan penyampaian : Kertas Pleno dan Leaflet
materi

Waktu
No Uraian Kegiatan Keterangan
(Menit)
1. Pembukaan 10
2. Pre Test 20 - Lembar Kuesioner
3. Pendahuluan 10
4. Penjelasan Isi Materi : 30 - Ceramah
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya cabai Alat :
rawit - Kertas Pleno
- Leaflet
Diskusi dan tanya jawab : 20 - Diskusi
5.
Diskusi dan tanya jawab dipandu oleh Pemateri
6. Post test 10 - Lembar Kuesioner
7. Penutup 10
8. Kesimpulan 10

Pakusari, 11 Juli 2023


Pembimbing Pendamping RPL Polbangtan Malang

Ainur Rahman, S.ST.,MP Bambang Wasito


NIP. 19860807 201001 1 012 NIRM. 0401211041
104

Lampiran 8. Sinopsis

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya Cabai Rawit


A. Bagian Awal :
Pengertian Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan secara hati-hati
terhadap metode pengendalian hama yang tersedia dan integrasinya yang mampu
menekan perkembangan populasi hama dan menjauhkan pestisida ke tingkat yang
dapat diterima secara ekonomi demi mengurangi risiko terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia.

B. Bagian Tengah :
Prinsip-Prinsip PHT yaitu
1. Budidaya Tanaman Sehat
Tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan
penyakit serta memiliki kemampuan yang cepat dalam mengatasi dan memulihkan
dirinya sendiri. Untuk itu harus diperhatikan varietas yang akan dibudidayakan,
penyemaian dengan cara yang benar serta pemeliharaan yang tepat.
2. Pemanfaatan musuh alami
Musuh alami/agensi hayati terbukti mampu menekan populasi hama dan
menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit.
Pemanfaatan musuh alami yang potensial merupakan tolak ukur dalam sistem
PHT dan diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara populasi hama dan
populasi musuh alaminya. Sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman
bagi lingkungan. Pemanfaatan musuh alami bila dilakukan dengan menanam
tanaman refugia untuk tempat hidup.
3. Pengamatan dan Pemantauan Rutin
Dalam sistem PHT pengamatan dan pemantauan perkembangan populasi hama
merupakan bagian terpenting yang harus dilaksanakan oleh setiap petani. Hasilnya
bisa digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4. Petani Sebagai Ahli PHT
Sistem PHT sebaiknnya dikembangkan oleh petani sendiri, karena penerapan PHT
harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat, sehingga suatu sistem
PHT yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok apabila
diterapkan di wilayah lain. hal inti tergantung dari keharusan proaktif petani dan
peran aktif instansi terkait memasyarakatkan PHT.

C. Bagian Akhir :
Kelebihan Pengendalian Hama Terpadu?
Ada banyak keuntungan yang petani dapat dari menerapkan PHT. Antara
lain, efisien biaya produksi, hasil produksi meningkat, serta produk dan
lingkungan lebih sehat. Dari hasil kajian, pemanfaatan pestisida alami memiliki
sejumlah keuntungan bagi lingkungan dan kesehatan manusia
Pakusari, 11 Juli 2023
RPL Polbangtan Malang

Bambang Wasito
NIRM. 0401211041
105

Lembar 9. Leaflet
106

Lembar 9. Leaflet
Lampiran 10. Hasil Kuisioner Penyuluhan Pre Test

NILAI PRE TEST KUISIONER PENGETAHUAN


NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
1 0 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 50 5 0 5 0 0 10 60
2 5 5 0 5 0 0 5 5 5 0 5 5 0 0 5 45 0 5 0 0 5 10 55
3 0 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 45 0 5 0 0 5 10 55
4 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 45 0 5 0 5 5 15 60
5 5 0 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 5 0 45 0 5 0 0 5 10 55
6 0 5 0 5 0 0 5 5 5 0 5 5 0 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
7 0 5 5 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 50 5 0 0 0 0 5 55
8 0 5 0 5 0 5 5 0 5 0 5 5 5 0 5 45 5 0 0 0 0 5 50
9 5 5 0 5 0 0 5 5 5 0 5 5 0 5 0 45 5 0 0 0 0 5 50
10 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 50 5 0 0 5 0 10 60
11 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 45 5 5 0 5 0 15 60
12 5 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 0 5 50 0 5 0 0 0 5 55
13 5 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 50 0 5 0 0 5 10 60
14 0 5 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 45 0 5 0 0 0 5 50
15 5 0 0 5 0 0 5 5 0 0 5 5 5 5 0 40 0 5 0 0 5 10 50
16 5 0 0 5 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 0 45 5 5 0 5 0 15 60
17 5 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 50 5 0 0 0 0 5 55
18 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 5 0 0 10 50
19 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 45 5 0 0 0 5 10 55
20 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 50 0 5 0 0 0 5 55

107
NILAI PRE TEST KUISIONER PENGETAHUAN
NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
21 5 5 0 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
22 0 5 0 5 0 0 5 0 5 0 5 5 5 0 5 40 5 0 5 0 0 10 50
23 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 5 5 0 15 55
24 0 5 0 5 0 0 0 0 5 5 5 5 5 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
25 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 45 5 0 0 0 0 5 50
26 0 5 0 5 0 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 45 5 0 0 5 0 10 55
27 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
28 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5 0 5 5 45 5 0 5 5 0 15 60
29 5 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 0 5 50 5 0 0 0 0 5 55
30 5 5 0 5 0 0 5 0 0 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 0 5 10 50
31 0 5 0 5 0 0 5 5 5 0 5 0 5 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
32 5 5 5 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 45 0 0 0 5 0 5 50
33 5 5 0 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 0 5 0 0 5 10 50
34 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 45 0 5 0 0 0 5 50
35 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 40 5 0 0 0 5 10 50
Jumlah 70 145 10 170 0 60 150 65 160 110 175 165 80 45 150 1555 115 65 25 65 50 320 1875

108
Lampiran 11. Hasil Kuisioner Penyuluhan Post Test

NILAI POST TEST KUISIONER PENGETAHUAN


NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
1 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 0 20 90
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 0 5 5 5 5 20 95
3 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 65 5 5 5 5 5 25 90
4 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 65 5 5 0 5 5 20 85
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 5 0 5 20 95
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 65 5 0 5 5 5 20 85
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 0 5 5 5 20 95
11 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
12 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 5 5 0 20 95
14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
15 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 65 5 5 5 5 5 25 90
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 65 5 5 5 5 5 25 90
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 5 5 0 20 95
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 0 5 5 0 15 90
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 0 5 5 20 95

109
NILAI POST TEST KUISIONER PENGETAHUAN
NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
21 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 0 5 5 5 20 85
22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 0 5 5 5 20 90
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 65 5 5 5 5 0 20 85
24 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 0 5 0 15 85
25 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 0 5 5 5 20 85
26 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
27 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 5 5 5 5 25 90
28 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 5 5 5 0 20 85
29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 0 5 5 5 20 95
30 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 0 5 5 20 95
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
34 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 0 5 5 5 5 20 90
35 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
175 160 175 175 170 155 165 160 160 125 175 175 145 140 165 2420 165 140 155 170 140 770 3190
Jumlah

110
111

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan


112

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan


113

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan


114

Lampiran 13. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan Video

https://drive.google.com/file/d/1k2WUFjpYRDYX2p9mS0mUnz5YlGW_FGg
y/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai