Anda di halaman 1dari 6

Tugas BIN x Sejarah(Luvi&Xaveria)

Tiga Sejoli
Angin sepoi-sepoi membuat pohon kelapa di dekat rumah tua itu terbawa angin ke kanan dan ke
kiri. Rumah tua tersebut memiliki julukan Rumah Angker. Rumah tua yang angker itu telah
berdiri di desa kecil yang terpencil selama berabad-abad. Penduduk desa selalu menghindari
rumah itu karena seiring berjalannya waktu, meninggalkannya menjadi bangunan yang
terlupakan di lereng bukit. Konon kabarnya, rumah itu dihantui oleh arwah penasaran yang
menderita akibat kutukan kuno. Penduduk setempat sering mendengarkan bisikan-bisikan minta
tolong serta suara ketukan pintu pada saat malam hari.

Pada suatu malam yang gelap dan hujan deras, ketiga remaja bernama Dean, Dirga, dan Alea
memutuskan untuk mengunjungi rumah tua tersebut.Dean adalah seorang siswa yang berusia 16
tahun dengan rambut hitam keriting dan mata cokelat yang penuh semangat. Dia selalu menjadi
pemimpin dalam petualangan mereka, dengan keberaniannya yang tak tergoyahkan dan
kemampuannya untuk tenang di bawah tekanan. Dirga adalah seorang anak laki-laki yang cerdas
berusia 15 tahun dengan kacamata, selalu membawa buku catatan dan peralatan penelitian dalam
petualangan mereka. Ia adalah otak di balik setiap rencana mereka, dengan pengetahuan yang
luas tentang sejarah dan mitologi yang seringkali membantu mereka dalam menghadapi
tantangan. Alea, seorang siswi perempuan yang berusia 16 tahun dengan rambut panjang cokelat
dan mata tajam yang berkilau, memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan
makhluk gaib. Ia adalah yang paling peka terhadap perasaan roh-roh yang terperangkap dan
sering menjadi penghubung antara dunia manusia dan dunia gaib dalam petualangan mereka.
Dengan kombinasi kemampuan unik mereka, mereka membentuk tim yang tak tergoyahkan dan
menjadi pahlawan bagi banyak roh yang terperangkap. Mereka adalah sahabat sejoli yang
berteman sejak SD karna bersekolah di sekolah yang sama, Yos Sudarso. Mereka bertiga selalu
mencari petualangan dan merasa terlalu yakin pada diri mereka sendiri. Mereka mendengar
mengenai mitos-mitos yang diceritakan para penduduk setempat tentang rumah angker tersebut.
Mereka ingin membuktikan bahwa semua cerita-cerita horor tentang rumah angker itu hanyalah
mitos belaka.

Pada malam itu, keindahan bulan purnama menerangi setiap tikungan jalan berlumpur yang
mengarah ke rumah tua yang dipenuhi misteri itu. Meskipun hujan turun dengan deras,
menciptakan lumpur yang sulit dilewati dan jalan yang licin, semangat serta tekad kuat ketiga
remaja itu tidak goyah sedikit pun. Mereka merasakan gugup di perut mereka, tetapi rasa
penasaran yang membara di dalam hati mereka menguasai ketakutan itu.

Ketika mereka tiba di depan rumah tua yang menakutkan itu, Dean merasa getaran aneh di udara
yang langsung membuat bulu kuduknya merinding. Meskipun cahaya bulan purnama yang penuh
menyinari rumah itu, tetapi bayangan yang mengintimidasi masih terasa begitu mencekam di
sekelilingnya. Suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan di sekitar rumah
tampaknya juga ikut meramaikan ketegangan malam itu. Mereka memasuki rumah itu dengan
hati-hati, setiap langkah yang mereka ambil terdengar seperti gemuruh petir di malam itu,
memotong keheningan yang menegangkan. Mereka memegang senter dengan erat, cahayan
senter berayun-ayun dan menciptakan bayangan-bayangan misterius di dinding yang berdebu,
memberikan nuansa misteri yang semakin terasa di setiap sudut ruangan.

Di dalam rumah tua itu, suasana semakin mencekam. Terlihat jendela-jendela berdebu dan
furnitur-furnitur tua yang sudah lama terlupakan, atapnya sudah berlubang dimana-mana
mengakibatkan bocor sehingga air pun masuk kedalam rumah. Semua ini menambah ketegangan
di antara mereka. Alea merasakan sentuhan dingin di lengannya dan melihat bayangan yang
bergerak cepat melewati sudut mata kanannya. Dirga juga mendengar suara-suara bisikan yang
menakutkan, suara-suara yang sepertinya berasal dari dalam dinding dan lantai rumah itu.
Mereka saling menatap satu sama lain, mereka tidak mengatakan satu patah katapun tetapi
mereka tau, bahwa mereka memikirkan hal yang sama, bahwa rumah ini bukanlah rumah biasa.

Mereka memutuskan untuk menyelidiki lantai atas rumah itu, meskipun hati mereka sudah
berdegup sangat kencang. Di lantai atas, mereka menemukan sebuah kamar yang penuh dengan
foto-foto tua dan berdebu. Salah satu foto menarik perhatian mereka. Di dalam foto itu, ada
seorang wanita dengan mata gelap yang terlihat sangat misterius. Di bawah foto itu terdapat
tulisan: “Laras, yang hilang pada malam hujan lebat.”

Ketika mereka telah selesai menelusuri kamar tersebut, mereka memutuskan untuk
meninggalkan kamar itu, pintu tiba-tiba terkunci dengan sendirinya, membuat mereka terkejut
oleh kejadian yang tidak terduga ini. Mereka mencoba membuka pintu dengan segala kekuatan
yang mereka miliki, mendorong dan menarik gagang pintu sekuat tenaga, namun tampaknya ada
kekuatan tak terlihat yang menghalangi usaha mereka di balik pintu tersebut. Ketegangan dalam
ruangan semakin meningkat, seperti udara yang dipenuhi dengan ketidakpastian yang
menggantung di sekitar mereka. Mereka merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam
rumah itu, suatu kekuatan yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Alea, dengan matanya yang tajam dan kemampuan khususnya untuk berbicara dengan makhluk
halus, merasa hadirnya kehadiran yang gaib. Dalam ketakutan yang mendalam, dia mencoba
berbicara dengan roh yang sedang mengganggu mereka, mengeluarkan suara-suara yang lembut
namun menegangkan ke dalam keheningan yang terusik. Dalam nada yang penuh kelembutan,
Alea berkata, “Laras, jika Anda ada di sini, tunjukkan dirimu.” Tetapi tiba-tiba, terdengar suara
petir yang sangat kencang yang menggetarkan seluruh rumah, dan jendela-jendela pun terbuka
lebar, membuat angin malam yang dingin masuk dengan deras ke dalam rumah. Di tengah angin
malam yang berhembus keras itu, bayangan misterius yang sama dengan yang ada di foto tadi
muncul di hadapan mereka. Wanita itu tersenyum, tetapi senyumannya terasa begitu menakutkan
dan misterius. Dengan suara yang lembut namun berdengung, dia berkata, “Aku telah menunggu
kalian. Selama puluhan tahun, aku terperangkap di sini.” Dean, Dirga, dan Alea tidak dapat
percaya dengan apa yang berada di hadapan mereka saat ini. Suasana semakin mencekam, dan
mereka merasa bahwa mereka telah memasuki dunia yang jauh lebih luas dan misterius daripada
yang pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Wanita itu kemudian menceritakan kisahnya dengan mata yang penuh dengan rasa nostalgia dan
kesedihan. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Laras, seorang wanita muda yang hilang
puluhan tahun yang lalu pada malam hujan lebat yang dikenal sebagai “Malam yang Dilupakan”
di kalangan penduduk desa. Dia adalah satu-satunya anak dari keluarga bangsawan di desa itu,
dan kehidupannya dulu penuh dengan kemewahan dan kenyamanan. Namun, takdir berubah
pada malam itu ketika banjir besar yang disebabkan oleh hujan deras merusak desa mereka
secara tragis. Laras selamat dari bencana itu, tetapi keluarganya tidak memiliki cukup sumber
daya untuk membangun kembali kehidupan mereka yang dulu. Mereka terperangkap dalam
hutang yang sangat besar dan harus menjual tanah dan harta mereka satu per satu. Laras yang
masih muda pun terpaksa harus tinggal di rumah tua ini yang dulunya adalah rumah keluarganya,
tetapi sekarang telah ditinggalkan dan terlupakan oleh semua orang. Pada suatu malam yang
sangat gelap dan hujan lebat, Laras merasa tidak punya tempat lain untuk pergi, dan dia berdoa
dengan sangat kuat untuk memohon perlindungan dan tempat berlindung. Dia merasa bahwa
rumah ini adalah satu-satunya tempat yang bisa dia panggil “rumah” setelah kehilangan
segalanya. Tiba-tiba, kekuatan gaib yang sangat kuat mendengar doanya dan mengikat rohnya
dengan rumah ini, memaksanya untuk tinggal di sana selama berabad-abad. Laras merenung
sejenak, memikirkan bagaimana hidupnya telah berubah dari kebahagiaan menjadi penantian
yang panjang di dalam rumah tua ini. Dia merasa terperangkap oleh kekuatan gaib yang tidak
dapat dia kendalikan, dan dia tidak bisa meninggalkan rumah ini sejak saat itu.

Ceritanya menjadi sangat menyentuh, mendengar kisahnya, Dean, Dirgan, dan Alea merasa iba
dan merasakan betapa besar keinginan Laras untuk bebas setelah begitu lama terperangkap.
Dengan penuh empati, mereka merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral untuk
membantu Laras membebaskan diri dari kutukan yang telah lama mengurungnya.

Mereka mencoba berbagai cara untuk membantu Laras membebaskan diri dari kutukan yang
telah membelenggunya selama berabad-abad. Dean, yang selalu dikenal sebagai yang paling
berani di antara mereka, pertama-tama mencoba pendekatan fisik dengan mencoba membongkar
pintu dan jendela, berharap dapat memecahkan kekuatan yang mengunci rumah tersebut. Dirga,
yang cerdas dan berpengetahuan luas, mencoba untuk meneliti lebih dalam tentang asal-usul
kutukan ini dengan membaca buku-buku kuno dan mencari petunjuk dalam sejarah desa.
Sementara itu, Alea, dengan kemampuannya untuk berbicara dengan makhluk halus, berusaha
untuk mengadakan komunikasi dengan entitas gaib yang menghuni rumah itu. Mereka juga
mencoba membaca mantra dan mengadakan upacara spiritual yang mereka pelajari selama
perjalanan mereka dalam membantu roh-roh terperangkap. Tetapi, semuanya percuma. Kekuatan
gaib yang membelenggu Laras terlalu kuat dan misterius, melampaui pemahaman mereka. Setiap
usaha mereka tampaknya hanya menghasilkan sedikit kemajuan, dan mereka merasa putus asa
dalam mencari cara untuk membebaskan Laras.

Keadaan semakin rumit dan mencekam, dengan roh-roh gaib yang tampaknya semakin
terganggu oleh usaha mereka. Tetapi Dean, Dirga, dan Alea tidak pernah menyerah, dan mereka
terus berusaha untuk mencari solusi yang akan mengakhiri penderitaan Laras. Mereka merasa
bahwa mereka telah terikat oleh tanggung jawab moral untuk membantu Laras menemukan
kedamaian yang telah lama hilang, bahkan jika itu berarti menghadapi bahaya yang lebih besar
dan misteri yang lebih dalam lagi.

Saat malam semakin dalam, ketegangan di rumah tua itu terasa semakin meningkat, seperti rasa
takut yang menyelimuti setiap sudut ruangan. Dalam kegelapan yang semakin mendalam,
mereka tidak hanya harus menghadapi ketakutan dan ketidakpastian yang ada di dalam rumah
tersebut, tetapi juga berbagai fenomena gaib yang semakin intens. Suara-suara misterius semakin
terdengar kuat di seluruh rumah, dan bayangan-bayangan gelap yang tampak bergerak di
sekeliling mereka, menciptakan atmosfer yang semakin mencekam. Namun, Dean, Dirga, dan
Alea tidak pernah melepaskan tekad mereka. Mereka terus berusaha tanpa henti, tidak peduli
berapa banyak rintangan yang mereka hadapi, atau betapa misteriusnya dunia gaib yang mereka
hadapi.

Pada akhirnya, setelah upaya yang panjang dan penuh ketekunan, pintu kamar yang telah
mengurung Laras selama puluhan tahun akhirnya terbuka. Cahaya bulan purnama menyinari
ruangan menyeramkan itu, dan Laras merasa bebas untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun.
Ekspresi lega dan bahagia terpancar dari wajahnya, dan dia merasakan kedamaian yang telah
lama ia cari. Dia merasa seperti beban yang telah lama ia pikul telah terangkat, dan akhirnya, dia
bisa pergi ke alam lain dengan tenang. Rumah tua yang dulu angker itu, kini tampak damai,
seakan-akan merayakan kebebasan Laras. Keberhasilan mereka dalam membebaskan roh yang
terperangkap ini menjadi tanda kebaikan dan empati, serta mengajarkan pentingnya ketekunan
dan tekad dalam menghadapi ketakutan dan tantangan.

Sejak malam itu, rumah tua tersebut tidak lagi dianggap angker oleh penduduk desa. Penduduk
desa belajar bahwa terkadang, di balik cerita-cerita horor yang menakutkan, ada kisah-kisah yang
membutuhkan pertolongan manusia untuk menemukan kedamaian.Kisah ini mengingatkan
penduduk desa bahwa ada hal-hal yang lebih dalam dari yang terlihat di permukaan, dan
terkadang, kita harus bersedia membantu mereka yang terperangkap dalam kegelapan. Mungkin
saja, seperti Dean, Dirgan, dan Alea kita juga bisa menjadi cahaya dalam kegelapan yang
memungkinkan orang-orang untuk menemukan jalan keluar dari ketakutan mereka sendiri.

Setelah membantu Laras mencapai kedamaian, Dean, Dirga, dan Alea merasa puas dengan
petualangan dan tindakan mereka. Mereka telah mengubah rumah tua yang angker menjadi
tempat yang penuh dengan kenangan positif. Penduduk desa yang awalnya menjauhi dan takut
akan rumah itu kini mengunjunginya dengan rasa ingin tahu dan rasa hormat yang lebih besar.

Namun, cerita ini tidak berakhir di situ. Beberapa bulan setelah peristiwa itu, Dean, Dirga, dan
Alea menerima surat misterius yang tampaknya datang dari tempat yang tidak diketahui. Surat
itu berisi tulisan tangan dan terasa sangat kuno. Ketika mereka membacanya, mereka mengerti
bahwa surat ini adalah undangan ke sebuah petualangan baru yang lebih besar lagi.

Surat itu mengatakan bahwa Laras adalah satu dari banyak roh yang terperangkap di berbagai
tempat di desa-desa lain karena kutukan yang mirip dengan yang dialaminya. Tulisan dalam
surat tersebut juga menyebutkan bahwa mereka, Dean, Dirga, dan Alea, memiliki kemampuan
khusus yang dapat membantu melepaskan roh-roh tersebut.

Dengan campuran antara keingintahuan dan rasa tanggung jawab, ketiganya memutuskan untuk
menerima undangan tersebut. Mereka tahu bahwa petualangan ini akan membawa mereka ke
berbagai tempat yang berbeda dan menghadirkan berbagai tantangan yang lebih besar. Namun,
mereka merasa bahwa mereka memiliki misi untuk membantu roh-roh yang terperangkap dan
memberikan mereka kesempatan untuk menemukan kedamaian yang telah lama mereka impikan.
Petualangan mereka membawa mereka ke berbagai lokasi di desa setempat. Mereka pergi ke
kastil-kastil berhantu di Desa Cibiru Wetan, hutan-hutan misterius di Desa Karangsari, dan gua-
gua kuno menyeramkan di Desa Pohea. Di setiap tempat, mereka menghadapi berbagai jenis
makhluk gaib dan roh-roh yang terperangkap. Mereka belajar lebih banyak tentang kekuatan
gaib dan cara-cara untuk berkomunikasi dengan roh-roh tersebut.

Selama petualangan mereka, mereka juga mengumpulkan jurnal-jurnal dan buku catatan yang
berisi cerita-cerita roh-roh yang mereka bantu. Ini menjadi sumber pengetahuan mereka yang
berharga tentang dunia gaib. Mereka mengenal banyak jenis roh, baik yang baik maupun jahat,
dan belajar bahwa banyak dari mereka hanya mencari kedamaian setelah terperangkap selama
berabad-abad.

Namun, tidak semua petualangan berjalan mulus. Mereka menghadapi berbagai rintangan dan
bahaya di setiap perjalanan yang mereka lakukan. Beberapa kali, mereka harus melawan
makhluk-makhluk gaib yang jahat dan kuat yang mencoba dengan gigih menghentikan mereka
dalam misi mulia mereka. Serangan makhluk-makhluk tersebut tidak jarang membuat mereka
merasa terancam, tetapi Dean, Dirga, dan Alea tidak pernah menyerah. Mereka bersatu dengan
tekad yang kuat dan menjalani pertempuran dengan keberanian yang luar biasa. Setiap
pertempuran memerlukan lebih dari sekadar keberanian; mereka juga harus mengandalkan
kecerdikan mereka untuk menemukan cara mengatasi musuh-musuh mereka yang kuat. Selain
itu, kemampuan khusus Alea menjadi aset berharga bagi mereka dalam menghadapi makhluk-
makhluk gaib yang seringkali memiliki kekuatan yang berada di luar nalar manusia. Dengan
setiap pertempuran yang mereka lalui, mereka semakin kuat dan terampil dalam menjalani tugas
mulia mereka untuk membantu roh-roh yang terperangkap.

Selama perjalanan mereka, persahabatan mereka semakin kuat. Mereka belajar untuk saling
mengandalkan satu sama lain dan belajar memahami kemampuan khusus masing-masing. Alea
dengan kemampuan berbicara dengan makhluk halusnya, Dean dengan keberaniannya, dan Dirga
dengan kecerdasannya, mereka menjadi tim yang tak dapat terpisahkan.

Ketika mereka akhirnya berhasil melepaskan semua roh terperangkap yang tertulis pada surat
yang dikirimkan kepada mereka itu, mereka merasa puas dan bahagia. Mereka tahu bahwa
mereka telah membuat perbedaan besar dalam hidup roh-roh tersebut dan memberikan mereka
kesempatan untuk beristirahat dengan damai. Petualangan ini juga membawa mereka lebih dekat
satu sama lain, dan persahabatan mereka menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Setelah selesai dengan petualangan mereka, Dean, Dirga, dan Alea kembali ke desa kecil
mereka,Desa Punggul. Mereka tahu bahwa masih banyak roh-roh yang terperangkap di seluruh
Indonesia bahkan dunia, tetapi mereka merasa puas telah memberikan bantuan kepada yang
mereka bisa. Mereka juga merasa bahwa mereka telah menemukan tujuan hidup yang lebih
besar, yaitu membantu mereka yang membutuhkan di dunia gaib.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh selama petualangan mereka, mereka
membuka pusat penelitian dan pertolongan untuk roh-roh yang terperangkap. Mereka
membagikan pengetahuan mereka tentang cara berkomunikasi dengan roh dan cara
melepaskannya dari kutukan. Pusat ini menjadi tempat yang penting bagi mereka yang mencari
bantuan untuk masalah gaib mereka.

Dengan demikian, kisah petualangan Dean, Dirga, dan Alea tidak hanya tentang mengatasi
ketakutan dan menghadapi ketidakpastian, tetapi juga tentang persahabatan, keberanian, dan
tanggung jawab. Mereka memahami bahwa terkadang, tindakan kebaikan dapat mengubah
dunia, baik dunia kita maupun dunia gaib, dan bahwa persahabatan adalah kekuatan yang luar
biasa dalam mengatasi rintangan. Mereka telah menemukan tujuan hidup mereka yang lebih
besar dalam membantu mereka yang terperangkap dalam kegelapan, dan kisah petualangan
mereka menjadi legenda yang menginspirasi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai