Disusun oleh:
NIM : 01013682328012
Input adalah fungsi produksi yang akan menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Sementara output adalah hasil suatu perekonomian yang diperoleh dari input. Dalam teori Solow,
Input dapat berupa modal fisik atau kapital (K), A (efektifitas tenaga kerja), dan L (angkatan
tenaga kerja). Sesuatu yang harus menjadi perhatian disini adalah bahwa A tidak didefiniskan
secara spesifik dalam teori solow. Namun A sering di inteprestasikan sebagai kemajuan
teknologi dan ilmi pengetahuan. Sementara t adalah waktu atau periode. Persamaan diatas
menunjukan bahwa jika output hanya dapat berubah seiring dengan berjalan waktu jika terjadi
perubahan pada input. Solow model concern pada sifat fungsi produksi dan terus berevolusi atau
perubahan dari ketiga variabel tersebut.
Asumsi model ini lebih concern terhadap fungsi produksi yaitu modal (K) dan efektifitas tenaga
kerja (A). Dengan mengalikan ke- variabel ini ke non-negative constan (c), maka didapat
persamaan
Terdapat 2 (dua) asumsi keuntungan konstan yang berbeda dari model tersebut:
Asumsi 1 : perekonomian cukup besar sehingga perolehan dari spesialisasi telah habis,
sedangkan untuk perekonomian yang lebih kecil memungkinan untuk spesialiasi lebih lanjut
dengan melipatgandakan modal dan tenaga kerja. Model solow : perekonomian cukup besar,
input baru digunakan untuk menghasilkan output yang berlipatganda.
Asumsi 2: Asumsi kedua adalah investasi selain modal, tenaga kerja, dan pengetahuan relatif
tidak penting. Mengabaikan tanah dan sumber daya alam
Asumsi tersebut menghasilkan fungsi produksi dalam bentuk intensif (intensive form) dimana c =
1/AL dan jika dimasukan kedalam persamaan 1.2 menjadi:
y=f ( k ) .(1.4)
asumsi/consist of : f(0) = 0
f’k(0) > 0
f’k(0) < 0
cobb-doughlas function:
= cF (K,AL)
F(k) = F (K/AL,1)
= (K/AL)α
= kα
Solow model dapat dikategorikan model yang sederhana, sebagai contoh dalam model ini
mengabaikan pemerintah, fluktuasi tenaga kerja juga diabaikan, produksi digambarkan dari
fungsi produksi agregat dengan hanya tiga input (K,L,dan AL), sementara tingkat tabungan,
depresiasi, pertumbuhan populasi, dan perkembangan teknologi dianggap konstan. Dengan
demikian, sangat gampang bagi kita menganggap bahwa model solow ini terdapat banyak
defect/cacat/kekurangan.
Namun, tanpa kita sadari bahwa tujuan dari suatu model memang diciptakan untuk tidak
realistis. Model yang realistis adalah dunia itu sendiri. Model solow diharapkan dapat
memberikan insight atau masukan ketika suatu kebijakan diterapkan.
Terdapat dua hal yang menyebabkan beberapa investasi dibutuhkan untuk mencegah
jatuhnya k atau modal: 1) modal yang sudah ada mengalami penyusutan, 2)meningkatnya
kuantitas efektfitas tenaga kerja.
Laju pertumbuhan seimbang hanya ditentukan oleh kemajuan teknologi. Disaat Investasi
sesungguhnya sama dengan titik impas investasi.
Model pertumbuhan Solow mengindetifikasi dua kemungkinan sumber variasi; yaitu antar waku
atau antar belahan dunia.
Hanya efektifitas tenaga kerja yang dapat memicu pertumbuhan. Namun, dalam teori ini tidak
dijelaskan definisi tenaga kerja itu sendiri. Hanya istilah untuk menggambarkan semua faktor
yang mempengaruhi output kecuali tenaga kerja dan modal. Dengan kata lain, efektifitas tenaga
kerja masih berupa konsep abstrak. Ada beberapa interprestasi dari A yaitu antara lain;
Dalam berbagai situasi, kita akan tertarik apa faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan. Hal
ini yang membuat kita merasa ingin tahu berapa banyak atau berapa besar laju pertumbuhan pada
suatu periode meningkat dari berbagai macam faktor produksi. Istilah akuntansi pertumbuhan
muncul pertama kali oleh Abramovitz dan Solow.
Akuntansi pertumbuhan telah diterapkan dalam berbagai isu pertumbuhan dan secara intensif
mempelajari perilaku prospektif dari pertumbuhan produktifitas.
Convergence
Terdapat suatu isu bahwa negara-negara miskin memiliki kecenderungan bertumbuh lebih cepat
disbanding negara-negara makmur. Terdapat 3 (tiga) hal ;
1) Model Solow memprediksi titik temu negara dalam keadaan laju pertumbuhan seimbang,
jika ada negara-negara kaya yang keluar dari titik ini, maka seolah-olah negara miskin
dapat mengejar ketertinggalan mereka.
2) Model Solow mengindikasikan tingkat pengembalian modal pada negara-negara yang
memiliki banyak sumber daya tenaga kerja lebih besar.
3) Jika terdapat kelambanan dalam penyebaran pengetahuan, perbedaan pendapatan dapat
timbul karena beberapa negara belum menggunakan teknologi terbaik yang ada.
Perbedaan-perbedaan ini mungkin cenderung mengecil seiring dengan semakin
mudahnya negara-negara miskin mendapatkan akses terhadap metode-metode yang
canggih.
Sumber daya alam, polusi, dan pertimbangan lingkungan lainnya tidak ada dalam model Solow.
Namun argument klasik dari Malthus (1798) membuat banyak orang mempercayai bahwa faktor-
faktor tersebut harus dipertimbangkan untuk pertumbuhan perekonomian jangka panjang.
Sebagai contoh, sumber daya alam di bumi bersifat tetap.
Maka eksploitasi terus menerus pada minyak bumi akan menyebabkan ia tergerus dan
habisnya minyak di dunia. Harga minyak menjadi sangat mahal karena penjual tidak akan
menjua dengan harga murah untuk komoditas yang memegang kendali utama pada proses
produksi di masa depan. Tanah yang digunakan untuk produksi akan semakin terbatas dari tahun
ke-tahun, begitu pula dengan output atau produksi yang dilakukan secara besar-besaraan akan
menyebabkan polusi. Perusahaan yang proses produksinya dipastikan berdampak pada
lingkungan sekitar, belum tentu akan melakukan tanggungjawab sosialnya.
Berdasarkan Cobb-Douglas, analisis ini memasukkan sumber daya alam dan lahan sehingga
fungsi produksi menjadi :
α β γ
Y ( t )=K (t) R(t ) T ( t ) [ A ( t ) L ( t ) ]
T adalah Lahan
Keterbatasan sumber daya dan lahan dapat menyebabkan output per pekerja pada akhirnya
menurun. Menurunnya jumlah sumber daya dan lahan per tenaga kerja menghambat
pertumbuhan. Namun dengan progress dari teknologi dapat menjadi sebagai pendorong
pertumbuhan. Jika dorongannya lebih besar daripada hambatannya, maka terjadi pertumbuhan
output atau hasil yang diperoleh dari penggunaan tenaga kerja yang berkelanjutan. Hal inilah
yang sebenarnya terjadi selama beberapa abad terakhir.
A Complication
Asumsikan bahwa persediaan lahan adalah tetap, dan ketersediaan sumber daya terbatas.
Walaupun kemajuan teknologi tampaknya dapat menanggulangi permasalahan tersebut, namun
tetap saja lama kelamaan hal ini tetap akan menjadi constrain atau penghambat dikemudian hari
dalam fungsi produksi.
Polusi
Sumber daya dan lahan per tenaga kerja yang mengalami penurunan bukan menjadi masalah
satu-satunya dalam pertumbuhan. Produksi menciptakan polusi. Pasar bebas menyebabkan
produksi berlebih dan pada akhirnya berdampak pada polusi. Pihak pencemar biasanya tidak ikut
bertanggungjawab terhadap yang telah dicemarkannya. Maka dari itu, diperlukan kebijakan
untuk mengendalikan polusi secara langsung. Kita harus dapat menentukan rupiah dari dampak
negatif polusi meskipun ini akan menyebabkan adanya biaya pribadi dan biaya sosial.