Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FEBRI ALDISYAR & ANDRI SAPUTRA

KLS : X TO 1

SEKOLAH : SMK NERI 7 KENDAL

KERINGAT SANG ANAK


Siang itu, sepeda balap yang sudah simbahnya “MBOOOOK”neng
mulai berderit suara rantainya endi? Triyak pujo kepada
dikayuh lemas menuju arah simbahnya. Ketika masuk ke dapur
perbukitan sebelah tenggara sebuah penggorengan, Mbokikem
sekolah menengah kejuruan daerah menggoreng bakwan jagung tampa
batu retno, wonogiri. Di bawah meperdulikan pujo. Mbok ikem
teriknya matahari yang mulai
mendekati wkatu asar, menambah
beratnya kaki si pengayu yang mulai
kepayahan mendorong pedal sepeda
untuk menanjak perbukitan menuju
gubuk bambu reot Yang mulai
nampak dari atas sepedanya. Jalanan
menanjak kini sudah selasai ,di
memang agak berkurang
gantikan pemandangan persawahan
pendengaranya yang menjelang
menghijau Mengiringi perjalanan
usianya mendekati 80 tahun. Sudah
sang anak yang tampak lesu. Tiba
6 tahun ini,dia menjadi orang tuanya
dipekarangan rumahnya.Dia
bagi pujo. Semenjak ditinggal oleh
meletakan sepedanya di samping
ibunya karna sakit keras sedangkan
kandang kambing yang berada di
bapaknya merantau ke jakarta 4
samping timur rumahnya tanpa
tahun lalu hingga satu kabarpun
melapas sepatunya untuk masuk
terdengar. Pujo melangkah pelan
area dapur rumahnya karnaalesanya
kemudian menepuk pundak Mbok
masih tanah dengan sedikit
ikem sambil berkata “Mbok
tergopoh-gopoh dia mencari
gorengane sing arep dikirim
diwarung mbatu wes siap rung? nyuwun panjenengan supados putu
Tanya pujo kepada si mbahnya. si pujo besok dadiyowong soleh,
Perempuan berubah yang selalu sukses” Isak mbok ikem menyeka
setia mamakai pakaian adat kebayak air matanya yang semakin deras.
jawawa dalam keseharianya
berpaling,”yo wes le,segomu di
gowo dinggo buko neng dalan”
tambh Mbok ikem sambil menyeka
keringat di keningnya. “Mbok aku
mangkat....” sahut pujo sambil
berlalu mengemas gorengan dalam
plastik hitam dan pergi nyelonong
keluar dapur . mbok ikem bergegas
keluar mengikuti langkah cucu nya
menuju pintu dapur yang terhubung
dengan halaman rumahnya. Setelah
memarkir sepeda tuanya, pujo pamit
pada mbok ikem dengan mencium
tangan untuk melanjukan
perjalanan . “jo kok kowe ora salin
klambi disik?sepatumu ora mbok
copot ?” tanya mbok ikem lirih pada
sang cucu . “ora mbok,selakmagrib”
jawabpujo sambil mengayuh
sepedanya menuju warung disekitar
pasar Batu retno yang berjarak
kurang lebih 10 km darirumahnya.
Air mata menetes membasahi pipi
mbok ikem mengiringi kepergian
pujo. Dia masih ingat betul, waktu
dari tempat tidur. Mbok ikem sabil
bergumam “ Duh Gusti Allah , kulo

Anda mungkin juga menyukai