Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rivaldo Pratama Syam

Kelas :C

No Stambuk : 1811048

Bab 15

Keadilan dalam Organisasi

A. Pengertian Keadilan
Keadilan pada hakikatnya merupakan perlakuan kepada orang lain sesuai dengan haknya.
Aspek yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya., yang sama derajatnya, sama hak-kewajibannya, tak membedakan suku,
ras, dan keturunan, serta agamanya. Keadilan berasal dari kata “adil”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya tidak semena-mena dan
tidak memihak. Dalam perspektif M. SDM, keadilan menyangkut hak yang diterima oleh
karyawan organisasi berdasarkan tingkat pendidikan, posisi, struktur, tugas, dan fungsi
sumbangan bagi organisasi yang diterima secara adil dilihat dari peraturan yang berlaku
dalam organisasi, peraturan pemerintah/UU, pengharapan, dan perbandingan.

Keadilan sangat terkait dengan posisi, peran, fungsi jabatan, structural, tingkat
pendidikan, curahan pikiran, tenaga, dan waktu dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
Secara ekonomis, suatu keadaan dapat dikatakan adil jika tidak ada pihak yang merampas
hak asasi manusia milik orang lain. Keadilan juga dapat dimaknai adanya kekuatan dan
ketundukan masyarakat pada aturan yang ada. Keadilan tercipta jika semua orang sama
derajatnya di hadapan hukum. Keadilan juga dapat tercipta dari rakyat yang tertera dengan
baik. Dengan kata lain, keadilan akan tercipta jika tataan etika bermasyarakat sudah
mencapai tataran beradab tentang suatu yang adil dan tidak adil. Keadilan akan terwujud
dalam rakyat jika Negara mampu mendistribusikan hak dan kewajibannya secara berimbang,
sehingga setiap orang berpeluang memperoleh manfaat atas tata pemerintah yang adil itu.

Suatu tataan masyarakat dapat dikatakan adil jika semua masyarakat mempunyai
kebebasan bergerak dan memilih pekerjaan sesuai peluang yang ada.Keadilan dapat
dipahami dan diterapkan orang-orang dalam basis rasionalitasnya untuk mengakomodasi
kepentingan semua pihak.Tataan masyarakat dapat dikatakan adil jika kebebasan dasar untuk
berpikir dan mengemukakan ide dikatakan bebas tanpa ada aturan yang menghalangi.Suatu
keadaan dapat dikatakn adil jika setiap orang dapat memperoleh kekuasaan paling rendah
hingga paling tinggi yang mungkin dijabatnya.Suatu keadaan dapat dikatakan adil jika setiap
individu bebas memperoleh penghargaan berdasrkan kesuksesannya tanpa ada aturan yang
melarangnya.
B. Jenis-Jenis Keadilan
Menurut Aristoteles:

1. Keadilan Komulatif, adalah perlakuan seseorang yang tidak melihat jasa-jasa yang
dilakukannya. Lebih bersifat ke sama rata/sama rasa, dimana semua orang mendapat
hak dari organisasi tanpa melihat besa/kecilnya jasa yang diberikannya pada
organisasi.

2. Keadilan Distributif, adalah perlakuan pada seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang
telah dibuatnya. Semakin besar jasa yang diberikannya, maka semakin besar pula hak
yang diterimanya dari organisasi.

3. Keadilan Kodrat Alam, adalah memberi sesuatu sesuai dengan pemberian alam.

4. Keadilan Konvensial, adalah seseorang yang menaati segala peraaturan UU yang


diberikan. Semua orang sama derajatnya di hadapan hukum.

5. Keadilan Menurut Teori Perbaikan, adalah seseorang yang berusaha memperbaiki


nama baik orang lain yang tercemar, dengan catatan tidak melakukan lagi tindakan
yang sama.

Menurut ahli filsafat Plato:

1. Keadilan Moral, yaitu suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila
mampu memberi perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Semakin besar
kewajibannya, maka semakin besar pula haknya, begitu pula sebaliknya.

2. Keadilan Prosedural, yaitu jika seseorang telah mampu melaksanakan perbuatan adil
berdasarkan tata cara yang diterapkan. Jika peraturan telah ditegakkan sebaik
mungkin, maka pelaksanaan peraturan dapat dikatakan adil.

C. Teori Keadilan
Thomas Hobbes menjelaskan suatu perbuatan dikatakan adil jika didasarkan pada
perjanjian yang telah disepakati.Jika orang itu mampu memenuhi janji yang diucapkannya,
maka orang itu adil.Tetapi bila baru mampu memenuhi sebagian dari janjinya atau belum
memenuhinya, maka orang itu belum adil.Notonegoro menambahkan keadilan hukum adalah
keadaan dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.Ketika aturan dapat
ditegakkan, maka realitas di lapangan sudah dikatakan adil.
Rawls (1985) mengemukakan ide bahwa teori keadilan merupakan metode mempelajari
dan menghasilkan keadilan. Terdapat prosedur-prosedur berpikir untuk menghasilkan
keadilan, yang dilaksanakan dengan cara memenuhi hak sesuai dengan pihak yang akan
menerima hak itu. Pemberian hanya sebagian dari hak yang seharusnya diberi belum dapat
dikatakan adil, apalagi pemberian kepada yang tidak memiliki hak untuk diberi, tidak dapat
dikatakan adil. Teori Rawl didasarkan atas 2 prinsip, yaitu:

1. Equal Right, dikatakan bahwa hak untuk mendapat keadilan dapat terwujud jika
diatur dalam tataran leksial. Prinsip perbedaan dalam kerja menjadi kunci keadilan.

2. Economic Equality, dikatakan secara ekonomi keadilan dapat terwujud jika tidak ada
pihak yang merampas hak dasar manusia.

Menurut Rawls, rasionalitas terbagi atas 2 bentuk, yaitu:

1. Instrumental Rationality, dimana akal budi yang menjadi instrument untuk menentukan
sesuatu dapat dikatakan adil atau tidak.

2. Reasonable, dimana keadilan didasarkan pada prosedur nasional yang dimiliki orang-
orang, dimana prosedur rasional itu yang menjadi penjamin terjadinya keadilan universal.

D. Syarat Terjadinya Masyarakat Berkeadilan


Bagi Rawls (1985), setiap orang memiliki moral subjektif yang berbeda-beda antara
orang satu dengan yang lain. Mereka bebas menggagas prinsip kebaikan menurut moral
pribadinya.Untuk itu, Rawls mengemukakan teori bagaimana cara mencapai syarat terjadinya
masyarakat berkeadilan, yaitu harus ada prinsip masyarakat yang baik, moral pribadi
perorangan, dan kedudukan awal manusia. Konsep keadilan dapat terwujud jika masyarakat
dapat tertera dengan baik jika seluruh anggotanya menyadari moral pribadi yang tidak
melupakan kedudukan awal manusia yang martabatnya semua sama dihadapan hukum.
Rawls menyimpulkan bahwa syarat terjadinya masyarakat berkeadilan bisa diperoleh dengan
memahami keberadaan awal manusia yang memiliki kedudukan yang sama, baik dihadapan
hukum atau alam semesta.

E. Cara Mendapatkan Keadilan


Untuk mencapai keadilan, cara mengukurnya bukan bertolak dari orang ke orang, tetapi
bertolak dari prosedural yang telah ditetapkan oleh aturan. Person Moral adalah moral setiap
warga Negara yang semuanya sama dalam daya moral menjalankan gagasan keuntungan dan
daya memahami kesepakatan yang dicapai akan mencerminkan keikhlasan untuk mencapai
kepentingan bersama.Secara singkat, konsep person moral ini menjadi patokan bagi teori
keadilan.Rawl berpendapat teori keadilan menetapkan dengan tegas konsep khusus dalam
person moral sebagai unsur dalam prosedur pembentukan konsep keadilan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan hasilnya menentukan isi dari prinsip keadilan.

Dalam prosedur ini, tiap orang pada dasarnya adalah pelaku rasional yang berusaha
menempatkan prinsip keadilan melalui kesepakatan bersama pada masing-masing
orang.Dalam masyarakat, tentu tidak pernah terlepas dari ukuran keadilan yang diturunkan
doktrin komprehensif yang berbeda-beda. Perebutan pengaruh yang dilakukan tiap
penggagas keadilan akan berusaha mengalahkan konsep keadilan yang ditentang oleh konsep
keadilan dalam doktrin demokrasi. Overlapping Consensus dapat terjadi dalam suatu tataan
Negara, tetapi dengan banyaknya Reasonable disagreement, terdapat banyak alasan rasional
yang diberikan atas ketidakjujuran mereka pada consensus yang selama ini telah berjalan,
akan mampu menghasilokan consensus yang lebih baik, adil, dan dapat diterima akal sehat.

Menurut Rawls, Reasonable Disagreement tidak dapat dihindari karena terdapat 2 kubu
yang bertentangan, dimana masih terdapat perbedaan meski kesepakatan belum
dipertimbangkan, konsep yang dimiliki masih ambigu, cara memutuskan dibentuk oleh
pengalaman yang berbeda-beda, dan masing-masing kelompok memiliki ruang nilai yang
berbeda-beda. Reasonable Disagreement bersifat permanen dalam masyarakat demokratis,
sehingga Rawls menawarkan langkah penyelesaian, yaitu melakukan tindakan kohersif yang
dominan diberlakukan.Situasi yang ingin dicapai Rawls adalah kondisi highest ordered
interest yang tercipta jika terbentuk public conception of justice.Keadilan bukan semata-mata
ditentukan oleh kelompok masyarakat, melainkan ditetapkan oleh seluruh masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa highest ordered interest mempunyai hubungan erat dengan pblic
conception of justice.Beberapa perbedaan dalam masyarakat bukan tidak dapat disatukan,
tetapi selalu ada konsep keadilan bagi tiap anggota masyarakat. Adanya perbedaan dalam
memaknai keadilan tidak harus berarti masyarakat sebagai satu keseluruhan juga tidak
mampu melihat dan mengalami perwujudan sejati dari apa yang disebut keadilan. Teori
keadilan Rawls berpusat pada bagaimana distribusi hak dan kewajiban secara berimbang
dalam masyarakat, sehingga tiap orang berpeluang mendapat manfaat darinya dan secara
nyata menanggung beban yang sama. Bagi Rawls, keadilan sebagai fairness adalah pure
procedural justice, yang berarti harus terlaksana dan terefleksikan melalui prosedur yang
adil.

Rawls mempunyai hipotesis bahwa jika semua orang diletakkan pada original position,
mereka tidak mungkin memilih higher ordered interest karena mereka tidak tahu interest
mereka. Menurut Rawls, setiap manusia mengejar kepentingan mereka yang beragam karena
memilih primary goods. Pada original position, otonomi individu berdasarkan pada pilihan
rasional manusia serta berdasarkan dorongan kepentingan tertinggi dan tujuan final yang
tidak pasti, sehingga mereka pasti memilih primary goods.Posisi asali merupakan instrument
of representation, yaitu representasi dari pihak-pihak yang sepakat untuk mencapai
keadilan.Posisi asali disebut hipotesis, karena apa yang disepakati bukan apa yang sudah
disepakati. Tabir ketidaktahuan adalah kondisi dimana semua pihak tidak memiliki
pengetahuan tentang posisi social dan doktrin tertentu.Tabir ketidaktahuan harus dibuka
lebar, bahkan dibuang jauh, sehingga semua orang memahami posisi social dan konsep
keadilan berdasarkan doktrin demokrasi.

Prinsip keadilan hanya dapat dipahami dan diterapkan oleh orang dengan basis
rasionalitasnya untuk mengakomodasikan kepentingan semua pihak.Nilai primer adalah nilai
fundamental yang diperlukan tiap individu agar mereka mendapat hak secara riil dalam
konteks yang sesungguhnya.Nilai primer menurut Rawls sangat mendasar sifatnya sehingga
menjadi tidak masuk akal jika ada orang yang tidak berusaha mengejarnya. Yang termasuk
dalam kelompok nilai primer adalah:

1. Kebebasan dasar, suatu keadaan dikatakan adil jika semua orang mampu mendapat
kebebasan dasar untuk berpikir dan mengemukakan pendapat secara bebas tanpa ada
yang menghalangi.

2. Kebebasan bergerak, suatu keadaan dikatakan adil jika semua orang bebas untuk
melakukan kegiatan ekonomi, politik, keagamaan, social, dan kebebasan untuk
menentukan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan tiap individu.

3. Kekuatan dan hak prerogative atas kedudukan yang menuntut tanggung jawab,
suatu keadaan dikatakan adil jika setiap orang dapat mendapatkan kekuasaan yang
paling rendah hingga paling tinggi, serta mendapat hak prerogative berdasarkan
kedudukan yang diperolehnya.

4. Pendapatan dan kekayaan, suatu keadaan dapat dikatakan adil jika semua orang
memiliki peluang yang sama untuk mendapat pendapatan yang paling banyak dan
menguasai kekayaan sebanyak mungkin tanpa ada peraturan yang membatasi jumlah
pendapatan.

5. Basis social demi penghargaan pada diri sendiri, suatu keadaan dapat dikatakan
adil jika tiap individu bebas mencari dan mendapatkan penghargaan dari masyarakat
berdasarkan kesuksesan yang dicapainya tanpa ada aturan yang melarang.

Kritikan pada Teori Keadilan Rawls

Robert Nozick melakukaan kritik pada teori keadilan Rawls. Secara garis besar,
perbedaan antara Rawls dan Nozick terdapat dalam 3 bidang, yaitu:

1. Moral Principles
Nozick menekankan self ownership, dimana segala sumber daya yang dimiliki individu
adalah hak sepenuhnya bagi individu itu, termasuk apa yang dihasilkan dari sumber daya
yang dimiliki. Sedangkan menurut Rawls, segala sumber daya yang dimiliki individu bersifat
arbiter, atau tidak dimiliki sepenuhnya karena itu merupakan keberuntungan.

2. Aturan

Nozick mengatakan suatu perbuatan disebut adil jika sumber daya yang dimiliki individu
benar-benar diakusisi atau dimiliki individu.Sedangkan Rawls tetap berpegang pada
ekspetasi orang yang beruntung juga harus meningkatkan ekspetasi orang yang paling tidak
beruntung.

3. Distribusi

Bagi Nozick, suatu distribusi sah jika beranjak dari klaim yang sah atas barang/talenta.
Adapun Rawls melihat pola distribusi sah jika primary goods terdistribusi secara
merata/sempurna, atau keberuntungan orang beruntung harus mengangkat juga orang yang
kurang beruntung.

Kritik Nozick pada Rawls dari sisi historis, bagi Nozick, Rawls tidak mampu melacak
sejarah dari suatu peristiwa, dimana tiap peristiwa terjadi proses untuk mendapat keuntungan
bagi individu yang tidak dapat diterangkan oleh Rawls. Bagi Nozick, suatu distribusi
dikatakan valid jika sejarah orang yang mendistribusikan sumber dayanya terungkap.

F. Cara Pengukuran Keadilan dalam Organisasi


Cara mengukur suatu variable yang sering dilakukan dalam penelitian adalah dengan
memakai instrument penelitian.Sebelum instrument dikembangkan, perlu disusun kisi-kisi
agar instrument itu memenuhi validitas konstruksi. Berikut kisi-kisi untuk pengembangan
instrument variable keadilan dalam organisasi:

Kisi-kisi Instrument Keadilan

Variabel Indikator No. Butir

Keadilan 1. Pembagian tugas dan tanggung


1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
jawab.

2. Peningkatan profesionalisme. 12, 13, 14, 15

3. Penyusunan standar gaji. 16, 17, 18, 19, 20

4. Penegakkan kedisiplinan. 21, 22, 23, 24, 25

Anda mungkin juga menyukai