Anda di halaman 1dari 4

WANA PARWA

Nama : Ida Ayu Shinta Candra Dewi


Npm : 2207011970
Prodi : Pendidikan Agama Hindu ( pagi)
DANAU KEMATIAN

Suatu kali, Ketika pandava meninggalkan Dwaitavana itu adalah bulan-bulan terakhir
disana seorang brahmana memenuh Yudishtira dengan sebuah tujuan. Ia berkata bahwa seekor
rusa, telah memasuki pondoknya dan membawa kayu-kayu yang dipergunakan untuk
membuatapi, semua harus menyalakan api. Api yang keluar dari kayu-kayu itu harus dipuja
setiap hari ,brahmana itu sangatlah khawatir karena malapetaka ini dan meminta lima bersaudara
ini untuk mengikuti rusa itu dan menyelamatkan kayu-kayu itu dari tanduk rusa itu dimana
kayu-kayu itu telah tersangkut. Pandava segera pergi mengejar rusa itu, mereka mengikuti rusa
itu sampai jauh sekali dan rusa itu menghilang dari pandangan mata. Mereka tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan . yudishtira sedih karena ia tidak bisa memenuhi keinginan brahmana itu,
Kecewa pada dirinya dan lelah karena haus dan lapar, mereka duduk dibawah pohon yang
rindang. Mereka sangat sedih. Duduk dibawah pohon yang rindang. Mereka sangat sedih. Duduk
dibawah pohon dan mencoba untuk menemukan alas an mengapa malapetaka ini terjadi, bagi
mereka ini adalah malapetaka karena mereka tidak bisa memenuhi keinginan brahamana .
Nakula berkata “Adiku,engkau tidak akan pernah tahu kapan malapetaka terjadi pada seseorang,
Malapetaka ini selalu terjaadi secara beruntun dan tidak pernah satu-persatu/ Seseorang hanya
bisa bertahan. Bukanlah hak kita bertanya mengapa semua ini terjadi. Mereka diperuntukan bagi
kita dan kita harus mampu bertahan.”
Bhima berkata; “ Kakak, aku tahu mengapa ini terjadi pada kita. Jika aku membunuh
Dussasana pendosa itu Ketika ia menyeret Draupadi ke istana ini tidak akan terjadi. Adalah dosa
membiarkan dia hidup. Inilah mengapa kita harus menghadapi malapetaka ini”. Arjuna berkata :
“ Aku seharusnya tidak bersabar pada Radheya telah menghina Draupadi. Ini adalah dosa yang
telah kita lakukan. Inilah mengapa malapetaka ini terjdi pada kita”. Dan Sahadeva berkata : “
jika aku membunuh Sakuni pada hari ia bermain dadu,ini tidak akan terjadi pada kita”.
Yudishtira tersenyum pada mereka semua dan berkata: “ ini bukanlah saat untuk melihat
kebelakang dan memikirkan apa yang mungkin . kekhawatiran kita saat ini adalah bagaimana
caranya kita menghlilangkan rasa haus yang amat sangat ini yang menjadi masalah kita sekara?
Nakula, bangkitlah dari pohon itu dan lihatlah ke sekeliling . lihat apakah engkau bisa
menemukan sumber air disekitar sini. Kita hamper mati karena kehausan”. Nakula melakukan
apa yang di suruh pleh kakanya. Ia berkata; “ Aku bisa melihat sebuah danau dari tempat ini”.
Mereka sangat senang mendengarkanya . Yudishtira berkata : “Adik pergilah sekarang dan
bawakan air itu untuk kami”. Nakula dengan cepat menuju ke danau itu.
Ia sampai di danau itu, airnya terlihat begitu sejuk dan mengundang kita untuk mandi. Ia
mendekati danau itu untuk minum. Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara yang ia tidak tahu dari
mana asalnya. Suara itu berkata: “ Engkau tidak boleh meminum air danau ini ,sebelum engkau
bisa menjawab pertanyaanku’’. Nakula tidak mendengarkan suara itu yang ia tidak ketahui
darimana asalnya. Ia sangat haus. Ia segera menuju ke tepi danau dan meminum air yang dingin
itu dengan cepat. Tiba-tiba Nakula jatuh mati.
Yang lainya menunggunya lama sekali. Tetapi Nakula tidak Kembali. Yudishtira
mengutus Sahadewa untuk mencari adiknya. Sahadewa sampai ke danau itu, ia melihat mayat
adiknya di tanah , ia sangat terkejut . tetapi ia sangat haus dan degan cepat menuju air danau
seperti yang dilakukan oleh Nakula . suara yang sama ia dengar memberi peringatan. Tetapi
Sahadewa seperti Nakula , ia mengacuhkan peringatan itu dan meminum air dan mengalami
nasib yang sama dengan adiknya. Yudishtira kemudian mengutus Arjuna dan kemudian Bhima.
Tidak satu orang pun Kembali juga, ia ingin tahu tentang keanehan ini , dan dengan pikiran yang
bingung , Yudishtira berjalan menuju danau. Ia sampai dengan cepat, ia berhenti, terkejut denga
napa yang telah ia lihat. Ia melihat semua saudaranya meninggal.
Yudishtira terperangah. Ia berkata “ bagaimana semua ini bisa terjadi? Tidak Nampak
telah terjadi pertarungan di tempat ini . sangat tidak mungkin bagi keempat saudaraku ini bisa
terbunuh tanpa bertarung demi hidup mereka . pasti telah ada kecurangan. Apa penyebabnya?
Dengan sedih ,Yudishtira berdiri melihat mayat-mayat saudaranya yang tercinta. Lututnya sudah
tidak mampu lagi menahan tubuhnya. Ia terduduk lemas, ia hanya duduk, ia tidak bisa
meneteskan air mata : malapetaka ini terlalu menyedihkan untuk ditangisi dengan air mata biasa.
Ia memegang kepalanya dengan dua tanganya dan duduk seperti patung. Ia berbicara pada
dirinya sendiri : “ Sekarang, sepupu-sepupu kami akan senang. Mimpi Duryodhana telah
terwujud,Sakuni mencapai apa yang ia inginkan. Mungkin mereka telah mengutus sseseorang,
beberapa orang mata-mata untuk membunuh saudara-saudaraku dengan tiba-tiba . bagaiman aku
bisa menjawab pertanyaan dari ibuku dan Draupadi? Keempat saudaraku telah menderita
karenaku. Dan sekarang, Ketika kebebasan didepan mata, saudara-saudaraku telah terbunuh.
Bagaimana aku bisa hidup lama lagi di dunia ini, sendiri, tanpa mereka? Mengapa mereka yang
harus mati bukan diriku? Dimanakah kematian yang telah merenggut nyawa mereka ? mengapa
kematian itu tidak datang kepadaku ?”. pikiran tertumoang tindih dalam benaknya yang kacau .
Yudhistira hampir gila karena kesedihanya, air matanya jatuh pada air yang dingin dan rasa
hausnya Kembali datang. Tenggorokanya sangat kering dan terasa terpanggang oleh air matanya
yang tak henti-henti. Ia berjalan ke tepi sungai dan akan meminum air itu, Ketika ia dicegah oleh
sebuah suara. Ia memberitahukan bawha ia tidak boleh meminum air itu sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaannya. Yudishtira mengurungkan niatnya untuk minum. Ia melihat
kesekelilingnya untuk mencari sumber suara itu . suara itu mengatakan “ aku melihat saudara-
saudara mu datang ke tempat ini ,aku memberitahu mereka untuk minum,mereka tidak mau
mendengarkan aku ,mereka minum dan mati, aku adalah yaksa yang memili danau ini,”. Suara
Yudishtira parau karena air mata . ia berkata “ yaksa apakah dirimu? Apakah engkau salah satu
dari para Rudra? Apakah engkau pemimpin marut? Siapakah dirimu ? Siapakah dirimu yang
mampu mengalahkan kekuatan adik-adiku? Adik-adiku tak terkalahkan . tidak seorang
pun,bahkan dewa sekalipun, yang dapat membunuh salah satu dari mereka . tetapi engkau telah
membunuh keempatnya ,mereka bahkan tidak sempat bertarung untuk mempertahankan hidup
mereka. Tuan, aku sangat kagum dan hormat kepadamu, aku ingin sekali mengetahui siapakah
dirimu yang telah mampu melalukan hal ini pada saudara-saudaraku. Aku ingin melihatmu”.
Yaksa itu menampakan diri di depan Yudishtira ,ia memang sangat menyeramkan.
Yudishtira memberi hormat pada yaks aitu karena kekuatanya dan berkata : “ Aku
menghormatimu, aku akan senang jika engkau memberiku pertanyaan itu, aku sangat
berterimakasih padamu”. Yaksa ini berkata “ saudara-saudaramu tidak mendengarkan aku, aku
juga akan bertanya padamu. Danau ini miliku, engkau tidak boleh minum air terkecuali engkau
dapat menjawab pertanyaan ku” Yudhistira berkata : “ Tuan aku tidak akan menghinamu dengan
tidak mendengarkan kata-kataku,engkau mengatakan bahwa danau ini milikmu ,dalam hal ini
aku tidak berhak untuk menyentuhnya terkecuali engkau mengijinkan aku untuk melakukanya,
aku setuju dengan syaratmu ,sengkau boleh bertanya padauk. Aku akan mencoba untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Aku akan berusaha , melakukan yang terbaik, untuk
memuaskanmu dengan jawaban-jawabnku.”

Anda mungkin juga menyukai