Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS ZONE AGROEKOLOGI UNTUK

STRATEGI PENGELOLAAN DAS BERKELANJUTAN

Astrid Damayanti

Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia


Kampus FMIPA Universitas Indonesia. Depok, 16424 Jawa Barat, Indonesia
Email : astrid.damayanti@ui.ac.id

Abstrak

Salah satu tujuan pengelolaan DAS terkait dengan upaya produktivitas


penggunaan sumberdaya biotik (flora dan fauna) yang berbasis kegiatan pertanian. Agar
dapat mendukung kegiatan pertanian secara berkelanjutan, maka perlu menggunakan lahan
dengan cara pengelolaan yang sesuai. Makalah ini membahas langkah-langkah strategis
pengelolaan DAS dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan produktivitas pertanian
yang berkelanjutan. Secara khusus juga dihubungkan dengan penggunaan teknik analisis
zone agroekologi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hasil studi literatur ini
memperlihatkan bahwa sistem informasi geografi atau teknik penginderaan jauh dapat
membantu untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat untuk suatu lahan dan mencari
alternatif komoditas untuk diusahakan dengan cepat dan tepat dalam rangka mencari solusi
pembangunan pertanian saat ini.

Kata kunci: berkelanjutan, DAS, pengelolaan, zone agroekolo.

PENDAHULUAN dan fauna dari berbagai jenis yang


Sebuah DAS memiliki lima fungsi membentuk biologis unsur ekosistem.
utama yang tercakup dalam fungsi Pembangunan DAS menurut Kerr
hidrologis dan ekologis di alam. (2007), harus diupayakan tidak hanya
Menurut Peter E. Black, ada dua fungsi untuk mengelola fungsi hidrologis dan
DAS yang saling terintegrasi, yakni ekologis tetapi juga untuk mencapai tiga
fungsi hidrologis dan ekologis. Hal ini tujuan yakni:
erat kaitannya dengan kejadian badai, (1) melestarikan dan memperkuat
hidrograf tahunan, dan kualitas air. basis sumber daya alam dengan
Peristiwa limpasan biasanya unik untuk mengoptimalkan penggunaan sumber
setiap DAS. Secara hidrologis, ada tiga daya untuk konservasi, merupakan
fungsi DAS yang mendasar (Black, 1996; tujuan yang terkait dengan aspek fisik
Black; Padgett dan Bedell), yakni: (1) DAS; (2) produktivitas yakni membuat
menangkap/ mengumpulkan air hujan pertanian dan sumber daya alam
yang menjadi limpasan, (2) menyimpan lainnya (termasuk tanah, air, padang
air dalam berbagai jumlah dan untuk rumput, dan hutan) yang berbasis
periode/durasi yang berbeda, (3) kegiatan (misalnya perikanan, padang
pelepasan air sebagai limpasan. gembalaan, irigasi, produksi biomassa)
Sedangkan fungsi ekologis DAS menjadi lebih produktif, merupakan
merupakan dua cara tambahan yakni: tujuan yang terkait dengan aspek fisik
(1) menyediakan beragam kondisi dan DAS, dan (3) mendukung mata
situs untuk terjadinya berbagai reaksi pencaharian penduduk pedesaan untuk
biokimia, (2) menyediakan habitat flora
ISSN 2085 - 8167

mengurangi dan/ mengentaskan tidak berlangsung dalam waktu


kemiskinan. singkat, namun demikian hasilnya
Setelah tujuan pembangunan DAS diharapkan bisa berkelanjutan, antara
yang pertama tercapai, maka lain: (1) mengidentifikasi penyebab
pencapaian tujuan tersebut digunakan utama terjadinya degradasi lahan atau
sebagai basis untuk membangun bagian lingkungan atau hutan atau pertanian,
kedua, yang akhirnya mendukung seperti penggunaan lahan yang tidak
tujuan ketiga. Proyek-proyek tepat, ataupun pengelolaan lahan yang
pembangunan DAS umumnya buruk; (2) mengaktifkan partisipasi
mempunyai tujuan yang berbeda, masyarakat/semua stake holders/para
tergantung pada masalah pengelolaan pihak pengguna lahan dalam berbagai
sumber daya alam pada DAS tersebut. kegiatan mulai dari perencanaan,
Salah satu tujuan pengelolaan implementasi, monitoring dan
DAS terkait dengan upaya produktivitas evaluasi; (3) memilih teknologi yang
penggunaan sumberdaya biotik (flora tepat guna (site specific) tergantung
dan fauna) yang berbasis kegiatan lingkungan masing-masing; (4)
pertanian. Agar dapat mendukung membentuk institusi/kelembagaan
kegiatan pertanian secara berkelanjutan, yang diperlukan, termasuk aturan
maka perlu menggunakan lahan dengan main dan adat/norma dalam
cara pengelolaan yang sesuai. Apabila masyarakat yang berbudaya. Untuk
lahan tidak gunakan dengan tepat, itu perlu dibentuk kelompok yang
produktivitas akan cepat menurun dan memiliki kesesuaian dengan
ekosistem menjadi terancam kerusakan. persamaan kebutuhan, minat atau
Penggunaan lahan yang tepat selain kemampuannya, maupun badan
menjamin bahwa lahan dan alam khusus yang memiliki otoritas tertentu
memberikan manfaat untuk pemakai untuk mengelola daerah hulu sampai
pada masa kini, juga menjamin bahwa hilir; (5) membentuk komisi pengawas
sumberdaya alam ini bermanfaat untuk atau penasehat; (6) menguatkan
generasi penerus di masa-masa pelayanan pemerintah, tidak hanya
mendatang. yang berimplikasi pada peningkatan
Berikut akan diuraikan secara perekonomian dalam waktu singkat
umum langkah-langkah strategis dalam melainkan juga yang berdampak
pengelolaan DAS dalam hubungannya dalam waktu yang lebih lama; (7)
dengan pencapaian tujuan produktivitas membentuk aturan/peraturan dasar
pertanian yang berkelanjutan, dan yang dibutuhkan dalam bentuk
secara khusus dihubungkan dengan Undang undang atau Rencana
penggunaan teknik analisis zone Peraturan Pemerintah; (8)
agroekologi untuk mewujudkan tujuan pemberdayaan tenaga yang
tersebut. Pada bagian akhir tulisan akan dibutuhkan. Sampai saat ini yang
dijelaskan bagaimana metodologi diperhatikan adalah tenaga-tenaga
analisis zone agroekologi. yang aplikatif, sementara tenaga dari
ilmu murni tidak diperhatikan; (9)
PENGELOLAAN DAS DAN mengidentifikasi hal-hal yang perlu
PERTANIAN BERKELANJUTAN diteliti (tidak semua penyebab perlu
Agar tiga tujuan pengelolaan diteliti); (10) mengembangkan
DAS dapat terwujud, diperlukan program konservasi sumberdaya alam
sepuluh langkah strategis menurut . baik di tingkat lokal, distrik maupun
Langkah-langkah strategis tersebut nasional.

2| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

Dalam hubungannya dengan dimaksud dengan agroekosistem


pencapaian tujuan produktivitas menurut sumber yang sama adalah
pertanian yang berkelanjutan, suatu sistem pertanian yang dipahami
Organisasi Pangan Dunia (FAO), pada sebagai suatu ekosistem.
tahun 1989 mendefinisikan pertanian Dalam Kamus Besar Bahasa
berkelanjutan yang diadopsi dari FAO Indonesia, agroekosistem dijelaskan
Trainer’s Manual, Vol. 1, "Sustainability sebagai istilah yang digunakan untuk
issues in agricultural and rural pertanian yang bersifat hubungan
development policies" (1995), sebagai timbal balik antara sekelompok
suatu usaha pengelolaan dan manusia (masyarakat) dan lingkungan
konservasi yang berbasis sumberdaya fisik dari lingkungan hidupnya guna
alam, dan berorientasi pada memungkinkan kelangsungan hidup
perubahan teknologi dan kelembagaan kelompok manusia (masyarakat) itu.
guna menjamin tercapainya dan Dalam Agro-ecosystem Health Project
terpuaskannya kebutuhan manusia (1996), agroekosistem dinyatakan
generasi saat ini maupun mendatang. sebagai sebuah unit spasial yang
Dengan kata lain pembangunan fungsional untuk kegiatan pertanian,
pertanian berkelanjutan harus dapat tidak hanya mencakup komponen
sekaligus merupakan usaha konservasi biotik dan abiotik tetapi juga interaksi
lahan, air, sumberdaya genetik di dalamnya. Sementara itu menurut
tanaman maupun hewan, yang tidak Rusna (2008) agroekosistem adalah
merusak lingkungan, dilakukan secara bagian dari toposekuen atau katena
teknik tepat guna, layak secara lahan yang merupakan gabungan dari
ekonomis, dan diterima secara sosial. berbagai relief makro secara
berurutan dari pantai sampai ke
ZONE AGROEKOLOGI DAN puncak gunung, atau dikenali sebagai
AGROEKOSISTEM perbedaan tinggi rendahnya
Istilah agroekologi menurut permukaan bumi yaug diukur secara
Wezel et.al (2009) dapat digunakan vertikal disebut topografi. Relief
untuk berbagai cara, sebagai ilmu, makro tersebut dapat dibedakan
sebagai gerakan dan sebagai praktek. menjadi dataran rendah, pegunungan
Secara garis besar agroekologi adalah rendah, pegunungan menengah dan
studi tentang peran pertanian di pegunungan tinggi. Menurut Amien
dunia. Agroekologi menyediakan (1997) dalam Rusna (2008)
kerangka kerja yang interdisipliner agroekosistem merupakan sekelompok
untuk mempelajari kegiatan pertanian. wilayah yang keadaan fisik
Dalam kerangka ini, pertanian lingkungannya hampir sama dimana
merupakan bagian dari konteks keragaaman tanarnan dan hewan
ekologi. Agroekologi mengacu pada dapat diharapkan tidak akan berbeda
prinsip-prinsip ekologi dasar untuk nyata.
kerangka kerja konseptual tersebut. Badan Penelitian dan
Sementara itu agroekologi menurut Pengembangan Pertanian (1999)
http://www.agroecology.org/glossar menjelaskan bahwa untuk melakukan
y.html adalah ilmu yang menerapkan analisis zone agroekologi maka suatu
konsep ekologi dan merupakan wilayah perlu dikelompokkan
prinsip-prinsip untuk merancang dan berdasarkan keadaan “keseragaman”
mengelola agroekosistem yang aspek biofisik lingkungan. Zone
berkelanjutan. Adapun yang agroekologi merupakan sebuah

Analisis zone agroekologi….. |3


ISSN 2085 - 8167

teknologi evaluasi kesesuaian lahan hewan sebagai unsur biotik juga unsur
untuk penggunaan lahan yang fisiknya, seperti iklim, fisiografi atau
spesifik, khususnya dalam sektor bentuk wilayah dan tanah. Dengan
pertanian yang berwawasan mempertimbangkan keadaan
lingkungan (Adnyana, 2006). agroekologi, penggunaan lahan berupa
Secara umum tujuan analisis sistem produksi dan pilihan-pilihan
zone agroekologi menurut Badan tanaman yang tepat dapat ditentukan
Penelitian dan Pengembangan untuk menunjang produktivitas yang
Pertanian (1999) adalah sebagai berkelanjutan. Dalam pengertian
berikut: (1) menyusun data dan sumber daya lahan, zona
informasi tentang keadaan biofisik dan agroekologi/agroekosistem
sosial ekonomi di suatu wilayah ke merupakan interaksi antar komponen
dalam sistem pangkalan data dan lahan (iklim, hidrologi, topografi,
berbagai jenis peta sehingga tersedia tanah) dengan kegiatan pertanian yang
informasi yang terpadu dan memadai ada di suatu wilayah.
mengenai keadaan lingkungan di Dengan memperhatikan
suatu wilayah; (2) melakukan analisis keterkaitan antara tujuan pengelolaan
kesesuaian beberapa jenis DAS dan zona agroekologi, maka
tanaman/komoditas pertanian penting untuk itu kondisi iklim dan hidrologi
serta kesesuaian teknologi di suatu perlu dipertimbangkan sebagai bagian
wilayah; (3) mengidentifikasi berbagai dari deskripsi lahan yang menentukan
komoditas pertanian unggulan spesifik kesesuaiannya untuk berbagai jenis
lokasi, serta mengidentifikasi penggunaan lahan dalam DAS
kebutuhan teknologinya; (4) tersebut. Untuk daerah tropis seperti
memberikan masukan dalam rangka Indonesia pada umumnya, ketinggian
perencanaan penelitian, pengkajian tempat berpengaruh terhadap iklim,.
dan pengembangan komoditas jenis tanah, fisiografi dan penggunaan
unggulan spesifik lokasi. lahan. Pengaruh tinggi tempat
Penentuan zonasi agroekologi terhadap iklim terutama terjadi
didasarkan pada unsur-unsur pokok terhadap komponen suhu, kelembaban
fisik lingkungan seperti iklim, dan curah hujan. Makin tinggi suatu
hidrologi, fisiografi (bentuk wilayah), tempat makin tinggi curah hujan dan
sumberdaya tanah, vegetasi dan kelembabannya, tetapi semakin
penggunaan lahan. Penentuan pilihan rendah suhu udaranya. Sebaliknya
komoditas yang akan dikembangkan makin rendah suatu tempat makin
berdasarkan pada pertimbangan faktor tinggi suhunya dan semakin rendah
sosial ekonomi. Pada wilayah dengan kelembabannya.
penggunaan lahan yang sudah Faktor iklim merupakan
mantap, pilihan komoditas diarahkan komponen agroekosistem yang paling
pada tanaman yang secara teknis sulit untuk dimodifikasi. Komponen
mudah dibudidayakan, secara iklim yang paling berpengaruh
ekonomis menguntungkan, dan secara terhadap keragaman tanaman adalah
sosial dapat diterima masyarakat serta suhu dan kelembaban. Iklim
didukung oleh penyediaan sarana dikelompokkan berdasarkan faktor-
produksi yang memadai dan teknologi faktor iklim utama yang berhubungan
yang tepat. Dengan demikian erat dengan keragaman tanaman yaitu
komponen utama agroekologi adalah suhu dan kelengasan. Hubungan
selain keseragaman tanaman dan fungsi hidrologi DAS sangat erat

4| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

terkait dengan jenis penggunaan lahan walaupun curah hujannya sangat


dan tutupan lahan dalam DAS. sedikit.
Hubungan ini menunjukkan Usaha pertanian juga sangat
pentingnya upaya untuk menjaga ditentukan oleh bentuk wilayah atau
fungsi hidrologi DAS secara aman dan fisiografi (terrain) dan jenis tanah.
lestari yaitu dengan memperhatikan Fisiografi adalah bentukan alam di
azas konservasi tanah dan air. Dalam permukaan bumi yang dibedakan
konteks perencanaan pengelolaan berdasarkan proses pembentukan dan
DAS, Pawitan (2000), mengemukakan evolusinya (LREPP 1994a dalam
bahwa aspek iklim perlu dianalisis Rusna, 1996). Proses pembentukan dan
terutama untuk menetapkan evolusi muka bumi dapat berasal dari
erositivitas hujan (indeks R) untuk tenaga dalam bumi (endogen) dan dari
melihat ancaman erosi, serta untuk luar bumi (eksogen). Dari pengertian
memetakan zonasi fisiografi tersebut wilayah yang berada
iklim/agroklimat/agroekologi guna dalam satu toposekuen dapat
mengetahui distribusi regime dibedakan menjadi beberapa fisiografi,
kelengasan dan regime termal di karena wilayah dalam satu toposekuen
wilayah tersebut untuk perencanaan terdiri atas berbagai macam proses
tanaman pangan maupun tanaman pembentukan lahan dan evolusi.
produktif lainnya. Secara historis formasi geologi
Aspek suhu dan kelengasan mempengaruhi kondisi yang ada di
sebagai unsur iklim perlu diketahui permukaan bumi terutama relief atau
untuk menetapkan zone agroekologi. topografi. Dalam proses pembentukan
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, tanah, relief atau topografi ini
klasifikasi suhu dibagi menjadi panas berperan besar dalam mempengaruhi
(biasanya pada ketinggian di bawah proses, karena dengan perbedaan
700 m) dan sejuk (wilayah dengan topografi, dari bahan yang sama dapat
ketinggian yang lebih tinggi sampai terbentuk lebih dari satu jenis tanah.
sekitar 2000 m di atas permukaan Formasi geologi juga memiliki
laut). Di Indonesia juga dijumpai pengaruh kepada struktur suatu
wilayah dengan rejim suhu yang kawasan terutama sifat-sifat lahannya,
dingin yakni pada elevasi yang lebih atau dengan kata lain formasi geologi
tinggi dari 2000 m, tetapi tidak banyak menjadi penentu satuan lahan yang
diusahakan untuk pertanian. ada di permukaan bumi. Formasi
Sedangkan aspek kelengasan tidak geologi dalam bentuk kegiatan volkan
hanya ditentukan berdasarkan sebaran yang mempengaruhi sistem satuan
curah hujan semata, tetapi juga pada lahan di permukaan bumi.
keadaan tanah. Sifat -sifat tanah yang Selanjutnya tanah merupakan
sangat menentukan dalam usaha komponen sumberdaya alam yang
pertanian adalah selang kemasaman, mencakup semua bagian padat di atas
selang tekstur dan drainase tanah. permukaan bumi. terrnasuk semua
Kelengasan bisa dibagi menjadi basah, yang ada di atas dan di dalamnya
lembab, agak kering dan kering yang terbentuk dari bahan induk yang
berdasarkan berapa lama tanah sampai dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad
kedalaman tertentu mengalami hidup, dan relief setempat dalam
kekeringan dalam setahun. Daerah waktu tertentu. Dalam satu
lembah yang banyak mendapat air toposekuen akan dijumpai berbagai
dari sekitarnya akan selalu basah jenis tanah, sebagai akibat adanya

Analisis zone agroekologi….. |5


ISSN 2085 - 8167

perbedaan bahan induk, iklim, penggunaan lahannya dari setiap zona


topografi dan penggunaan lahan agroekosistem, maka penyusunan
(Hardjowigeno, 1993 dalam Rusna, rancangan alih teknologi pertanian
2008). akan dapat dilakukan secara akurat.
Bentuk wilayah dapat Petani yang mengusahakan lahannya
dinyatakan dengan besarnya lereng pada agroekosistem yang sama akan
(dalam derajat atau persentase) secara memiliki persamaan persepsi, baik di
kuantitatif namun juga dapat dalam mengelola lahan dan mengatasi
dibedakan secara kualitatif seperti permasalahan, maupun dalam hal
wilayah datar, berombak, memenuhi kebutuhan masukan dan
bergelombang, berbukit atau teknologinya. (FAO 1996).
bergunung dengan lereng yang Makin baik keadaan suatu lahan,
semakin meningkat. Lereng lahan makin banyak alternatif komoditas
banyak dipakai sebagai bahan yang dapat dipilih. Dalam pemilihan
pertimbangan mengingat bahaya erosi tanaman yang sesuai untuk
dan penurunan mutu lahan diusahakan pada suatu lahan,
merupakan ancaman yang nyata pada diperlukan data masukan tentang
pertanian berlereng curam di daerah lereng, tekstur, kemasaman, serta
tropika basah. Pertanian di lereng dilengkapi dengan data rejim
yang curam juga membatasi kelembaban dan rejim suhu. Anjuran-
penggunaan tenaga mesin dan ternak anjuran akan jenis tanaman apa yang
dalam pengolahan tanah, sehingga paling sesuai didasarkan pada
untuk daerah seperti ini lebih banyak keadaan tanah dan iklim. Apabila
dianjurkan tanaman tahunan yang lahan tidak sesuai untuk usaha
lebih sedikit memerlukan tenaga kerja. pertanian dapat diberikan pilihan-
Selain masalah erosi dan pilihan tanaman kehutanan yang
degradasi lahan, kendala lain seperti dapat tumbuh baik diwilayah tersebut.
efisiensi energi dalam jangka panjang Kesesuaian tanaman umumnya
perlu dipertimbangkan. Pada lahan dibatasi oleh kekurangan atau
yang curam, tenaga yang diperlukan kelebihan air maupun suhu yang
untuk mengangkut masukan pertanian ekstrim. Sedangkan kendala tanah,
dan hasil-hasil pertanian dari dan ke umumnya dapat diatasi dengan lebih
lahan usaha akan menjadi sangat mudah dan biaya yang lebih rendah.
tinggi. Hal ini menyebabkan usahatani Berkaitan dengan persyaratan
pada lahan curam hanya akan tumbuh komoditas pertanian yang
menguntungkan apabila upah tenaga berbasis lahan, analisis kualitas dan
relatif rendah. karakteristik lahan spesifik lokasi dari
Menurut Conway (1987) dalam setiap zona agroekosistem merupakan
Adnyana (2006), keragaman penentu keberhasilan pengembangan
penggunaan lahan dan kegiatan komoditas pertanian (Djaenudin et al.
pertanian di suatu wilayah akan terjadi 2003). Persyaratan penggunaan lahan
disebabkan oleh adanya perbedaan menurut FAO (1983, dalam Djaenudin
kondisi agroekosistem yang berkaitan et al. 2003) yang digunakan dalam
dengan aspek iklim dan tanah sebagai evaluasi lahan mencakup aspek
penentu terhadap pertumbuhan dan persyaratan agroekosistem,
produktivitas tanaman. Dengan manajemen, penyiapan lahan dan
tersedianya data iklim, tanah, dan konservasi. Sementara itu data yang
bentuk lahan (fisiografi) berikut berhubungan dengan kebutuhan

6| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

masukan pada agroekosistem dan yang menghampar di permukaan


teknologi, serta keluaran yang akan bumi lengkap dengan situasi
dihasilkan pada tingkat manajemen lingkungan yang melingkupinya.
tertentu merupakan parameter untuk Atas dasar hal tersebut, maka
evaluasi lahan secara ekonomi pembahasan tidak lagi sebatas pada
(Rossiter and Van Wambeke 1997). situasi tempat tanaman tersebut
Komoditas pertanian yang diusahakan berada, tetapi sudah menyangkut
pada agroekosistem yang paling sesuai sebuah pola pemanfaatan luasan
dengan persyaratan tumbuhnya akan hamparan tanah di suatu kawasan
mampu berproduksi optimal dengan lingkungan. Satuan kawasan ini bisa
kualitas prima hanya dengan berdasar pada zona agroklimat sejenis
memerlukan masukan yang relatif atau atau satuan geomorfologis
rendah, sehingga produk yang (ukuran-ukuran atau kenampakan
dihasilkan akan mampu berdaya satuan penyusun lahan atau
saing. kenampakan-kenampakan fisik di
Proses pertumbuhan dan permukaan bumi.
perkembangan tanaman Untuk analisis iklim tertuang ke
membutuhkan dua faktor pendukung dalam penggolongan iklim sebagai
utama, yaitu kondisi agroklimat dan usaha dalam memberikan gambaran
daya dukung lahan. Kondisi umum yang mudah dan logis pada
agroklimat memberikan dukungan variasi iklim yang besar. Mohr,
lingkungan abiotik berupa fenomena Oldeman dan Schmidt Fergusson
iklim (panjang dan intensitas matahari, adalah para ahli yang telah melakukan
temperatur, kelembaban udara, penggolongan iklim dengan
perilaku angin dan sebaran hujan), menggunakan jumlah curah hujan.
sedangkan lahan memberikan Mohr meneliti kondisi iklim di daerah
dukungan karena fungsi tanah yang tropis, sedangkan Oldeman khusus
berperan sebagai lumbung lengas dan melakukan penelitian tersebut di
hara. Pulau Jawa. Keduanya menghasilkan
Dalam satuan kawasan klasifikasi iklim yang berbeda,
pemanfaatan lahan, kondisi agroklimat walaupun dasar pemikiran yang
lebih banyak menentukan kecocokan dipakai sama yaitu jumlah bulan basah
dan kesesuaian iklim terhadap dan bulan kering. Salah satu
persyaratan lingkungan yang perbedaannya adalah klasifikasi
dibutuhkan tanaman, sehingga untuk Oldeman khusus diaplikasikan untuk
keperluan praktis hubungan kondisi kegiatan pertanian tanaman pangan.
iklim dan tanaman disajikan dalam Kajian tentang lahan ditujukan
bentuk pembagian area kesesuaian untuk menghasilkan suatu informasi
iklim terhadap tanaman (agroclimate yang disebut dengan Kemampuan
zone). Sedangkan hubungan antara Lahan (Land Capability). Dalam arti
tanaman dan daya dukung tanah yang lebih luas kemampuan lahan
setempat, biasanya hanya terbatas adalah ukuran kecocokan suatu lahan
pada upaya “agar” tanaman dapat untuk kegiatan penduduknya yang
tumbuh dan memberikan produksi bertumpu pada sektor pertanian.
maksimal (evaluasi kemampuan Untuk keperluan praktis, kajian ini
lahan). Dalam skala yang lebih besar, akan menghasilkan Klas-klas
upaya semacam ini kurang memadai, Kesesuaian Lahan (Land Suitability)
apalagi jika menyangkut luasan tanah

Analisis zone agroekologi….. |7


ISSN 2085 - 8167

bagi pemanfaatan suatu bentang lahan Lahan basah digambarkan


dengan jenis komoditi tertentu. sebagai lahan yang basah sepanjang
Sementara itu aspek hidrologi tahun (bahkan tergenang) sehingga
perlu dianalisis terutama untuk kandungan lengas selalu berada di
menetapkan ketersediaan air wilayah atas kandungan lengas kapasitas
(water yield) dan regime/fluktuasi lapangan. Lahan kering digambarkan
aliran sungai. Ada beberapa indikator sebagai lahan yang memiliki
hidrologi suatu wilayah atau DAS. keterbatasan air sepanjang tahun dan
Pawitan (2000) menyatakan bahwa tidak pernah dalam kondisi tergenang.
untuk menetapkan ketersediaan air Kandungan lengas tanahnya selalu
wilayah, maka perlu dilakukan berada di bawah kandungan lengas
pendugaan aliran mantap (dependable kapasitas lapangan. Curah hujan yang
flow) dari data debit bulanan yang turun tidak dapat mengimbangi laju
tersedia. Selain itu juga perlu evapotranspirasi, sehingga secara
dilakukan pendugaan water yield baik visual tanaman mengalami kelayuan.
berupa volume aliran tahunan, Sementara itu berdasarkan
maupun sebagai koefisien limpasan, produktivitasnya, dan ada tidaknya
dengan metode neraca hidrologi faktor pembatas lahan, maka lahan
menggunakan data curah hujan dan pertanian dibedakan menjadi lahan
debit bulanan. Adapun regime aliran produktif (produktive land) dan lahan
sungai ditetapkan dengan terlebih tidak produktif/lahan marginal
dahulu melakukan pendugaan ratio (marginal land).
debit maksimum/minimum dari data Pembangunan pertanian
debit bulanan, serta melakukan (agroekosistem) juga tidak dapat
analisis hidrograf sungai dengan terlepas dari faktor sosial ekonomi,
menduga berdasarkan parameter- seperti penduduk sebagai sumber
parameter hidrograf aliran, seperti tenaga kerja dan potensi pasar,
debit puncak, waktu mencapai puncak prasarana dan kebiasaan kebiasaan
dan waktu aliran dasar dengan masyarakat. Teknologi pertanian dapat
memanfaatkan data debit harian atau berkembang dan berkelanjutan tidak
jam. saja karena secara teknis mantap dan
Berdasarkan jumlah air yang aman secara lingkungan, tetapi juga
dibutuhkan untuk budidaya tanaman, secara ekonomi harus layak, secara
maka lahan budidaya dibedakan sosial dapat diterima dan secara
menjadi menjadi lahan basah (wet land) administratif dapat dikelola. Pada
dan lahan kering (dry land). Dalam akhirnya hasil analisis tersebut tidak
pengertian umum lahan basah adalah hanya dapat digunakan untuk
lahan yang berdekatan dengan sumber keperluan konservasi akibat ancaman
air, dan karena air selalu berada di bahaya erosi namun juga dapat
tempat yang lebih bawah, maka lahan digunakan untuk merencanakan
basah juga sering disebut lahan agroekosistem yang paling tepat untuk
bawahan (low land). Sedangkan lahan memenuhi kesejahteraan penduduk di
kering selalu berada di daerah atas dalam DAS tersebut.
sehingga sering disebut lahan atasan Sejalan dengan peningkatan
(up land) yang menunjukkan kondisi produksi sebagai dampak positif
kering sepanjang tahun penerapan teknologi dan input lainnya
(mengandalkan curah hujan sebagai muncul berbagai permasalahan yang
satu-satunya sumber air). berkaitan dengan proses produksi,

8| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

pascapanen (pengeringan, sortasi, dan penyaluran kredit, pembayaran


lain-lain), penyimpanan, kembali, penjualan hasil pertanian dan
pengangkutan dan pemasaran. Sejauh proses alih informasi dan teknologi.
ini proses produksi dan penanganan Elemen kelembagaan sebagai
hasil panen komoditas lebih banyak salah satu elemen penting dalam
menekankan pada kemampuan dan upaya peningkatan keterampilan dan
keterampilan individu. Proses yang perbaikan kemampuan produksi
melibatkan kelembagaan, baik dalam petani sering terlupakan karena peran
bentuk lembaga organisasi maupun nyatanya dalam proses produksi
kelembagaan norma dan tata sering berada dalam posisi marginal.
pengaturan, pada umumnya masih Sejauh ini upaya peningkatan
terpusat pada proses pengumpulan produksi pertanian senantiasa
dan pemasaran dalam skala tertentu. dikaitkan dengan penerapan dan jenis
Bagi sebagian besar wilayah eksistensi teknologi yang dinilai sesuai dengan
kelembagaan pertanian dan petani tujuan produksi, padahal peran
belum terlihat perannya. Padahal kelembagaan dan lembaga pertanian
fungsi kelembagaan pertanian sangat dalam proses penyebaran dan adopsi
beragam, antara lain adalah sebagai inovasi teknologi pertanian masih
penggerak, penghimpun, penyalur sangat kuat. Lebih jauh lagi pada
sarana produksi, pembangkit minat hirarki sosial tertentu, proses
dan sikap, dan lain-lain. penyaluran informasi dan teknologi
Elemen kelembagaan yang tidak dapat dilepaskan dari eksistensi
berperan adalah kelembagaan dalam dan peran kelembagaan dan situasi
bentuk lembaga organisasi dan sosial tertentu. Dengan demikian
kelembagaan norma. Dalam hal ini upaya penelitian dan pengamatan
diambil konvensi Normal Uphoff elemen kelembagaan dan perannya
(1992) dan Alan Fowler (1992) dalam dalam proses pengembangan dan
Sadikin dkk (200..) tentang perkembangan produksi pertanian
kelembagaan dan lembaga organisasi: diharapkan mampu meningkatkan
"an institution is a complex norms and input untuk penyusunan program dan
behaviors that persists over time by kebijakan regional dan nasional.
serving some socially valued purpose,
while an organization is a structure of METODOLOGI ANALISIS ZONE
recognized and accepted roles". Salah satu AGROEKOLOGI
penampilan (manifestasi) kelembagaan Secara garis besar ada dua jenis
pertanian lokal yang mampu data dan informasi yang perlu
menjangkau petani kecil di wilayah diperhatikan dalam analisis zone
pedesaan Indonesia adalah lembaga agroekologi, yaitu data biofisik dan
penyalur sarana produksi informal data sosial ekonomi budaya. Data
dalam bentuk penjaja kredit keliling. dan informasi potensi sumber daya
Lembaga ini merupakan lembaga non- lahan dan aspek biofisik lainnya dari
organisasi dan dioperasikan oleh setiap zona agroekologi atau
individu-individu yang mampu agroekosistem tersebut tidak hanya
menjalin kepercayaan pengambil disajikan dalam bentuk tabular,
kredit dengan berbagi norma dan tetapi juga dalam bentuk spasial
perilaku yang diterima secara sosial. (peta), sehingga mempermudah
Kondisi saling mempercayai ini penggunaannya perencana dan
merupakan jaminan akan kelancaran pengambil kebijakan dalam

Analisis zone agroekologi….. |9


ISSN 2085 - 8167

menyusun program pengembangan yang dibedakan menjadi wilayah


wilayah. Dari data spasial akan dapat panas/ isohyperthermic dengan
diketahui secara pasti keberadaan ketinggian lebih rendah dari 700 m,
lahan yang berpotensi maupun yang wilayah sejuk/ isothermic antara 700
bermasalah termasuk berbagai sampai 2000 m dan wilayah dingin/
kendalanya yang harus diatasi. isomesic yang lebih tinggi dari 2000m.
Demikian pula akan dapat diketahui Selain data iklim, dibutuhkan
kebutuhan masukan untuk mengatasi pula data tanah yang terdiri dari: (a)
berbagai faktor pembatas yang ada tekstur, kemasaman dan drainase
pada setiap satuan agroekosistem diperlukan untuk menentukan zone
(Djaenudin et al. 2003). agroklimat, (b) berdasarkan satuan
Ada beberapa langkah yang zone agroekosistem yang telah
harus dilakukan untuk melakukan ditetapkan. selanjutnya dilakukan
analisis zone agroekologi atau pengamatan dan pengambilan
agroekosistem. Beberapa terapan contoh tanah pada setiap sub zone
analisis zone agroekologi agroekosistem, dengan tujuan untuk
digambarkan dalam diagram berikut mengetahui kelas kemampuan
(Gambar 1). Diagram tersebut lahannya. Pengamatan/pengukuran
menunjukkan bagaimana informasi dilakukan secara langsung di
tentang kondisi biofisik lahan lapangan terutama terhadap sifat
maupun kondisi sosial ekonomi fisik tanahnya. Karakteristik fisik
maupun budaya penduduk yang ada tanah yang diamati di lapangan
digunakan untuk menjelaskan disesuaikan dengan kebutuhan data
karakteristik zone agroekologi (AEZ) yang diperlukan dalam analisis
pada satuan lahan yang lebih kecil kesesuaian lahan. Data tersebut
(pada diagram dicontohkan skala adalah kemiringan lereng,
1:250.000) diperlukan rujukan peta kedalaman efektif tanah, drainase.
zone agroekologi skala 1:1.000.000. persentase batuan/krikil, dan
Selanjutnya, seperti telah dijelaskan ancaman terhadap banjir (Djaenudin,
pada bagian terdahulu, bahwa data dkk. 2003), diperlukan tambahan
biofisik yang diperlukan, antara lain: data permeabilitas, ancaman banjir
data iklim yaitu: (a) rezim kelengasan dan kegaraman/salinitas. Sifat tanah
merupakan hasil pendugaan dari yang tidak dapat ditetapkan di
zonasi iklim dengan drainase tanah. lapangan, maka dilakukan
Zonasi iklim didasarkan pada jumlah pengambilan contoh tanah untuk
bulan kering dan bulan basah yang dianalisis di laboratorium, (c) untuk
dibuat oleh Oldeman yakni jika menentukan tingkat erosi diperlukan
jumlah bulan kering kurang dari 3 data zone agroklimat yang ditambah
bulan maka dapat digolongkan ke dengan informasi tentang
dalam klas lembab (udic), sementara kemampuan lahan dan kemiringan
jika jumlah bulan kering antara 3-6 lereng termasuk jenis konservasi
bulan maka dapat digolongkan ke tanah yang dilakukan; (d)
dalam klas agak kering (ustic), dan selanjutnya dengan mempertim-
jika jumlah bulan kering lebih dari 6 bangkan erosi yang dapat ditoleransi,
bulan maka digolongkan ke dalam maka dapat ditentukan arahan
klas kering (ardic). (b) rezim suhu konservasi yang diperlukan.
merupakan hasil pendugaan dari
ketinggian tempat dari muka laut,

10| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

Gambar 1. Diagram Analisis Zone Agroekologi

Analisis zone agroekologi….. |11


ISSN 2085 - 8167

Selain itu, dibutuhkan pula wilayah; (2) Data demografi;


data fisiografi yang terdiri dari jumlah penduduk dengan
lereng, ketinggian digunakan komposisi menurut umur,
untuk menentukan bentuklahan pendidikan, pekerjaan, tingkat
datar <3%, berombak 3-8%, kesehatan, angka harapan hidup,
bergelombang 8-15%, berbukit 16- kepadatan penduduk secara
45, bergunung >45%. Sedangkan keseluruhan maupun kepadatan
data tentang jaringan sungai akan petani terhadap lahan; (3) Data
digunakan untuk menentukan infrastruktur; jalan (panjang,
tingkat kerapatan sungai. kerapatan jaringan, kualitas),
Data geologi juga dibutuhkan sarana irigasi (menurut kelas
terapan analisis zona agroekologi teknis-semi teknis-sederhana-tadah
yang mencakup data struktur, hujan), sarana pasar, terminal/
proses dan bahan induk batuan pelabuhan/bandara; (4) Data
diperlukan untuk menentukan ekonomi, yang meliputi (a) PDRB
tingkat bahaya erosi bersama-sama per kapita mulai tingkat propinsi
dengan data fisiografi/bentuk hingga unit terkecil yang
lahan. dianalisis, menurut sektor
Data lain yang juga pertanian dan non pertanian, (b)
dibutuhkan adalah penggunaan Produksi pertanian-perkebunan-
tanah, yang berfungsi (a) bersama- petrnakan-perikanan, (c) Nilai
sama dengan hasil analisis ekspor produk, (d) Pola umum dan
agroklimat digunakan untuk pola usaha tani yang dominan; (5)
menentukan zone agroekologi/ Data kelembagaan, yang meliputi
agroekosistem (AEZ), (b) bersama- (a) Kelembagaan formal dan
sama dengan peta tanah dan informal (b) Sikap petani terhadap
bentuklahan dilakukan analisis informasi dan teknologi baru, (c)
data untuk mengetahui kelas Fasilitas penelitian, kebun
kesesuaian lahannya. Data hasil percobaan, demplot dan lain-lain,
pengamatan lapangan dan analisis (d) Informasi program pemerintah,
laboratorium selanjutnya ditabulasi dan (e) Informasi pengetahuan dan
dan dianalisis kelas kesesuaian saluran tata niaga.
lahannya dengan menggunakan Pada gambar 2 dan 3
kriteria tertentu, misalnya kriteria ditunjukkan contoh hasil delineasi
LREPP H (1994) digunakan oleh dan analisis zone agroekologi/
Rusna (2008). Dalam analisis ini agroekosistem di Jambi, Sumatera
juga ditetapkan faktor (Mudiyarso, dkk, 2008) dan Lereng
pembatasnya pada masing-masing Selatan Gunung Batukaru
penggunaan lahan tersebut. Kabupaten Tabanan, Bali (Rusna,
Selain data-data tersebt 2008).
diatas, diperlukan juga data sosial-
ekonomi-budaya, diantaranya: (1)
data administrasi; batas dan luas

12| Vol 5 No. 1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

Gambar 2. Zone agroekologi/agroekosistem di Jambi, Sumatera


(Mudiyarso, dkk,2008).

Kelerengan/kemirin gan banyak dianjurkan tanaman


(slope) lahan dapat memberikan tahunan yang lebih sedikit
nuansa visual yang tersendiri, memerlukan tenaga kerja. Selain
berdasarkan prosentase masalah erosi dan degradasi
kemiringannya (slope 100% lahan, kendala lain seperti
disetarakan dengan kemiringan efisiensi energi dalam jangka
lahan sebesar 45 o ) lahan atau panjang perlu dipertimbangkan.
struktur topografi suatu tapak. Pada lahan yang curam, tenaga
Lereng lahan banyak dipakai yang diperlukan untu k
sebagai bahan pertimbangan mengangkut masukan pertanian
mengingat bahaya e rosi dan dan hasil-hasil pertanian dari
penurunan mutu lahan dan ke lahan usaha akan
merupakan ancaman yang nyata menjadi sangat tin ggi. Hal ini
pada pertanian berlereng curam menyebabkan usah atani pada
di daerah tropika basah. lahan curam hanya akan
Pertanian di lereng yang curam menguntungkan apabila upah
juga membatasi penggunaan tenaga relatif rendah .
tenaga mesin dan ternak dalam
pengolahan tanah, sehingga
untuk daerah seperti ini le bih

Analisis zone agroekologi….. |13


ISSN 2085 - 8167

Gambar 3. Zone agroekologi/agroekosistem di Lereng Selatan Gunung


Batukaru Kabupaten Tabanan, Bali (Rusna, 2008).

Apabila diperhitungkan akan dengan lereng 8-15%, dianjurkan untuk


menguntungkan secara ekonomi seperti sistem wanatani, dengan mengusahakan
pengusahaan tanaman-tanaman hias, tanaman semusim bersama tanaman
dan sayuran khususnya serat tanaman keras, sedangkan lahan dengan lereng
hortikultura umumnya pembuatan teras 16-40% panduan metodologi analisis
bisa dilaksanakan. Perlu juga diingat sebaiknya hanya diusahakan tanaman
bahwa pembuatan teras tidak selalu tepat permanen, seperti tanaman keras
untuk semua tanah. Tanah dengan bahan maupun kehutanan atau padang
induk yang berjenis lepas (loose) seperti rumput. Lahan dengan lereng di atas
batuan pasir akan mudah longsor apabila 40% sebaiknya digunakan untuk
diteras. Pada tanah-tanah masam kehutanan sebagai wilayah konservasi.
penterasan akan menyingkap lapisan Dengan membandingkan pola
bawah yang banyak mengandung penggunaan lahan yang ada dengan pola
aluminium yang tinggi dan kurang penggunaan yang disesuaikan dengan
subur sehingga akan membuat pilihan pendekatan ekologi, maka selanjutnya
tanaman menjadi sangat terbatas. dapat disusun berbagai bentuk intervensi
Pertanian dengan pengusahaan untuk mendukung pertanian yang lebih
tanaman semusim hanya dianjurkan maju dan berkelanjutan. Makin baik
pada lahan dengan lereng lebih kecil dari keadaan lahan, makin banyak alternatif
8% apabila tanahnya sesuai. Pertanian ini komoditas yang dapat dipilih. Analisis
tidak dianjurkan pada lahan datar zone agroekologi pada akhirnya akan
sekiranya tanahnya dari bahan induk memberi masukan bagi upaya pemilihan
pasir kuarsa maupun gambut dalam, tanaman yang sesuai. Anjuran-anjuran
serta tanah yang terlalu banyak berbatu, akan diberikan mengenai berbagai
sehingga menyulitkan pengelolaan macam serealia, umbi-umbian, kacang-
tanah. Untuk tanah sulfat masam dengan kacangan, tanaman penghasil serat,
lapisan cat-clay yang dekat di tanaman penghasil minyak, tanaman
permukaan hanya dapat digunakan bila bahan minuman, sayur-sayuran, buah-
suasana reduksi terus dipertahankan di buahan, serta cash crops seperti
seperti sawah atau hutan gelam. Lahan tembakau, tebu, karet, lada, dan lain

14| Vol 5. No.1 - 2013


ISSN 2085 - 8167

sebagainya berdasarkan keadaan tanah mengevaluasi sistem produksi yang tepat


dan iklim. Apabila lahan tidak sesuai untuk suatu lahan dan mencari alternatif
untuk usaha pertanian dapat diberikan komoditas untuk diusahakan dengan
pilihan-pilihan tanaman kehutanan yang cepat dan tepat. Menghadapi masalah
dapat tumbuh baik di wilayah tersebut. lingkungan dan perdagangan bebas,
Kesesuaian tanaman umumnya dibatasi maka upaya perencanaan penataan
oleh kekurangan atau kelebihan air pertanian berkelanjutan dengan
maupun suhu yang ekstrim. Sedangkan memanfaatkan hasil analisis zone
kendala tanah, umumnya dapat diatasi agroekologi atau agroekosistem adalah
dengan lebih mudah dan biaya yang salah satu cara yang dapat menjadi solusi
lebih rendah. pembangunan pertanian saat ini.
Kondisi sosial ekonomi dan
budaya setempat mutlak harus menjadi DAFTAR PUSTAKA
pertimbangan utama, karena sebuah Adnyana, I Made, 2006. Teknologi Zone
pembangunan utilitas di permukaan Agroekologi dalam
bumi apalagi yang bersifat „outdoor Pembangunan Pertanian
facilities‟ dapat mempengaruhi kondisi Berwawasan Lingkungan dalam
biosfer area lain. Pengembangan utilitas Jurnal Media BUMI LESTARI-
yang menyebabkan ubahan/pengaruh Volume 6- No.1 February 2006.
terhadap kualitas lingkungan dapat http://ejournal.unud.ac.id/abstr
memicu munculnya masalah sosial. ak/teknologi zone.pdf
Pengembangan sebuah utilitas yang Agro-ecosystem Health Project. 1996.
kemudian lebih banyak dinikmati oleh Agroecosystem health.
kelompok masyarakat tertentu juga di University of Guelph, Guelph,
suatu saat akan memicu kecemburuan Canada.
sosial, terutama jika proyek tersebut Arsyad, Sitanala. 2000. Teknik
tidak berpengaruh terhadap sektor Konservasi Tanah dan Air. Bogor
ekonomi setempat. IPB Press
Oleh karena itu harus dikaji Badan Penelitian dan Pengembangan
beberapa hal yakni: (1) konsep-konsep Pertanian, 1999. Panduan
ekonomi setempat, (2) data ekonomi Metodologi Analisis Zone
terutama mata pencaharian penduduk Agroekologi: Panduan
dan pola kegiatan pemanfaatan lahan Karakterisasi dan Analisis Zone
setempat, dan (3) kultur dan pola Agroekologi. (Edisi I). Pusat
interaksi sosial serta warisan budaya. Penelitian Tanah dan Agroklimat
& Proyek Pembinaan
PENUTUP Kelembagaan Penelitian dan
Dengan berkembang pesatnya Pengembangan Pertanian.
teknologi informasi seperti komputer, Black, Peter E. 1996. “Watershed
informasi apapun yang tersedia dapat Hydrology” Chapter 7: The
digunakan untuk melakukan analisis dan Watershed.
simulasi untuk dapat memperoleh _______________. “Watershed Function”.
informasi agroekologi yang lebih baik. SUNY College of Environmental
Dengan memanfaatkan teknologi Science and Forestry. Syracuse,
kecerdasan buatan (artificial intelligence) New York 13210.
seperti sistem informasi geografi atau http://www.watershedhydrolog
teknik penginderaan jauh, maka dapat y.com/pdf/Functions.
disusun suatu sistem untuk

Kebijakan Berwawasan Kependudukan…..|15


ISSN 2085 - 8167

Conwey, G.R. 1987. Rapid Rural transects.


Appraisal and Agroecosystem http://www.asb.cgiar.org/pdfwebdo
Analysis: A cs/JambiT_ransect_final_LO.pdf
Djaenudin, D., et.al. 2003. Petunjuk Padgett , Merilark –Johnson & Bedell,
Teknis Evaluasi Lahan untuk Tom “Watershed Function”. Publ
Komoditas Pertanian. Balitanah, 8064.
Puslitbangtanak, Balitbang http://groundwater.ucdavis.edu
Pertanian. ISBN 979-9474-27-2. /Publications/Harter_FWQFS_8
Djaenudin, D., et.al. 2007. Potensi Sumber 064.
Daya Lahan untuk Perluasan Pawitan, Hidayat, 2000. Panduan
Areal Tanaman Pangan di Pengolahan Data Iklim dan
Kabupaten Merauke dalam Hidrologi untuk Perencanaan
Jurnal Iptek Tanaman Pangan Daerah Aliran Sungai. Kertas
Vol. 2 No. 2. Kerja Seksi Watershed
http://www.puslittan.bogor.net Management pada Proyek
/berkas_PDF/IPTEK/2007/No Pengendalian Banjir Jawa Bagian
mor/2/04/Djaenudin.pdf. Selatan. Direktorat Jenderal
FAO. 1996. Agro-Ecological Zoning Rehabilitasi Lahan dan
Guidelines. FAO Soil Bulletin No. Perhutanan Sosial, Departemen
73. Rome. Kehutanan dan Perkebunan.
_______________.. 2002. World Summit Rossiter D. G., dan A. R. van Wambeke.
on Sustainable Development - 1997. Automated Land
Johannesburg, September. Evaluation System ALES Version
http://www.fao.org/wssd/SAR 4.65d User‟s Manual. Cornell
D/index-en.htm Univ. Dept of Soil Crop &
Gunawan,B. Lis Noer,A. Land use: tata Atmospheric Sci. SCAS. Ithaca
guna lahan. NY, USA.
http://fp.elcom.umy.ac.id/file.p Rusna, I Wayan,2008. Karakteristik Zone
hp/60/land-use.pdf Agroekosistem dan Kesesuaian
http://www.agroecology.org/glossary.h Lahan di Lereng Selatan Gunung
tml [2 Mei 2010] Batukaru Kabupaten Tabanan
Kerr, John. 2007. “Watershed dalam Jurnal Media Bumi Lestari
Management: Lessons from Volume : 8 No. 1 February 2008.
Common Property Theory” http://ejournal.unud.ac.id/abstr
International Journal of the ak/karakteristiklkp.pdf
Commons. Vol 1, no 1 October Sadikin, Ikin, Rita Nur Suhaeti dan Kedi
2007, pp. 89-109. Igitur, Utrecht Suradisastra, 200..Kajian
Publishing & Archiving Services Kelembagaan Agribisnis dalam
for IASC. Mendukung Pengembangan
http://www.thecommonsjourna Sistem Usaha Pertanian Berbasis
l.org/index.php/ijc/article/view Agroekosistem. Pusat Penelitian
/8 dan Pengembangan Sosial
Murdiyarso, D dkk, 2008. Environmental Ekonomi Pertanian, Badan
benefits and sustainable land-use Litbang Pertanian, Bogor.
optionsin the Jambi transect, Wezel, A., et. Al., 2009. Agroecology as a
Sumatra, Indonesia in Journal of science, a movement or a
Vegetation Science in press for practice. A review. Agronomy for
special issue on global change Sustainable Development.

16| Vol 5. No.1 - 2013

Anda mungkin juga menyukai