Anda di halaman 1dari 31

Kucing di Pegunungan Ghat

Author: Ambika Rao


Illustrator: Ruchi Shah
Translator: Nasema Zeerak
Ini adalah kisah tentang Paman Sandy
yang sangat mencintai kameranya,
sehingga ia selalu membawanya ke mana-
mana. Mari kita lihat bagaimana masa
kecil Paman Sandy. Tidak seperti teman-
temannya, ia tidak pernah menginginkan
mainan mahal.

2/27
Ia terlalu asik dengan dengan buku-buku
tentang makhluk-makhluk ajaib, sehingga
ketika di dalam kelas pun ia tak pernah
mendengarkan gurunya. Waktu berlalu,
kini Paman Sandy telah menjadi fotografer
satwa liar. Sementara teman-temannya
ada yang menjadi dokter, insinyur dan
penata tari.

3/27
Paman Sandy tak ingin bekerja di kantor besar. Ia lebih
tertarik memotret ular, buaya dan kura-kura. Ia
memutuskan untuk meninggalkan keluarga dan teman-
temannya, dan merasa bebas berangkat ke hutan. Pada
ekspedisi sebelumnya ke Pegunungan Ghats, ia
menemukan seekor kucing misterius. Sejak itu, Paman
Sandy pun terus mencoba mencarinya, ia berharap
dapat memotretnya sebagai tanda bukti.

4/27
Ia lalu memutuskan untuk kembali mengunjungi
Pegunungan Ghats Barat, melalui jalur yang berputar,
untuk mencari kucing itu. Kucing di Pegunungan Ghat!
Rencananya ia akan bertanya kepada semua binatang di
sepanjang perjalanannya, agar mendapatkan petunjuk
tentang kucing, yang ia tahu berwarna abu-abu.

5/27
Ia memulai perjalanannya dari kaki bukit
pegunungan Ghats. Di bawah matahari
yang panas terik, Paman Sandy
memerlukan sebuah topi. “Mari mencari
sumber air,” katanya pada dirinya sendiri.
Ia tahu di sana para binatang biasanya
meninggalkan jejaknya.

6/27
Tebak siapa yang ia temukan! Rajanya
para kucing sendiri, sang harimau! “Oh
harimau agung,” katanya, “Pernahkah kau
melihat seekor kucing? Ia tinggi, tangkas
dan sewarna dengan topiku.” Sang
harimau tidak berkata apa-apa. Ia
mengaum dan menatap ke arah lain.

7/27
Aduh! Hampir saja, pikirnya. Tepat pada
saat itu turunlah hujan yang sangat lebat
yang membuatnya basah kuyup.
Bersamaan dengan hujan lebat itu,
keluarlah segerombolan rayap, yang
sayangnya langsung lenyap disantap para
semut.

8/27
Hujan yang terkumpul di Pegunungan
Ghats Barat turun sebagai air terjun. Air
terjun menjadi sungai-sungai, dan
menjadi sumber air bagi semua makhluk
hidup. Maka jika kita memerlukan air
untuk minum, kita harus melindungi
Pegunungan Ghats.

9/27
Apa yang Paman Sandy saksikan berikutnya
membuatnya gembira. Sekeluarga gajah sedang mandi
di kolam! Mereka memanfaatkan hujan sebaik-baiknya
sebelum angin muson tiba. Beberapa dari mereka
sedang menendang-nendang rumput, yang lainnya
sedang unjuk kekuasaan. “Permisi kalian semua,” kata
Paman Sandy melambaikan topinya, “Apakah kalian
melihat kucing abu-abu besar?”

10/27
“Tidaak,” jawab mereka bersamaan, “Kami belum
melihatnya di sekitar sini.” Tak lama Paman Sandy pun
memasuki kawasan hutan hujan. “Kawasan ini lebih
tinggi dari yang sebelumnya,” senandungnya. “Guk!”
ada yang menyalak dari dalam lebatnya hutan. “Oh, itu
suara kijang yang menyalak, artinya jangan diganggu.”

11/27
Di atas pohon, ia melihat seekor monyet berwajah singa
sedang mencabik buah nangka. Ia tahu itu adalah
Monyet Rhesus berekor singa. Ia sudah pernah
melihatnya di ensiklopedia binatang. “Maukah kau
menolongku menemukan seekor kucing abu-abu?”
tanya Paman Sandy. “Baik,” jawab monyet yang sedang
menikmati santapannya itu.

12/27
“Jalan lurus melalui pepohonan hijau yang
tinggi itu sampai kau jumpai salah satu di
antaranya yang ada sarang lebah
raksasanya.” “Di bawah pohon itu
tinggallah seekor katak yang langka. Ia
tinggal di bawah tanah, menghindari
cahaya matahari.”

13/27
“Aku diberitahu bahwa ia adalah
seekor katak yang pandai. Ia tahu
hutan ini luar dalam lebih dari yang
lainnya.” Paman Sandy ingin segera
menjumpai sang katak. Sampai-
sampai ia lupa berterima kasih
pada monyet itu.

14/27
Paman Sandy berjalan tegap
berirama, kiri, kanan, kiri, kanan
melalui deretan pepohonan yang
melengkung. Lalu ia melihat
sebatang pohon yang sangat
tinggi, dengan sarang lebah besar
yang kelihatannya hampir terjatuh.

15/27
“Kwok, kwok,” kata seekor katak. Namun Paman Sandy
tak bisa melihatnya karena terhalang kabut. “Oh
rupanya kaulah manusia yang datang mencari kucing
itu. Aku mendengar tentang dirimu dari si kelelawar cilik
yang pandai.” Paman Sandy berkata, “Maukah kau
katakan di mana ia berada? Aku akan memberimu
setangkai bunga Iris yang istimewa.”

16/27
Katak itu berwarna ungu dan merupakan satu-satunya
dari spesies itu yang hidup di India, yaitu Nasika
batracus. Sang katak mengatakan bahwa Paman Sandy
akan bertemu dengan seorang dari suku setempat yang
mengetahui di mana kucing itu hidup, dan berkenan
memandunya. Paman Sandy mengangguk, ia terpesona
menyaksikan seekor katak yang demikian luar biasa.

17/27
Ketika ia melangkah lebih jauh ke dalam hutan lebat itu,
ia melihat pepohonan makin berkurang dengan sangat
cepat. “Orang-orang menebang pohon,” katanya,
“untuk membuat barang-barang yang sangat murah.
Dan para binatang yang malang itu tidak punya tempat
untuk tidur.” “Hutan ini adalah rumah mereka, seperti
halnya rumah kita di kota.” Sedih dan putus asa dengan
kondisi itu, Paman Sandy pun berdoa dalam hati.

18/27
“Lindungi hutan-hutan ini, ya Tuhan.
Selamatkan mereka sehingga para
binatang bisa hidup dalam damai.” Ia pun
melanjutkan perjalanannya. Padang
rumput dataran tinggi menantinya. Di
sanalah ia akan menemukan sang kucing
di tempat persembunyiannya.

19/27
Di tempat yang paling terpencil di seluruh Pegunungan
Ghats Barat ini, dengan padang rumputnya yang begitu
hijau, Paman Sandy duduk takjub memandangi
keindahan dan keajaibannya. Ia merasa ini adalah
negeri dongeng. Tiba-tiba ada yang menepuk
punggungnya. Ia berbalik dan melihat wajah yang dicat
hitam.

20/27
“Siapakah Anda, Pak?” tanya Paman Sandy. “Sudah jelas
bahwa aku adalah seorang dari suku yang tinggal di
sini.” “Baik, Pak, tapi berkenankah anda menjawab satu
pertanyaanku ini? Di manakah aku dapat menemukan
kucing istimewa yang kucari-cari ini? Sebelumnya aku
hanya pernah melihatnya sekali.”

21/27
“Apakah kau sedang membicarakan
tentang Pogeyan?” tanyanya. Paman
Sandy tidak yakin dengan apa yang ia
maksudkan. “Sang kucing yang datang
dan pergi laksana kabut. Apakah itu yang
kau maksudkan, kucing yang sulit
dimengerti itu?”

22/27
“Ya Pak, yang itu,” Paman Sandy
membenarkan. Ia sangat
bersemangat. “Aku tahu!” katanya
sambil menunjuk ke atas gunung,
“Aku pernah melihatnya di sana,
tiga kali dalam jarak yang sangat
dekat.”

23/27
Paman Sandy merasa sangat bersyukur. Ia bersalto dan
membuat orang dari suku setempat itu bingung. Paman
Sandy sedang mendaki sambil bersiul-siul ketika ia
melihat dua kambing gunung jantan saling
menyeruduk. Ia mengamati betapa mereka telah
beradaptasi dengan medan pegunungan. Paman Sandy
berangan-angan andai ia dulu juga lahir di pegunungan.

24/27
Sudah pasti ia akan menemukan sang kucing di sekitar
situ. Paman Sandy memutuskan untuk memasang
jebakan kamera di seluruh tempat itu. Kemudian ia tidur
nyenyak di atas bukit curam beratap langit yang
berkelap-kelip. Ketika bangun, ia segera lari mengecek
jebakan-jebakan kameranya. Dan benar, ada beberapa
foto sang kucing itu!! Kucing di Pegunungan Ghat!

25/27
Kucing itu tampak sama seperti sepuluh tahun yang
lalu. Paman Sandy merasa sangat bahagia! Pada saat
yang bersamaan ia merasakan ada ular kecil merayap di
atas kakinya. Ia terbangun, dan menyadari bahwa itu
semua hanya mimpi. Paman Sandy berdoa agar
mimpinya bisa menjadi kenyataan. Kita juga berharap
agar ia bisa segera menemukan sang kucing abu-
abunya, bukan?

26/27
Kucing di Pegunungan Ghat adalah kisah unik Paman
Sandy dalam pencariannya akan kucing misterius di
Pegunungan Ghat Barat. Cerita ini terinspirasi oleh
kisah nyata perjalanan Sandesh Kadur, seorang
penjelajah National Geographic, sekaligus seorang
pembuat film tentang alam dan fotografer konservasi
alam. Tujuannya adalah menginspirasi orang lain untuk
melindungi dan menghargai apa yang ada di alam. Dan
ia masih tetap mencari si Pogeyan!

27/27
Story Attribution:
This story: Kucing di Pegunungan Ghat is translated by Nasema Zeerak . The © for this translation lies with The Asia Foundation, 2014. Some
rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Based on Original story: 'The Cat in the Ghat!', by Ambika Rao . © Pratham Books , 2014.
Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license.

Images Attributions:
Cover page: Man with camera and bag, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 2:
Wildlife photographer, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 3: Wildlife
photographer, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 4: Black cat near leaves, by
Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 5: Man and animals in hot sun, by Ruchi
Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 6: Man and animals in hot sun, by Ruchi Shah ©
Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 7: A tiger, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some
rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 8: Raindrops, termites and ants, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights
reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 9: Raindrops, termites and ants, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved.
Released under CC BY 4.0 license. Page 10: Man talking to elephants bathing in a pond, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights
reserved. Released under CC BY 4.0 license.

Disclaimer: https://www.storyweaver.org.in/terms_and_conditions

Some rights reserved. This book is CC​-BY​-4.0 licensed. You can


copy, modify, distribute and perform the work, even for
commercial purposes, all without asking permission. For full
terms of use and attribution,
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Images Attributions:
Page 11: A deer, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 12: Monkey with the
face of a lion, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 13: Beehive and leaves, by
Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 14: Beehive and leaves, by Ruchi Shah ©
Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 15: Man holding a flower, by Ruchi Shah © Pratham Books,
2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 16: Man holding a flower, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some
rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 17: A purple frog, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved.
Released under CC BY 4.0 license. Page 18: Forests and trees, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC
BY 4.0 license. Page 19: Man sitting in a forest, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license.
Page 20: Man sitting in a forest, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 21: Man
talking to a tribesman, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 22: Black cat, by
Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license.

Disclaimer: https://www.storyweaver.org.in/terms_and_conditions

Some rights reserved. This book is CC​-BY​-4.0 licensed. You can


copy, modify, distribute and perform the work, even for
commercial purposes, all without asking permission. For full
terms of use and attribution,
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Images Attributions:
Page 23: Black cat, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 24: Happy man and
tribesman, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 25: Images and photos of a
cat, by Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 26: Images and photos of a cat, by
Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license. Page 27: A man looking through a camera, by
Ruchi Shah © Pratham Books, 2014. Some rights reserved. Released under CC BY 4.0 license.

Disclaimer: https://www.storyweaver.org.in/terms_and_conditions

Some rights reserved. This book is CC​-BY​-4.0 licensed. You can


copy, modify, distribute and perform the work, even for
commercial purposes, all without asking permission. For full
terms of use and attribution,
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Buku ini akan membawamu ke dalam hutan di Pegunungan
Ghats Barat. Seorang fotografer alam berencana menemukan
Kucing di Pegunungan kucing liar yang aneh serta bertemu dengan makhluk-makhluk

Ghat
lain yang mempesona. Ilustrasi yang unik menghiasi narasi
lucu yang didasari oleh petualangan nyata. Sungguh menarik
bergabung dalam pencariannya ini. Cara apa yang lebih baik
(Bahasa Indonesia) untuk mengajak kalian bergabung dengan misi pencariannya.

This is a Level 4 book for children who can read fluently and with confidence.

Pratham Books goes digital to weave a whole new chapter in the realm of multilingual children's stories. Knitting together children,
authors, illustrators and publishers. Folding in teachers, and translators. To create a rich fabric of openly licensed multilingual stories
for the children of India ​ and the world. Our unique online platform, StoryWeaver, is a playground where children, parents, teachers
and librarians can get creative. Come, start weaving today, and help us get a book in every child's hand!

Anda mungkin juga menyukai