Anda di halaman 1dari 10

PERTUMBUHAN EKONOMI MODEL SOLOW

Nama Mahasiswa : Moh. Riko Abdul Rahman


Nomor Stambuk : C10120053

Robert M. Solow

Robert Merton Solow

Robert Merton Solow ialah Ekonomi Amerika Serikat yang terkenal khususnya atas


karyanya pada teori Pertumbuhan Ekonomi. Ia dianugerahi John Bates Clark
Medal pada 1961 dan  Penghargan Nobel dalam Ekonomi pada 1987
Solow lahir di Brooklyn, New York pada 1924. Ia bertugas di United states
army antara 1942 - 1945. Ia menerima gelar doktor dalam ilmu Ekonomi di Harvard
University belajar dengan Wassily Leontif.
Model pertumbuhan ekonomi Solow, sering dikenal sebagai Model pertumbuhan
Neoklasik, memungkinkan determinan pertumbuhan ekonomi untuk dipisahkan ke dalam
masukan dan proses teknik. Menggunakan modelnya, Solow menghitung bahwa sekitar
empat perlima pertumbuhan dalam output di AS per buruh diakibatkan oleh proses teknik.
Karena kerja rintisan Solow pada 1950-an banyak model pertumbuhan ekonomi yang luar
biasa diajukan, menimbulkan bermacam kesimpulan tentang penyebab pertumbuhan
ekonomi. Kini Solow adalah profesor emiritus di MIT Sloan School of Management, dan
dahulu mengajar di Colombia University
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik (Robert Solow dan Trevor
Swan)
Teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik berkembang sejak tahun 1950- an. Teori
ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi
menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam
mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Teori ini
menyebutkan bahwa:

Pertumbuhan ekonomi bergantung pada pertumbuhan faktor-faktor produksi


(jumlah penduduk, tenaga kerja, akumulasi kapital) dan tingkat kemajuan
teknologi. 

Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan


angkatan kerja, dan kemajuan teknologi mempengaruhi output perekonomian
serta pertumbuhannya sepanjang waktu. Analisis model pertumbuhan Solow
dibagi menjadi tiga tahap analisis, yaitu: (1) dengan asumsi angkatan kerja dan
teknologi tetap, (2) dengan asumsi hanya teknologi tetap, dan (3) angkatan kerja
dan teknologi berubah.

Menurut Neo-Klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya


tingkat tabungan.

Pada tingkat teknik tertentu, tingkat bunga akan menentukan tingginya tingkat
investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi, dan demikian
pula sebaliknya apabila tingkat bunga tinggi, maka investasi akan rendah. Sebagai
akibat adanya investasi yang bertambah maka tingkat bunga naik yang pada
gilirannya akan menaikkan jumlah tabungan. Apabila permintaan terhadap
investasi berkurang maka tingkat bunga turun dan harga barang- barang kapital
kembali turun, hasrat menabung turun. Pada tingkat perkembangan ini, akumulasi
modal berakhir, dan perekonomian statis atau tidak mengalami perkembangan
(Suryana, 2000).

Berbeda dengan pandangan klasik, bahwa pertumbuhan


ekonomi akan macet karena terbatasnya sumber- sumber
alam. Neoklasik yakin dengan kemajuan- kemajuan
teknik dan perbaikan kualitas buruh cenderung meningkat
pendapatan yang lebih tinggi sehingga permintaan
masyarakat akan meningkat dan seterusnya (Suryana,
2000). 

Ada 4 (empat) anggapan yang melandasi model Neo-Klasik (Boediono, 1999) :

1. Tenaga kerja (atau penduduk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misal per tahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = ƒ (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (propensity to save) oleh masyarakat yang
dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dan output (Q). Tabungan masyarakat
S = sQ, bila Q naik S juga naik, dan turun bila Q turun.
4. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I =ΔK. Dalam model Neo-
Klasik tidak lagi dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan I.

Model pertumbuhan Neo-Klasik Solow (Solow neoclassical growth model), yang


tertuang dalam “A Contribution to The Economic Growth”, merupakan pilar yang
sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi neoklasik,
sehingga penggagasnya, Robert Solow dianugerahi hadiah di bidang nobel
ekonomi. Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik
Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni:

Y= TKtαLt1-α 
dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah
teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan
dengan eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut model
pertumbuhan eksogen (exogeneous growth model). Usaha untuk memperbaiki
kekurangan model Solow, dinyatakan denhan memecahkan total factor
productivity dengan memasukkan variabel lain, dimana variabel ini dapat
menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model pertumbuhan yang demikian
disebut model pertumbuhan endogen (endogeneous growth model).
Model pertumbuhan endogen menganggap bahwa perdagangan internasional
penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dalam model
ini perdagangan internasional diukur melalui aktivitas ekspor dan impor, yaitu:

Y= F (Ai, Ki, Li)


dimana Y adalah output, A adalah indeks produktivitas, K adalah modal, L adalah
tenaga kerja, i adalah tahun, sedang indeks produktivitas (A) adalah fungsi dari
ekspor (X) dan impor (M), yakni:

Ai= F(Xi, Mi)


Terdapat beberapa studi yang dilakukan untuk menyempurnakan model
pertumbuhan ekonomi neoklasik dengan tujuan untuk memperjelas dan
menambahkan dasar- dasar teoritis bagi sumber- sumber pertumbuhan ekonomi,
salah satunya dilakukan oleh tiga ekonom yakni Mankiw, Romer, dan Weil (dalam
Esa Suryaningrum A., 2000) yang menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow
hanya mampu menerangkan hubungan modal dan tenaga kerja saja, namun
bukan besarnya (magnitude) hubungan tersebut sehingga dimasukkan variabel
mutu modal manusia untuk membantu menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi
selain modal dan tenaga kerja, yaitu:

Y= TKtαLtβH1-α-β
dimana Y adalah atau output, K adalah modal, L adalah tenag kerja dan T adalah
teknologi dan H adalah modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Solow- Swan, secara garis besar proses pertumbuhan
mirip dengan teori Harrod- Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:

1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P per
tahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K,L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai
proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat S = sQ; bila Q naik
S juga naik, dan sebaliknya.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ΔK.
Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output
disisakan sejumlah proporsi untuk di tabung dan kemudian di investasikan.
Dengan begitu, maka terjadi penambahan stok kapital (Boediono, 1999).

Menurut Solow, penawaran dan permintaan berperan


penting dalam menentukan output suatu perekonomian.
Oleh karena itu, komponen utama dari teori pertumbuhan
Solow adalah fungsi produksi yang merupakan dasar dari
penawaran dan fungsi konsumsi yang merupakan dasar
dari permintaan.

Ciri-ciri posisi keseimbangan teori pertumbuhan Neo-


Klasik yaitu :

1. Menurut Solow, posisi keseimbangan jangka panjang (Long run equilibrium)


akan tercapai apabila kapital per kapita, k, mencapai suatu tingkat yang stabil,
artinya tidak berubah lagi nilainya. Apabila k konstan, maka keseimbangan
jangka panjang tercapai. Hal ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang
pertama (Boediono, 1999).
2. Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga
kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa
disimpulkan dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk
tumbuh (p) sesuai dengan asumsi. Definisi output per kapita adalah output total
tumbuh dengan laju jumlah penduduk per tahun (Boediono, 1999).
3. Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut.
Posisi keseimbangan model Solow-Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa
apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan
ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian
tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang (Boediono, 1999).
4. Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan
(investasi). Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan
adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi
per kapita juga konstan pada posisi equilibrium (Boediono, 1999).
5. Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing
faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam
faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi
antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja
(Boediono,

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian


dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih
menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitatif change) dan biasanya
diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan
output perkapita. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan
pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan
nasional riil pada tahun sebelumnya Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka
semakin cepat proses pertambahan output wilayah sehingga prospek perkembangan
wilayah semakin baik. Dengan di ketahuinya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi maka
dapat ditentukan sektor prioritas pembangunan. Terdapat tiga faktor atau komponen
utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal (capital
accumulation), pertumbuhan penduduk (growth in population), dan kemajuan teknologi
(technological progress)

Pengukuran pertumbuhan ekonomi[


Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan PDB-nya.
Untuk ukuran nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan
tahun sebelumnya. Pengukuran tersebut tidak bisa dilakukan setiap saat dikarenakan
data yang tersedia belum tentu ada, sehingga data yang diambil adalah data triwulan atau
data tahunan. Data yang digunakan adalah hasil perubahan barang dan jasa yang diubah
ke satuan moneter bedasarkan harga konstan. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi yakni :
Pertumbuhan Ekonomi (t) = (PDBt – PDBt – 1 )
Pertumbuhan ekonomi tahun t dapat diketahui dengan membandingkan PDB tahun
sekarang dengan tahun yang lalu. Jika PDB belum di-harga kostankan, PDB dirumuskan
seperti berikut.
PDBt =( PDBO)(1+r)
Dimana PDB0 adalah PDB periode awal dan r adalah tingkat pertumbuhan PDB.

Teori pertumbuhan ekonomi


Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai
dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang
dikemukakan beberapa ahli untuk mengungkapkan konsep pertumbuhan ekonomi, secara
umum teori tersebut didasarkan dari teori pertumbuhan ekonomi historis, klasik, dan neo-
klasik.

Teori Historis
Teori ini berkembang di Jerman. Teori ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi
harus dilihat dari masa prasejarah hingga masa industri. Teori ini dikemukakan oleh
beberapa ahli sebagai berikut
Wamert Sombart
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan:
Masa perekonomian tertutup
Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus
konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini
memiliki ciri-ciri:
1. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
2. Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
3. Belum ada pertukaran barang dan jasa
Masa kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian
masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang dan jasa.
Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari
keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan
pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

 Meningkatnya kebutuhan manusia


 Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
 Timbulnya pertukaran barang dan jasa
 Pertukaran belum didasari keuntungan sepihak
Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya
kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh
kaum kapitalis tidak lagi hanya sekadar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan
mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai
berikut:
Tingkat prakapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. Kehidupan masyarakat masih statis


2. Bersifat kekeluargaan
3. Bertumpu pada sektor pertanian
4. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
5. Hidup secara berkelompok
Tingkat kapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. Kehidupan masyarakat sudah dinamis


2. Bersifat individual
3. Adanya pembagian pekerjaan
4. Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
Tingkat kapitalisme raya
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. Usahanya semata-mata mencari keuntungan


2. Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi
3. Produksi dilakukan secara massal dengan alat modern
4. Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli
5. Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
Tingkat kapitalisme akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. Munculnya aliran sosialisme


2. Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
3. Mengutamakan kepentingan bersama
Friedrich List
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:

1. Masa berburu dan pengembaraan


2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, perdagangan
Karl Bucher
Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi
empat tingkatan sebagai berikut:

1. Masa rumah tangga tertutup


2. Rumah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia
Walt Whiteman Rostow
W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang
bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian
dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut, yaitu: tahap masyarakat tradisional, tahap
prakondisi menuju lepas landas, tahap lepas landas, tahap dorongan menuju kematangan
dan terakhir adalah tahap konsumsi massa tinggi.

Teori Klasik
Teori klasik berpendapat bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara
menekankan faktor-faktor produksi yang ada. Pencetus teori klasik terdiri dari. [4][6][3]
Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu
pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka
akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam
bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai
menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah.
Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya
dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan
mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam
bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.
Thomas Robert Malthus
Teori ini berpendapat bahwa jumlah penduduk yang berlebih dapat mengakibatkan
kekurangan pangan dan kehidupan masyarakat stagnan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi teori tersebut yakni jumlah penduduk, teknologi, sumber daya alam, dan
modal.

Teori Neoklasik
Teori neo-klasik berpendapat bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak
hanya dengan menekankan faktor-faktor produksi saja, tetapi melihat segi penawaran
pasar juga. Pencetus teori neo-klasik terdiri dari.
Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan
yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil
atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat
berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus
dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga
membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.

Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi


Terdapat beberapa faktor atau hal yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, di
antaranya adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan
teknologi, budaya, dan sumber daya modal.

Sumber daya manusia


Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana
sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di
daerah-daerah.

Sumber daya alam


Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun,  sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya
sikap anarkis, egois, boros, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dan sebagainya.

Sumber Daya Modal


Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.

Terimakasih Banyak

Anda mungkin juga menyukai