Anda di halaman 1dari 12

Alam Bebas

Awal Mula Perencanaan


Pada tanggal 3 maret 2019, pagi yang cerah angin tidak terlalu kencang, matahari
bersinar terang dan aku bersekolah seperti biasa. Oh ya namaku Muhammad Nizar Ramdhani
aku duduk di bangku kelas 11 di salah satu sekolah di Tasikmalaya. Aku tinggal di Purbaratu,
bersama ibu dan adikku, sedangkan ayah bekerja di Magelang, Jawa Tengah. Umurku baru 17
tahun, November kemarin. Aku tidak menyangka aku bisa melakukan itu semua, entah dari
mana kekuatan itu. Cerita berawal saat aku sedang mengerjakan tugas tiba tiba temanku
mendekat dan bertanya.

“ Zar? Mau ikut nggak ke ciremai? Anak-anak mau muncak tuh”

“ hah ciremai? Gue lagi boke nih, mana belum tentu juga dapet ijin dari ortu”( di dalam
hati ku aku ingin ikut tetapi keadaan kantong lagi kering atau kanker, belum juga dapet ijin dari
ortu).

“ah kamu ga asik, ayo ikut, mumpung anak-anak pada mau nanjak tuh” sambil menepuk
bahuku.

“ iya iya deh ntar gue pikirin dulu, ntar minggu depan gue kasih kepastian deh gue jadi
ikut ato engganya.” Aku menjawabnya dengan penuh keraguan.

“nah gitu dong, kapan lagi kalo engga sekarang buat naklukin atapnya Jawa Barat ya
nggak? Haha” dengan muka berseri dia menjawabnya.

“iya iyaa, udah ah gue mau lanjut dulu ngerjain tugas” aku membalasnya dengan sikap
sok rajin, seperti benar mengerjakan.

“rajin bener, biasanya juga jarang ngerjain hahaha” sambil menggelengkan kepalanya.

“lagi niat ngerjain gue jadinya ngerjain haha, yaudah kantin yuk?”

“baru aja di puji udah melenceng aja lo mah ah hahaha, yaudah ayo” dia pun ikut ke
kantin.

Dari sana aku terus memikirkan apakah jadi untuk ikut atau engga karena banyak faktor
yang memaksa aku untuk tidak ikut ke Ciremai, seperti ijin ortu, uang, kendaraan, dan lain
sebagainya.
Perizinan
Setelah beberapa hari memikirkan tentang segala kemungkinan yang akan terjadi, aku
juga telah berhemat untuk tidak jajan,dan terkumpulah 100rb dan itu masih kurang belum lagi
biaya logistik perorang adalah 50rb dan kami mendapatkan logistik makanan untuk dua hari di
gunung. Aku berbicara kepada Joko.

“jok gue gatau ikut gatau enggak, soalnya gue lagi boke, carriel, sleeping bag, matras
sama sepatu gue nggak punya, belum lagi gue sering ngga dapet ijin bawa motor jauh jauh
apalagi sampai nginep 2 malam, jadi gimana?, Tanya aku ke Joko.

Joko menjawab “masalah uang logistik mah dari gue dulu ntar kalo udah punya duit
baru lug anti, terus masalah carriel, sleeping bag, matras, sepatu coba tanya temen lo yang lain
syukur mereka punya jadi lo bias minjem buat ke Ciremai, terus lo ijin juga ke ortu cobain aja
siapa tau mereka ngijinin lu muncak, ya nggak?”.

“oke, gue bakal nyoba cari ke temen gue yang suka muncak” dari sana aku langsung
mengontaki semua teman whatsapp mau cewek atau cowok karena aku tuh pengen banget
muncak, apalagi atap Jawa Barat, kesempatan ini mungkin Cuma sekali seumur hidup dalam
hati aku, aku selalu berbicara di hati, aku harus ikut ngga mau tau gimana pun caranya.

Malam hari, setelah niat mantap untuk ijin ke ortu mau apapun jawaban mereka aku
sudah siap. Berjalanlah aku ke ruang keluarga di sana ada ayah dan ibu sedang membicarakan
sesuatu. Didalam hati aku berbicara bismillah

“yah, bu, gini kemarin kemarin temen ngomong ke nizar katanya nizar mau ikut ngga ke
ciremai, nah nizar mau..” belum sempet ngomong ayah sudah memotongnya dengan nada yang
agak tinggi

“jangan, jangan ikut, bahaya Ciremai itu taman nasional disana banyak hewan hewan
buas, nanti kenapa kenapa kan repot urusannya” begitu kata ayah,

“ tapi yah..” aku di potong lagi oleh ayahku.

“ udahh ngga usah ke Ciremai cape, kan kakak punya asma nanti takut kambuh disana
gimana?”,

“iya iya” jujur aku kesal saat tidak di beri ijin muncak karena itu satu satunya
pengalaman yang mungkin tidak bisa dilupakan dan suatu saat nanti pasti akan aku ceritakan
kepada anaku.
Kemudian hari seninnya aku bilang ke Joko kalau aku mungkin tidak akan ikut karena
tidak di beri ijin oleh ortu.

“Joko, gue ngga dapet ijin nih karna ortu takut gue asmanya kambuh pas lagi digunung,
padahal gue pengen banget ikut”.

“yaudah next time aja kalo gitu, ntar mungkin lo di ijinin kalo ke tempat lain” ucap joko
kepadaku.

“yaudah sorry ya gue ngga ikut” padahal jauh dilubuk hati aku pengen ikut.

“sanss zar” sahutnya.

Dari sana aku terus mencoba berbicara dengan ibu, “bu boleh yak e Ciremai, kakak
pengen banget punya pengalaman naik atap Jawa Barat, boleh yaa?” aku coba merayu ibu agar
mengijinkanku muncak.

Setelah panjang lebar berbicara, Alhamdulillah ibu ngijinin aku muncak dan dia akan
berbicara ke ayah. Singkat cerita akhirnya aku di ijinin oleh ortu dan tanpa disadari ayah
meminjamkan sleeping bag, jaket, dan matrasnya kepadaku seperti peribahasa pucuk dicinta
ulam pun tiba. Setelah ijin sudah di berikan ibuku bertanya tas carriel pinjam saja ke paman
yang rumahnya di Mangkubumi. Akupun segera mengontaki Joko.

“Jok Alhamdulillah gue diijinin nih asal gue mau jaga diri sama hati hati, juga jangan
bertindak yang aneh aneh katanya, dan gue udah dapet carriel, sleeping bag, jaket, dan matras
dari ayah gue, tinggal sepatu nih yang belum, lu ada kenalan ngga?” dengan gembira aku
menyampaikannya.

“wihh kabar bagus tuh gue mau kasih tau anak-anak dulu, kalo sepatu gue ngga punya
kenalan yang suka ke gunung, jadi gue nyewa ketempat outdoor, harganya 60rb sampai balik
tuh sepatu, mau nitip ngga?” sahut Joko dengan nada senang.

“ engga deh gue lagi boke, logistik aja minjem ke lo haha” jawab aku sambil memikirkan
bias ngga ya kalau pake sepatu olahraga aja ke gunungnya hahaha.

“eh Jok kalau pke sepatu olahraga bisa ngga?” aku menanyakannya.

“bias sih Cuma hati hati aja soalnya licin jalannya kalau lagi hujan” jawabnya. “okei deh
gue pake sepatu olahraga aja haha” jawabku.

“serah lo aja hahaha, oh iya lo kalo ngga bawa motor lo bisa pinjem aja ke Dwi oke? Ntar
gue yang bilang ke Dwi” jawab joko.
“ohh oke makasih banyak jok” balas gue ke Joko.

Keesokannya tanpa terduga ibuku memberi uang untuk bekel ku di perjalanan nanti
atau waktu di gunungnya. Higga akhirnya aku punya 200rb, 50 rb pinjam ke Joko untuk
membayar logistik. Untuk peralatan aku meminjam carriel ke paman, kemudian sleeping bag,
matras dari ayah, dan sebagai antisipasi jika di ciremai hujan aku membawa dua jaket sekaligus
jadi tetap aman walau jaket yang satu basah entah karena hujan atau pun tidak sengaja terkena
air tumpahan.

Pengenalan Jalur
Taman Nasional Gunung Ciremai berada di dua wilayah yaitu kabupaten Kuningan dan
kabupaten Majalengka Jawa Barat. Gunung ini mempunyai tinggi sekitar 3.078 mdpl. Gunung
ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang
beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik
letusan yang dinamakan Gowa Walet. Gunung Ceremai termasuk gunung,api Kuarter aktif, tipe
A (yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato.
Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan
dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung
Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak
pada Zona Bandung.

Setelah aku memutuskan untuk ikut muncak, disambut dengan gembira oleh temanku
yang lainnya, sebut saja mereka Ijey, Oi, Fadillah, Hafidz, Ican, Fajar, Nazma, Nurul, Adel, Dwi,
Revi, dan Ayuni. Khusus buat Hafidz dan Fajar aku belum mengenal mereka jujur aku orangnya
akan mudah berbaur jika orang yang belum aku kenal sudah mengajak ngobrol terlebih dahulu.
Saat masuk grup aku tidak banyak ngomen, karna aku milih lebih baik diam dulu Karena aku
tidak tau apa apa saat itu. Hingga saat membicarakan jalur mereka meilih jalur Apuy yang
sedikit asing di telingaku. Katanya di jalur Apuy inilah jalur paling aman dan jalur tercepat
menuju puncak yang berkisar sekitar 8-9 jam perjalanan dari base camp. Setelah jalur sudah di
tentukan maka kami semua pun memastikan apa saja yang di bawa ketika mendaki. Berhubung
Hafidz sudah dua kali ke Ciremai dia memberi tau bahwa logistik di simpan di satu tempat saja
agar tidak terlalu berat membawanya. Kami juga membagi bagi tugas pengambilan barang
seperti tenda yang penting untuk berlindung dari hewan hewan liar di Gunung Ciremai.
Perjalanan
Hari pemberangkatan yaitu tanggal 17 maret 2019 kami semua berangkat ke gunung
Ciremai dengan 7 motor. Perjalanan dari tasik dengan cuaca gerimis kecil, tapi setelah daerah
Kawali, gerimis sudah reda. Kami mengikuti GPS karena Hafidz yang sudah dua kali ke sana lupa
jalan. Perjalanan dari Tasik hingga kabupaten Majalengka memakan waktu kurang lebih 3 jam
lebih. Kami mengikuti GPS hingga sampai ke lokasi Base Camp jalur Apuy, yang kebetulan
disana sudah ada rombongan lain dari Bogor kalu tidak salah. Kami sampai jam 7.46 malam.

Disana juga ada warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman hangat.
Kamipun segera memesan mie kuah dengan segelas kopi hangat, tentunya setelah sholat
magrib dan isya yang di jamak. Disini uangku hampir saja habis karena selalu saja lapar haha.
Kami mengobrol hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul 1 malam, harusnya kami tidur
jam 9 atau 10 malam agar tenaga kami pas untuk sampai pos 5 nanti. Udara dingin segera
masuk menusuk hingga ketulang segera ku buka sleeping bag yang ternyata masih saja terasa
dingin. Temanku Hafidz dia tidak tidur karena khawatir barang bawaan kami ada yang
mengambil, hingga saat subuh jam 4an kami bangun dia pun masih terjaga.

Setelah sholat subuh dia langsung tidur sejenak. Sekitar pukul 6 pagi kami pun
melakukan packing ulang untuk memastikan bahwa kami sudah siap untuk melakukan
pendakian Gunung ini. Tak lupa kami pun berdoa dulu agar di beri kelancaran, serta kekuatan
untuk menaklukan gunung Ciremai ini. Pada jam 7.45 kami langsung regristrasi pendakian.
Prosesnya agak lama karena banyak data dari setiap pendaki yang harus di tulis seperti nama,
umur, nomer telepon, dan lain lain.

Sampai tiba waktu pendakian sekitar jam 8.48 kami memulai pendakian. Di perjalanan
dari base camp ke pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam 16 menit, dengan trek yang landai, tidak
begitu menantang. Di pos 1 kami bertemu dengan rombongan pendaki entah mereka berasal
dari mana aku lupa, mereka sangat kocak, pandai bergurau. Pada saat di pos 1 kami pun
menyempatkan diri untuk berfoto sedikit untuk masalah updatean atau bukti untuk ortu.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 2 disini trek jalan mulai menanjak dengan
tanah yang lembab membuatku harus berhati hati memilih pijakan yang benar. Di trek ini kami
agak lama karena treknya yang menanjak membuat kami cepat cape, jadi banyak istirahat jika
banyak yang sudah tidak kuat atau ingin break dulu. Singkat cerita kami sampai di pos 2 pada
tengah hari, memakan waktu sebanyak 1 jam 20 menit. Kami beristirahat agak lama karena
perut yang mulai lapar membuat banyak orang memaksa untuk makan persediaan logistik.
Kami menemukan buah unik yang mirip dengan buah naga namun sangat berbeda, kami
mencobanya rasanya asam sekali, tetapi seger karena sebagai ganti vit c juga. Saat kami sedang
beristirahat tiba tiba terdengar suara rintik air dari kejauhan dengan sigap kami pun
membentangkan tenda di atas semua tas hingga hujan berhenti. Untungnya hujan tidak lama
mengguyur kami, terasa air yang dingin saat bersentuhan dengan kulit manusia langsung.
Singkat cerita kamipun mulai membereskan semua perlengkapan dan kembali melanjutkan
perjalanan menuju pos 3.

Kami berangkat pada pukul 12.10 siang. Trek yang menanjak membuat banyak orang
merasa pegal di bagian kaki. Saat itu jujur saya ingin pulang ke rumah dan tidak ingin
melanjutkannya namun, melihat semua perjuangan untuk sampai sini itu tidaklah mudah
banyak kendala yang harus aku alami mulai dari ortu yang kurang setuju dengan pendakian ini,
uang tidak cukup, tidak ada peralatan mendaki yang memadai namun semua itu dapat diatasi
dengan semangat yang tidak pernah padam oleh apapun dan meyakinkan ortu untuk samua
yang mungkin terjadi itu tidaklah gampang kita harus benar benar sampai pada tujuan yang kita
janjikan kepada ortu. Setelah memikirkan itu aku terus berjalan walau memang kaki terasa
sangat pegal. Sampai di pos 3 jam 12.59 siang.

Kegiatan yang kami lakukan di pos 3 adalah istirahat, makan cemilan, sholat, kemudian
kami bersenda gurau dengan bergelantungan di akar pohon yang menggantung dari atas hingga
ke bawah. Kami juga melihat ada seekor monyet berbulu hitam yang sedang bergantung di atas
pohon. Dan salah seorang teman pun dengan seenaknya berbicara

“zar, itu ada kembaran lo tuh di atas pohon hahaha”.

“ah lo mah suka gitu sama sodara sendiri hahaha” aku membalasnya dengan senda
gurau.

Pada jam 13.27 siang kami berangkat ke pos 4 trek perjalanan masih sama yaitu
menanjak dan licin karena mungkin habis hujan. Dan kami pun tiba di pos 4 jam 15.04. disana
rupanya ada pendaki yang mau melanjutkan perjalanan pulang dan kami sempat berbincang
dengan pendaki tersebut. Kami menanyakan tentang kondisi di pos 5 yang akan kami dirikan
tenda, mereka memberitahu bahwa di pos 5 banyak pendaki yang mendirikan tenda,
keadaannya penuh itu sebabnya mereka mendirikan tenda di pos 4. Kemudian kami berdiskusi
untuk mendirikan tenda dimana. Dan kami pun sepakat untuk tetap mendirikan tenda di pos 5
sesuai dengan tujuan kami semula.

Kami pun berpamitan dengan pendaki tersebut untuk melanjutkan perjalanan. Kami
pun melanjutkan pada pukul 16.00. disaat pendakian dari pos 4 ke pos 5 kami pun terpisah
karena jujur aku, Fadil, Oi, Joko, Ayuni, dan Dwi ingin segera datang ke pos 5 karena jujur kami
sudah sangat lelah, dan ingin segera mendirikan tenda dan istirahat. Ketika sudah mulai jauh
tibalah di sebuah trek yang sangat terjal hingga kami harus berpegangan pada tali untuk bisa
naik ke puncak medan tersebut. Sesampainya di atas kami langsung melaksanakan sholat
bergantian sambil menunggu yang lain. Tidak lama ada yang memanggil teman saya
“jeeyyyyy?!” yang ternyata suara dari ican yang masih berada agak jauh dari tempatku
itu.

“uyyy?” ijey membalasnya.

Dari sana tidak terdengar lagi suara temanku itu, mungkin tidak terdengar olehnya.
Beberapa lama kemudian mereka yang terpisah agak lama pun sampai di tempat kami istirahat
dan sholat.

Setelah sholat sebagian dari kami semua melanjutkan hingga pos 5 yang katanya penuh
ramai ternyata hanya ngomong kosong. Kami sampai di pos 5 pada jam 17.44, tepat sebelum
magrib. Kami pun segera mendirikan tenda yang tadi kami bawa dari teman kami yang istirahat
sejenakdi tempat tadi. Kami mendirikan tenda di tempat yang tinggi agar tidak banjir saat hujan
nanti. Namun kami mendapati bahwa patok tendanya tertinggal jadi kami tidak bisa langsung
istirahat begitu saja karena takut jika langsung masuk ketenda, nanti tendanya akan terbalik.
Sekian lama kami menunggu akhirnya mereka pun muncul, dan segera kami meminta patok
tenda tersebut.

Setelah tenda berdiri dengan kokoh kami pun membagi bagi tempat untuk istirahat.
Tendaku hanya di isi oleh 4 orang saja yaitu aku, Ijey, Oi dan Fadil. Kami berempat menuyun
dengan sangat rapih agar nanti malam kami bisa istirahat dengan tenang dan nyaman. Kami
pun membuka makanan ringan untuk mengganjal perut kami yang lapar, dan kami membuat
seduhan coklat panas. Setelah itu kami sholat berjamaah di dalam tenda secara berjamaah dan
dengan posisi duduk.

Saat malam hari teman kami nurul katanya mengalami hypothermia dan kami langsung
membuat makanan dari sarden dan sosis yang di satukan, tidak lupa kami membuat nasi. Belum
selesai dengan nurul teman kami yaitu Oi tidak ingin makan karena marah, alasannya dia sudah
lapar sejak dari tadi waktu kami baru datang, namun kami membuatnya pada jam setengah 9
malam, dan hanya memberinya sedikit karena mengingat logistik yang kita bawa harus cukup
untuk 2 hari sehingga dia menolak makanannya.

Pada jam 11 malam kami semua tidur namun entah kenapa aku terbangun dan melihat
jam menunjukan pukul 01.35 entah hanya perasaanku atau memang ada yang menertawakan
tapi suaranya terdengar dekat namun pelan sekali. Entah siapa itu di luar namun aku
merasakan bahwa memang ada seseorang di luar tenda, tetapi aku tetap berfikir positif
mungkin mereka adalah pendaki lain yang masih terjaga.
Egois
Egois memang bukan sifat yang harus di miliki seseorang karena sikap itu menimbulkan
rasa jengkel seseorang dan bingung apa yang di inginkan orang tersebut. Pagi harinya kami
bangun jam 6 karena kami mendengar suara rintik hujan di luar, kami langsung melaksanakan
sholat shubuh. Setelah itu kami membuka tenda untuk melihat dan ternyata hujan sudah
berhenti dan udara pun terasa sangat segar ketika di hirup. Kami melihat sekeliling yang penuh
dengan kabut.

Pada pukul 7.20 saat kami akan sarapan, tiba tiba Oi keluar dari tenda sudah
menggunakan sepatu lengkap dengan tas dan air mineral sebotol kecil, lalu ia berbicara kepada
kami yang sedang duduk kedinginan.

“ayoo summit mumpung ngga hujan!” sahut Oi kepada kami yang keheranan.

Teman ku berbicara,

“Oi lo ngapain, sarapan juga belum” katanya dengan nada heran.

Oi tidak menanggapinya dia terus berjalan kea rah puncak saat kami masih dalam posisi
wenak atau lagi dalam posisi santai. Lantas temanku, Fadil berbicara.

“ayoo susul Oi, gue takut terjadi apa apa sama tuj anak” ungkap dia kepada kami.

“ ayoo, gue juga khawatir nih” sahut aku walau aku tau aku belum sarapan, namun Oi
juga temanku.

“Joko, Ijey ayo ikut kita susul si Oi” kataku kepada mereka berdua.

Mereka berduapun mengangguk tanda ingin ikut namun ragu.

Kamipun bersiap membawa air dan makanan secukupnya untuk sampai ke atas
menyusul Oi. Setelah siap kami pun segera naik membawa tas kecil, tak lupa hp untuk berfoto
jika sampai ke puncak nanti. Di perjalanan hanya jalan menanjak yang kami temui. Setelah 15
menit kami bertemu dengan Oi syukurlah dia tidak kenapa kenapa. Dan kami melanjutkan
perjalanan ke puncak dan kami melihat ada dua orang pendaki sedang berdoa. Semula kami
tidak tahu kalau mereka sedang mendoakan seseorang yang telah meninggal disana, sampai
kami di tempat dimana pendaki tadi memanjatkan doa.

Ternyata di persimpangan jalan tempat dua pendaki itu berdoa, kami melihat sebuah
batu nisan yang bertuliskan nama dari seorang pendaki yang meninggal di tempat itu. Kami pun
lantas membacakan surah Al-fatihah untung beliau. Setelah selesai kami pun melanjutkan
perjalanan menuju puncak. Di perjalanan kami sempat berhenti untuk beristirahat dan berfoto.
Teman kami Fadil mengeluh sakit di perutnya karena maag nya kambuh, mungkin karena dia
belum sarapan. Diapun meminum obatnya dan ingin melanjutkan perjalananya. Namun saat
sudah agak jauh dari tempat kami beristirahat dia mengatakan,

“maaf gue udah ngga kuat nerusin perjalanan nih, gue mau balik aja ke camp” kata fadil
sambil memegang perutnya.

“kok gitu sih dil bentar lagi kita nyampe ke pos 6 (pos dimana katanya ada sumber air)
ayoo lahh” aku menyuruh Fadil tahan dikit karna bentar lagi pos 6.

“nggak ah gue udah ngga kuat, semangat guys capai puncaknya” seru Fadil kepada kita
semua.

Sebenernya kita jadi khawatir takut Fadil di jalan kenapa kenapa karena maagnya
kambuh jadi itulah sebabnya kami khawatir ke dia. Setelah cukup lama terdiam, kami
melanjutkan nya sampai ke pos 6 disana ada sebuah tanda yang menunjukan bahwa pos 6
kurang lebih 20 menit lagi dan ada banyak vandalism yang bertuliskan “Kami gagal ke puncak”.
Hal itulah yang menjadikan semagat kami terbakar untuk sampai puncak. Memang kami sudah
lelah dengan semua tanjakan dan jalan yang licin. Ditambah dengan samping kiri jalan kami
adalah jurang jadi kami harus berhati-hati untuk memilih pijakan jangan sampai kami jatuh
kedalamnya.

“gue ingin cepat sampai ke puncak, gue udah cape, mana di sekeliling gue cuma liat
kabut, batu dan jurang.” Gumamku dalam hati.

Atap Jawa Barat


Ketika sampai pos 6 kami bertemu dengan pendaki lain yang baru turun dari puncak.
Mereka berkata kalau hari itu kurang bagus untuk summit. Mereka juga bilang kalau di sebelah
kami ada lembah disana terdapat sumber mata air namun hanya setetes namun terus menerus
menetes. Karna kami berempat tidak ada yang mau mengambil air maka kami semua
melanjutkan perjalanan dengan persediaan air yang terbatas. Perjalanan dari pos 6 ke pos 7
(puncak) treknya sangat berat karena hanya tingga bebatuan yang di beri celah untuk pijakan
kaki tidak ada tali untung pegangan tangan jadi kami terpaksa merayap seperti cicak dengan
semua tangan atau kaki focus untuk memilih pijakan yang benar.

Alhamdulillah, kami berhasil melewati semua tantangan itu dan kami sudah berada di
puncak Gunung Ciremai yaitu puncak tertinggi Jawa Barat dengan ketinggian 3078 mdpl. Kami
sangat bersyukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena kami dapat selamat sampai ke tujuan
kami semua yaitu Puncak. Dipuncak kami menemukan beberapa batu tanda ‘In Memoriam’
yang berarti ada pendaki yang meninggal di gunung ini, dan namanya di simpan di puncak
sebagai penghargaan tertinggi. Mungkin begitu, ada juga tulisan tentang relawan yang
membuka jalur pendakian Gunung Ciremai.

Disana kami agak kecewa karena kami tidak dapat ke puncak dengan yang lain karena
hanya masalah sepele team jadi terpisah di tambah teman kami yang sakit dan memutuskan
kembali ke camp. Kami segera berfoto ketika kabut mulai menghilang dan kembali lagi dalam
hitungan menit. Perjalanan kami dari pos 5 sampai puncak kira kira 2 jam.

Kami mulai kembali turun ke camp pada saat kami merasakan bahwa ada tetesan air
hujan yang membasahi rambut. Kami segera membuka ponco atau jas hujan, dan segera
memakainya. Namun ketika di pakai hujan pun reda dan kami pun semua tertawa entah kenapa
tapi terasa lucu bagi kami.

“gut nih hujan ketika kita udah pada pake ponco eh malah berenti haha” Ucap Oi pada
saat semuanya melepaskan ponco dan menaruhnya kembali di tas.

Singkat cerita kami turun sudah melewati pos 6 dan sekitar 10 menitan kami sampai
camp, tiba tiba hujan datang dengan cukup deras. Aku segera membuka tas dan mengeluarkan
semua ponco untuk di pakai, hampir saja kami basah kuyup kehujanan. Sesampainya di camp
kondisi masih hujan dan kami berdiam diri di samping tenda menunggu hujan reda dulu baru
kami masuk.

Setelah hujan reda kami pun segera membuka ponco dan sepatu dan segera masuk ke
tenda dan membawa sepatu ke dalam tenda agar tidak basah. Kami berganti baju dan teman
kami memanggil di luar tenda.

“lo semua belum pada makan kan? Gue buatin mie ya buat lo semua” ucap nazma.

“ok ok makasih Ma” kami serempak menjawab.

Setelah menunggu sekitar 10 menit sembari kami diam di bawah hangatnya sleeping
bag teman saya pindah ke tenda sebelah karena di sana pada lagi cerita. Saya masuk dan
langsung memasukan kaki ke dalam sleeping bag yang di buka lebar lebar hingga menyerupai
selimut.

“zar gimana lo semua sampai puncak?” Tanya Fadil kepadaku.

“iya Dil kita semua nyampe puncak, nih buktinya” sambil memperhatikan foto kami
berempat.

“lo mau ikut lagi ngga ke atas?” Tanya Fajar kepadaku.

“engga ah gue cape pengen bobo haha” jawabku dengan candaan.


Setelah itu aku langsung kembali ke tenda karena mienya sudah jadi beserta dengan
nasi hangat, sungguh nikmat rasanya. Setelah itu aku berbaring dengan sleeping bag dan
tertidur sampai aku terbangun karena hujan yang deras. Saat aku bangun semua temanku
kecuali Ijey, Joko, dan Oi belum pada turun, dan jam menunjukan jam 4 sore.

Gangguan
Akhirnya mereka datang tak lama kemudian. Ketika di tenda ada aku, Ijey, Oi, Dan Fadil.

“guys kita pulang duluan mau ngga? Kita berangkat habis magrib, gue pengen cepet
cepet sampai base camp nih” Oi mengusulkan seperti itu.

Aku yang mendengarnya kurang setuju karena ini Alam liar buka perkotaan kita ngga tau
di luar sana kita akan bertemu apa.

“ayoo” sahut ijey.

“gimana yang lain mau ngga?” Tanya Oi kepada ku dan Fadil.

Kami berdua hanya mengangguk, sepertinya Fadil sepikiran denganku.

Saat magrib Hafidz membuka tenda mengobrol kepada kami berempat bahwa kita
pulang besok pagi kita nginep lagi 1 malem, dan sialnya persediaan minum, dan makanan sudah
menipis, satu tendah hanya di beri jatah 2 bungkus mie, air pun kami hanya tinggal 750ml
dalam satu tenda.

Kamipun nurut dan akhirnya kami mengurungkan niat untuk pulang saat itu juga. Kami
tidur jam 8 malam karena perut kami lapar jadi untuk menahannya kami harus tidur lebih awal.
Saat jam 10an terdengar suara gaduh di luar tenda dan semuanya pada bangun. Tanpa
disengaja Fadil menyalakan lampu senter dan kami terkejut bahwa yang membuat gaduh di luar
adalah sekelompok bagong atau babi hutan. Kamipun berusaha mengusirnya karena takut
mereka akan menyerang tenda kitu. Setelah di usir mereka kembali lagi dan benar mereka
merusak tenda teman ku hingga robek di bagian belakang tendanya.

“guys bagong guys” ucap Joko dia kaget karena babi itu menyeruduk tepat di atas
kepalanya.

“tenang, jangan ada yang nyalain lampu itu yang membuat semua babi ini mendekat”
ujar Hafidz.

Cewek yang takutpun pindah ke dalam tendaku, dan Oi pindah ke tenda sebelah.
Setelah hampir 1 jam kami mengusir akhirnya kawanan babi hutan tersebut pergi entah
kemana.
Pergi Untuk Kembali
Keesokannya kamipun terbangun, dan melihat sekeliling akibat kawanan bagong
tersebut. Kami melihat robek pada tenda yang menurutku cukup besar untuk masuk badan
orang dewasa, terlihat tenda lain pun robek karena kawanan babi itu. Kami tidak akan lupa
peristiwa itu.

Kemudian kami semua membagi tugas, untuk cewe memasak dan cowok merapikan
tenda. Setelah makanan siap kamipun makan bersama dulu. Dikarenakan air sudah habis maka
memasakpun menggunakan air bekas hujan semalam. Membuat agar pun dari air itu, tapi
bodohnya lagi kita membuat agar namun gulanya tidak dimasukan jadi rasa agar itu sungguh
aneh ada asin, hambar dan juga sedikit ada kotoran gitu namun karena lapar kita pun
melahapnya tanpa merasa jijik. Minumpun kami dari air tersebut.

Singkat cerita kami semua sudah siap untuk perjalanan pulang turun kebawah, tidak
lupa membawa sampah turun ke bawah. Kami samppai base camp jam 10.14 cepat karena kami
hanya sebentar beristirahat. Sesampainya di base camp kami langsung memesan makanan ke
warung dan makan bersama. Karena sodaraku datang ke tasik dan aku harus pulang duluan aku
pun meminjam motor teman ku yaitu Dwi. Dan aku berjanji akan mengganti bensinnya. Tetapi
karena Fadil, Naufal, dan Revi juga ingin pulang maka kami pulang ke Tasik berempat, dengan
jalur dan rute yang sama, kami sampai Tasik sekitar pukul 4 sore.

Semua pengalaman yang aku dapatkan di Gunung waktu itu tidak akan pernah aku
lupakan. Bahkan sampai aku menulis inipun masih terbayang capenya pendakian itu. Namun
aku tidak pernah kapok dan ingin terus menikmati indahnya Alam Indonesiaku ini. Saya
berpesan untuk golongan muda Indonesia jagalah keasrian hutan dan Alam Indonesia agar
nanti generasi selanjutnya masih dapat merasakan pengalaman yang sama pula.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai