Abstrak: Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing To Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Dan Inflasi Terhadap Risiko Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode Tahun 2012-2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR) terhadap Non Performing Financing, (2) Pengaruh Biaya Operasional pada
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing, (3) Pengaruh Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing, (4) Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Non Performing Financing, (5) Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing
Financing, (6) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Inflasi secara simultan terhadap Non Performing Financing. Penelitian ini bersifat asosiatif kausal.
Populasi penelitian ini adalah Bank Umum Syariah periode tahun 2012-2016. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling dan terdapat 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai
sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.Hasil penelitian
ini adalah: (1) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Non Performing Financing. (2) Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Non Performing Financing. (3) Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
berpengaruh terhadap Non Performing Financing. (4) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh terhadap Non Performing Financing. (5) Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non
Performing Financing. (6) Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing.
Kata kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, dan
Risiko Pembiayaan Bermasalah.
2
Abstract: The Effect Of Capital Adequacy Ratio (Car), Operating Costs Operating Income (Bopo),
Financing To Deposit Ratio (Fdr), Bank Indonesia Certificates Sharia (Sbis), And Inflation Toward
Non Performing Financing Of Islamic Bank In Indonesia In The Period Of 2012-2016. This study
aims to determine: (1) the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR) toward Non Performing Financing,
(2) the effect of Operating Costs Operating Income (BOPO) toward Non Performing Financing, (3) the
effect of Financing to Deposit Ratio (FDR) toward Non Performing Financing, (4) the effect of Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS) toward Non Performing Financing, (5) the effect of inflation
toward Non Performing Financing, (6) The Effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Operating Costs
Operating Income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Bank Indonesia Certificates Sharia
(SBIS), and Inflation simultaneously toward Non Performing Financing. The research design was
causal associative. The population in this research in Islamic bank in the period time of 2012-2016.
The sampling technique was purposive sampling method and there were obtained 11 companies as the
samples. Data analysis conducted through multiple regression analysis. The results showed that: (1)
Capital Adequacy Ratio (CAR) had negative and significant effect toward Non Performing Financing.
(2) Operating Costs Operating Income (BOPO) had positive and significant effect toward Non
Performing Financing. (3) Financing to Deposit Ratio (FDR) had no effect toward Non Performing
Financing. (4) Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) had no effect toward Non Performing
Financing. (5) Inflation had no effect toward Non Performing Financing. (6) Capital Adequacy Ratio
(CAR), Operating Costs Operating Income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS), and Inflation simultaneously had significant effect toward Non
Performing Financing
Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Operating Costs Operating Income (BOPO), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS), Inflasi, and Non
Performing Financing.
Indonesia, terdapat dua jenis bank umum usaha, pelaku ekonomi di sektor riil
yaitu bank konvensional dan bank syariah. memanfaatkan pembiayaan yang
Instrumen keuangan Islam muncul sebagai ditawarkan bank syariah. Sementara itu,
salah satu alat yang paling penting untuk setiap pembiayaan yang disalurkan oleh
pembiayaan dan investasi Islam dan bank syariah tersebut mengandung risiko.
memiliki pengaruh penting dalam berbagai Dengan demikian, semakin tinggi
transaksi perbankan, keuangan dan pembiayaan yang diberikan maka semakin
ekonomi di mana telah mendapat pijakan di tinggi pula risiko pembiayaan yang akan
pasar uang internasional. Keuangan Islam ditanggung bank syariah, oleh karena itu
adalah salah satu instumen keuangan paling bank syariah perlu melakukan langkah-
sukses di industri keuangan dan menjadi langkah antisipasi sebelum risiko terjadi
salah satu sektor yang tumbuh paling cepat dan langkah penanggulangan risiko yang
dalam lanskap keuangan global (Tariqulla telah ditimbulkan oleh setiap pembiayaan
dan Ahmad, 2001). Berbeda halnya dengan yang diberikan sebagai bagian dari
bank konvensional yang penyaluran manajemen risiko.
dananya lebih banyak pada sektor keuangan Menurut Adiwarman (2010) risiko
yang berorientasi pada bisnis, penyaluran pembiayaan adalah risiko yang disebabkan
dana perbankan syariah diwujudkan dalam oleh adanya kegagalan counterparty dalam
bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi memenuhi kewajibannya. Counterparty
hasil dalam sektor riil yakni sektor yang merupakan pihak mitra yang dalam hal ini
memberikan output hasil produksi. Bank merujuk pada para nasabah yang
syariah dalam kegiatan operasionalnya baik memanfaatkan pembiayaan dari perbankan
dalam menghimpun dana atau menyalurkan syariah. Perbankan di Indonesia pada
dana berlandaskan sistem bagi hasil. Sistem umumnya mengandalkan pendapatan
bagi hasil yang digunakan oleh bank bunga kredit sebagai pemasukan utama
syariah berimplikasi pada pemerataan hasil dalam membiayai operasionalnya. Pada
dan risiko antara lembaga keuangan dengan kenyataannya tidak semua kredit yang
debitur. disalurkan tersebut bebas dari risiko,
Pembiayaan merupakan salah satu dimana sebagian memiliki risiko yang
kegiatan bank yang secara langsung cukup besar dan dapat mengancam
berkaitan dengan sektor riil. Investasi yang kesehatan bank. Bank dapat mengukur
dilakukan oleh berbagai pihak banyak kemampuan dalam mengatasi kegagalan
mengandalkan pembiayaan dari perbankan pengambilan kredit oleh debitur dengan
syariah. Demi tercapainya visi dan misi
4
membuka cabang syariah atau bahkan memprediksi masalah NPF yang dihadapi
mengkonversi diri secara total menjadi perbankan.
bank syariah. Perbankan Syariah adalah Data yang diperoleh menunjukkan
adalah segala sesuatu yang menyangkut adanya fluktuasi jumlah pembiayaan
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha bermasalah atau Non Performing
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan Financing dari total pembiayaan yang
usaha, serta cara dan proses dalam disalurkan oleh Bank Umum Syariah
melaksanakan kegiatan usahanya. (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Perbankan Syariah sebagai salah satu selama tahun 2012 hingga 2016. Laporan
sistem perbankan nasional harus dapat Perkembangan Keuangan Syariah yang
memberikan kontribusi yang maksimum diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan Tahun
bagi pengembangan ekonomi nasional. 2012 menjelaskan bahwa dari segi
Penerapan ketentuan rasio kredit pengelolaan risiko, risiko pembiayaan yang
bermasalah atau Non Performing dihadapi Bank Umum Syariah dan Unit
Financing (NPF) di bawah 5% yang Usaha Syariah naik, meskipun masih dalam
dikeluarkan Bank Indonesia membuat taraf yang terkendali. Kondisi tersebut
Bank-Bank berupaya memenuhi ketentuan tercermin dari kecenderungan
tersebut. Pembiayaan bermasalah (Non meningkatnya rasio NPF Bank Umum
Performing Financing) tetap menjadi Syariah dan Unit Usaha Syariah dari 2,2%
momok yang menakutkan bagi perbankan. pada tahun 2012 menjadi 2,6% pada tahun
Apalagi, pengalaman membuktikan bahwa 2013, meskipun pangsa Non Performing
salah satu penyebab krisis ekonomi adalah Financing kurang dari 5% atau masih
kinerja perbankan yang buruk. Tingginya dalam batas yang terkendali, namun
NPF, khususnya kredit macet, memberikan pertumbuhannya yang cukup signifikan
kontribusi besar pada buruknya kinerja perlu diperhatikan dan ditindak lanjut
perbankan pada saat itu. NPF memang dalam rangka manajemen risiko perbankan
salah satu indikator sehat tidaknya sebuah yang lebih komprehensif. Non Performing
Bank. Kinerja keuangan perbankan dapat Financing merupakan salah satu faktor
digunakan untuk memprediksi NPF yang yang dapat digunakan untuk mensinyalir
ada pada suatu bank. Hal ini diwakili oleh adanya krisis perbankan, oleh karenanya
suatu model statistik sebagai suatu fungsi menganalisis faktor-faktor apa saja yang
dari sejumlah variabel independen berupa menentukan tingkat pembiayaan
rasio keuangan yang memiliki kemampuan bermasalah (NPF) merupakan hal yang
6
H1: Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak disertai dengan modal yang
koefisien regresi Capital Adequacy Ratio menunjukkan bahwa risiko kredit atau
sebesar -0,043 dan tingkat signifikansi hasil pembiayaan juga rendah. Hasil ini
terhadap Non Performing Financing syariah yang diwakilkan oleh rasio CAR
sebesar 0,043 lebih kecil dari taraf harus mampu menutupi seluruh risiko
signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05. usaha yang dihadapi oleh bank, termasuk
ini diterima. Hasil analisis ini menunjukkan dari penelitian ini sejalan dengan penelitian
bahwa Capital Adequacy Ratio yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2014),
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 11
Rizal Nur (2015), dan Mia Maraya (2016) Operasional berpengaruh positif signifikan
yang menyimpulkan bahwa variable terhadap Non Performing Financing, yang
Capital Adequacy Ratio berpengaruh berarti jika semakin besar Biaya
negatif dan signifikan terhadap Non Operasional pada Pendapatan Operasional
Performing Financing. Namun, hasil akan berpengaruh juga pada peningkatan
penelitian ini tidak sejalan dengan Non Performing Financing bank syariah
penelitian yang dilakukan oleh Shinta dan atau sebaliknya. Pendapatan bank syariah
Chandra (2013) yang menyatakan bahwa yang tinggi dengan biaya operasional yang
Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh rendah dapat menekan rasio BOPO
signifikan terhadap Non Performing sehingga bank syariah berada pada posisi
Financing. sehat, yang artinya kencederungan
terjadinya pembiayaan bermasalah pun
Pengaruh Biaya Operasional pada
akan rendah.
Pendapatan Operasional terhadap Non
Rasio Biaya Operasional terhadap
Performing Financing
Pendapatan Operasional (BOPO)
H2: Biaya Operasional pada Pendapatan menunjukkan efisiensi bank dalam
Operasional (BOPO) berpengaruh positif menjalankan usaha pokoknya, terutama
terhadap Non Performing Financing (NPF) pembiayaan, dimana sampai saat ini
Bank Umum Syariah di Indonesia periode pendapatan bank-bank di Indonesia masih
2012-2016 didominasi oleh pendapatan bunga kredit
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai atau bagi hasil dalam perbankan syariah.
koefisien regresi Biaya Operasional pada Semakin besar rasio BOPO menunjukkan
Pendapatan Operasional sebesar 0,043 dan semakin tidak efisien suatu bank dalam
tingkat signifikansi hasil regresi variabel melakukan operasi usahanya, sehingga
Biaya Operasional pada Pendapatan kemungkinan untuk mendapatkan
Operasional terhadap Non Performing keuntungan juga menjadi lebih kecil.
Financing sebesar 0,001 lebih kecil dari Pendapatan operasional merupakan
taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu pendapatan utama bank yaitu pendapatan
0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bagi hasil yang diperoleh dari penempatan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini dana dalam bentuk pembiayaan dan
diterima. penempatan operasi lainnya. Semakin kecil
Hasil analisis ini menunjukkan rasio ini berarti semakin efisien biaya
bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan. semakin kecil rasio biaya
12
ketiga menunjukkan nilai t hitung sebesar Agrestya (2011) dan Akbar (2013). Namun,
2,470 lebih besar dari nilai t tabel (1,6607), bertentangan dengan penelitian Fitriani
dengan signifikansi 0,015 (<0,05) hal ini (2013) dan Rifan (2015) yang tidak
berarti bahwa pengaruh yang terjadi pada menemukan adanya hubungan antara
ukuran perusahaan ke kinerja keuangan ini ukuran perusahaan dengan kinerja
adalah positif signifikan, sehingga hipotesis keuangan.
ketiga dalam penelitian ini dapat diterima.
Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Penilaian ukuran perusahaan dalam
Syariah (SBIS) terhadap Non
penelitian ini menggunakan total aset.
Performing Financing
Akbar (2013) mengungkapkan bahwa
H4: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
semakin besar total aktiva suatu
(SBIS) berpengaruh positif terhadap Non
perusahaan, maka semakin besar
Performing Financing (NPF) Bank Umum
kemampuan perusahaan tersebut dalam
Syariah di Indonesia periode 2012-2016.
menghasilkan laba. Dimana peningkatan
laba merupakan indikasi meningkatkan Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai
(2013) perusahaan yang berukuran besar signifikansi hasil regresi variabel Sertifikat
memiliki akses lebih untuk mendapat Bank Indonesia Syariah terhadap Non
sumber pendanaan dari luar, karena Performing Financing sebesar 0,371 lebih
dikatakan bahwa perusahaan dengan besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan
ukuran besar memiliki kesempatan lebih yaitu 0,05. Dengan demikian, dapat
bertahan dalam industri. Dengan kata lain dalam penelitian ini ditolak.
besar. Adanya tambahan modal dari berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi disalurkan bank syariah tidak hanya melalui
Hasil uji hipotesis ketiga ini sejalan digunakan membeli Sertifikat Bank
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Syariah (SBIS). Besarnya SBIS
14
menyimpulkan bahwa variabel Inflasi tidak mengindikasikan bahwa 26,5% variasi Non
berpengaruh terhadap Non Performing Performing Financing dipengaruhi oleh
Financing. Namun, hasil penelitian ini Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
tidak sejalan dengan penelitian yang Operasional pada Pendapatan Operasional
dilakukan oleh Waeibrorheem dan Suriani (BOPO), Financing to Deposit Ratio
(2015) yang menyatakan bahwa inflasi (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
berpengaruh negatif dan signifikan (SBIS), dan Inflasi, sedangkan 73,5%
terhadap Non Performing Financing. dipengaruhi oleh faktor lain.
Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi bahwa hipotesis keenam diterima, dimana