Anda di halaman 1dari 100

PANDUAN

INDIKATOR
PROGRAM GIZI
DAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK

Disusun oleh
Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 3

Target Indikator Program Gizi dan KIA 4

Indikator Pelayanan Kesehatan


12
Remaja dan Anak Sekolah

Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu


18
Hamil

Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu


38
Nifas

Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi 41

Indikator Pelayanan Kesehatan Balita


54
dan Anak Prasekolah

Indikator Pelayanan terkait Institusi 78

Lampiran 100
KATA PENGANTAR
Plt. Direktur Gizi dan KIA

Rencana Pembangunan Nasional berfokus


pada peningkatan kesehatan ibu, anak, KB,
dan kesehatan reproduksi serta percepatan
perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan
melalui penguatan pelayanan dasar
termasuk dalam prioritas nasional. Dengan
target angka kematian ibu menjadi 183
kematian per 100.000 kelahiran hidup,
angka kematian bayi menjadi 16 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, prevalensi
stunting (pendek dan sangat pendek) pada
balita sebesar 14% dan prevalensi wasting
(kurus dan sangat kurus) pada balita
sebesar 7%, dibutuhkan strategi khusus
yang efektif dan efisien dalam proses
pencapaian target tersebut.

Dalam pelaksanaan upaya peningkatan


derajat kesehatan tersebut, setiap program
harus memiliki acuan pengukuran
keberhasilan yang diwujudkan dalam
indikator program. Oleh karena itu,
pemantauan berkala harus dilakukan
dengan berkesinambungan. Di akhir
periode, evaluasi program dilakukan untuk
menilai capaian keberhasilannya. Proses
tersebut harus didukung oleh sistem
pencatatan dan pelaporan yang akurat,
real-time, dan berkualitas sehingga dapat
menopang rantai sistem surveilans gizi dan
kesehatan di lapangan.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 3


TARGET INDIKATOR PROGRAM GIZI DAN KIA
Tahun 2022-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

Anak Sekolah dan Remaja

1 Persentase remaja putri yang mengonsumsi 54% 75% 90%


Tablet Tambah Darah (TTD)

Persentase Remaja putri yang di skrining


2 anemia
10% 70% 90%

3 Persentase Remaja putri anemia 32% 30% 28%

Persentase anak usia sekolah mendapatkan


4 penjaringan kesehatan
70% 80% 90%

Ibu hamil

5 Persentase Ibu Hamil ANC K1 80% 90% 100%

6 Persentase Ibu Hamil ANC 4 kali 90% 92% 95%

7 Persentase Ibu Hamil ANC 6 kali 60% 80% 100%

Persentase ibu hamil ANC Trimester 1 dengan


8 USG (K1) 60% 80% 100%

Persentase Ibu hamil ANC Trimester 3 dengan


9 USG (K5) 60% 80% 100%

10 Persentase ibu hamil kurang energi kronik 13% 11,5% 10%

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 4


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

11 Persentase ibu hamil KEK mendapat tambahan 80% 85% 90%


asupan gizi

12 Persentase Ibu Hamil KEK mengonsumsi 80% 85% 90%


tambahan asupan gizi

13 Cakupan Ibu Hamil mendapat TTD selama masa 82% 85% 90%
kehamilan minimal 90 Tablet

14 Cakupan Ibu Hamil yang mengonsumsi TTD 82% 85% 90%


selama kehamilan minimal 90 Tablet

15 Persentase Ibu Hamil memiliki Buku KIA 30% 80% 90%

16 Persentase ibu hamil mengikuti kelas ibu 70% 75% 80%


minimal 4 kali

Persentase Ibu hamil komplikasi (preeklampsia,


17 obesitas, anemia, KEK, pendarahan, jantung, 20% 20% 20%
infeksi)

Persentase Ibu hamil komplikasi dirujuk ke


18 rumah sakit (preeklampsia, obesitas, anemia, 85% 90% 95%
KEK, pendarahan, jantung, infeksi)

19 Persentase ibu bersalin di fasilitas pelayanan


kesehatan 91% 93% 95%

20 Jumlah Kematian Ibu N/A N/A N/A

21 Persentase ibu hamil anemia 39% 36% 33%

22 Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan (/sudah)


imunisasi Covid-19 60% 70% 80%

23 Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan


imunisasi Td 80% 85% 90%

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 5


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

Ibu bersalin dan nifas

24 Persentase Ibu Nifas mendapat pelayanan nifas 90% 92% 95%


lengkap 4 kali KF4

25 Cakupan Ibu Nifas mendapat kapsul vitamin A 76% 79% 82%

Bayi

Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi


26 Menyusu Dini (IMD) 62% 66% 70%

27 Persentase bayi dengan BBLR (berat badan 3,8% 3% 2,5%


<2500 gram)

28 Persentase bayi dengan BBLR mendapatkan


buku KIA bayi kecil N/A N/A N/A

Persentase Bayi baru lahir komplikasi (BBLR,


29 prematur, asfiksia) N/A N/A N/A

Persentase Bayi baru lahir dengan komplikasi N/A N/A N/A


30 yang dirujuk ke RS

Persentase bayi yang mendapatkan pelayanan 91% 93% 95%


31 kesehatan (KN lengkap)

32 Persentase Bayi Baru Lahir yang dilakukan SHK - 45% 60%

33 Persentase Bayi Baru Lahir positif Hipotiroid


Kongenital
0,03% 0,03% 0,03%

34 Persentase Bayi Baru Lahir positif Hipotiroid


Kongenital yang mendapat terapi - 100% 100%

35 Jumlah Kematian Neonatus N/A N/A N/A

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 6


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

Persentase Bayi Baru Lahir yang dilakukan


36 Skrinning Penyakit Jantung Bawaan
N/A N/A N/A

37 Persentase Bayi Baru Lahir terdeteksi memiliki N/A N/A N/A


Penyakit Jantung Bawaan

Persentase Bayi Baru Lahir dengan Penyakit


38 Jantung Bawaan yang dirujuk
N/A N/A N/A

Balita

39 Prevalensi balita stunting (pendek dan sangat 18,4% 16% 14%


pendek)

Prevalensi balita wasting (gizi kurang dan gizi


40 buruk)
7,5% 7,3% 7%

Prevalensi balita underweight (berat badan


41 kurang dan sangat kurang)
14% 13% 12%

42 Prevalensi balita overweight (gizi lebih dan


obesitas) - 3% 2,5%

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan


43 mendapat ASI eksklusif 50% 75% 80%

44 Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI


eksklusif 45% 50% 55%

Persentase anak 6-23 bulan mendapatkan


45 MPASI N/A 70% 80%

46 Persentase anak 6-23 bulan mengonsumsi telur


dan/atau sumber protein hewani lainnya N/A N/A N/A

Persentase balita yang dipantau pertumbuhan


47 dan perkembangannya 75% 80% 85%

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 7


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

48 Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi 190000 240000 290000


gizi mikro

49 Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul 88% 89% 90%


vitamin A

50 Cakupan balita yang ditimbang berat badannya 75% 80% 85%


(D/S)

51 Cakupan balita memiliki buku KIA/KMS (K/S) 75% 80% 85%

52 Cakupan balita ditimbang yang naik berat 84% 86% 88%


badannya (N/D)

53 Persentase balita gizi buruk mendapat 83% 87% 90%


pelayanan tata laksana gizi buruk

Persentase balita gizi kurang yang


54 mendapatkan tambahan asupan gizi
80% 85% 90%

55 Persentase balita berat badan tidak naik (T)


yang mendapatkan tambahan asupan gizi - 50% 60%

56 Persentase balita berat badan kurang (BGM)


yang mendapatkan tambahan asupan gizi - 50% 60%

57 Cakupan balita dilayani SDIDTK 75% 80% 85%

58 Cakupan balita dilayani MTBS 75% 80% 85%

59 Jumlah kunjungan balita sakit N/A N/A N/A

60 Persentase balita stunting dirujuk Puskesmas


ke RS N/A N/A N/A

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 8


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

62 Jumlah kematian bayi N/A N/A N/A

63 Jumlah kematian balita N/A N/A N/A

Institusi

Cakupan Rumah Tangga Mengonsumsi Garam


64 Beriodium 86% 88% 90%

Sekolah

65 Persentase sekolah melaksanakan UKS/M 45% 55% 70%

Persentase sekolah mendapatkan penjaringan


66 kesehatan 70% 80% 90%

Persentase sekolah mendapatkan skrining


67 anemia - 45% 55%

68 Persentase sekolah melakukan Aksi Bergizi - 54% 75%

Posyandu

300.188 600.376
69 Jumlah Kader Mendapat Orientasi PMBA - * **

70 Jumlah Kader Mendapat Orientasi Tumbuh 300.188 600.376


Kembang - * **

71 Jumlah Kader Terorientasi ASI Eksklusif N/A N/A N/A

72 Jumlah Posyandu Mengedukasi PMBA N/A N/A N/A

73 Jumlah Posyandu Mempunyai Alat


Antropometri Sesuai Standar - 100% 100%

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 9


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

Puskesmas

74 Jumlah Puskesmas dengan dokter terlatih USG/ 4326 10321 10321


Blended Learning KIA

Jumlah tenaga kesehatan terlatih gawat


75 darurat matneo
960 960 960

76 Jumlah tenaga kesehatan terlatih konseling N/A N/A N/A


menyusui

77 Dokter puskesmas terlatih tatalaksana stunting N/A N/A N/A

Persentase puskesmas yang melaksanakan


78 pembinaan ke sekolah 4 kali setahun melalui 70% 80% 90%
UKS/M

79 Persentase Puskesmas memiliki Hb meter 50% 100% 100%

80 Jumlah Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu 5.130 6.156 7.695


Balita (50%) (60%) (75%)

81 Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana


Gizi Buruk pada Balita 30% 45% 60%

Jumlah Puskesmas yang Memiliki Nakes


82 Terlatih SDIDTK, PMBA atau SDIDTK N/A N/A N/A
Terintegrasi PMBA

83 Persentase Puskesmas Melaksanakan


Pendekatan MTBS 100% 100% 100%

84 Jumlah Puskesmas Punya Mineral Mix Cukup N/A N/A N/A

85 Jumlah Puskesmas Memiliki Alat Antropometri


Sesuai Standar N/A 100% 100%

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 10


Target Indikator Program Gizi dan KIA Tahun 2020-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

86 Persentase Puskesmas Melaksanakan SDIDTK 100% 100% 100%

87 Persentase Puskesmas PKPR (Pelayanan 60% 70% 80%


Kesehatan Peduli Remaja)

FKTL

88 Persentase RS Melakukan Audit Kematian Ibu N/A N/A N/A


dan Bayi

89 Jumlah RS Punya Stok PKGK Cukup N/A N/A N/A

90 RS Memiliki SOP Penanganan Balita Stunting N/A N/A N/A

Kabupaten/kota

91 Jumlah Kabupaten/Kota Melakukan Audit


Kematian Ibu dan Bayi N/A N/A N/A

92 Kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi 90% 100% 100%

*semua posyandu @1 kader/ posyandu


**semua posyandu @2 kader/ posyandu)

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 11


INDIKATOR PELAYANAN
KESEHATAN ANAK SEKOLAH
DAN REMAJA
1. Persentase remaja putri yang mengonsumsi tablet
tambah darah

Definisi Operasional
Remaja putri SMP dan SMA sederajat yang mengonsumsi tablet tambah darah
sesuai standar dibagi jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat dikali 100%.
Sekolah dan madrasah jenjang SMP dan SMA atau sederajat mencakup milik
pemerintah maupun swasta, termasuk sekolah khusus.
Mengonsumsi TTD sesuai standar adalah TTD mengandung zat besi setara
dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat atau TTD lainnya dengan
kandungan yang sesuai dengan standar WHO dan diminum secara rutin 1 tablet
setiap minggu minimal 26 tablet dalam setahun.

Rumus Perhitungan
%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat yang
mendapat tablet = mendapat tablet tambah darah
x 100%
tambah darah Jumlah sasaran jumlah siswi SMP dan SMA sederajat

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat yang
mengonsumsi = mengonsumsi tablet tambah darah
x 100%
tablet tambah Jumlah sasaran jumlah siswi SMP dan SMA sederajat
darah

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat
2. Jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat yang mendapat tablet tambah
darah sesuai standar
3. Jumlah remaja putri SMP dan SMA sederajat yang mengonsumsi tablet
tambah darah sesuai standar atau yang mengonsumsi TTD minimal 26 tablet
dalam setahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan setiap minggu pada saat remaja putri mendapatkan
dan mengonsumsi TTD
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh berdasarkan kumulatif bulan Januari sampai
Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 12


Indikator Pelayanan Kesehatan Remaja dan Anak Sekolah

Alat dan Bahan


1. Kartu monitoring
2. Tablet tambah darah
3. Aplikasi pencatatan konsumsi TTD

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Remaja putri mencatat TTD yang didapat dan diminum padakartu monitoring
suplementasi remaja putri (kartu kontrol, Buku Rapor Kesehatanku) dan
aplikasi CERIA
2. Merekap jumlah TTD yang diterima dan diminum (angka 1) serta jumlah
minggu yang dilalui remaja putri sejak bersekolah di SMP/MTs/sederajat dan
SMA/MA/sederajat berdasarkan formulir pemantauan program TTD rematri
3. Menghitung cakupan jumlah tablet yang diterima terhadap jumlah minggu
yang dilalui dan persentase jumlah tablet yang diminum terhadap jumlah
minggu yang dilalui. Perhitungan ini dilakukan setiap bulan
4. Cakupan rematri terima TTD dihitung dengan membagi jumlah rematri terima
TTD terhadap seluruh remaja putri yang ada/terdaftar di sekolah tersebut
5. Cakupan rematri minum TTD dihitung dengan membagi jumlah rematri minum
TTD terhadap seluruh remaja putri yang ada/terdaftar disekolah tersebut.

2. Persentase remaja putri yang diskrining anemia

Definisi Operasional
Remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang
dilakukan skrining anemia dengan pemeriksaan hemoglobin dibagi jumlah remaja
putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 di wilayah
tersebut dan dikali 100%.

Rumus Perhitungan

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri
yang diskrinning = SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan skrining anemia
x 100%
anemia Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan SMA/sederajat
kelas 10

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang dilakukan


SMP/sederajat = skrining anemia
x 100%
kelas 7 yang Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7
diskrinning
anemia

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan


SMA/sederajat = skrining anemia
x 100%
kelas 10 yang Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10
diskrinning
anemia

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 13


Indikator Pelayanan Kesehatan Remaja dan Anak Sekolah

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7
2. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10
3. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang dilakukan skrining anemia
4. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan skrining anemia

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan setiap kali dilaksanakan pemeriksaan skrining anemia
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Formulir pencatatan (Juknis Skrinning Anemia, juknis penjaringan kesehatan)
2. Alat skrinning anemia

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Skrinning anemia dengan pemeriksaan Hemoglobin dilakukan pada remaja
putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 sebanyak
1 kali pada satu periode tahun ajar.
2. Petugas kesehatan mencatat jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan
siswi SMA/sederajat kelas 10, jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan
siswi SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan skrining anemia, dan hasilnya
3. Merekap jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri
SMA/sederajat kelas 10 dan jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan
remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan skrining anemia (mengacu
dalam poin 1) dan dilanjutkan pada sasaran yang belum tercakup pada satu
periode tahun ajar.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7
dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10, jumlah remaja putri SMP/sederajat
kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan skrining
anemia dikali 100%.

3. Persentase remaja putri anemia

Definisi Operasional
Remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang
dari hasil pemeriksaan Hemoglobin (Hb) teridentifikasi anemia dibagi jumlah
remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang
dilakukan pemeriksaan Hb dikali 100%.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan POCT (alat Hb meter dengan strip/ Hb
meter dengan microcuvet) atau Hb analyzer.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 14


Indikator Pelayanan Kesehatan Remaja dan Anak Sekolah

Rumus Perhitungan

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri
anemia = SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia
x 100%
Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan SMA/sederajat
kelas 10 yang dilakukan pemeriksaan Hb

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang dilakukan


SMP/sederajat = teridentifikasi
x 100%
kelas 7 anemia Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang dilakukan
pemeriksaaan Hb

%Remaja putri Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi


SMA/sederajat = anemia
x 100%
kelas 10 yang Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan
anemia pemeriksaan Hb

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang teridentifikasi anemia
2. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia
3. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang teridentifikasi anemia
ringan (11-11.9 g/dl)
4. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia
ringan (11-11.9 g/dl)
5. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang teridentifikasi anemia
sedang (8-10.9 g/dl)
6. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia
sedang (8-10.9 g/dl)
7. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang teridentifikasi anemia
berat (<8 g/dl g/dl)
8. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia
berat (<8 g/dl)
9. Jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 yang dilakuan pemeriksaan Hb
10. Jumlah remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang dilakuan pemeriksaan
Hb

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan setiap kali dilaksanakan pemeriksaan skrining anemia
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Formulir pencatatan
2. Alat skrining anemia

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 15


Indikator Pelayanan Kesehatan Remaja dan Anak Sekolah

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Skrinning anemia dengan pemeriksaan Hemoglobin dilakukan pada remaja
putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 sebanyak
1 kali pada satu periode tahun ajar.
2. Petugas kesehatan mencatat jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan
SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia (ringan, sedang, dan
berat) serta jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri
SMA/sederajat kelas 10 yang dilakukan pemeriksaan Hb
3. Merekap jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7 dan SMA/sederajat kelas
10 yang teridentifikasi anemia (ringan, sedang, dan berat) serta jumlah remaja
putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang
dilakukan pemeriksaan Hb (mengacu dalam poin 1) dan dilanjutkan pada
sasaran yang belum tercakup pada satu periode tahun ajar
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah remaja putri SMP/sederajat kelas 7
dan SMA/sederajat kelas 10 yang teridentifikasi anemia serta jumlah remaja
putri SMP/sederajat kelas 7 dan remaja putri SMA/sederajat kelas 10 yang
dilakukan pemeriksaan Hb dikali 100%.

4. Persentase anak usia sekolah mendapatkan penjaringan kesehatan

Definisi Operasional
Persentase anak usia sekolah yang mendapatkan penjaringan kesehatan 1 kali
dalam setahun dibagi jumlah anak usia sekolah di wilayah kerja dalam kurun waktu
setahun.

Rumus Perhitungan

% anak usia
sekolah mendapat = Jumlah anak usia sekolah mendapat penjaringan kesehatan
x 100%
penjaringan Jumlah anak usia sekolah
kesehatan

% anak kelas 1 SD Jumlah Jumlah anak kelas 1 SD


mendapat = mendapat penjaringan kesehatan
x 100%
penjaringan Jumlah anak usia sekolah
kesehatan

% anak kelas 7 Jumlah Jumlah anak kelas 7 SMP


SMP mendapat = mendapat penjaringan kesehatan
x 100%
penjaringan Jumlah anak usia sekolah
kesehatan

% anak kelas 10 Jumlah Jumlah anak kelas 10 SMA


SMA mendapat = mendapat penjaringan kesehatan
x 100%
penjaringan Jumlah anak usia sekolah
kesehatan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 16


Indikator Pelayanan Kesehatan Remaja dan Anak Sekolah

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah anak usia sekolah yang mendapat penjaringan
2. Jumlah anak kelas 1 SD yang mendapat penjaringan
3. Jumlah anak kelas 7 yang mendapat penjaringan
4. Jumlah anak kelas 10 yang mendapat penjaringan
5. Jumlah anak usia sekolah
6. Jumlah anak kelas 1 SD
7. Jumlah anak kelas 7
8. Jumlah anak kelas 10

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan setiap kali dilaksanakan penjaringan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Formulir pencatatan
2. Alat skrining anemia

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dilakukan di sekolah sesuai dengan
jadwal. Petugas kesehatan mencatat hasil penjaringan.
2. Tenaga kesehatan melaporkan hasil penjaringan ke dinkes kabupaten/kota.
3. Pelaporan setiap bulannya dilakukan melalui Komdat Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 17


INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN IBU
HAMIL
1. Persentase Ibu Hamil ANC K1

Definisi Operasional
K1 Akses
Kunjungan antenatal pertama dengan tidak melihat usia kehamilan dibagi seluruh
sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dengan kurun waktu dalam 1 tahun yang
sama.

K1 Murni
Kunjungan antenatal pertama pada trimester 1 dibagi seluruh sasaran ibu hamil di
suatu wilayah kerja dengan kurun waktu dalam 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan

% ibu hamil ANC Jumlah ibu hamil yang memperoleh


K1 Akses = pelayanan antenatal pertama
x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

% ibu hamil ANC Jumlah ibu hamil yang memperoleh


K1 Murni = pelayanan antenatal pada trimerster 1
x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pertama
2. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pertama di trimester 1
3. Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilaksanakan setiap kali ada kunjungan
2. Pelaporan direkap setiap bulannya secara kumulatif
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. Aplikasi Pencatatan Pelaporan (EKohort, SIMPUS/EPUS)
3. Kartu Ibu
4. Register Kohort Ibu

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 18


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan antenatal care kunjungan pertama
kali di semua tingkat fasilitasi pelayanan kesehatan dan melakukan pencatatan di
buku KIA dan Ekohort/Formulir Kohort.
2. Tenaga kesehatan merekap jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
antenatal pertama yang telah dilayani dan sasarannya dalam sebulan. Pelaporan
dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pengelola program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil yang
memperoleh pelayanan antenatal pertama dan sasarannya. Pelaporan dilakukan
setiap bulannya secara kumulatif melalui Komdat Kesmas.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal pertama dengan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah
kerja kemudian dikali 100%.

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan 4 kali


Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal (K4) sesuai standar di
suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Antenatal (K4) sesuai standar adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan:
Satu kali pada trimester pertama
Satu kali pada trimester kedua
Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T yaitu:
pengukuran berat badan
pengukuran tekanan darah;
pengukuran lingkar lengan atas (LiLA));
pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
tes laboratorium;
tata laksana/penanganan kasus; dan
temu wicara (konseling)

Rumus Perhitungan

% ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal 4x sesuai
mendapatkan = standar di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100%
permeriksaan Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah tersebut pada
kehamilan 4 kali
kurun waktu yang sama

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 19


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal K4 sesuai dengan
standar
2. Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilaksanakan setiap kali ada kunjungan
2. Pelaporan direkap setiap bulannya secara kumulatif
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. Aplikasi Pencatatan Pelaporan (EKohort, SIMPUS/EPUS)
3. Kartu Ibu
4. Register Kohort Ibu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan antenatal care sesuai standar
minimal 4 kali di semua tingkat fasilitasi pelayanan kesehatan dan melakukan
pencatatan di buku KIA, Aplikasi Pencatatan Pelaporan Ibu
(Ekohort/SIMPUS/EPUS).
2. Tenaga kesehatan merekap jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
antenatal minimal 4 kali dalam sebulan. Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke
dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pengelola program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil yang
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar minimal 4 kali di wilayah
kerjanya. Pelaporan dilakukan setiap bulannya secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal sesuai standar minimal 4 kali dengan jumlah sasaran ibu
hamil di suatu wilayah kerja kemudian dikali 100%.

2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan 6 kali

Definisi Operasional
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit 6 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 2 kali pada
trimester ke-2, 3 kali pada trimester ke-3, dengan diperiksa oleh dokter minimal 1
kali pada trimester 1 dan minimal 1 kali pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu dalam 1 tahun yang sama.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 20


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan antenatal 6 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara lain:
pengukuran berat badan dan tinggi badan;
pengukuran tekanan darah;
pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
tes laboratorium;
tata laksana/penanganan kasus;
temu wicara (konseling)

Rumus Perhitungan

% ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal 6x sesuai
mendapatkan = standar di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100%
permeriksaan Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah tersebut pada
kehamilan 6 kali
kurun waktu yang sama

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal K6 sesuai dengan
standar
2. Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilaksanakan setiap kali ada kunjungan
2. Pelaporan direkap setiap bulannya secara kumulatif
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. Aplikasi Pencatatan Pelaporan (EKohort, SIMPUS/EPUS)
3. Kartu Ibu
4. Register Kohort Ibu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan antenatal care sesuai standar
minimal 6 kali di semua tingkat fasilitasi pelayanan kesehatan dan melakukan
pencatatan.
2. Tenaga kesehatan merekap jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
antenatal minimal 6 kali dalam sebulan. Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke
dinas kesehatan kabupaten/kota.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 21


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

3. Pengelola program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil yang


memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar minimal 6 kalidi wilayah kerjanya.
Pelaporan dilakukan setiap bulannya secara kumulatif melalui Komdat Kesmas.
Cakupan dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
4. antenatal sesuai standar 6 kali dengan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah
kerja kemudian dikali 100%.

4. Persentase ibu hamil ANC Trimester 1 dengan USG (TM1 USG)

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal dengan pemeriksaan
USG oleh dokter pada trimester 1 dibagi seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan
% ibu hamil ANC
K1 dengan USG = Jumlah ibu hamil yang pemeriksaan dengan USG di trimester 1
x 100%
Jumlah seluruh ibu hamil dilakukan K1 oleh dokter di suatu wilayah
tersebut pada kurun waktu yang sama

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal dengan USG di
trimester 1
2. Jumlah seluruh ibu hamil dilakukan K1 dokter di suatu wilayah tersebut pada
kurun waktu yang sama
3. Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilaksanakan setiap kali ada kunjungan
2. Pelaporan direkap setiap bulannya secara kumulatif
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form kohort

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan antenatal care dengan USG di
trimester 1 di semua tingkat fasilitasi pelayanan kesehatan dan melakukan
pencatatan.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 22


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

2. Tenaga kesehatan merekap jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan


antenatal dengan pemeriksaan USG di trimester 1 dan sasarannya. Pelaporan
dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pengelola program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil yang
memperoleh pelayanan antenatal dengan pemeriksaan USG di trimester 1 dan
sasarannya. Pelaporan dilakukan setiap bulannya secara kumulatif melalui
Komdat Kesmas.
4. Pengelola program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil yang
memperoleh pelayanan antenatal dengan dokter di trimester 1.
5. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan dengan pemeriksaan USG di trimester 1 dengan jumlah sasaran ibu
hamil yang dilakukan K1 dokter di suatu wilayah kerja kemudian dikali 100%.

5. Persentase Ibu hamil ANC Trimester 3 dengan USG (TM3 USG)


Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal dengan pemeriksaan
USG oleh dokter pada trimester 3 dibagi seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan
% ibu hamil ANC Jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC dengan
Trimester 3 = pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 3
x 100%
dengan USG Jumlah ibu hamil yang diperiksa kehamilan di TM3 oleh dokter di
suatu wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal dengan
pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 3
2. Jumlah ibu hamil yang diperiksa kehamilan di TM3 oleh dokter di suatu wilayah
kerjanya
3. Jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilaksanakan setiap kali ada kunjungan
2. Pelaporan direkap setiap bulannya secara kumulatif
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form kohort

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan antenatal care dengan
pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 3 di semua tingkat fasilitasi
pelayanan kesehatan dan melakukan pencatatan.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 23


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

2. Tenaga kesehatan merekap jumlah ibu hamil yang mendapatkan antenatal care
dengan pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 3 dan sasarannya.
Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemegang program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap ibu hamil
yang memperoleh pelayanan antenatal care dengan pemeriksaan USG oleh
dokter pada trimester 3 dan sasarannya. Pelaporan dilakukan setiap bulannya
secara kumulatif melalui Komdat Kesmas.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal care dengan pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester
3 dengan jumlah sasaran ibu hamil dilakukan TM 3 dokter di suatu wilayah kerja
kemudian dikali 100%.

6. Persentase Ibu Hamil Risiko Kurang Energi Kronik (KEK)


Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronik (KEK) yang ditandai dengan ukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm

Rumus Perhitungan
% ibu hamil risiko Jumlah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari
KEK = 23,5 cm
x 100%
Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil
2. Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA
3. Hasil pengukuran LiLA
4. Jumlah ibu hamil dengan LiLA <23,5 cm

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA
3. Sigizi Terpadu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat kedalam
kohort ibu dan dientri ke Sigizi Terpadu
2. Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali selama periode
kehamilannya

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 24


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

3. Menghitung persentase ibu hamil KEK dengan membagi jumlah ibu hamil KEK
dengan ibu hamil yang diukur LiLA

Ibu hamil KEK Januari Februari Maret April Desember

3 4 4 6 10
Ibu hamil LilA kurang
23,5 cm sampai bulan
A, B, C, D, F, G, I,
ini (b) A, C, D A, C, D, F A, C, D, F A, B, C, D, F, K
K, L, N

6 9 10 12 15
Ibu hamil diukur LILA
A, B, C, D, A, B, C, D, E, F,
sampai bulan ini (c) A, B, C, D, A, B, C, D, A, B, C, D, E, F,
E, F, G, H, I, G, H, I, J, K, L, M,
E, F E, F, G, H, I G, H, I, J, K, L
J N, O

% ibu hamil KEK


sampai bulan ini (a) 50% 44% 40% 50% 66,67%
(b/c) x 100%

7. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang Mendapatkan


Tambahan Asupan Gizi
Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko kurang energi kronik (KEK) yang ditandai dengan ukuran
lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm yang mendapatkan tambahan asupan
gizi (baik pabrikan maupun berbasis pangan lokal)

Rumus Perhitungan
% ibu hamil risiko
KEK mendapat = Jumlah ibu hamil berisiko KEK yang mendapat makanan tambahan
x 100%
Makanan Jumlah ibu hamil yang berisiko KEK
Tambahan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil KEK
2. Jumlah ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu menerima makanan
tambahan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA
3. Form pemantauan konsumsi MT
4. Makanan tambahan (pabrikan/lokal)
5. Sigizi Terpadu
Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 25
Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Melakukan pemeriksaan LiLA ibu hamil dan mencatat/entri hasil pengukuran
2. Menentukan jumlah sasaran ibu hamil yang diperiksa LiLA dan kategori LiLA
(KEK/Normal)
3. Mencatat/entri pemberian MT pada ibu hamil dengan kategori KEK
4. Menghitung persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan

8. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang Mengonsumsi


Tambahan Asupan Gizi
Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko kurang energi kronik (KEK) yang ditandai dengan ukuran
lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm yang mengonsumsi tambahan
asupan gizi (baik pabrikan maupun berbasis pangan lokal)

Rumus Perhitungan
% ibu hamil risiko Jumlah ibu hamil berisiko KEK yang mengonsumsi makanan
KEK mengonsumsi = tambahan
x 100%
Makanan Jumlah ibu hamil yang berisiko KEK
Tambahan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil KEK
2. Jumlah ibu hamil KEK yang mengonsumsi makanan tambahan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu menerima
makanan tambahan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA
3. Form pemantauan konsumsi MT
4. Makanan tambahan (pabrikan/lokal)
5. Sigizi Terpadu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Melakukan pemeriksaan LiLA ibu hamil dan mencatat/entri hasil pengukuran
2. Menentukan jumlah sasaran ibu hamil yang diperiksa LiLA dan kategori LiLA
(KEK/Normal)
3. Mencatat/entri konsumsi MT pada ibu hamil dengan kategori KEK
4. Menghitung persentase ibu hamil KEK yang mengonsumsi makanan tambahan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 26


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

9. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)


minimal 90 tablet
Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan TTD sesuai standar(minimal 90 tablet) selama
kehamilan dibagi seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang
sama.
Mendapatkan TTD sesuai standar adalah TTD mengandung zat besi setara dengan
60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat atau TTD lainnya dengan kandungan
yang sesuai dengan standar WHO.

Rumus Perhitungan

% ibu hamil yang


mendapat TTD = Jumlah ibu hamil yang mendapat TTD minimal 90 tablet
x 100%
minimal 90 Jumlah ibu hamil
tablet

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil
2. Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 tablet tambah darah

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA
3. Sigizi Terpadu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah TTD yang diberikan kepada ibu setiap kali melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan
2. Menghitung persentase ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet
dengan membagi jumlah ibu hamil mendapat TTD minimal 90 tablet dengan
jumlah ibu hamil yang ada

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 27


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

10. Cakupan Ibu Hamil yang Mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mengonsumsi TTD sesuai standar (minimal 90 tablet) selama
kehamilan dibagi seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang
sama.
Mengonsumsi TTD sesuai standar adalah TTD mengandung zat besi setara dengan
60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat atau TTD lainnya dengan kandungan
yang sesuai dengan standar WHO.

Rumus Perhitungan

% ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang mengonsumsi TTD


mengonsumsi = minimal 90 tablet
x 100%
TTD minimal 90 Jumlah ibu hamil
tablet

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil
2. Jumlah ibu hamil yang mengonsumsi minimal 90 tablet tambah darah

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA
3. Sigizi Terpadu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah TTD yang diberikan kepada ibu setiap kali melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan dan mengecek kartu monitoring konsumsi TTD
2. Merekap jumlah ibu hamil yang sudah mengonsumsi TTD minimal 90 tablet
3. Menghitung persentase ibu hamil yang mengonsumsi TTD minimal 90 tablet
dengan membagi jumlah ibu hamil mengonsumsi TTD minimal 90 tablet dengan
jumlah ibu hamil yang ada

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 28


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

11. Persentase Ibu Hamil memiliki Buku KIA


Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA dibagi seluruh sasaran ibu hamil di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan

% ibu hamil
memiliki buku = Jumlah ibu hamil yang memiliki buku KIA
x 100%
KIA Jumlah ibu hamil

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang memiliki buku KIA pada saat kunjungan ANC yang
pertama kali
2. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang memiliki buku KIA di wilayah
kerjanya.
2. Menghitung persentase ibu hamil yang memiliki buku KIA dengan membagi
jumlah ibu hamil memiliki buku KIA dengan jumlah ibu hamil yang ada

12. Persentase Ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil minimal 4 kali
Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang telah mengikuti minimal 4 (empat) kali kelas ibu hamil dibagi
seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan

% ibu hamil Jumlah ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
mengikuti kelas = minimal 4 kali
x 100%
ibu hamil Jumlah ibu hamil

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 29


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil minmal 4 kali
2. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan kelas ibu
hamil minimal 4x kali
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. EKohort

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di wilayah
kerjanya
2. Menghitung persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil dengan
membagi jumlah ibu hamil yang ikut kelas ibu hamil dengan jumlah ibu hamil yang
ada dan dikalikan 100%

13. Persentase Ibu hamil komplikasi (preeklampsia, obesitas, anemia, KEK,


pendarahan, jantung, infeksi)

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi preeklampsia/obesitas/anemia/KEK
/perdarahan/jantung/infeksi/dll dibagi seluruh ibu hamil dalam 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan

% ibu hamil
Jumlah ibu hamil komplikasi
komplikasi = x 100%
Jumlah ibu hamil

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang memiliki komplikasi: preeklampsia, obesitas,
anemia, KEK, pendarahan, jantung, infeksi, dll
2. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
kunjungan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 30


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Alat dan Bahan


Form pemantauan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang memiliki
komplikasi preeklampsia, obesitas, anemia, KEK, dan pendarahan, jantung,
infeksi, dll setiap ditemukan kasusnya di seluruh tingkatan faskes. Pelaporan
dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
2. Pemegang program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap merekap jumlah
ibu hamil yang memiliki komplikasi preeklampsia, obesitas, anemia, KEK, dan
pendarahan, jantung, infeksi, dll dan sasarannya. Pelaporan dilakukan setiap
bulannya secara kumulatif melalui Komdat Kesmas.
3. 1Menghitung persentase ibu hamil komplikasi dengan membagi jumlah ibu hamil
komplikasi dengan jumlah sasaran ibu hamil kemudian dikalikan 100%.

14. Persentase Ibu hamil komplikasi dirujuk ke rumah sakit (semua


komplikasi obstetri dan non obstetri: preeklampsia, obesitas, anemia, KEK,
pendarahan, jantung, infeksi, dan lain lain)

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mengalami semua komplikasi obstetri dan non obstetri:
preeklampsia atau obesitas, atau anemia, atau KEK, atau perdarahan, jantung, infeksi
dirujuk ke RS dibagi seluruh ibu hamil yang mengalami komplikasi preeklampsia atau
obesitas, atau anemia, atau KEK, pendarahan, jantung, infeksi dalam 1 tahun yang
sama

Rumus Perhitungan

% ibu hamil
Jumlah ibu hamil komplikasi yang dirujuk ke RS
komplikasi yang = x 100%
dirujuk ke RS Jumlah ibu hamil

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang memiliki komplikasi: preeklampsia, obesitas,
anemia, KEK, pendarahan, jantung, infeksi, dll yang dirujuk ke RS
2. Jumlah ibu hamil komplikasi di wilayah

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
kunjungan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pemantauan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 31


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Tenaga kesehatan mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang memiliki
komplikasi preeklampsia, obesitas, anemia, KEK, dan pendarahan, jantung dan
infeksi, dll yang dirujuk ke RS. Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
2. Pemegang program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap merekap jumlah
ibu hamil yang memiliki komplikasi yang dirujuk ke RS dan jumlah ibu hamil yang
memiliki komplikasi. Pelaporan dilakukan setiap bulannya secara kumulatif melalui
Komdat Kesmas.
3. Menghitung persentase ibu hamil komplikasi yang dirujuk ke RS dengan membagi
jumlah ibu hamil komplikasi yang dirujuk ke RS dengan jumlah ibu hamil yang
memiliki komplikasi kemudian dikalikan 100%.

15. Persentase ibu bersalin di fasilitasi pelayanan kesehatan

Definisi Operasional
Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tim penolong persalinan
minimal 2 (dua) orang terdiri dari:
Dokter dan bidan atau
2 orang bidan, atau
Bidan dan perawat
Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar adalah puskesmas, jejaring dan
jaringannya serta Rumah Sakit sesuai standar persalinan antara lain:
Standar persalinan normal mengacu pada Asuhan Persalinan Normal (APN)
Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan atau pedoman terakhir
yang berlaku
pada Kurun waktu tertentu adalah kurun waktu pelaporan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun)

Rumus Perhitungan

% ibu bersalin Jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan di fasilitas


di fasyankes = pelayanan kesehatan
x 100%
Jumlah ibu bersalin

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan di faskes
2. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
persalinan di setiap tingakat fasyankes
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 32


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Alat dan Bahan


Form pencatatan dan pelaporan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan di
fasyankes. Seluruh tingkatan dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan
dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota merekap data dan persentase ibu hamil yang
melakukan persalinan di fasyankes dan dilaporkan melalui Komdat Kesmas

16. Jumlah Kematian Ibu

Definisi Operasional
Jumlah kematian perempuan selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan (tanpa memandang usia gestasi), akibat semua sebab yang
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan/cedera atau kejadian incidental

Data yang Dikumpulkan


Jumlah kematian ibu dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


1. MPDN
2. eKohort

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian ibu dalam sebulan. Seluruh tingkatan
dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota

17. Penyebab Kematian Ibu


Definisi Operasional
Penyebab yang mendasari kematian ibu

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 33


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah penyebab kematian ibu dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


MPDN

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian ibu dalam sebulan. Seluruh tingkatan
dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota

18. Tempat Kematian Ibu


Definisi Operasional
Tempat terjadinya kematian ibu

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah tempat kematian ibu

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu melalui MPDN
2. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


MPDN

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian ibu dalam sebulan. Seluruh tingkatan
dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota

19. Persentase ibu hamil anemia

Definisi Operasional
Ibu hamil anemia adalah ibu hamil dengan kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g/dl
(TM 1 dan TM 3) atau kurang dari 10,5 g/dl (TM 2).
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin.
Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 34
Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Rumus Perhitungan
% ibu hamil
=
Jumlah ibu hamil anemia
anemia x 100%
Jumlah ibu hamil yang diperiksa Hb

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil
2. Jumlah ibu hamil yang diperiksa Hb
3. Hasil pengukuran Hb
4. Jumlah ibu hamil anemia

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort ibu
2. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri hasil pengukuran Hb saat pemeriksaan kehamilan
2. Ibu hamil yang teridentifikasi anemia hanya dihitung 1 kali selama periode
kehamilannya
3. Menghitung persentase ibu hamil anemia

20. Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan (/sudah) imunisasi Covid-19

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan atau sudah pernah diimunisasi vaksin Covid-19
dibagi seluruh ibu hamil dalam 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan
% ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang mendapatkan (/sudah) imunisasi
mendapatkan = Covid-19
Jumlah ibu hamil
x 100%
(/sudah)
imuniasasi
Covid-19

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja
2. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Covid-19

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 35


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort Ibu
2. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan vaksinasi
Covid-19
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota merekap data dan dilaporkan melalui Komdat
Kesmas

21. Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan imunisasi Td

Definisi Operasional
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi vaksin Td dibagi seluruh ibu hamil
dalam 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan
% Ibu Hamil
= Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td
yang x 100%
mendapatkan Jumlah ibu hamil
imunisasi Td

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja
2. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 36


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Alat dan Bahan


Form pemantauan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan vaksinasi Td
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota merekap data dan dilaporkan melalui Komdat
Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 37


INDIKATOR PELAYANAN
KESEHATAN IBU NIFAS
1. Persentase Ibu Nifas mendapat pelayanan nifas lengkap 4 kali
(KF Lengkap)

Definisi Operasional
Jumlah ibu bersalin yang mendapat pemeriksaan nifas sesuai standar oleh tenaga
kesehatan dengan ketentuan:
Minimal 1 kali pada 6-48 jam setelah melahirkan
Minimal 1 kali pada hari ke 3-7 setelah melahirkan
Minimal 1 kali pada hari ke 8-28 setelah melahirkan
Minimal 1 kali pada hari 29-42 setelah melahirkan

Adapun ruang lingkup pelayanan pasca persalinan adalah sebagai berikut:


Anamnesis
Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
Pemeriksaan tanda-tanda anemia
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
Pemeriksaan kontraksi uteri
Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing
Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
Pemeriksaan jalan lahir
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif
Identifikasi risiko dan komplikasi
Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
Pemeriksaan status mental ibu
Pelayanan Kontrasepsi pascapersalinan
Pemberian KIE dan Konseling
Pemberian kapsul vitamin A

Dibagi jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja dalam dalam 1 tahun yang
sama

Rumus Perhitungan
% ibu nifas Jumlah ibu nifas yang mendapat
mendapat = pelayanan nifas lengkap 4 kali
Jumlah sasaran ibu nifas
x 100%
pelayanan nifas
lengkap 4 kali

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu nifas yang mendapat pelayanan nifas lengkap 4 kali
2. Jumlah ibu nifas di wilayah kerja

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 38


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu mendapatkan
pemeriksaan di setiap tingakat fasyankes
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort Ibu
2. Buku KIA
3. Form pencatatan dan pelaporan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan nifas
lengkap 4 kali. Seluruh tingkatan dan jenis fasyankes harus melakukan
pencatatan dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota merekap data dan persentase ibu bersalin yang
mendapat pelayanan nifas lengkap 4 kali dan dilaporkan melalui Komdat Kesmas

2. Cakupan Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A


Definisi Operasional
Jumlah Ibu baru melahirkan sampai hari ke-42 yang mendapat 2 kapsul vitamin A
yang mengandung vitamin A dosis 200.000 Satuan Internasional (SI), satu kapsul
diberikan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24 jam
setelah pemberian pertama dalam kurun waktu tertentu dibagi seluruh sasaran ibu
nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% ibu nifas
=
Jumlah ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
mendapat x 100%
kapsul vitamin A Jumlah sasaran ibu nifas

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah ibu nifas
2. Jumlah ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ibu bersalin
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 39


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Alat dan Bahan


1. Kohort Ibu
2. Buku KIA
3. Kapsul Vitamin A merah
4. Sigizi Terpadu

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri seluruh ibu nifas
2. Mencatat jumlah Vitamin A yang didapat ibu nifas saat bersalin
3. Menghitung persentase ibu nifas yang mendapat vitamin A

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 40


INDIKATOR PELAYANAN
KESEHATAN BAYI
1. Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Definisi Operasional
Proses menyusu yang dimulai segera setelah lahir dengan cara kontak kulit ke kulit
antara bayi dengan ibunya dan berlangsung minimal 1 (satu) jam

Rumus Perhitungan
% bayi baru lahir
Jumlah bayi baru lahir mendapat IMD
mendapat IMD = x 100%
Jumlah sasaran bayi baru lahir hidup

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir mendapat IMD
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat bayi baru lahir
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort bayi, balita, dan anak sekolah
2. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri bayi baru lahir dan praktik IMD dalam system informasi Sigizi
Terpadu dan ekohort
2. Menghitung persentase bayi baru lahir hidup mendapat IMD dengan membagi
jumlah bayi mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup yang ada

2. Persentase bayi dengan BBLR (berat badan <2500 gram)


Definisi Operasional
Jumlah bayi lahir hidup dengan berat badan <2500 gram dibagi jumlah bayi baru lahir
hidup yang ditimbang.

Rumus Perhitungan
% bayi dengan Jumlah bayi baru lahir hidup dengan berat badan
BBLR = <2500 gram
x 100%
Jumlah bayi baru lahir hidup yang ditimbang

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 41


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir hidup dengan berat badan <2500 gram
2. Jumlah bayi baru lahir hidup yang ditimbang
3. Jumlah bayi baru lahir hidup

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat bayi baru lahir hidup
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember.

Alat dan Bahan


1. Kohort bayi, balita, dan anak sekolah
2. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri hasil penimbangan berat badan bayi baru lahir dengan satuan
gram
2. Mengkategorikan status berat badan bayi rendah atau normal
3. Menjumlahkan bayi dengan status BBLR dan seluruh bayi yang lahir hidup dan
ditimbang
4. Menghitung persentase BBLR dengan membagi jumlah BBLR hidup dengan
jumlah bayi baru lahir hidup yang ditimbang

3. Persentase bayi BBLR yang mendapat buku KIA bayi kecil


Definisi Operasional
Jumlah bayi lahir hidup dengan berat badan <2500 gram yang mendapat buku KIA
bayi kecil dibagi jumlah bayi baru lahir dengan berat badan <2500 gram

Rumus Perhitungan
% bayi dengan Jumlah bayi baru lahir hidup < 2500 gram yang
BBLR yang = mendapat buku KIA bayi kecil
x 100%
mendapat buku Jumlah bayi baru lahir hidup dengan berat badan
KIA bayi kecil <2500 gram

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir hidup dengan berat badan <2500 gram
2. Jumlah bayi baru lahir hidup < 2500 gram yang mendapat buku KIA bayi kecil
3. Jumlah bayi baru lahir hidup

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 42


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat bayi baru lahir
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort bayi dan balita
2. Buku KIA bayi kecil

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri jumlah bayi BBLR yang mendapat buku KIA bayi kecil
2. Menghitung persentase jumlah BBLR yang mendapat buku KIA bayi kecil dengan
membagi jumlah BBLR yang mendapat buku KIA bayi kecil dengan jumlah bayi
BBLR

4. Persentase Bayi baru lahir komplikasi (BBLR, prematur, asfiksia)


Definisi Operasional
Jumlah Bayi Baru Lahir yang mengalami komplikasi (BBLR, prematur, asfiksia,
panjang < 48 cm, dll) dibagi seluruh bayi baru lahir di suatu wilayah kerja dalam
kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% bayi baru lahir Jumlah bayi baru lahir komplikasi (BBLR, prematur,
komplikasi (BBLR, = asfiksia, dll)
prematur, asfiksia) x 100%
Jumlah sasaran bayi baru lahir

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Bayi baru lahir komplikasi (BBLR, prematur, asfiksia, dll)
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat persalinan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort bayi, balita, dan anak prasekolah
2. Buku KIA bayi kecil
3. Form pencatatan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 43


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi yaitu BBLR, premature,
asfiksia dan lain lain di semua tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan , di Buku
KIA dan kohort bayi
2. Merekap jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi dalam satu bulan dan
melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir dengan komplikasi dan melaporkannya ke Komdat Kesmas

5. Persentase Bayi baru lahir dengan komplikasi yang dirujuk ke RS


Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir hidup yang mengalami komplikasi yang dirujuk ke RS di suatu
wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama dibagi seluruh bayi baru lahir dengan
komplikasi di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi baru lahir Jumlah bayi baru lahir komplikasi yang dirujuk ke RS
komplikasi yang = x 100%
dirujuk ke RS Jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Bayi baru lahir komplikasi (BBLR, prematur, asfiksia, dll) yang
dirujuk
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir dengan komplikasi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat persalinan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Kohort bayi, balita, dan anak prasekolah
3. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi yaitu BBLR, premature,
asfiksia dll di semua tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan dan jumlah bayi
baru lahir dengan komplikasi yang dirujuk ke RS
2. Merekap jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi yang dirujuk ke RS dalam
satu bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir dengan komplikasi yang dirujuk dan melaporkannya ke Komdat
Kesmas
Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 44
Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

6. Persentase Bayi baru lahir mendapat pelayanan lengkap (KN 3)


Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan ketentuan:
Minimal 1 kali pada 6-48 jam,
Minimal 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7,
Minimal 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir
di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama dibagi seluruh bayi baru lahir
di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi baru lahir
mendapat =
Jumlah Bayi baru lahir mendapat pelayanan lengkap
pelayanan x 100%
Jumlah sasaran bayi baru lahir
lengkap (KN 3)

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir mendapat pelayanan lengkap (KN 3)
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir yang ada di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat kunjungan ketiga
neonates (KN3)
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Kohort bayi, balita, dan anak prasekolah
3. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir mendapat pelayanan lengkap di semua
tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap jumlah bayi baru lahir mendapat pelayanan lengkap (KN 3) dalam satu
bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir mendapat pelayanan lengkap (KN 3) dan melaporkannya ke Komdat
Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 45


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

7. Persentase Bayi Baru Lahir yang dilakukan Skrinning Hipotiroid Kongenital


(SHK)

Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan SHK di suatu wilayah kerja dalam kurun 1
tahun yang sama dibagi seluruh bayi baru lahir di suatu wilayah kerja dalam kurun 1
tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi baru lahir
yang dilakukan = Jumlah Bayi baru lahir yang dilakukan SHK
Skrinning x 100%
Jumlah sasaran bayi baru lahir
Hipotiroid
Kongenital

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir dilakukan SHK
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat dilakukan skrinning
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Kohort bayi, balita, dan anak prasekolah

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Hipotiroid Kongenital
di semua tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap jumlah bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Hipotiroid Kongenital
dalam satu bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah
bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Hipotiroid Kongenital dan
melaporkannya ke Komdat Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 46


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

8. Persentase Bayi Baru Lahir positif Hipotiroid Kongenital


Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir yang terkonfirmasi Hipotiroid Kongenital dibagi jumlah
seluruh bayi baru lahir yang dilakukan SHK di suatu wilayah kerja dalam kurun 1
tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi Baru Lahir
Jumlah Bayi baru lahir positif Hipotiroid Kongenital
positif Hipotiroid =
Kongenital x 100%
Jumlah seluruh bayi baru lahir yang dilakukan SHK di suatu
wilayah kerja

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir positif Hiportiroid Kongenital
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir yang dilakukan SHK

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Kohort bayi, balita, dan anak prasekolah
3. Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir positif Hiportiroid Kongenital di semua tingkatan
fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap jumlah bayi baru lahir yang positif Hiportiroid Kongenital dalam satu
bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir yang positif Hiportiroid Kongenital dan melaporkannya ke Komdat
Kesmas

9. Persentase Bayi Baru Lahir positif Hipotiroid Kongenital yang mendapat


terapi
Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir terkonfirmasi Hipotiroid Kongenital yang mendapatkan terapi
di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama dibagi seluruh bayi baru lahir
positif Hipotiroid Kongenital di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 47


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Rumus Perhitungan
% Bayi Baru Lahir Jumlah Bayi baru lahir positif Hipotiroid Kongenital yang
positif Hipotiroid = mendapatkan terapi
Kongenital yang x 100%
Jumlah seluruh bayi baru lahir positif Hipotiroid kongenital
mendapatkan
terapi

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir positif Hiportiroid Kongenital yang mendapatkan terapi
2. Jumlah bayi baru lahir positif Hipotiroid kongenital

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat kunjungan neonatal/bayi
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir positif Hiportiroid Kongenital yang mendapatkan
terapi di semua tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap jumlah bayi baru lahir yang positif Hiportiroid Kongenital yang
mendapatkan terapi dalam satu bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir yang positif Hiportiroid Kongenital yang mendapatkan terapi dan
melaporkannya ke Komdat Kesmas

10. Jumlah Kematian Neonatus


Definisi Operasional
Jumlah bayi usia 0-28 hari yang meninggal karena sebab apapun

Data yang Dikumpulkan


Jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur 28 hari dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu dan dilaporkan melalui MPDN
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 48


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Aplikasi MPDN

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian neonatus dalam sebulan. Seluruh
tingkatan dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Nakes melaporkan data kematian melalui MPDN dan melaporkan kepada petugas
di dinas kesehatan kabupaten/kota

11. Penyebab Kematian Neonatus


Definisi Operasional
Penyebab yang mendasari kematian bayi (0-28 hari) karena sebab apapun.

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah penyebab kematian neonatus

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu dan dilaporkan melalui MPDN
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Aplikasi MPDN

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah dan jenis penyebab kematian neonatus dalam
sebulan. Seluruh tingkatan dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan dan
pelaporan rutin melalui MPDN
2. Nakes melaporkan data melalui MPDN dan melaporkan kepada petugas di dinas
kesehatan kabupaten/kota

12. Tempat Kematian Neonatus

Definisi Operasional
Tempat terjadinya kematian neonatus

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah tempat kematian neonatus

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 49


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu dan dilaporkan melalui MPDN
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


1. Form pencatatan
2. Aplikasi MPDN

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Nakes mencatat, merekap jumlah dan jenis tempat kematian neonatus dalam
sebulan. Seluruh tingkatan dan jenis fasyankes harus melakukan pencatatan serta
pelaporan rutin melalui MPDN
2. Nakes melaporkan data kepada petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota

13. Persentase Bayi Baru Lahir yang dilakukan Skrinning Penyakit Jantung
Bawaan Kritis

Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan skrinning penyakit jantung bawaan kritis di
suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama dibagi seluruh bayi baru lahir di
suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi Baru Lahir Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan skrinning penyakit
yang dilakukan = jantung bawaan kritis
Skrinning Penyakit x 100%
Jumlah sasaran bayi baru lahir
Jantung Bawaan
Kritis

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir dilakukan Skrinning Penyakit Jantung Bawaan
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat dilakukan skrinning
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 50


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Alat dan Bahan


1. Register kohort bayi
2. Ekohort
3. form MTBM

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Penyakit Jantung
Bawaan Kritis di semua tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap jumlah bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Penyakit Jantung
Bawaan dalam satu bulan dan melaporkannya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir yang dilakukan Skrinning Penyakit Jantung Bawaan dan
melaporkannya ke Komdat Kesmas

14. Persentase bayi baru lahir terdeteksi memiliki penyakit jantung bawaan
Kritis
Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir yang terdeteksi memiliki penyakit jantung bawaan kritis
dibagi seluruh bayi baru lahir yang dilakukan skrinning penyakit jantung bawaan di
kritis suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi Baru Lahir Jumlah bayi baru lahir yang terdeteksi penyakit jantung
yang terdeteksi = bawaan kritis
Penyakit Jantung x 100%
Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan skrinning penyakit
Bawaan Krtis jantung bawaan kritis

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir terdeteksi memiliki Penyakit Jantung Bawaan Kritis
2. Jumlah sasaran bayi baru lahir yang dilakukan skrinning penyakit jantung
bawaan kritis

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 51


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Alat dan Bahan


1. Register kohort bayi
2. Ekohort
3. form MTBM

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir terdeteksi memiliki penyakit jantung bawaan
kritis dan yang dilakukan Skrinning Penyakit Jantung Bawaan kritis di semua
tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap data tersebut dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase jumlah bayi
baru lahir yang terdeteksi penyakit jantung bawaan kritis

15. Persentase Bayi Baru Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan Kritis
yang dirujuk

Definisi Operasional
Jumlah bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan kritis yang dirujuk dibagi
seluruh bayi baru lahir yang memiliki penyakit jantung bawaan kritis di suatu wilayah
kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
% Bayi Baru Lahir Jumlah bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan
dengan Penyakit = kritis yang dirujuk
Jantung Bawaan x 100%
Jumlah bayi baru lahir memiliki penyakit jantung bawaan
Kritis yang dirujuk kritis

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi baru lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan Kritis yang dirujuk
2. Jumlah bayi baru lahir yang memiliki Penyakit Jantung Bawaan kritis

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Register kohort bayi
2. Ekohort
3. form MTBM

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 52


Indikator Pelayanan Kesehatan Bayi

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat jumlah bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan kritis yang
dirujuk dan jumlah bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan di semua
tingkatan fasilitasi pelayanan kesehatan
2. Merekap data tersebut dan melaporkannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase bayi baru
lahir dengan penyakit jantung bawaan kritis yang dirujuk dan melaporkannya ke
Komdat Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 53


INDIKATOR PELAYANAN
KESEHATAN BALITA

1. Prevalensi balita stunting (pendek dan sangat pendek)


Definisi Operasional
persentase balita umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
memiliki Z-score kurang dari -2 SD

Rumus Perhitungan
% bayi stunting
=
Jumlah bayi pendek dan sangat pendek
x 100%
Jumlah balita yang diukur panjang/tinggi badan

Data yang Dikumpulkan


1. Panjang badan/tinggi badan
2. Cara pengukuran
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Jumlah balita stunting
6. Jumlah balita yang diukur panjang badan/tinggi badan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan pengukuran
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Laporan tahunan diperoleh berdasarkan rerata hasil pengukuran masalah gizi
dalam satu tahun.

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
Puskesmas baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
2. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh Puskesmas ke dalam
aplikasi e-PPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks
PB/U atau TB/U
3. Menghitung persentase balita stunting dengan membagi jumlah balita pendek
dan sangat pendek dengan jumlah balita yang diukur panjang/tinggi badan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 54


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

2. Prevalensi balita wasting (gizi kurang dan gizi buruk)

Definisi Operasional
persentase balita umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan
indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) memiliki Z-score kurang dari -2 SD.

Rumus Perhitungan
% balita wasting
Jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk
=
x 100%
Jumlah balita yang diukur berat badan dan panjang/tinggi
badan

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Panjang badan/tinggi badan
3. Cara pengukuran
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Jumlah balita wasting
7. Jumlah balita yang diukur berat badan dan panjang/tinggi badan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan pengukuran
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Laporan tahunan diperoleh berdasarkan rerata hasil pengukuran masalah gizi dalam
satu tahun.

Alat dan Bahan


1) Buku KIA
2) Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
Puskesmas baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
2. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh Puskesmas ke dalam
aplikasi e-PPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan
indeks BB/PB atau BB/TB
3. Menghitung persentase balita wasting dengan membagi jumlah balita gizi
kurang dan gizi buruk dengan jumlah balita yang ditimbang berat badan dan
diukur panjang/tinggi badan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 55


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

3. Prevalensi balita underweight (berat badan kurang dan sangat kurang)


Definisi Operasional
Jumlah balita umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan
indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) memiliki z-score kurang dari -2 SD.

Rumus Perhitungan
% balita Jumlah balita BB kurang dan sangat kurang
underweight = x 100%
Jumlah balita yang diukur berat badannya

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Jumlah balita underweight
5. Jumlah balita yang diukur berat badannya

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan pengukuran
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Laporan tahunan diperoleh berdasarkan rerata hasil pengukuran masalah gizi dalam
satu tahun.

Alat dan Bahan


1) Buku KIA
2) Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
Puskesmas baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
2. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh Puskesmas kedalam
aplikasi e-PPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan
indeks BB/U
3. Menghitung persentase balita underweight dengan membagi jumlah balita
berat badan kurang dan sangat kurang dengan jumlah balita yang diukur berat
badan

4. Prevalensi balita overweight (gizi lebih dan obesitas)


Definisi Operasional
persentase balita umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi
berdasarkan indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB
atau BB/TB) dengan standar deviasi >+2SD.
Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 55
Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan
% balita Jumlah balita gizi lebih dan obesitas
overweight =
x 100%
Jumlah balita yang diukur berat badan dan
panjang/tinggi badan
Data yang Dikumpulkan
1. Berat badan
2. Panjang/tinggi badan
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Jumlah balita overweight
6. Jumlah balita yang diukur berat badan dan panjang/tinggi badan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan pengukuran
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Laporan tahunan diperoleh berdasarkan rerata hasil pengukuran masalah gizi dalam
satu tahun.

Alat dan Bahan


1) Buku KIA
2) Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
Puskesmas baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
2. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh Puskesmas kedalam
aplikasi e-PPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan
indeks BB/PB atau BB/TB
3. Menghitung persentase balita overweight dengan membagi jumlah balita gizi
lebih dan obesitas dengan jumlah balita yang ditimbang berat badan dan
diukur panjang/tinggi badan

5. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif


Definisi Operasional
persentase bayi usia 0 bulan sampai 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24
jam

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 56


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan
% bayi usia Jumlah bayi usia<6 bulan mendapat ASI eksklusif
<6bulan =
x 100%
mendapat ASI Jumlah bayi usia<6 bulan yang di recall
eksklusif

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi umur 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan 5 bulan
2. Jumlah bayi umur 0-5 bulan 29 hari
3. Jumlah bayi umur 0-5 bulan 29 hari masih ASI

Frekuensi Laporan
1. Recall dan entri data dilakukan setiap bulan
2. Rekapitulasi laporan dilakukan bulan Februari dan Agustus
3. Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan Agustus
dengan pertimbangan balita yang di recall pada bulan Februari berbeda dengan bayi
yang di recall pada bulan Agustus

Alat dan Bahan


1) Kohort balita
2) Buku KIA

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan
2. Tentukan umur anak dalam bulan
3. Tanyakan ibu bayi apakah bayi sehari sebelumnya sudah diberikan makanan/
minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian catat jawaban ibu ke
dalam KMS balita pada kolom Pemberian ASI Eksklusif 0,1,2,3,4,5 bulan dengan
memberikan tanda- tanda notasi atau simbol berikut:
√= bayi masih diberi ASI saja
X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI kecuali obat, vitamin dan
mineral
A = bayi tidak di recall

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 57


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

4. Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus
Rekap catatan pemberian ASI pada KMS sesuai dengan tanda atau simbol
yang telah diisi pada bulan Februari atau Agustus dan jumlahkan masing-
masing kode-kode atau simbol sebagai berikut:

Umur Bayi (Bulan)


Nama Anak
0 1 2 3 4 5

Raihan √ A √ X X X

Iqbal √ X X X X X

Milea √ √ √
Veronica √ √ √ √ √ √
Arsy √ A
Gaby - - - - √

N = jumlah sasaran bayi kurang dari 6 bulan (√ +X + A)


n = jumlah bayi yang datang dan di recall (√ + X)
Dari tabel 1 diatas diketahui pada kunjungan bulan Februari, jumlah bayi antara
umur 0 sampai 5 bulan ada 6 bayi. Saat dilakukan recall pada bulan Februari,
diperoleh rincian sebagai berikut:
a) Jumlah masih diberi ASI (√) = 3 orang (Milea, Veronica dan Gaby)
b) Jumlah tidak diberi ASI (X) = 2 orang (Raihan dan Iqbal)
c) Jumlah yang tidak di recall pada bulan ini (A) = 1 orang (Arsy)
d) Jumlah seluruh bayi (N = √ + X + A) = 6 orang
e) Jumlah seluruh bayi di recall (n = √ + X) = 5 orang

5. Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif berdasarkan kelompok umur
0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan 0 sampai 5 bulan
6. Menghitung persentase bayi yang masih ASI Eksklusif dengan membagi bayi
yang masih ASI dengan seluruh bayi yang di recall berdasarkan kelompok
umur

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 58


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

6. Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI eksklusif

Definisi Operasional
persentase bayi yang sampai usia 6 bulan yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan
atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral sejak lahir

Rumus Perhitungan
% balita usia 6 Jumlah bayi usia 6 bulan mendapat ASI eksklusif
bulan =
x 100%
mendapat ASI Jumlah bayi usia 6 bulan yang ada
Eksklusif

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah bayi usia 6 bulan
2. Jumlah bayi usia 6 bulan yang diberi ASI sejak lahir

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat sasaran berusia 6 bulan
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember

Alat dan Bahan


1) Buku KIA
2)Kohort Balita

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang berusia 6 bulan
2. Menghitung persentase ASI eksklusif pada bayi berusia 6 bulan
3. Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari – Desember
tahun berjalan

7. Persentase anak 6-23 bulan mendapatkan MPASI

Definisi Operasional
Persentase jumlah anak usia 6-23 bulan dengan status gizi baik berdasarkan indeks
BB/PB atau BB/TB dan tidak menderita penyakit yang memerlukan diet khusus yang
mengonsumsi ≥5 dari 8 jenis kelompok makanan (ASI) atau ≥4 dari 7 jenis kelompok
makanan (Non-ASI) (Minimum Diet Diversity/MDD) dan mengonsumsi makanan
makanan solid/padat, semi solid, lunak (Minimum Meal Freuquency/MMF) (termasuk
susu untuk anak nonASI) dengan frekuensi minimum (sesuai usia) (Minimum Milk
Feeding Frequency/MMFF).

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 59


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan

Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mendapatkan MP ASI sesuai


% anak 6-23 bulan
mendapatkan = standar
MP ASI Jumlah anak usia 6-23 bulan yang memiliki status gizi baik dan x 100%
di recall

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah anak usia 6-23 bulan
2. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang memiliki status gizi baik dan di-recall
3. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mendapatkan MPASI sesuai standar
4. Jumlah anak usia 6-8 bulan yang mengonsumsi makanan solid/padat, semi solid,
lunak
5. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi makanan dan minuman
setidaknya 5 dari 8 jenis grup
6. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi makanan makanan solid/padat,
semi solid, lunak (termasuk susu untuk anak nonASI)
7. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi susu formula minimal 2x/har
8. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi minuman manis
9. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi makanan tidak sehat
10. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang tidak mengonsumsi buah dan/sayur

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dan entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus melalui Sigizi
Terpadu
2. Laporan tahunan diperoleh dari hasil pendataan pada bulan Agustus pada tahun
berjalan

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri pemberian MPASI sesuai usia
2. Melakukan pelaporan berkala setiap 2 kali dalam setahun di bulan Februari dan
Agustus
3. Menghitung persentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat MPASI dengan
membagi jumlah anak usia 6-23 bulan yang mendapat MPASI sesuai standar
dibagi jumlah anak usia 6-23 bulan dengan status gizi baik yang di-recall

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 60


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

8. Persentase anak 6-23 bulan mengonsumsi telur dan/atau sumber


protein hewani lainnya

Definisi Operasional
persentase anak usia 6-23 bulan dengan status gizi baik berdasarkan indeks BB/PB
atau BB/TB dan tidak menderita penyakit yang memerlukan diet khusus yang
mengonsumsi telur dan/atau makanan hewani selama seharian kemarin

Rumus Perhitungan
% anak 6-23 bulan Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi telur
mengonsumsi = dan/atau sumber protein hewani lainnya
telur dan/atau Jumlah anak usia 6-23 bulan yang memiliki status gizi baik
x 100%
sumber protein dan di recall
hewani lainnya

Data yang Dikumpulkan


1. umlah anak usia 6-23 bulan
2. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang memiliki status gizi baik dan di-recall
3. Jumlah anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi telur dan/atau sumber protein
hewani lainnya

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dan entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus melalui Sigizi
Terpadu
2. Laporan tahunan diperoleh dari hasil pendataan pada bulan Agustus pada tahun
berjalan

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri konsumsi telur dan/atau sumber protein hewani
2. Melakukan pelaporan berkala dua kali dalam setahun pada bulan Februari dan
Agustus
3. Menghitung persentase anak usia 6-23 bulan yang mengonsumsi telur dan/atau
sumber protein hewani lainnya dengan membagi jumlah anak usia 6-23 bulan
yang mengonsumsi telur dan/atau sumber protein hewani lainnya dengan jumlah
anak usia 6-23 bulan dengan status gizi baik yang di-recall

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 61


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

9. Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya


Definisi Operasional
persentase balita usia 0-59 bulan yang mendapat pelayanan:
1. Penimbangan sedikitnya 8 kali dalam satu tahun,
2. Pengukuran panjang badan atau tinggi badannya sedikitnya 2 kali dalam satu
tahun
3. Pemantauan perkembangan sedikitnya 2 kali dalam satu tahun (dengan cek list
buku KIA atau KPSP atau instrumen lainnya)

Rumus Perhitungan
% balita dipantau Jumlah balita yang dipantau pertumbuhan dan
pertumbuhan dan = perkembangan
perkembangan Jumlah sasaran balita
x 100%

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita yang dipantau pemantauan dan perkembangannya
2. Jumlah sasaran balita

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan saat balita sudah memenuhi kriteria
pemantauan pertumbuhan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Antropometri kit
3. Buku KIA
4. Form KPSP atau instrumen lainnya

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah balita yang dipantau pertumbuhan dan
perkembangan. Data dilaporkan ke dinas kesehatan setiap bulannya.
2. Petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung persentase balita
dipantau pertumbuhan dan perkembangan dan melaporkannya melalui Komdat
Kesmas

10. Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi gizi mikro


Definisi Operasional
Jumlah balita usia 6-59 bulan dengan kategori berat badan kurang (underweight)
berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari
-2 SD dan tidak termasuk kategori wasting berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB
<-2SD yang mendapat taburia

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 62


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan
Jumlah balita berat badan kurang (underweight) tidak termasuk wasting yang
mendapat taburia

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita sasaran taburia (balita underweight (BB/U <-2SD) yang tidak
termasuk wasting)
2. Jumlah taburia yang diterima Puskesmas dalam setahun
3. Jumlah balita underweight yang tidak termasuk wasting mendapat taburia

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan
kesehatan balita (taburia didistribusikan)
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort
2. Buku KIA
3. Antropometri kit
4. Taburia

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Entri jumlah taburia yang diterima Puskesmas dalam setahun pada menu sasaran
di Sigizi Terpadu 1x/tahun
2. Menghitung jumlah balita menerima taburia dan jumlah sachet yang diterima dan
dientry ke Sigizi Terpadu tiap bulannya
3. Pelaporan tiap bulan merupakan kumulatif dari bulan sebelumnya

11. Cakupan balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A


Definisi Operasional
persentase bayi umur 6 sampai 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna
biru dengan kandungan vitamin A sebesar 100.000 Satuan Internasional (SI) dan anak
umur 12 sampai 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna merah dengan
kandungan vitamin A sebesar 200.000 SI

Rumus Perhitungan
% Bayi 6-11 bulan
Jumlah bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A
mendapat =
kapsul vitamin A x 100%
Jumlah bayi 6-11 bulan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 63


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

% Balita 12-59
Jumlah balita 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
bulan mendapat =
kapsul vitamin A x 100%
Jumlah balita 12-59 bulan

% balita 6-59
Jumlah balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
bulan mendapat =
kapsul vitamin A x 100%
Jumlah balita 6-59 bulan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah seluruh bayi usia 6 – 11 bulan
2. Jumlah seluruh balita usia 12 – 59 bulan
3. Jumlah bayi usia 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru
4. Jumlah balita usia 12 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus
3. Laporan tahunan untuk cakupan bayi umur 6 – 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin
A diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan Agustus sedangkan data
cakupan balita umur 12 –59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A menggunakan data
bulan Agustus.

Alat dan Bahan


1. Kohort Balita
2. Buku KIA
3. Kapsul Vitamin A biru dan merah

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus dalam Sigizi Terpadu
2. Melakukan pelaporan balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus
3. Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin A terhadap jumlah balita
yang ada berdasarkan kelompok umur 6 – 11 bulan, 12 – 59 bulan dan 6 -59 bulan

12. Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S)


Definisi Operasional
persentase balita usia 0-59 bulan yang ditimbang berat badannya

Rumus Perhitungan
% balita Jumlah balita ditimbang (D)
ditimbang =
x 100%
Jumlah sasaran balita

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 64


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita berusia 0-59 bulan ditimbang berat badannya
2. Jumlah seluruh balita yang berusia 0-59 bulan di suatu wilayah kerja dalam
kurun waktu 1 tahun yang sama
3. Berat badan
4. Umur
5. Jenis kelamin

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan saat melakukan pemantauan
pertumbuhan
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dikenal dengan laporan SKDN
3. Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran rerata balita ditimbang berat
badannya dengan menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember kemudian
dicari reratanya.

Alat dan Bahan


1. Buku KIA/KMS
2. Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mengidentifikasi dan entri seluruh sasaran yang ada di wilayah kerja Puskesmas
berdasarkan kecamatan, desa/kelurahan dan RW
2. Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan di wilayah kerja Puskesmas
baik di Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
3. Pencatatan/entri hasil pemantauan pertumbuhan dilakukan dalam buku KIA/KMS
dan formulir pencatatan hasil pemantauan pertumbuhan. Pemantauan
pertumbuhan balita di Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) atau tempat
penimbangan lainnya dicatat di Posyandu asal atau Posyandu di mana PAUD
berada.
4. Menghitung persentase balita yang melakukan penimbangan terhadap jumlah
balita yang ada

13. Cakupan balita memiliki buku KIA/KMS (K/S)


Definisi Operasional
persentase balita usia 0 bulan sampai 59 bulan yang memiliki buku berisi catatan
kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan balita)
serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak,
serta grafik pertumbuhan anak yang dapat dipantau setiap bulan atau kartu yang
memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 65


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan
% balita Jumlah balita yang memiliki buku KIA/KMS
memiliki buku = x 100%
KIA/KMS Jumlah sasaran balita

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita memiliki buku KIA/KMS
2. Jumlah balita seluruh balita
3. Jenis kelamin

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan saat melakukan pemantauan
pertumbuhan
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dikenal dengan laporan SKDN
3. Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran kepemilikan buku KIA dengan
menggunakan data bulan Desember sebagai kondisi akhir dari periode pelaksanaan
program

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Antropometri kit
3. Buku KIA
4. Form KPSP atau instrumen lainnya

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mengidentifikasi dan entri seluruh sasaran yang ada di wilayah kerja Puskesmas
berdasarkan kecamatan, desa/kelurahan dan dusun/RW
2. Pencatatan/entri kepemilikan buku KIA/KMS di Sigizi Terpadu
3. Menghitung persentase balita memiliki buku KIA/KMS terhadap jumlah balita
yang ada

14. Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D)


Definisi Operasional
persentase balita usia 0 bulan sampai 59 bulan yang memiliki grafik berat badan
mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan pada bulan ini
dibandingkan bulan sebelumnya sesuai standar terhadap jumlah balita yang
ditimbang dikurangi balita tidak ditimbang bulan lalu dan balita baru.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 66


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus Perhitungan
% balita Jumlah balita yang naik berat badannya
ditimbang naik = x 100%
berat badannya Jumlah balita yang ditimbang

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita ditimbang bulan ini (D)
2. Jumlah balita tidak ditimbang bulan lalu (O)
3. Jumlah bayi baru lahir yang ditimbang (B)
4. Jumlah balita tidak naik berat badannya (T)
5. Jumlah balita naik berat badannya (N)

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan saat melakukan pemantauan
pertumbuhan
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dikenal dengan laporan SKDN
3. Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran rerata balita naik berat badannya
dengan menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember kemudian dihitung
reratanya

Alat dan Bahan


1. Buku KIA/KMS
2. Antropometri kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mengidentifikasi dan entri seluruh sasaran yang ada di wilayah kerja Puskesmas
berdasarkan kecamatan, desa/kelurahan dan dusun/RW
2. Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan baik di Posyandu maupun di
fasilitas pendidikan anak usia dini
3. Pencatatan/entri hasil penimbangan berat badan dan mengidentifikasi kenaikan
berat badan hasil penimbangan bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya
4. Menghitung balita dengan kelengkapan data penimbangan bulan ini dan bulan
lalu (D terkoreksi atau D aksen = D’) dengan mengurangi jumlah balita ditimbang
bulan ini (D) dengan jumlah balita yang tidak ditimbang bulan lalu (O) dan jumlah
bayi baru lahir yang ditimbang (B)
5. Menghitung persentase balita naik berat badannya terhadap jumlah balita yang
ditimbang (D’)

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 67


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

15. Persentase balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk
Definisi Operasional
persentase balita usia 0 – 59 bulan yang memiliki tanda klinis gizi buruk dan atau
Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai z-score kurang dari -3 SD atau Lingkar Lengan
Atas (LiLA) <11.5 cm pada balita usia 6-59 bulan yang dirawat inap maupun rawat
jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan tata laksana
gizi buruk dibagi jumlah seluruh balita gizi buruk usia 0 – 59 bulan di suatu wilayah
kerja dalam kurun 1 tahun yang sama.

Rumus Perhitungan
%Balita gizi buruk Jumlah Balita gizi buruk usia 0-59 bulan mendapat pelayanan
usia 0-59 bulan = tatalaksana gizi buruk
mendapat x 100%
Jumlah seluruh balita gizi buruk usia 0-59 bulan
pelayanan
tatalaksana gizi
buruk

%Balita gizi buruk Jumlah Balita gizi buruk usia 0-5 bulan mendapat pelayanan
usia 0-5 bulan = tatalaksana gizi buruk
mendapat x 100%
Jumlah seluruh balita gizi buruk usia 0-5 bulan
pelayanan
tatalaksana gizi
buruk

%Balita gizi buruk Jumlah Balita gizi buruk usia 6-59 bulan mendapat pelayanan
usia 6-59 bulan = tatalaksana gizi buruk
mendapat x 100%
Jumlah seluruh balita gizi buruk usia 6-59 bulan
pelayanan
tatalaksana gizi
buruk

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Panjang/tinggi badan
3. Lingkar lengan atas (LiLA)
4. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk
5. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk yang dirawat inap
6. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk yang sembuh
7. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk yang meninggal
8. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk yang drop out
9. Jumlah bayi 0 – 5 bulan dengan status gizi buruk yang dirujuk ke RS
10. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk
11. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk yang dirawat inap atau rawat
jalan
12. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk yang sembuh
13. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk yang meninggal
14. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk yang drop out
15. Jumlah bayi 6 – 59 bulan dengan status gizi buruk yang dirujuk ke RS

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 68


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat pelayanan tata
laksana gizi buruk
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Buku KIA
3. Antropometri kit
4. Obat gizi
5. SOP tata laksana gizi buruk

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi
2. Rekapitulasi balita dengan status gizi buruk
3. Mencatat/entri data pelayanan tata laksana gizi buruk tiap bulan dengan
menambahkan kasus di bulan sebelumnya dan kasus bulan berjalan
4. Menghitung persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan dengan
membagi jumlah balita gizi buruk yang ada

16. Persentase balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi


Definisi Operasional
persentase balita usia 6 - 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) memiliki Z-score -3 SD sampai kurang dari -2 SD yang mendapat
tambahan asupan gizi selain makanan utama dalam bentuk makanan tambahan (baik
pabrikan maupun berbasis pangan lokal).

Rumus Perhitungan
%Balita gizi Jumlah balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi
kurang =
x 100%
mendapat Jumlah seluruh balita gizi kurang
tambahan
asupan gizi

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Panjang/tinggi badan
3. Jumlah balita gizi kurang
4. Jumlah balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 69


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat makanan
tambahan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort Balita
2. Buku KIA
3. Antropometri kit
4. Makanan tambahan (pabrikan maupun berbasis pangan lokal)

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi
2. Rekapitulasi balita dengan status gizi kurang
3. Mencatat/entri data distribusi makanan tambahan
4. Menghitung persentase balita gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi
dengan membagi jumlah balita gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi
(baik pabrikan maupun berbasis pangan lokal) dengan jumlah seluruh balita gizi
kurang yang ada

17. Persentase balita berat badan tidak naik (T) yang mendapat tambahan
asupan gizi
Definisi Operasional
Persentase balita usia 6 - 59 bulan dengan berat badan tidak naik (T) berdasarkan
hasil penimbangan bulan sebelumnya (termasuk berat badan naik tidak
adekuat/tidak sesuai dengan garis pertumbuhan normal, berat badan tetap, dan
berat badan turun, kecuali balita dengan status gizi risiko BB lebih dan/atau risiko
gizi lebih/gizi lebih/obesitas) yang mendapat tambahan asupan gizi selain makanan
utama dalam bentuk makanan tambahan (baik pabrikan maupun berbasis pangan
lokal).

Rumus Perhitungan
%Balita berat Jumlah Balita berat badan tidak naik (T) mendapat tambahan
badan tidak naik = asupan gizi
x 100%
(T) mendapat Jumlah seluruh balita Balita berat badan tidak naik (T)
tambahan asupan
gizi

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 70


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Jumlah seluruh balita dengan BB tidak naik
5. Jumlah balita dengan BB tidak naik mendapat tambahan asupan gizi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat makanan tambahan
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh dengan melihat gambaran rerata capaian dengan
menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember kemudian dicari reratanya

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Buku KIA
3. Antropometri kit
4. Makanan tambahan baik pabrikan maupun lokal

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi dan hasil pemantauan pertumbuhan
2. Rekapitulasi balita yang berat badannya tidak naik
3. Mencatat/entri data distribusi makanan tambahan
4. Menghitung persentase balita dengan berat badan tidak naik mendapat
tambahan asupan gizi dengan membagi jumlah balita berat badan tidak naik
yang mendapat tambahan asupan gizi dengan jumlah seluruh balita dengan
berat badan tidak naik yang ada

18.Persentase balita berat badan kurang (BGM) yang mendapatkan


tambahan asupan gizi
Definisi Operasional
Persentase balita usia 6 - 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks
Berat Badan menurut umur (BB/U) memiliki Z-score <-2 SD dan/atau Berat Badan
berada pada Bawah Garis Merah (BGM) di grafik KMS yang mendapat tambahan
asupan gizi selain makanan utama dalam bentuk makanan tambahan (baik pabrikan
maupun berbasis pangan lokal).

Rumus Perhitungan
%Balita berat Jumlah Balita berat badan kurang (BGM) mendapat tambahan
badan kurang = asupan gizi
x 100%
(BGM) mendapat Jumlah seluruh balita Balita berat badan kurang (BGM)
tambahan asupan
gizi

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 71


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Data yang Dikumpulkan


1. Berat badan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Jumlah seluruh balita dengan BB kurang (BGM)
5. Jumlah balita dengan BB kurang (BGM) mendapat tambahan asupan gizi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat makanan
tambahan
2. Rekapitulasi laporan juga dilakukan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh dengan melihat gambaran rerata capaian dengan
menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember kemudian dicari reratanya

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Buku KIA
3. Antropometri kit
4. Makanan tambahan baik pabrikan maupun lokal

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi dan hasil pemantauan pertumbuhan
2. Rekapitulasi balita dengan status gizi BB kurang (BGM)
3. Mencatat/entri data distribusi makanan tambahan
4. Menghitung persentase balita dengan berat badan kurang (BGM) mendapat
tambahan asupan gizi dengan membagi jumlah balita berat badan kurang (BGM)
yang mendapat tambahan asupan gizi dengan jumlah seluruh balita dengan
berat badan kurang (BGM) yang ada

19. Cakupan balita dilayani SDIDTK


Definisi Operasional
persentase balita usia 0 – 59 bulan yang mendapat pelayanan SDIDTK

Rumus Perhitungan
%Balita dilayani Jumlah Balita dilayani SDIDTK
SDIDTK =
x 100%
Jumlah sasaran balita

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita yang dilayani SDIDTK
2. Jumlah balita usia 0 – 59 bulan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 72


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Buku KIA
3. Form SDIDTK
4. SDIDTK Kit

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah balita yang dilayani SDIDTK dalam sebulan
2. Hasil penilaian SDIDTK dilaporkan ke dalam aplikasi Komdat Kesmas

20.Cakupan balita dilayani MTBS


Definisi Operasional
persentase jumlah balita sakit usia 0 – 59 bulan yang mendapat pelayanan MTBS

Rumus Perhitungan
%Balita dilayani Jumlah Balita dilayani MTBS
MTBS =
x 100%
Jumlah balita sakit

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah balita yang dilayani MTBS
2. Jumlah balita sakit

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Kohort balita
2. Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah balita sakit yang dilayani MTBS dalam sebulan
2. Melaporkan hasil rekapan ke dalam Komdat Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 73


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

21. Persentase balita stunting dirujuk Puskesmas ke RS


Definisi Operasional
persentase balita stunting yang dirujuk oleh Puskesmas ke RS dibagi jumlah
seluruh balita stunting di suatu wilayah kerja dalam kurun 1 tahun yang sama

Rumus Perhitungan
%Balita stunting Jumlah Balita stunting yang dirujuk PKM ke RS
yang dirujuk = x 100%
PKM ke RS Jumlah seluruh balita stunting

Data yang Dikumpulkan


1. Panjang badan/tinggi badan
2. Cara pengukuran
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Jumlah balita stunting yang dirujuk Puskesmas ke RS
6. Jumlah seluruh balita stunting di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh dengan melihat gambaran rerata capaian dengan
menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember kemudian dicari reratanya

Alat dan Bahan


1. Buku KIA
2. Antropometri kit
3. Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan
setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas baik di
Posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia dini
2. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri ke dalam aplikasi e-PPGBM untuk
mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U
3. Menghitung persentase balita stunting dengan membagi jumlah balita pendek dan
sangat pendek dengan jumlah balita yang diukur panjang/tinggi badan
4. Menghitung persentase balita stunting yang dirujuk Puskesmas ke RS dengan
membagi jumlah balita stunting yang dirujuk Puskesmas ke RS dengan jumlah
seluruh balita stunting

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 74


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

22. Jumlah Kematian Bayi


Definisi Operasional
Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun karena sebab apapun

Data yang Dikumpulkan


Jumlah kematian bayi dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian bayi dalam sebulan. Seluruh tingkatan dan
jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

23. Penyebab Kematian Bayi


Definisi Operasional
Penyebab yang mendasari kematian bayi sebelum mencapai umur 1 tahun karena
sebab apapun

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah penyebab kematian bayi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
1. Mencatat dan merekap jumlah dan jenis penyebab kematian bayi dalam sebulan.
Seluruh tingkatan dan jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan
rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 75


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

24. Tempat Kematian Bayi


Definisi Operasional
Tempat terjadinya kematian bayi sebelum mencapai umur 1 tahun

Data yang Dikumpulkan


Jumlah dan jenis tempat kematian bayi dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah dan jenis tempat kematian bayi dalam sebulan.
Seluruh tingkatan dan jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan
rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

25. Jumlah Kematian Balita


Definisi Operasional
Jumlah anak balita yang meninggal umur 1-5 tahun karena sebab apapun

Data yang Dikumpulkan


Jumlah kematian balita dalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kematian balita dalam sebulan. Seluruh tingkatan dan
jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 76


Indikator Pelayanan Kesehatan Balita

26. Penyebab Kematian Balita


Definisi Operasional
Penyebab yang mendasari kematian balita usia 1-5 tahun karena sebab apapun

Data yang Dikumpulkan


Jenis dan jumlah penyebab kematian balita
Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah dan jenis penyebab kematian balita dalam sebulan.
Seluruh tingkatan dan jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan
rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

27. Tempat Kematian Balita


Definisi Operasional
Tempat terjadinya kematian balita usia 1-5 tahun

Data yang Dikumpulkan


Jumlah dan jenis tempat kematian balitadalam waktu satu tahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulannya dan dilaporkan melalui MPDN

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah dan jenis tempat kematian balita dalam sebulan.
Seluruh tingkatan dan jenis Fasyankes harus melakukan pencatatan dan pelaporan
rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan data kepada petugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 77


INDIKATOR PELAYANAN
TERKAIT INSTITUSI

1. Cakupan Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium


Definisi Operasional
Persentase rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dengan kandungan
iodium 30-80 ppm sesuai standar nasional Indonesia yang terdaftar BPOM dengan
melihat label pangan

Rumus Perhitungan
% rumah tangga
Jumlah rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
mengonsumsi = x 100%
garam beriodium Jumlah rumah tangga yang disurvei/pendataan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah rumah tangga dilakukan survei (jumlah rumah tangga yang diambil
datanya - bisa dilakukan dengan metode survei atau melalui pendataan)
2. Jumlah rumah tangga mengonsumsi garam beriodium

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus melalui Sigizi
Terpadu
2. Laporan tahunan diambil dari data bulan Agustus

Alat dan Bahan


1. Daftar merek dagang garam beriodium sesuai standar dalam BPOM
2. Formulir pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan/entri hasil survei atau pendataan melalui Sigizi Terpadu pada bulan
Februari dan Agustus
2. Menghitung jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium terhadap
jumlah rumah tangga yang disurvei

2. Persentase sekolah melaksanakan UKS/M


Definisi Operasional
persentase sekolah yang mempunyai tim pelaksana UKS/M dan melaksanakan Trias
UKS/M (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah
sehat).

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 78


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Rumus Perhitungan
% sekolah
Jumlah sekolah melaksanakan UKS/M
melaksanakan = x 100%
UKS/M Jumlah sekolah di wilayah kerja

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah sekolah yang berada di wilayah kerja
2. Jumlah sekolah yang memiliki tim pelaksana dan melaksanakan Trias
UKS/M

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan sepanjang waktu
2. Pelaporan dilakukan rutin setiap bulan

3. Persentase sekolah mendapatkan penjaringan


Definisi Operasional
persentase sekolah yang mendapatkan penjaringan kesehatan bagi siswa kelas 1
SD, 7 SMP dan 10 SMA sederajat oleh Puskesmas dibagi jumlah sekolah SD, SMP,
SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas dikali 100%.

Rumus Perhitungan
% sekolah Jumlah sekolah yang mendapatkan penjaringan kesehatan bagi
mendapatkan = siswa kelas 1 SD, 7 SMP dan 10 SMA sederajat oleh Puskesmas
x 100%
penjaringan jumlah sekolah SD, SMP, SMA sederajat di wilayah kerja
kesehatan Puskesmas.

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah sekolah SD, SMP, SMA sederajat yang berada di wilayah kerja
2. Jumlah sekolah SD, SMP, SMA sederajat yang mendapatkan penjaringan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 79


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Puskesmas melaksanakan penjaringan kesehatan kesehatan bagi minimal 90%
siswa di masing-masing bagi siswa kelas 1 SD, 7 SMP dan 10 SMA sederajat di
wilayah kerjanya.
2. Tenaga kesehatan Puskesmas mencatat jumlah sekolah (SD, SMP, SMA
sederajat) yang berada di wilayah kerja dan jumlah sekolah (SD, SMP, SMA
sederajat) yang mendapatkan penjaringan. Pencatatan dilakukan setiap
penjaringan. Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Pemegang program di dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pelaporan
setiap bulannya. Laporan tahunan diambil dari bulan Desember.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah sekolah yang mendapatkan
penjaringan kesehatan bagi minimal 90% siswa di masing-masing kelas kelas 1
SD, 7 SMP dan 10 SMA sederajat oleh Puskesmas dengan jumlah sekolah SD,
SMP, SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas dikali 100%.

4. Persentase sekolah mendapatkan skrining anemia


Definisi Operasional
persentase sekolah SMP dan SMA/sederajat yang mendapatkan skrining anemia
dengan pemeriksaan hemoglobin dibagi dengan jumlah sekolah SMP dan SMA
sederajat yang berada di wilayah kerja Puskesmas dikali 100%. Cut off point untuk
jumlah siswa diskrining anemia 90% dari sasaran.

Rumus Perhitungan
% sekolah Jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang mendapatkan
melaksanakan = skrining anemia dengan pemeriksaan hemoglobin
x 100%
skrinning anemia jumlah sekolah SD, SMP, SMA sederajat di wilayah kerja
Puskesmas.

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah sekolah SMP dan SMA sederajat yang berada di wilayah kerja
2. Jumlah sekolah SMP dan SMA sederajat yang mendapatkan skrining
anemia

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 80


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Petugas kesehatan mencatat jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang
mendapatkan skrining anemia dengan pemeriksaan hemoglobin dan jumlah
sekolah SMP dan SMA sederajat yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
2. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat
yang mendapatkan skrining anemia dengan pemeriksaan hemoglobin dengan
jumlah sekolah SMP dan SMA sederajat yang berada di wilayah kerja Puskesmas
dikali 100%.

5. Persentase sekolah melakukan Aksi Bergizi


Definisi Operasional
persentase sekolah SMP dan SMA/sederajat yang melaksanakan Aksi Bergizi
(aktifitas fisik, sarapan bersama, minum TTD Bersama, pendidikan gizi) setiap
minggunya dibagi jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat di wilayah kerja
Puskesmas dikali 100%. Minimal kegiatan Aksi Bergizi yang dilakukan minum TTD
bersama 1 minggu sekali.

Rumus Perhitungan
% sekolah Jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang
melaksanakan = melaksanakan Aksi Bergizi
x 100%
Aksi Bergizi jumlah sekolah SMP, SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas.

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas
2. Jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang melaksanakan Aksi Bergizi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 81


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Petugas kesehatan mencatat jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat yang
melaksanakan Aksi Bergizi dan jumlah sekolah SMP dan SMA sederajat yang
berada di wilayah kerja Puskesmas.
2. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah sekolah SMP dan SMA/sederajat
yang melaksanakan Aksi Bergizi dengan jumlah sekolah SMP dan SMA sederajat
yang berada di wilayah kerja Puskesmas dikali 100%.

6. Jumlah Kader Mendapat Orientasi PMBA


Definisi Operasional
Jumlah kader yang mendapatkan orientasi Pemberian Makan Bayi dan Anak

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah kader yang mendapatkan orientasi PMBA
2. Jumlah seluruh kader di Puskesmas wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kader yang mendapat orientasi PMBA secara
rutin
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

7. Jumlah Kader Mendapat Orientasi Tumbuh Kembang


Definisi Operasional
Jumlah kader yang mendapatkan orientasi tentang tumbuh kembang

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah kader yang mendapat orientasi tentang tumbuh kembang
2. Jumlah kader

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 82


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kader yang mendapatkan orientasi tumbuh
kembang
2. Nakes melaporkan data melalui Sigizi Terpadu

8.Jumlah Kader Terorientasi ASI Eksklusif


Definisi Operasional
Jumlah kader yang mendapatkan orientasi tentang ASI eksklusif

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah kader yang mendapat orientasi tentang ASI Eksklusif
2. Jumlah kader

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah kader yang mendapatkan orientasi ASI Eksklusif
dalam sebulan.
2. Nakes melaporkan data melalui Sigizi Terpadu

9. Jumlah Posyandu Mengedukasi PMBA


Definisi Operasional
Jumlah Posyandu yang melakukan edukasi PMBA

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 83


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah kader Posyandu yang melakukan edukasi PMBA
2. Jumlah Posyandu yang melakukan edukasi PMBA
3. Jumlah Posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Posyandu melekakukan edukasi PMBA secara
rutin
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

10. Jumlah Posyandu Mempunyai Alat Antropometri Sesuai Standar


Definisi Operasional
Jumlah Posyandu yang memiliki set alat antropometri lengkap (alat ukur berat badan
bayi (baby scale) dan balita, timbangan injak digital (standing weight), alat ukur
panjang badan (infantometer), alat ukur tinggi badan (stadiometer), alat ukur lingkar
lengan atas dan lingkar kepala, dan tas).

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Posyandu memiliki alat antropometri
2. Jumlah Posyandu

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Posyandu yang memiliki antropometri kit
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 84


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

11. Jumlah Puskesmas dengan dokter terlatih USG/ Blended Learning KIA
Definisi Operasional
Jumlah Puskesmas yang memiliki dokter terlatih USG obstetric dasar terbatas

Data yang Dikumpulkan


Jumlah Puskesmas yang memiliki dokter terlatih USG obstetric dasar terbatas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan jumlah dokter terlatih USG/Blended learning KIA dilakukan
sepanjang waktu
2. Pelaporan dilakukan setiap bulannya

12. Jumlah tenaga kesehatan terlatih gawat darurat matneo


Definisi Operasional
Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat yang telah
dilatih kegawatdaruratan maternal dan neonatal maupun stabilisasi pra rujukan oleh
institusi pelatihan yang terakreditasi BBPK/Bapelkes/ institusi lain, dinas kesehatan,
RS maupun oleh organisasi profesi di tahun berjalan.
Contoh pelatihannya seperti: Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainer/TOT),
pelatihan kegawatdaruratan maternal dan neonatal, pelatihan pelayanan KIA bagi
dokter dengan metode blended learning, pelatihan PONED, pelatihan PONEK,
maupun Pelatihan Kewaspadaan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi
Bidan di Fasyankes Primer (KKMN).

Data yang Dikumpulkan


Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat yang telah
dilatih kegawatdaruratan maternal dan neonatal maupun stabilisasi pra rujukan
dalam kurun waktu 1 tahun.

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 85
Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Pelaporan dilakukan perbulan di tingkat kabupaten/kota
3. Laporan tahunan adalah hasil kumulatif bulan Januari sampai bulan Desember

13. Jumlah tenaga kesehatan terlatih konseling menyusui


Definisi Operasional
Jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih konseling menyusui

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih konseling menyusui di Puskesmas
dan RS (termasuk RS swasta)
2. Jumlah Tenaga Kesehatan (dokter umum, bidan, perawat, nutrisionis) di
Puskesmas dan RS (termasuk RS swasta)

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan bersifat kumulatif di bulan
berikutnya (apabila ada penambahan Tenaga Kesehatan dilatih konseling di
bulan selanjutnya maka ditambahkan dengan bulan sebelumnya)
2. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah tenaga kesehatan yang dilatih konseling
menyusui dalam sebulan
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

14. Dokter puskesmas terlatih tatalaksana stunting


Definisi Operasional
Jumlah dokter Puskesmas yang terlatih tatalaksana stunting

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah dokter Puskesmas yang terlatih tatalaksana stunting
2. Jumlah seluruh dokter di Puskesmas wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan bersifat kumulatif di bulan
berikutnya (apabila ada penambahan Tenaga Kesehatan di bulan selanjutnya
maka ditambahkan dengan bulan sebelumnya)
2. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 86


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah dokter Puskesmas yang terlatih tatalaksana
stunting secara rutin
2. Tenaga Kesehatan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu
4. Laporan tahunan diperoleh secara kumulatif sampai bulan Desember

15. Persentase puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke sekolah 4 kali


setahun melalui UKS/M
Definisi Operasional
Puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke sekolah di wilayahnya sebanyak 4
kali/tahun (minimal 50% jumlah sekolah SD, SMP, SMA/sederajat) untuk
melaksanakan Trias UKS/M (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat) dikali 100%.
Keterangan:
1. Puskesmas melaksanakan pembinaan ke sekolah, minimal mencakup 50%
jumlah sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMK/SMA/MA, dan SLB baik negeri maupun
swasta) di wilayah kerjanya.
2. Sekolah dan madrasah/sederajat mencakup milik pemerintah maupun swasta,
termasuk sekolah khusus.
3. Pembinaan oleh Puskesmas adalah rangkaian kegiatan baik secara daring
maupun luring dalam implementasi peningkatan kesehatan seluruh warga
satuan pendidikan yang terintegrasi dalam Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
(UKS/M).

Kegiatan dalam Trias UKS/M


1) Pendidikan kesehatan
Penyampaian informasi dan edukasi berbagai isu kesehatan oleh petugas
kesehatan puskesmas di sekolah
Literasi kesehatan
Sarapan bersama
Pembinaan kader kesehatan sekolah oleh petugas Puskesmas
Peningkatan kapasitas guru UKS/M
2) Pelayanan Kesehatan
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala pada peserta didik
Pemberian dan konsumsi Tablet Tambah Darah
Skrining anemia dengan pemeriksaan hemoglobin
Pemberian obat cacing
Imunisasi anak sekolah
Pelayanan kesehatan lainnya (P3K, P3P dan kejadian lain yang tidak terduga)

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 87


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Pembinaan kantin sekolah sehat
Pembinaan pengelolaan sampah
Pemanfaatan pekarangan sekolah
Pembinaan dan advokasi penetapan sekolah Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
Kawasan Tanpa Kekerasan (KTK), Kawasan Tanpa Narkoba (KTN), Kawasan
Tanpa Pornografi (KTP)

Rumus Perhitungan
% puskesmas yang Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke
melaksanakan sekolah 4 kali setahun
= x 100%
pembinaan ke sekolah 4
Jumlah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
kali setahun melalui
UKS/M

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah total sekolah SD, SMP, dan SMA sederajat termasuk sekolah
khusus di wilayah kerja
2. Jumlah seluruh puskesmas di wilayah kabupaten/kota
3. Jumlah puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke sekolah 4 kali/tahun
4. Frekuensi pembinaan puskesmas ke sekolah dalam setahun

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan setiap kali dilaksanakan pembinaan ke sekolah
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap triwulan melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Puskesmas melaksanakan pembinaan ke sekolah baik secara daring ataupun
luring melalui pelaksanaan kegiatan Trias UKS/M sebanyak 4 kali dalam setahun
2. Tenaga kesehatan mencatat jumlah total sekolah SD, SMP, dan SMA sederajat
termasuk sekolah khusus di wilayah kerja dan frekuensi pembinaan puskesmas
ke sekolah dalam setahun. Pencatatan dilakukan setiap pembinaan dilakukan.
Pelaporan dilakukan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemegang program di dinas kesehatan kabupaten/kota merekap jumlah seluruh
puskesmas di wilayah kabupaten/kota dan jumlah puskesmas yang
melaksanakan pembinaan ke sekolah 4 kali/tahun setiap bulannya. Pelaporan
dilakukan setiap 3 bulan secara kumulatif.
4. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah seluruh puskesmas di wilayah
kabupaten/kota dengan jumlah puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke
sekolah 4 kali/tahun kemudian dikali 100%.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 88


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

16. Persentase Puskesmas memiliki Hb meter


Definisi Operasional
persentase puskesmas yang memiliki alat pemeriksaan Hemoglobin (Hb) portable
(POCT/ Point of Care Testing) dan strip/ microcuvette yang dapat digunakan dibagi
dengan jumlah Puskesmas yang ada diwilayah kerja dikali 100%.

Rumus Perhitungan
% Puskesmas memiliki Jumlah puskesmas yang memiliki alat pemeriksaan Hb
Hb meter dan stripnya yang dapat digunakan
= x 100%
Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Data yang Dikumpulkan


Jumlah puskesmas yang memiliki alat pemeriksaan Hb portable (POCT/ Point of
Care Testing) dan strip/ microcuvette yang dapat digunakan
Jumlah seluruh puskesmas di wilayah kabupaten/kota

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan inventaris barang dilakukan sepanjang waktu
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan dan rekapitulasi laporan tahunan dilihat dari
data akhir tahun
3. Cakupan dihitung dengan membagi jumlah puskesmas yang memiliki alat
pemeriksaan Hemoglobin (Hb) portable (POCT/ Point of Care Testing) dan strip/
microcuvette yang dapat digunakan dengan jumlah Puskesmas yang ada
diwilayah kerja dikali 100%.

17. Persentase Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Balita


Definisi Operasional
Puskesmas melaksanakan kelas ibu balita yaitu puskesmas melaksanakan kelas ibu
balita di 50% desa/ kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendampingi kelompok
ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan
anak dalam Buku KIA.

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 89


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Rumus Perhitungan
%Puskesmas
Melaksanakan Kelas Ibu Jumlah Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Balita
= x 100%
Balita
Jumlah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu balita
2. Jumlah Puskesmas di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desembers

Alat dan Bahan


Form pemantauan dan pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan pelaporan pelaksanaan Kelas Ibu
Balita secara rutin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelaporan di Komdat Kesmas

18. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita


Definisi Operasional
Puskesmas mampu melakukan tata laksana gizi buruk pada balita adalah
Puskesmas dengan kriteria:
Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari Dokter, Bidan/Perawat, dan
Tenaga Gizi
Memiliki Standar Prosedur Operasional tata laksana gizi buruk pada balita sesuai
standar

Rumus Perhitungan
%Puskesmas Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada
mampu tatalaksana balita
= x 100%
gizi buruk pada balita
Jumlah Puskesmas

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas
2. Jumlah Puskesmas yang mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari Dokter,
Bidan/Perawat, dan Tenaga Gizi dan memiliki Standar Prosedur Operasional
tatalaksana gizi buruk pada balita
3. Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana gizi buru

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 90


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu pada saat ada tenaga yang telah
mendapat pelatihan tata laksana gizi buruk
2. Rekapitulasi laporan dilakukan melalui Sigizi Terpadu
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan kondisi pada bulan Desember

Alat dan Bahan


1. Sertifikat pelatihan tata laksana gizi buruk
2. SOP tata laksana gizi buruk

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Entri data tenaga kesehatan (Dokter, Tenaga Gizi atau Bidan/Perawat) yang
telah mengikuti pelatihan tatalaksana gizi buruk disertai upload sertifikat
pelatihan
2. Upload SOP tata laksana gizi buruk yang dimiliki Puskesmas
3. Menghitung jumlah Puskesmas mampu tata laksana gizi buruk dengan membagi
jumlah Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan jumlah Puskesmas
yang ada

19. Jumlah Puskesmas yang Memiliki Nakes Terlatih SDIDTK, PMBA atau
SDIDTK Terintegrasi PMBA

Definisi Operasional
Jumlah Puskesmas yang memiliki nakes terlatih SDIDTK, PMBA atau SDIDTK
terintegrasi PMBA

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas yang memiliki nakes terlatih SDIDTK, PMBA atau SDIDTK
terintegrasi PMBA
2. Jumlah nakes

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desembers

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah nakes yang terlatih SDIDTK, PMBA atau SDIDTK
terintegrasi PMBA
2. Nakes melaporkan data melalui Sigizi Terpadu

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 91


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

20. Persentase Puskesmas Melaksanakan Pendekatan MTBS


Definisi Operasional
Puskesmas melaksanakan MTBS adalah puskesmas yang menggunakan algoritma
MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi muda dan balita
sakit (algoritma MTBS terdiri dari formulir dan buku bagan.

Rumus Perhitungan
% Puskesmas
melaksanakan Jumlah Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS
= x 100%
pendekatan MTBS
Jumlah Puskesmas

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas melaksanakan MTBS
2. Jumlah keseluruhan Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. ekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Puskesmas yang melakukan MTBS secara rutin
2. Rekap pelaporan data melalui Komdat Kesmas

21. Jumlah Puskesmas memiliki Mineral Mix Cukup


Definisi Operasional
Jumlah Puskesmas dengan perkiraan ketersediaan mineral mix cukup untuk 3 bulan
kedepan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas dengan ketersediaan mineral mix yang cukup
2. Jumlah Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan data dilakukan setiap waktu
2. Pelaporan bulanan berdasarkan kondisi di bulan tersebut melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan berdasarkan keadaan di bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 92


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Puskesmas dengan ketersediaan mineral mix
yang cukup secara rutin
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

22. Jumlah Puskesmas Memiliki Alat Antropometri Sesuai Standar

Definisi Operasional
Jumlah Puskesmas yang memiliki alat antropometri set lengkap: injak digital
(standing weight), alat ukur panjang badan (infantometer), alat ukur tinggi badan
(stadiometer), alat ukur lingkar lengan atas dan lingkar kepala, dan tas)

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas memiliki alat antropometri
2. Jumlah Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Sigizi
Terpadu
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Puskesmas yang memiliki antropometri kit
2. Rekap pelaporan data melalui Sigizi Terpadu

23. Persentase Puskesmas Melaksanakan SDIDTK

Definisi Operasional
Puskesmas melaksanakan SDIDTK adalah puskesmas melaksanakan pelayanan
SDIDTK (stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang), termasuk
menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan
sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
(Stimulasi/ Intervensi/Rujukan).

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 93


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Rumus Perhitungan
% Puskesmas
melaksanakan Jumlah Puskesmas melaksanakan SDIDTK
= x 100%
SDIDTK
Jumlah Puskesmas

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan SDIDTK
2. Jumlah Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahuanan berdasarkan data bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan pelaporan pelaksanaan SDIDTK
secara rutin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelaporan di Komdat Kesmas

24. Persentase Puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

Definisi Operasional
Puskesmas melaksanakan PKPR adalah puskesmas yang Memiliki pelayanan
konseling kepada remaja dan membina minimal 1 posyandu dengan sasaran remaja

Rumus Perhitungan
Jumlah Puskesmas PKPR
% Puskesmas PKPR = x 100%
Jumlah Puskesmas

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas PKPR
2. Jumlah keseluruhan Puskesmas

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 94


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah Puskesmas PKPR sesuai kriteria secara rutin
2. Rekap pelaporan data melalui Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diperoleh dari kumulatif sampai bulan Desember

24. Persentase RS Melakukan Audit Kematian Ibu dan Bayi

Definisi Operasional
persentase RS yang melakukan audit kematian ibu dan bayi sebanyak minimal 4 kali
dalam setahun dan diseminasi hasil minimal 1 kali dalam setahun

Rumus Perhitungan
% RS melakukan audit
kematian ibu dan bayi Jumlah RS melakukan audit kematian ibu dan bayi
= x 100%
Jumlah RS

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah RS yang melakukan audit kematian ibu dan bayi minimal 4x dalam 1
tahun
2. Jumlah RS di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. ekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan audit kematian ibu dan bayi secara
rutin dan melaporkan hasilnya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelaporan di Komdat Kesmas
3. Laporan tahunan diambil dari bulan Desember

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 95


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

25. Jumlah RS Memiliki Stok PKGK Cukup

Definisi Operasional
Rumah sakit yang memiliki stok pangan olahan untuk keperluan gizi khusus (PKGK)
untuk kebutuhan 3 bulan kedepan

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah RS yang memiliki stok PKGK cukup
2. Jumlah RS di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Pelaporan bulanan berdasarkan kondisi di bulan tersebut melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan berdasarkan keadaan di bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah RS yang memiliki stok PKGK yang cukup secara
rutin
2. Nakes melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rekap pelaporan data
melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh dari kumulatif sampai bulan Desember

26. RS Memiliki SOP Penanganan Balita Stunting

Definisi Operasional
Jumlah RSUD yang memiliki SOP penanganan balita stunting

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah RSUD yang memiliki SOP penanganan balita stunting
2. Jumlah RSUD di wilayah kerja

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 96


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Mencatat dan merekap jumlah RSUD memiliki SOP penanganan balita stunting
secara rutin
2. Nakes melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rekap pelaporan data
melalui Sigizi Terpadu
3. Laporan tahunan diperoleh dari kumulatif sampai bulan Desember

27. Jumlah Kabupaten/Kota Melakukan Audit Kematian Ibu dan Bayi

Definisi Operasional
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan audit kematian ibu dan bayi sebanyak
minimal 4 kali dalam setahun dan diseminasi hasil minimal 1 kali dalam setahun.

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan audit kematian ibu dan bayi
2. Jumlah Kabupaten/Kota

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan dilakukan secara rutin
2. Rekapitulasi laporan setiap bulan dilakukan secara kumulatif melalui Komdat
Kesmas
3. Laporan tahunan diambil pada bulan Desember

Alat dan Bahan


Form pencatatan

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan melakukan pelaporan data kematian ibu dan bayi
secara rutin kepada Dinas Keseahatan Kabupaten/Kota
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengkajian terhadap kasus
kematian ibu dan bayi yang dilaporkan minimal 4 kali dalam setahun dan
melakukan diseminasi hasil minimal 1 kali dalam setahun
3. Penanggung jawab program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melaporkan hasil pengkajian melalui Komdat Kesmas

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 97


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

28. Persentase Kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi

Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang
minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi
1. Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entri data sasaran balita data pengukuran melalui Sistem Informasi
Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60% sasaran balita
2. Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita
gizi buruk
3. Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
di-upload ke dalam sistem setiap triwulan

Rumus Perhitungan
% kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota melaksanakan
melaksanakan = surveilans gizi x 100%
surveilans gizi
Jumlah kabupaten/kota

Data yang Dikumpulkan


1. Jumlah Puskesmas yang ada
2. Jumlah puskesmas yang mengentri data sasaran >60%, melakukan konfirmasi
pada seluruh kasus balita gizi buruk dan membuat rencana kegiatan

Frekuensi Laporan
1. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan
kesehatan balita
2. Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
3. Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan kondisi dari Januari sampai
Desember (kumulatif)

Alat dan Bahan


1. Kohort
2. Buku KIA
3. Antropometri
4. Sigizi Terpadu

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 98


Indikator Pelayanan Terkait Institusi

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


1. Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang ada
2. Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh
balita gizi buruk
3. Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada
4. Menghitung jumlah puskesmas yang melakukan surveilans
5. Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi dengan
membagi jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi terhadap
jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada

Panduan Indikator Program Gizi dan KIA 99

Anda mungkin juga menyukai