Anda di halaman 1dari 12

Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan

(Studi Kasus pada PT Bank Sumut)

Nashriatun Munawwarah
Jurusan Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
Email: inassyahri@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis manajemen laba pada laporan keuangan bank daerah
(BUMD) yaitu PT Bank Sumut. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder
dan menggunakan laporan keuangan periode 2017-2021 di annual report yang terdapat di situs
resmi PT Bank Sumut. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan discretionary
accrual. Hasil pengujian yang telah dilakukan selama periode pengamatan melalui Laporan
Keuangan yaitu pada PT Bank Sumut terindekasi tidak melakukan praktik manajemen laba dalam
pelaporan laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil Discretionary Accrual (DA) selama
lima tahun yang bernilai mendekati angka nol, artinya PT Bank Sumut mampu memberikan kinerja
yang baik dengan tidak melakukan manipulasi data pada Laporan Keuangan.
Kata kunci : Manajemen Laba, Laporan Keuangan, Discretionary accrual
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu laporan yang berfungsi untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan dan arus kas. Laporan keuangan juga berfungsi
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer atas sumber daya yang dikelolanya. Laporan
keuangan juga diperlukan bagi para investor dalam pengambilan keputusan untuk
menginvestasikan dana di perusahaan. Selanjutnya, laporan keuangan berfungsi juga untuk
mengevaluasi kesehatan keuangan sebuah perusahaan yang diperlukan bagi analis pasar dan
kreditur. Jenis laporan yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut biasanya berupa laporan
neraca, laporan laba rugi dan juga laporan arus kas.
Dalam praktiknya pemilik perusahaan juga memerlukan informasi terkait laporan keuangan yang
dibantu oleh pengelola perusahaan yaitu manajer. Dengan kewenangan mengelola dana pemilik
dan pengambilan keputusan perusahaan lainnya tentunya memungkinkan munculnya konflik
kepentingan antara stakeholder sebagai pemilik dan manajer sebagai pengendali perusahaan. Untuk
itulah diperlukannya bentuk informasi melalui laporan keuangan dengan berbeda kepentingan.
Dari konflik kepentingan (conflict of interest) inilah timbul sebuah teori yang mengemukakan
asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri.
Teori ini kemudian dikenal dengan agency theory (Anthony dan Govindarajan, 1995 dalam Indah,
2006).
Salah satu yang terpenting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
prestasi manajemen. Melalui informasi laba seorang manajer dapat dikatakan mampu mengelola
keuangan dan kinerjanya dengan baik. Hal inilah yang membuat manajer melakukan hal yang dapat
memberikan kesan baik terhadap pencapaian laba perusahaan sehingga dilakukan praktik
mengelola laba dengan menaikkan atau diturunkan sesuai keinginan manajer
Salah satu cara untuk mencapai target laba yang diinginkan adalah dengan melakukan manajemen
laba (earnings management). Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan
untuk mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk
mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba
adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna
mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya atau perusahaannya
sendiri (Saputro dan Setiawati dalam Saffudin, 2011 dalam Zurriah, 2017). Manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer tersebut timbul karena keinginan manajer untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dengan laba besar serta adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara
pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/ manajemen (agent) akibat tidak
bertemunya utilitas maksimal diantara mereka. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat
perolehan laba (earning) atau prestasi suatu perusahaan, sehingga tidak mengherankan bila manajer
sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba yang dicapai.
Dalam pratiknya manajemen melakukan manipulasi laba melalui aktivitas akrual. Menurut Healy
dan DeAngelo dalam Imelda dan Suhendah (2011), konsep akrual dibedakan menjadi dua yaitu
discretionary accruals dan non discretionary accruals. Discretionary Accruals adalah pengakuan
akrual laba atau beban yang bebas serta serta tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan
manajemen. sedangkan Non Discretionary Accruals merupakan akrual yang wajar dan tunduk pada
prinsip akuntansi yang berterima umum. Manipulasi laba melalui aktivitas akrual ini dilakukan
karena adanya kebijakan yang telah diatur dalam PSAK No.1 (revisi 2009) paragraph 25, dimana
penyusunan laporan keuangan atas dasar akrual kecuali pada laporan arus kas. Namun demikian
praktik manajemen laba ini dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan dan menambah bias
dalam laporan keuangan sehingga dapat mengganggu pemakai laporan keuangan karena
merekayasa laporan dan memberikan informasi yang bukan sebenarnya.
Secara teknis manajemen laba akrual dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen
akrual dalam laporan keuangan. Terdapat berbagai macam model untuk mengukur manajemen laba
akrual diantaranya model Healy, model De Angelo, Model Jones dan Model Jones yang
dimodifikasi.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel pada perbankan konvensional yaitu PT Bank
Sumut. Dengan penelitian ini penulis akan melakukan analisis praktik manajemen laba melalui
Laporan Keuangan PT Bank Sumut selama lima tahun yaitu tahun 2017 – 2021. Adapun model
manajemen laba akrual dalam hal ini diukur menggunakan modified jones model. Alasan
penggunaan model ini karena modified jones model ini merupakan model yang dapat mendeteksi
manajemen laba secara detail.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini
adalah Apakah terdapat praktik manajemen laba pada PT Bank Sumut pada tahun 2017-2021?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis manajemen laba pada laporan keuangan PT Bank Sumut
selama lima tahun berturut-turut yaitu 2017 – 2022 yang diambil dari situs resmi PT Bank Sumut.
KAJIAN PUSTAKA
PT Bank Sumut
Awal Berdirinya PT Bank Sumut
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan
sebutan BPSU. Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera
Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dengan modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100 Juta dengan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara. Pada tahun
1999, bentuk hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau disingkat PT. Bank Sumut.
Salah satu BUMD yang mendapatkan penyertaan modal pemerintah adalah PT Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Utara atau dikenal dengan PT Bank Sumut. PT Bank Sumut telah menjadi Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang
KetentuanKetentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Komposisi kepemilikan saham PT Bank
Sumut (per 31 Desember 2020) didominasi oleh saham milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dengan saham sebesar 46,95%, dimiliki Pemerintah Kabupaten Sumatera Utara sebesar 38,44%,
dan dimiliki Pemerintah Kota Sumatera Utara sebesar 13,61% (PT Bank Sumut, 2020).
Visi dan Misi PT Bank Sumut
Visi PT Bank Sumut yaitu “Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat.”
Untuk mendukung visi tersebut, maka ditetapkan misi yaitu Mengelola dana pemerintah dan
masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance.
Adapun produk dan layanan PT Bank Sumut adalah berupa dana seperti Tabungan Smart (Info),
Tabungan Smart, Smart Payroll, Smart KPE, Smart Pensiun, TabunganKu, Tabungan Simpeda,
Tabungan SimPel, Giro Pemerintah, Giro Swasta, Deposito On Call (DOC) serta perkreditan
seperti Deposito Rupiah, KPP Sumut Sejahter, Kredit Agunan Bersahabat, dan lain-lain.
Peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) berpotensi tumbuh di era otonomi daerah sebagai sarana
percepatan sekaligus mendinamiskanperekonomian, dengan tujuan memajukan pembangunan
suatu daerah. Pengelolaan BPD secara akuntabel, profesional, dan memiliki daya saing yang tinggi
dapat meningkatkan peran BPD dalam melaksanakan tugas sebagai penggerak perekonomian dan
pembangunan daerah. Selain memiliki fungsi sebagai bank komersial, BPD juga berfungsi sebagai
agen penggerak pembangunan di suatu daerah. Dalam hal ini, BPD dituntut berperan dalam
memfasilitasi dana pembangunan daerah, baik untuk proyek investasi ataupun modal kerja
(Purwanto, 2019). Jadi PT Bank Sumut yang merupakan bank BUMD harus mampu menunjukkan
kinerja yang baik, profesional, akuntabel dan memiliki daya saing yang tinggi agar mampu menjadi
penggerak dalam perekonomian dan pembangunan daerah.
Agency Theory
Agency theory berkaitan erat dan merupakan landasan untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya manajemen laba. Teori ini membahas mengenai konflik kepentingan
antara agent dan principal. Agent merupakan pihak internal perusahaan yang menjalankan kegiatan
operasional bisnis perusahaan. Agent dapat diartikan sebagai manajemen perusahaan atau manajer.
Sedangkan principal adalah pihak yang mempunyai modal atau pemegang saham dalam
perusahaan. Masing-masing pihak yaitu agent dan principal mempunyai kepentingan yang berbeda
terhadap perusahaan. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi lain manajer mempunyai
kepentingan memaksimumkan kesejateraan mereka (Jensen dan Meckling, 1976).
Agency problem timbul karena adanya information asymmetry antara agent dan principal.
Information asymmetry muncul ketika tidak adanya keseimbangan informasi antara agent dan
principal. Agent sebagai pihak internal perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai
keadaan perusahaan dibandingkan principal. Ketidakseimbangan informasi dapat menyebabkan
moral hazard dan adverse selection (Scott, 2015). Moral hazard terjadi karena principal tidak
dapat secara langsung mengamati aktivitas agent dalam mengelola perusahaan dan mengelolah
informasi, sehingga ukuran output atas aktivitas-aktivitas yang telah ditetapkan dalam kontrak
menjadi kurang akurat. Sedangkan adverse selection timbul akibat adanya ketidakpastian apakah
informasi yang disajikan oleh agent, digunakan oleh principal dalam mengambil suatu keputusan,
merupakan informasi yang mencerminkan kinerja agent sebenarnya.
Agency problem hanya bisa diminimalisir tapi tidak bisa dihilangkan, karena agency problem
berhubungan dengan prilaku agent dan principal yang selalu memaksimalkan utilitasnya. Faktor
lain penyebab terjadinya agency problem adalah karena sulitnya untuk memonitor tindakan yang
dilakukan oleh agent dan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal
mengenai informasi kegiatan perusahaan. Teori keagenan ini digunakan untuk menjelaskan kondisi
keuangan terhadap manajemen laba yang terjadi di perusahaan

Manajemen Laba
Scott (2012:423) dalam Taco dan Ventje (2016) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut
“Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural
to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market valueof
the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh
manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka
dan atau nilai pasar perusahaan. Sulistyanto dan Wibisono (2008) dalam Marlisa dan Siti (2016)
mengemukakan bahwa manajemen laba adalah upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi
atau memperbarui informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi
stakeholder yang ingin mempengaruhi kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba adalah
suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan
keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba
(Gunawan, et.al, 2015 dalam Marlisa dan Siti, 2016). Fischer dan Rosenzweig (1995)
mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan
yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam
jangka panjang.
Christiani dan Yeterina (2014) dalam Marlisa dan Siti (2016) menjelaskan konsep model akrual
yang memiliki dua komponen yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals.
Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai
dengan kebijakan (discretion) manajerial, sementara non discretionary accruals merupakan
komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajer
perusahaan. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual-akrual
tersebut untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Pengukuran manajemen laba yang
dilakukan dengan menggunakan Model Jones yaitu Discretionary Accrual (DA). Discretionary
Accrual adalah suatu cara untuk mengurangi atau menambah pelaporan laba yang sulit dideteksi
melalui manipulasi kebijaksanaan akuntansi yang bersangkutan atau berkaitan secara akrual.
Sebelum mengukur Discretionary Accruals (DA), terlebih dahulu diukur total akrual (TA) yang
didapat dari selisih antara laba bersih sebelum pajak (NI) dengan arus kas operasi perusahaan
(CFO). Model manajemen laba menggunakan total akrual (TA) yang dikelompokkan dari
Discretionary Accrual (DA). DA didapat dengan menghitung selisih antara Total Accrual
perusahaan (TA) dengan Non Discretionary Accruals (NDA).

Motivasi Manajemen Laba


Motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, Scott (2003) :
(1) Marlisa dan Siti (2016) Rencana bonus (bonus scheme), manajer yang bekerja diperusahaan
dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar memaksimalkan bonus
yang akan diterimanya,
(2) Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant), motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt
covenant dalam teori akuntansi positif, yaitu semakin dekat perusahaan ke pelanggaran perjanjian
hutang, maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak,
(3) Motivasi politik (political motivation), perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis
cenderung untuk menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya untuk memperoleh kemudahan
dan fasilitas dari pemerintah,
(4) Motivasi Perpajakan (taxation motivation), perpajakan merupakan suatu alasan utama mengapa
perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan, maka
perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah,
(5) Pergantian CEO, CEO yang akan habis masa penugasannya akan melakukan strategi
memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya
kurang baik, akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan
pemecatannya,
(6) Penawaran saham perdana (initial public offering), saat perusahaan go public, informasi
keuangan yang ada dalam prospectus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini
dapat dipakai dengan sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan.

Pola Manajemen Laba


Scott (2003:345) dalam Marlisa dan Siti (2016) mengidentifikasi empat pola yang dilakukan oleh
pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu:
(1) Taking a bath, dilakukan ketika terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak
dapat dihindari, yaitu dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode yang akan datang dan
kerugian periode berjalan
(2) Income minimization dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan
tujuan agar tidak mendapat perhatian politis
(3) Income maximization dilakukan dengan memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang
lebih besar. Dari positif accounting theory, para manajer dapat terlibat dalam maksimilasi laba
bersih yang dilaporkan untuk tujuan bonus.
(4) Income smoothing dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

Penelitian Sebelumnya
Manajemen laba sampai saat ini masih menjadi perdebatan banyak pihak tentang keetisan
penggunaannya. Namun demikian banyak perusahaan yang menggunakan praktik manajemen laba
dengan tujuan meningkatkan kinerja perusahaan.
Penelitian mengenai ada tidaknya indikasi keberadaan unsur manajemen laba dalam laporan
keuangan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kurnia Utami (2020) dengan penelitiannya
berjudul Analisis Praktik Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
Menggunakan Modified Jones Model, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat praktik
manajemen laba pada 14 Bank Umum Syariah melalui laporan keuangan bank umum syariah tahun
2017 dan 2018 dengan pola menaikan dan menurunkan nilai laba, serta praktik yang digunakan
dalam melakukan manajemen laba yaitu memanfaatkan komponen-komponen akrual pada laporan
keuangan contoh nya seperti menaikan penjualan. Analisis praktik manajemen laba menunjukkan
bahwa bank-bank yang melakukan praktik manajemen laba dengan cara menurunkan laba di
latarbelakangi oleh utang dan beban pajak. Sedangkan praktik manajemen laba yang dilakukan
dengan cara menaikan laba disebabkan oleh bank terlalu optimis dalam melaporkan kinerjanya
yaitu mengakui pendapatan masa depan menjadi pendapatan masa sekarang
Alfiyator Rohmaniyah (2018) meneliti Bank Umum Syariah terindekasi melakukan praktik
manajemen laba dalam laporan keuangan dengan membuktikan dengan hasil Discretionary
Accrual (DA) selama tiga tahun yang bernilai negatif dan positif, Discretionary Accrual (DA) yang
telah dianalisis memmiliki rata-rata di bawah angka nol, dengan kata lain nilai DA rata-rata bernilai
negatif, hal ini berarti Bank Umum Syariah Indonesia Pada tahun 2015-2017 melakukan
manajemen laba dengan cara menurunkan angka laba. Astri Faradilla (2013) dengan judul
penelitian Analisis Laba pada Perbankan Syariah, bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan
terhadap 11 Bank Umum Syariah menunjukkan Discretionary Accrual (DA) Bank Umum Syariah
memiliki nilai positif dan negatif. Artinya, ada manajemen laba dengan cara menaikkan atau
menurunkan laba pada laporan keuangan Bank Umum Syariah selama 2 tahun, yaitu tahun 2011
dan 2012.
Penelitian oleh Sri Padmantyo (2010) deng penelitiaannya Analisis Manajemen Laba Pada Laporan
Keuangan Perbankan Syariah (Studi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia)
bahwa dengan menggunakan total akrual dari Healy (Arfani dan Sasongko, 2005). Hasil dari
penelitian ini adalah total akrual yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun.
Garini Puspitasari (2006) dengan Analisis Indikasi Manajemen Laba pada Laporan Keuangan
Perusahaan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004 hasil penelitian
menunjukkan bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan discretionary accruals yang signifikan
dengan nol. Atau dengan kata lain bahwa tidak terdapat indikasi tindakan manajemen laba baik
pada perusahaan yang menderita kerugian terus-menerus maupun pada perusahaan yang
memperoleh laba terus-menerus.
Penelitian lainnya mengenai Good Corporate Governance yang dilakukan oleh Sulistiyanto dan
Wibisono (2003) menemukan hasil bahwa manajemen memilih menggunakan item aktiva tetap
dan jangka panjang sebagai dasar rekayasa keuangan. Selain itu penelitian ini juga menemukan
bahwa manajemen menggunakan earning management berpola income decreasing (penurunan
laba) untuk melakukan rekayasanya yang diindikasikan dari nilai discretionary accruals yang
negatif. Penelitian mengenai manajemen laba juga dilakukan oleh Arfani dan Sasongko (2005).
Mereka menganalisis perbedaan pengaturan laba (earnings management) pada kondisi laba dan
rugi pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Mereka menemukan bahwa pada laporan keuangan
tahunan perusahaan public perusahaan yang memperoleh laba maupun mengalami rugi ternyata
melakukan pengaturan laba. Apabila nilai mean discretionary accrual positif maka pengaturan laba
dilakukan dengan cara menaikkan angka laba pada laporan keuangan, sedangkan apabila bernilai
negatif maka pengaturan laba dilakukan dengan menurunkan angka laba pada laporan keuangan.
Pada penelitian ini perusahaan yang melakukan pengaturan laba dengan cara menaikkan angka laba
pada laporan keuangan tahunan yaitu perusahaan yang mengalami rugi, sedangkan untuk
perusahaan yang memperoleh laba melakukan pengaturan laba dengan menurunkan angka laba
yang dilaporkan pada laporan keuangan tahunan. Dalam laporan keuangan tahunan terdapat
perbedaan yang signifikan pada pengaturan laba antara perusahaan yang memperoleh keuntungan
dengan perusahaan yang mengalami kerugian.
Gumanti (2003), dalam penelitian yang berjudul "Earnings Management dalam Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Jakarta”, menguji keputusan- keputusan akuntansi yang dilakukan oleh
pemilik perusahaan yang akan go public sebelum sahamnya diperdagangkan di bursa atau menguji
apakah earning management terjadi pada penawaran saham perdana di pasar modal Indonesia.
Hasil pengujian terhadap 39 perusahaan IPO yang go public antara tahun 1995 dan 1997 dengan
menggunakan pendekatan total accruals menunjukkan ada bukti yang kuat atas terjadinya
manajemen keuntungan, khususnya pada periode dua tahun sebelum go public. Hal ini berarti
issuers telah memilih metode-metode akuntansi yang menaikkan keuntungan yang dilaporkan
dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 : Kerangka teori penelitian

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka atau dokumentasi, yaitu pengambilan data yang
diperoleh dari laporan keuangan publikasi PT Bank Sumut yang terkait untuk selanjutnya diolah
oleh peneliti. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan pada periode 2017 sampai dengan tahun 2021 untuk mengetahui bahwa PT Sumut
menggunakan manajemen laba atau tidak menggunakan manajemen laba dalam melaksanakan
kegiatan usahanya yang dilakukan oleh manajer.
Metode Analisis dan Pengukuran
Manajemen laba akrual diukur menggunakan modified jones model dengan proksi sisa regresi total
akrual dari perubahan penjualan dan asset tetap, artinya pendapatan disesuaikan dengan perubahan
piutang yang terjadi pada periode bersangkutan (Uswati et al. 2012). Manajemen Laba di ukur
dengan modified jones model merupakan model pengukuran manajemen laba akrual yang
dikembangkan oleh Dechaw et at. (1995). Modified jones model merupakan modifikasi dari model
jones yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang salah
dari model jones untuk menentukan discretionary accruals ketika discretion melebihi pendapatan.
Laporan keuangan dalam penelitian ini akan menggunakan Modified Jones Model dengan
perhitungan Total Akrual (TAC), Discretonary Accrual (DA), Non Discretionary Accrual (NDA).
Sehingga akan menunjukkan ada tidaknya manajemen laba.
Pengukuran Manajemen Laba Akrual dengan modified jones model dengan tahap sebagai berikut.
a) Discretionary accruals diperoleh dengan mengukur total akrual terlebih dahulu. Dengan
rumus:
TACt = NIt – CFOt
Keterangan:
TAC : Total akrual
NI : Laba Bersih
CFO : Arus Kas Operasi

b) Selanjutnya dilakukan dekomposisi komponen total accrual kedalam komponen discretionary


accrual dengan nondiscretionary accrual. Perhitungan ini dilakukan dengan mengacu pada
modified jones model (Dechow et al. 1995) berikut ini :

Keterangan:
TAit-1 : Total asset pada tahun sebelumnya
ΔREVit : selisih pendapatan tahun t dengan tahun sebelumnya
PPEit : total aktiva tahun t
Namun dalam penelitian ini peneliti tidak ikut memperhitungkan α (koefisien)
c) Kemudian mencari nilai nondiscretionary accrual (NDAC) dihitung dengan rumus sebagai
berikut

Keterangan:
NDAC : nondiscretionary accruals
ΔREC : selisih piutang tahun penelitian dengan tahun sebelumnya
Koefisien masing-masing variabel dari persamaan diatas didapat dari hasil regresi

d) Untuk menghitung nilai discretionary accrual (DAC) yang merupakan ukuran manajemen
laba, diperoleh rumus sebagai berikut:
Keterangan :
DAC : Discretionary Acrruals

Kriteria pengujian
a. Hipotesis diterima apabila TA<0 atau TA>0, artinya bahwa terdapat manajemen laba
pada laporan keuangan
b. Hipotesis ditolak apabila TA = 0, artinya bahwa tidak ada manajemen laba pada laporan
keuangan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bagian ini bertujuan menjawab hipotesis penelitian seperti yang telah dirumuskan sebelumnya.
Untuk memperjelas gambaran sampel yang digunakan, berikut merupakan statistik deskriptif dari
perusahaan yang terpilih menjadi sampel yaitu PT Bank Sumut. Analisis deskriptif ini
menjelaskan masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan rumus modified jones model, merupakan model pengukuran manajemen laba
akrual yang dikembangkan oleh Dechaw et at. (1995).
Tabel 1. Hasil Perhitungan Discretionary Accruals dengan Model Jones

TAHUN TACit/Ait-1 NDA DA=TACit/Ait-1 - NDA


2017 0.08599665 0.03775598 0.04824067
2018 0.03897587 -0.00264585 0.04162173
2019 0.04438747 -0.02113191 0.06551937
2020 0.03419966 0.03168667 0.00251299
2021 0.03567132 -0.00855753 0.04422885
Sumber: Data primer yang diolah
Dari table 1 diatas didapat dari hasil pengolahan data dari laporan keuangan PT Bank Sumut yang
diperoleh melalui website resmi PT Bank Sumut. Laporan keuangan yang digunakan adalah
laporan keuangan yang telah diaudit dan merupakan laporan keuangan penuh untuk satu tahun
selama lima tahun berturut-turut.
Dari tabel diatas terlihat selama lima tahun berturut-turut yaitu tahun 2017 – 2021 diindikasikan
PT Bank Sumut tidak melakukan praktik Manajemen Laba, ini terlihat dari hasil perhitungan
Discretionary Acrruals (DA) yang bernilai positif mendekati angka nol. Nilai Discretionary
Accruals yang paling baik adalah Discretionary Accruals yang mendekati angka 0. Berdasarkan
hipotesis bahwa nilai positif DA menandakan bahwa manejemen melakukan manajemen laba
dengan cara menaikkan angka laba (income maximization). Sedangkan Discretionary Accruals
yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan angka laba (income minimization).
Dari tabel Discretionary Accruals tersebut bahwa pada tahun 2017-2022 manajemen Bank Sumut
mampu bertahan untuk tidak melakukan manajemen laba. Hal ini dimungkinkan karena PT Bank
Sumut merupakan salah satu BUMD dan sebagai penggerak perekonomian Provinsi harus mampu
memberikan kinerja yang baik dengan tidak melakukan manipulasi data Laporan Keuangan,
profesional, akuntabel.
Terdapat kemungkinan-kemungkinan alasan apabila suatu perusahaan melakukan manajemen laba.
Manajemen laba yang dilakukan dengan menaikkan laba terjadi karena kemungkinan manajemen
bersikap optimis dalam melaporkan kinerjanya, yaitu dengan mengakui pendapatan masa depan
menjadi pendapatan sekarang sehingga kinerja perusahaan lebih tinggi daripada kinerja
fundamentalnya. Menaikkan nilai laba terkadang juga dilakukan manajer pada saat adanya
pergantian CEO (Chief Executive Officer) sehingga terkesan baik saat masa CEO menjabat.
Sebaliknya, manajemen laba yang dilakukan dengan menurunkan laba terjadi karena untuk
menurunkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dengan mengakui biaya masa depan
menjadi biaya sekarang yang mengakibatkan kinerja lebih rendah dari kinerja fundamentalnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode pengamatan pada tahun 2017-
2022, maka hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu pada PT Bank Sumut terindekasi tidak
melakukan praktik manajemen laba dalam laporan keuangan periode 2017-2022. Hal ini dibuktikan
dengan hasil Discretionary Accrual (DA) selama lima tahun yang bernilai positif mendekati angka
nol.
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka disarankan penelitian selanjutnya
diharapkan mengembangkan sample penelitian pada bank konvensional lainnya ataupun pada Bank
Syariah yang ada di Indonesia untuk melihat memungkinkan aktifikas akrual dan dengan variabel
penelitian yang lebih luas dan berbeda pula.

DAFTAR PUSTAKA
Astri Arfani NK dan Noer Sasongko, 2005. Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (earnings
management) Pada Kondisi Laba dan Rugi Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, April 2005, Hal 1-20.
Baharudin I, Satyanugraha, 2008. “Praktik Earnings Management Perusahaan Publik Indonesia”.
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Volume 10 No.2, Agustus 2008, Hlm 69-80.
Basuseno, Karno. 2010. Ownership Structure Dan Earning Management Pada Emerging Market:
Kasus Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang.
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management
review, 14, halaman 57-74.
Faradila, Astri dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah”. JRAK
Volume 4. No.1, Februari 2013 halaman 57-74.
Fatmawati, Dewi dkk. 2013. Pengaruh Diversifikasi Geografis, Diversifikasi industri, Konsentrasi
Kepemilikan Perusahaan, Dan Masa Perikatan Audit Terhadap Manajemen Laba. Universitas
Diponegoro Semarang.
Graham, J. R., Harvey, C. R., & Rajgopal, S. 2005. The Economics Implications of Corporate
Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics, Vol 40. hal 1-73.
Healy, Paul M. dan James M. Wahlen. 1999. “ A Review ot The Earnings Management Literature
And Its Implications For Standard Setting”. Accounting Horizonz, Vol. 13. Hal:365-383.
Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Important Relief Investigatios. Journal of Accounting
Research, 29, (2), 193-228.
Khanifah. 2007.”Pengaruh Masa Penugasan Kantor Akuntan Public, Kepemilikan Manajemen, Dan
Keberadaan Komite Audit Terhadap Kualitas Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Non
Keuangan Yang Terdaftar Di BEJ)”. Universitas Diponegoro Semarang. Tesis
Kurnia Utami (2020) Analisis Praktik Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Bank Umum
Syariah Menggunakan Modified Jones Model Skripsi
Leuz, C., Nanda, D., & Wysocky, P. D. 2003. “ Earnings Management And Investor Protection: An
International Comparison”. journal of financial Economics.
Nur’aini, Mufida. 2012.”Studi Perbandingan Model Revenue Dan Model Accrual Dalam Mendeteksi
Manajemen Laba (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun 2006-2010)”. Universitas Diponegor Semarang. Skripsi.
Padmantyo, Sri. 2010. “Analisis Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah studi
pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia”. Jurnal manajement dan bisnis.
Volume 14, Nomor 2, halaman 53-65.
Rohmaniyah, Alfiyatur. “Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah” Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 13 No.1 2018
Roychowdhury, Sugata. 2006. “Earnings Management Through Real Activities Manipulation”.
Journal of accounting and economics.
Raharja, Vanian Yamaitya. 2014. “pengaruh asimetri informasi, leverage, dan ukuran perusahaan
terhadap praktik manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2010-2013)”. Diponegoro Journal of Accounting. Volume 3 Nomor 4, tahun
2014, halaman 1. ISSN (online):2337-3806.
Sloan. 1995. “Annual Bonus Schemes and Manipulation of Earnings: Additional Evidence on Bonus
Plans and Income Management”. Journal of Acconting and Economics, 29-74.
Syahfandi, Rizky. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah di
Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Sulistyanto, Sri. 2014. Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Supranto, Johanes. 2001. Statistik Teori Dan Aplikasi. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta. Suranggane,
Zulaikha. 2007. “Analisis Aktiva Pajak Tangguhan Dan Akrual Sebagai Predictor
Manajemen Laba: Kajian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ”.
Jurna Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 4, No. 1 halaman 77-94.
Scoot, William R, 2000, Financial Accounting Theory Second Edition. Canada Prentice Hall.
Uswati, Luluk Dan Sekar Mayangsari, 2012. “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Future Stok
Return Dengan Asimetri Informasi Sebagai Variable Moderating”. Jurnal Ekonomi Dan
Keuangan. ISSN 1411-0393.
Windarti, Esti, Noer Sasongko dan Zulfikar. 2017. “Analisis Perbedaan Kualitas Accrual Antara
Sebelum Dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard (IFRS)
Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia (Study Empris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdapat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2014)”. Riset Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 2(1), 2017.

Anda mungkin juga menyukai