Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

TERHADAP KEPERCAYAAN MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT DI


BAZNAS KOTA JAMBI

SKRIPSI

OLEH

JUMARNI
NIM: EES.150709

PEMBIMBING :

Dr. Sucipto, S. Ag, MA

Efni Anita, SE.,M. Sy

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
1
Alqur’anul Karim, Depertemen Agama, Ayat 277 Surah Al-Baqrah, Hal-36
MOTTO

َ‫إِنَّ الَّذِيهَ آمَىُىاْ وَعَمِلُىاْ الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُىاْ الصَّالَةَ وَآتَىُاْ الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْزُهُمْ عِىدَ رَبِّهِمْ َوال‬

﴾٧٢٢﴿ َ‫خَىْفٌ عَلَيْهِمْ َوالَ هُمْ يَحْزَوُىن‬

Artinya :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat

dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS. Al-Baqarah: 277)1

1
Alqur’anul Karim, Depertemen Agama, Ayat 277 Surah Al-Baqrah, Hal-36
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku tercinta H. Hamzah dan ibu Hj. Rosmiati yang selalu ada,

sabar dan selalu mendo’akan serta selalu membuatku semangat sampai saat ini.

Kakekku H. Jawadek dan nenekku Hj. Norma yang selalu mendo’akan

serta memberikan semangat di setiap langkah saya.

Abang saya Ns. Muldi Hamzah, S.Kep yang selalu mendo’akan dan memberikan

suport serta motivasi untuk terus lanjut dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keluarga besarku yang selalu mendo’akanku sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dosen pembimbingku Bapak Dr. Sucipto, S. Ag, MA Dan

Ibu Efni Anita, SE.,M.Sy yang selalu sabar membimbingku hingga selesai.

Sahabat-sahabatku tercinta, yang selalu memberiku semangat, dan memotivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh akuntabilitas dan
transparansi zakat terhadap kepercayaan muzakki dalam membayar zakat di BAZNAS
Kota Jambi.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan


instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini membuktikan baik secara simultan dan parsial variabel
akuntabilitas dan transparansi berpapengaruh terhadap kepercayaan muzakki membayar
zakat di Baznas Kota Jambi.
Kata Kunci : Akuntabilitas, Transparansi, kepercayaan, dan muzakki.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis ini selalu diberikan kesehatan dan kekutan, sehingga
dapat menyelesaikan skrpsi ini dengan bai. Tak lupa pula iringan shalawat serta salam
penulis sampaikan kepda junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi berjudul “ Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap


Kepercayaan Muzakki Membayar Zakat di Baznas Kota Jambi” disusun sebagai tugas
akhir untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada
jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dapat diselesaikan dengan lancar.

Kemudian dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dari
pembimbing yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, terutama sekali kepda yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Hadri Hasan, MA Selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA. Ph, D, Bapak Dr. H. Marwazi, M. Ag, dan Ibu Dr.
Fadillah, M. Ag Selaku Wakil Rektorat I, II dan III.
3. Bapak Dr. Subhan, M, Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Di UIN
STS Jambi.
4. Ibu Rafidah, SE., M. EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE. ME., dan Ibu Dr. Halimah
Djfarah, M, Fil. Selaku Wakil Dekan I, II dan III di lingkungan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr. Sucipto, S. Ag, M. A dan Ibu G. W. I Awal Habibah, SE, M. E. Sy, selaku
ketua dan sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Sucipto, S. Ag, M. A dan Ibu Efni Anita, SE.,M. Sy selaku pembimbing I
dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan
arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan/ karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
8. Sahabat seperjuangan Jurusan Ekonomi Syariah Lokal H angkatan 2015 Mukmilatul
Amaliah, Nurhikmah, Putri Hardiyanti, Apriani dan lain-lain.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak
langsung.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini tidak luput dari kekhilafan dan
kekeliruan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberi
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, Mei 2019

Penulis

jumarni
EES. 150709
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA ............................................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................................................. vi

ABSTRAK........................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11

E. Kerangka Teori ........................................................................................ 12

1. Pengertian Akuntabilitas ............................................................. 12

2. Pengertian Transparansi............................................................... 18

3. Pengertian Zakat ........................................................................... 23


4. Hikmah Zakat ................................................................... 27

5. Pengertian Muzakki .......................................................... 28

F. Tinjuan Pustaka ....................................................................... 30

G. Kerangka pemikiran ................................................................ 33

H. Hipotesis ................................................................................... 34

I. Definisi Operasional ................................................................. 34

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................... 37

B. Jenis Dan Sumber Data ............................................................ 37

C. Populasi Dan Sampel................................................................. 39

D. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 40

E. Teknik Analisis Data ................................................................. 45

F. Siste Matika penulisan............................................................... 51

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Baznas Kota Jambi ....................................................... 52

B. Visi dan Misi Baznas Kota Jambi ............................................. 54

C. Dasar Hukum Baznas Kota Jambi ............................................. 55

D. Susunan Kepengurusan Baznas Kota Jambi ............................. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Responden ................................................................ 58

B. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 62

C. Hasil Analisis Instrumen .......................................................... 67


D.Deskripsi Variabel 71

E.Uji Analisis Hasil Penelitian 72

F.Pembahasan 78

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan 80
B.Saran 81

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat krisis ekonomi yang berdampak luas terhadap sistem ketahanan

ekonomi bangsa, beberapa langkah telah diambil oleh pemerintah sebagai upaya

mengentaskan perekonomian bangsa. Pemerintah telah mengupayakan berbagai


2
program dalam rangka membangun ketahanan ekonomi bangsa. Salah satu

permasalahan yang sangat penting dalam sebuah negara adalah masalah ekonomi,

ekonomi terkait erat dengan kesejahteraan manusia, bangsa yang maju salah satu
3
indikasinya ialah majunya ekonomi serta masyarakatnya sejahtera. Salah satu bentuk

upaya dan peran pemerintah dalam mengentaskan, memperbaiki dan

mengembangkan ekonomi masyarakat yaitu melalui pemberdayaan zakat.

Zakat dapat menjadi sumber penerimaan negara yang signifikan, hal ini dapat

terjadi apabila penduduk suatu negara bersangkutan yang mayoritas memeluk Agama

Islam memiliki kepatuhan dalam mebayar zakat dan disertai dukunga dari amil yang

memberikan sistem pengelolaan zakat secara jujur, transparansi dan akuntabilitas.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 265 juta jiwa dan memiliki 85.1%
4
penduduk yang memeluk Agama Islam. Namun hingga saat ini masih ditemukan

kurangnya potensi pembayaran zakat di Indonesia.

Zakat memiliki arti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Dalam Al-

Quran dijelaskan dengan tegas pada Surat At-Taubah ayat 103 yaitu sebagai berikut:

2
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2009). hlm. 1
3
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm. 59
4
Dkatadata.co.id.
Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
5
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Agar zakat dapat mencapai perannya sebagai pemerataan pendapatan dalam

masyarakat, pengelolaan zakat dapat dilakukan melalui Organisasi Pengelolaan

Zakat. Salah satu Organisasi Pengelolaan Zakat yang dibentuk pemerintah yaitu

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS merupakan badan amil zakat

resmi dan dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

Tahun 2001. Proses pemerataan penghimpunan dan penyaluran dana zakat di

seluruh wilayah Indonesia menjadi salah satu target dan fokus BAZNAS. Dalam

menjalankan organisasinya, BAZNAS mempunyai beberapa cabang, salah satunya

adalah Badan Amal Zakat Daerah Provinsi (BAZDA Provinsi) yang tersebar

diseluruh provinsi di Indonesia termasuk di Provinsi Jambi. Besarnya potensi zakat

di Indonesia, terdapat beberapa OPZ yang dikelola pemerintah daerah yaitu Badan

Amil Zakat Daerah (BAZDA) maupun masyarakat atau swasta yaitu Lembaga Amil

Zakat (LAZ) di serta lembaga keagamaan seperti masjid, lembaga dakwah dan

sosial serta Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang menjalankan fungsi sebagai

5
QS. at-Taubah: 103
amil mestinya dapat membantu dalam penghimpunan dan pengelolaan dana secara
6
efektif.

Dalam mengelola dana ZIS, suatu organisasi harus memiliki good corporate

governance), yang meliputi akuntabilitas (accountability), keterbukaan

(transparency), independensi (independency), tanggungjawab (responsibility), dan

keadilan (fairness). Selain itu suatu lembaga harus patuh terhadap syariah (shariah

compliance) artinya kegiatan operasi organisasi pengelola zakat harus sesuai

ketentuan syariah.

Transparansi adalah prinsip yang menjamin kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan organisasi. Transparansi

merupakan salah satu aspek dalam sistem tata kelola organisasi yang baik, sehingga
7
merupakan aspek penting dalam pengelolaan zakat.

Organisasi pengelolaan zakat harus memegang teguh aturan Allah, selalu

menyampaikan segala sesuatu secara benar dan transparan, menjunjung tinggi

kejujuran, melakukan pekerjaan dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi.

Dalam KK.SAP transparansi adalah pemberian informasi kepada masrakat dengan

alasan bahwa masyarakat juga berhak untuk mengetahui kemana saja aliran dana

yang telah dibayarkan, sebagai bentuk pertanggung jawaban. Sama halnya dengan

lembaga amil zakat yang mengelola dana zakat, Baznas harus memberikan

informasi keuangan, dan pengelolaan kepada para muzakki, karena muzakki juga

memiliki hak untuk mengetahui sebagai bentuk pertanggung jawaban dari lembaga

6
Annisa Ningrum,“Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Laporan Keuangan
Zakat”,http://annisaningrum.blogspot.co.id/2010/07/akuntabilitas-dan-transparansi-dalam.html,
7
Lusi Fatmawati, pengaruh shariah compliance, Transparansi, Akuntabilitas dan Kompetensi
Sumber Daya Manusia (Sdm) Terhadap Pengelolaan Dana Zakat, Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kali
Jaga, 2017
amil zakat. UU Nomor 23 tahun 2011 juga memerintahkan agar lembaga Amil

Zakat harus transparan dalan laporan keuangan guna meningkatkan kepercayaan


8
dari muzakki.

Organisasi pengelolaan zakat harus dapat di percaya dalam melakukan

pengumpulan, penyimpanan dan pendistrubusian dana ZIS kepada mereka yang

berhak. Motivasi membayar zakat ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal, untuk faktor internal berasal dari karakteristik muzakki dan untuk faktor

eksternal berasal dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Faktor internal yang mempengaruhi motivasi muzakki dalam membayar zakat

berasal dari karakteristik muzakki yaitu tingkat keimanan dan pengetahuan tentang

zakat. Faktor tingkat keimanan mendominasi adanya persepsi dalam mengeluarkan

zakat. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin tinggi pula kewajiban

dalam mengeluarkan zakat. Faktor pengetahuan tentang zakat ini mengacu pada

kepribadian seseorang untuk menjalankan hukum-hukum Islam seperti halnya

dalam membayar zakat atas penghasilan. Faktor lainnya yaitu faktor eksternal yang

berasal terhadap motivasi muzakki membayar Zakat di Badan Amil Zakat (BAZ)

dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu komunikasi pemasaran, akuntabilitas dan

transparansi pelaporan keuangan. Komunikasi memiliki peran penting juga untuk

bersosialisasi dengan masyarakat, khususnya kepada muzakki dan mustahik.

Sementara itu realitas pengelolaan zakat secara nasional di tahun 2017 berada

pada angka 2,9% dari potensi 217 triliun rupiah. Zakat masih mendominasi

pengumpulan secara nasional dengan kisaran 67,4%, dan sisanya yang 32,60%

8
Arim Nasim dan Muhammad Rizqi Syahri Romdhon, Pengaruh Transparansi Laporan
Keuangan, Pengelolaan Zakat, Dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki, Jurnal
Penelitian 2014
9
adalah infak, sedekah, dan dana sosialisasi keagamaan lainnya. Baznas pada tahun

2018 menargetkan penerimaan zakat sebesar Rp 8,77 trilyun, masih jauh dari

potensinya yang sebesar Rp 217 trilyun secara realistis dan objektif potensi zakat

memberikan optimisme untuk dapat dijadikan sebagai sarana pengentasan


10
kemiskinan.

Sedangkan potensi zakat Kota Jambi memiliki potensi sangat besar, dengan

jumlah penduduk sebanyak 3.570.272 jiwa (termasuk golongan masyarakat miskin)


11
atau sekitar 98,4% orang beragama Islam.

Berdasarkan data Baznas Kota Jambi, total penghimpunan zakat dari tahun

2013 hingga 2017 selalu meningkat. Namun zakat aktual yang berhasil dihimpun

oleh Baznas Kota Jambi pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 3 miliar, masih jauh

dibandingkan potensi zakat dari Aparatur Sipil Negara yang mencapai 10 Miliar

pertahunnya. Berdasarkan perbedaan jumlah potensi dan aktualisasi zakat yang

cukup besar, menunjukkan belum maksimalnya kinerja yang di lakukan Baznas


12
Kota Jambi.

Pendapat diatas didukung oleh hasil survey PIRAC 2007 melibatkan 20000

orang responden yang tersebar di 10 kota besar, yakni Medan, Padang, DKI Jakarta,

Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado.

9
Statistik zakat nasional 2017, https://ww.goole.com/url?sa=t&source=web&rct=j7url=
https://pid.baznas.go.id/wp- countent/uploads/2019/02/STATISTIK-ZAKAT-NASIONAL-2017.
pdf&ved=2ahUKEwi0gNHFrfXiAhUMUI8KHbDvAFUQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw2akcVzhzRCj_
IrxTZcvKEM
10
Fakhruddin. (2008). Fiqh dan manajemen zakat di Indonesi , Dalam kutipan Lusi Fatmawati,
pengaruh shariah compliance, Transparansi, Akuntabilitas dan Kompetensi Sumber Daya Manusia (Sdm)
Terhadap Pengelolaan Dana Zakat, Skripsi Mahasiswa UIN Sunan Kali Jaga, 2017
11
Sumber Data: Proyeksi penduduk https://jambi.bps.go.id
12
Wediawati. 2012. Revitalisasi Filantropi Islam Di Kota Jambi ( Studi pada lembaga Zakat
dan Masyrakat Muslim Pemberi Derma di Kota Jambi). [Jurnal Seri Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora]. Vol 14(1):47-54. Dalam kutipan Hadyan Asrafi, Analisis Kinerja Baznas Kota Jambi,
2018
menunjuukkan bahwa hanya 6 % dan 1,2% responden yang menyalurkan zakatnya

melalui BAZ dan LAZ sedangkan sisanya melakukan penyaluran zakat pada
13
masjid, pesantren, panti asuhan, ormas dan lain sebagainya.

Tabel 1.1
Jumlah Muzakki Tahun 2013 s/d 2017 Kota Jambi
No Tahun Jumlah
1 2013 51.278
2 2014 51.269
3 2015 51.275
4 2016 51.278
5 2017 51.280
Sumber data: BAZNAS Kota Jambi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah muzakki mengalami naik turun

atau fluktuatif. Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak lembaga

mengatakan bahwa jumlah muzakki setiap tahunnya itu hanya orang-orang itu saja

dan selebihnya masi banyak yang membayar zakat ke lembaga lain atau bahakan
14
muzakki memberikan langsung kepada orang yang berhak menerima.

Selanjutnya survey nasional yang dilakukan UIN Jakarta pada tahun 2009

yang melibatkan ribuan responden, ditemukan sebesar 97 % responden menghendaki

laz bekerja secara akuntabilitas dan transparan, sebesar 90% menuntut agar publik

diberikan akses untuk melakukan pengawasan terhadap dana yang dikelola, 92%

responden menghendaki pemuatan laporan keuangan dimedia massa, 88%

mengungkapkan perlunya mendata para donatur, dan 75% responden enggan

13
PIRAC: Potensi zakat di Indonesia Rp. 9 Triliun, 5 Juni 2008,
http://www.Republika.co.id/Nasional (18 februari 2015) dalam kutipan Muh Ashari Assaggaf, 2016
14
Yosy Desratia,kasubag pendistribusian Baznas Kota Jambi
menyalurkan zakat pada laz yang tidak dikenal baik akuntabilitasnya. Bahkan 63%

responden ingin memastikan bahwa dana publik yang disalurkan memang kepada
15
yang berhak.

Huda dan Sawarjono, telah mengidentifikasi persoalan akuntabilitas yang

diahadapi organisasi pengelola zakat. Hasil riset menunjukan tumpang tindihnya

program pemberdayaan antar OPZ, data mustahik tidak akurat, terbatasnya kemitraan

OPZ. Akuntabilitas dapat dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan zakat

yang akuntabiltas dan transparansi. Manajemen Baznas secara berkala harus

menerbitkan laporan keuangan. Laporan ini menjadi strategi dalam rangka

meningkatkan akuntabilitas dan transparansi kepada muzakki dan utamanya pada


16
tuhan, sehingga akan menimbulkan kepercayaan terhadap muzakki.

Baznas Kota Jambi mempunyai peran penting dan merupakan wadah yang

strategis untuk membantu masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

Bantuan tersebut bisa berbentuk beasiswa, modal usaha, atau bantuan yang sifatnya
17
tentative, sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota Jambi.

Tabel 1.2
Daftar Penerimaan dan Pengeluaran
Tahun Penerimaan Pendistribusian
2013 1.123.341.316,87 798.468.763,37
2014 1.304.672.341,23 843.682.236,42
2015 1.503.255.676,98 953.704.539,56
S
2016 1.952.608.184,40 1.349,967,526,00
2017 2.920.277.057,49 1.890,783,657,00

15
Survey zakat nasional UIN Jakarta”, 19 agustus 2009,http://www.demuistane.blogdetik.com(30
april 2015) dalam kutipan Muh Azhari Assegaf,2016
16
Siti Nurhasanah, Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dalam
memaksimalkan Potensi Zakat, Vol 11, No 2 2018
17
Observasi
Ssumber:Baznas Kota Jambi

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan dan

pendistribusian zakat pengalami peningkatan yang cukup siknifikan pada setiap

tahunnya, dirata-ratakan dari tahun 2013-2017, maka penghimpunan dan penyaluran

zis mengalami kenaikan yag cukup signifikan. Yang mana pendistribusian zakat kota

jambi di salurkan kepada 8 golongan yang berhak menerima zakat ( mustahiq), yakni

Fakir, Miskin, Amil zakat, Muallaf, memerdekakan budak belian, Gharimun,

Mujahidin, ibnu sabil, Anak Yatim.

Tabel 1.3

Keadaan Pertumbuhan Zakat

pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017

13%
33%
15%

17%
22%

Berdasarkan diagram di atas pertumbuhan zakat di Baznas Kota Jambi

mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dimana dari tahun 2013-2017 mengalami

kenaikan.

Inti dari permasalahah zakat selama ini dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian, yakni muzakki, pengelola dan pengawas (masyarakat itu sendiri). Selama
ketiga faktor tersebut berjalan sendiri-sendiri, optimalisasi potensi zakat tidak akan

tercapai. Jika pengelola tidak transparansi dalam mengelola zakat yang ada dan tidak

ada pengawasan dalam pengelolaan zakat tersebut, bukan tidak mungkin muzaki

hilang kepercayaan terhadap pengelola, karena muzaki beranggapan bahwa

pengelolaan zakat dilakukan secara tidak transparansi. Untuk itulah diperlukan

transparansi dalam pengelolaan zakat. Pengelolaan dana zakat yang akuntabilitasl dan

transparansi akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menjadikan badan

amil zakat sebagai pilihan utama dalam menyalurkan zakat dan mengajak orang lain

untuk menunaikan zakat. Yang mana teori yang di kemukakan oleh Husain Umar

dimana kepercayaan itu di tentukan oleh kredibilitas suatu lembaga yang dilihat dari
18
transparansi yang dilakukan oleh lembaga tersebut dan teori Asimetri Informasi

(information asymetry) berbicara mengenai ketidak percayaan masyarakat terhadap

organisasi sektor publik lebih di sebabkan oleh kesenjangan informasi antara pihak

manajemen yang memiliki akses langsung terhadap informasi dengan pihak

konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajement. Pada tataran ini, konsep

mengenai akuntanbilitas dan aksesbilitas menempati kriteria yang sangat penting

terkait dengan pertanggung jawaban organisasi dalam menyajikan, pelaporan dan

mengungkapkan segala aktifitas kegiatan serta sejauh mana laporan keuangan

memuat semua informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh para pengguna dan
19
seberapa mudah informasi tersebut di akses oleh masyarakat. Dalam penelitian ini

18
Arim Nasim dan Muhammad Rizqi Syahri Romdhon, Pengaruh Transparansi Laporan
Keuangan, Pengelolaan Zakat, Dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki, Jurnal
Penelitian 2014
19
Jurnal Riset Parodi Akuntansi UPI vol. 4 no. 2 tahun 2018 dalam kutipan Elis Mediawati
penulis tertarik untuk meneliti tentang:“Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi

terhadap Kepercayaan Muzakki Membayar Zakat di BAZNAS Kota Jambi ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini meliputi :

1. Bagaimana pengaruh akuntabilitas dan transparansi secara simultan terhadap

kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi?

2. Bagaimana pengaruh akuntabilitas dan transparansi secara parsial terhadap

kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi?

3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi kepercayaan muzakki

membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi?

C. Tujuan Penilitian

Tujuan yang diharapkan dan ingin dicapai setelah penelitian ini dilaksanakan

adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui pengaruh akuntabilitas dan transparansi secara simultan

terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi.

2. Ingin mengetahui pengaruh akuntabilitas dan transparansi secara parsial terhadap

kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi.

3. Ingin mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi kepercayaan

muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:


1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperluas

wawasan mengenai pengaruh akuntabiltas dan transparansi terhadap kepercayaan

muzakki membayar zakat.

2. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi BAZNAS mengenai gambaran tentang organisasi pengelola

zakat yang transparansi dan akuntabilitas yang diinginkan masyarakat sehingga

menarik kepercyaan muzakki menyalurkan zakat pada BAZNAS.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntanbilitas berasal dari kata akuntansi yaitu suatu proses untuk mencatat,

menggolongkan, meringkas, melaporkan, menganalisa data keuangan dari suatu


20
organisasi atau perusahaan. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugas yang dipaparkan secara transparansi agar semua kebijakan dapat

diketahui oleh pihak yang berkepentingan. UU No. 3 Tahun 2004 memberikan

penegasan bahwa diwajibkan untuk melaporkan atau menyampaikan laporan tahunan

dan laporan triwulanan secara tertulis tengtang pelaksananaan tugas dan


21
wewenangnya kepada DPR dan Pemerintah. Penyampaian laporan adalah dalam

rangka akuntabilitas, sedangkan laporan kepada pemerintah adalah dalam rangka

informasi. Olehnya itu akuntabilitas perbankan sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan

konsep transparansi, artinya bahwa bank yang lebih akuntabel

20
Murti Sumarni dan John Soeprihanto, Pengantar Bisnis: Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan,
(Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 395
21
Lusi Fatmawati, pengaruh shariah compliance, Transparansi, Akuntabilitas dan
Kompetensi Sumber Daya Manusia (Sdm) Terhadap Pengelolaan Dana Zakat, Skripsi Mahasiswa UIN
Sunan Kali Jaga, 2017
adalah bank yang lebih transparan dalam memberikan informasi dalam

pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure)

atas aktivitas dan kinerja financial kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu

atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik

dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen

untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan

publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.

Kegiatan akuntan dalam melakukan kegiatan pengelolaan keuangan,

biasanya memiliki pengetahuan, menguasai prosedur akuntansi untuk akun-akun


22
dalam laporan keuangan. Kegiatan akuntan ini diharapkan mampu menyajikan

laporan yang akuntabel sehingga akuntanbilitas dapat dicapai. Akuntabilitas

merupakan suatu bentuk kewajiban mempertanggung jawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang

dilaksanakan secara periodik. Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan akuntabilitas

adalah untuk mencari jawaban atas apa yang harus dipertanggungjawabkan,

berdasarkan hal apa yang sungguh-sungguh terjadi serta membandingkannya

dengan apa yang seharusnya terjadi. Apabila terjadi suatu penyimpangan atau

hambatan, maka penyimpangan dan hambatan tersebut harus segera dikoreksi.

22
Pusat Pengembangan Akuntansi, Modul Materi Akuntansi Keuangan Menengah, (Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011), hlm. iv
Maka pelaksanaan suatu kegiatan diharapkan masih bisa mencapai tujuan yang

diharapkan.

Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban penyedia penyelenggaraan kegiatan

publik untuk dapat menjelaskan dan menjawab segala hal menyangkut langkah

dari seluruh keputusan dan proses yang dilakukan, serta pertanggungjawaban

terhadap hasil dan kinerjanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, akuntabilitas

adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggung jawaban kepada pihak-pihak

yang berkepentingan oleh seseorang atau sekelompok orang (organisasi) yang

telah menerima amanah dari pihak-pihak yang berkepentingan tersebut.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pemeriksaan

Keuangan dan Pembangunan, disebutkan bahwa pelaksanaan akuntabilitas, perlu

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf untuk melakukan

pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber

daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan.

c. Harus dapat mewujudkan tingkat pencapaian tujuandan sarana yang telah

ditetapkan

d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi dan manfaat yang telah

diperoleh.
e. Harus jujur, obyektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan

dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan


23
penyusunan laporan akuntabilitas.

Pentingnya akuntanbilitas dalam laporan keuangan, khususnya dalam

pengelolaan zakat, karena akuntabilitas juga bisa dijadikan acuan. Prinsip-prinsip

administrasi modren harus dikuasi untuk menjamin akuntanbilitas dan

transparansi pengelolaan, Akuntanbilitas dan transparansi tersebut dapat

meningkatkan kepuasan muzakki sehingga mereka akan selalu menjadi sumber


24
zakat.

Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa tipe, diantaranya menjadi

beberapa macam, yaitu:

a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban

atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertanggung

jawaban unit-unit kerja kepada pemerintah daerah, pertanggung jawaban

pemerintah daerah kepada pusat, dan pemerintah pusat.

b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggung

jawaban kepada masyarakat luas, khususnya para pengguna atau penerima

layanan organisasi yang bersangkutan. Tuntutan akuntabilitas publik

mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada

pertanggung jawaban horizontal bukan hanya pertanggung jawaban vertikal.

Pertanggung jawaban perlu dilakukan melalui media yang selanjutnya dapat

23
Muhammad Rifqi, Akuntabilitas Keuangan pada Organisasi, (Jakarta: Bumi Putra, 2009),
hlm. 65
24
Kementrian Agama RI, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012), hlm. 61
dikomunikasikan kepada pihak internal maupun eksternal (publik) secara

periodik maupun insidental sebagai suatu kebijakan hukum dan bukan hanya
25
suka rela.

Sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana masyarakat lembaga

zakat harus memiliki sistem akuntansi dan menejemen keuangan yang baik

sehingga akuntanbilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan karena berbagai


26
laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu.

Dimensi akuntabilitas menurut Mahmudi (2013:9) terbagi menjadi beberapa

jenis adalah sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (accountability for probity and legality).

Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga

publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum

yang berlaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah

mendapatkan otorisasi

b. Akuntabilitas Manajerial (managerial accountability). Akuntabilitas

manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan

pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien. Akuntabilitas dapat juga

diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability).

Inefisiensi organisasi publik adalah menjadi tanggung jawab lembaga yang

bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klien atau costumer-nya.

25
Lusi Fatmawati, pengaruh shariah compliance, Transparansi, Akuntabilitas dan
Kompetensi Sumber Daya Manusia (Sdm) Terhadap Pengelolaan Dana Zakat, Skripsi Mahasiswa UIN
Sunan Kali Jaga, 2017
26
Departeman Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Panduan
Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2008), hlm. 55-56
c. Akuntabilitas Program (program accountability). Akuntabilitas program

berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai

atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program

yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-

lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat

sampai pada pelaksanaan program. Dengan kata lain akuntabilitas program

berarti bahwa program-program organisasi hendaknya merupakan program

yang bermutu yang mendukung strategi dan pencapaian misi, visi, dan tujuan
27
organisasi.

d. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas kebijakan

terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publikatas kebijakan-kebijakan

yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat

mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan

mempertimbangkan dampak masa depan. Dalam membuat kebijakan harus

dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu

diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholders) mana yang

akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas

kebijakan tersebut.

e. Akuntabilitas Finansial (financial accountability). Akuntabilitas finansial

adalah pertanggung jawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan

uang publik (money public) secara ekonomi, efisien dan efektif, tidak ada

pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial

27
Arim Nasim dan Muhammad Rizqi Syahri Romdhon, Pengaruh Transparansi Laporan
Keuangan, Pengelolaan Zakat, Dan Sikap Pengelola Terhadap Tingkat Kepercayaan Muzakki, Jurnal
Penelitian 2014
menekankan pada ukuran anggaran dan finansial. Akuntabilitas finansial

sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian

utama publik.

2. Pengertian Transparansi

Transparansi adalah kemampuan badan amil zakat dalam mempertanggung

jawabkan pengelolaan kepada publik dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait

seperti muzakki dan mustahik sehingga diperoleh kontrol yang baik terhadap
28
pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam konteks pedoman praktek kebijakan

moneter dan keuangan yang baik (code of good practices in monetary and

financial policies) yang dikembangkan IMF, transparansi kebijakan moneter dan

keuangan merujuk pada kondisi ketika tujuan kebijakan, landasan hukum dan

kelembagaan, keputusan kebijakan dan dasar pertimbangannya, data dan

informasi yang dipergunakan, dan akuntabilitas pembuat kebijakan disampaikan

kepada publik dengan cara yang mudah dipahami, diakses dan tepat waktu.

Transparansi dimaksudkan untuk kepercayaan. Untuk membangun kembali

kepercayaan masyarakat terutama kepada muzakki terhadap badan pengelola

zakat perlu ditumbuhkembangkan transparansi dalam pengelolaan zakat


29
tersebut.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP). Melalui Undang-Undang tersebut, berbagai masalah

transparansi informasi, khususnya yang terkait ataupun dikuasai oleh badan-badan

28
Departeman Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,Panduan Organisasi
Pengelola Zakat, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2008),, hlm. 21
29
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Zakat,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hlm. 80
publik harus dibuka untuk masyarakat sebagai pemohon atau pengguna informasi

publik.1 Adapun dalam UUD 1945 Pasal 28 F, menyebutkan bahwa setiap orang

berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan

pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan


30
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang

berlaku dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang

membutuhkan. Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang

terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Sehubungan dengan pengawasan dan koordinasi pengelolaan zakat, kegiatan


31
transparansi zakat juga harus bersifat koordinatif, konsultatif.

Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur, data, fakta,

kepada stakeholders yang membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.

Indikator dari informatif antara lain:

a. Tepat waktu. Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta

untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

30
Anonim, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP) Pasal 28 F.
31
Kementrian Agama RI, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012), hlm. 35
b. Memadai. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif

yang memadai atas hal-hal material.

c. Jelas. Informasi harus jelas sehingga dipahami sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman.

d. Akurat. Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

menyesatkan bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi

tersebut. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

e. Dapat diperbandingkan. Laporan keuangan hendaknya dapat diperbandingkan

antar periode waktu dan dengan instansi yang sejenis. Dengan demikian, daya

banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk

membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis.


32
f. Mudah diakses. Informasi harus mudah diakses oleh semua pihak.

Transparansi merupakan salah satu karakteristik dari Good Governance.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berlaku

dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang

membutuhkan.3 Menurut Standar Akuntansi Pemerintah dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, transparansi adalah memberikan informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber

daya yang dipercayanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

32
Annisa Ristu Rahmawati, Pengaruh Transparansi Pengelolaan Zakat terhadap Mustahik di
Yogyakarta, Skripsi Yogyakarta: Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016
Pendapat lain mengatakan transparansi adalah keterbukaan informasi baik

dalam pengambilan keputusan maupun pengungkapan informasi yang material

yang relevan dengan perusahaan.Tujun transparansi adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkesempatan untuk

mendapatkan informasi sebagai acuhan untuk berpartisipasi dan melalukan

pengawasan.

b. Membangun sikap positif dan terhindarkan dari sikap apriori terhadap

program-program pembangunan daerah yang dibiayai oleh DAK (Dana

Alokasi Khusus) akibat keterbatasan informasi maupun oleh adanya

informasi-informasi yang kliru.

c. Menciptakan ketersediaan informasi sehingga terbuka peluang yang mampu


33
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam program.

Pentingnya transparansi dalam pengelolaan zakat karena penerimaan harta

yang wajib dizakatkan terdiri dari berbagai macam harta. harta benda yang wajib

di zakati diantaranya hewan ternak, emas, perak, tumbuh-tumbuhan dan harta


34
perdagangan. Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan

terbuka terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapa

menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and

balance (antar lembaga eksekutif dan legislatif). Tujuan dari transparansi adalah

membangun rasa saling percaya antara pemerintah dengan publik di mana

pemerintah harus memberikan informasi akurat bagi publik yang membutuhkan.

33
Puji Afrianty, Pengaruh Transparansi Pengelolaan Zakat terhadap Pendapatan Dana Zakat.
Skripsi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta, 2015
34
Yahya Abdul Wahid Dahlan Al-Mutamakkin, Fiqh Ibadah Parktis dan Mudah, (Semarang:
Karya Toha Putra, 2012), hlm. 34
Jika dilihat dari definisi dan kriteria, tidak ada kriteria yang jelas mengenai seperti

apa bentuk laporan keuangan itu sehingga sebuah laporan keuangan dapat disebut

sebagai laporan keuangan yang transparan.

Pengelolaan zakat yang transparan dapat dilihat dari zakat yang terkumpul

di masing-masing daerah terlebih dahulu haruslah digunakan untuk kepentingan

daerah pengumpul zakat itu sendiri, sisa lebih dari keperluan setempat baru
35
dikumpulkan ke pusat. Agar laporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak

menyesatkan, seluruh informasi yang relevan seharusnya disajikan dengan cara

yang tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu. Inilah yang dikenal dengan

prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle). Fakta-fakta perlu

diungkapkan secara terbuka agar laporan keuangan sebisa mungkin bersifat

informatif dan memberi arti bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Pengungkapan fakta-fakta dilakukan guna menghindari adanya laporan keuangan

yang menyesatkan.

Transparansi merupakan keterbukaan informasi baik dalam pengambilan

keputusan maupun pengungkapan informasi yang material yang relevan dengan

perusahaan. Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan

terbuka terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat

menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and

balance (antar lembaga eksekutif dan legislatif).

3. Pengertian Zakat

35
Djazuli, Fiqh Siyasah: Implemntasi kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syariah,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 227
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta yang memiliki fungsi utama
36
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Zakat merupakan bagian dari

harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT. wajibkan kepada pemiliknya,

untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu

pula. Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian

menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, bahwa harta yang dikeluarkan

zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan

beres (baik).

Zakat adalah suatu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam yang

berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah, atau dapat diartikan juga sebagai

pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat
37
yang ditentukan. Zakat menurut bahasa artinya bertambah dan berkembang.

Setiap sesuatu yang bertambah jumlahnya atau berkembang ukurannya

dinamakan zakat. Adapun menurut syara’ yaitu beribadah kepada Allah dengan

mengeluarkan bagian wajib secara syara’ dari harta tertentu dan diberikan kepada

kelompok atau instansi (zakat) tertentu. Zakat adalah mengeluarkan sebagai dari

harta benda atas perintah Allah sebagai shodakoh wajib bagi mereka yang telah
38
ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.

Makna keberkahan yang terdapat pada zakat berarti dengan membayar zakat

maka zakat tersebut akan memberikan berkah kepada harta yang dimiliki dan

meringankan beban di akhirat kelak. Zakat berarti pertumbuhan karena dengan

36
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Zakat
Ketentuan dan Permasalahanya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hlm. 87
37
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Kencana Prenada Media, 2012), hlm. 37
38
Moh.Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 2012), hlm. 346
diberikannya hak fakir miskin dan lain-lain itu maka terjadilah sirkulasi uang

yang sehat dalam masyarakat dan mendorong berkembangnya fungsi uang dalam

perekonomian.

Islam memaklumatkan perang melawan kemiskinan demi kemaslahatan

akidah, moral dan akhlak umat. Langkah ini diambil untuk melindungi keluarga

dan masyarakat serta menjaga keharmonisan dan persaudaraan diantara

anggotanya. Fungsi harta untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas,

sebab itu ibadah diperlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam
39
pelaksanaan sholat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, dan zakat. Islam

menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai

manusia. Sekurang-kurangnya ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa

sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau

membina rumah tangga dengan bekal yang cukup.

Zakat memiliki berbagai fungsi sosial yang sangat strategis dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan umat. Harta yang dikeluarkan untuk zakat itu disebut

zakat karena zakat itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, dan

menyuburkan harta atau membanyakkan pahala yang akan diperoleh mereka yang

mengeluarkannya. Dengan mensucikan diri melalui zakat, manusia dapat

mengembangkan kekuatan jiwanya untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat

Tuhan yang menciptakanya. Kekuatan jiwa itu dibantu oleh kekuatan akal yang

memiliki kemampuan untuk memikirkan segala hal yang baik dan yang buruk

39
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Ekonomi Islam, Kedudukan Harta, Hak Milik dan Etika
Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 27
bagi diri manusia dan lingkunganya serta memilih segala sesuatu yang
40
menurutnya terbaik.

Zakat menunjukkan kepada kebenaran iman, maka olehnya disebut ṡadaqah

yang membuktikan kebenaran kepercayaan, kebenaran tunduk dan patuh serta taat

mengikuti apa yang diperintahkan. Demikian juga zakat mensucikan pekerti

masyarakat dari dengki dan dendam. Tegasnya, dalam memanfaatkan harta milik

individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahwa harta tersebut pertama-

tama haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkagh keluarga, infak
41
fisabilillah dan membayar zakat.

Zakat bertujuan untuk menyelamatkan struktur pembangunan

kemasyarakatan. Ia berfungsi mendidik rasa tanggung jawabbagi kalangan orang-

orang kaya, menanamkan ketenangan dan keridhaan dalam diri orang-orang

miskin, mengokohkan hubungan persaudaraan antarsesama, menjernihkan rasa

cinta tanah air, dan menutup jalan-jalan kerusakan yang muncul akibat

berlebihnya harta benda di pihak pemilik-pemilik modal dan terkurasnya harta

dari beberapa orang. Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya adalah upaya

memberdayakan orang miskin untuk dapat mandiri, baik dalam pengertian

ekonomi, karakter, etos, budaya, politik dan lain-lain. Karena kemiskinan

merupakan problem multi dimensional maka penanggulangannya tidak dapat

dilakukan dengan strategi yang hanya fokus pada sisi ekonominya saja.

40
Hasan Basri dan Beni Ahmad Sebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
hlm. 125
41
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer: Filosofi Dasar untuk Aksi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 161
4. Hikmah Zakat

Membayar zakat berarti mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki

untuk orang lain yang berarti pula mengurangi jumlah harta yang ada. tetapi pada
42
hakekatnya mengeluarkan zakat adalah menambah harta yang dimiliki. Hikmah

adanya adalah untuk mencegah kebakhilan. Zakat dijadikan sebagai latihan jiwa

dan ujian bagi mereka agar nafsu sedikit demi sedikit berubah menjadi dermawan.

Hingga kedermawanan menjadi suatu kebiasaannya. Terdapat banyak hikmah dan

manfaat zakat, diataranya adalah:

a. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sdifat-

sifat kikir dan bathil.

b. Zakat mengandung arti rasa kebersamaan yang memikirkan nasib manusia

dalam suasana persaudaraan. Maka berfungsi untuk menolong, membantu dan

membina mereka, terutama golongan, terutama golongan fakir miskin kearah

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak. Zakat sesungguhnya bukan

hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif yang

sifatnya sesaat, akan tetapi membrikan kecukupan dan kesejahteraan kepada

mereka, dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab yang

menjadikan mereka miskin.

c. Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk diri sendiri, sifat

mementingkan diri sendiri harus disingkirkan dari umat Islam.

42
Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 51
d. Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki, iri hati dan mneghilangkan

jurang pemisah antara simiskin dengan si kaya.

e. Zakat bersifat sosialisasi karena meringankan beban fakir miskin dan


43
meratakan nikmat Allah yang diberi kepada manusia.

Islam memandang kemiskinan merupakan suatu hal yang mampu

membahayakan aqidah, akhlak, kelogisan berfikir, keluarga dan juga masyarakat.

Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang harus segera

ditanggulangi,dimana seorang muslim harus segera memohon perlindungan

kepada Allah atas kejahatan yang tersembunyi didalamnya.

5. Pengertian Muzakki

Muzakki adalah seorang yang berkewajiban mengeluarkan zakat. Menurut

Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1, muzakki

adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban

menunaikan zakat. Zakat hanyalah diwajibkan atas orang yang telah memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Islam. Seorang islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat kemudian ia

murtad sebelum membayarkan zakatnya maka menurut fuqaha Syafi’iyah,

wajib baginya mengeluarkan zakat yang dimilikinya sebelum murtad.

b. Merdeka. Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat

terhadap hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik

yang diberikan kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya

menjadi milik tuannya.

43
Moh.Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 2012), hlm. 370
c. Baligh dan berakal sehat Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan

berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut mereka, harta anak kecil dan

orang gila tidak dikenakan wajib zakat karena keduanya tidak dituntut

membayarkan zakat hartanya seperti halnya shalat dan puasa.

d. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab. Orang tersebut memiliki

sejumlah harta yang telah cukup jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.

e. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi haul. Harta atau

kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu untuk mengeluarkan zakat yang

biasanya kekayaan itu telah dimilikinya dalam waktu satu tahun.

f. Memiliki harta secara sempurna. Maksudnya adalah bahwa orang tersebut

memiliki harta yang tidak ada di dalamnya hak orang lain yang wajib

dibayarkan.

g. Muzakki adalah orang yang berkecukupan atau kaya. Zakat itu wajib atas si

kaya yaitu orang yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan yang


44
vital bagi seseorang, seperti untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan penulis ini memiliki tema yang hampir sama dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh:

No Peneliti Judul Hasil Penelitian


1 Muh Ashari pengaruh akuntabilitas 1. Akuntabilitas dan transparansi secara

44
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Zakat,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hlm. 75-78
Assaggaf dan transparansi simultan berpengaruh positif dan
pengelolaan zakat signifikan terhadap minat muzakki
terhadap minat muzakki membayar zakat di BAZNAS kota
membayar zakat (Studi Makassar.
Pada BAZNAS Kota 2. Akuntabilitas secara parsial
Makassar Ruang berpengaruh positif dan signifikan
Lingkup UPZ Kantor terhadap minat muzakki membayar
Kementerian Agama zakat di BAZNAS kota Makassar .
Kota Makassar)

2 Ali Transparansi Pengelolaan dana zakat tidak hanya dinilai


Rahmatni Akuntabilitas dari sistem penerimaan maupun
pengelolaan zakat untuk pengeluarannya. Sistem pencatatan juga
meningkatkan kepuasan merupakan salahsatu sistem terpenting
masyrakat dalam dalam pengelolaan dana zakat. Sistem
membayar zakat akuntasi merupakan sistem pencatatan
yang umumnya diguankan dalam mencatat
dana zakat yang masuk maupun keluar.
Sistem akuntasi merupakan sekumpulan
prosedur yang digunakan seperti halnya
tata cara penulisan, tata cara pencatatan
dan prosedur lainnya sesuai dengan
standar.

3 Lusi pengaruh shariah 1. Variabel shariah compliance


Fatmawati compliance, berpengaruh positif terhadap
transparansi, pengelolaan dana zakat di Kabupaten
akuntabilitas dan Sukoharjo.
kompetensi sumber daya 2. Variabel transparansi berpengaruh
manusia (sdm) terhadap positif terhadap pengelolaan dana zakat
pengelolaan dana zakat di Kabupaten Sukoharjo.
studi pada organisasi 3. Variabel akuntabilitas berpengaruh
pengelola zakat di positif terhadap pengelolaan dana zakat
kabupaten sukoharjo di Kabupaten Sukoharjo.
4. Variabel kompetensi amil berpengaruh
positif terhadap pengelolaan dana zakat
di Kabupaten Sukoharjo.

4 Nica Siswi pengaruh manajemen 1. Manajemen zakat berpengaruh secara


ayu zakat, transparansi signifikan terhadap kepercayaan
Adiningrum laporan keuangan, muzakki, sehingga hipotesis pertama
dan kualitas dalam penelitian ini diterima
pelayanan terhadap 2. Transparansi laporan keuangan
kepercayaan muzakki berpengaruh secara signifikan terhadap
pada lembaga amil kepercayaan muzakki, sehingga
zakat (studi pada hipotesis kedua dalam penelitian ini
lazismu solo) diterima.
3. Kualitas pelayanan secara signifikan
berpengaruh terhadap kepercayaan
muzakki, sehingga hipotesis ketiga
dalam penelitian ini diterima.

5 Asminar Pengaruh Hasil analisis regeresi uji determinasi pada


Pemahaman, model struktural 1 menunjukkan bahwa
Transparansi Dan sekitar 60,6% variabel pemahaman,
Peran Pemerintah transparansi, peran pemerintah
Terhadap Motivasi mempengaruhi motivasi muzaki sedangkan
Dan Keputusan sisanya 39,4% dijelaskan faktor lain yang
Membayar Zakat tidak termasuk dalam penelitian ini.
Pada Baznas Kota Sedangkan model struktural 2 oleh faktor
Binjai menunjukkan bahwa sekitar 94,8%
variabel pemahaman, transparansi, peran
pemerintah mempengaruhi keputusan
muzaki membayar zakat pada Baznas Kota
Binjai, sedangkan 5,2% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan antara

hasil penelitian yang telah di lakukan dengan hasil penelitian yang akan

dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: Hasil penelitian Muh Ashari Assaggaf lebih

menjelaskan tentang akuntabilitas dan transparansi terhadap minat nuzakki dalam

membayar zakat. Penelitian Ali Rahmadni lebih menjelaskan tentang pengelolaan

zakat harus lebih kepada sistem akuntasi dimana sekumpulan prosedur yang saling

terkait dan memuat standar yang sama. Hasil penelitian Lusi Fatmawati lebih

menjelaskan kompetensi sumberdaya manusia terhadap pengelolaan zakat. Nisca

Ayu Adiningrum lebih menjelaskan kualitas pekayanan terdhadap kepercayaan

muzakki. Pada lembaga amil zakat. hasil penelian Asminar lebih menjelaskan

motivasi dan keputusan membayar zakat. Sedangkan hasil penelitian yang akan

dilaksanakan lebih menjelaskan tentang akuntabilitas dan transparansi terhadap

kepercayaan muzakki membayar zakat dimana semakin tinggi akuntabilitas dan

transparansi maka akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat dalam membayar

zakat.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari

penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan.


Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang

akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir mejelaskan

hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian

dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti,

sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian.

Kerangka berpikir juga menggambarkan alur pemikiran penelitian dan

memberikan penjelasan kepada pembaca menggapa mempunyai anggapan seperti

yang dinyatakan dalam hipotesis. Berdasarkan landasan teori dan penelitian-

penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian adalah

sebagai berikut.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Akuntabilitas
(X 1)
Kepercayaan Muzakki
(Y)

Transparansi
(X 2 )

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dan hasil penemuan beberapa peneliti,

maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ho : akuntabilitas dan transparansi tidak berpengaruh terhadap kepercayaan

muzakki membayar zakat di Baznas Kota Jambi.


Ha : akuntabilitas dan transparansi berpengaruh terhadap kepercayaan muzakki

membayar zakat di Baznas Kota Jambi.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegitan atau memberikan suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel dan independen

variabel.

Setiap variabel dalam penelitian ini memiliki beberapa indikator untuk di ukur.

Instrumen angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator

tersebut, sehingga dapat menjadi alat ukur yang baik yang mampu menggali seluruh

informasi yang berkaitan dengan penelitian. Adapun indikator setiap variabel

penelitian dapat dilihat dari tabel berikut:


Tabel 1.4

Definisi Operasional Variabel

No Variabel Indikator Skala

1 Akuntabilitas (X1)

Akuntabilitas adalah suatu bentuk 1. Laporan neraca Skala Likert

kewajiban mempertanggung jawabkan keuangan ( 1-5 )


keberhasilan atau kegagalan 2. Laporan perubahan dana

pelaksanaan misi organisasi dalam 3. Laporan perubahan aset

mencapai tujuan dan sasaran yang yang di kelola

telah di tetapkan sebelumnya. 4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan

keuangan

2 Transparansi (X2)

Transparansi adalah memberikan 1. Laporan di publikasikan Skala Likert

informasi keuangan yang terbuka dan 2. Informasi jelas ( 1-5 )


jujur berdasarkan pertimbangan bahwa 3. Akurat kebenarannya

masyarakat memiliki hak untuk 4. Informasi dapat di

mengetahui secara terbuka dan analisa dengan mudah

menyeluruh 5. Mudah diakses


Kepercayaan Muzakki ( Y )

Kepercayaan adalahkemampuan 1. Adanya harapan Skala Likert

seseorang untuk bertumpu kepada kepercayaan masyarakat ( 1-5 )


orang lain dimana memiliki keyakinan terhadap lembaga

pada suatu produk atau atribut yang tersebut (BAZNAS)

muncul dari peresepsi dan 2. Adanya jaminan bahwa

pengalaman. uang yang masuk tepat

sasaran.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini tergolong pada penelitian kuatitatif, merupakan

metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

karena data yang digunakan berupa angka yang kemudian diolah menggunakan

metode statistik.

Metode dalam penelitian ini bersifat korelasional di mana penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh akuntabilitas (X1) dan transparansi (X2) terhadap kepercayaan

muzakki membayar zakat (Y) di Baznas Kota Jambi. Dalam desain ini terdapat dua

variabel yaitu X dan Y, variabel X adalah sebagai variabel (independen) dan Y

sebagai variabel bebas (dependen).

B. Jenis dan Sumber

Data 1. Jenis data

Data dalam sebuah penelitiaan merupakan bahan pokok yang akan diolah

dan dianalisis untuk menjawab masalah-masalah dalam penelitian. Jenis data yang

digunakan dalam sebuah penelitian dalam menyusun karya ilmiah ataupun

penyusunan skripsi biasanya berupa data primer dan sekunder. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.


Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber
45
utamanya. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan

atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap

dokumentasi pribadi, resmi kelembagaan, reverensi atau literature laporan yang

memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian. Data sekunder

merupakan data pendukung atau data pelengkap atau data yang tidak langsung

diserahkan oleh sumber data, tetapi lewat orang lain atau lewat dokumen. Data

Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data

yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumentasi pribadi,

resmi kelembagaan, reverensi atau literature laporan yang memiliki relevansi

dengan fokus permasalahan penelitian. Data sekunder adalah data yang bukan di

usahakan sendiri pengumpulanya oleh peneliti misalnya dari biro statistik,

majalah, koran, keterangan-keterangan atau publikasi lainya, dalam penelitian ini

bentuk data sekunder berupa data dokumen penjualan, dokumen pengeluaran dan

pemasukan dan sebagainya.

2. Sumber Data

Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamanya harus

diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa,
46
sistematika item dalam instrumen penlitian. Data bersumber dari berbagai

institusi dan BAZNAS Kota Jambi.

C. Populasi Sampe

45
Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: PPM, 2007), hlm.
182
46
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 155
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek penelitian dengan ciri yang
47
sama. Sampel adalah bagian dari populasi, dimana pada umumnya untuk bisa

mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu

banyak, maka dapat dilakukan dengan mengambil beberapa representatif dari suatu

populasi dan kemudian diteliti. Dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan

jumlahnya belum diketahui secara keseluruhan atau hanya diperkirakan maka

pengambilan sampel penelitian menggunakan metode nonprobabilitas sampling

yaitu metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi tidak mempunayi

peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel, dengan cara sampel

menggunakan metode convience sampling yakni metode pengambilan sampel yang

didasarkan pada pemilihan anggota populasi yang muda di akses untuk memperoleh

jawaban atau informasi. karena jumlah populasi konsumen berkisar sampai ribuan
48
muzakki, maka dapat digunakan rumus slovin.

n= 1+ 2

Keterangan :

n= jumlah sampel

N= jumlah populasi

1= Angka konstanta

e = kesalahan maksimum adalah 10%

Berdasarkan pertimbangan tersebut sampel yang akan menjadi penelitian

peneliti adalah 100 muzakki yang dianggap mewakili ribuan muzakki yang ada di
47
Gempur Santoso, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), hlm.46
48
Husain Umar, Metode riset bisnis, Cet, I;Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013 dalam
kutipan Muh Ashari Assagaf, pengaruh akuntabilitas dan transparansi pengelolaan zakat terhadap minat
muzakki membayar zakat, 2016
Kota Jambi dan juga yang memiliki kriteria dengan pengalaman minimal semenjadi

muzakki dalam membayar zakat di Kota Jambi untuk setiap tahunya. Pada penelitian

ini teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability

sampling, yaitu suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota

populasi tidak memiliki kesempatan yang sama. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan metode aksidental. Teknik penarikan sampel

aksidental ini didasarkan pada kemudahan (convenience). Sampel dapat terpilih karna

berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat. Berdasarkan pemilihan sampel

dengan tingkat kesalahan 10% jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus

slovin, maka penulis mendapatkan sampel penelitian sebanyak 100 orang, sumpel 100

orang ini diambil dari jumlah populasi keseluruhan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Angket (Kuesioner)

Angket adalah suatu daftar yang berisikan serangkaian pertanyaan mengenai

suatu masalah atau bidang yang akan diteliti, untuk memperoleh data angket
49
disebarkan kepada responden. Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan - pernyataan tertulis

kepada responden utuk menjawabnya. Kuesioner juga merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

di ukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Metode ini dilakukan

dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan

diukur dengan menggunakan skala likert 1-5.

49
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 76
Rumus dan tekhnik uji instrumen angket yang digunakan untuk menghitung

validitas dan reliabilitas instrumen angket disesuaikan dengan karakteristik

instrumen yang dibuat. Teknik dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jumlah butir pernyataan yang di ujicobakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

15 butir pernyataan, sesuai dengan bentuk dan susunan instrumen yang telah

dibuat sebelumnya, maka menggunakan tekhnik dan rumus korelasi product

moment berikut ini:

N xy − ( x)( y)
r xy 2 2 2 2

{N x − ( x) }{N y − ( y) }
N = Jumlah soal

X = Jumlah skor butir soal

Y = Jumlah skot total.

Interprestasi hasil yang dapat dikemukakan adalah jika r hasil positif dan lebih

besar dari r tabel ( r hasil ≥ r tabel ), maka butiran angket dinyatakan valid. Akan

tetapi sebaliknya jika r hasil nya negative dan lebih kecil dari r tabel ( -r hasil ≤ -r tabel

), maka butiran pernyataan angket tersebut dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian sesuatu instruman cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrument tersebut sudah baik. Untuk mencari reliabilitas angket dengan

menggunakan tekhnik belah dua ganjil-genap digunakan rumus Spearman-Brown,

yaitu:
2xr
1 21
r11 = 2

(1 + r 1 )
21
2

Dengan keterangan:

r = reliabilitas angket
11
r = r xy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan tatistik.
1 21
2

Interpretasi hasil yang dapatkan adalah, jika r hasil positif dan lebih besar dari r

tabel (r hasil ≥ r tabel ), maka instrument dari sebuah angket dapat dikatakan tatistik.

Akan tetapi sebaliknya jika r hasil nya negative dan lebih kecil dari r tabel maka

instrument angket tersebut dikatakan tidak variabel.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan cara mengungkapkan pertanyaan kepada para


50
responden. Dalam wawancara peneliti akan mendapatkan beberapa jawaban

dari hasil tanya jawab kepada pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pembicaraan santai

dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan

informasi dan penjelasan yang utuh, mendalam, terperinci dan lengkap.

Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan

dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara

tuntas dilengkapi dengan instrumen.

50
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 39
Wawancara memerlukan syarat penting yakni terjadinya hubungan yang baik

dan demokratis antara responden dengan penanya (Im good, you ure good).

Fungsi wawancara (interview) dalam penelitian adalah: mendapatkan informasi

langsung dari responden (metode primer), mendapatkan informasi, ketika metode

lain tidak dapat dipakai (metode sukunder) dan menguji kebenaran dari metode

kuesioner atau observasi (metode kreteria).

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih saling bertatap muka mendengarkan

secara langsung informasi atau keterangan. Adapun data hasil wawancara dalam

penelitian ini dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti

dan akan diajukan kepada responden penelitian.

3. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung.

Dalam observasi langsung ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses

yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

Peneliti menggunakan observasi langsung disebabkan karena peneliti ingin

mendapatkan data yang sebenar-benarnya dan didapat melalui pengamatan

peneliti sendiri tanpa menggunakan alat bantu untuk mengamati.

Metode atau pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi


51
motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala

yalg diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai

51
Lexy J Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 175
dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, dapat

dikontrol keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya).

Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan

pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera. Metode

observasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan langsung terhadap objek untuk

mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya

mengumpulkan data penelitian. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data primer, dimana hasil data tersebut akan menjawab

permasalahan-permasalahan yang di ajukan dalam penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-

catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang
52
psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui catatan pribadinya.

Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data

observasi dan wawancara, karena dokumentasi adalah satu kesatuan dengan data
53
observasi dan wawancara yang dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini

penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari dokumen-

dokumen resmi. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi

non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,

pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat

lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus

52
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm.112.
53
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013), 119
penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata,

tindakan dan dokumen tertulis lainnya.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksud adalah analisis untuk melakukan hipotesis dan

menjawab rumusan masalah yang telah diajukan. Data-data yang diperoleh, akan

diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif-deskriptif. Sebelum masuk pada

pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan diuraikan hasil dari analisis deskriptif untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
54
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

a. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi satu

dengan observasi lain yang berlainan waktu. Untuk mendeteksi masalah

autokorelasi dalam model regresi penelitian ini digunakan metode dalam

regresi dapat diketahui dengan menggunakan uji serial correlation LM. Jika

nilai chi square (X) hitung > chi square (X²) tabel maka hipotesis yang

digunakan yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah autokorelasi

adalah ditolak dan sebaliknya.

54
Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2007),
hlm. 182
b. Uji Normalitas

Model yang baik dalam regresi adalah model dimana datanya tersebar

secara normal. Model regresi yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas

melalui test normality pada residual test histogram. Cara mendeteksi apakah

residualnya normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque (JB)

dengan Chi Square (X²) tabel, yaitu : Jika Nilai JB > Chi Square (X²) tabel
55
maka residualnya berdistribusi tidak normal dan sebaliknya.

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linear antara variabel independen di

dalam regresi. Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang

sempurna atau pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel

independent dalam model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien

regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independent

dalam model. Ada beberapa model untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam model

persamaan dalam penelitian ini digunakan korelasi antara variabel

independen.

d. Uji Heterokedastisitas

Dalam regresi berganda salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Liniar,

Unbiased, dan Estimator) adalah Var (ui) = o2 mempunyai variasi berubah-

ubah. Cara mendeteksi gejala heterokedastisitas dengan model regresi pada

55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), hlm. 262
penelitian ini dilakukan uji heterokedastisitas melalui metode whitw tanpa
56
cross terms.

2. Uji Hipotesis

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian

data dan analisis yang menggunakan uji statistika dan dipandu dengan hipotesis
57
tertentu. Penggunaan analisis kuantitatif dalam penelitian ini penulis

menggunakan beberapa rumus statistik diantaranya sebagai berikut:

a. Regresi Berganda

Analisis Regresi merupakan analisis yang mengukur pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Pengukuran pengaruh ini melibatkan satu

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Untuk menghitung regresi Linier

berganda maka digunakan rumus:

Y = a+b1x1 + b2 x2-+

e Dimana:

Y = Kepercayaan Muzzaki

a = Elemen konstanta

b 1 s/d n = Koefesie Regresi veriabel Independent

X1= Akuntabilitas

X2= Transparansi

b. Uji F

56
Sugiyono, Metode Penelitian (Penelitian Kuanti, Kualitatif dan R dan D), (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 120
57
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 128
Pada hasil uji F dapat ditunjukkan proporsi variabel dalam independent

yang dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama dapat

dilakukan dengan menggunakan uji analisis (uji F). Tujuannya adalah untuk

menguji variabel independent manakah yang paling signifikan berpengaruh

terhadap variabel dependent.

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk uji

F maka langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut:

1). Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif

Ho : ß1 = ß2 > 0, artinya akuntabilitas dan transparansi tidak berpengaruh

terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat

Ha : ß1 ≠ ß2 > 0, artinya akuntabilitas dan transparansi berpengaruh

terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat

2). Level of significance a = 0.05:

Derajat kebebasan (dk) : k: (n-1-k)

Nilai Ftabel : F = 0.05 : (k): (n-1)-k)

3). Kriteria dan aturan pengujian:

Apabila nilai FHitung > FTabel maka hipotesisi Ha (diterima) Ho di tolak.


58
Apabila nilai FHitung < FTabel maka hipotesisi Ha (ditolak) Ho di terima.

c. Uji T

Uji t atau uji parsial, dalam penelitian ini untuk menguji bagaimana

pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap

58
Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2007), hlm..
122
variabel terikatnya. Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk

mambandingkan thitung dengan ttabel atau dengan melihat signifikansi pada

masing-masing thitung. Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Ha : artinya secara parsial variabel independen ada pengaruh yang signifikan

dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Ho : artinya secara parsial variabel independen tidak ada pengaruh yang

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Jika nilai THitung > TTabel maka hipotesis Ha (diterima) Ho di tolak

Jika nilai THitung < TTabel maka hipotesis Ha (ditolak) Ho di terima

Atau Jika nilai THitung > α 5% maka hipotesis Ha (diterima) Ho di tolak. Jika
59
nilai THitung < α 5% maka hipotesis Ha (ditolak) Ho di terima.

2
d. Koefisein Determinasi (R )
Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel

independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien

determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Dalam penelitian ini perhitungan

koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel


60
bebas dalam menjelaskan variabel terikat.

59
Sugiyono, Metode Penelitian (Penelitian Kuanti, Kualitatif dan R dan D), (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 139
60
Ibid., hlm. 342
F. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan dalam penelitian ini memberikan gambaran penulisan

skripsi dari awal sampai akhir. Dalam sistematika penulisan terdiri dari lima bab dan

setiap babnya terdiri dari sub-sub.


BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS KOTA JAMBI

A. Sejarah BAZNAS Kota Jambi

Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi beralamat di kantor DISPENDA Kota

Jambi mulai didirikan tahun 2001. Pendiri Bazda Kota Jambi berdasarkan Surat

Keputusan Wali Kota Nomor 29 Tahun 2001. Pendiri Baznas ini merupakan suatu

langkah yang sangat strategi untuk mengumpulkan dan mengkoordinir orang-orang

yang mau berzakat dan berinfak. Baznas Kota Jambi saat ini, pada awal

pembentukan bernama Badan Amil Zakat Ialam (BAZIS) daerah tingkat I Jambi,

kemudian seiring dengan kemajuan Kota Jambi Nama Bazis diganti dengan nama

Badan Amil Zakat daerah (BAZDA). Kemudian dari BAZDA berubah lagi menjadi

BAZNAS. Perubahan nama tersebut, bukan berdasarkan kemauan dari pemerintah

Provinsi atau Kota Jambi, akan tetapi berdasarkan peraturan pemerintah pusat, yaitu

berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,

dalam arti bahwa BAZDA merupakan kelanjutan dari BAZIZ.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat diantaranya

berisi pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kota Jambi, dan berdasarkan

wawancara, bahwa di Kota Jambi telah terbentuk Badan Amil Zakat di lapangan
61
Kecematan di lingkungan Kota Jambi. Pembentukan ini dengan harapan dapat

mengumpulkan orang-orang yang mau berzakat di Kota Jambi.

61
Wawancara dengan wakil ketua IV Husein Fakhlevie Syam
Kota Jambi yang berpendudukan mayoritas Islam sangat berpeluang untuk

mengembangkan dan mengempulkan para pukaha-pukaha untuk membayar zakatnya

melalu BAZNAS.

BAZNAS Kota Jambi beralamat di jalan Jendral Bazuki Rahmat Nomor 01.

Lembaga ini didirikan tanggal 16 Maret 2001, pada awalnya bernama BAZIS,

kemudian berubah menjadi BAZDA dan kemudian terakhir menjadi BAZNAS

berdasarkan Surat Keputusan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ,II/568

tahun 2014 tentang pembentukan Badan Amil Zakat Nasional kabupaten/Kota se

Indonesia. Secara konstitusi Bazda Kota Jambi sudah berubah nama yaitu menjadi
62
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Perubahan nama BAZDA menjadi

BAZNAS dimulai tahun 2011 menurut Undang-undang, namun kenyataan BAZNAS


63
Kota Jambi baru di resmikan atau diputuskan tahun 2014.

Berdasarkan SK Walikota Jambi No. 334 Tahun 2015 tanggal 17 Juni 2015

tentang Penunjukkan Pemimpin Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi Pada

Tanggal 22 Juni 2015 Kepengurusan BAZNAS Kota Jambi secara resmi dilantik
64
oleh Bapak Walikota Jambi.

B. Visi dan Misi BAZNAS Kota Jambi

Dalam rangka untuk membantu dan melaksanakan kegiatan badan Amil Zakat

Nasional Kota Jambi, maka Baznas harus mempunyai visi dan misi, karena suatu

organisasi yang berkembang dan maju itu adalah organisasi yang mempunyai visi

62
Dokumentasi Baznas Kota Jambi 2014
63
Wawancara dengan wakil ketua III A. Manan Samid
64
Dokumentasi Baznas Kota Jambi, 2016
dan misi yang baik. Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik apabila didukung

oleh visi dan misinya. Adapun visi dan misi BAZNAS Kota Jambi adalah sebagai

berikut:

1. Visi :

Terwujudnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai organisasi

pengelola zakat yang aman, professional, terbuka, dan bertanggung jawab.

2. Misi :

1) Mewujudkan organisasi BAZNAS sebagai simpul pranata keagamaan dalam

meningkatkan kesejahteraan umat dan keadilan sosial

2) Mewujudkan organisasi BAZNAS yang terpercaya detengah-tengah

masyarakat.

3) Menggali potensi dan umat secara bertahap, terencana, realistis, dan teruktur

sebagai salah satu instrumen pemberdayaan Ekonomi umat yang bermoral.

4) Membantu pemerintah dan masyarakat secara berkelanjutan untuk

mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan.

C. Dasar Hukum BAZNAS Kota Jambi

BAZNAS Kota Jambi, merupakan sebuah organisasi resmi yang dibawah

langsung oleh pemerintah Kota Jambi. Karena organisasi dibawah pemerintah, maka

BAZNAS tersebut harus ada yang melindunginya. Artinya harus ada yang

memperkuat BAZNAS, sehingga masyarakat tidak bertanya-tanya tentang


keistensinya BAZNAS tersebut, sehingga perlu ada hukumnya. Adapun yang

menjadi dasar atau payung hukum BAZNAS Kota Jambi adalah:

1. Nas Al-Qur’an dan Hadits

a) Terdapat delapan asnaf yang berhak menerima zakat yaitu: orang-orang Fakir,

orang-orang miskin, pengurus zakat (Amil), muallaf, memerdekan hamba

(Riqab), orang yang berhutang dijalan Allah (Gharim), sabililah, dan orang

yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil) (At-taubah 9:60).

b) Zakat mempunyai fungsi sosial dalam masyarakat. Keserakahan dan kezaliman

seseorang tidak bisa ditolerir apabila ia telah memakan dan menguasai anak

yatim.

c) Ambillah sebagian dari harta mereka sebagai sedekah untuk membersihkan

dan mensucikan mereka dengannya (At-taubah 103).

d) Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah bertanya: bagaimanakah jika

seroang lelaki memberikan zakat hartanya ? Jawaban Rasulullah: barang siapa

memberikan zakat hartanya, maka hilanglah kejelekannya (Al-Hadtis).

e) Orang kaya yang syukur lebih baik dari pada orang miskin yang sabar (Al-

Hadits).

f) Tangan diatas (pemberi) lebih baik dari dibawah (penerima) (Al-Hadits).

2. Undang-Undang BAZNAS Kota Jambi

1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat

2) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang pengelolaan Zakat.

3) Pasal 18 Kepetusan Dirjen Bimas Islam Nomor D-291 Tahun 2000 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.


4) Surat Edaran Mentri Dalam Negri No. 451. 12/1728/SJ tanggal 7 Agustus 2002

tentang Pemberdayaan Badan Amil Zakat (BAZDA) di daerah.

5) Keputusan bersama Mentri Dalam Negri dan Mentri Agama Nomor 29 dan 47

Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.

6) Keputusan Mentri Agama No. 581 Tahun1999 tentang pelaksanaan UU. No.

38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

7) Peraturan pemerintah No. 17/2000 dan Kep Dirjen Pajak No. 163/PJ/2003

tentang pemberlakuan Zakat atas penghasilan kena Pajak.

8) Surat Edaran Bapak Walikota Jambi No. 377/2007 tentang Himbuan Zakat,
65
Infaq dan Shadaqah.

3. Program Kerja BAZNAS Kota Jambi

Potensi Muzakki yang menjadi ruang lingkup Kerja BAZNAS Kota Jambi

yang meliputi PNS muslim SKPD Pemda Kota Jambi. Instansi vertikal Kota

Jambi dan masyarakat umum serta pimpinan dan karyawan perusahaan swasta

sangat memberikan harapan jika terealisasi melalui BAZNAS Kota Jambi.

D. Susunan Kepengurusan BAZNAS Kota Jambi

PEMBINA : Walikota Kota Jambi

Wakil Walikota Jambi

Sekda Kota Jambi

KETUA : Drs. H. Syamsir Nain

65
Dokumentasi BAZNAS Kota Jambi, 2016
WAKIL KETUA 1 : Bidang pengumpulan
WAKIL KETUA II : Drs. H. Fchrur
WAKIL KETUA III : A. Manan Samid, BA
WAKIL KETUA IV : Drs. H. Husein Fakhlevie Syam
SEKRETARIS : Ahmad Ziyadi, S.Sy
SATUAN AUDIT INTERNAL :
KETUA: Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan seida Kota Jambi
ANGGOTA : Inspektur Kota Jambi, Kepla BPKAD Jambi dan Ka. Kan
Kemenag Kota Jambi

KABAG PENGUMPULAN : M. Toyib, S.Ag


KABAG PENDISTRIBUSIAN : Kms. Beni, S.Sy
KABAG KEUANGAN : Nikmah prasilia
KABAG ADMINISTRASI DAN SDM :M.Reza Pahlawan, S.Pd
KASUBAG PENDISTRIBUSIAN : Yosy Desratia, S.Pd
KASUBAG KEUANGAN :EndahSulistyawati, S.Sy
66
KASUBAG IT : Adam Malik, SE

66
Laporan Tahunan BAZNAS Kota Jambi, 2014
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Responden

Data-data penelitian dalam bentuk data kuantitatif untuk mengetahui pengaruh

akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi, data yang terkumpul melalui instrumen angket akan dianalisis

sehingga dapat diketahui ada tidaknya pengaruh yang saling berkaitan antara

akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi.

Sebelum melakukan uji analisis data menggunakan analisis regresi berganda,

uji Parsial, (Uji t), uji Simultan (uji f) dan uji Determinasi R Square peneliti terlebih

dahulu mendeskripsikan keadaan responden penelitian. Sebelum menganalisi data,

pada pembahasan penelitian berikut disajikan deskripsi data yang telah diperoleh

dalam penelitian. Data hasil penelitian di peroleh secara langsung dari responden,

yaitu dengan angket penelitian mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan

akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi, berbagai pertanyaan yang diajukan kepada 100 responden

muzakki yang membayar zakat sehingga dapat diketahui informasi tentang pengaruh

akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi. Pada penelitian ini menyajikan informasi mengenai keadaan

umum responden berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan usia. Secara lebih jelas

disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Keadaan responden berdasarkan karakteristik usia ataupun umur dalam

penelitian ini bervariasi, artinya perbedaan tersebut tentunya akan mempengaruhi

pengalaman dan kemampuan ketikamembayar zakat di Baznas Kota Jambi.

Adapun karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Usia Responden
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 15-20 9 9%

2 21-30 34 34 %

3 31-40 38 38 %

4 >40 19 19 %

Jumlah 100 100 %

Sumber: (Data Primer)

Berdasarkan data tabel diatas, terlihat bahwa usia responden penelitian

untuk usia 15-20 tahun sebanyak 9 orang sehingga berada pada persentase 9%,

untuk responden dengan usia 21-30 tahun sebanyak 34 orang atau mencapai

persentase 34%, responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 38 orang atau

berada pada persetase yang cukup tinggi yaitu 38%, dan usia diatas usia > 40

tahun sebanyak 19 orang sehingga berada pada persentase 19%. Berdasarkan data

tersebut rata-rata usia responden yang membayar zakat di Baznas Kota Jambi

berusia diatas 21 tahu sampai 40 tahun keatas.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik muzakki laki-laki maupun perempuan memiliki perbedaan

dimana biasanya pada muzakki laki-laki secara mental lebih memiliki ketegasan

dalam menerima informasi tentang membayar zakat di Baznas Kota Jambi,

sedangkan pada muzakki perempuan biasanya lebih banyak menggunakan tutur

kata yang lembut dan sikap yang hangat dalam menyampaikan informasi tentang

membayar zakat di Baznas Kota Jambi adapun keadaan karakteristik muzakki

berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 62 62 %

2 Perempuan 38 38 %

Jumlah 100 100 %

Sumber Data: (Data Primer dokumentasi)

Berdasarkan data tabel diatas diketahui persentase terbesar responden jenis

kelamin laki-laki yang terlihat lebih banyak yang membayar zakat di Baznas Kota

Jambi yaitu 62% atau 62 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan atau

muzakki perempuan hanya mencapai 38 % atau 38 orang. Data pada tabel

menunjukan bahwa jumlah muzakki yang aktif membayar zakat di Baznas Kota

Jambi lebih didominasi oleh kaum laki-laki, hal ini dikarenakan zakat yang

dibayarkan di Baznas Kota Jambi merupakan zakat profesi.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Karakteristik jenis pekerjaan atau mata pencaharian responden penelitian

menunjukan berapa besar kewajibab zakat yang harus dibayarkan untuk setiap
tahunya. Penelitian ini mengamati pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Baznas

Kota Jambi khususnya pada pembayaran zakat profesi, oleh karena itu peneliti

mencantumkan keadaan jenis pekerjaan sebagai salah satu bentuk profesi yang

dilakukan oleh para muzakki. adapun keadaan jenis pekerjaan para muzakki yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.3
Pengelompokan Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan/Profesi Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Wiraswasta 32 32 %

2 PNS 48 48 %

3 BUMN 20 20 %

Jumlah 100 100 %

Sumber Data: Dokumentasi keadaan Pekerjaan/Profesi Responden, 2019

Berdasarkan tabel di atas menunjukan komposisi responden berdasarkan

jenis pekerjaanya memang berbeda-beda. Data pada tabel di atas mengambarkan

kaadaan muzakki berdasarkan jenis pekerjaan menunjukan keadaan pekerjaan

cukup bervariasi. Muzakki yang bekerja sebagai wiraswata sebanyak 32 orang,

yang bekerja sebagai PNS atau pegawai negeri sipil berjumlah 48 orang,

sedangkan nasabah yang berstatus sebagai pegawai BUMN yaitu sebanyak 20

orang.

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam

model regresi, variabel independent dan variabel dependen atau keduanya telah
terdistribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas data dilakukan

dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansi dari hasil uji

Kolmogorov-Smirnov >0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Berikut adalah

hasil analisis dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov:

Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas seperti terlihat pada gambar 4.4 di atas

diketahui bahwa ada data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal. Dengan demikian, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi

ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance

value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat

disimpulkan:
a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.

b. Jika nilai tolerance< 0,10 dan nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Nilai tolerance untuk semua variabel independen memiliki nilai VIP disekitar

angka 1 dan tidak lebih dari 10. Hal ini sesuai dengan syarat multikolinieritas,

sehingga semua variabel independen yang terdiri dari variabel akuntanbilitas,

variabel transparansi dan variabel kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi bisa di kategorikan berdistribusi normal. Berdasarkan

analisis tersebut maka dapat ditampilkan gambar dalam bentuk grafik yaitu

sebagai berikut:

Gambar 4.5
Uji Multikolinieritas

Dependen Variabel = akuntabilitas dan transparansi

Observed Cum Prob


Berdasarkan gambar pada grafik di atas, menunjukan bahwa setiap titik-titik

yang menyebar memiliki pengaruh dan hubungan yang berkesinambungan maka

nilai residual tersebut telah normal, artinya akuntabilitas dan variabel transparansi

secara signifikan mempengaruhi dan variabel kepercayaan muzakki membayar

zakat di BAZNAS Kota Jambi.

3. Heteroskedastisitas

Uji asumsi heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Uji

heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variansdari residual suatu pengamatan kepengamatan yang

lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Sementara itu, untuk varians yang

berbeda disebut heterokedastisitas.

Gambar 4.6
Uji Heterokedositas
Regression Strandardized Predicted Value

Analisis hasil gambar diatas didapatkan titik-titik menyebar dibawah dan

diatas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi kesimpulannya

variabel bebas diatas tidak terjadi heteroskedastisitas atau bersifat

homoskedastisitas. Data menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak

mengandung heteroskedastisitas. Artinya tidak ada korelasi antara besarnya data

dengan residual sehingga bila data dalam penelitian ini diperbesar tidak akan

menyebabkan residual (kesalahan) semakin besar pula. Berdasarkan gambar pada

grafik di atas, menjunkan bahwa setiap uji asumsi heteroskedastisitas ini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak

sama untuk semua pengamatan. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk

mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians

dari residual suatu pengamatan kepengamatan lain. Jika variansdari residual suatu

pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas.

Sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heterokedastisitas.

4. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi satu

dengan observasi lain yang berlainan waktu. Untuk mendeteksi masalah

autokorelasi dalam model regresi penelitian ini digunakan. nilai chi square (X)

hitung > chi square (X²) tabel maka hipotesis yang digunakan yang menyatakan

bahwa model bebas dari masalah autokorelasi adalah ditolak dan sebaliknya.
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan

kesalahan penganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada

gangguan autokorelasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat digunakan uji

Durbin-Watson (D Wtest). Uji ini menghasilkan nilai DW (Durbin-Watson), jika

nilai Durbin-Watson mendekati angka 2 maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi-Durbin Watson
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Change Statistics
Square the Estimate
R Square Change

a
1 .907 .822 .813 .842 1.994

Berdasarkan keputusan uji d Durbin-Watson, maka dapat diketahui bahwa

nilai DW (d) sebesar 1,994 kemudian nilai DW tersebut bandingkan dengan

nilai 2, karena nilai 1,994 ini mendekati 2 atau sama dengan 2, maka asumsi

tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi.

C. Hasil Analisis Instrumen

1. Uji Validitas Angket

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengujian untuk menentukan valid atau tidaknya dengan membandingkan nilai

rhitung dengan nilai rtabel.rhitung > rtabel jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir

pertanyaan/pernyataan tersebut dikatakan valid.


Tabel 4.8
Hasil Pengujian Uji Validitas Akuntabilitas (X1)

Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


1 0,489 0,196 Valid
2 0,494 0,196 Valid
3 0,596 0,196 Valid
4 0,720 0,196 Valid
5 0,414 0,196 Valid

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel setiap pertanyaan menghasilkan koefesien

kolerasi rhitung yang lebih besar dari rtabel. Masing-masing instrumen angket yang

diajukan kepada responden memiliki nilai validitas atau rhitung lebih besar dari

rtabel. Dengan kata lain, instrumen penelitian yang berjumlah 5 pertanyaan untuk

variabel akuntanbilitas (X1) dinilai semua butir pertanyaan valid, oleh karena itu

pernyataan tentang akuntanbilitas tepat untuk diajukan kepada responden

penelitian.

Tabel 4.9
Hasil Pengujian Uji Validitas Transparansi (X2)

Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


1 0,779 0,196 Valid
2 0,658 0,196 Valid
3 0,605 0,196 Valid
4 0,517 0,196 Valid
5 0,648 0,196 Valid

Berdasarkan data pada tabel setiap pertanyaan menghasilkan koefesien

kolerasi rhitung yang lebih besar dari rtabel. Dengan kata lain, instrumen penelitian
yang berjumlah 5 pertanyaan untuk variabel transparansi (X2) dinilai semua butir

pertanyaan valid.

Tabel 4.10
Hasil Pengujian Uji Validitas Kepercayaan Muzakki (Y)

Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


1 0,345 0,196 Valid
2 0,448 0,196 Valid
3 0,590 0,196 Valid
4 0,659 0,196 Valid
5 0,801 0,196 Valid

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel setiap pertanyaan menghasilkan

koefesien kolerasi rhitung yang lebih besar dari rtabel. Kelima pernyataan-pernytaan

yang berhubungan dengan kepercayaan muzakki dinyatakan valid karena nilai

rhitung tidak ada yang lebih rendah dari nilai rtabel. Dengan kata lain, instrumen

penelitian yang berjumlah 5 pertanyaan untuk variabel kepercayaan muzakki (Y)

dinilai semua butir pertanyaan valid untuk disebarkan kepada responden

penelitian.

2. Uji Realibilitas

Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji Reliabilitas Akuntabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,783 5
Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuisioner akuntabilitas menghasilkan

Cronbach Alphasebesar 0,783. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan

variabel akuntabilitas (X1) dinyatakan reliabel karena 0,783 lebih besar dari 0,60.

Tabel 4.12
Hasil Pengujian Uji Reliabilitas Transparansi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,766 5

Sumber: Hasil olah data 2018

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuisioner transparansi menghasilkan

Cronbach Alpha sebesar 0,766 .Hal ini dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan

dan pernyataan tentang variabel transparansi (X2) dinyatakan reliabel karena

0,766 lebih besar dari 0,60.

Tabel 4.13
Hasil Pengujian Uji Reliabilitas Kepercayaan Muzakki
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha

,755 5

Sumber: Hasil olah data 2018

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuisioner kepercayaan muzakki

menghasilkan Cronbach Alpha sebesar 0,755. Hal ini dapat dinyatakan bahwa

semua pertanyaan tentang kepercayaan muzakki (Y) dinyatakan reliabel karena

0,755 lebih besar dari 0,60.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel setiap pernyataan menghasilkan

koefisien korelasi Rhitung yang lebih besar dari Rtabel. Dengan kata lain, instrumen
penelitian yang berjumlah 15 pernyataan yang berhubungan dengan akuntabilitas,

transparansi dan kepercayaan muzakki disebarkan kepada 100 responden

penelitian, dari hasil uji validasi tersebut dinilai semua butir pernyataan adalah

valid.

D. Deskripsi Variabel

Desain dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, desain yang digunakan

yaitu dengan memilih sebagian sampel penelitian dari keseluruhan jumlah populasi

yang ada, pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak dan didasarkan pada

karakteristik yang sangat berhubungan dengan penelitian. Jadi dalam penelitian ini

kelompok yang sama diobservasi atau diselidiki pada waktu yang berlainan. Variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang

memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya

Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel,

dimana terdapat variabel independen dan dependen (variabel yang dipengaruhi dan

mempengaruhi). Metode dalam penelitian bersifat korelasional di mana penelitian ini

untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan

muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi, adapun definisi kedua variabel

tersebut yaitu:

1. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel yang menjadi pusat penelitian utama peneliti. Hakikat sebuah

masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang


digunakan dalam sebuah model. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah kepercayaan (Y). Semakin detail dan terinci data yang diperoleh.

2. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruh

positif maupun yang pengaruhnya negative. Variabel independen dalam penelitian

ini yaitu akuntabilitas dan transparansi. Dengan desain penelitian: X1 :

Akuntabilitas

X2 : Transparansi

Dalam desain ini terdapat dua variabel yaitu X dan Y, variabel X adalah

variabel akuntabilitas dan transparansi sebagai variabel (independen), dan Y adalah

kepercayaan muzakki sebagai variabel bebas (dependen). Hubungan antara variabel

X1 dengan Y memiliki pengaruh yang signifikan, begitu juga hubungan variabel X2

yang diduga juga memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Y, oleh karena itu

penulis mengamati pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap kepercayaan

muzakki membayar zakat di Baznas Kota Jambi.

E. Uji Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Regresi Berganda

Model regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan

hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Hubungan antara

variabel X1 dengan Y diduga memiliki pengaruh yang signifikan, begitu juga

hubungan variabel X2 yang diduga juga memiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel Y. Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program

SPSS. Persaman regresi linier berganda sebagai berikut:


Tabel 4.14
a
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Coefficients
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,048 1,658 ,035 ,114
Akuntabilitas ,255 ,119 ,211 2,224 ,020
1
Transparansi ,419 ,112 ,577 6,175 ,000

a
Persamaan regresi Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Coefficients di

atas mempunyai makna sebagai berikut:

a. Kegiatan pengelolaan zakat melalui akuntabilitas memiliki nilai koefisien

yang positif menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap

kepercayaan muzakki. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% dari

kegiatan akuntabilitas akan menyebabkan kenaikan kepercayaan muzakki

dalam membayar zakat yang diterima sebesar nilai koefisiennya.

b. Kegiatan transparansi pada pengelolaan zakat memiliki nilai koefisien yang

positif dan menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap

kepercayaan muzakki. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% dari

kegiatan transparansi pengelolaan zakat akan menyebabkan kenaikan

kepercayaan muzakki yang diterima sebesar nilai koefisiennya.

2. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kepercayaan Muzakki

Secara Simultan

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji f di maksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen (akuntabilitas dan transparansi) secara simultan atau bersama-sama

terhadap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen


(kpercayaan muzakki) hasil perhitungan uji F dapat di lihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.15
Hasil Pengujian Uji F
a
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

b
Regression 189,157 39 64,252 83,165 ,000

1 Residual 43,204 61 ,708

Total 242,862 100

a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x2, x1

Dari hasil pengolahan data pada tabel di atas diketahui bahwa akuntabilitas

dan transparansi yang diharapkan secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan muzakki dalam membayar zakat di Baznas Kota Jambi,

karena nilai fhitung ftabel atau 83,165 2,76 nilai signifikansi yang di hasilkan 0,000

lebih kecil dari level of signifikan 0,05 karenafhitung ftabel maka hal ini berarti

bahwa variabel akuntabilitas dan transparansi secara bersama-sama atau secara

simultan berpengaruh terhadap kepercayaan muzakki dalam membayar zakat di

Baznas Kota Jambi.

3. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kepercayaan Muzakki

secara Parsial

Hasil Uji Persial (Uji T)

Hasil uji t ini di maksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel secara

individual (persial) variabel-variabel independen (akuntabilitas dan transparansi)


terhadap variabel dependen (variabel kepercayaan muzakki). Hasil perhitungan

uji t dapat di kemukakan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.16
Hasil Pengujian Uji T
Model Unstandardized Standardized T Sig.

Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ,048 1,658 ,035 ,114

Akuntabilitas ,255 ,119 ,211 2,224 ,020


1
Transparansi ,419 ,112 ,577 6,175 ,000

a. Dependent Variable: y

Berdasarkan hasil olahan data statistik data pada tabel, maka dapat di lihat

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

adalah sebagai berikut:

a. Konstanta ( 0)

Nilai konstanta yang di peroleh sebesar 0,048.bernilai konstan

(akuntabilitas dan transparansi) tidak berubah atau bernilai nol. Maka

besarnya dalam nilai variabel kepercayaan muzakki yang terjadi adalah

sebesar 0,048.

b. Koefesien Akuntabilitas (X1)


Akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kepercayaan

muzakki karena nilai thitung>ttabel atau 0,255>0,1998 dan nilai signifikan yang

dihasilkan 0,020 lebih kecil dari 0,05 maka hal ini menunjukan bahwa setiap

peningkatan akuntabilitas akan menyebabkan kenaikan kepercayaan muzakki.

c. Koefesien regresi variabel Transparansi (X2)

Transparansi pengelolaan zakat berpengaruh positif paling dominan

terhadap kepercayaan muzakki karena nilai thitung>ttabel atau 0,419 > 0,1998.

dan nilai signifikan yang di hasilkan 0,000 lebih kecil dari 0,05 bahwa hal ini

menunjukan bahwa setiap peningkatan transparansi yang dilakukan oleh

pengelola zakat menyebabkan kenaikan kepercayaan muzakki untuk

membayar zakat di Baznas Kota Jambi.

Hasil analisis dengan bantuan SPSS diperoleh hasil pengujian sebagai

berikut:

a. Dari hasil perhitungan data tabel 4.16, akuntabilitas berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan karena nilai thitung>ttabel atau 2.224>0,1998 dan nilai

signifikannya 0,020<0,05. Maka hal ini berarti Ho ditolak dengan kata lain

bahwa variabel akuntabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepercayaan.

b. Dari perhitungan data tabel 4.16, transparansi berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan karena nilai thitung>ttabel atau 6,175>0,1998 dan dengan

nilai signifikan 0,000<0,05. Maka hal ini berarti Ho ditolak dengan kata lain

bahwa variabel transparansi mempunyayi pengaruh yang signifikan terahadap

kepercayaan.
4. Determinasi R Square

Koefesien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya variasi

perubahan variabel independen (akuntabilitas dan transparansi) terhadap variabel

dependen (kepercayaan muzakki).

Tabel 4.17
Hasil Pengujian Uji R Square

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

Square Estimate

a
1 ,907 ,822 ,824 ,842

a. Predictors: (Constant) X2,X1

2
Berdasarkan tabel di atas di peroleh besarnya Adjusted R adalah 0,822. Hasil

ini menunjukan bahwa 0.822 % nilai kepercayaan muzakki mampu di jelaskan

oleh variasi perubahan variabel akuntabilitas (X1) dan transparansi (X2).

Sedangkan sisanya 17,8 % nilai kepercayaan muzakki dalam membayar zakat di

tentukan oleh variasi perubahan variabel lainnya yang yang tidak di teliti dalam

penelitian ini, atau masih ada faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan

muzakki selain akuntabilitas dan transparansi pengelolaan zakat.

F. Pembahasan

Akuntabilitas menjadi sangat penting dalam sebuah lembaga karena merupakan

pelaksanaan tugas yang dipaparkan secara transparan agar semua kebijakan dapat

diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Penyampaian laporan dalam setiap

lembaga dimaksudkan untuk proses akuntabilitas, olehnya itu akuntabilitas sebuah


lembaga sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan konsep transparansi, artinya setiap

lembaga yang lebih akuntabel adalah lembaga yang lebih transparan dalam

memberikan informasi dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Laporan

akuntabilitas tidak bisa lepas dari proses laporan neraca keuangan dimana dalam

setiap laporan menjelaskan keseluruhan proses arus keuangan. Laporan perubahan

dana juga menjadi laporan penting karena jika terdapat pemasukan dan pengeluaran

dana akan mengakibatkan perubahan dana. laporan perubahan asset dalam laporan

akuntanbilitas menggambarkan arus keluar masuk setiap dana yang bertambah atau

berkurang sehingga mengakibatkan arus kas dan hal ini mengharuskan adanya catatan

atas laporan keuangan yang ada harus akuntabel.

Transparansi dalan sebuah lembaga menjadi sangat penting karena memberikan

informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh. Tujuan dari transparansi sebuah lembaga formal maupun non formal

yaitu membangun rasa saling percaya antara pengelola dana dengan publik di mana

lembaga tersebut harus memberikan informasi akurat bagi publik yang membutuhkan.

Kualitas sebuah laporan yang transparan dapat dilihat dari setiap laporan yang dibuat

akan dipublikasikan atau diberitakan, informasi dana dilaporkan secara jelas sehingga

kebenaranya bisa dipercaya dan tidak berubah-ubah, selain itu informasi laporan juga

dapat dianalisa oleh semua orang, masyarakat dengan mudah tanpa ada aturan-aturan

tertentu sehingga setiap informasi ataupun laporan keuangan dapat dengan mudah

diakses.
Kepercayaan masyarakat kepada setiap lembaga yang berhubungan dengan

masalah laporan keuangan menjadi sangat penting karena akan berhubungan dengan

keputusan masyarakat ataupun minat masyarakat terhadap lembaga tersebut, oleh

karena itu kepercayaan masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan sebuah lembaga keuangan. dengan adanya kepercayaan yang baik dari

masyarakat maka akan menumbuhkan harapan dan minat yang positif untuk

menggunakan, memanfaatkan lembaga tersebut. Selain itu, sebuah lembaga keuangan

yang menjaga kepercayaan masyarakat akan lebih mudah menciptakan citra yang

baik kepada masyarakat dan dampaknya adalah masyarakat tidak ragu, merasa yakin

untuk melakukan transaksi ataupun kerjasama dalam bidang keuangan atau yang

lainya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan melakukan pengujian terhadap data-data yang

diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Secara simultan variabel akuntabilitas dan transparansi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota


2
Jambi, hal ini terlihat dari nilai F hitung 83,165 dibandingk Adjusted R 0.822 %
artinya kepercayaan muzakki membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi di

jelaskan oleh variasi perubahan variabel akuntabilitas dan transparansi.

2. Hasil pengujian secara parsial dimana uji signifikan individual kedua variabel

akuntabilitas dan transparansi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kepercayaan muzakki membayar zakat di

BAZNAS Kota Jambi

3. Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kepercayaan muzakki

membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi adalah nilai variabel transparansi

merupakan variabel yang paling dominan terhadap kepercayaan muzakki

membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi karena nilai thitung>ttabel atau 0,6175 >

0,1998, artinya variabel transparansi memegang peranan penting dalam proses

melakukan pengelolaan zakat dan meningkatkan kepercayaan muzakki membayar

zakat di BAZNAS Kota Jambi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis

mencoba memberikan beberapa saran atau masukan yang mungkin dapat berguna dan

menjadi pertimbangan bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang

diantaranya :

1. Berdasarkan penelitian ini diharapkan lebih ditingkatkan lagi terutama prinsip

trnasparansi, keadilan, akuntabilitas dan tanggung jawab agar semakin

meningkatnya kepercayaan muzakki dalam melakukan kegiatan membayar zakat.

Dengan adanya kepercayaan muzakki maka akan


meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk

membayar zakat.

2. Transparansi dan akuntabilitas sangat penting

dilakukan karena dapat meningkatkan keterbukaan

kepada seluruh stakeholders tentang kinerja suatu lembaga secara teratur dan tepat

waktu.
DAFTAR RIWAYAT

CURRICULUM VITAE

Nama : Jumarni
Tempat/Tanggal lahir : Benteng, 05 Juni 1997
Email : Jumarni697@gmail.com
No. Kontak/Hp : 0821-7648-0255
Alamat : Jln. Akasih 16 Pagar Drum RT. 18 Kel. Rawasari
Kec. Alam Barajo Kota Jambi

Pendidikan Formal
SD : SDN 01 Benteng
SMP : SMPN 01 Sungai Batang
MA : MA PPY Bin Dahlan Benteng
Sekarang : UIN STS Jambi

Pengalaman Organisasi
1. PMII
2. IKAMI
3. IPMR
Motto Hidup
Terus berusaha karna usaha tidak akan pernah menghianati hasil.

Jambi, Mei 2019

Jumarni
EES. 150709

Anda mungkin juga menyukai