Anda di halaman 1dari 10

26 Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.8 No.

1, Februari 2014

ANALISIS KINERJA KESEHATAN LPD DAN PENGARUHNYA


TERHADAP PERTUMBUHAN ASET LPD KABUPATEN BADUNG

Made Rusmala Dewi S(1)


I Ketut Suwarta(2)
I.G.N. Jaya Agung Widagda K(3)
(1),(2),(3)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (UNUD), Bali, Indonesia
Email: mdrusmaladewi@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan LPD Kabupaten Badung dan untuk mengetahui
signifikansi pengaruh kesehatan LPD yang diukur dengan analisis CAEL yaitu Capital (Capital Adequacy
Ratio/CAR), Assets Quality (Kualitas Aktiva Produktif/KAP), Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas)
terhadap Pertumbuhan Aset (PA) baik secara simultan maupun parsial pada LPD Kabupaten Badung. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 79 LPD. Sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan rasio CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, LACLR dan LDR mempunyai
pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Aset dengan koefisien determinasi (R2) sbesar 0,370. Secara parsial rasio
CAR dan KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Aset LPD, rasio PPAP, ROA, BOPO, LACLR
dan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Aset LPD Kabupaten Badung. Secara rata-rata semua
LPD Kabupaten Badung berada dalam keadaan sehat.
Kata kunci: LPD, CAR, Assets Quality, Rentabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan aset.

ABSTRACT
The aims of this research are to evaluate the health of LPDs in Badung Regency and to analyse the effect
of LPDs in Badung Regency as measured by CAEL analysis, i.e. Capital (Capital Adequacy Ratio), Asset
Quality (productive Asset Quality), Earnings (Rentability), and Liquidity on Asset Growth both simultaneously
and partially. The sample of this research contains 79 LPDs, which were drawn under the purposive
sampling method. The results of the analysis indicate that CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, LACLR, and LDR
simultaneously effect on Asset Growth with coefficient of determination (R2) of 0.37. Partially, only the CAR
and KAP ratios have statistically significant effect on Asset Growth. On average, all of the LPDs in the Badung
Regency were in healthy condition.
Keywords: LPD, CAR, Asset Quality, Earnings, Liquidity, Asset Growth.

PENDAHULUAN Beberapa study tentang LKM telah difokuskan pada


Sejak akhir tahun 1990 Lembaga Keuangan Mikro penilaian kinerja dan sustanabilitas (sustainability)
(LKM ) telah berkembang sebagai alat pembangunan LKM dengan mengevaluasi indikator-indikator
ekonomi yang bertujuan untuk memberikan manfaat keuangannya (seperti profitabilitas dan tingkat
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Bank Dunia pengembalian pinjaman atau repayment rate ) yang
(1996) menyebutkan bahwa ada tiga tujuan LKM: secara langsung mempengaruhi tingkat kemandirian
menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan (self-sufficiency), jangkauan, dan mekanisme pemberian
melalui penciptaan dan pengembangan usaha mikro, kredit (Chaves& Gonsales-Vega,1996, Christen,
meningkatkan produktivitas dan pendapatan kelompok- Rhyne,& Vogel,1995. Christen, 1998, Riedinger, 1994,
kelompok yang rentan, terutama perempuan dan Woolcock, 1999, Yaron, Benjamin, & Charitonenko,
orang-orang miskin, dan mengurangi ketergantungan 1998,Yaron, Benjamin, & Piprek, 1997).
masyarakat pedesaan terhadap panen yang gagal Studi lain yang dilakukan oleh Chaves dan
karena musim kemarau melalui diversifikasi kegiatan Gonzales-Vega (1996) mengungkapkan bahwa
yang dapat menghasilkan pendapatan. keberhasilan LKM di Indonesia adalah sebagai
Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa akibat dari rancangan organisasi tersebut. Mereka
pengaruh positif LKM terhadap kesejahteraan berpendapan bahwa rancangan dari suatu organisasi
sosial-ekonomi orang-orang miskin hanya akan yang akan menjadi perantara layanan keuangan
dapat dipertahankan apabila LKM tersebut memiliki sangatlah penting karena hal itu akan menentukan
kinerja keuangan dan jangkauan (outreach) yang baik. kinerja LKM tersebut dan pada akhirnya menentukan
Made Rusmala Dewi S, Analisis Kinerja Kesehatan LPD... 27
keberhasilan dan kegagalannya. Study dari Chaves & Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan
Gonsales-Vega juga mengungkapkan bahwa Lembaga badan usaha milik desa yang melaksanakan kegiatan
Perkreditan Desa (LPD) Bali telah melibatkan agen- usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa.
agen desa dalam sistem pemberian kredit mereka, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan LPD adalah
yang biasa disebut dengan tehnik pemberian menerima atau menghimpun dana dari krama desa
pinjaman berdasarkan karakter (character-based dalam bentuk tabungan dan deposito, memberikan
lending technique). Chaves & Gonsales-Vega lebih pinjaman hanya kepada krama desa, menerima
lanjut menyatakan bahwa pemberian pinjaman pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan dan
berdasarkan karakter dan pengawasan lokal sudah menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank
cukup efisien untuk menghindari kesalahan-kesalahan Pembangunan Daerah Bali. LPD sebagai lembaga
fatal dalam menilai kemungkinan pengembalian keuangan desa mempunyai karakteristik khusus
pinjaman (Arsyad,2008). yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya,
Indonesia merupakan negara yang memiliki sehingga dalam operasionalnya perlu dilakukan
sistem perbankan mikro terbesar di dunia dan juga pembinaan dan pengawasan. Lembaga yang
memiliki banyak LKM komersial yang dalam berfungsi untuk memberikan pembinaan teknis,
hal ukuran, ragam, volume, penetrasi pasar dan pengembangan serta pelatihan bagi LPD
keuntungannya merupakan yang paling maju di dunia adalah Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten/
(Berenbach,1997, Robinson,2002). Pada tahun 1972 Kota (PLPDK). Pembinaan dan pengawasan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat bagi LPD sangat penting untuk meningkatkan
mendirikan beberapa Lembaga Keuangan non-bank kinerjanya sehingga kepercayaan masyarakat
yang mereka sebut sebagai Lembaga Perkreditan desa meningkat. Agar profesionalisme dalam
Kecamatan (LPK) berdasarkan Keputusan Gubernur melayani masyarakat golongan ekonomi lemah
Jawa Barat No. 171 tahun 1972, dan Lumbung Pitih melalui penyesuaian kriteria kinerja keuangan
Nagari atau LPN (organisasi kredit desa) berdasarkan lebih efektif, diperlukan adanya pedoman atau
Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 085 tahun standar penilaian kinerja keuangan.
1972 (Danusaputro, Coller,& Suharto,1991). Pada Kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai
tahun 1984 Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
didirikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur tersebut. Kinerja keuangan perusahaan merupakan
No. 197 tahun 1984, dan Pemerintah Provinsi salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan
Bali juga mendirikan Lembaga Perkreditan Desa perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan
(LPD) pada tahun yang sama berdasarkan Surat analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan.
Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Bali (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 972 Tahun 1984 tertanggal 1 November 1984, berdasarkan keputusan Nomor : 740/KMK/1989
yang lebih lanjut dikukuhkan kembali dengan tanggal 20 Juni 1989)
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 2 Untuk mengetahui prestasi dan posisi
Tahun 1988 tertanggal 27 Januari 1988. Guna keuangan suatu perusahaan, seorang analis
lebih memantapkan kelembagaan LPD diseluruh keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran
Bali, Pemerintah Daerah Provinsi Bali kembali yang sering kali digunakan adalah rasio atau
mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi indeks yang menunjukkan hubungan antara dua
Bali No. 8 Tahun 2002, disertai Keputusan Gubernur data keuangan. (Husnan , 2002 : 44). Untuk
yang mengatur pendirian, lapangan usaha, modal, mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
organisasi, rencana kerja dan anggaran, pelaporan keuangan perusahaan, analis keuangan harus
dan pengwasan serta pembinaan LPD. LPD Bali melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan
dianggap sebagai LKM paling sukses di Indonesia, keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan
yang telah menunjukkan kelebihannya dalam dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan yang
memobilisasi simpanan dari masyarakat pedesaan menghubungkan dua data keuangan dengan jalan
dengan mengenalkan simpanan sukarela sejak awal membagi satu data dengan data yang lainnya.
(Bank Indonesia & GTZ, 2000). LPD Bali berbeda Kinerja keuangan LPD secara keseluruhan
dengan lembaga-lembaga lain dalam hal kepemilikan, merupakan gambaran prestasi yang dicapai
peraturan, dan operasionalnya. LPD Bali dimiliki LPD dalam operasionalnya, baik menyangkut
oleh desa adat, bukannya oleh Pemerintah Provinsi. aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
Pengaruh desa adat dalam pengaturan operasional penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya
dan peraturan LPD sangatlah penting (Arsyad, 2008) manusia. Kinerja keuangan Bank/LPD merupakan
28 Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.8 No.1, Februari 2014
gambaran kondisi keuangan Bank/LPD pada suatu Bagi Lembaga Perkreditan Desa/LPD, modal
periode waktu tertentu baik menyangkut aspek merupakan salah satu faktor yang sangat penting,
penghimpunan dana maupun penyaluran dana dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan
yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan dapat menampung resiko kemungkinan kerugian.
modal, likuiditas dan profitabilitas Bank/LPD. Bagi lembaga keuangan seperti LPD, tingkat
(Jumingan, 2006: 239). kesehatan merupakan salah satu indikator penting
Bagi Lembaga Keuangan/Bank dan Lembaga untuk dapat bersaing dengan lembaga keuangan
perkreditan Desa/LPD, kinerja keuangan merupakan lainnya. Tingkat kesehatan LPD sangat penting, dan
salah satu faktor yang sangat penting, dalam akan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat,
rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat sehingga masyarakat merasa aman menyimpan
menampung risiko kemungkinan kerugian. Apabila uangnya di LPD baik dalam bentuk tabungan dan
kinerja keuangan LPD baik, diharapkan dapat deposito. Untuk menjamin kepercayaan masyarakat
meningkatkan pertumbuhan LPD untuk jangka bahwa pengelolaan keuangan LPD tersebut
panjang, sebaliknya apabila kinerja keuangan LPD profesional, maka diperlukan analisis tentang
buruk akan dapat menurunkan pertumbuhan LPD. tingkat kesehatan LPD. Untuk menilai tingkat
Demikian juga halnya dengan Lembaga kesehatan lembaga perantara keuangan di Indonesia,
Perkreditan Desa/LPD Kabupaten Badung, dimana digunakan lima aspek penilaian yang mengacu
LPD ini adalah nama bagi Badan Usaha Simpan pada konsep CAMEL yang terdiri dari Capital
Pinjam milik masyarakat Desa Adat yang berada (Capital Adequasy Ratio atau CAR), Assets Quality
di Propinsi Tingkat I Bali dan merupakan sarana (Kualitas Aktiva Produktif atau KAP), Manajement
perekonomian rakyat di pedesaan. Di Kabupaten (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity
Badung saat ini berdiri 119 Lembaga Perkreditan (Likuiditas). Konsep CAMEL ditentukan oleh Bank
desa (LPD) yang tersebar di enam kecamatan. Total Indonesia. Untuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
aset yang dikelola seluruh LPD di Badung mencapai aspek manajemen tidak dianalisis.
Rp 1,9 triliun, dengan total nasabah mencapai Berdasarkan Keputusan Gubernur Bali No :
74 ribu lebih. Sistem adat yang kuat mendasari 95/01-C/HK/2003 tanggal 12 Maret 2003 tentang
perkembangan LPD. Pengelolaan LPD ditangani pelimpahan wewenang dan pengawasan Lembaga
langsung masing-masing desa pakraman. Dari data Perkreditan Desa di Provinsi Bali kepada PT Bank
Pemkab Badung, sebaran LPD meliputi Kecamatan Pembangunan Daerah Bali, manajemen LPD
Petang dengan 27 LPD, Kecamatan Abiansemal dipilih dan dinilai secara kualitatif oleh Desa Adat
(32), Kecamatan Mengwi (37), Kecamatan Kuta melalui peparuman/rapat adat. Manajemen LPD
Selatan (9), Kecamatan Kuta (6), dan Kecamatan dipercayakan langsung kepada Desa Adat setempat,
Kuta Utara 8 LPD. Asisten Perekonomian dan sehingga utuk menganalisis kinerja kesehatan LPD
Pembangunan Setda Badung Dewa Made Apramana, digunakan analisis CAEL yang terdiri dari Capital (
mengungkapkan LPD dikelola dengan landasan Tri Capital Adequasy Ratio atau CAR ), Assets Quality
Hita Karana. Sistem adat yang kuat menjiwai mental, ( Kualitas Aktiva Produktif atau KAP ), Earning
pola dan sikap dari masyarakat di desa sehingga (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) berdasarkan
membuat LPD menjadi lembaga keuangan yang Surat Keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan
terbilang kuat. Dengan dilandasi sistem adat yang Daerah Bali No. 0193.02.10.2007.2 tanggal 5 Juni
kuat itulah, LPD sebagai lembaga keuangan yang 2007 tentang Pedoman Sistem Penilaian ter- hadap
modalnya dari swadaya masyarakat, mampu tumbuh Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
dan berkembang di era kekinian. Tidak hanya itu, Penelitian tentang tingkat kesehatan Lembaga
LPD bahkan telah mampu menopang keuangan Perkreditan Desa (LPD) sudah banyak dilakukan,
masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang ada seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiantari
di wilayah Kabupaten Badung (Bali Post, Minggu (2009) tentang tingkat kesehatan LPD yang dinilai
Pon, 10 April 2011, Hal 2). Bagi LPD Di kabupaten dengan rasio permodalan, kualitas aktiva produktif,
Badung penilaian kinerja keuangan sangat penting rentabilitas dan likuiditas menyatakan bahwa LPD
dilakukan untuk menilai keberhasilan pengelolaan yang ada di Kota Denpasar secara rata-rata berada
keuangan LPD terutama kondisi kecukupan dalam kondisi yang sehat, dan Agus (2009) juga
modal, kualitas aktiva produktif, likuiditas, dan meneliti tentang aspek permodalan, kualitas aktiva
profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan produktif, rentabilitas dan likuiditas pada LPD di
maupun tahun sebelumnya dan menilai kemampuan wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, dan hasil
LPD dalam mendayagunakan semua aset yang penelitiannya menyatakan bahwa secara rata-rata
dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien. LPD Kecamatan Denpasar Selatan berada dalam
Made Rusmala Dewi S, Analisis Kinerja Kesehatan LPD... 29
kondisi yang sehat. Demikian juga penelitian kemampuan untuk menanggung kerugian dan
tentang tingkat kesehatan LPD dilakukan oleh Astiti mendanai pertumbuhan dimasa mendatang.
(2004), Candraningrat (2005), Wahyu- ningsih Akan tetapi adanya modal yang berlebihan
(2006), Susilawati (2007), dan penelitian yang menunjukkan adanya dana yang tidak produktif,
dilakukan oleh penulis tentang tingkat kesehatan dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi LPD
LPD dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan aset karena adanya kesempatan memperoleh keuntungan
LPD Kecamatan Mengwi. Berdasarkan Surat telah disia-siakan, sehingga pertumbuhan aset bisa
Keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan Dae- menurun dimasa mendatang.
rah Bali tentang pedoman sistem penilaian terhadap Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Lembaga Perkreditan Desa/LPD, tentang perlunya dinilai atas dasar penggolongan kolektibilitasnya,
dilakukan analisis kesehatan Lembaga Perkreditan yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan
Desa/LPD dan penelitian sebelumnya yang meneliti Macet. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran
tentang tingkat kesehatan LPD serta penelitian yang pokok dan angsuran pokok dan bunga kredit oleh
dilakukan oleh penulis tentang kesehatan LPD dan peminjam atau debitur kemungkinan diterimanya
pengaruhnya terhadap pertumbuhan aset LPD maka kembali dana yang digunakan, ditanamkan dan
dilakukan penelitian tentang kinerja kesehatan LPD ditempatkan (Sudirman, 2000:122). Berdasarkan
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan aset LPD SK. Direksi BPD Bali, aspek kualitas aktiva
Kabupaten Badung. Ana- lisis tingkat kesehatan produktif dinilai dengan rasio Kualitas Aktiva
LPD Kabupaten Badung dilakukan dengan analisis Produktif (KAP) dan rasio Pembentukan
CAEL, yaitu faktor yang dinilai adalah aspek modal, Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif (PPAP).
kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan likuiditas. Aspek kualitas aktiva produktif, khususnya
Sumber modal Lembaga Keuangan/Bank dan tingkat pengembalian pinjaman adalah indikator
Lembaga Perkreditan Desa/LPD terdiri dari modal kinerja yang paling penting bagi LKM/LPD
sendiri dan modal pihak ketiga. Jadi apabila usaha karena indikator tersebut merupakan prasyarat
LPD berjalan baik, apalagi dapat mempergunakan utama agar sebuah LKM/LPD mampu mandiri
modal pihak ketiga, maka keuntungan yang dan sustanabel dalam jangka panjang. Woolcock
diharapkan relatif akan lebih besar. Artinya LPD (1999) menekankan bahwa indikator kinerja yang
mendapat- kan kesempatan memberikan pinjaman paling penting dari sebuah LKM adalah tingkat
dengan memperoleh imbalan dari pembayaran bunga. pengembalian pinjaman karena hal itu merupakan
Sumber modal LPD Kabupaten Badung berasal penentu utama apakah sebuah program mampu
dari swadaya masyarakat sendiri atau urunan krama susnabel. Yaron (1994) berpendapat bahwa laba
Desa, bantuan Pemerintah, tabungan nasabah/ma- besar yang diperoleh LKM tidak dapat digunakan
syarakat, simpanan berjangka dan pinjaman dari sebagai satu-satunya indikator sustanabilitas
lembaga-lembaga keuangan. suatu LKM, karena laba yang besar dapat saja
Dengan modal tersebut LPD memberikan diperoleh hanya dalam waktu singkat. Pencapaian
pinjaman kepada masyarakat/nasabah untuk tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi
kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada sektor merupakan prasyarat utama (nesessary condition)
pertanian, industri, kerajinan kecil, perdagangan dan bagi sebuah LKM untuk susnabel dalam jangka
usaha-usaha lain yang dipandang perlu. panjang. Kerugian pinjaman seringkali menjadi
Aspek permodalan LPD dinilai dengan biaya terbesar yang harus ditanggung oleh
rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu untuk LKM tersebut dan menjadi penyebab utama
mengukur kecukupan modal guna menutupi kebangkrutan dan ketidaklikuidannya.
kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Aspek Rentabilitas (Earning) adalah
Adanya modal yang cukup sangat penting bagi LPD, kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
karena modal yang cukup itu memungkinkan LPD laba selama periode tertentu. Berdasarkan SK
untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan Direksi BPD Bali No.0193.02.10.2007.2 tanggal 5
LPD tidak mengalami kesulitan atau menghadapi Juni 2007, menyatakan bahwa penilaian Rentabilitas
bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena diukur dengan rasio Return on assets (ROA) yaitu
adanya krisis atau kekacauan keuangan. Modal rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata aset dan
yang cukup juga merupakan salah satu faktor kunci rasio BOPO yaitu rasio biaya operasional terhadap
yang mempengaruhi kesehatan dan sustanabilitas pendapatan operasional. Aspek rentabilitas bagi
LPD karena modal yang cukup mendorong para Lembaga Perkreditan Desa/LPD sangat penting
pemberi pinjaman dan para penabung untuk percaya dan diharapkan terjadi pertumbuhan ROA, yang
pada LPD tersebut dalam hubungannya dengan menunjukkan bahwa LPD telah mampu bekerja
30 Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.8 No.1, Februari 2014
sebagai LKM yang menguntungkan dan memiliki Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Rentabi- litas dan
sustanabilitas sehingga mampu meningkatkan Likuiditas secara parsial terhadap Pertumbuhan Aset
pertumbuhan aset LPD dimasa mendatang. Rasio LPD Kabupaten Badung.
BOPO mengukur kemampuan keuang an, yang Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teo-
menunjukkan kemampuan LPD untuk menutup ritis yang telah dikemukakan, berikut ini diajukan
biaya dengan penerimaan yang diperoleh. Dua hipotesis sebagai berikut: 1) Bahwa kinerja kesehatan
indikator kemampuan keuangan yang digunakan LPD yang diukur dengan aspek Permodalan, Kualitas
adalah kemandirian operasional dan kemandirian Aktiva Produktif, Rentabilitas dan Likuiditas secara
keuangan (Ledgerwood,1999). Kemandirian simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
operasional mengindikasikan kemampuan LPD untuk Pertumbuhan Aset LPD Kabupaten Badung; 2)
memperoleh cukup penerimaan untuk memenuhi Bahwa kinerja kesehatan LPD yang diukur dengan
biaya-biaya langsungnya, tidak termasuk biaya aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif,
modal (yang disesuaikan), tetapi mencakup biaya Rentabilitas dan Likuiditas secara parsial mempunyai
keuangan aktual yang ditimbulkan. Kemandirian pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Aset LPD
keuangan mengindikasikan kemampuan LPD untuk Kabupaten Badung.
memperoleh cukup penerimaan guna memenuhi
biaya-biaya langsung, termasuk biaya keuangan, METODE
cadangan untuk kerugian pinjaman, pengeluaran Identifikasi variabel-variabel yang digunakan
operasional dan biaya tidak langsung, termasuk dalam model penelitian ini dikelompokkan menjadi
biaya modal yang disesuaikan (Arsyad, 2008). dua yaitu variabel bebas (independen) dan variabel
Bagi LPD peningkatan kemampuan menghasilkan tergantung (dependen). Variabel tergantungnya
laba, peningkatan kemandirian operasional adalah pertumbuhan aset LPD (Y) dan variabel
dan kamandirian keuangan diharapkan dapat bebasnya adalah CAR (X1), KAP (X2) , PPAP
meningkatkan pertumbuhan aset LPD untuk masa- (X3), ROA (X4 ), BOPO (X5 ), LACLR (X6 ), dan
masa yang akan datang. LDR (X7 ).
Aspek likuiditas sangat penting bagi Bank/ Populasi dalam penelitian ini adalah LPD
LPD, karena Bank dan LPD dikatakan likuid apabila Kabupaten Badung yang terdiri dari 119 LPD
Bank dan LPD yang bersangkutan dapat memenuhi yang tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan
kewajiban utang-utangnya, dapat membayar Petang dengan 27 LPD, Kecamatan Abiansemal
kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi 32 LPD, Kecamatan Mengwi 37 LPD, Kecamatan
permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi Kuta Selatan 9 LPD, Kecamatan Kuta 6 LPD dan
penangguhan. Aspek likuiditas LPD dinilai dengan Kecamatan Kuta Utara 8 LPD. Dari populasi
Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR) tersebut sampel yang diambil adalah sebesar 79
yaitu rasio alat likuid terhadap hutang lancar dan LPD dengan metode purposive sampling.
Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio pinjaman Metode pengumpulan data yang digunakan
terhadap dana yang diterima. dalam penelitian ini adalah observasi non
Aspek pertumbuhan dinilai dengan pertumbuhan partisipan, yaitu dengan cara melakukan
aset LPD yaitu kemampuan LPD untuk meningkatkan pengamatan, pendokumentasian, serta pengolahan
asetnya. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan data laporan keuangan LPD yang diperoleh dari
LPD kabupaten Badung dapat meningkatkan LPD Kabupaten Badung.
kinerja keuangannya, sehingga dapat meningkatkan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan LPD untuk jangka panjang. signifikansi pengaruh kinerja kesehatan LPD yang
Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR),
mengetahui kinerja kesehatan LPD Kabupaten Kualitas Aktiva Produktif (KAP dan PPAP),
Badung diukur dengan aspek Permodalan, Kualitas Rentabilitas (ROA dan BOPO) dan Likuiditas
aktiva Produktif, rentabilitas dan Likuiditas dari (LACLR dan LDR) terhadap Pertumbuhan Aset
tahun 2008-2011; 2) Untuk mengetahui signifikansi LPD Kabupaten Badung baik secara simultan
pengaruh kinerja ke- sehatan LPD yang diukur maupun parsial. Analisis regresi linear berganda ini
dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas akan dihitung dengan bantuan SPSS for windows.
Aktiva Produktif (KAP), Rentabilitas dan Likuiditas Adapun spesifikasi model yang digunakan dalam
secara simultan terhadap Pertumbuhan Aset penelitian ini adalah (Wirawan, 2002:267):
LPD Kabupaten Badung; 3) Untuk mengetahui
signifikansi pengaruh kinerja kesehatan LPD yang Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x 6 +
diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), b7x 7+ ei
Made Rusmala Dewi S, Analisis Kinerja Kesehatan LPD... 31
Keterangan : heterokedastisitas, Uji heterokedastisitas bertujuan
Y = Tingkat pertumbuhan aset dalam satuan persentase untuk menguji apakah dalam model regresi
X1 = CAR dalam satuan persentase terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
X2 = KAP dalam satuan persentase pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk
X3 = PPAP dalam satuan persentase mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
X4 = ROA dalam satuan persentase diketahui dari pola gambar scatterplot model
X5 =BOPO dalam satuan persentase tersebut. Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan
X6 =LACLR dalam satuan persentase bahwa pada gambar scatterplot tidak ada pola
X7 =LDR dalam satuan persentase yang jelas dan titik-titik menyebar diatas dan
a = Interception point dibawah angka 0 pada sumbu y, berarti tidak
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi terjadi heterokedastistas; 4) Uji normalitas, Uji
ei = variabel pengganggu (residual error). normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel bebas, variabel terikat atau
Uji Asumsi Klasik keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum model Uji normalitas yang digunakan adalah uji statistik
regresi linier berganda digunakan. Uji asumsi klasik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
meliputi Uji multikolinearitas, Uji autokorelasi, Berdasarkan uji normalitas dapat diketahui bahwa
Uji heterokedastisitas dan Uji normalitas. nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, berarti
Hasil Uji Asumsi Klasik sebagai berikut:1) Uji data residual terdistribusi secara normal.
multikoliniearitas, Uji multikolinearitas bertujuan Untuk membuktikan hipotesis maka akan
untuk mengetahui hubungan yang bermakna dilakukan pengujian hipotesis, yaitu dengan cara
(korelasi) antar variabel bebas. Multikolinieritas sebagai berikut :1) Uji F ( Uji simultan ) yaitu
dapat diketahui dari nilai tolerance dan variance untuk menguji hipotesis pertama yang menyatakan
inflation factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas Bahwa kinerja kesehatan LPD yang diukur dengan
menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva
memiliki nilai tolerance dibawah 10 persen dan nilai Produktif (KAP), Rentabilitas dan Likuiditas secara
VIF diatas 10, sehingga tidak ada multikolinearitas simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
antar variabel bebas pada model regresi yang Pertumbuhan Aset LPD Kabupaten Badung; 2) Uji
digunakan; 2) Uji autokorelasi, Uji autokorelasi t ( Uji parsial ) yaitu untuk menguji hipotesis kedua
bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu yang menyatakan Bahwa kinerja kesehatan LPD
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR),
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Rentabilitas dan
periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh
tidaknya autokorelasi dapat diketahui dari nilai signifikan terhadap Pertumbuhan Aset LPD Kabupaten
Durbin Watson (DW). Berdasarkan uji autokorelasi Badung. Berdasarkan Tabel 1, maka dapat disusun
dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,891 persamaan regresi linier berganda :
terletak diantara 1,65 dengan 2,35 (1,65 < 1,891 Y=68,391-0,603X 1-0,594X 2+0,000X 3+1,893X 4-
< 2,35), berarti tidak terjadi autokorelasi; 3) Uji 0,076X5-0,169X6-0,322 X7+ei

Tabel 1. Hasil Regresi Linier Berganda


Variabel bebas Koefisien Regresi Std Error t Sig
( Konstanta ) 68,391 24,252 2,820 0,006
CAR (X1) -0,603 0,208 -2,900 0,005
KAP (X2) -0,594 0,182 -3,271 0,002
PPAP (X3) 0,000 0,001 0,278 0,782
ROA (X4) 1,893 1,512 1,252 0,215
BOPO (X5) -0,076 0,215 -0,353 0,725
LACLR (X6) -0,169 0,146 -1,151 0,254
LDR (X7) - 0,322 0,184 -1,746 0,085
R-Square = 0,370
F hitung = 5,965
Signifikan F = 0,000
Durbin-Watson = 1,891
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian
32 Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.8 No.1, Februari 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN sebaliknya. thitung > ttabel (1,252<1,900) dengan
Uji-F (uji simultan) demikian H0 diterima dan Ha ditolak, berarti ROA
Tehnik analisis uji-F dilakukan dengan berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel aset (0,215>0,05). Variabel BOPO bertanda
pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil negatif atau arah berlawanan , ini berarti apabila
perhitungan regresi linier berganda yang diangkum BOPO meningkat maka pertumbuhan aset akan
pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa Fhitung = 5,965 menurun, demikian sebaliknya. thitung > ttabel
lebih besar dari Ftabel = 2,21 (5,965>2,21) dengan (-0,353<1,900) dengan demikian H0 diterima
nilai signifikansi 0,000< 0,05. Jadi dapat disimpulkan dan Ha ditolak, berarti BOPO berpengaruh tidak
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya rasio signifikan terhadap pertumbuhan aset (0,725>0,05).
CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, LACLA dan LDR Variabel LACLR bertanda negatif atau arah
secara simultan mempunyai pengaruh signifikan berlawanan, ini berarti apabila LACLR meningkat
terhadap pertumbuhan aset LPD Kabupaten maka pertumbuhan aset akan menurun, demikian
Badung. Besarnya pengaruh ketujuh variabel bebas sebaliknya. thitung > ttabel (-1,151<1,900)
tersebut dapat diketahui dari besarnya koefisien dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak,
determinasi (R2) yaitu sebesar 0,370, angka ini berarti LACLR berpengaruh tidak signifikan
menunjukkan bahwa variasi variabel bebas secara terhadap pertumbuhan aset (0,254>0,05). Variabel
simultan mempengaruhi variabel terikatnya sebesar LDR bertanda negatif atau arah berlawanan , ini
37% sedangkan sisanya sebesar 63% dijelaskan berarti apabila LDR meningkat maka pertumbuhan
oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan uraian aset akan menurun, demikian sebaliknya. thitung >
tersebut maka hipotesis pertama yang menyatakan ttabel (-1,746<1,900) dengan demikian H0 diterima
bahwa rasio CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, dan Ha ditolak, berarti LACLR berpengaruh tidak
LACLR dan LDR secara simultan mempunyai signifikan terhadap pertumbuhan aset (0,085>0,05).
pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Aset
LPD Kabupaten Badung terbukti. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio permodalan ini digunakan untuk
Uji- t ( uji parsial ) mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk
Teknik analisis uji-t dilakukan dengan menutup kemungkinan kerugian dalam kegiatan
membandingkan nilai thitung dengan tabel (1,990) perkreditan. Pengaruh Capital Adequacy Ratio
pada taraf signifikansi 0,05 dengan pengujian two (CAR) terhadap perumbuhan aset LPD negatif
tailed test (α/2=0,025). Hasil perhitungan regresi dan signifikan, berarti apabila CAR menurun
linier berganda untuk masing-masing variabel maka pertumbuhan aset meningkat demikian
bebas dapat diketahui pada Tabel 1. Variabel CAR sebaliknya. Menurut teori, rasio kecukupan modal
bertanda negatif atau arah berlawanan , ini berarti (CAR) minimum 10%, untuk menjamin keamanan
apabila CAR meningkat maka pertumbuhan aset tabungan nasabah termasuk deposito dan kesehatan
akan menurun, demikian sebaliknya. thitung > LPD tersebut (Arsyad, 2008:158). Dengan modal
ttabel (-2,900>1,900) dengan demikian H0 yang mencukupi, memungkinkan manajemen LPD
ditolak dan Ha diterima, berarti CAR berpengaruh yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisien
signifikan terhadap pertumbuhan aset (0,005<0,05). yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh pemilik
Variabel KAP bertanda negatif atau arah modal pada LPD tersebut. Rasio kecukupan modal
berlawanan, ini berarti apabila KAP meningkat (CAR) LPD Kabupaten Badung selama lima tahun
maka pertumbuhan aset akan menurun, demikian rata-rata lebih tinggi dari CAR yang ditentukan
sebaliknya. thitung > ttabel (-3,271>1,900) dengan (10%), sehingga adanya dana yang tersimpan dalam
demikian H0 ditolak dan Ha diterima, berarti KAP modal sendiri terlalu besar, berakibat pemanfaatan
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri tersebut kurang efisien, karena
aset (0,002<0,05). Variabel PPAP bertanda positif modal sendiri tersebut menganggur dan tidak bisa
atau searah, ini berarti apabila PPAP meningkat menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu tingkat
maka pertumbuhan aset akan meningkat, demikian kemampuan LPD dalam menghasilkan keuntungan
sebaliknya. thitung > ttabel (0,278<1,900) dengan rendah, sehingga mengakibatkan pertumbuhan aset
demikian H0 diterima dan Ha ditolak, berarti PPAP LPD akan menurun.
berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan
aset (0,782>0,05). Variabel ROA bertanda positif Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
atau searah, ini berarti apabila ROA meningkat Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
maka pertumbuhan aset akan meningkat, demikian LPD dalam menggunakan Aktiva Produktifnya yaitu
Made Rusmala Dewi S, Analisis Kinerja Kesehatan LPD... 33
semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing dengan Menurut teori, profitabilitas/rentabilitas dan efisiensi
maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan merupakan faktor kunci yang menentukan kemampuan
fungsinya. Pengaruh rasio KAP terhadap pertumbuhan keuangan (operational dan financial self-sufficiency)
aset negatif dan signifikan, berarti apabila KAP menurun sebuah LKM (Ledgerwood, 1999). Pertumbuhan
maka pertumbuhan aset meningkat demikian sebaliknya. indikator profitabilitas yang tinggi menunjukkan
Semakin kecil rasio yang diperoleh akan semakin baik, bahwa LPD telah mampu bekerja sebagai sebuah LKM
karena aktiva produktif yang diklasifikasikan semakin yang menguntungkan dan memiliki sustanabilitas.
kecil. Besarnya rasio KAP menunjukkan bahwa dari Tingkat profitabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh
total aktiva produktif yang dimiliki oleh masing-masing tiga faktor internal, yaitu: Pertama, tingkat efisiensi
LPD, kemungkinan tidak diterimanya kembali aktiva LPD yang tinggi. Kedua, pertumbuhan tabungan dan
produktif yang diklasifikasikn tersebut adalah sebesar deposito berjangka nasabah yang tinggi yang disertai
persentase KAP. Berarti semakin kecil persentase pertumbuhan pinjaman yang diberikan. Ketiga, tingkat
KAP semakin kecil kemungkinan tidak diterimanya pengembalian pinjaman yang tinggi. Faktor eksternal
aktiva produktif yang diklasifikasikan sehingga dapat yang menyokong LPD untuk memperoleh profitabilitas
meningkatkan pertumbuhan aset LPD. Kualitas aktiva yang tinggi adalah, lingkungan makro-ekonomi.
produktif digolongkan sebagai lancar, kurang lancar, Kondisi makro-ekonomi kabupaten yang stabil dan
diragukan dan macet. Kelancaran pengembalian terus tumbuh membuat LPD mampu mencapai tingkat
kredit berarti kelancaran pembayaran bunga dan profitabilitas yang tinggi (Arsyad,2008:168). Rasio ROA
angsuran kredit sehingga dapat disalurkan kembali LPD Kabupaten Badung selama lima tahun rata-rata
dalam bentuk pemberian kredit kepada anggota dan rendah, sehingga kemampuan LPD untuk menghasilkan
kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan keuntungan melalui penggunaan aktiva rendah. Tingkat
pertumbuhan aset LPD. profitabilitas LPD yang rendah disebabkan oleh tiga
faktor, yaitu : Pertama, tingkat efisiensi LPD yang
Pengaruh Penyisihan Penghapusan Aktiva rendah. Kedua, Pertumbuhan tabungan dan deposito
Produktif (PPAP) berjangka nasabah yang rendah. Ketiga, tingkat
Rasio ini digunakan untuk untuk mengetahui pengembalian pinjaman yang rendah. Rasio LPD
kemampuan LPD untuk menutup risiko kerugian Kecamatan Mengwi rata-rata rendah disebabkan karena
dengan membentuk Penyisihan penghapusan Aktiva menurunnya laba bersih LPD, sedangkan aset LPD
Produktif (PPAP) atau Cadangan Piutang Ragu-ragu bertambah besar, sehingga menyebabkan menurunnya
(CPRR). Pengaruh rasio PPAP terhadap pertumbuhan kemampuan LPD untuk menghasilkan laba, sehingga
aset positif tapi tidak signifikan, berarti apabila PPAP menyebabkan pertumbuhan aset LPD menurun.
meningkat maka pertumbuhan asset meningkat,
demikian sebaliknya. Aturan pembentukan PPAP Pengaruh Biaya Operasional (BOPO)
untuk bank berdasarkan kemungkinan risiko yang Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
ditimbulkannya, yaitu risiko kurang lancar, diragukan LPD dalam mengelola biaya operasionalnya untuk
dan macet. Besarnya rasio PPAP menunjukkan bahwa memperoleh pendapatan operasional. Pengaruh
kemampuan LPD untuk menanggung risiko kerugian rasio BOPO terhadap pertumbuhan asset LPD
dengan cadangan CPRR yang dimiliki sebesar negatif tapi tidak signifikan, berarti apabila
persentase PPAP yang diperoleh masing-masing LPD rasio BOPO menurun maka pertumbuhan asset
tersebut. Semakin kecil rasio ini semakin baik, karena meningkat, demikian sebaliknya. Semakin kecil
semakin kecil persentase tidak tertagihnya piutang. rasio ini semakin baik, karena semakin efisien LPD
Artinya semakin lancar pengumpulan piutang, dalam mengelola biaya operasionalnya, sehingga
semakin lancar penyaluran kredit karena tersedia semakin meningkat pendapatan operasionalnya,
dana yang cukup, sehingga dapat meningkatkan artinya semakin meningkat laba yang diperoleh.
pertumbuhan aset LPD. Peningkatan laba yang terjadi secara terus menerus
akan meningkatkan pertumbuhan aset LPD.
Pengaruh Return on Assets (ROA)
Rasio profitabilitas / rentabilitas ini digunakan Pengaruh Liquid Assets to Current Liabilities
untuk mengukur kemampuan LPD untuk menghasilkan (LACLR)
laba dengan menggunakan total aktivanya. Pengaruh Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
rasio ROA terhadap pertumbuhan asset LPD positif LPD dalam memenuhi kewajiban keuangan yang
tapi tidak signifikan, berarti apabila rasio ROA harus segera dipenuhi atau kemampuan LPD untuk
meningkat maka pertumbuhan asset meningkat, memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
demikian sebaliknya. Pengaruh rasio LACLR terhadap pertumbuhan
34 Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.8 No.1, Februari 2014
aset negatif tapi tidak signifikan, berarti apabila Assets (ROA) dan rasio biaya operasional (BOPO),
LACLR meningkat maka pertumbuhan asset aspek Likuiditas yang diukur dengan rasio Liquid
menurun, demikian sebaliknya. Semakin besar rasio Assets to Current Liabilities ( LACLR) dan Loan
ini semakin baik karena kemampuan LPD dalam to Deposit Rasio (LDR), menunjukkan bahwa
membayar kewajiban lancar yang dijamin dengan alat semua LPD Kabupaten Badung secara rata-rata
likuid yang dimiliki LPD. Alat likuid yang dimiliki berada dalam keadaan sehat. 2) Hasil pengujian
LPD adalah kas dan antar bank aktiva (tabungan simultan menunjukkan bahwa rasio CAR, KAP,
dan deposito), sedangkan hutang lancar meliputi PPAP, ROA, BOPO, LACLR dan LDR secara
kewajiban yang segera harus dibayar, yaitu tabungan simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
dan deposito dari masyarakat. Semakin likuid LPD Pertumbuhan Aset LPD Kabupaten Badung, dengan
tersebut kepercayaan masyarakat terhadap LPD nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. 3) Hasil
akan meningkat, sehingga untuk jangka panjang pengujian parsial menunjukkan bahwa rasio CAR
pertumbuhan LPD tersebut akan meningkat. dan KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan asset LPD Kecamatan Mengwi,
Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 dan
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai 0,002<0,05. Rasio PPAP, ROA, BOPO, LACLR
seberapa jauh suatu LPD menggunakan dana dan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap
dari pihak ketiga untuk membiayai kreditnya dan pertumbuhan asset LPD Kabupaten Badung, dengan
memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Pengaruh rasio nilai signifikansi sebesar 0,782, 0,215, 0,725, 0,254,
LDR terhadap pertumbuhan asset LPD negatif tapi 0,085 > 0,05.
tidak signifikan, berarti apabila rasio LDR menurun Saran dalam penelitian ini adalah 1) Sebaiknya
maka pertumbuhan asset meningkat, demikian tingkat efisiensi LPD ditingkatkan, dengan cara
sebaliknya. Dana yang diterima dari pihak ketiga meningkatkan pertumbuhan tabungan dan deposito,
yaitu tabungan, deposito, modal disetor, cadangan tingkat pengembalian pinjaman ditingkatkan dengan
umum dan laba LPD yang akan disalurkan kepada melakukan penagihan secara aktif, menekan biaya
anggota dan masyarakat dalam bentuk pinjaman/ operasional, sehingga bisa meningkatkan kemampuan
kredit. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi untuk memperoleh laba, dengan demikian diharapkan
tingkat pinjaman yang diberikan/disalurkan kepada pertumbuhan asset LPD meningkat. 2) Penelitian
masyarakat. Apabila tingkat pengembalian pinjaman selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kinerja
tidak lancar maka akan mengakibatkan menurunnya kesehatan LPD dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
kemampuan LPD untuk membayar kembali aset pada LPD lainnya selain LPD Kabupaten Badung
kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan
dananya dengan kredit yang telah disalurkan kepada REFERENSI
para debiturnya, sehingga kepercayaan masyarakat Agus S.P. I Gede. 2009. “ analisis Aspek Permodalan,
untuk menanamkan dananya pada LPD akan Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas dan Likuidu\
menurun, sehingga mengakibatkan pertumbuhan itas pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di
asset LPD akan menurun. wilayah Kecamatan Denpasar Selatan “ Skripsi.
Berdasarkan hasil analisis, rasio CAR, KAP, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.
PPAP, ROA, BOPO, LACLR dan LDR LPD Ari Astiti, Ni Made. 2004. “Analisis Kinerja
Kabupaten Badung rata-rata dalam keadaan sehat, Keuangan pada LPD di Kecamatan Kuta
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astiti Selatan Tahun 2001-2003 “. Skripsi. Fakultas
(2004), candraningrat (2005), Wahyuningsih (2006), Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.
Susilowati (2007), Sugiantari (2009), Agus (2009) Arsyad Lincolin. 2008. “ Lembaga Keuangan Mikro
dan Rusmala Dewi.S (2011). “. Andi, Yogyakarta
Artha, I Made. 1999. “Penilaian Tingkat Kesehatan
SIMPULAN DAN SARAN LDKP/LPD”. Denpasar: Bank Pembangunan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian Daerah Bali Kantor pusat.
dapat disimpulkan sebagai berikut:1) penilaian Bank Pembangunan Daerah Bali. 2007. “Pedoman
Kesehatan LPD Aspek permodalan yang diukur Sistem Penilaian Terhadap Lembaga
dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek Perkreditan Desa (LPD). Denpasar.
Kualitas Aktiva Produktif yang diukur dengan rasio Chapes, Rodrigo A& Claudio Gonzales-Vega. 1996.
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Penghapusan “ The Design of Successful Rural Financial
Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), aspek Intermidiate: Evidence from Indonesia. Worl
Rentabilitas yang diukur dengan rasio Return on Development. 24(1):65-78.
Made Rusmala Dewi S, Analisis Kinerja Kesehatan LPD... 35
Bank Indonesia., The & GTZ. 2000, “ Legislation, ”, Laporan hasil penelitian Fakultas Ekonomi
Regulation and Supervision of Microfinance Universitas Udayana. Sudirman. 2000.
Institution in Indonesia, Project ProF1”. Bank ”Manajemen Perbankan”. Edisi pertama.
Indonesia. Jakarta. Denpasar. PT. Balai Pustaka.
Husnan, Suad. 2002. “Manajemen Keuangan Teori Sugiantari, Gst Ayu Nym, 2009. “Analisis Kinerja
dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek)”, Keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
BPFE, Yogyakarta. se- Kota Denpasar Periode 2006-2008 “.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Skripsi. Universitas Udayana Denpasar.
Cetakan Pertama. Jakarta. Bumi Aksara. Susi Yuli Wahyuningsih, Ni Luh Putu. 2006.
Kriteria Pengukuran Kesehatan dan Performan “Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga
Lembaga Dana dariKredit Pedesaan. Januari Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman
1993. Penerbit Bank Indonesia. Pecatu Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten
Ledgerwood, Joanna. 1999. ”Microfinance Handbook: Badung “. Skripsi. Fakultas Ekonomi
An Institutional and Financial Perspective. universitas Udayana Denpasar.
Washington , D.C.: The World Bank. Susilowati, Ida Ayu Putu. 2007. “Analisis Kinerja
Nata Wirawan, ” Statistik 2 ( Statistik Inferensia), Keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di
Edisi kedua, Keraras Emas, 2002, Denpasar. Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Periode
Rika Candraningrat, 2005. “ Tingkat kesehatan 2005 dan 2006 “. Skripsi. Fakultas Ekonomi
LPD di Kabupaten Badung dan Faktor-faktor Universitas Udayana Denpasar.
yang mempengaruhinya “. Skripsi. Fakultas Woolcock, Michael J. V. 1999. Learning from
Ekonomi Universitas Udayana Denpasar. failures in Microfinance: What unsuccessful
Rusmala Dewi.S, Made, 2011, ” Analisis Kinerja cases tell us about how group-based programs
Kesehatan LPD dan Pengaruhnya terhadap work. The American Journal of Economics and
Pertumbuhan Aset LPD Kecamatan Mengwi Sociology, 58(1): 17-22

Anda mungkin juga menyukai