Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada akhir abad 20 , masyarakat perekonomian dunia tertuju kepada tata cara
meningkatkan penghasilan atau pendapatan nasional. Pemerintah di setiap Negara pada
saat akhir tahun selalu mengumpulkan data-data statitistiknya yang berkenaan dengan
tingkat pertumbuhan GNP Relataifnya. Dengan harapan munculnya angka-angka
pertumbuhan, setiap Negara sekarang ini sekarang ini banyak berorientasi terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda,
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan per-kapiat dalam waktu yang panjang.
Pertumbuhan ekonomi termasuk salah satu indicator yang menyebabkan terjadinya
pembangunan ekonomi.
Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indicator yang lain yaitu distribusi
pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan
per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Teori Pertumbuhan Robert Solow Dan Trevor Swan
B. Teori Pembangunan Ekonomi W.W Rostow
C. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
D. Teori Pertumbuhan Joseph Schumpeter

C. TUJUAN
A. Untuk Mengetahui Teori Pertumbuhan Robert Solow Dan Trevor Swan
B. Untuk Mengetahui Teori Pembangunan Ekonomi W.W Rostow
C. Untuk Mengetahui Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
D. Untuk Mengetahui Teori Pertumbuhan Joseph Schumpeter
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI PERTUMBUHAN ROBERT SOLOW DAN TREVOR SWAN

Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan angkatan

kerja, dan kemajuan teknologi mempengaruhi output perekonomian serta pertumbuhannya

sepanjang waktu. Analisis model pertumbuhan Solow dibagi menjadi tiga tahap analisis,

yaitu:

1. dengan asumsi angkatan kerja dan teknologi tetap,

2. dengan asumsi hanya teknologi tetap, dan

3. angkatan kerja dan teknologi berubah.

Menurut Neo-Klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat

tabungan. Pada tingkat teknik tertentu, tingkat bunga akan menentukan tingginya tingkat

investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi, dan demikian pula

sebaliknya apabila tingkat bunga tinggi, maka investasi akan rendah. Sebagai akibat

adanya investasi yang bertambah maka tingkat bunga naik yang pada gilirannya akan

menaikkan jumlah tabungan. Apabila permintaan terhadap investasi berkurang maka tingkat

bunga turun dan harga barang- barang kapital kembali turun, hasrat menabung turun. Pada

tingkat perkembangan ini, akumulasi modal berakhir, dan perekonomian statis atau tidak

mengalami perkembangan (Suryana, 2000).

Berbeda dengan pandangan klasik, bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena

terbatasnya sumber- sumber alam. Neoklasik yakin dengan kemajuan- kemajuan teknik dan

perbaikan kualitas buruh cenderung meningkat pendapatan yang lebih tinggi sehingga

permintaan masyarakat akan meningkat dan seterusnya (Suryana, 2000).

Ada 4 (empat) anggapan yang melandasi model Neo-Klasik (Boediono, 1999) :

1. Tenaga kerja (atau penduduk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misal per tahun.

2. Adanya fungsi produksi Q = ƒ (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.


3. Adanya kecenderungan menabung (propensity to save) oleh masyarakat yang

dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dan output (Q). Tabungan masyarakat S = sQ,

bila Q naik S juga naik, dan turun bila Q turun.

4. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I =ΔK. Dalam model Neo-Klasik tidak

lagi dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan I.

Model pertumbuhan Neo-Klasik Solow (Solow neoclassical growth model), yang

tertuang dalam “A Contribution to The Economic Growth”, merupakan pilar yang sangat

memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, sehingga

penggagasnya, Robert Solow dianugerahi hadiah di bidang nobel ekonomi. Dalam

bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi

agregat standar, yakni.

Y= TKtαLt1-α 

dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah teknologi.

Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan dengan eksogen,

model neoklasik Solow terkadang juga disebut model pertumbuhan eksogen (exogeneous

growth model).

Usaha untuk memperbaiki kekurangan model Solow, dinyatakan dengan memecahkan

total factor productivity dengan memasukkan variabel lain, dimana variabel ini dapat

menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model pertumbuhan yang demikian disebut model

pertumbuhan endogen (endogeneous growth model). Model pertumbuhan endogen

menganggap bahwa perdagangan internasional penting sebagai faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, dalam model ini perdagangan internasional diukur melalui aktivitas

ekspor dan impor, yaitu:

Y= F (Ai, Ki, Li)


dimana Y adalah output, A adalah indeks produktivitas, K adalah modal, L adalah tenaga

kerja, i adalah tahun, sedang indeks produktivitas (A) adalah fungsi dari ekspor (X) dan

impor (M), yakni:

Ai= F(Xi, Mi)

Terdapat beberapa studi yang dilakukan untuk menyempurnakan model pertumbuhan

ekonomi neoklasik dengan tujuan untuk memperjelas dan menambahkan dasar- dasar

teoritis bagi sumber- sumber pertumbuhan ekonomi, salah satunya dilakukan oleh tiga

ekonom yakni Mankiw, Romer, dan Weil (dalam Esa Suryaningrum A., 2000) yang

menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow hanya mampu menerangkan hubungan

modal dan tenaga kerja saja, namun bukan besarnya (magnitude) hubungan tersebut

sehingga dimasukkan variabel mutu modal manusia untuk membantu menjelaskan pola

pertumbuhan ekonomi selain modal dan tenaga kerja, yaitu:

Y= TKtαLtβH1-α-β

dimana Y adalah atau output, K adalah modal, L adalah tenag kerja dan T adalah teknologi

dan H adalah modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Solow- Swan, secara garis besar proses pertumbuhan mirip

dengan teori Harrod- Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:

 Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P per tahun.

 Adanya fungsi produksi Q = f (K,L) yang berlaku bagi setiap periode.

 Adanya kecenderungan menabung oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi

(s) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat S = sQ; bila Q naik S juga naik, dan

sebaliknya.

 Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ΔK.


Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output

disisakan sejumlah proporsi untuk di tabung dan kemudian di investasikan. Dengan begitu,

maka terjadi penambahan stok kapital (Boediono, 1999).

Menurut Solow, penawaran dan permintaan berperan penting dalam menentukan output

suatu perekonomian. Oleh karena itu, komponen utama dari teori pertumbuhan Solow

adalah fungsi produksi yang merupakan dasar dari penawaran dan fungsi konsumsi yang

merupakan dasar dari permintaan.

Ciri-ciri posisi keseimbangan teori pertumbuhan Neo-Klasik yaitu :

1. Menurut Solow, posisi keseimbangan jangka panjang (Long run equilibrium) akan

tercapai apabila kapital per kapita, k, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak

berubah lagi nilainya. Apabila k konstan, maka keseimbangan jangka panjang tercapai.

Hal ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang pertama (Boediono, 1999).

2. Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga kerja.

Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari ciri

bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh (p) sesuai dengan

asumsi. Definisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju jumlah

penduduk per tahun (Boediono, 1999).

3. Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi

keseimbangan model Solow-Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan

perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan

yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan

jangka panjang (Boediono, 1999).

4. Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan (investasi).

Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan adalah konstan. Apa

yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per kapita juga konstan pada

posisi equilibrium (Boediono, 1999).


5. Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing faktor

produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam faktor

produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi antara para

pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja (Boediono, 1999).

B. TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI W.W ROSTOW

1. Pengertian pembangunan ekonomi menurut Teori Rostow

Pembangunan ekonomi menurut Rostow adalah suatu proses yang menyebabkan

perubahan karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem

politik, struktur social, system nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya.

Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat

tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional.

Pembangunan ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara

tetapi juga ditunjukan oleh peranan sector pertanian dan peranan sektor industri. menurut

rostow pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan

antara lain :

 Perubahan orientasi organisasi ekonomi , politik , dan social yang pada mulanya

berorientasi kepada  suatu daerah menjadi berorientasi keluar.

 Perubahan  pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari

menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.

 Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakuakn investasi yang tidak

produktif (menumpuk  emas , membeli rumah dan sebagainya) menjadi investasi yang

produktif.
 Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi , merangsang pembangunan

ekonomi ( misalnya penghargaan terhadap waktu , penghargaan terhadap prestasi

perorangan)

2. Tahapan-tahapan yang diperlukan dalam teori pembangunan ekonomi Rostow

a. Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Menurut Rostow, yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah masyarakat

yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi relative masih primitif

(yang didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup masyarakat yang

masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut

telah turun-menurun.

Dalam suatu masyarakat tradisional menurut Rostow tingkat produktifitas perpekerja

masih rendah, oleh kerena itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan

untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, struktur sosial bersifat

hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk

mengadakan mobilitas secara vertikal dalam struktur sosial.

Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:

 Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat produktifitas

masyarakat rendah.

 Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan

nenek moyang mereka.

 Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan tanah.

b. Tahap Prasyarat Tinggal Landas (The Pre-Conditions for Take-off)

Tahap ini merupakan masa transisi di mana prasyarat-prasyarat pertumbuhan

swadaya yang dibangun atau diciptakan. Prasyarat lepas landas didorong oleh empat

kekuatan: pembelajaran baru, monarki baru, dunia baru,agama baru atau reformasi.
Pendidikan bagi orang-orang tertentu, meluas dan berkembang untuk memenuhi

kebutuhan kehidupan modern. Manusia baru memasuki sector swasta, pemerintah yang

menggalakkan tabungan dan mengambil resiko dalam mengejar keuntungan

modernisasi. Bank dan lembaga lain mengerahkan model. Perusahaan manufaktur

muncul dimana-mana dengan menggunakan metode baru. Prasyarat yang diperlukan

untuk mempertahankan untuk mempertahankan industrialisasi menurut Rostow adalah:

(1) Perluasan modal overhead social, (2) Resolusi teknologi di bidang pertanian dan (3)

Perluasan impor termasuk impor modal.

Lebih lanjut menurut Rostow, hakikat masa peralihan adalah sebagai akibat kenaikan

investasi ke suatu tingkat yang secara teratur, mrndasar, dan nyata-nyata melampaui

tingkat pertumbuhan penduduk.

c. Tahapan Tinggal Landas (The Take-off)

Pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang

drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat

dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari

perubahan¬perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan

peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju

pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.

Dengan demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.

Menurut taksiran Rostow, masa tinggal landas di beberapa negara adalah seperti

tampak pada Tabel di bawah ini.


Negara Take-Off Keterangan
Inggris 1783 - 1802 Industri tekstil
Perancis 1830 - 1860 Jaringan jalan kereta api
Belgia 1833 - 1860 -
Amerika Serikat 1843 - 1860 Jaringan jalan kereta api
Jerman 1850 - 1873 Jaringan jalan kereta api
Swedia 1868-  1890 Industri kayu
Jepang 1878 - 1900 Industri sutera
Rusia 1890 - 1914 Jaringan jalan kereta api
Kanada 1896 – 1914 Jaringan jalan kereta api
Argentina 1935 Industri substitusi impor
Turki 1937 -
India 1952 -
Cina 1952 -

Dari Tabel di atas bisa disimpulkan bahwa:

 sebagian besar negara Barat mencapai masa tinggal landas pada abad yang lalu,

kecuali Inggris, yang sudah mencapainya seabad sebelumnya.

 masa tinggal landas itu berkisar antara 20 - 30 tahun.

Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa

tinggal landas yaitu:

1. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen

dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).


2. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat

pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).

3. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa

menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa

menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.

Di sini juga termasuk kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber

modal dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri peranannya besar sekali

dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang, misalnya mencapai masa

tinggal landas tanpa mengimpor modal (bantuan luar negeri) sama sekali.

Menurut Rostow  perkembangan sektor pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk

setiap negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor pemimpin pada masa tinggal

landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan kereta api memegang peranan yang

sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di Swedia, sektor pemimpin

adalah industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina adalah industri substitusi impor

barang-barang konsumsi.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk

mencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang baku untuk semua negara

yang bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, suatu negara tertentu tidak

bisa hanya sekadar mencontoh pola perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain.

Namun demikian, ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan dalam menciptakan sektor

pemimpin yaitu:

 Harus ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang yang diproduksi

yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat.

 Dalam sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern dan kapasitas

produksi harus bisa diperluas.


 Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus menanamkan

kembali keuntungannya untuk membiayai pembangunan sektor pemimpin.

 Pembangunan dan transformasi teknologi sektor pemimpin haruslah bisa menciptakan

kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.

d. Tahapan Menuju Kedewasaan

Tahap menuju kedewasaan ini diartikan rostow sebagai masa dimana masyarakat

sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan

produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul menggantikan sektor

pemimpin lama yang sudah mengalami kemunduran. Sektor pemimpin baru ini coraknya

ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas

landas yang terjadi, dan juga oleh kebijaksanaan pemerintah.

Dalam menganalisis karakteristik tahap menuju kedewasaan, rostow menekankan

analisisnya pada corak perubahan sektor pemimpin di beberapa negara yang sekarang

sudah maju. Ia juga menunjukkan bahwa di tiap-tiap negara tersebut, jenis-jenis sektor

pemimpin pada tahap sesudah tinggal landas adalah berbeda dengan yang ada pada

tahap tinggal landas.

Kemudian Rostow mengemukakan karakteristik non ekonomis dari masyarakat yang

telah mencapai tahap menuju kedewasaan antara lain:

1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri

smakin penting, sedangkan sektor pertanian menurun.

2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer

profesional semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha-pemilik.

3. Kritik-kritik terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan

terhadap dampak industrialisasi.

e. Tahap Konsumsi Tinggi


Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan

ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada

masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat

bukan lagi kepada masalah produksi.

Pada tahap ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu:

1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini

bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.

2. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan

terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang

progresif.

3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang,

pangan, dan papan) menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama

dan barang-barang mewah.

Keunggulan dari Teori Rostow

1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi

masyarakat tradisional, masyarakat pra kondisi tinggal landas, masyarakat tinggal

landas, masyarakat kematangan pertumbuhan dan masyarakat dengan konsumsi

biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada

pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari

pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi

lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang

melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini dalam

pembangunan mereka.

2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam

memperoleh sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang

tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:


 Dana investasi dari pajak yang tinggi

 Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal

 Melalui perdagangan internasional

 Investasi langsung modal asing

Kelemahan dari teori Rostow

Adapun kelemahan teori rostow adalah sebagai berikut:

1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh

teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh

pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya

adalah sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal

landas.

2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh

kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat

investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu

adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan

mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan

berkelanjutan di masa yang akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada

penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya

penyakit, kerawanan sosial, dsb.

3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari

investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan

prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini

biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari

lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi

Natioanl Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara


berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat

terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi

sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor.

Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah

Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing

atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun

ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga

seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga

menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan. 

4. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang

disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana

mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak

memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif

dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek

kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru

berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di

Indonesia

C. TEORI PERTUMBUHAN HARROD-DOMAR

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes

yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan

teori pertumbuhan yang menjadikan kapitalisasi modal yang menyangkut investasi menjadi

bahasan utamanya. Dalam teori ini disebutkan bahwa investasi memiliki posisi yang sangat

strategis dalam tataran pembangunan perekonomian suatu negara. Disebutkan juga bahwa

ada persyaratan tertentu agar pertumbuhan yang mantap (steady state growth) dapat

tercapai dan pembangunan tidak tersendat-sendat.


Dengan mengambil studi kasus pada perekonomian negara maju, teori Harrod-Domard

menyimpulkan bahwa investasi memiliki pengaruh ganda untuk jangka panjang (long-term).

Pada satu sisi, investasi berpengaruh terhadap perkembangan produksi nasional suatu

negara karena tersedianya stok modal yang menjadi faktor penting kelangsungan dunia

usaha. Di sisi lain, investasi berpengaruh pada permintaan agregat.Dari sini, Harrod-

Domard memberikan ‘resep’ apabila suatu negara menginginkan pertumbuhan ekonomi

yang mantap (steady-state growth) yang ditandai dengan pertumbuhan produksi dengan

kapasitas penuh, maka dampak permintaan yang muncul akibat penambahan pada

investasi harus diimbangi dengan dampak penawarannya. Masalahnya, kegiatan

berinvestasi dilakukan oleh para pelaku usaha yang memiliki harapan dan pandangan yang

tidak statis atau berubah dari waktu ke waktu.Oleh karena itu, untuk mencapai steady-state

growth atau pertumbuhan ekonomi yang mantap diperlukan kondisi di mana para pelaku

usahanya memiliki harapan dan pandangan yang cenderung stabil. Dikatakan bahwa jika

keseimbangan itu mengalami gangguan, maka gangguan itu selanjutnya akan

menyebabkan kondisi perekonomian nasional menuju kearah inflasi yang parah.

Menurut Harod-Domad, dalam perspektif waktu yang panjang, faktor I akan menambah

stok kapital (misal pabrik-pabrik, industri, jalan-jalan, mesin dsb.). jadi I = ∆K, dimana K

adalah stok kapital dalam masyarakat. Peningkatan stok kapital ini berarti pula peningkatan

kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya kurva penawaran agregat (AS) bergeser ke

arah kanan berdampak pula kurva untuk permintaan agregatnya (AD) mengalami

pergeseran ke arah kanan. Caranya adalah pertama melalui ∆I menggeser AD lewat

proses multiplier (jangka pendek) dan kedua melalui ∆I menggeser AS melalui

penambahan kapasitas produksi (jangka panjang).

Model Domar : ∆I x ∆Y = ∆S x ∆Y, maka ∆I = ∆S

Model Harrod : I x ∆Y = S x ∆Y, maka I = S

Model Harrod-Domar : ∆Y = ∆I
Dengan pergeseran ini, maka output akan bertambah besar. Adanya pengaruh investasi

pada sektor pendapatan, pada fase selanjutnya bisa meningkatkan permintaan agregat. Hal ini

disebut sebagai dampak permintaan. Selain itu, adanya pengaruh investasi terhadap tingkat

modal menyebabkan peningkatan penawaran agregat. Ini kemudian disebut sebagai dampak

penawaran.Hubungan yang terjadi antara peningkatan modal serta pergeseran kurva

permintaan bisa dijelaskan seperti ini:

kenaikan modal akan membuat masyarakat mampu menghasilkan output potensial yang lebih

besar. Hubungan output potensial dengan besarnya stok modal dinamakan ICOR (Incrumental

Capital Output Ratio).

Investasi bisa diartikan sebagai jumlah akhir (total) pembentukan modal tetap serta barang-

barang produksi yang terdiri atas gedung, kendaraan, stok bahan baku, perlengkapan dan lain-

lain.Dalam konsep COR (Capital of Ratio) atau disebut juga sebagai Koefisien Modal terdapat

dua percabangan, yakni ICOR (Incrumental Capital Output Ratio) serta ACOR (Average Capital

Output Ratio). COR sendiri dimaknai sebagai keterkaitan antara akumulasi modal serta tingkat

output yang dihasilkan. Pada teori Harrod-Domar inilah konsep ini mulai diperkenalkan. ACOR

menunjukkan keterkaitan diantara modal serta output.sedangkan ICOR mengacu kepada

perbandingan kenaikan pada stok modal (delta K) serta kenaikan tingkat output (Y).Nilai COR

ini tergantung kepada cara atau teknik dalam berproduksi. Jika dalam industri, proses

produksinya merupakan cerminan padat modal, maka COR nya tinggi. Kondisi COR tinggi

dapat dijumpai pada industri berbasis telekomunikasi, perhubungan, perumahan dan lain-lain.

COR nya tinggi karena akumulasi modal yang dibutuhkan juga besar. Sebaliknya jika pada

industri tersebut menerpakan proses produksi yang padat karya maka COR nya rendah.

Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:

a. Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal digunakan

secara penuh.

b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.
c. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional

d. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap,

demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR) dan rasio

pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Ratio atau ICOR)

Kelemahan Teori Harrod-Domar

Ada beberapa kelemahan dari teori pertumbuhan Harrod-Domar , yakni :

1. MPS dan ICOR tidak konstan

Menurut teori ini, kecenderungan untuk menabung (MPS) dan ICOR diasumsikan konstan.

Padahal kenyataannya kedua hal tersebut sangat mungkin berubah dalam jangka panjang

dan ini tidak berarti memodifikasi persyaratan-persyaratan pertumbuhan yang mantap yang

diinginkan.

2. Proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap

Asumsi bahwa tenaga kerja dan  modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidaklah

dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja dapat menggantikan modal dan

perekonomian dapat bergerak ke arah pertumbuhan yang mantap.

3. Harga tidak akan tetap konstan

Model Harrod-Domar mengabaikan perubahan-perubahan harga pada umumnya. Padahal

perubahan harga selalu terjadi di setiap waktu dan sebaliknya dapat menstabilkan situasi

yang tidak stabil

4. Suku bunga berubah

Asumsi bahwa suku bunga tidak mengalami perubahan adalah tidak relevan dengan

analisis yang bersangkutan. Suku bunga dapat berubah dan pada akhirnya akan

mempengaruhi investasi.

D. TEORI PERTUMBUHAN JOSEPH SCHUMPETER


Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman

pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris berjudul The

Theory of Economic Defelopment. Kemudian Joseph Alois Schumpeter menggambarkan

teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang

menentukan pembangunan dalam bukunya yang berjudul Business Cycles pada tahun

1939. Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan teori

pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa system kapitalisme merupakan system yang

paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian,

Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang system kapitalisme

akan mengalami kemandegan.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan

perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau

entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan

dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dalam membahas perkembangan

ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

ekonomi. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output

masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang

digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi”

produksi itu sendiri. pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh

inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perabaikan “teknologi”

dalam arti luar, miasalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb.

1. Unsur Utama Pembangunan Ekonomi

a. Inovasi, terdiri dari 5 unsur

 Pengenalan barang baru

 Pengenalan metode produksi baru


 Pembukaan pasar baru

 Penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur

 Pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli.

b. Peranan Inovator, peranan inovator tidak kepada kapitalis tetapi kepada

pengusaha. karena pengusaha tidak menyediakan dana tetapi mengatur

pemakaiannya. Pengusaha di dorong 3 unsur:

 Keinginan untuk mendirikan kerjaan bisnis swasta

 Keinginan untuk menguasai dan membuktikan superioritasnya

 Kesenangan membuat dan mendapatkan sesuatu, atau sekedar menyalurkan

kepintaran dan tenaga seseorang.

c. Pemutusan Arus Sirkuler, Arus sirkuler adalah suatu aliran  yang hidup dari

sumber tenaga buruh dan lahan pertanian yang mengalir secara terus-menerus dan

aliran tersebut mengalir pada setiap periode ekonomi ke dalam waduk yang kita

sebut pendapatan untuk dialihkan ke dalam pemuasan keinginan. Model

Schumpeter berawal dengan pemutusan arus sirkuler melalui inovasi dalam

wujud  produk baru oleh seorang pengusaha guna memperoleh laba.

d. Proses Siklis, Schumpeter percaya pada adanya alun-panjang pasang – naik dan

pasang –surut Kontratief dalam kegiatan ekonomi. Setiap alunan panjang  pasang

naik, disebabkan karena inovasi dalam wujud produk baru. Schumpeter juga

mengungkapkan  “Produksi massal berarti produksi untuk massa”, sekali pasang –

naik itu berakhir, mulailah alunan panjang pasang-surut. schumpeter juga

menggambarkan proses pembangunan kapitalis ini sebagai suatu “ destruksi

kreatif”, yang membuat struktur ekonomi masyarakat lama terus-menerus

diruntuhkan dan struktur baru terus dibangun diatasnya.

2. Runtuhnya Kapitalisme
a. System kapitalis merupakan system yang paling cocok bagi timbulnya inovasi,

pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dengam demikian menurut

Schumpeter bagi Negara-negara sedang berkembang yang berusaha mengejar

kemajuan ekonomi (pertumbuhan out put) maka system kapitalisasi tersebut

sangat sesuai untuk diterapkan.

b. Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan

meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sekaligus distribusi

pendapatannya merata.

c. Menurut Schumpeter bahwa dalam jangka panjang system kapitalis akan “runtuh”

karena adanya transformasi gradual di dalam system tersebut menuju kearah

system yang lebih sosialistis. Ciri dari system kapitalis itu sendiri akan berubah

justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan

kemakmuran. Dengan semakin makmurnya masyarakat maka akan terjadi proses

perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin

jauh dari system kapitalis asli.

3. Pertumbuhan Ekonomi menurut Schumpeter

Joseph Alois Schumpeter pertama kali mengemukakan teori pertumbuhan

ekonominya dalam buku Theory of Economic Development yang terbit di Jerman 1911

(edisi Inggris muncul 1934), yang kemudian diuraikan dan direvisi dalam Business

Cycles (1939) dan Capitalism Socialism, and Democrazy (1942) tanpa mengalami

perubahan penting. Schumpeter adalah seorang ekonom Amerika-Austria dan ilmuwan

politik. Dia sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919.

Salah satu ekonom paling berpengaruh dari abad ke-20, Schumpeter mempopulerkan

istilah “destruksi kreatif” dalam ekonomi.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang

menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah


para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat

hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan

ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.

Unsur utama pembangunan terletak pada usaha melakukan kombinasi yang

baru, yang ada dalam keadaan mantap. Kombinasi baru ini muncul dalam bentuk

Menurut schumpter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi :

1. Pengenalan barang baru

2. Pengenalan metode produksi baru

3. Pembukaan pasar baru

4. Penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur

5. Pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli.

Syarat terjadinya inovasi :

1. Ada calon pelaku inovasi (inovator dan wiraswasta) dlm masyarakat

2. Ada lingkungan sosial, politik & teknologi untuk merangsang semangat inovasi &  

pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.

Menurut Schumpeter, makin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin

terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan

ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan

yang tidak berkembang (stationary state). Akan tetapi, berbeda dengan pandangan

klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada

tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Schumpeter lebih menekankan pada pentingnya peranan para pelaku ekonomi

yang memiliki jiwa entrepreneurship di dalam menciptakan perkembangan ekonomi.

Mereka terus mengusahakan inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Inovasi ini meliputi:

 Memperkenalkan suatu produk baru


 Mempertinggi efisiensi suatu produk

 Mengadakan perluasan pasarsuatu barang

 Mengadakan perubahan dalam organisasi produksi untuk mempertinggi

eksistensi memungkinkan timbulnya proses imitasi, dimana pengusaha

melakukan pengembangan teknologi baru.

Menurut Schumpeter, makin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin

terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan

ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan

yang tidak berkembang (stationary state). Akan tetapi, berbeda dengan pandangan

klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada

tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu

penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal

otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan pada kegiatan ekonomi yang

timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Penanaman modal otonomi adalah penanaman

modal yang ditimbulkan pada kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan

inovasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu:

 Jumlah dan kualitas penduduk

 Sumber daya modal dan teknologi

 Sumber daya alam

 Luas pasar atau pangsa pasar


BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada

pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan

tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak

berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan,

komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga

kerja bias dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi.

Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari

para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan

pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh

sebagai berikut: Diperkenalkannya teknologi baru, Menimbulkan keuntungan yang lebih

tinggi, Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-

pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.

Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat

untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka,

bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya
perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar.

Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh

permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency

of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan

output.

Menurut Rostow, dalam pertumbuhan ekonomi, suatu negara akan mengalami

tahapan-tahapan (1) tradisional, ekonomi didominasi sektor pertanian, (2) transisi

(pratake-off), terjadi peralihan struktur tenaga kerja dari pertanian ke industri, (3) tinggal

landas (take-off), hambatan dalam struktur sosial dan politik dapat diatasi, (4) menuju

kematangan (the drive to maturity), serikat buruh dan dagang semakin maju, dan

(5) tahap konsumsi masa tinggi (high mass consumption), tenaga kerja didominasi

tenaga kerja terdidik dan penduduk di kota lebih besar dari desa.
DAFTAR PUSTAKA

S, Alam. 2007. Ekonomi. Jakarta : Esis


https://www.wikipedia.org/
Kuznet , Simon. 2006. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta : Rajawali Press
Todaro, M, P..2003.“Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga”. Jakarta : Erlangga
Sukirno ,Sadono. 1985. “Ekonomi Pembangunan”. Jakarta : FEUI
Ahman, Eeng Epi Indriani .2007. “Membina Kompetensi Ekonomi”. Bandung : Grafindo Media
Pratama
Sukirno , Sadono. “Ekonomi Makro”.2010 : Raja Grafindo Persada
Arifin , Imamul, & Hadi W, Gina. “Membuka Cakrawala Ekonomi”. 2009 : Setia Purna

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi

mbegedut.blogspot.com/2010/11/teori-pertumbuhan-ekonomi-menurut-para.html

https://www.geogle.com

Anda mungkin juga menyukai