Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mei Kurniawati Mendrofa

Nim : 20602022
MK : Filsafat Hukum
Kelas :B
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Adensi Timomor, S.H, M.H, M.Si

1. Apa Itu Keadilan Menurut Filsuf?


Jawaban:
Keadilan kata dasarnya “Adil” berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-
tengah, jujur, lurus, dan tulus. Dalam adil terminologis berarti sikap yang bebas dari
diskriminasi, ketidak jujuran. jadi orang yang adil adalah orang sesuai dengan standar hukum
baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), serta hukum sosial (hukum adat) berlaku.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai
titik tengah antara dua ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ekstrem
melibatkan dua orang atau benda. Ketika dua orang telah punya kesamaan dalam ukuran yang
telah ditetapkan, maka setiap orang harus mendapatkan objek atau hasil yang sama, jika tidak
sama, maka masing–masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan proporsi
pelanggaran terjadap disebut tidak adil. Menurut W.J.S. Poerwodarminto kata adil berarti tidak
berat sebelah, harus tidak ada kesewenang-wenangan dan tidak memihak. Jadi, keadilan pada
dasarnya memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan hak-hak mereka, artinya adil
itu tidak harus sama.
Ketika seseorang mengklaim dirinya bahwa telah melakukan suatu keadilan. Maka,
tentunya, hal tersebut harus selaras dengan ketertiban umum yang mana suatu skala keadilan
diakui. Skala keadilan sendiri sangat bervariasi dari satu tempat dengan tempat lainnya. Setiap
skala didefinisikan atau dirumuskan sendiri. Serta, sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat
sesuai dengan ketertiban umum dari masayarakat tersebut. Sebagai contoh di Indonesia dengan
keadilan yang digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar negara. Para filsuf telah
meurumuskan pandangannya mengenai keadilan. Pandangan-pandangan tersebut bersumber
dari pendapat atau pemikiran-pemikirannya. Berikut beberapa teori keadilan yang dirumuskan
oleh para filsuf.
1. Keadilan Menurut Aristoteles
a. Keadilan komutatif adalah perlakuan kepada seseorang tanpa memperhatikan apa yang
sudah di lakukanya.
b. Keadilan distributif adalah perlakuan kepada seseorang sesuai dengan apa yang telah
dilakukanya.
c. Keadilan kodrat alam adalah memberikan sesuatu sesuai dengan yang diberikan oleh
orang lain kepada kita.
d. Keadilan konvensional adalah seseorang yang harus mematuhi semua hukum dan
peraturan yang telah diperlukan.
e. Keadilan menurut teori perbaikan adalah seseorang yang telah mencoba
mengembalikan reputasi orang lain yang telah terkontaminasi/tercemar nama baiknya.

2. Keadilan Menurut Plato


a. Keadilan moral, yang merupakan suatu tindakan moral adil untuk mengatakan jika
sudah mampu memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
b. Keadilan prosedural, bahwa jika seseorang telah mampu melakukan tindakan secara
adil di bawah prosedur yang telah diterapkan.
c. Menjelaskan tindakan dianggap adil jika telah berdasarkan dengan perjanjian yang
sudah disepakati.

3. Keadilan Menurut Notonegoro


Keadilan yaitu suatu keadaan yang dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.

4. Keadilan Menurut Panitia Ad-hoc MPRS 1966.


a. Keadilan individu, keadilan yang akan tergantung pada kemauan baik atau buruk dari
masing-masing individu.
b. Keadilan sosial, keadilan yang pelaksanaannya tergantung pada struktur yang terdapat
dalam bidang politik ekonomi, sosial-budaya, dan ideologi.

5. Keadilan Menurut John Rawl


John Rawls mendefinisikan keadilan sebagai fairness, dengan kata lain prinsip-prinsip
keadilan bagi struktur dasar masyarakat merupakan tujuan dan kesepakatan. Dalam
keadilan sebagai fairness, posisi kesetaraan asali atau dasar seseorang berkaitan dengan
kondisi alam dalam teori tradisional kontrak sosial. John Rawls mengasumsikan bahwa
posisi asali ini tidak diangap sebagai kondisi historis, apalagi sebagai kondisi primitif
kebudayaan, namun lebih dipahami sebagai hipotesis yang dicirikan mendekati pada
konsepsi keadilan tertentu. Kemudian, prinsip keadilan yang dipakai dalam tesis ini
adalah prinsip Keadilan Notonegeoro, suatu kebijakan dikatakan adil jika sesuai dengan
hukum yang berlaku di suatu negara. Dengan kata lain prinsip CSR tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.

6. Teori Keadilan Menurut Thomas Hobbes


Menurut Thomas Hobbes, keadilan merupakan suatu oerbuatan yang dapat
mencapai “adil” ketika telah didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Dari
pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keadilan atau rasa keadilan akan
dapat tercapai ketika adanya kesepakatan antara dua pihak yang telah berjanji. Perjanjian
dimaknai atau diwujudkan dengan luas, tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang
sedang mengadakan kontrak bisnis, sewa-menyewa, dan lain-lain. Melainkan perjanjian
juga termasuk jatuhan putusan antara hakim dan terdakwa, peraturan perundang-
undangan yang tidak memihak pada satu pihak saja, tetapi saling mengedepankan
kepentingan dan kesejahteraan publik.

7. Teori Keadilan Menurut Roscoe Pound


Menurut Roscoe Pound, keadilan merupakan hasil-hasil konkret yang dapat diberiknan
kepada masyarakat. Ia melihat bahwa hasil yang didapatkan haruslan berupa pemuasan
kebutuhan manusia semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin.
Pound mengatakan bahwa ia sendiri senang melihat “semakin meluasnya pengakuan dan
pemuasan terhadap kebutuhan, tuntutan atau keinginan-keinginan manusia melalui
pengendalian sosial; semakin meluas dan efektifnya jaminan terhadap kepentingan sosial;
suatu usaha untuk menghapuskan pemborosan yang terus-menerus dan semakin efektif
dan menghindari perbenturan antara manusia dalam menikmati sumber-sumber daya,
singkatnya social engineering semakin efektif”.

8. Teori Keadilan Hans Kelsen


Hans Kelsen mendefinisikan keadilan sebagai suatu tata tertib sosial tertentu yang
di bawah lindungan, di dalamya pun terdapat usaha untuk mencari kebenaran yang dapat
berkembang dan subur. Oleh sebab itu, keadilan baginya merupakan keadilan
kemerdekaan, keadilan perdamaian, keadilan toleransi, dan keadilan demokrasi.

9. Teori Keadilan Menurut Derrida


Derrida mendefinisikan keadilan tidak didapatkan dari sumber-sumber dalam
tatanan hukum. Melainkan dari sesuatu yang melampaui hukum itu sendiri. Baginya,
keadilan tidak berarti kesesuaian dengan undang-undang karena kesesuaian dengan
undang-undang belum memastikan atau tidak menjamin adanya keadilan.

10. Teori Keadilan Menurut Jeremy Bentham dan John Stuart Mill
Jeremy Bentham dan John Stuart Mill mewakili pandangan dari utilitarianisme
yang mendefinisikan keadilan sebagai manfaat atau kebahagiaan sebesar-besarnya untuk
orang sebanyak mungkin.

11. Teori Keadilan Menurut Reinhold Zippelius


Keadilan komutatif adalah keadilan timbal balik yang terjadi ketika warga
masyarakat melakukan transaksi kontraktual. Keadilan terjadi pada saat pemulihan dari
keadaan cidera hak, misalnya pemberian ganti rugi bagi pihak yang dirugikan. Keadilan
distributif yaitu keadilan dalam pembagian. Misalnya dalam lapangan hukum perdata,
jika ada orang memecahkan barang di toko, ia harus menggantinya tanpa melihat latar
belakang sosial ekonominya. Keadilan distributif ini juga relevan dalam kerangka
keadilan sosial. Keadilan pidana yang dijadikan dasar dan tujuan pengenaan hukum
pidana. Salah satunya asas nulla poena sine lege praevia. Keadilan hukum
acara ditentukan oleh kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk menegaskan
posisinya dan hakim yang tidak berat sebelah. Keadilan konstitusional berkaitan dengan
penentuan syarat-syarat pemangkuan jabatan kenegaraan misalnya dalam pemilu.

2. Jelaskan Teori Keadilan Munurut Hans Kelsen Dan Teori Keadilan Menurut John
Rawl?
Jawaban:

 Teori Keadilan Munurut Hans Kelsen

Dalam Teori Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state,
berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat
mengatur perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat menemukan
kebahagian didalamnya. Pandangan Hans Kelsen ini pandangan yang bersifat positifisme,
nilai-nilai keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang
mengakomodir nilai-nialai umum, namun tetap pemenuhan rasa keadilan dan kebahagian
diperuntukan tiap individu.
Lebih lanjut Hans Kelsen mengemukakan keadilan sebagai pertimbangan nilai yang
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa suatu tatanan
bukan kebahagian setiap perorangan, melainkan kebahagian sebesar-besarnya bagi sebanyak
mungkin individu dalam arti kelompok, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu,
yang oleh penguasa atau pembuat hukum, dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan yang patut
dipenuhi, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Tetapi kebutuhan-kebutuhan
manusia yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini dapat dijawab dengan menggunakan
pengetahuan rasional, yang merupakan sebuah pertimbangan nilai, ditentukan oleh faktor-
faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat subjektif.
Jadi sebagai aliran posiitivisme Hans Kelsen mengakui juga bahwa keadilan mutlak
berasal dari alam, yakni lahir dari hakikat suatu benda atau hakikat manusia, dari penalaran
manusia atau kehendak Tuhan. Pemikiran tersebut diesensikan sebagai doktrin yang disebut
hukum alam. Doktrin hukum alam beranggapan bahwa ada suatu keteraturan hubungan-
hubungan manusia yang berbeda dari hukum positif, yang lebih tinggi dan sepenuhnya sahih
dan adil, karena berasal dari alam, dari penalaran manusia atau kehendak Tuhan.
Dua hal lagi konsep keadilan yang dikemukakan oleh Hans Kelsen: pertama tentang
keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari cita-cita irasional. Keadilan
dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat berwujud suatu kepentingan-kepentingan yang
pada akhirnya menimbulkan suatu konflik kepentingan. Kedua, konsep keadilan dan
legalitas. Untuk menegakkan diatas dasar suatu yang kokoh dari suatu tananan sosial tertentu,
menurut Hans Kelsen pengertian “Keadilan” bermaknakan legalitas.
Jadi suatu peraturan umum adalah “adil” jika ia bena-benar diterapkan, sementara itu
suatu peraturan umum adalah “tidak adil” jika diterapkan pada suatu kasus dan tidak
diterapkan pada kasus lain yang serupa. Konsep keadilan dan legalitas inilah yang diterapkan
dalam hukum nasional bangsa Indonesia, yang memaknai bahwa peraturan hukum nasional
dapat dijadikan sebagai payung hukum (law unbrella) bagi peraturan peraturan hukum
nasional lainnya sesuai tingkat dan derajatnya dan peraturan hukum itu memiliki daya ikat
terhadap materi-materi yang dimuat (materi muatan) dalam peraturan hukum tersebut.

 Teori Keadilan Menurut John Rawls


Perlu kita ketahui bberapa konsep keadilan yang dikemukakan oleh Filsuf Amerika di
akhir abad ke-20, John Rawls, seperi A Theory of justice, Politcal Liberalism, dan The Law
of Peoples, yang memberikan pengaruh pemikiran cukup besar terhadap diskursus nilai-nilai
keadilan. John Rawls yang dipandang sebagai perspektif “liberal-egalitarian of social
justice”, berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-institusi
sosial (social institutions). Akan tetapi, kebajikan bagi seluruh masyarakat tidak dapat
mengesampingkan atau menggugat rasa keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh
rasa keadilan. Khususnya masyarakat lemah pencari keadilan.
Untuk itu secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsip-
prinsip keadilan dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaanya yang dikenal dengan
“posisi asali” (original position) dan “selubung ketidaktahuan” (veil of ignorance).
Pandangan Rawls memposisikan adanya situasi yang sama dan sederajat antara tiap-tiap
individu di dalam masyarakat. Tidak ada pembedaan status, kedudukan atau memiliki posisi
lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, sehingga satu pihak dengan lainnya dapat
melakukan kesepakatan yang seimbang, itulah pandangan Rawls sebagai suatu “posisi asasli”
yang bertumpu pada pengertian ekulibrium reflektif dengan didasari oleh ciri rasionalitas
(rationality), kebebasan (freedom), dan persamaan (equality) guna mengatur struktur dasar
masyarakat (basic structure of society).
Namun sementara konsep “selubung ketidaktahuan” diterjemahkan oleh John Rawls
bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan keadaan tentang dirinya
sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin tertentu, sehingga membutakan adanya
konsep atau pengetahuan tentang keadilan yang tengah berkembang.
Jadi dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat untuk memperoleh prinsip
persamaan yang adil dengan teorinya disebut sebagai “Justice as fairness”. Dalam pandangan
John Rawls terhadap konsep “posisi asasli” terdapat prinsip-prinsip keadilan yang utama,
diantaranya prinsip persamaan, yakni setiap orang sama atas kebebasan yang bersifat
universal, hakiki dan kompitabel dan ketidaksamaan atas kebutuhan sosial, ekonomi pada
diri masing-masing individu.

Anda mungkin juga menyukai