1
PROSES DESINFEKSI
Mata Air
WATER TREATMENT
PLANT (WTP)
Sumur
Air Permukaan
Pengambilan Sampel
Uji Coba Penentuan
untuk Penentuan
BPC/DPC
BPC/DPC
2
PERSIAPAN PEMBUBUHAN MONEV
I. SOP PENGOPERASIAN INSTALASI DESINFEKSI
3
I.1. SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi
1. Tujuan
Melakukan pemberian desinfektan untuk membunuh bakteri pada air hasil olahan dan
menjaga air hasil olahan agar selama di pipa distribusi tetap aman dari bakteri sesuai
dengan persyaratan standar air minum yang berlaku.
2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengoperasian desinfeksi meliputi:
a. Mempersiapkan desinfektan dan perlengkapan yang diperlukan untuk pemberian
desinfeksi;
b. Melaksanakan kegiatan meliputi pekerjaan proses desinfeksi dan pekerjaan
pemeriksaan kualitas air olahan;
c. Mengawasi dan memantau selama proses desinfeksi berlangsung serta
menganalisis efektivitas pengolahan dengan pengukuran sisa chlor yang terlarut;
dan
d. Melakukan kegiatan pelaporan.
3. Definisi
a. Air minum
Air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
b. Unit Produksi
Sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air
minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi, meliputi bangunan
pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukur dan
peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
c. Desinfeksi
Proses pembubuhan desinfektan dengan tujuan untuk memusnahkan
mikroorganisme / bakteri patogen.
d. Desinfektan
Bahan (kimia) yang mempunyai daya desinfeksi.
e. Alat Monitoring
4. Referensi
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/04/MEN/1980
tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
d. Standar Kualitas Air Minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.
4
e. PermenPUPR 4/2020
f. Joko, Tri, 2010, Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Yogyakarta,
Graha Ilmu.
6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
1). Menyiapkan larutan desinfektan sesuai dengan dosis yang diperlukan dan
memasukkan ke dalam bak pelarut, atau menyiapkan tabung berisi gas chlor
berikut perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan jenis yang digunakan; dan
2). Menyiapkan pompa dosing dan memastikan larutan atau gas chlor tercampur
dengan merata, baik dimasukkan melalui proses disuntikkan ke dalam pipa atau
5
diteteskan ke dalam bak clear well/ reservoir.
b. Pengoperasian
Tahap pengoperasian meliputi:
1). Mengalirkan air hasil olahan pada proses pengolahan sebelumnya ke dalam
bak penampung/ pengumpul (clear well/ reservoir);
2). Menjalankan pompa dosing untuk pembubuhan desinfektan;
3). Melakukan pemberian desinfektan sesuai dosis yang ditentukan baik metoda
disuntikkan ke dalam pipa atau diteteskan ke dalam bak sesuai dengan instalasi
yang digunakan; dan
4). Memastikan proses desinfeksi berjalan dengan baik, melalui pengawasan dan
pemantauan.
c. Pengawasan
Tahap pengawasan meliputi:
1). Mengambil sampel air setelah melalui proses desinfeksi;
2). Melakukan pemeriksaan dan analisis kualitas air sesuai dengan persyaratan dan
baku mutu air minum yang berlaku;
3). Mengecek sisa desinfektan di jaringan distribusi dan pelanggan; dan
4). Menambah dosis desinfektan jika sisa disenfektan di jaringan distribusi dan
pelanggan kurang.
d. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi:
1). Membuat laporan pengambilan dan pengujian sampel air olahan; dan
2). Membuat laporan pelaksanaan operasi pemberian desinfeksi.
7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) tentang Analisis Kualitas Air Olahan;
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Proses Desinfeksi;
c. IK Pengoperasian Katup;
d. IK Pengoperasian Pompa Dosing;
e. IK Pengoperasian Gas Chlor;
f. IK Pembubuhan Dosis Chlor untuk Proses Desinfeksi;
g. IK Kebutuhan Chlorinasi;
h. IK Pengambilan Sampel Air;
i. IK K3L APD;
j. IK K3L APAR;
k. IK Pembuatan Laporan;
l. POS Pemeriksaan Bahan Kimia;
m. POS Pengawasan Kualitas Air;
n. Laporan Penentuan Dosis Chlor yang dibutuhkan;
o. Laporan Monitoring Pengambilan Sampel Air; dan
p. Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Olahan.
6
7
I.2. Alur Proses SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi
Mulai
Persiapan: 1. Operator
1. IK Kebutuhan Chlorinasi
1. Menyiapkan larutan desinfektan sesuai dengan dosis Pengolahan Air/
2. IK Pembubuhan Dosis Chlor
yang diperlukan dan memasukkan ke dalam bak Operator terkait
untuk Proses Desinfeksi
pelarut, atau menyiapkan tabung berisi gas chlor
3. IK Pengoperasian Pompa
berikut perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan
Dosing
jenis yang digunakan; dan
4. IK K3L APD
2. Menyiapkan pompa dosing dan memastikan larutan
5. IK K3L APAR
atau gas chlor tercampur dengan merata, baik
dimasukkan melalui proses disuntikkan ke dalam pipa
atau diteteskan ke dalam bak clear well/ reservoir.
Pengoperasian: 1. Operator
1. IK Pengoperasian Katup
1. Mengalirkan air hasil olahan pada proses pengolahan Pengolahan Air/
2. IK Pengoperasian Pompa
sebelumnya ke dalam bak penampung/ pengumpul Operator terkait
Dosing
(clear well/ reservoir);
3. IK Pengoperasian Gas Chlor
2. Menjalankan pompa dosing untuk pembubuhan
4. IK Pembubuhan Dosis Chlor
desinfektan;
untuk Proses Desinfeksi
3. Melakukan pemberian desinfektan sesuai dosis yang
5. IK K3L APD
ditentukan baik metoda disuntikkan ke dalam pipa
6. IK K3L APAR
atau diteteskan ke dalam bak sesuai dengan instalasi
yang digunakan; dan
4. Memastikan proses desinfeksi berjalan dengan baik,
melalui pengawasan dan pemantauan.
Pengawasan: 1. Operator
1. Formulir Isian (FI) tentang
1. Mengambil sampel air setelah melalui proses Pengolahan Air/
Analisis Kualitas Air Olahan
desinfeksi; (staf produksi / operator) Operator terkait
2. Formulir Isian (FI) tentang
2. Melakukan pemeriksaan dan analisis kualitas air 2. Staf Sampling
Kapasitas Air Minum Hasil
sesuai dengan persyaratan dan baku mutu air minum 3. Analis Kimia dan
Pengolahan
yang berlaku; (staf Laboratorium) Fisika
3. IK Pengambilan Sampel Air
3. Mengecek sisa desinfektan di jaringan distribusi dan 4. Analis Mikrobiologi
4. IK K3L APD
pelanggan. (staf laboratorium)
5. POS Pemeriksaan Bahan
Kimia
6. POS Pengawasan Kualitas Air
Tidak
Sisa desinfektan
memenuhi?
Ya
8
I.3. Lampiran-lampiran SOP Pengoperasian Instalasi Desinfeksi
Hari : ........................................
Tanggal : ........................................
Kualitas Air
Intake Kualitas Air Produksi Distribusi
Baku Tekanan Level
Jam Pompa Flow Pompa Flow Distribusi Reservoir Operator
Sisa Klor Warna
NTU pH Stand Debit NTU pH Stand Debit (bar) (m)
1 2 (mg/l) (PtCo) 1 2 3
Meter (l/dt) Meter (l/dt)
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
9
Kualitas Air
Intake Kualitas Air Produksi Distribusi
Baku Tekanan Level
Jam Pompa Flow Pompa Flow Distribusi Reservoir Operator
Sisa Klor Warna
NTU pH Stand Debit NTU pH Stand Debit (bar) (m)
1 2 (mg/l) (PtCo) 1 2 3
Meter (l/dt) Meter (l/dt)
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
10
FORMULIR LAPORAN BULANAN
KUALITAS AIR PRODUKSI / SUMBER
I. PARAMETER WAJIB
Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan
Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
1). E. Coli 0
100 ml sampel
Jumlah per
2). Total Bakteri Koliform 0
100 ml sampel
b. Kimia An-organik
1). Arsen mg/l 0,01 AAS
2). Fluorida mg/l 1,5 Spektrofotometri
3). Total Kromium mg/l 0,05 AAS
4). Kadmium mg/l 0,003 AAS
5). Nitrit (dalam NO2 )
-
mg/l 3 Spektrofotometri
6). Nitrat (dalam NO3-) mg/l 50 Spektrofotometri
7). Sianida mg/l 0,07 Spektrofotometri
8). Selenium mg/l 0,01 -
2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1). Bau - Tidak Berbau -
2). Warna TCU 15 Spektrofotometri
3). Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500 Gravimetri
4). Kekeruhan NTU 5 Turbidimetri
5). Rasa - Tidak Berasa -
6). Suhu o
C Suhu udara ± 3 Termometer
b. Parameter Kimiawi
1). Aluminium mg/l 0,2 AAS
2). Besi mg/l 0,3 Spektrofotometri
3). Kesadahan mg/l 500 Kompleksometri
4). Klorida mg/l 250 Argentometri
5). Mangan mg/l 0,4 Spektrofotometri
6). pH mg/l 6,5 – 8,5 pH Meter
7). Seng mg/l 3 AAS
8). Sulfat mg/l 250 Spektrofotometri
9). Tembaga mg/l 2 -
10). Ammoniak mg/l 1,5 Spektrofotometri
11
II. PARAMETER TAMBAHAN
Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Kimiawi
a. Bahan Anorganik
1). Air Raksa mg/l 0,001 AAS
2). Barium mg/l 0,7 AAS
3). Boron mg/l 0,5 -
4). Nikel mg/l 0,07 AAS
5). Natrium mg/l 200 AAS
6). Timbal mg/l 0,01 AAS
b. Bahan Organik
1). Zat Organik (KMnO4) mg/l 10 Oksidasi/Titrimetri
2). Deterjen mg/l 0,05 Spektrofotometri
c. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
1). Chlorine mg/l 5 Iodimetri
12
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Proses Desinfeksi
……………………. …………………….
13
FORMULIR ISIAN (FI) HARIAN MONITORING SISA KLOR
Hari : ........................................
Tanggal : ........................................
……………………. …………………….
Disetujui Oleh,
Kabag Teknik / Kabag Produksi
…………………….
14
c. IK Pengoperasian Katup
Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi
15
d. IK Pengoperasian Pompa Dosing
Diketahui:
Larutan kaporit dalam tangki (C1) = 5% = 5 kg/1000 l = 50 gr/l = 50.000 mg/l
Debit pompa dosing (Q1) = Cek spesifikasi pompa (dapat dilihat pada
name plate pompa)
Dosis chlor = 1,5 ppm (setelah dilakukan penentuan
DPC + sisa Klor yang diinginkan),
Dosis kaporit (C2) = 1,5/0,6 mg/l = 2,5 mg/l
Debit air bersih (Q2) = 100 l/dt
Maka debit pompa dosing (Q1):
16
18
x 100 %= 56 , 25
32
Jadi setelan stroke pompa dosing tawas pada angka 56 diambil stroke 60.
Pembubuhan kaporit ini dilakukan dengan cara menginjeksikan kedalam pipa outlet
dari Sumber Air / Filter IPA menuju reservoir. Pemeriksaan secara berkala sangat
dianjurkan agar pembubuhan senantiasa berjalan normal sedemikian rupa sehingga
sisa Klor setelah pembubuhan masih tersedia sesuai yang disyaratkan.
Personil yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan minimal tamatan SLTA, pernah
mengikuti pelatihan pada bidang Laboratorium air minum serta berpengalaman dalam
bagian produksi/ laboratorium minimal 1 tahun.
Uraian Tugas
a. Kepala Sub Bagian Produksi
Lingkup tugas dan kewajiban:
Membuat program kerja tahunan untuk pelaksanaan SOP P-2 beserta usulan
anggarannya sesuai jadwal yang ditentukan dalam SOP P-2 untuk diajukan
kepada Kabag Teknik, Kabag Umum/Direktur;
Membuat surat perintah untuk melaksanakan SOP P-2 kepada analis;
Melakukan pengarahan, pengawasan kepada seluruh personil pelaksana dalam
pelaksanaan SOP P-2;
Melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan SOP P-2 serta membuat laporan
pelaksanaan SOP P-2 beserta laporan pengeluaran anggaran.
Tanggung jawab:
Bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan teknis SOP P-2 beserta
anggaran yang dikeluarkannya.
Hak dan Wewenang:
Berwenang untuk mengeluarkan dana pelaksanaan SOP P-2 sesuai anggaran
tahunan yang ditetapkan/disetujui Direksi;
Berwenang untuk membina dan menilai kinerja personil pelaksana SOP P-2
yang berada dibawah tanggung jawabnya.
b. Analis dari Operator atau Petugas Laborat bila sudah ada
Lingkup tugas dan kewajiban:
menerima perintah kerja dan pengarahan pelaksanaan SOP P-2 dari Kepala Sub
Bagian Produksi di bawah koordinasi Kepala Sift;
Melaksanakan tugas sesuai arahan Kepala Seksi Produksi.
Tanggung jawab:
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
17
3. Alur Kewenangan dan Mekanisme Organisasi
Direktur
………………………
Kasubag. Kasubag.
Produksi Perencanaan
Mulai
Siap
Ya
Operasikan Pompa
Sesuai Prosedur
Setelan Strooke
Selesai
18
Gambar 1.4. Skematik Alur Kerja Pompa Dosing
19
e. IK Pengoperasian Gas Chlor
20
2. Masalah pada Proses Desinfeksi yang Biasa Timbul
a). Masalah pada Pembubuhan Gas Klor
Beberapa permasalahan yang biasanya berhubungan dengan pembubuhan gas klor
adalah sebagai berikut:
1). Tekanan pada klorinator gas klor selalu diukur dan diturunkan tekanannya dari
tabung/tangki atau evaporator.
2). Klorinator vakum bekerja dengan cara variasi aliran gas klor berdasarkan tekanan
negatif yang timbul pada injektor air dimana gas klor disuntikkan.
Pengembangan peralatan vakum ini dimasudkan untuk:
3). Perubahan tekanan pada injektor dan pengaruh suhu pada tabung gas klor,
dapat menyebabkan suplai gas klor tidak konstan.
4). Aliran gas klor yang ditimbulkan oleh injektor dan dipantau oleh katup regulator
tekanan di bagian aliran masuk (inlet) dan oleh katup regulator vakum di bagian
aliran keluar (outlet)
5). Pada keadaan tekanan normal katup relief vakum tetap tertutup, tetapi apabila
terjadi kebocoran, maka katup tersebut akan terbuka dan mengeluarkan gas klor
(gas sempat melewati inlet), kemudian keluar ruangan/gedung melalui ventilasi.
Selanjutkan keadaan tidak vakum ini, akan menekan katup regulator tekanan,
sehingga menutup lubang inlet dan aliran gas klor akan berhenti.
21
Sprayer
Kipas
Pompa larutan
penetralisir
22
b). Prosedur Pengamanan Gas Klor
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pengangkutan, penyimpanan dan
masalah lainnya dalam penanganan gas klor:
1). Pada saat pengangkutan dari pabrik tidak boleh jatuh atau terbentur keras
dengan benda lain.
2). Gunakan alat yang mudah untuk mengangkut silinder sampai tempat
penyimpanan, misalnya hand truck yang dilengkapi dengan rantai pengikat
silinder, untuk menghindari kemungkinan terjatuh atau goyang.
3). Pada saat pengangkatan silinder ke atas hand truck, perlu diperhatikan jangan
sampai memegang Protective hood yang berfungsi sebagai pelindung katup dari
kerusakkan.
4). Untuk mengirim gas Klor dalam tabung baja harus diperhatikan beberapa factor
keamanan pada proses transpotasi (Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor SK.725/AJ.302/DRJD/2004, Tentang pengangkutan Bahan
Berbahaya dan Beracun di Jalan).
24
f. IK Pembubuhan Dosis Chlor untuk Proses Desinfeksi
Dimana nilai CT berbeda untuk tujuan yang berbeda, seperti terlihat pada tabel
berikut:
Tingkat Desinfeksi
Tujuan CT Minimum
(%)
Proses Desinfeksi 99,9 3–4
Pemusnahan Protozoa (G Lamblia) - 104 – 122
Pemusnahan Enterovirus 99,9 6–8
Pemusnahan Enterobacteria (Coliform) 99,9 3–4
Pemusnahan virus/Bakteri - 15
Pemusnahan virus/ Bakteri/ Kista, Protozoa - 131
Pencucian dinding bak dan Reservoir - 15.000
Bila konsentrasi klor (C) dikurangi, maka waktu kontak (T) antara klor dengan
organisme harus diperpanjang untuk meyakinkan pemusnahan adalah sama. Hal
serupa jika konsentrasi klor ditambah, waktu kontak yang diperlukan untuk
pemusnahan dikurangi.
Sisa klor terikat dimana mempunyai daya desinfeksi yang kurang kuat, memerlukan
waktu kontak yang lebih lama dari yang dibutuhkan oleh sisa klor bebas. Oleh karena
itu bila waktu kontak antara titik pembubuhan klor dengan konsumsi air pendek
(misalnya 10 menit), maka hanya sisa klor tersedia bebas yang efektif untuk desinfeksi.
Hal yang penting mengetahui waktu kontak dan tipe sisa klor (bebas atau terikat)
yang digunakan dan konsentrasi yang tepat harus diberikan. Biasanya sisa klor
minimum yang harus dipertahankan sebesar 0,2 – 0,3 mg/l Cl2, pada titik paling jauh
dari jaringan distribusi, dan waktu kontak yang dianjurkan paling sedikit adalah 30
menit.
b). Suhu
Pada temperatur air yang lebih rendah, daya bunuh cenderung lebih rendah,
walaupun klor lebih stabil berada dalam air dingin. Klorinasi akan lebih efektif pada
25
temperatur yang lebih tinggi. Keefektifan sisa klor terikat akan lebih besar pada
temperatur lebih rendah dari temperatur untuk sisa klor bebas.
c). Suhu
pH air mempengaruhi aksi desinfeksi klor, karena pH menentukan rasio HOCl
terhadap OCl–. Ketergantungan pH juga terjadi terhadap keberadaan apakah ion
hipoklorit atau asam hipoklorit yang lebih banyak. Disosiasi dapat menuju salah satu
arah dan rasio dari ion-ion akan berubah sesuai perubahan pH. Asam hipoklorit
terurai sedikit pada pH rendah, yang dominan adalah sisa HOCl. Dilain hal HOCl
terurai hampir sempurna pada pH yang tinggi, menyebabkan OCl – sebagai sisa klor
yang dominan. Penguraian yang sangat dramatis terjadi pada pH antara 6,0 – 8,5. Jika
pH air yang akan diklorinasikan lebih besar dari 7,5, tanpa pertimbangan rasio
ammoniak-klor, tidak akan terbentuk trikloramin yang menyebabkan masalah rasa
dan bau.
Klor bereaksi dengan zat/komponen lain seperti zat organik dan ammoniak. Oleh
karena senyawa-senyawa tersebut merupakan bentuk sisa klor terikat yang kurang
efektif, maka konsentrasinya merupakan organik yang penting dalam menentukan
dosis klor/senyawa klor.
Titik retak klorinasi (BPC) harus dilakukan untuk meyakinkan pembentukkan klor
bebas dan mengetahui konsumsi klor oleh zat lain. Kelalaian melakukan penentuan
BPC akan membiarkan patogen bertahan hidup dan akan menimbulkan masalah-
masalah bau, rasa yang serius.
Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung Grup Keto yang dapat
menyebabkan terbentuknya “haloform” setelah bereaksi dengan senyawa klor.
Dengan cara ini senyawa haloform seperti kloroform (CHCl 3); mono
Bromodiklorometan (CHCl2Br); di-bromomonoklorometan (CHClBr2) dan bromoform
(CHBr3) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk sebagai produk samping klorinasi
26
yang dikenal dengan THMs (trihalomethanes), dimana senyawa ini dikatagorikan
“karsinogenik” (penyebab kanker). Oleh karena itu reaksi haloform tidak diinginkan
terjadi.
27
Dosis/jumlah desinfektan yang dibutuhkan tergantung dari:
(a). Jenis desinfektan
(b). Daya desinfeksi
(c). Metode desinfeksi yang digunakan, karena setiap metode mempunyai
sasaran masing-masing.
(d). Kadar klor aktif jika senyawa klor yang digunakan sebagai desinfektan.
2). Waktu kontak
Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan harus cukup, jika
digunakan klor/senyawa klor waktu kontak minimal 30 menit, sebelum air
digunakan, dengan mempertahankan sisa klor paling sedikit 0,3 – 0,5 mg/l Cl 2
setelah waktu kontak tersebut. Kecepatan pembentukan monokloramin adalah
relatif tinggi (sebesar 90 %) pada air dengan konsentrasi ammoniak yang biasa
dijumpai pada pH normal akan terjadi dalam 1 menit.
3). pH
pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8. Bila pH 7,5 tanpa
memperhitungkan rasio klor/ammoniak, tidak ada trikloramin yang terbentuk,
seperti diketahui bahwa senyawa trikloramin ini menyebabkan rasa dan bau yang
tidak enak pada air yang diklorinasi.
4). Turbidity/Kekeruhan
Pada pengolahan air dimana proses desinfeksi dilakukan, turbidity air hasil olahan
harus lebih rendah dari 5 NTU, tetapi akan lebih baik jika kurang dari 1 NTU,
karena partikel-partikel penyebab kekeruhan akan menghambat efisiensi
desinfektan. Sebagian partikel-partikel penyebab kekeruhan akan bertindak
sebagai perisai/ pelindung bagi mikroorganisme walaupun ada sisa desinfektan
yang mampu untuk membunuh, tetapi mikroorganisme tetap dapat bertahan dan
tetap ada dalam air. Jika partikel-partikel penyebab kekeruhan tersebut adalah
zat organik maka akan ikut mengkonsumsi klor, sehingga akan mereduksi klor
bebas dalam air dan akan meningkatkan kebutuhan klor air tersebut (daya
pengikat klor air akan naik). Hal ini akan merupakan masalah jika terjadi pada
jaringan distribusi, karena tidak dapat menjamin keamanan air yang
didistribusikan.
5). Suhu dan Cahaya
Suhu air yang tinggi akan mempercepat proses desinfeksi. Sedangkan Suhu dan
cahaya yang kuat, mempengaruhi daya oksidasi klor.
6). Kondisi dan Jumlah Organisme
Kondisi dan jumlah organisme yang akan dimusnahkan mempengaruhi proses
desinfeksi dari beberapa faktor sebagai berikut:
Tipe dan konsentrasi disinfektan yang dipergunakan.
Waktu yang dibutuhkan pengaruh desinfektan akan lebih baik jika makin
lama desinfektan berada dalam air.
Kondisi air jika air keruh mengandung partikel-partikel tertentu, seperti
koloid dan zat organik, akan menghambat proses desinfeksi.
pH air (keasaman / kebasaan) proses desinfeksi berjalan dengan baik bila
pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8. Bila pH 7,5
28
tanpa memperhitungkan rasio klor/ammoniak, tidak ada trikloramin yang
terbentuk, seperti diketahui bahwa senyawa trikloramin ini menyebabkan rasa
dan bau yang tidak enak pada air yang diklorinasi.
Campuran; campuran yang baik meyakinkan “penyebaran” desinfektan merata
di dalam air, dan dapat memperbaiki/ mempercepat proses desinfeksi.
Rekomendasi WHO untuk penggunaan klorin sebagai desinfektan untuk air minum
menetapkan konsentrasi klorin bebas adalah minimum 0,5 mg/l (C) setelah waktu
kontak 30 menit (T), pada pH < 8 dan kekeruhan < 1 NTU.
c). Tabel Hubungan Konsentrasi, Volume dan Berat Kaporit yang Dibutuhkan
Tabel yang menyatakan hubungan antara volume larutan kaporit yang masih tersisa
dalam tangki dan volume larutan yang harus dibuat untuk mengisi tangki sampai
penuh, serta berat kaporit yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan variasi
konsentrasi, dapat dilihat pada tabel yang tercantun pada lampiran.
29
4). Larutan itu harus dipakai dalam beberapa hari karena akan cepat
berkurang/hilang keaktifannya oleh karena itu larutan kalsium hipoklorit tidak
dianjurkan digunakan untuk jangka waktu yang lama secara terus menerus.
5). Hindari larutan dari panas dan cahaya secara langsung.
30
3. Pembubuhan Larutan Kaporit
Pembubuhan larutan kaporit dapat dilakukan dengan:
a). Menggunakan pompa pembubuh;
b). Dengan cara gravitasi.
31
f). Lakukan pengecatan tangki pembuatan larutan dan tangki pembubuh sekali per
tahun (1x / tahun).
32
g. IK Kebutuhan Chlorinasi
Jelas terlihat dari uraian di atas, bahwa kalau kita membubuhkan chlor ke dalam air
hasil olahan yang bertujuan untuk desinfeksi dan supaya tujuan desinfeksi tercapai,
perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan chlor untuk bersenyawa dengan unsur /
senyawa lain dan menjadi chlor terikat.
Break point chlorination disingkat "BPC" arti dalam Bahasa Indonesia adalah Titik
retak chlorinasi adalah jumlah chlor yang dibutuhkan sehingga:
• Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi;
• Ammoniak hilang sebagal gas N2;
• Masih ada residu chlor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk
pembasmian kuman-kuman.
Ammoniak pada umumnya terdapat pada perairan permukaan atau air tanah,
terutama sumur dangkal di daerah berpenduduk. Ammoniak mungkin berasal dari
kotoran manusia atau hewan atau dari bahan organik yang membusuk. Klorin
awalnya bergabung/ bereaksi dengan ammoniak untuk membentuk kloramin, akan
tetapi ketika dosis klorin meningkat, ia mulai menghancurkan/ menguraikan kloramin
tersebut. Sebagai gambaran grafik break point chlorination yang umumnya terjadi
pada air baku yang tercemar ammoniak dapat dilihat pada Gambar 1.7 di bawah ini.
33
Keterangan gambar:
A. Oksidasi zat-zat pereduksi
B. Chloramin terbentuk
C. Gas N2 terbentuk
D. Titik retak chlorinasi (BPC)
E. Chlor aktif: [HOCl]; [OCl-]; [Cl2]; ([NH2Cl] + [NHCl2])
F. Dosis chlor untuk pembasmian kuman
Pada gambar di atas terlihat garis tebal pada absis menunjukkan jumlah chlor yang
perlu dibubuhkan, namun demikian garis tebal sebelah kiri yaitu antara B – C
sebaiknya dihindarkan karena adanya senyawa chloramin yang dapat mengakibatkan
rasa tidak enak pada air (rasa farmase) dan kurang efisien sebagai desinfektan.
Daerah A merupakan daerah konsumsi chlor untuk beberapa zat pereduksi, sedang
pada daerah B dan C, terutama terbentuk monochloramin yang merupakan sebagian
chlor aktif, dengan reaksi sebagai berikut:
Di daerah C dengan konsumsi chlor, monochloramin yang ada dirubah menjadi Gas
N2, dengan reaksi sebagai berikut:
Kebutuhan chlor adalah jumlah chlor yang perlu dibubuhkan untuk mencapai BPC
(titik D). Di daerah E yang sudah melewati BPC, hanya chlor tersedia bebas yang
terbentuk, karena pada titik tersebut semua zat ammoniak sudah dirubah menjadi Gas
N2 yang keluar dari larutan sebagai gelembung, namun sedikit chloramin tetap
tinggal. ɣ merupakan kadar chlor aktif yang dianjurkan oleh sumber literatur.
Dosis optimum pembubuhan akan berubah setiap waktu tergantung dari kualitas air,
lakukan monitoring sisa Klor setelah pembubuhan jika sisa Klor kurang dari yang
direncanakan lakukan penambahan dosis pembubuhan dan lakukan pengecekan
setelah ada penambahan dosis Klor setelah ct (waktu kontak) direservoir agar
memperoleh dosis pembubuhan yang optimal dengan sisa Klor sesuai rencana.
Perubahan BPC biasanya terjadi di awal musim hujan dan musim kemarau.
35
h. IK Pengambilan Sampel Air dan Pemeriksaan Sisa Klor Setelah Proses Desinfeksi
Bagian : Produksi
Sub Bagian : Laboratorium
Pelaksana : Staf Laboratorium
36
i. IK K3L APD
Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi dan Staf Laboratorium
37
j. IK K3L APAR
2. Landasan Hukum
Landasan hukum untuk penggunaan Alat Pemadam Api Ringan adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
38
3. Flow Chart SOP
39
k. IK Pembuatan Laporan
Bagian : Produksi
Sub Bagian : Produksi dan Pengolahan
Pelaksana : Staf Produksi dan Staf Laboratorium
40
l. POS Pemeriksaan Bahan Kimia
1. Tujuan
Untuk memastikan bahwa bahan kimia yang diterima, diperiksa/diverifikasi terlebih
dahulu apakah sesuai standar yang telah ditetapkan.
2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan penerimaan pengadaan bahan kimia meliputi:
a. Mempersiapkan dengan melakukan komunikasi dengan bagian gudang tentang
kedatangan bahan kimia;
b. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan bahan kimia dengan mengambil sampel
bahan kimia secara keseluruhan, memeriksa bahan kimia untuk dilakukan pengujian
kualitas bahan kimia, mengevaluasi hasil pemeriksaan bahan kimia dengan standar
yang sudah berlaku; dan
c. Melakukan kegiatan laporan hasil pemeriksaan bahan kimia.
3. Definisi
a. Unit Pengelolaan
Sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan dengan
membentuk organisasi pengelola air minum yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber
air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang diterima dari suplier dan belum digunakan dalam proses
pengolahan air minum.
c. Kapur
Bahan kimia untuk menaikkan pH.
d. Tawas
Bahan kimia untuk proses koagulasi.
e. Chlorine
Bahan kimia untuk desinfektan.
f. Kaporit
Bahan kimia untuk desinfektan.
g. PAC
Bahan kimia untuk koagulan.
h. Soda Ash
Bahan kimia untuk mengontrol kadar pH.
i. Pemantauan
Kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam prosedur
yang telah ditetapkan.
41
j. Pelaporan
Kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi pengelola air
minum untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pelayanan serta
dijadikan dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai prosedur yang berlaku.
4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
42
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, zat-zat kimia
beracun, dan sebagainya).
6). Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari kotoran yang
menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.
6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi melakukan komunikasi dengan bagian gudang tentang
kedatangan bahan kimia.
b. Pelaksanaan Kegiatan/Pengoperasian
Tahap pelaksanaan kegiatan/pengoperasian meliputi:
1). Mengambil sampel bahan kimia secara keseluruhan setelah pembukaan segel
kemasan bahan kimia dilakukan oleh petugas gudang sesuai dengan Instruksi
Kerja Pengujian Bahan Kimia;
2). Melakukan uji kualitas bahan kimia di laboratorium untuk menentukan kualitas
bahan kimia berdasarkan IK/standar yang berlaku;
3). Mengevaluasi hasil uji kualitas bahan kimia tersebut dan mengisi formulir hasil
uji bahan kimia apakah sesuai dengan standar yang berlaku;
4). Mencatat hasil uji bahan kimia untuk diserahkan ke bagian produksi, apakah
hasil analisis bahan kimia tersebut sesuai permintaan/spesifikasi;
5). Mengembalikan bahan kimia ke suplier untuk ditukar sesuai dengan
permintaan apabila hasil analisis tidak sesuai standar permintaan/spesifikasi;
dan
6). Melakukan instruksi pembongkaran bahan kimia sesuai dengan prosedur
permintaan dan penyimpanan barang apabila status bahan kimia telah disetujui
oleh bagian produksi.
c. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi membuat laporan hasil penerimaan pengadaan bahan
kimia.
7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia;
b. Formulir Isian (FI) tentang Pengiriman dan Penerimaan Bahan Kimia;
c. Formulir Isian (FI) tentang Hasil Uji Bahan Kimia;
d. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia;
e. IK Pengambilan Sampel Bahan Kimia;
f. IK Analisa Kualitas Bahan Kimia;
g. IK Pembuatan Laporan;
h. IK K3L APD;
i. IK K3L APAR; dan
j. POS Pengelolaan Barang dan Gudang.
43
44
m. POS Pengawasan Kualitas Air
1. Tujuan
Untuk menjamin kualitas air hasil pengolahan SPAM memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengawasan kualitas air meliputi:
a. Mempersiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan, pengambilan sampel air dan pencatatan
tanggal pengambilan sampel air;
b. Melaksanakan kegiatan pengecekan kualitas sampel air terhadap parameter fisik,
kimia dan biologi di laboratorium (internal PDAM dan laboratorium rujukan);
c. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan kualitas air sesuai standar Permenkes
No. 736 tahun 2010 dan Permenkes No. 492 Tahun 2010; dan
d. Melakukan kegiatan pencatatan pengawasan kualitas air.
3. Definisi
a. Unit Pengelolaan
Sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan dengan
membentuk organisasi pengelola air minum yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber
air produksi, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
b. Pengelolaan kualitas air
Upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
c. Pemantauan
Kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam prosedur
yang telah ditetapkan.
d. Pelaporan
Kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi pengelola air
minum untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pelayanan serta
dijadikan dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai prosedur yang berlaku.
4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
45
Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/ PER / 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum.
6. Uraian Prosedur
a. Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
1). Menyiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan;
2). Mengambil sampel air secara rutin, pada tempat lokasi yang telah
direncanakan; dan
46
3). Mencatat tanggal pengambilan sampel air.
b. Pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium
Tahap pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium meliputi:
1). Pemeriksaan Eksternal:
Membawa atau mengirim sampel air ke Laboratorium yang dimiliki pengelola
air minum atau ke laboratorium rujukan yang terdekat.
2). Pemeriksaaan Internal:
a). Memeriksa sampel air dari unit air baku;
b). Memeriksa sampel air dari unit produksi;
c). Memeriksa sampel air dari unit distribusi; dan
d). Memeriksa sampel air dari unit pelayanan.
c. Pengawasan
Tahap pengawasan meliputi:
1). Pemantauan Kualitas Air apabila kualitas air sesuai Standar Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010 maka:
a). Melakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; dan
b). Melakukan pengawasan kualitas air minum secara internal yang
dilaksanakan oleh pengelola air minum untuk menjamin kualitas air minum
yang diproduksi sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010.
2). Apabila kualitas air tidak sesuai Standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 maka :
a). Melakukan koordinasi dengan Bagian Produksi dan Distribusi; dan
b). Menganalisis penyebab ketidaksesuaian kualitas.
3). Reviu dan Melaksanakan Perbaikan Sistem
a). Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kemungkinan gangguan-
gangguan pada masing-masing unit SPAM; dan
b). Melakukan pemeriksaan unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit
pelayanan.
d. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi membuat laporan hasil pengawasan kualitas air untuk
dilaporkan kepada bagian terkait.
7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Monitoring (FM) tentang Kualitas Air;
b. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Fisik;
c. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Kimiawi;
d. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi;
e. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pencatatan Pengawasan Kualitas Air
Produksi;
f. IK Pengambilan Sampel Air;
g. IK Pencatatan Sampel Air;
h. IK Laboratorium;
i. IK Pemeriksaan Parameter Fisik;
47
j. IK Pemeriksaan Parameter Kimiawi;
k. IK Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi;
l. IK K3L APD; dan
m. IK K3L APAR.
48
n. Laporan Penentuan Dosis Chlor yang dibutuhkan
SPAM Unit 2
SPAM Unit 2
Dst.
……………………. …………………….
49
o. Laporan Monitoring Pengambilan Sampel Air
SPAM Unit 2
SPAM Unit 2
3. Dst.
……………………. …………………….
50
p. Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Olahan
I. PARAMETER WAJIB
Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan
Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
3). E. Coli 0
100 ml sampel
Jumlah per
4). Total Bakteri Koliform 0
100 ml sampel
b. Kimia An-organik
9). Arsen mg/l 0,01 AAS
10). Fluorida mg/l 1,5 Spektrofotometri
11). Total Kromium mg/l 0,05 AAS
12). Kadmium mg/l 0,003 AAS
13). Nitrit (dalam NO2 )
-
mg/l 3 Spektrofotometri
14). Nitrat (dalam NO3 ) -
mg/l 50 Spektrofotometri
15). Sianida mg/l 0,07 Spektrofotometri
16). Selenium mg/l 0,01 -
2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
7). Bau - Tidak Berbau -
8). Warna TCU 15 Spektrofotometri
9). Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500 Gravimetri
10). Kekeruhan NTU 5 Turbidimetri
11). Rasa - Tidak Berasa -
12). Suhu o
C Suhu udara ± 3 Termometer
b. Parameter Kimiawi
11). Aluminium mg/l 0,2 AAS
12). Besi mg/l 0,3 Spektrofotometri
13). Kesadahan mg/l 500 Kompleksometri
14). Klorida mg/l 250 Argentometri
15). Mangan mg/l 0,4 Spektrofotometri
16). pH mg/l 6,5 – 8,5 pH Meter
17). Seng mg/l 3 AAS
18). Sulfat mg/l 250 Spektrofotometri
19). Tembaga mg/l 2 -
20). Ammoniak mg/l 1,5 Spektrofotometri
51
II. PARAMETER TAMBAHAN
Kadar
Hasil
No. Jenis Parameter Satuan Maksimum Yang Metode Analisis
Analisis
Diperbolehkan
1. Kimiawi
a. Bahan Anorganik
7). Air Raksa mg/l 0,001 AAS
8). Barium mg/l 0,7 AAS
9). Boron mg/l 0,5 -
10). Nikel mg/l 0,07 AAS
11). Natrium mg/l 200 AAS
12). Timbal mg/l 0,01 AAS
b. Bahan Organik
3). Zat Organik (KMnO4) mg/l 10 Oksidasi/Titrimetri
4). Deterjen mg/l 0,05 Spektrofotometri
c. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
2). Chlorine mg/l 5 Iodimetri
52
q. Gambar Sarana Desinfeksi
53
r. Gambar APD
Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
1. Masker Respirator Gas
(mencegah terhirupnya
bahan-bahan gas pada
ruang bahan kimia)
5. Helm Safety
54
Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
6. Sepatu Safety (ujung
ada plat besi untuk
melindungi kaki dari
resiko cidera tertimpa
bahan berat di
lapangan, sol tidak licin)
55
Model
No. Alat Keterangan
(Contoh)
11. Baju Hazmat (pelindung Perlengkapan
bahan kimia) safety wearpack jika
ada kebocoran gas
klor atau
penggantian
tabung gas
(dilengkapi dengan
tabung gas SCBA)
56
2. Contoh Aplikasi APD di Ruang Bahan Kimia
Kacamata Google/
Pelindung mata
Wearpack/ pakaian
pelindung dari
kotoran/ percikan
bahan kimia
Gloves/ Sarung
Tangan Karet
57
b). Alur proses praktek pembuatan dan pembubuhan larutan kaporit:
58
No. Aktivitas Foto Dokumentasi
4. Penyetelan/ setting stroke pompa dosisng
sesuai hasil perhitungan dan uji coba
59