Anda di halaman 1dari 7

RESUME

UNDANG-UNDANG PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SEKTOR KEUANGAN

Bahwa diketahui Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan


Sektor Keuangan (selanjutnya disebut “P2SK”) telah disepakati menjadi Undang-
Undang dalam sidang paripurna DPR RI ke-13 dalam Omnibus law sektor keuangan yang
terdiri dari 27 bab dan 341 Pasal pada tanggal 15 Desember 2022.

Secara garis besar materi dari UU P2SK mencakup 2 (dua) bagian yakni :

a. ketentuan yang mengatur kelembagaan dan koordinasi otoritas di sektor


keuangan;

b. ketentuan yang mengatur masing-masing industri di sektor keuangan beserta


infrastruktur pendukungnya, termasuk dengan sumber daya manusia.

Lebih lanjut, UU P2SK berfokus pada 5 (lima) pilar sebagai berikut :

(1) penguatan kelembagaan otoritas sektor keuangan;


(2) penguatan tata kelola industri keuangan dan peningkatan kepercayaan public
terhadap industri keuangan;
(3) upaya mendorong akumulasi dana jangka panjang sektor keuangan untuk
kesejahteraan dan dukungan pembiayaan pembangunan yang
berkesinambungan;
(4) fokus pada penguatan perlindungan negara terhadap konsumen produk
keuangan; dan
(5) penguatan literasi, inklusi dan inovasi sektor keuangan agar masyarakat dapat
semakin berpartisipasi secara aman dalam sektor keuangan nasional.

Adapun, jika dibedah isinya, UU PPSK diawali dengan:

1. Bab I mengenai ketentuan umum pasal 1;


2. Bab II mengenai azas maksud, tujuan, serta ruang lingkup yang terdiri dari pasal
2 dan pasal 3
3. Bab III mengenai kelembagaan yang terdiri dari:
- Pasal 5 bagian umum
- Pasal 6 KSSK
- Pasal 7 LPS
- Pasal 8 OJK
- Pasal 9 BI
- Pasal 10 rupiah digital
- Pasal 11 mengenai pengembangan sektor keuangan.
4. Bab IV mengenai:
- Pasal 12 mengenai pengendalian tindak pidana pencucian uang dan atau
tindak pidana pendanaan terorisme
- Pasal 13 tentang bagian umum perbankan
- Pasal 14 perbankan
- Pasal 15 perbankan syariah.
5. Bab 5 mengenai:
- Pasal 16 tentang pasar modal, pasar uang dan pasar valas tentang
infrastruktur pasar
- Pasal 17 tentang penyelenggaraan infrastruktur pasar
- Pasal 18 instrumen keuangan dalam transaksi pasar modal
- Pasal 19 sampai pasal 22 tentang pasar modal.
6. Pasal 23 sampai dengan Pasal 26 mengenai bursa karbon
7. Pasal 27 sampai dengan Pasal 32 mengenai pasar uang dan pasar valas
8. Pasal 33 mengenai sarana kliring di pasar keuangan
9. Pasal 34 tentang pegembanagn pasar keuangan
10. Pasal 35 tentang fungsi pengelolaan dana perwalian.
11. Pasal 36 tentang permohonan pailit badan pengelola instrumen keuangan,
12. Pasal 37 pengelolaan instrumen keuangan dan pengelolaan dana perwalian,
13. Pasal 38 OJK berwenang mengenakan sanksi administratif kepada pihak yang
melakukan pelanggaran
14. Pasal 39 tentang pengaturan lebih lanjut tentang pengembangan pasar keuangan
oleh pemerintah.
15. Pasal 40-47 tentang penyelesaian transaksi
16. Pasal 48 kegiatan usaha penukaran valas
17. Pasal 49 dan pasal 50 tentang kegiatan usaha penukaran valas
18. Pasal 51-52 mengenai perasuransian, pasal 53-54 asuransi usaha bersama, pasal
55 tentang anggaran dasar usaha bersama, pasal 56 keanggotaan usaha
bersama, pasal 57 organ usaha bersama, pasal 58 wewenang RUA, pasal 59
penyelenggaraan RUA, dan pasal 60 tentang RUA tahunan dan rua luar biasa.
19. Pasal 61 kepesertaan RUA, pasal 62 dan 63 pemilihan peserta RUA, pasal 64
pemilihan RUA, pasal 65 tentang masa tugas dan pemberhentian peserta RUA,
pasal 66 RUA, dan pasal 67-68 pengurusan usaha bersama, pasal 69 tentang
masa tugas dan pemberhentian direksi usaha bersama, pasal 70 tugas,
wewenang, dan kewajiban direksi usaha bersama, pasal 71 kewajiban anggota
direksi usaha bersama, pasal 72 pengawasan usaha bersama hingga pasal 73,
pasal 74 masa tugas dan pemberhentian dewan komisaris usaha bersama, pasal
75 - 76 tugas, wewenang dan tanggung jawab komisaris usaha bersama.
20. Pasal 77 membahas mengenai perubahan bentuk badan hukum, pasal 78
mengenai pembubaran usaha bersama, pasal 79 penyelenggaraan program
penjamin polis, pasal 80-85 kepesertaan penjamin polis, pasal 86-89 tentang
penyelenggara program penjamin polis.
21. Pasal 90 mengenai mekanisme penanganan perusahaan asuransi dan perusahaan
asuransi syariah bermasalah, pasal 92 likuidasi hingga pasal 101. Pasal 102
tentang pengelolaan aset dan kewajiban hingga pasal 103, dan pasal 104 - 105
tentang penjaminan.
22. Pasal 106 - 107 tentang usaha jasa pembiayaan dan ruang lingkupnya, pasal 108
bentuk badan hukum, pasal 109 kepemilikan, pasal 110 - 111 kepengurusan dan
penilaian kemampuan dan kepatuhan. Pasal 112 sumber dana penyertaan, pasal
113 - 114 izin usaha, pasal 115 konversi dan pembentukan unit usaha syariah,
dan pasal 116 - 123 tentang penyelenggaraan usaha, dan pasal 124
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan.
23. Pasal 125 pencabutan izin usaha, pasal 126 asosiasi penyelenggara usaha jasa
pembiayaan, pasal 127 profesi penunjang usaha jasa pembiayaan, pasal 128 -
129 pengawasan dan pelaporan. Pasal 130-132 tentang kegiatan usaha bullion,
pasal 133 - 200 dana pensiun, program jaminan hari tua, dan program dana
pensiun.
24. Pasal 201 koperasi di sektor jasa keuangan, pasal 203 - 204 lembaga keuangan
mikro, pasal 205 - 212 konglomerasi keuangan, pasal 213 inovasi teknologi
sektor keuangan sampai dengan pasal 224, pasal 225 - 229 tentang literasi
keuangan dan inklusi keuangan, pasal 230 - 248 cakupan perlindungan
konsumen di sektor keuangan
25. Pasal 249 - 251 tentang terkait akses pembiayaan mikro, kecil, dan menengah,
pasal 252-273 tentang sumber daya manusia, sedangkan pasal 274 - 276
stabilitas sistem keuangan, pasal 277 - 278 tentang LPEI, pasal 279 - 282
mengenai sanksi administrasi terkait ITSK, pasal 283 tentang sanksi administrasi
terkait usaha jasa pembiayaan, dan pasal 25 sanksi administrasi terkait
perlindungan konsumen.
26. Bab 24 mengatur tentang ketentuan pidana yang di dalamnya termuat pasal 287
- 290 tentang ketentuan pidana terkait penjaminan polis, pasal 291 hingga 295
ketentuan pidana terkait usaha jasa pembiayaan, pasal 296 - 298 tentang
ketentuan pidana, pasal 299 - 300 tentang ketentuan pidana terkait pasar uang
dan pasar valas, pasal 301 - 306 terkait kegiatan usaha bullion.
27. Pasal 307 mengenai Ketentuan lain-lain, ketentuan peralihan dari pasal 308 -
325, dan ketentuan penutup tertera dalam pasal 326 - 341.

A. Rangkuman poin-poin penting yang dirubah :

Dengan merujuk pada sumber-sumber yang telah kami telusuri terkait dengan UU
P2SK maka dapat kami rangkum hal-hal yang perlu menjadi atensi sebagai berikut :

(1) Pejabat BI, OJK & LPS Tidak Boleh Berasal Dari Partai Politik Baik
Sebagai Anggota Maupun Pengurus

UU P2SK akan menguatkan kewenangan dan tata kelola kelembagaan di


sektor keuangan. Baik pejabat Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tetap dijaga independensinya
dengan tidak boleh berasal dari partai politik.

Hal ini diratifikasi dalam :

a) BAB XA terkait Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan Pasal 89


C ayat (4) huruf c yang berbunyi :
“bukan pengurus partai politik;”

b) BAB VIB terkait tugas menetapkan kepailitan (Supervisi Bank


Indonesia) Pasal 58B ayat (4) huruf c yang berbunyi :
“bukan pengurus partai politik;”

c) BAB IXA terkait Badan Supervisi Otoritas Jasa Keuangan89 C ayat (4)
huruf c yang berbunyi :
“bukan pengurus partai politik;”

Di aturan sebelumnya, pejabat BI, OJK dan LPS diperbolehkan dari partai
politik asalkan mundur setelah terpilih. Di aturan baru ini, sebelum
dicalonkan mereka sudah harus mengundurkan diri dari partai politik

(2) OJK Awasi Aset Kripto hingga Koperasi

OJK mendapat tambahan tugas salah satunya mengatur dan mengawasi


transaksi aset kripto. Tugas ini sebelumnya dilakukan oleh Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Tugas dan pengawasan OJK kini
mencakup kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal,
keuangan derivatif, bursa karbon, perasuransian, penjaminan, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, lembaga keuangan mikro
dan lembaga jasa keuangan (LJK) lainnya.

Kemudian kegiatan di sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK) serta


aset keuangan digital dan aset kripto; perilaku pelaku usaha jasa keuangan
serta pelaksanaan edukasi dan perlindungan konsumen; dan sektor keuangan
secara terintegrasi serta melakukan asesmen dampak sistemik konglomerasi
keuangan.

OJK juga memiliki tambahan tugas baru di sektor koperasi, di mana koperasi
yang melaksanakan kegiatan di sektor jasa keuangan segala perizinan,
pengaturan dan pengawasannya akan dilakukan oleh OJK.

Hal ini diratifikasi dalam :


BAB XV terkait Inovasi Teknologi Sektor Keuangan Pasal 202 ayat (1) dan (2)
yang berbunyi :

(1) Ruang lingkup ITSK meliputi:


a. sistem pembayaran;
b. penyelesaian transaksi surat berharga;
c. pengelolaan investasi;
d. pengelolaan risiko;
e. penghimpunan dan/atau penyaluran dana;
f. pendukung pasar;
g. jasa keuangan digital lainnya yang ditetapkan oleh otoritas
di sektor keuangan sesuai dengan kewenangannya;
h. aktivitas terkait aset kripto; dan
i. aktivitas jasa keuangan lainnya

(2) Pengaturan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan ITSK


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masing-
masing otoritas sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

(3) Berdasarkan Pasal 49 ayat (5) Bagian Keempat UU P2SK mengatur


kewenangan bagi OJK sebagai lembaga yang berhak melakukan penyidikan
dalam kasus tindak pidana keuangan.

(4)[(3)] LPS Menjamin Polis Asuransi

Hal ini diratifikasi dalam :

Pasal 4 yang berbunyi :

LPS berfungsi:

a. menjamin simpanan nasabah penyimpan;


b. menjamin polis nasabah asuransi;
c. turut aktif dalam memelihara Stabilitas Sistem Keuangan
sesuai dengan kewenangannya; dan
d. melakukan resolusi Bank dan Perusahaan Perasuransian.

Dalam melaksanakan program tersebut, LPS berwenang menetapkan dan


memungut premi penjaminan dan iuran berkala penjaminan polis, serta
menetapkan dan memungut kontribusi pada saat perusahaan asuransi
pertama kali menjadi peserta.

(5)[(4)] Pembiayaan Kepada Masyarakat dan Pengusaha Mikro

Pemerintah dan DPR sepakat perlunya memberikan penguatan


payung hukum kepada lembaga keuangan mikro (LKM) yang sangat
dibutuhkan bagi kelompok masyarakat unbanked. LKM skala
menengah besar akan diawasi OJK dan skala kecil akan diawasi
Pemda.

Hal ini diratifikasi dalam :

BAB XIII tentang Lembaga Keuangan Mikro Pasal 193 yang berbunyi :

“Dalam rangka pengembangan dan penguatan sektor keuangan dilakukan


penataan lembaga keuangan mikro, Undang-Undang ini mengubah,
menghapus, dan/atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5394).”

Pasal 8

LKM hanya dapat dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia;


b. badan usaha milik kelurahan;
c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
d. Pemerintah Daerah Provinsi; dan/atau
e. koperasi

B. Keberlakuan Undang-Undang yang dirubah setelah adanya UU P2SK

Bahwa sebagaimana tertuang dalam bagian kedelapan UU P2SK Pasal 320


menyatakan bahwa :

“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Bank yang status pengawasannya
sebagai Bank dalam pengawasan intensif atau Bank dalam pengawasan khusus,
diubah status pengawasannya dan dinyatakan sebagai Bank Dalam Penyehatan
oleh OJK berdasarkan Undang-Undang ini.”

Lebih lanjut dengan merujuk pada BAB XXIV terkait Ketentuan Penutup Pasal 321
sampai dengan Pasal 328 menyatakan bahwa :

1. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan


perundangundangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik 234
Indonesia Nomor 3608), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
2. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan mengenai permohonan
penundaan kewajiban pembayaran utang oleh Lembaga sebagaimana diatur
dalam Pasal 223 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4443) dinyatakan tidak berlaku bagi Perusahaan Asuransi
dan perusahaan reasuransi.

3. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan


perundangundangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3477), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

4. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 11 Tahun


1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

5. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan


perundangundangan yang mengatur Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, dan Penyelenggara
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang Undang ini.

6. Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai


perlindungan konsumen di sektor keuangan yang telah ada pada saat
UndangUndang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

7. Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai


sumber daya manusia, profesi, tata kelola yang baik dan pelaporan keuangan
di sektor keuangan yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan,
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Undang-Undang ini.

8. Ketentuan mengenai kebijakan Stabilitas Sistem Keuangan dalam Pasal 1 ayat


(3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini 235 atau diatur secara khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Catatan :

- Rujukan Pasal yang kami kutip dalam Resume ini kami ambil dari RUU P2SK yang
belum disahkan.

Sumber :

- Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor... Tahun 2022 Tentang


Pengembangan Dan Penguatan Sektor Keuangan
- Informasi Publik Kementerian Keuangan yang diakses melalui laman :
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/ruu-p2sk-
%287%29
- Detikfinance “RUU P2SK Diketok Jadi UU, Ini Poin Pentingnya” yang diakses
melalui laman: :
https://finance.detik.com/moneter/d-6464122/ruu-p2sk-diketok-jadi-uu-ini-poin-
pentingnya.
- CNBC Indonesia “UU P2SK Sah! Ini 7 Poin Kesepakatan Pemerintah & DPR” yang
diakses melalui laman:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20221215112549-17-397159/uu-p2sk-
sah-ini-7-poin-kesepakatan-pemerintah-dpr
- Ini Tujuan Diberikannya Kewenangan Penyidikan Pidana Keuangan ke OJK dalam
UU P2SK, yang diakses melalui halaman h
ttps://www.merdeka.com/uang/ini-tujuan-diberikannya-kewenangan-penyidikan-pidana-
keuangan-ke-ojk-dalam-uu-p2sk.html
- Lengkap! Ini Pasal-Pasal Super Penting di UU P2SK (cnbcindonesia.com) yang dapat diakses
melalui halaman https://www.cnbcindonesia.com/market/20221215091521-17-397095/

Anda mungkin juga menyukai