Anda di halaman 1dari 19

1.

Lembaga Kehakiman menurut Universal Declaration of Human Rightssetidaknya


memiliki prinsip yang sama untuk ditegakkan di berbagai Negara di dunia. Apa saja
prinsip atau azas yang dimaksud? Jelaskan !

Jawab :
Prinsip - prinsip Umum (General Principles):
Prinsip - prinsip dalam Deklarasi HAM antara Iain:
a. Pengakuan terhadap martabat dasar (inherent dignify) danhak-hak yang sama
dan sejajar (equal and inalienablerights) sebagai dasar dari kernerdekaan,
keadilan danperdamaian dunia;
b. Membangun hubungan yang baik antarbangsa;
c. Periindungan HAM dengan rule of law;
d. Persamaan antara laki-laki dan perempuan; dan
e. Kerjasama antara Negara dengan PBB untuk mencapaipengakuan universal
terhadap HAM dan kebebasan dasar.

2. Apa itu Keadilan Prosedural? Apa itu Keadilan Substansial? Apa perbedaannya?
Mengapa Putusan Hakim di Pengadilan harus memuat keduanya? Jelaskan !

Jawab :

a. Keadilan prosedural adalah keadilan yang terkait dengan perlindungan hak-


hak hukum para pihak penggugat/tergugat/pihak yang berkepentingan dalam
setiap tahapan proses acara di pengadilan.
b. Keadilan substantif adalah keadilan yang terkait dengan isi putusan hakim
dalam memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang harus dibuat
berdasarkan pertimbangan rasionalitas, kejujuran, objektivitas, tidak memihak
(imparsiality), tanpa diskriminasi dan berdasarkan hati nurani (keyakinan
hakim).

Perbedaannya: Dalam teori ilmu hukum, memang ada teoritikus yang


membedakan keadilan dalam dua kategori, keadilan substantif dan keadilan
prosedural. Kalau dikaitkan dengan hukum pidana. Keadilan substantif
berkaitan dengan hukum materil, sedang keadilan prosedural berkaitan dengan
hukum formil atau hukum acara, yakni bagaimana menegakkan atau
menjalankan hukum materil itu.

Dalam putusan harus memuat keduanya, karenaputusan hakim sebagai produk


utama pengadilan. Putusan hakim di setiap tingkat pengadilan dapat
mencerminkan kualitas, integritas, kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi
penalaran hakim.
3. Apa itu Keadilan dan bagaimana mewujudkannya melahirkan 4 (empat) teori, yaitu
Teori Klasik, Teori Abad Pertengahan, Teori Modern, dan Teori Kontemporer.
Jelaskan !

Jawab : Keadilan adalah hal yang berkenaan dengan sikap dan tindakan dalam
hubungan antar manusia,keadilan berisi sebuah tuntutan agar memperlakukan
semuanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakuan tersebut tidak pandang
bulu atau pilih kasih, melainkan semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak
dan kewajibannya.
Teori keadilan klasik :
Menurut Plato keadilan masyarakat harus dikembalikan pada struktur aslinya, dengan
demikian keadilan bukan mengenai hubungan antara individu melainkan hubungan
individu dengan Negara. Keadilan juga dipahami secara metafisis keberadaanya
sebagai kualitas atau fungsi makhluk super manusia, yang sifatnya tidak dapat diamati
oleh manusia. Konsekuensinya adalah bahwa realisasi keadilan digeser ke dunia lain,
di luar pengalaman manusia dan akal manusia yang esensial bagi keadilan tunduk
pada cara-cara Tuhan yang tidak dapat dirubah atau keputusan-keputusan tuhan yang
tidak dapat diduga.
Menurut aristoteles : keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan, namun
aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan numeric dan kesamaan
proporsional. Kesamaan numerik pada intinya mengatakan bahwa semua warga
adalah sama di hadapan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang
menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya,prestasinya dan sebagainya. Lebih
lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributive dan keadilan
korektif. Dalam wilayah keadilan distributive hal yang penting ialah bahwa imbalan
yang sama rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Sedangkan dalam keadilan
korektif yang menjadi persoalan adalah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan oleh,
misalnya pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan.
Teori keadilan abad pertengahan
Menurut agustinus
Keadilan ialah adanya relasi yang tepat dan benar antara manusia dengan Tuhan.
Tuhan adalah sumber keadilan yang sesungguhnya , oleh sebab itu apabila seseorang
memiliki hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan maka ia akan dipenuhi oleh
kebenaran dan keadilan.
Menurut Thomas Aquinas
Thomas Aquinas memperluas teori dari Agustinus. Ia membedakan keadilan kepada
ilahi dan keadilan manusiawi, namun tidak boleh ada pertentangan antara kekuasaan
gereja dan kekuasaan duniawi, dengan demikian konsep keadilan yang ditetapkan
oleh ajaran agama, sepenuhnya sesuai dengan suara akal manusia sebagaimana
terdapat dalam hukum alam. Keadilan adalah kecenderungan yang tetap dan kekal
untuk memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Teori keadilan modern
Menurut Thomas Hobbes
Keadilan sama dengan hukum positif, maka hukum positif menjadi satu-satunya
norma untuk menilai apa yang benar dan salah, atau adil dan tidak adil.
Teori keadilan aliran utilitarianisme
Dikemukakan oleh Jeremy bentham adalah pandangan yang menyatakan bahwa
tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan manfaat dan biaya yang
dibebankan pada masyarakat. Dalam situasi apapun, tindakan atau kebijakan yang
“benar” adalah yang memberikan manfaat paling besar atau biaya paling kecil (bila
semua biaya alternative hanya membebankan biaya bersih). Sebuah prinsip moral
yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya social
dan memberikan manfaat social.
Teori Keadilan Kontemporer
Teori keadilan menurut John Rawls
Struktur dasar masyarakat yang adil dapat dicapai dengan mengadakan reorganisasi
susunan dasar masyarakat. Dalam hal ini setiap individu harus dalam keadaan posisi
“asli”. Supaya tercapai situasi yang menempatkan para anggota kegiatan struktur
dasar masyarakat dalam kedudukan yang sama, maka mereka harus meninggalkan
semua pengetahuan particular mereka. Fungsi struktur masyarakat adalah untuk
membagi-bagikan hal-hal utama yang ingin diperoleh setiap orang (primary goods).
Primary goods ini merupakan kebutuhan dasar manusia, yang diinginkan oleh setiap
manusia normal dalam mencapai kebutuhan yang layak, hak-hak, kebebasan,
pendapatan, dan kesehatan.
Prinsip – prinsip keadilan terdiri dari 2 bagian yaitu :
a) Prinsip perbedaan : mengandung arti bahwa perbedaan social dan ekonomi harus
diukur agar memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang
beruntung.
b) Prinsip persamaan yang Adil atas Kesempatan : mengandung arti bahwa
ketidaksamaan social ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga membuka
jembatan dan kedudukan social bagi semua yang ada dibawah kondisi persamaan
kesempatan.
Teori keadilan menurut H.L.A. Hart

Prinsip umum keadilan dalam kaitannya dengan hukum menuntut bahwa para
individu di hadapan yang lainnyaberhak atas kedudukan relative berupa kesetaraan
atau ketidaksetaraan tertentu. Kaidah pokok yang berkaitan dengan prinsip tersebut
diatas adalah perlakuan hal-hal serupa dengan cara yang serupa, kendatipun kita perlu
menambahkan padanya dan perlakukanlah hal-hal yang bebeda dengan cara yang
berbeda.

4. Orang Ta’ at, Tunduk, dan Patuh pada Hukum karena 3 (tiga) faktor penyebab .
Apa saja? Faktor manakah yang paling kuat peranan dari para pelaksana Kekuasaan
Kehakiman-nya? Mengapa? Jelaskan !

Jawab :

Menurut Satjipto Rahardjo ada 3 faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi


hukum:
Compliance, Orang mentaati hukum karena takut terkena hukuman. Ketaatan sebagai
pemenuhan suatu penerimaan terang yang dibujuk oleh harapan penghargaan dan
suatu usaha untuk menghindari kemungkinan hukuman, bukan karena keinginan yang
kuat untuk menaati hukum dari dalam diri. Kekuatan yang mempengaruhi didasarkan
pada ”alat-alat kendali” dan, sebagai konsekuensinya, orang yang dipengaruhi
menyesuaikan diri hanya di bawah pengawasan.

Identification, Ketaatan yang bersifat identification, artinya ketaatan kepada suatu


aturan karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak. Identifikasi,
yaitu: suatu penerimaan terhadap aturan bukan karena nilai hakikinya, dan pendekatan
hanyalah sebab keinginan seseorang untuk memelihara keanggotaan di dalam suatu
hubungan atau kelompok dengan ketaatan itu. Sumber kuasa menjadi daya pikat dari
hubungan orang-orang yang menikmati kebersamaan kelompok itu, dan
penyesuaiannya dengan aturan akan bergantung atas hubungan utama ini.

Internalization, Ketaatan yang bersifat internalization, artinya ketaatan pada suatu


aturan karena ia benar-benar merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai instrinsik
yang dianutnya. Internalisasi, yaitu: ” penerimaan oleh aturan perorangan atau
perilaku sebab ia temukan isinya yang pada hakekatnya memberi penghargaan… isi
adalah sama dan sebangun dengan nilai-nilai seseorang yang manapun, sebab nilai-
nilainya mengubah dan menyesuaikan diri dengan – yang tak bisa diacuhkan. Ada
kesadaran dari dalam diri yang membuatnya mentaati hukum dengan baik.

Dari kelompok kami faktor yang paling kuat untuk pelaksana Kekuasaan Kehakiman,
yaitu Compliance, karena dalam faktor ini masih kurang seseorang untuk mematuhi
hukum, sebab itu ada nya pelaksana kekuasaan kehakiman yang memberikan suatu
putusan jika ada suatu perkara terhadap pihak yang melakukan sesuatu bertentangan
dengan hukum.

5. Penerapan azas ”Equality before the Law” selalu berhadapan dengan kendala apa?
Mengapa demikian? Jelaskan !

Jawab :

Terjadinya perbedaan perlakuan oleh Pengadilan (Hakim) dalam hal


perbedaanpenempatan terdakwa dalam rumah tahanan dan tidak, sangat ditentukn
oleh Pengadilan (hakim) sebagai aparat penegak hukum yang memiliki kewenangan
yang telah ditentukanoleh undang-undang. Ini menunjukan bahwa adanya penegakan
hukum yang objektif atau
tidak dalam proses pemeriksaan sangat ditentukan oleh Hakim itu sendiri. Di
Indonesia sendiri dapat dilihat dari Pengadilan Tipikor. Adanya perbedaan perlakuan
hukum dalam penegakan hukum yang konkrit dapat dilihat dan dirasakan secara
langsung oleh sesama terdakwa bahkan oleh masyarakat luas, karena sebagai bagian
dari proses peradilan, maka penegakan hukum pidana (proses pemidanaan) tentunya
tidak hanya didasarkan pada peraturan perundang-undangan pidana (hukum pidana
positif) saja, tetapi juga harus memperhatikan rambu-rambu proses peradilan
(penegakan hukum dan keadilan), seharusnya secara hukum tidak ada perbedaan
perlakuan yang diberikan oleh aparat penegak hukum kepada sesama tersangka,
karena proses hukum yang digunakan merupakan proses hukum yang adil dan jujur
(due process model) dalam sistem penegakan hukum yang in concreto.
.

6. Apa itu azas Contrarius Actus? Mengapa azas itu berhubungan dengan Putusan
Hakim PTUN? Bagaimana jika Pejabat TUN enggan melaksanakan Putusan Hakim
tersebut? Apakah itu kelemahan Putusan PTUN atau pelecehan terhadap Negara
Hukum? Jelaskan!

Jawab :

Asas contrarius actus ini adalah asas yang menyatakan bahwa Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara (TUN) yang menerbitkan Keputusan TUN dengan sendirinya
juga berwenang untuk membatalkannya.

Karena Pencabutan maupun pembatalan suatu keputusan (beschikking) pun


masih dapat diuji melalui jalur Pengadilan Tata Usaha Negara (Pengadilan
TUN). Tanpa penegasan asas contrarius actus pun, setiap pejabat TUN ketika
mengetahui Keputusan TUN yang diterbitkan bermasalah, ia dapat memperbaiki atau
membatalkan secara langsung tanpa harus menunggu pihak lain keberatan atau
mengajukan gugatan.Jika terhadap Keputusan TUN diajukan permohonan
pencabutannya ke Pengadilan TUN, kemudian hakim mengabulkan pencabutan
Keputusan TUN, maka terhadap putusan Pengadilan TUN tersebut dapat diupayakan
hukum pemeriksaan banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan Tinggi
TUN. Bahkan terhadap putusan tingkat terakhir Pengadilan TUN atau Pengadilan
Tinggi TUN dapat dimohonkan upaya hukum kasasi hingga upaya hukum peninjauan
kembali (untuk putusan Pengadilan TUN atau Pengadilan Tinggi TUN yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap) kepada Mahkamah Agung.

7. Apakah azas Presumption of innocence bisa dan harus diterapkan oleh semua orang?
Berikan alasan pada jawabanmu dan jelaskan !

Jawab :

Dari kelompok kami bisa di terapkan semua orang. Dalam Undang – Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehamiman ;

Pasal 8 ayat (1) “Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau
dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.”
Hal yang dimaksud pada di atas adalah mengenai asas praduga tak bersalah. Artinya
bahwa seseorang tidak boleh dikatakan atau tidak boleh dianggap bersalah sebelum
adanya putusan pengadilan yang menyatakan bersalah kepadanya dan mempunyai
kekuatan hukum. Hak-hak yang dimiliki tersangka sangat dijunjung tinggi, dan
sedapat mungkin harus tetap diberikan oleh aparat penegak hukum.

8. Lembaga yang melaksanakan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, ada berapa? Apa


saja? Apa dasar hukumnya? Apa saja alasannya? Jelaskan !

Jawab:

Dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman ;

Pasal 18, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Pasal 19,Hakim dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang.

Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji


peraturanperundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Pada tahun 2015, Forest Watch Indonesia (FWI) meminta data pemegang HGU (Hak
Guna Usaha) ke Kementerian Agraria (BPN) tetapi ditolak. Lalu, FWI mengajukan
gugatan ke Komisi Informasi (Publik). Mengapa ke Komisi Informasi? Jelaskan !

Jawab :

Putusan Mahkamah Agung (MA) yang mewajibkan pemerintah untuk


membuka informasi mengenai HGU, namun sampai sekarang, kewajiban itu belum
dipenuhi oleh pemerintah.Kasus itu bermula ketika Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menolak untuk memberikan informasi
mengenai HGU perkebunan sawit yang diminta oleh Forest Watch Indonesia (FWI)
untuk kebutuhan membuat analisis spasial pemanfaatan lahan dari sektor perkebunan
kelapa sawit. Alasan pemerintah itu memang terlihat berlebihan. Sebab, terkait
pemegang hak, informasi yang diminta hanyalah namanya saja; tidak lebih dari
itu.Penolakan itu direspons oleh FWI dengan mekanisme sengketa informasi publik di
Komisi Informasi Pusat (KIP). Dalam salah satu sidang sengketa informasi publik itu,
Kementerian ATE/BPN mengakui bahwa dokumen HGU yang diminta oleh FWI
sebagai informasi yang terbuka untuk publik terkecuali nama pemegang HGU
itu.Pada Juli 2016 Majelis Komisioner KIP mengabulkan gugatan FWI karena
dokumen HGU dipandang sebagai informasi publik. Majelis menolak alasan
pengecualian yang diajukan oleh Kementerian ATR/BPN.Pemerintah tampaknya
memang tidak berniat untuk bersikap terbuka. Atas putusan KIP itu, Kementerian
ATR/BPN mengajukan banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).PTUN
Jakarta Timur pada Desember 2016 menguatkan putusan KIP. PTUN menolak
pengecualian yang dimintakan oleh oleh Kementerian ATR/BPN. Namun pemerintah
terus berupaya menghindarkan keterbukaan informasi HGU perkebunan sawit,
dengan mengajukan kasasi ke MA.Kasasi itu ditolak oleh MA pada Maret 2017.
Dengan begitu kasus tersebut sudah berkekuatan hukum tetap: informasi mengenai
HGU perkebunan sawit merupakan informasi yang terbuka bagi publik.

10. Komisi Informasi memutuskan Kementerian Agraria/Tata Ruang harus membuka


data tersebut, tetapi Kementerian itu keberatan dan mengajukan gugatan ke PTUN.
Mengapa ke PTUN? Apakah Putusan Komisi Informasi disejajarkan dengan
Keputusan TUN?

Jawab :

Ada dua jalur yang disediakan: Peradilan Umum (PN) atau Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN). Yang menentukan jalur yang digunakan adalah status siapa
yang digugat. Jika tergugatnya adalah Badan Publik Negara, jalurnya melalui PTUN;
sebaliknya jika tergugat Badan Publik non-negara yang digunakan adalah Peradilan
Umum. Pasal 47 UU KIP menegaskan pembagian pengadilan yang
berwenang.Pengadilan mana yang berwenang pada dasarnya ditentukan tempat
kedudukan Badan Publik. Namun pemohon keberatan tetap bisa mengajukan
keberatan ke pengadilan di wilayah tempat kediamannya jika tempat kedudukan
Badan Publik jauh. Nanti pengadilanlah yang mengirimkan berkas gugatan
(keberatan) itu ke pengadilan yang lebih berwenang. Ini adalah upaya mempermudah
pencari keadilan, sekaligus menghindari kemungkinan lewat waktu.Ada hal lain perlu
dicatat: tak ada lagi proses mediasi! Inilah bedanya dengan sidang gugatan perdata
biasa di PN atau pemeriksaan dismissal di PTUN.

Putusan Komisi Informasi sebenarnya bukan akhir dari segalanya, dalam arti
bukan putusan yang benar-benar final dan mengikat. Artinya, masih ada upaya hukum
lain yang disediakan undang-undang. Jika salah satu pihak –pemohon informasi atau
badan publik termohon informasi- tak setuju atas putusan Komisi Informasi, mereka
bisa mengaku keberatan ke pengadilan.

Mekanisme keberatannya diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma)


No. 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di
Pengadilan. Perma menyebut mekanisme keberatan itu diajukan dalam format
gugatan, yakni keberatan yang diajukan salah satu pihak. Ingat, sesuai Pasal 48 ayat
(1) UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP),
keberatan itu harus dinyatakan secara tertulis.Akan tetapi dalam kasus ini bahwa
memang HGU itu informasi publik.

11. Putusan PTUN mengharuskan Pemerintah (Kementerian Agraria) membuka data


tentang pemegang HGU di Indonesia, namun Pemerintah keberatan dan mengajukan
Kasasi ke MA (Mahkamah Agung). Mengapa langsung Kasasi, tidak Banding?
Jelaskan !

Jawab :

Langsung kasasi karena jika dilihat dari proses baik dari KIP sampai ke PTUN
bahwa KIPmenyatakan informasi HGU tersebut adalah informasi publik, dan telah
banding di PTUN akan tetapi ditolak, di Mahkamah Agung juga ditolak karena kasus
tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan HGU merupakan informasi publik.

12. Putusan Kasasi MA (sejak April 2017) sampai sekarang tidak/belum dilaksanakan.
Apa halangannya? Lantas, ke mana FWI harus mengadu? Jelaskan !

Jawab :

Yang menjadi halangan dalam pelaksanaan untuk membuka data HGU pada
publik. Dokumen berisi informasi HGU itu hanya akan diberikan jika ada yang
mengajukan permohonan ke Kementerian ATR/BPN. Dan setiap permohonan itu akan
dikenakan biaya dan ada syarat ini tidak mempermudah begitu saja untuk terbuka
pada publik. Ternyata itu tidak berarti bahwa informasi mengenai HGU bisa segera
terbuka bagi publik. Dalih pemerintah saat itu adalah bahwa petunjuk teknis atas
ketentuan untuk mengakses informasi HGU itu belum ada.Pasal 61 Peraturan Menteri
Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7/2017 Tentang
Pengaturan Dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha mengatur ketentuan untuk
mengakses informasi HGU tersebut. Dan pada Pasal 62 peraturan menteri tersebut
memang menegaskan mengenai perlunya petunjuk teknis.Sampai hari ini, informasi
HGU belum terbuka bagi publik. Keengganan pemerintah itu justru hanya memicu
berbagai spekulasi terkait pemberian dan akurasi HGU di lapangan.Selain itu,
ketidakpatuhan pemerintah atas putusan terkait informasi HGU itu hanya
menimbulkan ketidakpastian hukum. Pemerintah tak boleh main-main dengan hal
yang justru memicu ketidakpercayaan kepada proses hukum.Pengabaian terhadap
keputusan yang sudah berkekuatan hukum tetap justru akan mendelegitimasi posisi
pemerintah itu sendiri.

Lantas, seperti FWI tidak dapat kepastian hukum walaupun sudah sampai ke
Mahkamah Agung, akan tetapi juga belum terlaksana oleh pemerintah untuk
keterbukaan terhadap informasi.Padahal Pasal 28F UUD 1945 yang menyatakan:
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi danmemperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari,memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

13. Jika melihat pada UUD NRI 1945 maka orang akan cenderung mengatakan bahwa
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia ada 2 atau 3, mengapa? Dan bagaimana bisa
muncul pernyataan bahwa Lembaga Kehakiman itu lebih dari 3? Jelaskan !

Jawab :

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan dalam


kehidupan ketatanegaraan. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan
lingkungan peradilan tata usaha negara.

Mahkamah Konstitusi selain itu terdapat pula Peradilan Syariah Islam di


Provinsi Aceh, yang merupakan pengadilan khusus dalam Lingkungan Peradilan
Agama (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama) dan
Lingkungan Peradilan Umum (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan umum).

Di samping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, UUD 1945


juga memperkenalkan suatu lembaga baru yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta
perilaku hakim. Hal ini juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.

14. Apa yang dimaksud dengan ”Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka” pada Pasal 24
UUD NRI 1945? Jelaskan !

Jawab :

Secara eksplisit menentukan, hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.Khusus
untuk menjaga kemandirian dan integritas hakim, dalam amandemen UUD 1945.
Untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia.

15. Unsur-unsur Kekuasaan Kehakiman itu ada 6 (enam). Sebutkan ke-6 unsur itu !
Jelaskan 3 (tiga) diantaranya !

Unsur Kekuasaan Kehakiman, yaitu:


- Independent
- Impartial
- Competent
- Tribunal : sembarang orang atau pranata dengan kewenangan menghakimi, meninjau
bukti-bukti, kesaksian, dan argumen untuk menentukan klaim atau sengketa
- Fair Trial: proses pengadilan yang dilaksanakan secara jujur dari awal hingga akhir

- Publik Hearing

16. Apa yang dimaksud dengan Independent, Impartial, dan Competent? Jelaskan !

Jawab :

Independent, hakim merupakan jaminan bagi tegaknya hukum dan keadilan, dan
prasyarat bagi terwujudnya cita-cita negara hukum. Independensi melekat sangat
dalam dan harus tercermin dalam proses pemeriksaan dan pengambilan keputusan
atas setiap perkara, dan terkait erat dengan indenpendensi pengadilan sebagai institusi
yang berwibawa, bermartabat, dan terpercaya.

Impartial, Ketidakanperpihakan merupakan prinsip yang melekat dalam hakikat


fungsi hakim sebagai pihak yang diharapkan memberikan pemecahan terhadap setiap
perkara yang diajukan kepadanya. Ketidakberpihakan mencakup sikap netral,
menjaga jarak yang sama dengan semua pihak yang terkait dengan perkara, dan tidak
mengutamakan salah satu pihak mana pun, disertai penghayatan yang mendalam
mengenai keseimbangan antarkepentingan yang terkait dengan perkara.

Competent, Kecakapan hakim merupakan prasyarat penting dalam pelaksanaan


peradilan yang baik dan terpercaya. Kecakapan tercermin dalam kemampuan
professional hakim yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
dalam pelaksanaan tugas.

17. Unsur Tribunal pada kekuasaan kehakiman harus ditegakkan dengan benar, untuk
menghindari lahirnya street justice. Apa maksudnya?Jelaskan
= Di Indonesia, salah satu lembaga yang lekat kaitannya dengan keadilan adalah Pengadilan.
Secara yuridis, kewenangan pengadilan untuk menegakkan keadilan juga tercantum dalam
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
yang berbunyi : “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna bumenegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.”
Badan peradilan sebagai penyelenggara dan pribadi hakim sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman. Independensi dan imparsialitas tersebut diperlukan semata-mata karena
fungsinya dalam menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Dalam penyelesaian sengketa tersebut ;
Prosedural k keadilan hukum semata
Keadilan
justice dan putusan pengadilan
(Bisa baik atau buruk)
Substansial
Keadilan yang terkait dengan isi
justice
putusan hakim dalam meriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara
yang harus dibuat berdasarkan
pertimbangan rasionalitas, kejujuran,
objektivitas, tidak memihak
(imparsiality), tanpa diskriminasi dan
berdasarkan hati nurani (keyakinan
hakim).
k Pengadilan harus menegakkan
keadilan substansi dengan benar ini
untuk menghindari street justice
(adanya main hakim sendiri di
masyarakat dan tidak melakukan
keadilan)

18. Fair Trial and Public Hearing harus diwujudkan untuk melahirkan keadilan yang
benar. Apa maksudnya? Jelaskan !

= untuk melahirkan keadilan yang benar, maka unsur fair Trial and public hearing harus
diwujudkan yaitu Di dalam Universal Declaration of Human Rights, katakan bahwa
“Setiap orang berhak dalam persamaan sepenuhnya didengarkan suaranya di muka
umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka dan tidak memihak, dalam hal
menetapkan hak-hak dan kewajibannya dan dalam setiap tuntutan pidana yang
ditujukan kepadanya.”

19. Buatlah skema dari Kekuasaan Kehakiman sampai pada muncul Adil (Justice) !
Jelaskan secara singkat bagian-bagiannya !
=
Kekuasaan kehakiman (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009)

P Peradilan Umum ss Peradilan Agama ad Peradilan Militer Peradilan Tata Usaha

Keadilan

Prosedural Substansial
justice justice

20. Apa yang dimaksud dengan Peradilan Sesat (Dark Justice)? Mengapa sampai ada
Peradilan Sesat? Buatlah Skemanya! Uraikan bagian-bagiannya dan Jelaskan !

= ada satu Hak Rehabilitasi warga Negara yaitu biasanya warga negara rakyat biasa,
karena pemerintah malu telah melakukan kesalahan yang disebut Dark justice
(Pengadilan sesat).

Peradilan sesat adalah itu proses penghukuman pada seseorang mulai dari pra
ajudikasi sampai ajudikasi dan sampai dihukum pasca ajudikasi, sementara dia yang
disebut telah melakukan ternyata bukan orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Dark Justice

Itu Peradilan sesat

Karena adanya kesalahan 3 Aparat penegak Hukum ( polisi, jaksa, dan Hakim)

Peradilan sesat juga Karena Polisi Indonesia itu masih mengikuti budaya lama
bangsa Belanda, dengan proses verbal. Berita Acara pemeriksaan itu tergantung
pengakuan dari si tersangka. Tidak ada pendidikan di Indonesia yaitu salah satunya
pendidikan Hukum yang memberikan pengertian yang seluas-luasnya kepada si
tersangka bahwa ia punya hak untuk tidak menjawab, sebab ditakuti oleh suatu
keadaan kalau ia tidak menjawab oleh pertanyaan penyidik dianggap telah
melakukan hal yang menyusahkan bagi tegakknya keadilan. Terhadap itu misalnya
hukuman 2 tahun, karena telah menyusahkan tegakkan hukum dan keadilan maka
hukumannya ditambah. karena ia ditakuti oleh hal itu maka menjawab walaupun
jawabannya kacau (tidak benar).
Mengenai Pidana

Kebenaran Materiil Keadilan Substansi

Ada di keadilan prosedural (Keadilan pada Putusan pengadilan)

21. Komisi Yudisial (KY) memiliki kewenangan mengawasi hakim. Apakah termasuk
mengawasi Putusan Hakim? Jika Ya, apa alasannya? Jika Tidak, jadi apa yang diawasi
dari hakim itu? Dengan apa? Jelaskan !

= Komisi Yudisial berwenang mengawasi perilaku hakim, Bukan Putusan Hakim. KY


Berwenang melakukan seleksi pengangkatan hakim adhoc diMahkamah Agung,
melakukan upaya peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim, melakukan
langkah-langkah hukum dan langkah lain untuk menjagakehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim, melakukan penyadapanbekerja sama dengan aparat
penegak hukum, dan melakukan pemanggilan paksa terhadap saksi.
Komisi Yudisial (KY) hadir sebagai pengawas hakim agar tidak terjadi kesewenangan
dalam penyelenggaraan peradilan di Indonesia. Maka itu jika masyarakat melihat ada
indikasi pelanggaran, hal tersebut dapat dilaporkan dengan menyertakan bukti yang
kuat. Dapat juga meminta KY untuk melakukan pemantauan. Jika KY memang
menemukan ada kesalahan, maka KY akan memprosesnya.
22. Jelaskan tentang Kewenangan dan Kewajiban (tugas) Mahkamah Konstitusi (MK) !
Apakah semuanya masih bisa (dapat) dipraktekkan? Mengapa demikian?

= Tugas dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi, yaitu :

1. Menguji undang-udang terhadap UUD

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh


Undang-Undang Dasar

3. Memutus pembubaran partai politik

Kewajibannya (Tugas) adalah memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah berasalah melakukan pelanggaran hubuku atapun tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden seperti yang dimaksud dalam
UUD 1945.

iya masih bisa dipraktekkan, karena Terkait dengan penyelesaian perkara memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, sejak 2003
sampai saat ini, terdapat 11 perkara yang diterima dan telah diputus. Hasil putusannya, satu
perkara ditolak, tujuh perkara tidak dapat diterima, dan tiga ditarik kembali. Mahkamah
Konstitusi diberikan kewenangan untuk mengatur hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Walaupun putusan Mahkamah Konstitusi sifatnya tidak
harus menjadi yurisprudensi dan otomatis berlaku, tetapi pertimbangan hukumnya cukup
relevan dan penting untuk dikaji karena dapat dijadikan acuan bagi logika penyelenggara
negara lainnya, juga bagi pelaksanaan tugas dan kewenangan konstitusional Mahkamah
Konstitusi periode selanjutnya.

23. Jelaskan sejarah Lembaga Kehakiman di Indonesia, dari mulai masa Penjajahan
Belanda, Jepang, Kemerdekaan dan Pasca Kemerdekaan ! Urutkan dan uraikan !
= - KEKUASAAN KEHAKIMAN PADA MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh
empat badan Peradilan yang dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah rechtspraaken,
peradilan yang dimaksud terdiri dari: (Sotoprawiro, 1994:91-92): 1) Peradilan Gubernemen
(Gouvernements rechtpraak) yang meliputi seluruh Hindia Belanda. 2) Peradilan Pribumi
(Inheemscherecht-spraak) hanya terdapat di daerah langsung (administratif) daerah seberang.
3) Peradilan Swapraja (Zelfbestuurs rechtspraak) yang terdapat di daerah tidak langsung
(otonom), kecuali daerah Swapraja Paku Alaman dan Pontianak. 4) Peradilan Desa (Dorps
rechtspraak), dengan catatan, di samping yang berdiri sendiri ada yang merupakan bagian dari
Peradilan Gubernemen, Peradilan Swapraja, maupun Peradilan Adat
- KEKUASAAN KEHAKIMAN PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
Perubahan yang mendasar adalah: 1) Dihapuskannya perbedaan antara peradilan Gubernemen
dan Peradilan Bumi Putera; 2) Hakim untuk golongan Eropa dihapuskan; 3) Hakim untuk
golongan Bumi Putera kekuasaannya diperluas sehingga meliputi semua golongan; 4)
Penghapusan kewenangan mengadili pada tingkat pertama dari Raad van Justitie dan
Hooggerechtshof; 5) Penghapusan peradilan Residentiegerecht; 6) Perubahan istilah-istilah
badan peradilan seperti “Landraad” menjadi Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri), “Landgrecht ”
menjadi Keizei Hooin (Hakim Kepolisian), “Regent Schapsgercht ” menjadi Gun Hooin
(Pengadilan Kawedanan), “Hof voor Islamietsche Zaken ” menjadi Kaikyoo Kootoo Hooin
(Mahkamah Islam tinggi), “Priesterraad” menjadi Sooryoo Hooin (Rapat Agama)
- KEKUASAAN KEHAKIMAN SETELAH KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Sejak berlakunya UUD 1945 (tanggal 18 Agustus 1945) hingga kini telah berhasil dibuat tiga
buah Undang-undang pokok yang mengatur kekuasaan kehakiman, yaitu: UU Nomor 19
Tahun 1948, UU Nomor 19 Tahun 1964 dan UU Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana dirobah
dengan UU No.35 Tahun 1999. Ketiga UU itu diciptakan dalam rangka untuk memenuhi
perintah Pasal 24 dan 25 UUD 1945. Sebelum berlakunya UU Nomor 19 Tahun 1948
sepanjang menyangkut peraturan-peraturan dan badan-badan atau institusi yang berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman berlaku peraturan-peraturan dan badan-badan sebelum
kemerdekaan (masa Jepang dan Belanda) Keberlakuan semacam itu didasarkan pada
ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang pada intinya mengatakan bahwa segala
badan negara dan peraturan yang ada masih terus berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-undang Dasar
Munculnnya empat lingkungan peradilan yang terdiri dari: Peradilan Umum, Peradilan
Militer, Peradilan Agama dan Peradilan Tata Usaha Negara dimana masing-masing
lingkungan peradilan ini berpuncak pada Mahkamah Agung, sebagai lembaga tertinggi
pemegang kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka.

24. Sebutkan definisi dari Mahkamah Agung (MA) ! Apa maksud dari pernyataan
bahwa MA adalah Lembaga yang Merdeka? Apakah dari dahulu Merdeka? Jelaskan !
= Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI
diterapkan secara adil, tepat dan benar.
MA diakui bersifat mendiri dalam arti tidak boleh diintervensi atau dipengeruhi oleh cabang-
cabang kekuasaan lainnya, terutama pemerintah. Kekuasaan kehakiman menurut UUD 1945 di
Indonesia dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan oleh sebuah Mahkamah
konstitusi. Masing-masing kewenangan lembaga pelaksana dan lembaga negara yang
fungsinya terkait dengan kekuasaan kehakiman tersebut ditentukan oleh UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat
(2) dan Pasal 24A ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman serta Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung (UU MA)
maka pembaharuan MA itu menjadi lembaga yang merdeka terus dilaksanakan secara
sistematik kedudukan yang sederajat dengan badan peradilan lainnya. sebelumnya, meskipun
dalam UU N0.14 tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman telah ditentukan kesederajatan,
tetapi secara administratif , manajemen, dan penyelengaraan tugas-tugas peradilan, peradilan
agama tertinggal dibanding badan peradilan umum. Jadi dahulu belum merdeka.

25. Meminjam istilah yang biasa dipakai pada HTN, pada Kekuasaan Kehakiman pun
ada Unikameral dan Bikameral Sistem. Apa maksudnya? Apa bedanya? Jelaskan !

= Unikameral adalah sistem pemerintahan yang hanya terdiri dari satu kamar parlemen.
-Bikameral adalah sistem pemerintahan yang terdiri dari dua kamar yang memiliki
fungsi masing-masing.
Perbedaan :
Bikameral : 1. Sistem pemerintahan terdiri dari Majelis rendah dan majelis tinggi
2. Keseimbangan antara pihak eksekutif dan legislative

Unikameral : 1. Sistem pemerintahan terpusat pada satu badan legislative tertinggi


dalam struktur negara.2. Pertimbangan masalah keseimbangan kekuatan politik yang
sangat kecil dibandingkan kesulitan untuk memecahkannya.

26. Bandingkanlah Kekuasaan Kehakiman pada UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah
amandemen ! Rincikan jawaban saudara !

27. Siapa yang dimaksud dengan justiabel? Apakah pada MA dan MK juga biasa disebut
begitu (justiabel)? Jelaskan !

= Justiabel adalah pencari keadilan, berbeda dengan polisi, jaksa, hakim, dan advokat,
justiabel memang tidak memilki kewenangan secara hukum terkait dengan penegakan
hukum. Seorang justiabel tidak memiliki pengaruh langsung dalam menegakan hukum.
Justiabel biasa nya merupakan orang yang awam di bidang penegakan hukum. Namun,
perannya sangat mewarnai proses penegakan hukum demi mendapatkan suatu keadilan.
MA dan MK tidak bisa disebut justiabel karena MA dan MK adalah salah satu dari 4
pilar penegak hukum yaitu pilar kehakiman.

28. Buatlah skema Kekuasaan Kehakiman dan 4 peradilan yang berada di bawahnya serta
peradilan khusus ! Jelaskan secara singkat !
MA

PT.TUN PT PT. MILITER


PT. AGAMA

P. AGAMA
P. TUN

P. NIAGA P. HAM P. TIPIKOR P. PERIKANAN P. NEGERI P. HUB INDSTRIAL

29. Bagaimana sejarah lahirnya 4 (empat) Peradilan di Indonesia? Lihat dari keberadaannya
pada UU tentang Kekuasaan Kehakiman ! Jelaskan !

=
30. Sebutkan definisi dari Mahkamah Agung (MA) ! Sebutkan 6 fungsi MA, dan jelaskan 3 saja
diantaranya !

 Fungsi peradilan

 Fungsi pengawasan

 Fungsi mengatur, Mahkamah Agung dapat mengaturlebihlanjuthal-hal yang


diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilana pabila terdapat hal-hal yang
belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970,
Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perluuntuk mencukupi hukuma cara yang sudah diatur Undang-undang.

 Fungsi nasehat, Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-


pertimbangan dalam bidang hokum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37
Undang-undangMahkamahAgung No.14 Tahun 1985). MahkamahAgung
memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). Selanjutnya PerubahanPertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi jug arehabilitasi.
Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi
sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
Mahkamah Agungberwenang meminta keterangan dari dan member tunjuk kokepada
pengadilan disemua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal
25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985
tentangMahkamahAgung).
 Fungsi administratif, Badan-badanPeradilan (PeradilanUmum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10
Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
financial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurutPasal 11 (1) Undang-undangNomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan MahkamahAgung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggungjawab, susunan
organisasi dan tatakerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun
1999 tentang perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

 Fungsi lain-lain, Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undangNomor 14 Tahun 1970 sertaPasal 38 Undang-undangNomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarka
Undang-undang.

31. Mahkamah Agung (MA) mengadili pada tingkat Kasasi (sesuai dengan yang tertera pada
Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945). Apa maksudnya? Apakah berarti MA tidak berhak
mengadili pada tingkat Peninjauan Kembali (PK)? Jelaskan !

Istilah peninjauan kembali mulai dikenal pada UU No.19 tahun 1964 tentang pokok
kekuasaan kehakiman yaitu dalam pasal 15 “Terhadap putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dapat dimohon peninjauan kembali, hanya apabila
terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan, yang ditentukan dengan undang-undang”.
Permohonan PK diterima oleh MahkamahAgung melalui lembaga PK. Namun, lembaga PK
ini pasang surut dalam hal keaktifannya sampai pada kasus sengkon-karta yang terjerat dark
justice.Pada akhirnya setelah kasus sengkon-karta yang dibebaskan dengan upaya hokum
peninjauan kembali, maka dikeluarkan PERMA No.1 tahun 1980 mengenai PK yang menjadi
dasar melakukan upaya hukum luar biasa dalam KUHAP.

32. Mengapa harus ada Pengadilan-Pengadilan Khusus di Indonesia? Ada berapa Pengadilan
Khusus tersebut? Sebutkan & Jelaskan !

Pengadilan khusus harus ada untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tertentu
yang membutuhkan cara penanganan dan prosedur beracara yang berbeda dengan peradilan
umum sehingga penegakan hokum tetap berjalan dengan baik dan keadilan tercapai

Ada 8 pengadilankhusus, 6 pengadilan dalam lingkungan peradilan umum (pengadilan anak,


niaga, HAM, Hubungan Industrial, Tipikor, danPerikanan), satu di lingkungan PTUN
(pengadilanpajak), dansatuperadilan agama (mahkamah syariah).

33. Apa yang dimaksud dengan Pengadilan Sumir? Apakah ada Pengadilan Sumir di Indonesia?
Jelaskan !

Pengadilan sumir adalah pengadilan yang dilakukan secara singkat (pendek). Ada yaitu
adanya pengadilan Agama.
TUGAS HUKUM LEMBAGA KEHAKIMAN

Nama : Verlia Kristiani (205160122)

Anastasia prestika (205160137)

Yunita Baransano (205160189)

Kelas : D

Dosen : M. Abudan S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai