Teori pertumbuhan ekonomi klasik (Adam Smith, Ricardo dan Malthus) menyatakan
bahwa akumulasi dan persediaan modal merupakan faktor penting untuk mendorong
pembangunan ekonomi. Smith mengatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu
negara tercapai pada suatu tingkat tertentu apabila memperhatikan faktor-faktor seperti
tabungan, pembentukan modal kemajuan teknologi dan lain-lain.
Menurut David Ricardo, akumulasi modal dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
produksi, mengurangi konsumsi dan meningkatkan produktivitas buruh melalui perubahan
teknologi dan organisasi yang lebih baik. Akumulasi modal juga dipengaruhi oleh faktor
kemampuan dan kemauan menabung.
Teori pertumbuhan ini menjelaskan suatu relasi jangka pendek antara peningkatan
investasi atau pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi (Romer, 2001). Dua
variabel penting dalam teori ini adalah investasi dan Incremental Capital Output Ratio
atau ICOR.
ICOR = ΔK/ΔY sama seperti investasi dibagi pertumbuhan output, I/ΔY sejak
ΔK = I dimana Y adalah output, K adalah stok modal dan I adalah investasi.
Teori Domar fokus kepada laju pertumbuhan investasi ΔI/I di mana investasi
ditetapkan harus tumbuh atas persentase yang konstan, sejak marginal propensity to save
yaitu rasio dari pertumbuhan tabungan nasional terhadap peningkatan pendapatan atau
output Y dan ICOR kedua-duanya konstan. Sementara itu teori Harrod fokus kepada
pertumbuhan pendapatan jangka panjang. Menurutnya laju pertumbuhan keseimbangan
yang membuat besarnya tabungan yang direncanakan ditetapkan selalu sama besarnya
dengan investasi yang direncanakan.
Harrod dan Domar memberikan fungsi ganda yang dimiliki investasi yaitu:
1) menciptakan pendapatan
2) memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan
persediaan modal.
Selama investasi neto tetap berlangsung maka pendapatan dan output riil akan
senantiasa membesar. Untuk mempertahankan tingkat keseimbangan pendapatan pada full
employment dari tahun ke tahun keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada
saat kapasitas produktif modal meningkat. Setiap adanya perbedaan akan menimbulkan
kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggur sehingga menyebabkan
pengusaha membatasi pengeluaran investasinya hal tersebut akan berdampak kepada
menurunnya pendapatan dan kesempatan kerja pada periode berikutnya dan menggeser
perekonomian keluar jalur keseimbangan pertumbuhan mantap.
Y = F(K, AL)
Asumsi-asumsi Solow:
1) Fungsi produksi, Y = F(K, AL), dimana K adalah modal, L adalah tenaga kerja,
dan A adalah pengetahuan atau teknologi sehingga KL menggambarkan tenaga
kerja efektif.
2) Constant Return to Scale dalam modal dan tenaga kerja
3) Inada Conditions yaitu marginal product of capital akan besar ketika persediaan
modal kecil dan sebaliknya marginal product of capital akan kecil ketika
persediaan modal besar
4) Hanya satu barang
5) Tidak ada campur tangan pemerintah
6) Kemajuan teknologi dianggap konstan
Agar k tetap konstan diperlukan investasi dengan tiga alasan yaitu 1) mengganti
modal yang terdepresiasi 2) sediakan modal bagi para tenaga kerja baru 3) menyediakan
modal bagi para tenaga kerja efektif baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.