Anda di halaman 1dari 7

P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.

2, Oktober 2016

PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)


KECAMATAN SUSUT DENGAN ANALISIS BALANCED
SCORECARD
Gede Putu Agus Jana Susila

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali


e-mail: Janos_undiksha@yahoo.com

Abstrak
Kehadiran LPD di desa memberi manfaat yang sangat besar untuk kehidupan ekonomi
masyarakat desa. Manfaat yang diperoleh yaitu mampu memberikan kredit untuk warga
desa dengan bunga yang relatif kecil, dalam proses pemberian kredit pada calon
nasabah fleksibel atau tidak dipersulit, memeratakan perekonomian di desa adat,
terciptanya lapangan kerja, dan adanya LPD dapat menjaga pembangunan desa adat.
Dengan adanya LPD diharapkan angka kemiskinan pada daerah lingkup LPD menjadi
menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Susut yang
dinilai dengan Metode Balanced Scorecard dan menilai dari masing-masing perspektif
yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan itu maka, desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif yang didalamnya memberikan penjelasan tentang kinerja LPD dengan metode
Balanced Scorecard. Perspektif keuangan dalam Balanced Scorecard mengarahkan
kinerja dalam menciptakan nilai dan memberikan perbaikan yang mendasar pada
perusahaan melalui perhitungan permodalan, aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas.
Pada perspektif proses bisnis internal, mengukur proses pemberian kredit di LPD
Kecamatan Susut digunakan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) untuk
menghindari waktu yang terbuang dalam proses pemberian kredit, sedangkan penilaian
kinerja dari perspektif pelanggan yang menjabarkan kepuasan pelanggan, serta
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang menjabarkan kepuasan karyawan
digunakan penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala likert. Dengan
menggunakan Balanced Scorecard, akan mengetahui bagaimana kinerja di LPD
Kecamatan Susut tidak hanya dari perspektif keuangan melainkan juga dari tiga
perspektif non-keuangan yang meliputi perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Penilaian perspektif keuangan
dan non-keuangan dapat mengintegrasikan seluruh aspek kinerja LPD Kecamatan
Susut. Penilaian kinerja LPD secara keseluruhan yang dinilai dengan metode balanced
scorecard berada pada kategori cukup baik, karena diperoleh skor sebesar 2089,13 dan
skor ini berada pada interval 1359-2716. Kondisi ini mengimplikasikan bahwa kinerja LPD
masih perlu ditingkatkan agar berada pada kategori sangat baik dengan meningkatkan
kinerja LPD dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, serta perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran

Kata Kunci: Balanced Scorecard, Penilaian Kinerja, Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Abstract
LPD presence in the village gave a huge benefit to the economic life of the villagers. The
benefits derived are able to provide loans to villagers with relatively little interest, in the
process of granting credit to prospective customers flexible or not compounded, to
distribute evenly in the traditional village economy, job creation, and the LPD can
maintain traditional rural development. With the LPD expected scope of poverty in the
region declined LPD. This study aims to determine the performance of the District LPD
Losses were assessed with Balanced Scorecard method and judging from their
respective perspectives: financial, customer, internal business processes, and learning
and growth. In accordance with that purpose then, the design of this research is
quantitative descriptive study in which provides an explanation of the performance of LPD
with the Balanced Scorecard method. Financial perspective in Balanced Scorecard
directing the performance in creating value and provide a fundamental improvement in
the company through the calculation of capital, assets, profitability and liquidity. In the

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 810


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

internal business process perspective, measuring the credit granting process in LPD
District of Susut used Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) to avoid time wasted in
the process of granting a credit, while the performance assessment of the customer's
perspective that lays customer satisfaction, as well as learning and growth perspective
that lays satisfaction employee use of questionnaires using Likert scale. Using the
Balanced Scorecard, will determine how the performance in the District LPD Losses not
only from a financial perspective but also from the three non-financial perspectives that
includes customer perspective, internal business processes, learning and growth
perspective. Ratings financial perspective and non-financial performance can integrate all
aspects of the District LPD shrinkage. LPD overall performance ratings assessed by the
method of balanced scorecard in the category quite well, because obtained a score of
2089.13 and this score is in the interval 1359 - 2716. This condition implies that the
performance LPD still needs to be improved to be in a very good category with LPD
improve the performance of the financial perspective, customer perspective, and learning
and growth perspective

Keywords: Balanced Scorecard, Performance Appraisal, Village Credit Institutions (LPD)

LATAR BELAKANG dalam tindakan-tindakan, agar dapat


LPD adalah Lembaga Perkreditan menjaga kelangsungan usaha Lembaga
Desa di Desa Pakraman dalam Wilayah Perkreditan Desa (LPD). Penilaian kinerja
Propinsi Bali yang oleh Peraturan Daerah juga harus lebih dari sekedar penilaian
(Perda) diakui dan dikukuhkan dalam financial. Metode yang dapat
status hukum sebagai suatu bentuk badan mengintegrasikan seluruh aspek yang
usaha keuangan, dengan sifat yang terkait dalam perusahaan yaitu metode
bersifat khusus, karena hanya Balanced Scorecard. Metode ini
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam mengukur kinerja perusahaan
wilayah desa, Nurjaya, dkk. (2001:35-36). berdasarkan empat perspektif yaitu
Sebagai suatu lembaga perkreditan desa, keuangan, pelanggan, proses bisnis
LPD tentu memiliki tujuan yang sama internal, serta pertumbuhan dan
dengan lembaga perbankan lainnya yaitu pembelajaran sehingga dapat diperoleh
untuk mencari keuntungan yang nantinya pencapaian tujuan perusahaan yang lebih
bisa dikelola untuk kepentingan warga efektif dan terintegrasi. Adapun tujuan
desa. Menurut Suartana (2009:3), ada penelitian ini adalah untuk mengetahui
beberapa faktor yang menyebabkan Kinerja LPD Kecamatan Susut ditinjau
belum majunya LPD, yaitu (1) tidak dari perspektif keuangan, perspektif
siapnya Sumber Daya Manusia (SDM) pelanggan, perspektif proses bisnis
dalam mengelola usaha ini, (2) tidak internal, serta perspektif pertumbuhan dan
adanya komitmen pengampu kepentingan pembelajaran. Menurut Suartana
di desa pakraman untuk memajukan LPD, (2009:12), Lembaga Perkreditan Desa
(3) warga desa tidak kompak mendukung merupakan lembaga keuangan milik desa
keberadaannya, dan (4) belum pakraman yang telah berkembang,
dipahaminya secara benar bahwa LPD itu memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan
adalah suatu kesatuan usaha yang budaya kepada anggotanya sehingga
memiliki otonomi dan diskresi dalam perlu dibina, ditingkatkan kinerjanya,
mengelola usahanya. Dengan adanya diperkuat serta dilestarikan
LPD diharapkan angka kemiskinan pada keberadaannya. Secara lebih luas
daerah lingkup LPD menjadi menurun. menurut Nurjaya, dkk. (2011:35-36), Pasal
Dari permasalahan tersebut maka 2 ayat (1) Peraturan daerah tersebut
perspektif non-financial dianggap sebagai menyatakan bahwa: Lembaga Perkreditan
bagian yang perlu diperhatikan, sehingga Desa merupakan suatu badan usaha
dapat mendongkrak kinerja keuangan keuangan milik Desa yang melaksanakan
yang merupakan keinginan utama dari kegiatan usaha di lingkungan Desa dan
pemegang saham. Perusahaan harus untuk warga Desa. Ketentuan tersebut
mempunyai strategi yang dituangkan menunjukkan bahwa Lembaga

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 811


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Perkreditan Desa merupakan suatu pakraman; b) Dibentuk dan dikelola oleh


bentuk lembaga ekonomi, yang oleh desa pakraman; c) Menyelenggarakan
perda diakui dan dikukuhkan dalam status fungsi-fungsi kelembagaan keuangan
hukum sebagai suatu bentuk badan usaha komunitas desa pakraman, seperti
keuangan, dengan sifat khusus, karena menerima/menghimpun dana dari krama
hanya menyelenggarakan kegiatan usaha desa, memberikan pinjaman hanya
dalam wilayah desa. Menurut Nurjaya, kepada krama desa, dan mengelola
dkk. (2011:95), Tujuan Lembaga keuangan lembaga tersebut, hanya pada
Perkreditan Desa adalah sebagai berikut: lingkungan desa pakraman; dan d)
1) Mendorong pembangunan ekonomi Menyelenggarakan fungsi usaha sebagai
masyrakat desa melalui tabungan yang lembaga usaha keuangan internal
terarah serta penyaluran modal yang desa pakraman, atau sejauh
efektif; 2) Menciptakan pemerataan dan jauhnya antardesa pakraman. Salah satu
kesempatan berusaha bagi warga desa usaha yang dijalankan oleh LPD seperti
dan tenaga kerja di pedesaan; 3) tersebut di atas adalah memberikan
Meningkatkan daya beli dan melancarkan kredit kepada masyarakat. Pemberian
lalu lintas pembayaran dan peredaran kredit merupakan kegiatan utama dari
uang di desa. LPD yang mengandung resiko paling
Berdasarkan Pasal 2 angka 1 tinggi dan dapat mempengaruhi
Perda LPD No. 8/2002, menyatakan kesehatan dan kelangsungan dari LPD
bahwa: “LPD merupakan badan usaha selaku kreditor.
keuangan milik desa yang melaksanakan Menurut Nurjaya, dkk. (2011:95-96),
kegiatan usaha di lingkungan desa dan usaha LPD adalah sebagai berikut; 1)
untuk krama desa”. Ketentuan dalam Menerima simpanan uang dari warga
Pasal 2 angka 1 Perda LPD No. 8/2002 masyarakat desanya dalam bentuk
menunjukkan bahwa LPD merupakan tabungan dan simpanan berjangka; 2)
suatu bentuk lembaga ekonomi, yang oleh Memberikan pinjaman untuk kegiatan-
Perda diakui dan dikukuhkan dalam status kegiatan yang bersifat produktif pada
hukum sebagai suatu bentuk badan usaha sektor pertanian, dan kerajinan kecil; 3)
keuangan. Bentuk badan usaha keuangan Usaha-usha yang bersifat pengarahan
LPD bersifat khusus karena hanya dana desa; 4) Penyertaan modal pada
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam usaha-usaha lainnya.; 5) Menerima
wilayah desa pakraman. Pasal 7 ayat (1) pinjaman dari lembaga-lembaga
Perda LPD No. 8/2002 berkaitan dengan keuangan. Keberhasilan pencapaian
lapangan usaha yang dijalankan oleh strategik yang menjadi basis pengukuran
LPD. Lapangan usaha LPD mencakup: a) kinerja perlu ditentukan ukurannya dan
Menerima dan menghimpun dana dari ditentukan inisiatif strategik untuk
krama desa dalam bentuk keuangan dan mewujudkan sasaran tersebut. Sasaran
deposito; b) Memberikan pinjaman hanya strategik beserta ukurannya kemudian
kepada krama desa; c) Menerima digunakan untuk menentukan target yang
pinjaman dari lembaga-lembaga akan dijadikan basis penilaian kinerja
keuangan maksimum sebesar 100% dari (Mulyadi, 2007:337). Kinerja adalah
jumlah modal, termasuk cadangan dan gambaran mengenai tingkatan
laba ditahan, kecuali batasan lainnya pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/
dalam jumlah pinjaman atau program. Kebijaksanaan dalam
dukungan/bantuan dana; d) Menyimpan mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan
kelebihan likuiditasnya pada BPD dengan misi organisasi yang tertuang dalam
imbalan bunga bersaing dan pelayanan perumusan skema strategis (strategic
yang memadai. planning) suatu organisasi (Indra Bastian,
Berdasarkan substansi ketentuan 2001).
Perda di atas, menunjukkan bahwa LPD Menurut Yuwono, dkk. (2002),
merupakan suatu badan usaha keuangan pengukuran kinerja sebagai tindakan
khusus. Adapun ciri-ciri LPD sebagai pengukuran yang dilakukan terhadap
lembaga keuangan khusus, yaitu sebagai berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang
berikut: a) Merupakan milik desa ada pada perusahaan. Hasil pengukuran

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 812


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

tersebut kemudian digunakan sebagai adalah perspektif ini mengukur kinerja dari
umpan balik yang akan memberikan sudut pandang penyedia sumber daya
informasi tentang prestasi pelaksanaan dan ketercapaian target keuangan
suatu rencana dan titik dimana sebagaimana yang ditetapkan pada
perusahaan memerlukan penyesuaian- anggaran Lembaga Perkreditan Desa; 2)
penyesuaian atas aktivitas perencanaan Persepektif pelanggan adalah perspektif
dan pengendalian. ini merupakan indikator bagaimana
Balanced Scorecard mendidik nasabah melihat Lembaga Perkreditan
manajemen, dan organisasi untuk Desa dan bagaimana Lembaga
memandang perusahaan dari empat Perkreditan Desa memandang mereka.
perspektif yaitu (1) perspektif keuangan, Indikator utama yang dapat digunakan
(2) perspektif pelanggan, (3) perspektif untuk menilai bagaimana nasabah
proses bisnis internal, serta (4) perspektif memandang Lembaga Perkreditan Desa
pertumbuhan dan pembelajaran; yang adalah tingkat kepuasan nasabah yang
menghubungkan pengendalian bisa diketahui melalui survei pelanggan,
operasional jangka pendek kedalam visi, adanya pengaduan, sikap dan perilaku
misi, dan strategi bisnis jangka panjang. mereka yang dapat diketahui dari
Selanjutnya manajemen didorong untuk keluhan-keluhan yang mereka sampaikan,
memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci sehingga dengan demikian loyalist
yang kritis dan strategis melalui stretch pelanggan dapat terjaga; 3) Perspektif
target yang ditetapkan bersama. Menurut proses bisnis internal adalah perspektif ini
Suartana (2009), Balanced Scorecard digunakan untuk mengevaluasi apakah
adalah sistem pengelolaan (bukan hanya proses telah mengalami peningkatan dan
sistem pengukuran) yang dapat sejajar dengan patok duga atau mencapai
membantu organisasi untuk menjelaskan standar yang ditetapkan; 4)Persepektif
visi, dan strategi mereka, serta pertumbuhan dan pembelajaran adalah
menerapkan dalam operasinya. perspektif ini mencakup manfaat dari
Penilaian Balanced Scorecard pengembangan baru dan bagaimana hal
menurut Suartana (2009), mencangkup ini dapat memberikan kontribusi bagi
empat perspektif yang meliputi hal-hal kesuksesan di masa depan.
sebagai berikut: 1) Perspektif keuangan

Empat Kinerja Kunci LPD


No Faktor strategis internal kunci
1 Kinerja perspektif keuangan
- Return On Asset (ROA).
- Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
- Capital Adequancy Ratio (CAR).
- Non Performing Loan (NPL).
- Return On Equity (ROE).
- Loan Deposit Ratio (LDR).
2 Kinerja perspektif nasabah
- Jenis – jenis produk dan variannya
- Level suku bunga
- Biaya administrasi dan provisi
- Kegiatan promosi
3 Kinerja perspektif proses bisnis internal
- Proses permohonan kredit (pengajuan permohonan kredit, pengisian
formulir dan perjanjian kredit, penyelidikan berkas pinjaman, rapat
keputusan pemberian kredit, dan penandatanganan perjanjian kredit).
- Lamanya pencairan kredit.
4 Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
- Tingkat pendidikan
- Pengembangan karir

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 813


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

No Faktor strategis internal kunci


- Sistem remunerasi atau penggajian
- Fleksibilitas organisasi
- Tingkat ketersediaan informasi
- Tingkat kepuasan kerja
- Tingkat produktivitas karyawan LPD

METODE PENELITIAN pertumbuhan dan pembelajaran yang


Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja LPD dari kepuasan
mengetahui kinerja LPD Kecamatan Susut karyawan. Penelitian ini dilaksanakan di
yang dinilai dengan Metode Balanced LPD Kecamatan Susut Kabupaten Bangli
Scorecard dan menilai dari masing- yang datanya diambil dari LPLPD
masing perspektif yaitu keuangan, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Yang
pelanggan, proses bisnis internal, serta menjadi Subyek dalam penelitian ini
pertumbuhan dan pembelajaran. Sesuai adalah LPD, Pimpinan LPD, serta
dengan tujuan itu maka, desain penelitian Pegawai dan Pelanggan LPD di
ini merupakan penelitian deskriptif Kecamatan Susut Kabupaten Bangli.
kuantitatif yang didalamnya memberikan Objek penelitian ini adalah kinerja LPD
penjelasan tentang kinerja LPD dengan yang dilihat dari empat perspektif yaitu
metode Balanced Scorecard. Perspektif perspektif keuangan, perspektif
keuangan dalam Balanced Scorecard pelanggan, perspektif proses bisnis
mengarahkan kinerja dalam menciptakan internal, serta perspektif pertumbuhan dan
nilai dan memberikan perbaikan yang pembelajaran yang digunakan untuk
mendasar pada perusahaan melalui menilai kinerja LPD Kecamatan Susut.
perhitungan permodalan, aktiva produktif, Teknik pengumpulan data yang
rentabilitas, dan likuiditas. Pada perspektif digunakan dalam penelitian ini adalah
proses bisnis internal, mengukur proses sebagai berikut.: 1) Kuesioner yaitu teknik
pemberian kredit di LPD Kecamatan pengumpulan data melalui daftar
Susut digunakan Manufacturing Cycle pertanyaan tertulis yang diberikan pada
Effectiveness (MCE) untuk menghindari karyawan dan pelanggan untuk menilai
waktu yang terbuang dalam proses LPD dari perspektif pelanggan, serta
pemberian kredit, sedangkan penilaian perspektif pertumbuhan dan
kinerja dari perspektif pelanggan yang pembelajaran; 2) Dokumentasi yaitu
menjabarkan kepuasan pelanggan, serta dokumentasi adalah pengumpulan data
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan membaca atau mencatat
yang menjabarkan kepuasan karyawan dokumen-dokumen resmi yang terarsip di
digunakan penyebaran kuesioner dengan LPD berupa Neraca, laba rugi, serta data
menggunakan skala likert. Dengan jumlah pegawai dan pelanggan LPD
menggunakan Balanced Scorecard, akan Kecamatan Susut; 3) Wawancara yaitu
mengetahui bagaimana kinerja di LPD teknik pengumpulan data dengan
Kecamatan Susut tidak hanya dari mengajukan pertanyaan langsung
perspektif keuangan melainkan juga dari mengenai keadaan LPD dan proses
tiga perspektif non-keuangan yang pemberian kredit yang ada di Kecamatan
meliputi perspektif pelanggan, perspektif Susut Kabupaten Bangli khususnya pada
proses bisnis internal, serta perspektif pimpinan LPD Sekecamtan Susut,
pertumbuhan dan pembelajaran. Penilaian karyawan dan pelanggan yang
perspektif keuangan dan non-keuangan berkompeten yang berhubungan dengan
dapat mengintegrasikan seluruh aspek penelitian untuk menunjang data.
kinerja LPD Kecamatan Susut.
Variabel dalam penelitian ini yaitu HASIL PENELITIAN
(1) perspektif keuangan, (2) perspektif Penilaian Kinerja LPD Kecamatan
pelanggan yang dinilai dari kepuasan Susut Ditinjau dari Perspektif Keuangan,
pelanggan. (3) perspektif proses bisnis perspektif pelanggan, perspektif proses
internal yang menjabarkan proses bisnis internal, serta perspektif
pemberian kredit, (4) serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran; 1)
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 814
P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Kinerja LPD ditinjau dari perspektif pengajuan permohonan kredit, (2)


keuangan yaitu penilaian kinerja LPD pengisian formulir dan perjanjian kredit,
yang ditinjau dari perspektif keuangan (3) penyelidikan berkas pinjaman, (4)
diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan rapat keputusan pemberian kredit, (5)
yang meliputi (a) Capital Adequency Ratio penandatanganan perjanjian kredit, dan
(CAR), (b) rasio Return On Assets (ROA), (6) pencairan kredit. Dari persyaratan
(c) Biaya Operasional terhadap tersebut maka manajemen LPD
Pendapatan Operasional (BOPO), (d) menetapkan standar waktu proses
rasio Return On Equity (ROE), (e) rasio pemberian kredit 102 menit. Selama 60
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan (f) rasio hari peneliti melakukan pengamatan yang
Non Performing Loan (NPL), secara menjadi anggota sampel dengan lima
keseluruhan dapat dikategorikan Cukup calon debitur dari masing-masing LPD,
Sehat karena berdasarkan penggolongan diperoleh rata-rata penyelesaian proses
tingkat kesehatan LPD berada pada pemberian kredit yang sesungguhnya
angka 66 - <81. Walaupun dari segi adalah 99,03 menit. Hasil perhitungan
keuangan belum memenuhi target namun tersebut menunjukkan bahwa kinerja
kinerja keuangan LPD yang ditinjau dari perspektif proses bisnis internal yang
segi keuangan dapat ditingkatkan lagi di dicari dengan rumus MCE yaitu
tahun berikutnya dengan lebih perbandingan antara waktu pengolahan
memperhatikan lagi rasio-rasio yang dengan waktu penyelesaian pemberian
digunakan untuk menilai kinerja LPD dari kredit pada LPD adalah 1,03 menit. Hasil
segi keuangannya seperti rasio NPL dan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
rasio LDR; 2) Kinerja LPD Ditinjau dari menunjukkan > 1 maka, hal ini berarti
Perspektif Pelanggan yaitu penilaian kinerja LPD dalam melaksanakan proses
kinerja perspektif pelanggan ini diukur dari pemberian kredit kepada nasabah
indeks kepuasan pelanggan melalui berjalan efektif karena waktu yang
kuisioner yang disebar kepada pelanggan. diperlukan lebih cepat dari waktu yang
Hasil pengolahan data IKP yang terdiri telah ditetapkan. Hal ini disebabkan
dari empat dimensi yaitu: (1) jenis-jenis karena karyawan lebih tanggap dalam
produk atau variannya, (2) level suku melayani pelanggannya serta lebih
bunga, (3) biaya administrasi atau provisi, menghargai waktu karena berdasarkan
dan (4) kegiatan promosi, maka diperoleh keterangan beberapa karyawan yang ada
Indeks Kepuasan Pelanggan sebesar di LPD, semakin cepat dapat
5.430, sehingga pelanggan dapat menyelesaikan pekerjaannya maka
dikategorikan cukup puas atas produk semakin banyak mereka punya waktu
yang diberikan oleh LPD. Hal ini berarti luang sehingga waktu luang yang dimiliki
LPD sudah cukup mampu mencapai bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan
indeks kepuasan pelanggan karena sudah pekerjaan yang lain sesuai dengan
mampu membuat pelanggan secara bidangnya masing-massing; 4) Kinerja
keseluruhan merasa cukup puas atau LPD Ditinjau dari Perspektif Pertumbuhan
berada dalam interval antara 4162 - 5442. dan Pembelajaran yaitu penilaian kinerja
Walaupun kurang memenuhi target, tetapi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
indeks ini masih dapat ditingkatkan lagi dinilai dari kepuasan karyawan. Kepuasan
pada tahun yang akan datang seperti karyawan ini dicari dengan menyebarkan
dalam hal level suku bunga, biaya kuisioner. Hasil pengolahan kuesioner
administrasi atau provisi, dan kegiatan terdiri dari tujuh dimensi kepuasan
promosi; 3) Kinerja LPD Ditinjau dari karyawan yang meliputi: (1) tingkat
Perspektif Proses Bisnis Internal yaitu pendidikan, (2) pengembangan karir, (3)
penilaian kinerja perspektif proses bisnis sistem remunerasi atau penggajian, (4)
internal ini diukur dari keefektifan waktu fleksibilitas organisasi, (5) tingkat
yang diperlukan dalam proses pemberian ketersediaan informasi, (6) tingkat
kredit. Pihak LPD menentukan beberapa kepuasan kerja, dan (7) tingkat
syarat dan proses di dalam pemberian produktivitas karyawan, maka diperoleh
kredit kepada nasabah yang ingin Indeks Kepuasan Karyawan sebesar
mendapatkan kredit yang meliputi (1) 2.847, sehingga karyawan LPD secara

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 815


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

keseluruhan dapat dikategorikan cukup


puas karena berada pada interval 2.186 –
2.858. Jika dilihat dari pengukuran ini
perusahaan telah mencapai kinerja yang
diharapkan. Walaupun memenuhi target
kinerja yang diharapkan, tetapi indeks ini
masih dapat ditingkatkan lagi pada tahun
yang akan datang dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek yang
menjadi perhatian seperti aspek sistem
remunerasi atau penggajian, tingkat
ketersediaan informasi, dan tingkat
kepuasan kerja.

SIMPULAN
Penilaian kinerja LPD secara
keseluruhan yang dinilai dengan metode
balanced scorecard berada pada kategori
cukup baik, karena diperoleh skor sebesar
2089,13 dan skor ini berada pada interval
1359 – 2716. Kondisi ini
mengimplikasikan bahwa kinerja LPD
masih perlu ditingkatkan agar berada
pada kategori sangat baik dengan
meningkatkan kinerja LPD dari perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, serta
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
Indra Bastian. 2001. Akuntansi Sektor
Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan Akuntansi
FE UGM.
Mulyadi. 2001. Balance Scorecard (Alat
manajemen kontemporer untuk
melipat ganda kinerja keuangan
perusahaan). Jakarta: Penerbit
Salemba empat.
Nurjaya, dkk. 2011. Landasan Teoretik
Pengaturan LPD. Denpasar:
Universitas Udayana.
Suartana, Wayan. 2009. Arsitektur
Pengelolaan Risiko Pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
Denpasar: Udayana University
Press.
Yuwono, Sony. 2002. Petunjuk Praktis
Penyusunan Balanced Scorecard
Menuju Organisasi yang Berfokus
Pada Strategi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 816

Anda mungkin juga menyukai