Anda di halaman 1dari 3

“Langit di Balik Bukit”

Di sebuah desa terpencil, tinggallah dua anak muda penuh semangat dan selalu ingin tahu
segala hal, mereka adalah Arum dan Diska. Dan di sana, berdiri bukit besar berumur puluhan
tahun yang selalu orang-orang bicarakan, banyak sekali kabar angin yang tersebar di sana.
Konon katanya, ada penunggu atau semacam makhluk yang tinggal di sana, atau bahkan
yang paling sulit di percaya yaitu ada portal menuju ke dunia paralel. Desas desus itulah yang
membuat mereka selalu penasaran dengan bukit besar tersebut yang menjadi batas terluar desa.

Arum: “Diska, menurutmu bagaimana kalau kita menjelajahi bukit itu? Aku selalu penasaran dan
sangat ingin menjelajahi atau sekedar melihat lihat ada apa di dalamnya.”

Diska: “Hmm.. perkataanmu ada benarnya, kita bisa saja menemukan sesuatu yang belum pernah
ditemukan orang desa sebelumnya.”

Setelah diskusi itu, akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat keesokan di pagi
harinya. Mereka berdua berangkat menuju bukit dengan persiapan ala kadarnya, dengan penuh
semangat dan rasa ingin tahu. Namun, semakin mereka mendaki, langit semakin gelap yang
menandakan akan turun hujan.

Diska: “Arum, ini bukan musim hujan, tapi kenapa mendung sekali? Rasanya ada yang aneh.”

Tiba-tiba, hujan lebat mulai turun. Merekapun bergegas mencari tempat berteduh di balik
bebatuan besar. Di tengah hujan yang lebat, tak di sangka, mereka menemukan adanya tempat
tanpa penghuni namun sama sekali tidak mengeluarkan suasana yang horror.

Arum: “Wah! Tempat apa ini? Ayo Diska, kita harus segera mencari tahu!”

Merekapun masuk ke dalam tempat itu dan menemukan gua kecil, yang ternyata
merupakan gerbang menuju dunia bawah tanah yang dipenuhi oleh warna dan kilauan dari
beberapa batu permata yang menempel di setiap dinding tempat itu. Di sana, mereka bertemu
dengan Anara, makhluk kecil bercahaya yang menyambut dan menyapa mereka, dia menjelaskan
bahwa hujan di dunia Arum dan Diska adalah tetesan hujan kebahagiaan.
Anara: “Kalian membawa kebahagiaan ke dunia kami, karena kalian datang bukan dengan niat
jahat, kalian hanyalah anak anak yang baik dan pintar dengan rasa keinginan tahu-an yang tinggi.
Tetesan hujan kebahagiaan ini adalah hadiah untuk kalian.”

Arum dan Diska dikejutkan oleh keindahan dunia bawah tanah ini dan merasa terhormat
dengan disambutnya kehadiran mereka. Namun, Anara memberi tahu bahwa mereka hanya dapat
kembali ke dunia mereka ketika hujan di dunia bawah tanah berhenti terlebih dahulu.

Diska: “Bagaimana caranya menghentikan hujan di sini?”

Arum: “Iya, Bagaimana? Apa kau tahu caranya, Anara?”

Anara: “Kalian harus bisa mengumpulkan cerita-cerita bahagia dari makhluk-makhluk yang
tinggal di dunia bawah tanah ini.”

Mereka berduapun menjelajahi dunia bawah tanah, mendengarkan dan membagikan


cerita kebahagiaan. Setiap cerita, membuat hujan berkurang sedikit demi sedikit. Setelah waktu
yang lama, hujan di dunia bawah tanah akhirnya berhenti. Anara dengan senang hati
membukakan gerbang untuk Arum dan Diska.

Anara: “Terima kasih, karena kalian telah membawa suasana kebahagiaan ke dunia kami.”

Arum: “Sama-sama, terimakasih juga sudah membantu dan mempersilahkan kami datang ke
tempat ini.”

Arum dan Diska kembali ke desa mereka dengan cerita-cerita kebahagiaan dan pelajaran
berharga.

Diska: “Arum, petualangan ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan bisa datang dari berbagi.”
Arum: “Betul, Diska. Kita membawa sinar kebahagiaan ke dunia bawah tanah, dan sekarang kita
membawanya pulang.”
Arum dan Diska kembali ke desa mereka dengan cerita-cerita kebahagiaan dan pelajaran
berharga.

Anda mungkin juga menyukai