Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh CAR ....

(Timothy Arsya Tifanny) 1

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), BIAYA


OPERASIONAL PADA PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO),
FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN INFLASI TERHADAP RISIKO
PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE TAHUN 2012-2016

THE EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), OPERATING


COSTS OPERATING INCOME (BOPO), FINANCING TO DEPOSIT
RATIO (FDR), BANK INDONESIA CERTIFICATES SHARIA (SBIS), AND
INFLATION TOWARD NON PERFORMING FINANCING OF ISLAMIC
BANK IN INDONESIA IN THE PERIOD OF 2012-2016
Timothy Arsya Tifanny
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
mothyarsya@gmail.com

RR. Indah Mustikawati, M.Si., Ak., CA.


Staf Pengajar Program Studi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
i_mustikawati@uny.ac.id

Abstrak: Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing To Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Dan Inflasi Terhadap Risiko Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode Tahun 2012-2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR) terhadap Non Performing Financing, (2) Pengaruh Biaya Operasional pada
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing, (3) Pengaruh Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing, (4) Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Non Performing Financing, (5) Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing
Financing, (6) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Inflasi secara simultan terhadap Non Performing Financing. Penelitian ini bersifat asosiatif kausal.
Populasi penelitian ini adalah Bank Umum Syariah periode tahun 2012-2016. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling dan terdapat 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai
sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.Hasil penelitian
ini adalah: (1) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Non Performing Financing. (2) Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Non Performing Financing. (3) Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
berpengaruh terhadap Non Performing Financing. (4) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh terhadap Non Performing Financing. (5) Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non
Performing Financing. (6) Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing.

Kata kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, dan
Risiko Pembiayaan Bermasalah.
2

Abstract: The Effect Of Capital Adequacy Ratio (Car), Operating Costs Operating Income (Bopo),
Financing To Deposit Ratio (Fdr), Bank Indonesia Certificates Sharia (Sbis), And Inflation Toward
Non Performing Financing Of Islamic Bank In Indonesia In The Period Of 2012-2016. This study
aims to determine: (1) the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR) toward Non Performing Financing,
(2) the effect of Operating Costs Operating Income (BOPO) toward Non Performing Financing, (3) the
effect of Financing to Deposit Ratio (FDR) toward Non Performing Financing, (4) the effect of Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS) toward Non Performing Financing, (5) the effect of inflation
toward Non Performing Financing, (6) The Effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Operating Costs
Operating Income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Bank Indonesia Certificates Sharia
(SBIS), and Inflation simultaneously toward Non Performing Financing. The research design was
causal associative. The population in this research in Islamic bank in the period time of 2012-2016.
The sampling technique was purposive sampling method and there were obtained 11 companies as the
samples. Data analysis conducted through multiple regression analysis. The results showed that: (1)
Capital Adequacy Ratio (CAR) had negative and significant effect toward Non Performing Financing.
(2) Operating Costs Operating Income (BOPO) had positive and significant effect toward Non
Performing Financing. (3) Financing to Deposit Ratio (FDR) had no effect toward Non Performing
Financing. (4) Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) had no effect toward Non Performing
Financing. (5) Inflation had no effect toward Non Performing Financing. (6) Capital Adequacy Ratio
(CAR), Operating Costs Operating Income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS), and Inflation simultaneously had significant effect toward Non
Performing Financing

Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Operating Costs Operating Income (BOPO), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS), Inflasi, and Non
Performing Financing.

PENDAHULUAN perantara antara pihak yang mempunyai


Laju perekonomian masyarakat kelebihan dana dengan pihak yang
Indonesia kian meningkat. Saat ini uang membutuhkan atau kekurangan dana.
menjadi alat yang sangat penting bagi Bank merupakan suatu lembaga
kebutuhan manusia. Banyak lembaga- yang mendapatkan izin untuk mengerahkan
lembaga yang berdiri untuk memenuhi dana yang berasal dari masyarakat berupa
kebutuhan manusia. Perbankan sebagai simpanan dan menyalurkan dana tersebut
bagian dari perekonomian memiliki peran kepada masyarakat yang berupa pinjaman,
penting dalam pertumbuhan ekonomi. Di sehingga bank berfungsi sebagai perantara
zaman modern seperti ini siapa yang tidak antara penabung dan pemakai akhir, rumah
membutuhkan bank. Hampir dalam semua tangga dan perusahaan. Kegiatan bank yang
kegiatan sehari-hari memerlukan memiliki fungsi strategis dalam menunjang
keterlibatan atau jasa perbankan seperti kegiatan ekonomi masyarakat sehari-hari
menabung, mentransfer, meminjam uang inilah yang kemudian menyebabkan
dan lain sebagainya. Bank menjadi institusi keberadaan bank mutlak dibutuhkan, baik
andalan bagi masyarakat dalam itu bank umum konvensional, bank umum
menghimpun dan menyalurkan dana sama syariah dan terlebih lagi Bank Sentral. Di
halnya dengan fungsi bank yaitu menjadi
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 3

Indonesia, terdapat dua jenis bank umum usaha, pelaku ekonomi di sektor riil
yaitu bank konvensional dan bank syariah. memanfaatkan pembiayaan yang
Instrumen keuangan Islam muncul sebagai ditawarkan bank syariah. Sementara itu,
salah satu alat yang paling penting untuk setiap pembiayaan yang disalurkan oleh
pembiayaan dan investasi Islam dan bank syariah tersebut mengandung risiko.
memiliki pengaruh penting dalam berbagai Dengan demikian, semakin tinggi
transaksi perbankan, keuangan dan pembiayaan yang diberikan maka semakin
ekonomi di mana telah mendapat pijakan di tinggi pula risiko pembiayaan yang akan
pasar uang internasional. Keuangan Islam ditanggung bank syariah, oleh karena itu
adalah salah satu instumen keuangan paling bank syariah perlu melakukan langkah-
sukses di industri keuangan dan menjadi langkah antisipasi sebelum risiko terjadi
salah satu sektor yang tumbuh paling cepat dan langkah penanggulangan risiko yang
dalam lanskap keuangan global (Tariqulla telah ditimbulkan oleh setiap pembiayaan
dan Ahmad, 2001). Berbeda halnya dengan yang diberikan sebagai bagian dari
bank konvensional yang penyaluran manajemen risiko.
dananya lebih banyak pada sektor keuangan Menurut Adiwarman (2010) risiko
yang berorientasi pada bisnis, penyaluran pembiayaan adalah risiko yang disebabkan
dana perbankan syariah diwujudkan dalam oleh adanya kegagalan counterparty dalam
bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi memenuhi kewajibannya. Counterparty
hasil dalam sektor riil yakni sektor yang merupakan pihak mitra yang dalam hal ini
memberikan output hasil produksi. Bank merujuk pada para nasabah yang
syariah dalam kegiatan operasionalnya baik memanfaatkan pembiayaan dari perbankan
dalam menghimpun dana atau menyalurkan syariah. Perbankan di Indonesia pada
dana berlandaskan sistem bagi hasil. Sistem umumnya mengandalkan pendapatan
bagi hasil yang digunakan oleh bank bunga kredit sebagai pemasukan utama
syariah berimplikasi pada pemerataan hasil dalam membiayai operasionalnya. Pada
dan risiko antara lembaga keuangan dengan kenyataannya tidak semua kredit yang
debitur. disalurkan tersebut bebas dari risiko,
Pembiayaan merupakan salah satu dimana sebagian memiliki risiko yang
kegiatan bank yang secara langsung cukup besar dan dapat mengancam
berkaitan dengan sektor riil. Investasi yang kesehatan bank. Bank dapat mengukur
dilakukan oleh berbagai pihak banyak kemampuan dalam mengatasi kegagalan
mengandalkan pembiayaan dari perbankan pengambilan kredit oleh debitur dengan
syariah. Demi tercapainya visi dan misi
4

menggunakan rasio Non Performing bank yang berdasarkan prinsip syariah


Financing (NPF). berupa imbalan atau bagi hasil. Dalam
Sebagai lembaga intermediasi, bank menjalankan kegiatan usaha bank umum
berperan menjadi perantara antara pihak syariah yang antara lain adalah
yang kelebihan dana dan pihak yang menyalurkan pembiayaan atau kredit
membutuhkan dana. Sebagian besar bank di tentunya semua kredit yang disalurkan
Indonesia masih memanfaatkan kredit tersebut tidaklah bebas dari risiko yang
sebagai pemasukan utamanya. Ada sedikit biasa dikenal dengan risiko kredit. Apabila
perbedaan pada mekanisme penghimpunan risiko ini benar terjadi maka akan
dan penyaluran dana dalam perbankan mengancam keberlangsungan bank dan
konvensional dan perbankan syariah. berpengaruh pada tingkat kesehatan bank
Kredit atau pembiayaan konvensional yang diukur melalui indikasi kinerja
dilakukan melalui pemberian kredit keuangan perbankan. Pada bank syariah
pinjaman uang (lending) kepada nasabah tingkat kredit bermasalah dapat
sebagai peminjam dimana pemberi ditunjukkan oleh rasio Non Performing
pinjaman memperoleh imbalan berupa Financing (NPF). Semakin rendah angka
bunga yang harus dibayar oleh peminjam, yang ditunjukkan pada NPF tersebut maka
sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip semakin bagus karena itu berarti tingkat
syariah adalah penyediaan uang atau kredit bermasalahnya rendah.
tagihan yang dipersamakan dengan itu Awalil Rizki (2008:221)
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan mengungkapkan perkembangan bank
antara bank dengan pihak lain yang Syariah di Indonesia sangat baik setelah
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk krisis jumlah bank dan kantor bank yang
mengembalikan uang atau tagihan tersebut melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip
setelah jangka waktu tertentu dengan syariah mengalami peningkatan pesat dan
imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 pasal 1 telah memiliki kejelasan legalitas. Ditandai
ayat 12). Perbedaan antara kredit yang dengan disetujuinya Undang-Undang
diberikan oleh bank yang berdasarkan No.21 tahun 2008 Tentang Perbankan
konvensional dengan pembiayaan yang Syariah. Dalam undang-undang tersebut
diberikan oleh bank berdasarkan prinsip diatur dengan rinci landasan hukum serta
syariah adalah terletak pada keuntungan jenis – jenis usaha yang dapat dioperasikan
yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
prinsip konvensional keuntungan yang Undang-undang tersebut juga memberikan
diperoleh melalui bunga sedangkan bagi arahan bagi bank-bank konvensional untuk
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 5

membuka cabang syariah atau bahkan memprediksi masalah NPF yang dihadapi
mengkonversi diri secara total menjadi perbankan.
bank syariah. Perbankan Syariah adalah Data yang diperoleh menunjukkan
adalah segala sesuatu yang menyangkut adanya fluktuasi jumlah pembiayaan
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha bermasalah atau Non Performing
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan Financing dari total pembiayaan yang
usaha, serta cara dan proses dalam disalurkan oleh Bank Umum Syariah
melaksanakan kegiatan usahanya. (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Perbankan Syariah sebagai salah satu selama tahun 2012 hingga 2016. Laporan
sistem perbankan nasional harus dapat Perkembangan Keuangan Syariah yang
memberikan kontribusi yang maksimum diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan Tahun
bagi pengembangan ekonomi nasional. 2012 menjelaskan bahwa dari segi
Penerapan ketentuan rasio kredit pengelolaan risiko, risiko pembiayaan yang
bermasalah atau Non Performing dihadapi Bank Umum Syariah dan Unit
Financing (NPF) di bawah 5% yang Usaha Syariah naik, meskipun masih dalam
dikeluarkan Bank Indonesia membuat taraf yang terkendali. Kondisi tersebut
Bank-Bank berupaya memenuhi ketentuan tercermin dari kecenderungan
tersebut. Pembiayaan bermasalah (Non meningkatnya rasio NPF Bank Umum
Performing Financing) tetap menjadi Syariah dan Unit Usaha Syariah dari 2,2%
momok yang menakutkan bagi perbankan. pada tahun 2012 menjadi 2,6% pada tahun
Apalagi, pengalaman membuktikan bahwa 2013, meskipun pangsa Non Performing
salah satu penyebab krisis ekonomi adalah Financing kurang dari 5% atau masih
kinerja perbankan yang buruk. Tingginya dalam batas yang terkendali, namun
NPF, khususnya kredit macet, memberikan pertumbuhannya yang cukup signifikan
kontribusi besar pada buruknya kinerja perlu diperhatikan dan ditindak lanjut
perbankan pada saat itu. NPF memang dalam rangka manajemen risiko perbankan
salah satu indikator sehat tidaknya sebuah yang lebih komprehensif. Non Performing
Bank. Kinerja keuangan perbankan dapat Financing merupakan salah satu faktor
digunakan untuk memprediksi NPF yang yang dapat digunakan untuk mensinyalir
ada pada suatu bank. Hal ini diwakili oleh adanya krisis perbankan, oleh karenanya
suatu model statistik sebagai suatu fungsi menganalisis faktor-faktor apa saja yang
dari sejumlah variabel independen berupa menentukan tingkat pembiayaan
rasio keuangan yang memiliki kemampuan bermasalah (NPF) merupakan hal yang
6

penting dan substansial bagi stabilitas menimbulkan kredit bermasalah. Dengan


keuangan dan manajemen bank. demikian ketika CAR mengalami
Data yang diperoleh menunjukkan peningkatan maka akan menurunkan
bahwa terjadi fluktuasi pada CAR, BOPO, tingkat NPF pada perbankan syariah.
FDR, SBIS dan Inflasi. Faktor yang Selanjutnya untuk mengetahui
mempengaruhi Non Performing Financing seberapa efektif penyaluran kredit bank,
yang pertama yaitu Capital Adequacy Ratio yang salah satunya merupakan kegiatan
(CAR), menunjukkan bahwa terjadi operasional bank, maka digunakan rasio
peningkatan CAR di tahun 2012 hingga Biaya Operasional pada Pendapatan
2016. CAR adalah rasio kecukupan modal Operasional (BOPO). Nilai dari BOPO
yang berfungsi menampung risiko kerugian mengalami peningkatan di tahun di tahun
yang kemungkinan dihadapi oleh bank. 2012 hingga 2016, ini berarti bank
Penurunan jumlah CAR merupakan akibat mengalami kesulitan dalam mengedalikan
dari menurunnya jumlah modal bank atau biaya operasionalnya dan tentu saja ini akan
meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang mempersulit jalannya kegiatan operasional
Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal dari bank umum syariah itu sendiri. Rasio
bank yang kecil disebabkan oleh adanya ini diukur dengan membandingkan total
penurunan laba yang diperoleh perusahaan. biaya operasi dengan total pendapatan
Penurunan laba pada suatu bank bisa saja operasi. Rasio ini bertujuan untuk
terjadi karena meningkatnya kredit mengukur kemampuan pendapatan
bermasalah atau kualitas kredit yang buruk operasional dalam menutup biaya
pada bank tersebut. Rasio CAR diperoleh operasional. Semakin tinggi rasio ini
dari perbandingan antara modal yang mencerminkan bahwa bank tersebut tidak
dimiliki dengan Aktiva Tertimbang mampu mengontrol penggunaan biaya
Menurut Risiko (ATMR). Pengertian operasional. Bank Indonesia menetapkan
tersebut berarti bahwa modal sendiri dari angka terbaik untuk rasio Biaya
bank digunakan untuk membiayai aktiva Operasional terhadap Pendapatan
yang mengandung risiko. Semakin tinggi Operasional (BOPO) adalah di bawah 90%
modal yang dimiliki bank maka akan karena jika rasio Biaya Operasional
semakin mudah bagi bank untuk terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
membiayai aktiva yang mengandung risiko. melebihi 90% hingga mendekati angka
Begitu juga sebaliknya jika kredit yang 100% maka bank tersebut dapat
tinggi tidak disertai dengan modal yang dikategorikan tidak efisien dalam
mencukupi maka akan berpotensi menjalankan operasinya dalam hal ini biaya
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 7

tidak terkontrol yang pada akhirnya peningkatan persentase imbalan SBIS,


menyebabkan pendapatan menurun hingga menandakan bahwa terjadi pula
berujung pada menurunnya kualitas kredit peningkatan penyaluran SBIS. Hal ini
karena kurangnya pendapatan untuk disebabkan jika bonus SBIS meningkat,
menutupi kegiatan operasional penyaluran maka Bank Umum Syariah akan
kredit. menyimpan dananya di Bank Indonesia,
Faktor selanjutnya yaitu Financing sehingga pembiayaan yang disalurkan
to Deposit Ratio (FDR), dalam tabel kepada masyarakat berkurang, maka
menunjukkan bahwa FDR mengalami peluang untuk terjadinya pembiayaan
peningkatan di tahun 2013. FDR bermasalah semakin menurun.
merupakan rasio yang menggambarkan Kondisi perekonomian
perbandingan antara kredit yang dimungkinkan menjadi faktor determinan
dikeluarkan oleh bank dengan dana yang tingginya angka pembiayaan bermasalah.
dihimpun oleh bank, dalam hal ini dana Faktor ini dapat ditunjukkan oleh naiknya
pihak ketiga. Besarnya FDR sebuah bank, harga komoditas utama dunia yang diikuti
mampu menggambarkan besar peluang kenaikan harga barang-barang lainnya,
munculnya kredit, artinya semakin tinggi terlebih lagi ketika kenaikan harga tersebut
FDR sebuah bank, maka semakin tinggi terjadi secara terus menerus dan meluas.
pula risiko kredit yang akan terjadi, dan Dalam kondisi perekonomian yang
sebaliknya. Bank Indonesia dalam demikian, peran Bank Indonesia sebagai
Peraturan Bank Indonesia (PBI) telah bank sentral sangatlah dibutuhkan. Bank
menetapkan standar untuk FDR berkisar Indonesia mengartikan Inflasi sebagai
antara 80% sampai dengan 110%. kondisi meningkatnya harga-harga secara
Sertifikat Bank Indonesia Syariah umum dan terus-menerus. Kenaikan harga-
(SBIS) menarik bagi perbankan syariah harga ini memberikan tekanan pada
untuk menanamkan dananya pada ekonomi masyarakat terutama bagi mereka
instrumen ini dibandingkan dengan yang menjadi debitur (mudharib)
disalurkan melalui pembiayaan. Pada saat perbankan syariah. Jika inflasi terjadi pada
imbal hasil SBIS naik, bank akan saat pendapatan masyarakat tetap atau
mengurangi jumlah pembiayaannya. Ketika menurun, maka hal ini dapat memperparah
jumlah pembiayaan berkurang risiko risiko pembiayaan yang dihadapi
pembiayaan bermasalah juga akan perbankan syariah, sebab kemampuan
berkurang sehingga NPF akan mengalami pengembalian pembiayaan oleh debitur
penurunan. Pada tahun 2013 terjadi turut menurun.
8

Melihat fenomena Risiko Umum Syariah dalam periode tahun 2012


Pembiayaan Bermasalah selama periode sampai dengan tahun 2016. Pengambilan
2012 hingga 2016 inilah yang menjadi data dilaksanakan pada bulan Maret.
salah satu dasar bagi peneliti untuk
mengkaji lebih mendalam mengenai faktor- Target/Subjek Penelitian
faktor apa sajakah yang diperkirakan dapat Populasi dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi Risiko Pembiayaan semua Bank Umum Syariah yang terdaftar
Bermasalah. Oleh karena itu, penulis di Bank Indonesia. Adapun jumlah populasi
melakukan penelitian yang berjudul sebanyak 12 bank. Kriteria sampel dalam
“Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), penelitian ini adalah Bank Umum Syariah
Biaya Operasional pada Pendapatan di Indonesia yang mempublikasikan
Operasional (BOPO), Financing to Deposit laporan keuangan secara kontinyu dan
Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia lengkap, menyediakan informasi terkait
Syariah (SBIS), dan Inflasi terhadap Risiko Non Performing Financing dalam laporan
Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum keuangannya, memiliki data yang
Syariah di Indonesia Periode Tahun 2012- dibutuhkan terkait pengukuran variabel-
2016” variabel yang digunakan untuk penelitian
selama periode tahun 2012-2016. Adapun
METODE PENELITIAN
bank yang memenuhi kriteria di atas
Jenis Penelitian
sebanyak 11 bank.
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian asosiatif kausal dengan
Prosedur
pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto
Data atau informasi yang
(2006 : 12) pendekatan kuantitatif adalah
dikumpulkan tersebut merupakan data
pendekatan penelitian yang banyak dituntut
sekunder, yang terdapat dalam publikasi
menguakan angka, mulai dari pengumpulan
Bank Indonesia (www.bi.co.id), Badan
data, penafsiran terhadap data tersebut,
Pusat Statistik (www.bps.go.id), dan 11
serta penampilan hasilnya.
Bank Umum Syariah.

Waktu dan Tempat Penelitian


Data dan Teknik Pengumpulan
Penelitian ini dilakukan dengan
Teknik analisis data dalam
mengambil data dalam publikasi Bank
penelitian ini adalah 1) regresi linier
Indonesia ( www.bi.co.id), Badan Pusat
berganda digunakan untuk menguji
Statistik (www.bps.go.id), dan 11 Bank
hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 9

keempat. Regresi linier berganda Uji Multikolinearitas


Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
digunakan untuk mengetahui pengaruh
Dependen CSR
variabel independen dengan variabel Variabel Tolerance VIF
CAR 0,982 1,019
dependen. BOPO 0,829 1,207
FDR 0,952 1,050
HASIL PENELITIAN DAN SBIS 0,709 1,411
PEMBAHASAN INF 0,693 1,442
Statistik Deskriptif Sumber: Data Sekunder Diolah
Analisis data statistik deskriptif Tabel di atas menunjukkan bahwa
yang disajikan dalam penelitian ini meliputi semua variabel independen mempunyai
Minimal, Maksimal, Mean, dan Standar nilai Tolerance ≥ 0,10 dan Variance
Deviasi (SD). Berikut adalah hasil analisis Inflation Factor (VIF) ≤ 10. Jadi, dapat
statistik deskriptif dari data penelitian: disimpulkan bahwa pada penelitian ini
Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif tidak ada multikolonieritas antar variabel
Var Min. Maks. Mean SD
CAR 11,10 63,89 21,5485 12,527 dalam model regresi.
99
BOPO 50,76 192,60 93,2409 22,862
Uji Autokorelasi
56
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
FDR 73,77 102,70 91,6625 5,7782
Unstandardized
SBIS 4,80 7,20 6,4200 2,4173 Residual
INF 3,02 8,38 5,4820 2,1905 Asymp. Sig. (2- 0,681
tailed)
Sumber: Data Sekunder Diolah Sumber: Data Sekunder Diolah
Uji Asumsi Klasik Pengujian autokorelasi dilakukan
Uji asumsi klasik ini dilakukan agar dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
memperoleh model regresi yang dapat melalui pengukuran tingkat signifikansi
dipertanggungjawabkan. 0,05. Dari tabel hasil Runs Test dapat
diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Uji Normalitas
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas sebesar 0,681, dengan kata lain data yang
Variabel Kolmogrov- Asymp-Sig. diteliti cukup random, sehingga tidak
Smirnov (2-tailed)
Unstandarized 0,094 0,200 terdapat masalah autokorelasi sebab Asymp.
Residual
Sig. (2-tailed) data lebih besar dari 0,05.
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan hasil uji Normalitas di Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
atas, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sudah lebih
Model Sig.
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan (Constant) ,469
CAR ,444
bahwa data berdistribusi normal.
BOPO ,893
FDR ,647
10

SBIS ,067 berpengaruh negatif dan signifikan


Inflasi ,275
terhadap Non Performing Financing, yang
Sumber: Data Sekunder Diolah
berarti jika CAR meningkat akan
Tabel di atas menunjukkan bahwa
berpengaruh pada penurunan Non
variabel independen yang mempunyai nilai
Performing Financing bank syariah atau
signifikansi lebih dari 0,05. Jadi, dapat
sebaliknya. Hal ini mendukung teori yang
disimpulkan bahwa model regresi pada
ada bahwa semakin besar jumlah modal
penelitian ini tidak terjadi
yang dimiliki suatu bank maka akan
heteroskedastisitas.
semakin kecil peluang terjadinya Non
Uji Hipotesis Performing Financing. Semakin tinggi
Tabel 5. Hasil Uji Statistik t
rasio kecukupan modal menunjukkan
Coefficientsa
Model Koefisien Regresi Signifikansi seberapa besar bank menyediakan dana
CAR -0,043 0,043 yang dapat digunakan untuk keperluan
BOPO 0,043 0,001
FDR 0,002 0,965 pengembangan usaha dan dapat berfungsi
SBIS 0,294 0,371 untuk menampung risiko kerugian yang
INF -0,089 0,487
dihadapi oleh bank karena peningkatan
Pengaruh Capital Adequacy Ratio pembiayaan bermasalah. Begitu juga
terhadap Non Performing Financing sebaliknya jika pembiayaan yang tinggi

H1: Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak disertai dengan modal yang

berpengaruh negatif terhadap Non mencukupi maka akan menimbulkan

Performing Financing (NPF) Bank Umum peluang terjadinya pembiayaan

Syariah di Indonesia periode 2012-2016. bermasalah.

Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai Nilai ATMR yang rendah dapat

koefisien regresi Capital Adequacy Ratio menunjukkan bahwa risiko kredit atau

sebesar -0,043 dan tingkat signifikansi hasil pembiayaan juga rendah. Hasil ini

regresi variabel Capital Adequacy Ratio mengindikasikan bahwa permodalan bank

terhadap Non Performing Financing syariah yang diwakilkan oleh rasio CAR

sebesar 0,043 lebih kecil dari taraf harus mampu menutupi seluruh risiko

signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05. usaha yang dihadapi oleh bank, termasuk

Dengan demikian, dapat disimpulkan risiko kerugian yang terjadi akibat

bahwa hipotesis pertama dalam penelitian terjadinya pembiayaan bermasalah. Hasil

ini diterima. Hasil analisis ini menunjukkan dari penelitian ini sejalan dengan penelitian

bahwa Capital Adequacy Ratio yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2014),
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 11

Rizal Nur (2015), dan Mia Maraya (2016) Operasional berpengaruh positif signifikan
yang menyimpulkan bahwa variable terhadap Non Performing Financing, yang
Capital Adequacy Ratio berpengaruh berarti jika semakin besar Biaya
negatif dan signifikan terhadap Non Operasional pada Pendapatan Operasional
Performing Financing. Namun, hasil akan berpengaruh juga pada peningkatan
penelitian ini tidak sejalan dengan Non Performing Financing bank syariah
penelitian yang dilakukan oleh Shinta dan atau sebaliknya. Pendapatan bank syariah
Chandra (2013) yang menyatakan bahwa yang tinggi dengan biaya operasional yang
Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh rendah dapat menekan rasio BOPO
signifikan terhadap Non Performing sehingga bank syariah berada pada posisi
Financing. sehat, yang artinya kencederungan
terjadinya pembiayaan bermasalah pun
Pengaruh Biaya Operasional pada
akan rendah.
Pendapatan Operasional terhadap Non
Rasio Biaya Operasional terhadap
Performing Financing
Pendapatan Operasional (BOPO)
H2: Biaya Operasional pada Pendapatan menunjukkan efisiensi bank dalam
Operasional (BOPO) berpengaruh positif menjalankan usaha pokoknya, terutama
terhadap Non Performing Financing (NPF) pembiayaan, dimana sampai saat ini
Bank Umum Syariah di Indonesia periode pendapatan bank-bank di Indonesia masih
2012-2016 didominasi oleh pendapatan bunga kredit
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai atau bagi hasil dalam perbankan syariah.
koefisien regresi Biaya Operasional pada Semakin besar rasio BOPO menunjukkan
Pendapatan Operasional sebesar 0,043 dan semakin tidak efisien suatu bank dalam
tingkat signifikansi hasil regresi variabel melakukan operasi usahanya, sehingga
Biaya Operasional pada Pendapatan kemungkinan untuk mendapatkan
Operasional terhadap Non Performing keuntungan juga menjadi lebih kecil.
Financing sebesar 0,001 lebih kecil dari Pendapatan operasional merupakan
taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu pendapatan utama bank yaitu pendapatan
0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bagi hasil yang diperoleh dari penempatan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini dana dalam bentuk pembiayaan dan
diterima. penempatan operasi lainnya. Semakin kecil
Hasil analisis ini menunjukkan rasio ini berarti semakin efisien biaya
bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan. semakin kecil rasio biaya
12

maka operasionalnya akan lebih baik Hasil analisis ini menunjukkan


karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil bahwa Financing to Deposit Ratio
dibandingkan pendapatan yang diterima. berpengaruh positif tidak signifikan
Dengan kata lain, semakin tinggi rasio terhadap Non Performing Financing, yang
BOPO maka kualitas pembiayaan akan berarti bahwa semakin besar Financing to
berkurang, sehingga hal tersebut juga dapat Deposit Ratio akan memberikan sedikit
menyebabkan meningkatkan rasio pengaruh pada peningkatan NPF bank
pembiayaan bermasalah dikarenakan total syariah. Hasil yang tidak signifikan ini
pembiayaan yang berkurang. Hasil dari kemungkinan karena setiap bank memiliki
penelitian ini sejalan dengan penelitian kriteria dan persyaratan yang berbeda-beda
yang dilakukan oleh Dwi Ferawati (2016) dalam pemberian pembiayaannya.
dan Mia Maraya (2016) yang Kemungkinan lain yang menyebabkan
menyimpulkan bahwa variabel Beban Financing to Deposit Ratio tidak
Operasional pada Pendapatan Operasional berpengaruh pada NPF adalah adanya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesepakatan di awal antara nasabah dan
Non Performing Financing. bank (akad). Kesepakatan ini menjadikan
Pengaruh Financing to Deposit Ratio nasabah beritikad baik yang menekankan
terhadap Non Performing Financing pada amanah sehingga hanya sedikit faktor-
faktor yang dapat mempengarhi
H3: Financing to Deposit Ratio (FDR)
pembiayaan bermasalah pada bank syriah.
berpengaruh positif terhadap Non
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
Performing Financing (NPF) Bank Umum
yang dilakukan oleh Shinta dan Chandra
Syariah di Indonesia periode 2012-2016.
(2015), Dwi Ferawati (2016), Sri Wahyuni
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai
(2016), Mia Maraya (2016) dan Intan
koefisien regresi Financing to Deposit
Yunisasi (2017) yang menyimpulkan
Ratio sebesar 0,002 dan tingkat signifikansi
bahwa variabel Financing to Deposit Ratio
hasil regresi variabel Financing to Deposit
tidak berpengaruh terhadap Non
Ratio terhadap Non Performing Financing
Performing Financing. Namun, hasil
sebesar 0,965 lebih besar dari taraf
penelitian ini tidak sejalan dengan
signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05.
penelitian yang dilakukan oleh Chandra dan
Dengan demikian, dapat disimpulkan
Monita (2013), Kartika (2017) yang
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini
menyatakan bahwa Financing to Deposit
ditolak.
Ratio berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Financing.Pengujian hipotesis
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 13

ketiga menunjukkan nilai t hitung sebesar Agrestya (2011) dan Akbar (2013). Namun,
2,470 lebih besar dari nilai t tabel (1,6607), bertentangan dengan penelitian Fitriani
dengan signifikansi 0,015 (<0,05) hal ini (2013) dan Rifan (2015) yang tidak
berarti bahwa pengaruh yang terjadi pada menemukan adanya hubungan antara
ukuran perusahaan ke kinerja keuangan ini ukuran perusahaan dengan kinerja
adalah positif signifikan, sehingga hipotesis keuangan.
ketiga dalam penelitian ini dapat diterima.
Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Penilaian ukuran perusahaan dalam
Syariah (SBIS) terhadap Non
penelitian ini menggunakan total aset.
Performing Financing
Akbar (2013) mengungkapkan bahwa
H4: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
semakin besar total aktiva suatu
(SBIS) berpengaruh positif terhadap Non
perusahaan, maka semakin besar
Performing Financing (NPF) Bank Umum
kemampuan perusahaan tersebut dalam
Syariah di Indonesia periode 2012-2016.
menghasilkan laba. Dimana peningkatan
laba merupakan indikasi meningkatkan Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai

kinerja keuangan milik perusahaan. koefisien regresi Sertifikat Bank Indonesia

Menurut Sugiono & Christiawan Syariah sebesar 0,294 dan tingkat

(2013) perusahaan yang berukuran besar signifikansi hasil regresi variabel Sertifikat

memiliki akses lebih untuk mendapat Bank Indonesia Syariah terhadap Non

sumber pendanaan dari luar, karena Performing Financing sebesar 0,371 lebih

dikatakan bahwa perusahaan dengan besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan

ukuran besar memiliki kesempatan lebih yaitu 0,05. Dengan demikian, dapat

besar untuk memenangkan persaingan atau disimpulkan bahwa hipotesis keempat

bertahan dalam industri. Dengan kata lain dalam penelitian ini ditolak.

investor lebih tertarik untuk menanamkan Hasil analisis ini menunjukkan

modalnya di perusahaan yang berukuran bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah

besar. Adanya tambahan modal dari berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

investor dapat digunakan perusahaan baik terhadap Non Performing Financing.

untuk operasional ataupun produksi demi Besarnya kepercayaan nasabah terhadap

kemajuan perusahaan hingga akhirnya bank syariah menyebabkan dana yang

kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi disalurkan bank syariah tidak hanya melalui

lebih baik. pembiayaan saja tetapi juga sebagian dana

Hasil uji hipotesis ketiga ini sejalan digunakan membeli Sertifikat Bank

dengan penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Syariah (SBIS). Besarnya SBIS
14

merupakan indikator bahwa pembiayaan


yang disalurkan bank akan semakin Pengaruh Inflasi terhadap Non
kecil.Tetapi, hal ini berbeda dengan hasil Performing Financing
data yang diperoleh dimana nilai SBIS H5: Inflasi berpengaruh positif terhadap
mengalami peningkatan yang fluktuatif Non Performing Financing (NPF) Bank
setiap tahunnya dan diikuti dengan Umum Syariah di Indonesia periode 2012-
meningkatnya nilai Pembiayaan Syariah 2016.
setiap tahunnya. Hal ini, disebabkan adanya
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai
kemungkinan faktor lain diluar dari
koefisien regresi Inflasi sebesar -0,089 dan
variabel SBIS yang lebih memberikan
tingkat signifikansi hasil regresi variabel
pengaruh terhadap pembiayaan perbankan
Inflasi terhadap Non Performing Financing
syariah.
sebesar 0,487 lebih besar dari taraf
Jika melihat dari sisi moneter
signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05.
turunnya SBIS kurang menguntungkan
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bagi perekonomian karena akan menambah
bahwa hipotesis kelima dalam penelitian ini
jumlah uang beredar. Namun jika dilihat
ditolak.
dari sisi lain, hal ini justru menguntungkan
Hasil analisis ini menunjukkan
bank syariah karena diharapkan dana yang
bahwa Inflasi berpengaruh negatif tetapi
tidak disimpan dalam SBIS akan digunakan
tidak signifikan terhadap Non Performing
untuk memberikan pembiayaan produktif.
Financing. Jika dilihat dari data yang
Hal ini disebabkan oleh kemungkinan
digunakan, kemungkinan hal ini dapat
faktor lain yang dapat mempengaruhi
terjadi karena pertumbuhan inflasi yang
pembiayaan syariah. Penelitian ini sejalan
tidak signifikan. Pertumbuhan inflasi yang
dengan penelitian Intan Yunisasi (2017)
signifikan hanya terjadi pada tahun 2013
dan Yeni Karlina (2017) yang
yakni naik sebesar 4,08% dibanding tahun
menyimpulkan bahwa variabel SBIS tidak
2012. Hal ini berkaitan dengan kebijakan
berpengaruh terhadap Non Performing
pemerintah yang menaikkan bahan bakar
Financing. Namun, hasil penelitian ini
minyak, sehingga memicu kenaikan harga
tidak sejalan dengan penelitian yang
berbagai barang kebutuhan. Pada tahun
dilakukan oleh Sri Wahyuni (2014) yang
2015 turun sebesar 5,01% dibanding tahun
menyatakan bahwa SBIS berpengaruh
2014. Di sisi lain, seperti yang dikatakan
signifikan terhadap Non Performing
Frida Dwi Rustika (2016), ketika inflasi
Financing.
terjadi, nilai bagi hasil SBIS menurun yang
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 15

menyebabkan perbankan syariah meningkat dalam jangka pendek tidak


menurunkan tingkat imbal hasil langsung menyurutkan keinginan
pembiayaannya, sehingga permintaan masyarakat untuk mengikuti
pembiayaan meningkat. Pembiayaan untuk perkembangan kebutuhan atau mengurangi
konsumsi dengan marjin rendah akan konsumsi. (Mankiw 2006: 268).
meningkatkan daya beli nasabah perbankan Inflasi berpengaruh negatif tetapi
syariah, sehingga barang dan jasa dapat tidak signifikan terhadap Non Performing
terserap dalam perekonomian dan Financing (NPF) menunjukan bahwa
penjualan meningkat. Hal ini memberikan Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non
kemudahan bagi nasabah perbankan Performing Financing (NPF) karena inflasi
syariah dalam mengembalikan tidak mempengaruhi dalam pembayaran
pembiayaannya, sehingga NPF pada cicilan, maksudnya pembayaran cicilan
perbankan syariah menurun. oleh nasabah yang tidak meningkat apabila
Penyebab tidak signifikannya inflasi meningkat, melainkan tetap sebesar
Inflasi berpengaruh pada NPF juga karena akad awal dan juga karena perubahan laju
nilai pembiayaan dan kredit bermasalah inflasi yang meningkat tidak langsung
pada bank umum syariah secara nominal menyurutkan keinginan masyarakat untuk
masih relative kecil bila dibandingkan mengikuti perkembangan kebutuhan atau
dengan bank konvensional sehingga mengurangi konsumsi, maka dampak
dampak inflasi tidak signifikan pada NPF. resiko pembiayaan masih dapat terkendali.
Selain itu inflasi yang terjadi pada periode Inilah yang mengakibatkan hasil analisa
penelitian tidak separah inflasi yang terjadi inflasi menjadi tidak berpengaruh
pada saat krisis 1997/1998 yang mencapai secarasignifikan terhadap Non Performing
hyper inflasi sehingga dapat menyulitkan Financing pada bank Umum Syariah di
debitur. Angka inflasi masih berhasil dijaga Indonesia.
dibawah 10% (Badan Pusat Statistik, 2015) Dari beberapa alasan di atas dapat
sehingga masih mampu diatasi debitur. disimpulkan bahwa peningkatan inflasi
Teori Fisher menyebutkan bahwa kenaikan tidak selalu diikuti peningkatan Non
inflasi dalam waktu singkat (jangka Performing Financing pada bank Umum
pendek) tidak akan menyurutkan keinginan Syariah di Indonesia. Penelitian ini sejalan
masyarakat untuk mengikuti pemenuhan dengan penelitian Ernawati (2012), Shinta
kebutuhan, maka dampak risiko kredit dan Chandra (2015), Indah Agustina
dalam jangka pendek masih dapat (2016), Sri Wahyuni (2016), Yuni Eka
terkendali. Perubahan laju inflasi yang (2016) dan Arfan Harahap (2016) yang
16

menyimpulkan bahwa variabel Inflasi tidak mengindikasikan bahwa 26,5% variasi Non
berpengaruh terhadap Non Performing Performing Financing dipengaruhi oleh
Financing. Namun, hasil penelitian ini Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
tidak sejalan dengan penelitian yang Operasional pada Pendapatan Operasional
dilakukan oleh Waeibrorheem dan Suriani (BOPO), Financing to Deposit Ratio
(2015) yang menyatakan bahwa inflasi (FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
berpengaruh negatif dan signifikan (SBIS), dan Inflasi, sedangkan 73,5%
terhadap Non Performing Financing. dipengaruhi oleh faktor lain.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Berdasarkan hasil pengujian di atas,

Biaya Operasional pada Pendapatan signifikansi simultan bernilai 0,001.

Operasional (BOPO), Financing to Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil

Deposit Ratio (FDR), Sertifikat Bank dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan

Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi bahwa hipotesis keenam diterima, dimana

terhadap Non Performing Financing. Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya


Operasional pada Pendapatan Operasional
H6: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
(BOPO), Financing to Deposit Ratio
Operasional pada Pendapatan Operasional
(FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(BOPO), Financing to Deposit Ratio
(SBIS), dan Inflasi secara simultan
(FDR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
berpengaruh signifikan terhadap Non
(SBIS), dan Inflasi secara simultan
Performing Financing. Dengan demikian,
berpengaruh terhadap Non Performing
dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam
Financing (NPF) Bank Umum Syariah di
dalam penelitian ini diterima.
Indonesia periode 2012-2016.

Tabel 6. Hasil Uji Statistik F SIMPULAN DAN SARAN


ANOVA Simpulan
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Model Signifikansi
berpengaruh negatif dan signifikan
Regression 0,001
terhadap Non Performing Financing
Sumber: Data Sekunder Diolah
(NPF), hal ini membuktikan bahwa
Pengujian hipotesis ini dilakukan
besarnya modal dapat menampung
dengan analisis uji regresi linear berganda
kerugian apabila bank mengalami kredit
dan uji statistik F (uji F). Koefisien
bermasalah. Biaya Operasional pada
determinasi yang dihasilkan adalah sebesar
Pendapatan Operasional (BOPO)
0,265 atau 26,5%. Nilai tersebut
berpengaruh positif dan signifikan
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 17

terhadap Non Performing Financing selain Capital Adequacy Ratio (CAR),


(NPF), hal ini membuktikan bahwa ketika Biaya Operasional pada Pendapatan
bank dapat menekan biaya operasionalnya Operasional (BOPO), Financing to Deposit
maka bank akan memperkecil tingkat Ratio (FDR), Sertifikat Bank Indonesia
pembiayaan bermasalah. Financing to Syariah (SBIS), dan Inflasi, misalnya faktor
Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh internal Bank Umum Syariah ataupun
secara signifikan terhadap Non Performing faktor-faktor ekonomi makro lainnya.
Financing (NPF), hal ini membuktikan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa semakin besar Financing to Deposit
A. Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam
Ratio akan memberikan sedikit pengaruh
(Analisis Fiqih dan Keuangan).
pada peningkatan NPF bank syariah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
tidak berpengaruh secara signifikan Agustina, I. (2016). Pengaruh Inflasi, GDP,
terhadap Non Performing Financing CAR, dan FDR terhadap Non
(NPF), hal ini membuktikan bahwa Performing Financing (NPF) pada
besarnya SBIS merupakan indikator bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia
pembiayaan yang disalurkan bank akan Periode 2010-2014. Skripsi. UIN
semakin kecil. Inflasi tidak berpengaruh Raden Fatah Palembang.
secara signifikan terhadap Non Performing
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Financing (NPF), hal ini membuktikan
Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi
bahwa kenaikan inflasi dalam waktu
VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
singkat (jangka pendek) tidak akan
menyurutkan keinginan masyarakat untuk Asnaini, S. (2014). Faktor-Faktor yang
mengikuti pemenuhan kebutuhan, maka Mempengaruhi Non Performing
dampak risiko kredit dalam jangka pendek Financing (NPF) pada Bank Umum
masih dapat terkendali Syariah di Indonesia. Jurnal
TEKUN, 264-28.
Saran
Bagi pihak Bank Umum Syariah Auliani, M. (2016). Analisis Pengaruh
agar dapat mengoptimalkan atau Faktor Internal dan Faktor Eksternal
mengendalikan nilai rasio NPF. Peneliti terhadap Tingkat Pembiayaan
selanjutnya perlu melakukan penelitian Bermasalah pada Bank Umum
dengan periode data yang lebih panjang Syariah di Indonesia Periode Tahun
mengenai faktor-faktor determinan NPF 2010-2014. Journal of Management.
18

Badan Pusat Statistik. Diakses dari Mankiw, N. Gregory.(2006).


www.bps.go.id. Pada tanggal 20 Makroekonomi alih bahasa Imam
Januari 2018. Nurmawan. Jakarta: Erlangga.

Bank Indonesia. Diakses dari Mutmainah dan Chasanah. (2012).


www.bi.go.id. Pada tanggal 20 “Analisis Eksternal dan Internal
Januari 2018. dalam Menentukan NPF Bank Umum
Syariah di Indonesia”. Tesis.
Firdaus, R. (2015). Pengaruh Faktor
Semarang Unisula.
Internal dan Eksternal yang
Mempempengaruhi Pembiayaan Nugraeni, V. (2017). Pengaruh Spread
Bermasalah pada Bank Umum Tingkat Suku Bunga, Capital
Syariah di Indonesia. Jurnal El-Dinar, Adequacy Ratio, Non Performing
3, 82-108. Loan, Net Interest Margin dan Rasio
Beban Operasional/Pendapatan
Harahap, M. (2016). Faktor-faktor yang
Operasional terhadap Pertumbuhan
Mempengaruhi Non Performing
Kredit Bank di Indonesia (Studi
Financing Pada Bank Syariah. Tesis.
Empiris : Bank yang Terdaftar di
Universitas Islam Negeri Sumatera
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-
Utara.
2015). Skripsi. Universitas Negeri
Havidz, Shinta A.H & Chandra Setiawan. Yogyakarta.
(2015). Bank Efficiency and Non-
Otoritas Jasa Keuangan, Data Statistik
Performing Financing (NPF) in the
Perbankan Syariah,
Indonesian Islamic Banks. Asian
http://www.ojk.go.id/ data statistik
Journal of Economic Modelling,
perbankan syariah, (diakses, 20
2015, 3(3): 61-79.
Januari 2018)
Inflasi
Peraturan Bank Indonesia Nomor
(http://www.bi.go.id/id/moneter/infla
8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
si/data) diakses pada 20 Januari 2018
2006
Khan, Tariqulla dan Ahmad (2001). Risk
Peraturan Bank Indonesia Nomor
Management on Analysis of Issues in
19/4/Pbi/2017 Tentang Pembiayaan
Islamic Financial Industry. Islamic
Research and Training Institute : Likuiditas Jangka Pendek Syariah
Bagi Bank Umum Syariah.
Islamic Depelopment Bank.
Pengaruh CAR .... (Timothy Arsya Tifanny) 19

Pertiwi, Y. (2016). Pengaruh Inflasi, BI Puspitasari, E. (2012). Pengaruh Faktor


Rate, CAR, BOPO, terhadap Non Eksternal dan Internal Bank terhadap
Performing Financing (NPF) pada Risiko Pembiayaan Bermasalah pada
Bank Umum Syariah di Indonesia Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2010-2014. Skripsi. Tahun 2006-2009. Skripsi. UIN
Palembang UIN Raden Fatah Sunan Kalijaga.
Palembang.
Rustika, F. (2016). Pengaruh Inflasi, Suku
Pinasti, W. (2017). Pengaruh Capital Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar
Adequacy Ratio (CAR), Biaya Rupiah, dan Cross Domestic Product
Operasional pada Pendapatan (GDP) terhadap Non Performing
Operasional (BOPO), Non Financing (NPF) Perbankan Syariah.
Performing Loan (NPL), Net Interest Skripsi. Universitas Negeri
Margin (NIM) dan Loan To Deposit Yogyakarta.
Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas
SBIS
Bank (Studi pada Bank Umum yang
(http://www.bi.iho.id/id/moneter/ope
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
rasi/lelang-sbi), diakses pada 20
Periode 2011-2015). Skripsi.
Januari 2018.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Setiawan, Chandra & Monita Eggy Putri.
Poetry, Zakiyah Dwi dan Yulizar D.
(2013). Non-Performing Financing
Sanrego. (2011). Pengaruh Variabel
and Bank Efficiency of Islamic Banks
Makro dan Mikro terhadap NPL
in Indonesia. Journal of Islamic
Perbankan Konvensional dan NPF
Finance and Business Research Vol.
Perbankan Syariah. Jurnal. Islamic
2. No. 1. September 2013 Issue. Pp.
Finance and Business Review. Vol.6
58 – 76
No.2 Agustus Desember 2011. STEI
TAZKIA. Suhartatik Nur dan Kusumaningtias (2013)
“Determinan Financing to Deposit
Pratamawati, H. (2018). Analisis Faktor-
Ratio Perbankan Syariah di
Faktor yang Mempengaruhi Non
Indonesia“, Jurnal Jurusan
Performing Loan pada Bank Umum
Manajemen, Fakultas Ekonomi
BUMN Tahun 2012-2016. Skripsi.
Universitas Negeri Surabaya.
Universitas Negeri Yogyakarta.
20

Vanni, K. (2017). Analisis Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Non Performing
Financing pada perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2011-2016. Jurnal
Ekonomi Syariah 306-319.

Waemustafa, Waeibrorheem & Suriani


Sukri. (2015). Bank Specific and
Macroeconomics Dynamic
Determinants of Credit Risk in
Islamic Banks and Conventional
Banks. International Journal of
Economics and Financial Issues,
2015, 5(2), 476-481.

Wicaksono, A. (2016). Pengaruh Capital


Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Ratio, Non Performing Loan dan
Biaya Operasional terhadap
Profitabilitas Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Yunisasi, I. (2017). Analisis Pengaruh


Faktor Internal dan Eksternal
terhadap Terjadinya Non Performing
Financing (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah yang menyediakan
layanan Pembiayaan Properti Periode
2014-2016). Skripsi. UIN Sunan
Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai