Anda di halaman 1dari 59

DAFTAR ISI

I. SOP PENGOPERASIAN INSTALASI DESINFEKSI..............................................................3


1.1. SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi................................................................4
1.2. Alur Proses SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi............................................7
1.3. Lampiran-lampiran SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi..............................8
a. Formulir Isian (FI) tentang Analisis Kualitas Air Olahan................................8
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Proses Desinfeksi.................................12
c. IK Pengoperasian Katup..................................................................................14
d. IK Pengoperasian Pompa Dosing...................................................................15
e. IK Pengoperasian Gas Chlor............................................................................19
a). Masalah pada Pembubuhan Gas Klor............................................................20
b). Masalah pada Klorinator.................................................................................20
a). Tempat Penyimpanan Gas Klor:......................................................................21
b). Prosedur Pengamanan Gas Klor.....................................................................22
c). Pengiriman Gas Klor.........................................................................................22
d). Prosedur Penyimpanan Gas Klor....................................................................22
e). Efek Gas Klor Terhadap Manusia....................................................................23
f. IK Pembubuhan Dosis Chlor untuk Proses Desinfeksi.................................24
g. IK Kebutuhan Chlorinasi..................................................................................31
h. IK Pengambilan Sampel Air.............................................................................34
i. IK K3L APD........................................................................................................35
j. IK K3L APAR......................................................................................................36
k. IK Pembuatan Laporan....................................................................................38
l. POS Pemeriksaan Bahan Kimia.......................................................................39
m. POS Pengawasan Kualitas Air.........................................................................42
n. Laporan Penentuan Dosis Chlor yang dibutuhkan.......................................46
o. Laporan Monitoring Pengambilan Sampel Air.............................................47
p. Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Olahan............................................48
q. Gambar Sarana Desinfeksi...............................................................................50
r. Gambar APD......................................................................................................51

1
PROSES DESINFEKSI

Mata Air

WATER TREATMENT
PLANT (WTP)
Sumur

Air Permukaan

Pengambilan Sampel
Uji Coba Penentuan
untuk Penentuan
BPC/DPC
BPC/DPC

Pemeriksaan sisa klor


Proses Pembubuhan sebelum didistribusikan ke Pemeriksaan sisa klor di Pemeriksaan sisa klor di
Disinfektan pelanggan jaringan distribusi sekunder pelanggan terjauh

Jika sisa klor kurang dari


Lakukan pengecekan kebocoran pipa, jadwal
rencana, maka dosis
washout dan jarak dari pusat desinfeksi
Dosis Optimum Pembuatan Larutan pembubuhan harus ditambah,
(perlu post chlorination jika jarak > 7 – 9 km
= BPC + Sisa Klor Rencana Disinfektan begitu juga sebaliknya

2
PERSIAPAN PEMBUBUHAN MONEV
I. SOP PENGOPERASIAN INSTALASI DESINFEKSI

Gambar 1.1. Unit Produksi Bagian Desinfeksi

Gambar 1.2. Skema Proses Instalasi Desinfeksi

3
I.1. SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi

1. Tujuan
Melakukan pemberian desinfektan untuk membunuh bakteri pada air hasil olahan dan
menjaga air hasil olahan agar selama di pipa distribusi tetap aman dari bakteri sesuai
dengan persyaratan standar air minum yang berlaku.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengoperasian desinfeksi meliputi:
a. Mempersiapkan desinfektan dan perlengkapan yang diperlukan untuk pemberian
desinfeksi;
b. Melaksanakan kegiatan meliputi pekerjaan proses desinfeksi dan pekerjaan
pemeriksaan kualitas air olahan;
c. Mengawasi dan memantau selama proses desinfeksi berlangsung serta
menganalisis efektivitas pengolahan dengan pengukuran sisa chlor yang terlarut;
dan
d. Melakukan kegiatan pelaporan.

3. Definisi
a. Air minum
Air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
b. Unit Produksi
Sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air
minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi, meliputi bangunan
pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukur dan
peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
c. Desinfeksi
Proses pembubuhan desinfektan dengan tujuan untuk memusnahkan
mikroorganisme / bakteri patogen.
d. Desinfektan
Bahan (kimia) yang mempunyai daya desinfeksi.
e. Alat Monitoring

4. Referensi
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/04/MEN/1980
tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
d. Standar Kualitas Air Minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.
4
e. PermenPUPR 4/2020
f. Joko, Tri, 2010, Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Yogyakarta,
Graha Ilmu.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan)


a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.
b. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Kotak yang berisi obat-obatan dan peralatan yang menunjang kegiatan
pertolongan pertama pada kecelakaan yang berisi antara lain perban, obat merah
dan lain-lain.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
Kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan lingkungan di sekitarnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia.
Adapun bentuk dari alat tersebut untuk operator atau teknisi adalah:
1). Safety helmet atau pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2). Boot shoes atau sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dan sebagainya.
3). Gloves atau sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
4). Rain coat atau jas hujan berfungsi sebagai pelindung dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).
5). Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari kotoran yang
menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.
6). Respirator atau masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, zat-zat kimia
beracun, dsb).
d. Rambu-rambu keselamatan (safety sign) di sekitar area kerja.

6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
1). Menyiapkan larutan desinfektan sesuai dengan dosis yang diperlukan dan
memasukkan ke dalam bak pelarut, atau menyiapkan tabung berisi gas chlor
berikut perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan jenis yang digunakan; dan
2). Menyiapkan pompa dosing dan memastikan larutan atau gas chlor tercampur
dengan merata, baik dimasukkan melalui proses disuntikkan ke dalam pipa atau

5
diteteskan ke dalam bak clear well/ reservoir.
b. Pengoperasian
Tahap pengoperasian meliputi:
1). Mengalirkan air hasil olahan pada proses pengolahan sebelumnya ke dalam
bak penampung/ pengumpul (clear well/ reservoir);
2). Menjalankan pompa dosing untuk pembubuhan desinfektan;
3). Melakukan pemberian desinfektan sesuai dosis yang ditentukan baik metoda
disuntikkan ke dalam pipa atau diteteskan ke dalam bak sesuai dengan instalasi
yang digunakan; dan
4). Memastikan proses desinfeksi berjalan dengan baik, melalui pengawasan dan
pemantauan.
c. Pengawasan
Tahap pengawasan meliputi:
1). Mengambil sampel air setelah melalui proses desinfeksi;
2). Melakukan pemeriksaan dan analisis kualitas air sesuai dengan persyaratan dan
baku mutu air minum yang berlaku;
3). Mengecek sisa desinfektan di jaringan distribusi dan pelanggan; dan
4). Menambah dosis desinfektan jika sisa disenfektan di jaringan distribusi dan
pelanggan kurang.
d. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi:
1). Membuat laporan pengambilan dan pengujian sampel air olahan; dan
2). Membuat laporan pelaksanaan operasi pemberian desinfeksi.

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) tentang Analisis Kualitas Air Olahan;
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Proses Desinfeksi;
c. IK Pengoperasian Katup;
d. IK Pengoperasian Pompa Dosing;
e. IK Pengoperasian Gas Chlor;
f. IK Pembubuhan Dosis Chlor untuk Proses Desinfeksi;
g. IK Kebutuhan Chlorinasi;
h. IK Pengambilan Sampel Air;
i. IK K3L APD;
j. IK K3L APAR;
k. IK Pembuatan Laporan;
l. POS Pemeriksaan Bahan Kimia;
m. POS Pengawasan Kualitas Air;
n. Laporan Penentuan Dosis Chlor yang dibutuhkan;
o. Laporan Monitoring Pengambilan Sampel Air; dan
p. Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Olahan.

6
7
I.2. Alur Proses SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi

Mulai

Persiapan: 1. Operator
1. IK Kebutuhan Chlorinasi
1. Menyiapkan larutan desinfektan sesuai dengan dosis Pengolahan Air/
2. IK Pembubuhan Dosis Chlor
yang diperlukan dan memasukkan ke dalam bak Operator terkait
untuk Proses Desinfeksi
pelarut, atau menyiapkan tabung berisi gas chlor
3. IK Pengoperasian Pompa
berikut perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan
Dosing
jenis yang digunakan; dan
4. IK K3L APD
2. Menyiapkan pompa dosing dan memastikan larutan
5. IK K3L APAR
atau gas chlor tercampur dengan merata, baik
dimasukkan melalui proses disuntikkan ke dalam pipa
atau diteteskan ke dalam bak clear well/ reservoir.

Pengoperasian: 1. Operator
1. IK Pengoperasian Katup
1. Mengalirkan air hasil olahan pada proses pengolahan Pengolahan Air/
2. IK Pengoperasian Pompa
sebelumnya ke dalam bak penampung/ pengumpul Operator terkait
Dosing
(clear well/ reservoir);
3. IK Pengoperasian Gas Chlor
2. Menjalankan pompa dosing untuk pembubuhan
4. IK Pembubuhan Dosis Chlor
desinfektan;
untuk Proses Desinfeksi
3. Melakukan pemberian desinfektan sesuai dosis yang
5. IK K3L APD
ditentukan baik metoda disuntikkan ke dalam pipa
6. IK K3L APAR
atau diteteskan ke dalam bak sesuai dengan instalasi
yang digunakan; dan
4. Memastikan proses desinfeksi berjalan dengan baik,
melalui pengawasan dan pemantauan.

Pengawasan: 1. Operator
1. Formulir Isian (FI) tentang
1. Mengambil sampel air setelah melalui proses Pengolahan Air/
Analisis Kualitas Air Olahan
desinfeksi; (staf produksi / operator) Operator terkait
2. Formulir Isian (FI) tentang
2. Melakukan pemeriksaan dan analisis kualitas air 2. Staf Sampling
Kapasitas Air Minum Hasil
sesuai dengan persyaratan dan baku mutu air minum 3. Analis Kimia dan
Pengolahan
yang berlaku; (staf Laboratorium) Fisika
3. IK Pengambilan Sampel Air
3. Mengecek sisa desinfektan di jaringan distribusi dan 4. Analis Mikrobiologi
4. IK K3L APD
pelanggan. (staf laboratorium)
5. POS Pemeriksaan Bahan
Kimia
6. POS Pengawasan Kualitas Air
Tidak
Sisa desinfektan
memenuhi?

Ya

1. IK Pembuatan Laporan 1. Operator Bagian


Pelaporan:
2. IK K3L APAR Produksi/ Operator
1. Membuat laporan pengambilan dan pengujian
3. Laporan penentuan dosis terkait
sampel air olahan.
2. Membuat laporan pelaksanaan operasi pemberian chlor yang dibutuhkan
desinfeksi. 4. Laporan Monitoring
Pengambilan Sampel Air
5. Laporan Hasil Pengukuran
Kualitas Air Olahan
Selesai

8
I.3. Lampiran-lampiran SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi

a. Formulir Isian (FI) tentang Analisis Kualitas Air Olahan

FORMULIR ISIAN (FI)


TENTANG ANALISIS KUALITAS AIR OLAHAN

LAPORAN IPA / PRODUKSI HARIAN

Hari : ........................................
Tanggal : ........................................

Kualitas Air
Intake Kualitas Air Produksi Distribusi
Baku Tekanan Level
Jam Pompa Flow Pompa Flow Distribusi Reservoir Operator
Sisa Klor Warna
NTU pH Stand Debit NTU pH Stand Debit (bar) (m)
1 2 (mg/l) (PtCo) 1 2 3
Meter (l/dt) Meter (l/dt)
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00

9
Kualitas Air
Intake Kualitas Air Produksi Distribusi
Baku Tekanan Level
Jam Pompa Flow Pompa Flow Distribusi Reservoir Operator
Sisa Klor Warna
NTU pH Stand Debit NTU pH Stand Debit (bar) (m)
1 2 (mg/l) (PtCo) 1 2 3
Meter (l/dt) Meter (l/dt)
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00

Baku mutu kualitas air:


NTU :<5
pH :7–8
Warna : < 15 PtCo
Sisa Klor : < 5 mg/l

Disetujui Oleh, Diperiksa Oleh, Dibuat Oleh,


Kabag Teknik / Kabag Produksi Kasubbag IPA / Produksi Koordinator IPA / Produksi

……………………. ……………………. …………………….

10
FORMULIR LAPORAN BULANAN
KUALITAS AIR PRODUKSI / SUMBER

Cabang / Unit Kerja : ........................................ Diambil Oleh : ..................................................................


Sumber / Unit Pengolahan : ........................................ Diambil : ............................... Jam : ....................
Titik Sampling : ........................................ Diterima : ............................... Jam : ....................
Nomor / Kode : ........................................ Diperiksa : ..................................................................

I. PARAMETER WAJIB

Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan
Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
1). E. Coli 0
100 ml sampel
Jumlah per
2). Total Bakteri Koliform 0
100 ml sampel
b. Kimia An-organik
1). Arsen mg/l 0,01 AAS
2). Fluorida mg/l 1,5 Spektrofotometri
3). Total Kromium mg/l 0,05 AAS
4). Kadmium mg/l 0,003 AAS
5). Nitrit (dalam NO2 )
-
mg/l 3 Spektrofotometri
6). Nitrat (dalam NO3-) mg/l 50 Spektrofotometri
7). Sianida mg/l 0,07 Spektrofotometri
8). Selenium mg/l 0,01 -
2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1). Bau - Tidak Berbau -
2). Warna TCU 15 Spektrofotometri
3). Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500 Gravimetri
4). Kekeruhan NTU 5 Turbidimetri
5). Rasa - Tidak Berasa -
6). Suhu o
C Suhu udara ± 3 Termometer
b. Parameter Kimiawi
1). Aluminium mg/l 0,2 AAS
2). Besi mg/l 0,3 Spektrofotometri
3). Kesadahan mg/l 500 Kompleksometri
4). Klorida mg/l 250 Argentometri
5). Mangan mg/l 0,4 Spektrofotometri
6). pH mg/l 6,5 – 8,5 pH Meter
7). Seng mg/l 3 AAS
8). Sulfat mg/l 250 Spektrofotometri
9). Tembaga mg/l 2 -
10). Ammoniak mg/l 1,5 Spektrofotometri

11
II. PARAMETER TAMBAHAN

Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Kimiawi
a. Bahan Anorganik
1). Air Raksa mg/l 0,001 AAS
2). Barium mg/l 0,7 AAS
3). Boron mg/l 0,5 -
4). Nikel mg/l 0,07 AAS
5). Natrium mg/l 200 AAS
6). Timbal mg/l 0,01 AAS
b. Bahan Organik
1). Zat Organik (KMnO4) mg/l 10 Oksidasi/Titrimetri
2). Deterjen mg/l 0,05 Spektrofotometri
c. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
1). Chlorine mg/l 5 Iodimetri

Keterangan: * : Permenkes. No. 492/Menkes/Per/IV/2010; Tanggal 19 April 2010

12
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Proses Desinfeksi

FORMULIR MONITORING (FM)


TENTANG PROSES DESINFEKSI

Petugas Pengamat : ……………………………………….


Tanggal Pengamatan : ……………………………………….
Cabang / Unit Kerja : ……………………………………….
Periode Monitoring : Bulan ……………….., 202……

Tangga Lokasi Sumber/ Catatan


Tahapan Proses Status
l Unit Pengolahan (Usulan Rekomendasi)
Broncapturing / IPA / 1. Persiapan Alat dan Bahan
Reservoir …………………
 Pemeriksaan pompa
dosing, mixer dan agitator,
tangki pelarutan dan
pembubuhan, serta pipa/
selang pembubuhan
 Pemeriksaan kesiapan
kebutuhan bahan kimia
(kaporit bubuk/tablet) dan
air pelarut
2. Pembuatan Larutan Kaporit
 Cek jumlah bahan kimia
(kaporit bubuk/tablet)
untuk dosis pelarutan agar
mencapai dosis optimum
desinfeksi yang
direncanakan
 Cek keberfungsian mixer
dan agitator
3. Pembubuhan Larutan
Kaporit
 Cek kelancaran
pembubuhan larutan
kaporit
 Cek keberfungsian pompa
dosing (stroke) dan pipa/
selang pembubuhan

Lokasi Kegiatan [Kabupaten/Kota], ........................................................

Telah Diamati Oleh, Telah Disetujui Oleh,

……………………. …………………….

13
FORMULIR ISIAN (FI) HARIAN MONITORING SISA KLOR

Hari : ........................................
Tanggal : ........................................

Stroke Pompa Sisa Klor di


Stock Bahan Kimia
Dosing ............
Jam Operator
l/ Level Tangki Level Tangki Powder
% mg/l
menit 1 (m) 2 (m) (bh)
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00

Diperiksa Oleh, Dibuat Oleh,


Kasubbag IPA / Produksi Koordinator IPA / Produksi

……………………. …………………….

Disetujui Oleh,
Kabag Teknik / Kabag Produksi

…………………….

14
c. IK Pengoperasian Katup

Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi

INSTRUKSI KERJA (IK) PENGOPERASIAN KATUP (VALVE)


1. Persiapan Alat:
Sebelum ke lokasi, staf produksi menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk melakukan
pengoperasian valve yaitu:
a. Kunci-kunci seperti: kunci pipa, kunci valve, kunci manhole;
b. Sepatu boot;
c. Jas hujan;
d. Kendaraan;
e. Peralatan: cangkul, linggis, blencong dan palu;
f. Pelumas.
2. Pengoperasian Valve:
a. Mempersiapkan alat;
b. Meyakinkan valve selalu terbuka;
c. Menutup dan membuka kembali valve apabila terdapat perbaikan di suatu jaringan.
3. Pelaporan:
Setelah melakukan pengoperasian valve, staf produksi melaporkan hasil kerjanya ke
Kepala Cabang/Unit Kerja/Bagian.

15
d. IK Pengoperasian Pompa Dosing

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGOPERASIAN POMPA DOSING

1. Penentuan Setelan Pompa Dosing Desinfeksi / Kaporit


Pompa dosing (Kaporit) sebelum dioperasikan harus disetel terlebih dahulu stroke pompa
atau persentase bukaan pompa, sehingga bahan kimia yang diinjeksikan akan sesuai
dengan yang kita inginkan.
a. Pompa Dosing Kaporit
Penentuan dosis injeksi Klor (kaporit), secara prinsip hampir sama dengan cara
penentuan debit injeksi tawas, hanya dosis kebutuhan saja yang berbeda. Dosis
kaporit yang dibutuhkan adalah DPC + Sisa Klor yang diinginkan. Secara prinsip, sisa
Klor yang dideteksi di jalur distribusi terakhir tidak boleh berkurang dari 0,2 ppm.
Kandungan ini, adalah menjamin agar air bersih masih tetap terjamin kualitasnya.
Untuk proses desinfektan awal saat instalasi baru berproduksi, akan banyak
memerlukan kaporit. Sebab kebutuhan Klornya banyak digunakan untuk kebersihan
fisik bangunan reservoir hingga mencapai titik jenuh. Setelah itu kandungan Klor akan
berfungsi untuk desinfektsi air produksi IPA. Umumnya, dosis chlor pada awal
produksi di titik injeksi reservoir sekitar 1,5 – 3 ppm. Karena kadar chlor dalam kaporit
60 %, maka dosis kaporit harus dikonversikan terlebih dahulu. Debit injeksi kaporit per
jamnya perlu diketahui untuk perhitungan berapa bukaan/ stroke pompa dosing yang
dioperasikan.

Diketahui:
 Larutan kaporit dalam tangki (C1) = 5% = 5 kg/1000 l = 50 gr/l = 50.000 mg/l
 Debit pompa dosing (Q1) = Cek spesifikasi pompa (dapat dilihat pada
name plate pompa)
 Dosis chlor = 1,5 ppm (setelah dilakukan penentuan
DPC + sisa Klor yang diinginkan),
 Dosis kaporit (C2) = 1,5/0,6 mg/l = 2,5 mg/l
 Debit air bersih (Q2) = 100 l/dt
 Maka debit pompa dosing (Q1):

Q2 x C2 100 l/dt x 2,5 mg/l


Q1 = = = 0,005 l/dt = 18 l/jam
C1 50. 000 mg/l

Spesifikasi pompa dosing kaporit yang digunakan:


 Merk : Prominent ex. Germany
 Type : Beta
 Power : 230 volt, phases; 50/60 Hz
 Kapasitas : 32 l/jam
 Discharge Pressure : 3,5 bar
Maka setelan stroke pompa dosing adalah:

16
18
x 100 %= 56 , 25
32

Jadi setelan stroke pompa dosing tawas pada angka 56 diambil stroke 60.

Pembubuhan kaporit ini dilakukan dengan cara menginjeksikan kedalam pipa outlet
dari Sumber Air / Filter IPA menuju reservoir. Pemeriksaan secara berkala sangat
dianjurkan agar pembubuhan senantiasa berjalan normal sedemikian rupa sehingga
sisa Klor setelah pembubuhan masih tersedia sesuai yang disyaratkan.

2. Instruksi Kerja Pengoperasian Pompa Dosing


Penanggung jawab : Kasubag. Produksi
Personil :

Personil yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan minimal tamatan SLTA, pernah
mengikuti pelatihan pada bidang Laboratorium air minum serta berpengalaman dalam
bagian produksi/ laboratorium minimal 1 tahun.

Uraian Tugas
a. Kepala Sub Bagian Produksi
 Lingkup tugas dan kewajiban:
 Membuat program kerja tahunan untuk pelaksanaan SOP P-2 beserta usulan
anggarannya sesuai jadwal yang ditentukan dalam SOP P-2 untuk diajukan
kepada Kabag Teknik, Kabag Umum/Direktur;
 Membuat surat perintah untuk melaksanakan SOP P-2 kepada analis;
 Melakukan pengarahan, pengawasan kepada seluruh personil pelaksana dalam
pelaksanaan SOP P-2;
 Melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan SOP P-2 serta membuat laporan
pelaksanaan SOP P-2 beserta laporan pengeluaran anggaran.
 Tanggung jawab:
Bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan teknis SOP P-2 beserta
anggaran yang dikeluarkannya.
 Hak dan Wewenang:
 Berwenang untuk mengeluarkan dana pelaksanaan SOP P-2 sesuai anggaran
tahunan yang ditetapkan/disetujui Direksi;
 Berwenang untuk membina dan menilai kinerja personil pelaksana SOP P-2
yang berada dibawah tanggung jawabnya.
b. Analis dari Operator atau Petugas Laborat bila sudah ada
 Lingkup tugas dan kewajiban:
 menerima perintah kerja dan pengarahan pelaksanaan SOP P-2 dari Kepala Sub
Bagian Produksi di bawah koordinasi Kepala Sift;
 Melaksanakan tugas sesuai arahan Kepala Seksi Produksi.
 Tanggung jawab:
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

17
3. Alur Kewenangan dan Mekanisme Organisasi

Direktur
………………………

Kabag. Teknik Kabag. Umum/


Administrasi

Kasubag. Kasubag.
Produksi Perencanaan

Ka. Shift Operator Koordinator


Pembelian

Operator / Analis Petugas Gudang

Gambar 1.3. Skematik Alur Kewenangan dan Mekanisme Organisasi

4. Alur Kerja Pompa Dosing

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan


 Larutan Kaporit
Tidak

Siap

Ya

Operasikan Pompa
Sesuai Prosedur

Setelan Strooke

Selesai

18
Gambar 1.4. Skematik Alur Kerja Pompa Dosing

5. Alur Pembuatan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan

Operator/ Analis membuat KaSift Operator melaporkan hasil


laporan secara rutin selama pekerjaan ke Kasi Produksi dan
pekerjaan berlangsung dan sekaligus menandatangani laporan
disampaikan kepada Ka. Sift tersebut; kemudian laporan
Operator selanjutnya Ka. Sift disampaikan kepada Kasi
Operator membubuhkan tanda Produksi
tangan

Kasi Produksi menerima laporan


dari Ka. Sift Operator untuk
diperiksa, jika masih terdapat
kesalahan akan dikembalikan
kepada Ka. Sift Operator untuk
diperbaiki. Dan jika tidak terdapat
kesalahan, Kasi Produksi
menandatangani laporan tersebut
yang digabung dengan laporan
dari unit produksi yang lain untuk
dibuat laporan bulanan bagian
produksi kemudian
menyampaikannya kepada Kabag.
Teknik

Laporan yang sudah siap,


disampaikan kepada Kabag.
Teknik untuk dievaluasi dan
disampaikan kembali ke Kasi
Produksi dan disimpan sebagai
dokumen

Gambar 1.5. Skematik Alur Pembuatan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan

19
e. IK Pengoperasian Gas Chlor

1. Instruksi Kerja Pengoperasian Gas Chlor


Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi

INSTRUKSI KERJA (IK) PENGOPERASIAN GAS CHLOR


1. Persiapan:
Peralatan yang dibutuhkan:
a. Kunci ruangan;
b. Sepatu boot;
c. Masker pelindung pernafasan;
d. Pelindung tangan / sarung tangan;
e. Kunci pipa (untuk pemasangan gas chlor baru);
f. Botol semprot;
g. Ammoniak;
h. Manometer (bila belum terpasang manomenter).
2. Pelaksanaan:
a. Pakai masker pelindung pernafasan, sepatu boot, sarung tagan;
b. Ambil ammoniak yang sudah dimasukkan di botol semprot;
c. Ambil kunci ruangan untuk membuka ruangan gas chlor;
d. Semprot ammoniak di sekitar regulator gas chlor untuk mengetahui ada atau
tidaknya kebocoran;
e. Bila muncul asap berarti ada kebocoran gas chlor;
f. Lihat manometer supply air ke gas chlor (minimal 2 Bar);
g. Setting jarum regulator sesuai kebutuhan.
3. Pelaporan:
Melaporkan pemakaian gas chlor per bulan.

20
2. Masalah pada Proses Desinfeksi yang Biasa Timbul
a). Masalah pada Pembubuhan Gas Klor
Beberapa permasalahan yang biasanya berhubungan dengan pembubuhan gas klor
adalah sebagai berikut:
1). Tekanan  pada klorinator gas klor selalu diukur dan diturunkan tekanannya dari
tabung/tangki atau evaporator.
2). Klorinator vakum bekerja dengan cara variasi aliran gas klor berdasarkan tekanan
negatif yang timbul pada injektor air dimana gas klor disuntikkan.
Pengembangan peralatan vakum ini dimasudkan untuk:
3). Perubahan tekanan pada injektor dan pengaruh suhu pada tabung gas klor,
dapat menyebabkan suplai gas klor tidak konstan.
4). Aliran gas klor yang ditimbulkan oleh injektor dan dipantau oleh katup regulator
tekanan di bagian aliran masuk (inlet) dan oleh katup regulator vakum di bagian
aliran keluar (outlet)
5). Pada keadaan tekanan normal katup relief vakum tetap tertutup, tetapi apabila
terjadi kebocoran, maka katup tersebut akan terbuka dan mengeluarkan gas klor
(gas sempat melewati inlet), kemudian keluar ruangan/gedung melalui ventilasi.
Selanjutkan keadaan tidak vakum ini, akan menekan katup regulator tekanan,
sehingga menutup lubang inlet dan aliran gas klor akan berhenti.

b). Masalah pada Klorinator


Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk Klorinator:
1). Kebocoran
Kebocoran dapat diatasi dengan alat penditeksi kebocoran. Pipa yang
menghubungkan kipas penghisap udara diletakkan di lantai dan ditempatkan di
dalam masing-masing ruangan penyimpanan tabung/tangki dan unit klorinator.
Selain itu ditempatkan larutan penetralisir (campuran soda kostik dengan sodium
hidrosulfit).
Saat terjadi kebocoran pada tabung/tangki atau pada klorinator, maka alarm
akan menyala/berbunyi dan secara otomatis menggerakkan kipas penghisap
udara dan pada saat yang sama, pompa akan bekerja memompa larutan
penetralisir ke unit penyemprot (sprayer) dan udara yang tercemar gas klor
mengalir melalui cincin kontak (contact ring) berlawanan arah dengan jatuhnya
larutan penetralisir sehingga terjadi penetralan gas klor yang terjadi pada contact
ring.

21
Sprayer

Dete kto r keboco ran


Contact ring

Kipas

Pompa larutan
penetralisir

Gambar 1.6. Unit Pendeteksi Kebocoran Gas Klor

2). Kemacetan katup tabung


Katup-katup tabung/tangki gas harus diteliti dengan seksama di tempat
pembuat/di pabrik. Kadang-kadang katup dapat bebas dibuka dan ditutup
beberapa kali akan tetapi kadang-kadang sulit untuk dibuka atau ditutup dengan
rapat. Masalah ini biasanya disebabkan oleh paking atau pembungkus yang
sangat rapat. Jika terjadi masalah yang cukup serius, hubungi supplier yang
bersangkutan atau pabrik.

3). Masalah Hypochlorinator


Biasanya yang terjadi adalah:
 Perlengkapan yang tersumbat  penyumbatan disebabkan oleh kalsium
karbonat, CaCO3, yaitu biasanya pada head pompa dan selang karet
penghisap atau pemberhenti.
 Spiral patah

3. Penyimpanan dan Penanganan Gas Klor


a). Tempat Penyimpanan Gas Klor:
1). Tangki/tabung berbentuk silinder dengan total berat berkisar antara 110 – 30 kg,
dengan berat gas klor sendiri adalah 68 kg. Ukuran silinder Tangki/tabung adalah:
Diameter = 27 cm
Tinggi = 142 cm
2). Ton container merupakan tangki/tabung gas klor yang berukuran besar yaitu:
Diameter = 76 cm
Tinggi = 203 cm
Berat kotor = 1700 kg
Berat gas Klor = 910 kg

22
b). Prosedur Pengamanan Gas Klor
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pengangkutan, penyimpanan dan
masalah lainnya dalam penanganan gas klor:
1). Pada saat pengangkutan dari pabrik tidak boleh jatuh atau terbentur keras
dengan benda lain.
2). Gunakan alat yang mudah untuk mengangkut silinder sampai tempat
penyimpanan, misalnya hand truck yang dilengkapi dengan rantai pengikat
silinder, untuk menghindari kemungkinan terjatuh atau goyang.
3). Pada saat pengangkatan silinder ke atas hand truck, perlu diperhatikan jangan
sampai memegang Protective hood yang berfungsi sebagai pelindung katup dari
kerusakkan.
4). Untuk mengirim gas Klor dalam tabung baja harus diperhatikan beberapa factor
keamanan pada proses transpotasi (Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor SK.725/AJ.302/DRJD/2004, Tentang pengangkutan Bahan
Berbahaya dan Beracun di Jalan).

c). Pengiriman Gas Klor


Pada pengiriman gas klor harus disertakan surat yang menjelaskan tentang:
1). Isi dari tabung gas klor;
2). Berapa kg berat bersih isinya;
3). Keterangan tentang bahan berbahan sesuai dengan daftar bahan berbahaya;
4). Pada saat pengiriman maupun saat digunakan posisi ton container harus
diletakkan secara horizontal dan penanganannya dilakukan secara mekanik
menggunakan derek karena berat. Meletakkannya harus diganjal supaya tidak
goyang;
5). Silinder boleh disimpan di dalam atau di luar ruangan, jika disimpan di dalam
ruangan, maka ruangan harus tahan api dan memiliki ventilasi yang cukup;
6). Semua ruangan untuk menyimpan klor harus didesain sesuai dengan peraturan
keamanan yang berlaku.

d). Prosedur Penyimpanan Gas Klor


1). Simpan tabung/tangki gas tempat kering yang terpisah (jauh dari pompa, mesin,
panel listrik) dan sinar matahari dari luar serta sumber panas lainnya, karena
“KLOR ADALAH KOROSIF”.
2). Simpan botol gas klorine (dan drum/kontainer klorine bubuk) di suatu tempat
terbuka dimana kebocoran gas dapat keluar tanpa merusak mesin, melukai
manusia atau binatang peliharaan/ternak.
3). Letakkan masker pelindung gas klorine di tempat yang mudah dijangkau, tapi
agak jauh dari tempat penyimpanan Cl2, karena sifat gas klor: “GAS KLOR
SANGAT BERBAHAYA APABILA TERKENA MATA”.
4). Jaga tabung/tangki gas klor selalu tertutup, dan tidak terjatuh pada saat
mempersiapkan untuk pembubuhan, karena sifat gas klor: “KLOR DAPAT
MERUSAK TABUNG DAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANANNYA”.
5). Periksa secara seksama tabung gas atau drum/kontainer bubuk termasuk bagian
bawah dan katup apakah terjadi korosi dan/atau kebocoran, dan harus diingat:
23
“JANGAN TAKUT TERHADAP GAS KLOR TETAP TENANG SAAT
BERHUBUNGAN DENGAN TABUNG/TANGKI GAS DAN IKUTI PETUNJUK
SUPPLIER/PABRIK DENGAN BENAR”.
6). Jika terjadi kebocoran tabung gas klor, harus diingat bahwa: “GAS KLOR BERAT
DAN MENGALIR SEPERTI AIR”, jadi jangan jongkok dan secepatnya keluar dari
ruangan atau jauhi lokasi kebocoran.

e). Efek Gas Klor Terhadap Manusia


Tabel di bawah ini menunjukkan konsentrasi gas klor yang dapat memberikan efek
fisiologis terhadap manusia.

Tabel Konsentrasi Klor dalam Hubungannya Terhadap Manusia


Kasus ppm
Konsentrasi klor di udara dalam batas yang tidak membahayakan 1
selama 8 jam kerja
Bau yang jelas 3,5
Menyebabkan iritasi (mata, hidung, tenggorokan) 15
Menyebabkan batuk 30
Perolehan maksimum dalam jangka pendek 40
Perolehan yang berbahaya walaupun dalam jangka pendek 40 – 60
Fatal secara cepat 1000

24
f. IK Pembubuhan Dosis Chlor untuk Proses Desinfeksi

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMBUBUHAN DOSIS CHLOR UNTUK PROSES DESINFEKSI

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desinfeksi dengan Cara Klorinasi


a). Konsentrasi (C) dan Waktu Kontak (T)
Keefektifan klor terutama tergantung pada konsentrasi C, (mg/l) dan waktu kontak, T
(menit). Pemusnahan organisme sering dihubungkan dengan pembunuhan yang
secara langsung dihubungkan dengan dua faktor sebagai berikut:

Pembunuhan sebanding dengan: C x T

Dimana nilai CT berbeda untuk tujuan yang berbeda, seperti terlihat pada tabel
berikut:

Nilai CT untuk Tujuan Yang Berbeda

Tingkat Desinfeksi
Tujuan CT Minimum
(%)
Proses Desinfeksi 99,9 3–4
Pemusnahan Protozoa (G Lamblia) - 104 – 122
Pemusnahan Enterovirus 99,9 6–8
Pemusnahan Enterobacteria (Coliform) 99,9 3–4
Pemusnahan virus/Bakteri -  15
Pemusnahan virus/ Bakteri/ Kista, Protozoa -  131
Pencucian dinding bak dan Reservoir - 15.000

Bila konsentrasi klor (C) dikurangi, maka waktu kontak (T) antara klor dengan
organisme harus diperpanjang untuk meyakinkan pemusnahan adalah sama. Hal
serupa jika konsentrasi klor ditambah, waktu kontak yang diperlukan untuk
pemusnahan dikurangi.

Sisa klor terikat dimana mempunyai daya desinfeksi yang kurang kuat, memerlukan
waktu kontak yang lebih lama dari yang dibutuhkan oleh sisa klor bebas. Oleh karena
itu bila waktu kontak antara titik pembubuhan klor dengan konsumsi air pendek
(misalnya 10 menit), maka hanya sisa klor tersedia bebas yang efektif untuk desinfeksi.

Hal yang penting mengetahui waktu kontak dan tipe sisa klor (bebas atau terikat)
yang digunakan dan konsentrasi yang tepat harus diberikan. Biasanya sisa klor
minimum yang harus dipertahankan sebesar 0,2 – 0,3 mg/l Cl2, pada titik paling jauh
dari jaringan distribusi, dan waktu kontak yang dianjurkan paling sedikit adalah 30
menit.

b). Suhu
Pada temperatur air yang lebih rendah, daya bunuh cenderung lebih rendah,
walaupun klor lebih stabil berada dalam air dingin. Klorinasi akan lebih efektif pada

25
temperatur yang lebih tinggi. Keefektifan sisa klor terikat akan lebih besar pada
temperatur lebih rendah dari temperatur untuk sisa klor bebas.

c). Suhu
pH air mempengaruhi aksi desinfeksi klor, karena pH menentukan rasio HOCl
terhadap OCl–. Ketergantungan pH juga terjadi terhadap keberadaan apakah ion
hipoklorit atau asam hipoklorit yang lebih banyak. Disosiasi dapat menuju salah satu
arah dan rasio dari ion-ion akan berubah sesuai perubahan pH. Asam hipoklorit
terurai sedikit pada pH rendah, yang dominan adalah sisa HOCl. Dilain hal HOCl
terurai hampir sempurna pada pH yang tinggi, menyebabkan OCl – sebagai sisa klor
yang dominan. Penguraian yang sangat dramatis terjadi pada pH antara 6,0 – 8,5. Jika
pH air yang akan diklorinasikan lebih besar dari 7,5, tanpa pertimbangan rasio
ammoniak-klor, tidak akan terbentuk trikloramin yang menyebabkan masalah rasa
dan bau.

d). Zat / Komponen Dalam Air


Klor/senyawa klor bereaksi sebagai desinfektan yang efektif jika hanya kontak dengan
organisme yang akan dimusnahkannya. Kekeruhan yang disebabkan partikel-partikel
kotoran kecil dan suspensi zat pengotor (impurities) lainnya yang ada dalam air, akan
menghalangi kontak dan melindungi patogen terhadap daya desinfeksi. Oleh karena
itu agar klorinasi berjalan efektif, kekeruhan harus dihilangkan sedemikian rupa
dengan metode pengolahan seperti koagulasi, flokulasi dan filtrasi.

Klor bereaksi dengan zat/komponen lain seperti zat organik dan ammoniak. Oleh
karena senyawa-senyawa tersebut merupakan bentuk sisa klor terikat yang kurang
efektif, maka konsentrasinya merupakan organik yang penting dalam menentukan
dosis klor/senyawa klor.

Titik retak klorinasi (BPC) harus dilakukan untuk meyakinkan pembentukkan klor
bebas dan mengetahui konsumsi klor oleh zat lain. Kelalaian melakukan penentuan
BPC akan membiarkan patogen bertahan hidup dan akan menimbulkan masalah-
masalah bau, rasa yang serius.

e). Produk Samping (By product) Desinfeksi dengan Klor/Senyawa Klor


Sebagian besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah berupa zat
humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang relatif besar. Zat
humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna sejati) yang dikenal dengan
“air gambut” yang dapat dipulihkan (dipudarkan) oleh oksidasi sebagian, sebagai
contoh menjenuhkan ikatan rangkap dalam suatu molekul.

Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung Grup Keto yang dapat
menyebabkan terbentuknya “haloform” setelah bereaksi dengan senyawa klor.
Dengan cara ini senyawa haloform seperti kloroform (CHCl 3); mono
Bromodiklorometan (CHCl2Br); di-bromomonoklorometan (CHClBr2) dan bromoform
(CHBr3) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk sebagai produk samping klorinasi

26
yang dikenal dengan THMs (trihalomethanes), dimana senyawa ini dikatagorikan
“karsinogenik” (penyebab kanker). Oleh karena itu reaksi haloform tidak diinginkan
terjadi.

Pembentukan haloform dipengaruhi oleh:


1). Konsentrasi zat-zat organik  konsentrasi yang tinggi menaikkan kandungan
haloform;
2). pH  pH lebih tinggi, reaksi haloform lebih baik;
3). Dosis klor  lebih tinggi menyebabkan kemungkinan haloform terbentuk lebih
besar.

f). Mencegah Terjadinya Pembentukan THM Selama Proses Klorinasi


1). Menggunakan ClO2 (bukan Cl2) atau Ozon (O3) sebagai desinfektan dan untuk
menghancurkan precursor.
2). Kelemahan: lebih mahal; perawatannya lebih sulit (membutuhkan pengamanan
dengan klorinasi tambahan).
3). Untuk menghilangkan precursor dengan menyaring air menggunakan filter
karbon aktif (GAC = granular activated carbon) dilakukan sebelum proses
klorinasi.
4). Kelemahan: mahal karena membutuhkan instalasi yang khusus, logistic tambahan.
5). Proteksi sumber air baku dan daerah tangkapannya seaman mungkin dari
berbagai macam polutan (buangan sampah, ekstensifikasi budi daya tanaman,
perumahan atau bangunan pabrik).
6). Hindari menggunakan air berwarna atau keruh sebagai air baku. Jika tidak ada
sumber air baku lain yang tersedia, bisa dicoba pengolahan dengan koagulasi-
flokulasi, sedimentasi dan filtrasi sebelum klorinasi dan dosis klor/senyawa klor
harus dikontrol dengan baik, atau gunakan jenis desinfektan yang lain (seperti
tercantum di atas).
7). Hindari penetrasi bocoran minyak dari pompa bensin kedalam daerah air baku.
8). Jaga kebersihan reservoir dan jaringan pipa (dengan klorinasi dan pengecekan
kebocoran secara teratur dan memperbaiki dengan segera jika terjadi kebocoran).

g). Jenis Desinfektan yang Digunakan


Desinfeksi air minum bisa membunuh atau paling sedikit menonaktifkan
mikroorganisme berbahaya yang dikandungnya. Biasanya dipergunakan teknis-teknis
fisika atau kimia.

Setiap desinfektan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing baik dari


segi teknis (pelarutan, pembubuhan dll.), maupun non teknis (seperti harga dll.).
Berikut ini adalah jenis desinfektan yang dominan digunakan oleh sistem penyediaan
air di Indonesia, yaitu klor/senyawa klor dimana masing-masing mempunyai
karakteristik sebagai bahan pertimbangan untuk pemakaian, seperti:
1). Dosis Desinfektan

27
Dosis/jumlah desinfektan yang dibutuhkan tergantung dari:
(a). Jenis desinfektan
(b). Daya desinfeksi
(c). Metode desinfeksi yang digunakan, karena setiap metode mempunyai
sasaran masing-masing.
(d). Kadar klor aktif  jika senyawa klor yang digunakan sebagai desinfektan.
2). Waktu kontak
Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan harus cukup, jika
digunakan klor/senyawa klor waktu kontak minimal 30 menit, sebelum air
digunakan, dengan mempertahankan sisa klor paling sedikit 0,3 – 0,5 mg/l Cl 2
setelah waktu kontak tersebut. Kecepatan pembentukan monokloramin adalah
relatif tinggi (sebesar 90 %) pada air dengan konsentrasi ammoniak yang biasa
dijumpai pada pH normal akan terjadi dalam 1 menit.
3). pH
pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8. Bila pH 7,5 tanpa
memperhitungkan rasio klor/ammoniak, tidak ada trikloramin yang terbentuk,
seperti diketahui bahwa senyawa trikloramin ini menyebabkan rasa dan bau yang
tidak enak pada air yang diklorinasi.
4). Turbidity/Kekeruhan
Pada pengolahan air dimana proses desinfeksi dilakukan, turbidity air hasil olahan
harus lebih rendah dari 5 NTU, tetapi akan lebih baik jika kurang dari 1 NTU,
karena partikel-partikel penyebab kekeruhan akan menghambat efisiensi
desinfektan. Sebagian partikel-partikel penyebab kekeruhan akan bertindak
sebagai perisai/ pelindung bagi mikroorganisme walaupun ada sisa desinfektan
yang mampu untuk membunuh, tetapi mikroorganisme tetap dapat bertahan dan
tetap ada dalam air. Jika partikel-partikel penyebab kekeruhan tersebut adalah
zat organik maka akan ikut mengkonsumsi klor, sehingga akan mereduksi klor
bebas dalam air dan akan meningkatkan kebutuhan klor air tersebut (daya
pengikat klor air akan naik). Hal ini akan merupakan masalah jika terjadi pada
jaringan distribusi, karena tidak dapat menjamin keamanan air yang
didistribusikan.
5). Suhu dan Cahaya
Suhu air yang tinggi akan mempercepat proses desinfeksi. Sedangkan Suhu dan
cahaya yang kuat, mempengaruhi daya oksidasi klor.
6). Kondisi dan Jumlah Organisme
Kondisi dan jumlah organisme yang akan dimusnahkan mempengaruhi proses
desinfeksi dari beberapa faktor sebagai berikut:
 Tipe dan konsentrasi disinfektan yang dipergunakan.
 Waktu yang dibutuhkan  pengaruh desinfektan akan lebih baik jika makin
lama desinfektan berada dalam air.
 Kondisi air  jika air keruh mengandung partikel-partikel tertentu, seperti
koloid dan zat organik, akan menghambat proses desinfeksi.
 pH air (keasaman / kebasaan)  proses desinfeksi berjalan dengan baik bila
pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8. Bila pH 7,5

28
tanpa memperhitungkan rasio klor/ammoniak, tidak ada trikloramin yang
terbentuk, seperti diketahui bahwa senyawa trikloramin ini menyebabkan rasa
dan bau yang tidak enak pada air yang diklorinasi.
 Campuran; campuran yang baik meyakinkan “penyebaran” desinfektan merata
di dalam air, dan dapat memperbaiki/ mempercepat proses desinfeksi.
Rekomendasi WHO untuk penggunaan klorin sebagai desinfektan untuk air minum
menetapkan konsentrasi klorin bebas adalah minimum 0,5 mg/l (C) setelah waktu
kontak 30 menit (T), pada pH < 8 dan kekeruhan < 1 NTU.

2. Pembuatan Larutan Kaporit dan Pembubuhan Larutan Senyawa Klor


Contoh perhitungan menggunakan tangki yang dijual di pasaran:
a). Data Tangki Pelarut:
Bentuk : Tangki Silinder
1). Ukuran : Keliling = 290 cm
: Diameter (D) = 92,36 cm
2). Luas penampang (A) = ¼ * π * (D)2
= 0,25 * 3,14 * (92,36)2 = 6.696,34 cm2
3). Kedalaman larutan (h) = 100 cm (batas maksimum larutan)
Volume tangki pada h = 100 cm = A * h = 6.696,34 cm2 * 100 cm
= 669.634 cm3 ≈ 670 liter

b). Konsentrasi Larutan Kapoit


Konsetrasi larutan kaporit dinyatakan dalam % volume yaitu berat zat terlarut (gr) per
liter larutan. Larutan kaporit 1 % artinya 1 gr kaporit/100 ml larutan atau 10 gr/liter.
Larutan 1 % berarti = 1 mg/100 ml = 10 mg/l  1 ml larutan = 10 mg  C = 10
mg/ml.

c). Tabel Hubungan Konsentrasi, Volume dan Berat Kaporit yang Dibutuhkan
Tabel yang menyatakan hubungan antara volume larutan kaporit yang masih tersisa
dalam tangki dan volume larutan yang harus dibuat untuk mengisi tangki sampai
penuh, serta berat kaporit yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan variasi
konsentrasi, dapat dilihat pada tabel yang tercantun pada lampiran.

d). Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1). Sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan kalsium hipoklorida akan dilarutkan
dalam suatu bak dengan air yang telah diolah karena ada endapan dari kalsium
maupun magnesium larutan ini akan keruh.
2). Untuk mengendapkan presipitasinya harus ditunggu 6 – 8 jam. Setelah itu
diperoleh larutan kalsium hipoklorit yang bening dan dapat di isi ke dalam bak
pembubuh.
3). Pada saat mengisi bak pembubuh harus dihindari terbawanya kristal/partikel-
partikel endapan dari bak pengaduk terbawa ke dalam bak pembubuh.

29
4). Larutan itu harus dipakai dalam beberapa hari karena akan cepat
berkurang/hilang keaktifannya oleh karena itu larutan kalsium hipoklorit tidak
dianjurkan digunakan untuk jangka waktu yang lama secara terus menerus.
5). Hindari larutan dari panas dan cahaya secara langsung.

30
3. Pembubuhan Larutan Kaporit
Pembubuhan larutan kaporit dapat dilakukan dengan:
a). Menggunakan pompa pembubuh;
b). Dengan cara gravitasi.

Pengukuran debit pembubuhan:


a). Siapkan peralatan pembubuhan larutan kaporit di tempat yang sudah ditetapkan.
b). Beda tinggi permukaan larutan kaporit dengan titik pembubuhan diatur minimal 3
meter (cara gravitasi).
a). Kran pengatur dipasang di ujung pipa dekat titik pembubuhan.
b). Periksa peralatan dalam keadaan baik, periksa adanya penyumbatan atau kebocoran
baik pada kran atau pipa/selang penyalur larutan.
c). Atur debit pembubuhan sesuai dengan hasil perhitungan berdasarkan penentuan-
penentuan yang digunakan, dengan cara:
1). Hasil yang diperoleh ke dalam satuan debit pembubuhan: l/menit. Buka kran
dengan aliran yang besarnya diperkirakan;
2). Tampung larutan yang mengalir di dalam beaker glass atau gelas ukur selama 30
atau 60 detik, waktu diukur dengan stop watch;
3). Hitung volume larutan yang tertampung selama waktu tersebut  konversikan;
4). Bandingkan dengan debit pembubuhan yang diinginkan = D l/menit, jika hasil
pengukuran < D, besarkan bukaan kran dan jika hasil pengukuran > D, maka
kecilkan bukaan kran, sampai mendapatkan debit pembubuhan sama dengan D
l/menit;
5). Setelah pembubuhan larutan kaporit dijalankan tanpa gangguan, cek sisa klor
bebas pada air yang keluar dari reservoir dengan mempertimbangkan waktu
tinggal di reservoir (tp + td). Jika td < 30 menit, maka lakukan pengecekan sisa klor
bebas paling sedikit dengan waktu kontak 30 menit, dimana sisa klor minimum
adalah sebesar 0,5 mg/l.
Keterangan: tp = waktu/saat awal pembubuhan kaporit.
td = waktu tinggal air di reservoir yaitu perbedaan waktu saat air
masuk ke reservoir dan saat keluar dari reservoir.

Pembubuhan larutan kaporit dan Pemeliharaan fasilitas pembubuhan:


a). Alirkan larutan kaporit dengan debit terukur secara kontinyu.
b). Periksa secara periodik aliran larutan, apakah tetap lancar (tidak ada penyumbatan
(dicirikan dengan besarnya kecilnya aliran/tetesan larutan ke dalam air).
c). Periksa volume larutan di dalam tangki secara periodik apakah sudah perlu ditambah,
apabila dilakukan penambahan larutan, cek kembali debit pembubuhan.
d). Apabila tangki pembubuh (pertama) perlu diganti, maka tangki kedua harus disiapkan
(dibersihkan, diisi dengan larutan kaporit yang sudah disiapkan, diatur debit
pengukuran), hentikan pembubuhan larutan dari tangki pertama, kemudian gantikan
pembubuhan larutan dari tangki kedua.
e). Lakukan pembersihan/pengurasan tangki pertama (tangki, pipa penyalur larutan)
sampai semua kotoran hilang. Pengurasan dilakukan dengan air bertekanan.

31
f). Lakukan pengecatan tangki pembuatan larutan dan tangki pembubuh sekali per
tahun (1x / tahun).

32
g. IK Kebutuhan Chlorinasi

INSTRUKSI KERJA (IK) KEBUTUHAN CHLORINASI

1. Penentuan Dosis Optimum Desinfeksi


a). Dosis Optimum
Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme lainnya seperti amuba,
ganggang dan lain-lainnya, chlor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe 2+,
Mn2+ menjadi Fe3+ dan Mn4+ serta dapat memecah molekul organik seperti senyawa
penyebab warna (asam humus).

Jelas terlihat dari uraian di atas, bahwa kalau kita membubuhkan chlor ke dalam air
hasil olahan yang bertujuan untuk desinfeksi dan supaya tujuan desinfeksi tercapai,
perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan chlor untuk bersenyawa dengan unsur /
senyawa lain dan menjadi chlor terikat.

Break point chlorination disingkat "BPC" arti dalam Bahasa Indonesia adalah Titik
retak chlorinasi adalah jumlah chlor yang dibutuhkan sehingga:
• Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi;
• Ammoniak hilang sebagal gas N2;
• Masih ada residu chlor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk
pembasmian kuman-kuman.

Ammoniak pada umumnya terdapat pada perairan permukaan atau air tanah,
terutama sumur dangkal di daerah berpenduduk. Ammoniak mungkin berasal dari
kotoran manusia atau hewan atau dari bahan organik yang membusuk. Klorin
awalnya bergabung/ bereaksi dengan ammoniak untuk membentuk kloramin, akan
tetapi ketika dosis klorin meningkat, ia mulai menghancurkan/ menguraikan kloramin
tersebut. Sebagai gambaran grafik break point chlorination yang umumnya terjadi
pada air baku yang tercemar ammoniak dapat dilihat pada Gambar 1.7 di bawah ini.

Gambar 1.7. Grafik Chlorinasi dengan BPC

33
Keterangan gambar:
A. Oksidasi zat-zat pereduksi
B. Chloramin terbentuk
C. Gas N2 terbentuk
D. Titik retak chlorinasi (BPC)
E. Chlor aktif: [HOCl]; [OCl-]; [Cl2]; ([NH2Cl] + [NHCl2])
F. Dosis chlor untuk pembasmian kuman

Pada gambar di atas terlihat garis tebal pada absis menunjukkan jumlah chlor yang
perlu dibubuhkan, namun demikian garis tebal sebelah kiri yaitu antara B – C
sebaiknya dihindarkan karena adanya senyawa chloramin yang dapat mengakibatkan
rasa tidak enak pada air (rasa farmase) dan kurang efisien sebagai desinfektan.

Daerah A merupakan daerah konsumsi chlor untuk beberapa zat pereduksi, sedang
pada daerah B dan C, terutama terbentuk monochloramin yang merupakan sebagian
chlor aktif, dengan reaksi sebagai berikut:

NH3 + HOCl  NH2Cl + H2O pH > 7


Monochloramin

NH2Cl + HOCl  NHCl2 + H2O 4 < pH < 6


Dichloramin

Di daerah C dengan konsumsi chlor, monochloramin yang ada dirubah menjadi Gas
N2, dengan reaksi sebagai berikut:

2 NH2Cl + HOCl  N2 + 3HCl + H2O

Kebutuhan chlor adalah jumlah chlor yang perlu dibubuhkan untuk mencapai BPC
(titik D). Di daerah E yang sudah melewati BPC, hanya chlor tersedia bebas yang
terbentuk, karena pada titik tersebut semua zat ammoniak sudah dirubah menjadi Gas
N2 yang keluar dari larutan sebagai gelembung, namun sedikit chloramin tetap
tinggal. ɣ merupakan kadar chlor aktif yang dianjurkan oleh sumber literatur.

Dosis Optimum Chlor = BPC + Sisa Klor yang Direncanakan

Dosis optimum pembubuhan akan berubah setiap waktu tergantung dari kualitas air,
lakukan monitoring sisa Klor setelah pembubuhan jika sisa Klor kurang dari yang
direncanakan lakukan penambahan dosis pembubuhan dan lakukan pengecekan
setelah ada penambahan dosis Klor setelah ct (waktu kontak) direservoir agar
memperoleh dosis pembubuhan yang optimal dengan sisa Klor sesuai rencana.
Perubahan BPC biasanya terjadi di awal musim hujan dan musim kemarau.

b). Cara Analisis BPC


1). Alat-alat:
 Beaker glass 1000 ml atau 500 ml
 Gelas ukur 500 ml
34
 Batang pengaduk
 Stop watch
 Pipet ukur 10 ml atau buret 50 ml
 Komparator sisa chlor
2). Bahan:
 Larutan kaporit 0,1 %; 1 ml = 1 mg
 Indikator ortotolidin
3). Cara kerja:
 Sediakan gelas beaker, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan;
 Masukkan larutan kaporit dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan
misalnya berturut-turut: 1; 2; 3; 4 mg/l dst. (tandai beaker sesuai dosis
pembubuhan larutan kaporit);
 Masukkan air baku sehingga volume menjadi 1000 ml. atau 500 ml, aduk
supaya larutan homogen, catat waktu saat mulai pembubuhan larutan kaporit;
 Simpan pada tempat yang terlindung cahaya, dengan waktu kontak 60 menit
(paling sedikit 30 menit);
 Test sisa chlor setiap beaker, dimulai beaker yang pertama;
 Amati terus sampai diperoleh BPC, yaitu titik minimum pada grafik BPC;
 Plotkan data ke dalam grafik.

2. Pembuatan Larutan Kaporit


Contoh perhitungan menggunakan tangki yang dijual di pasaran:
a). Data Tangki Pelarut:
Bentuk : Tangki Silinder
1). Ukuran : Keliling = 290 cm
: Diameter (D) = 92,36 cm
2). Luas penampang (A) = ¼ * π * (D)2
= 0,25 * 3,14 * (92,36)2 = 6.696,34 cm2
3). Kedalaman larutan (h) = 100 cm (batas maksimum larutan)
Volume tangki pada h = 100 cm = A * h = 6.696,34 cm2 * 100 cm
= 669.634 cm3 ≈ 670 liter

b). Konsentrasi Larutan Kapoit


Konsetrasi larutan kaporit dinyatakan dalam % volume yaitu berat zat terlarut (gr) per
liter larutan. Larutan kaporit 1 % artinya 1 gr kaporit/100 ml larutan atau 10 gr/liter.
Larutan 1 % berarti = 1 mg/100 ml = 10 mg/l  1 ml larutan = 10 mg  C = 10
mg/ml

35
h. IK Pengambilan Sampel Air dan Pemeriksaan Sisa Klor Setelah Proses Desinfeksi

Bagian : Produksi
Sub Bagian : Laboratorium
Pelaksana : Staf Laboratorium

INSTRUKSI KERJA (IK) PENGAMBILAN SAMPEL AIR HASIL PENGOLAHAN


DAN PEMERIKSAAN SISA KLOR DI UNIT PRODUKSI / SUMBER
1. Persiapan Alat
a. Staf Operator/ Produksi/ Staf Booster menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaaan kualitas air sisa klor yaitu:
1). Turbidity Meter
2). Colorimeter/ Alat Pengukur Sisa Klor
3). pH Meter
4). Botol Sampel
5). Cuvet
6). Reagen untuk Pemeriksaan Sisa Klor
7). Aquadest
8). Kain Pembersih / Tissue
2. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel
a. Kondisikan cuvet dengan air sampel;
b. Ambil sampel secukupnya dengan botol sampel/ cuvet alat yang tersedia, segera
lakukan pemeriksaan sisa klor;
c. Masukan reagen ke cuvet sesuai manual alat, kemudian kocok dengan baik;
d. Bersihkan cuvet dengan kain pembersih atau tissue dengan cara membersihkan cuvet
searah, jangan bolak balik karena akan merusak permukaan cuvet;
e. Masukkan cuvet yang telah berisi sampel air ke dalam alat colorimeter dan biarkan
hingga alat membaca sampel;
f. Catat sisa klor yang terbaca pada alat di Log Book / Buku Laporan;
g. Lakukan secara periodik minimum pagi hari dan sore hari untuk memastikan sisa klor
sesuai dengan rencana dan ketentuan;
h. Setelah pengukuran, bersihkan cuvet dengan aquadest dan keringkan agar siap untuk
digunakan pengambilan sampel berikutnya.

36
i. IK K3L APD

Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi dan Staf Laboratorium

INSTRUKSI KERJA (IK) K3L APD


1. Cabang/Unit Kerja/Bagian harus menyediakan APD yang dibutuhkan untuk kegiatan
penyelenggaraan SPAM, dan selalu memeriksa bahwa APD harus dalam kondisi baik,
layak dan siap untuk digunakan.
2. Staf Produksi dan Staf Laboratorium wajib menggunakan APD yang disediakan oleh
Cabang/Unit Kerja/Bagian sesuai kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
pengoperasian instalasi desinfeksi, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
3. Staf Produksi dan Staf Laboratorium wajib menggunakan APD selama kegiatan
pengoperasian instalasi desinfeksi berlangsung, dan baru boleh dilepas setelah kegiatan
tersebut dinyatakan benar-benar selesai.
4. APD yang telah selesai digunakan harus disimpan kembali dengan baik, dan memastikan
kondisinya bersih dan siap untuk digunakan dalam kegiatan pengoperasian instalasi
desinfeksi selanjutnya atau penyelenggaraan SPAM lainnya.
5. Staf Produksi dan Staf Laboratorium harus melaporkan kepada Cabang/Unit Kerja/Bagian
perihal APD yang sudah dikembalikan dan APD yang rusak atau kotor. Untuk APD yang
rusak didata dan diperlukan pengadaan kembali, sedangkan APD yang kotor harus
dibersihkan dan dicuci, untuk kemudian disimpan kembali.

37
j. IK K3L APAR

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENANGGULANGAN AWAL SEBELUM TERJADI KEBAKARAN

1. Tata Cara Penggunaan Tabung APAR:


a. Tarik kunci pengaman;
Saat mencabut kunci pengaman yang perlu diperhatikan adalah jangan menekan tuas
atas dan bawah secara bersamaan. Hal ini akan membuat pin atau kunci pengaman
susah dilepas, karena pin tertekan.
b. Pegang bagian ujung selang;
Jangan sekali-kali menekan bagian tengah atau pangkal selang karena akan
mengakibatkan media tidak terarah dengan baik.
c. Pastikan anda berada pada jarak kira-kira 1 hingga 1,5 meter dari api.
d. Arahkan selang ke sumber api;
Mengarahkan selang tepat ke sumber api akan mempercepat proses pemadaman.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah pengguna mengarahkan ke bagian atas
sumber api atau ditembakkan di bagian lidah apinya. Sehingga kebakaran lama
padam, bahkan resiko terburuk api tidak bias padam.
e. Tekan tuas (katup) bagian atas sepenuhnya;
Lakukan hal ini dengan benar karena dengan menekan tuas secara penuh akan lebih
cepat mengeluarkan seluruh isi media alat pemadam kebakaran, sehingga api segera
padam.
f. Sapukan dari satu sisi ke sisi lainnya;
Hal ini dilakukan agar media merata dan kebakaran dapat dipadamkan dengan
segera.
g. Apabila api sudah dipadamkan, buka semua pintu dan jendela agar udara segar bias
masuk. Gunakan cara menyapu ketika penyemburan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), tabung pemadam, alat pemadam kebakaran, fire extinguisher dilakukan pada
seluruh bagian api. Semburkan ke arah api dengan cara menyapu (sweep).

2. Landasan Hukum
Landasan hukum untuk penggunaan Alat Pemadam Api Ringan adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.

38
3. Flow Chart SOP

39
k. IK Pembuatan Laporan

Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi dan Staf Laboratorium

INSTRUKSI KERJA (IK) PEMBUATAN LAPORAN


1. Staf Prosuksi mengisi Form Isian Pengoperasian Instalasi Desinfeksi. Kemudian
melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Cabang/Unit Kerja/Bagian pada periode
bulanan.
2. Cabang/Unit Kerja/Bagian menginput data dari Form Isian tentang kegiatan dari Staf
Produksi tersebut untuk dilaporkan kepada Bagian Produksi yang sudah ditandatangani
oleh Kepala Cabang/Unit Kerja/Bagian setiap bulan dalam bentuk print out.
3. Bagian Produksi merekap laporan dari semua Cabang/Unit Kerja/Bagian untuk dilaporkan
ke Direktur Utama, Direktur Teknik, Bidang SPI dalam bentuk print out, dan bagian lain
yang terkait setiap bulan dalam bentuk soft copy.

40
l. POS Pemeriksaan Bahan Kimia

POS PEMERIKSAAN BAHAN KIMIA

1. Tujuan
Untuk memastikan bahwa bahan kimia yang diterima, diperiksa/diverifikasi terlebih
dahulu apakah sesuai standar yang telah ditetapkan.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan penerimaan pengadaan bahan kimia meliputi:
a. Mempersiapkan dengan melakukan komunikasi dengan bagian gudang tentang
kedatangan bahan kimia;
b. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan bahan kimia dengan mengambil sampel
bahan kimia secara keseluruhan, memeriksa bahan kimia untuk dilakukan pengujian
kualitas bahan kimia, mengevaluasi hasil pemeriksaan bahan kimia dengan standar
yang sudah berlaku; dan
c. Melakukan kegiatan laporan hasil pemeriksaan bahan kimia.

3. Definisi
a. Unit Pengelolaan
Sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan dengan
membentuk organisasi pengelola air minum yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber
air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang diterima dari suplier dan belum digunakan dalam proses
pengolahan air minum.
c. Kapur
Bahan kimia untuk menaikkan pH.
d. Tawas
Bahan kimia untuk proses koagulasi.
e. Chlorine
Bahan kimia untuk desinfektan.
f. Kaporit
Bahan kimia untuk desinfektan.
g. PAC
Bahan kimia untuk koagulan.
h. Soda Ash
Bahan kimia untuk mengontrol kadar pH.
i. Pemantauan
Kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam prosedur
yang telah ditetapkan.

41
j. Pelaporan
Kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi pengelola air
minum untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pelayanan serta
dijadikan dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai prosedur yang berlaku.

4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan)


a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.
b. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Kotak yang berisi obat-obatan dan peralatan yang menunjang kegiatan
pertolongan pertama pada kecelakaan yang berisi antara lain perban, obat merah
dan lain-lain.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
Kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia.
Adapun bentuk dari alat tersebut untuk operator atau teknisi adalah:
1). Safety helmet atau pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2). Boot shoes atau sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dan sebagainya.
3). Gloves atau sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
4). Safety shoes atau sepatu pelindung seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit
dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
5). Respirator atau masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

42
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, zat-zat kimia
beracun, dan sebagainya).
6). Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari kotoran yang
menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.

6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi melakukan komunikasi dengan bagian gudang tentang
kedatangan bahan kimia.
b. Pelaksanaan Kegiatan/Pengoperasian
Tahap pelaksanaan kegiatan/pengoperasian meliputi:
1). Mengambil sampel bahan kimia secara keseluruhan setelah pembukaan segel
kemasan bahan kimia dilakukan oleh petugas gudang sesuai dengan Instruksi
Kerja Pengujian Bahan Kimia;
2). Melakukan uji kualitas bahan kimia di laboratorium untuk menentukan kualitas
bahan kimia berdasarkan IK/standar yang berlaku;
3). Mengevaluasi hasil uji kualitas bahan kimia tersebut dan mengisi formulir hasil
uji bahan kimia apakah sesuai dengan standar yang berlaku;
4). Mencatat hasil uji bahan kimia untuk diserahkan ke bagian produksi, apakah
hasil analisis bahan kimia tersebut sesuai permintaan/spesifikasi;
5). Mengembalikan bahan kimia ke suplier untuk ditukar sesuai dengan
permintaan apabila hasil analisis tidak sesuai standar permintaan/spesifikasi;
dan
6). Melakukan instruksi pembongkaran bahan kimia sesuai dengan prosedur
permintaan dan penyimpanan barang apabila status bahan kimia telah disetujui
oleh bagian produksi.
c. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi membuat laporan hasil penerimaan pengadaan bahan
kimia.

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia;
b. Formulir Isian (FI) tentang Pengiriman dan Penerimaan Bahan Kimia;
c. Formulir Isian (FI) tentang Hasil Uji Bahan Kimia;
d. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia;
e. IK Pengambilan Sampel Bahan Kimia;
f. IK Analisa Kualitas Bahan Kimia;
g. IK Pembuatan Laporan;
h. IK K3L APD;
i. IK K3L APAR; dan
j. POS Pengelolaan Barang dan Gudang.

43
44
m. POS Pengawasan Kualitas Air

POS PENGAWASAN KUALITAS AIR

1. Tujuan
Untuk menjamin kualitas air hasil pengolahan SPAM memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengawasan kualitas air meliputi:
a. Mempersiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan, pengambilan sampel air dan pencatatan
tanggal pengambilan sampel air;
b. Melaksanakan kegiatan pengecekan kualitas sampel air terhadap parameter fisik,
kimia dan biologi di laboratorium (internal PDAM dan laboratorium rujukan);
c. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan kualitas air sesuai standar Permenkes
No. 736 tahun 2010 dan Permenkes No. 492 Tahun 2010; dan
d. Melakukan kegiatan pencatatan pengawasan kualitas air.

3. Definisi
a. Unit Pengelolaan
Sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan dengan
membentuk organisasi pengelola air minum yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber
air produksi, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
b. Pengelolaan kualitas air
Upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
c. Pemantauan
Kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam prosedur
yang telah ditetapkan.
d. Pelaporan
Kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi pengelola air
minum untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pelayanan serta
dijadikan dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai prosedur yang berlaku.

4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
45
Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/ PER / 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan)


Perlengkapan K3L yang digunakan meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.
b. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Kotak yang berisi obat-obatan dan peralatan yang menunjang kegiatan
pertolongan pertama pada kecelakaan yang berisi antara lain perban, obat merah
dan lain-lain.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
Kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia.
Adapun bentuk dari alat tersebut untuk operator atau teknisi adalah:
1). Safety helmet atau pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2). Boot shoes atau sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dan sebagainya.
3). Gloves atau sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
4). Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari kotoran yang
menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.

6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
1). Menyiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan;
2). Mengambil sampel air secara rutin, pada tempat lokasi yang telah
direncanakan; dan

46
3). Mencatat tanggal pengambilan sampel air.
b. Pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium
Tahap pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium meliputi:
1). Pemeriksaan Eksternal:
Membawa atau mengirim sampel air ke Laboratorium yang dimiliki pengelola
air minum atau ke laboratorium rujukan yang terdekat.
2). Pemeriksaaan Internal:
a). Memeriksa sampel air dari unit air baku;
b). Memeriksa sampel air dari unit produksi;
c). Memeriksa sampel air dari unit distribusi; dan
d). Memeriksa sampel air dari unit pelayanan.
c. Pengawasan
Tahap pengawasan meliputi:
1). Pemantauan Kualitas Air apabila kualitas air sesuai Standar Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010 maka:
a). Melakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; dan
b). Melakukan pengawasan kualitas air minum secara internal yang
dilaksanakan oleh pengelola air minum untuk menjamin kualitas air minum
yang diproduksi sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010.
2). Apabila kualitas air tidak sesuai Standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 maka :
a). Melakukan koordinasi dengan Bagian Produksi dan Distribusi; dan
b). Menganalisis penyebab ketidaksesuaian kualitas.
3). Reviu dan Melaksanakan Perbaikan Sistem
a). Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kemungkinan gangguan-
gangguan pada masing-masing unit SPAM; dan
b). Melakukan pemeriksaan unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit
pelayanan.
d. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi membuat laporan hasil pengawasan kualitas air untuk
dilaporkan kepada bagian terkait.

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Monitoring (FM) tentang Kualitas Air;
b. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Fisik;
c. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Kimiawi;
d. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi;
e. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pencatatan Pengawasan Kualitas Air
Produksi;
f. IK Pengambilan Sampel Air;
g. IK Pencatatan Sampel Air;
h. IK Laboratorium;
i. IK Pemeriksaan Parameter Fisik;

47
j. IK Pemeriksaan Parameter Kimiawi;
k. IK Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi;
l. IK K3L APD; dan
m. IK K3L APAR.

48
n. Laporan Penentuan Dosis Chlor yang dibutuhkan

LAPORAN PENENTUAN DOSIS CHLOR YANG DIBUTUHKAN

Periode Pelaporan : Bulan …………………….., 202……..

Debit Air Kebutuhan Sisa Chlor


Cabang/Unit Kerja/ DPC
Tanggal Baku Chlor/Kaporit Rencana Catatan
Unit SPAM (mg/l)
(l/dt) (kg/hari) (mg/l)
Cabang / Unit Kerja 1
 SPAM Unit 1

 SPAM Unit 2

Cabang / Unit Kerja 2


 SPAM Unit 1

 SPAM Unit 2

Dst.

Lokasi Kegiatan [Kabupaten/Kota], ........................................................

Telah Dilaporkan Oleh, Telah Disetujui Oleh,

……………………. …………………….

49
o. Laporan Monitoring Pengambilan Sampel Air

LAPORAN MONITORING PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Periode Pelaporan : Bulan …………………….., 202……..

No Cabang/Unit Kerja/ Waktu Sampling Lokasi Titik Sampling


Catatan
. Unit SPAM
Tanggal Jam Lokasi Koordinat
1. Cabang / Unit Kerja 1
 SPAM Unit 1

 SPAM Unit 2

2. Cabang / Unit Kerja 2


 SPAM Unit 1

 SPAM Unit 2

3. Dst.

Lokasi Kegiatan [Kabupaten/Kota], ........................................................

Telah Dilaporkan Oleh, Telah Disetujui Oleh,

……………………. …………………….

50
p. Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Olahan

LAPORAN HASIL PENGUKURAN KUALITAS AIR OLAHAN

Lokasi : Cabang / Unit Kerja …………………


SPAM : Unit ………………………………………….
Titik Sampling : …………………………………………………
Periode Pelaporan : Bulan …………………….……, 202……

I. PARAMETER WAJIB

Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan
Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
3). E. Coli 0
100 ml sampel
Jumlah per
4). Total Bakteri Koliform 0
100 ml sampel
b. Kimia An-organik
9). Arsen mg/l 0,01 AAS
10). Fluorida mg/l 1,5 Spektrofotometri
11). Total Kromium mg/l 0,05 AAS
12). Kadmium mg/l 0,003 AAS
13). Nitrit (dalam NO2 )
-
mg/l 3 Spektrofotometri
14). Nitrat (dalam NO3 ) -
mg/l 50 Spektrofotometri
15). Sianida mg/l 0,07 Spektrofotometri
16). Selenium mg/l 0,01 -
2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
7). Bau - Tidak Berbau -
8). Warna TCU 15 Spektrofotometri
9). Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500 Gravimetri
10). Kekeruhan NTU 5 Turbidimetri
11). Rasa - Tidak Berasa -
12). Suhu o
C Suhu udara ± 3 Termometer
b. Parameter Kimiawi
11). Aluminium mg/l 0,2 AAS
12). Besi mg/l 0,3 Spektrofotometri
13). Kesadahan mg/l 500 Kompleksometri
14). Klorida mg/l 250 Argentometri
15). Mangan mg/l 0,4 Spektrofotometri
16). pH mg/l 6,5 – 8,5 pH Meter
17). Seng mg/l 3 AAS
18). Sulfat mg/l 250 Spektrofotometri
19). Tembaga mg/l 2 -
20). Ammoniak mg/l 1,5 Spektrofotometri

51
II. PARAMETER TAMBAHAN

Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Kimiawi
a. Bahan Anorganik
7). Air Raksa mg/l 0,001 AAS
8). Barium mg/l 0,7 AAS
9). Boron mg/l 0,5 -
10). Nikel mg/l 0,07 AAS
11). Natrium mg/l 200 AAS
12). Timbal mg/l 0,01 AAS
b. Bahan Organik
3). Zat Organik (KMnO4) mg/l 10 Oksidasi/Titrimetri
4). Deterjen mg/l 0,05 Spektrofotometri
c. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
2). Chlorine mg/l 5 Iodimetri

Keterangan: * : Permenkes. No. 492/Menkes/Per/IV/2010; Tanggal 19 April 2010

52
q. Gambar Sarana Desinfeksi

Gambar 1.8. Instalasi Untuk Melarutkan dan Membubuhkan Kaporit

53
r. Gambar APD

1. Kebutuhan Dasar Alat Pelindung Diri (APD)

Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
1. Masker Respirator Gas
(mencegah terhirupnya
bahan-bahan gas pada
ruang bahan kimia)

2. Rompi Safety (bahan


kain Drill American dan
ada kain pendarnya,
serta lengkap dengan
badge bordir)

3. Baju Safety (lengan


panjang untuk
melindungi tangan dan
badan dari percikan
bahan kimia)

4. Jas Hujan/ rain coat

5. Helm Safety

54
Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
6. Sepatu Safety (ujung
ada plat besi untuk
melindungi kaki dari
resiko cidera tertimpa
bahan berat di
lapangan, sol tidak licin)

7. Sepatu Boot (bahan


karet untuk bekerja di
ruang bahan kimia)

8. Sarung Tangan/ Gloves Khusus


(bahan latex untuk Laboratorium
melindungi tangan dari
bahan kimia berbahaya)

9. Kacamata (melindungi Khusus


dari percikan bahan Laboratorium
kimia)

10. Self Contained Perlengkapan


Breathing Apparatus/ minimal untuk
SCBA (tabung gas bekerja di ruangan
oksigen dengan masker gas Klor atau
full face) ruangan yang
membahayakan
pernapasan,
dengan dilengkapi
dengan sarung
tangan dan sepatu
safety

55
Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
11. Baju Hazmat (pelindung Perlengkapan
bahan kimia) safety wearpack jika
ada kebocoran gas
klor atau
penggantian
tabung gas
(dilengkapi dengan
tabung gas SCBA)

56
2. Contoh Aplikasi APD di Ruang Bahan Kimia

a). Penggunaan APD lengkap di ruang bahan kimia

Safety Helmet/ Topi Respirator/ Masker


Pelindung Penyaring Udara/
Gas

Kacamata Google/
Pelindung mata

Wearpack/ pakaian
pelindung dari
kotoran/ percikan
bahan kimia
Gloves/ Sarung
Tangan Karet

Boot Shoes/ Sepatu


Karet

57
b). Alur proses praktek pembuatan dan pembubuhan larutan kaporit:

No. Aktivitas Foto Dokumentasi


1. Persiapan APD. Penggunaan APD lengkap
mulai dari safety helmet, kacamata google,
respirator, gloves, wearpack, dan boot shoes

2. Pembuatan larutan kaporit. Memasukkan


kaporit bubuk 60% ke dalam tangki
pengadukan yang berisi air sesuai dengan
hasil perhitungan penentuan dosis optimum
(BPC + sisa klor rencana)

3. Pengecekan larutan kaporit yang dihasilkan


pada tangki penampungan (terpisah dengan
dengan endapan pada tangki pengadukan)

58
No. Aktivitas Foto Dokumentasi
4. Penyetelan/ setting stroke pompa dosisng
sesuai hasil perhitungan dan uji coba

5. Pembubuhan larutan kaporit sebagai pre


chlorination (oksidator) di koagulator unit
Instalasi Pengolahan Air (IPA)

6. Pembubuhan sebagai post chlorination di


clear well unit Instalasi Pengolahan Air (IPA)/
reservoir, sebelum didistribusikan ke
pelanggan. Harap diperhatikan waktu kontak
desinfeksi minimum adalah 30 menit dengan
sisa klor minimum sebesar 0,5 mg/l sebelum
sampai kepada pelanggan terdekat.

59

Anda mungkin juga menyukai