Anda di halaman 1dari 8

Partisi dan Relasi ekuivalen

Relasi ekuivalen dari Subgrup


Teorema Lagrange

5. Relasi ekuivalen dan Teorema Lagrange

5.1 Partisi dan Relasi ekuivalen


Definisi 5.1.1 Himpunan bagian A1 , A2 , . . . , Ak dari A dikatakan merupakan partisi dari A
atau mempartisi A jika
1. A = A1 ∪ A2 ∪ · · · ∪ Ak ,
2. Ai ∩ A j = 0/ jika i 6= j.

C Untuk situasi yang paling umum, banyaknya himpunan yang mempartisi A tidak mesti
berhingga, ia bisa saja takberhingga bahkan mungkin tak terhitung. Akan tetapi dalam bab
ini kita akan lebih sering melihat kasus dimana hanya terdapat hingga himpunan bagian
yang mempartisi A.

Misalkan A1 , A2 , . . . , Ak mempartisi A. Definisikan relasi ∼ pada A melalui a ∼ b jika dan


hanya jika terdapat i sehingga a dan b keduanya termuat di Ai . Dari definisi ini jelas bahwa a ∼ a.
Kemudian jika a ∼ b maka jelas bahwa b ∼ a. Kemudian yang terakhir, jika a ∼ b dan b ∼ c,
maka terdapat i dan j sehingga a, b ∈ Ai dan b, c ∈ A j . Karena b ∈ Ai ∩ A j 6= 0/ maka haruslah
Ai = A j . Dengan demikian a, b, c ∈ Ai = A j . Khususnya kita dapatkan a ∼ c.
Ketiga sifat relasi yang dimiliki di atas memegang peranan yang sangat penting dalam bab
ini dan kita abstraksikan sebagai berikut.

Definisi 5.1.2 Suatu relasi ∼ pada himpunan A disebut sebagai relasi ekuivalen jika memenuhi
1. untuk setiap a ∈ A berlaku a ∼ a (sifat refleksif)
2. jika a ∼ b maka b ∼ a (sifat simetris)
3. jika a ∼ b dan b ∼ c maka a ∼ c (sifat transitif)

Misalkan ∼ merupakan relasi ekuivalen pada himpunan A. Untuk setiap a ∈ A definisikan,


[a] := {x ∈ A : x ∼ a}, yakni himpunan semua unsur di A yang berelasi dengan a. Untuk setiap
a ∈ A, himpunan [a] kita sebut sebagai kelas ekuivalen dari a. Jika kita punya dua kelas ekivaln
[a] dan [b] dan mereka merupakan himpunan yang sama, yakni [a] = [b], pertama dari sifat
refleksif relasi ∼ kita miliki a ∈ [a] dan b ∈ [b]. Karena [a] = [b] maka a ∈ [b] (dan tentunya
b ∈ [a]). Ini mengakibatkan a ∼ b dan oleh sifat simetris juga berlaku b ∼ a.
68 Bab 5. Relasi ekuivalen dan Teorema Lagrange

Jika dua kelas beririsan, katakan [a] ∩ [c] 6= 0/ maka terdapat d ∈ [a] ∩ [c]. Karena d ∼ [a] dan
d ∼ [c] maka a ∼ d dan d ∼ c. Dari sifat transitif ∼ kita peroleh a ∼ c. Sekarang untuk setiap
x ∈ [a] kita dapatkan x ∼ a. Karena juga a ∼ c, maka lagi-lagi karena sifat transifit x ∼ c. Ini
menunjukkan bahwa [a] ⊆ [c]. Dengan cara serupa dapat kita tunjukkan bahwa [c] ⊆ [a]. Dengan
demikian [a] = [c].
Dari dua observasi di atas kita peroleh Proposisi berikut.
Proposisi 5.1.1 Misalkan ∼ adalah relasi ekuivalen pada himpunan A.
1. [a] = [b] jika dan hanya jika a ∼ b.
2. Jika [a] ∩ [c] 6= 0/ maka [a] = [c].
3. Koleksi semua kelas ekuivalen yang saling lepas mempartisi A.
Bukti. Bukti (1) dan (2) sudah terkandung pada pengamatan di atas, selanjutnya kita hanya
buktikan (3). Misalkan [ai ], i ∈ I adalah kumpulan semua kelas ekuivalen yang saling lepas,
yakni untuk i 6= j berlaku [ai ] ∩ [a j ] = 0.
/ Karena [ai ], i ∈ I meliputi semua kelas ekuivalen yang
saling lepas yang mungkin, untuk setiap a ∈ A maka terdapat i0 ∈ I sehingga [ai0 ] = [a]. Menurut
hasil di (1), ini berakibat a ∈ [ai ]. Ini menunjukkan bahwa setiap unsur di A terkandung di salah
S
satu kelas ekuivalen [ai ] untuk suatu i. Dengan kata lain A = i∈I [ai ].
Disisi lain kita sudah mengasumsikan bahwa memang koleksi himpunan bagian [ai ] untuk
i ∈ I saling lepas. Dengan demikian koleksi himpunan bagian [ai ], i ∈ I mempartisi A. 
Dari proposisi di atas dan penjelasan sebelumnya dapat kita lihat kaitan yang sangat erat
antara partisi dan relasi ekuivalen. Dari suatu partisi kita bisa mendefinisikan suatu relasi ekuiv-
alen dan sebaliknya dari suatu relasi ekuivalen pada suatu himpuanan A kita bisa mendapatkan
koleksi himpunan bagian bagian dari A yang mempartisi A.

Definisi 5.1.3 Misalkan ∼ suatu relasi ekuivalen pada A. Koleksi semua kelas ekuivalen
yang diperoleh dari relasi ∼ kita notasikan dengan A/ ∼, yakni

A/ ∼:= {[a] : a ∈ A}.

Ketika [a] = [b] unsur a dan b masing-masingnya kita sebut sebagai wakil dari kelas [a] = [b].
Dengan notasi ini kelas [a] bisa kita lihat sebagai himpunan semua wakil dari kelas [a]. ♠

Berikut ini akan kita lihat beberapa contoh dari relasi ekuivalen dan kelas ekuivalen.
 Contoh 5.1 Definisikan relasi ∼ pada Z melalui
x ∼ y jika dan hanya jika x − y genap .
Karena x − x = 0 merupakan bilangan genap, maka x ∼ x untuk setiap x ∈ Z. Jadi ∼ bersifat
refleksif. Misalkan x, y ∈ Z sehingga x ∼ y. Menurut definisi x − y adalah bilangan genap. Akan
tetapi y − x = −(x − y) juga bilangan genap. Dengan demikian y ∼ x dan ∼ bersifat simetris.
Sekarang misalkan x, y, z ∈ Z sehingga x ∼ y dan y ∼ z. Dari definisi x − y dan y − z adalah
bilangan genap. Karena penjumlahan dua bilangan genap tetap genap maka
x − z = (x − y) + (y − z) bilangan genap.
Jadi x ∼ z dan ∼ bersifat transitif.
Dari semua sifat yang kita tunjukkan di atas kita simpulkan bahwa relasi ∼ di atas merupakan
relasi ekuivalen. Jika x ganjil x − y genap jika dan hanya jika y ganjil. Dengan demikian semua
bilangan ganjil berkumpul dalam satu kelas [x]. Dalam hal ini kita bisa pilih 1 sebagai wakilnya
dan menuliskan [1] sebagai himpunan semua bilangan ganjil. Dengan cara serupa semua bilangan
genap akan terkumpul dalam satu kelas ekuivalen [0]. Dengan demikian Z/ ∼= {[0], [1]}.

5.2 Relasi ekuivalen dari Subgrup 69

 Contoh 5.2 Definisikan relasi ∼ pada Z melalui

a ∼ b jika dan hanya jika a | b.

Jelas relasi ini refleksif karena untuk setiap bilangan bulat a | a. Relasi ini juga bersifat transitif
karena jika a | b dan b | c, kita bisa tuliskan b = ka dan c = mb untuk suatu K, m ∈ Z. Akibatnya
c = mb = (mk)a dan kita peroleh a | c. Ini menunjukkan jika a ∼ b dan b ∼ c maka a ∼ c.
Akan tetapi relasi ∼ tidak bersifat simetris. Sebagai contoh 3 ∼ 6 karena 3 | 6. Akan tetapi
sebaliknya tidak berlaku 6 tidak membagi 3. Jadi 6 6∼ 3. Dengan demikian kita simpulkan bahwa
∼ bukan relasi ekuivalen. 

 Contoh 5.3 Definisikan relasi ∼ pada R\{0} melalui


x
x ∼ y jika dan hanya jika ∈ Q\{0}.
y
√ √ √
2

Dengan definisi ini sebagai contoh 2 ∼ 50 karena √50 = 5√22 = 15 ∈ Q. Kita akan periksa
apakah relasi ini merupakan relasi ekuivalen. Untuk setiap x ∈ R\{0} karena xx = 1 ∈ Q\{0}
jelas bahwa x ∼ x. Jika x ∼ y maka xy ∈ Q. Tulis xy = ab dengan a, b bulat. Dari sini diperoleh
y b
x = a ∈ Q\{0}. Dengan demikian y ∼ x.
Jika x ∼ y dan y ∼ z maka xy , yz ∈ Q\{0}. Perkalian dua bilangan rasional taknol adalah
bilangan rasional taknol juga. Jadi xz = xy · yz ∈ Q\{0}. Jadi x ∼ z. Dengan demikian relasi ∼
merupakan relasi ekuivalen. 

Diskusi 5.1. Tunjukkan bahwa untuk dua bilangan prima yang berbeda p dan q kelas ekuivalen
√ √
[ p] dan [ q] merupakan dua kelas ekuivalen yang berbeda. Karena ada takberhingga
banyaknya bilangan prima maka ada takberhingga banyak kelas ekuivalen yang berasal dari
relasi ∼ pada Contoh 5.3. ♣

Diskusi 5.2. Periksa apakah relasi ∼ yang didefinisikan pada himpunan-himpunan berikut
merupakan relasi ekuivalen. Jika bukan, sebutkan sifat yang mana saja yang dilanggar oleh
relasi tersebut yang membuatnya gagal menjadi relasi ekuivalen.
1. pada R\{0} dengan x ∼ y ⇔ xy 6= 0.
2. pada R dengan x ∼ y ⇔ xy = 0.
3. pada R dengan a ∼ b ⇔ |a − b| < 2.
4. pada R2 dengan (a, b) ∼ (x, y) ⇔ 2a − b = 2.
5. pada R2 dengan (a, b) ∼ (x, y) ⇔ a2 + b2 = x2 + y2 .

5.2 Relasi ekuivalen dari Subgrup


Misalkan A grup dan S suatu subgrup dari A. Kita akan memanfaatkan operasi yang terdapat
pada A untuk mendefinisikan suatu relasi ekuivalen. Seperti biasa untuk grup yang operasinya
tidak kita ketahui akan kita anggap memiliki operasi perkalian.
Definisikan relasi ∼ pada A melalui

a ∼ b ⇔ ab−1 ∈ S.

Akan kita periksa apakah relasi ini merupakan relasi ekuivalen. Pertama karena S memuat unsur
identitas e dan aa−1 = e untuk setiap a ∈ A, maka menurut definisi relasi di atas jelas bahwa
70 Bab 5. Relasi ekuivalen dan Teorema Lagrange

a ∼ a. Berikutnya misalkan a ∼ b. Berarti ab−1 ∈ S. Karena S suatu subgrup maka untuk setiap
s ∈ S invers dari s juga di S. Dengan demikian ba−1 = (ab−1 )−1 ∈ S. Ini menunjukkan bahwa
b ∼ a.
Terakhir, jika a ∼ b dan b ∼ c maka ab−1 , bc−1 ∈ S. Karena S tertutup terhadap perkalian
maka ac−1 = (ab−1 )(bc−1 ) ∈ S. Jadi a ∼ c dan kita simpulkan bahwa ∼ merupakan relasi
ekuivalen pada A.

Definisi 5.2.1 Relasi ekuivalen di atas kita katakan sebagai relasi ekuivalen yang diperoleh
dari subgrup S. Dalam hal ini himpunan semua kelas ekuivalen A/ ∼ akan kita tuliskan
sebagai A/S untuk menekankan peranan S dalam pendefinisian relasi ekuivalen. Himpunan
A/S kita sebut sebagai himpunan hasil bagi ♠

Diskusi 5.3. Misalkan A grup dan S suatu subgrup dari S. Definisikan relasi ∼ melalui

a ∼ b ⇔ a−1 b ∈ S.

Tunjukkan bahwa ∼ merupakan relasi ekuivalen. ♣

Dapat kita lihat dari Diskusi di atas dan pemaparan sebelumnya bahwa kita memiliki dua
cara untuk membuat relasi ekuivalen pada A dengan menggunakan subgrup S. Kedua cara itu
yakni pendefinisian relasi ekuivalen ∼ lewat

a ∼ b ⇔ ab−1 ∈ S (5.1)

dan lewat

a ∼ b ⇔ a−1 b ∈ S. (5.2)

Kelas ekuivalen yang dihasilkan oleh kedua relasi ekuivalen di atas akan sama-sama kita tuliskan
sebagai A/S. Untuk memperjelas relasi ekuivalen yang mana yang dipergunakan untuk meng-
hasilkan A/S kita akan menggunakan notasi [a]r untuk menuliskan anggota A/S yang diperoleh
dari relasi ekuivalen yang didefinisikan pada 5.1 dan [a]` untuk menuliskan anggota A/S yang
diperoleh dari relasi ekuivalen pada 5.2.
Jadi

[a]r = [b]r ⇔ ab−1 ∈ S

dan

[a]` = [b]` ⇔ a−1 b ∈ S.

Definisi 5.2.2 Misalkan S adalah subgrup dari A. Untuk setiap a ∈ A berturut-turut notasikan
dengan aS dan Sa himpunan

aS := {as : s ∈ S}

dan

Sa := {sa : s ∈ S}.

Kedua himpunan aS dan Sa berturut-turut kita sebut sebagai koset kiri dan koset kanan dari S.
5.2 Relasi ekuivalen dari Subgrup 71

Proposisi 5.2.1 Pada kelas ekuivalen A/S untuk setiap a ∈ A berlaku [a]` = aS dan [a]r = Sa.

Bukti. Misalkan b ∈ [a]` . Maka [a]` = [b]` dan a−1 b ∈ S. Akibatnya b = a(a−1 b) ∈ aS. Jadi
[a]` ⊆ aS. Sebaliknya, ambil b ∈ aS. Maka b = as untuk suatu s ∈ S. Dengan mengalikan a−1
dari sebelah kiri kepada kedua ruas, diperoleh a−1 b = s ∈ S. Jadi [a]` = [b]` dan b ∈ [a]` . Dengan
demikian aS ⊆ [a]` . 

Diskusi 5.4. Buktikan bahwa [a]r = Sa. ♣

Penggunaan notasi koset kiri atau kanan sebagai anggota A/S memudahkan kita untuk
melihat relasi ekuivalen yang mana di antara relasi ekuivalen pada Persamaan 5.2 atau 5.1 yang
digunakan. Sebagai contoh, ketika anggota A/S kita tuliskan sebagai koset kiri, maka aS = bS
jika dan hanya jika as1 = bs2 untuk suatu s1 , s2 ∈ S. Akibatnya a−1 b = s1 s−1
2 ∈ S. Berarti yang
dipergunakan adalah relasi ekuivalen: a ∼ b ⇔ a−1 b ∈ S. Hal yang serupa juga berlaku ketika
kita menuliskan anggota A/S sebagai koset kanan, maka dari relasi Sa = Sb dapat kita tunjukkan
bahwa ab−1 ∈ S sehingga a ∼ b ⇔ ab−1 ∈ S.
Proposisi 5.2.2 aS = bS di A/S jika dan hanya jika a−1 b ∈ S dan Sa = Sb di A/S jika dan hanya
jika ab−1 ∈ S.
Akan tetapi ketika A merupakan grup komutatif, kita mempunyai kebebasan untuk menuliskan
unsur di A/S sebagai koset kiri atau koset kanan mengingat kekomutatifan mengakibatkan
aS = Sa untuk setiap a ∈ A.
 Contoh 5.4 Tinjau 2Z = {2k : k ∈ Z} sebagai subgrup dari (Z, +). Dari subgrup ini kita
peroleh himpunan kelas R/Z dengan

˙Z + a = Z + b ⇔ a − b ∈ 2Z.

(karena Z merupakan grup dengan operasi penjumlahan, maka ab−1 kita tuliskan sebagai a − b)
Tapi ini persis kelas ekuivalen yang diperoleh lewat relasi pada Contoh 5.1. 

Diskusi 5.5. Tunjukkan bahwa relasi ekuivalen pada contoh 5.3 merupakan relasi ekuivalen
yang diakibatkan oleh suatu subgrup. ♣

 Contoh 5.5 Tinjau subgrup siklik hni = nZ dari Z. Kita akan melihat koleksi kelas ekuivalen
Z/nZ. Anggota Z/nZ akan kita tuliskan sebagai kelas ekuivalen [x]. Perhatikan bahwa

[x] = [y] ⇔ x − y ∈ nZ

atau dengan kata lain

[x] = [y] ⇔ n | (x − y).

Kita lihat bahwa ini adalah kriteria kesamaan dua unsur di Zn . Himpunan Z/nZ mempunyai
n buah kelas ekuivalen yang berbeda, yakni [0], [1], . . . , [n − 1]. Dengan demikian kita bisa
menganggap Zn sebagai himpunan kelas ekuivalen Z/nZ. 
72 Bab 5. Relasi ekuivalen dan Teorema Lagrange

Diskusi 5.6. Temukan suatu subgrup S dari S3 sehingga terdapat σ ∈ S3 yang membuat
σ S 6= Sσ . ♣

Diskusi 5.7. Apakah ada subgrup T dari S3 sehingga untuk setiap σ ∈ S3 berlaku σ T = T σ ?

Diskusi 5.8. Misalkan aS = xS dan bS = yS di A/S. Tentukan syarat cukup dan perlu bagi S
agar (ab)S = (xy)S. ♣

5.3 Teorema Lagrange


Misalkan A suatu grup dan S subgrup dari A. Koset-koset kiri (atau kanan) yang berbeda di A/S
mempartisi himpunan A. Jika A merupakan grup hingga, maka ada berhingga banyaknya koset-
koset kiri di A/S yang berbeda, sebut mereka a1 S, a2 S, . . . , ak S. Lemma berikut menunjukkan
bahwa masing-masing koset mempunyai kardinalitas yang sama.

Lema 5.3.1 Misalkan A grup dan S subgrup dari A. Untuk setiap a ∈ A berlaku |aS| = |S|.

Diskusi 5.9. Buktikan Lemma 5.3.1 di atas, dengan memberikan suatu pemetaan yang satu-
satu dan pada dari S ke aS. ♣

Sebagai konsekuensi dari lemma di atas kita peroleh salah satu teorema penting dalam teori
grup.

Teorema 5.3.2 (Teorema Lagrange). Misalkan A suatu grup hingga dan S subgrup dari A.
Maka |S| membagi |A|.

Bukti. Misalkan a1 S, a2 S, . . . , ak S adalah semua koset kiri yang berbeda di A/S. Koset-koset ini
mempartisi A, yakni A = kj=1 a j S dan ai S ∩ a j S = 0/ untuk i 6= j. Dengan demikian menurut
S

Lemma 5.3.1

|A| = |a1 S| + |a2 S| + · · · + |ak S| = |S| + |S| + · · · + |S| = k|S|.

Dengan demikian |S| membagi |A|. 

 Contoh 5.6 Pandang grup S3 . Grup ini mempunyai 3! = 6 anggota. Karena 5 tidak habis
membagi 6, Teorema Lagrange menjamin bahwa S3 tidak mempunyai subgrup dengan 5 anggota.


Diskusi 5.10. Banyaknya koset kiri yang berbeda di A/S sama dengan banyaknya koset kanan
yang berbeda. ♣

Karena Teorema Lagrange hanya terkait dengan grup hingga, untuk menghindari pengulan-
gan yang berlebihan dalam subbab ini kita asumsikan semua grup yang terlibat merupakan grup
berhingga.
5.3 Teorema Lagrange 73

Definisi 5.3.1 Misalkan A grup dan S suatu subgrup dari A. Banyaknya koset kiri (kanan)
yang berbeda di A/S disebut sebagai indeks dari S di A dan dinotasikan dengan [A : S]. ♠

Dengan demikian menurut Teorema Lagrange kita peroleh hasil berikut.


Proposisi 5.3.3 Jika S adalah subgrup dari A maka berlaku

A = [A : S]|S|.
Berikut beberapa akibat dari Teorema Lagrange
Proposisi 5.3.4 Jika A grup hingga, maka untuk setiap a ∈ A berlaku ord(a) membagi |A|.

Diskusi 5.11. Buktikan Proposisi 5.3.4 di atas.


Petunjuk: terapkan teorema Lagrange pada subgrup hai. ♣

Proposisi 5.3.5 Misalkan A grup. Untuk setiap a ∈ A berlaku a|A| = e.

Diskusi 5.12. Buktikan Proposisi 5.3.5. ♣

Teorema Lagrange memberikan jaminan bahwa kardinalitas dari suatu subgrup selalu mem-
bagi kardinalitas grup yang mengandungnya. Adalah alamiah untuk menanyakan kebalikan dari
hal ini. Jika t adalah suatu bilangan yang membagi |A|, kardinalitas grup A, apakah selalu ada
subgrup S dari A sehingga |S| = t? Ternyata jawabannya tidak selalu, seperti yang diperlihatkan
dalam contoh berikut.
 Contoh 5.7 Pandang grup A4 . Unsur di A4 yang berorde 3 adalah putaran dengan pan-
jang 3 di S4 . Banyaknya cara memilih 3 unsur dari 4 unsur yand disediakan adalah 43 = 4
cara. Banyaknya
  penyusunan 3 huruf a, b, c ada sebanyak 3! = 6 cara. Ketiga putaran
cara
a b c , b c a dan c a b merupakan putaran yang sama. Dengan demikian banyaknya
putaran dengan panjang 3 yang berbeda ada sebanyak 4 · 3!/3 = 8 buah.
Andaikan A4 memiliki suatu subgrup dengan orde 6, sebut subgrup ini B. Misalkan σ ∈ A4
berorde 3. Jika σ 6∈ B maka B 6= σ B. Karena |A4 | = 12 dan |B| = 6 maka haruslah A4 = B ∪ σ B.
Jika σ 2 ∈ σ B maka σ = σ −1 σ 2 ∈ B. Dengan demikian haruslah σ 2 ∈ B. Akan tetapi karena B
subgrup dan σ berorde 3 maka σ = (σ 2 )2 ∈ B yang bertentangan dengan fakta bahwa σ 6∈ B.
Argumen di atas menunjukkan bahwa kedelapan unsur di A4 yang berorde 3 semuanya
merupakan anggota B. Akan tetapi ini adalah hal yang absurd mengingat B hanya memiliki 6
anggota. Dengan demikian tidak mungkin terdapat subgrup B dari A4 yang berorde 6. 

Berikut beberapa aplikasi Teorema Lagrange pada teori bilangan. Sebelumnya kita akan
memerlukan definisi berikut.
Definisi 5.3.2 Diberikan bilangan bulat n. Kita tuliskan a ≡ b (mod n) jika dan hanya jika
n | (a − b). ♠

Teorema 5.3.6 (Fermat). Jika p prima, maka untuk setiap a yang bukan kelipatan p berlaku
a p−1 ≡ 1 (mod p)

Bukti. Pandang grup (Z× p , ·) (lihat Proposisi 2.5.4). Grup ini mempunyai banyak anggota
sebanyak p − 1. Ambil a yang bukan kelipatan p. Maka [a] ∈ Z p dan [a] 6= [0]. Menurut
Proposisi 5.3.5 berlaku [a p−1 ] = [a] p−1 = [1] ∈ Z p . Tapi ini berarti a p−1 ≡ 1 (mod p). 
74 Bab 5. Relasi ekuivalen dan Teorema Lagrange

Teorema 5.3.7 (Euler). Misalkan a ∈ Z dengan (a, n) = 1. Maka

aϕ(n) ≡ 1 (mod n).

Diskusi 5.13. Buktikan Teorema Euler di atas (Petunjuk: pandang grup Un ) ♣

 Contoh 5.8 Kita akan menentukan sisa pembagian 72015 ketika dibagi 13. Perhatikan bahwa
13 merupakan bilangan prima. Menurut Teorema Euler berlaku 712 ≡ 1 (mod 13). Tulis
2015 = 12 · 167 + 11. Sekarang di Z13 berlaku
167
[7]2015 = [7]12 · [7]11 = [1]167 · [7]11 = [7]12 · [7]−1 = [7]−1 = [2].

Dengan demikian 72015 ≡ 2 (mod 13) atau dengan kata lain sisa pembagian 72015 oleh 13 adalah
2. 

Diskusi 5.14. Misalkan A grup dengan kardinalitas A merupakan bilangan prima. Tunjukkan
bahwa A merupakan grup siklik.

Diskusi 5.15. Misalkan A grup dengan |A| = pq dengan p dan q dua bilangan prima berbeda.
Buktikan bahwa setiap subgrup sejati dari A merupakan grup siklik

 
Diskusi 5.16. Misalkan H adalah subgrup dari S4 yang mengandung 1 2 dan 2 3 4 .
1. Tunjukkan bahwa H mengandung usur berorde 4.
2. Buktikan bahwa 12 | |H| dan |H| | 24.
3. Jika |H| = 12 tunjukkan bahwa A4 mengandung subgrup berorde 6.
4. Buktikan bahwa H = S4 .

Diskusi 5.17. Misalkan A suatu grup yang tepat memiliki satu subgrup B berorde p dan satu
subgrup C berorde q dengan p, q bilangan prima berbeda.
1. Tunjukkan bahwa B ∪C 6= A.
2. Ambil a ∈ A\(B ∪C). Tentukan ord(a).
3. Buktikan bahwa A grup siklik.

Diskusi 5.18. Misalkan A grup komutatif yang memiliki paling sedikit 3 unsur berorde 3.
Tunjukkan bahwa 9 | |A|. ♣

Diskusi 5.19. Buktikan bahwa A5 tidak memiliki subgrup berorde 30. ♣

Anda mungkin juga menyukai