Anda di halaman 1dari 4

Nama : Theresia Khofifa Ummah

NIM : 20231666044

BANGKIT LAGI?
Pagi yang cerah terpancar dari jendela kamar. Anastasia yang masih diselimuti oleh gorden
yang menutup jendela hingga menyentuh lantai. Suara gemericik dari siulan burung-burung pun
menjadi tanda bahwa Anastasia benar-benar akan terlambat jika tidak bangun saat itu juga. “Nas,
bangunnn…!!!”, teriak Bu Rini dari lantai bawah rumahnya. “Iya, Ma!!”. Seketika suara nyaring
bak klakson dari Bu Rini itu pun membangkitkan Anastasia yang masih terlarut dalam buaian
mimpinya. Dengan wajah sembab bekas dari ranjangnya, Anastasia bangkit dari kasurnya dan
berjalan menuju sumber suara yang memanggilnya tadi, walau fakta bahwa nyawanya yang
belum 100% terkumpul itu tidak dapat dipungkiri. “Bangun sayang, waktunya sarapan pagi.
Setelah ini ikut Mama ke taman yaaa…”, “Mau ngapain Ma?” tanya Anastasia. “Ya mau jogging
lah, hidup sehat harus diterapin sedini mungkin. Biar pas tuan anti gak encok hahaha…”, gurau
Bu Rini. “Males ah Ma! Masih ngantuk akuu… Lagian hari libur lohhh. Kan enak di rumah aja
rebahan”. “Hadeuuhhh… remaja sekarang pada jadi remaja jompo nih! Kalah sama generasi tua
kayak Mama yang masih semangat olahraga.” “Aduhh iya deh Ma, Nas ikuttt”. Kedua orang
yang seperti dua sahabat karib itu pun akhirnya pergi ke taman untuk olahraga pagi sesuai
perintah Bu Rini. Sesampainya disana, mereka pun berolahraga dan berbincang untuk
menghilangkan rasa lelah yang mereka alami setelah lelah mengelilingi taman tersebut. singkat
cerita, Bu Rini pergi meninggalkan Anastasia mencari makanan untuk sarapan mereka berdua.
Anastasia pun berjalan mengelilingi taman untuk yang kedua kalinya karena merasa bosan
setelah ditinggal ibunya. Ia berhenti di depan kolam ikan yang berada di sudut taman tersebut.
Anastasia bermain dengan ikan yang ada di dalam kolam tersebut sembari bergumam, “kalian
gak capek apa, terkurung disini terus? Apa gk pengen keluar dan berenang di laut bebas aja?
Bisa ketemu sama orang-orang yang kalian sayangi?”. Tiba-tiba, seekor ikan yang ada di dalam
kolam pun berhenti dan memandang Anastasia. “Loh, kamu ngerti apa yang aku omongin???
Kamu ngangguk gitu?? Serem juga nih ikan”. Anastasia merasa ada yang tidak beres dengan
keadaan ini. Ia pun bergegas untuk pergi meninggalkan kolam tersebut, namun keadaan berkata
lain. Anastasia terpeleset dan masuk ke dalam kolam ikan itu. Tak ada satu pun orang yang ada
di tempat itu, sehingga tidak ada orang yang bisa menolong Anastasia. Anastasia panik, hingga
akhirnya tubuhnya tenggelam bak dilahap kolam itu. Saat hal itu berlangsung, Anastasia merasa
seakan tubuhnya ditarik masuk ke dalam dasar kolam lalu tagan seseorang seakan menutup
kedua matanya menjadikan suasana semakin mencekam bagi Anastasia “apa aku akan mati?
Yang benar saja.. aku meninggal dalam keadaan terpeleset di kolam ikan hias begini? Ini gak
keren sama sekaliiii!!!” “aku ngapain sih ini, masa’ iya aku ngambang di dalam kolam gak jelas
gini? Ma, tolongin Anastasiaaa. Nas takut Maa. Tolong bantuin Nas Ma” ujar Anastasia dalam
hati, yang berharap bahwa ada seseorang yang sadar akan keberadaannya sekarang. Tak lama
setelah kejadian itu, ada bayangan yang menyelimuti Anastasia dan menariknya hingga ke dasar
kolam. Menariknya, ternyata kolam tersebut bak portal menuju dimensi lain. Sehingga membuat
Anastasia seakan terlempar ke tempat antah-berantah yang jauh dari tempat dia berasal.

Tak lama setelah itu, Anastasia tergeletak di lahan dengan rumput-rumputnya yang sudah
mengering. Anastasia melihat sekelilingnya, matahari yang terik membakar kulit kuning langsat
miliknya. Rumah penduduk berjarak cukup jauh satu sama lain. Pohon yang kering tandus,
hembusan angin berpasir yang berlalu-lalang melewati wajah Anastasia, membuatnya semakin
merasa asing di tempat itu. “Hei gadis muda, apa yang kau lakukan disana?”, teriak seorang
Wanita paruh baya yang seketika menghancurkan lamunan Anastasia. “Cepatlah kemari, atau
mereka akan menghabisimu!!”. Anastasia kaget. Dia bingung dengan apa yang diucapkan oleh
Wanita tua itu. ‘Apa yang terjadi?’ ‘mengapa dia mengatakan hal itu?’ ‘siapa yang dia maksud?’.
Pertanyaan itu mengelilingi pikirannya. Tiba-tiba, muncul lah sekelompok orang bertopeng kain
bak sorban. Masing-masing dari mereka membawa senjata yang seakan siap melucutkan peluru
untuk membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Anastasia terkejut bukan kepalang. Ia bingung
apa yang harus dilakukannya, ke mana dia harus pergi. Seketika saat itu, seorang pria menarik
Anastasia dan membawanya ke dalam sebuah rumah tua. “Apa yang kau lakukan?”, “Diamlah,
atau mereka akan mendengar suaramu dan membunuhmu hidup-hidup!”. “Apa salahku sampai
aku harus dibunuh oleh mereka?”. “Semua orang akan tetap mereka bunuh. Salah ataupun tidak,
mereka akan membantai kita semua tanpa pandang bulu”. “Kenapa mereka melakukan hal itu?”
“Tentu saja karena mereka ingin menguasai wilayah kami”. “Mereka membantai kami semua
dan berusaha mengambil tanah kami demi kepentingan diri mereka sendiri. Mereka tidak peduli
dengan nasib kami, ataupun dampak yang akan kami dapatkan.” “Lalu, bagaimana cara kalian
bertahan hidup? Atau kenapa kalian tidak pergi meninggalkan tempat ini saja?” tanya Anastasia
yang seakan sangat ingin tau apa yang akan diucapkan oleh pria itu sebagai jawaban dari
pertanyaannya. “Tentu saja kami merasa kecewa dan sakit hati, setiap hari kami berjuang untuk
diri kami sendiri yang terpenting untuk wilayah yang sangat kami sayangi ini. Kami semua telah
sepakat untuk tidak pergi meninggalkan tempat in dan berusaha mempertahankan wilayah ini,
walau kami tau nyawa kami jadi jaminannya”. Setelah pria itu selesai berbicara, seketika air
mata mengalir di wajah milik Anastasia. Hati kecil nya merasa iba dengan apa yang diceritakan
oleh pria itu. “Mari ikut denganku, akan kutunjukkan sesuatu”, “Ke mana kau akan
membawaku?”. “Ke tempat yang lebih aman dari sini”. Funfact, saat Anastasia sampai di tempat
ini, pemandangan yang dilihat nya yaitu bangunan yang telah hancur, rumah-rumah penduduk
yang beberapa telah rusak bahkan roboh, serta kondisi tempat itu bak kota mati, karena sebuah
perang besar. “Lihatlah sekelilingmu, semua orang hanya memiliki tempat ini untuk berlindung
dari serangan mereka. Rasa sakit yang mereka alami sangatlah dalam. Orang-orang yang mereka
cintai habis terbunuh oleh mereka. Hanya rasa percaya dengan keajaiban Tuhanlah yang
membuat mereka kuat hingga sekarang”. Air mata Anastasia pun tidak dapat terbendung lagi.
Dia merasakan rasa sakit yang telah dialami oleh para warga itu. Umpatan demi umpatan
diucapkannya dari dalam hati. ‘Manusia macam apa mereka yang tega membantai orang-orang
yang tak berdosa ini hanya untuk kepuasan diri mereka sendiri’. Anastasia akhirnya bertekad
dengan dirinya, ia harus menolong orang-orang tak bersalah ini, agar mendapat keadilan. Saat
pagi tiba, muncullah sekawanan orang bersenjata itu dan bersiap untuk menembak dan
menghancurkan mereka semua. Anastasia mengajak para penduduk yang selamat pun pergi dari
tempat itu untuk mencari tempat yang lebih aman. Pria yang mengajak Anastasia beberapa saat
yang lalu, membawa beberapa orang untuk membantu mempertahankan wilayah dan melawan
para pria bersenjata itu. Hari demi hari mereka lewati dengan kabur dan menyelamatkan diri dari
mereka yang ingin merebut wilayah yang tidak miliknya sendiri. Anastasia membantu mengobati
mereka yang terluka, memasak untuk persediaan pangan para warga, dan masih banyak lagi.
Sedangkan, pria itu menjaga dan mempertahankan wilayah yang dihuni oleh mereka yang
selamat.
Hari demi hari berlalu, setiap hari mereka harus rela menahan rasa sakit. Tak sedetik pun
mereka lupa untuk berdoa dan selalu mengadahkan tangan ke langit untuk meminta bantuan dari
Tuhan. Harapan untuk bebas masih berkibar di dalam hati mereka. Hingga suatu saat, dimana
para pria bersenjata itu datang untuk merusak rumah mereka dan membunuh orang yang mereka
kasihi, tiba-tiba peluru yang mereka tembakkan meleset. Tidak ada satu pun yang berhasil
menyentuh rumah dan tubuh mereka. Tak lama, turun lah hujan yang sangat mendamaikan hati.
Hujan itu bak jawaban dari semua doa mereka. Pos-pos dan barak tempat para pria bersenjata itu
bersembunyi, diguyur hujan yang sangat deras dan tidak lama setelah itu, tersambar petir yang
membuat tempat itu kehilangan sumber listrik. Lama kelamaan, muncul lah sumber api yang
membuat tempat itu terbakar dalam kondisi hujan. Mereka berlari tunggang-langgang meminta
bantuan kepada orang lain, tapi takdir berkata lain. Tidak ada satu pun orang yang menolong
mereka. Saat pagi telah datang, Anastasia dan beberapa penduduk melihat tempat mereka dan
terkejut dengan apa yang mereka lihat. Semua yang mereka (kelompok bersenjata) miliki telah
habis terbakar. Ada Sebagian anggota dari mereka ditemukan tak bernyawa dalam tempat itu.
Dan, mayat dari mereka mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Para penduduk akhirnya
terbebas dari kejaran orang-orang yang kejam itu. Anastasia membantu mereka untuk berbenah
dan memperbaiki tempat tinggal mereka yang telah dihancurkan sebelumnya. Mereka
membangun tempat tinggal sementara yang layak dihuni untuk semua warga yang selamat
sembari menunggu rumah dibangun satu per satu lagi. Anak-anak mulai bermain Kembali tanpa
merasa takut ada orang yang mengancam nyawa mereka. Setelah beberapa hari sibuk membantu
para warga, Anastasia merebahkan tubuhnya di atas tikar dari daun kelapa. Rasa lelah terpancar
dari wajahnya. Tak lama, matanya pun terpejam. Saat dirinya terbangun, ternyata dia sedang
tidur di ranjangnya. “Nas, banguunn…”. Kalimat yang tak asing itupun sontak
membangunkannya. “Hah, aku di sini?” . wajah bingung Anastasia membuat ibunya
menghentikan lamunannya, “trus mau di mana lagi??? Cepat bangun! Sarapan udah siap tuh”.
Anastasia tidak membantah perintah ibunya dan segera turun untuk sarapan pagi. “Ma, aku
ngalamin hal yang aneh deh, perasaan aku ga disini.” “Maksud kamu?”. “Apa pun itu, aku
bersyukur mereka bisa bahagia. Aku harap, mereka bahagia terus sampek akhir hayat mereka,
tanpa perlu bersembunyi dari apa pun”. Bu Rini hanya mendengarkan Anastasia, “Mereka harus
mendapatkan hak yang layak mereka dapatkan. Aku salut dengan tekad yang mereka punya. Aku
harap, mereka bisa BANGKIT LAGI dan hidup bahagia bahkan hingga selamanya.”

Anda mungkin juga menyukai