Rancangan Penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya Tanaman Cabai Rawit Di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari
Rancangan Penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya Tanaman Cabai Rawit Di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari
RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI
BAMBANG WASITO
04.01.211041
RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI
BAMBANG WASITO
04.01.211041
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman saya program RPL khususnya di
wilayah Kabupaten Jember yang sudah membantu memberi dukungan penuh
selama saya kuliah di POLBANGTAN Malang
Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima
kasih saya haturkan semoga kebaikan yang telah diberikan dilipatgandakan oleh
Allah SWT kepada yang memberikan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi saudara yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ii
PERNYATAAN
ORISINALITAS TA
saya, didalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiha yang pernah diajukan
oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di
suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah
Bambang Wasito
NIRM. 0401211041
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI
BAMBANG WASITO
04.01.211041
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian
Malang
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DI KELOMPOK TANI KARYA TANI 05 DESA JATIAN
KECAMATAN PAKUSARI
BAMBANG WASITO
04.01.211041
Mengetahui,
Mengetahui,
Penguji III,
v
RINGKASAN
Potensi usaha tani khususnya budidaya tanaman cabai rawit di Desa Jatian
sebenarnya memiliki prospek yang bagus. Adanya kegiatan pengendalian hama
terpadu (PHT) dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keahlian petani
dalam menganalisa pengendalian hama yang dapat dilakukan melalui pengamatan
pada tanaman di lahan masing-masing. Diharapkan kedepannya petani dapat terus
menerapkan PHT sehingga terjadi peningkatan produksi cabai rawit dengan
budidaya yang ramah lingkungan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Rancangan Penyuluhan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya
Tanaman Cabai Rawit di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian
Kecamatan Pakusari” dengan baik, lancar dan tepat waktu.
Tugas Akhir ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dan
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang
dijadikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P) di
Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang. Penulisan Tugas Akhir
tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Dr. Budi Sawitri, S.ST, M.Si selaku Pembimbing Utama,
2. Ainur Rahman, S.ST.,MP selaku Pembimbing Pendamping,
3. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, SP. MP, selaku Ketua Jurusan dan Program
Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan,
4. Dr. Ir. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si., IPM selaku Direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang, dan
5. Dr. Ir. Harwanto, M.Si, selaku penguji III terima kasih atas saran-saran yang
membangun.
6. Serta semua pihak yang membantu dalam penyusunan Tugas Akhir.
Besar harapan dari penulis untuk memperolah saran, kritik, dan masukan
guna perbaikan kedepannya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan………………………….. 49
3.4.1 Persiapan Penyuluhan ………………………………………… 49
3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ……………………………………. 50
3.4.3 Pelaksanaan Evaluasi ………….…..…………………………… 50
3.4.4 Penetapan Evaluasi ……………………………………………. 50
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Luas Panen (Ha), Provitas (Kw/Ha), dan Produksi (Kw)
Cabai Rawit Di Desa Jatian (2018-2022) ……………………… 2
4.4 Rata-rata Pre Test dan Post Test Berdasarkan Pendidikan Formal ……. 77
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
sebutan cabai rawit. Cabai rawit sudah bisa dibilang sebagai kebutuhan pokok
bagi kehidupan manusia, hampir semua orang menyukai cabai yang merupakan
salah satu komoditas sayuran ini dan terlebih lagi cabai memiliki nilai ekonomi
petani.
berpengaruh juga pada peningkatan produksi cabai di wilayah binaan Desa Jatian.
Hal yang mempengaruhi adalah peningkatan luas panen sesuai data yang diambil
Kecamatan Pakusari sebagai salah satu penghasil cabai rawit yang ada di
Kabupaten Jember, terdiri dari 7 desa yaitu Desa Patemon, Desa Subo, Desa
Bedadung, Desa Kertosari, Desa Sumberpinang, Desa Pakusari dan Desa Jatian.
Desa Jatian merupakan desa binaan yang mengalami penurunan produksi panen
cabai rawit. Berdasarkan data dari dinas terkait melalui petugas pengumpul data.
1
2
Tabel 1.1 Data Luas Panen (Ha), Provitas (Kw/Ha), dan Produksi (Kw)
Cabai Rawit Di Desa Jatian (2018-2022)
Luas Tanam
Tahun Provitas (Kw/Ha) Produksi (Ton/Ha)
(Ha)
Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan
hasil produksi panen di Desa Jatian. Hal tersebut dikarenakan pada tahun itu,
terjadi anomali iklim yaitu kejadian La Nina atau curah hujan tinggi Tingginya
tanaman mudah sekali terserang oleh penyakit, diantaranya adalah penyakit layu,
penyakit busuk pada daun batang serta buah cabai rawit, dan penyakit yang
Tabel 1.2 Banyaknya Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Rata-rata
Curah Hujan
Rata-Rata
Banyak
Stasiun Jumlah Hari Curah
No Kecamatan Curah
Pengukur Hujan (mm) Hujan
Hujan (mm)
(mm)
1. Pakusari Kotok 2994 208 144
2. Pakusari Pakusari 2575 210 135
Sumber : BPS Kabupaten Jember 2022
3
OPT yang ekonomis menguntungkan petani dan secara teknis dapat diterima
secara logika oleh petani dan ekologis terhadap lingkungan. Konsep pengendalian
sehat, pengamatan berkala dan petani ahli PHT. Mariyono dan Irham (2001)
Kecamatan Pakusari, namun belum ada peningkatan produksi jumlah panen. Hal
ini dikuatkan dengan data bahwa produksi cabai rawit di Desa Jatian masih relatif
4
rendah, yaitu sekitar 2,5-3 ton/ha (Programa Kecamatan Pakusari Tahun 2022)
sedangkan potensinya bisa mencapai 7 ton/ha. Salah satu sorotan utama dalam
permasalahan teknis ini adalah para petani belum banyak mengetahui tentang
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit untuk
menambah produktivitas, hal ini didukung oleh data dari Programa Desa Jatian,
Jatian masih rendah maka disusunlah Karya Ilmiah Penugasan Akhir yang
Kabupaten Jember.
Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya
Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya
(PHT) budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya Tani 05 Desa
Terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Petani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terpadu pada Tanaman Cabai Merah untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim”
serangan OPT tersebut. Sampai saat ini belum terformulasi langkah yang tepat
untuk pengendalian OPT sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh sebab itu
diperlukan inovasi teknologi pengendalian OPT pada tanaman cabai merah secara
perubahan iklim yang dapat menekan penggunaan pestisida > 50% dan
mengurangi emisi CO2 > 10%. Penelitian dilaksanakan di Desa Kawali Mukti,
Ciamis, Jawa Barat dari Bulan April sampai dengan September 2012. Rancangan
percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan
mulsa plastik hitam perak, pemupukan (pupuk kandang sebesar 30 ton/ha dan
kendali), dapat menekan penggunaan pestisida sebesar 73,33% dengan hasil panen
6
7
tetap tinggi yaitu sebesar 15,46 t/ha. Selain itu rakitan teknologi tersebut mampu
mengurangi suhu lingkungan mikro sebesar 0,890C dan emisi CO2 dapat
budidaya cabai.
permasalahan teknis yang dialami oleh petani, mulai dari persiapan benih,
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen. Salah
satu sorotan utama dalam permasalahan teknis ini adalah para petani belum
banyak menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hal ini didukung oleh
Terpadu di Desa Padasuka baru diterapkan sebesar 30% saja, sedangkan 70%
dengan persepsi petani, bahwasanya 86,7 % petani memiliki persepsi yang baik.
Hal ini didukung dengan pengetahuan petani terhadap pengendaian hama terpadu
yang juga dalam kategori yang tinggi serta di tunjang dengan intensitas sosial
yang tinggi pula. Selanjutnya faktor yang berhubungan dengan persepsi petani
yaitu pengetahuan petani dan intensitas sosial. Kedua faktor inilah yang
yang baik perlu ditunjang dengan pengetahuan yang tinggi dan intensitas sosial
Hama Terpadu (PHT) memberi ruang dan hak kehidupan bagi semua komponen
pengendalian hayati dan aplikasi kimiawi jika teknik pengendalian lain tidak
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi tonggak sejarah PHT di
hingga kini masih bertumpu pada penggunaan pestisida kimia, sedangkan cara
kimia secara berlebihan berdampak pada timbulnya resistensi hama sasaran, dan
mensinergikan semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit yang
kompatibel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang
digunakan dalam PHT adalah (1) budidaya tanaman sehat, (2) penyeimbangan
9
ekosistem secara terpadu, dan (5) mewujudkan petani aktif sebagai ahli PHT.
penyuakit tanaman padi melalui penerapan PHT biointensif. Kegitan ini akan
dilaksanakan pada Kelompok Tani Hikmah Tani dan Kelompok Tani Payo Dadap
dan aplikasi penerapan PHT biointensif untuk mengendalikan hama dan penyakit
padi. Materi pelatihan adalah: budidaya tanaman padi sehat; hama dan penyakit
tanamn padi dengan budidaya padi salibu; peningkatan peran musuh alami
tanaman padi yang diusahakan pada petak percontohan dengan produksi dan
keuntungan usaha budidaya yang sama dilakukan oleh petani sebelumnya. Hasil
yang sudah dicapai dari kegiatan ini adalah : 1) meningkatnya pengetahuan dan
hama secara terpadu pada tanaman sayuran di ladang merupakan salah satu
metode pengendalian untuk menekan populasi serangga hama agar petani tidak
tergantung pada pengendalian dengan cara kimiawi yang berefek negatif, baik
terhadap lingkungan maupun manusia dan hewan. Program Iptek bagi Masyarakat
Terpadu ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya microbial Indonesia
lapangan. Hasil kegiatan penyuluhan dan demonstrasi plot ini dapat memberi
serangga hama sayuran. Kegiatan IbM ini bermanfaat bagi petani untuk
biopestisida serta pengetahuan secara teori yang dapat langsung dipraktikkan oleh
dan mempelajari tingkat penerapan pengendalian hama terpadu oleh petani pada
tanaman padi sawah. Penelitian di laksanakan di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat
peningkatan produksi padi tahun 2015. Kuisioner yang digunakan telah valid dan
reliabel. Populasi penelitian adalah anggota kelompok tani kota bogor. Sampel
penelitian adalah angota kelompok tani sebanyak 247 orang yang dipilih
pengganggu tanaman secara kultur teknis, fisik/mekanis dan kimia, tetapi belum
Dempok merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di Kabupaten Jember.
kebul (Bemisia tabaci), thrips, antraknosa, dan layu fusarium. Tujuan kegiatan
12
terkait pengendalian hama secara terpadu (PHT) pada budi daya cabai merah.
terkait dengan pengendalian PHT. Rata-rata nilai pre-test sebelum kegiatan adalah
41,5 dan rata-rata nilai post-test petani setelah kegiatan adalah 87. Setelah
hayati dan membuat pupuk hayati serta mengaplikasikannya pada lahan budi daya
cabai merah. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa aplikasi B. bassiana, penanaman
bunga refugia, dan aplikasi Trichoderma sp. atau metode Beart dapat menekan
yang diusahakan oleh petani di desa Kakaskasen I dan Kakaskasen III. Namun
produksi tomat di desa tersebut berfluktuasi dan rendah disebabkan oleh serangan
hama dan penyakit tumbuhan. Menurut pengakuan petani di desa tersebut, apabila
serangan hama berat maka akan menyebabkan gagal panen sehingga petani
kali seminggu dengan mencampur beberapa jenis insektisida, karena hama mulai
resisten dengan hanya menyemprot satu jenis insektisida saja. Hal tersebut
hasil produksi yang didapatkan kurang baik karena serangan hama pada tanaman
tomat relatif masih tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan cara
untuk merakit satu metode yang kompatibel yang disebut sebagai Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Tujuan program ini yaitu yaitu adanya transfer ilmu
terpadu yang akan ditransfer adalah isolasi dan perbanyakan jamur antagonis
Trap atau YST), penggunaan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak Derris
elliptica, dan pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak. Metode yang dilakukan
yakni penyuluhan, demonstrasi, dan penanaman tomat selama satu musim tanam
dengan perbandingan perlakuan PHT dan Non PHT. Target dari kegiatan ini
lingkungan dapat ditekan dan produksi tanaman dapat meningkat. Luaran dari
petani dalam menerapkan teknologi PHT padi sawah, dan mengetahui faktor-
PHT padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelompok tani di
Kelurahan Situgede kota bogor yang dimulai bulan Desember 2014 sampai April
2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, responden dalam penelitian
ini berjumlah 22 orang petani yang diambil secara sengaja (Purposive). Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan yang nyata
berusatani; faktor ekternal petani (X2) meliputi luas lahan, peran penyuluh dan
kontak tani serta sifat inovasi, dengan kapasitas petani dalam menerapkan
teknologi PHT padi sawah. Analisis yang digunakan adalah analisis statistika non
Hama Terpadu padi sawah sebagian besar dalam klasifikasi rendah. Hasil uji
korelasi Rank’s Spearman menunjukkan bahwa peran penyuluh, peran kontak tani
dan sifat inovasi memiliki hubungan nyata dengan kapasitas petani dalam
lamanya berusahatani dan luas lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan
akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Maka, konsep PHT
Kenagarian Koto Tinggi. Penelitian lapang April-Mei 2015. Data dianalisis secara
dan darat, dan 3) Menganalisis hubungan karakteristik dan respon petani dalam
Program SL-PTT Kedelai di lahan sawah dan darat.Objek penelitian ini adalah
adalah metode survey. Dengan jumlah responden dalam penelitian ini 241 petani
kedelai lahan sawah dari 4.256 petani, dan 137 petani kedelai lahan darat dari
Kedelai di Kabupaten Ciamis baik lahan sawah maupun lahan darat masuk dalam
kategori sedang. Karakteristik petani kategori lahan sempit untuk petani lahan
sawah masuk kategori sedang, sedangkan petani lahan darat masuk kategori
rendah. Karakteristik petani kategori lahan luas untuk petani lahan sawah masuk
kategori tinggi dan petani lahan darat masuk kategori sedang 2) Respons petani
kategori tinggi. Respon berdasar kategori lahan sempit untuk lahan sawah masuk
kategori sedang dan petani lahan darat masuk kategori tinggi. Untuk kategori
lahan luas respon petani lahan sawah masuk kategori tinggi dan petani lahan darat
masuk kategori sangat tinggi 3) Terdapat hubungan positif antara karakteristik dan
respon petani dalam program SL-PTT kedelai di Kabupaten Ciamis. Dengan sifat
hubungan semakin tinggi karakteristik petani maka semakin tinggi pula respon
Motivasi berasal dari kata moveree yang berarti dorongan atas daya
mendorong gairah kerja seseorang, agar mau bekerja keras dengan memberikan
seseorang mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas yang
anatara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri
faktor dari dalam seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik atau faktor diluar
itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan sesorang itu mencapai tujuan-tujuan,
baik sadar atau tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang
yang menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang tersebut.
minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan suatu konsep penting
(relatedness), dan (3) Kebutuhan untuk berkembang (growth need) (Mosher, 1991
dalam Hambali, 2005). Tiga kebutuhan tersebut dikenal dengan teori ERG.
terlebih dahulu.
perbedaan diri pada orang satu dengan lainnya yang berupa ciri khas tentang
(Sukharwadi, 2020).
karakteristik demografik seperti gaya hidup, pola pikir, dan kepribadian. (Mislini,
2006).
petani yaitu umur, pendidikan, luas lahan yang digarap, jumlah tanggungan
karakteristik petani :
a. Umur
Umur merupakan rentang waktu sejak seorang tersebut lahir atau selama
masa hidup yang dapat dilihat perkembangannya secara anatomis dan fisiologis,
19
biasanya umur diukur dalam tahun (Nuswantari, 1998). Umur juga didefinisikan
Umur petani menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir dan
Hasyim (2006) kecepatan petani dalam menerima inovasi akan lebih besar
dimiliki oleh petani muda, hal ini karena mereka cenderung berkemauan besar dan
memiliki semangat yang tinggi. Sebaliknya petani dengan usia lanjut akan
memahami hal-hal baru yang dapat mengubah pola pikir, kehidupan, dan cara
kerja.
penelitian ini adalah masa hidup petani sejak lahir hingga berlangsungnya
tahun. Umur dapat ditunjukkan dari ciri biologis yang dimiliki petani.
b. Tingkat Pendidikan
ingin tahu yang menunjang pembangunan pertanian lebih baik. Orang dengan
adopsi inovasi. Tingkat pendidikan petani juga berpengaruh pada sikap mental
20
dan perilaku dalam menjalankan usahataninya, selain itu tingkat pendidikan juga
berorientasi pada kehidupan sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).
adalah kurun waktu petani untuk menempuh pendidikan formal. Lama pendidikan
c. Luas Lahan
jumlah produksi pertanian. Semakin luas lahan pertanian yang dimiliki semakin
tinggi pula produksi yang dihasilkan petani. Produksi yang tinggi secara tidak
Luas lahan yang dimiliki petani juga menentukan besar kecilnya pendapatan yang
diperolah dari usahatani. Sebagian besar petani memiliki luas lahan relatif sempit
karena biasanya lahan yang diusahakan merupakan warisan orang tua yang dibagi
dengan saudaranya. Jika luas lahan meningkat maka pendapatan petani akan
d. Lama Berusahatani
menjalankan usaha taninya, hal ini dapat dilihat dari hasil produksi lahannya.
Petani yang telah lama manjalankan usaha taninya akan kaya pengalaman,
lahannya (Soeharjo dan Patong, 1999). Pengalaman usaha tani menjadi faktor
semakin lama pengalaman mereka maka semakin terampil pula mereka dalam
menjalankan usahanya.
lama berusahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama pengalaman
berusahatani diukur dalam satuan waktu yang ditetapkan sejak awal menetap di
(Solanaceae) yang memiliki nama ilmiah capsicum sp. Cabai rawit berasal dari
dan Asia termasuk Indonesia. Selain di Indonesia, cabai juga tumbuh dan popular
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum sp
22
Cabai merupakan tema tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu
banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk hingga
90 cm. Cabai berakar tunggang berdiri atas akar utama dan akar lateral yang
melebar hingga 45 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau
gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun
oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies atau varietasnya. Bunga
cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama halnya dengan
tanaman Solanaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri
atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik, Bunga cabai juga
berkelamin dua karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk
buah cabai bermacam-macam dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa
mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai
paprika yang berbentuk buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak
ragam.
A. Keadaan Iklim
1. Suhu Udara
berkembang biak dengan baik. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
Agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai rawit
memerlukan suhu udara yang berkisar antara 18°C-30°C. Namun demikian, cabai
rawit memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu panas maupun suhu dingin
sehingga dapat ditanam pada daerah kering, ataupun pada daerah yang curah
hujan tinggi. Namun, produksi yang dihasilkan tidak sebaik produksi tanaman
2. Kelembapan Udara
tanaman cabai rawit, kelembapan udara yang tinggi akan berpengaruh pada
pertumbuhan tajuk yang menjadi 7 layu, dan daun gugur sebelum waktunya.
yang dapat berakibat pada kelayuan tanaman. Selain itu, tanaman yang lembab
juga rentan terkena serangan hama dan penyakit. Kelembapan udara yang cocok
3. Curah Hujan
Tanaman cabai rawit tidak menghendaki curah hujan yang tinggi. Curah
penanaman cabai rawit tetap dapat dilakukan pada daerang yang memiliki tingkat
curah hujan yang tinggi asalkan disertai dengan sistem drainase yang baik dengan
jarak tanam yang tidak rapat. Agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik,
tanaman cabai rawit memerlukan kondisi iklim dengan 0 - 5 bulan basar dan 4 - 6
bulan kering dalam satu tahun (tipe iklim D3/E3) dan curah hujan berkisar antara
B. Keadaan Tanah
Sifat fisik tanah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya cabai
rawit adalah tekstur dan struktur tanah. Cabai rawit memerlukan tanah yang
mengikat air dan merembeskan air (porous), memiliki solum yang dalam,
memiliki daya menahan air yang cukup baik, tahan terhadap erosi, dan memiliki
kandungan unsur hara yang tinggi. Agar dapat berproduksi dengan baik, tanah
yang memiliki struktur liat perlu disertai dengan pemberian pupuk kandang dalam
jumlah yang cukup, pengapuran, pengolahan tanah secara intensif, dan pembuatan
saluran drainase yang baik. Sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah
derajat keasaman (pH) tanah dan kadar garam. Derajat keasaman tanah
tertentu. Tanaman cabai rawit memerlukan pH antara 6,0-7,0 (pH optimal 6,5).
Sifat biologi tanah yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan organik yang
terdapat dalam tanah dan banyaknya organisme (dan aktivitasnya) di dalam tanah.
Tanah yang memiliki sifat biologi yang baik akan banyak mengandung zat-
zat hara yang diperlukan tanaman. Selain itu, sifat biologi yang baik dapat
rawit dapat dibudidayakan pada ketinggian 0,5-1.250 mdpl, yaitu baik pada
ekonomi dan budaya dengan keadaan alaminya seperti musuh alami. PHT sudah
tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas
jumlah yang semakin besar justru tidak memberikan hasil yang baik untuk
negatif yaitu pencemaran lingkungan termasuk pencemarian air dan tanah, dan
juga berdampak buruk pada kesehatan manusia. Atas dasar hal tersebut lahir
konsep PHT yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil
ekosistem dan yang lainya tanpa ada penggunaan bahan kimia pertanian. Tujuan
hayati, termasuk musuh alami, pestisida hayati dan feromon (Effendi, 2009).
2009).
meliputi :
petani. Tanaman sehat akan lebih tahan terhadap serangan OPT. Tanaman
yang terbebas dari serangan OPT ini harus diperhatikan sejak masa
perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman kuat dan produktif, serta hasil
sesuai dengan keadaan musuh alami. Selain itu, tanaman penutup tanah juga
musuh alami dan sebagai sumber bahan organik, sehingga tanaman utama
dapat tumbuh dengan subur serta risiko terjadinya ledakan hama semakin
langsung yang dilakukan secara berkala dalam jangka waktu panjang. Hal
yang dapat diamati, seperti jenis dan populasi serangga hama, musuh alami,
pestisida secara tepat dan bijaksana (Widayat dan Jamia, 2007). Pengamatan
menjadi salah satu komponen penting dalam sistem PHT, karena hasil
4. Petani sebagai ahli PHT. Petani yang termasuk dalam ahli PHT dapat
PHT yang diterapkan menurut Widayat dan Jamia (2007) adalah lahan
PHT.
semua komponen biota ekologi, tanpa terjadinya kerusakan pada tanaman yang
Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi Tonggak sejarah PHT di Indonesia,
hama dan penyakit yang kompatbel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
keterampilan, dan sikap masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga
pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu
penyuluhan pertanian yang dijadikan sebagai acuan sehingga saling terkait dalam
suatu pengaturan yang terpadu dan selaras melalui penyuluhan dengan melibatkan
seminimal mungkin tiga pihak terkait yaitu pelaku utama, pelaku usaha, serta
mampu membangun serta mengembangkan usaha dari hulu hingga hilir yang
ditujukan kepada pelaku utama dalam hal ini adalah petani dan pelaku usaha
30
kesejahteraannya.
yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dirumuskan
farming), perbaikan pada usaha yang lebih menguntungkan (better business), dan
yang menyadari adanya dorongan untuk berubah menjadi lebih baik dari kondisi
saat ini. Sehingga efektivitas penyuluhan erat ditentukan oleh keadaan sasaran
2014)
lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan
tokoh masyarakat.
langsung dalam kegiatan bertani dan mengelola usahataninya yang meliputi petani
dan keluarganya, (2) sasaran penentu, yaitu orang-orang yang terlibat dalam
pedagang dan produsen penyedia alat dan bahan pertanian. (3) sasaran
teknik, dan metode-metode yang diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku dan
mengemukakan bahwa karakteristik inovasi terdiri dari lima sifat yaitu : (1)
adanya keuntungan relatif yang ditawarkan, (2) kesesuaian dengan kebutuhan dan
konsisten pada norma, (3) tingkat kerumitan inovasi untuk diadopsi, (4) inovasi
32
dapat diuji coba sehingga dapat melihat sejauh mana manfaat yang ditunjukkan,
motivasi dan kemauan petani untuk mengubah pola perilakunya sehingga dapat
akan ditangkap oleh alat indra penglihatan dengan perolehan tertinggi yaitu
sebesar 83%, 11 % pada indra pendengaran, 3% pada indra penciuman, 1,5% pada
Menurut Hamidjojo dan Latuheru, (1993) Kata media berasal dari bahasa
Latin “medius” yang berarti “tengah atau pengantar”. Sedangan dalam Bahasa
Arab media memiliki arti “perantara” yaitu pengantar pesan kepada penerima.
(Nuraeni, 2014).
menjadi media masa dan media individu (Abdulhak, 2013). Soeharto (2005)
1. Definisi Evaluasi
alur yang jelas dan sistematis guna mengetahui keefektifan suatu program.
landasan yang harus dipenuhi dan diterapkan. Evaluasi penyuluhan berguna untuk
melihat sejauh mana tujuan progam tersebut telah dicapai menggunakan alat ukur
tertentu, yang mana alat ukur evaluasi berbeda dengan alat pengukuran tujuan
yaitu berdasar pada fakta yang ada tanpa menambah ataupun mengurangi
informasi; (b) menggunakan metode yang tepat dalam mengumpulkan data; (c)
evaluasi dilakukan menggunakan alat ukur yang tepat (valid) dan dapat diyakini
2. Tujuan Evaluasi
dibagi menjadi tiga kegunaan, yaitu bagi kegiatan itu sendiri, bagi petugas
kegiatan penyuluhan dimasa yang akan datang, sebagai ajang penilaian mutu
penyuluhan, menjadi perbaikan pada diri penyuluh sehingga selalu berbenah dan
3. Jenis Evaluasi
evaluasi hasil capaian, evaluasi metode, evaluasi sara prasarana, dan evaluasi
35
Evaluasi program penyuluhan dilakukan ketika program telah usai untuk melihat
kembali dalam menilai program tersebut apakah berjalan sesuai perencanaan dan
tujuan yang ditetapkan. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian yaitu evaluasi yang
mengarah pada adanya perubahan perilaku petani, terdiri dari aspek kognitif,
afektif, psikomor. Evaluasi metode yaitu penilaian pada semua tahapan kegiatan
yang digunakan. Pada prinsipnya evaluasi jenis ini merupakan penilaian kesiapan
merupakan penilaian dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari tahap
mengembangkan kegiatan.
Kerangka pikir memuat tahapan dari penelitian yang akan dilakukan oleh
termuat pada latar belakang penelitian, dari keadaan saat ini dengan harapan yang
terpadu (PHT) di Kelompok Tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari.
Faktor yang dimaksud adalah faktor internal yang berupa pengetahuan petani
gambar 2.1
37
Identifikasi
GambarPotensi
2.1Wilayah
K
Permasalahan
Tingkat motivasi dalam berbudidaya cabai rawit dengan prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) di Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.
Rancangan Penyuluhan
Tujuan
Berdasarkan hasil penelitian
Kajian
Sasaran
Berdasarkan hasil penelitian Tingkat motivasi dalam
berbudidaya cabai rawit
Materi
Berdasarkan hasil penelitian
dengan prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) di Desa
Jatian
Metode
Berdasarkan hasil penelitian
Media
Berdasarkan hasil penelitian
Evaluasi
Berdasarkan hasil penelitian
Implementasi
Evaluasi Penyuluhan
kegiatan tersebut dapat dirumuskan rencana tindak lanjut yang diharapkan mampu
BAB III
METODE PENELITIAN
Karya Tani 05 Desa Jatian yang berbudidaya tanaman cabai rawit 2) pengendalian
dilokasi adalah motivasi petani mengenai pengendalian hama terpadu (PHT) pada
budidaya tanaman cabai rawit dan Timeline rangkaian kegiatan tugas akhir
populasi yang dalam hal ini adalah kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian
39
40
2002). Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam, 2003). Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2005).
Populasi dalam penelitian adalah anggota petani yang menanam cabai rawit
dengan alat bantu berupa kuesioner tertutup. Detail jenis, sumber, dan teknik
pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini dimasudkan untuk menunjang
data primer. Jenis data sekunder diambil dengan disesuaikan kebutuhan peneliti.
Jenis data penelitian yang digunakan yaitu data primer dan sekunder dengan
perolehan data dapat dilihat pada uraian tabel di atas. Pada tabel telah tersaji jenis
data dan sumber perolehan data. Data-data tersebut dibutuhkan peneliti untuk
yang termuat pada kuesioner sehingga pengumpulan data dapat dilakukan secara
tepat dan sistematis. Karakteristik petani meliputi umur, pendidikan formal, luas
lahan, dan lama berusahatani. Adapun detail instrumen dapat dilihat pada tabel
berikut :
42
dan (3) kebutuhan untuk berkembang (growth need). Adapun detail instrumen
Analisis data merupakan kegiatan mengolah data yang sudah terkumpul dari
modus, dan range data. Penyajian data berupa penjabaran deskriptif yang
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Berdasarkan hasil analisis
kemudian data dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Untuk tingkat motivasi dianalisis mengunakan skala Ordinal yang terbagi menjadi
tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi. Efektifitas peningkatan pengetahuan data
1991) yang terbagi menjadi tiga kriteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup
jawabannya benar di beri nilai 5 dan salah di beri nilai 0 dan hasil nilai di
terstruktur dan sistematis, mendapatkan tujuan yang akurat, jelas, tepat sasaran,
dapat dilakukan berlandaskan pada (1) hasil identifikasi potensi wilayah yang
mengenai tingkat pengetahuan petani pada pengendalian hama terpadu (PHT), (3)
utama dan pelaku usaha. Pelaku utama yang dimaksud adalah petani. Penetapan
terjadi karena materi harus menjadi manfaat bagi penerima yang dapat
penyuluhan : (1) melakukan identifikasi potensi wilayah pada lokasi yang akan
mengenai materi yang angkat; (4) menetapkan metode berdasar tujuan penyuluhan
dan sesuai dengan kebutuhan; (5) menentukan metode yang tepat berdasarkan
mencermati kondisi di lapangan, dan metode yang telah dipilih dalam penyuluhan.
menetapkan media yang tepat sebagaimana kebutuhan sasaran, tujuan yang akan
pendekatan yang diambil; (6) memilih media sesuai dengan pengetahuan sasaran
mengetahui sejauh mana penerimaan petani terhadap materi yang disuluhkan dan
dievaluasi; (4) melakukan penarikan sampel dan pengumpulan data; (5) mengolah
a. Instrumen Evaluasi
capaian mengenai materi yang disuluhkan. Instrumen evaluasi dijadikan batas dan
pada masing-masing jawaban yang dipilih dengan tujuan mengetahui sejauh mana
capaian petani terhadap materi yang telah disuluhkan. Analisis data menggunakan
tiga kreteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan efektif
instrumen kuesioner pertanyaan yang jawabannya benar di beri nilai 5 dan salah
49
di beri nialai 0 dan hasil nilai di katagorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan
tinggi.
menyiapkan lembar persiapan menyuluh (LPM), daftar hadir, berita acara, media
penyuluhan yang telah diperbanyak, dan sinopsis; (3) menyiapkan tempat dan
ditetapkan sesuai dengan karakteristik sasaran, keadaan wilayah, dan sesuai dari
pada LPM dan penyampaian materi sesuai sinopsis yang telah dibuat.
50
kegiatan evaluasi yaitu : (1) mempersiapkan segala keperluan (alat dan bahan)
variabel yang ditetapan; (5) menganalisis data, untuk mengetahui capaian tujuan
mengetahui sejauh mana penerimaan petani terhadap materi yang disuluhkan dan
dievaluasi; (4) melakukan penarikan sampel dan pengumpulan data; (5) mengolah
a. Instrumen Evaluasi
dilakukan pada saat penyuluhan di kelompok tani Karya Tani 05 dan penyebaran
kuesioner sebanyak 20 soal berupa multiple choice benar diberi nilai 5 dan salah
diberi nilai 0.
pada masing-masing jawaban yang dipilih dengan tujuan mengetahui sejauh mana
capaian petani terhadap materi yang telah disuluhkan. Analisis data menggunakan
tiga kreteria yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan efektif
instrumen kuesioner jawabannya yang benar di beri nilai 5 dan salah di beri nilai 0
dan hasil nilai di katagorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi.
52
BAB IV
Desa Jatian merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pakusari,
Kabupaten Jember. Desa Jatian secara geografis terletak di daerah dataran sedang
dengan luas kurang lebih 3.843.032 m2. Desa Jatian adalah salah satu desa yang
berbatasan dengan 5 desa, di antaranya yaitu Desa Gambiran, Desa Subo, Desa
Pakusari, Desa Glagahwero dan Desa Sumber Jeruk. Desa Jatian mempunyai 3
dusun yaitu Dusun Plalangan, Dusun Krajan, dan Dusun Prasian. Berikut ini
52
53
Desa Jatian secara garis besar terdiri dari wilayah persawahan dan
penduduknya didominasi sebagian besar sebagai petani atau buruh tani. Ada juga
yang bekerja sebagai buruh pabrik, karena di sekitar Desa Jatian juga banyak
Kelompok Tani Karya Tani 05, dan masing-masing dari responden memiliki lahan
yang ada di Desa Jatian Kecamatan Pakusari yang bergabung dalam kelompok
a. Umur
Umur merupakan rentang waktu sejak seorang tersebut lahir atau selama
masa hidup yang dapat dilihat perkembangannya secara anatomis dan fisiologis,
biasanya umur diukur dalam tahun (Nuswantari, 1998). Umur juga didefinisikan
UMUR RESPONDEN
18 17
16 14
14
12
10
8
6 4
4
2
0
19 - 34 Tahun 35 - 50 Tahun 51 - 65 Tahun
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003, bahwa batas umur tenaga kerja
yang produktif yaitu umur 15-64 tahun. Dari data yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa semua petani responden dalam penelitian masih berada pada
usia kerja dan produktif. Pada usia produktif seseorang mampu bekerja maksimal
memiliki respon baik untuk menerima hal-hal baru dalam menunjang kegiatan
b. Pendidikan
2016). Tingkat pendidikan petani juga berpengaruh pada sikap mental dan
55
berorientasi pada kehidupan sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).
PENDIDIKAN FORMAL
25
21
20
15
10
7
6
5
0
SD SMP SMA
SMP sebanyak 7 orang atau 5,8% dan SMA sebanyak 6 orang atau 11,4 %.
Kondisi ini menunjukkan bahwa petani yang menjadi responden di kelompok tani
Karya Tani 05 sebagian besar yaitu tamatan SD, hal tersebut dikarenakan
mengingat kondisi ekonomi pada waktu itu menjadi halangan untuk melanjutkan
c. Luas Lahan
atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang
akan diperoleh petani (Soekartawi, 1987). Luas lahan yang diusahakan oleh petani
pertanian yang dimiliki semakin tinggi pula produksi yang dihasilkan petani.
56
penghasilan yang diterima petani. Luas lahan yang dimiliki petani juga
menentukan besar kecilnya pendapatan yang diperolah dari usahatani. Jika luas
sebaliknya.
LUAS LAHAN
30
25
25
20
15
10 8
5 2
0
0,05 - 0,2 Ha 0,21 - 0,35 Ha 0,36 - 0,5 Ha
Karakteristik luas lahan petani di Desa Jatian jika dilihat dari sisi
kepemilikan lahan adalah petani dengan kepemilikan luas lahan kecil dari 1 Ha.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani berbudidaya cabai rawit 0,05 s/d 0,2
sebanyak 25 orang atau 71,4%, penggarap luas lahan 0,21 s/d 0,35 sebanyak 8
orang atau 22,9%, dan yang terakhir memiliki luas lahan 0,36 s/d 0,5 sebanyak 2
orang atau 5,7%. Maka berdasarkan kepemilikan luas lahan tersebut sebagian
besar lahan petani tidak lebih dari 0,25 Ha atau dengan kata lain disebut sebagai
petani kecil. Kepemilikan luas lahan yang sempit tersebut menyebabkan petani
harus tepat dalam memilih komoditas yang akan diusahakan, salah satu contohnya
adalah dengan berbudidaya tanaman cabai rawit yang mempunyai nilai ekonomi
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama pengalaman mereka maka semakin
berusaha tani di atas, sehingga dirumuskan bahwa lama berusaha tani yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lama pengalaman yang telah dilalui petani
dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Lama berusaha tani diukur dalam satuan
waktu yang ditetapkan sejak awal menetap di wilayah tersebut hingga saat
penelitian berlangsung.
16 15
14
12
10
8
8
6
4
4
2
0
7 - 23,6 Tahun 23,7 - 40,3 Tahun 40,4 - 57 Tahun
diharapkan akan lebih mengadopsi teknologi budidaya cabai rawit karena lebih
menguasai terkait dengan usahatani yang telah dilaluinya. Lama usaha tani
58
7 s/d 23,6 tahun sebanyak 8 orang atau 29,6%, berpengalaman sedang 23,7 s/d
mewujudkan suatu tujuan tertentu, motivasi ini menjadi penting karena dengan
motivasi ini diharapkan seseorang mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktifitas yang tinggi. Teori ini adalah penyempurnaan dari teori kebutuhan
mengemukakan ada tiga hirarki dalam kebutuhan inti yaitu eksistensi (existence),
ketiga hirarki dalam kebutuhan inti tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
seperti gaji, kondisi kerja, peralatan kerja atau kebutuhan mendasar manusia untuk
yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang bermanfaat.
59
Hasrat sosial dan status menuntut interaksi dengan orang-orang lain agar
berikut :
tinggi yaitu 51,4%, responden yang menjawab dalam kategori sedang 8 orang
yaitu 22,9% dan responden yang menjawab dalam kategori rendah sebanyak 9
orang yaitu 25,7%. Dari hasil pengkajian di lokasi penelitian unsur yang
51,4% salah satunya karena petani termotivasi untuk memiliki dan meningkatkan
yang menjawab dalam kategori sedang 8 orang yaitu 22,9% dan responden yang
menjawab dalam kategori rendah sebanyak 8 orang yaitu 22,9%. Dari hasil
menginginkan perubahan status sosial ataupun rasa ingin dihargai dan dihormati
dukungan, semangat dan kekompakan yang ada diantara rekan kerja merupakan
tinggi yaitu 51,4%, dan 8 responden yang menjawab dikategori sedang atau
22,9% dan untuk kategori rendah hanya 9 responden yaitu 25,9%. Maka dapat
hasil usaha taninya menjadi lebih baik, serta petani memiliki kemauan untuk
meningkatkan hasil produksi cabai rawit dan memiliki keyakinan atau optimis
d. Motivasi
Berdasarkan data tabel 4.1 motivasi adalah total nilai responden 3 tahapan
kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang
mempunyai nilai antara 51 s/d 52,6 sebanyak 6 orang atau 17,1% sedang
mempunyai nilai antara 52,7 s/d 54,3 sebanyak 21 orang atau 60% dan tinggi
mempunyai nilai antara 54,4 s/d 56 sebanyak 8 orang atau 22,9% artinya responden
mengacu pada kebutuhan dasar kita untuk bertahan hidup sebagai manusia. Jika
seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, maka
ia tidak mungkin untuk berfokus pada kebutuhan lain yang lebih tinggi.
hubungan dan interaksi yang baik dengan manusia lain adalah kebutuhan kita
semua, meskipun jelas, kebutuhan ini tidak sekuat kebutuhan dasar untuk bertahan
hidup. Untuk merasa bahagia dan memperoleh suatu bentuk kepuasan, sebagian
besar manusia perlu berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya, setiap individu
(2004), bahwa dukungan, semangat dan kekompakan yang ada diantara rekan
lingkungan kita saat ini. Menurut Sutrisno (2009: 137) teori ini lebih mendekati
yang kompleks itu diusahakan pemuasan secara simultan, meskipun sudah barang
tentu dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda, baik antara seseorang dengan
Jatian merupakan salah satu desa yang memiliki banyak potensi di bidang
pertanian. Selain itu, kondisi lahan jenis tanah liat yang memiliki pH antara 5 - 6,5
yang masuk dalam kategori netral. Hal tersebut menjadikan Desa Jatian menjadi
produk unggulan yaitu cabai rawit yang berpotensi memiliki nilai jual yang tinggi.
yang tidak sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Menurut
dilakukan oleh petani mulai budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami,
pengamatan secara teratur dan ketrampilan petani itu sendiri dalam menerapkan
kondisi yang hendak dicapai setelah dilakukannya penyuluhan dan Degree adalah
derajat yang akan dicapai dalam pelaksanaan penyuluhan. (a) Audience (sasaran) :
tanaman cabai rawit adalah kelompok tani yang memiliki permasalahan mengenai
64
pada budidaya tanaman cabai rawit. (c) Condition (kondisi yang diharapkan):
hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit dan adanya peningkatan
budidaya tanaman cabai rawit. (d) Degree (derajat kondisi yang ingin dicapai) :
tujuan penyuluhan akan tercapai jikalau kelompok tani atau sasaran dapat
hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit. Berdasarkan analisis
pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit dalam
meningkatkan produksi terutama pada tanaman cabai rawit yang ada di kelompok
kelompok tani dan 1 gabungan kelompok tani. Adapun nama-nama kelompok tani
yang ada yaitu, Kelompok Tani Karya Tani I, Kelompok Tani Karya Tani II,
Kelompok Tani Karya Tani III, Kelompok Tani Karya Tani IV, Kelompok Tani
Karya Tani 05, Kelompok Tani Karya Makmur, Gapoktan Permata VI.
sasaran karena dikelompok tani ini yang sebagian anggotanya berbudidaya tanam
yang paling sesuai dengan hasil kajian yang telah dilakukan pada kelompok Karya
anggota kelompok tani Karya Tani 05. Sasaran penyuluhan ditentukan secara
purposive sampling yaitu anggota aktif kelompok tani Karya Tani 05 dengan
anggota kelompok tani yang lainnya yang berada di Desa Jatian untuk membantu
pengendalian hama terpadu (PHT) dalam budidaya tanaman cabai rawit sehingga
berpengaruh pada produksi. Materi yang didapatkan dari hasil kajian kemudian
disusun dan didukung dengan mencari sumber yang relevan baik dari instansi
pemerintah, jurnal atau sumber yang dapat dipercaya sehingga materi penyuluhan
yang dihadapi. Materi pengendalian hama terpadu (PHT) telah disusun ke sinopsis
dan LPM. Berdasarkan hasil analisis diatas materi penyuluhan yang di tetapkan
adalah pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit.
Penetapan materi ini diharapkan menjadi referensi bagi petani untuk mengetahui
66
rawit.
potensi wilayah yang telah dilakukan umur petani di Kelompok Tani Karya Tani
dengan demikian hal tersebut sangat mempengaruhi penentuan metode yang akan
materi yang akan diberikan. Berdasarkan hasil ipw mayoritas umur petani masuk
dalam kategori dewasa. Serta tingkat pendidikan dengan rata-rata tamatan SD juga
Karya Tani 05 Desa Jatian berpendidikan SD, SMP, dan SMA bermata
diskusi akan mudah diterima oleh sasaran serta responden akan lebih cepat dalam
(PHT) pada budidaya cabai rawit untuk mendapatkan produksi yang baik
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan kebutuhan petani maka pendekatan
manfaat bisa saling bertukar pendapat mengenai materi penyuluhan dan dengan
harapan materi penyuluhan yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi petani dan
bisa diterapkan oleh petani untuk menuju usahatani yang meningkat. Terkait
tidak merasa digurui atau merasa diajar oleh peneliti karena pada dasarnya
didiskusikan dengan petani dan bermanfaat bagi petani. Sehingga dalam proses
pelaksanaan penyuluhan perlu adanya proses tanya jawab guna untuk memberikan
pengalaman satu sama lain antara petani dan pemateri terkait pengendalian hama
pada tingkat pendidikan formal didominasi oleh lulusan SD dan umur petani
masuk kategori umur produktif. Dari karakteristik umur dan pendidikan formal
umur petani tersebut termasuk dalam kategori umur produktif artinya petani
motivasi lebih tinggi. Motivasi dalam konteks ini ialah motivasi dalam
Pada rentang pendidikan dan usia petani akan lebih cepat menerima materi
antara pemateri dan penerima manfaat maka dari itu seperti yang telah dijelaskan
68
diatas bahwa metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi karena materi
yang disampaikan adalah pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya cabai
rawit. Materi yang disampaikan bersifat teknis maka media yang tepat digunakan
adalah leaflet. Leaflet merupakan media cetak yang berisikan rangkuman materi
pembelajaran. Media leaflet mempunyai beragam gambar dan warna. Selain itu
dengan cara yang menarik, sehingga responden tidak jenuh dengan materi yang
maka media untuk desain penyuluhan ini adalah dengan leaflet. Perancangan
media ini diharapkan dapat menjadi penyalur materi yang akan diberikan kepada
petani agar bisa diterapkan dan bisa dijadikan referensi oleh petani dalam kegiatan
1. Tujuan Evaluasi
(PHT) pada tanaman cabai rawit dengan mengukur tingkat pengetahuan petani
pada kegiatan penyuluhan dalam interval waktu yang telah ditentukan. Tujuan
hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit di Kelompok Tani Karya
2. Manfaat Evaluasi
terhadap pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit
sehingga dapat mengukur pada kegiatan penyuluhan yang dilakukan berhasil atau
tidaknya.
tindak lanjut dengan harapan hasil dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan bisa
3. Sasaran Evaluasi
kelompok tani yang aktif serta mau dan mampu menghadiri pertemuan rutinan
dalam kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten
diberikan sebagai tolak ukur kemampuan dan pemahaman petani mengenai materi
4. Jenis Evaluasi
tanaman cabai rawit sebelum penyuluhan (pre test) dan sesudah penyuluhan (post
akhir kegiatan. Apabila jawaban benar diberi nilai/skor 5 dan apabila jawaban
salah diberi nilai/skor 1. Sehingga diperoleh nilai maksimal 100 dan nilai minimal
Ps - Pr
= x 100%
N5Q – Pr
Ps
= x 100%
N5Q
N : Jumlah pertanyaan
Q : Jumlah responden
(Ginting, 1991) yaitu: kurang efektif (< 32%), cukup efektif (≥ 32–64%) dan
efektif (≥ 64%).
5. Instrumen Penelitian
tegas dari petani sehingga kuesioner dapat menjawab tujuan penyuluhan yang
akan dilakukan. Variabel yang digunakan pada evaluasi ini yaitu tingkat
taksonomi bloom ranah kognitif dalam dua tingkatan yaitu (a) mengetahui dan (b)
ini di sajikankan intrumen evaluasi pengetahuan dan dapat di lihat di tabel 4.2.
kegiatan penyuluhan berjalan dengan sistematis dan sebagai acuan dalam kegiatan
B. Sinopsis
meringkas materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan sehingga lebih
singkat, padat dan mudah dipahami. Sinopsis disusun berdasarkan materi yang
telah ditetapkan yaitu pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman
cabai rawit dan didukung oleh sumber-sumber yang relevan yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan. Sinopsis penyuluhan
Daftar hadir merupakan bukti sah bahwa anggota kelompok tani telah
mengikuti kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan. Berita acara dapat dilihat
pada lampiran. Berita acara dan daftar hadir ditanda tangani oleh pemateri
penyuluhan yaitu petani, PPL dan ketua kelompok tani Karya Tani 05. Daftar
hadir bisa dilihat pada lampiran 6 sedangkan berita acara adalah bukti
73
Setelah menyiapkan LPM, sinopsis, daftar hadir dan berita acara selanjutnya
lancar serta sasaran bisa menerima informasi lebih maksimal. Media yang
Karya Tani 05. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberitahu hasil kesepakatan
dengan penyuluh Desa Jatian menganai sasaran, lokasi dan waktu pelaksanaan
terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit. Setelah semua sasaran sudah
terkumpul selanjutnya sasaran mengisi daftar hadir dengan cara menuliskan nama
dan tanda tangan serta status keanggotaan dengan tujuan mempercepat proses
pendataan anggota kelompok tani Karya Tani 05. Setelah berakhirnya kegiatan
penyuluhan daftar hadir di tanda tangani oleh penyuluh Desa Jatian, ketua
kelompok tani Karya Tani 05 sekaligus stampel kelompok Tani dan tanda tangan
oleh pemateri.
kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian yakni Bapak Samsul Arifin, pada hari
Selasa Tanggal 11 Juli 2023 pukul 15.30 sampai 17.00 WIB. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan diikuti oleh 35 orang petani responden yang terdiri dari
pengurus dan anggota kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan
hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Ceramah berguna untuk pemaparan materi penyuluhan dan
diskusi dijadikan sebagai sarana untuk tanya jawab bagi responden yang kurang
efektivitas program penyuluhan dengan menyandingkan hasil pre test dan post
test.
dan pengisian dipandu oleh pemateri agar mudah dipahami oleh sasaran
penyuluhan.
kelompok tani Kaya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.
Ps
= x 100%
N5Q
Ps - Pr
= x 100%
N5Q – Pr
N : Jumlah pertanyaan
Q : Jumlah responden
(Ginting, 1991) yaitu: kurang efektif (<32%), cukup efektif (≥32–64%) dan
efektif (≥ 64%).
76
= 1317 = 81 %
1625 x 100%
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan
pembentukan yang terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami
Tani 05 Desa Jatian yaitu 81% dan jika di kaitkan dengan persentase efektifitas
peningkatan pengetahuan menurut Ginting, 1991. dibagi atas tiga kriteria yaitu:
77
kurang efektif (<32%), cukup efektif (≥32–64%) dan efektif (≥ 64%), jadi kriteria
kategori efektif, Sedangkan hasil rata rata pre test dan post test responden
Tabel 4.4 Rata-rata Pre Test dan Post Test Berdasarkan Pendidikan Formal
Pre Test Post Test
Pendidikan
Nilai Rata-Rata Kriteria Nilai Rata-Rata Kriteria
SD 51,9 Cukup 89 Efektif
SMP 56,2 Cukup 93,7 Efektif
SMA 55,8 Cukup 95 efektif
Sumber : Data Diolah 2023
Berdasarkan data di atas diukur dari pendidikan formal SD, SMP, dan SMA
setelah diadakan penyuluan sebelum penyuluhan di lakukan pre test dan setelah
SD dari nilai rata-rata 51,9 naik menjadi 89 ada peningkatan 37,2 dari angka awal,
SMP dari nilai rata-rata 56,2 naik menjadi 93,7 ada peningkatan 37,5 dari angka
awal, dan SMA dari nilai rata-rata 55,8 naik menjadi 95 ada peningkatan 39,2 dari
angka awal dari data semua tingkat pendidikan formal meningkat namun
pendidikan formal yang lebih tinggi pada nilai pree test dan post test lebih tinggi
karena dengan bersekolah lebih tinggi kaya akan literasi dan mudah menerima
inovasi baru. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
A. Variabel Mengetahui
diatas dari kisi kisi 1 s/d 15 dapat di gambarkan pada awal pre test kategori rendah
40 s/d 43,3 ada 12 petani 34,2%, kategori sedang 43,4 s/d 46,7 ada 15 petani 42,8
%, dan kategori tinggi 46,7 s/d 50 ada 8 petani 23 %. Sedangkan hasil dari post
test dapat di gambarkan kategori rendah 65 s/d 68,3 ada 15 petani 42,8% kategori
sedang 68,4 s/d 71,7 ada 11 petani atau 31,4 % dan kategori tinggi 71,8 s/d 75 ada
9 petani 25,8 % dari hasil data tersebut variabel taksonomi mengetahui ada
peningkatan pada kategori rendah yaitu 42,8 % dan peningkatan pada kategori
Pada hasil variabel taksonomi bloom mengetahui pada kategori sedang ada
penurunan yang asalnya dari pre test kategori rendah 15 petani atau 42,8% dan
setelah post test mengalami penurunan menjadi 11 petani atau 31,4%, sedangkan
pada kategori rendah dan tinggi mengalami kenaikan yaitu kategori rendah pada
saat pre test berjumlah 12 atau 34,2 % petani dan setelah di lakukan post test
79
menjadi 15 petani atau 42,8 %, dan pada kategori tinggi pada saat pre test 8 petani
atau 23% setelah di lakukan post test menjadi 9 petani atau 25,8%.
B. Variabel Memahami
dari kisi kisi 16 s/d 20 dapat di gambarkan pada awal pre test kategori rendah 5
s/d 8,3 ada 11 petani 31,4 %, kategori sedang 8,4 s/d 11,7 ada 19 petani 54,2%,
dan kategori tinggi 11,8 s/d 15 ada 5 petani 14,4%, Sedangkan hasil dari post test
dapat di gambarkan kategori rendah 15 s/d 18,3 ada 2 petani 5,7%, kategori
sedang 18,4 s/d 21,3 ada 17 Petani 48,5 % dan kategori tinggi 21,4 s/d 25 ada 16
petani 45,8% dari hasil data tersebut variabel taksonomi memahami ada
peningkatan sebagian besar pada kategori tinggi yaitu 45,8% petani memahami.
Pada hasil variabel taksonomi bloom memahami pada kategori rendah ada
penurunan yang asalnya dari pre test kategori rendah 11 petani atau 31,4% dan
setelah post test mengalami penurunan menjadi 2 petani atau 5,7%, sedangkan
pada kategori sedang mengalami penurunan pada saat pre test 19 atau 54,2% dan
setelah post test mengalami penurunan menjadi 17 petani atau 48,5% dan pada
80
kategori tinggi mengalami kenaikan pada kategori tinggi pada saat pre test 5
petani atau 14,4% setelah di lakukan post test menjadi 16 petani atau 45,8%.
Republik Indonesia Tahun 2003, bahwa batas umur tenaga kerja yang produktif
yaitu umur 15-64 tahun. Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan aktivitas
petani dalam menjalankan usahataninya, hal ini dapat dilihat bahwa semakin lama
usahanya. sehingga dirumuskan bahwa lama berusaha tani yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lama pengalaman yang telah dilalui petani dalam
seseorang petani, maka makin banyak pula pengetahuan yang mereka dapatkan
responden juga merupakan faktor penentu dalam memilih teknologi yang tepat
untuk berusahatani.
pada keadaan pendidikan formal petani terbanyak pada Sekolah Dasar (SD)
diskusi langsung dengan masalah yang disekitar terasa tepat karena dengan
melihat dan mendengar materi atau penjelasan akan lebih mudah mengingatnya.
81
yang ditempuh petani semakin tinggi pula tingkat motivasinya dalam menjalankan
usaha. Pada kegiatan ini rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan terakhir
untuk mengembangkan usahataninya dalam hal ini alih teknologi dan transformasi
ilmu pengetahuan untuk perbaikan usahatani ke arah yang lebih baik. Menurut
Hendrayani dan Febrina (2009) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
semakin tinggi pula daya serap teknologi dan semakin cepat untuk menerima
inovasi yang datang dari luar dan begitu juga sebaliknya. Senada dengan Mulijanti
dan Sinaga 2016; Soekartawi 2005, menyatakan bahwa semakin lama seseorang
mengenyam pendidikan maka akan semakin rasional dan relatif lebih baik dalam
rendah.
82
Rencana tindak lanjut yang akan dijadikan sebagai pedoman bagi penyuluh
dan petani khususnya Kelompok Tani Karya Tani 05 dari hasil kajian tentang
pengendalian hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman cabai rawit yang
bertujuan untuk :
1. Memberikan materi lebih lanjut kepada Kelompok Tani Karya Tani 05 untuk
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
tanaman cabai rawit di kelompok tani Karya Tani 05 Desa Jatian Kecamatan
pengetahuan sebagian besar petani ada pada kategori rendah dan tinggi,
yaitu 42,8% kategori rendah dan kategori tinggi yaitu 25,8%. Dan
dan kategori tinggi yaitu kategori sedang 48,5% dan kategori tinggi 45,8%.
5.2 Saran
1. Bagi institusi, diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan BPP terkait
83
84
motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Victor H.Vroom. 2014. Work and Motivation. (New York: John Wiley & Son
Inc) dalam Veithrizal Rivai. Organisasi dan Motivasi. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Widayat dan Jamia D. 2007. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Perkebunan
Teh. Prosiding Pertemuan Teknis Industri Teh Berkelanjutan
(Sustainable Tea). Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung.
Yuni, R dan Wilma, Y. 2017. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointesif Pada
Tanaman Padi Di Desa Senaning. Jurnal Karya Abdi Masyarakat 1, No.
1 (June 8, 2017): 35-42.
Zulfikar, N. dan Dini, R. 2013. Hubungan karakteristik Dengan Respon Petani
Dalam Program Pengembangan Kedelai. Mimbar Agribisnis Volume 1.
Nomor 2 Januari 2016
89
LAMPIRAN
Lampiran 1. Timeline Kegiatan Penelitian
Waktu Penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 IPW
Penetapan Tema
2
Penelitian
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
Pelaksanaan Penelitian
5
dan analisis data
Penyusunan Rancangan
6
Penyuluhan
7 Pelaksanaan Penyuluhan
8 Evaluasi Penyuluhan
9 Konsultasi TA
10 Penyusunan Laporan
11 Seminar Hasil
12 Ujian Komprehensif
13 Wisuda
90
91
KUESIONER
Petunjuk Pengisian :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
B. Tingkat Pendidikan :
SD Lain-Lain ……………
SMP
No Pernyataan SS S KS TS
Saya berbudidaya cabai rawit untuk memenuhi
1. kebutuhan sehari hari.
No Pernyataan SS S KS TS
Saya berbudidaya cabai rawit agar dapat diterima
1. dilingkungan sekitar
No Pernyataan SS S KS TS
Dengan berbudidaya cabai rawit saya memperoleh
1. kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru.
94
NILAI MOTIVASI PETANI RESPONDEN
NOMOR
Kebutuhan Keberadaan Kebutuhan Berhubungan Kebutuhan Untuk Berkembang TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml 1 2 3 4 5 Jml
23 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
24 4 4 3 4 4 19 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 54
25 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 56
26 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
27 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
28 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 3 18 4 4 3 2 4 17 54
29 4 3 3 4 3 17 3 4 3 2 4 16 4 4 3 4 4 19 52
30 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 3 3 3 4 17 53
31 4 4 3 4 3 18 3 3 4 3 4 17 3 4 4 4 4 19 54
32 4 4 3 4 3 18 4 4 4 3 3 18 4 4 3 4 4 19 55
33 4 4 3 4 3 18 3 4 3 2 4 16 4 3 3 3 4 17 51
34 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 4 3 4 4 19 55
35 4 4 3 4 4 19 3 3 4 3 4 17 4 3 3 3 4 17 53
JUMLAH 138 131 105 140 125 639 124 136 128 97 121 606 139 129 106 125 140 639 1884
95
96
KUESIONER PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA TANAMAN
CABAI RAWIT
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………..
2. Alamat : ……………………………………..
3. Umur : …………………….. Tahun
4. Status Keanggotaan : ……………………………………..
5. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
6. Tingkat Pendidikan :
II. PERTANYAAN
Mohon memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai.
= = Terima Kasih = =
100
Waktu
No Uraian Kegiatan Keterangan
(Menit)
1. Pembukaan 10
2. Pre Test 20 - Lembar Kuesioner
3. Pendahuluan 10
4. Penjelasan Isi Materi : 30 - Ceramah
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada budidaya cabai Alat :
rawit - Kertas Pleno
- Leaflet
Diskusi dan tanya jawab : 20 - Diskusi
5.
Diskusi dan tanya jawab dipandu oleh Pemateri
6. Post test 10 - Lembar Kuesioner
7. Penutup 10
8. Kesimpulan 10
Lampiran 8. Sinopsis
B. Bagian Tengah :
Prinsip-Prinsip PHT yaitu
1. Budidaya Tanaman Sehat
Tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan
penyakit serta memiliki kemampuan yang cepat dalam mengatasi dan memulihkan
dirinya sendiri. Untuk itu harus diperhatikan varietas yang akan dibudidayakan,
penyemaian dengan cara yang benar serta pemeliharaan yang tepat.
2. Pemanfaatan musuh alami
Musuh alami/agensi hayati terbukti mampu menekan populasi hama dan
menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit.
Pemanfaatan musuh alami yang potensial merupakan tolak ukur dalam sistem
PHT dan diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara populasi hama dan
populasi musuh alaminya. Sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman
bagi lingkungan. Pemanfaatan musuh alami bila dilakukan dengan menanam
tanaman refugia untuk tempat hidup.
3. Pengamatan dan Pemantauan Rutin
Dalam sistem PHT pengamatan dan pemantauan perkembangan populasi hama
merupakan bagian terpenting yang harus dilaksanakan oleh setiap petani. Hasilnya
bisa digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4. Petani Sebagai Ahli PHT
Sistem PHT sebaiknnya dikembangkan oleh petani sendiri, karena penerapan PHT
harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat, sehingga suatu sistem
PHT yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok apabila
diterapkan di wilayah lain. hal inti tergantung dari keharusan proaktif petani dan
peran aktif instansi terkait memasyarakatkan PHT.
C. Bagian Akhir :
Kelebihan Pengendalian Hama Terpadu?
Ada banyak keuntungan yang petani dapat dari menerapkan PHT. Antara
lain, efisien biaya produksi, hasil produksi meningkat, serta produk dan
lingkungan lebih sehat. Dari hasil kajian, pemanfaatan pestisida alami memiliki
sejumlah keuntungan bagi lingkungan dan kesehatan manusia
Pakusari, 11 Juli 2023
RPL Polbangtan Malang
Bambang Wasito
NIRM. 0401211041
105
Lembar 9. Leaflet
106
Lembar 9. Leaflet
Lampiran 10. Hasil Kuisioner Penyuluhan Pre Test
107
NILAI PRE TEST KUISIONER PENGETAHUAN
NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
21 5 5 0 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
22 0 5 0 5 0 0 5 0 5 0 5 5 5 0 5 40 5 0 5 0 0 10 50
23 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 5 5 0 15 55
24 0 5 0 5 0 0 0 0 5 5 5 5 5 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
25 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 45 5 0 0 0 0 5 50
26 0 5 0 5 0 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 45 5 0 0 5 0 10 55
27 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
28 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5 0 5 5 45 5 0 5 5 0 15 60
29 5 5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 0 5 50 5 0 0 0 0 5 55
30 5 5 0 5 0 0 5 0 0 5 5 5 0 0 5 40 5 0 0 0 5 10 50
31 0 5 0 5 0 0 5 5 5 0 5 0 5 0 5 40 5 0 0 5 0 10 50
32 5 5 5 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 45 0 0 0 5 0 5 50
33 5 5 0 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 40 0 5 0 0 5 10 50
34 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 0 5 45 0 5 0 0 0 5 50
35 0 0 0 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 0 5 40 5 0 0 0 5 10 50
Jumlah 70 145 10 170 0 60 150 65 160 110 175 165 80 45 150 1555 115 65 25 65 50 320 1875
108
Lampiran 11. Hasil Kuisioner Penyuluhan Post Test
109
NILAI POST TEST KUISIONER PENGETAHUAN
NOMOR
Mengetahui Memahami TOTAL
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 Jml
21 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 0 5 5 5 20 85
22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 0 5 5 5 20 90
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 65 5 5 5 5 0 20 85
24 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 0 5 0 15 85
25 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 0 5 5 5 20 85
26 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
27 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 5 5 5 5 25 90
28 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 65 5 5 5 5 0 20 85
29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 0 5 5 5 20 95
30 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5 5 0 5 5 20 95
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 65 5 5 5 5 5 25 90
34 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 0 5 5 5 5 20 90
35 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25 95
175 160 175 175 170 155 165 160 160 125 175 175 145 140 165 2420 165 140 155 170 140 770 3190
Jumlah
110
111
https://drive.google.com/file/d/1k2WUFjpYRDYX2p9mS0mUnz5YlGW_FGg
y/view?usp=sharing