Anda di halaman 1dari 8

enaran Episode Yaka

Episode Yaka Prana (Yaka yang memberikan pertanyaan pada Yudhihira) adalah bagian penting lainnya. Cerita ini muncul pada bagian akhir Vna Parva. Pertanyaan Yaka, dan jawaban Yudhihira. Wedawysa menunjukkan percakapan ini dengan alami sebagai pembimbing dalam kehidupan setiap hari. Setiap pertanyaan dan setiap jawaban memberikan stimulasi. Kita akan menjadi orang yang bijaksana apabila kita mengikuti prinsip yang ada dalam cerita. Episode ini adalah cahaya dalam kehidupan yang berharga. Ini terjadi ketika Yudhihira masih ada dalam hutan. Suatu kali seorang Brhmaa mendekatinya dan

berkata bahwa seekor rusa telah melarikan diri dengan alat-alat yang sangat penting bagi ritual yang ia lakukan, dan memintanya untuk mengambilkannya untuknya. Pawa mengejar rusa itu. Mereka menembakkan panah. Tetapi menghilang dalam pandangan. Karena khawatir mereka duduk di sebuah pohon. Mereka sangat haus. Nakula merasa bahwa disekitar tempat itu ada danau. Ia memberitahu kakaknya bahwa ia akan mencari air dan pergi ke danau. Ia melangkah ke air, bermaksud meminum air dan membawakan saudaranya. Tetapi kemudian terdengar suara yang mencegahnya: Jangan, jangan minum dahulu. Jawablah pertanyaanku terlebih dahulu. Nakula melihat kesekeliling namun tidak melihat siapapun. Ia sangatlah haus; ia tidak memperdulikan larangan itu, ia membungkuk, meminum air itu dan iapun tewas. Saudara-saudaranya menunggu lama, Nakula gak kunjung datang. Kemudian Yudhihira menyuruh Sahadewa pergi mencari Nakula. Dan sampailah di tepi danau, lalu ia ingin minum air danau itu. Tetapi

kemudian ia mendengar suara yang melarangnya. Ia juga tidak memperdulikan larangan itu, di minum airnya dan akhirnya ia pun mati. Diceritakan, Arjuna dan Bhma, yang mengikuti Nakula dan Sahadewa mengalami nasib yang sama. Yudhihira menunggu lama, dan kemudian ia mencari saudara-saudaranya. Melihat mayat adikadiknya membuat Yudhihira sangat sedih. Apakah yang menyebabkan mereka tewas? Ia merenung. Dan menuju ke tengah danau, menghalau rasa hausnya. Ia mendengar sebuah suara dari langit, Akulah yang bertanggung-jawab atas kematian saudara-saudaramu. Jika engkau tidak mau menjawab pertanyaanku, engkau pun akan mengalami nasib yang sama. Pertama jawablah pertanyaanku. Suara itupun berkata bahwa ia adalah seekor bangau. Ia berkata, Siapakah engkau? Tidak ada bangau biasa yang bisa mengalahkan prajurit tangguh seperti mereka. Mereka tak terkalahkan. Ia pastilah dewa. Aku ingin

melihatmu. melihatmu

Aku

mohon

ijinkan

aku

Suara itu menjawab, Dharmarja, aku memberitahu saudaramu bahwa mereka harus menjawab pertanyaanku dulu, dan kemudian memuaskan rasa haus mereka. Mereka tidak mendengarkan aku dan inilah hasilnya. Yaka itu juga berkata, aku bukan seekor bangau biasa tapi aku adalah Yaka. Yudhihira sangat sedih. Air-mata mengalir di pipinya. Ia berkata, Aku tidak akan minum air ini tanpa ijinmu. Tanyakanlah pertanyaanmu. Aku akan menjawabnya sebaik mungkin. Yaka itu kemudian bertanya, Apa yang membuat matahari bersinar? Siapakah yang mengelilingi matahari? Siapakah yang menyebabkan matahari terbenam? Dimanakah Matahari tinggal?

dan Yudhihira menjawab. Parabrahma menyebabkan matahari bersinar. Para dewa mengelilingi matahari. Hukum waktu membuat matahari terbenam. Ia tinggal dalam Kebenaran. Ia adalah sumber dari semua hidup. Yaka itu kemudian bertanya lagi, Apakah yang lebih besar dari bumi? Apa yang lebih tinggi dari langit? Apakah yang lebih cepat dari angin? Apa yang tumbuh lebih cepat dari rumput? Yudhihira pun menjawab. Seorang ibu lebih besar dari bumi. Seorang ayah lebih tinggi dari langit. Pikiran lebih cepat dari angin. Kecemasan tumbuh lebih cepat dari rumput. Yaka itu kemudian bertanya, Siapakah sahabat seorang pengembara? Siapakah teman seorang pria yang tinggal di rumah? Siapakah teman seorang pasien? Dan siapakah teman orang yang mati?

Yudhihira menjawab. Teman seorang pengembara adalah pengembara lain. Teman seorang pria yang tinggal di rumah adalah istrinya. Teman seorang pasien adalah seorang dokter dan kedermawanan adalah teman orang yang telah meninggal Yaka bertanya, Apakah sifat orang yang mulia? Kekayaan manakah yang paling baik? Harta apa yang paling berguna? Kebahagiaan apa yang paling baik? Yudhihira menjawab. Keteguhan hati adalah sifat orang yang mulia. Kekayaan yang paling berharga adalah pendidikan. Harta yang paling baik adalah kesehatan. Dan wujud kebahagian yang paling baik adalah kesenangan. Yaka itu kemudian bertanya, Manusia akan lebih baik jika mereka menghilangkan sesuatu? Apakah itu? Melepaskan sesuatu yang tidak membuat

sakit; apakah itu? Seorang manusia menjadi kaya jika ia kehilangan benda ini; apakah itu? Ia menjadi bahagia jika ia kehilangan hal ini; apakah itu? Yudhihira menjawab. Yaka, manusia menjadi lebih baik jika mereka menghilangkan kesombongan. Menghalau kemarahan tidak menyebabkan kesedihan. Ia yang mengekang keinginannya menjadi kaya. Dan ia menjadi bahagia jika menghilangkan ketamakan. Inilah pertanyaan yang diberikan oleh Yaka. Ia senang dengan jawaban Yudhihira dan berkata, Sempurna. Aku harus menghidupkan salah satu saudaramu. Siapakah yang kau pilih? Yudhihira menyebut Nakula, putra ibu tirinya Yaka sangatlah terkejut. Ia berkata, Mengapa harus memilih Nakula, dan bukan Bhma atau Arjuna?

Yudhihira berkata: Yaka, kebaikan adalah Dharma yang tertinggi. Aku tidak akan pernah mengingkari Dharma. Dharma melindungi ia yang melakukan Dharma. Bagiku, Madr, Ibu Nakula sama berartinya dengan ibuku sendiri Ibu Kunt. Aku tidak akan membedakan antara keduanya. Jadi aku memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaka sangat senang dengan jawaban yang diberikan oleh Yudhihira sehingga ia mengembalikan saudaranya hidup kembali. Kemudian ia memperlihatkan siapakah dirinya yang sebenarnya, Ia tidak lain adalah Dewa Yama. Ia mengagumi kebaikan hati Yudhihira sehingga ia memberikan anugerah padanya. Salah satu anugerah yang diberi pada Yudhihira adalah bahwa ia mengetahui bagaimana seharusnya seorang manusia itu hidup. Wysa membuat Yudhihira berkata Ketamakan, keterikatan, dan kemarahan adalah musuh yang mematikan dalam diri kita. Biarlah pikiranku selalu berada dalam kedermawanan, tapa, dan kebenaran, yang adalah kebajikan.

Anda mungkin juga menyukai