Anda di halaman 1dari 2

Keringat sang anak hingga kini tak satu kabarpun terdengar.

pujo
melangkah pelan kemudian menepuk pundak
Siapa itu sepeda balap yang sudah mulai
mbok ikem sambil berkata”mbok gorengane
berderit suara rantainya dikayuh lemas
sing arep dikirim neng warung mbatu wes siap
menuju arah perbukitan sebelah tenggara
urung? Tanya pujo kepada simbahnya .
sebuah sekolah menengah kejuruan daerah
perempuan beruban yang selalu setia
batu retno wonogiri.dibawah teriknya
memakai pakaian adat kebaya jawa dalam
matahari yang mulai mendekati waktu asar
kesehariannya berpaling “ yo uwes le segomu
menambah beratnya kaki sipengayuh yang
digowo dingo buko neng dalan” tambah mbok
mulai kepayahan mendorong pedal sepeda
ikem sambil menyeka keringat dikeningnya
untuk menanjak perbukitan menuju gubuk
bambu reot yang sudah mulai Nampak dari “mbok aku mangkat…” sahut pujo sambil
atas sepeda nya berlalu mengemas gorengan dalam
plastic hitam dan pergi nyelonong keluar
Jalanan menanjak ini sudah selesai
dapur. Mbok ikem bergegas keluar
digantikan pemandangan persawahan
mengikuti langkah cucunya menuju
menghijau mengiringii perjalanan sang anak
pintu dapur yang terhubung dengan
yang tampak lesu. Tiba di pekarangan
halaman rumahnya. Setelah memarkir
rumahnya dia meletakan sepedanya
sepeda tuanya pujo pamit pada mbok
disamping kandang kambing yang berada di
ikem dengan mencium tangan untuk
timur rumahnya tanpa melepas sepatunya
melanjutkan perjalanan “jo kok kowe ra
untuk masuk ke area dapur rumahnya karena
salin klambi disik? Sepatumu or amok
memang alasnya masih tanah dengan
cepot?tanya mbok ikem lirih pada sang
setengah tergopoh gopoh dia mencari si
cucu. “ora mbok selak magrib”jawab
mbahnya ‘’mboook neng endy? teriak pujo
pujo sambil mengayuh sepeda nya
pada si mbahnya. Ketika masuk dapur
menuju warung di sekitar pasar batu
penggorengan mbok ikem sedang asyik
retno yang berjarak kurang lebih 10km
menggoreng bakwan jagung tnpa
dari rumahnya. Air mata menetes
memedulikan pujo. Mbok ikem memang agak
membasahi pipi mbok ikem mengiringi
berkurang pengdengarannya menjelang
kepergiuan pujo.dia masih ingat betul
usianya yang mendekati 80 tahun. Sudah
waktu ibunya meninggal pujo masih
enam tahun ini ia menjadi orang tua bagi
kelas 6sd sedang sakit tifus tidak bisa
cucunya si pujo.semenjak di tinggal mati oleh
bangun dari tempat tidur mbok ikem
ibu nya karena sakit keras sedangkan
sambil bergumam” duh gusti allah kulo
bapaknya merantau dijakarta 4tahun lalu
nyuwun panjenengan supados putu si
pujo dadiyo wong sholeh sukses” isak
mbok ikem sambil menyeka air matanya
yang semakin deras.

Anda mungkin juga menyukai