Anda di halaman 1dari 14

PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGAN


PRODUKSI PANGAN
Sumaryantol dan Tahlim Sudaryanto2

ABSTRACT

In line with population growth and economic development, available fresh water per capita decreases
continously. Refer to the trend, sufficient renewable fresh water for the future will depend on the implementation
of new paradigm in water resource development initiated by declaration of "Dublin Principle" in 1992. The new
paradigm strongly emphasizes to perform four basic principals of water resource development namely human
right, democratization, sustainability and efficiency at all levels simultaneously. In agriculture, utilization of
irrigation water should be more efficient. In the same time, it is required to develop more small dams, to save
more effective rainfall, to keep the existing reservoirs optimally, and to improve the function of rivers Especially
for Indonesia, it is also recommended to develop food diversification. To pursue the need, consistent and
interdisciplinary and inter-sector approach is absolutely required.

Key words : paradigm, sustainability, efficiency, water resource, food diversification

ABSTRAK

Jika kecenderungan seperti sekarang ini tetap berlangsung, diperkirakan dalam seperempat .abad
mendatang akan semakin banyak populasi di beberapa belahan bumi ini yang ketersediaan airnya kurang dari
standard minimum yakni 500 m3/kapita/tahun. Oleh sebab itu perlu adanya perubahan paradigma. Paradigma
baru dalam pendayagunaan sumberdaya air dicanangkan sejak Dublin Principle dideklarasikan pada tahun 1992.
Intinya adalah bahwa pendayagunaan sumberdaya air harus taat asas pada empat prinsip utama yakni hak asasi
manusia, demokratisasi, pelestarian lingkungan dan efisiensi agar manfaat dapat dinikmati oleh semua, baik
pada masa sekarang maupun masa mendatang. Perubahan paradigma ini mempunyai implikasi serius terhadap
sektor pertanian. Efisiensi penggunaan air irigasi harus direalisasikan. Pada saat yang sama pengembangan
dam-dam mikro, peningkatan kapasitas pemanenan air hujan, pemeliharaan reservoir-reservoir yang telah
dibangun, serta pemeliharaan dan perbaikan fungsi sungai harus dilakukan. Khususnya bagi Indonesia, selain
langkah-langkah itu maka diversifikasi pangan harus dapat diwujudkan. Kesemuanya itu membutuhkan
pendekatan interdisiplin dan lintas sektoral secara konsisten dari waktu ke waktu karena membutuhkan waktu
yang panjang.

Kata kunci paradigma, keberlanjutan, efisiensi, sumberdaya air, diversifikasi pangan

strategis yang diyakini merupakan kunci peme-


PENDAHULUAN
cahan masalah jangka panjang sehingga se-
ringkali dipandang sebagai dinamisator peru-
bahan paradigma pembangunan perekonomi-
Terdapat lima aspek permasalahan
an global. Salah satu aspek yang menarik un-
yang selalu menjadi topik utama diskusi para
tuk didiskusikan adalah bahwa sekarang ini
pakar di lembaga-lembaga riset internasional
muatan dimensi lingkungan dan demokratisasi
dalam dua dasawarsa terakhir ini: (a) Hak-hak
dalam paradigma pendayagunaan sumberda-
asasi manusia dan demokrasi, (b) Sistem per- ya semakin menonjol.
dagangan internasional, (c) Pelestarian lingku-
ngan, (d) Ketahanan pangan, dan (e) Kemis- Konsekuensi perubahan paradigma
kinan. Konstelasi nilai yang tercipta dari saling adalah perlunya penyesuaian (reformulasi) ke-
keterkaitan antar kelima aspek itu sangat kom- bijaksanaan dan strategi pengembangan. Da-
pleks. Di dalamnya terdapat simpul-simpul lam konteks demikian itu, beberapa negara

Staf Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
2 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

FAE Volume 19, No. 2. Desember 2001 66 - 79

66
maju terutama di Eropa Barat, Amerika Utara, tar 41000 km3 diantaranya potensial untuk di-
dan Jepang telah melakukannya secara siste- eksploitasi/didayagunakan. Kebutuhan manu-
matis; bahkan dalam beberapa aspek telah sia saat ini berkisar antara 38 — 64 persen dari
terimplementasikan. Di sisi lain, negara-negara jumlah potensial tersebut (Gleick, 1998). Wa-
berkembang dan negara-negara tertinggal laupun dalam jangka panjang berbagai kema-
(LDC) masih berada pada tingkat pemahaman juan teknologi memungkinkan peningkatan
dan tahap awal dari langkah penyesuaian ka- persentase air yang dapat diekstraksi, diperki-
rena selalu disibukkan dengan pemecahan rakan bahwa RFW yang tersedia akan relatif
masalah jangka pendek yang tak kunjung tidak akan mengalami perubahan yang drama-
selesai. tis. Sementara itu populasi dunia pada tahun
1998 adalah sekitar 5.93 milyar dan diproyek-
Perubahan paradigma pendayagunaan
sikan pada tahun 2025 dan 2050 akan menca-
sumberdaya air merupakan salah satu topik
pai 8.039 milyar dan 9.367 milyar jiwa (World
yang secara langsung maupun tidak langsung
Resources Institute, 1998). Berdasarkan ang-
mempunyai implikasi yang sangat serius terha-
ka-angka itu diperkirakan fresh water (FW)
dap strategi pembangunan pertanian, khusus-
tersedia pada tahun 1998, 2025 dan 2050
nya sub sektor pangan. Hal ini disebabkan
adalah 6918, 5103 dan 4380 m3 per orang per
sektor pertanian merupakan pengguna terbe-
tahun; yang berarti pasokan air per kapita
sar sumberdaya air, dan secara empiris pe-
akan semakin berkurang.
ngembangan sumberdaya air untuk pertanian
merupakan determinan dari keberhasilan pe- Kebutuhan minimum FW untuk rata-rata
ngembangan produksi pangan. Beberapa studi negara maju adalah sekitar 1000 m3/tahun.
empiris menunjukkan bahwa keberhasilan se- Dengan teknologi dan management yang sa-
bagian besar populasi dunia di negara-negara ngat canggih (seperti di Israel misalnya), bagi
berkembang dalam memacu penyediaan pa- negara-negara di wilayah semi-arid kebutuhan
ngan bagi penduduknya ditentukan oleh eks- itu dapat ditekan menjadi 500 m3/tahun
kalasi pendayagunaan sumberdaya air, khu- (Gleick, 1993). Angka 500 m3 merupakan stan-
susnya pengembangan irigasi yang terjadi se- dard minimal untuk kehidupan (Seckler et al,
jak revolusi hijau mendunia (Rosegrant dan 1998).
Svendsen, 1993; World Bank, 1982; Gleick,
Sejak awal paruh kedua abad ini, ter-
1998; Gleick, 2000; Johanson, 2000).
dapat kecenderungan terjadinya perubahan
Sebagai bagian dari masyarakat interna- perilaku iklim global yang secara langsung
sional, Indonesia juga harus menyesuaikan din maupun tidak langsung mengakibatkan cepat-
dengan kecenderungan demikian itu. Bahkan nya penurunan ketersediaan FW per kapita.
sesungguhnya apabila dikaitkan dengan kon- Pola sebaran curah hujan antar tempat dan
disi empiris maka langkah penyesuaian itu se- waktu mengalami perubahan-perubahan yang
makin terasakan urgensinya. Ketertinggalan cukup besar. lnsiden banjir akibat curah hujan
dalam mengikuti, memahami, menyusun stra- yang ekstrim tinggi terjadi di beberapa wilayah
tegi dan mengimplementasikannya dalam permukaan bumi, sementara itu di sisi lain
pembangunan nasional akan menyebabkan curah hujan yang sangat sedikit dan musim
munculnya sejumlah kerugian sosial yang be- kering yang berkepanjangan semakin banyak
sar dan terwariskan. terjadi di berbagai tempat. Meskipun berbagai
kemajuan teknologi telah dicapai, ternyata
masih belum memadai untuk secara tepat
KONDISI SAAT INI DAN memprediksi perilaku iklim dalam suatu perio-
KECENDERUNGANNYA de yang cukup untuk melakukan berbagai anti-
sipasi yang baik.
Diperkirakan perubahan perilaku iklim itu
Diperkirakan bahwa ketersediaan rene- disebabkan oleh peningkatan suhu global. Be-
wable fresh water (RFW)3 di bumi ini adalah berapa pakar menyatakan bahwa nneningkat
sekitar 47000 km3/tahun. Dad jumlah itu, seki- nya frekuensi dan durasi El Nino berkaitan
dengan meningkatnya suhu global (Trenberth
3
Sengaja digunakan terminologi asli (bukan terjemahan) and Hoar, 1996). Secara empids, dampak El
untuk menghindari kesalahan interpretasi.
PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

67
Nino pada sektor pertanian lebih banyak yang Hasil estimasi Soenarno dan Syarief
bersifat negatif daripada yang positip karena (1994) menunjukkan bahwa pada tahun 1995
mengacaukan keberlangsungan proses dan secara agregat memang air yang tersedia ma-
siklus produksi pertanian. Bahkan oleh karena sih lebih tinggi dari pada kebutuhan (122 697
nilai guna air bersifat multifungsi dan multi di- versus 63 720 juta m3/tahun). Akan tetapi jika
mensi maka dampak negatif El Nino menyen- ditelaah lebih lanjut ternyata ada 3 tiga Daerah
tuh hampir semua aspek kehidupan. Pening- Aliran Sungai (DAS) yang telah mengalami de-
katan suhu global itu berkaitan dengan feno- fisit (kebutuhan lebih tinggi dari ketersediaan)
mena efek rumah kaca (greenhouse gases) yaitu di DAS Cisadane-Ciliwung (3 406 vs 4
akibat meningkatnya konsentrasi CO2, gas 471 juta m3/th), DAS Citarum Hilir (6 619 vs 7
Methane, Nitrous Oxide, dan CFC-114. 670 juta m3/th), dan DAS Brantas Hilir (4 637
vs 4 788 juta m3/th). Kajian tersebut juga
Distribusi FW antar tempat dan waktu
membuat pengelompokan DAS-DAS utama di
adalah sangat bervariasi sehingga sebaran
Jawa berdasarkan tingkat kekritisan sumber
manfaat yang dirasakan oleh manusia juga
air ke dalam 5 kelompok: sangat tinggi, tinggi,
berbeda antar waktu dan tempat. Pada tahun
sedang, rendah, dan aman. Kesimpulan yang
1994, 26 negara mengalami kekurangan paso-
diperoleh adalah bahwa dari seluruh DAS uta-
kan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendu-
ma di Pulau Jawa (28) DAS ternyata 3 DAS
duk di wilayahnya. Persoalan terebut di bebe-
termasuk kategori sangat tinggi, 8 termasuk
rapa negara, terutama di Afrika dan Timur
kategori tinggi, 3 DAS termasuk kategori se-
Tengah menjadi semakin kompleks karena
dang, 7 termasuk rendah dan hanya 3 DAS
dibarengi pula oleh pertumbuhan penduduk
yang masih termasuk kategori aman.
yang tinggi (Gleick, 1993; Postel, 1994).
Sebagaimana yang diberitakan dalam
Meskipun secara agregat ketersediaan
media massa baru-baru ini, jumlah DAS kritis
FW per kapita di Benua Asia melimpah (tahun
di Indonesia meningkat terus dari tahun ke
2050 diperkirakan masih mencapai 2400 m3/
tahun. Ciri utama DAS kritis adalah kadar sedi-
kapita), tetapi di beberapa negara atau wilayah
men tinggi, perbedaan debit maksimum — mini-
di benua ini akan mengalami kekurangan FW
mum sangat tinggi, waktu aliran mencapai
yang serius. Sebagai ilustrasi, pada tahun itu
puncak banjir dan sangat cepat, tetapi waktu
ketersediaan FW di India adalah sekitar 1207
3 penyusutan air juga sangat cepat. Pada tahun
m /tahun; bahkan di Negara Bagian Tamil Na-
1985, dari 85 DAS yang diamati terdapat 22
du mencapai 490 m3/kapita yang berarti di ba-
DAS kritis. Tahun 1990, meningkat menjadi 35
wah ambang batas minimum.
DAS yang kritis dan pada tahun 1995 mening-
Di Indonesia, menurunnya ketersediaan kat Iagi menjadi 60 DAS yang kritis bahkan 20
FW juga semakin nyata. Kegagalan panen diantaranya terkategorikan sangat kritis. DAS-
akibat kekeringan semakin sering terjadi dalam DAS tersebut terutama berada di Jawa, Suma-
lima belas tahun terakhir ini, dan di beberapa tera, dan Kalimantan5.
wilayah fenomena kekurangan air untuk irigasi
Degradasi sumberdaya air tidak hanya
di musim kemarau cenderung semakin awal
teramati dari menurunnya fungsi sungai, tetapi
(Anonymous, 1994); bahkan tahun 1997 dam-
juga menyangkut kondisi air tanah (ground
pak kekeringan akibat pengaruh El Nino me-
water). Di beberapa lokasi yang intensitas
nyebabkan penurunan produksi padi yang dra-
penggunaan pompa irigasinya sangat padat
matis. Sementara itu, kekurangan air untuk
(Nganjuk, Jombang, Kediri), derajat interferen-
memenuhi kebutuhan domestik dan untuk per-
si sumur pompa dengan sumur penduduk se-
tanian seperti di Nusa Tenggara Timur dan be-
makin meningkat. Di perkotaan, semakin tu-
berapa kabupaten di bagian selatan Pulau Ja-
runnya mutu air sumur bukanlah cerita baru. Di
wa telah menjadi klasik dan beberapa kecen-
DKI Jakarta, menurut pemberitaan dari berba-
derungan ke arah perbaikan belum tampak.
gai media massa lebih dari 80 persen sumur
penduduk telah tercermar bakteri E. Co//i. Di
Bandung, seretnya aliran air PDAM di musim
kemarau dan semakin dalamnya permukaan
4
Industrialisasi disebutkan oleh banyak pakar sebagai
salah satu faktor pendorong utama meningkatnya
konsentrasi gas-gas tersebut (IPPC, 1996). 5 Kompas, 8 Oktober 2001.

FAE. Volume 19, No. 2, Desember 2001 :66 - 79

68
air sumur sudah sejak lama terdengar. Di Kali- bersifat lintas negara (international river basin
mantan, di beberapa kawasan Sungai Barito — IRB) dari yang hanya melibatkan dua negara
dan Sampit ada beberapa perahu yang harus sampai 17 negara. Pada saat ini tercatat ada
kandas. Kesemuanya itu menunjukkan bukti- 261 IRB (Wolf et al, 1999 dalam Gleick, 2000).
bukti bahwa ketersediaan sumberdaya air se- Jumlah IRB terbanyak adalah di Benua Afrika.
makin langka. Dari keseluruhan IRB, terdapat 19 IRB yang
jumlah negara pemanfaatnya lebih dari 5 ne-
gara/IRB. Di Benua Asia saja setidaknya ada 5
PERUBAHAN PARADIGMA GLOBAL IRB dengan karakteristik seperti itu yakni:
DALAM PENDAYAGUNAAN Tarim (China, Kyrgizstan, Pakistan, Tajikistan,
SUMBERDAYA AIR Kazakhsran, Afganistan, India); Ganges/Brah-
maputra/Meghna (India, China, Nepal, Bangla-
desh, Buthan, Myanmar); Jordan (Jordania,
Air adalah unsur pendukung utama da- Israel, Syria, West Bank, Lebanon, Mesir);
sar kehidupan. Eksistensi makhluk hidup ter- Tigris-Euphrat/Shatt al Arab (Irak, Turki, Iran,
gantung pada sumberdaya ini sehingga pera- Syria, Jordan, Saudi Arabia); Mekong (Laos,
nannya sangat strategis. Ketika eksploitasi Thailand, China, Kamboja, Vietnam, Myanmar)
sumberdaya alam belum intensif, sungai meru-
Paradigma yang berkembang pada wak-
pakan pemasok kebutuhan air paling dominan.
tu-waktu yang lalu, yakni ketika kelangkaan
Bahkan sungai berfungsi pula sebagai jalur
dan degradasi sumberdaya air belum menam-
transportasi yang paling murah. Oleh sebab itu
pakkan sosoknya; adalah bagaimana me-
secara historis lokasi-lokasi pusat pertumbuh-
ngembangkan rekayasa teknik-sosial-budaya
an peradaban masa lampau selalu berada di
dalam rangka mengeksploitasi sumberdaya air
dekat Sungai. Di era modern, meskipun kon-
sedemikian rupa sehingga kebutuhan terpenu-
stelasi nilai dalam pembangunan peradaban
hi. Muatan dimensi lingkungan dalam strategi
mengalami perubahan, sumberdaya air masih
investasi pengembangan sumberdaya air sa-
tetap berperan besar sebagai determinan ke-
ngat kurang, dan pendekatannya seringkali
berhasilan pembangunan ekonomi. Banyak
mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi. Fokus
contoh menunjukkan bahwa keberhasilan se-
sasaran pengembangan adalah bagaimana
bagian besar negara agraris menghindarkan
memaksimalkan keuntungan ekonomi secara
diri dari ekskalasi kelaparan ditentukan oleh
agregat dan cenderung bersifat jangka pen-
keberhasilan investasi dalam pengembangan
dek. Strategi pendayagunaan sumberdaya air
sumberdaya air (irigasi).
yang tercipta dari paradigma seperti itu ter-
Peranan air yang sangat vital dalam pe- manifestasikan secara jelas dalam perencana-
rikehidupan suatu komunitas juga mempunyai an, pengoperasian dan pemeliharaan dam-
implikasi sebagai faktor strategis dalam kan- dam raksasa dan sistem irigasi skala besar
cah konflik antar komunitas. Secara historis, yang menjadi trend di hampir semua negara
sering menjadi obyek pemicu konflik atau men- berkembang bersamaan dengan berlangsung-
jadi sasaran penghancuran untuk melumpuh- nya revolusi hijau.
kan lawan ketika konflik tengah berlangsung.
Secara empiris, tak dapat disangkal bah-
Dalam Gleick (1998) dipaparkan beberapa pe-
wa dengan pendekatan tersebut pasokan pa-
ristiwa menarik berikut. Dalam penggal waktu
ngan mengalami peningkatan dramatis sehing-
antara 3000 SM — 323 SM tercatat ada 15
ga beberapa negara berhasil mencapai swa-
peristiwa konflik antar negara ataupun antar
sembada pangan. Akan tetapi beberapa dam-
komunitas yang melibatkan kekuatan militer.
pak negatif kemudian mulai menampakkan
Kemudian sejak abad XV — sekarang tercatat
sosoknya. Secara teknis pengembangan dam-
37 peristiwa dimana 28 diantaranya melibat-
dam besar dan sistem irigasi skala besar me-
kan kekuatan militer balk dalam bentuk perang
ngakibatkan terjadinya perubahan yang signi-
(23) maupun sekedar manuver ancaman (5).
ficant dalam landscape, perubahan drastis
Dengan demikian, pengelolaan sumberdaya
dalam habitat alami, dan pemindahan (bukan
air menjadi salah satu agenda penting dalam
perpindahan) komunitas setempat. Di sisi yang
menjaga perdamaian dunia, karena di dunia ini
lain, keberhasilan peningkatan produksi pa-
terdapat ratusan daerah aliran sungai yang
ngan yang terfokus pada jenis-jenis komoditas

PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI


PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

69
pangan tertentu (terutama beras) mengakibat- mana mendayagunakan sumberdaya tersebut
kan pula terjadinya perubahan dalam pola kon- secara bijaksana dengan cara mengedepan-
sumsi yakni ketergantungan yang terlampau kan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya
tinggi pada komoditas tersebut dan kurang alam, hak-hak asasi manusia, demokrasi, dan
terdiversifikasi. Pada akhirnya yang terjadi (ter- efisiensi sedemikian rupa sehingga kemakmu-
utama di negara berkembang) adalah lomba ran dan keadilan yang tercipta dapat dinikmati
laju pertumbuhan kebutuhan pangan dan laju oleh semua; untuk generasi sekarang dan ge-
pertumbuhan pasokan; dimana laju pertumbu- nerasi mendatand.
han pasokan semakin melambat dan melam-
Kuatnya komitmen untuk mengimple-
bat seiring dengan degradasi fungsi dam-dam
sebagai akibat dari terabaikannya prinsip- mentasikan prinsip hak-hak asasi manusia da-
lam paradigma baru ini antara lain didasari
prinsip pelestarian. Di beberapa negara ber-
kembang di wilayah arid dan semi-arid dam- pertimbangan bahwa air merupakan unsur
utama pendukung kehidupan sehingga akses
dam raksasa dan sistem-sistem irigasi skala
besar itu fungsinya semakin tidak memadai; tiap individu terhadap air harus dapat dijamin.
Lebih dari itu, komitmen tersebut juga sangat
dan karenanya manfaat investasi tidak sesuai
relevan untuk mengkondisikan perdamaian
harapan semula. Pada akhirnya Bank Dunia
berkesimpulan bahwa "Favorable conditions, mengingat secara empiris di dunia ini terdapat
such as good high-yielding aquifers, rivers with ratusan IRB. Sementara itu, penegasan prinsip
sustained year-round flows, and large tracts of demokrasi dan pelestarian sumberdaya alam
merupakan konsekuensi logis dari sistem pe-
irrigable land are unfortunately not available to
ngelolan sumberdaya alam yang berkelanjut-
justify the type of massive investment that has
an; sedangkan efisiensi merupakan jawaban
gone into the Nile Basin, Middle East, and
terhadap meningkatnya kelangkaan.
Asia" (Poste!, 1992 dalam Gleick, 1998).
Upaya-upaya memasyarakatkan para-
Sederetan dampak negatif tersebut se-
digma baru tersebut kepada masyarakat global
makin banyak didiskusikan bersamaan dengan
tidak dapat dipisahkan dari suatu deklarasi
wacana tentang hak-hak asasi manusia, de-
yang disebut Dublin Principle. Pada Januari
mokratisasi dan perlunya pelestarian lingkung-
1992, 500 wakil dari 100 negara dan 80 LSM
an di tengah situasi liberalisasi perdagangan.
internasional maupun organisasi-organisasi
Hasil-hasil diskusi kemudian ditindak lanjuti
non pemerintah lainnya bertemu di Dublin,
dengan berbagai studi empiris di berbagai ne-
Irlandia dalam rangka persiapan Earth Summit
gara yang dibiayai oleh lembaga-lembaga da-
di Rio de Janeiro, Juni 1992. Pada waktu itu
na internasional. Rekomendasi yang dihasil-
dirumuskan empat pedoman yang kini terkenal
kan dari berbagai studi tersebut adalah perlu-
dengan nama Dublin Principle, yakni: (1) Fresh
nya mengubah paradigma pendayagunaan
water is a finite and vulnerable resource,
sumberdaya air. Maka sejak paruh kedua da-
essential to sustain life, development and envi-
sawarsa 90-an era baru dalam pendayaguna-
rontment; (2) Water development and manage-
an sumberdaya air semakin menampakkan
ment should be based on a participatory
sosoknya6.
Pada prinsipnya, paradigma baru dalam 7
lmplikasi prinsip tersebut dalam perencanaan pengem-
pendayagunaan sumberdaya air adalah bagai-
bangan/pendayagunaan sumberdaya air dapat disimak
misalnya dari pernyataan Gleick (1998): "Water-
6 ,
resource planning in a democratic society must involeve
'A new era has begun. In contrast to earlier decades of more than simply deciding what big project to buid next
unfettered damming, drilling, and diverting to gain ever or evaluating which scheme is the most cost-effective
greater control over water, the next generation will from a narrow economic perspective. Planning must
marked by limits and constraints — political, economic, provide information that helps people to make
and ecological. Yet numerous opportunities arise well. judgments about which "need"and "wants" can and
Exploiting the market potential of new water saving should be satisfied. Water is a common good and
technologies is an obvious one. And in many cases, community resource, but it is also used as a private
achieving better water management will require good or economic commodity; it is not only a
decentralizing control over water, and moving from top- recreational resource but also a basic necessity of life; it
down decisionmaking to greater people's participation - is imbued with cultural values and plays a part in the
a shift necessary for better human and economic social fabrick of our communities. Applying new
development overall". (Sandra Postel dalam bukunya principles of sustainability and equity can help bridge
Last Oasis sebagaimana dikutip oleh Gleick, 1998). the gap between such diverse and competing interest".

FAE Volume 19, No. 2, Desember 2001 : 66 - 79

70
approach, involving users, planners and policy- diantaranya adalah untuk sektor pertanian8.
makers at all levels; (3) Women play a central Laju pertumbuhan kebutuhan sektor non per-
part in the provision, management and safe- tanian yang lebih tinggi dari sektor pertanian
guarding of water; (4) Water has an economic (terutama untuk kebutuhan rumah tangga
value in all its competing uses and should be memperoleh prioritas utama) dalam 25 tahun
recognized as an economic good. menyebabkan pangsa sektor pertanian me-
mang mengalami sedikit penurunan. Meskipun
Pada Bulan Agustus 1996 setelah mela-
demikian, Shiklomanov memprediksi bahwa
lui proses panjang sejak beberapa tahun sebe-
penyadapan dan penggunaan sektor pertanian
lumnya, 9 lembaga internasional sepakat
masih mencapai 60 persen dan 83 persen
membentuk The World Water Council (WWC).
(Tabel 1). Estimasi Seckler (1998) menyebut-
Kesembilan lembaga internasional tersebut
kan bahwa pada tahun 1990 penggunaan air
adalah: International Water Resources Asso-
oleh sektor pertanian adalah sekitar 2084 km3/
ciation (IWRA), International Commision on
tahun dan akan mencapai 3376 km3/tahun; te-
Irrigation and Drainage (ICID), Canadian Inter-
tapi jika dapat dilakukan peningkatan efisiensi
national Development Agency (CIDA), The
irigasi secara significant maka dapat ditekan
World Bank (WB), International Association on
menjadi 2432 km3/tahun (Tabel 2).
Water Quality (IAWQ), International Water
Supply Association (IWSA), United Nations Meskipun hasil estimasi dari beberapa
Development Programme (UNDP), The World pakar bervariasi, akan tetapi secara umum
Conservation Union (IUCN), dan The Water dapat disimpulkan bahwa : (1) Sektor pertani-
Supply and Sanitation Collaborative Council an merupakan pengguna air yang terbesar dan
(WSSCC). sampai seperempat abad ke depan masih do-
minan; (2) Secara total penggunaan air masih
Markas besar WWC adalah di Marsei-
belum efisien; (3) Efisiensi penggunaan air
lles, Perancis. Lembaga ini diharapkan men-
oleh sektor pertanian lebih rendah dari rata-
jadi the world's water-policy thinktank. Salah
rata agregat.
satu keluaran yang telah dihasilkan forum
pertemuan WWC adalah Vision for Water, Life, Salah satu implikasi pokok perubahan
and the Environtment yang sasarannya adalah paradigma pendayagunaan sumberdaya ada-
untuk analisis dan pengintegrasian berbagai lah perlunya penyesuaian kebijaksanaan dan
aktivitas terkait yang mempengaruhi kehidup- strategi pengembangan atau pengelolaan
an manusia dan ekosistemnya dan dimaksud- sumberdaya tersebut. Bagi sektor pertanian,
kan untuk opsi-opsi kebijakan yang berkenaan perubahan yang harus dilakukan adalah mela-
dengan pemantapan ketahanan pangan mela- kukan efisiensi penggunaan (irigasi) sehingga
lui aquakultur, lahan kering, dan pertanian ber- terjadi peningkatan produktivitas sumberdaya
irigasi, penyediaan pasokan air dan jasa sani- tersebut. Dalam rangka memasyarakatkan efi-
tasi, pengelolaan sumberdaya air untuk fungsi- siensi pendayagunaan air untuk pertanian, me-
fungsi ekonomi termasuk produksi listrik, dan ngingat bahwa secara empiris banyak negara
proteksi lingkungan termasuk kawasan pantai berkembang masih berkutat dengan persoalan
dan lahan basah. bagaimana meningkatkan produksi pangan

Ada tiga istilah penting dalam konteks penggunaan air:


IMPLIKASI TERHADAP SEKTOR water use, withdrawal, dan consumption use. Agar tidak
PERTANIAN SECARA GLOBAL terjadi kesalahan pemahaman, sengaja penulis serta-
kan interpretasi aslinya (lihat dalam Gleick, 1998) seba-
gai berikut. Istilah water use merupakan istilah umum
untuk penggunaan air, jadi dapat berupa withdrawal,
Menurut kajian Shiklomanov (1998), pa- gross water use, ataupun consumptive use. Withdrawal
da tahun 1995 dari total penyadapan (withdra- adalah istilah yang mengacu pada kegiatan pengam-
wal) sebesar 3765 km3/tahun, sekitar 2488 bilan/penyadapan air dari suatu sumber untuk disimpan
ataupun digunakan. Tidak semua air yang disadap
atau 66 persen diantaranya adalah untuk sek- (withdarwn) dikonsumsi, misalnya air untuk cooling
tor pertanian. Jika ditinjau dari sisi pengguna- thermoelectric power plants. Consumption use mengacu
annya (consumptive use), maka dari total pada penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan untuk
penggunaan global sekitar 2329 km3/tahun, berlangsungnya suatu proses atau kegiatan sedemikian
rupa sehingga pemanfaatan kembali (reuse) dari (seba-
sekitar 1939 km3/tahun yang berarti 86 persen gian) air tersebut tidak dapat terjadi dengan segera.
PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudatyanto

71
Tabel 1. Dinamika Penyadapan (Withdrawal) dan Penggunaan (Consumption) Air Menurut Versi
Sihiklomanov, 1900 - 2025

Pengkajian Peramalan
Sektor
1900 1940 1950 1960 1970 1980 1990 1995 2000 2010 2050
Populasi (juta) 2,542.0 3,029.0 3,603.0 4,410.0 5,285.0 5,735.0 6,181.0 7,113.0 7,877.0
Areal irigasi 47.3 75.9 101.0 142.0 169.0 198.0 243.0 253.0 264.0 288.0 329.0
(juta hektar)
Penggunaan oleh sektor pertanian (km3/tahun)
Penyadapan 525.0 897.0 1,122.0 1,544.0 1,821.0 2,179.0 2,408.0 2,488.0 2,560.0 2,737.0 3,097.0
(withdrawal)
Penggunaan 406.0 681.0 849.0 1,170.0 1,392.0 1,688.0 1,895.0 1,939.0 1,970.0 2,093.0 2,331.0
(consumptive
use)
Penggunaan oleh sektor industri (km3/tahun)
Penyadapan 37.8 127.0 181.0 333.0 546.0 699.0 691.0 732.0 768.0 884.0 1,121.0
Penggunaan 3.4 9.5 14.4 23.8 36.9 59.0 73.7 79.4 84.6 103.0 133.0
(consumptive
use)
Municipal use (km3/year)
Penyadapan 16.0 36.8 53.1 83.5 130.0 207.0 322.0 357.0 389.0 468.0 649.0
Penggunaan 4.2 9.0 13.9 20.1 30.8 41.8 54.1 58.9 64.4 70.5 84.0
(consumptive
use)
Reservoirs (km3/tahun)
Penggunaan 0.3 3.7 10.1 29.2 76.2 129.0 169.0 188.0 210.0 235.0 270.0
(consumptive
use)
Total (km3/tahun)
Penyadapan 579.0 1,065.0 1,366.0 1,989.0 2,573.0 3,214.0 3,590.0 3,765.0 3,927.0 4,324.0 5,137.0
Penggunaan 415.0 704.0 887.0 1,243.0 1,536.0 1,918.0 2,192.0 2,265.0 2,329.0 2,501.0 2,818.0
(consumptive
use)
Sumber: Shiklomanov 1998 dalam Gleick 2000.

Tabel 2. Proyeksi Global Penggunaan Air Menurut Sektor Versi Seckler et a/ (km3/tahun)

Total Pertanian Domestik dan Industri


1990 (estimasi) 2907 2084 823
2025 (menurut kondisi aktual) 4569 3376 1193
2025 (dengan efisiensi irigasi yang tinggi) 6325 2432 1193
Sumber: Seckler et a/ (1998) dalam Gleick (2000).

maka International Water Management Inst- si tepat jumlah dan tepat waktu (precision on
itute (IWMI) lebih condong kepada upaya pe- irrigation), aplikasi irigasi murah biaya di lahan
ningkatan produktivitas air irigasi. Pemasyara- tadah hujan (low-cost precision irrigation tech-
katan pendekatan tersebut ditempuh melalui nologies for rain-fed areas), serta adanya du-
pemanfaatan air irigasi semaksimal mungkin kungan kebijaksanaan, instilitsi dan sistem in-
sehingga dari sejumlah air yang menjadi jatah sentif untuk efisiensi irigasi (International Wa-
sektor pertanian dapat dihasilkan lebih banyak ter Management Institute, 2000).
produksi dan pendapatan - motto-nya adalah
Untuk mewujudkan peningkatan produk-
more crop per drop. Opsi untuk itu adalah:
tivitas air irigasi dibutuhkan perbaikan teknolo-
penghematan melalui recycling, perbaikan ke-
gi di bidang agronomi maupun pengelolaan iri-
handalan pasokan (reliability in supplies), iriga-
gasi sebagai berikut:

FAE. Volume 19, No. 2. Desember 2001 : 66 - 79

72
• Agronomi: nya dalam Pasandaran and Rosegrant, 1995).
Akan semakin sulit memperoleh bantuan pinja-
- Perbaikan varietas tanaman: varietas ung-
man dari lembaga donor internasional apabila
gui berdaya hasil berumur pendek.
suatu negara mengembangkan investasi pe-
- Perbaikan pola tanam: utamakan komodi- ngembangan sumberdaya air dengan orientasi
tas tanaman pangan hemat air. seperti itu.
- Perbaikan teknik budidaya: perbaiki pe- Tabel 3. Perkiraan Kebutuhan Air Beberapa
ngolahan tanah, pemupukan, dan pembe- Jenis Komoditas Pangan
rantasan gulma sedemikian rupa sehingga
konsumsi air Iebih rendah.
Kebutuhan air (kg air/kg
Tanaman
• Pengelolaan air: pangan yang dipanen)
Kentang 500 - 1500
- Irigasi tepat waktu
Gandum 900 - 2000
- Teknik irigasi efisien (kurangi praktek flow Alfalfa 900 - 2000
irrigation, kembangkan furrow irrigation, Sorghum 1100 - 1800
sprinkler irrigation, atau jika layak drip Jagung 1000 - 1800
irrigation).
Padi 1900 - 5000
Realokasi air ke komoditas bernilai tinggi. Kedele 1100 - 2000
Daging ayam 3500 - 5700
Kini pakar-pakar internasional di bidang
Daging sapi 15000 - 70000
pangan dan irigasi semakin tertarik meiakukan
Sumber: Pimentel of a!, 1997; Tuong and Bhuiyan,
pengkajian tentang prospek pemanfaatan je-
1994.
nis-jenis tanaman yang hemat air sebagai
sumber pangan masa depan. Dalam konteks Salah satu sisi menarik dari perubahan
demikian itu, usahatani padi kadangkala men- paradigma tentang sumberdaya air adalah
jadi bulan-bulanan, karena dengan teknoiogi bahwa di masa depan barangkali dimensi yang
yang diapiikasikan seiama ini termasuk kate- harus diperhitungkan untuk menilai produkti-
gori boros air. Beberapa hasil penelitian (Pi- vitas suatu aktivitas ekonomi harus diubah.
mentel et al, 1997; Tuong and Bhuiyan, 1994) Ilustrasi menarik misalnya ton/ha sebagai uku-
menyebutkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg ran produktivitas usahatani komoditi x. Implisit,
padi dibutuhkan air 1900 — 5000 liter; sedang- dalam konteks itu yang dianggap paling langka
kan untuk kentang, gandum ataupun jagung adalah lahan semata. Jika sumberdaya air se-
masing-masing hanya membutuhkan 500- makin langka maka ukuran tersebut tidak lagi
1500, 900-2000 dan 1000-1800 liter (Tabel 3)9. memadai untuk merepresentasikan produktivi-
tas sumberdaya. Nilai nil sumberdaya lahan
Di masa mendatang pengembangan sis-
pertanian sangat ditentukan ketersediaan air di
tern irigasi besar dengan dukungan dam-dam
lahan tersebut. Akan tetapi penegakan hak pe-
raksasa semakin tidak popuier. Berbagai kebe-
nguasaan/pemilikan (property right) dalam
ratan yang berkatian dengan besarnya inves-
sumberdaya lahan jauh Iebih mudah dan kare-
tasi maupun efektivitas biayanya, masalah
nanya Iebih maju daripada penegakan hak-hak
lingkungan, dan gejoiak sosial yang timbul aki-
atas air (water right) karena sifat air yang mo-
bat pengembangan demikian itu terlampau
bile. Hal ini mengakibatkan penghargaan ma-
kuat untuk dipatahkan oleh argumen yang ber-
syarakat terhadap nilai ekonomi sumberdaya
pijak pada manfaat ekonomi yang diharapkan
air tidak berkembang.
dapat dipetik (untuk kasus Indonesia, dalam
konteks investasi irigasi dapat disimak misal-
IMPLIKASI TERHADAP STRATEGI
9
Adalah menarik bahwa kecenderungan menjadi vege- PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN
tarian di kalangan environmentalis, selain karena motif NASIONAL
kesehatan juga dilandasi keinginan menghemat air
dan energi. Perhatikan bahwa per kg daging sapi ter-
nyata membutuhkan air sebanyak 15000 — 70000 liter Secara umum prinsip utama dari strategi
air; sementara itu berdasarkan rantai makanan maka
efisiensi konversi energi pada tumbuhan adalah jauh pengembangan produksi pangan yang sesuai
Iebih tinggi daripada hewan. dengan paradigma baru dalam pendayaguna-
PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

73
an sumberdaya air adalah bahwa pertumbuh- kan akibat dari perilaku iklim yang makin sulit
an produksi pangan akan berkelanjutan (sus- diprediksi, hal ini disebabkan oleh kombinasi
tainable) hanya jika ketersediaan sumberdaya faktor-faktor berikut: (a) Degradasi daerah
air juga sustainable; dan pendayagunaannya tangkapan air akibat kerusakan hutan, (b) Me-
dilandasi filsafat bahwa air itu langka, setiap nyusutnya ruang-ruang retensi air, (c) Menu-
individu berhak memperoleh air, dan karakte- runnya fungsi sungai, (d) dalam praktek, tata
ristik intrinsik air tunduk kepada hukum-hu- ruang kurang peduli lingkungan.
kumnya secara mandiri (hidrologi). Dimensi
Pertumbuhan produksi bersumber dari
yang tercakup dalam aspek keberlanjutan ada-
dua faktor: (a) Pertambahan areal panen, (b)
lah kuantitas, kualitas, waktu, dan tempat. Da-
Peningkatan produktivitas. Berdasarkan data
lam paradigma baru, tidak sesuai lagi mene-
empiris, kajian Simatupang (2000) maupun
rapkan pandangan bahwa air harus didayagu-
Dillon et al (1999) menyimpulkan bahwa dalam
nakan sesuai dengan kebutuhan usahatani; te-
dasawarsa terakhir ini terjadi kemandegan da-
tapi dengan tetap mempertimbangkan tuntutan
lam peningkatan produktivitas. Dalam kaitan
pasar produksi pertanian, usahatani harus
ini, mengingat prospek perluasan areal tanam
menyesuaikan did dengan ketersediaan air.
melalui pengembangan areal pesawahan baru
Bagi Indonesia urgensi reformulasi stra- (new construction) sangat terbatas maka perlu
tegi pengembangan produksi pangan bukan diupayakan peningkatan intensitas tanam dan
sekedar mengikuti trend penyesuaian terhadap minimisasi puso melalui penerapan pola tanam
perubahan paradigma, tetapi sesungguhnya yang optimal.
merupakan konsekuensi logis dari cara peme-
Dalam jangka panjang, strategi penye-
cahan permasalahan empiris. Menyimak kon-
diaan pangan dalam rangka mewujudkan keta-
disi empiris, butir-butir permasalahan pokok
hanan pangan yang mantap harus disesuaikan
yang dihadapi Indonesia di bidang pangan
dengan paradigma baru dalam pendayagu-
saat ini maupun masa mendatang adalah se-
naan sumberdaya air sebagaimana disebut di
bagai berikut. Pertama, pada sisi permintaan
atas. Strategi yang harus ditempuh adalah: se-
terlihat bahwa kebutuhan pangan terus me-
raya meningkatkan produksi padi dengan
ningkat dan ketergantungan terhadap beras
penggunaan air irigasi secara efisien, diversifi-
masih sangat tinggi. Mengacu pada data
kasi pangan harus memperoleh prioritas uta-
SUSENAS, rata-rata konsumsi beras dalam
ma. Dalam hal ini perlu digaris bawahi bahwa
periode 10 tahun terakhir adalah sekitar 125
untuk mewujudkan diversifikasi pangan dibu-
kg/kapita/tahun. Diversifikasi konsumsi pangan
tuhkan pendekatan simultan dari dua sisi: per-
sumber karbohidrat belum mencapai sasaran
mintaan maupun penawaran. Terutama di sisi
yang diharapkan karena: (a) Diversifikasi justru
permintaan, pendekatannya harus bersifat lin-
mengarah pada gandum, (b) Untuk golongan
tas sektoral.
menengah ke bawah meningkatnya pendapa-
tan diiringi pula peningkatan konsumsi beras Jaminan kelestarian ketahanan pangan
per kapita. Kedua, di sisi pasokan terjadi ke- yang berkelanjutan melalui diversifikasi pa-
munduran laju pertumbuhan. Hal ini dapat ngan bertumpu pada filosofi berikut: secara
disimak misalnya pada Rosegrant et al (1997), alamiah (fitrah), wilayah tropis ditakdirkan kaya
Dillon et al (1999), Simatupang (2000), Sawit keanekaragaman hayati—banyak species, teta-
(2001), BAPPENAS — USAID (2000), Anony- pi populasi massive per jenis species sedikit.
mous (2000/2001a dan 2000/2001b). Salah sa- Oleh sebab itu, suatu rekayasa yang menga-
tu kesimpulan dari terbitan tersebut antara lain kibatkan dominasi suatu species secara ekse-
menyebutkan bahwa sejak dasawarsa terakhir sif mengakibatkan terganggunya keseimbang-
kapasitas negeri ini untuk menyediakan pa- an ekosistem.
ngan secara mandiri cenderung turun. Ketiga,
Keberhasilan diversifikasi pangan me-
ketersediaan sumberdaya air sebagai kendala
ngandung makna mendekatkan did dengan
pengembangan produksi pangan (padi) makin
kondisi alamiah wilayah tropika. Berkurangnya
nyata. Insiden banjir di musim hujan maupun
konsumsi beras per kapita bukan hanya me-
kekeringan di musim kemarau semakin sering
ngurangi kebutuhan air untuk pertanian, tetapi
dan secara agregat luasannya meningkat (Su-
juga mempunyai implikasi meluasnya perse-
maryanto dan Friyatno, 1999). Selain merupa-
diaan lahan untuk pangan karena spektrum

FAE. Volume 19, No 2, Desember 2001 66 - 79

74
pangan meluas — status lahan tadah hujan se- Upaya untuk mempertahankan eksisten-
bagai lumbung pangan meningkat karena da- si lahan sawah diwujudkan melalui pengen-
lam pola konsumsi pangan yang lebih terdi- dalian atau minimisasi alih fungsi lahan sawah
versifikasi, anggota gugus pangan bertambah ke penggunaan non pertanian. Hal ini dilandasi
banyak10. pengalaman empiris bahwa alih fungsi lahan
sawah tidak hanya menyebabkan menciutnya
Adalah fakta bahwa pengembangan se-
areal pesawahan yang tersisa, tetapi dampak
cara besar-besaran komoditas padi yang se-
lama ini dilakukan telah berhasil mengen- rambatannya adalah terjadinya degradasi kua-
litas sawah di sekitarnya dan terjadinya perce-
taskan demikian banyak penduduk Indonesia
patan laju alih fungsi lahan sawah tersebut
dari kekurangan pangan. Akan tetapi juga ti-
secara agregat (Sumaryanto et al, 1996; Su-
dak dapat disangkal bahwa ekses yang timbul
maryanto and Suhaeti, 1997). Untuk mengen-
adalah terjadinya ketergantungan yang sangat
dalikan alih fungsi lahan sawah dibutuhkan law
tinggi terhadap satu jenis komoditas pangan
enforcement yang memadai dalam implemen-
yakni beras". Kecenderungan seperti ini tidak
lagi dapat dipertahankan. tasi kebijaksanaan tata guna lahan yang telah
ada selama ini. Lebih dari itu, konsistensi tin-
Peletakan prioritas utama pengemba- dakan yang didukung oleh penyempurnan sis-
ngan diversifikasi pangan tidak berarti harus tern pemantauan, pendataan dan berbagai
mengurangi perhatian pada peningkatan pro- pengkajian harus dilakukan.
duksi padi. Dalam hal ini ada dua opsi penting
Dalam jangka panjang, pembangunan
yang harus ditempuh: (1) Pengembangan padi
areal pesawahan yang baru (new construction)
lahan kering/gogo, (2) Peningkatan produktivi-
tak dapat dihindari. Berdasarkan kondisi empi-
tas padi sawah. Pengembangan padi lahan ke-
ris, hal itu hanya dapat dilakukan di Luar P.
ring perlu didukung penelitian pemuliaan ta-
Jawa. Namun perlu digaris bawahi bahwa pen-
naman yang diarahkan untuk memperoleh
dekatannya tidak dapat meniru sepenuhnya
varietas yang rasanya lebih enak dan pro-
pola pengembangan yang lalu. Dad sudut Pan-
duktivitasnya lebih tinggi, dan teknik budidaya
dang pembiayaan, pengembangan irigasi Ska-
yang lebih baik. Dalam pengembangan padi
la besar dengan dukungan dam-dam raksasa
sawah terdapat tiga aspek penting yang perlu
tidak prospektif. Pembangunan dam-darn rak-
diperhatikan: (a) Pada saat ketersediaan air
sasa akan populer hanya jika sifat multipur-
tidak langka (musim hujan), pola mina-padi
pose-nya sangat menonjol, aspek pelestarian
perlu memperoleh prioritas pengembangan
lingkungan dikedepankan, dan keseluruhan
(dengan demikian produktivitas air meningkat),
proses pembangunannya (sejak perencanaan)
(b) Efisiensi irigasi harus ditingkatkan, (c) Ek-
dilakukan melalui pendekatan partisipatif selu-
sistensi lahan sawah produktif harus diperta-
ruh lapisan masyarakat secara demokratis.
hankan.
Tanpa pemenuhan kondisi tersebut sulit mem-
10
peroleh dukungan dari lembaga keuangan in-
Visi pola konsumsi pangan masa depan (2025) menurut ternasional. Untuk darn-dam raksasa yang te-
penulis adalah: ketika pasokan beras domestik
melimpah (Maret — Agustus), konsumsi beras berada lah ada, upaya peningkatan manfaat ekonomi-
pada kisaran 90-100 kg/kapita/tahun, dan turun men- sosial-lingkungan harus dapat dimaksimalkan
jadi 80-90 kg/kapita/tahun pada bulan-bulan Septem- karena investasi yang telah ditanamkan untuk
ber - Februari. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat dari membangun dam-dam tersebut sangat mahal.
non beras berasal dari jagung, sorghum, kentang,
sagu, dan umbi-umbian. Strategi untuk menggapai visi Dalam jangka pendek — menengah per-
tersebut adalah melalui Program Nasional Diversifikasi
baikan kinerja irigasi sangat urgen karena ke-
Pangan yang merupakan program bersifat lintas sektor
dan lintas departemen; dan dilaksanakan secara kon- berlanjutan fungsi sawah ditentukan oleh ki-
sisten dari tahun ke tahun sampai sasaran tercapai. nerja irigasi, dan secara empiris pada saat ini
11
Pada mulanya, ketika tingkat konsumsi beras masih telah banyak jaringan irigasi yang kinerjanya
berada pada angka di bawah 100 kg/kapita/tahun
menurun. Menurunnya kinerja irigasi terutama
fenomena tersebut tidak mengkhawatirkan; apalagi
pada saat itu sejumlah kendala seperti keterbatasan ditandai oleh semakin pendeknya ketersediaan
anggaran maupun kelangkaan stok lahan yang layak air yang cukup di musim kemarau dan ren-
dijadikan sawah belum menjadi persoalan serius. Kini tannya hamparan sawah terhadap bahaya
kemantapan ketahanan pangan Indonesia terperang-
banjir di musim hujan. Penyebab utamanya
kap dalam Iingkaran permasalahan seputar beras.
adalah: (a) Memburuknya kinerja jaringan iri-

PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI


PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

75
gasi, (b) Menurunnya ketersediaan air yang an sehingga merusak dasar dan tebing sungai
menjadi sumber air irigasi, dan (c) Kombinasi harus dihindari. Dalam sistem pengelolaan su-
dari keduanya. Memburuknya kinerja jaringan ngai, oleh karena aliran sungai lazimnya lintas
irigasi selain disebabkan oleh disain jaringan wilayah administratif dan di sisi lain nilai guna
irigasi yang tidak tepat (Aril, 1996) juga dise- air bersifat multidimensi dan multi sektor maka
babkan oleh sistem operasi dan pemeliharaan implementasi otonomi daerah tidak boleh me-
irigasi yang jelek, atau kombinasi dari kedua- nyebabkan fragmentasi pengelolaan sungai.
nya (Osmet, 1996). Turunnya sumber pasokan
Selain hal-hal tersebut di atas, opsi
air irigasi disebabkan oleh menurunnya fungsi
strategis lain yang harus ditempuh adalah:
sungai yang dicirikan oleh stabilitas debit yang
semakin rendah. Hal ini terkait dengan degra- 1. Peningkatan kapasitas penampungan (sto-
dasi lingkungan daerah tangkapan air (catch- rage) air limpasan melalui pengembangan
ment area). dam-dam mikro. Pengembangan embung
dan rehabilitasi fungsi situ-situ cukup pen-
Terdapat dua sumber air yang lazim
ting untuk dilakukan.
dimanfaatkan untuk irigasi yaitu air permukaan
(surface water) dan air tanah. Air permukaan 2. Peningkatan kapasitas pemanenan air hu-
yang digunakan untuk irigasi berasal dari air jan untuk disimpan dalam tanah. Pembuat-
limpasan (run-off) dari curah hujan yang an sumur-sumur resapan, penghijauan, dan
selanjutnya mengalir di sungai atau tersimpan maksimisasi ruang terbuka melalui efisiensi
dalam cekungan permukaan bumi seperti da- pemakaian ruang untuk bangunan adalah
nau ataupun situ-situ. Air tanah terdiri dari dua beberapa contoh korikrit yang kondusif.
kategori yakni yang berada di dalam celah be-
3. Penghematan penyadapan air tanah untuk
batuan di bawah tanah (subsurface water)
pertanian. Pengembangan irigasi pompa
maupun dalam celah bebatuan yang sepenuh-
harus sistematis, terencana, terpantau dan
nya jenuh air (groundwater) (Hardjoamidjojo,
terkontrol. Terutama untuk irigasi air tanah
1999). Untuk memperoleh pasokan air irigasi
dalam (deep well), kontrol penyadapan ha-
dari air permukaan itu dilakukan pengumpulan
rus ketat — over pumping harus dihindari.
dan penyimpanan (reservoir) dengan cara
membangun waduk, atau dengan cara mem- Penatagunaan sumberdaya air tidak da-
bendung sungai. Penyadapan air tanah untuk pat dipisahkan dengan tataguna lahan. Ideal-
irigasi dilakukan dengan cara memompa air ta- nya batas yurisdiksi pendayagunaan sumber-
nah tersebut. Baik air irigasi dari air permu- daya air harus kompatibel dengan batas Dae-
kaan ataupun air tanah, distribusi air ke lahan- rah Aliran Sungai (DAS). Oleh sebab itu, stra-
lahan pertanian pada umumnya memanfaat- tegi zonasi dalam pengembangan komoditas
kan daya gravitasi melalui saluran-saluran air pertanian (termasuk di dalamnya komoditas
terbuka ataupun tertutup. pangan) seyogyanya tidak terlalu menyimpang
dari prinsip tersebut. Dalam konteks demikian
Secara empiris sebagian besar sumber
itu, bukan hanya kajian-kajian pada aspek-
air irigasi di Indonesia berasal dari air sungai
aspek teknis dan ekonomi saja yang penting
sehingga keberlanjutan pertanian beririgasi
untuk dilakukan tetapi juga kajian kelembaga-
sangat tergantung pada keberlanjutan fungsi
an karena secara empiris beberapa kegagalan
sungai. Oleh sebab itu, berbagai aktivitas
dalam implementasi kebijakan tata ruang lebih
ekonomi (balk di sektor pertanian maupun non
banyak disebabkan oleh pengembangan sis-
pertanian) maupun aktivitas sosial lainnya
tern kelembagaan yang tidak kondusif 2. Efo-
yang menyebabkan terjadinya degradasi fung-
ria dalam implementasi UU No. 22 dan UU No.
si sungai harus dihindari. Di sektor pertanian,
25 Tahun 1999 (Otonomi Daerah) secara
praktek-praktek budidaya pertanian yang da-
eksesif yang berujung pada sistem pengelo-
pat mengakibatkan terjadinya pencemaran air
laan sumberdaya lahan dan air tanpa memper-
sungai harus dicegah, pengembangan pertani-
hatikan implikasi logis dari karakteristik intrin-
an konservasi di wilayah DAS Hulu harus
dimasyarakatkan dan perambahan hutan di wi-
layah itu harus dihentikan. Di sektor non perta- 12 Suatu tulisan ringkas tentang kerangka pemikiran untuk
nian, pencemaran air sungai oleh aktivitas analisis kelembagaan pendayagunaan sumberdaya air
dalam konteks DAS dapat disimak misalnya dalam
industri dan pengerukan pasir secara berlebih-
Bandaragoda, 2000.

FAE. Volume 19, No. 2, Desember 2001 : 66 - 79

76
sik DAS harus dihindari karena akan mengha- Oleh karena sektor pertanian merupakan
silkan kerugian sosial agregat dan cenderung pengguna air terbanyak, perubahan paradigma
terwariskan. tersebut mempunyai implikasi yang luas terha-
dap strategi pendayagunaan sumberdaya air
Penyesuaian strategi pengembangan
untuk pertanian, utamanya dalam strategi pe-
produksi pangan sebagaimana diuraikan di
ngembangan produksi pangan. Pada hakekat-
atas membutuhkan rumusan kebijaksanaan nya, sektor pertanian harus mampu mening-
yang bervisi jangka panjang. Oleh sebab itu,
katkan produktivitas air dan pengembangan
konistensi kebijakan dan strategi pengemba-
sumberdaya air untuk pertanian harus diletak-
ngan sangat diperlukan agar implementasinya
kan sebagai bagian integral dari pendayaguna-
di lapangan mencapai sasaran yang diharap-
an sumberdaya tersebut yang dilandasi prin-
kan. Kurangnya atau tiadanya konsistensi
sip-prinsip keberlanjutan, demokrasi, dan efi-
yang memadai bukan hanya memperlambat
siensi.
pencapaian sasaran, tetapi lebih dari itu yang
membahayakan adalah peluang berbiaknya Bagi Indonesia, strategi pengembangan
budaya ketidak pedulian terhadap nasib gene- produksi pangan dalam rangka mendukung
rasi mendatang. pewujudan ketahanan pangan yang mantap
(berkelanjutan) adalah seraya meningkatkan
produksi padi dengan penggunaan air irigasi
KESIMPULAN DAN SARAN secara efisien, konsumsi beras per kapita ha-
KEBIJAKSANAAN rus dapat dikurangi melalui diversifikasi kon-
sumsi pangan. Pengembangan diversifikasi
memerlukan pendekatan dari sisi penawaran
Memasuki milenium kedua, era baru pa- maupun dari sisi permintaan secara simultan
radigma pendayagunaan sumberdaya air telah dan harus bersifat lintas sektoral, berkesinam-
dicanangkan oleh berbagai lembaga interna- bungan dan konsisten.
sional yang kompeten. Perubahan tersebut Peningkatan produksi padi ditempuh me-
merupakan konsekuensi logis dari jawaban lalui peningkatan produksi padi di lahan sawah
permasalahan empiris dan visi jangka panjang dengan penggunaan air irigasi secara efisien
tentang pembangunan berkelanjutan. dan peningkatan produksi padi di lahan kering.
Secara empiris, degradasi sumberdaya Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air
air telah terjadi di berbagai belahan bumi ini irigasi, perbaikan kinerja irigasi melalui rehabi-
dan merupakan hambatan besar dalam penye- litasi jaringan irigasi perlu dilakukan.
diaan pangan dunia secara agregat baik di Oleh karena sumberdaya air semakin
masa sekarang maupun prospek keberlan- langka, ger.akan hemat air untuk pertanian ju-
jutannya; dan menjadi persoalan pokok dalam ga harus dibarengi dengan peningkatan pema-
agenda penghapusan kemiskinan. Visi jangka nenan air hujan dan peningkatan penyimpanan
panjang tentang kehidupan masyarakat global air limpasan. Untuk itu, pelestarian situ-situ,
dijiwai oleh tuntutan akan penegakan hak-hak pengembangan dam-dam mikro, dan perbaik-
asasi manusia, pelestarian sumberdaya alam/ an fungsi sungai harus dilakukan secara kon-
lingkungan, demokratisasi, dan liberalisasi per- sisten dari waktu ke waktu. Pada saat yang
dagangan yang semakin populer dalam kan- sama penataan ruang dalam rangka pengem-
cah interaksi antar bangsa di dunia internasio- bangan pertanian harus disempurnakan de-
nal. Oleh sebab itu, paradigma (global) baru ngan cara menginkorporasikan batas-batas
dalam pendayagunaan sumberdaya air pada yurisdiksi hidrologis ke dalam kelembagaan
prinsipnya adalah bagaimana mendayaguna- penyelenggaraan pembangunan secara kon-
kan sumberdaya tersebut secara bijaksana de- sisten.
ngan cara mengedepankan prinsip-prinsip ke-
lestarian sumberdaya alam, demokrasi, dan
efisiensi sedemikian rupa sehingga kemakmur DAFTAR PUSTAKA
an dan keadilan ,yang tercipta dapat dinikmati
oleh semua; untuk generasi sekarang dan ge-
nerasi mendatang. Anonymous. 1994. Pengelolaan Sumberdaya
Air Dan Lahan Dalam Rangka Mengatasi

PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI


PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

77
Kekeringan. Badan Penelitian dan Pe- Gleick, Peter H. 2000. The World's Water.
ngembangan Pertanian, Departemen The Biennial Report on Fresh water
Pertanian. Resources: 2000-2001. Island Press,
Washington, D.C. 315 p.
Anonymous. 2000/2001a. The Future of the
World Rice Market and Policy Options to Hardjoamidjojo, Soedodo. 1999. Dimensi Ling-
Counteract Rice Price Instability in Indo- kungan dalam Pengembangan Pompa
nesia. Biro Pangan, Pertanian dan Pe- Air untuk Irigasi, dalam Pasaribu et a/.
ngairan — Badan Perencanaan Pemba- (ed.) Perspektif Keswadayaan Petani da-
ngunan Nasional. lam Pengembangan Irigasi Pompa. Ker-
jasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Anonymous. 2000/2001b. Future Strategies
Pertanian dengan Ford Foundation.
for Rice Price Stabilization in Indonesia.
Biro Pangan, Pertanian dan Pengairan - International Water Management Institute
Badan Perencanaan Pembangunan Na- (IWMI). Water Issues for 2025: A
sional. Research Perspective. International Wa-
ter Management Institute (IWMI), Colom-
Arif, S. S. 1996. Ketidak Sesuaian Rancang-
bo, Sri Lanka.
bangurt Jaringan Irigasi di Tingkat Ter-
sier dan Akibatnya Terhadap Pclaksana- Johanson, Robert C. 2000. Pricing Irrigation
an Program Penganekaragaman Tana- Water: A Literature Survey. The World
man (Crop Diversification): Studi Kasus Bank, Washington, D.C. 80 p.
di Daerah Irigasi (DI) Cikuesik, Cirebon.
Osmet. 1996. Sistem Pengelolaan Air Menun-
Bandaragoda, D. J. 2000: A Framework for jang Pembangunan Pertanian yang Ber-
Institutional Analysis for Water Resour- kelanjutan. dalam Hermanto et. al. (Ed.).
ces Management in a River Basin Con- 1996. Persaingan Dalam Pemanfaatan
text. International Water Management Sumberdaya Lahan dan Air. Dampaknya
Institute (IWMI) Working Paper # 5. Terhadap Keberlanjutan Swasembada
Colombo, Sri Lanka. Pangan. Hasil Kerjasama Pusat Pene-
litian Sosial Ekonomi Pertanian Dengan
BAPPENAS-USAID. 2000. Macro Food Policy
Ford Foundation. PSE. Bogor.
and Food Security: Conseptual Frame-
work and Strategic Issues. Makalah di- Pasandaran, E. and M. W. Rosegrant. 1995.
sampaikan pada Lokakarya "Macro Irrigation Investment in Indonesia: Trend
Policy, 23 September 2000 — Kerjasama and Determinants. Jurnal Agro Ekonomi,
Bappenas — USAID DAI dan PPS IPB". 14(1): 1 — 26.
Dillon, H.S., H. Sawit, P. Simatupang, and S. Pimentel, D., J. Houser, E. Pieiss, 0. White, H.
Tabor. 1999. Rice Policy: A Framework Fang, L. Mesnick, T Barsky, S. Tariche,
for The Next Millenium. Report for J. Schreck, and S. Albert. 1997. "Water
International Review Only. Prepared Resources: Agriculture, the Environment
Under Contract to BULOG; November and the Society." Biosciences Vol 47,
23, 1999 No. 2, pp. 97-106.
Gleick, P. 1993. Water in 21st Century, in P. Postel, S. 1992. Last Oasis: Facing Water
Gleick (ed.) Water in Crisis: A Guide to Scarcity. Dalam Gleick, Peter H. The
the World's Fresh Water Resources, Pa- World's Water. The Biennial Report on
cific Institute for Studies in Development, Fresh water Resources: 1998-1999.
Environtment, and Security & the Island Press, Washington, D.C. 307 p.
Stockholm Environmental Institute,
Postel, S. 1994. "Carrying Capacity: Earth's
Oxford University Press, New York.
Bottom Line," In State of the World 1994,
Gleick, Peter H. 1998. The World's Water. Worldwatch Institute Report on Progress
The Biennial Report on Fresh water Toward a Sustainable Society, W.W.
Resources: 1998-1999. Island Press, Norton & Co. Ltd., New York.
Washington, D.C. 307 p.

FAE. Volume 19, No. 2. Desember 2001 66 - 79

78
Rosegrant, M. W., and M. Svendsen. 1993. Sumaryanto and R. N. Suhaeti. 1997.
"Asian Food Production in the 1990s: Assesment of Losses Related to Irri-
Irrigation Investment and Management gated Lowland Conversiaon. Indonesian
Scarcity," Food Policy, 19(2): 13-32. Agricultural Research & Development
Journal, Vol. 19 (1&2): 20 — 28.
Rosegrant, M. , N. D. Perez, and Nu Nu San.
1997. Indonesian Agriculture to 2020: Sumaryanto dan S. Friyatno. 1999. Keswa-
Source of Growth Projections, and Policy dayaan Petani Dalam Pengelolaan Sum-
Implications. IFPRI in collaboration with berdaya Air Untuk Irigasi. Makalah dipre-
CASER and ARMP. sentasikan pada Workshop Analisis
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air
Sawit, H. 2000. Harga Dasar Gabah Tahun
Untuk Produksi Pangan dan Pertanian
2001 dan Subsidi: Analisa Musiman.
Berkelanjutan, Bogor — 22 Juli 1999.
Makalah disampaikan pada- Seminar
Rutin Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Trenberth, K., and T. Hoar. 1996. "The 1990-
Pertanian. 1995 El Nino-Southern Oscillation event:
The longest on record", dalam Gleick,
Seckler, D. R., U. Amarasinghe, D. Molden, R.
Peter H. 1998. The World's Water. The
de Silva, and R. Barker. 1998. World
Biennial Report on Fresh water Resour-
Water Demand and Supply, 1990 -
ces: 2000-2001. Island Press, Washing-
2025: Sccenarios and Issues, IIMI,
ton, D.C. 315 p.
Research Report # 19, Colombo, Sri
Lanka. Tuong, T.P., and S. Bhuiyan. 1994. "Inno-
vations Toward Improving Water-use
Shiklomanov, I.A. 1998. Archive of world
Efficiency of Rice." World Bank 1994
water resources and world water use.
Water Resources Seminar, December
Dalam Gleick, Peter H. 2000. The
13-15, Landsdowne, Virginia.
World's Water. The Biennial Report on
Fresh water Resources: 2000-2001. Wolf, A.T., J.A. Natharius, J.J. Danielson, B.S.
Island Press, Washington, D.C. 307 p. Ward, J. Pender. 1999. "International
River Basin of the World." dalam Gleick,
Simatupang, P. 2000. Anatomi Masalah Pro-
Peter H. 2000. The World's Water. The
duksi Beras Nasional dan Upaya Menga-
Biennial Report on Fresh water
tasinya. Makalah disampaikan pada Pra
Resources: 2000-2001. Island Press,
Seminar Nasional "Sektor Pertanian
Washington, D.C. 315 p.
Tahun 2001: Kendala, Tantangan dan
Prospek", Bogor 4 Oktober 2000. World Bank, 1982. Indonesia: Policy Options
and Strategies for Major Food Crops.
Soenarno dan Roestam Syarief. 1994. Tinjau-
Washington D.C., USA.
an Kekeringan Berdasarkan Karakteristik
Sumber Air di Pulau Jawa. Makalah pa- World Resources Institute (WRI). 1998. World
da Panel Diskusi Antisipasi dan Penang- Resources: A Guide to the Global
gulangan Kekeringan Jangka Panjang, Environtment, dalam Gleick, Peter H.
PERAGI dan PERHIMPI, Sukamandi 26- 2000. The World's Water. The Biennial
27 Agustus 1994. Report on Fresh water Resources: 2000-
2001. Island Press, Washington, D.C.
Sumaryanto, Hermanto. dan E. Pasandaran.
1996. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah
Terhadap Pelestarian Swasembada Be-
ras dan Sosial Ekonomi Petani dalam
Hermanto et a/ (penyunting) Persaingan
Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan
dan Air: Dampaknya terhadap Keberlan-
jutan Swasembada Pangan. Prosiding
Lokakarya, Hasil Kerjasama Pusat Pe-
nelitian Sosial Ekonomi Pertanian de-
ngan Ford Foundation.

PERUBAHAN PARADIGMA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI


PENGEMBANGAN PRODUKSI PANGAN Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto

79

Anda mungkin juga menyukai