Anda di halaman 1dari 91

SISTEM PENGELOLAAN WAKAF SECARA PRODUKTIF DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM


(Studi Pada Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura Kota Jambi)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
ANISA IKA SEPTIARA
NIM : 501180035

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023 M/1444 H
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anisa Ika Septiara
NIM : 501180035
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi dengan judul “Sistem
Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam” adalah
benar-benar karya hasil pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi
materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang yang telah
disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah, apabila
pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung jawabkan sesuai
hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Jambi, 15 Juni 2023
Pembuat pernyataan

Anisa Ika Septiara


501180035

ii
Jambi, 05 Juni 2023
Pembimbing I : Mellya Embun Baining, SE,M.E.I
Pembimbing II : Khusnul Istiqomah, SE,Sy., ME
Alamat : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Jl. Jambi-Muara Bulian Km. 16 Simp. Sungai Duren, Kab.
Muaro Jambi 36363
Website: https://FEBI.uinjambi.ac.id
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di- Jambi
NOTA DINAS
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Anisa Ika Septiara Nim : 501180035 yang berjudul
“ Sistem Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Mesjid Abu Bakar Sari Telanaipura” Telah Disetujui Dapat Diajukan Untuk
Dimunaqasahkan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.I) Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi maka dengan ini kami
mengajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik. Demikian nota dinas ini
kami buat, kami ucapkan terimakasih. Semoga bermanfaat bagi kepentingan agama,
nusa dan bangsa.
Wassalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Yang Menyatakan
Pembimbing I Pembimbing II

Mellya Embun Baining, SE,M.E.I Khusnul Istiqomah, SE,Sy., ME


NIP. 19840517 201101 2 012 NIDN. 2007068502

iii
MOTTO

ِ ٰ ِ
ِْ ِّ‫ِّن ٰالل ِّه ۖواتَّ ُقوا والْع ْدو ِان‬
‫ال ِِّْث َِّعلَى تَ َع َاونُ ْوا َوَِّل َوالتَّ ْق ٰوىۖ الِْرِّب َعلَى َوتَ َع َاونُ ْوا‬ َ ُ َ َ َ َِّّ ‫َشديْ ُِّد اللهَِّ ۖا‬
‫الْعِ َقاب‬
“Dan Tolong-Menolonglah Kamu Dalam (Mengerjakan) Kebajikan Dan Takwa, Dan
Jangan Tolong-Menolong Dalam Berbuat Dosa Dan Permusuhan. Bertakwalah Kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Sangat Berat Siksaan-Nya”. (Qs. Al-Maidah/5:2)1

1
Qs. Al-Maidah : 5

iv
PERSEMBAHAN
ِّ‫ِّالرِحْي ِم‬
َّ ‫ْح ِن‬ ٰ ‫بِس ِم‬
َّ ‫ِّالل ِه‬
ٰ ْ ‫ِّالر‬ ْ
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesahatan serta rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Dan tak lupa pula shalawat beriringan salam kuhanturkan kepada junjunganku
Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan safaatnya di dunia maupun
di akhirat.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku, Bapak Alm. Suwardi dan
Ibu Rini Lestari yang selalu memberikan doa dan mendidik saya hingga kejenjang
perkuliahan semoga panjang umur dan dimudahkan rezeki berserta Adik Kandung
Julia dwi ardiana, dan Muhamad Ferdi ardiansyah yang paling tersayang, serta sahabat
Widia aliyusna, Citra depayanti, serta Erik sebagai support sistem saya,dan teman
seperjuangan yang selalu Suport saya dalam proses skripsi ini. Terimakasih atas doa
dan dukungan serta kasih sayang yang tak terhingga sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga segala limpah berkah dan sayangnya
selalu menyertai kalian.

Terima kasih untuk guru-guru dan dosen-dosen yang telah ikhlas memberikan saya
banyak ilmu terutama Ibu Mellya Embun Baining, SE,M.E.I selaku pembimbing I dan
Ibu Khusnul Istiqomah, SE,Sy., ME selaku pembimbing II karena dengan adanya Ibu
maka skripsi saya berjalan dengan lancar serta selalu sabar dalam membimbing dan
memberikan arahan untuk saya.

v
ABSTRACT

This thesis is entitled management of productive waqf at Abu Bakar Sari Mosque,
Telanaipura District, Jambi City and aims to determine the management of productive
waqf, productive waqf utilization and Islamic economic views on productive waqf
management at Abu Bakar Sari Mosque, Telanaipura District, Jambi City. This study
uses a qualitative approach that is useful for providing factual information and data
regarding the mechanism of productive waqf management at the Abu Bakar Sari
Mosque, Telanaipura District, Jambi City, with data collection methods by conducting
observations, interviews and documentation. From the results of this study it was found
that: (1) The management of productive waqf at the Abu Bakar Sari Mosque from the
aspects of Planning, Oraganizing, Leading and Controling management, has not gone
well. Due to various problems that occur. (2) The use of waqf proceeds carried out is
mostly used for consumptive purposes, especially for religious activities such as
recitation, and others. There is no point in improving the economy, in health or other
social field. (3) the Islamic economic view of productive waqf which in its
implementations is carried out with a rental system, where in the rental of the
productive waqf assests at the Abu Bakar Sari Mosque there is no element of usury for
late payments, even though there is a delay. In payment, nazhir gives time and
opportunity to pay it.

Keywords: Management, Productive Waqf, Abu Bakar Sari Mosque

vi
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Pengelolaan Wakaf Produktif di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi dan bertujuan untuk mengetahui pengelolaan wakaf produktif,
pemanfaatan hasil wakaf produktif dan pandangan ekonomi Islam terhadap
pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura Kota
Jambi. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bermanfaat untuk
memberikan informasi fakta dan data mekanisme pengelolaan wakaf produktif di
Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, dengan metode
pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari
hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1) Pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu
Bakar Sari dari aspek manajemen Planning, Organizing, Leading dan Controlling,
belum berjalan dengan baik. Karena adanya berbagai permasalahan yang terjadi. (2)
pemanfaatan hasil wakaf yang dilakukan sebagian besardigunakan untuk pemanfaatan
secara konsumtif terutama untuk kegiatan keagamaan seperti pengajian, dan lain-lain.
Belum ada pemanfaatan untuk meningkatkan ekonomi, di bidang kesehatan maupun
sosial lainnya. (3) pandangan ekonomi Islam terhadap wakaf produktif yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan sistem sewa, dimana penyewaan harta wakaf
produktif di Masjid Abu Bakar Sari tidak ditemukan adanya unsur riba atas
keterlambatan pembayarannya, jikapun ada keterlambatan atas pembayaran tersebut
nazhirmemberikan waktu dan kesempatan untuk membayarnya.

Kata Kunci : Pengelolaan, Wakaf Produktif, Masjid Abu Bakar Sari

vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
‫ه‬
‫َّحي ِْم‬ ِ ٰ ‫ِبس ِْم‬
ِ ‫ّللا الرَّحْ مه ِن الر‬
Alhamdulillah, segala puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melipahkan rahmat dan karuninya sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Sujud
syukurku kupersembahkan kepada-MU ya Allah, Tuhan yang Maha Esa. Atas
takdirmu saya bisa menyelesaikan pendidikan sarjana, sayaa bisa menjadi pribadi yang
beriman, bersabar, berilmu, dan berakal. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan
kepada Rasulullah SAW, semoga kelak Rasulullah SAW memberikan safaatnya
kepadaku. Semoga keberhasilan ini menjadi langkah awalku untuk menggapai sukses
dunia dan akhirat.

Skripsi ini berjudul “Sistem Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Dalam


Perspektif Ekonomi Islam” skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar sarjana ekonomi pada program Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan baik dalam metode penelitian maupun dalam pembahasan
teori. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki segala kekurangan.
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti selalu mendapatkan bimbingan, motivasi,
dukungan serta semangat dari banyak pihak baik yang bersifat moril maupun maeril.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan rasa terima
kasih kepada:

1. Ibu Mellya Embun baining, SE,M.E.I selaku Dosen Pembimbing I


Dan Ibu Khusnul Istiqomah, SE,Sy.,ME selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing penelitian ini sehingga naskah skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.

viii
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA.,Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saiduddin Jambi.
3. Bapak Dr.A.A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Elyanti Rosmanindar, S.E., M.Si, selaku Wakil Dekan bidang
Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Ibu Titin Agustin Nengsih, M.Si., Ph.D selaku Wakil Dekan bidang
Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. Addiarahman, S.HI., M.S.I selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr.H. Eja Armaz Hardi,Lc.,MA selaku ketua dan Sekretaris Program
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitaas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saiduddin Jambi.
8. Bapak selaku Dosen , Pembina serta Orang tua, Terimakasih atas bimbingan,
pengajaran, kepedulian serta motivasi yang telah diberikan dalam perkuliahan
selama ini.
9. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang
telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada peneliti sehingga peneliti
menjadi lebih dewasa dalam bersikap, berfikir, dan bertindak.
10. Bapak dan Ibu karyawaan/Karyawati Akademik dan pustaka Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang
telah memberikan pelayanann administrasi sehingga lancer proses
penyelesaiaan skripsi ini

ix
Terimakasih atas jasa telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan lancer dan semoga amal kebaikan yang telah diberikan dinilai sebagai Ibadah
oleh Allah SWT.

Di samping itu, peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu, sangat diharapkan kritikan dan sarannya yang bersifat
membangun supaya bisa menjadi catatan perbaikan untuk kedepannya supaya lebih
layak dan ilmiah. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
penelitian selanjutnya.

Jambi, 15 Juni 2023


Peneliti

Anisa Ika Septiara


501180035

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………,,,……………i

SURAT PERNYATAAN………………...……………………………………ii

NOTA DINAS…………………………………………………………………iii

PERSEMBAHAN…………………………………………………………….iv

MOTTO………………………………………………………………………..v

ABSTRAK…………………………………………………………………….vi

KATA PENGANTAR…………..…………………………………….………ix

DAFTAR ISI………………………………………………………….………..x

DAFTAR TABEL…………………………….………………….…………..xii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………….………..xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………...…...7
C. Batasan Masalah……………………………………………………………7
D. Rumusan Masalah……………………………………………………….…8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………………..8
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………8
G. Sistematika Penulisan……………………………………………………...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN


A. Kajian Pustaka…………………………………………………………….11
B. Studi Relevan…………………………………………………………….……..33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian………………………………………………………….…34
B. Lokasi Dan Objek Penelitian……………………….…….………………..34

xi
C. Jenis Dan Sumber Data…………………………………………..……………..34
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………..………………….36
E. Metode Pengecekan Keabsahan Data……………………………………..37
F. Metode Analisis Data……………………………………...……………………38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dan Objek Penelitian…………………...…….………..39


B. Hasil Penelitian…………………………………………………….……………43

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..56
B. Implikasi………………………...…………………………………………57
C. Saran……………………………………………...………………………………58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bagi umat islam, wakaf memainkan peran penting dalam mengembangkan


religiusitas dan hubungannya dengan masyarakat. Ada dua paradigma dalam
pengelolaan wakaf meliputi paradigma ideologi dan paradigma sosial ekonomi.
Paradigma ideologi berfokus atas segala sesuatu yang berpuncak pada
keyakinan akan ketuhanan tuhan harus dibarengi dengan kesadaran akan
realisasinya dari keadilan sosial.2

Dalil yang menjadi dasar di syari’atkannya ajaran wakaf bersumber


berdasarkan pemahaman teks ayat Al-Qur’an. Tidak terdapat dalam ayat Al-
Qur’an yang secara tegas mengungkapkan tentang ajaran wakaf, yang terdapat
hanya pemahaman konteks terhadap ayat Al-Qur’an yang dikategorikan
sebagai amal kebaikan. Salah satu antara lain ialah :

ٰ ‫لَ ْن تَنَالُوا الْ ِب َّر َح هتٰى تُ ْنفِق ُ ْوا ِم َّما تُ ِحب ُّْو َن َو َما ت ُ ْنفِقُ ْوا ِم ْن ََش ْْيٍء َفَاِ َّن ه‬
‫ّللاَ ِب ٖه َعلِيْم‬

Artinya : “Kamu tidak akan memeperoleh kebajikan, sebelum kamu


menginfakkan Sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu
infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”3

2 Vika Annisa Qurrata et al., “The Implementation And Development Of Productive Waqf

In Indonesia: Case At Malang Islamic Hospital,” Humanities & Social Sciences Reviews 7, no. 4
(September 23, 2019): 533–537.
3
Q.S Al-Imran (3) Ayat 92.

1
Wakaf jika dilihat dari segi peruntukannya dibagi menjadi dua yaitu
konsumtif dan produktif. Wakaf konsumtif yaitu wakaf yang dipergunakan
langsung untuk kepentingan umat. Pada umumnya tanah wakaf sebagian besar
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masjid, langgar, sekolahan, rumah yatim
piatu, dan makam. Pemanfaatan wakaf dilihat dari segi sosial, khususnya untuk
kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang
berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. apabila peruntukan
wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas, tanpa diimbangi dengan wakaf yang
dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan terealisasi
secara optimal. Sedangkan wakaf produktif adalah wakaf tidak secara langsung
digunakan untuk mencapai tujuannya, akan tetapi dikembangkan terlebih
dahulu untuk menghasilkan sesuatu (produktif) dan hasilnya disalurkan sesuai
dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah yang digunakan untuk bercocok
tanam, mata air untuk di jual airnya dan lain-lain.4

Perwakafan tanah dan tanah wakaf di Indonesia adalah tcrmasuk dalam


bidang Hukum Agraria, yaitu sebagai perangkat peraturan yang mengatur
tentang bagaimana penggunaan dan pemanfaatan bumi, air dan ruang angkasa
Indonesia, untuk kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia, bagaimana
hubungan hukum antara orang dengan bumi, air dan ruang angkasa serta
hubungan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. Oleh karena perwakafan di
Indonesia umumnya berobyek tanah, maka masalah perwakafan tanah diatur
dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

4
Kasmawati. “Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Di Masjid Azizi Kecamatan Jelutung
Kota Jambi”. Skripsi. (2021).hlm. 3

2
Pokok Agraria (UUPA) dalam pasal 49 ayat (3) yang berbunyi : "Perwakafan
tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah". 5

Di Indonesia, wakaf pada umumnya, berupa benda-benda konsumtif,


bukan barang-barang produktif. ini dapat ditinjau pada masjid, sekolah-
sekolah, panti asuhan, dan sebagainya. Berdasarkan hukum adat dahulu hak
milik perorangan atas tanah dibatasi oleh hak warga dan hukum adat, dan karna
harta yang di wakafkan itu pada umumnya merupakan barang-barang
konsumtif maka terjadi masalah pada biaya perawatannya untuk mengatasi
kesulitan itu, perlu dicari sumber dana tetap melalui wakaf produktif.6

Wakaf yang terdapat di kota jambi kebanyakan wakaf berupa masjid. Bagi
masyarakat jambi masjid adalah instrument yang paling penting dalam hal
beribadah pada Allah SWT. Masjid berfungsi menjadi tempat peribadatan umat
islam dan pusat pembinaan umat. Masjid bukan sekedar tempat aktivitas
keagamaan dan kebudayaan tetapi juga suatu tata kelembagaan yang sebagai
sarana pembinaan keluarga mandiri dan komunitas muslim, selain menjadi
tempat peribadatan, masjid juga rutin digunakan sebagai tempat pertemuan,
tempat bermusyawarah, tempat berdakwah dan perlindungan.

Tabel 1.1

Data Wakaf Kecamatan Telanaipura

No Kelurahan Jumlah Lokasi Wakaf


1. Simp. IV Sipin 12
2. Solok Sipin 6
3. Murni 5
4. Telanaipura 5
5. Buluran Kenali 5

5
Indonesia, ed., Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia
(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Departemen Agama RI, 2017), hlm. 153.
6
Veithzal Rivai Zainal, “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif” 9, no. 1
(2018): hlm. 16.

3
6. Penyengat Rendah 6
7. Legok 6
8. Teluk Kenali 2
9. Selamat 11
10.Korem Gapu Jambi 2
11.Sungai Putri 9
12.Pematang Sulur 11
Total 80
Sumber Data : KUA Kecamatan Telanaipura

Data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 12 desa/kelurahan yang ada di


Kecamatan Telanaipura, Peruntukannya ialah berupa masjid, tanah kuburan
umum, madrasah dan yayasan. 7

Berdasarkan wawancara dengan salah satu nazhir di Masjid Abu Bakar Sari
bahwa masjid tersebut memiliki wakaf produktif yaitu berupa usaha sewa ruko
terdapat 5 pintu yang mana harga sewanya senilai Rp. 5.000.000 pertahun.8

Adapun uang dari hasil sewa ruko tersebut hanya digunakan untuk sarana
kepentingan ibadah, belum ada penyaluran untuk memberdayakan ekonomi
masyarakat. Selain itu, nazhir wakaf di Masjid Abu Bakar Sari dipilih hanya
karena atas dasar kepercayaan dari masyarakat, ialah melalui musyawarah yang
dilakukan oleh pengurus Masjid Abu Bakar Sari. Tetapi apabila dilihat dari
syarat-syarat seorang nazhir harus memiliki syarat moral, syarat manajemen
dan syarat bisnis. Sehingga dapat diamati bahwa apabila nazhir dipilih hanya
karena dasar kepercayaan moralitas tanpa memiliki kemampuan intelektualitas
dan tidak terpenuhi syarat-syarat seorang nazhir dengan baik maka aset wakaf
dimiliki Masjid Abu Bakar Sari dalam pengelolaannya menjadi kurang
maksimal.

7
Wawancara Bersama KUA Kecamatan Telanaipura. 1 Juli 2022
8
Wawancara Bersama Bapak H. Azuardi (Ketua Pengurus Masjid) 1 Juli 2022

4
Pengelolaan wakaf produktif juga di aplikasikan di Masjid Abu Bakar Sari
Kecamatan Telanaipura. Pada penelitian ini, membahas mengenai sistem
pengelolaan wakaf secara produktif dalam perspektif ekonomi islam. Di Masjid
Abu Bakar Sari tersebut, Para nazhir mengelola dan memanfaatkan harta wakaf
dengan mendirikan sebuah usaha yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar masjid dan diharapkan bisa meningkatkan harta wakaf di Masjid Abu
Bakar Sari Telanaipura. Usaha yang dikelola Masjid Abu Bakar Sari
telanaipura yakni usaha sewa ruko yang bisa disewa setengah tahun atau
setahun tergantung kebutuhan. Dengan adanya usaha tersebut dapat
merealisasikan sistem pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari.9

Penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang wakaf, khususnya pada


sistem pengelolaan wakaf . Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian
terlebih dahulu, diantaranya:

Penelitian mengenai wakaf produktif juga pernah dilakukan oleh Taufiq


Ramadhan dengan judul “Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Kota Banda Aceh” . Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa Implementasi pengelolaan wakaf produktif di Banda
Aceh ada 2 bentuk yaitu tanah dan bangunan. Bentuk pengelolaan wakaf
produktif di Banda Aceh dilakukan dengan cara menyewakan tanah, ruko, kios,
rumah sewa dan sebagainya. Upaya memberdayakan aset wakaf kepada
produktif terkendala pada dana dan pemahaman naẓir serta dukungan dari
masyarakat. Permasalahan yang terjadi dalam pendayagunaan aset wakaf
secara produktif, menuntut pemahaman dan inovasi akan adanya pengelolaan
yang lebih efektif dan efisien.10

9
Hasil Observasi Di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura, tanggal 12 Agustus
2022
10
Taufiq Ramadhan, “Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat Di Kota Banda Aceh”. Skripsi (27 Januari 2020): hlm. 193.

5
Penelitian mengenai wakaf produktif juga pernah dilakukan oleh Muh.
Lukman Suardi dengan judul “Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pada Yayasan Dompet Dhuafa Di
Kota Makassar”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kendala utama yang
dihadapi dalam pengelolaannya adalah dari pakan, jumlah pakan juga disini
sangat terbatas karena pengaruh dekat dari kota juga. Apalagi untuk musim
kemarau seperti saat ini biasanya sumber pakan yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan liar yang tumbuh disekitar lokasi kampung ternak sendiri, apalagi
untuk sekarang susah lagi pakan karena musim kering, beberapa hari yang lalu
juga ada dua ekor kambing yang mati 53 disebabkan kekurangan nutrisi dan
juga pengaruh dari cuaca. Pakan yang ada dilahan ini juga masih belum cukup,
mungkin kalau cuma satu atau dua ekor saja sudah cukup, tetapi kemarin itu
ada sekitar 20 ekor, sistemnya itu sebelum pandemik ada jual beli kambing,
karna ada program juga dari dompet dhuafa tebar hewan aqiqah, sama qurban
tetapi qurban sendiri tiap tahun di adakan. Untuk tahun ini yang dipotong disini
hanya 12 ekor, selain dari pakan kendala yang lain juga adalah untuk upah
pengelolanya itu belum menetap nanti baru ada hasil dari penjualan baru dapat
pemasukan, itupun penjualannya paling kebanyakan dari hasil panen sayur-
sayuran.11

Dalam penelitian mengenai wakaf juga pernah dibahas oleh Aziz Ishan
dengan judul “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka
Pemberdayaan Umat Di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep”. Hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa Kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pengelolaan wakaf produktif di Kecamatan Pangkajene Kabupaten
Pangkep adalah ada sebagian anggapan dari masyarakat bahwa wakaf itu tidak
perlu diketahui orang banyak jadi terkadang jika ada yang diwakafkan hanya

11
Muh Lukman Suardi, “Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar 2020,” n.d., hlm. 53.

6
internal keluarga saja yang mengetahuinya, Masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui tata cara atau prosedur mewakafkan harta benda yang telah
diwakafkan, dalam rangka pemberdayaan wakaf yang produktif itu masih
minim artinya masih kurang masyarakat yang mau mewakafkan wakaf
produktif, kurangnya dana dalam proses sertifikasi sehingga banyak wakaf
yang belum diterbitkan sertifikatnya dan kekurangan dana juga terjadi dalam
proses pengembangan wakaf untuk menjadikannya produktif, di samping
masalah pendanaan, masih belum memanfaatkan sistem manajemen yang baik
sehingga wakaf belum banyak dikembangkan dengan produktif.12

Berdasarkan pada uraian yang penulis jabarkan, dengan ini sehingga


penulis tertarik untuk meneliti tentang “Sistem Pengelolaan Wakaf Secara
Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam” (Studi Pada Masjid Abu
Bakar Sari Kecamatan Telanaipura Kota Jambi).
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah yaitu


diantaranya:

1. Sewa wakaf produktif tersebut hanya digunakan untuk sarana kepentingan


ibadah belum ada penyaluran untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.
2. Nazhir yang ada di Masjid Abu bakar sari dipilih hanya kepercayaan dari
masyarakat sedangkan belum terpenuhinya syarat-syarat menjadi seorang
nazhir seperti syarat bisnis dan sebagainya.
C. Batasan Masalah

Permasalahan yang dibatasi dalam penelitian ini yang terkait dengan


pengelolaan wakaf secara produktif yang ada di Masjid Abu Bakar Sari

12
Ishan Aziz, “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat Di
Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep,” Al-Qashdu : Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 1,
no. 1 (December 29, 2021): hlm. 66,

7
Kecamatan Telanaipura kota Jambi. Adapun usahanya yaitu sewa ruko.
D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf secara produktif di Masjid Abu


Bakar Sari?

2. Apakah sistem pengelolaan wakaf secara produktif di Masjid Abu Bakar


Sari sudah sesuai dengan perspektif ekonomi islam?
E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan wakaf produktif di


Masjid Abu Bakar Sari.

b. Untuk mengetahui sistem pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu


Bakar Sari sudah sesuai dengan perspektif ekonomi islam.
F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Untuk dapat memperoleh gelar sarjana sastra 1 (S1).

2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan menerapkan teori yang


telah peneliti dapatkan dan mempraktekannya dalam kehidupan.

3. Sebagai bahan masukkan dan hasil pemikiran peneliti terhadap sistem


pengelolaan wakaf produktif terhadap kemanfaatan harta wakaf di
Masjid Abu Bakar Sari.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi pengelola wakaf

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pandangan bagi


pengurus nazhir wakaf khususnya di Masjid Abu Bakar Sari agar dapat

8
mengelola wakaf secara produktif.

2) Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan memberi pemikiran dan gambaran


terhadap masyarakat umum tentang bagaimana pengelolaan wakaf
produktif yang dilakukan oleh pengurus masjid wakaf di Masjid Abu
Bakar Sari serta memberikan tambahan pengetahuan dalam mengatasi
masalah yang sama atau disamakan yang akan datang.

3) Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti


tentang wakaf produktif dan dapat membuktikan antara teori yang ada
dan praktek nyata. Dengan penelitian ini, peneliti dapat
membandingkan berdasarkan sifatnya. Penelitian ini merupakan
penelitian “Deskriptif Kualitatif”, yaitu penelitian yang memberikan
data Deskriptif berupa deskripsi verbal atau kalimat, baik tertulis
maupun lisan, berdasarkan perilaku yang diamati. Berkaitan dengan
kajian wakaf, maka peneliti bergerak langsung untuk memperoleh
dalam bentuk tertulis, dokumen atau data lisan dengan merinci
proposal yang diterima dari responden.
G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, peneliti membagi proposal skripsi ini


menjadi beberapa bab, dan setiap bab terdiri dari sub bagian dengan ejaan
yang sistematis sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,


batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

9
2. Bab II Kajian Pustaka Dan Studi Relevan

Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa jurnal, skripsi, dan
kutipan buku dan penelitian terdahulu.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini meliputi jenis penelitian, lokasi dan objek penelitian data dan
sumber data, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data dan
metode keabsahan data.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN

A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan ialah berasal dari kata kelola, didalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, kata kelola bermakna mengurus suatu bidang usaha (perusahaan,
pertanian, dan suatu yang mempunyai tujuan), sedangkan kata pengelola dapat
diartikan sebagai proses atau cara melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakan tenaga orang lain.

Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan tenaga orang lain. Pada


tanggal 27 oktober 2004 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan baru yaitu
Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf. Mengenai pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf, dalam undang-undang ini diatur dalam Bab V Pasal
42-46, diantara pasal-pasal tersebut yaitu: Pasal 42 nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf dengan tujuan, dan peruntukannya.13

Pengelolaan wakaf produktif harus dilakukan perencanaan, pengorganisasian,


dan pengawasan. Hal ini perlu dilakukan agar pengelolaan dapat lebih optimal.
Dalam literature manajemen, menurut Karthryn M. Bartol dan David C. Martin,
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning, organizing, leading, dan
controlling yan

Aprita Nuryani, Dian Meliza, and Meri Yuliani, “Pengelolaan Wakaf Produktif Di Desa
13

Marsawa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat,” n.d., hlm. 6.

11
12

dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan melibatkan pengetahuan


bagaimana melaksanakan fungsi-fungsi utama manajemen.14

2. Fungsi Pengelolaan

Berikut ini fungsi pengelolaan (manajemen) antara lain :15

1. Perencanaan (Planning / al-Takhthith)

Menurut Ahmad Ibrahim Abu Sinn, merumuskan perencanaan strategi


sebagai proses penentuan tujuan organisasi, penentuan kebijakan dan rencana
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu guna mencapai tujuan.
Kemudian menentukan metode yang diperlukan untuk memastikan
pelaksanaan kebijakan dan rencana strategis berdasarkan kemampuan dan
kondisi. Oleh karena itu, seorang manajer wakaf memikirkan terlebih dahulu
tujuan dan tindakan berdasarkan metode, rencana, dan logika. Karena
perencanaan akan mengarahkan tujuan organisasi wakaf dan menetapkan
prosedur terbaik untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

2. Pengorganisasian (Organizing / al-Tanzhim)

Pengorganisasian ialah mempertemukan dan mengoordinasikan sumber


daya manusia, sumber daya fisik, keuangan, informasi, dan sumber daya lain
yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Maksudnya untuk mengajak orang-
orang dalam organisasi, berbagi tanggung jawab, membagi pekerjaan dalam
beberapa unit, mengatur dan menerapkan sumber daya, serta menciptakan
kondisi yang baik agar sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dapat
bekerja sama untuk mencapai tujuan secara maksimal. Organisasi berfungsi

14
Jherinda Erifanti, “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif Di Masjid
Sabilillah Kota Malang (Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah)” Jurnal
Ilmiah. hlm. 7
15
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2017),
hal. 73
13

merumuskan dan menetapkan tugas, serta menetapkan tata cara yang


diperlukan. Kemudian, struktur organisasi ditentukan dengan menampilkan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing nazhir pada posisi yang paling
sesuai dalam organisasi pengelola wakaf, kegiatan perekrutan nazhir, seleksi,
pelatihan, pengembangan sumber daya manusia dan kegiatan penempatan
sumber daya manusia menjadi peserta organisasi yang lebih baik.

3. Kepemimpinan (Leading / al-Qiyadah)

Kepemimpinan ialah membangkitkan semangat orang lain untuk menjadi


pelaku organisasi yang lebih baik. Dengan kata lain, membimbing, memotivasi,
mengarahkan dan berkomunikasi dengan karyawan baik secara individu
maupun kelompok. Selain itu, kepemimpinan berarti berinteraksi dengan
manusia hari demi hari, membantu mengarahkan dan memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan tim dan organisasi.

4. Pengawasan (Controlling / al-Riqabah)

Pengawasan adalah suatu proses untuk memastikan bahwa kegiatan yang


sebenarnya dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Fungsi utama dari
pengawasan ialah untuk memastikan, bahwa setiap pegawai memiliki tanggung
jawab dan bisa melaksanakan tanggung jawabnya itu dengan sebaik-baiknya.
Fungsi pengawasan nazhir adalah mengevaluasi pencapaian tujuan dan target
kegiatan berdasarkan standar atau prinsip investasi dari perspektif ekonomi
Islam. Mengambil langkah-langkah untuk mengklarifikasi dan mengoreksi
setiap penyimpangan yang mungkin ditemukan. tujuan pengelolaan wakaf.16

16
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
hal. 75-84
14

3. Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Wakaf merupakan salah satu bentuk filantropi, selain zakat, infaq, dan
sedekah yang merupakan selalu diharapkan untuk diamalkan, sebagaimana
terlihat dalam pesan-pesan ajaran islam. Jadi wakaf itu baik perbuatan yang
sangat dianjurkan oleh agama. Dimana dalam program wakaf dianjurkan bahwa
orang yang mampu membantu yang kurang mampu dengan mendonasikan dana
yang dikelola, dan hasilnya adalah digunakan untuk membantu kebutuhan dan
membina mereka yang membutuhkan bantuan orang yang peduli dan mereka
yang baik.17Suatu wakaf baru dapat sah jika wakaf tersebut adalah dicabut dari
tangannya, yaitu dengan menyerahkannya kepada pengelola wakaf dan
menjadikannya sebagai administrator.18
Para imam mazhab sepakat bahwa wakaf tidak sah jika wakaf tidak
dapat dimanfaatkan. Rasa keadilan merupakan nilai yang abstrak, tetapi
menuntut nilai yang nyata dan positif tindakan dan perbuatan. Pelaksanaan
ibadah wakaf merupakan contoh konkrit dari rasa sosial keadilan, karena wakaf
adalah pemberian sejumlah orang yang dikasihi yang diberikan secara cuma-
cuma untuk kebijakan publik.
Wakif diperlukan dengan keikhlasan yang optimal agar harta yang
diberikan sebagai harta wakaf dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
umum, karna luasnya. Wakaf merupakan bentuk muamalah maliyah (harta)
yang sudah sangat tua dan sudah dikenal masyarakat sejak dahulu kala. Ini tidak
lain adalah karena Allah SWT menciptakan manusia untuk mencintai kebaikan

17 Zainal Arifin, A. Husein Ritonga, and Hadri Hasan, “Regulations For Management Of
Wakf Assets By Stakeholders In Tanjung Jabung Timur Regency, Jambi Province,” International
Journal of Southeast Asia 2, no. 2 (October 31, 2021).
18 La Ode Alimusa, Manajemen Perbankan Syariah Suatu Kajian Ideologis dan Teoritis,

kedua (Bandung: Deepublish, 2020), hlm. 274.


15

dan melakukannya sejak ia lahir sampai ia hidup di tengah-tengah


masyarakat.19
Dalam sejarah islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena
wakaf disyariatkan setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua hijriyah. Ada
dua pendapat yang berkembang dikalangan ahli yurisprudensi islam (fuqaha)
tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut
Sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan
wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik nabi SAW untuk
dibangun masjid.20
Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin
Syabah dari ‘ Amr bin Sa’ad bin Mu’ad, ia berkata: Dan diriwayatkan dari
Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad berkata : “Kami bertanya
tentang mula-mula wakaf dalam islam/ Orang muhajirin mengatakan adalah
wakaf Umar, sedangkan orang-orang anshor mengatakan adalah wakaf
Rasulullah SAW.” (Asy-Syaukani: 129).
b. Dasar Hukum Wakaf
1. Al-Qur’an

Dasar syariah dari wakaf tunai memang tidak disebutkan langsung secara
tegas dalam Al-Qur’an, tetapi makna ayat berikut dapat dijadikan sandaran
hukum wakaf yang didalamnya tentu termasuk wakaf tunai. Ini seperti firman
Allah didalam Al-Qur’an:

a) QS. Ali-Imran/ 3 : 92
‫ه‬
‫ّللا َفَا ِ َّن ََش ْْيٍء ِم ْن ت ُ ْن ِفقُوْ ا ۖ َو َما تُ ِحبُّوْ نَ ِم َّما تُ ْن ِفقُوْ ا َح هتٰى ْال ِب َّر تَنَالُوا لَ ْن‬
َ ٰ ‫َع ِليْم بِ ٖه‬

Munzir Qohaf, “Pengelolaan Wakaf Produktif”, (Jakarta: Khalifa, 2019), hlm. 17.
19

“History of the Development of Waqf,” 2022, https://www.bwi.go.id/sejarah-


20

perkembangan-wakaf/.
16

Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu


menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu
infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”21

b) QS. Al-Baqarah/ 2 : 267


‫ت ِم ْن اَ ْن ِفقُوْ ا ها َمنُ ْْٓوا الَّ ِذ ْينَ اَيُّ َها‬
ِ ‫ض ِّمنَ لَ ُك ْم اَ ْخ َرجْ نَا َو ِم َّمآْ َك َسبْتُ ْم َما طَيِّ هب‬ ِ ْ‫اْلر‬ َ ْ ۖ ‫ْث تَ َي َّم ُموا َو َْل‬ َ ‫ِمنْهُ ا ْل َخ ِبي‬
َ‫ْل ِب ها ِخ ِذيْ ِه َو َل ْستُ ْم تُ ْن ِفقُوْ ن‬ ‫ه‬
َ ٰ ‫َح ِميْد َغ ِنْي‬
ْٓ َّ ِ‫ّللا اَ َّن َوا ْعلَ ُم ْْٓوا ۖ َِفيْ ِه ت ُ ْغ ِمضُوْ ا اَ ْن ا‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk
kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”22
2. Hadits
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda :
”Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya,
kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh
yang mendo’akan orang tuanya”. (HR. Muslim)
Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut adalah :
“hadits tersebut dikemukakan didalam bab wakaf, karena para ulama
menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf. Ada hadits Nabi yang lebih tegas
menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada
Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar yang artinya : “Dari
Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra memperoleh sebidang tanah di
khaibar, kemudian menhadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk.
Umar berkata : ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar,
saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apa yang engkau

21
“Ali ‟Imran “Qur‟an Kemenag,” Ayat 92.
22 Q.S Al-Baqarah ayat 267.
17

perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab : bila kamu suka, kamu tahan


(pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian umar
melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan.
Berkata Ibnu Umar : Umar menyedekahkannya kepada orang-orang kafir,
kaum kerabat,budak belian, sabilillah, Ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa
atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan
dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta” (HR.Muslim).23
c. Rukun Dan Syarat Sah Wakaf
Wakaf sah jika rukun dan syaratnya terpenuhi. Berikut penjelasan dan
syarat sah wakaf:
1. Rukun wakaf
a) Wakif (orang yang mewakafkan)
b) Mauquf bih (produk atau benda wakaf)
c) Mauquf alaih (pihak yang diberi wakaf)
d) Sighat (pernyataan wakaf atau ikrar sebagai kesediaan untuk
menyumbangkan Sebagian dari harta benda).

2. Syarat sah wakaf

a) Wakif

Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tindakan tabbaru‟(mendermakan


harta benda), karena itu syarat seorang wakif cakap melakukan tindakan
tabarru‟.24Artinya, sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam
keadaanterpaksa/ dipaksa, dan telah mencapai umur baligh. Dan wakif
adalah benar-benar pemilik harta yang diwakafkan.Oleh karena itu wakaf

23
Zainal Arifin Munir, “Revitalisasi Manajemen Wakaf Sebagai Penggerak Ekonomi
Masyarakat,” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 5, no. 2 (June 30, 2020).
24
Muhammad Rawas Qal‟ah, Mausuah Fiqh ‘Umar ibn al-Khattab, Beirut : Dar al-
Nafais, 1409H/1989M, dikutip oleh Ahmad Rofiq,
18

orang yang gila, anak-anak, dan orang yang terpaksa/dipaksa, tidak


sah baligh. Dan wakif adalah benar-benar pemilik harta yang
diwakafkan.Oleh karena itu wakaf orang yang gila, anak-anak, dan
orang yang terpaksa/dipaksa, tidak sah.25

1. Berakal
Para ulama sepakat bahwa agar wakaf dianggap sah, maka Ketika wakaf
dilakukan wakaf itu harus wajar karena jika wakaf dilakukan oleh seorang
idiot,tua, dan tidak sadarkan diri karena kehilangan akal dan tidak bisa
membedakan perbedaan hal tersebut sehingga tidak dianggap sah. Menurut
hanafiyah,malikiyah,ja’fariyah,dan zahiriyah, wakaf yang dilakukan oleh
orang mabuk dianggap tidak sah karena ia berada dalam situasi yang sama
dengan orang gila.
2. Baligh

Orang yang melakukan wakaf harus sudah cukup umur sehingga wakaf
tidak berlaku bagi anak yang belum dewasa karena belum baligh dan
dianggap belum cukup umur serta tidak memenuhi syarat untuk melakukan
tindakan hukum. Tidak ada pembedaan apakah anak kecil diperbolehkan
untuk membeli dan menjual dari orangtuanya atau tidak. Ini adalah
pendapat mayoritas ahli hukum dari kelompok hanafiyah, syafi’iyah,
malikiyah, hanafiyah, zahiriyah, syi’ah, ja’fariyah,zaidiyah.

3. Cerdas

Seorang wakaf harus cerdas, kompeten, dan mampu bertindak. Oleh


karena itu, menurut fuqaha seseorang dimaafkan atas safih, takhlish, atau
pmborosan, sehingga wakaf tidak sah.

Maskur dan Soleh Gunawan,” Unsur Dan Syarat Wakaf Dalam Kajianpara Ulama Dan
25

Undang-Undang Di Indonesia”Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan & Kebudayaan .Hlm. 83-84


19

4. Atas Kemauan Sendiri

Wakaf didasarkan atas kehendak sendiri dan tidak berdasrkan tekanan


dan paksaan dari sumber lain. Para ulama sepakat bahwa wakaf berarti
seseorang yang dipaksa melakukannya adalah haram.

b) Mauquf Bih
Berikut ini beberapa pendapat para ulama tetang perbedaan tentang
persyaratan benda wakaf yaitu:26
1. Benda wakaf dianggap dan tidak bergerak. Dalam hal ini ulama
hanafiyah mengatakan bahwa keabadian adalah syarat dari benda
wakaf. berbeda dengan abu yusuf, ulama hanafiyah telah menyatakan
bahwa benda wakaf tidak perlu ditawar. Ulama syafi’iyah menyatakan
bahwa benda wakaf adalah benda yang dapat digunakan menurut adat
setempat. Penggunaan benda-benda ini seperti hewan dan barang-
barang rumah tangga, akan terus berlanjut untuk waktu yang tidak
terbatas. Jika penggunaan suatu benda tidak abadi, uang, lilin, makanan,
minuman, parfum, dll. Bahkan dapat hilang dalam proses penggunaan
benda tersebut. Dalam hal ini, wakaf dapat dinonaktifkan benda-benda
wakaf dikenal keberadaanya, batas-batasnya, dan letaknya.
2. Ulama malikiyah menyatakan bahwa barang wakaf adalah harta yang
tidak berkaitan dengan hak orang lain. Oleh karena itu, barang yang
dijadikan jaminan dan barang yang disewa tidak dapat diampuni. Dalam
hal ini, para ulama berbeda pandangan tentang keyakinan agama
terhadap benda Bersama tersebut. Ulama hanafiyan berpendapat bahwa
benda wakaf yang tidak dapat dipisah adalah tidak sah. Sebagaimana
dikatakan Muhammad dari hanafiyah, wakaf hak milik Bersama atas
tanah tidak sah karena dalam suatu wakaf harus ada penguasaan penuh

26 Dr. rozalinda, M.Ag. “manajemen wakaf produktif”. hlm. 21-33


20

dari pemilik tahan. Sementara itu, abu yusuf juga berpandangan lain
bahwa harta dapat dibagi atau tidak untuk dana keagamaan , misalnya
jika salah satu dari dua orang Bersatu dalam kepemilikkan tanah dan
bagian tanahnya adalah bagian agama, maka dana agama adalah sah.
Ulama syafi’iyah, malikiyah, dan hanafiyah mengatakan mereka bisa
menganugrahkan tanah milik Bersama.
3. Harta wakaf adalah harta yang dapat diserahterimakan jika hart aitu
adalah harta Bersama yang todak dapat dibagi misalnya,ia tidak dapat
dipindhkan kepada sipapun tanpa persetujuan pemilik rumah lain. Para
ilmuwan mengatakan bahwa bangunan wakaf tanpa tanah dan
kemudian wakaf tidak sah. Hal ini terkait dengan pendapat para
ilmuwan bahwa wakaf barang bergerak harus mengikuti barang-barang
yang tidak dimiliki.
4. Para ilmuwan maliki mengatakan bahwa ia dibenarkan untuk
mengorbankan barang-barang bergerak jika mereka mengikuti barang-
barang yang tidak dimiliki. Hanafiyah membenarkan wakaf objek
bergerak jika objek bergerak mengikuti objek property seperti bangunan
atau pohon ditanah wakaf.
c) Mauquf Alaih

Secara umum syarat mauquf adalah:27

a. Yang mendapat wakaf adalah orang yang mau berbuat baik dan
tidak bertujuan maksiat. Asal muasal aturan wakaf adal amal usaha
yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah swt.
b. Tujuannya adalah untuk kegiatan yang baik artinya penerima wakaf
tidak mengganggu pngelolaan harta wakaf. wakaf ditawarkan
kepada umat islam atau kelompok tertentu yang tidak mungkin

Maskur dan Soleh Gunawan,” Unsur Dan Syarat Wakaf Dalam Kajian para Ulama Dan
27

Undang-Undang Di Indonesia”Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan & Kebudayaan .Hlm. 87


21

mengalami pemutusan hubungan Ketika menggunakan asset wakaf


secara adat.
c. Pembagian wakaf tidak dikembalikkan kepada wakaf karena wakif
tidak melimpahkan hartanya kepada dirinya sendiri. Penerima
wakaf adalah orang yang berhak menerimanya. Para ulama sepakat
bahwa dana keagamaan harus diberikan kepada pihak yang berhak
atas harta kekayaan dana keagamaan.
d) Sighat Waqf

ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan


tanah benda miliknya. Syarat sahnya adalah:

1. Menurut pendapat Sebagian besar fuqaha termasuk abu hanifah dan


Muhammad, syafi’iyah dan ahmad, pernyataan wakaf adalah ta’bid
(selamanya). Menurut pendapat ini,, penggunaan wakaf pada waktu
tertentu tidak sah. Namun,para sarjana memiliki pandangan berbeda
tentang Bagaimana keyakinan agama menyertai keyakinan tertentu.
Ulama malikiyah percaya bahwa keyakinan agama diperbolehkan untuk
jangka waktu tertentu, dan Ketika jangka waktu berakhir, properti
keyakinan agama akan dikembalikan kepada pemiliknya. Menurut
malikiyah, sebenernya ta’bid merupakan prinsip dasar dari sighat
wakaf. jadi jika wakaf diucapkan mutlak, berarti wakaf selamanya.
Sedangkan ulama ulama hanafiyah percaya bahwa wakaf efektif dalam
kondisi waktu tertentu.
2. Pernyataan wakaf bersifat tanjiz artinya lafal waktu itu jelas
menunjukkan terjadinya wakaf dan memunculkan akibat hukum wakaf.
dalam hal ini menurut abu hanifah sesungguhnya pernyataan wakaf
apabila disandarkan pada masa setelah kematian maka wakafnya batal.
Namun, ulama malikiyah menyatakan wakaf boleh saja dikaitkan
dengan syarat.
22

3. Pernyataan wakaf bersifat padat. Para fuqaha di kalangan hanafiyah


seperti Muhammad ibn hasan dari kelompok hanabil dan kelompok
syafi’i berpendapat bahwa wakaf harus dilakukan dengan pernyataan
yang tegas dan jelas. Menurut ulama maliki dan ulama abu yusuf di
kalangan Hanafi, wakaf dengan sighat yang bimbang adalah hal biasa.
4. Wakaf dinyatakan dengan jelas dalam surat pernyataan agar tujuan
penggunaan wakaf dapat diketahui secara langsung, wakaf harus
dengan jelas menyatakan syarat wakaf secara jelas. Ini adalah perkataan
fuqaha dari mazhab safiyya dan Hanafi, selain abu yusuf. Akan tetapi
para ulama hanbali, maliki,, dan abu yusuf tidak mewajibkan
disebutkannya wakaf dalam pernyataan wakaf.d.
d. Syarat-syarat Pengelola Wakaf (Nazhir)
Nazhir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk
memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf
tersebut. Pada dasarnya, siapa saja dapat menjadi nazhir selama ia mempunyai
hak melakukan tindakan hukum.

Nazhir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurursi


wakaf mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan.
Demikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi
tidaknya benda wakaf tergantung pada nazhir itu sendiri. Untuk itu, sebagai
instrument penting dalam perwakafan, nazhir harus memenuhi syarat-syarat
yang memungkinkan, agar wakaf dapat diberdayakan sebagaimana mestinya.
Untuk jelasnya persyaratan nazhir wakaf antara lain sebagai berikut :

a. Beragama Islam
b. Telah baligh atau dewasa
c. Dapat dipercaya
d. Mampu secara jasmani dan rohani menyelenggarakan urusan-urusan
harta wakaf
23

e. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum (tidak gila, dan


sebagainya).28

Adapun moral syarat nazhir sebagai berikut :

a. Paham tentang hukum wakaf, zakat, infak dan sedekah, baik dalam
tinjauan syari‟ah maupun perundang-undagan Republik Indonesia.
b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses
pengelolaan dan tepat sasaran kepada tujuan wakaf.
c. Tahan godaan terutama menyangkut perkembangan usaha.
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.
e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual
e. Macam-macam Wakaf
Dilihat dari aspek penerimaan manfaatnya, wakaf dibagi menjadi tiga
kategori :29
1. Wakaf Khairi
Wakaf khairi ialah wakaf yang manfaatnya diterima oleh masyarakat
umum. Seperti wakaf Masjid, wakaf produktif yang hasilnya untuk
beasiswa pelajar miskin, dan lain-lain.
2. Wakaf Ahli

Wakaf ahli ialah wakaf yang manfaatnya hanya diterima oleh keluarga
dan anak cucu wakif. seperti : wakaf rumah yang hanya boleh ditempati
oleh anak cucu, wakaf produktif yang hasilnya hanya untuk anak cucu dan
lain-lain.

28
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Dan Praktik Perwakafan Di Indonesia (Yogyakarta:
Pilar Media), hal. 35.
29
Choirun Nissa, “Sejarah, Dasar Hukum Dan Macam-Macam Wakaf” 18, no. 2 (2017):
hlm. 12.
24

3. Wakaf Musytarak
Wakaf musytarak ialah wakaf yang manfaatnya diterima oleh keluarga,
anak cucu, dan masyarakat umum. seperti : wakaf Sayyidina Umar berupa
kebun di Khaibar yang manfaatnya diterima oleh kerabat.
4. Wakaf berdasarkan batas waktunya
1. Wakaf tetap, ialah jika wakaf berupa tanah atau barang tetap seperti
bangunan dengan tanah atau merupakan harta benda yang ditetapkan
oleh wakif sebagai wakaf pribadi dan produktif, Sebagian dari
keuntungan selebihnya untuk wakaf biaya perawatan dan penggantian
kerusakan jika didistribusikan sesuai peruntukannya.
2. Wakaf sementara, ialah jika wakaf yang diwakafkan berupa barang
yang mudah rusak saat digunakan, dan tidak ada ketentuan untuk
mengganti yang rusak tersebut. Wakaf sementara juga dapat dibatasi
waktu untuk pengiriman wakaf karena hilangnya wakaf. Jadi ada dua
macam wakaf berdasarkan batas waktunya, wakaf abadi dan wakaf
sementara. Wakaf tetap yaitu wakaf yang bersifat abadi, dan wakaf
sementara yaitu wakaf berupa barang dagangan yang rusak dalam
pemakaiannya, tanpa memberikan syarat untuk mengganti bagian yang
rusak tersebut.
5. Wakaf berdasarkan penggunaannya

Wakaf dibagi menjadi dua macam yaitu:30

1. Wakaf langsung, adalah wakaf yang memanfaatkan tujuan utamanya


dalam mencapai tujuannya, seperti masjid untuk sholat, sekolah untuk
kegiatan belajar mengajar, rumah sakit untuk pengobatan orang sakit,
dan lain-lain.

30
Ros Malasari, “Praktik Pengelolaan Wakaf Produktif Ditinjau Dari Hukum Positif Dan
Hukum Islam”. Skripsi.
25

2. Wakaf produktif, adalah wakaf yang komoditi utamannya digunakan


dalam kegiatan produktif yang hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan
wakafnya. Meskipun para ahli menjelaskan beberapa jenis keyakinan
agama, banyak yang meremehkan rincian keyakinan agama yang
ditemukan dalam buku-buku hukum kontemporer.
f. Sejarah Perkembangan Wakaf Di Indonesia
Sejarah pengembangan wakaf di Indonesia sejalan dengan penyebaran
islam ke seluruh nusantara. Wakaf di Indonesia sebagai lembaga Islam yang
erat kaitannya dengan masalah sosial dan adat Indonesia, telah dikenal sejak
sebelum kemerdekaan yaitu sejak Islam masuk Indonesia. Adapun sejarah
perkembangan perwakafan di Indonesia sebagai berikut :31
1. Wakaf di Zaman Kesultanan

Banyak bukti-bukti ditemukan bahwa pada masa kesultanan telah


dilakukan ibadah wakaf, hal ini dapat dilihat pada peninggalan sejarah, baik
berupa tanah dan bangunan masjid, bangunan madrasah, komplek makam,
tanah lahan baik basah maupun kering yang ditemukan hampir di seluruh
Indonesia terutama yang di zaman dulu Kesultanan / Susuhan atau pernah
diperintah oleh Bupati yang beragama Islam.

Bukti itu antara lain tanah-tanah yang diantaranya berdiri masjid seperti:

a. Masjid Al Falah di Jambi berasal dari tanah Sultan Thah Saifudin;


b. Masjid Kauman di Cirebon wakaf dari Sunan Gunung Jati;
c. Masjid di Demak wakaf dari Raden Patah;
d. Masjid Menara si Kudus wakaf dari Sunan Muria;
e. Masjid Jamik Pangkalan wakaf dari Sultan Abdul Qodirun;
f. Masjid Agung Semarang wakaf dari Pangeran Pandanaran;

31
Sejarah perkembangan wakaf , Badan Wakaf Indonesia https://www.bwi.go.id/sejarah-
perkembangan-wakaf/.
26

g. Masjid Ampel di Surabaya wakaf dari R. Rochmat Sunan Ampel;


h. Masjid Agung Kauman di Yogya wakaf dari Sultan Agung;
i. Masjid Agung Kauman di Solo wakaf dari Susuhunan Paku Buwono
X.12
j. Untuk Masjid Agung Banten dan madrasah-madrasahnya mendapat
tanah wakaf dari Maulana Hasanudin, Maulana Yusuf, Maulana
Pangeran Mas dan Hartawan Muslim yang luasnya ratusan hektar;
k. Masjid Agung Demak dan pesantrennya dibiayai dari hasil tanah wakaf
sawah seluas kurang lebih 350 hektar wakaf dari Raden Patah;
l. Masjid Agung Semarang dibiayai dengan tanah wakaf Bupati Semarang
pertama yakni Pangeran Samber nyawa seluas kurang lebih 19
hektar.Pengaturan wakaf pada jaman kesultanan terutama di Jawa
(khususnya JawaTengah)

Lombok juga memiliki tanah adat yang disebut tanah pareman. Ini adalah
tanah bebas pajak yang diserahkan ke desa, subak, atau pura untuk kepentingan
umum. Di minang kabau dikenal dengan tanah pusako tinggi yang merupakan
tanah suku atau kaum yang dikelola secara turun temurun yang hasilnya dapat
dimanfaatkan secara bersamaan untuk membiayai kebutuhan ekonomi
keluarga. Tanah ini tidak boleh dijual dan dipindah tangankan kepada pihak
lain.

g. Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat,
yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan
surplus yang berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti
uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan
bangunan. Surplus wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi
27

pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan dan pelayanan


kesehatan yang berkualitas.32

Model pembiayaan murabahah pada proyek ini mengharuskan pengelola


wakaf menjalankan fungsi sebagai pengusaha dalam mengendalikan proses
investasi untuk membeli peralatan materil yang dibutuhkan melalui kontrak
murabahah yang pembiayaannya berasal dari bank syariah. Nadzir wakaf
berhutang pada lembaga perbankan untuk membeli peralatan ditambah dengan
mark up pembiayaan. hutang ini diayar dari hasil pengembangan wakaf.33

Pada dasarnya wakaf itu produktif yang berarti wajib menghasilkan karena
wakaf dapat memenuhi tujuannya apabila telah menghasilkan dimana hasilnya
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya (mauquf alaih). Orang yang
pertama melakukan perwakafan merupakan Umar bin al Khathab mewakafkan
sebidang kebun yang subur pada Khaibar. Kemudian kebun itu dikelola dan
hasilnya untuk kepentingan masyarakat. Tentu wakaf ini merupakan wakaf
produktif dalam arti mendatangkan aspek ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Ironinya, di Indonesia banyak pemahaman masyarakat yang
mengasumsikan wakaf merupakan lahan yang tidak produktif bahkan mati yang
perlu biaya berdasarkan masyarakat, misalnya kuburan, masjid dll.

h. Macam-macam Wakaf Produktif

Ada beberapa macam jenis wakaf yang bisa diproduktifkan, baik oleh
nazhir perorangan ataupun organisasi, antara lain:

1. Tanah
2. Rumah Susun (Properti)

32 Indonesia, ed., Paradigma Baru Wakaf Di Indonesia, Ed. rev., cet. 3 (Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2016), hlm. 139.
33
Ahmad Syakir, “Pemberdayaan Ekonomi Umat Islam Indonesia Melalui Wakaf
Produktif” 2, no. 1 (2016): hlm. 12.
28

3. Uang
4. Surat Berharga (Saham)
5. Sumber minyak dan mineral
6. Kendaraan
7. Hak Cipta/Kekayaan Intelektual.34

Wakaf bisa diinvestasikan dalam bidang pertanian, peternakan, pertokoan,


SPBU, hotel, bahkan lembaga pendidikan dan kesehatan yang selama ini sering
dikritik sebagai wakaf konsumtif. Kedua bidang yang terakhir ini ini bisa
menjadi ladang bisnis yang cukup menguntungkan secara ekonomi. UU Wakaf,
dengan tidak memperhatikan kategori wakaf langsung dan tidak langsung,
nampaknya menghendaki semua wakaf dikelola secara produktif.

Hal ini tidak mudah untuk direalisasikan karena pada kenyataannya tidak
semua wakaf bisa diproduktifkan. Masjid, kuburan dan jalan misalnya, sulit
untuk diproduktifkan, meskipun tetap mungkin, terutama masjid.
Kemungkinan itu misalnya di komplek masjid dibuat pertokoan untuk
memenuhi kebutuhan jamaah. Keadaan yang lebih ideal adalah membiarkan
wakaf konsumtif tetap apa adanya, namun didampingi dengan wakaf
produktif.35

Untuk menuju ke arah wakaf produktif setidaknya ada tiga syarat:

1. Wakif tidak membatasi wakafnya hanya untuk kepentingan ibadah


sebagaimana yang lazim selama ini. Untuk itu perlu sosialisasi yang
berkelanjutan.
2. Nazhir pengelola memiliki jiwa enterpreneur, dimana para Nazhir memiliki
jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan

34
Budi Indra Agusci, “Urgensi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Pembangunan
Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat,” 51–52
35
Dewi Kartika, Pemahaman Masyarakat Tentang Wakaf Produktif Di Desa Adijaya
Kecamatan Terbanggi Besar, hlm. 19-20
29

kemampuan, karena para Nazhir harus berfikir kritis tentang bagaimana


mengelola dari tanah wakaf tersebut. Tanpa semangat neterprener, nazhir
hanya akan terbebani oleh wakaf yang dikelolanya.
3. Transparansi pengelolaan. Pada syarat ini Nazhir harus memiliki jiwa
keterbukaan dalam mengelola hasil wakaf tersebut.
i. Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif

Perkembangan wakaf tunai (Waqf al-nuqud) di Indonesia. Penelitian


menunjukkan bahwa upaya indonesia untuk mengembangkan agama uang
relatif baru dibandingkan dengan negara lain. Untuk itu diperlukan sinergi
antara lembaga iman najir dan lembaga amir zakat agar gerakan iman tunai
dapat berkembang lebih cepat, terutama pada tahap awal perkembangannya.
Lembaga keuangan syariah penerima wakaf tunai perlu berperan lebih besar
guna memaksimalkan sinergi antara nazhir wakaf dan profesional LKS PWU. 36

Dalam pengelolaan harta wakaf produktif, pihak yang paling berperan


berhasil atau tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nazhir wakaf,
ialah seseorang atau kelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh
wakif (orang yang mewakafkan harta) untuk mengelola wakaf. Walaupun
dalam kitab-kitab fikih ulama tidak mencantumkan nazhir wakaf sebagai salah
satu rukun wakaf, karena wakaf merupakan ibadah tabarru’ (pemberian yang
bersifat sunnah).

Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin


melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf, maka keberadaan nazhir sangat
dibutuhkan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab dipundak nazhir lah

Aam Rusydiana, “Aplikasi Interpretive Structural Modeling Untuk Strategi


36

Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (Journal of Islamic
Economics and Business) 4, no. 1 (November 2, 2018): hlm. 1.
30

tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan


wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.37

Al-Jamal dalam hal ini menegaskan, peranan wakaf dalam memenuhi


kebutuhan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari beberapa segi, yakni melalui
simpanan wakaf yang ditujukan untuk melayani proyek-proyek
pembangunan, akan tercapai kekuatan finansial baru yang menyokong
perekonomian negara. Aset-aset wakaf itu adalah kebutuhan finansial yang
tetap eksis dan selalu membantu ekonomi negara. Oleh karena itu, harta wakaf
bisa diekploitasi dalam skala besar sehingga bisa diberikan subsidi, penyediaan
kesempatan kerja, dan penyediaan lembaga-lembaga pelatihan
kewirausahaan. Investasi mudhârabah merupakan salah satu alternatif solusi
yang ditawarkan oleh produk keuangan Islam guna mengembangkan harta
wakaf.

Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem
ini adalah membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan
memberikan modal usaha kepada petani, pedagang kecil, dan
menengah . Dalam hal ini pengelola wakaf uang berperan sebagai shahibul mal
yang menyediakan modal 100% dari usaha/proyek dengan sistem bagi
hasil. Pengusaha seperti pengusaha UMKM ialah sebagai mudharib yang
memutarkan dana wakaf tersebut. Wakaf dapat mengatasi stagnasi ekonomi

Secara prinsip wakaf merupakan sumber modal potensial bercorak


keagamaan, memiliki dimensi sosial ekonomi yang dapat di implementasikan
dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Bahkan perbedaan struktur sosial

37
Choiriyah. “Wakaf Produktif Dan Tata Cara Pengelolaannya”. Jurnal Perbankan Islam.
2017. hlm. 28
31

ekonomi diantara umat Islam selama ini dapat diminimalisir melalui sirkulasi
kekayaan harta wakaf secara produktif bagi pencapaian kesejahteraan umat.38

j. Pengelolaan Wakaf Dalam Perspektif Ekonomi Islam


Salah satu aspek penting dalam hal pengelolaan harta wakaf ialah
mengenai pencatatan harta benda wakaf, sementara pada fiqh Islam tidak
banyak dibicarakan tentang prosedur dan tata cara perwakafan secara rinci.
Berbeda halnya dengan hukum positif yang mengatur masalah perwakafan pada
berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada.39

Wakaf yang dapat diproduktifkan pada umumnya berupa tanah pertanian


atau perkebunan, Gedung-gedung komersial, dikelola sedemikian rupa
sehingga mendatangkan keuntungan yang Sebagian hasilnya dipergunakan
untuk membiayai berbagai kegiatan tersebut. Sehingga dengan demikian harta
wakaf benar-benar menjadi sumber dana dari masyarakat untuk masyarakat.40

Hukum Islam sendiri tidak terdapat ketentuan khusus yang


mengharuskan pendaftaran tanah wakaf, karena memang dalam Islam sendiri
praktek wakaf dipercaya sah jika telah memenuhi rukun dan syaratnya.
Mengenai pengelolaan tanah wakaf yang tujuannya untuk kesejahteraan umat,
lalu dalam masalah perwakafan ini wajib dipenuhi rukun dan syaratnya
sehingga wakaf yang dilakukan menjadi sah. Apabila wakaf itu berupa tanah,
maka tidak boleh dijual, diwariskan, dan diberikan kepada orang lain, hal ini
dimaksudkan agar perwakafan yang dilakukan tidaklah putus kamanfaatannya
bagi masyarakat umum, sehingga harta tersebut merupakan amal jariyah bagi
yang berwakaf, yang mana amal tersebut akan terus mengalir. Harta wakaf ialah

38 Veithzal Rivai Zainal, “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif” 9, no. 1 (2017):
hlm. 16.
Al-Alabij Adijani, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta:
39

PT. Raja Grafindo Persada), hal.37.


40
Muhammad Yusuf, 2009, Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Semarang: Badan Wakaf Nusantara).
32

titipan Allah yang diperuntukkan bagi kepentingan umum dan demi


kesejahteraan umat. Islam melarang tanah wakaf yang menjadi milik umat
bersama dijual dan dialihkan kepada pihak lain.41

Wakaf tersebut menjadi saham, dan bagian atau unit dana investasi.
Dikarenakan wakaf seperti ini dapat memberi gambaran tentang kebenaran
ekonomi wakaf Islam, sebagaimana yang telah dipraktikkan para sahabat,
bermula dari wakaf sumur Raumah oleh Ustman bin Affan dan wakaf tanah
perkebunan di Khaibar oleh Umar bin Khattab pada masa Nabi Muhammad.
Kemudian disusul dengan wakaf tanah, pohon-pohonan dan bagunan oleh para
sahabat lainnya. Paradigma wakaf seperti itu juga telah dinyatakan oleh para
imam madzhab pada abad ke-2 dan ke-3 dalam beberapa kajian studi dan uraian
fikih mereka.

Dalam sistem ekonomi islam, wakaf uang belum banyak dieksplorasi


semaksimal mungkin, padahal wakaf uang sangat berpotensi untuk
pemberdayaan ekonomi umat islam. Karena itu institusi wakaf uang menjadi
sangat penting untuk dikembangkan. Meskipun dalam sejarah islam, wakaf
telah memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat
muslim, namun kita juga menjumpai berbagai kenyataan bahwa pengelolaan
wakaf selain memperlihatkan berbagai kemajuan yang mengagumkan, tapi juga
memperlihatkan berbagai penyelewengan.

Strategi pengelolaan yang baik perlu diciptakan untuk mencapai tujuan


diadakannya wakaf. Wakaf hendaknya dikelola dengan baik dan diinvestasikan
ke dalam berbagai jenis investasi, khususnya kepada investasi riil yang bersifat
produktif yang dapat menghasilkan keuntungan sehingga hasilnya dapat
33

dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak. Pengelolaan wakaf


diserahkan kepada nadzir, baik dari pemerintah maupun masyarakat.42

Maka secara ekonomi, wakaf Islam ialah membangun harta produktif


melalui kegiatan investasi dan produksi saat ini, untuk dimanfaatkan hasil bagi
generasi yang akan datang. Wakaf juga mengorbankan kepentingan sekarang
untuk konsumsi demi tercapainya pengembangan harta produktif yang
berorientasi pada sosial dan hasilnya juga akan dirasakan secara bersama oleh
masyarakat.43

4. Studi Relevan

No Identitas Metode Kesimpulan


Penelitian Penelitian
1. Jherinda Erifanti. Kualitatif Pengelolaan pujasera Sabilillah
ialah dimana penyaluran hasil
“Pengelolaan Dan wakaf dari minimarket yaitu nazhir
Pengembangan mendapatkan keuntungan sebesar
Wakaf Produktif Di 10%, sebesar 20% untuk mauquf
Masjid Sabilillah ‘alaih dan 70% untuk
Kota Malang (Studi pengembangan harta benda wakaf.
Kasus Minimarket Penyaluran hasil minimarket al-
Al-Khaibar VI dan khaibar VI masih untuk biaya rutin
Pujasera dan pengajian pegawai, belum
Sabilillah)”.(2019) sesuai dengan manajemen wakaf

42
Syakir, “Pemberdayaan Ekonomi Umat Islam Indonesia Melalui Wakaf Produktif, ”
hlm. 12.
Abdul Hakim, “Manajemen Harta Wakaf Produktif Dan Investasi Dalam Sistem Ekonomi
43

Syari‟ah,” Jurnal Riptek 4, no. 2 (2020): hal. 22-23.


34

karena hasil dari minimarket al-


khaibar belum impas 44
2. Taufiq Ramadhan. Kualitatif Pengelolaan wakaf produktif di
Banda Aceh ada 2 bentuk yaitu
“Pengelolaan Wakaf tanah dan bangunan. Bentuk
Produktif Dalam pengelolaan wakaf produktif di
Mewujudkan Banda Aceh dilakukan dengan cara
Kesejahteraan menyewakan tanah, ruko, kios,
Masyarakat Di Kota rumah sewa dan sebagainya. Upaya
Banda Aceh.”(2020) memberdayakan aset wakaf kepada
produktif terkendala pada dana dan
pemahaman naẓir serta dukungan
dari masyarakat.45
3 Kasmawati. Kualitatif Aspek Organizing, pada sistem
kepengurusan dan pembagian tugas
“Pengelolaan Wakaf telah disusun sedemikian rupa pada
Secara Produktif Di susunan kepengurusan Masjid
Masjid Azizi Azizi pada bidang pengelolaan
Kecamatan Jelutung wakaf. Pada aspek Leading,
Kota Jambi.”(2021) pengarahan juga pelaksanaan
pengelolaan wakaf belum berjalan
dengan baik, karena adanya
berbagai permasalahan yang
ditemukan baik menurut penelitian

44
Jherinda Erifanti. “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif Di Masjid Sabilillah
Kota Malang (Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah)”.Skripsi. Malang
(2019). Hlm. 16
45
Taufiq Ramadhan. “Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat Di Kota Banda Aceh”.Skripsi. Banda Aceh (2020). Hlm. 55.
35

maupun menurut informasi


dilapangan.Pada
aspek Controlling, belum terlaksana
dengan baik, karena sistem
pengawasan yang jarang dilakukan
serta hanya melalui lisan yang tidak
dibarengi dengan mensurvei
langsung ke lapangan. Sehingga
pengelolaan wakaf ditinjau dari
aspek rencana Pengorganisasian,
Leading dan Controlling, belum
dapat berjalan dengan baik46
4 Dwi sri indriyati. Kualitatif Ada enam strategi yang dapat
Urgensi Wakaf dikembangkan untuk
Produktif Dalam memberdayakan wakaf produktif
Pembangunan ini, mulai dari produk hukumnya
Masyarakat. (2018) sampai pada membangun jaringan
dalam bentuk kemitraan investasi
produktif. Salah satunya adalah
wakaf uang yang dapat membuka
peluang yang unik untuk
menciptakan investasi guna
memberikan pelayanan
keagamaan,layanan Pendidikan,dan
,layanan sosial. Nazhir mempunyai
peranan penting dalam mengelola

46
Kasmawati. “Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Di Masjid Azizi Kecamatan Jelutung
Kota Jambi”.Skripsi. Kota Jambi (2021). Hlm. 80.
36

harta wakaf agar sesuai dengan apa


yang diinginkan oleh wakif dan bisa
dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat maka nazhir harus
mempunyai program-program kerja
baik program jangka pendek
maupun program jangka Panjang.
Dalam rangka mengembangkan
wakaf secara produktif. Maka
pemerintah membentuk BWI yang
mempunyai tujuan untuk
menyelenggarakan koordinasi
dengan nazhir dan pembinaan
management wakaf secara nasional
dan internasional.47
5. Niryad Muqisthi Kualitatif Dari penelitian ini dapat
Suryadi. disimpulkan bahwa pengelolaan
“Strategi wakaf produktif di kecamatan
Pengelolaan Wakaf Pangkajane dalam pelaksanaannya
Dalam Rangka telah sesuai dengan UU No.41
Pemberdayaan tahun 2004 tentang wakaf meskipun
Umat Di Kecamatan belum maksimal. Kendala yang
Pangkajane dihadapi bahwa ada sebagian
Kabupaten anggapan masyarakat bahwa wakaf
Pangkep.”(2021) tidak perlu diketahui orang banyak

47
Dwi Sri Indrayati, “Urgensi Wakaf Produktif Dalam Pembangunan Masyarakat Jurnal.
(2018)
37

serta pemberdayaan wakaf secara


produktif masih minim.48

Persamaan yang dilakukan oleh Jherinda Erifanti, Taufiq Ramadhan,


Kasmawati, Linda Oktriani dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menggunakan metode kualitatif dan ditujukkan kepada masyarakat. Sedangkan
perbedaannya terletak pada wakaf produktif yang dikelola Jherinda Erifanti
penelitiannya hanya menjelaskan bagaimana biaya rutin dan pengajian
pegawai, bisa sesuai dengan manajemen wakaf karena hasil dari minimarket al-
khaibar belum impas.

Taufiq Ramadhan penelitiannya untuk mengelola tanah dan bangunan


dengan cara menyewakan tanah, ruko, kios, rumah sewa dan sebagainya. Tetapi
masih terkendala pada dana, pemahaman nazhir dan dukungan dari masyarakat.
Kasmawati penelitiannya dalam pengelolaan wakaf dilihat dari aspek
perencanaan, pengorganisasian, leading, dan controlling, belum dapat berjalan
dengan baik. Linda Oktriani penelitiannya dalam pendayagunaan tanah wakaf
digunakan untuk pembiayaan sarana dan prasarana, operasional, pelatihan,
pengajian rutin anggota PCM IV Bengkulu. Sehingga penyalurannya hanya
bersifat konsumtif dan tidak diproduktifkan lagi. Sedangkan yang peneliti
lakukan pengelolaan wakaf dikelola menjadi sebuah usaha sewa ruko. Niryad
Muqisthi Suryadi kendala yang dihadapi bahwa ada sebagian anggapan
masyarakat bahwa wakaf tidak perlu diketahui orang banyak serta
pemberdayaan wakaf secara produktif masih minim.

Sedangkan yang menjadi perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu


yaitu penelitian ini tertuju pada legalitas wakaf yang diterapkan pada lembaga

Aziz, “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat Di


48

Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep,” hlm. 53.


38

pengelola wakaf. Karena Undang-undang mengatur agar wakaf


dimanfaatkan/digunakan kearah yang produktif, dengan melihat potensi aset
wakaf yang begitu besar, sehingga melihat bagaimana pemanfaatan dan
pengelolaannya untuk diarahkan kepada produktif. Perlu dikaji juga sejauh
mana tingkat pemahaman naẓir terhadap wakaf produktif.
39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari keadaan suatu objek
alamiah, (sebagai lawan dari eksperimen), di mana peneliti adalah alat kuncinya,
metode pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (kombinasi), analisis data
bersifat induktif dan kualitatif riset, hasilnya menekankan nilai generalisasi.
Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, data yang
masuk akal. Artinya ialah data aktual, data spesifik yang merupakan nilai di balik
data yang terlihat.49
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi. Waktu penelitian pra riset bulan Mei - Juni dan riset bulan
November - Desember 2022.
Objek penelitian merupakan sasaran dari apa yang menjadi bahan kajian
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi objek adalah wakaf secara produktif di Masjid Abu
Bakar Sari Kecamatan Telanaipura kabupaten buluran, kota jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data

Menurut jenisnya data terbagi atas dua yaitu:

a. Data kuantitatif, yaitu berbentuk angka atau data numerik. Data yang
dikumpulkan berupa : data jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah sarana
dan prasarana wilayah penelitian, demografi dan lain sebagainya.

49
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. 2018. Hlm. 1.
40

b. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan
secara deskripsi tentang kondisi lokasi penelitian secara umum.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel purposive yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai pengusaha akan
memudahkan peneliti menjelajahi ibjek situasi sosial yang diteliti. Jumlah
populasi adalah 10 Sampel pada penelitian ini 5 responden (imam dan 4
pengurus Masjid), 3 pengurus sewa ruko dan 2 orang masyarakat.

2. Sumber data
a. Data Primer
Yang dimaksud dengan sumber data primer dalam penelitian adalah
bahwasanya data dapat diperoleh langsung oleh pengumpul data dari objek
risetnya.50 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada pengurus Masjid
Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak memberikan data secara langsung
kepada pengumpul data, seperti melalui orang lain atau dokumen. Sumber data
penelitian diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau berupa
buku (manajemen wakaf produktif), memo, dan bukti-bukti yang ada. Dalam
penelitian ini, sumber informasi utama adalah literatur yang berhubungan langsung
dengan subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memahami,
menjelaskan, dan mengutip teori atau konsep dari literatur, baik berdasarkan
referensi buku, jurnal, maupun sumber lain yang terkait dengan pembahasan dalam
penelitian ini.

50
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Remadja Karya), hlm. 253.
41

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau metode pengumpulan data yang digunakan dalam


penelitian ini adalah:

a. Observasi

Teknik observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta merekam


data atau informasi dalam rangka suatu penelitian dengan harapan observasi dapat
memberikan penjelasan dan gambaran yang luas dan rinci tentang masalah yang
dihadapi.51 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur,
dimana observasi dirancang secara sistematis tentang apa yang akan dipelajari, apa
topik dan objeknya, kapan dan dimana letaknya. Peneliti akan langsung ke lokasi
untuk mengamati lokasi yang diharapkan dan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
peneliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data lainnya. Pelaksanaannya dapat


dilakukan secara tatap muka dengan orang yang diwawancarai, tetapi dapat juga
dilakukan secara tidak langsung, seperti dengan memberikan daftar pertanyaan
untuk dijawab di lain waktu. Peralatan tersebut dapat berupa pedoman wawancara
atau checklist. Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan cara meminta informasi
atau menggali informasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
responden ( orang yang diminta informasi) dari pihak pengurus wakaf Masjid Abu
Bakar Sari Kecamatan Telanaipura.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sumber bukti yang stabil untuk pengujian dan oleh karena
itu digunakan sebagai data untuk membuktikan penelitian. Teknik dokumentasi

51
Prof. Dr. Sugiyono. “Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung. Hlm. 64.
42

digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk membantu memperoleh data yang
dibutuhkan.52 Data yang peneliti tersebut gunakan dapat berupa catatan pribadi,
catatan harian, foto dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian
manajemen pengelolaan tanah wakaf produktif tersebut.

E. Metode Pengecekan Keabsahan Data


1. Triangulasi
Triangulasi melibatkan pemeriksaan data dari sumber yang berbeda dengan
cara yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Ada tiga triangulasi, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan meninjau
data yang berasal dari berbagai sumber.
Teknik triangulasi digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara data
dari sumber yang sama tetapi menggunakan teknik yang berbeda, seperti
pertanyaan awal dan verifikasi selanjutnya melalui observasi dan dokumentasi.
Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data dari sumber yang sama pada waktu atau situasi yang berbeda.
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.53 Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan
kepastian datanya.
2. Tahapan Penelitian

Tahap penelitian adalah:

a. Tahap pra-lapangan meliputi persiapan desain penelitian, pemilihan daerah


penelitian, pengurusan izin lapangan, pemilihan dan penggunaan informan,
dan persiapan peralatan penelitian.

52 Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. 2020. hlm.82.


53 Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. 2020. hlm. 83.
43

b. Tahap kerja lapangan meliputi memahami setting penelitian dan persiapan


diri, memasuki lapangan dan mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data.
d. Tahap penulisan laporan penelitian.
F. Metode Analisis Data
1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih yang utama, memfokuskan pada


hal-hal yang penting dan mencari tema dan pola. Oleh karena itu, data yang
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan lebih banyak data dan menemukannya pada saat dibutuhkan.
Reduksi data dapat dibantu dengan perangkat elektronik seperti komputer mini
dengan memberikan kode untuk aspek-aspek tertentu.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah reduksi data, langkah selanjutnya ialah menampilkan data. Dalam studi
kasus kuantitatif, penyajian data tersebut dapat dibuat dalam bentuk table, grafik,
diagram elektronik, piktogram, dll. Dengan penyajian data, data diurutkan,
diurutkan sebagai hubungan agar lebih mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing / verification

Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif menurut Miles dan


Huberman adalah penarikan kesimpulan dan validasi. Kesimpulan awal yang
disajikan masih bersifat tentatif (sementara) dan akan berubah jika tidak ditemukan
bukti yang kuat untuk mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya. Namun,
kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya dapat dipercaya jika didukung oleh
bukti yang valid dan konsisten ketika peneliti kembali ke lapangan untuk
mengumpulkan data.
44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian


1) Sejarah Berdirinya Masjid Abu Bakar Sari

Masjid Abu Bakar Sari berdiri pada tahun 2014 silam. Di awal-awal
pembangunan menjadi sebuah Masjid, Pembangunan berawal ketika semasa hidup
Alm. Abu Bakar dan istrinya, ingin mendirikan sebuah masjid di kawasan Kota
Jambi, namun keinginan keduanya tidak dapat terwujud, karena Allah SWT
memanggil keduanya pada tahun 2013 lalu. Karena impian itulah, pada tahun 2014
lalu, keluarga Alm akhirnya mendirikan sebuah masjid megah di atas tanah seluas
50 tumbuk, di beri Nama Masjid Abu Bakar Sari dan selesai tahun 2015. Masjid
Abu Bakar Sari yang diambil dari nama kedua orang tuanya didesain cukup cantik
dan kekinian tanpa mengurangi unsur kenyamanan dalam beribadah. Tanah Masjid
tersebut merupakan tanah pribadi, Namun kepengurusan masjid tetap melibatkan
warga sekitar. 54

Masjid Abu Bakar Sari ini terletak di RT 04 Kelurahan Buluran Kenali,


Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, dirikan oleh keluarga Alm Abu Bakar dan
Almh Sari. Masjid Abu Bakar Sari 50 tumbuk ini tidak hanya terdapat masjid saja,
tapi juga terdapat sekolah dan panti asuhan. Berdasarkan wawancara Bersama
pengurus Masjid mengatakan bahwa sertifikat tanah wakaf tersebut masih dalam
proses. Masjid Abu Bakar Sari memiliki jamaah 40-100 orang, jumlah muazin 4
orang dan jumlah khotib 4 orang. Masjid ini dibangun melalui dana pribadi dari
keluarga Abu bakar Sari. Satu di antara inisiator pembangunan masjid Abu bakar
Sari mengatakan hadirnya masjid ini sebagai tanda cinta untuk orang tuanya. Dulu
semasa hidup orang tua sangat ingin membangun masjid, namun belum sempat

54
Data Masjid abu bakar sari kecamatan telanaipura diambil tanggal 01 juli 2022.
45

terealisasi. Setelah kedua orang tua H. Azuardi berpulang 2013 silam dia bersama
tujuh saudaranya berinisiatif membangun masjid untuk orang tuanya, Mereka
bermufakat untuk membangun masjid dari harta yang ditinggalkan orang tua , yang
mana kekurangannya ditutupi dengan cara urunan.55

Masjid ini terletak di kecamatan Telanaipura yang masyarakatnya islam. Selain


digunakan menjadi tempat ibadah, Seiring berjalannya waktu di sekitar masjid juga
dibangun Taman Pendidikan Alquran (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Sekolah (TK dan SD), serta Panti Asuhan dan Kaum Duafa, Tidak hanya itu, di
halaman belakang terdapat empat pendopo yang bisa digunakan untuk musafir
beristirahat sebelum meneruskan perjalanan, karena pembangunan fasilitas itulah,
kini masjid Abu Bakar Sari berada di tengah tanah seluas satu hektar. Masjid Abu
bakar Sari yang diambil dari nama kedua orang tuanya di desain cukup cantik dan
kekinian tanpa mengurangi unsur kenyamanan dalam beribadah. Dari luar masjid
ini terlihat cukup megah dan gagah dengan hadirnya kombinasi warnah coklat,
cream dan merah hati, kubahnya sendiri terlihat cukup kekinian dengan hadirnya
berbagai warna cerah. Sementara itu desain interiornya cukup nyaman dan sejuk
sehingga mampu menghadirkan kekhusukan dalam menjalankan sholat.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada masjid tersebut baik itu pengajian dan
kajian-kajian islami diantaranya :

a) Pengajian hari jum’at (ibu-ibu)


Pengajian ini diikuti oleh ibu-ibu yang ada dilingkungan Masjid. Selain itu juga
melaksanakan yasinan yang dimulai dari jam 2 siang hingga Ketika asar tiba. Ibu-
ibu yang mengikuti pengajian ini lumayan banyak. Pengajian ini bertujuan supaya
masyarakat yang terdapat di sekitar masjid bisa mempererat tali silaturahmi antara
ibu-ibu di sekitar Masjid. Dengan adanya aktivitas ini bisa memperbaiki bacaan al-

55
Wawancara Bersama Bapak H. Azuardi (Ketua Pengurus Masjid Abu Bakar Sari), 01 Juli
2022.
46

qur’an dan menyadari bahwa pentingnya membaca al-qur’an bukan hanya sibuk
menggunakan urusan dunia namun juga wajib memikirkan akhirat. Selain itu dapat
menambah ilmu pengetahuan buat ibu-ibu supaya dapat mendidik anak-anaknya
agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
b) Pengajian TPA

Pengajian ini dilakukan setiap hari selepas sholat maghrib hingga sholat isya’.
Sedangkan buat tenaga pengajarnya adalah marbot Masjid tersebut. Pengajian ini
diikuti oleh anak-anak yang berada di sekitar Masjid dan anak-anak panti asuhan
kaum dhuafa yang cukup banyak56.

c) Berbuka Puasa Bersama


Pada bulan Ramadhan pengurus Masjid dan warga sekitar, tiap harinya
mengadakan buka bersama, Warga juga menyediakan takjil dan berbagai menu
yang bisa dinikmati Bersama di Masjid Abu Bakar Sari, Masyarakat yang lewat
dan singgah pada saat berbuka puasa juga diberikan makanan untuk berbuka puasa.
Sementara itu, untuk tadarusan hanya di isi oleh anak panti asuhan.57
d) Pengajian PAMI

Pengajian ini sama seperti pengajian TPA yakni di ikuti oleh anak-anak panti
asuhan, bukan hanya anak-anak panti asuhan saja, tetapi yang ada di lingkungan
masjid maupun anak-anak dari luar yang ingin belajar mengaji. Untuk tenaga
pengajar dalam pengajian PAMI ini adalah imam-imam masjid yang ada di Masjid
Abu Bakar Sari tersebut. Pengajian ini dimulai sesudah sholat maghrib dan berakhir
ketika sholat isya‟ tiba.58

56
Wawancara Bersama bapak H. Azuardi (ketua pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
57 Wawancara Bersama bapak Angga (Pengasuh Panti Asuhan Masjid Abu Bakar Sari) 22
Februari 2023
58
Wawancara Bersama bapak Zuhdi Arif (Wakil Pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 22
Februari 2023
47

2) Struktur Pengurus Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura


Kelurahan Buluran Kenali Periode 2020-2024

KETUA

H. AZUARDI

WAKIL KETUA
ZUHDI ARIF

SEKRETARIS BENDAHARA

SUTRISNO ANGGA YUNANDA


IMAM MASJID

1. USTAD MUHAMMAD
2. UST. M. H. THOHIR
MPD

PENGURUS WAKAF

KETUA 1. M. ASRORI
M. ASRORI 2. LUKMAN
HAKIM

3) Aset Wakaf Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura Kelurahan


Buluran Kenali

Masjid Abu Bakar Sari merupakan salah satu masjid yang ada di Kecamatan
Telanaipura Kelurahan Buluran Kenali yang mempunyai wakaf produktif.
Awalnya tanah masjid ini merupakan milik pribadi dan diwakafkan begitu juga
wakaf produktif yang dimiliki Masjid Abu Bakar Sari pada saat ini.
48

Wakaf produktif yang dimiliki Masjid Abu Bakar Sari yakni sewa ruko.
Usaha sewa ruko tersebut terletak di sebelah kanan Masjid Abu Bakar Sari.
Usaha sewa ruko sudah ada sejak tahun 2020 dan memiliki ukuran 5x4 meter.
Dan terdapat 5 pintu, ruko bisa di sewa setengah tahun dihargai Rp. 3.000.000
dan pertahun dihargai Rp. 5.000.000.59

4) Program Kerja Masjid Abu Bakar Sari


a. Menyediakan sarana ibadah yang nyaman dan lengkap.
b. Meningkatkan kualitas Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak, remaja dan
orang dewasa.
c. Meningkatkan peran dan potensi generasi Masjid.
d. Membangun sistem dan prosedur kerja Masjid yang tertib, transparan dan
dapat dipertanggung jawabkan.
e. Meningkatkan kepedulian sosial kemanusiaan untuk pengembangan syiar
islam.
f. Meningkatkan pengelolaan wakaf.60
B. Hasil Penelitian
1. Pengelolaan Wakaf Produktif di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan
Telanaipura Kelurahan Buluran Kenali

Pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari, Nazhir


menjalankan keempat fungsi pengelolaan yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengawasan
(controlling). Berikut ini keempat fungsi pengelolaan yang sudah dijalankan
oleh nazhir wakaf produktif Masjid Abu Bakar Sari sebagai berikut :

59
Wawancara Bersama bapak H. Azuardi (ketua pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
60
Wawancara Bersama bapak H. Azuardi (ketua pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
49

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan pengelola wakaf di Masjid Abu Bakar Sari telah memenuhi


tahapan ini dengan adanya rencana pengelola yang ingin mengembangkan
wakaf produktif menjadi lebih baik lagi. Seperti yang saat ini dikelola oleh
nazhir yaitu berupa usaha sewa ruko. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dengan Bapak H. Azuardi selaku ketua pengurus di
Masjid Abu Bakar Sari menyatakan bahwa :

“Untuk wakaf produktif di Masjid ini yaitu usaha sewa ruko. Kemudian
hasil dari wakaf produktif tersebut masih digunakan untuk kesejahteraan
Masjid. Baru-baru ini ada renovasi kamar mandi Masjid. Kemudian hasil dari
wakaf tersebut rencanannya mau dikembangkan untuk usaha lainnya seperti
koperasi”.61

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak Zuhdi Arif selaku wakil


pengurus Masjid Abu Bakar Sari menyatakan bahwa :

“Harta wakaf produktif Masjid Abu Bakar Sari tersebut ialah usaha sewa
ruko. Rencanannya mau renovasi toilet dari hasil wakaf produktif tersebut”62

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Angga selaku pengasuh panti


asuhan Di Masjid Abu Bakar Sari menyatakan bahwa :

“Rencanannya mau membuat koperasi tapi karena dananya belum cukup


dan juga masih banyak keperluan untuk memperbaiki fasilitas Masjid sehingga
rencana untuk membuat koperasi tersebut belum terlaksana”63

61
Wawancara Bersama bapak H. Azuardi (ketua pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
62
Wawancara Bersama bapak Zuhdi Arif (Wakil pengurus Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
63
Wawancara Bersama Ustad Angga (Selaku Bendahara Masjid Abu Bakar Sari) 01 Juli
2022
50

Tabel 1.1

Wawancara pengurus Masjid Abu Bakar Sari

Perencanaan Future action yang sudah Future action yang sudah


dilaksanakan mulai dijalankan
Membuat 1. Menetapkan tujuan 1. Membangun dan
koperasi organisasi meningkatkan peran dan
partisipasi anggota

2. Mencari beberapa cara 2. mengatur keuangan masjid


untuk mencapai tujuan agar lebih terarah dan
transparan.
3. Menunjuk orang-orang
yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan
dan merinci tanggung
jawab terhadap masing-
masing orang yang telah
ditunjuk

4. Mengecek apakah hasil


akhir dari suatu organisasi
sesuai denga napa yang
telah direncanakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Masjid bahwa ingin


membuat sebuah koperasi. Akan tetapi, hal tersebut memang belum terlaksana
karena membutuhkan biaya yang cukup besar dan juga memerlukan banyak
51

anggota. Sedangkan mengenai wakaf tersebut produktif atau tidak, menurut


peneliti sudah produktif karena sudah menghasilkan yaitu berupa usaha sewa
ruko. Sedangkan pemanfaatannya dari hasil pengelolaan wakaf produktif
tersebut dimanfaatkan sebagai aset kesejahteraan Masjid. Sehingga dapat
disimpulkan wakaf di Masjid Abu Bakar Sari sudah lumayan berjalan baik.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian sangat penting karena dengan melalui pengorganisasian


yang jelas sehingga nazhir bisa Amanah dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak H. Azuardi
selaku Ketua pengurus Masjid Abu Bakar Sari mengatakan bahwa :

“Untuk pengorganisasian yang ada di Masjid Abu Bakar Sari dalam


mengelola wakaf produktif itu dilakukan oleh nazhir yang ada di Masjid dan
dalam mengambil keputusan dilakukan dengan sistem musyawarah Bersama
pengurus Masjid. Nazhir yang ada di Masjid ini ada 3 orang yakni : Bapak
Zuhdi Arif selaku ketua Nazhir dan anggotanya Bapak Muhammad Asrori, dan
Lukman Hakim.64

Selanjutnya hasil wawancara dengan bapak Muhammad Asrori salah satu


anggota nazhir menyatakan bahwa :

“Dalam pemilihan nazhir di Masjid Abu Bakar Sari awalnya pengurus


Masjid mengumpulkan masyarakat di lingkungan sekitar Masjid, setelah itu di
sepakati siapa saja yang mau menjadi nazhir dalam mengelola wakaf”.65

64
Wawancara Bersama Bapak H. Azuardi (Ketua Pengurus Masjid) 01 Juli 2022
65
Wawancara Bersama Bapak Muhammad Asrori (Salah Satu Nazhir) 01 Juli 2022
52

3. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengatur, mengarahkan orang


lain untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Zuhdi
Arif mengungkapkan bahwa :

“Untuk pengarahan dilakukan oleh bapak H. Azuardi untuk mengarahkan


kepada nazhir maupun anggota nazhir agar dapat bekerja mengelola wakaf,
memelihara dan mengembangkannya dengan baik agar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan”.66

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan dilakukan dengan tujuan untuk mengadakan koreksi sehingga


apa yang dilakukan dapat diarahkan ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak H. Azuardi
mengatakan bahwa :

“Pengawasan ini dilakukan oleh ketua Masjid Abu Bakar Sari dan juga
anggota nazhir dalam mengelola wakaf yaitu dilakukan dengan secara langsung
maupun secara lisan. Pengawasan langsung misalnya ketua Masjid Abu Bakar
Sari atau nazhir terjun langsung ke dalam kegiatan yang dilakukan”.67

Selain itu wawancara dengan Bapak Muhammad Asrori mengatakan


bahwa :

“Mengenai pengawasan wakaf yang ada di Masjid Abu Bakar Sari


dilakukan secara langsung. Baik dilakukan oleh nazhir maupun pengurus
Masjid. Kemudian pengawasan juga pernah dilakukan oleh Departemen Agama
Kecamatan Telanaipura”.68

66
Wawancara Bersama Bapak Zuhdi Arif (wakil pengurus masjid) 01 Juli 2022
67
Wawancara bersama bapak H. Azuardi (ketua pengurus masjid) 01 Juli 2022
68
Wawancara Bersama bapak Muhammad Asrori (salah satu nazhir) 01 Juli 2022
53

Jika dilihat dari segi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan


kepemimpinan bahwa di Masjid Abu Bakar Sari dalam mengelola wakaf secara
produktif sudah dilakukan. Dimana awalnya wakaf Masjid hanya digunakan
untuk pembangunan Masjid saja kemudian menjadi sebuah usaha yaitu sewa
ruko yang mana usaha tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar
Masjid maupun dari desa lain. Hasil dari usaha sewa ruko tersebut digunakan
untuk kesejahteraan Masjid.

2. Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Dalam Tinjauan Hukum Islam

Dalam hal proses perwakafan di Masjid Abu Bakar Sari, ketentuan wakaf
sudah memenuhi rukun dan syaratnya, antara lain:69

1) Wakif, adalah pihak yang mewakafkan. Menurut ketentuan pasal 7 UU No.


41 tahun 2004, wakif perseorangan harus memenuhi persyaratan dewasa,
berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah
harta benda wakaf.
2) Mauquf alaih dimaknai sebagai tujuan peruntukan wakaf, ada juga yang
memaknai sebagai nazhir. Di dalam ikrar wakaf, disebutkan bahwa wakaf
dimaksudkan untuk kepentingan Yayasan dan masyarakat pada umumnya.
3) Mauquf (harta wakaf). harta yang diserahkan oleh wakif kepada nazhir
yaitu berupa sebidang tanah seluas 27,25 ha.
4) Sighat adalah pernyataan wakaf. serah terima tanah tersebut telah
dinyatakan dalam akta ikrar wakaf yang didokumentasikan oleh pejabat
pembuat akta ikrar wakaf.

69
Ros Malasari, “Praktik Pengelolaan Wakaf Produktif Ditinjau Dari Hukum Positif Dan
Hukum Islam”. Skripsi.
54

2. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif di Masjid Abu Bakar Sari


Kecamatan Telanaipura Kota Jambi

Wakaf produktif berupa lima ruko yang dikelola dengan sistem sewa,
dimana hasil dari pengelolaan wakaf produktif tersebut di masukkan ke dalam
kas masjid dan di manfaatkan sebagai aset untuk kesejahteraan masjid.

Tabel 1.2

Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif

Kegiatan Sosial Kegiatan Pendidikan


Santunan Anak Yatim Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Berbuka Puasa Bersama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sekolah (TK dan SD)
Pengajian Hari Jum’at ibu-ibu
Pengajian Antara Maghrib dan Isya
Sumber Data : Pengurus Masjid Abu Bakar Sari

Tabel 1.3

Pemanfaatan hasil wakaf produktif

Pemeliharaan Pengembangan
1. lemari mukena untuk ibu-ibu 1. membaiknya fasilitas yang ada di
2. kotak amal masjid
3. mimbar masjid 2. membaiknya ruko yang disewakan

Sumber Data : Pengurus Masjid Abu Bakar Sari

Wawancara dengan Bapak Agung selaku masyarakat sekitar mengatakan


bahwa wakaf produktif tidak mengetahuinya. Pengetahuan mengenai wakaf itu
berasal dari teman-teman yang bercerita dan masyarakat setempat. Begitupun
55

dengan wakaf sepemahaman bapak agung bahwa wakaf digunakan untuk


Masjid yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat.70

Kontribusi terhadap kebutuhan rutin operasional Masjid Abu Bakar Sari


meliputi honor imam masjid, Marbot Masjid, dan Muazin. Dalam hal ini ada
yang diberikan insentifnya sebulan sekali. Imam masjid ada 2 orang yang
masing-masing diberikan sebesar Rp. 2.500.000., marbot Masjid sebesar
Rp.750.000, 2 orang muadzin masing-masing diberikan Rp. 50.000.71

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan yang


terkait pada penelitian ini, maka disimpulkan bahwa hasil wakaf produktif
dimasukkan ke dalam kas Masjid yang dibuat pada bentuk laporan keuangan
Masjid Abu Bakar Sari tersebut. Dimana ada pemasukkan maupun pengeluaran
yang setiap kali di catat dan dibukukan setiap satu kali seminggu. Berdasarkan
penelitian di lapangan mengenai wakaf produktif pada Masjid Abu Bakar Sari
yaitu mensejahterakan Masjid mampu dikatakan cukup baik, hanya saja pada
pemanfaatan hasil untuk peningkatan ekonomi masyarakat masih kurang.

Hasil dari pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari


dimanfaatkan kepada masjid untuk kesejahteraan masjid. Pemanfaatan hasil
dari pengelolaan tersebut lebih cenderung untuk kegiatan keagamaan,
khususnya untuk kepentingan peribadatan memang cukup efektif, akan tetapi
kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

Pemanfaatan hasil wakaf dilakukan bagi pihak-pihak yang memerlukan,


seperti santunan anak yatim yang diadakan dalam satu kali setahun.
Pendistribusian di bidang pendidikan masih hanya sebatas Taman Pendidikan
Al Qur‟an (TPA), pengajian Antara Magrib dan Isya‟ (PAMI) dan Pengajian
Ibu-ibu, belum ada bantuan beasiswa kepada anak muda disekitar masjid.

70
Wawancara Bersama Bapak Agung (masyarakat sekitar masjid) 01 Januari 2023
71
Wawancara Bersama Bapak H. Azuardi (Ketua Pengurus Masjid) 07 Januari 2023
56

Sehingga diharapkan manfaat wakaf yang ada di Masjid Abu Bakar Sari ini
lebih bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tabel 1.5

Laporan Keuangan Mingguan Masjid Abu Bakar Sari Mei 2023

I. Saldo kas hari jum’at tanggal 19 mei 2023 Rp. 27.540.000


II. Penerimaan
1. Celengan hari jum’at tanggal 19 mei 2023 Rp. 689.000
2. Kotak amal tanggal 19 mei 2023 Rp. 745.000
3. Biaya Rehab Rp. 1.930.000
Jumlah penerimaan s/d tanggal 26 mei 2023 Rp. 92.290.000
III. Pengeluaran tanggal 26 mei 2023
1. Beli Aqua dan Snack Rp. 80.000
2. kopi bubuk dan teh serbuk Rp. 30.000
3. Petugas kebersihan 2 bulan Rp. 500.000
4. Rutin Jum’at Rp. 350.000
IV. Saldo kas hari jum’at 26 mei 2023 Rp. 93.870.000
Ibadah Qurban Rp. 2.800.000
Sumber Data: Pengurus Masjid Abu Bakar Sari

Dari data diatas dapat dilihat bahwa kas Masjid pada tanggal 26 mei 2023
mencapai Rp.93.870.000., dari data tersebut bisa dilihat bahwa pengeluaran
Masjid Abu Bakar Sari hanya sebatas kesejahteraan belum digunakan untuk
mengelola masjid agar menjadi lebih produktif.

3. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Wakaf Produktif Di Masjid Abu


Bakar Sari

Pada dasarnya wakaf adalah kegiatan yang mengandung unsur investasi


masa depan dan mengembangkan harta produktif untuk generasi yang akan
57

datang sesuai dengan tujuan wakaf. Wakaf Islam adalah membangun harta
produktif melalui kegiatan investasi dan produksi, dan wakaf juga
mengorbankan kepentingan sekarang untuk konsumsi demi tercapainya
pengembangan harta produktif yang berorientasi pada sosial, dan hasilnya juga
akan dirasakan secara bersama oleh masyarakat yang akan datang.

Sistem ekonomi Islam, kata “produksi” merupakan salah satu kunci


terpenting, karena dari konsep dan gagasan produksi ditekankan bahwa tujuan
utama yang ingin dicapai kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi Islam adalah
untuk kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara berimbang.
Dengan kata lain, bahwa prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan
dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi dengan
bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari
hanya barang-barang yang berfaedah melalui pemanfaatan sumber daya secara
maksimum, baik manusia maupun benda.72

Temuan penelitian tentang pengelolaan wakaf produktif di Masjid Azizi


yang semula konsumtif diubah menjadi produktif yang tidak menghilangkan
fungsi dan tujuan wakaf, seperti rumah kontrakan dan sewaan dan ruko yang
disewakan. Dimana dalam konsep fiqh mu‟amalah sewa disebut dengan istilah
Ijarah ialah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.

Menurut jumhur ulama bahwa rukun ijarah ada 4, yaitu :

1. Sighat al-‘aqad (ijab dan qabul)


2. Al-‘aqidayn (kedua orang yang bertransaksi)
3. Al-ujrah (upah/sewa)

72
Said, Pengantar Ekonomi Islam Dasar-Dasar Dan Pengembangan, hal. 62.
58

4) Al-manafi’ (manfaat sewa)

Sebagai bentuk transaksi, ijarah dianggap sah harus memenuhi rukun di


atas, di samping rukun juga harus memenuhi syarat-syaratnya. Adapun
syaratsyaratnya adalah sebagai berikut :

a. Kedua belah pihak yang berakad (penjual dan pembeli) harus


menyatakan kerelaannya dalam melakukan transaksi ijarah. Bila di
antara salah seorang diantara keduannya dengan cara terpaksa dalam
melakukan transaksi, maka akad ijarah semacam ini tidak sah.
b. Bagi kedua orang yang melakukan transaksi (akad), menurut ulama
Syafi‟iyah dan Hambali disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh
sebab itu, bagi orang yang belum baligh dan tidak berakal, seperti anak
kecil dan orang gila transaksinya menjadi tidak sah. Berbeda dengan
ulama Hanafiyah dan Malikiyah, bahwa kedua orang yang bertransaksi
itu tidak harus berusia baligh, namun anak yang mumayyiz (yang bisa
membedakan) boleh melakukan transaksi ijarah dengan syarat adanya
persetujuan dari walinya. Upah atau sewa dalam transaksi ijarah harus
jelas, memiliki sifat tertentu dan mempunyai nilai yang bersifat
manfaat.
c. Manfaat sewa harus diketahui secara sempurna, sehingga di kemudian
hari tidak memunculkan perselisihan di antara keduannya. Apabila
manfaat yang menjadi objek ijarah tidak jelas, maka transaksinya tidak
sah. Kejelasan manfaat itu dapat disampaikan dengan rinci beberapa
manfaat yang menjadi objek ijarah.73
Pelaksanaan penyewaan harta wakaf produktif di Masjid Abu Bakar
Sari yang penulis lakukan tidak ditemukannya adanya unsur riba atas
keterlambatan pembayarannya, jikapun ada keterlambatan atas pembayaran

73
Al-hadi, Fikih Muamalah Kontemporer, hal. 81-82.
59

tersebut nazhir memberikan waktu dan kesempatan untuk membayarnya. Dapat


penulis simpulkan bahwa tinjauan ekonomi Islam terhadap wakaf produktif di
Masjid Abu Bakar Sari tidak bertentangan dengan syari‟at Islam.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak h.


azuardi mengatakan bahwa:

“pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari ada lima ruko yang
disewakan. Dimana sewa ini dilakukan atas persetujuan diantara kedua belah
pihak sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan diawal. Sebelum
penyewa ingin menyewa ruko tersebut, maka terlebih dahulu aipenyewa
membayar sewa ruko. Tapi jika si penyewa kekurangan dana maka nazhir
masih memberikan kesempatan untuk membayarnya dikemudian hari. Sebelum
Jatuh tempo nazhir akan memberitahu kepada si penyewa terlebih dahulu
bahwa pembayaran sewa ruko tersebut telah mencapai masa pembayaran
tanggal sekian.”

Pada mulanya hasil dari sewa aset tersebut seluruhnya diberikan untuk
masjid karena waktu itu keadaan keuangan masjid masih minim dan juga masih
dalam tahap pembangunan. Sehingga nazhir tersebut lebih mementingkan
finansial Masjid Azizi dan mereka bekerja berdasarkan keikhlasan dan tidak
menginginkan balasan di dunia tetapi balasan di akhirat kelak.

Pengembangan wakaf uang memiliki nilai ekonomi yang strategis.


Dengan dikembangkannya wakaf uang, maka akan didapat sejumlah
keunggulan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki


dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus
menunggu menjadi orang kaya atau tuan tanah terlebih dahulu, sehingga
dengan program wakaf uang akan memudahkan si pemberi wakaf atau
wakif untuk melakukan ibadah.
60

2. Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga


pendidikan Islam yang cash flow-nya kembang-kempis dan menggaji
civitas akademika ala kadarnya.
3. Pada gilirannya, insya Allah, umat Islam dapat lebih mandiri
dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu
tergantung pada anggaran pendidikan negara yang memang semakin lama
semakin terbatas.
Berbicara tentang produktivitas dari wakaf uang dalam perspektif
ekonomi Islam, maka seharusnya pengelolaan wakaf uang yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga wakaf haruslah mengarah pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat Indonesia yaitu pemenuhan kesejahteraan dalam bidang
ekonomi, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pengembangan usaha
kecil dan menengah. Karena itu, nadzir selain memenuhi syarat-syarat
yang disebutkan dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-undang tentang Wakaf,
harus ditambah syarat-syarat lain yang menunjang tugas dan
tanggungjawabnya dalam melakukan investasi uang yang diwakafkan. Wakaf
uang bukan merupakan asset tetap yang berbentuk benda tak bergerak
seperti tanah, melainkan aset lancar.74

74
Fahmi medias, “wakaf produktif perspektif ekonomi islam” volume IV No 1 juli 2010,
Jurnal ekonomi islam, hlm. 82
61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Pengelolaan


Wakaf Produktif di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura , maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari dari aspek


manajemen Planning, Organizing, Leading dan Controlling, belum berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek Planning yang dilakukan oleh
nazhir di Masjid Abu Bakar Sari belum bisa memanfaatkan peluang yang
ada dalam mengelola wakaf produktif. Perencanaan dalam mengelola ruko
yang digunakan untuk membuka usaha sendiri tetapi ruko hanya dikelola
dengan sistem sewa. Selain itu, nazhir juga belum mempunyai skill bisnis,
dan kurangnya perencanaan yang matang dari nazhir. Aspek Organizing,
dalam sistem kepengurusan dan pembagian tugas sudah disusun sedemikian
rupa dalam susunan kepengurusan Masjid Abu Bakar Sari dalam bidang
pengelolaan wakaf. Namun kepengurusan wakaf belum menjadi pekerjaan
utama. Selain itu, nazhir yang ada di Masjid Abu Bakar Sari masih
tergolong tradisional yang kebanyakan mereka menjadi nazhir karena
kepercayaan dari masyarakat atau ketokohan seperti kyai, ustadz, ulama dan
lain-lain.
Sedangkan kemampuan manajerial dalam mengelola wakaf masih kurang.
Pada aspek Leading, pengarahan maupun pelaksanaan pengelolaan wakaf
belum berjalan dengan baik, karena adanya berbagai permasalahan yang
ditemukan baik dari penelitian maupun dari fakta dilapangan. Seperti
pengarahan yang dilakukan untuk nazhir belum berjalan dengan baik,
karena belum diadakannya pelatihan khusus untuk para nazhir yang ada di
62

Masjid Abu Bakar Sari tersebut. Pada aspek Controlling, belum terlaksana
dengan baik, karena sistem pengawasan yang jarang dilakukan serta hanya
melalui lisan yang tidak dibarengi dengan mensurvei langsung ke lapangan.
Sehingga pengelolaan wakaf ditinjau dari aspek
Perencanaan,Pengorganisasian, Leading dan Controlling, belum dapat
berjalan dengan baik.
2. Pemanfaatan hasil wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari belum
maksimal. Karena hasil wakaf produktif hanya digunakan untuk
pemeliharaan, pengembangan dan juga untuk bidang dakwah (keagamaan).
Sedangkan belum ada pemanfaatan di bidang ekonomi dan juga kesehatan.
Sehingga manfaat dari hasil wakaf produktif yang ada di Masjid Azizi
belum bisamembantu ekonomi masyarakat yang ada di sekitar masjid.
3. Tinjauan ekonomi Islam terhadap wakaf produktif di Masjid Abu Bakar
Sari tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Karena, dalam
pelaksanaannya berupa penyewaan harta wakaf produktif di Masjid Azizi
yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya unsur riba atas keterlambatan
pembayaran, jikapun ada keterlambatan atas pembayaran tersebut nazhir
masih memberikan waktu dan kesempatan untuk membayarnya.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan dalam penelitian manajemen


pengelolaan wakaf produktif di Masjid Abu Bakar Sari, peneliti melihat ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah tentang pembinaan dari
BWI. Tugas dari BWI yaitu memberikan pelatihan terhadap nazhir wakaf
supaya lebih professional serta bisa mengembangkan harta wakaf. Selain itu,
kementrian agama pula diperlukan agar lebih mensosialisasikan serta peraturan
pemerintah perihal wakaf kepada masyarakat dan para nazhir yang ada di
Masjid Abu Bakar Sari kecamatan telanaipura kabupaten buluran kenali.
63

C. Saran

1. Kepada pengurus Masjid Abu Bakar Sari agar dapat menjalankan tugas
dengan baik dan lebih terstruktur. Baik itu pengurus Masjid maupun nazhir
yang mengelola wakaf produktif harus lebih kreatif serta inovatif dalam
mengelola dan mengembangkan wakaf agar bisa dilakukan secara mandiri.

2. Pemanfaatan hasil wakaf produktif agar dapat meningkatkan ekonomi


masyarakat sekitar Masjid. Sehingga tidak hanya dipergunakan secara
konsumtif seperti pemeliharaan Masjid dan kegiatan keagamaan tetapi juga
dapat mengembangkan wakaf di bidang usaha lainnya sehingga hasilnya dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar masjid. Misalnya dapat memberikan
beasiswa untuk masyarakat yang kurang mampu.

3. Kementrian Agama diharapkan agar lebih mensosialisasikan UU No. 41


Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang wakaf
kepada masyarakat dan para nazhir yang ada di Masjid Abu Bakar Sari
kecamatan telanaipura kabupaten buluran kenali provinsi jambi.
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
Al-Qur’an. 2019. Cv Penerbit Kementrian Agama RI

Ahmad, Syakir. Pemberdayaan Ekonomi Umat Islam Indonesia Melalui Wakaf


Produktif. 2016.

Al-Alabij, Adijani. Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktek.


Jakarta. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada. 1989.

Indonesia, ed., Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di


Indonesia. Jakarta. Penerbit: Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama
RI. 2008.

Indonesia, ed., Paradigma Baru Wakaf Di Indonesia, Ed. rev., cet. 3. Jakarta.
Penerbit : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam. 2006.

La, Ode Alimusa. Manajemen Perbankan Syariah Suatu Kajian Ideologis dan
Teoritis, kedua.Bandung. Penerbit: Deepublish. 2020.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung.Penerbit: Alfabeta 2017.

Rozalinda. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta. Penerbit : PT. Raja


Grafindo Persada. 2016.

Muhammad, Yusuf.Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan


Ekonomi Umat. Semarang. Penerbit : Badan Wakaf Nusantara. 2009.

Munzir, Qohaf. Pengelolaan Wakaf Produktif. Jakarta. Penerbit: Khalifa. 2008.

Syakir. Pemberdayaan Ekonomi Umat Islam Indonesia Melalui Wakaf


Produktif,”
Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian kualitatif. Penerbit :Remadja Karya.
1989.

B. Jurnal/ Penelitian Terdahulu

Abdul, Hakim. Manajemen Harta Wakaf Produktif Dan Investasi Dalam Sistem
Ekonomi Syari‟ah. Jurnal Riptek .,4 (2).2010.

Aam, Rusydiana. Aplikasi Interpretive Structural Modeling Untuk Strategi


Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam (Journal of Islamic Economics and Business). 4(1). 2018.

Aprita, Nuryani, Dian Meliza, and Meri Yuliani. Pengelolaan Wakaf Produktif
Di Desa Marsawa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat.

Aziz. Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan


Umat Di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

Choirun,Nissa. Sejarah, Dasar Hukum Dan Macam-Macam Wakaf. 18(2).


2017.

Choiriyah. Wakaf Produktif Dan Tata Cara Pengelolaannya. Jurnal Perbankan


Islam. 2017.

Kasmawati. Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Di Masjid Azizi Kecamatan


Jelutung Kota Jambi. Skripsi. 2021

Lis, Siska Sulistiani. Wakaf Uang Pengelolaan dalam hukum Islam dan Hukum
Positif di Indonesia, pertama Syakir, “Pemberdayaan Ekonomi Umat
Islam Indonesia Melalui Wakaf Produktif.

Linda, Oktriani.Pengelolaan Wakaf Produktif Di Masjid Muhammadiyah


Suprapto Bengkulu”. Skripsi. Bengkulu.2017
Jherinda, Erifanti. Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif Di
Masjid Sabilillah Kota Malang (Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI
dan Pujasera Sabilillah)” Jurnal Ilmiah.

Kasmawati. Pengelolaan Wakaf Secara Produktif Di Masjid Azizi Kecamatan


Jelutung Kota Jambi”.Skripsi. Kota Jambi.(2021.

Ishan, Aziz.Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka


Pemberdayaan Umat Di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep,”
Al-Qashdu : Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah .1( 1) .2021.

Veithzal Rivai Zainal, “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif.9(


1).2016.

Vika ,Annisa Qurrata et al. The Implementation And Development Of


Productive Waqf In Indonesia: Case At Malang Islamic Hospital,”
Humanities & Social Sciences Reviews. 7(4).2019.

Veithzal, Rivai Zainal. Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif. 9(


1).2016.

Muh, Lukman Suardi. Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar .2020.

Taufiq, Ramadhan. Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Mewujudkan


Kesejahteraan Masyarakat Di Kota Banda Aceh”. Skripsi. 2020.

Masyarakat. De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah. 5( 2).2013.

Said, Abadi. Jurusan Manajemen Zakat Dan Wakaf Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,” n.d. Sinar
Grafika, 2022.

Zainal, Arifin, A. Husein Ritonga, and Hadri Hasan,. Regulations For


Management Of Wakf Assets By Stakeholders In Tanjung Jabung
Timur Regency, Jambi Province,” International Journal of Southeast Asia
.2(2)2021.

Zainal, Arifin Munir. Revitalisasi Manajemen Wakaf Sebagai Penggerak


Ekonomi

C. Web dan Wawancara

Hasil Observasi Di Masjid Abu Bakar Sari Kecamatan Telanaipura, tanggal 1


2 Agustus 2022

Wawancara Bersama KUA Kecamatan Telanaipura. 1 Juli 2022

Wawancara Bersama Bapak H. Azuardi (Ketua Pengurus Masjid) 1 Juli 2022

“History of the Development of Waqf,” 2022, https://www.bwi.go.id/sejarah-


perkembangan-wakaf/.

Sejarah perkembangan wakaf, Badan Wakaf Indonesia


https://www.bwi.go.id/sejarah-perkembangan-wakaf/.
DAFTAR WAWANCARA DAN OBSERVASI

Dimensi Butir Pertanyaan Jawaban


1. Sistem
Pengelolaan

- Perencanaan - Apa saja rencana atau - Rencananya ingin membangun


program yang koperasi tetapi belum terlaksana
dilakukan oleh nazhir dikarenakan dana yang belum
dalam mencukupi.75
mengelola wakaf
produktif baik yang
sudah disusun
maupun yang
sedang dijalankan
oleh nazhir yang ada
di Masjid Abu bakar
sari ?

- Pengorganisa - Siapa saja nazhir - M. Asrori


sian wakaf produktif di - Lukman Hakim
Masjid Abu bakar sari
ini ?

- Kepemimpin - Apakah nazhir - untuk pengorganisasian yang ada di


an mendapatkan Masjid Abu bakar sari dalam
pelatihan khusus mengelola wakaf produktif itu
terkait dengan wakaf ? dilakukan oleh nazhir yang ada
Masjid Abu bakar sari dan dalam

75
Wawancara Bersama Ustad Angga (Selaku Bendahara Masjid Abu Bakar Sari)
mengambil keputusan dilakukan
dengan sistem musyawarah
Bersama pengurus masjid.76

- untuk pengarahan dilakukan oleh


ketua masjid oleh bapak Azuardi
untuk mengarahkan kepada nazhir
maupun anggota nazhir agar dapat
bekerja mengelola wakaf,
memelihara dan
mengembangkannya dengan baik
agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.

- Pengawasan - Bagaimana - Pengawasan ini dilakukan oleh


pengarahan yang ketua Masjid Abu bakar sari dan
dilakukan oleh ketua juga anggota nazhir dalam
Masjid Abu Bakar mengelola wakaf, yaitu dilakukan
Sari mengenai secara langsung maupun secara
pengelolaan wakaf di lisan. Pengawasan langsung
Masjid Abu Bakar misalnya ketua masjid atau nazhir
Sari? terjun langsung ke dalam kegiatan
yang dilakukan”.77

2. Pengembang - Apa saja upaya yang - Pengelolaan wakaf produktif di


an dan dilakukan pengurus Masjid Abu Bakar Sari Dari Aspek
pemanfaatan dalam rangka Manajemen,Planing,Organizing,Le
pengelolaan dan ading,Controling Belum Berjalan
pengembangan Baik Karena Adanya Beberapa
wakaf? Masalah Yang Terjadi. Sedangkan
Pemanfaatan Sebagian Besar Untuk
Kegiatan Keagamaan Seperti
Pengajian,Dan Lainnya Belum
Digunakan Untuk Meningkatkan
Kegiatan Ekonomi,Sosial Dan
Lainnya.

76
Wawancara Bersama lukman hakim (sebagai nazhir)
77
Wawancara bersama lukman hakim (selaku nazhir)
- Menurut bapak/ibu - Lumayan membantu, tetapi belum
dengan adanya wakaf banyak yang mengetahui tentang
produktif yang ada di wakaf produktif tersebut, hanya
masjid Abu bakar sari sekedar mendengar saja.
tersebut apakah
merasa terbantu atau
tidak?
DOKUMENTASI
Foto Masjid Abu Bakar Sari

Foto Toko/ Ruko yang di sewakan


Foto Laporan Keuangan Per Minggu
Foto Fasilitas Yang Ada Di Masjid
Foto Bersama Ketua Mesjid (Bapak H Azuardi) dan Wakil Ketua (Zuhdi Arif)
Foto Bersama dengan Abang Gustami Selaku Penyewa Toko

Wawancara Bersama Masyarakat ( Bapak Agung)


RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Anisa Ika Septiara
NIM : 501180035
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai bahar, 10 September 2000
Alamat : Sungai Bahar, Desa Suka Makmur Kabupaten Muaro
Jambi
E-mail : nisaikaa08@gmail.com
Nama Ayah : Alm. Suwardi
Nama Ibu : Rini Lestari

B. Latar Belakang Pendidikan


1. 2006 – 2012 SDN 196 IX Muaro Jambi
2. 2012 – 2015 MTS Attaqwa Putri Bekasi
3. 2015 – 2018 MA Attaqwa Putri Bekasi

C. Kemampuan
1. Microsoft Office Word , Exel, Power Point
2. Bahasa Indonesia (Aktif) Bahasa Inggris (Pasif)
3. Kemampuan membuat video online

D. Moto Hidup : “Jika Kamu Tak Dapat Melakukan Hal Yang Besar, Lakukan
Dari Kecil Namun Dengan Cara Yang Hebat”
.

Anda mungkin juga menyukai