Anda di halaman 1dari 383

HASIL-HASIL KEGIATAN

KOHATI DEVELOPMENT PROGRAM (KDP)

BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOHATI PB HMI

2021-2023

Disusun oleh: Bidang Pendidikan dan Pelatihan

Disampaikan terimakasih kepada tim fasilitator:

Kanda Arief Maulana, Kanda Kurniadi, Kanda Encep Hanif Ahmad, Kanda Ahmad
Fauzan Baihaqi, Kanda Ahmad Surya dan Ayunda Ninit Permata

2
Teruntuk 28 Peserta Kohati Development Program, disampaikan banyak terimakasih atas
partisipasi terbaiknya:

Anik Wariska
Deby Sulistyo Budi Rahayu Lestari
Desi Fitriani
Dina Maysarah Harahap
Fitri Radiantini
Gayatri Sekar Tadji
Ii Syarifah
Intan Purnamasari
Irma Suriani
Marweli
Mia Nurhalimah
Misye Maulidia Paradistin
Musdalipah
Nadira
Novi Febrianti
Novia Andriani
Nurlatifah Usman
Puput Mahfudzoh
Restiana
Rika Artika
Ririn
Rodhiati Aslama Meuraxa
Siti Annisa Aditianingsih
Sri Wahyuni Serang
Uswatun Khasanah
Wasliyah
Yulia Azmiyati
Yunita Rohmah A.S

3
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

KATA PENGANTAR...................................................................................................6

PETUNJUK JUKNIS LATIHAN KHUSUS KOHATI

A. Prototipe Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Latihan Khusus Kohati ...............8


B. Alur Materi LKK ................................................................................................13
C. Silabus Materi LKK ............................................................................................16
D. Skema Penyelenggaraan LKK ............................................................................35

ALUR KEGIATAN FORUM LATIHAN KHUSUS KOHATI

A. Screning (tes wawancara) ...................................................................................37


B. Ceremonial Pembukaan LKK .............................................................................37
C. Hari Pertama .......................................................................................................37
D. Hari Kedua ..........................................................................................................37
E. Hari Ketiga ..........................................................................................................37
F. Hari Keempat ......................................................................................................37
G. Hari Kelima.........................................................................................................37

DRAFT MODUL BAGI PELATIH PENINGKATAN KUALITAS FORUM LATIHAN


KHUSUS KOHATI

A. RPP Perempuan Dalam Perspektif Islam............................................................39


B. RPP Membina Keluarga Sakinnah Mawaddah wa Rahmah ...............................82
C. RPP Konsep Diri .................................................................................................96
D. RPP Psikologi Perempuan ..................................................................................108
E. RPP Kesehatan Reproduksi ................................................................................124
F. RPP Isu Mutakhir Keperempuanan ....................................................................151
G. RPP Pengarusutamaan Gender (PUG) ................................................................187
H. RPP Pedoman Dasar Kohati I .............................................................................196
I. RPP Pedoman Dasar Kohati II ............................................................................227
J. RPP Administrasi dan Keprotokoleran ...............................................................268

4
K. RPP Perspektif Kohati Sebagai Kontributor Pembaharuan ................................297
L. RPP Revitalisasi Analisis Kohati Terhadap Isu Keperempuanan.......................306
M. RPP Public Speaking, Metode Diskusi dan Diplomasi ......................................319
N. RPP Kepemimpinan Perempuan .........................................................................332

BAHAN PENUNJANG (Ice Breaking, Energizer, Games) Latihan Khusus Kohati

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

5
KATA PENGATNTAR

Assalamaualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahil ladzii an‟amanaa bini‟matil iimaan wal islaam. Wanushalli
wanusallimu „alaa khairil anaam, sayyidinaa muhammadin wa‟alaa aalihii wasohbihi aj-
ma‟iin, amma ba‟du. Salam sejahtera untuk kita semua semoga kita semua selalu
dalam keadaan sehat dan lindungan Allah SWT. Allhamdulillahirabbil‟alamin, segala
puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih bisa mendapatkan nikmat sehat
dan nikmat iman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat beserta salam
semoga senantiasa tetap tecurah limpahkan kepada baginda besar sang revolusioner
kehidupan Nabi Agung Muhammad SAW.
Allhamdulillah, satu semester kepengurusan Kohati PB HMI periode 2021-2023
telah dilalui, semoga spirit kebersamaan serta kekompakan selalu terjaga dalam
membangun ukhuwah dalam perjuangan. Sebuah program unggulan Kohati PB HMI
khususnya dalam bidang perkaderan allhamdulillah telah selesai di semester 1, adalah
program yang menghasilkan format perkaderan baru yang harapanya dapat
diaplikasikan dan sesuai nantinya dengan semua kultur di seluruh daerah dan sesuai
dengan perkembangan zaman terutama perkaderan yang adaptif dengan kecanggihan
teknologi. Bagi saya organisasi yang modern bukan organisasi yang hanya mampu
berbasis kecanggihan teknologi saja, tetapi organisasi juga harus mengingat bahwa
penting adanya pemetaan basic need and basic interest kader, sehingga sebuah
organisasi tetap bisa eksis dan bersaing baik secara kuantitas dan kualitas kadernya
dengan banyaknya organisasi lain yang serupa. Dan disinilah alasan mengapa Kohati‟s
Development Program ini digagas.
Dalam perkaderan kita mengenal P4L (Penyelenggara, Peserta, Pemandu,
Pemateri, dan Lingkungan) P4L ini lah yang sangat mempengaruhi output dari sebuah
training. Pertama Penyelenggara, bayangkan sulitnya jika tanpa adanya juknis yang
seragam dan pakem, bisa saja penyelenggara melaksanakan training hanya sebatas
formalitas tanpa memperhatikan input, proses, dan output. Kedua peserta, ini juga
harus sangat diperhatikan bagaimana input peserta yang sesuai dengan standar, serta
proses screening yang tidak tepat sesuai prosedur. Ketiga adalah Pemandu, yang kita
sebut dengan Master Of Training dan Instruktur, minimnya jumlah instruktur HMI-Wati
seluruh Indonesia menjadi masalah krusial, selain itu forum-forum training Kohati
membutuhkan SDM intruktur yang mumpuni dalam wilayah pembinaan kader
perempuan, bukan hanya sekedar menjadi pemandu training tetapi dapat
menumbuhkan potensi, menggali bakat setiap kader HMI-Wati sesuai dengan tujuan
Kohati. Berdasarkan keadaan ini, KDP ini menghasilkan program turunan yaitu
Upgrading Instruktur Kohati yang akan dilaksanakan oleh Kohati Badko seluruh
Indonesia guna mempertahankan instruktr Kohati dan meningkatkan skill dalam
kepemanduan forum training Kohati. Ke Empat adalah Pemateri, didalam hasil KDP
akan tertuang Modul serta RPP yang menjadi panduan agar pemateri mampu
memenuhi standar penyampaian materi dalam forum Kohati. Dan yang terakhir adalah
Lingkungan, menumbuhakan budaya positif baik suasana maupun fikiran. sehingga
mengasilkan ide-ide gagasan terbaik selama proses training berlangsung.
Peran Kohati yang termaktub dalam PDK pkasal 8 Kohati berperan sebagai
6
pembina dan pendidik Muslimah pada umumnya dan HMI-Wati pada khususnya. Untuk
mengembangkan nilai-nilai keIslaman dan ke Indoensiaan merupakan tugas mulia
dalam meningkatkan kualitas Muslimah, untuk mewujudkan hal tersebut tentu
membutuhkan sebuah system pembinaan yang serius. Dan setiap organisasi wajib
hukumnya untuk senantiasa meng-upgrade pola pembinaan yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Demikians sedikit gambaran dan harpan Kohati PB HMI di
periode kali ini dalam wilayah pembinaan kader. Semoga tindak lanjut program ini
dapat terlaksana dengan maksmimal dan mendapat dukungan dari semua pihak.
Terimakasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materil sehingga dalam terlaksananya Kohati‟s Development
Program.

Billahi taufiq wal hidayah


Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Umiroh Fauziah
Ketua Umum

7
PETUNJUK TEKNIS
LATIHAN KHUSUS KOHATI

8
PROTOTIPE
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)
KEGIATAN LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK)

PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari HMI, Kohati otomatis juga mempunyai fungsi perkaderan
sejalan dengan Anggaran Dasar HMI yang tegas menyebutkan bahwa HMI berfungsi
sebagai organisasi kader. Sebagai wahana/wadah kaderisasi, Kohati menjadi
laboratorium tempat mahasiswi berlatih dan berpraktik atau menjadi kawah
candradimuka tempat mahasiswi digodok menjadi kader yang disiapkan untuk
menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi sebagaimana termaktub dalam tujuan
HMI. Dalam tubuh HMI, secara umum, seperti halnya HMI-wan, HMI-wati dituntut
memperoleh ilmu dan pengalaman tentang keorganisasian, ke-Islam-an dan ke-
Indonesia-an. Di samping itu, kader HMI-Wati juga diharapkan mendapatkan
kelimuan dan pengalaman tentang keperempuanan. Oleh karenanya tidak
berlebihan bila disebut bahwa seorang HMI-wati adalah kader HMI “plus” karena
sejalan dengan proses kaderisasinya di tubuh HMI, ia juga mendapatkan bekal untuk
membentuk dirinya menjadi seorang perempuan yang turut berupaya mewujudkan
tujuan HMI sebagaimana telah disebutkan tadi. Berkaca pada pengalaman dan
sejarah panjang mengenai perjalanan HMI-wati selama ini, dirasakan bahwa
semakin lama penjiwaan dan karakter HMI-wati produk pelatihan yang ada semakin
jauh dan “melenceng” dari arah perkaderan HMI lebih-lebih bila mengacu kepada
niat awal pendirian Kohati. Selain itu sangat terlihat bahwa proses perkaderan formal
HMI-wati melalui pelatihan yang disebut LKK (Latihan Khusus Kohati tidak fokus
karena kurang terarah, dan kurang terformat antara satu cabang dengan cabang
lain.

Di samping itu, terlihat tidak adanya efisiensi dan efektifitas dalam memanfaatkan
waktu dan kesempatan sebagai suatu wadah pelatihan HMI-wati. Wawancara
kepada banyak mantan peserta LKK menunjukkan bahwa materi yang mereka dapat
tidak mengesan dan tidak memberikan arti yang “dalam” bagi mereka, “easy come
easy go”. Intinya adalah perlu ada perombakan besar dalam melakukan pola
perkaderan yang lebih baik lagi bagi kader HMI-wati. Oleh Karenanya, pada Kongres

9
HMI di Ambon 2018 melalui forum musyawarah Kohati sebagai forum pengambilan
keputusan tertinggi di Kohati diusulkan dan di sahkan untuk membuat suatu
petunjuk teknis terkait pelaksanaan Latihan Khusus Kohati (LKK) untuk menjadi
pedoman dan rujukan teknis penyelenggaraan LKK di seluruh cabang se-Indonesia.
Arah LKK yang diselenggarakan oleh setiap cabang harus merujuk pada Petunjuk
Teknis ini dengan langkah-langkah yang akan dijelaskan lebih detail pada bagian di
bawah ini.

TUJUAN PEMBUATAN JUKNIS

Petunjuk Teknis (JUKNIS) ini dibuat sebagai acuan untuk menyelenggarakan


kegiatan Latihan Kader KOHATI (LKK) di seluruh cabang yang ada.

DASAR PENYELENGGARAAN LKK

1. Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9 AD HMI

2. Pasal 44 dan 45 ART HMI

3. Pedoman Dasar Kohati

TUJUAN LKK

Terbinanya Kader HMI-Wati yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islam-an dan ke-
Indonesia-an sebagai akselerasi mencapai tujuan HMI dan mengaplikasikannya
dalam ranah domestic dan public.

TARGET LKK

1. Meningkatkan peranan HMI-Wati yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islam-


an, ke-Indonesia-an dan keperempuanan serta menerapkannya pola pikir, sikap
dan perilaku, intelektualitas, professional dan mandiri.
2. Membangun kesadaran maupun membuka wawasan HMI-Wati untuk keluar
dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidak adilan gender
serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaan dalam konteks 5
(lima) kualitas insan cita yang ingin dibangun HMI.

NOMENKLATUR LKK

10
Penyebutan LKK pada setiap cabang adalah “Latihan Khusus Kohati HMI Cabang…
(Nama cabang) dan tidak diperkenankan penyebutan tingkatan lokal, regional,
ataupun nasional.

UNSUR-UNSUR PENYELENGGARAAN LKK

Suksesnya sebuah training tentu saja ditentukan oleh adanya kerjasama antara
individu maupun lembaga yang memiliki kewenangan, itu sebabnya secara lebih
spesifik terdapat beberapa institusi yang terlibat dalam tingkat pelaksanaan training,
yaitu:

1. Pengurus Kohati PB HMI berperan sebagai penanggung jawab standarisasi


penyelenggaraan LKK

2. Kohati Badko berperan sebagai verifikator usulan penyelenggaraan LKK

3. Pengurus Kohati Cabang berperan sebagai penyelenggara dan pelaksana LKK

4. BPL Cabang berperan sebagai penanggung jawab pengelolaan LKK

5. BPL PB HMI berperan sebagai wadah konsultasi pengelolaan LKK

Selain institusi di atas, terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam


pelaksanaan pelatihan secara teknis, yaitu:

1. Steering Committee; bertugas dan bertanggung jawab atas pengarahan


dan pelaksanaan latihan. Tugas-tugas SC secara garis besar sebagai berikut:

a. Mengarahkan OC dalam pelaksanaan tugas-tugas teknis


penyelenggaran LKK

b. Bersama-sama dengan MOT menyiapkan perangkat lunak Latihan


(modul pelatihan)

c. Membantu MOT menghubungi narasumber apabila dibutuhkan dalam


implementasi modul pelatihan

11
2. Organizing Committee; bertugas dan bertanggung jawab terhadap
penyediaan fasilitas untuk kelancaran penyelenggaraan LKK. Tugas-tugas OC
secara garis besar sebagai berikut:

a. Mengusahakan akomodasi, konsumsi dan fasilitas pelatihan LKK lainnya.

b. Mengusahakan pembiayaan teknis penyelenggaraan pelatihan

c. Menjamin kenyamanan suasana dan keamanan LKK

d. Membuat proposal kegiatan atas arahan SC.

e. Membuat laporan pertanggung jawaban pelatihan atas arahan SC dan


disampaikan kepada Kohati HMI Cabang yang ditembuskan kepada Kohati
Badko dan Kohati PB HMI.

3. Master of Training (MOT) adalah penanggung jawab pengelolaan LKK dan


dapat dibantu oleh beberapa orang dengan kualifikasi asisten. Tugas MOT
terdiri dari:

a. Bersama-sama dengan SC menyiapkan perangkat lunak pelatihan


(modul pelatihan)

b. Memimpin jalannya pelatihan sesuai dengan modul yang telah


direncanakan

c. Melakukan evaluasi terhadap perkembangan peserta LKK

d. Melaporkan hasil evaluasi peserta dalam bentuk sertifikat kepada


masing-masing peserta melalui SC.

e. Melaporkan proses pelatihan berupa report progress kepada BPL HMI


Cabang yang ditembuskan kepada BPL PB HMI.

4. Peserta adalah HMI-wati yang telah memenuhi persyaratan dan lolos seleksi
sebagaimana ditentukan panitia. Persyaratan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

12
Kualifikasi unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksaan pelatihan

1. Steering Committee

a. HMI-wati yang masih menjadi pengurus HMI/Kohati HMI Cabang

b. Pernah menjadi Organizing Committee

c. Menguasai substansi perkaderan LKK

2. Organizing Committee

Masih menjadi Kader HMI wan/HMI-wati

3. Master of Training (MOT)

a. Koordinator MOT adalah HMI-wati yang telah Lulus mengikuti Training


Instruktur di HMI (LKK/SC/TI /TFT)

b. Tim Master adalah kader HMI yang telah Lulus mengikuti Training
Instruktur di HMI (SC/TI /TFT)

c. Membuat RPP dan bahan bacaan pengelolaan

d. Pernah menjadi instruktur pelatihan HMI/Kohati (Minimal 3 kali untuk


coordinator MOT)

4. Peserta

a. Dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar di luar QS. Al-Fatihah.

b. Dapat menghafal 15 (lima belas) surat dalam Al-Qur‟an di luar QS. Al-
Fatihah.

c. Telah Lulus LK I minimal 6 (enam) bulan (Telah mengikuti follow up dan


upgrading). Dalam hal peserta tidak dapat menunjukan sertifikat, peserta
wajib membawa surat keterangan lulus LK1 dari Cabang tempat yang
bersangkutan mengikuti LK1.

d. Membuat karya tulis ilmiah 15 (lima belas) halaman dengan tema


ditentukan yang diterapkan dalam proposal LKK untuk menjadi tema
presentasi peserta (A-4, Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5).

13
e. Wajib memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan penyelenggara.

f. Wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan LKK.

g. Membawa Al Qur‟an terjemah, AD/ART, PDK dan Referensi makalah.

h. Persyaratan lain yang belum diatur, dapat dibuat oleh penyelenggara LKK.

GARIS BESAR MATERI LKK

Terdapat 4 tema besar dalam LKK yang dirumuskan. Ke empat tema yang dimaksud
dengan orientasinya masing-masing sebagaimana dimaksud adalah:

1. Ke-Islam-an, dengan orientasi untuk:

a. Membangun jiwa HMI-wati yang bertauhid yang berpandangan hidup


untuk menjadi pribadi yang memiliki akhlakul karimah;

b. Mengenali konsep diri sebagai seorang perempuan Islam yang memiliki


visi untuk menyelesaikan persoalan kehidupan sebagai bekal masa kini
dan masa yang akan datang.

2. Keperempuanan, dengan orientasi untuk:

a. Memberikan pengetahuan komprehensif tentang dirinya sebagai


seorang perempuan, terutama terhadap kesehatan reproduksi dan
psikologinya untuk mempersiapkan diri menjalankan perannya hari ini
dan di kemudian hari.

b. Membekali diri HMI-wati sebagai pribadi yang memiliki etika dan


softskills yang mumpuni dan berkualitas.

c. Memberikan pemahaman yang terarah mengenai isu kekinian terkait


keperempuanan yang ada untuk dapat mengkritisi dan membentengi
diri HMI-wati dalam menindaklanjuti isu sebagaimana dimaksud.

3. Kepemimpinan, Manajemen dan Komunikasi, dengan orientasi


untuk:

a. Membangun kapasitas (capacity building) diri dan organisasi HMI-wati


dalam Kohati dan HMI.

14
b. Memiliki kemampuan diskusi dan diplomasi yang baik di dalam maupun
luar organisasi.

c. Membangun jiwa kepemimpinan dan team building yang baik dan kuat.

4. Keorganisasian: ke-HMI-an dan ke-Kohati-an, dengan orientasi


untuk:

a. Mengenali secara kuat dengan visi organisasi induknya yakni HMI yang
berakselerasi dengan kegiatan dan program Kohati untuk bersama-
sama memiliki peran mewujudkan tujuanHMI.

b. Membangun kebanggaan terhadap organisasi sebagai kawah


candradimuka HMIwati dalam membangun diri dan organisasi.

15
ALUR MATERI LKK

Alur materi yang ada tergambarkan dalam table berikut ini:

Target
No. Materi Isi Materi Keterangan
Afektif Kognitif Motorik
1. Ke-Islam- Fokus materi adalah Lebih yakin Tahu bahwa Melakukan aktifitas Berfungsi memberikan
An untuk mengetahui bahwa Islam perempuan menurut seperti yang pemahaman dan
persepsi Islam tidak
Perempuan juga pro dianjurkan dalam penanaman nilai-nilai
seperti perempuan
menurut perspektif terhadap yang di persepsikan Islam sesuai Islam
Islam dan perempuan. oleh masyarakat.

implementasinya
dalam ranah
domestik dan public

2. Keperempu Fokus materi adalah Lebih tanggap Tahu tentang Aktif dalam kegiatan- Berfungsi memberikan
perempuan secara
Anan untuk mengetahui dalam menyikapi kegiatan positif dan pengetahuan yang lebih
keseluruhan dan
Tentang persoalan - tahu bagaimana Melakukan menyeluruh terhadap
menyelesaikan
perempuan, persoalan pendampingan perempuan dan tanggap
permasalahan yang
kebutuhan diri perempuan dan ada terhadap korban dalam menyikapi
seorang perempuan mampu akibat pelecehan persoalan yang menimpa
dan peran memenejem diri atau kekerasan yang perempuan

13
perempuan di sebagai menimpa
lingkup masyarakat perempuan perempuan.
serta dapat
menyelesaikan
permasalahan
tentang isu
keperempuanan

3. Keorganis Fokus materi Paham secara Tahu sejarah dan Lebih aktif di Kohati Berfungsi memberikan
asian; Ke- mengenai keseluruhan aturan yang berlaku (memberikan pemahaman dan
HMI-an kelembagaan Kohati mengenai Kohati di Kohati kontribusi berupa menyelaraskan kegiatan
dan Ke- pemikiran maupun sesuai dengan PDK
Kohati-an tindakan)
4. KMK Fokus materi untuk Berani, Memiliki kemampuan Memimpin Berfungsi mencetak
(Kepemimpi mengembangkan bertanggung memimpin, organsisasi, menjadi kader menjadi
nan, kemampuan dalam jawab dan dapat memanaje dan ketua peaksana, pemimpin yang mampu
Manajemen memimpin, di percaya komunikasi secara MC, dll menjawab tantangan
dan menejerial, dan verbal dan non zaman
Komunikasi) berkomunikasi di verbal
dalam maupun di
luar organisasi

14
15
SILABUS MATERI LKK

A. KEISLAMAN

1. Perempuan Dalam Perspektif Islam

Tujuan Umum Memahami peran perempuan dalam perspektif


Islam serta tanggung jawabnya dalam struktur
komunitas masyarakat
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan tentang hakikat
penciptaan manusia dalam Islam
2. Peserta dapat menjelaskan tentang kedudukan
perempuan dalam Islam
3. Peserta dapat menjelaskan tentang urgensi
fiqhunnisa dalam ajaran Islam
4. Peserta dapat menjelaskan tentang risalatul
mustahadhoh (haid, nifas, wiladah dan
mustahadhoh).
5. Peserta dapat menjelaskan tentang persaksian,
waris, sunat dan babul mayit dalam Islam
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Hakikat penciptaan manusia dalam Islam
2. Kedudukan perempuan dalam Islam
3. Urgensi fiqhunnisa dalam ajaran Islam
4. Risalatul mustahadhoh (haid, nifas, wiladah dan
mustahadhoh).
5. Persaksian, waris, sunat dan babul mayit dalam
Islam

Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi


Evaluasi Tes Tulis
Penilaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum

Referensi 1. Mas‟udi MF, 1999. Islam dan Hak


Reproduksi Perempuan. Bandung: PPPM

16
&Mizan.
2. Subhan, Zaitum. 2000. Menggagas Fiqh
Pemberdayaan Perempuan. Jakarta : el-
Kahfi
3. Qordlawi, Yusuf, dkk. 2004. Ketika Wanita
Menggugat Islam. Jakarta
4. Schimmel, Annimarie. 1998. Jiwaku Adalah
Wanita. Bandung: Mizan
5. Husein, Muhammad. 2001. Fiqh Perempuan :
Refleksi kias Atas Wacana dan Gender.
Yogyakarta: Rahma & LKIS
6. Sudarto. 2018. Masailul Fiqhiyah Al-
Haditsah. Yogyakarta: CV Budi Utama
7. Wicaksono SF. 2011. Hukum Waris: Cara
Mudah dan Tepat Membagi Harta warisan.
Jakarta Selatan: Fisimedia
8. Lestari EYP. 2010. Keluarga Sehat (Panduan
Praktis Hidup Sehat bagi Seluruh Anggota
Keluarga).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
9. Al-Albani, NM. 1986. Tuntutan Lengkap
Mengurus Jenazah. Depok. Gema Insani.
10. Nasaruddin Umar: Argumentasi kesetaraan
gender perspektif Al- Qur‟an
11. Sachiko Murata, The Tao of Islam, Mizan,
Bandung
12. Referensi lain yang relevan

2. Membina Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Tujuan Umum Peserta dapat memiliki wawasan dan pengetahuan


mendalam tentang membina keluarga sakinah
mawadah warahmah.
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menemukan kualitas pasangan
hidup
2. Peserta dapat menjelaskan tentang hukum-
hukum pernikahan
3. Peserta dapat menjelaskan hubungan dalam

17
Pernikahan
4. Peserta dapat memahami psikologi keluarga
5. Peserta dapat menjelaskan penyebab perceraian
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Ciri-ciri pasangan hidup yang berkualitas
2. Hukum-hukum pernikahan
3. Hubungan dalam pernikahan
4. Psikologi keluarga
5. Penyebab perceraian dan cara menghindarinya
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Kompilasi Hukum Islam
2. Purbasari, Indah. 2008. Hukum Perkawinan
Islam (Sebagai Hukum Positif di Indonesia.
Surabaya: Isma Media Utama.
3. Sirin, Hairon. 2016. Perkawinan Mazhab
Indonesia. Yogyakarta: CV Budi Utama.
4. Sudono, Anggani. 2008. Sumber Belajar dan Alat
Permainan (Untuk Pendidikan Anak Usia Dini).
Jakarta: Grasindo
5. Jaipaul L, Roopnarine dan James E. Johnson.
2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group
6. Ayuhan. 2016. Konsep Pendidikan Anak Shalih
Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Budi
Utama
7. Euis, Sunarti. 2013. Potret Ketahanan Keluarga
Indonesia: Perpektif Keragaman Pola Nafkah
Keluarga. Bogor: Institut Pertanian Bogor
8. Soedarsono, Soemarno. 2005. Hasrat Untuk
Berubah (The Will Ingness To Change). Jakarta:
PT Alex Media Komputindo.
9. Rampai, Bunga. 2004. Sosiologi Keluarga.
Jakarta: Yayasan Obor indonesia.
10. Referensi Lain Yang Relevan

18
II. KEPEREMPUANAN

1. Konsep Diri

Tujuan Umum Peserta dapat memahami dan menerapkan konsep


diri dalam keseharian dan dapat meningkatkan
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat mengetahui dan memahami tata
cara merawat diri
2. Peserta dapat mengetahui dan memahami tata
cara berbusana
3. Peserta dapat mengetahui dan memahami table
manner
4. Peserta dapat mengetahui dan memahami KI,
KE, KS
Alokasi Waktu 4 x 45 Menit
Pokok Bahasan 1. Tata cara merawat diri
2. Kiat-kiat dalam berbusana
3. Tata cara table manner
4. Pengertian KI, KE, KS
Metode Penyampaian Ceramah dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
Referensi 1. Jenahara & Riamiranda.2014.Fashion
Friendship.Jakarta; PT.Agromedia Pustaka
2. Jess Feist, Gregory J.Feist, Teori Kepribadian,
Salemba
3. Referensi lain yang relevan

2. Psikologi Perempuan

Tujuan Umum Memahami kepribadian perempuan dan eksistensi


perempuan
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan
2. Peserta dapat menyebutkan dan menjelaskan
fase-fase perkembangan jiwa dan karakteristik

19
Perempuan
3. Membandingkan nilai-nilai sosial budaya
terhadap kepribadian kaum perempuan
4. Menguraikan problem solving atas permasalahan
kaum perempuan
Alokasi Waktu 4 x 45 Menit
Pokok Bahasan 1. Pengertian psikologi perempuan
2. Fase-fase perkembangan jiwa dan karakteristik
perempuan
3. Pengaruh nilai-nilai sosial dan budaya terhadap
kepribadian kaum perempuan
4. Problem solving atas permasalahan perempuan
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penilaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Annimarie Schimmel. 1998. Jiwaku adalah
wanita.Bandung ; Mizan Achmaro Mendatu,
2010, Psikologi Nama, Jalasutra 3. Jess
Feist, Gregory
2. J.Feist, Teori Kepribadian ,Salemba 4. Kartini
Kartono. 1998. Psikologi Wanita. Jakarta:
Rajawali Pers
3. Rosalind Horton, Sally Simmons. 2009. Wanita-
Wanita Yang Mengubah Dunia : Kumpulan
Kisah Penuh Inspirasi dari Wanita-Wanita
Pengukir Sejarah. Erlangga Sadli, Sarinah.
2010. Berbeda Tetapi Setara ; Pemikiran
Tentang Kajian Perempuan. Jakarta: Kompas.
4. Referensi lain yang relevan

3. Kesehatan Reproduksi

Tujuan Umum Memahami Kesehatan Reproduksi dan menganalisis


kesehatan perempuan
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat memahami prenatal care
2. Peserta dapat memahami postnatal care
3. Peserta dapat menjelaskan menstruasi

20
4. Peserta dapat memahami tindakan preventif
dan kuratif terkait organ vital perempuan
5. Peserta dapat memahami tentang HIV/AIDS
6. Peserta dapat memahami tentang fertilitas
7. Peserta dapat memahami tentang aborsi
Peserta dapat memahami tentang kanker serfiks
8.
dan kanker payudara
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Pengertian prenatal care
2. Pengertian postnatal care
3. Masalah-masalah tentang menstruasi
4. Yang dimaksud tindakan preventif dan kuratif
terkait organ vital perempuan
5. Pengertian HIV/AIDS
6. Pengertian tentang fertilitas
7. Masalah tentang aborsi dan efeknya
8. Pengertian kanker serfiks dan kanker
payudara dan penyebabnya serta cara
menyembuhkannya
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Ayu Chandranita, ida dkk. 2006.
Memahami Kesehatan Re[roduksi Wanita.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2. Devi, Nirmala. Gizi Saat Sindrom Menstruasi.
Jakarta: Erlangga
3. Susan, Meredith. Apa Yang Terjadi Pasa
Diriku.Jakarta:Erlangga
4. Alan, White side. 2008. HIV/AIDS a Very Short
Introducrion. New York: Oxford University
Press.
5. Nursalam & Dian, Ninuk Kurniawati. 2007.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika
6. Glasier, Anna & Gebbie, Ailsa. 2005.

21
Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. EGC
7. Lubis, Firman. Dkk. Kesehatan
Perempuan.Jakarta:YLKI
8. Ahmad, Munawar Anees. Islam dan Revolusi
Sexual Kaum Perempuan. Bandung: Mizan
9. Referensi lain yang relevan

4. Isu Mutakhir Perempuan

Tujuan Umum Memahami isu-isi mutakhir keperempuanan


Tujuan Khusus 1. Peserta dapat memahami tentang kekerasan
terhadap perempuan (KDRT, Kekerasan seksual
dan kekerarasan dalam dunia kerja, domestic
dan Kekerasan Berbasis Gender Online)
2. Peserta dapat memahami tentang traficking
3. Peserta dapat memahami tentang LGBT
4. Peserta dapat menjelaskan tentang perempuan
dan politik.
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Kekerasan terhadap perempuan (KDRT,
Kekerasan seksual dan kekerasan dalam
dunia kerja)
2. Traficking
3. LGBT
4. Perempuan dan politik.
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Helmy,IM. 2017. Gagasan Pengadilan Khusus
KDRT. Yogyakarta: CV. Budi Utama
2. Qardlawi, Yusuf dkk. 2004. Ketika Wanita
Menggugat Islam. Jakarta
3. Subhan, Zaituna. 2014. Kekerasan terhadap
Perempuan
4. Alfitra. 2014. Modus Operandi Pidana Khusus Di

22
luar KUHP,Korupsi, Money Laundry dan
Traficking. Jakarta: Raih Asa Sukses
5. Subhan, Zaifuna. 2004. Perempuan dan Politik
Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
6. Referensi lain yang relevan

5. Pengarus Utamaan Gender

Tujuan Umum Memahami dan mejelaskan tentang gender


Tujuan Khusus 1. Peserta dapat memahami tentang pengertian
gender
2. Peserta dapat memahami tentang sejarah
gender di Indonesia
3. Peserta dapat mendeskripsikan diskriminasi
gender
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Pengertian gender
2. Sejarah gender di Indonesia
3. Macam-macam diskriminasi gender
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Tes Tulis
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Pedoman Dasar Kohati
2. Hail-hasil Kongres Terbaru
3. Presidium Forhati Nasional 2015. 2015. Kiprah
Alumni HMI-Wati: Inspirasi Perempuan
Indonesia. Jakarta: Forhati Nasional.
4. Nasution, Ida Ismail. 2008. Kohati: Mengakar
Kedalam Untuk Meraih Asa.
5. Referensi Lain Yang Relevan

23
III. KEORGANISASIAN, KE-HMI-AN, DAN KE-KOHATI-AN

1. PDK I

Tujuan Umum Peserta dapat mengetahui tentang ke-Kohati-an


Tujuan Khusus 1. Peserta dapat memahami sejarah Kohati.
2. Peserta dapat memahami dan menjelaskan
tentang pasal-pasal di dalam PDK
(mukaddimah sampai pasal 28).

Alokasi Waktu 5 x 45 menit


Pokok Bahasan 1. Sejarah Kohati.
2. Pasal-pasal di dalam PDK (mukaddimah sampai
pasal 28).
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Pemberian kasus
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum

Referensi 1. Pedoman Dasar Kohati


2. Hasil-hasil Kongres Terbaru
3. Presidium Forhati Nasional 2015. 2015.
Kiprah Alumni HMI-Wati: Inspirasi
Perempuan Indonesia. Jakarta: Forhati
Nasional.
4. Nasution, Ida Ismail. 2008. Kohati:
Mengakar Kedalam Untuk Meraih Asa.
5. Referensi Lain Yang Relevan

2. PDK II

Tujuan Umum Peserta dapat mengetahui tentang ke-Kohati-an


Tujuan Khusus 1. Peserta dapat memahami pola pembinaan Kohati.
2. Peserta dapat memahami dan menjelaskan
tentang platform gerakan Kohati
3. Peserta dapat menyebutkan atribut Kohati

24
4. Kohati dapat memahami dan menjelaskan skema
analisis tujuan Kohati
5. Peserta dapat memahami dan menjelaskan
landasan gerakan Kohati
Alokasi Waktu 5 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Pola pembinaan Kohati.
2. Platform gerakan Kohati
3. Atribut Kohati
4. Skema analisis tujuan Kohati
5. Landasan gerakan Kohati
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Pemberian kasus
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Pedoman Dasar Kohati
2. Hasil-hasil Kongres Terbaru
3. Presidium Forhati Nasional 2015. 2015. Kiprah
Alumni HMI-Wati: Inspirasi Perempuan
Indonesia. Jakarta: Forhati Nasional.
4. Nasution, Ida Ismail. 2008. Kohati: Mengakar
Kedalam Untuk Meraih Asa.
5. Referensi Lain Yang Relevan

3. Administrasi dan Keprotokoleran

Tujuan Umum Memahami pengelolaan dan tata tertib administrasi


dan keprotokoleran.
Tujuan Khusus Meningkatkan kemampuan dan pengelolaan
administrasi organisasi serta meningkatkan
wawasan. Pemahaman dan kemampuan serta
keterampilan teknis tentang keprotokoleran.
Alokasi Waktu 5 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Administrasi dan Kesekretariatan
1.1. Pengertian, peran dan fungsi administrasi
dalam organisasi
1.2. Organisasi kesekretariatan HMI dan Kohati
1.3. Ketatausahaan dan format surat menyurat

25
HMI dan Kohati
1.4. Administrasi Pengarsipan
1.5. Keanggotaan Kohati
1.6. Inventarisasi, dokumentasi dan publikasi
2. Keprotokoleran
2.1. Master of Ceremony
2.2. Etika dan tata cara moderasi
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Membuat surat
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Hasil-hasil Kongres
2. Pedoman Dasar Kohati
3. Referensi Lain Yang Relevan

4. Perspektif Kohati sebagai Kontributor Pembaharuan

Tujuan Umum Peserta dapat memahami dan menganalisis


perspektif Kohati sebagai kontributor
pembaharuan.
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan eksistensi Kohati
dalam struktur sosial
2. Peserta dapat menjelaskan eksistensi Kohati
dalam perkembangan organisasi profesional
3. Peserta dapat mengetahui arah pembinaan
dan posisi strategis Kohati sebagai konributor
pembaharuan.

Alokasi Waktu 5 x 45 menit


Pokok Bahasan 1. Eksistensi Kohati dalam struktur sosial
2. Eksistensi Kohati dalam perkembangan
organisasi profesional
3. Arah pembinaan dan posisi startegis Kohati
sebagai konributor pembaharuan.
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi Membuat surat

26
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum

Referensi 1. NDP HMI


2. AD dan ART HMI
3. PDK
4. Hasil-hasi Lokakarya Pengkaderan Kohati

5. Revitalisasi Analisis Kohati terhadap Isu Keperempuanan

Tujuan Umum Peserta dapat mendeskripsikan revitalisasi analisis


Kohati terhadap isu keperempuanan
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan peran Kohati dalam
dinamika gerakan perempuan
2. Peserta dapat mengidentifikasi isu-isu
keperempuanan kontemporer
3. Peserta dapat mengetahui format
gerakan Kohati dalam menyikapi isu
keperempuanan.
Alokasi Waktu 5 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Peran Kohati dalam dinamika gerakan
perempuan
2. Isu-isu keperempuanan kontemporer
3. Gerakan Kohati dalam menyikapi isu
keperempuanan.
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case dan diskusi
Evaluasi RTL
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi  NDP HMI
 AD dan ART HMI
 PDK
 Engineer, Asghar. 1997. Hak-hak Perempuan

27
dalam Islam. Yogyakarta: LSPA dan Yayasan
bandung Budaya.
 Ciciek, Farha. 1999. Ikhtiar dala Mengatasi
Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta:
Proyek
Kerja sama Solidaritas Perempuan dan Lembaga
kajian Agama dan Gender (LKAJ).
 Umar, Nasaruddin. Argumentasi Kesetaraan
Gender Perspektif Al-Qu‟an.
 Tim Yayasan Jurnal Perempuan. 2001.
Kekerasan Negara Terhadap Perempuan.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan dan Deford
Foundation.
 Referensi lain yang relevan.
IV. KEPEMIMPINAN MENEJEMEN DAN KOMUNIKASI

1. Public Speaking, Metode Diskusi dan Diplomasi

Tujuan Umum Peserta dapat memahami dan


mengimplementasikan komunikasi efektif dalam
aktifitas sehari-hari.
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan pengertian public
speaking
2. Peserta dapat menjelaskan konsep dan teknik
public speaking
3. Peserta dapat mempraktikan konsep dan teknik
public speaking.
Alokasi Waktu 5 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Pengertian public speaking
2. Komunikasi verbal dan non verbal
3. Konsep dan teknik public speaking
4. Cara mempraktikan konsep dan teknik public
speaking.
5. Retorika dan Negosiasi
6. Tata cara Presentasi dan Persidangan
Metode Penyampaian Ceramah, FGD, study case, disksusi dan simulasi
Evaluasi Praktik
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi

28
3. Tes objektif dan penugasan
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Hardjana, AM. 2003. Komunikasi Intrapersonal
dan Interpersonal. Yogyakarta: Kansius.
2. Wuwur, HD. 1991. Retorika Tampil Berpidato,
Berdiskusi, Berargumentasi dan Bernegosiasi.
Yogyakarta: Kansius.
3. Dewi, FU. 2016. Public Speaking ( Kunci Sukses
Bicara di Depan Publik
). Yogyakarta: Pustaka.
4. Rohan, M. 2011. Smart Public Speaking.
Jakarta: Gagas Media.
5. Referensi lain yang relevan.

2. Kepemimpinan

Tujuan Umum Peserta dapat memahami tentang kepemimpinan


yang ideal
Tujuan Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan pengertian peran,
gaya, dan ciri-ciri kepemimpinan.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang job
description
3. Peserta dapat memahami tentang manajemen
konflik
4. Peserta dapat memahami manajemen waktu
5. Peserta dapat memahmi efektifitas individu,
kelompok dan organisasi.
Alokasi Waktu 4 x 45 menit
Pokok Bahasan 1. Pengertian peran, gaya, dan ciri-ciri
kepemimpinan.
2. Job description
3. Manajemen konflik
4. Manajemen waktu
5. Efektifitas individu, kelompok dan organisasi.
Metode Penyampaian Ceramah dan simulasi
Evaluasi Praktik
Penialaian 1. Keaktifan dan kualitas tanggapan/sanggahan
2. Kemampuan mereview materi dan presentasi
3. Tes objektif dan penugasan

29
4. Etika dan partisipasi di luar forum
Referensi 1. Al-Qur‟an dan Terjemahannya.
2. Mangun Hardjana. 1976. Kepemimpinan.
Yogyakarta: Kansius.
3. Iskandar, Soekarso. 2015. Kepemimpina Kajian
Teoritis dan Praktis.
4. Nawawi, HH dan Martini, H. 2000.
Kepemimpinan yang Efektif.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
5. Sukanto. 1998. Dasar-dasar Kepemimpinan
Administrasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
6. Gipson, Donnely. 1997. Management. Jakarta.

SISTEM PENILAIAN EVALUASI PESERTA

System evaluasi dan penilaian perkembangan peserta dilakukan secara kuantitatif


dan deskriptif-kualitatif yang disesuaikan dengan tujuan LKK.

SELEKSI KEPESERTAAN

Untuk dapat menghasilkan lulusan LKK berkualitas, diperlukan proses seleksi yang
berkualitas, efektif dan efisien. Pendekatan yang bisa digunakan berbentuk online
atau offline dengan prinsip penyelenggaraannya sebelum kegiatan LKK di mulai.
Adapun caranya dengan menguji kualifikasi peserta.

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. FASE PERSIAPAN (dilakukan 1 Bulan sebelum pelaksanaan )

1. KOHATI Cabang membentuk pantia SC dan OC dengan Surat Keputusan.


(Dalam waktu 1 minggu)

2. KOHATI Cabang mengajukan permohonan pengelolaan latihan ke BPL HMI


Cabang yang dapat dilengkapi dengan usulan nama-nama pengelola latihan.
Dalam hal tidak terdapat BPL HMI Cabang di Cabang yang bersangkutan,
pengajuan ditujukan kepada BPL PB HMI (Dalam waktu 1 minggu)

30
3. BPL HMI Cabang menindaklanjuti permohonan KOHATI Cabang dengan
berkonsultasi kepada BPL PB HMI (Dalam waktu 1 minggu untuk proses)

4. BPL PB HMI berkoordinasi dengan KOHATI PB HMI terkait dengan usulan


dan permohonan nama-nama pengelola LKK. (Dalam waktu 1 minggu untuk
proses)

5. KOHATI PB HMI merekomendasikan nama-nama untuk dijadikan sebagai


pengelola LKK kepada BPL PB HMI dan dilanjutkan kepada BPL HMI Cabang.
Dalam hal pengajuan langsung dari KOHATI Cabang ke BPL PB HMI, surat
mandat pengelolaan (MOT) dikeluarkan oleh BPL PB HMI. (Dalam waktu 1
minggu untuk proses)

6. Setelah menerima hasil konsultasi, BPL HMI Cabang menetapkan MOT


dalam bentuk surat mandat pengelolaan LKK. (Dalam waktu 1 minggu untuk
proses)

7. MOT dan SC yang telah ditetapkan bersama-sama membuat modul pelatihan


LKK. (Dalam waktu 1 minggu untuk proses)

8. OC membuat proposal kegiatan berdasarkan arahan SC yang disesuaikan


dengan alur modul pelatihan yang telah dibuat. (Dalam waktu 1 minggu
untuk proses)

9. Proposal dan Modul yang telah dibuat, dikirimkan kepada KOHATI BADKO
untuk di verifikasi kelengkapannya. (Dalam waktu 1 minggu)

10. KOHATI BADKO memberikan catatan hasil verifikasi dan diteruskan kepada
KOHATI PB HMI untuk di review dan diberikan persetujuan. Apabila tidak
memenuhi standar kualifikasi dapat dikembalikan pada pihak pengirim untuk
perbaiki. (Dalam Waktu 1 minggu untuk proses)

11. KOHATI PB HMI melakukan review dan memberikan persetujuan yang


dikirimkan kembali pada BADKO HMI untuk diteruskan kepada KOHATI
Cabang. (Dalam Waktu 1 minggu untuk proses)

31
12. Surat persetujuan yang telah diterima oleh KOHATI Cabang dilampirkan ke
dalam proposal pelaksanaan kegiatan dan dapat dipublikasikan. (Dalam
waktu 1 bulan atau 4 minggu)

B. FASE PELAKSANAAN (dilakukan selama satu bulan sebelum pelatihan)

1. OC mempublikasikan kegiatan dengan cara mengirimkan surat


pemberitahuan ke cabang-cabang (Dilakukan 4 minggu sebelum forum
LKK)
2. OC menerima pendaftaran melalui channel yang telah ditetapkan dalam
proposal. (Dilakukan 2 minggu sebelum screening dilakukan)
3. OC mengirimkan daftar dan kelengkapan berkas calon peserta kepada SC
(Dilakukan 5 hari sebelum Screening dimulai)
4. SC melakukan seleksi administrasi dan menginformasikan hasil seleksi
tersebut kepada seluruh calon peserta dalam bentuk undangan untuk
mengikuti tahap selanjutnya. (Dilakukan 2 hari sebelum screening dimulai)
5. OC menyiapkan fasilitas tempat seleksi kualifikasi (Dilakukan 3 hari
sebelum Screning dimulai )

a. Apabila dilakukan secara online, maka OC menyiapkan jadwal dan


platform media yang digunakan. (Dilakukan 3 hari sebelum Screening)

b. Apabila offline, maka OC menyediakan tempat untuk seleksi kualifikasi.


(Dilakukan 3 hari sebelum Screning)

6. Peserta mengikuti seleksi kualifikasi sesuai dengan yang ditentukan. (jika


dilakukan secara offline maka dilakukan 3 hari sebelum pembukaan, jika
dilakukan secara online maka dilakukan 5 hari sebelum pembukaan)
7. SC mengumumkan hasil seleksi kualifikasi berupa undangan untuk
mengikuti LKK. (Dilakukan pada saat pembukaan untuk screening yang
dilakukan secara offline, untuk screening yang dilakukan online
pengumuman dapat dilakukan dua hari sebelum pembukaan )
C. FASE PELATIHAN LKK (Dilakukan selama 5 hari)
1. OC menyediakan tempat dan fasilitas pelatihan (Dilakukan 2 hari sebelum
pembukaan)

32
2. Peserta datang ke lokasi pelatihan dan melakukan registrasi. (jika
screening dilakukan secara online maka peserta datang ke lokasi 1 hari
sebelum pembukaan Dilakukan pada hari pembukaan)
3. Seluruh unsur yang terkait dalam pelatihan serta undangan mengikuti
pembukaan pelatihan dengan susunan acara sebagai berikut:

a. Pembukaan

b. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran

c. Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne HMI dan Mars Kohati

d. Laporan Ketua Pantia Pelaksana (OC)

e. Sambutan-sambutan

f. Serah terima berkas dari SC ke MOT

g. Do‟a dan penutup

4. MOT melaksanakan pengelolaan pelatihan sesuai dengan modul yang telah


direncanakan.

5. Peserta mengikuti seluruh rangkaian dan aktivitas pelatihan.

6. MOT melakukan evaluasi dan penilaian perkembangan peserta pelatihan

7. Penutupan Pelatihan dengan susunan acara sebagai berikut:

a. Pembukaan

b. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran

c. Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne HMI dan Mars Kohati

d. Pengumuman hasil evaluasi dan penilaian peserta oleh MOT

e. Serah terima berkas dari MOT ke SC

f. Laporan Ketua Pantia Pelaksana (OC)

g. Sambutan-sambutan

h. Do‟a dan penutup

33
D. FASE PASCA PELATIHAN LKK (dilakukan satu minggu)

1. Atas arahan SC, OC memberikan laporan pertanggung jawaban kegiatan


kepada KOHATI Cabang. Selanjutnya KOHATI CABANG meneruskan kepada
KOHATI BADKO dan KOHATI PB HMI yang dilakukan selama 1 minggu setelah
forum LKK selesai dengan kelengkapan sebagai berikut:

a. Laporan Kegiatan

b. Laporan Keuangan

c. Hasil evaluasi penilaian peserta

d. Lampiran-lampiran

2. MOT membuat report progress pengelolaan LKK kepada BPL HMI Cabang.
Selanjutnya diteruskan kepada BPL PB HMI. Jika mandate MOT berasal dari
BPL PB HMI, progress report langsung ditujukan kepada BPL PB HMI. Hal ini
dilakukan selama 1 minggu setelah forum LKK dilakukan.

34
SKEMA PENYELENGGARAAN LKK

BPL PB KOH PB

DI REVISI DIKEMBALIKA
N
BPL MOT MODUL
CABANG

KOH. KOH. PB
SURAT
CABANG DI TERIMA

SC-OC PROPOSAL KOH.


BADKO
KOH. BADKO

SELEKSI
PERSIAPAN PUBLIKA
KEGIATAN FASILITAS PESERTA SI KOH. CABANG
KEGIATAN

SC DAN OC LAPORAN KOH. KOH. BADKO


KOH. PB
CABANG
PASCA
KEGIATA
N

MOT BPL BPL PB


CABANG

35
ALUR KEGIATAN FORUM

LATIHAN KHUSUS KOHATI

36
ALUR KEGIATAN DALAM LATIHAN KHUSUS KOHATI
A. Screening (tes wawancara)
B. Ceremonial Pembukaan LKK
C. Hari pertama
Sesi
1. Ice breaking
2. Pree test
3. Ta‟aruf
4. AMT
5. Kontrak belajar
D. Hari ke-dua
Sesi
1. Pengantar materi
2. Materi: Ke-Islaman
3. Pendalaman materi Ke-Islaman
4. Evaluasi
5. Luar forum: kelompok refleksi/diary
E. Hari ke-tiga
Sesi
1. Ulasan/review materi
2. Materi ke-Perempuanan
3. Pendalaman materi
4. Evaluasi
5. Luar forum: kelompok refleksi/diary
F. Hari ke-empat
Sesi
1. Ulasan/review materi
2. Materi:ke-Kohatian
3. Pendalaman materi
4. Evaluasi
5. Luar forum: kelompok refleksi/diary
G. Hari ke-lima
Sesi
1. Ulasan/review materi
2. Materi Kepemimpinan, menejemen, komunikasi dan materi penunjang
3. Rencana tindak lanjut
4. Post test
5. Evaluasi instruktur

37
DRAFT MODUL BAGI FASILTATOR

PENINGKATAN KUALITAS

FORUM LATIHAN KHUSUS

KOHATI

38
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-1)

Perempuan dalam Perspektif Islam

PENGANTAR

Alqu‟an dan al-hadist sebagai pedoman hidup umat manusia sudah seyogyanya
dipelajari, dipahami dan di internalisasi dalam diri, tertanam dalam hati nurani,
tertuang dalam akal sehat sehingga dapat menjalani kehidupan dengan baik
sebagaimana tujuan awal penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi seperti
yang dijelaskan dalam QS. Al-baqoroh: 30.

Khalifah bermakna pengganti, pemimpin atau penguasa tidak mengarah pada jenis
kelamin tertentu artinya khalifah ini bersifat general tidak ada keberpihakan
terhadap laki-laki atau perempuan walau dalam penerapannya sebagian besar
masyarakat beranggapan bahwa khalifah ini diidentik dengan laki-laki.

Hal tersebut hanya sebagian kecil dari persoalan teks ak-qur‟an yang disalah artikan
dalam berkehidupan sehingga cenderung perempuan merasa banyak dirugikan.
Bukan tentang teks al-qur‟an dan al-hadist secara harfiyah melainkan dalam
penafsiran dan penerapannya.

Melalui sesi perempuan dalam perspektif islam ini peserta dapat diberikan
pemahaman secara utuh dan menyeluruh dalam memahami teks-teks alqu‟an dan
al-hadist tentang perempuan baik dari penciptaannya dan kedudukannya sehingga
dapat memberi perubahan yang baik dalam bentuk sifat dan sikap.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

1. Mengetahui tentang hakikat penciptaan manusia dalam Islam


2. Memahami tentang kedudukan perempuan dalam Islam
3. Menjelaskan tentang urgensi fiqhunnisa (haid, nifas, wiladah, dan
mustahadhoh) dalam ajaran silam

39
4. Menjelaskan tentang persaksian, waris, sunnat dan babul mayit dalam islam

TOTAL WAKTU:

 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “Perempuan dalam Perspektif Islam”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Ceramah, yel-


yel
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game (ice breaking atau energizer)
untuk menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Perempuan dalam
Perspektif Islam. Metode yang akan dipergunakan yakni studi
kasus (soal cerita), berdialog, ceramah dan diskusi kelompok/FGD,
games.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming,
FGD
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang Apa
yang kalian ketahui terkait Perempuan Dalam Perspektif Islam?
“apa yang kalian ketahui tentang hakikat penciptaan

40
perempuan?”, “bagiamana kedudukan perempuan dalam islam?”,
“apakah benar bahwa perempuan tercipta dari tulang ruusk laki-
laki?”, “apakah benar jika perempuan menjadi pemimpin maka
tidak akan berhasil?” Catat jawabannya pada kertas flipchart atau
sticky note berupa kata-kata kuncinya saja.
 Setelah itu, bagikan kepada setiap peserta lembar cerita tentang
“Perempuan adalah Manusia Utuh” Berikan waktu maksimal 5
menit peserta untuk mencerna lembar bacaan yang diberikan.
 Galilah pendapat setiap individu tentang apa yang dibaca
60:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD dan
Dakwah
 Bentuk kelompok menjadi 3 dengan
pembahasan (1). Membedah QS. Al-
Baqoroh:30, QS. Annisa:1&34,
ditinjau dari aspek tafsir, azbabun
nuzul dan penerapan dalam
keseharian, (2). Mengidentifikasi
tentang fiqh nisa mencakup risalatul
mustahadhoh (haidh, nifas, wiladah,
dan mustahdhoh) (3).
Mendeskripsikan tentang persaksian,
waris, sunat dan mempraktikan babul
mayit
 Peserta diminta untuk
mepresentasikan hasil dari FGD setiap
kelompok 10 menit dengan bergaya
seperti pendakwah
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis
durasi 10 menit.
 Buka sesi tanya jawab terhadap
subtopic yang belum dipahami.

41
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah,
Presentasi
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat yakni perempuan
dalam perspektif islam dan implikasinya. Dan
kaitkan juga pengaruhnya pada kehidupan
sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: Games
 Maikan Games tentang materi ini
dengan menggambarkan materi yang
didapat “jika diibaratkan pada tempat,
tempat apa yang tepat
menggambarkannya disertai dengan
alasan”
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

42
Lembar Cerita

Perempuan adalah Manusia Utuh

Namaku Khodijah dan aku menikah dengan Hairil Muhammad Insani. Kami berdua
sama-sama berkomitmen untuk saling mensuport dalam setiap aktifitas di dalam
atau diluar rumah. Tidak ada tuntutan dari suami bahwa istri harus dirumah
mengurus rumah dan merawat anak karena hal tersebut adalah tugas bersama
antara istri dan suami.

Aktifitas di luar rumah suami berkarir sebagai seorang akademisi dan aku sebagai
politisi dan aku menjabat sebagai anggota dewan perwakilan rakyat di daerah. Tidak
ada pertentangan di keluarga kecil kami tentang perbedaan karir kami dan kami
saling mensuport satu sama lain.

Bagi seorang perempuan tidak mudah memutuskan sebagai seorang politisi ditengah
budaya patriarkhi dan budaya gender yang masih sangat melekat pada masyarakat,
disamping dua budaya tersebut yang membuat perempuan kesulitan dalam
menjalankan dan meningkatkan karir sebagai politisi adalah karena sering
dibenturkan dengan dalih agama yang konon katanya “perempuan itu wajibnya di
rumah aja dosa loh kalau kesringan di luar rumah”, “Perempuan itu tugasnya
sebagai istri yang baik tidak perlu menjadi anggota dewan”, “Agama melarang
perempuan menjadi pemimpin karena itu tugasnya laki-laki”, “kalau perempuan jadi
pemimpin maka tunggulah saat kehancurannya” “perempuan itu tercipta dari tulang
rusuk laki-laki loh, jadi perempuan itu lemah yang kuat itu laki-laki sehingga tidak
perlu kelihatan sok kuat dan sok hebat terjun dalam ranah politik” ini adalah
sebagian kecil dari selentingan yang sering diterima oleh permpuan dengan
memutuskan di dunia politik.

Saya masih sangat ingat diawal-awal kampanye lawan politik menyebarkan banner
yang bertuliskan begini “Sesungguhnya laki-laki itu adalah pemimpin bagi
perempuan” lengkap dengan wajah gagahnya yang seolah sangat maskulin. Kalimat
tersebut lengkap dengan tulisan arab disertai dengan nama surat dan ayat keberapa
dalam al-qur‟an.

43
Di banner lain dibuat tulisan yang berbeda namun tersirat hal yang sama “tidak
beruntung suatu kaum yang urusannya diserahkan kepada perempuan (HR.
Bukhari))” ini adalah tantangan terbesar bagi seorang perempuan dalam
mencerdaskan pemilih bahwa agama tidak mendiskriminasi perempuan dan agama
tidak membatasi ruang gerak perempuan sebagai istri sekaligus sebagai manusia
utuh.

44
Lembar Bacaan

Perempuan dalam Perspektif Islam

1. Hakikat penciptaan manusia dalam Islam


Sebelum penciptaan manusia, ada dialog antara Allah SWT dengan para
malaikat, terkait dengan penciptaan dan penunjukan manusia sebagi
pemimpin di muka bumi, yang di deskripsikan dalam QS Al-Baqarah ayat 30:

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (QS Al-Baqarah:30)
Dari Dialog antara Malaikat dan Allah tersebut, Allah menyatakan
bahwa semua apa yang akan diciptakanNya telah lebih dahulu diketahuiNya
daripada makhluk yang fana seperti malaikat, terlepas dari apa yang
disampaikan oleh malaikat tersebut.
a. Asal Usul Penciptaan Manusia

Menurut ulama Abdurrahman an-Nahlawy, ada dua hakikat penciptaan


manusia dilihat dari sumbernya. Yang pertama adalah asal atau sumber yang jauh
yakni menyangkut proses penciptaan manusia dari tanah dan disempurnakannya
manusia dari tanah tersebut dengan ditiupkannya ruh. Asal yang kedua adalah
penciptaan manusia dari sumber yang dekat yakni penciptaan manusia dari nutfah
yakni sel telur dan sel sperma. Di dalam Alqur‟an disebutan tentang asal penciptaan
manusia, diantaranya sebagai berikut :

45
1. Penciptaan manusia dari tanah
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan kejadian penciptaan manusia
dari tanah

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu
sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mukminun [23]: 12–14)

Begitu juga dalam QS Shad ayat 71-72, yaitu:

Artinya: “(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku


akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadaNya".(QS Shaad: 71-72)

2. Penciptaan manusia dari nutfah


Adapun penciptaan manusia dari nutfah atau mani disebutkan dalam ayat-
ayat berikut ini:

46
Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang
anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang
menghidupkan dan mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, dia
Hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, Maka jadilah ia. (QS Al Mukmin 67)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan seluruh manusia


dari tanah, kemudian Allah juga menciptakan manusia dari mani dan menyimpannya
dalam rahim kemudian mengeluarkannya dari rahim sang ibu sebagai bayi yang
kemudian tumbuh dan beranjak dewasa. Sebagaimana yang diterangkan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Muslim berikut ini

“Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya


(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu
pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam): rezekinya, ajal (umurnya),amalnya, dan buruk baik (nasibnya).”
(HR. Muslim).

Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani.
Unsur jasmani Adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan
sistem organ. Unsur yang kedua yakni unsur ruh atau jiwa. Kedua unsur ini

47
berkaitan satu sama lain dan apabila kedua unsur tersebut berpisah maka manusia
disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut sebagai manusia. Adapun hakikat
penciptaan manusia menurut berdasarkan substansi penciptaan adalah
sebagai berikut:

1. Makhluk Allah yang paling sempurna


Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan . hal ini
dilihat dari segala hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda
dengan makhluk lainnya, manusia adalah kolaborasi lengkap yang memiliki akal
sekaligus nafsu, dan memiliki fitrah yang condong kepada kebenaran.
Kesempurnaan manusia itu jualah yang bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk
bersujud kepada Adam AS karena akal dan pengetahuan yang dianugerahkan
kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At Tin ayat 4 berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya” (QS At tin : 4)

2. Manusia sebagai bukti kekuasaan Allah SWT


Sejak awal penciptaannya, manusia pertama yakni Adam As telah mengakui
Allah sebagai Tuhannya dan hal tersebut mendorong manusia untuk senantiasa
beriman kepada Allah SWT. Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah
menciptakan agama islam sebagai pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia
selama hidupnya. Seluruh ajaran islam adalah diperuntukkan untuk manusia dan
oleh karena itu manusia wajib beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa
yakni Allah SWT

3. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah


Adapun Allah menciptakan manusia untuk mengabdi dan menjadi hamba
yang senantiasa beribadah dan menyembah Allah SWT sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat berikut:

48
Artinya:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”(QS Adz zariyat : 56)

Ibadah yang semestinya dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yakni
ibadah yang bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang sifatnya
khusus antara lain ibadah sholat wajib, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
Sedangkan ibadah yang bersifat umum adalah seperti melakukan amal saleh yang
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya akan tetapi bermanfaat juga untuk orang lain
dan dilandasi niat yang ikhlas dan bertujuan hanya mencari keridhaan Allah semata
seperti bersedekah, menyambung tali silaturahmi dan sebagainya. Oleh sebab itu,
manusia jangan sampai lupa tujuan diciptakannya sebenarnya adalah sebagai
hamba Allah dan beribadah kepadaNya.

4. Manusia diciptakan Allah sebagai Khalifah


Kata Khalifah berasal dari bahasa arab yakni khalafa atau khalifatan yang
artinya meneruskan, sehingga kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama
islam dan ajaran dari Allah SWT. Sebagai manusia yang berperan sebagai khalifah
maka manusia wajib menjalankan tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi dan
makhluk lainnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
diperbuatnya kelak di hari akhir.

Dengan demikian, hakikat penciptaan manusia selayaknya membuat kita


sadar bahwa sebagai manusia kita diciptakan untuk menyembah dan melakukan
kewajiban kita di dunia sebagai khalifah. Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di
langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata
karena hanya suka-suka saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia.
Allah Ta‟ala berfirman,

49
Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al Mukminun:115).

2. Kedudukan Perempuan dalam Islam


Sebelum nabi Muhammad lahir, terdapat satu zaman yang disebut dengan zaman
jahiliyah, jahiliyah yang berarti kebodohan. Kebodohan yang dimaksud bukan dari
segi ilmu pengetahuan dan pemikiran. Bangsa arab saat itu, sangat ahli dalam sastra
arab dan pemikiran, jahiliyah yang dimaksud adalah kebodohan mereka dalam
melihat kebenaran. Berprilaku sewenang-wenang demi memuaskan keinginan
pribadi, mabuk-mabukan, perzinahan, peperangan adalah hal yang lumrah saat itu.
Yang kuat semakin kuat, yang lemah akan terus menjadi orang yang dilemahkan.
Begitu juga halnya dengan kedudukan perempuan. Perempuan hanyalah sebagai
pelengkap. Bahkan, memiliki seorang anak perempuan adalah hal yang sangat
memalukan. Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, karena perempuan
tidak bisa berperang dan hanya memberikan aib kepada keluarga. Sehingga pada
zaman dahulu, banyak anak perempuan yang dikubur hidup-hidup. Pada zaman
jahiliyah tersebut kehadiran seorang perempuan sangat hina dan tidak dihargai. Hal
itu juga dijelaskan dalam Al-Qur‟an pada surah An-Nahl 58-59.

Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. Ia
Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?.
ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.( QS An-Nahl: 58-59)

50
Tidak hanya masyarakat arab, negara Yunani yang dikenal dengan peradaban
yang tinggi tidak menghargai perempuan dalam masyarakatnya. Mereka
menganggap perempuan sebagai penyebab segala macam penyakit dan musibah
bagi kehidupan umat manusia. Mereka juga dianggap sebagai makhluk rendah yang
diperlakukan seperti budak. Sama halnya dengan bangsa Yunani, bangsa Romawi
dan Persia juga berlaku tidak adil para perempuan, mereka berlaku kasar dan
menghukum berat perempuan apabila mereka melakukan kesalahan kecil. Mereka
hanya menganggap perempuan sebagai pelampiasan seksual semata.

Bahkan bangsa romawi memiliki slogan, “Belenggu perempuan itu jangan


dilepas, dan api jangan dipadamkan”. Sementara itu Perempuan Persia tidak boleh
kawin dengan laki-laki selain dengan Zarathustra, sementara laki-laki bebas kawin
dengan siapa saja yang mereka kehendaki.

Sejak islam datang ke dunia, citra dan kedudukan perempuan dalam masyarakat
mulai mengalami kemajuan. Allah memerintahkan kepada seluruh umat manusia
agar senantiasa bersikap baik pada perempuan, sebagaimana firman Allah SWT
berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan
mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19)

51
Kedudukan antara perempuan dengan laki-laki sama di dalam Islam, keduanya
mengemban misi yang sama di muka bumi yaitu sebagi khalifah fil „ardh, sama sama
mengemban tugas untuk menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil‟alamiin,
yang membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah ketaqwaannya kepada
Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Hujurat ayat 13:

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat: 13).

Allah tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan jenis kelaminnya. Baik


laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama dimata Allah SWT.
Kewajiban laki-laki dan perempuan dalam beribadah, beserta hal-hal yang
berhubungan dengan pengenaan sanksi hukum juga demikian. Sebagaimana dalam
Firman Allah SWT dalam QS Al-Ahzab ayat 35:

Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan


perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki

52
dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab:
35)

3. Urgensi Fiqhunnisa dalam ajaran Islam


Begitu sempurna dan indahnya ajaran agama Islam yang telah mengembalikan
kedudukan perempuan sesuai kodrat dan fitrahnya. Islam telah memberikan hak dan
kewajibannya sesuai dengan yang dibutuhkannya. Kewajiban dalam hal aqidah tidak
ada beda antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mendapat kewajiban keimanan
dan penghargaan yang sama.
Namun disisi lain Allah Ta‟ala memberikan tugas-tugas khusus kepada kaum
perempuan yang tidak dibebankan kepada laki-laki. Allah Ta‟ala memberikan tugas
kepada mereka untuk hamil, melahirkan, menyusui yang akhirnya dilekatkan sebagai
kodrat perempuan, ditambah dengan menstruasi. Oleh sebab itu Allah Ta‟ala
membentuk fisik mereka sesuai dengan tugas-tugasnya.
Karena adanya tugas-tugas khusus itulah Allah Ta‟ala memberlakukan hukum-
hukum yang khusus pula, sehingga diantara sisi ibadah dan mu‟amalah ada
perbedaan hukum antara laki-laki dan perempuan. Dari sana muncullah fiqh yang
menjelaskan tentang hukum-hukum yang terkait dengan kakhususan perempuan
atau biasa disebut Fiqh Nisa‟. Adapun urgensi mempelajari fiqh nisa‟ adalah antara
lain:

1. Mendorong perempuan agar menjadi baik secara pribadi dan sosial


(shalihah fi nafsiha mushlihah lighoiriha)
Menjadi orang sholeh adalah cita-cita setiap muslim. Kesalehan seseorang tidak
hanya ditentukan oleh satu sisi tapi berbagai sisi. Fiqh nisa‟ memberikan kontribusi
besar terhadap pembentukan perempuan shalehah, bahkan bukan hanya shalehah
secara pribadi tapi juga shalehah untuk lingkungan sosialnya. Sebagai contoh, jika
seorang muslimah mempelajari tentang kewajiban menutup aurat dan menjaga
pandangan kemudian diterapkan dalam kehidupannya, maka amalan ini akan
menjadi point keshalehahan pada dirinya, menyadarkannya akan pentingnya

53
menda‟wahkan kewajiban tersebut kepada orang lain dan sekaligus menjadi contoh
pada masyarakat sekitarnya.

2. Meningkatkan kualitas ummat.


Al mar‟atu nishful mujtma, walakinnaha aktsaru ta‟tsiron fi ishlahil
mujtama; Perempuan itu separuh dari masyarakat namun pengaruhnya lebih besar
terhadap perbaikan masyarakat. Begitulah ungkapan seorang ulama tentang
perempuan. Karena perempuan juga adalah madrasah awal bagi putra-utrinya di
dalam keluarga. Maka, jika sebuah bangsa ingin meningkatkan kualitas umat,
mereka harus memperhatikan orang yang menjadi madrasah pertama bagi bangsa
tersebut, mereka adalah para ibu, dan perempuan secara umum. Hal ini karena dari
rahim merekalah akan lahir generasi berikutnya, dari hati merekalah generasi ini
mendapat kasih sayang, dari tangan merekalah sebuah umat mendapatkan awal
pendidikan dan dari ilmu merekalah sebuah umat akan dihantarkan.
Jika para perempuan tidak dibekali dengan ilmu-ilmu yang terkait dengan
perannya, maka bisa dibayangkan kerusakan sebuah umat, sangat mungkin, janin
yang ada di perutnya tidak bisa mendengarkan do‟a dari ibunya, tidak mendengar
suara indah tilawah al-Qur‟an ibunya, tidak mendengar suara hamdalah, iqamah dan
adzan saat dia lahir ke dunia, atau bahkan anak-anak perempuan mereka tidak
pernah mendapatkan pelajaran dan arahan yang semestinya dari ibu mereka
bagaimana menutup aurat, bagaimana bersuci, dan tidak mendapatkan arahan
bagaimana mereka mendidik dan menbimbing anak-anak mereka.

3. Menyadarkan umat akan pendidikan dan pembinaan perempuan.


Fiqh perempuan adalah salah satu bukti akan tingginya perhatian Islam terhadap
pembinaan dan pendidikan perempuan. Hal ini karena tema-tema yang dibahasnya
adalah hukum-hukum yang terkait khusus dengan perempuan. Tingginya perhatian
syariat islam terhadap hukum-hukum perempuan seharusnya menyadarkan kepada
ummat akan perlunya meningkatkan sisi lainnya yaitu pendidikan dan pembinaan
terhadap mereka. Marilah kita perhatikan hadits berikut: “Ajarkan kepada para laki-
laki kalian (khususnya anak-anak dan remaja) surah Al Maidah dan ajarkan kepada

54
perempuan-perempuan kalian (khususnya anak-anak dan remaja) surah An Nuur.”
(HR. Baihaqi, No. 2330).
Hadits ini menunjukkan ketika ada perintah untuk mengajarkan kaum laki-laki,
diiringi langsung dengan perintah yang sama kepada kaum perempuan, walaupun
materinya berbeda. jadi seharusnya difahami jika hukum-hukum seputar perempuan
diperhatikan dalam syariat Islam, maka seharusnya hal ini menjadi pintu pembuka
kesadaran ummat untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lainnya khususnya
pemenuhan hak-hak mereka dalam hal pendidikan dan pembinaan.

4. Risalatul Mustahadhah (Haid, Nifas, Wiladah dan Mustahadhah)


a. Haid

Haid secara bahasa adalah mengalirnya sesuatu. Dalam munjid fi al lugah


kata haid -tanpa menjelaskan asal usul dan padanannya berasal dari kata ḥaḍa-
ḥaiḍan yang diartikan dengan keluarnya darah dalam waktu dan jenis tertentu.
Berbeda dengan pernyataan di atas, menurut al Lihyani dan Ibnu Sukait dalam Lisan
al-Arab kata ḥaḍa dan ḥasya mempunyai arti yang sama yaitu mengalir dan
menempel. Sedangkan menurut Abū Sa‟id kata ḥaḍa mempunyai arti yang sama
dengan jaḍa.
Secara syara, haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan dalam
keadaan sehat dan tidak karena melahirkan atau sakit pada waktu tertentu. Dalam
al-Qur‟an lafadz haid disebutkan empat kali dalam dua ayat; sekali dalam bentuk fi‟il
muḍāri present and future (yaḥīḍ) dan tiga kali dalam bentuk ism maṣdar (al-
maḥīḍ).
Masalah haid dijelaskan dalam firman Allah surat Al Baqarah ayat 222:

55
Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ”Haid itu adalah
kotoran” oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid
dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang telah ditentukan oleh Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertobat dan menyukai orang
yang menyucikan diri.”(QS Al-Baqarah: 222)
Sebab turunnya ayat ini dijelaskan dalam hadits riwayat Ahmad bin Hanbal
dari Anas. Dalam hadits tersebut diceritakan bahwa jika perempuan Yahudi haid
masakannya tidak dimakan dan tidak boleh berkumpul bersama keluarga di
rumahnya (Yahudi: wanita haid adalah najis). Salah seorang sahabat menanyakan
hal itu kepada Nabi, kemudian Nabi berdiam sementara maka turunlah ayat tersebut
di atas.
Setelah ayat itu turun, Rasulullah bersabda “lakukanlah segala sesuatu
(kepada isteri yang sedang haid) kecuali bersetubuh”. Pernyataan Rasulullah ini
sampai kepada orang-orang Yahudi, lalu orang-orang Yahudi dan mantan penganut
Yahudi seperti terkejut mendengarkan pernyataan tersebut. Apa yang selama ini
dianggap tabu tiba-tiba dianggap sebagai “hal yang alami” .
Kalangan mereka bereaksi dengan mengatakan apa yang disampaikan oleh
laki-laki itu (Rasulullah) adalah suatu penyimpangan dari tradisi besar kita. Usayd bin
Hudayr dan Ubbad bin Basyr melaporkan reaksi tersebut kepada Rasulullah; lalu
wajah Rasulullah berubah karena merasa kurang enak terhadap reaksi tersebut dan
kami (Usayd ibn Hudayr dan Ubbad bin Basyr) mengira beliau marah kepada
mereka berdua.
Mereka berdua langsung keluar (sebelumnya) beliau menerima air susu
hadiah dari mereka berdua. Lalu Rasulullah mengutus orang untuk mengejar mereka
dan memberi mereka minum susu, sehingga mereka berdua tahu bahwa rasulullah
tidak marah kepada mereka. Masalah haid juga diceritakan dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan olah Bukhāri, Aisyah berkata, “kami keluar bersama Nabi untuk
melaksanakan haji. Ketika kami sampai di Sarif, aku mengalami haid. Lalu Nabi
menghampiriku, dan saat itu aku hanya menangis. Nabi kemudian bertanya, “apa
yang membuatmu menangis?” aku menjawab: “sepertinya aku tidak bisa berhaji
tahun ini,‟ rasulullah bersabda, “apakah engkau sedang haid?” aku menjawab, ”ya”

56
rasulullah bersabda: itu adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk anak- anak
perempuan adam‟.
Biasanya perempuan pertama kali haid ketika berumur 12-15 tahun.
Terkadang ada juga perempuan yang sudah mengalami haid sebelum atau setelah
umur tersebut. Keadaan ini tergantung kondisi fisik dan psikisnya. Para ulama islam
berbeda pendapat mengenai batasan umur untuk perempuan haid, sehingga ketika
ada perempuan yang mengalami haid sebelum atau sesudah batasan usia tersebut
bisa dipastikan darah yang keluar dari rahim perempuan adalah darah penyakit dan
bukan darah haid. Perbedaan itu disebabkan tidak adanya penjelasan dari nash
mengenai hal itu. Para ulama menetapkan batasan itu dengan melihat kebiasaan
dan keadaan perempuan.
Menurut Hanafi usia perempuan ketika pertama kali haid adalah 9 tahun
qamariah atau 354 hari dan umur berhentinya haid adalah 55 tahun. Sedangkan
menurut Maliki, perempuan itu mengalami haid dari umur 9-7 tahun.
Menurut Syafii tidak ada batasan umur bagi terhentinya masa haid, selama
perempuan itu hidup haid masih mungkin terjadi padanya. Tetapi biasanya sampai
umur 62 tahun. Hambali berpendapat batas akhir umur perempuan haid adalah 50
tahun, hal ini berdasarkan qaul “Aisyah” ketika perempuan sampai umur 50 tahun,
dia sudah keluar dari batasan haid dan ia juga menambahkan: “perempuan tidak
hamil setelah ia berumur 50 tahun”
Ad-Darimi berkata, “setelah melihat pendapat yang berbeda tentang hal
tersebut, ia berkata, “semua pendapat itu menurutku salah. Karena semua pendapat
itu didasarkan pada keluarnya darah haid. Maka, jika sudah keluar darah dari rahim
perempuan pada keadaan bagaimanapun atau usia berapapun pastilah ia haid.”
Pendapat itu juga yang dipakai Ibnu Taimiyah, kapan saja perempuan haid,
walaupun usianya kurang dari 9 tahun atau lebih dari 50 tahun ia tetap dihukumi
haid. Karena hukum haid itu dikaitkan dengan keluarnya darah tersebut dan bukan
pada usia tertentu. Sesungguhnya haid disifati dengan sifat yang asli, salah satunya
haid adalah darah yang keluar dari rahim. Seperti firman allah dalam surat Al
Baqarah: 228
Artinya: ”…..tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada allah dan hari akhirat….

57
Menurut para mufassir, makna arhamihinna dalam ayat ini adalah haid atau
hamil, sehingga sifat asli haid adalah darah yang keluar dari rahim sedangkan
istihaḍah adalah darah yang keluar karena adanya pembuluh darah yang terputus.

Ciri- ciri darah haid menurut Nabi adalah sebagai berikut:

1. Warnanya hitam
2. Pekat
3. Mencolok dikarenakan sangat panas
4. Keluarnya darah tersebut untuk memberikan manfaat
5. Baunya berbeda dengan darah- darah yang lain
6. Warnanya sangat merah

Cerita Aisyah RA ini mengajarkan kepada seluruh wanita agar tidak perlu
bersedih ketika mengalami menstruasi karena hal ini sudah ketentuan Allah SWT
yang diberikan kepada setiap wanita dan tentunya ada hikmah dan manfaat di
baliknya. Beberapa hikmah dan manfaat adanya darah haid adalah:

1. Latihan bagi wanita menghadapi cairan sperma yang menjijikkan untuk


sebagian wanita. Karena ketika seorang wanita menikah, maka ia harus siap
menghadapi cairan suaminya berupa cairan sperma sehingga wanita harus
melatih dan membiasakan dirinya menghadapi dan membersihkan darahnya
sendiri yakni darah haid sebelum ia akan menghadapi cairan yang lebih
menjijikkan lagi yakni sperma.
2. Melatih wanita lebih rajin, tidak jijik dan cekatan. Selain mengurus suami ia
juga akan mengurus dan merawat anak-anaknya, membersihkan kotoran-
kotorannya dan najis-najisnya. Allah SWT memberikannya latihan stimulasi
berupa haid agar ia rajin, tidak merasa jijik dengan najis-najis, cekatan dalam
merawat bayi serta mengerti cara mencuci yang baik.
3. Makanan bagi janin di dalam rahim wanita. Karena janin yang ada di dalam
rahim seorang wanita tidak dapat makan sebagaimana yang dimakan oleh
anak di luar rahim. Tidak mungkin bagi si ibu untuk menyampaikan sesuatu
makanan untuknya. Allah SWT telah menjadikan pada diri kaum wanita

58
proses pengeluaran darah yang berguna sebagai zat makanan bagi janin
dalam kandungan ibu tanpa perlu dicerna. Oleh karena itu, apabila seorang
wanita tidak sedang dalam keadaan hamil, maka darah yang seharusnya
dicerna oleh janin itu akan keluar dan menjadi darah haid atau menstruasi.
Sementara bagi ibu yang sedang hamil, maka jarang sekali akan
mengeluarkan darah haid karena telah dicerna oleh sang janin di dalam
kandungannya.

b. Nifas dan Wiladah


Nifas menurut bahasa artinya melahirkan. Sedangkan menurut syara‟ nifas
adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Disebut nifas karena darah tersebut
keluar setelah nafs (jiwa, yakni anaknya), dan bagi wanita yang sedang mengalami
nifas secara fikih disebut nufasa. Adapun darah yang keluar di tengah-tengah
kesakitan hendak melahirkan atau bersamaan dengan keluarnya anak, maka darah
tersebut belum dianggap darah nifas. Karena darahnya keluar mendahului keluarnya
anak, tetapi darah itu disebut darah yang fasid atau rusak.
Oleh karena itu, ia tetap wajib melaksanakan shalat di tengah-tengah rasa
nyeri hendak melahirkan meskipun ia melihat darah. Dan jika ia tidak
memungkinkan untuk shalat maka ia wajib mengqadanya. Minimal masa nifas
adalah sebentar saja (satu tetes), sedangkan batas umumnya mayoritas wanita
adalah empat puluh hari empat puluh malam. Dan batas maksimal keluarnya darah
nifas adalah enam puluh hari enam puluh malam.
Oleh karena itu, jika seorang wanita itu masih mengeluarkan darah setelah
hari ke enam puluh maka darah tersebut adalah darah istihadlah, bukan darah nifas.
Ia harus segera bersuci, menyumbat kemaluannya dengan pembalut, melaksanakan
shalat serta boleh melakukan hal-hal yang dilarang ketika nifas. Adapun dasar batas
minimal, maksimal serta keumuman masa nifas tersebut adalah sebagaimana hasil
penelitiannya imam Syafii seperti penelitiannya di dalam urusan batas minimal dan
maksimal serta kebiasaan masa haid..
Adapun hal-hal yang haram dilakukan oleh wanita yang sedang nifas adalah
sebagaimana hal-hal yang diharamkan bagi seorang wanita yang sedang haid. Yaitu
haram melaksanakan shalat, membaca, menyentuh dan membawa Alquran, berdiam

59
diri di dalam masjid, melewati masjid jika ia khawatir mengotori area masjid, thawaf,
puasa, berhubungan badan serta bersenang-senang (istimta‟) dengan suami di area
antara pusar dan lutut.
Jika ada seorang wanita yang melihat darah ketika hamil, maka jika darah
yang ia keluarkan itu sudah mencukupi batas minimal haid yakni 24 jam atau sehari
semalam dan tidak melebihi batas maksimal haid yakni 15 hari 15 malam, maka
dihukumi darah haid. Otomatis bagi wanita tersebut wajib meninggalkan shalat dan
puasa serta semua hal-hal yang diharamkan bagi wanita haid. Namun, jika darah
yang dilihat ketika ia hamil itu keluarnya kurang dari batas minimal haid (kurang 24
jam atau sehari semalam), atau keluarnya lebih dari batas maksimal masa haid
maka darah tersebut dihukumi darah istihadhah.
Namun ada yang berpendapat darah yang dilihat perempuan saat hamil itu
dianggap darah istihadhah secara mutlak. Bukan darah haid. Karena hamil itu
menutup tempat keluarnya haid, inilah yang mayoritas dialami oleh wanita. Maka
haidnya perempuan di tengah2 hamil itu sangat jarang sekali. Tetapi pendapat
pertamalah yang lebih rajih, yakni darahnya dianggap haid jika telah mencukupi
disebut haid. Adapun batas minimal masa hamil adalah enam bulan. Oleh karena itu,
jika ada seorang wanita yang memiliki anak setelah menikah kurang dari enam
bulan dan anaknya hidup maka dapat dipastikan ia tidak dapat bernasab dengan
ayahnya. Sedangkan batas maksimal hamil adalah menurut imam syafii empat
tahun.

c. Musthahadah
Darah istihadhah merupakan darah yang keluar dari vagina seorang
perempuan diluar darah haid dan bukan karena melahirkan (nifas). Darah
istihadhah disebut juga dengan darah penyakit. Pada umumnya, wanita mengalami
haid selama 6 sampai dengan 8 hari atau paling maksimal 15 hari, dan apabila lebih
dari 15 hari darah tersebut dinamakan darah istihadhah. Dan dalam keadaan
istihadhah tidak berlaku baginya seperti wanita dalam keadaan haid ataupun nifas,
yaitu dia tetap wajib untuk shalat, puasa, tidak ada larangan baginya untuk berjima‟,
memegang al-qur‟an, membaca al-qur‟an dengan menyentuhnya dan boleh untuk
diceraikan .

60
Ciri – ciri darah istihadhah
Darah istihadhah memiliki ciri – ciri:
1. Warnanya merah
2. Berbau seperti darah biasa
3. Berasal dari urat yang putus atau pecah dan keluarnya bukan pada waktu
haid dan bukan pada waktu nifas .
Darah istihadhah dan darah haid memiliki beberapa perbedaan , diantaranya :
a. Perbedaan warna
1. Darah haid berwarna hitam
2. Darah istihadhah berwarna merah segar
b. Kelunakan atau kerasnya
1. Darah haid keras
2. Darah istihadhah lunak
c. sifat kekentalannya
1. Darah haid bersifat kental
2. Darah istihadhah bersifat cair
d. Aromanya
1. Darah haid beraroma busuk / tidak sedap
2. Darah istihadhah beraroma seperti darah biasa
Kondisi dimana wanita Dalam Keadaan Istihadhah :
Kondisi dimana wanita yang memiliki masa haid yang jelas, sebelum
terjadinya istihadhah. Dalam kondisi seperti ini, maka masa haidnya sudah diketahui
berapa lamanya dan diluar masa haid itu di sebut dengan istihadhah. Tidak adanya
kejelasan mengenai masa haidnya, sebelum mengalami istihadhah. Dalam keadaan
seperti ini, maka cara untuk membedakan antara masa haid dan istihadhah adalah
dengan cara mengenali bagaimana ciri – cirinya antara darah haid dan darah
istihadhah. Tidak adanya kejelasan baik masa haid ataupun perbedaan antara darah
haid dan istihadhah.
Dalam keadaan seperti ini , dimana darah yang keluar terus menerus tanpa
adanya perbedaan maka perhitungan masa haidnya selama 6 atau 7 hari , dan
selebihnya sebagai darah istihadhah. Kondisi Yang Mirip Dengan Istihadhah, Kondisi

61
dimana wanita mengalami pendarahan atau keluarnya darah dari vaginanya , terjadi
karena beberapa sebab. Berikut adalah macam – macam kondisi yang mirip dengan
istihadhah :

1. Darah yang keluar setelah terjadinya operasi pengangkatan rahim dan tidak
akan terjadi haid lagi.Dengan terjadinya operasi tersebut, maka diketahui
bahwa wanita tersebut tidak akan mengalami haid lagi. Maka keadaan
seperti ini, hukumnya sama dengan istihadhah. Yang artinya, dia tidak boleh
untuk meninggalkan ibadah seperti shalat, puasa dan lainnya serta tetap
boleh untuk melakukan jima‟. Dengan syarat pada saat akan melakukan
shalat darahnya harus dibersihkan, memakai pembalut supaya darahnya
tidak berceceran, lalu mengambil wudhu baru melakukan shalat .
2. Keadaan dimana tidak dapat dipastikan bahwa akan keluar lagi atau tidak
darah haidnya. Keadaan seperti ini, maka hukumnya sama dengan
istihadhah dan wajib tetap melakukan shalat, puasa dan lainnya.

Hukum – hukum yang berlaku dalam istihadhah .


Hukum istihadhah, sama seperti hukum dalam keadaan suci, yaitu wajib
untuk mengerjakan shalat, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, tidak ada
perbedaan antara wanita suci dengan wanita dalam keadaan istihadhah, kecuali
dalam hal sebagai berikut :

1. Wajib untuk berwudhu setiap akan melaksanakan shalat. Tidak boleh


berwudhu sebelum shalat lima waktu kecuali telah masuk waktu shalatnya.
Dan ketika akan shalat selain shalat lima waktu, maka hendaknya berwudhu
sebelum akan melakukannya. Intinya, setiap akan melakukan shalat harus
wudhu terlebih dahulu
2. Harus mencuci bekas darahnya sebelum berwudhu dan memakai pembalut
supaya darahnya tidak berceceran .

c. Hukum Berjima‟

62
Dalam keadaan istihadhah, melakukan jima‟ atau hubungan intim adalah hal
yang diperbolehkan. Telah dijelaskan di atas, bahwasannya setelah keluar darah
istihadhah maka wajib bagi wanita tersebut untuk mandi wajib dan shalat. Seorang
wanita muslimah dalam keadaan istihadhah hanya perlu mandi satu kali pada saat
masa haid selesai dan sebelum melakukan shalat seperti halnya seseorang dalam
keadaan suci yaitu harus mensucikan badan dan berwudhu di setiap akan
melakukan shalat. Serta tidak lupa untuk membersihkan darah istihadhah tersebut
dan tidak lupa untuk memakai pembalut yang bersih.

4. Persaksian, Waris dan babul Mayit dalam Islam


a. Persaksian

Syahadah atau persaksian bagi wanita merupakan salah satu isu yang sering
diragukan tentang keadilan Islam di dalamnya. Islam datang menggumbar
kesetaraan dan persamaan hak antarmanusia. Namun, dalam hak persaksian kaum
hawa, cenderung tergambarkan diskriminatif sebagai pilihan kedua setelah pria, atau
dua saksi wanita baru sebanding dengan satu saksi pria.
Satu sisi, banyak kalangan memahami bahwa Islam menempatkan kedudukan
wanita lebih rendah dibanding pria. Islam juga dianggap telah memberikan
perlakuan istimewa kepada pria dalam hak-hak individual dan sosial yang tidak
diberikan kepada wanita. Tetapi juga banyak kalangan yang memberikan interpretasi
serba positif melalui ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis serta pemikiran ulama tentang
hak wanita.
Seluruh ulama fikih sepakat bahwa persaksian wanita dapat digandengkan
dengan persaksian dari pria. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS. al-Baqarah:
282.
Artinya: “ ...dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya.”( QS Al-Baqarah: 282)

63
Namun demikian, mereka berbeda pendapat pada persaksian wanita
berdasarkan jenis haknya; apakah hak bersaksi dalam kasus pidana (hubungan
publik), atau haknya dalam kasus perdata (pribadi atau ibadah).
a. Saksi Wanita bersama pria dalam Urusan Pidana
Persoalan pidana di sini berkaitan dengan hudud dan qisas. Ahli Fiqh memiliki
pandangan yang berbeda sehubungan dengan saksi wanita dalam persoalan huquq
jazaiyah (hak-hak pidana). Mereka terbagi dalam dua kelompok;
1. Kelompok yang menafikan hak saksi wanita pada persoalan pidana. Mereka
adalah Jumhur Fuqaha, di antaranya; Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah, dan
Hanabilah. Beberapa Argumentasi mereka:
a. Al-Qur‟an
Gramatikal Arab menetapkan setiap bilangan hitungan („adad wa ma‟dud) tiga
sampai sepuluh harus berlawanan dengan yang dihitung dari segi muannas dan
muzakkar-nya. Semua ayat-ayat al-Qur‟an tentang saksi pidana berlafazkan arba‟ah
syuhada (‫ )ءاده ش ةعبرأ‬bukan araba‟ syuhada (‫)ءاده ش عبرأ‬. Hal ini meyakinkan
bahwa yang menjadi saksi hanyalah pria saja.sebagaimana dalam ayat Al-Qur‟an
Surah An-Nur ayat 13:

Artinya: “Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang
saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi
Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.” (QS An-Nuur: 13)

Kata saksi dalam ayat ini di awali dengan angka empat (4) yang berbentuk
feminim (muannas). Hal ini berarti, saksi itu meskulin (muzakkar).

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029]


(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah

64
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
(QA An-Nuur: 4)

b. Hadis
1) Hadis dari Anas bin Malik
Artinya: “ hendaklah yang menuduh itu mendatangkan empat orang saksi pria atau
ia akan dihad.”
2) Hadis dari Sa‟ad bin Ubadah
Artinya: Sa‟ad bin Ubadah bertanya kepada Rasul saw. seandainya saya menemukan
istriku selingkuh dengan pria lain, apakah saya tangguhkan tuduhan itu sampai saya
datangkan empat orang saksi pria? Rasul menjawab; benar.
3) Hadis dari Zuhri
Artinya: Zuhri menyampaikan sejak zaman Rasul dan dua khalifah setelahnya tidak
pernah ditemukan saksi wanita dalam persolan had dan kisas.
c. Ma‟qul (logika)
Kaidah dasar yang diperpegangi dalam persoalan pidana berupa had dan kisas
adalah ‫د‬ ‫( ا د ر ا ا‬had dan kisas tidak berlaku selama masih ditemukan
keraguan-keraguan). Bagi wanita menjadi sifat bawaan yang lemah akalnya,
terbawa perasaan, penuh keraguan, dan tidak tegas ketika menyampaikan
persaksian dalam tindak kekerasan, tidak memungkinkan untuk diterima
persaksiannya dalam persoalan pidana.
2. Kelompok yang membolehkan saksi wanita. Pendapat ini diperpegangi oleh
Zahiriyah.
Kelompok ini sebenarnya membolehkan kesaksian wanita secara umum baik
pidana maupun persoalan perdata. Argumentasi mereka yaitu:
(1) Al-Qur‟an. Firman Allah swt. QS. al-Baqarah (2) : 286

65
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap
kaum yang kafir."(QS Al-Baqarah: 286)

Ayat ini menunjukan bahwa saksi dua orang wanita sebanding dengan seorang pria.
(2) Hadis
Artinya: salah seorang wanita bertanya, ya Rasulullah saw. apa yang dimaksud
“kurang akal (pada wanita) dan agamanya”? Rasul menjawab, “kurang akalnya”
karena dua orang saksi wanita baru sebanding dengan seorang saksi pria. Dan
“kurang agamanya” itu ketika ia berada pada waktu malam tapi tidak salat atau
pada bulan Ramadan ia tidak berpuasa
sifat dasar wanita sangat perasa, kurang tegas, dan penakut hingga persaksian dua
orang wanita baru sebanding dengan seorang pria. Juga kuantitas ibadahnya lebih
kurang dari kaum pria, membuat kaum wanita disebut “kurang akal” dan “kurang
ibadah”.

66
Bantahan terhadap Dalil yang dikemukakan
1. Ayat yang dikemukakan itu menunjukan hak saksi wanita pada persoalan
harta bukan pada perosalan pidana.
2. Hadis yang ditunjukkan juga dalam perspektif umum, yaitu bolehnya wanita
bersaksi untuk semua dakwaan. Namun hadis yang dinyatakan oleh jumhur,
mengenai ketidakbolehan secara khusus saksi wanita pada masalah pidana.
Melalui dalil-dalil dan bantahannya, dapat disimpulkan pendapat Jumhur lebih
dapat diterimah dan lebih kuat dari pada Zahiriyah
b. Saksi Wanita bersama Pria dalam Hak-hak Sipil
Ulama Hanafi menyebutkan, kesaksian dua orang perempuan dan satu orang
laki-laki dapat diterima dalam masalah yang berkaitan dengan hak-hak sipil, baik
berupa harta maupun hak, atau yang tidak terkait dengan harta seperti nikah, talak,
„idah, hiwalah, wakaf, wasiat, hibah, ikrar, ibra‟, kelahiran, nasab. Adapun
penerimaan kesaksian perempuan tersebut didasarkan pada kualifikasi yang dimiliki
oleh perempuan tersebut untuk menjadi saksi, yaitu perempuan tersebut memiliki
kesaksian atas apa yang dilihat danatau didengar, kecermataningatan yang kuat,
dan kemampuan untuk memberikan kesaksian. Sementara nilai kesaksian dua orang
perempuan sama dengan nilai kesaksian seorang laki-laki adalah karena perempuan
lemah ingatannya karena lebih sering lupa. Ali bin Talib dan Umar bahwa keduanya
membolehkan saksi wanita bersama pria pada kasus nikah dan perceraian.
Berbeda dengan Hanafi, ulama Syafi‟i, Maliki, dan Hanbali berpendapat
kesaksian perempuan bersama laki-laki hanya dapat diterima dalam masalah harta
dan yang terkait dengan harta seperti jual beli, sewa, hibah, wasiat, gadai, dan
kafalah. Adapun sebab tidak diterimanya kesaksian perempuan adalah karena
perempuan cenderung merasa belas kasihan, ingatan yang tidak utuh, dan
keterbatasan kewenangan dalam berbagai hal. Sementara dalam masalah yang tidak
memiliki keterkaitan dengan harta dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan harta
dan biasanya menjadi urusan kaum laki-laki seperti nikah, rujuk, talak, wakalah,
pembunuhan dengan sengaja, dan hudud kecuali had zina hanya dapat ditetapkan
berdasarkan kesaksian dua orang laki-laki. Diriwayatkan dari Zuhri, kebiasaan
Rasulullah saw., dua khalifah dan pemimpin selanjutnya tidak membolehkan saksi
wanita pada hudud, nikah, dan talak.

67
2. Saksi Wanita (tanpa bergandengan dengan Pria)
Ulama berbeda pandangan dalam hal boleh tidaknya wanita tidak bersama
pria dalam hal kesaksian.
a. Jumhur Ulama; membolehkan adanya kesaksian perempuan tanpa pria. Hal
ini didasarkan pada hadis Rasulullah saw.
Artinya: Merupakan sunnah Rasul dan dua khalifah setelahnya bolehnya saksi
wanita yang tidak mungkin digantikan oleh pria, seperti melahirkan, dan
rahasia wanita.
b. Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz, dan Atha; tidak membolehkan
persaksian wanita tanpa pria berdasarkan tidak adanya dalil yang
mengkhusukan bilangan pada saksi wanita tanpa pria. Masalah yang tidak
diketahui kecuali oleh kaum perempuan, kesaksian kaum perempuan saja
dapat diterima tanpa harus bersama kesaksian kaum laki-laki. Namun
mengenai batas-batas masalah yang dimaksud ulama berbeda pendapat.
c. Menurut ulama Hanafi, kesaksian kaum perempuan saja dapat diterima dalam
masalah kelahiran, keperawanan, dan cacat yang dimiliki kaum perempuan,
tetapi dalam masalah penyusuan, dan tangis bayi pada saat kelahiran dalam
hubungannya untuk mendapat warisan, kesaksian kaum perempuan saja
tidak diterima.
d. menurut ulama Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali, kesaksian perempuan saja dapat
diterima dalam masalah yang tidak diketahui oleh kaum laki-laki secara umum
seperti keperawanan, kegadisan, kelahiran, haid, penyusuan, tangis bayi pada
saat kelahiran, dan cacat yang dimiliki kaum perempuan dibalik pakaian. Hal
ini didasarkan hadis Rasulullah sebelumnya berkaitan kesendirian wanita
dalam saksi.
Ulama berbeda pendapat mengenai jumlah saksi perempuan tersebut. Ulama
Hanafi dan Hanbali berpendapat kesaksian seorang perempuan saja yang adil dapat
diterima. Sementara ulama Maliki mensyaratkan dua orang saksi perempuan.
Sedangkan ulama Syafi‟i berpendapat minimal empat orang saksi perempuan.
Ketentuan hukum bagi pria dan wanita yang tergambar dalam wacana
pemikiran fikih klasik menunjukkan adanya persamaan dan sekaligus perbedaan.

68
Sejauh menyangkut ibadah fisik, misalnya, hampir bisa dikatakan sama dan tidak
mengenal namanya diskriminatif. Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang masalah tersebut
terdapat persamaan antara pria dan wanita dalam sebagian hukum tetapi terdapat
perbedaan pada sebagian lainnya.

b. Waris
Perempuan memiliki hak waris sebagaimana hak waris kaum laki-laki. Hal ini
adalah ajaran baru yang merombak tradisi Arab jahiliyah yang tidak memberikan hak
waris sama sekali kepada perempuan. Bahkan dalam tradisi jahiliyah, status kaum
perempuan justru disetarakan dengan harta warisan, yang dapat juga dibagi-bagi
dan dialihkan ke ahli waris. Kesamaan hak waris perempuan dan laki-laki
ditegaskan dalam ayat berikut:

Artinya: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.
(Q.S. Al-Nisa: 7)

Memang ada ayat yang menyatakan bahwa bagian laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1, tetapi hal tersebut memerlukan penafsiran baru, mengingat alasan
(illat) pembagian seperti itu pun kini semakin mengalami perubahan dan
pergeseran. Dalam hal ini, berlaku kaidah ushul yang menyatakan hukum itu
berubah sesuai dengan perubahan ilatnya (al-hukmu yaduru ma`a al-
`illah). Perhatikan ayat yang menyatakan perbandingan 2:1 itu:

69
Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang
anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi
mereka 2/3 dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja,
Maka ia memperoleh separuh dari jumlah harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak, jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat 1/3; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat 1/6. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS
An-Nisa‟:11)

Ketika ayat ini turun, perbandingan hak waris antara laki-laki dan perempuan
(2:1) dinilai sangat adil, mengapa? Dan mengapa sekarang sudah tidak dipandang
adil, dan perlu penafsiran ulang? Nilai keadilan dalam sistem pembagian 2:1 di

70
zaman dulu tidaklah berdiri sendiri, atau tidak semata-mata tergantung pada bunyi
ayatnya saja. Keadilannya ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Bahwa masyarakat patrilineal Arab di zaman Jahiliyah menisbahkan seluruh


pemilikan harta kepada kaum laki-laki. Maka anjuran Al-Qur‟an untuk
memberikan satu bagian kepada perempuan, sebagai pembelaan awal bagi
mereka, disambut sebagai keadilan oleh kaum perempuan di zaman itu,
ketimbang tidak dapat bagian sama sekali seperti di masa jahiliyah.
2. Bahwa di zaman awal hadirnya Islam, partisipasi kaum perempuan dalam
mencari harta masih sangat minim, disebabkan tradisi keluarga Arab yang
patriarkial, seiring pula dengan SDM perempuan yang masih sangat lemah,
sehingga perolehan warisan 1:2 sudah memberikan kepuasan dan rasa
keadilan bagi kaum perempuan. Hal ini karena pada zaman turunnya Al-Qur‟an
praktis hanya kaum laki-laki yang bekerja.
3. Saat sekarang ini di belahan dunia mana pun di zaman modern ini, segalanya
telah berubah, yaitu perempuan telah banyak berpartisipasi dalam pencarian
nafkah, sehingga kaum laki-laki tidak lagi memonopoli fungsi tersebut. Bahkan
seperti yang kita saksikan, peluang perempuan untuk berkarir semakin
terbuka. Maka tidak jarang ditemukan perempuan jauh lebih sukses dalam
karirnya dan secara umum berkontribusi lebih signifikan bagi ekonomi
keluarga dibanding kaum laki-laki, sehingga penghasilan mereka pun lebih
banyak dari kaum laki-laki. Maka sistem kewarisan sudah seharusnya
disesuaikan secara makro dengan kondisi kekinian seperti itu.

Firman Allah SWT QS An-Nisa: 32

71
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-
laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun)
ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Ayat di atas jelas mengisyaratkan adanya hak waris perempuan dari hasil
kerjanya, sehingga semakin memperkuat pendapat bahwa bahagian perempuan
dapat seimbang dengan bahagian laki-laki (2:2). Hal ini, karena perempuan
memperoleh 1 (satu) bahagian, khusus dari hasil bekerjanya, ditambah lagi dengan
1 (satu) bahagian di luar kerja (jaga rumah dan mengurus suami). Setelah semua
dijumlahkan, maka hasilnya adalah perempuan memperoleh 2 (dua) yang menyamai
bahagian laki-laki.
4. syariat sebenarnya menghendaki agar fungsi laki-laki sebagai wali berlaku
penuh untuk membiayai kehidupan ahli waris perempuan (keluarga),
khususnya saudara-saudara perempuannya. Biaya hidup ahli waris
perempuan ditanggung oleh ahli waris laki-laki yang memperoleh 2 (dua)
porsi itu. Dengan Fungsi wali demikian, kaum perempuan di zaman awal
Islam tidak keberatan atas sistem pembahagian 2:1, karena selain dari hak
khususnya yang 1 (satu) porsi, perempuan juga memperoleh jaminan hidup
lainnya meliputi makan, pakaian dan tempat tinggal yang semuanya
dibebankan pada perolehan kaum laki-laki yang dua porsi tadi.
Namun, yang terjadi sekarang ialah kebanyakan laki-laki mengkhianati tanggung
jawab kewaliannya itu, malah semua harta yang diwarisinya (sebanyak dua porsi) itu
dikuasai dan dinikmatinya sendiri. Apalagi ada fatwa ulama yang memberi peluang
bagi laki-laki berbuat seperi itu, dengan alasan bahwa laki-laki mendapat banyak
bahagian, karena untuk dinikmati bersama isterinya; padahal menurut syariah, isteri
jelas-jelas tidak ada sangkut pautnya dengan harta warisan sang suami.
Sadar bahwa rasa tanggung jawab kewalian laki-laki zaman sekarang telah
hilang, maka haknya untuk memperoleh warisan lebih banyak dibanding hak
perempuan otomatis gugur pula. Lagi-lagi berdasarkan kaedah hukum: “al-hukm
yaduru ma`a al-`illah (hukum berubah bersama perubahan illatnya). Demikian
juga, fatwa sebahagian ulama bahwa laki-laki memperoleh lebih banyak untuk

72
dinikmati bersama isterinya adalah sangat keliru, bahkan merupakan sebuah
kezaliman yang bertentangan dengan semangat keadilan syariah, sebab sekali lagi,
isteri tidak menjadi illat (substantial and rational reason) dalam soal pembahagian
warisan dikalangan keluarga sang suami.
Ringkasnya, bahwa penetapan warisan 2:1 antara laki-laki da perempuan hanya
dapat diberlakukan jika tanggung jawab kewalian masih berlaku sepenuhnya di
masyarakat. Jika sekarang, faktor tersebut sudah tidak berlaku di masyarakat, maka
sistem pembagian 2:1 pun tak dapat diberlakukan, dan harus diberi panafsiran baru
demi keadilan syariah. Salah satu bentuk penafsiran baru adalah seperti yang
diterapkan di Mesir. Bahwa demi semangat keadilan syariah, bahagian laki-laki dan
perempuan harus sama, sementara lafazh 2:1 (dua untuk laki-laki, satu untuk
perempuan) harus berlaku pula. Jalan keluarnya ialah pemberlakuan sistem wasiat
wajib (washiat wajibah), berdasarkan Peraturan Pemerintah Mesir Nomor 71 tahun
1365 H. (1946 M) bahwa setiap orang tua diwajibkan membuat wasiat untuk anak-
anak perempuannya, untuk pemberian harta di luar proses kewarisan. Maka, ketika
terjadi pembahagian warisan menurut teks 2:1, hasilnya menjadi dua, sama dengan
bahagian anak laki-laki, karena anak perempuan telah memperoleh satu bahagian
melalui wasiat.
Jadi tegasnya, nilai dasar syariat Islam yang sebenarnya ialah
keadilan. Pemahaman berupa washiyat wajibah, seperti yang berlaku di Mesir,
adalah wujud penafsiran keadilan sesuai kondisi kekinian. Begitupun kaedah
maksimal 2 (dua) untuk laki-laki, minimal 1 (satu) untuk perempuan, yang menjadi
semangat kekeluargaan dalam pembagian warisan; Pengadilan berhak memutuskan
perolehan perempuan sama dengan perolehan laki-laki, juga merupakan tafsir baru
demi keadilan syariah dalam dunia kekinian
c. Babul Mayit

Babul Mayit adalah hal yang penting untuk dibahas. Karena pengurusan
jenazah hukumnya fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dilaksanakan bersama-
sama. Pengurusan jenazah mayit laki-laki dan perempuan secara umum tidak
banyak perbedaan, akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Cakupan
bahasan babul mayit diantaranya adalah:

73
1. Memandikan

Yang pertama dalam bab pengurusan jenazah adalah dengan memandikannya


terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar jenazah suci sebelum kembali menghadap
Sang Pencipta. Hadits dari Ummu „Athiyyah radhiallahu‟anha, ia berkata: “ salah
seorang putri nabi SAW meninggal (yaitu Zainab). Maka beliau keluar dan bersabda:
“ mandikanlah ia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian menganggap
itu perlu. Dengan air dan daun bidara. Dan jadikanlah siraman akhirnya adalah air
yang dicampur kapur barus, atau sedikit kapur barus. Jika kalian sudah selesai,
maka biarkanlah aku masuk.” Ketika kami telah menyelesaikannya, maka kami
beritahukan kepada beliau. Kemudian diberikan kepada kami kain penutup
badannya, dan kami menguncir rambutnya menjadi tiga kunciran, lalu kami arahkan
ke belakangnya.” (HR Bukhori Muslim).
Yang memandikan mayit aadalah orang yang paham fiqh pemandian mayit,
terlebih yang lebih baik adalah kerabat si mayit terkhusus yang perempuan, ataupun
mahramnya, hal ini dikarenakan wajib menjaga auratnya.
2. Mengkapankan
Mengkafani jenazah hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu
kifayah. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu‟anhu tentang orang
yang meninggal karena jatuh dari untanya, di dalam hadits tersebut Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda: “Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.
Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206) .
Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh
tubuhnya dengan bagus. Adapun yang selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian
mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya” (HR. Muslim no.
943).
Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup
kepalanya. Karena Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no.
1849, Muslim no. 1206).

74
2. Kriteria kain kafan
a. Kain kafan untuk mengkafani jenazah lebih utama diambilkan dari harta
orang yang meninggal. Dan semua biaya pengurusan jenazah lebih
didahulukan untuk diambil dari harta jenazah saat masih hidup daripada
untuk membayar hutangnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama.
b. Memakai kain kafan berwarna putih hukumnya sunnah, tidak wajib. Rasulullah
Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda: “Pakailah pakaian yang berwarna
putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih. Karena itu adalah sebaik-
baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no. 994, dishahihkan
Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).
c. Kain kafan untuk mayat perempuan. Jumhur ulama berpendapat disunnahkan
wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun hadits tentang hal ini lemah.
Maka dalam hal ini perkaranya longgar, boleh hanya dengan 3 helai, namun 5
helai juga lebih utama. Disunnahkan menambahkan sarung, jilbab dan gamis
bagi mayit wanita.
d. Jenis kain kafan dan wewangian. Tidak ada ketentuan jenis bahan tertentu
untuk kain kafan. Yang jelas kain tersebut harus bisa menutupi mayit dengan
bagus dan tidak tipis sehingga menampakkan kulitnya. Disunnahkan memberi
wewangian pada kain kafan. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda: “Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka
berikanlah tiga kali” (HR Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam
Ahkamul Janaiz no. 84)”.

3. Cara membuat kain kafan


a. Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian:
b. Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50 cm.
c. Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan satu
helai untuk cawat. Lebar tali 5-7 cm.
d. Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm lalu
dilipat menjadi tiga bagian yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira
10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk lubang tali cawat. Lalu

75
masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas
yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana sepanjang cawat.
e. kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90/115 cm lalu
melipatnya antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi segi
tiga.
f. Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih
sesuai dengan ukuran mayit.
g. Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau lebih sesuai
dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua bagian yang sama. Lebar
kain itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga membentuk empat persegi
panjang. Lalu guntinglah sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah
bukalah kain itu sehingga bagian tengah kain akan kelihatan lubang
berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus
sampai pada bagian tepi, sehingga akan berbentuk sehelai baju.

4. Cara mengkafani jenazah


a. Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang
ditentukan syariat, perkaranya longgar.
b. Bentangkan kain kafan lapis pertama di atas tali-tali tersebut.
c. Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur maka dengan
minyak wangi atau semisalnya.
d. Bentangkan kain kafan lapis kedua di atas lapis pertama.
e. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis kedua.
f. Bentangkan kain kafan lapis ketiga di atas lapis kedua.
g. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis ketiga.
h. Letakkan mayit di tengah kain.
i. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
j. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
k. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari
sisi kanan ke kiri.

76
l. Ikat dengan tali yang ada yang sudah disediakan.

3. Menyalatkan

Sholat jenazah berbeda dengan sholat-sholat pada umumnya. Biasanya kan


kalau sholat pada umumnya terdapat gerakan rukuk, sujud, tasyahud awal dan akhir
dll. Tapi pada sholat jenazah ini hanya ada gerakan takbiratul ihram saja.
Menyolatkan jenazah berarti melakukan sholat untuk jenazah dengan cara
melakukan 4 takbir. Setiap orang muslim berhak mensholati jenazah, tetapi ada
yang paling berhak untuk menshalatkan jenazah tersebut:

1. Orang yang diwasiyatkan, dengan syarat, orang yang diwasiatkan bukan


orang fasik atau ahli bidah.
2. Ulama atau pemimpin agama
3. Orang tua dari mayat tersebut
4. Anak-anak si mayat ke bawah
5. Keluarga terdekat
6. Kaum Muslimin

Akan tetapi tata cara sholat jenazah berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaannya terletak pada posisi sholat dan bacaannya. Kita akan membahasnya
lebih dalam mengenai tata cara sholat jenazah.

a. Tata cara sholat jenazah untuk perempuan


Tata cara sholat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah
tali pusar. Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan makmum
laki-laki dewasa, kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah shaf-nya kalau
bisa ganjil. Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan
memiliki faedah yang besar. Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya,
memohon syafaat dan berdoa untuknya, menunaikan hak keluarganya, menghibur
perasaan mereka akan memperoleh pahala yang besar.
b. Bacaan sholat jenazah perempuan

77
Niat sholat jenazah perempuan: Usholli 'alaa haadzihil mayyitati arba'a
takbiratatin fardhol kifayaatai ma'muuman lillahi ta'aala. Sholat jenazah terdapat 4
takbir.

1. Setelah takbir pertama membaca Surat Al Fatihah.


2. Takbir kedua, membaca sholawat atas nabi
3. Takbir ketiga. Membaca doa:
Allahummagh firlahaa warhamhaa wa'aafihaa wa'fuanhaa, wa akrim
nuzulaha, wawasi‟madghalaha .....
4. Takbir keempat membaca doa:
Allahumma la tahrim naa ajrahaa walaa taftinnaa ba'dahaa waghfirlanaa
walahaa .. dan seterusnya.
Kemudian salam ke kanan dan ke kiri dalam posisi berdiri.

4. Menguburkan
Sebelum melakukan penguburan jenazah maka yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan liang kubur untuk mayit. Hal-hal tersebut harus dilakukan sebagai
berikut:

1. Menggali Liang Kubur secara Dalam


Liang kubur digali dengan dalam pada tanah yang kuat. Tujuan dibuat dalam
adalah agar saat mayit yang membusuk di dalamnya tidak tercium bau jasad dan
aman dari gangguan hewan pemakan bangkai. Selain itu juga menghindari binatang
buas dan longsor yang membuat tergerus oleh aliran air yang mengalir

2. Bentuk Liang Kubur


Bentuk liang kubur adalah berupa lahad yaitu liang yang khusus dibuat di dasar
kubur. Lahad ini menghadap ke kiblat dan berada di pinggir untuk meletakkan
jenazah. Liang ini dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengah.

3. Kuburan di Penguburan Muslim

78
Idealnya mayit muslim dikubur di tempat penguburan yang memang khusus
muslim. Namun apabila tidak terdapat penguburan muslim dan darurat harus
dilakukan penguburan segera, tidak masalah asalkan tata cara penguburan tetap
sesuai muslim.

4. Waktu Penguburan Jenazah


Waktu penguburan juga perlu untuk diperhatikan. Karena akan berefek kepada
para panitia penguburan dan proses penguburan. Waktu yang tidak disarankan
untuk mengubur adalah :

a. Saat matahari terbit hingga naik


b. Saat matahari di tengah-tengah
c. Saat matahari hampir terbenam dan hingga benar-benar terbenam

5. Penutup Lubang Kubur


Penutup lubang kubur tentu harus yang kuat dan menggunakan kayu yang kuat
juga. Ditambah juga bambu dan batu untuk menyangga sehingga tanah tidak
mudah longsor ke bawah. Selain itu keranda mayit atau jenazah juga harus tertutup
rapat dan sederhana saja. Dalam islam tidak di syariatkan soal keranda yang mewah
apalagi menggunakan berbagai perhiasan. Karena sejatinya menghadap Allah
kembali adalah membawa amalan bukan membawa harta dunia.
Selain mempersiapkan liang kubur, maka keluarga atau kerabat mayit juga harus
mempersiapkan diri untuk membawa dan mengiringi jenazah. Untuk itu berikut
adalah cara membawa dan mengiringi jenazah hingga ke kubur.

1. Mengiring Jenazah dengan Khusyuk


Orang orang terdekat, keluarga, dan kerabat dianjurkan untuk ikut mengiring
jenazah dari setelah pemandian menuju ke kuburan. Hal ini adalah proses terakhir
keluarga untuk mendampingi mayit menuju ke tempat berpulang akhirnya. Saat
mengiringi jenazah tentu tidak bersikap sambil senda gurau atau bersuara.
Termasuk tidak dianjurkan juga untuk berzikir atau membaca Al-Quran.

2. Pengiring Jenazah

79
Pengiring jenazah yang mengantar dengan berjalan kaki berada di sekitar mayit
dan yang menggunakan kendaraan berada di belakang iringan mayit. Jika kendaraan
yang lewat, maka didahulukan untuk jenazah yang lewat. Untuk para pengiring
jenazah juga tidak dianjurkan untuk duduk terlebih dahulu sebelum jenazah
diturunkan dari pundak pembawanya. Saat memasuki kuburan pengiring pun juga
harus mengucapkan salam dan melepaskan alas kaki. Bacaan yang diucapkan
adalah “assala-mu „alaikum da-ra qoumin mu‟mini-na wa inn aissya- allo-hu la-
khiqu-n. Allohumma la-takhrimna-ajrohum wala taftinna-badahum”.
Artinya: “Semoga kedamaian tercurah kepadamu, wahai perumahan orang-orang
yangMukmin. Dan insya Allah, kami akan menyusul kamu sekalian. Ya
Allah,janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah
Engkautimbulkan fitnah kepada kami, sepeninggal mereka”

3. Memasukkan ke dalam Kubur


Adanya dua atau tiga orang yang terdekat dari keluarga mayit memasukkan
mayit ke dalam kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah yang akan
dikuburkan. Keluarga yang memasukkan diusahakan adalah mereka yang saat
malam harinya tidak berjunub. Jenazah dikuburkan dari arah kaki kubur dan
mendahulukan kepala sambil membaca “Bismillahi Wa Ala Millati Rasulullah” yang
artinya “Dengan Nama Allah dan atas agama Rasulullah”.

4. Posisi Mayit saat Dimasukkan ke Kubur


Khusus untuk jenazah perempuan maka dibentangkan kain di atas liang kubur.
Untuk mayit baik laki laki atau perempuan maka dimiringkan ke sisi kanan dan
menghadap kiblat. Tidak lupa melepas tali-tali dan membuka kain yang menutupi
pipi serta jari-jari kaki sehingga bisa menempel ke tanah.
5. Proses Penutupan Kuburan
Saat proses menutup kuburan maka digunakan dengan papan kayu atau bambu,
lempeng, dengan memberikan rongga yang cukup di lubangnya. Selain itu juga
menimbun liang kubur dengan tanah yang ditinggikan satu jengkal. Setelah selesai
maka dipasang juga batu, kayu, atau bambu pada arah kepala tanpa diberi identitas

80
apapun. Jika sudah selesai, pengiring jenazah dan para pengantar jenazah dapat
menyaksikan penguburan sambil menaburkan tanah ke atas kuburan sebanyak tiga
kali.

6. Larangan yang Berkaitan dengan Proses Penguburan


Ada beberapa larangan yang berkaitan dengan proses penguburan. Hal-hal ini
tentu harus diperhatikan oleh para pantia dan pengiring jenazah.

a. Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal di atas permukaan


tanah.
b. Menembok kuburan dan menjadi bangunan
c. Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan
d. Duduk di atas Kuburan
e. Menjadi kuburan sebagai bangunan masjid
f. Berjalan di atas kuburan tanpa menggunakan alas kaki
g. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjurus ke arah syirik dan
takhayul, meminta doa pada mayit, dan mistis

81
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-2)

Membina Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah


PENGANTAR

Pada awal pendiriannya Kohati memiliki tujuan “Meningkatkan kualitas dan Peranan
HMI-Wati dalam berjuang mencapai tujuan HMI pada umumnya dan kewanitaan
pada khususnya” seiring perjalanan waktu tujuan Kohati berubah menjadi
“Terbinanya muslimah berkualitas insan cita” dan dalam skema analisis tujuan
Kohati ini masih berfokus pada peningkatan kualitas kader HMI-Wati. Kualitas
tersebut terdiri dari lima: (1). Kualitas agama, (2). Kualitas keperempuanan, (3).
Kualitas pembinaan keluarga bahagia, (4). Kualitas kesehatan, (5). Kualitas
pendidikan.

Dalam salah satu kualitas yang harus dimiliki oleh kader HMI-Wati yaitu kualitas
pembinaan keluarga bahagia, sebagaimana peran yang dimiliki oleh perempuan
sebagai istri maka kader HMI-Wati dibina untuk memilik kualitas dalam membina
keluarganya sehingga bisa berpartisipasi dalam menjadikan keluarganya sakinah,
mawaddah wa rahmah.

Membina keluarga yang penuh kasih sayang, harmonis dan romantis itu tidak mudah
hal ini dapat dilihat dari banyaknya tingkat perceraian. Oleh sebab itulah di dalam
pelatihan formal Kohati seperti Latihan Khsuus Kohati materi ini menjadi wajib
disampaikan, tidak hanya melalui LKK akan tetapi Kohati secara kelembagaan ingin
memaksimalkan perannya sebagai organisasi mahasiswi maka pelatihan non
formalnya pun terdapat pelatihan pra nikah karena memang belajar tentang
membina keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah itu penting dan perlu
dimaksimalkan.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

5. Mengetahui tentang ciri-ciri pasangan hidup yang bekualitas


6. Memahami tentang hukum-hukum pernikahan

82
7. Menjelaskan hubungan dalam pernikahan
8. Memahami psikologi keluarga
9. Mengetahui penyebab perceraian

TOTAL WAKTU:

 125 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “Perempuan dalam Perspektif Islam”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

15:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: energizer,


ceramah.
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang membina keluarga
sakinah mawaddah warahmah.
20:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang kalian
ketahui tentang pernikahan dan perkawinan? Sebutkan hukum-
hukum pernikahan? Uraikan penyebab perceraian? Apa saja hak
dan kewajiban istri? Bagaimana pendapat kalian tentang
perempuan karir?
 Fasilitator memberikan bahan cerita

83
 Galilah pendapat setiap individu tentang apa yang mereka baca
70:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD, Ceramah,
Disksui
 Fasilitator membagi kelompok untuk
mendiskusikan terkait sesi terdiri dari
7 kelompok. Untuk bahan diskusi
dapat diliat pada lembar bacaan
tentang keluarga sakinah mawadda
wa rahmah
- Kelompok 1 : tentang definisi,
perdbedaan, dan tujuan pernikahan
dan perkawinan
- Kelompok 2: hukum-hukum
pernikahan
- Kelompok 3: tentang psikologi
keluarga
- Kelompok 4: penyebab perceraian dan
cara menghindarinya
- Kelompok 5: kualifikasi pasangan
hidup
- Kelompok 6: hak dan kewajiban istri
dan ibu
- Kelompok 7: konsep wanita berkarir
dalam islam
 Peserta diminta untuk
mepresentasikan hasil dari FGD setiap
kelompok 10 menit
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
 Buka sesi tanya jawab terhadap
subtopic yang belum dipahami.

84
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat yakni Membina
Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah
dan kaitkan juga pengaruhnya pada
kehidupan sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: ceramah
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

85
Lembar Cerita

Aisyah dan Adam dalam Bingkai Rumah Tangga

Selepas lulus SMA aku (Aisyah) memutuskan untuk bekerja di sebuah pabrik
ternama dan bersyukur di tempat kerja aku ketemu dengan laki-laki yang pikirannya
dewasa, sikapnya bijaksana dan karirnya bagus (Sadam) lalu kami memutuskan
untuk menikah. Dari proses perkenalan sampai memutuskan menikah memakan
waktu tiga bulan karena kami berdua sama-sama yakin bahwa kami berdua dapat
membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Dua bulan setelah pernikahan aku hamil demi menjaga kehamilan yang akan
melengkapi kebahagiaan kami berdua aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan
mas sadam pun mensuport keputusanku resign. Dengan berhentinya aku dari
pekerjaan menjadikan mas sadam sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga
tapi berkat tabungan yang aku simpan biaya kehamilan sampai melahirkan akan
masih cukup. Alhamdulillah

Bayi ini lahir dengan selamat, sempurna tanpa kekurangan suatu apapun dan kami
sangat bahagia, dengan kehadiran bayi mungil ini keluarga kecil kami menjadi lebih
hangat.

Pembagian peran dalam keluarga kami pun diperjelas bahwa suami bertanggung
jawab mencukupi kebutuhan hidup (Publik) dan aku berkewajiban merawat anak,
mengurus rumah dan memastikan kebutuhan suami tepenuhi semua-muanya
(domistik).

Menikah itu katanya orang adalah ibadah terpanjang dan dalam ibadah tentu banyak
cobaannya jika kita sanggup melewati badai ujian maka iabdah ini akan berhasil tapi
jika tidak maka akan selesai, orang-orang menggunakan istilahnya dengan
“perceraian”.

86
Catatan Diskusi:

1. Apakah ciri-ciri mas adam dan aisyah termasuk kriteri pasangan hidup yang
berkualitas?
2. Apakah kelurga aisyah dan sadam termasuk keluarga yang sakinah-
mawaddah wa rahmah?
3. Bagaimana agama, hukum, sosial dan budaya memandang keputusan mereka
menikah?
4. Seperti apa gambaran psikologi keluarga mereka?
5. Apa saja yang perlu dilakukan oleh aisyah dan sadam agar pernikahan
mereka tidak sampai pada perceraian?

87
Lembar Bacaan

Membina Keluraga Sakinah, Mawaddah wa


Rahmah

Apa itu membina keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah?

Kata “keluarga” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 536) artinya ibu
dan bapak beserta anak-anaknya, seisirumah. Sedangkan “sakinah” dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2003: 980) artinya kedamaian, ketenteraman, ketenangan,
dan kebahagiaan. Bila kata keluarga dan sakinah dijadikan satu, maka memiliki arti
sebuah keluarga yang terdiridari ayah, ibu dan anak yang diliputi dengan suasana
damai, tenteram, tenang, danbahagia.

Menurut Al-Isfahan (ahlifiqh dan tafsir) mengartikan sakînah dengan tidak


adanya rasa gentar dalam menghadapi sesuatu. Menurut al-Jurjani (ahli bahasa),
Sakînah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang
tidak diduga, dibarengi satu nûr (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan
ketentraman pada yang menyaksikannya, dan merupakan keyakinan berdasarkan
penglihatan (ain al -yaqîn). Ada pula yang menyamakan sakînah itu dengan kata
rahmah artinya tenang, tidak gundah dalam melaksanakan ibadah.

Dalam perkembangannya, kata sakinah dia dopsi kedalam Bahasa Indonesia


dengan ejaan yang disesuaikan menjadi sakinah yang berarti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Kata mawaddah juga sudah diadopsi ke
Bahasa Indonesia menjadi mawadah yang berarti kasih sayang. Mawaddah
mengandung pengertian filosofis adanya dorongan batin yang kuat dalam diri sang
pencinta untuk senantiasa berharap dan berusaha menghindarkan orang yang
dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Mawaddah adalah
kelapangan dada dan kehendak jiwa dari kehendak buruk.

Adapun kata rahmah, setelah diadopsi dalam Bahasa Indonesia ejaannya


disesuaikan menjadi rahmat yang berarti kelembutan hati dan perasaan empati yang

88
mendorong seseorang melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi
dan disayangi. Karena itu, kedamaian dan kesejukan berumah tangga akan terbina
dengan baik, harmonis serta penuh cinta kasih dan semangat berkorban bagi yang
lain. Pada saat bersamaan jiwa dan ruh rahmah tersebut akan membingkainya
dengan dekap kasih dan sapaan lembut sang Khalik.

Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena memiliki tujuan-tujuan


yang ingin dicapai. Dibalik anjuran yang diperintahkan kepada umat manusia, pasti
ada hikmahnya. Salah satu tujuan pernikahan seperti termaktub dalam suratar-Rum
ayat 21 adalah untuk memperoleh kententeraman, kenyamanan, rasa kasih dan
sayang. Untuk itulah kita dianjurkan menikah bagi yang sudah mampu.

“Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nyaialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagikaum
yang berpikir” (Qs. ar-Rum: 21).

Tujuan pernikahan menurut Abd. Rahman Ghazaly sebagai berikut:

Pertama, Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan. Seperti tercantum dalam


surat al-Furqanayat 74, yang artinya: dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.

Kedua, Penyaluran Syahwat dan Penumpahan Kasih Sayang. Seperti firman Allah
swt. Pada surat Ali Imran ayat 14, yang artinya: Dijadikan indah dalam (pandangan)
manusia cinta kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia (yang sementara), dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”

Ketiga, Memelihara diri dari Kerusakan. Pernikahan akan mengurangi dorongan


yang kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual, seperti sabda
Rasulullah saw, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah

89
mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena nikah akan lebih
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (Muttafaqun Alaihi).

Keempat, Menimbulkan Kesungguhan Bertanggung Jawab dan Mencari Harta yang


Halal.

Kelima, membangun rumah tangga dalam rangka membentuk masyarakat yang


sejahtera berdasarkan cinta dan kasih sayang.

Seperti Apa Ciri-Ciri Pasangan Hidup Berkualitas?

Sebelum memutuskan menikah ada empat pertimbangan yang secara sosial


selalu diperhatikan pada calon pasangan yang akan dipilih, yaitu harta, keturunan,
kecantikan dan agama. Faktor harta juga tidak ada salahnya dipertimbangkan, tapi
yang ideal buka sekedar menimbang harta dari kalkulasi jumlah materi semata,
faktor dari mana materi itu didapat serta kemana materi itu dibelanjakan juga tidak
kalah penting untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Faktor keturunan mesti
diperhitungkan karena pewarisan genetika dari orang tua kepada anaknya tidak
dapat kita pungkiri. Dalam kultur Jawa, faktor bobot, bibit dan bebet calon menantu
benar-benar diperhitungkan dengan cermat agar trah yang mengalir adalah ‟trah‟
yang terhormat dan mulia.

Faktor fisik berupa kecantikan atau ketampanan juga tidak salah untuk
diperhatikan karena secara umum, manusia lebih senang dengan sesuatu yang lebih
indah, lebih cantik dan lebih menarik. Terakhir adalah faktor agama yang secara
substantif dimiliki oleh individu, bukan sekedar status agama namun tidak pernah
terejawantah dalam kehidupan kesehariannya.

Peringatan terakhirnya adalah, sungguh, barang siapa memilih pasangan


semata-mata karena kecantikan, atau semata-mata karena harta atau karena
semata-mata keturunan darah biru dan priyayi terhormat, maka nantikan saaatnya
ketika faktor-faktor keunggulan tersebut bisa jadi akan membawa kepada
malapetaka. Dengan demikian, mengenali karakteristik calon pasangan diperlukan
agar seseorang tidak seperti sedang memilih kucing dalam karung. Setelah

90
keputusan dibulatkan, maka langkah terakhir sekaligus adalah langkah awal menuju
gerbang keluarga adalah perkawinan atau akad nikah.

Apa Saja Hukum-Hukum Pernikahan?

Di dalam Fiqh para ulama menjelaskan bahwa menikah mempunyai hukum


sesuai dengan kondisi dan faktor pelakunya. Hukum tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Wajib
Bagi orang yang sudah mampu menikah, nafsunya telah mendesak dan
takut terjerumus dalam perzinaan, maka ia wajib menikah. Karena
menjauhkan diri dari perbuatan haram adalah wajib. Allah berfirman
dalam QS An-Nur 33: Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mampu
menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya.”
2. Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, tetapi
masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina, maka sunnah baginya
menikah. Nikah baginya lebih utama daripada bertekun diri beribadah.
3. Haram

Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya
kepada istri serta nafsunyapun tidak mendesak, maka ia haram menikah.
4. Makruh
Makruh menikah bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu
memberi belanja kepada istrinya. Walaupun tidak merugikan istri, karena
ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat
5. Mubah

Bagi orang yang tidak terdesak oleh alas analasan yang mengharamkan
untuk menikah, maka nikah hukumnya mubah baginya. Di dalam UU
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 disebutkan hak dan kewajiban suami istri
dalam beberapa pasal di antaranya yaitu: pasal 30-34.

91
Seperti apa Hubungan Dalam Pernikahan?

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974


tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.

Berbagai studi menemukan sumbangsih pernikahan dengan kesehatan,


khususnya kesehatan mental dan kesejahteraan. Mereka yang menikah adalah lebih
sehat dan puas dengan hidup mereka. Lima tahun pertama pernikahan adalah
masamasa kritis dan dikatakan juga sebagai pusat pernikahan. Pendapat ini didasari
bahwa dalam lima tahun pertama terdapat banyak dinamika baru terkait kehidupan
pernikahan, seperti masuknya seseorang ke dalam kehidupan pernikahan, kehadiran
anak pertama, dan membesarkan anak pertama.

Masa lima tahun pertama ini juga penting karena menentukan bagaimana
pernikahan akan berlangsung ke depannya. Pada lima tahun pertama, penyesuaian
dan ekspektasi seseorang sebelum menikah akan diuji, serta mereka juga akan
belajar bagaimana cara mereka dalam menghadapi krisis atau konflik. Meskipun
konflik-konflik yang muncul di awal pernikahan berbeda pada setiap pasangan,
disebutkan beberapa sumber konflik pasangan yang biasanya muncul di awal
pernikahan, seperti kebiasaan yang berbeda, finansial, ekspektasi sebelum menikah,
kepuasan seksual, masalah keluarga besar, cara pola asuh anak, dan kesibukan di
luar rumah.

Rentannya lima tahun pertama pernikahan ini ditunjukkan juga dari kasus
perceraian yang terjadi di seluruh Indonesia, di mana mayoritas penggugat adalah
pasangan dengan usia pernikahan di bawah lima tahun.

Apa yang dimaksud dengan Psikologi keluarga?

92
Psikologi keluarga tidak memiliki definisi khusus dan merupakan gabungan
definisi dari psikologi dan keluarga. Psikologi sendiri berkaitan dengan interaksi atau
menjalin hubungan dengan orang lain secara sosial dengan memperhatikan pola
pikir dan tingkah lakunya. Maka psikologi sendiri akan selalu terlibat di setiap
interaksi manusia baik itu dalam lingkung lingkungan sosial, keluarga maupun diri
sendiri.

Psikologi keluarga merupakan pemahaman tentang interaksi atau pola sosial


dalam keluarga. Keluarga sendiri terdiri dari beberapa individu yang bisa diidi dari
dua generasi, tiga generasi, atau bahkan lebih. Psikologi memiliki arti keilmuan yang
mempelajari tentang jiwa. Keluarga merupakan sekelompok orang yang memiliki
hubungan darah satu dengan yang lainnya.

Apa Saja Penyebab perceraian dan Bagaimana cara menghindarinya?

Kata perceraian berasal dari kata “cerai” mendapat awalan “per” dan akhiran
“an”, yang secara bahasa berarti melepas ikatan. Dalam ilmu fiqh kata “thalaq”
dalam bahasa Arab berasal dari kata “Thalaqa-Yathlaqu-Thalaqan” yang artinya
melepas atau mengurai tali pengikat, baik tali pengikat itu bersifat kongrit seperti tali
pengikat kuda maupun bersifat abstrak seperti tali pengikat perkawinan.

Menurut hukum asalnya talak atau perceraian itu makruh, namun melihat
keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu ada empat :

1. Sunah yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat dilanjutkan
dan seandainya dipertahankan kemudaratan yang lebih banyak akan
timbul.
2. Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian
dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu,
sedangkan manfaatnya juga ada.
3. Wajib yaitu perceraian yang mesti dilakukan oleh hakim terhadap
seorang yang telah bersumpah untuk tidak menggauli istrinya sampai
masa tertentu, sedangkan ia tidak mau membayar kaffarah sumpah agar

93
ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakannya itu memudaratkan
istrinya.
4. Haram talak itu dilakukan tanpa alasan sedangkan istri dalam keadaan
haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.

Perceraian dapat terjadi karena penyebab yang beragam, di antaranya adalah


sebagaimana yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 113 disebutkan
ada tiga hal yang menjadi sebab putusnya perkawinan, yaitu:

1. Kematian: Kematian sebagai salah satu alasan sebab putusnya


perkawinan adalah jika salah satu pihak baik suami atu istri meninggal
dunia maka dengan sendirinya perkawinan akan putus
2. Perceraian: Sebagai mana ketentuan dari Undang-Undang Perkawinan
pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa “perceraian hanya dapat dilakukan
di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”
(Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat 1).
3. Atas putusan pengadilan: mengacu pada Undang-Undang No 1 Tahun
1974

Penyebab Perceraian

Penyebab terjadinya perceraian yakni pada Putusan Presiden No 9 Tahun


1975 Pasal 19 dinyatakan perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan berikut :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemandat,


penjudi dan lain sebagainya yang sukar disebuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalakan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

94
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.

Untuk menghindari tidak terjadinya perceraian maka paling sederhana adalah


menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya perceraian.

95
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-3)

Konsep Diri

PENGANTAR

“Wahai HMI-Wati semua, sadarlah kewajiban muliya, pembina pendidik tunas


muda tiang Negara jaya” kalimat tersebut adalah penggalan dari mars Kohati yang
setiap kader HMI-wati wajib mengetahui, menghafal dan menginternalisasi nilai-nilai
dari mars Kohati ke dalam diirnya karena mars bukan sekedar nyanyian melaikan
sebagai salah-satu pijakan bagi kader HMI-wati dalam menjalankan aktifitas sebagai
makhluk individu maupun kelompok.

Sebagai pembina dan pendidik kader HMI-wati dituntut untuk memiliki


pengetahuan yang luas disebut dengan intelegensi question (IQ), kepekaan
terhadap lingkungan sosial disebut dengan emosional question (EQ) dan kesadaran
beriman dan menghamba kepada Tuhan dengan penuh kesadaran dan keimanan
disebut dengan spiritual question (SQ).

Selain memaksimalkan IQ, EQ, dan SQ kader HMI-wati juga dituntut untuk
memahami dan menerapkan tentang konsep diri dalam keseharian. Konsep diri yang
dimaksud meliputi; cara merawat diri, kiat-kiat berbusana dan tata cara table
manner. Dengan demikian kader HMI-wati akan menjadi sosok perempuan yang
ideal sesuai perkembangan zaman.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

10. Mengetahui dan memahami tata cara merawat diri


11. Mengetahui dan memahami tata cara berbusana
12. Mengetahui dan memahami tentang table manner

96
13. Mengetahui dan memahami kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual.

TOTAL WAKTU:

 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “Perempuan dalam Perspektif Islam”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Ceramah, yel-


yel
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game atau energizer untuk
menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Konsep diri. Metode
yang akan dipergunakan yakni studi kasus (soal cerita), berdialog,
ceramah dan diskusi kelompok/FGD, games dan parktik.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang Apa
yang kalian ketahui terkait konsep diri? “apa yang kalian ketahui
tentang cara merawat diri?”, “bagiaman cara table manner yang

97
baik dan benar?
60:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD
 Fasilitator memberikan bahan bacaan
materi konsep diri
 Bentuk kelompok menjadi 3 dengan
pembahasan (1). Cara merawat diri
(2). Mempraktikan Tata cara
berbusana (3). Mempraktikan table
manner :4 menjelaskan tentang KI,
KE, KS
 Peserta diminta untuk
mepresentasikan atau mempraktikan
hasil dari FGD setiap kelompok 10
menit
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
Durasi 5 menit masing-masing
kelompok
 Buka sesi tanya jawab terhadap
subtopic yang belum dipahami.
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah,
Presentasi
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat yakni konsep diri. Dan
kaitkan juga pengaruhnya pada kehidupan
sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: Games
 Berikan apresiasi pada kelompok
terbaik dalam mempresentasikan atau
mempraktikan materinya
 Berikan apresiasi pada peserta yang

98
tata busananya paling ideal
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

99
Lembar Cerita

Manusia atau Jemuran Berjalan

Perempuan itu identik dengan pakaian, alat make up dan belanja. Walau tidak
semua perempuan demikian akan tetapi semisal dilakukan survey dari 10
koresponden maka hasilnya dapat diprediksi bahwa 8 dari 10 perempuan akan
diidentik dengan hal tersebut. Tidak masalah karena setiap perempuan punya hak
menentukan apa saja selagi tidak merugikan dirinya dan orang lain.

Perempuan itu semisal mau ada acara jam 08.00 maka sudah harus siap-siap
dari jam 06.30 karena butuh banyak waktu menentukan pakaian apa saja yang
harus dipakai meliputi kerudung, baju, rok, kaos kaki, sepatu dan tas dan jangan
lupa kerudung, baju dan roknya di setrika agar tidak kusut. Jika tidak hati-hati dalam
memilih pakaian-pakaian tersebut maka akan dianggap jemuran berjalan.

Seperti apa gambaran dari jemuran berjalan?

Kerudung motif bunga-bunga atau full kadot atau motif lainnya, baju kotak-
kotak atau liris-liris, rok atau bawahan juga bermotif atau bercorak, kaos kaki
bermotif liris-liris atau kaos kaki karakter, yang semuanya ini berbeda-beda warna.
Kurang lebih seperti ini konsep dari jemuran berjalan sehingga perempuan itu harus
memiliki kemampuan dalam memilih pakaian sehingga tidak hanya nyaman dipakai
akan tetapi tdak mengganggu pandangan orang disekitar.

Catatan Diskusi:

Setiap peserta yang ada dalam forum LKK mereview pakaian kawannya apakah
sudah terlihat sperti manusia atau seperti jemuran berjalan.

100
Lembar Bacaan

Konsep Diri
Konsep Diri

Secara definisi Konsep diri menurut Riswandi adalah pemahaman tentang diri
sendiri yang timbul akibat interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor
yang menentukan (determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain. menurut
William D Brooks dalam Jalaludin Rakhmat Konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan
fisik.

Sepanjang kehidupan, konsep diri berkembang dan berubah secara


berkelanjutan, meskipun sulit untuk membedakan antara perkembangan dan
perubahan konsep diri sebagaimana yang disampaikan Rogers bahwa struktur diri
berkembang dan berubah seiring waktu. Di masa kanak-kanak awal, ada
kecenderungan perkembangan yang berasal dari citra diri (self image) yang positif
atau negatif. Selanjutnya diri terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan,
khususnya lingkungan yang terdiri dari orang-orang yang signifikan (orangtua,
sibling). Pada saat anak memiliki sensitifitas sosial disertai kemampuan kognisi dan
kemampuan perseptualnya menjadi matang, konsep diri menjadi berbeda dan lebih
kompleks.

Berk menjelaskan bahwa perkembangan konsep diri diawali dari usia 2 tahun
(ada rekognisi diri dengan melihat dirinya di kaca, foto, videotape); masa kanak-
kanak awal (konsep dirinya bersifat kongkrit, biasanya berdasar karakteristik nama,
penampilan fisik, barang-barang milik dan tingkah laku sehari-hari); masa kanak-
kanak pertengahan (ada transformasi dalam pemahaman diri, mulai menjelaskan diri
dengan istilah-istilah sifat kepribadian, mulai dapat membandingkan karakteristik
dirinya dengan peer-nya).

101
Tata Cara Merawat Diri

Merawat diri adalah bagian dari konsep diri yang perlu dipahami oleh siapa
saja terutama kader HMI-wati. Merawat diri itu erat kaitannya dengan pola hidup
yang sehat, berpakaian yang nyaman dan juga menarik. Berikut tips dalam merawat
diri:

1. Gaya Hidup Sehat


Setiap orang pasti bersepakat bahwa gaya hidup sehat itu penting dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari berikut akan dijelaskan uraiannya:
a. Tidur yang cukup
Seperti yang diketahui bersama bahwa orang dewasa normalnya tidur 8
jam dalam sehari-semalam berbeda dengan bayi, anak usia sekolah dan
remaja. Sebenarnya cukupnya waktu tidur ii tergantung dari kualitas
tidurnya ada yang secara intensitas sampai 8 jam atau lebih tapi kurang
berkualitas sehingga hal ini juga penting diperhatikan bahwa cukupnya
waktu tidur bukan hanya dilihat dari waktu tapi dari kualitas tidur.
b. Mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang
Mengonsumsi makanan yang sehat dengan gizi seimbang dapat
menambah asupan nutrisi untuk tubuh. Dengan begitu, tubuh menjadi
terlihat sehat dan bugar.
c. Olahraga
Olahraga adalah hal yang mudah dilakukan tapi susah diterapkan, olah-
raga itu penting dilakukan untuk menunjang hidup yang sehat.
d. Mengonsumsi banyak air mineral
Diantara hegemoni kenikmatan menyeduh kopi jangan lupa bahwa yang
membuat tubuh kita adalah air mineral, oleh karena itu cukupkan
kebutuhan air dalam tubuh agar tubuh tetap sehat.
2. Menjaga Kebersihan Tubuh
Menjaga kebersihan tubuh menjadi sangat penting dalam merawat diri sebab
dengan kebersihan ini membuat badan menjadi bersih dan orang yang berada
disekitar tidak risih.
3. Berdandan

102
Tidak cukup hanya mandi akan tetapi harus dilanjutkan dengan berdandan
dimulai dengan menggunakan roll on di ketiak, hand body, pelembab, bedan,
lipstick dll.
4. Menghindari Stres
Setiap orang dalam hidup pasti memiliki masalah baik besar atau kecil yang
terpenting bukan pada masalahnya tapi bagaimana menyikapi masalah
tersebut sehingga tidak mendorong sampai setres. Menghindari setres erat
kaitannya dengan menjaga kesehatan mental

Tata Cara Berbusana

Berbusana atau berpakaian merupakan salah-satu cara mempresentasikan diri


maka penting sekali memperhatikan pakaian seperti apa yang akan kita gunakan.
Ada tiga kriteria pakaian yang prlu kita perhatikan (1). Rapi (2). Bersih (3). Pantas

Tampil menarik tak harus menggunakan pakaian baru, pakaian mahal


ataupun pakaian bagus. Kita bisa tetap terlihat menarik dengan memakai pakaian
yang rapi, bersih, dan pantas. Misalnya, selalu ganti pakaianmu setiap hari, biasanya
dilakukan ketika habis mandi. Hal ini agar penampilan kita tidak bau sehingga orang
lain merasa nyaman di sekitar kita.

Selain itu, pakaian yang pantas pun sangat penting. Contohnya, ingin
hangout ke luar rumah, jangan sampai menggunakan pakaian untuk tidur. Sebab,
tidak sesuai fungsinya. Hal itu bisa menjadi faktor yang membuatmu tampil tidak
percaya diri. Di samping itu, pakaian yang rapi pun dapat meningkatkan rasa
percaya diri kita. Sebab, tampilan yang rapi akan enak dilihat. Tampil rapi pun
ternyata menjadi salah satu cara menghargai orang. Orang lain bisa menjadi merasa
spesial dan berharga. Sebab, jika kita bertemu orang dengan tampilan yang
berantakan, mereka bisa merasa kita tidak niat bertemu dengannya.

Cara berpakaian yang baik

1. Fokus pada pakaian yang pas di badan


2. Pilih pakaian yang bisa membuat badan terlihat bagus
3. Tentukan warna yang paling cocok dengan warna kulit
4. Fokus pada gaya diri sndiri bukan pada tren

103
5. Utamakan kenyamanan

Table Manner

Table manner adalah etika makan yang umum diterapkan saat acara jamuan
resmi atau formal. Istilah table manner tidak hanya identic dengan makan saja tapi
secara keseluruhan yang berkaitan dengan serangkaian di meja makan seperti cara
duduk, menaruh napkin/serbet, dan menyantap makanan.

Aturan table manner:

1. Pahami jenis restoran


2. Gunakan pakaian rapi da sopan
3. Ketahui penggunaan alat makan
4. Minta rekomendasi
5. Pahami topic pembicaraan
6. Pakai serbet
7. Potong makanan menjadi satu atau dua bagian
8. Jangan tiup makanan

Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual

Menurut teori lama kecerdasan meliputi tiga pengertian yaitu, kemampuan


untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Kemampuan untuk
mengembangkan kepribadian mahasiswa pada masa sekarang ini lebih dikenal
dengan kecerdasan intelektual (IQ) kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ).

Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kemampuan untuk memecahkan


masalah secara logis dan akademis. Menurut David Wechsler kecerdasan intelektual
sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu,
berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.

104
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan seperti kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan
berdoa.

Kecerdasan Spiritual (SQ) ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
pada pertengahan tahun 2000. Danah Zohar dan Ian Marshall menfinisikan
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan atau value
yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual disebut sebagai salah satu faktor yang menentukan


keberhasilan dan kepintaran dari seseorang. IQ seseorang tidak sama ada yang
tinggi ada yang rendah untuk itu perlu diuraikan cara meningkatkan IQ seseorang,
berikut uraiannya:

1. Asah Otak Melalui Permainan Berguna Menambah Poin IQ Tips membuat nilai
IQ bertambah yang pertama adalah dengan melakukan permainan yang
dapat mengasah otak Sobat Pintar. Biasanya, permainan ini disebut
sebagai brain games seperti puzzle, sudoku, atau teka-teki silang.
2. Bermain Alat Musik Terbukti Meningkatkan IQ. Menurut beberapa penelitian,
dengan bermain alat musik dapat melatih kemampuan berpikir, sensoris,
persepsi pendengaran, koordinasi fisik, dan juga daya ingat.
3. Belajar Bahasa Asing
4. Tambah Poin IQ Dengan Rajin Membaca Buku
5. Mengikuti Pelatihan atau Pendidikan Formal
6. Bersosialiasi
7. Makan-Makanan Bergizi Bermanfaat Untuk Nilai IQ Yang Tinggi
8. Istirahat Yang Cukup Meningkatkan Kinerja Otak
9. Olahraga Yang Rutin

105
Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Menjadi orang tercerdas yang paling sukses tak menjamin bisa menjadi orang
paling sejahtera dalam hidup. IQ bisa membantu masuk ke perguruan tinggi, tetapi
kecerdasan emosional alias EQ-lah yang akan membantu mengatasi stres dan emosi
saat menghadapi ujian akhir. IQ dan EQ ada secara bersamaan dan akan paling
efektif saat keduanya saling membangun satu sama lainnya. Jadi, meningkatkan EQ
tidak kalah penting dengan IQ. Berikut cara meningkatkan kecerdasan emosional

1. Mengenali Emosi yang Dirasak


2. Mengamati Perubahan Emosi
3. Mengelola Emosi
4. Mengekspresikan Emosi
5. Memotivasi Diri Sendiri
6. Mengenali Emosi Orang Lain
7. Membuka Pikiran
8. Introspeksi
9. Mengasah Empati
10. Belajar Berhubungan Dengan Orang Lain
11.Belajar Membuat Keputusan
12.Memotivasi orang lain

Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

Spiritualitas berhubungan erat dengan kesehatan karena pada dasarnya


tubuh, pikiran, dan jiwa saling berhubungan. Kesehatan pada satu aspek akan
berdampak pada aspek kesehatan lainnya. Beberapa penelitian bahkan menemukan
bahwa pikiran positif dan kekuatan yang ditemukan manusia dari agama turut
berkontribusi terhadap kesembuhan dan kesehatan manusia. Meski kecerdasan
spiritual dianggap sebagai komponen penting dalam kehidupan, tetapi hal ini sulit
dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur secara ilmiah.

106
Karakteristik Kecerdasan Spiritual

Umumnya, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan memiliki


karakteristik sebagai berikut:

 Memiliki kesadaran diri, mengetahui apa yang menjadi nilai dalam hidupnya,
apa yang dia percayai, dan apa yang memotivasinya
 Mampu mengatasi masalah sesuai prinsip dan keyakinan yang dipegangnya
 Menghargai keberagaman dan menolak untuk melakukan kekerasan pada
orang lain
 Merasa butuh memahami akar persoalan dan memiliki kecenderungan untuk
mengajukan pertanyaan dasar
 Mampu menyadari hubungan antara objek dan berbagai fenomena yang
sedang terjadi
 Mampu memiliki dan berpegang teguh pada keyakinan sendiri yang mungkin
berbeda dari kebanyakan orang
 Memiliki respons dan manajemen stres yang lebih baik

Tips Melatih Kecerdasan Spiritual

Tiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mencapai kecerdasan


spiritualnya, misalnya melalui berdoa, meditasi, penegasan positif terhadap diri
sendiri (afirmasi), menyanyikan lagu-lagu rohani, membaca buku-buku inspirasional,
berlibur ke alam terbuka, hingga melakukan kegiatan kerelawanan.

Beberapa tips berikut ini mungkin dapat membantu Anda melatih kecerdasan
spiritual:

 Merefleksikan diri terhadap makna hidup


 Mengikuti aktivitas bakti sosial agar bisa bertemu dengan orang-orang yang
memiliki panggilan batin yang serupa
 Mau menerima dan membuka diri terhadap perubahan dalam hidup
 Melakukan kebaikan terhadap orang lain baik yang dikenal maupun tidak
dikenal tanpa pamrih

107
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (Materi ke-4)

Psikologi Perempuan

PENGANTAR
Apa yang membedakan antara perempuan dan laki-laki jika ditinjau dari apek
psikologi? Pasti jawabannya adalah: jika perempuan mengutamakan perasaan dan
laki-laki mengutamakan pikiran. Perempuan umumnya dicitrakan atau mencitrakan
dirinya sebagai makhluk yang emosional, mudah menyerah, pasif, subjektif, lemah
dalam matematika, mudah terpengaruh, lemah fisik, dan dorongan seksnya rendah.
Laki-laki dicitrakan dan mencitrakan dirinya sebagai mahluk yang rasional, logis,
mandiri, agresif, kompetitif, objektif, senang berpetualang, aktif, memiliki fisik dan
dorongan seks yang kuat.
Pencitraan terhadap psikologis perempuan bukan merupakan sesuatu yang
bersifat diwariskan dan tidak dapat berubah, karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor mencakup tendensi-tendensi biologis, motif, kemampuan, ekspektasi
masyarakat, hasil belajar, pengkondisian, perjuangan, dan tekanan situasional.

TUJUAN
Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam
1. Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan
2. Peserta dapat menyebutkan dan menjelaskan fase – fase perkembangan jiwa
dan karakteristik perempuan.
3. Membandingkan nilai – nilai sosial budaya terhadap kepribadian kaum
perempuan
4. Menguraikan problem solving atas permasalahan kaum perempuan.

108
Total Waktu :
- 180 Menit

Alat dan Bahan Materi


- Papan Tulis
- Proyektor
- Laptop
- Bahan Bacaan : Psikologi Perempuan Pendekatan Kontekstual Indonesia
- Sticky Notes
- Spidol Whiteboard
- Spidol Stik

Referensi :

1. Annimarie Schimmel. 1998. Jiwaku adalah Wanita. Bandung : Mizan Achmaro


Mendatu, 2010, Psikologi Nama, Jalasutra3. Jess Feist, Gregory
2. J.Feist, Teori Kepribadian, Salemba 4. Kartini Kartono. 1998. Psikolog Wanita.
Jakarta : Rajawali Pers
3. Rosalind Horton, Sally Simmons. 2009. Wanita – Wanita Yang Mengubah
Dubia : Kumpulan Kisah Penuh Inspirasi dari Wanita – Wanita Pengukir
Sejarah. Erlangga Sadli, Sarinah. 2010. Berbeda Tetapi Setara ; Pemikiran
Tentang Kajian Perempuan. Jakarta: Kompas.
4. Referensi lain yang relevan.

Proses Pembelajaran atau Langkah – Langkah


Tahap Pembukaan Metode : Dialog, energiser
15 Menit - Mengawali sesi dengan
mengucapkan salam,
menanyakan keadaan dari
peserta dan memberikan
ungkapan yang membuat
peserta menarik seperti “

109
Semangat Pagi”
- Memberikan ulasan singkat
terkait materi yang akan
disampaikan
- Menjelaskan dengan singkat
mengenai tujuan dan materi
pokok dari materi Psikoloagi
perempuan.
25 Menit Tahap Mendalami dan Mengurai Metode ; Brain Stroming
- Menggali sebanyak –
banyaknya menurut peserta
terkait “ Apa yang kalian
ketahui mengenai psikologi
perempuan. Bisa diawali
dengan pengertian psikologi
menurut para peserta.
Perbedaan psikologi antara
perempuan dan laki – laki.
Bagaimana budaya
memangdang perempuan.
Permasalah psikologis apa
yang sering dihadapi oleh
perempuan.
- Membagikan kepada para
peserta lembar cerita
mengenai Perempuan dan
Budaya kemudian
memberikan waktu 5 menit
untuk peserta mencerna
lembar bacaan yang
diberikan.
- Menggali pendapat setiap

110
peserta tentang apa yang
sudah dibaca tadi.

70 Menit Tahap Menilai Metode : FGD


- Membagikan lembar bacaan
- Membentuk kelompok
menjadi 4 dan membagikan
pembahasan terkait 1.
Membedah pengertian fase –
fase perkembangan jiwa
perempuan. 2. Karakteristik
dan permasalahan psikologis
perempuan. 3. Perbandingan
nilai – nilai social budaya
terhadap kepribadian kaum
perempuan. 4. Problem
solving Permasalahan
peremuan saat ini
- Peserta mempersentasikan
hasil FGD bersama kelompok
10 menit setiap
kelompoknya.
- Kelompok lainnya
menanggapi secara ilmiah,
kritis, logis dan juga
sistematis.
- Membuka sesi tanya jawab
10 Menit Tahap Merangkum dan Aksi Metode : Ceramah
Bingkai Kembali ( reframing)
pembahasan sesi ini secara singkat
yakni Psikologi Perempuan dan juga
kaitan serta pengaruhnya untuk

111
kehidupan sehari – hari.

10 Menit Penutup
- Memberikan apresiasi kepada
kelompok terbaik saat
mempresentasikan materinya
- Menutup sesi dengan
mengucapkan terimakasih
dan tepuk tangan Bersama.

112
Lembar Bacaan

Psikologi Perempuan

Pengertian Psikologi Perempuan


Psikologi perempuan merupakan bidang penyelidikan ilmiah yang dapat
menelusuri kembali akar studi awal tentang perbedaan jenis kelamin, namun bidang
ini mencakup lebih dari variasi tersebut. Penekanan pada kata perbedaan memiliki
asumsi implisit dari kata perbedaan itu sendiri selain pada perbedaan seks biologis.
Sedangkan pada psikologi gender, kata perbandigan adalah kata yang lebih
tepat untuk menggambarkan psikologi gender, selain itu masih banyak menyisakan
banyak topik tentang penelitian yang mencakup pengalaman unik bagi perempuan,
seperti kehamilan, menyusui, dan menstruasi. Istilah psikologi feminis tampaknya
memiliki terlalu banyak konotasi dan memiliki makna yang bervariasi diantara
berbagai istilah feminis lainnya.
Di masa lalu, psikologi mempelajari perilaku tanpa memerhatikan faktor jenis
kelamin khususnya perempuan. Dengan demikian psikologi perempuan juga
didefinisikan sebagai suatu studi yang mencakup semua masalah psikologis yang
berkaitan dengan perempuan serta pengalamannya. Untuk memahami kontribusi
yang telah dilakukan perempuan dalam bidang psikologi, seseorang harus mengerti
bagaimana status perempuan dalam bidang psikologi yang mengalami perubahan.
Kaum feminis telah lama berpendapat bahwa ilmu sosial mengabaikan dan
mendistorsi studi tentang perempuan secara sistematis yang berdampak bagi kaum
laki-laki. Dimasukkannya variable jenis kelamin perempuan dapat diteliti dalam suatu
waktu dan konseptualisasi terpisah, menurut Jeanne Marecek, Ellen Kimmel, Mary
Crawford, dan Rachel Hare-Mustin (dalam Florence& Michele, 2008) menyatakan
bahwa perempuan sebagai masalah, perbedaan dan kesamaan antara perempuan
dan laki-laki, serta studi feminis tentang kehidupan perempuan.
Banyak penelitian awal yang menyertakan perempuan sebagai subjek
penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan inferior dalam beberapa cara atau
hal. Selain itu, jika jenis kelamin perempuan dimasukkan ke dalam sampel
penelitian, maka tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin dan gender yang

113
dilaporkan. Hal ini dikarenakan diabaikannya pengaruh faktor-faktor psikologis dan
pada intinyamerupakan indikasi dari keyakinan bahwa laki-laki adalah suatu norma.
Berakar dari pandangan bahwa karakteristik fisiologis antara laki-laki dan
perempuan itu berbeda sehingga menimbulkan pandangan discriminator terhadap
perempuan dalam segala sisi yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aspek
fisiologis dan psikologis perempuan. Oleh Karen itu, terjadilah kontroversi dalam
memandang eksistensi perempuan.
Studi tentang perempuan dapat dikatakan memiliki tujuan ganda, yakni
memahami perempuan, bahwa perempuan juga memiliki berbagai macam kualitas
manusia untuk meningkatkan mutu hidup secara umum seperti yang dimiliki laki-
laki. Kedua, berbagai macam sikap dan kepercayaan umum terhadap kaum
perempuan yang banyak dipengaruhi mitos dan aneka stereotipe negative yang
bersumber dari pengaruh sosio budaya yang merugikan perkembangan status dan
diri perempuan itu dapat diubah dan dihilangkan.
Dengan berkembangnya stud tentang perempuan diharapkan agar beberapa
ciri yang selama ini menonjol serta cenderung merugikan kaum perempuan dalam
berbagai studi tradisional tentang perempuan dapat dihilangkan, atau setidak-
tidaknya bisa dikurangi. Berbagai ciri negative yang dimaksud adalah permepuan
lebih banyak dijadikan objek penelitian atau studi.
Bila suatu penelitain menghasilkan gambaran yang berbeda tentang
responden perempuan, arti dari penemuan tersebut tidak akan dikali lebih lanjut,
melainkan hanya sekedar menjadi catatan kaki. Studi tentang perempuan cenderung
mencerminkan prasangka dan sikap yang berlaku dalam lingkungan sosial bdaya
tertentu. Akibatnya, distorsi pandangan tenatng perempuan ikut memengaruhi
jalannya penelitian yang bersangkutan.

Fase – Fase Perkembangan Jiwa dan Karakteristik Perempuan


Para ahli membedakan proses perkembangan menurut beragam fase yang
ada di kehidupan seseorang. Setiap periode perkembangan ini mewakilkan waktu
ketika ada tahap tertentu yang dicapai. Pada saat itu sebagian orang mungkin akan
mengalami tantangan dan para ahli psikologi perkembangan dapat membantu
dengan masalah yang dialami. Fase – fase perkembangan dalam

114
psikologi perkembangan berupa tahap perkembangan manusia dalam ilmu psikologi
antara lain:

1. Prenatal Stag
Dari awal sebagai struktur makhluk satu sel hingga kelahiran, perkembangan pra
natal Anda berlangsung dalam urutan tertentu di tahapan psikologi perkembangan.
Ada tiga tahap dari perkembangan pra natal, yaitu:

 Germinal Stage
Tahap ini berlangsung pada minggu pertama hingga kedua di dalam
kandungan yang dimulai ketika sperma bertemu dengan sel telur dan membentuk
Zigot yaitu struktur bersel satu hingga jenis kelamin dan susunan genetik janin
ditentukan pada saat ini. Selama minggu pertama di dalam kandungan, zigot akan
membelah dan memperbanyak diri menjadi dua, empat, delapan sel, dan
seterusnya. Proses pembelahan sel ini disebut Mitosis, sebuah proses yang rentan
dan hanya sedikit zigot yang berhasil bertahan di dua minggu pertama. Setelah lima
hari mitosis menghasilkan 100 sel dan setelah 9 bulan ada miliaran sel yang menjadi
semakin khusus membentuk organ dan bagian – bagian tubuh. Pada tahap germinal,
massa sel belum melekat pada lapisan rahim ibu. Ketika itu terjadi, maka sudah
waktunya untuk tahap berikutnya.

 Embryonic Stage

Berlangsung pada minggu ke 3 hingga minggu ke 8 dalam kehamilan. Setelah


zigot membelah selama 7-10 hari dan menghasilkan 150 sel, maka zigot akan turun
melalui tuba falopi dan menempel pada dinding rahim dan disebut embrio.
Kemudian terjadi pertumbuhan pembuluh darah, membentuk plasenta. Plasenta
adalah struktur yang tersambung dengan rahim yang menyediakan nutrisi dan
oksigen dari ibu kepada embrio yang berkembang di umbilical cord. Struktur dasar
embrio mulai berkembang menjadi area – area yang akan menjadi kepala, dada, dan
perut. Selama tahapan ini jantung mulai berdetak dan terbentuk organ tubuh yang
juga mulai berfungsi. Saluran saraf membentuk di bagia belakang embrio,
berkembang menjadi otak dan tulang belakang.

115
 Fetal Stage

Tahap ini berlangsung selama 9-40 minggu yang dimulai pada minggu ke 9
ketika embrio mulai disebut sebagai janin. Pada tahap ini, janin hanya berukuran
kecil dan mulai menyerupai manusia ketika bentuknya berubah. Sejak minggu ke 9 –
12, alat kelamin mulai terbentuk dengan berbeda. Sekitar usia 16 minggu, janin
telah memiliki jari tangan dan kaki, juga mulai ada sidik jari. Ketika mencapai usia
enam bulan atau 24 minggu, beratnya dapat mencapai 1,4 pounds. Pendengaran
juga sudah berkembang, begitu juga organ dalam sehingga janin yang lahir
prematur di usia ini memiliki kesempatan hidup diluar kandungan ibunya.

2. Infancy Stage

Sejak kelahiran sampai tahun pertama seseorang, itu berarti ia berada pada fase
bayi. Sebagian besar dari bayi yang baru lahir menghabiskan waktunya dengan
tidur. Pada awalnya ia akan menghabiskan waktu siang dan malam untuk tidur,
tetapi setelah beberapa bulan bayi akan mulai terjaga pada siang hari. Periode ini
berada pada usia kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Banyak sekali kegiatan yang
terjadi sebagai awal seperti kemampuan berbahasa, berkembangnya pemikiran
simbolis, mulai koordinasi sensorimotor, dan juga belajar sosial yang akan dialami.
Ketahui juga mengenai perkembangan psikologi pada bayi dan tahap perkembangan
kognitif anak.

3. Early Childhood

Periode dalam fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan ini


berlangsung dari bayi sampai usia lima atau enam tahun, juga dikenal sebagai
periode prasekolah. Masa – masa sejak bayi hingga anak usia dini adalah waktunya
pertumbuhan dan perubahan yang luar biasa. Anak – anak kecil pada masa ini akan
belajar untuk mandiri dan menjaga dirinya semdiri, keterampilan mengenai kesiapan
untuk bersekolah, misalnya mengikuti perintah dan mengenali huruf, juga bermain
dengan teman sebayanya. Para psikolog perkembangan biasanya mengamati hal –
hal fisik, kognitif, dan pertumbuhan emosional yang terjadi pada periode
perkembangan ini. Orang tua dan ahli kesehatan seringkali fokus untuk memastikan

116
agar anak tumbuh dengan layak, menerima nutrisi yang cukup dan mencapai
tahapan yang sesuai usianya.

4. Middle and Late Childhood

Fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan ini berlangsung dari usia
enam hingga sebelas tahun atau sama dengan tahun yang dilalui anak di sekolah
dasar. Pada masa ini anak telah menguasai keterampilan dasar seperti menulis dan
berhitung, juga secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
kebudayaan manusia. Pengendalian diri juga semakin berkembang. Periode ini
ditandai oleh kematangan fisik dan peningkatan pengaruh sosial ketika anak
bersekolah di tingkat dasar. Mereka mulai menjalin pertemanan, mendapatkan
kompetensi melalui pekerjaan sekolah dan terus mengembangkan diri mereka
sendiri yang unik. Ketahui juga mengenai perkembangan psikologi pada masa
pubertas, dan pendekatan dalam psikologi perkembangan peserta didik.

5. Adolescence

Ini adalah fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan yang memasuki
masa transisi dari masa awal anak – anak sampai awal dewasa, sekitar usia 10
hingga 12 tahun sampai 18 atau 22 tahun. Pada tahap ini terjadi pubertas yang
ditandai dengan perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat, tinggi badan,
perubahan bentuk tubuh, juga mulai muncul karakteristik seksual seperti pinggang
membesar, tubuh kumis, buah dada, dan sebagainya. Secara intelektual, pemikiran
juga akan menjadi semakin logis, abstrak dan mulai idealis, juga semakin banyak
bergaul di luar keluarga. Adolescence adalah periode dimana seseorang akan mulai
mampu menarik kesimpulan berupa hipotesis atau proposal, mengujinya dan
membuat evaluasi yang rasional. Pemikiran formal dari remaja dan dewasa
cenderung deduktif, rasional dan sistematis. Pada usia ini, anak – anak seringkali
menguji batasan dan eksplorasi identitas baru ketika mereka mulai mempertanyakan
siapa dirinya dan mereka ingin menjadi siapa.

117
6. Early Adulthood

Fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan ini berawal dari usia
sekitar 35 tahun sampai 45 tahun hingga ke usia 60 tahunan. Pada masa inilah
waktunya memperluas keterlibatan dalam kegiatan sosial dan memperluas kegiatan
pribadi. Membentuk ikatan, keintiman, pertemanan dekat, memulai keluarga
seringkali menjadi tahapan yang kritis selama masa ini. Mereka yang dapat
membangun dan mempertahankan hubungan cenderung mengalami keterkaitan dan
dukungan sosial sementara yang mengalami kesulitan dengan beberapa hubungan
mungkin bisa berakhir merasa terasing dan kesepian. Ketahui juga mengenai
peranan psikologi perkembangan dalam perubahan sikap dan perilaku,
perkembangan kognitif pada dewasa awal dan faktor hereditas dalam psikologi
perkembangan.

7. Middle Adulthood

Perkembangan kognitif pada dewasa akhir di fase ini cenderung berpusat pada
pengembangan tujuan dan kontribusi terhadap masyarakat. Menurut Erikson, konflik
ini berada pada stagnasi dan generativitas. Mereka yang dapat terhubung dengan
dunia akan memberikan kontribusi pada hal yang akan bertahan lebih lama darinya
dan meninggalkan tanda untuk generasi berikutnya dengan suatu tujuan. Aktivitas
seperti karir, keluarga, kelompok keanggotaan dan keterlibatan komunitas adalah
semua hal yang dapat berkontribusi pada perasaan generativitas ini.

8. Late Adulthood

Ini adalah salah satu dari fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan
yang berada pada masa dewasa akhir atau pada usia 60-70 tahun hingga kematian.
Disini waktunya penyesuaian diri ketika kekuatan dan kesehatan berkurang, menata
kehidupan, pensiun dan juga menyesuaikan diri dengan peranan sosial baru yang
mungkin saja dialami. Tahun – tahun senior ini seringkali dianggap sebagai periode
kesehatan yang menurun, tetapi masih banyak orang usia lanjut mampu untuk tetap
aktif dan sibuk di usia 80 tahun dan 90 tahun. Masalah kesehatan yang meningkat

118
mulai menandai periode perkembangan ini, dan beberapa orang mungkin akan
mengalami penurunan mental seperti demensia dan alzheimer.

Psikologi perkembangan adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk


menjelaskan pertumbuhan, perubahan dan konsistensi melalui rentang waktu
kehidupan. Psikologi perkembangan mengamati bagaimana pola pikir seseorang,
perasaan, dan perilakunya dalam kehidupannya. Teori – teori dalam bidang ilmu ini
difokuskan pada perkembangan di masa kanak – kanak, karena ini adalah periode
dalam rentang kehidupan seseorang ketika perubahan paling banyak terjadi. Para
ahli mempelajari bidang yang luas mengenai biologis, sosial, emosi dan proses
kognitif dari berbagai fase – fase perkembangan dalam psikologi perkembangan.

Karakteristik Perempuan

Terdapat perbedaan bersifat internal dan substansial yang jelas antara


perempuan dan laki-laki ditinjau dari segi fisik, seperti dalam pertumbuhan tinggi
badan, payudara, rambut, organ genitalia internal dan eksternal, serta jenis
hormonal yang mempengaruhi variasi ciri-ciri fisik dan biologisnya.

Terjadinya perbedaan secara fisik antara perempuan dan laki-laki ditentukan


sejak masa konsepsi, yaitu saat sel telur (ovum) yang mengandung 22 pasang
kromosom sejenis (22 AA) dan sepasang kromosom seks XX bergabung dengan sel
sperman(spermatozoa) yang mengandung 22 pasang kromosom sejenis (22 AA) dan
sepasangnkromosom seks XY. Jika kromosom seks dari perempuan bergabung
dengan kromosom seks X dari laki-laki, melahirkan bayi perempuan, dan jika
kromosom seks dari perempuan bergabung dengan kromosom seks Y dari laki-laki,
melahirkan bayi laki-laki.

Berdasarkan perbedaan jenis kromosom seks yang dimiliki perempuan dan


yang dikeluarkan oleh laki-laki, menghasilkan jenis kelamin tertentu (Hurlock,
1980).Kromosom dari ayah dan ibu yang sudah bergabung itu membentuk sel
yangdisebut testis. Awal berkembang testis hanya terjadi pada embrio yang
mengandung kromosom seks XY. Testis tersebut mulai memproduksi hormon seks.

119
Pada testis yang mengandung kromosom XX memproduksi hormon progesteron dan
estrogen, dan testis mengandung kromosom XY menghasilkan hormon androgen.
Ketiadaan hormone androgen pada testis yang mengandung kromosom XX
menghasilkan telur dan kelenjar gonad yang membentuk indung telur dan
perkembangan genitalia eksternal dan internal janin perempuan, dan testis yang
mengandung kromosom XY mengembangkan organ eksternal dan internal laki-laki
(Friedman & Schutack, 2008). Hormon memegang peranan penting dalam
perkembangan genitalia perempuan dan laki-laki, termasuk mempengaruhi
organisasi otak dan kelenjar pituatari yang mengendalikan sekresi hormon gonad
pada masa pubertas (Otten, 1985).

Menurut penelitian Parson (1980), janin hewan selama pranatal yang diberi
hormon androgen memperlihatkan kegiatan bermain yang kasar, agresif, dan
aktivitas yang tinggi, baik pada hewan jantan maupun betina. Dalam kasus anomali
genetik terjadi mutasi jumlah kromosom seks yang terkandung dalam sel janin, atau
janin mungkin tidak cukup mendapat hormon yang sesuai. Ada individu yang terlalu
banyak kromosom seks dengan konfigurasi XXX, XXY, atau XYY. Individu dengan
konfigurasi kromosom XXX secara anatomis adalah perempuan yang subur,
sedangkan konfigurasi kromosom XXY secara anatomis laki-laki tetapi kurang
perkasa dan agak gemulai, dan konfigurasi kromosom XYY adalah laki-laki perkasa
(Stockard & Johnson, 1992). Para peneliti menduga, individu dengan kromosom Y
ekstra memiliki testoteron yang lebih besar dalam tubuhnya, sehingga mereka lebih
agresif, namun hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena
menggunakan sampel yang terbatas.
Perbedaan hormonalmenimbulkan perbedaan organ internal dan eksternal
antara perempuan dan laki-laki. Perempuan secara fisik tampak khas dan berbeda
dengan laki- laki. Fisik perempuan umumnya lebih lemah, tetapi sejak bayi hingga
dewasa, perempuan memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat dan cenderung
memiliki umur yang lebih panjang daripada laki-laki (Parsons, 1980). Memperhatikan
uraian di atas jelas bahwa genetika dan hormonal masa prenatal berpengaruh
terhadap manifestasi perbedaan seks perempuan dan laki-laki yang bersifat fisiologis
dan biologis, dan perbedaan tersebut merupakan potensi yang diberikan Tuhan

120
(given), sehingga Freud menyebut disposisi fisiologis dan biologis tersebut sebagai
takdir (anatomy is destiny).
Perbedaan anatomis biologis dan fisiologis menimbulkan terjadi kontroversi
dalam memandang psikologis perempuan. Menurut pandangan para ahli
kontemporer yang telah melakukan penelitian terhadap psikologi perempuan
diketahui bahwa perbedaan kepribadian perempuan dan laki-laki banyak dipengaruhi
oleh ekspektasi dan sosialisasi dari orangtua daripada oleh faktor fisiologis. Faktor
fisiologis dan biologis hanya mempersiapkan berlangsungnya tahapan-tahapan
penting yang mempengaruhi kepribadian. Faktor biologis bukanlah penyebab semua
perbedaan gender seseorang. Citra fisik tidak meniscayakan citra non fisik antara
perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, kita wajib menyingkirkan citra bias gender
yang hanya didasarkan pada perbedaan biologis semata yang simplistik.

Pengaruh Nilai – Nilai Social Dan Budaya Terhadap Kepribadian Kaum


Perempuan
Di Indonesia telah banyak yang dilakukan guna menjaga stabilitas nasional
dan keserasian sosial, peran perempuan dalam konteks ini menempati posisi yang
sangat strategis, sebab wanita secara psykologis memiliki potensi untuk bersikap
toleran.
Dalam perannya sebagai ibu, perempuan selalu berhubungan dengan
anaknya dan selalu bekerjasama, dapat memupuk sikapnya untuk tidak
mementingkan diri sendiri, sabar dan rela berkorban. Sikap demikian tentu saja
menjadikan perempuan selalu siap menyesuaikan diri, mempertimbangkan alternatif
atau berbagai kemungkinan lain dan mampu melihat perbedan- perbedaan yang ada
di lingkungannya.15 Kaum wanita cenderung lebih suka bekerjasama daripada
menominasi dan lebih suka menciptakan perdamaian daripada menciptakan konflik.
Yohana E. Prawitasari menginfentarisir potensi yang dimiliki perempuan dalam
kehidupan sosial seabagai berikut;
a. Mampu menerima dirinya sebagaimana adanya
b. Terbuka terhadap pengalaman
c. Bersifat asertif tahu apa yang ia kehendaki berani mempertahankan
haknya

121
d. Menggunakan kewaninaannya sebagai aset
e. Berani menunjukkan kemampuannya
f. Selalu berusaha untuk meningkatkan kepercayaan dirinya melalui
latihan-latihan.
Mencermati potensi perempuan demikian, dapat dipahami bahwa perempuan
dengan segala keterbatasannya memiliki potensi yang besar dalam persoalan
toleransi karena memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam konteks interaksi sosial, kaum perempuan memiliki andil yang
besar dalam upaya menciptakan suasana keserasian sosial.
Berbagai peran yang dilakoni perempuan telah membentuknya menjadi
pribadi yang khas. Peran yang dilakoninya tidak terbatas sebagai ibu, tetapi juga
sebagai makluk sosial yang juga terlibat pada sektor publik. Dalam pengamatan
Kartini Kartono, wanita merupakan person yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa
dunianya, tanpa komunikasi dan partisipasi dalam kehidupan sehari hari.
Transformasi sosial masyarakat yang terjadi dewasa ini menuntut Wanita
tidak lagi tersekat dalam peran domistik, akan tetapi eksistensinya kini telah mulai
diakui sebagai pihak yang memiliki sumber daya dalam pembangunan. Kaum
perempuan kini tidak lagi bisa disebut sebagai teman di belakang, (koncowingking,
Jawa) tetapi sebagi mitra sejajar laki-laki untuk saling mengisi dalam
pembangunan masyarakat.
Tingkat pendidikan dan kesehatan perempuan yang setara dengan laki-laki
mendorong partisipasi mereka meningkat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Partisipasi mereka tidak terbatas dalam memajukan lembaga-lembaga ekonomi tetpi
juga politik, hukum, sosial budaya bahkan pertahanan keamanan. Dalam konteks
sosio-religious, menurutAchmad, peran wanita juga meningkat dalam upaya
meningkatkan dan menciptakan keserasian kehidupan beragama.
Dalam kajian ilmu-ilmu sosial, istilah keserasian sosial secara umum mengacu
pada suatu model keseimbangan (equilibrium) dalam rangka mencapai suatu tingkat
stabilitas sosial serta integrasi sosial. Konsep keseimbangan dan stabilitas sosial
merupakan tema sentral yang menjadi pokok perhatian pendekatan struktural
fungsional. Menurut pandangan ini, manakala dalam suatu keseluruhan dan bagian-

122
bagian dari suatu sistem sosial terjadi keadaan “ketiadaan keserasian” maka
keadaan itu menunjukkan kondisi patologis”.
Keserasian sosial, dengan demikian merupakan kondisi kehidupan manusia
yang dinamis di berbagai bidang yang mencakup bidang-bidang sosial budaya,
ekonomi, politik, dan teknologi, di dalam kehidupan antar individu dan antar
kelompok di dalam masyarakat yang ditandai antara lain oleh adanya kerjasama,
akomodasi, akulturasi dan atau asimilasi. Di dalam kehidupan bermasyarakat
terbentuk unsur keakraban, tanggung jawab, kesatuan dan keseimbangan, sehingga
memungkinkan berlangsungnya kehidupan dan perkembangan warga di dalam
kelompok dan masyarakatnya. Gambaran mengenai tingkat keserasian
antarkelompok pada dasarnya merupakan suatu kontinum dari yang terendah
sampai yang tertinggi pada aspek yang mencerminkan terjadinya keserasian yaitu
aspek kerjasama, akomodasi, akulturasi dan asimilasi. Adanya kerjasama
antarkelompok merupakan bibit tercapainya keserasian sosial, tetapi hal itu lebih
diikat oleh adanya saling ketergantungan dalam kepentingan. Apabila kepentingan
diantara berbagai kelompok telah berkurang, mungkin saja mereka akan kehilangan
keserasiannya.

123
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (Materi ke-5)

KESEHATAN REPRODUKSI
Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya
reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim.

Mempelajari tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat penting bagi laki-laki dan
perempuan, dan oleh setiap kalangan. Karena dengan mempelajari dan memahami
tentang kesehatan reproduksi dapat melakukan pencegahan dini terhadap penyakit
yang berhubungan dengan alat reproduksi.

Dalam perkaderan Kohati materi kesehatan reproduksi menjadi materi wajib dalam
Latihan Khusus Kohati (LKK), selain menjadi materi wajib juga menjadi kegiatan
yang penting dilaksanakan diluar LKK disebut sebagai pelatihan non formal dan
kesehatan reproduksi menjadi salah-satu pelatihan non formal di Kohati yang bisa
dilaksnakan oleh Kohati dimanapun berada.

TUJUAN
Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

14. Memahami Prenatal Care


15. Memahami Postnatal Care
16. Menjelaskan Menstruasi
17. Memahami tindakan Preventif, dan Kuratif terkait organ vital perempuan
18. Memahami tentang HIV/AIDS
19. Memahami tentang Fertilitas
20. Memahami tentang Aborsi
21. Memahami Kanker Servix dan Kanker Payudara

TOTAL WAKTU:

 140 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

124
 Papan Tulis
 Proyektor
 Laptop
 Bahan bacaan :

REFERENSI :
1. Alan Whiteside, HIV/AIDS a Very Short Introduction (Oxford: Oxford University
Press, 2008)
2. Anna Glasier dan Ailsa Gebbie, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
(Jakarta: EGC, 2005)
3. Firman Lubis, Kesehatan Perempuan (Jakarta: YLKI)
4. Ida AC Manuaba, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (Jakarta: EGC, 2006)
5. Meredith Susan, Apa yang Terjadi Pada Diriku (Jakarta: Erlangga, 2008) 6.
Munawar Ahmad, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia (Bandung: Mizan,
1994) 7. Nirmala Devi, Gizi Saat Sindrom Menstruasi (Jakarta:Gramedia, 2013)
8. Nursalam Nurs dan Ninuk Kurniawati, Asuban Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
AIDS (Jakarta: Salemba Medika, 2007)
9. Referensi lain yang relevan

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

20:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: energizer,


ceramah, Simulasi
 Awali sesi dengan ucapan salam, perkenalan diri dan menanyakan
keadaan peserta, atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
menyapa peserta.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang kesehatan
reproduksi
20:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Case Study
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang kalian
ketahui tentang Seks dan Gender? Apa perbedaan Seks dan
Gender? Apa yang dimaksud alat reproduksi dan apa saja alat
reproduksi perempuan dan laki-laki ? mengapa kesehatan alat
reproduksi harus kita ketahui ?
 Fasilitator memberikan bahan cerita
 Galilah pendapat setiap individu tentang apa yang mereka baca
80:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD, Ceramah,

125
Diskusi
 Fasilitator memberikan lembar bacaan
 Fasilitator membentuk kelompok
menjadi 4 kelompok. (1).
Mendiskusikan tentang prenatal care
dan postnatal care (2). Mendiskusikan
tentang menstruasi dan tindakan
preventif kuratif terkait organ vital
perempuan (3). Mendiskusikan
tentang IV/AIDS dan fertilitas (4).
Mendiskusikan tentang aborsi dan
kangker serviks, kangker payudara.
Masing-masing kelompok diberikan
waktu 20 menit
 Fasiliator mempersilahkan masing-
masing kelompok untuk prsentasi
selama 10 menit
 Kelompok lain menanggapi masing-
masing 5 menit
 Fasilitator membuka sesi diskusi untuk
materi yang belum dipahami
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat
10:00 PENUTUP METODE: ceramah
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

126
Lembar Bacaan

Kesehatan Reproduksi
A. Pendahuluan

Sehat adalah bebas dari penyakit, baik jasmani, rohani, mental, dan
spiritual. Reproduksi adalah menghasilkan embali,' maksudnya proses
menghasilkan atau melahirkan Leturunan demi kelangsungan hidup manusia.
Kesehatan eproduksi adalah kondisi sehat (bebas penyakit, bebas cacat, ehat
mental, sosial, dan kultural) menyangkut sistem, fungsi, Dan proses alat
reproduksi yang dimiliki.

Sistem reproduksi manusia mengalami perkembangan di usia remaja, dan


menjadi matang seiring berjalannya waktu. Perkembangan ini tidak hanya fisik,
namun juga diiringi perkembangan psikologis pikiran, perasaan, perilaku yang
berawal sejak masa pubertas, yang mana hormon-hormon mulai berfungsi dan
menyebabkan perubahan fisik. Hormon ini juga mempengaruhi dorongan seks,
sehingga muncul ketertarikan pada lawan jenis dan keinginan untuk mendapat
kepuasan seksual.

Kematangan sistem reproduksi ini menjadikan remaja mampu menjalankan


fungsi prokreasinya, yaitu sudah bisa mempunyai keturunan. Meski begitu,
bukan berarti bisa langsung bereproduksi secara aman, karena usia reproduksi
yang sehat untuk perempuan adalah sekitar 20-30 tahun. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya karena sistem reproduksi belum matang.
Misalnya, rahum pada usia sebelum 20 tahun belum siap memelihara hasil
pembuahan (jamm), dan secara rental anak umur di bawah 20 tahun masih labil
dan belum cukup matang, sehingga dianggap belum mampu merawat pre-natal
dengan baik karena kurangnya pengetahuan dan perasaan malu untuk
memeriksakan dirinya ke pusat pelayanan kesehatan (kemungkinan besar hanya
mencari informasi di internet yang artinya, dia akan mendapat infromasi
simpang siur yang tidak valid dan akan sangat beresiko bagi dirinya dan
janinnya).

127
Di antara masalah yang timbul pada remaja di masa awal kematangan
sistem reproduksi adalah perilaku seks bebas (free sex), kehamilan di luar
pernikahan, dan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.

Biasanya, remaja melakukan hubungan seks di luar ikatan pernikahan


karena adanya tekanan dari pasangan, merasa sudah siap berhubungan seks,
keinginan untuk dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi
populer, tidak mau dicjck 'masih polos', keinginan untuk diterima oleh suatu
kelompok, pengaruh media massa (TV dan internet), dan paksaan dari orang
lain untuk melakukan hubungan seks. Free sex ini biasanya mengarah pada
kehamilan yang tidak direncanakan (KTD).

KTD biasanya terjadi karena faktor sosio demografik, seperti kemiskinan,


media massa, seksualitas aktif, kegagalan alat kontrasepsi, keluarga yang
kurang harmonis, status perkembangan (ingin mencoba-coba, kurang pemikiran
tentang masa depan, dan kebutuhan akan perhatian), penyalahgunaan obat-
obatan, kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses
kehamilan dan metode pencegahannya, serta tindak perkosaan.

KTD berdampak secara fisik, psikis, dan juga sosial. Anak perempuan yang
hamil di luar ikatan pernikahan biasanya dicemooh dan dikucilkan di masyarakat
(akibat masih kuatnya nilai norma di masyarakat), terlebih bila yang
bersangkutan masih bersekolah, biasanya pihak sekolah akan mengeluarkannya
dari sekolah, sehingga siswi purus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan
berkarya, menjadi orang tua tunggal, atau menjalani pernikahan dini yang tidak
terencana. Hal ini dapat pada psikologis siswi, yang menyebabkan kesulitan
berperan sebagai orang tua, tidak bisa mengurus kehamilan dan bayinya,
akhirnya berujung stress, konflik, aborsi illegal, atau kematian ibu dan bayi (bisa
karena kondisi ibu yang memang tidak mampu bertahan saat melahirkan, atau
bisa juga karena si ibu bunuh diri, atau malah membunuh bayinya).

Selain KTD, masalah lain yang diakibatkan free sex adalah penyakit
menular seksual (PMS). PMS ini ada banyak jenisnya, salah satunya HIV/AIDS
(pengidapnya disebut ODHA-Orang Dengan. Hiv/Aids),? yang dianggap

128
berbahaya dan mengancam, yang penularannya bisa lewat hubungan seksual
yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba,
dan transfusi darah.

Hal-hal di atas inilah yang menjadikan kita perlu untuk membahas bab ini,
agar kita mengetahui anatomi dan fisiologi reproduksi, proses kehamilan,
permasalahan-permasalahan kesehatan seksual serta pencegahan dan
pengobatannya, sehingga bisa mengembangkan perilaku reproduksi sehat untuk
menyiapkan diri melaksanakan fungsi reproduksi yang sehat secara fisik, mental,
ekonomi, dan spiritual.

B. Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi³

Organ reproduksi/ organ seks adalah organ yang menjalankan fungsi


reproduksi. Organ reproduksi laki-laki adalah zakar/penis, kepala zakar/kepala
penis, kantong pelir, testis/biji pelir, sperma, saluran kemih, epididimis, dan
saluran sperma. Sedangkan organ reproduksi perempuan terdiri dari organ luar
dan organ dalam. Organ luar adalah/vulva adalah mons veneris, bibir
kemaluan/labia (labia mayora dan labia minora), kelentit/klitoris, dan vestibula.
Organ dalam/velvis adalah vagina/liang kemaluan, indung telur/ovarium, saluran
indung telur/tuba falopi, rahim/uterus, selaput dara/hymen, saluran kemih, dan
kelenjar mama/payudara.

Fungsi zakar/penis adalah untuk melakukan senggama, mengeluarkan air


kencing, dan mengeluarkan sperma. Saat ereksi, penis akan menegang dan
membesar karena terisi darah. Kepala zakar adalah ujung penis yang memiliki
lubang tempat keluar air kencing dan sperma. Bagian ini sangat sensitif karena
terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf. Kantung pelir adalah tempat dua
biji pelir/testis. Testis fungsinya memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan hormon testosterone. Sperma fungsinya untuk membuahi sel telur yang
matang dalam rahim perempuan agar terjadi proses kehamilan. Saluran kemih
fungsinya menyalurkan air kencing dan air mani yang mengandung sperma. Air
kencing dan air mani tidak bisa keluar bersamaan, karena diatur oleh katup.
Epididimis fungsinya mematangkan sperma yang dihasilkan testis. Setelah

129
sperma matang, dia akan masuk ke dalam saluran sperma. Epididimis ini
berbentuk saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok. Saluran sperma
fungsinya menyalurkan sperma dari testis menuju prostat. Kelenjar prostat
fungsinya menghasilkan air mempengaruhi kesuburan sperma. mani yang ikut
mempengaruhi kesuburan sperma.

Nama Organ Fungsi Organ


Zakar/Penis Melakukan senggama, mengeluarkan
air kencing, dan mengeluarkan sperma
Kepala Zakar Tempat keluar air kencing dan sperma
Kantung Pelir Tempat dua biji pelir/testis
Testis Memproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan hormon testosterone
Sperma Membuahi sel telur yang dihasilkan
testis
Epididimis Mematangkan sperma yang dihasilkan
testis
Saluran Sperma Menyalurkan sperma dari testis menuju
prostat
Kelenjar prostat Menghasilkan air mani yang ikut
mempengaruhi kesuburan sperma
Saluran Kemis Mengeluarkan air kencing dan air mani
yang mengandung sperma

Ovarium berfungsi mengeluarkan sel telur setiap bular atu kali. Organ ini
ada dalam rongga pinggul, di kiri dan anan rahim. Tuba falopi fungsinya
menyalurkan sel telur setelah keluar dari ovarium (namanya proses ovulasi) dan
nerupakan tempat bertemunya sel telur dan sperma saat proses pembuahan
(konsepsi). Rahim adalah tempat janin dibesarkan, berbentuk seperti buah
alpukat dengan berat 30 50 gram. Saat tidak hamil, rahim ini kira-kira sebesar
telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan parametrium, mtometrium,
dan endometrium. Vagina adalah lubang tempat masuknya penis saat senggama,

130
jalan keluarnya darah haid," dan tempat keluarnya bayi saat melahirkan normal.
Dalam vagina terdapat mikroorganisme yang bermanfat untuk menjaga kadar
keasaman vagina, yang bila asam-basanya tidak seimbang salah satunya
menyebabkan keputihan. Selaput dara adalah lapisan tipis yang berada dalam
liang vagina, tidak jauh dari mulut vagina. Selaput dara ini ada yang tipis
sehingga mudah robek, dan ada yang kaku sehingga tidak mudah robek. Selaput
dara yang tipis bisa robek karena kecelakaan, jatuh, dan olahraga. Saluran kemih
fungsinya mengeluarkan air kencing, letaknya di antara klitoris dan mulut vagina.
Kelenjar mama/payudara berfungsi sebagai kelenjar yang memroduksi susu
untuk nutrisi bayi.

Nama Organ Fungsi Organ


Ovarium Mengeluarkan sel telur setiap bulan
satu kali
Tuba falopi Menyalurkan sel telur setelah keluar
dari ovarium (namanya proses ovulasi)
dan merupakan tempat bertemunya sel
telur dan sperma saat proses
pembuahan (konsepsi)
Rahim Tempat Janin
Vagina Lubang tempat masuknya penis saat
senggama, jalan keluarnya darah haid
dan tempat keluarnya bayi saat
melahirkan normal.
Selaput dara Lapisan tipis yang berada dalam liang
vagina, tidak jauh dari mulut vagina.
Bibir kemaluan Tempat diluar vagina
Klitoris Tempatnya berada di antara bibir
kemaluan
Saluran Kemih Untuk mengeluarkan air kencing,
letaknya diantara klitoris dan mulut
vagina

131
Payudara Memproduksi susu untuk nutrisi bayi

C. Cara memelihara Kesehatan Organ Reproduksi6


1. Setiap buang air, siram atau basuh alat kelamin dengan air bersih.
2. Mengeringkan alat kelamin menggunakan handuk kering dan bersih.
3. Jangan menggunakan celana dalam terlalu ketat.
4. Rajin mengganti celana dalam dengan yang bersih dan sudah dicuci
dengan benar, minimal 2 kali sehari.
5. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman.
6. Bagi laki-laki, sebaiknya kulit yang menutup kepala penis disunat.
7. Khusus perempuan, setiap sehabis buang air besar, basuh dengan air atau
tisu dengan gerakan dari daerah vaginal menuju anus, jangan sebaliknya
dari belakang menuju depan. Karena dikhawatirkan kotoran dari anus
masuk ke vagina.
8. Jangan sering menggunakan antiseptik untuk mencuci alat kelamin,
khususnya vagina. Karena bisa mematikan mikroorganisme yang secara
alami melindungi vagina.
9. Rajin mengganti pembalut setiap empat jam sekali, agar idak lembab.
Karena bisa menjadikan vagina tempat yang nyaman bagi virus dan
bakteri untuk berkembang biak.
10. Jangan memasukkan benda asing ke dalam vagina.
11. Saat menstruasi, kurangi konsumsi garam dan lemak, serta perbanyak
konsumsi buah, sayur, ikan, ayam, dan air putih.
D. Kehamilan dan Aborsi

Di antara masalah yang timbul pada remaja di masa awal kematangan


sistem reproduksi adalah perilaku seks bebas (free sex) yang mengakibatkan
pada kehamilan di luar pernikahan. Biasanya, remaja melakukan hubungan seks
di luar ikatan pernikahan karena adanya tekanan dari pasangan, merasa sudah
siap berhubungan seks, keinginan untuk dicintai, keingintahuan tentang seks,
keinginan menjadi populer, tidak mau diejek 'masih polos', keinginan untuk

132
diterima oleh suatu kelompok, pengaruh media massa (TV dan internet), dan
paksaan dari orang lain untuk melakukan hubungan seks. Free sex ini biasanya
mengarah pada kehamilan yang tidak direncanakan (KTD). Kelainan dalam
Kehamilan Ada empat jenis kelainan kehamilan yang umum terjadi, yaitu
plasenta previa, kehamilan ektopik, hamil anggur, dan keguguran.

Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta menutupi mulut rahim.


Gejalanya adalah pendarahan tanpa disertai rasa sakit dan biasanya berlangsung
pada trisemester akhir kehamilan. Kondisi ini bisa diketahui melalui USG di
trisemester kedua (usia 18-21 minggu). Kondisi ini rentan dialami oleh
perempuan hamil tua dengan usia lebih dari 35 tahun, kebiasaan merokok,
memiliki riwayat kehamilan bayi kembar, operasi Caesar, ataupun memiliki
riwayat plasenta previa sebelumnya.

Kehamilan ektopik adalah kondisi saat pembuahan terjadi di luar rahim,


biasanya di tuba falopi. Kondisi ini baru diketahui setelah timbul gejala sakit
pada perut, nyeri tulang panggul, pendarahan ringan, mual, dan muntah.
Kondisi ini bisa dideteksi dengan pemeriksaan fisik, USG, atau tes darah. Kondisi
ini rentan dialami oleh perempuan yang mengalami kerusakan tuba falopi,
ketidakseimbangan hormon, dan perkembangan abnormal pada sel telur yang

tidak dibuahi.

133
Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah tumor nonkanker yang
berkembang di rahim akibat adanya kelainan pada proses perkembangan sel
telur setelah dibuahi, sehingga janin berkembang tidak sempurna. Pada hamil
anggur, plasenta sel telur dan plasenta yang tidak berkembang ini akan
membentuk kista yang mirip anggur putih. Biasanya bisa dideteksi di trisemester
pertama kehamilan, sekitar 8-9 minggu, melalui pemeriksaan darah dan USG.

Penyebabnya adalah ketidakseimbangan kromosom selama kehamilan, nutrisi,


asupar karoten rendah, defisiensi vitamin A, dan usia maternal.

Keguguran adalah keluarnya embrio sebelum usia 20 minggu kehamilan.


Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya adanya keabnormalan pada
kromosom janin (utamanya trisemester pertama), ketidakseimbangan hormon,
dan infeksi pada janin infeksi taksoplasma, infeksi rubelia, ataupun infeksi CMV

Infeksi taksoplasma disebabkan oleh parasit toxoplasma gondi. Biasanya


menyebabkan keguguran dan kematian janin, namun bila janin bertahan, ia
akan lahir dengan taksoplasma bawaan yang membuatnya mengalami kejang,
pembesaran limpa hati, mata, kulit kuning, infeksi parah pada mata, kualitas
pendengaran kurang, dan gangguan psikotik.

134
Infeksi rubella disebabkan virus rubella. Ibu hamil yang menderita akan
berpotensi tinggi menyebabkan sindrom rubella kongenital hingga kematian
janin.

Infeksi CMV (Cytomegalorimus, penyebab cacar air dan herpes simpleks)


disebabkan virus CMV. Ibu hamil yang menderita akan menularkannya kepada
janinnya, dan meningkatkan resiko pengapuran otak, pembesaran hati, dan
gangguan pendengaran.

Aborsi/Keguguran

Seks bebas pada remaja berpotensi pada kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD). KTD ini kemudian banyak disikapi remaja dengan menggagalkan janin
atau membunuh bayi yang baru dilahirkan (biasanya bayi dibuang atau
ditinggalkan di sutau tempat). Menggagalkan pertumbuhan janin disebut dengan
aborsi. Aborsi atau keguguran (Latin: Abortus; Inggris: Abortion) adalah wiladah
sebelum waktunya; pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup
sendiri, yaitu pada 28 minggu pertama dari kehamilan;12 penghentian
kehamilan atau matinya janin sebelum waktu kelahiran;13 penghentian
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Keguguran bisa terjadi secara spontan (abortus spontaneous) dan ada


yang sengaja/buatan (Abortus provocatus). Aborsi tidak disengaja terjadi bila ibu
mengalami trauma berat akibat penyakit menahun atau adanya kelainan saluran
reproduksi. Aborsi buatan terjadi bila aborsi dilakukan secara sengaja, bisa
disebabkan adanya indikasi kehamilan yang membahayakan atau mengancam
nyawa ibu bila kehamilan dilanjutkan, dan bisa pula tanpa mempunyai alasan
medis/kesehatan.

Aborsi memiliki resiko tinggi bila tidak sesuai standar medis. Misalnya
menggunakan jamu peluruh rahim, memanipulasi fisik (pijatan), dan
menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril. Aborsi standar medis yang
aman ada empat metode, yaitu kerutase, menggunakan cairan NaCl,
menggunakan Prostaglandin PgF2, dan vakum. Kuretase atau pengerokan
menggunakan sendok kuret ataupun vakum kurct pada dinding rahim tempat

135
janin menempel. Cairan NaCl hipertonis dimasukkan ke lapisan amnion untuk
melepaskan janin dari dinding rahim, konsepnya seperti proses persalinan dan
biasanya digunakan bila janin sudah berumur 4-6 bulan (trisemester II).
Prostaglandin PgF2 diberikan melalui darah arteri, cairan amnion, dan
memasukkannya lewat vagina kevate V uterus dengan dosis tertentu, gunanya
untuk menginduksi persalinan buatan sehingga janin dapat keluar dari rahim.
Sedangkan vacum aspiration menggunakan semacam selang plastik berdiameter
tertentu untuk menghisap janin dari rongga rahim.

Aborsi medis tetap memiliki resiko, seperti infeksi alat reproduksi akibat
alat kuret tidak steril dan menyebabkan kemandulan di kemudian hari; syok
hingga kematian mendadak akibat pendarahan; gangguan syaraf di kemudian
hari; terjadi rahim sobek (rupture uterus); penipisan dinding rahim sehingga
rahim perlu diangkat; timbul saluran/hubungan yang nirmalnya tidak ada antara
saluran genital, saluran kencing, dan saluran pencernaan; kanker payudara;
kanker indung telur, kanker leher rahim; kanker hati; kelainan plasenta; infeksi
rongga panggul; dan infeksi lapisan rahim.

Selain itu psikologis orang yang melakukan aborsi juga rentan kehilangan
harga diri (82%), barteriak-teriak histeris. (51%), mimpi buruk berulang tentang
bayi (63%), keinginan bunuh diri (28%), mulai mencoba menggunakan NAPZA
(41%), dan tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual (59%). Selain itu juga
ada resiko psikososial, seperti diasingkan masyarakat, tekanan dari masyarakat
akan keberadaannya, dikucilkan keluarga, dan dicela orang sekitarnya.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIX Pasal 229,
346, 347, 348, dan 349 persoalan aborsi (menggugurkan kandungan dan
membunuh kandungan) dilarang dengan alasan apapun, Pasal 346, "Seorang
perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk menggugurkan kandungannya diancam dengan
pidana penjara sebesar-besarnya selama empat tahun." Namun dalam
ketentuan Undang-undang tentang Kesehatan No. 36 Tahun 2009
memperbolehkan aborsi dengan indikasi kedaruratan medis dan akibat
perkosaan.

136
Dalam Islam, dikenal dua macam aborsi, yaitu al-ijhadh dan al-isqath. Al-
ijhadh adalah mengeluarkan atau menggugurkan janin sebelum bulan keempat
usia kehamilan. Al-isqath adalah pengguguran janin di usia antara 4-7 bulan usia
kehamilan.

Menurut MUI (fatwa No. 4 tahun 2005):

• Hukum asal aborsi adalah haram, sejak terjadinya implantasi blastosis


pada dinding rahim

• Haram, bila kehamilan akibat zina

 Boleh, bila terdapat keadaan darurat. Misalnya ketika ibu hamil menderita
sakit parah; bila kehamilan akan membahayakan nyawa si ibu; bila janin
terdeteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir akan sulit
disembuhkan; kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang
berwenang yang di dalamnya terdapat keluarga korban, dokter, dan
ulama, yaitu sebelum 40 hari usia kehamilan.

Menurut mazhab Hanafi:

 Boleh/mubah tanpa uzur syar'I, yaitu sebelum 120 hari usia


kehamilan. Karena janin belum ditiupkan ruh, sehingga belum
disebut manusia.
 Sebagian ulama hanafiyah: boleh dengan uzur syar'i. makruh bila
tanpa uzur. Berdosa bila pengguguran tanpa uzur membawa
mudharat.
 Haram bila lebih dari 120 hari, karena janin sudah ada ruh.

Menurut mazhab Maliki :

 Haram meski kandungan belum mencapai 40 hari usia kehamilan.


Karena sperma yang sudah masuk ke rahim tidak boleh dikeluarkan.
 Sebagian ulama malikiyah: makruh, bila janin belum memiliki ruh.
Haram, bila janin sudah ada ruh (setelah 120 hari usia kehamilan).
Pendapat ini didukung Imam al Ghazali dan mazhab Dhahiriyah.

Menurut mazhab Syafi'i:

137
 Makruh jika usia kehamilan sudah mencapai 40, 42, dan 45 hari.
Syaratnya: tidak mendatangkan mudharat dan mendapat
persetujuan dari suami dan istri.

Imam Syamsudin al-Ramli al-Syafi'i: boleh, jika janin belum ada ruh.
Haram, bila janin sudah ada ruh.

Menurut mazhab Hambali:

 Boleh, sebelum 120 hari usia kehamilan (4 bulan pertama).


 Haram bila lebih dari 120 hari, karena janin sudah ada ruh.

Kontrasepsi

Kontrasepsi dilakukan untuk mencegah penularan IMS, menekan laju


pertumbuhan penduduk, mencegah KTD, dan kepada ODHA untuk mencegah
kelahiran anak dengan HIV/AIDS bawaan.

Alat dan obar kontrasepsi (alokon) ada dua jenis, yang permanen dan
nonpermanen. Alokon nonpermanen ada yang hormonal dan nonhormonal, ada
yang jangka panjang (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan ada yang non-
MKJP.

Implan Efektif untuk jangka waktu panjang (hingga 3 tahun)


Bisa menimbulkan nyeri di tempat pemasangan
Alat KB IUD Iintra Uterine device) atau spiral
Bentuk seperti huruf T, dimasukan ke dalam rahim. Biasanya menyisalan
benang di vagina untuk menendakan posisi IUD
Ada yang jenis tembaga (bisa 10 tahun, banyak menimbulkan kram perut) dan
hormon (5 tahun)
+ “use and forget”
MKJP 5-10 tahun
Tidak mengganggu kesuburan
- Posisi bisa bergeser
Tidak nyaman
Bisa menimbulkan kram perut atau pendarahan haid lebih

138
banyak
Ada resiko terlepas
Satu kali pakai
Spermisida
Zat kimia yang merusak sperma, berbentuk jeli, krim, busa, dan supositori
+ Proteksi sementara
Mudah di peroleh
- Hanya efektif satu jam pemakaian
Tidak mencegah penularan IMS
Diafragma
Terbuat dari lateks/Silikon
Bentuknya melingkar seperti kubah
+ Bisa lebih efektif dengan menggunakan spermisids
Bisa dipakai berulang kali
- Yang terlalu besar akan membuat tidak nyaman
Yang terlalu kecil beresiko lepas/pindah posisi
Bisa menimbulkan iritasi
KONTRASEPSI ALAMI
KB KALENDER
Menghitung masa subur dan menghindari aktifitas seksual
+ Mudah dan tidak menggunakan alokon
- Kegagalan mencapai 20%
Menyusui
Memberikan ASI ekslusif bisa mencegah pembuahan selama 10 minggu
pertama
+ Mudah dan tidak menggunakan alokon
- Kurang efektif
KONTRASEPSI PERMANEN (Sterilisasi)
Perempuan Tubektomi, ligasi tuba, implan tuba, elektrokoagulasi tuba
Laki-laki Vasektomi
+ Sangat evekif

139
Tidak memerlukan kontrasepsi lainnya
- Mahal
Resiko infeksi dan pendarahan
Tidak mencegah penularan IMS
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat, dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana yang aman bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, sebagaimana
yang disebutkan dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,Pasal 78.
Dalam Islam, hukum menggunakan kondom dan alokon yang sifatnya
menunda, disamakan dengan 'azl, yaitu mengeluarkan sperma di luar vagina,
karena illatnya adalah mencegah sperma sampai ke dalam rahim.
 Pendapat terkuat adalah mubah
 Dalilnya adalah perkataan sahabat Jabir yang menyebutkan bahwa
"Kami melakukan 'azl di zaman Rasulullah, berita tersebut sampai
kepada nabi dan beliau tidak melarang kami." (Shahih Bukhari, 7/33,
no. 5207; Shahih Muslim juz II halaman 1065 no. 1440)
 Menggunakan kondom saat istri sedang haid adalah haram
Karena hukum berhubungan seksual dengan istri yang sedang haid
adalah haram. Pendapat ini menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam
Nihayatul al-Zayn fi Irsyad al Mubtadi'in. Kecuali bagi orang yang
khawatir akan berbuat zina bila tidak berhubungan seksual dengan
istrinya yang sedang haid, maka hukumnya bolch. Namun lebih
dianjurkan untuk masturbasi, karena hukum masturbasi masih
diperdebatkan, bahkan Imam Syafi'i menghukuminya sebagai dosa
kecil, sedangkan bersetubuh saat istri sedang haid disepakati
keharamannya oleh mayoritas ulama.
 Hukum steril pada perempuan yang beresiko kehamilannya, hukumnya
boleh.
Menurut l'anatul Thalibin, al-Bajuri ala Fathul Qorib, dan Hasyiyah al-
Syarqowi:
 Steril/memutus keturunan, hukumnya haram
 Penggunaan alokon untuk menunda, hukumnya makruh.
 Menurut Hasyiyah al-Syarqowi dan al-Bajuri ala Fathul Qorib,
penggunaan alokon yang menunda karna alasan uzur hukumnya
mubah.
 Sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang menyebut untuk memilih mafsadat
yang lebih ringan.

E. Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual atau penyakit
kelamin adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi. Pada laki-laki, IMS

140
mudah terlihat sehingga lebih mudah diobati. Sedang pada perempuan, IMS
sering tidak terlihat, akibatnya dia tidak sadar kalau sudah tertular. IMS bisa
tertular meski hanya berhubungan seks satu kali dengan orang yang terinfeksi.
IMS ini macam-macam, ada yang bisa disembuhkan, ada yang sulit
disembuhkan, bahkan ada yang tidak bisa disembuhkan. Jika tertular IMS,
akibatnya bisa mandul, tidak bisa hamil, atau rasa sakit yang berkepanjangan.
Orang yang sudah tertular salah satu IMS, akan lebih mudah. tertular HIV, yang
kemudian berkembang menjadi AIDS.
Jika seseorang merasa tertular IMS, dia diharuskan pergi ke dokter dan
menceritakan gejala yang dialami dengan jelas, terang, dan jujur. Bicara saja
terus terang. Bila menerima resep, belilah obat sesuai resep tanpa dikurangi,
dan habiskan obat tersebut. Jangan membeli obat tanpa resep, karena obat
yang cocok untuk satu jenis IMS, belum tentu cocok untuk jenis lainnya. Jadi
jangan pakai resep orang lain.
Beberapa jenis penyakit menular seksual adalah herpes, klamidia, gonore
(GO)/kencing nanah, raja singa, jengger ayam, bintilan, susah kencing, dan
HIV/AIDS.
Jenis IMS Herpes Genital
1. Penyebab Virus herpes simplex
Gejala 4-5 hari setelah hubungan sex
Bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur)
Nyeri dan gatal pada kemaluan
Bintil ini bisa pecah dan meninggalkan luka kering
mengerak lalu hilang sendiri
Nyeri saat buang air kecil
Pembengkakan kelenjar getah bening di lipatan paha,
sakit kepala, nyeri otot dan demam
Penyakit ini bisa kambuh lagi sewaktu-waktu (virus
bertahan seumur hidup)
Meningkatkan resiko kanker mulut rahim
Penularan Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa
pengaman
Dari ibu ke bayi saat proses mengandung, persalinan, atau
menyusui
Pengobatan Tidak dapat disembuhkan, namun perawatan dapat
membantu
Pemberian anti virus untuk mengurangi sakit, keparahan,
dan frekuensi kambuh
2. Jenis IMS Klamidia
Penyebab Clamydia trachomatis
7-21 hari tanpa gejala
Peradangan pada vagina/sekitar anus
Keluar cairan putih ecer berwarna putih kekuningan dari
vagina atau penis

141
Nyeri dirongga panggul
Pendarahan setelah berhubungan seksual
Sakit saat berhubungan seksual
Demam ringan
Rasa terbakar saat kencing
Lebih sering buang air kecil
Iritasi di rektum
Pada laki-laki : rasa sakit dan terbakar saat buang air
kecil, keluar nanah/cairan putih kental, testis bengkak dan
nyeri, iritasi pada rektum, dan kalau ada infeksi lanjutan,
cairan bening sering keluar, dan bercampur darah.
Menyebabkan kemandulan, radang saluran kencing dan
pada perempuan juga menyebabkan saluran ketuban
robek (sehingga terjadi kelahiran prematur)
Bayi yang baru lahir berupa penyakit mata dan gangguan
saluran pernapasan
Penularan Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa
pengaman
Dudukan toilet
Sauna bersama
Kolam renang
Berbagi makanan dan minuman yang sama
Ciuman, berpelukan, berpegangan tangan
Benda yang sebelumnya disentuh penderita
Menghirup bersin atau batuk penderita
Dari ibu ke bayi dalam proses persalinan
Pengobatan Reda dalam jangka waktu harian/mingguan
Bisa disembuhkan dengan terapi antibiotik
Pasangan juga dianjurkan untuk terapi limpa dan
keterbelakangan mental
3. Jenis IMS Gonore atau kencing nanah
Penyebab Bakteri Naisseria Gonorrheae
Gejala Muncul setelah 2-10 hari setelah berhubungan seksual
Kelamin merah dan bengkak
Keluarnya cairan putih kekuningan kental berbau/nanah
dari vagina atau penis
Nyeri di perut bagian bawah dan radang panggul pada
perempuan
Nyeri di testis pada laki-laki
Nyeri saat buang air kecil
Bisa menyebabkan kemandulan
Pada bayi baru lahir berupa infeksi pada mata yang
menyebabkan kebutaan
Penularan Hubungan seksual
Dari ibu ke bayi dalam proses persalinan
Pengobatan Reda dalam jangka waktu harian/mingguan

142
Bisa disembuhkan dengan terapi antibiotik
4 Jenis IMS Raja Singa atau sifilis
Penyebab Bakteri Treponema Pallidum
Gejala Gejala muncul 2-6 minggu, terkadang 3 bulan setelah
berhubungan seksual
Tahap I : luka/benjolan tanpa rasa sakit di kemaluan,
dubur, atau mulut
Tahap II : kelainan saraf, jantung, kulit dan pembuluh
darah (setelah 5-10 tahun)
Pada bayi baru lahir berupa kerusakan kulit, hati, limpa
dan keterbelakangan mental
Penularan Melalui hungan seks vagina, anal, atau oral
Kontak langsung dengan lesi (luka pecah)
Melalui produk darah (jarum tidak steril/darah tidak
disaring)
Dari ibu ke bayi saat proses mengandung, persalinan atau
menyusui
Pengobatan Bisa disembuhkan dengan penisilin
5. Jenis IMS Jengger ayam/ Kondiloma akuminata/Kutil
kelamin
Penyebab Virus Human Papiloma (HPV)
Gejala Muncul kutil sangat kecil seperti mata ikan di luar alat
kelamin/anus ataupun dalam liang vagina sampai leher
rahim
Muncul kutil di luar kelamin sampai saluran kencing bagian
dalam (pada laki-laki)
Lama-kelamaan kutil akan semakin besar seperti bunga
kol/jengger ayam
Tidak menimbulkan rasa sakit
Terkadang terasa gatal
Muncul lagi sewaktu-waktu (kambuh)
Meningkatkan resiko kanker leher rahim dan kanker penis
Bila hamil, kutil bisa tumbuh besar sekali
Penularan Kontak Kulit : pelukan, jabat tangan
Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa
pengaman
Pengobatan Belum ada obat untuk menghilangkan virus penyebab kutil
Bisa dengan bahan kimia menghapus kutil
Bila besar perlu operasi di rumah sakit
Meski sudah operasi, ada kemungkinan muncul kembali
Dicegah dengan vaksin antitumor topikal
6. Jenis IMS Trikomoniasis
Penyebab Parasit Trikomonas vaginalis
Gejalan Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa
dan berbau busuk
Vulva agak bengkak, kemerahan, dan gatal

143
Nyeri saat berhubungan seksual dan kencing
Meningkatkan resiko kehamilan prematur
Penularan Melalui hubungan seks vaginal, anal, tanpa pengaman
Pengobatan Kedua pasangan mengonsumsi antibiotik oral tertentu
dengan dosis besar
7. Jenis IMS Kandidiasis Vagina
Penyebab Jamur Candida albicans
Gejala Reda dalam jangka waktu harian/mingguan
Normalnya jamur ini ada di kulit dan dalam liang vagina,
namun kalau menyebar, bisa menimbulkan keputuhan
Keputihan berwarna putih susu dan bergumpal
Terasa panas dan gatal
Meski bukan termasuk IMS, laki-laki yang berhubungan
seks dengan perempuan dengan kondisi ini akan
mengeluh gatal dan muncul bintik-bintik merah di kulit
kelaminnya
Penularan Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa
pengaman
Dari ibu ke bayi dalam proses persalinan
Pengobatan Dosis tunggal obat antijamur oral
Salep antijamur 1-3 hari untuk infeksi ringan
HIV/AIDS
HIV atau Human Immuno Deficiency Virus adalah retrovirus yang
menjangkiti tubuh manusia dan mengganggu fungsinya, hingga mengakibatkan
penurunan kekebalan tubuh. Bila kekebalan tubuh kita lemah atau rusak, kita
akan mudah terserang penyakit di sekitar kita, seperti TBC, flu, diare, sakit kulit,
dan lainnya. Kumpulan dari gejala penyakit yang menyerang tubuh akibat
lemahnya sistem kekebalan tubuh kita inilah yang disebut AIDS, yaitu Acquired
(didapat) Immune (kekebalan tubuh) Deficiency (kekurangan) Syndrome
(gejala) atau gejala yang didapat akibat kurangnya kekebalan tubuh.
HIV hanya hidup dalam cairan tubuh, seperti darah, cairan vagina, cairan
sperma, dan air susu ibu. Olch karenanya, HIV hanya menular lewat cairan
tubuh, seperti transfusi darah, terkena darah HIV di kulit yang terluka, 18
penggunaan jarum suntik atau jarum tindik bergantian, melalui hubungan
seksual tanpa kondom, oral sex, bergantian alat bantu sex, dan meminum ASI
dari orang yang terinfeksi.
IIIV tidak hidup dalam cairan tubuh lainnya. Tidak dalam hidup air
liur/ludah, dalam feses/tinja, dalam air mata, Ivate dalam keringat, dan tidak
juga dalam urin/air kencing. Oleh karenanya, HIV tidak menular melalui gigitan
nyamuk, bersalaman dengan orang yang terinfeksi, berciuman, berpelukan,
makan dengan gelas/piring yang sama, dan tinggal serumah. Jadi kita tidak
perlu mengisolasi orang yang terinfeksi HIV, karena penularan lewat kontak
sosial yang wajar adalah mitos.

144
Virus HIV ini tidak bisa diketahui dalam rentang 3-6 bulan sejak terinfeksi,
karena ia bersembunyi. Masa ini disebut masa Jendela.20 Sayangnya, orang
yang terinfeksi HIV di masa Jendela tetap bisa menularkannya kepada orang
lain. Setelah 6 bulan, virus baru bisa ditemukan lewat tes darah (sampai
sekarang hanya bisa diketahui lewat tes darah). Kalau sudah ditemukan begini,
pengidapnya disebut HIV positif. Masa HIV positif bisa mencapai 10 tahun bila
kekebalan tubuhnya kuat, sehingga masih bisa hidup normal dan melakukan
kegiatan seperti biasa. Namun bila kekebalan tubuhnya lemah, orang itu bisa
cepat terserang penyakit lain, yang paling menyolok adalah nafas pendek,
batuk, nyeri dada (biasanya didiagnosa TBC), hilang nafsu makan, mual dan
muntah, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, kanker
kulit, sariawan, dan berat badan turun drastis. Kalau sudah begitu, artinya sudah
masuk tahap AIDS. Penderitanya disebut ODHA atau Orang Dengan HIV/AIDS.
Tahap Aids ini biasanya kekebalan tubuh sudah sangat lemah, sehingga
kemungkinan akan meninggal.
HIV memiliki tahapan hingga mencapai AIDS, yaitu: Tahap I, HIV tidak
menimbulkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Tahap II,
meliputi infeksi pada mucocutaneous minor21 dan terjadi infeksi saluran
pernapasan bagian atas yang tidak sembuh-sembuh. Tahap III, terjadi diare
kronis lebih dari satu bulan dan tanpa sebab, infeksi bakteri parah, dan TBC.
Tahap IV, terjadi toksoplasmosis pada otakkandidiasis pada saluran
tenggorokan, saluran pernapasan, batang saluran paru-paru, pada paru-paru,
dan terjadi sarkoma kaposi.
Sampai sekarang, belum ditemukan obat ampuh untuk membunuh virus
HIV ini. Namun bisa dicegah dengan menghindari hubungan seks, menggunakan
kondom bila berhubungan seks, dan menghindari penggunaan jarum suntik atau
jarum tindik secara bergantian. Oleh karenanya, kita tetap perlu memberi
dukungan kepada ODHA, tidak perlu dikucilkan dan dijauhi, karena mereka juga
tidak mudah menulari HIV.
Kanker Serviks (Kanker Leber Rabim)
Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV. Faktor resiko kanker serviks di
antaranya:
1) Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun),
2) berganti-ganti pasangan seks,
3) Sering menderita infeksi di daerah kelamin,
4) Perempuan yang melahirkan banyak anak,
5) Perempuan yang merokok,
6) Pemakaian pil KB dengan HPV positif atau negatif, dan

145
7) Gangguan imunitas.
Deteksi dini bisa dilakukan dengan metode tes pap smcar, tes DNA HPV,
IVA (inspeksi Visual Asam Asetat) dan VILI (Inspeksi Visual Lugoliodin). Pada
umumnya, lesi prakanker tidak memberikan gejala. Bila sudah menjadi kanker
invasif, gejalanya berupa pendarahan saat berhubungan seksual dan keputihan.
Pada stadium lanjut, gejalanya berupa nyeri pinggang atau perut bagian bawah,
dan gejala selanjutnya tergantung organ lain yang terkena desakan tumor.
Kanker ini bisa didiagnosis dengan pemeriksaan klinis.
Pencegahan kanker serviks yang efektif adalah dengan vaksinasi HPV, yaitu
saat berusia 9 tahun dengan dosis dua kali vaksin (jeda 6-12 bulan). Vaksin
hanya efektif bila belum terjangkit virus HPV, oleh karenanya vaksin sebaiknya
dilakukan sebelum seseorang aktif secara seksual. Selain itu, pemeriksaan
berkala/screening juga bisa mendeteksi dini dan mencegah penyebaran kanker
ini.
Kanker Payudara (KPD)
Faktor resiko kanker payudara di antaranya:
1) Haid pertama di bawah 12 tahun,
2) Perempuan tidak menikah,
3) Perempuan menikah tidak mempunyai anak,
4) Melahirkan anak pertama pada usia di atas 30 tahun,
5) Tidak menyusui,
6) Menggunakan kontrasepsi hormonal atau mendapat terapi hormonal
dala waktu panjang,
7) Usia menopause lebih dari 55 tahun,
8) Pernah oprasi tumor jinak payudara,
9) Ada riwayat kanker dalam keluarga,
10) Perempuan yang mengalami stress berat,
11) Konsumsi lemak atau alcohol berlebih,
12) Perokok aktif atau pasif, dan
13) Obesitas.
Kanker payudara bisa dicegah dengan menghindari faktor resiko
sebagaimana disebut di atas. Selain itu, pemeriksaan berkala/screening.
Beberapa tindakan untuk screening adalah periksa payudara sendiri (SADARI),
periksa payudara klinis (SADANIS), dan mammografi screening.

146
Waktu terbaik untuk SADARI adalah beberapa hari setelah haid berakhir.
Caranya adalah:
1) Berdiri di depan cermin tanpa pakaian dari pinggang ke atas,
2) Berdiri dengan lengan di samping tubuh. Perhatikan bentuk, ukuran, dan
apakah ada perubahan seperti permukaan, warna kulit, dan bentuk
puting,
3) Letakan tangan di pinggang dan tekan kuat-kuat untuk mengencangkan
otot dada. Perhatikan payudara dari kiri ke kanan dan sebaliknya,
4) Membungkuklah sehingga payudara terjulur ke bawah. Perhatikan
apakah ada perubahan tertentu pada payudara,
5) Tautkan kedua tangan di belakang kepala dan tekan kedalam.
Perhatikan bagian bawah payudara,
6) Tempatkan jempol dan jari telunjuk di sekitar puting, lalu tekan
perlahan, dan perhatikan apakah ada cairan yang keluar.
SADANIS bisa dilakukan bila saat SADARI menemukan benjolan keras pada
payudara atau ketiak, perubahan pada permukaan kulit, seperti berkerut atau
ada cekungan, perubahan ukuran dan bentuk, utamanya saat mengangkat
payudara dan menggerakan lengan, keluar cairan bukan ASI dari puting, keluar
darah dari puting, terdapat bagian puting yang memerah dan menjadi lembab,
puting berubah bentuk, misalnya melesak ke dalam, timbul ruam di sekitar
puting, dan ada rasa sakit yang berkelanjutan pada payudara.
F. Kekerasan Seksuals
Kekerasan seksual lebih sulit diungkap dan ditangani bila dibandingkan
dengan kekerasan lainnya, karena sering dikaitkan dengan moralitas
masyarakat. Perempuan dianggap sebagai simbol kesucian dan kehormatan,
karenanya ia dipandang sebagai aib ketika mengalami kekerasan seksual,
pemerkosaan misalnya. Korban juga sering disalahkan sebagai penyebab
terjadinya kekerasan seksual, karena masih adanya pandangan bahwa
perempuan menghias dirinya untuk menggoda laki-laki (bukan untuk
kebahagiaan dan meningkatkan kepercayaan dirinya sendiri).
Terdapat 15 bentuk kekerasan seksual yang banyak terjadi di Indonesia,
yaitu: perkosaan, intimidasi seksual/ ancaman/ percobaan pemerkosaan,
pelecehan seksual, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan yang bertujuan
seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan, cerai
gantung, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan kontrasepsi dan
sterilisasi, penyiksaan seksual, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa
seksual, praktik tradisi yang membahayakan perempuan, dan kontrol seksual
lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.

147
Perkosaan atau pencabulan adalah serangan yang memaksa untuk
berhubungan seksual, baik penetrasi, menggunakan anus, ataupun mulut
korban. Menggunakan jari tangan atau benda lainnya juga termasuk perkosaan.
Pemaksaan disini menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan,
tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, ataupun mengambil
kesempatan dari lingkungan yang penuh paksaan. Istilah pencabulan digunakan
ketika perkosaan dilakukan di luar pemaksaan penetrasi dan ketika terjadi pada
orang yang belum mampu memberikan persetujuan secara utuh, misalnya
terhadap seseorang di bawah umur 18 tahun.
Intimidasi seksual adalah tindakan yang menyerang seksualitas untuk
menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis. Intimidasi seksual bisa
disampaikan secara langsung dan tidak langsung (lewat surat, sms, chat, email).
Ancaan dan percobaan perkosaan termasuk intimidasi seksual.
Pelecehan seksual adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun
non-fisik dengan organ seksualitas sebagai sasarannya. Termasuk diantaranya
adalah siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, menunjukan materi
pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan tanpa persetujuan
pemilik tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan, ketersinggungan, merasa direndahkan
martabatnya, maupun menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.
Eksploitasi seksual adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan ataupun
penyalahgunaan kepercayaan untuk tujuan kepuasan seksual, ataupun untuk
memperoleh keuntungan berbentuk uang, sosial, politik, dan lainnya. Alasan
kemiskinan perempuan paling sering digunakan sehingga ia masuk dalam
prostitusi atau pornografi. Misalnya mengiming imingi pernikahan agar
mendapat layanan seksual, lalu ditelantarkan. Situasi ini disebut kasus 'ingkar
janji.' Kasus ini memanfaatkan cara pikir masyarakat yang mengaitkan posisi
perempuan dengan status pernikahannya, sehingga perempuan merasa tidak
memiliki daya tawar selain mengikuti kehendak pelaku, vaitu agar dinikahi.
Perdagangan perempuan dengan tujuan seksual adalah tindakan merekrut,
mengangkut menampung, mengirim, memindahkan, atau menerima seseorang
dengan kekerasan, ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, penjeratan utang, pemberian bayaran,
atau manfaat terhadap korban secara langsung maupun terhadap orang lain
yang menguasainya dengan tujuan eksploitasi seksual, termasuk prostitusi.
Prostitusi paksa adalah situasi dimana perempuan mengalami tipu daya,
ancaman maupun kekerasan, untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat
terjadi pada masa rekrutmen maupun saat seorang perempuan yang sudah
terlanjur masuk dalam dunia prostitusi dibuat tidak berdaya untuk melepaskan
dirinya dari prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan utang, atau
ancaman kekerasan. Prostitusi paksa agak mirip dengan perdagangan
perempuan dengan tujuan seksual.

148
Perbudakan seksual adalah situasi dimana pelaku merasa menjadi pemilik
atas tubuh korban sehingga merasa berhak untuk melakukan apapun, termasuk
memperoleh kepuasan seksual. Saat perempuan dewasa atau anak-anak dipaksa
untuk menikah, melayani rumah tangga atau kerja paksa lainnya, serta
berhubungan seksual dengan penyekapnya, juga termasuk dalam kasus ini.
Pemaksaan perkawinan termasuk kekerasan seksual karena berhubungan
seksual satu paket dengan perkawinan, yang mana tidak diinginkan si
perempuan tadi. Ada beberapa praktik dimana perempuan terikat kawin paksa.
Satu, saat perempuan merasa tidak punya pilihan untuk menikah dengan pilihan
orang tuanya, dengan orang yang dia kenal maupun tidak dia kenal.
Dua, saat korban perkosaan dipaksa untuk menikahi pelaku perkosaan
dengan alasan mengurangi aib.
Tiga, saat seorang perempuan ingin bercerai namun gugatan cerainya
tidak diproses oleh pihak suami atau pihak lainnya dengan berbagai alasan, dan
dia dipaksa untuk terus berada dalam ikatan perkawinan (disebut juga cerai
gantung).
Empat, saat perempuan dipaksa menikah dengan laki-laki untuk kemudian
cerai dengan tujuan agar bisa rujuk dengan mantan suami yang sudah talak tiga
(cerai ketiga kalinya dalam hukum islam).
Pemaksaan kehamilan adalah situasi ketika perempuan dipaksa
melanjutkan kehamilan yang tidak dikehendakinya. Misalnya korban perkosaan
yang dipaksa melanjutkan kehamilannya, atau ketika suami menghalangi istrinya
menggunakan kontrassepsi sehingga istri tidak bisa mengatur jarak kehamilan.
Pemaksaan aborsi adalah situasi saat perempuan terpaksa menggugurkan
kandungannya akibat tekanan, ancaman, maupun paksaan pihak luar.
Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi disebut pemaksaan saat pemasangan
dilaksanakan tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia tidak mendapat
informasi lengkap atau karena ia dianggap tidak cakap hukum untuk dapat
memberi persetujuan. Pada masa orde baru, hal ini dilakukan untuk menckan
laju pertumbuhan penduduk, sebagai indicator keberhasilan pembangunan.
Sekarang, hal ini dilakukan kepada ODHA agar mecegah kelahiran anak dengan
HIV/AIDS bawaan. Juga terjadi pada perempuan disabilitas, utamanya tuna
grahita, agar tidak membebani keluarga dalam mengurus kehamilannya
ketidakmampuan dirinya membuat keputusan.
Penyiksaan seksual adalah tindakan menyerang organ dan seksualitas
perempuan dengan sengaja, schingga menimbulkan rasa sakit dan/atau
penderitaan hebat, secara jasmani, rohani, maupun seksual. Biasanya dilakukan
untuk mendapat pengakuan atau keterangan tentangnya atau tentang orang
ketiga, atau untuk menghukumnya atas perbuatan yang telah atau diduga telah
dilakukannya atau dilakukan orang divato ketiga. Biasanya juga dilakukan untuk

149
mengancam dan S memaksanya atau mengancam pihak kenga. Meski mendapat
hasutan, persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik atau aparat penegak
hukum, hal diatas tetap disebut penyiksaan seksual.
Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual adalah cara
menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau rasa
malu luar biasa. Misalnya hukum cambuk dan hukuman lain untuk membuat
malu dan untuk merendahkan martabat manusia karena dituduh melanggar
norma kesusilaan.
Praktik tradisi yang membahayakan perempuan adalah kebiasaan
masyarakat, dengan alasan budaya dan/atau agama, yang bernuansa seksual
yang menimbulkan cidera fisik, psikologis, maupun seksual pada perempuan.
Misalnya sunat perempuan, yang dilakukan dengan alasan mengontrol
seksualitas perempuan.
Kontrol seksual terjadi akibat cara pikir masyarakat yang menempatkan
perempuan sebagai simbol moral komunitas, membedakan antara perempuan
baik-baik' dan 'perempuan nakal', dan menghakimi perempuan sebagai pemicu
kekerasan seksual.
Kontrol seksual mencakup berbagai usaha agar perempuan
menginternalisasi simbol-simbol tertentu yang dianggap pantas untuk
perempuan baik-baik', baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, secara
langsung maupun tidak langsung. Misalnya kewajiban busana, jam malam,
maupun larangan berada di suatu tempat dengan lawan jenis tanpa ikatan
kerabat. Aturan diskriminatif ini ada di tingkat nasional maupun daerah, yang
mana pelanggarnya diberi hukuman berupa peringatan, denda, penjara, maupun
hukuman badan lainnya.
Landasan hukum dan jaminan perlindungan dari tindak kekerasan seksual:
1. KUHP Pasal 285, 286, 287, 290, 291
2. UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual dalam
Rumah Tangga (PKDRT) Pasal 8(b), 47, 48
3. UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang Pasal 1 (3,7)
4. UU no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 (15), 17(2), 59,
dan 66(1,2) 69,78, dan 88

150
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-6)

Isu Mutakir Keperempuanan

PENGANTAR

Isu terkait perempuan seolah tidak ada habisnya untuk dibahas, bahkan makin
hari makin melebar persoalan dan dampaknya. Kepedulian negara terhadap
persoalan perempuan harus lebih ditingkatkan dan hal tersebut dapat berlaku jika
perempuan juga ikut mendorong. Perlu kerjasama seluruh perempuan Indonesia
untuk bersama-sama menyelesaikan satu-persatu masalah yang ada hingga
perempuan Indonesia mendapatkan hak dan keadilan sebagai warga negara.

Melalui materi Isu Mutakhir Keperempuanan, KOHATI PB HMI mencoba untuk


menjelaskan beberapa isu yang dirasa sangat penting untuk dipahami dan kuasai
oleh kader KOHATI di seluruh Indonesia terkhusus bagi kader KOHATI yang
mengikuti Latihan Khusus KOHATI. Hal tersebut ditujukan agar kader KOHATI tidak
gagap dalam melihat persoalan dan mampu menghadirkan solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang terhadi ditengah masyarakat, terkhusus yang
terkait dengan isu keperempuanan.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

22. Memahami tentang kekerasan terhadap perempuan (KDRT, kekerasan


seksual, dan kekerasan dalam dunia kerja)
23. Memahami human traficking
24. Memahami tentang LGBT
25. Mengetahui dan memahami perempuan dan politik

TOTAL WAKTU:

151
 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “Perempuan dalam Perspektif Islam”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Ceramah, yel-


yel
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game atau energizer untuk
menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Isu Mutakhir
Perempuan. Metode yang akan dipergunakan yakni studi kasus
(soal cerita), berdialog, ceramah dan diskusi kelompok/FGD,
games dan parktik.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang kalian
ketahui terkait isu mutakhir perempuan? “Apa saja yang
mencakup tentang isu mutakhir perempuan dan berikan
contohnya?”
60:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD dan

152
Ceramah
 Fasilitator memberikan lembar bacaan
sesuai topic pembahasan
 Bentuk kelompok menjadi 4 dengan
pembahasan (1). Kasus kekerasan
seksual pada perempuan (KDRT,
kekerasan seksual, kekerasan dalam
dunia kerja) (2). Kasus human
traficking (3). LGBT di dunia dan di
Indonesia (4). Perempuan dan politik
 Peserta diminta untuk
mepresentasikan hasil dari FGD setiap
kelompok 10 menit menggunakan
lagu, puisi, demonstrasi, pantun
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
Masing-masing kelompok diberi waktu
5 menit
 Buka sesi tanya jawab terhadap sub
topic yang belum dipahami.
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat yakni konsep diri. Dan
kaitkan juga pengaruhnya pada kehidupan
sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: Games
 Berikan apresiasi pada kelompok
terbaik dalam kreatifitas membuat
materi yang dipresentasikan dalam
bentuk lagu, puisi, demonstrasi dan
pantun

153
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

154
Lembar Bacaan

Isu Mutakhir Kerempuanan


1. Kekerasan Terhadap Perempuan (Ktp)

Kekerasan terhadap perempuan adalah perbuatan berdasarkan


perbedaan kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan
perempuan secara fisik, seksual atau psikologis. Hal ini termasuk ancaman
tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.

Disisi lain, Kekerasan terhadap perempuan tidak selalu karena


perbedaan jenis kelamin. Di beberapa kasus justru tidak terkait dengan hal
tersebut tetapi disebabkan karena hubungan yang tidak seimbang atau
antara superior dan inferor, hal itu bisa antara perempuan dan perempuan,
perempuan dengan kelompok, perempuan dengan tempat kerja dan
lainnya. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui kekerasan
terhadap perempuan secara lebih luas dan mendalam agar mampu melihat
persoalan dengan lebih jernih dan yang lebih penting dapat memberikan
solusi yang tepat.

Definisi

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kekerasan terhadap perempuan,


pertama perlu dijelaskan apa itu kekerasan. Kekerasan menurut KBBI adalah
perihal yang bersifat dan/ berciri keras, perbuatan seseorang atau kelompok
orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain, dan paksaan. Sedangkan menurut
Wikipedia, definisi kekerasan jika ditinjau dari bahasa Inggris adalah
Violence yang mana berasal dari bahasa Latin yaitu violentus yang berasal
dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa adalah dalam prinsip
dasar hukum publik dan privat Romawi merupakan sebuah ekspresi yang
dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada
tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang

155
yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya
berkaitan dengan kewenangannya.

Selanjutnya defisini kekerasan terhadap perempuan jika ditinjau melalui


“Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (1993)”,
adalah “suatu tindakan kekerasan berbasis gender yang mengakibatkan, atau
bisa mengakibatkan, bahaya atau penderitaan fisik, seksual atau mental
perempuan, termasuk ancaman tindakan sejenis, pemaksaan atau perampasan
kebebasan secara sewenang-wenang, baik terjadi di ranah publik maupun
kehidupan pribadi.” Pemerintah Indonesia menandatangani Deklarasi tersebut
pada tahun 2004 bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya dan telah
mempersiapkan perangkat undang-undang dan kebijakannya.

Jenis-Jenis Kekerasan

Selanjutnya, dari beberapa data yang dihimpun melalui jurnal dan tulisan,
terdapat sembilan (9) jenis kekerasan yaitu:

1. Kekerasan Verbal: menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan untuk


menyakiti seseorang.
2. Kekerasan Fisik: menggunakan tubuh atau benda untuk mengontrol
perilaku seseorang.
3. Kekerasan Emosional: mengatakan atau melakukan hal yang membuat
seseorang merasa bodoh dan tidak berdaya.
4. Kekerasan Spiritual: menggunakan keyakinan spiritual untuk
memanipulasi dan mengontrol seseorang.
5. Kekerasan Budaya: ketika seseorang merasa tersakiti karena hal-hal yang
berkaitan dengan budaya, agama, atau tradisi.
6. Kekerasan Psikologis: menggunakan ancaman dan menimbulkan rasa
takut.
7. Kekerasan Seksual: memaksa seseorang untuk melakukan perilaku
seksual.

156
8. Kekerasan Finansial: mengontrol sumber keuangan seseorang tanpa ada
izin.
9. Pengabaian: ketika seseorang tidak melindungi orang lain yang
merupakan tanggung jawabnya.

Kesembilan kekerasan di atas memiliki multi dampak yang tidak hanya


mengenai fisik tetapi juga memiliki efek jangka panjang seperti depresi,
HIV/AIDS, gangguan mental, kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular
seksual lainnya, dan usaha bunuh diri (intothelightid, 2018).

Ranah Kekerasan Terhadap Perempuan

Menurut Komnas Perempuan yang tertera pada Catatan Tahunan (CATAHU)


2019, terdapat tiga (3) ranah KtP yaitu ranah personal/privat, ranah
publik/komunitas, dan ranah negara.

Ranah personal/privat artinya pelaku adalah orang yang memiliki hubungan


darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami) maupun
relasi intim (pacaran) dengan korban. Ranah publik / komunitas jika pelaku dan
korban tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah ataupun perkawinan. Bisa jadi
pelakunya adalah majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat,
ataupun orang yang tidak dikenal. Ranah negara artinya pelaku kekerasan adalah
aparatur negara dalam kapasitas tugas. Termasuk di dalam kasus di ranah negara
adalah ketika pada peristiwa kekerasan, aparat negara berada di lokasi kejadian
namun tidak berupaya untuk menghentikan atau justru membiarkan tindak
kekerasan tersebut berlanjut.

Disisi lain juga terdapat fenomena baru yaitu kekerasan terhadap perempuan
berbasis Cyber. Bentuk kekerasan yang dimaksud diantaranya adalah revenge porn
(33%), malicious distribution (20%), cyber harassment/ bullying/ spamming (15%),
Impersonation (8%), cyber stalking/ tracking (7%), cyber recruitment (4%), sexting
(3%) dan cyber hacking (6%) (CATAHU Komnas Perempuan, 2019)

157
Kekerasan terhadap perempuan tidak terjadi hanya pada perempuan dengan
kemampuan fisik normal tetapi juga terjadi perempuan penyandang disabilitas.
Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan (2019), kekerasan seksual menjadi
bentuk kekerasan yang paling menonjol menimpa perempuan dengan disabilitas
yaitu 64%) setelah itu kekerasan psikis (20%), kekerasan ekonomi (9%), dan
kekerasan fisik (7%).

a. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


Kekerasan dalam rumah tangga hingga saat ini masih menjadi
permasalahan mendasar di Indonesia. Bahkan secara statistik terus
meningkat dari tahun ke tahun serta akibat dan dampaknya semakin melebar.
Sebab utama tentunya adalah budaya patriarki, selain itu penyebabnya adalah
ekonomi, kepribadian, kematangan mental serta unsur eksternal.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (PKDRT) menjadi harapan besar bagi penuntasan
masalah kekerasan terhadap perempuan sekalipun masih banyak pasal-pasal
yang perlu di evaluasi atau bahkan ditambahkan. Selain itu UU PKDRT
merupakan prestasi penting Komnas Perempuan dalam memperjuangkan dan
melindungi selain dari RUU PKS yang hingga saat ini belum juga disahkan.
Dalam pasal 1 UU No. 23 Tahun 2004 PKDRT menjelaskan bahwa
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

b. Kekerasan Seksual
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) hanya mengenal istilah
perbuatan cabul, yakni diatur dalam Pasal 289 sampai dengan Pasal 296
KUHP. Mengutip buku “KUHP Serta Komentar-komentarnya” karya R. Soesilo
menyatakan bahwa istilah perbuatan cabul dijelaskan sebagai perbuatan yang

158
melanggar rasa kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji, dan semuanya
dalam lingkungan nafsu berahi kelamin. Misalnya cium-ciuman, meraba-raba
anggota kemaluan, meraba-raba buah dada dan sebagainya.
Dalam pengertian itu berarti, segala perbuatan apabila itu telah dianggap
melanggar kesopanan/kesusilaan, dapat dimasukkan sebagai perbuatan
cabul. Sementara itu, istilah kekerasan dan pelecehan seksual mengacu
pada sexual harrasment yang diartikan sebagai unwelcome attention (Martin
Eskenazi and David gallen, 1992) atau secara hukum didefinisikan sebagai
"imposition of unwelcome sexual demands or creation of sexually offensive
environments".
Dengan demikian, unsur penting dari kekerasan seksual adalah adanya
ketidakinginan atau penolakan pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang
bersifat seksual. Sehingga bisa jadi perbuatan seperti siulan, kata-kata,
komentar yang menurut budaya atau sopan santun (rasa susila) setempat
adalah wajar. Namun, bila itu tidak dikehendaki oleh si penerima perbuatan
tersebut maka perbuatan itu bisa dikategorikan sebagai kekerasan dan
pelecehan seksual.
Jadi, jenis-jenis kekerasan seksual dapat dijerat dengan pasal percabulan
(Pasal 289 s.d. Pasal 296 KUHP). Dalam hal terdapat bukti-bukti yang dirasa
cukup, Jaksa Penuntut Umum yang akan mengajukan dakwaannya terhadap
pelaku di hadapan pengadilan.
Dari fakta kejadian yang didokumentasikan oleh Komnas Perempuan
maupun definisi yang dikembangkan dari berbagai peraturan perundang-
undangan atau berbagai dokumen internasional, teridentifikasi adanya 15
jenis kekerasan seksual yang terjadi dalam beragam konteks, yaitu;
1) Perkosaan;
Serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai
penis ke arah vagina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan
jari tangan atau benda-benda lainnya. Serangan dilakukan dengan
kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan, tekanan psikologis,
penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil kesempatan dari
lingkungan yang penuh paksaan. Pencabulan adalah istilah lain dari

159
perkosaan yang dikenal dalam sistem hukum Indonesia. Istilah ini
digunakan ketika perkosaan dilakukan di luar pemaksaan penetrasi penis
ke vagina dan ketika terjadi hubungan seksual pada orang yang belum
mampu memberikan persetujuan secara utuh, misalnya terhadap anak
atau seseorang di bawah 18 tahun.
2) Kekerasan dan pelecehan Seksual;
Tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran
organ seksual atau seksualitas korban. Ia termasuk menggunakan
siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukan materi
pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian
tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga
mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan
martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan
dan keselamatan.
3) Eksploitasi Seksual;
Tindakan penyalahgunaan kekuasan yang timpang,atau penyalahgunaan
kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untuk
memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya.
Praktik eksploitasi seksual yang kerap ditemui adalah menggunakan
kemiskinan perempuan sehingga ia masuk dalam prostitusi atau
pornografi. Praktik lainnya adalah tindakan mengimingimingi perkawinan
untuk memperoleh layanan seksual dari perempuan, lalu
ditelantarkankan. Situasi ini kerap disebut juga sebagai kasus “ingkar
janji”. Imingiming ini menggunakan cara pikir dalam masyarakat, yang
mengaitkan posisi perempuan dengan status perkawinannya. Perempuan
menjadi merasa tak memiliki daya tawar, kecuali dengan mengikuti
kehendak pelaku, agar ia dinikahi.
4) Penyiksaan Seksual;
Tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yang
dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan hebat, baik jasmani, rohani maupun seksual. Ini dilakukan
untuk memperoleh pengakuan atau keterangan darinya, atau dari orang

160
ketiga, atau untuk menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah atau
diduga telah dilakukan olehnya ataupun oleh orang ketiga. Penyiksaan
seksual juga bisa dilakukan untuk mengancam atau memaksanya, atau
orang ketiga, berdasarkan pada diskriminasi atas alasan apapun.
Termasuk bentuk ini apabila rasa sakit dan penderitaan tersebut
ditimbulkan oleh hasutan, persetujuan, atau sepengetahuan pejabat
publik atau aparat penegak hukum.
5) Perbudakan Seksual;
Situasi dimana pelaku merasa menjadi “pemilik” atas tubuh korban
sehingga berhak untuk melakukan apapun termasuk memperoleh
kepuasan seksual melalui pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan
seksual. Perbudakan ini mencakup situasi dimana perempuan dewasa
atau anak-anak dipaksa menikah, melayani rumah tangga atau bentuk
kerja paksa lainnya, serta berhubungan seksual dengan penyekapnya.
6) Intimidasi, Ancaman, dan Percobaan Pemerkosaan;
Tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut
atau penderitaan psikis pada perempuan korban. Intimidasi seksual bisa
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui surat, sms,
email, dan lain-lain. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian
dari intimidasi seksual.
7) Prostitusi Paksa;
Situasi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun
kekerasan untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada
masa rekrutmen maupun untuk membuat perempuan tersebut tidak
berdaya untuk melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dengan
penyekapan, penjeratan utang, atau ancaman kekerasan. Prostitusi
paksa memiliki beberapa kemiripan, namun tidak selalu sama dengan
perbudakan seksual atau dengan perdagangan orang untuk tujuan
seksual.
8) Pemaksanaan Kehamilan;
Situasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun ancaman
kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki.

161
Kondisi ini misalnya dialami oleh perempuan korban perkosaan yang
tidak diberikan pilihan lain kecuali melanjutkan kehamilannya. Juga,
ketika suami menghalangi istrinya untuk menggunakan kontrasepsi
sehingga perempuan itu tidak dapat mengatur jarak kehamilannya.
Pemaksaan kehamilan ini berbeda dimensi dengan kehamilan paksa
dalam konteks kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Statuta Roma,
yaitu situasi pembatasan secara melawan hukum terhadap seorang
perempuan untuk hamil secara paksa, dengan maksud untuk membuat
komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk melakukan pelanggaran
hukum internasional lainnya.
9) Pemaksaan Aborsi;
Pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya tekanan,
ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.
10) Pemaksaan Perkawinan;
Pemaksaan perkawinan dimasukkan sebagai jenis kekerasan seksual
karena pemaksaan hubungan seksual menjadi bagian tidak terpisahkan
dari perkawinan yang tidak diinginkan oleh perempuan tersebut. Ada
beberapa praktik di mana perempuan terikat perkawinan di luar
kehendaknya sendiri. Pertama, ketika perempuan merasa tidak memiliki
pilihan lain kecuali mengikuti kehendak orang tuanya agar dia menikah,
sekalipun bukan dengan orang yang dia inginkan atau bahkan dengan
orang yang tidak dia kenali. Situasi ini kerap disebut kawin paksa.
Kedua, praktik memaksa korban perkosaan menikahi pelaku. Pernikahan
itu dianggap mengurangi aib akibat perkosaan yang terjadi. Ketiga,
praktik cerai gantung yaitu ketika perempuan dipaksa untuk terus
berada dalam ikatan perkawinan padahal ia ingin bercerai. Namun,
gugatan cerainya ditolak atau tidak diproses dengan berbagai alasan
baik dari pihak suami maupun otoritas lainnya. Keempat, praktik “Kawin
Cina Buta”, yaitu memaksakan perempuan untuk menikah dengan orang
lain untuk satu malam dengan tujuan rujuk dengan mantan suaminya
setelah talak tiga (cerai untuk ketiga kalinya dalam hukum Islam).

162
Praktik ini dilarang oleh ajaran agama, namun masih ditemukan di
berbagai daerah.
11) Perdagangan Perempuan untuk Tujuan Seksual;
Tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim,
memindahkan, atau menerima seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atas posisi rentan, penjeratan utang atau
pemberian bayaran atau manfaat terhadap korban secara langsung
maupun orang lain yang menguasainya, untuk tujuan prostitusi ataupun
eksploitasi seksual lainnya. Perdagangan perempuan dapat terjadi di
dalam negara maupun antar negara.
12) Kontrol Seksual seperti Pemaksaan Busana dan Diskriminasi
Perempuan Lewat Aturan;
Cara pikir di dalam masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai
simbol moralitas komunitas, membedakan antara “perempuan baik-baik”
dan perempuan “nakal”, dan menghakimi perempuan sebagai pemicu
kekerasan seksual menjadi landasan upaya mengontrol seksual (dan
seksualitas) perempuan. Kontrol seksual mencakup berbagai tindak
kekerasan maupun ancaman kekerasan secara langsung maupun tidak
langsung, untuk mengancam atau memaksakan perempuan untuk
menginternalisasi simbolsimbol tertentu yang dianggap pantas bagi
“perempuan baik-baik‟. Pemaksaan busana menjadi salah satu bentuk
kontrol seksual yang paling sering ditemui. Kontrol seksual juga
dilakukan lewat aturan yang memuat kewajiban busana, jam malam,
larangan berada di tempat tertentu pada jam tertentu, larangan berada
di satu tempat bersama lawan jenis tanpa ikatan kerabat atau
perkawinan, serta aturan tentang pornografi yang melandaskan diri lebih
pada persoalan moralitas daripada kekerasan seksual. Aturan yang
diskriminatif ini ada di tingkat nasional maupun daerah dan dikokohkan
dengan alasan moralitas dan agama. Pelanggar aturan ini dikenai
hukuman dalam bentuk peringatan, denda, penjara maupun hukuman
badan lainnya.

163
13) Penguhukuman Tidak Manusiawi dan Bernuansa Seksual;
Cara menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan,
atau rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam
penyiksaan. Ia termasuk hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yang
mempermalukan atau untuk merendahkan martabat manusia karena
dituduh melanggar norma-norma kesusilaan.
14) Praktik Tradisi Bernuansa Seksual yang Membahayakan
Perempuan;
Kebiasaan masyarakat , kadang ditopang dengan alasan agama
dan/atau budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan
cidera secara fisik, psikologis maupun seksual pada perempuan.
Kebiasaan ini dapat pula dilakukan untuk mengontrol seksualitas
perempuan dalam perspektif yang merendahkan perempuan. Sunat
perempuan adalah salah satu contohnya.
15) Pemaksaan Sterilisasi/Kontrasepsi.
Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan/atau
pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia
tidak mendapat informasi yang lengkap ataupun dianggap tidak cakap
hukum untuk dapat memberikan persetujuan. Pada masa Orde Baru,
tindakan ini dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,
sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sekarang,
kasus pemaksaan pemaksaan kontrasepsi/ sterilisasi biasa terjadi pada
perempuan dengan HIV/AIDS dengan alasan mencegah kelahiran anak
dengan HIV/AIDS. Pemaksaan ini juga dialami perempuan penyandang
disabilitas, utamanya tuna grahita, yang dianggap tidak mampu
membuat keputusan bagi dirinya sendiri, rentan perkosaan, dan
karenanya mengurangi beban keluarga untuk mengurus kehamilannya.

Tidak semua dari 15 jenis kekerasan tersebut mempunyai unsur subjektif


dan unsur objektif sebagaimana disyaratkan dalam pengaturan kriminalisasi
hukum pidana. Oleh karena itu, jenis kekerasan seksual yang merupakan
praktik, tradisi, dan kebijakan, tidak harus diselesaikan dengan pengaturan
pidana. Namun kekerasan seksual perlu diintervensi juga melalui perubahan

164
cara pandang dan pola pikir melalui pendidikan dan penyebarluasan
informasi. Hal ini khususnya pendidikan dan informasi tentang bagaiman
berbuat adil gender tanpa mendiskriminasi perempuan, memperbaiki praktik-
praktik budaya di masyarakat yang masih merugikan perempuan.

Kekerasan seksual merupakan isu yang darurat untuk ditangani


mengingat tingkat kejadiannya semakin naik dari tahun ke tahun. Salah
satunya adalah melalui kebijakan yang saat ini sedang diperjuangan oleh
Komnas Perempuan bersama dengan jejaring oragnisasi perempuan lainnya
yaitu mendorong untuk segera disahkannya Rancangan Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Dari 15 kekerasan seksual yang
telah terindentifikasi atas, RUU PKS hanya merumuskan 9 jenis kekerasan
seksual sebagai jenis tindak pidana dan menetapkan unsur-unsur perbuatan
yang dikategorisasikan sebagai tindak pidana kekerasan seksual. Sembilan
jenis kekerasan seksual yang dimaksud adalah 1) kekerasan seksual; 2)
eksploitasi seksual; 3) pemaksanaan kontrasepsi; 4) pemaksaan aborsi; 5)
perkosaan; 6) pemaksaan perkawinan; 7) pemaksaan pelacuran; 8)
perbudakan seksual; dan 9) penyiksaan seksual.
Hal yang melatarbelakanginya adalah karena suatu perbuatan untuk
dapat ditetapkan sebagai tindak pidana harus memenuhi asas legalitas
sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
bahwa “suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
ketentuan perundang-undangan pidana yang telaha ada.”
Selain itu, ada jenis tertentu yang sesungguhnya adalah bagian dari
kekerasans seksual, namun jenis tersebut telah diatur spesifik dalam
peraturan perundang-undangan lain secara memadai sehingga tidak perlu
diatur dalam RUU PKS. Misalnya perdagangan orang duatur secara khusus
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (PTPPO). Walaupun perdagangan orang dalam
Undang-Undang tersebut tidak disebutkan eksplisit untuk tujuan seksual,
namun pengaturannya sudah cukup memadai.

165
c. Kekerasan dalam Dunia Kerja
Kekerasan di tempat kerja (workplace bullying) merupakan permasalahan
yang hingga kini terus terjadi (Meek, 2004 dalam Gunawan, dkk, 2009).
Dalam hal fenomena kekerasan di tempat kerja, istilah “ bullying”
dipergunakan karena dianggap lebih mewakili dan lebih lengkap dibandingkan
istilah-istilah lain yang sejenis untuk menggambarkan fenomena yang sama.
Sering pula bullying disinonimkan dengan “harassment”. Harassment sendiri
berasal dari kata “to harass” yang berakar dari kata dalam Bahasa Perancis
kuno „harer‟ yang artinya melakukan upaya penyerangan, dan juga memiliki
akar kata dalam Bahasa Inggris kuno „hergian‟‟yang artinya „to ravage‟ atau
„despoil‟ (mengganggu, mengusik, merusak).
Bentuk bullying berubah sejalan dengan usia: bullying di taman bermain
(playground bullying), kekerasan seksual, penyerangan secara berkelompok,
dating violence, marital violence, child abuse, kekerasan di tempat kerja
(workplace bullying), dan berbagai jenis kekerasan lain (Pepler dan Craig,
1997, dalam Maliki, dkk, 2009). Nansel dkk (2001, dalam Maliki, 2009)
menyatakan bahwa bullying termasuk bullying secara fisik (misalnya:
memukul, menendang), bullying verbal (misalnya: olok-olok, ancaman),
manuver psikologis (misalnya: rumor, pengucilan), segala jenis perilaku yang
membahayakan atau mengganggu, di mana perilaku tersebut berulang dalam
waktu yang berbeda, dan terdapat kekuatan yang tidak seimbang (orang /
kelompok yang lebih berkuasa menyerang orang/kelompok yang kurang
memiliki kekuasaan).
Banyak di antara korban bullying bersikap pasif atau mendiamkan saja
bullying yang terjadi padanya. Hal semacam ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa cukup banyak subjek bullying yang bersikap pasif atau
bahkan mengabaikan bullying yang terjadi (Hidayati N. & Rahayuningsih I
:2014)
Lingkungan kerja yang aman sangat mendukung untuk mencapai
hubungan industrial yang kuat dan produktif. Guna mencapai lingkungan
kerja yang sedemikian, sangat penting untuk memastikan bahwa tempat kerja
tersebut bebas dari segala bentuk diskriminasi, termasuk kekerasan dan

166
pelecehan. Setiap orang di tempat kerja bisa sangat rentan pada beragam
bentuk kekerasan dan pelecehan, termasuk kekerasan dan pelecehan seksual
dan intimidasi. Setiap dan seluruh bentuk kekerasan dan pelecehan di tempat
kerja akan merugikan semua pihak. Bagi para pekerja, hal tersebut dapat
mengarah pada memburuknya kinerja, yang pada gilirannya menekan tingkat
produktivitas dan mempengaruhi kesejahteraan dari semua pekerja dan
keluarga mereka. Tingkat keluar masuk karyawan yang semakin meningkat
dan produktivitas yang rendah memiliki potensi untuk mempengaruhi daya
saing ekonomi dari pabrik-pabrik dimaksud. Kekerasan dan pelecehan di
pabrik-pabrik garmen telah disoroti sebagai sesuatu yang menimbulkan
permasalahan oleh para aktivis internasional dan tampil pada tajuk berita
utama di berbagai media internasional. Berbagai pelanggaran begitu juga
dengan desas-desus tentang berbagai permasalahan kekerasan dan
pelecehan di tempat kerja dapat menimbulkan dampak serius terhadap
hubungan antara pabrik dan pembeli internasional yang sadar reputasi.
Demikianlah apa yang menjadi perhatian kita bersama untuk menciptakan
lingkungan kerja yang positif melalui pencegahan kekerasan dan pelecehan di
tempat kerja.
Better Work Indonesia (2017) mendefinisikan pelecehan dan/ kekerasan
di tempat kerja adalah setiap perilaku berdasarkan usia, keterbatasan, status
HIV, kondisi rumah tangga, jenis kelamin, orientasi seksual, perubahan
jender, ras, warna kulit, bahasa, agama, aliran politik, serikat pekerja atau
opini lainnya atau kepercayaan, bangsa atau latar belakang sosial, hubungan
dengan minoritas, hak milik, kelahiran atau status lainnya yang tidak
mendapatkan balasan setimpal atau tidak dikehendaki yang mempengaruhi
harga diri pria dan wanita di tempat kerja.
Pelecehan dan/ kekerasan acapkali melibatkan penyalahgunaan
kekuasaan di mana obyek sasaran dapat mengalami kesulitan dalam
mempertahankan dirinya. Pelecehan dan/ kekerasan di tempat kerja adalah
tindakan ofensif yang tidak diinginkan, berulang, atau tidak masuk akal, yang
ditujukan pada seorang pekerja atau sekelompok pekerja yang menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan atau menyebabkan seorang

167
pekerja merasa bahwa ia bekerja di lingkungan kerja yang tidak ramah. Hal
ini juga dapat menyebabkan timbulnya resiko kesehatan dan keselamatan
terhadap pekerja yang bersangkutan.
Selanjutnya berdasarakan UU No. 1 Tahun 1970, makna dari „tempat
kerja‟ adalah tempat fisik di mana para pekerja bekerja atau tempat di mana
para pekerja acapkali memasukinya dalam kaitan dengan pekerjaannya dan
dimana ada sumber bahaya. Hal ini termasuk di antaranya semua ruangan,
lapangan, halaman dan daerah-daerah yang mengelilinginya yang
membentuk bagian dari, atau terhubung dengan tempat kerja, baik bersifat
terbuka atau tertutup, dapat bergerak atau bersifat diam.
Pelecehan dan/ kekerasan diklasifikasikan sebagai bentuk diskriminasi
apabila didasari pada satu dari dasar-dasar diskriminasi yang dilarang yang
didefinisikan dalam Konvensi Internasional atau dalam undang-undang
negara. Pelecehan dapat didasarkan atas faktor-faktor seperti Ras, Jender,
Budaya, Usia, Orientasi seksual, dan Preferensi agama. Dasar dari pelecehan
dan/ kekerasan dapat berbeda dari satu negara ke negara lainnya dan dari
satu konteks sosial ke konteks sosial lainnya.
d. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Pelecehan Seksual adalah perilaku dalam bentuk verbal ataupun fisik atau
gerak tubuh yang berorientasi seksual, permintaan layanan seksual, atau
perilaku lain yang berorientasi seksual yang membuat orang yang dituju
merasa terhina, tersinggung dan/atau terintimidasi. Pelecehan seksual juga
meliputi berbagai situasi di mana perilaku yang telah disebutkan sebelumnya
disertakan ke dalam persyaratan kerja atau ketika perilaku yang sedemikian
menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, tidak ramah atau tidak
layak. Reaksi mereka yang menjadi korban harus terukur dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dengan kata lain,
pelecehan seksual adalah:

1. Penyalahgunaan perilaku seksual;


2. Permintaan layanan seksual;

168
3. Pernyataan verbal atau aksi fisik atau bahasa tubuh yang menyiratkan
perilaku seksual, atau;
4. Tindakan yang tidak diinginkan yang berkonotasi seksual:
a. Orang yang menjadi sasaran telah menyatakan secara jelas bahwa
perilaku tersebut tidak dikehendaki;
b. Orang yang menjadi sasaran merasa terhina, tersinggung dan/ atau
terintimidasi oleh perilaku tersebut; atau
c. Pelaku sewajarnya harus dapat mengantisipasi bahwa orang lain akan
merasa tersinggung, terhina dan/atau terintimidasi oleh perilaku yang
demikian.

1. Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Pelecehan seksual dapat mengambil berbagai bentuk. Pada


umumnya, ada lima bentuk pelecehan seksual.

a. Pelecehan fisik termasuk sentuhan yang tidak diinginkan


dengan kecendrungan seksual seperti mencium, menepuk,
mencubit, melirik, dan mendelik dengan penuh hawa nafsu.
b. Pelecehan verbal termasuk komentar-komentar yang tidak
diinginkan tentang kehidupan pribadi seseorang, anggota
tubuh atau penampilannya, lelucon dan komentar yang
menyiratkan sesuatu yang bersifat seksual.
c. Pelecehan dengan bahasa tubuh termasuk bahasa tubuh yang
menjurus kepada sesuatu yang bersifat seksual dan/atau
gerak-geriknya, kedipan mata yang berulangulang, menjilat
bibir dan gerak-gerik lain dengan menggunakan jari-jemari.
d. Pelecehan yang bersifat tertulis atau grafis termasuk
pemaparan barang-barang pornografi, gambar-gambar
eksplisit yang bersifat seksual, gambar pelindung layar
komputer atau poster dan pelecehan melalui e-mail dan sarana
komunikasi elektronik lainnya.

169
e. Pelecehan psikologis/emosional yang termasuk di antaranya
permintaan yang terus menerus dan tidak diinginkan,
undangan yang tidak diinginkan untuk pergi berkencan,
hinaan-hinaan, ejekan-ejekan dan sindiran-sindiran yang
berkonotasi seksual.

Komnas Perempuan mencatat pada 2014 terdapat 4.475 kasus kekerasan


seksual terhadap perempuan dan anak perempuan, 2015 sebanyak 6.499
kasus, 2016 sebanyak 5.785 kasus dan pada 2017 tercatat ada 2.979 kasus
kekerasan seksual di ranah KDRT atau relasi personal serta sebanyak 2.670
kasus di ranah publik atau komunitas.

Temuan kasus kekerasan pun terjadi dalam beragam ranah mulai dari
pekerja rumah tangga (PRT) dan pekerja migran perempuan. Pada 2017,
laporan yang masuk ke Komnas Perempuan mencatat sebanyak 10 kasus
kekerasan terharap PRT maupun pekerja migran. Sedangkan data Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
memperlihatkan pada 2015 terdapat 18 kasus pelecehan seksual pada pekerja
migran. Yang lebih mengkhawatirkan, data Balai Pelayanan Kepulangan TKI
Selapajang Tangerang menyebut terdapat 11.343 kasus pelecehan seksual
sepanjang 2008-2014.

Selain itu, berdasarkan Riset Tirto (2018) tentang Pelecehan Seksual di


Kantor yang dilakukan di 34 provinsi dengan 1.240 responden menemukan
bahwa kurang lebih 94% perempuan mengalami pelecehan seksual secara
fisik. Bentu pelecehannya adalah lisan 76%, isyarat 42%, tertulis/visual 26%,
lingkungan kerja buruk 13%, ditawari imbalan untuk melakukan sesuatu 7%,
penyerangan seksual 1%, lainnya 2%. Sedangkan pelakunya adalah
atasan/rekan senior 36%, rekan sebaya 34%, rekan dari luar 12%, bawahan
5%, dan orang lain di lokasi kantor (satpam/tukang parkir) 2%. Kemudian
dampak yang terindenrifikasi adalah menghindari situasi kerja tertentu
50,89%, malu/tidak percaya diri 35,48%, mengundurkan diri 29,35%,
gangguan kesehatan mental 17,10%, tidak fokus/performa kerja menurun
14,52%, cuti 10,81%, gangguan kesehatan fisik 7,82%, dan mau bunuh diri

170
2,66%. Dan terakhir, respon korban adalah bicara “tidak nyaman” pada
pelaku 35,73%, diam saja 25,24%, bicara pada pelaku bahwa perilakunya
salah 24,60%, lapor ke atasan 14,27%, dan keluar dari perusahaan 5,24%.

2. Human Traficking

Human Traficking atau perdagangan manusia adalah perekrutan, pengiriman,


atau penampungan orang-orang dengan cara ancaman atau kekerasan demi
tujuan eksploitasi, pelacuran, seks, penyalahgunaan kekuasaan serta
perbudakan yang hanya menguntungkan satu pihak saja (Traficking Victim
Protection Act PBB 2000).

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 1 Ayat (1)
menjelaskan bahwa Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Kemudian pada
Ayat (3) dijelaskan bahwa korban perdagangan orang adalah seseorang yang
mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual , ekonomi, dan/atau sosial,
yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.
Laporan Tahunan Perdagangan Orang 2018 yang disusun oleh Kedutaan Besar
dan Konsulat AS untuk Indonesia menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia
tidak sepenuhnya dapat memenuhi standar minimum pemberantasan
perdagangan orang; pemerintah tengah mengerahkan upaya yang signifikan
guna mewujudkannya. Pemerintah Indonesia menunjukkan upaya yang lebih
baik dibandingkan dengan periode pelaporan sebelumnya dan oleh karena itu
Indonesia tetap berada di Tingkat 2. Pemerintah Indonesia juga telah
memulangkan dan memberikan layanan kepada lebih banyak warga negara
Indonesia yang menjadi korban di luar negeri; menerapkan peraturan baru

171
untuk mencegah perdagangan manusia di industri perikanan; bernegosiasi
dengan sektor swasta dalam usaha mengurangi kerentanan para pekerja
Indonesia di luar negeri; serta mengadakan pelatihan untuk para pegawai
pemerintah dan aparat penegak hukum.
Selanjutnya, tindak korupsi yang menjadi endemik di kalangan pejabat masih
berlangsung menghambat upaya pemberantasan perdagangan orang dan
memungkinkan para pelaku perdagangan manusia bebas beroperasi tanpa jerat
hukum. Undang-Undang TPPO tahun 2007 memuat syarat penglibatan
kekerasan, tipuan, atau paksaan pada kasus perdagangan seks anak yang
dinilai tidak konsisten dengan hukum internasional. Kurangnya pengetahuan
pejabat tentang indikator-indikator dan peraturan terkait perdagangan manusia
menghalangi upaya identifikasi korban secara proaktif di antara populasi yang
rentan dan menghambat upaya penegakan hukum.
Disamping itu, tidak efektifnya koordinasi antara polisi, saksi, jaksa, dan hakim
telah menghambat upaya pemerintah untuk menyelidiki, menuntut, dan
menghukum para pelaku, terutama ketika pada kasus yang melibatkan
sejumlah wilayah yuridiksi atau negara lain. Unit Tindak Pidana Perdagangan
Orang Kepolisian Republik Indonesia tidak memiliki mekanisme untuk melacak
investigasi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten, sehingga mempersulit
mereka dalam menentukan total jumlah investigasi dan kasus yang
terselesaikan. Polisi melaporkan 123 penyelidikan kasus perdagangan manusia
baru pada 2017, naik dibandingkan 110 pada 2016. Kepolisian Republik
Indonesia telah menyerahkan 51 berkas kasus ke Kejaksaan Agung Republik
Indonesia pada 2017. Mahkamah Agung menerapkan mekanisme
pengdokumentasian tuntutan yang komprehensif, namun perbedaan statisik
terus berlanjut sebagai akibat dari kurangnya koordinasi dengan lembaga
penegak hukum karena praktik pengawasan informal mandiri lembaga itu
sendiri masih belum berkembang. Mahkamah Agung melaporkan 407
penuntutan kasus perdagangan orang baru selama tahun 2017, meningkat bila
dibandingkan dengan 263 tuntutan pada tahun sebelumnya yang merupakan
hasil dari pengumpulan data yang semakin membaik. Mahkamah Agung juga
melaporkan 324 putusan, lebih tinggi dibanding 190 putusan pada tahun

172
sebelumnya dengan masa hukuman berkisar dari dua setengah hingga tujuh
tahun
Selanjutnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat memasuki
awal tahun 2018 ada sebanyak 32 kasus trafficking atau perdagangan manusia
dan eksploitasi yang dialami oleh anak-anak di Indonesia. Komisioner Bidang
Trafficking dan Eksploitasi Anak menemukan bahwa dalam tiga bulan awal
tahun 2018, ada banyak kasus trafficking dan eksploitasi yang menyasar anak
di bawah umur. Dari sekian banyaknya kasus, kasus eksploitasi seks komersial
terhadap anak mendominasi pelaporan di awal tahun 2018.
Sama halnya dengan data yang dihimpun dari IOM (International Organization
for Migration) yang mencatat sepanjang tahun 2005 sampai 2017 ada sebanyak
8.876 korban trafficking, dimana 15 persen dari angka tersebut atau sebanyak
1.155 korban menyasar anak-anak.

3. Lesbian, Gay, Biseksual, Trans (LGBT)

Definisi

LGBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini
digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena
istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini
dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang
berdasarkan identitas seksualitas dan gender". Kadang-kadang istilah LGBT
digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan
hanya homoseksual, biseksual, atau transgender. Maka dari itu, seringkali huruf Q
ditambahkan agar queer dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas
seksual mereka juga terwakili (contoh. "LGBTQ" atau "GLBTQ", tercatat semenjak
tahun 1996).

Sebelum revolusi seksual pada tahun 1960-an, tidak ada kosakata non-
peyoratif untuk menyebut kaum yang bukan heteroseksual. Istilah terdekat, "gender
ketiga", telah ada sejak tahun 1860-an, tetapi tidak diterima secara luas.

173
Istilah pertama yang banyak digunakan, "homoseksual", dikatakan mengandung
konotasi negatif dan cenderung digantikan oleh "homofil" pada era 1950-an dan
1960-an, dan lalu gay pada tahun 1970-an. Frasa "gay dan lesbian" menjadi lebih
umum setelah identitas kaum lesbian semakin terbentuk. Pada tahun
1970, Daughters of Bilitis menjadikan isu feminisme atau hak kaum gay sebagai
prioritas. Maka, karena kesetaraan didahulukan, perbedaan peran antar laki-laki dan
perempuan dipandang bersifat patriarkal oleh feminis lesbian. Banyak feminis
lesbian yang menolak bekerja sama dengan kaum gay. Lesbian yang lebih
berpandangan esensialismerasa bahwa pendapat feminis lesbian yang separatis dan
beramarah itu merugikan hak-hak kaum gay. Selanjutnya, kaum biseksual dan
transgender juga meminta pengakuan dalam komunitas yang lebih besar. Setelah
euforia kerusuhan Stonewall mereda, dimulai dari akhir 1970-an dan awal 1980-an,
terjadi perubahan pandangan; beberapa gay dan lesbian menjadi kurang menerima
kaum biseksual dan transgender. Kaum transgender dituduh terlalu banyak
membuat stereotip dan biseksual hanyalah gay atau lesbian yang takut untuk
mengakui identitas seksual mereka. Setiap komunitas yang disebut dalam akronim
LGBT telah berjuang untuk mengembangkan identitasnya masing-masing, seperti
apakah, dan bagaimana bersekutu dengan komunitas lain; konflik tersebut terus
berlanjut hingga kini

a. Lesbian

Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi


seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada
perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional,
atau secara spiritual. Istilah ini dapat digunakan sebagai kata benda jika
merujuk pada perempuan yang menyukai sesama jenis, atau sebagai kata
sifat apabila bermakna ciri objek atau aktivitas yang terkait dengan hubungan
sesama jenis antar perempuan.

174
b. Gay

Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk


orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Istilah ini awalnya
digunakan untuk mengungkapkan perasaan "bebas/ tidak terikat", "bahagia"
atau "cerah dan menyolok". Kata ini mulai digunakan untuk menyebut
homoseksualitas mungkin semenjak akhir abad ke-19 M, tetapi menjadi lebih
umum pada abad ke-20. Dalam bahasa Inggrismodern, gay digunakan
sebagai kata sifat dan kata benda, merujuk pada orang -terutama pria gay-
dan aktivitasnya, serta budaya yang diasosiasikan dengan homoseksualitas.

c. Biseksualitas

Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual,


atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya
digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan
romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus. Istilah ini juga
didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada semua
jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis
kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang
disebut panseksualitas.

d. Transgender

Orang transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi
gender yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir. Orang
transgender juga terkadang disebut sebagai orang transseksual jika ia
menghendaki bantuan medis untuk transisi dari satu seks ke seks
lainnya. Transgender juga merupakan sebuah kata umum. Selain mencakup
orang yang identitas gendernya berlawanan dengan seksnya yang ditunjuk
(pria trans dan wanita trans), istilah transgender juga dapat mencakup orang-
orang yang tidak secara spesifik maskulin atau feminin (orang-
orang genderqueer seperti bigender, pangender, genderfluid, atau agender).
Definisi transgender lainnya juga mencakup orang-orang yang termasuk ke
dalam gender ketiga atau memiliki gender ketiga transgender. Dalam kasus

175
yang lebih jarang, istilah transgender digunakan hingga mencakup cross-
dresser, tanpa memperhatikan identitas gender.

Hak Asasi LGBT di Indonesia

Sebagai gambaran umum tentang hak asasi LGBT di Indonesia, hukum


nasional dalam arti luas tidak memberi dukungan bagi kelompok LGBT
walaupun homoseksualitas sendiri tidak ditetapkan sebagai tindak pidana.
Baik perkawinan maupun adopsi oleh orang LGBT tidak diperkenankan. Tidak
ada undang-undang anti-diskriminasi yang secara tegas berkaitan dengan
orientasi seksual atau identitas gender. Hukum Indonesia hanya mengakui
keberadaan gender laki-laki dan perempuan saja, sehingga orang transgender
yang tidak memilih untuk menjalani operasi perubahan kelamin, dapat
mengalami masalah dalam pengurusan dokumen identitas dan hal lain yang
terkait. Sejumlah Perda melarang homoseksualitas sebagai tindak pidana
karena dipandang sebagai perbuatan yang tidak bermoral, meskipun empat
dari lima Perda yang terkait tidak secara tegas mengatur hukumannya.
Ada beberapa gambaran umum Hak Asasi Manusia Kaum LGBT di
Indonesia yang dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu:
a. Undang-Undang

Peraturan Undang-undang Indonesia hanya menetapkan dua jender saja,


yaitu pria dan wanita. Hal ini dapat ditafsirkan dari pencantuman tegas
tentang pria dan wanita dalam Undang-undang Perkawinan (UU No.
1/1974) dan ketentuan serupa mengenai isi kartu penduduk yang
ditetapkan dalam Undang-undang Administrasi Kependudukan (UU No.
23/2006).

b. Kebijakan pemerintah

Pada tahun 1983 Direktorat Kesehatan Jiwa di Kementerian Kesehatan


mengubah klasifikasi homoseksualtias dalam Pedoman Diagnosa dan
Klasifikasi Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi kedua, menjadi homoseksualitas
ego-distonik dan homosekualitas ego-sintonik. Hanya kondisi yang
pertama saja, pada dasarnya dalam hal orang yang menentang dan tidak

176
menerima seksualitasnya, yang digolongkan sebagai gangguan jiwa. Pada
Edisi Ketiga tahun 1993, tidak disebutkan homoseksualitas kecuali dalam
catatan singkat yang menyatakan sebagai bagian dari keragaman
seksualitas manusia.

c. Sosial Budaya

Secara umum, orang dengan ekspresi atau identitas gender yang non-
konformis, lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia karena non-
konformitas mereka lebih kelihatan dibandingkan homosekualitas atau
biseksualitas. Banyak orang tahu tentang konsep orientasi seksual yang
beragam, namun tidak banyak yang mengenal orang yang secara terbuka
homoseksual atau orang yang merasa dirinya tertarik atau melakukan
hubungan seks dengan orang dengan gender sejenis. Secara sepintas,
orang transgender terutama waria, mendapatkan toleransi dan dapat
ditemukan di banyak lingkungan pergaulan masyarakat. Yang tidak
disadari adalah keadaan bahwa banyak orang seperti ini mungkin dapat
"ditoleransi" tetapi belum tentu mereka diterima oleh keluarga sendiri.
Penerimaan berarti orang transgender dapat mengikuti seluruh kegiatan
keluarga dan masyarakat tanpa rasa enggan atau ragu-ragu. Sedangkan
toleransi biasanya diberikan secara kurang rela atau karena suatu
keharusan.

d. Agama

Terdapat ratusan keyakinan agama yang hidup dalam masyarakat


Indonesia, namun hanya ada enam agama yang diakui oleh Negara: Islam
(Sunni), Kristen Protestan (terdiri dari ratusan gereja), Katolik, Hindu
(dijalankan terutama oleh orang Bali), Budha (terdiri dari banyak aliran)
dan Kong Hu Chu. Berbagai kepercayaan penduduk asli dan keyakinan
sinkretis yang begitu banyak, tidak dikelompokkan sebagai "agama",
melainkan "aliran kepercayaan." Ke-enam agama yang diakui tersebut
berada di bawah naungan Kementerian Agama, sementara "aliran

177
kepercayaan" dan agama-agama lain seperti Shinto dan Yahudi berada di
bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mayoritas pimpinan agama Kristiani dan Islam bersikap konservatif dalam


segala hal yang berhubungan dengan seksualitas dan beberapa malah
sangat vokal menyatakan pandangannya yang homofobia atau transfobia.
Sebagian besar orang LGBT yang dibesarkan dalam masyarakat yang
dipimpin oleh tokoh agama demikian, menginternalisasi homofobia dan
transfobia ini sehingga mengalami kesulitan untuk sepenuhnya menerima
orientasi seksual dan identitas gender mereka sendiri. Kadang-kadang ada
tokoh-tokoh agama yang berbicara di depan umum dengan menyatakan
bahwa keberadaan LGBT berlawanan dengan fitrah dan kehendak Tuhan.
Dalam prakteknya, segregasi gender secara ketat malah seringkali
menimbulkan hubungan homoseksual yang melembaga di sejumlah
komunitas Muslim, sebagian besar terpusat di sekitar pesantren tetapi
juga yang terjadi di lingkungan mesjid, tanpa menerapkan identitas gay
atau lesbian (Kholifah 2005, Dzulkarnain 2006, Zuhri 2006).

Di lain pihak ada pergerakan yang semakin berkembang di kalangan


pimpinan dan komunitas agama untuk menerapkan penafsiran baru
terhadap kitab suci agamanya dan menunjukkan penerimaan dan rasa
belas kasih. Mereka membantu orang-orang LGBT yang ingin tetap setia
kepada keyakinannya, walaupun orientasi seksual atau identitas gender
mereka berbeda. Di beberapa tempat di pulau Jawa terbentuk kelompok-
kelompok doa Muslim maupun Kristiani. Selan itu, sejumlah mahasiswa
dan fakultas di beberapa universitas Islam dan sekolah teologia Kristen
juga melakukan studi tentang beragam gender dan seksualitas.

i. Desentralisasi dan Perbedaan Keadaan di Berbagai


Daerah
secara umum kelompok LGBT dapat ditemukan di mana-mana dan
akhir ini menjadi semakin nampak. Namun memang lebih sulit untuk
mendirikan dan membina organisasi di provinsi-provinsi konservatif yang

178
didominasi oleh ajaran Islam dan Kristiani, seperti Aceh, Sumatera Barat
dan Jawa Barat (Islam) atau provinsi-provinsi di Papua (Kristiani).
Pendirian dan pembinaan organisasi di Papua dan provinsi-provinsi
Maluku juga mengalami kesulitan karena penduduknya yang jarang
serta adanya hambatan komunikasi dan transportasi. Di sisi lain, ada
provinsi-provinsi yang "lebih memberi kemudahan" dalam pendirian dan
pembinaan organiasi, seperti Bali, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

4. Perempuan dan Politik

Politik

Politik apabila dipandang sebagai ilmu sosial dan memiliki dasar, rangka, fokus
dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa politik
dikategorikan sebagai ilmu yang termuda, karena ilmu ini dikenal secara luas
oleh publik tepatnya pada abad ke sembilan belas. Pada tahap ini politik secara
pesat dan berdampingan dengan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu
sosiologi, antropologi, ekonomi dan psikologi, dalam perkembangnnya
kesemuaannya mereka saling mempengaruhi.

Jika politik ditinjau secara komprehensif dan rasional yang mencakupi aspek
negara dan kehidupan politik, maka dengan sendirinya politik dikategorikan
sebabai ilmu tertua. Pada taraf ini politik bersandarkan kepada ilmu filsafat dan
sejarah. Misalnya di Yunani Kuno, pemikiran mengenai negara sudah di mulai
pada tahun 450 S.M. hal ini dibuktikan dengan adanya karya-karya ahli sejarah
Herodotus atau filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles dan filsuf-filsuf lainnya. Di
Asia ada beberapa pusat kebudayaan diantaranya di India dan China, kedua
negara ini telah mewariskan berbagai tulisan politik yang berkualitas. Adapun
tulisan dari India terkumpul diantara lain dalam kesusanteraan Dharmasanstra
dan Arthasastra kedua hasil kesusastaraan tersebut pada tahun 500 S.M. Di
samping itu filsuf dari China yang sangat terkenal yaitu Confucius pada tahun
350 S.M, sedangkan Mencius pada tahun 350 S.M juga, serta mazhab legalist
seperti Shang Yang pada tahun 350 S.M.

179
Pengertian politik menurut para ahli,selain pengertian politik secara umum,
terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian politik yaitu
sebagai berikut.

a. Roger. F. Soltau: ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan


negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan
itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan
negara-negara lain.
b. Karl W. Deutsch: pengertian politik adalah pengambilan keputusan
melalui sarana umum.
c. Ossip K. Flectheim: politik adalah ilmu sosial yang khusus
mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan
organisasi kekuasaan beserta sifat dan tujuan gejala-gejala kekuasaan
lain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi negara.
d. Deliar Noer: Deliar Noer yang dalam buku pengantar pemikiran
politik, politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat.

Budaya Politik di Indonesia

Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan dari nilai-nilai dianut oleh


bangsa Indonesia sebagai pedoman kegiatan-kegiatan politik kenegaraan. Setelah
era reformasi orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik
partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak
tunduk dari keputusan atau kinerja pemerintah baru etika. Ketika era orde baru
demokrasi dikekang, baik segala bentuk media dikontrol dan diawassi oleh
pemerintah melalui departemen penerangan agar tidak mempublikasikan
kebobrokan pemerintah.

Budaya politik Indonesia terus mengalami perubahan mengikut


perkembangan zaman. Tetapi berubahnya terjadi di daerah perkotaan dan pedesaan
yang telah maju tetapi di daerah-daerah terpencil tidak terjadi perubahan karena
kurangnya pendidikan dan informasi.Saat ini budaya politik Indonesia adalah

180
campuran dari parokial, kaula dan partisipan karena di Indonesia terdapat ciri-ciri
parokial dan ciri-ciri budaya politik partisipan.

Keterlibatan atau keterwakilan perempuan dalam kehidupan publik memang


telah mengalami peningkatan namun partisipasi yang diharapkan seperti
keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga pemerintahan tingkat lokal, maupun
nasional masih terhitung rendah. Sebutlah tingkat kabupaten yang merupakan
lapisan pemerintah paling dekat dengan masyarakat dan bertanggungjawab
terhadap pembangunan di daerah serta pelayanan sosial bagi masyarakat.
Terbatasnya keterwakilan perempuan di pemerintah kabupaten dapat berujung pada
tidak terpenuhinya kebutuhan, tidak teratasinya kekhawatiran perempuan, dan
prioritas-prioritas pembangunan dalam rencana pembangunan daerah dan mungkin
akan mempertegas marjinalisasi terhadap perempuan dalam mendapatkan
pelayanan sosial pada tingkatan lokal.

Merupakan sebuah pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi


wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislatif,
kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan gender.
Demikianlah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 1999
mengenai apa itu keterwakilan perempuan di dalam ruang lingkup politik.

Pada hakekatnya sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai affirmative


action, dimana perempuan mendapatkan kuota 30 persen dalam aktivitas politik,
termasuk didalamnya pencalonan dari partai politik dalam mendapatkan kedudukan
pada kursi di parlemen, akan tetapi pada kenyataannya keterwakilan perempuan
dalam politik hanyalah sebagai pengisi dan pemenuhan syarat agar partai politik
tidak di diskualifikasikan dari proses pemilihan umum saja. Padahal secara tidak
langsung telah ditegaskan bahwasannya dengan pemberian kuota tersebut para laki-
laki tidak dapat secara menyeluruh mendominasi komposisi kepengurusan atau
dalam kedudukan di lembaga legislatif, yudikatif, maupun eksekutif.

Untuk menunjang keterwakilan perempuan dalam panggung politik tentunya


banyak cara dan hambatan dalam penerapannya. Perempuan seharusnya
mendapatkan pendidikan politik dari partai tempatnya bernaung dalam rangka

181
meningkatkan kecerdasan hingga memajukan para perempuan agar mampu tampil
seimbang dengan para elite politik dari kaum laki-laki yang sudah mendominasi
secara berkelanjutan. Sehingga para perempuan juga sadar akan hakekatnya dalam
berpolitik adalah kemudian untuk menyalurkan aspirasi masyarakat melalui
kewenangan yang dimilikinya.

Kuota 30 persen yang dimiliki oleh perempuan harus turut diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumber saya manusianya hingga dapat bersaing dengan laki-
laki. Jadi tidak ada gunanya jika kemampuan SDM dalam memahami politik rendah
dengan adanya pemberian kuota tersebut. Disampaikan dalam Astrid Anugrah
(2009) jangan karena telah ditentukannya sistem kuota perempuan lalu kaum
perempuan telah merasa puas dengan kesempatan luas tersebut, sementara kualitas
SDM yang melekat pada dirinya sendiri adalah rendah. Kaum perempuan hendaknya
menyadari sistem kuota pada sejatinya adalah suatu media pencerdasan politik
kaum perempuan. Sistem keterwakilan perempuan menjadi proses pembelajaran
dalam kerangka partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan
demokrasi, mengerti hak dan kewajibannya sebagai warganegara suatu bangsa.

Kualitas atau mutu memegang peranan penting dalam kesetaraan gender


dalam politik di negara Republik Indonesia, bukan hanya kuota atau jumlah kaum
perempuan yang terlibat dalam aktivitas politik. Kuota merupakan ketentuan
undang-undang yang harus dipenuhi oleh setiap partai politik untuk memberikan
kesempatan atau keterwakilan kaum perempuan dalam aktivitas politik dan
kebijakan publik di Negara Republik Indonesia. Kesetaraan gender dalam politik ini
berarti bahwa tidak ada diskriminatif dalam berbagai bidang, sehingga kaum
perempuan bisa melibatkan diri secara totalitas dalam bidang politik, ekonomi, sosial
maupun bidang lain seumpamanya.

Fakta menunjukkan selama ini keterwakilan perempuan di lembaga legislatif


Republik Indonesia baik ditingkat nasional maupun di tingkat lokal (Kabupaten/Kota)
masih rendah. Keterwakilan perempuan dalam politik dan publik merupakan salah
satu pre-existing conditions bagi demokrasi. Lebih jauh lagi, jika perempuan tampil
sebagai pembuat kebijakan (policy maker) maka akan memberi kontribusi sangat
besar pada kesetaraan gender dalam kehidupan demokrasi. Pentingnya

182
meningkatkan representasi perempuan karena pengalaman dan kepentingan
perempuan berbeda dengan laki-laki. Karena itu, dibutuhkan adanya perubahan
struktur politik untuk mengakomodasi perbedaan tersebut. Konstruksi biologis dan
sosial perempuan yang berbeda adalah dua poin penting agar perempuan terwakili
dalam ranah politik. Perempuan memiliki pengalaman dan kepentingan berbeda,
bahkan bertentangan, dengan laki-laki yang tidak dapat sepenuhnya mewakili
kepentingan perempuan. Oleh karenanya adalah penting mengkombinasi politics of
presence dan politics of ideas, perempuan harus hadir (present) dan memberi
makna (influence) agar kebijakan-kebijakan yang dihasilkan parlemen menjadi
responsif gender.

Partai politik merupakan ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan


kebebasan dan keterbukaan berdemokrasi. Di samping hal tersebut, pemenuhan
hak-hak juga mengalami berbagai tantangan termasuk untuk mewujudkan hak
perempuan yang terkait dengan hak keterwakilan perempuan dalam kepengurusan
partai politik, representasi perempuan di parlemen, peningkatan partisipasi politik
perempuan, hingga peningkatan kepemimpinan perempuan dalam pengambil
kebijakan. Kesadaran terhadap hak perempuan dalam politik mulai dibangun melalui
kebijakan penerapan affirmative action yang dituangkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan angka minimal 30% (tiga pulu perseratus)
keterwakilan perempuan yang harus dicapai. Affirmative action bukanlah hal baru,
sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
hingga berlakunya undang-undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum, hal tersebut yang masih menimbulkan pro dan
kontra. Pasal 173 ayat (2) huruf e mengenai kuota 30% (tiga puluh perseratus)
keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat wajib untuk menjadi peserta
pada pemilu serentak 2019. Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
diharapkan keterwakilan perempuan tercapai hingga 30% (tiga puluh perseratus)
dengan penguatan melalui kepengurusan partai politik tingkat pusat.

183
Keadaan Perempuan Politik Indonesia

Saat ini di Indonesia, perempuan banyak dijumpai di sektor publik baik di


bidang ekonomi, politik dan sosial. Perempuan telah menduduki lembaga legislatif
maupun eksekutif. Peran perempuan dalam kehidupan tidak boleh dipandang
sebelah mata dan tidak boleh dibatasi hanya karena anggapan bahwa kondisi fisik
perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Di dunia ini, perempuan
terbukti memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam berbagai bidang
mulai dari bidang politik, kesusasteraan, seni, ilmu pengetahuan, musik, reformasi
sosial, hiburan, petualangan, lingkungan, dan olahraga. Jadi, perempuan tidak
hanya berada di dapur seperti anggapan orang-orang yang berpikiran primitif .

Namun terkadang pada kenyataannya, dalam memenuhi kuota 30%


keterwakilan perempuan dalam politik ini menjadi sangat sulit untuk dipenuhi oleh
partai politik dalam mendapatkan kader yang berkualitas atau yang mempunyai skill
dan kompetensi yang sangat prima, hal ini yang membuat monopoli kaum laki-laki
yang sangat hegemoni. Sehingga partai politik kebanyakan hanya menempatkan
perempuan dalam pemenuhan kuota secara formalitas saja bukan sebagai
peningkatan aktualisasi perempuan dalam ranah politik.

Table: Perbandingan Jumlah Anggota DPR RI Berdasarkan Jenis


Kelamin Hasil Pemilu 1995-2014

Perempu
Jumlah anggota Laki-laki
Periode an
DPR
Jumlah % Jumlah %

1950-1955 245 9 3,7 236 96,3

1955-1960 289 17 5,9 272 94,1

1956-1959 513 25 4,9 488 95,1

1971-1977 496 36 7,3 460 92,7

184
1977-1982 489 29 5,9 460 94,1

1982-1987 499 39 7,8 460 92,2

1987-1992 565 65 11,5 500 88,5

1992-1997 562 62 11 500 89

1997-1999 554 54 9,7 500 90,3

1999-2004 546 46 8,4 500 91,6

2004-2009 550 63 11,5 487 88,5

2009-2014 560 99 17.7 461 82.3

2014-2019 560 94 16.7 466 83.3

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Hadirnya representasi perempuan diharapkan dapat memperkuat partisipasi


perempuan dalam politik agar dapat menyampaikan aspirasi serta kepentingan
perempuan yang selama ini dianggap kurang tersampaikan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kehadiran dan jumlah menjadi faktor penting dalam proses advokasi
perempuan dalam politik. Tetapi, bagaimana bisa jumlah tersebut menjadi penting
ketika dalam pengambilan keputusan masih saja tidak menganggap kehadiran
perempuan itu sendiri? Hadirnya perempuan seakan hanya sebagai simbol bahwa
negara telah menjalankan demokrasi, karena telah memberi kesempatan kepada
setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam politik termasuk perempuan.
Dalam praktiknya tetap saja perempuan tidak memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan, dikarenakan tidak adanya kesempatan bagi perempuan untuk
memegang jabatan penting. Sehingga, meskipun jumlahnya bertambah dalam
proses perwakilan, namun partisipasinya masih sangat kurang, sehingga fungsi
advokasinya tidak berjalan dengan sempurna karena tidak adanya kekuatan dalam
pengambilan keputusan.

185
Beberapa hal yang menjadi faktor fenomena tersebut telah dijabarkan oleh
Asmaeny ( 2013:194) yakni pengaruh dari masih kuatnya peran dan pembagian
gender antara laki-laki dan perempuan yang membatasi atau menghambat peran
perempuan di bidang kepemimpinan dan pembuatan kebijakan atau keputusan.
Kedua, kendala-kendala atas akses perempuan terhadap kekuasaan yang tersebar di
berbagai kelembagaan sosial- politik, seperti pemilu dan kepartaian.
Maka dapat disimpulkan bahwa kuota 30% yang dihadirkan pemerintah hanya
merupakan awal dari jalan untuk mencapai partisipasi perempuan yang aktif dalam
perpolitikan Indonesia. Karena pada dasarnya jumlah perempuan yang bertambah
dalam parlemen melalui kuota 30% tadi tetap tidak akan mampu menyaingi suara
laki-laki yang masih menempati persentase yang lebih tinggi. Sehingga, ketika masih
ada ketidaksetaraan bagi perempuan dalam pendudukan jabatan strategis dalam
politik, kuota ini hanya akan sia-sia karena tidak memiliki legitimasi. Maka dari itu
jika kita berpuas diri pada tahap ini, selanjutnya partisipasi serta pengadvokasian
suara perempuan yang dinginkan tadi tidak akan terwujud.

186
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-7)


Pengarus Utamaan Gender (PUG)

PENGANTAR

Istilah gender merujuk kepada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan


berdasarkan kontruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan
perannya dalam masyarakat.

Perbedaan laki-laki dan perempua masih menyimpan bebebrapa masalah,


baik dari segi substansi kejadian maupun peran yang diemban dalam masyarakat.
Perbedaan anatomi biologis antara keduanya cukup jelas. Akan tetapi efek yang
timbul akibat perbedaan jenis kelamin secara bilogis (seks) melairkan seperangkat
konsep budaya. Interpretasi budaya terhadap perbedaan jenis kelamin inilah yang
disebut jender.

Memahami, mengkaji dan mendiskusikan jender akan menjadi selalu hangat


selama budaya jender ini masih mendiskriminasi dan mendiskreditkan perempuan
dan menjadikan perempuan sebagi mahkluk nomor dua setelah laki-laki.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

26. Memahami tentang pengertian gender


27. Memahami tentang sejarah gender di Indonesia
28. Mendeskripsikan diskriminasi gender

TOTAL WAKTU:

 180 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan

187
PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Case Study


 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game atau energizer untuk
menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Pengarus Utamaan
Gender (PUG). Metode yang akan dipergunakan yakni studi kasus
(soal cerita), berdialog, ceramah dan diskusi kelompok/FGD,
games dan parktik.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brain storming,
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang Apa
yang kalian ketahui terkait konsep gender? “apa yang kalian
ketahui tentang sejarah gender di indonesia?”, “apa perbedaan
gender dengan seks?
110:00 TAHAP MENILAI METODE: Study Case
 Semua peserta turun langsung
mendatangi rumah warga untuk
menanyakan yang mengerjakan
pekerjaan rumah.
1. Siapa yang mengerjakan
Pekerjaan rumah?
2. Bagaimana jika ada permasalahan
didalam keluarga?
3. Siapa yang sering mengambil
keputusan dalam rumah?
4. Apakah ada perbedaan tugas
didalam rumah?
5. Apakah ada perbedaan jam main
antara anak laki-laki dengan
perempuan?
 Setelah dari rumah warga Peserta
ditugaskan untuk mepresentasikan
hasil observasinya
 Peserta lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
 Buka sesi tanya jawab terhadap
subtopic yang belum dipahami.
20:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah,

188
Presentasi
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat yakni konsep gender.
Dan kaitkan juga pengaruhnya pada
kehidupan sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: Games
 Berikan apresiasi pada peserta terbaik
dalam mempresentasikan hasil dari
observasinya
 Berikan apresiasi pada peserta yang
mampu memberikan solusi saat dia
bertanya kerumah warga
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

189
Lembar Cerita

Manusia atau super hero

Perempuan itu identik dengan beban ganda (double burden) yang artinya beban
pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis
kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis
dan permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja
diwilayah public, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di
wilayah domestic. Upaya maksimal yang dilakukan mereka adalah mensubstitusikan
pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti pembantu rumah tangga atau
anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian, tanggung jawabnya masih
tetap berada di pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami beban yang
berlipat ganda. Walau tidak semua perempuan demikian akan tetapi semisal
dilakukan survey dari 10 koresponden maka hasilnya dapat diprediksi bahwa 8 dari
10 perempuan akan diidentik dengan hal tersebut. Tidak masalah karena setiap
perempuan punya hak menentukan apa saja selagi tidak merugikan dirinya dan
orang lain.

Perempuan itu multitalent karena mampu mengerjakan semua pekerjaan dengan


bersamaan semisal ketika sedang masak ia juga mampu sambil mengendong anak
nya. Ketika banyak yang bilang menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang
mudah tapi ternyata itu luar biasa. Ketika suami sakit, istri mampu mengerjakan
pekerjan rumah atau yang lain nya. Sedangkan sebaliknya ketika istri sakit, banyak
pekerjaan rumah yang terbengkalai maka dari itu terkadang sesakit apapun istri
tetap mampu mengerjakan mengerjakan pekerjaan.

Seperti apa gambaran dari perempuan super hero?

Ketika ia mampu menyelesaikan banyak tugas dengan baik. Seorang ibu walaupun
bukan lulusan Strata-1 (S1) dengan jurusan kedokteran tapi mereka mampu
mengobati dan merawat anak nya ketika sakit dengan baik, walaupun bukan lulusan
tata boga tapi ibu mampu memberikan makanan terlsezat didalam rumah yang
selalu ditunggun oleh anak-anaknya, walaupun bukan lulusan ahli gizi tapi ibu
mampu memberikan makanan dan mampu mencukupi gizi anak dengan baik.
Walaupun bukan lulusan ekonomi tapi ibu mampu memanage keuangan dengan
baik dan masih banyak hal lagi keajaiban seorang ibu yang luar biasa walaupun dia
bukan lulusan bidang tertentu.

Catatan Diskusi:

Setiap peserta yang ada dalam forum bisa melihat .

190
Lembar Bacaan

Pengarus Utamaan Gender


Konsep Gender

Secara definisi Konsep gender menurut Muhtar (2002), bahwa gender dapat
diartikan sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan
peran sosial berdasarkan jenis kelamin. Sementara Fakih (2008: 8) mendefinisikan
gender sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan
yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Istilah gender dibedakan dari istilah
seks.

Oakley, ahli sosiologi Inggris, merupakan orang yang mula-mula memberikan


pembedaan dua istilah itu (Saptari dan Halzner, 1997: 88). Istilah gender merujuk
kepada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi sosial
budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam
masyarakat. Istilah Seks merujuk kepada perbedaan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan secara biologis terutama yang berkaitan dengan prokreasi dan
reproduksi. Laki-laki dicirikan dengan adanya sperma dan penis serta perempuan
dicirikan dengan adanya sel telur, rahim, vagina, dan payudara. Ciri jenis kelamin
secara biologis tersebut bersifat bawaan, permanen, dan tidak dapat dipertukarkan
(Abdullah, 2004 : 11).

Selanjutnya, yang dimaksud dengan gender adalah cara pandang atau persepsi
manusia terhadap perempuan atau laki-laki yang bukan didasarkan pada perbedaan
jenis kelamin secara kodrati biologis. Gender dalam segala aspek kehidupan manusia
13 mengkreasikan perbedaan antara perempuan dan laki-laki termasuk kreasi sosial
kedudukan perempuan yang lebih rendah dari pada laki-laki. Misalnya, bahwa
perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara
laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan
sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah
lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa (
Hadiati, 2010 : 15). Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpuilkan bahwa
istilah gender merujuk pada nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat berdasarkan
jenis kelamin. Nilai-nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan dapat dipertukarkan. Itu terjadi karena gender tidak melekat pada jenis
kelamin tetapi pada pelabelan masyarakat.

Sejarah Gender

Keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia dipelopori oleh RA Kartini sejak tahun
1908. Perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan khususnya dalam

191
bidang pendidikan dimulai oleh RA Kartini sebagai ujud perlawanan atas ketidak
adilan terhadap kaum perempuan pada masa itu. Dalam perjalanan selanjutnya,
semangat perjuangan RA Kartni ditindaklanjuti pada tangal 22 Desember 1928 oleh
Kongres Perempuan Indonesia yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu.

Pada Era Orde Baru (Orba), pada tahun 1978 dibentuk Kementrian Urusan Peranan
Wanita dalam kabinet. Kegiatan Pembinaan Kesejahteran Keluarga (PKK) dibentuk
sejak 1957 sebagai organisasi mandiri dan diselipkan di bawah asuhan Mentri Dalam
negeri. Ideologinya adalah “Panca Dharma Wanita” artinya perempuan sebagai
pendamping suami, ibu pendidik anak, pengatur rumah tangga, sebagai pekerja
penambah penghasilan keluarga, dan sebaai angota masyarakat yang berguna.

Pada masa ini muncul jargon “Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-laki” yang
tercantum dalam wacana “Peran Wanita Dalam Pembangunan” dalam setiap replita
ore baru. Ini menandakan bahwa keadilan dan kesetaraan gender pada masa ini
menunjukkan suatu keberhasilan, namun kebijakan tersebut menimbulkan efek yang
lebih berat pada perempuan Indonesia berupa beban ganda.

Selanjutnya, sekitar tahun 1970-1980an, benih-benih gerakan perempuan


kontemporer mulai bersemi di kalangan menengah intelektual, dikenal dengan
sebutan Lembaga Suadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Goverment Organization
(NGO). Kalangan ini mulai menjalin kontak dan memperluas lingkup gerakan hingga
ke tingkat internasional.

Meskipun sudah banyak upaya dan perjuangan dalam meningkatkan kesetaraan dan
keadila gender, namun konisi kesenjangan gender masih saja dijumpai. Perjuangan
untuk meningkatkan kualitas perempuan serta menegakkan kesetaraan gender di
era orde baru agak tenggelam. Kemudian pada periode Habibie, dibentuk Komisi
Nasional Perlindungan Kekerasan terhadap Perempuan yang dikenal dengan Komnsa
Permpuan pada tahun 1999 lewat Instruksi Preiden. Ini merupakan jawaban atas
tuntutan sejumlah tokoh perempuan kepada Presiden Habibie pada waktu itu.

Dalam perkembangannya sampai sekarang, lembaga tersebut banyak berperan


sebagai lembaga yang aktif memasyarakatkan pengakuan atas hak-hak perempuan
sebagai Hak Asasi Manusia (HAM).

Selanjutnya dalam periode kepemimpian Presiden Abdurrahcan Wahid, dikeluarkan


Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang Program Pengarusutamaan
Gender (PUG). Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan mulai gencar
mengemukakan kampanye isu kesetaraan dan keadilan gender (KKG).

Sejarh perjuangn kesetaraan dan kedilan gender tidak berhenti sampai di situ saja,
pada masa kepemimpinan Megawati Suekarno, Kementrian Negara Pemberdya
Perempuan tetap melanjutkan Inpres No. 9 Tahun 2000 dengna fokus perhtian
utama pada partisipasi perempuan dalam kehidupan publik dan jabatn politk-strtegs.

192
Ini terbukti dengan adanya tuntutan kuota kursi legislatif sebanyak 30 persen untuk
calon perempuan dan disetujui dalam Undang-undang Pemilhan Umum yang baru
pada Pasal 65. Kemudian pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudiono dan Wakil Presiden Yusuf Kalla mengankt 4 orang perempuan dalam
cabinet nya.

Jadi kesetaran dan keadilan gender tidak muncul begitu saja, melainkan dari zaman
kolonial sudah muncul sosok perempuan (RA Kartini) yang mempeloporinya
sehingga sampai sekarang antara laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama
dalam berbagai aspek kehidupan namun tidak terepas dari konteks cara pandang
harus tetap disesuaikan dengan “kodrat perempuan”.

Dalam kehidupan sekarang tidak jarang kesetaraan dan keadilan gender sering
menjadi masalah sosial, tidak pelak kesetaraan gender dijadikan sebagai alasan laki-
laki (suami) untuk tidak memenuhi kewajibannya kepada perempuan (istri).
Contohnya saja dalam mencari nafkah, tidak sedikit perempuan bekerja banting
tulang layaknya laki-laki untuk mencukupi kehidupan keluarga sedangkan suami
seakan-akan lepas tanggung jawab terhadap istri dan anknya. Hal yang demikian
sesungguhnya adalah masalah gender yang tidak wajar, karena sesungguhnya
kesetaraan gender yang dimaksud adalah harus tetap memperhatikan “kodrat
perempuan”

Diskriminasi gender

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dengan pembedaan peran dan
posisi sebagaimana realita yang ada pada dunia dewasa ini tidak akan menjadi
masalah selama itu adil. Namun dalam kenyataan yang ada perbedaan peran
tersebut membatasi gerak keduanya sehingga melahirkan ketidakadilan. Terlebih
kepada perempuan, dalam realita yang ada, penulis banyak sekali menyaksikan
kejadian-kejadian yang merujuk pada ketidakadilan terhadap perempuan. Seorang
anak perempuan diasumsikan tidak perlu sekolah tinggi, tidak perlu pendidikan
lanjut karena pada ujungnya hanya berkutat pada pekerjaan domestik saja.

Dari kisah yang hanya beberapa dari banyak kisah ketidakadilan gender seringkali
perempuanlah yang menjadi korban ketidakadilan gender bermula dari adanya
kesenjangan gender dalam berbagai aspek kehidupan terutama 20 20 dalam akses
terhadap pendidikan dan ekonomi, pendapat ini didukung dengan adanya
pengertian.

Menurut Fikih (1998), diskriminasi gender adalah suatu sistem dan struktur yang
menempatkan laki-laki maupun perempuan sebagai korban dari sistem tersebut.
Mosse (1996) dan Irohmi (1990), mengatakan bahwa diskriminasi gender terutama

193
dialami perempuan. Sebagai gambaran laki-laki diakui dan dikukuhkan untuk
menguasai perempuan. Kemudian hubungan perempuan dan laki-laki yang hirarkis,
dianggap sudah benar dan diterima sebagai hal yang normal. Ketidakadilan gender
tersebut terdapat dalam berbagai wilayah kehidupan, yaitu dalam wilayah negara,
masyarakat, organisasi atau tempat kerja, keluarga dan diri sendiri.

Dalam pengertian positif yang ingin dicapai adalah keadilan gender. Keadilan gender
adalah proses yang adil bagi perempuan dan laki-laki. Agar proses yang adil bagi
perempuan dan laki-laki terwujud diperlukan langkah-langkah untuk menghentikan
berbagai hal yang secara sosial dan menurut sejarah telah menghambat perempuan
dan laki-laki secara berbeda. Oleh karena itu, keadilan gender tidak berfokus pada
perlakuan yang sama tetapi lebih mementingkan sebagai hasilnya pada kesetaraan
sebagai hasilnya.

Menurut Fakih (2008) diskriminasi gender tersebut dapat berbentuk subordinasi,


marginalisasi, stereotip, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja ganda.
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender tersebut saling terkait dan berpengaruh satu
dengan lainya, diantaranya bentuk-bentuk ketidakadilan gender sebagai berikut.

1) Subordinasi
Subordinasi artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa peran yang
dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih utama atau lebih penting dari yang
lain. Dengan kata lain sebuah posisi atau peran yang merendahkan nilai
peran yang lain. Salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting, utama, dan
tinggi dibandingkan jenis kelamin lainnya. Misalnya, laki-laki sebagai
pemimpin.
2) Marjinalisasi (Peminggiran)
Marjinalisai artinya suatu proses peminggiran atau menggeserkan
kepinggiran, teliti maka anak perempuan diarahkan sekolah guru, perawat,
sekretaris. Ironis pekerjaan-pekerjaan tersebut dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan pekerjaan lain yang bersifat maskulin.
3) Beban Ganda
Beban ganda artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin
lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Masuknya perempuan di
sektor publik tidak senantiasa diiringi dengan berkurangnya beban mereka di
dalam rumah tangga. Peran ganda yang tetap harus dijalankan baik
didomain publik maupun domestik. Akibat dari perbedaan sifat dan peran,
maka semua pekerjaan domestik dibebankan kepada perempuan, tuntutan
ekonomi keluarga selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perempuan
juga harus bekerja di kebun, ke pasar mencari nafkah bagi keluarga.
Perempuan masuk ke dunia politik akan tetapi beban domestiknya tidak
berkurang. Akibatnya perempuan memiliki beban kerja ganda, bahkan sering
dituduh mengabaikan tanggung jawab di dalam rumah tangga dan juga tidak

194
berprestasi di dunia publik. Ketidakadilan tampak ketika sekalipun curahan
tenaga kerja dan waktu cukup panjang ternyata dihargai rendah
dibandingkan pekerjaan publik.
4) Stereotipe
Stereotip artinya pemberian lebel atau cap yang dikenakan kepada seseorang
atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat.
Pelabelan atau pandangan terhadap suatu kelompok/seks tertentu yang
sering kali bersifat negatif dan secara umum melahirkan ketidakadilan.
Pelabelan juga menunjukan adanya relasi kekuasaan yang timpang atau
tidak seimbang yang bertujuan untuk menaklukan atau menguasai pihak lain.
Pelabelan yang sering dijumpai adalah pelabelan negatif yang ditujukan
kepada perempuan. Misalnya, perempuan suka berdandan, dianggap untuk
menarik perhatian laki-laki. Dengan demikian cocok diberi tugas sebagai
penerima tamu. Perempuan sebagai pendamping suami sehingga tidak perlu
dipromosi menjadi ketua atau kepala, sebab dianggap bukan pencari nafkah
utama yang akan menopang ekonomi keluarga. Perempuan dianggap
cengeng suka menggoda, sehingga tidak dapat dipercayakan menduduki
jabatan penting/strategis.
5) Kekerasan
Kekerasan Artinya bentuk perilaku baik verbal maupun nonverbal yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang sehingga menyebabkan efek 23
negative secara fisik, emosional dan psikologis terhadap orang yang menjadi
sasarannya. Indikasi bahwa perempuan mengalami kekerasan dapat dilihat
dari contoh pemukulan terhadap istri, pelecehan seksual, eksploitasi seks
terhadap perempuan masih tetap tinggi baik di dalam maupun luar rumah
(Masdudi.2003).

195
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (Materi ke-8)

PEDOMAN DASAR KOHATI 1


Pada awal Kohati di sakan pendiriannya secara nasional pada forum Kongres HMI ke
VIII di Solo salah-satu yang dihasilkan dalam Musyawaroh Nasional Kohati yang
pertama salah-satuny adalah pedoman dasar dan pedoman rumah tangga disingkat
PDPRT pada dinamika perjalanan Kohati dari PDPRT berubah menjadi Pedoman
Dasar Kohati (PDK)
Dalam PDK pada Bab I tentang ketentuan umum ayat 7 disebutkan bahwa Pedoman
Dasar Kohati, selanjutnya disingkat PDK adalah pedoman wajib yang menjadi
sumber referensi operasional Kohati yag tidak boleh bertentangan dengan AD/ART
HMI.
PDK adalah sumber referensi dalam menjalankan aktifitas kohati secara
kelembagaan, sebagai sumber referensi maka PDK dituntut untuk dapat menjawab
seluruh pertanyaan dan kebutuhan setiap anggotanya, untuk itu mediskusikan PDK
menjadi sangat penting agar PDK tidak ketinggalan jaman dan dapat menjadikan
Kohati sebagai organisasi mahasiswi yang dapat memberikan kebermanfaatan untuk
perempuan umumnya dan kader HMI-Wati khususnya.

TUJUAN

Tujuan akhir dari sesi ini …

1. Peserta dapat memahami sejarah Kohati


2. Peserta Dapat Memahami dan Menjelaskan Pasal-pasal dalam PDK
(Mukaddimah sampai pasal 26).

TOTAL WAKTU:

 180 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIAL):

 Papan Tulis
 Proyektor

196
 Laptop
 Bahan bacaan : Pedoman Dasar Kohati
 Sticky Notes
 Spidol Whiteboard
 Spidol kecil warna
 Perekat kertas
 Kertas Plano.

REFERENSI :
6. Pedoman Dasar Kohati
7. Hasil-hasil Kongres Terbaru
8. Presidium Forhati Nasional 2015. Kiprah Alumni HMI-Wati: Inspirasi
Perempuan Indonesia. Jakarta: Forhati Nasional.
9. Nasution, Ida Ismail. 2008. Kohati: Mengakar Kedalam Untuk Meraih Asa.
10. Referensi Lain Yang Relevan

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

SESI 1

10 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Berdialog,


Games
Menit
 Awali sesi dengan ucapan salam, perkenalan diri dan menanyakan
keadaan peserta, atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
menyapa peserta.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Bermain Games “Jangan Lupakan Sejarah”
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Kepemimpinan
Perempuan

30 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: FGD


menit A. Tahap Mengalami
1. Membagi peserta menjadi 4 kelompok.
2. Bagikan lembar bacaan yang sudah disediakan.
3. Masing-masing kelompok diberi tema pembahasan:
 Latar belakang pembentukan Kohati (Internal dan Eksternal).

197
 Kondisi HMI Pra-Pembentukan Kohati (ex: Dinamika
Departemen Keputrian Cabang Medan).
 Penjelasan Kohati secara Kelembagaan.
 Proses Pembentukan Kohati.
4. Beri waktu 10 menit untuk mulai berdiskusi.

B. Tahap Mengurai
1.Setiap peserta kelompok memperesentasikan hasil diskusinya.
2.Masing-masing diberi waktu 5 Menit untuk menjelaskan.
3.Pastikan semua peserta menyimak setiap presentasi.
4.Berikan 1 atau 2 pertanyaan oleh fasilitator untuk memastikan
pemahaman mereka.
5. Setelah semua selesai presentasi, tentukan 1 orang dari setiap
kelompok untuk menyimpulkan secara ringkas hasil presentasi
kelompok 1 sampai 4.
20 TAHAP MENILAI METODE: FGD dan Curah
Pendapat
menit
 MOT memberikan pandangan
mengenaik hasil diskusi serta
mengulas materi.
 MOT memastikan agar tidak ada hal
yang tidak tersampaikan melalui
pertanyaan.
 Memberikan kesempatan serta
mengajak peserta untuk
berkomunikasi dua arah.
10 PENUTUP METODE: Games
menit  Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

SESI 2

10 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Berdialog,


Energizer
Menit
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Energizer (Awas Siap Tembak Dor)

198
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Kepemimpinan
Perempuan

20 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Study Case,


menit Brainstorming
A. Tahap Mengalami
1. Beri peserta sticky note atau potongan kertas, satu sampai empat
sesuai dengan kebutuhan.
2. Instruksikan peserta untuk membaca Pasal-pasal di PDK beserta
mukaddimahnya secara sekilas saja.
3. Arahkan peserta untuk mencari dan menganalisis permasalahan
yang ada di Kohati Komisariat atau cabang nya masing-masing
yang tidak sesuai dengan PDK beserta pasal-pasal yang
mengaturnya. Minimal 3 permasalahan.
4. Tempelkan setiap permasalahan di kertas plano yang sudah
disediakan fasilitator.
B. Tahap Mengurai
1. Kategorikan masalah-masalah yang sudah di tempel menurut pasal
yang mengaturnya dalam PDK. Menghindari terlalu banyak
permasalahan yang sama.
2. MOT memancing peserta agar bisa menjelaskan titik masalah yang
ditulisnya.
70 TAHAP MENILAI METODE: Talk Show
menit
 MOT mengundang Pemateri
 MOT mengambil beberapa sampel
permasalahan yang peserta tulis.
 MOT mendiskusikan terlebih dahulu
mengenaik teknis penyampaian
materi dengan cara talkshow.
 MOT Memimpin acara talkshow.
 Beri kesempatan peserta untuk
berinteraksi dengan pemateri.
10 PENUTUP METODE: Brainstorming
menit
 MOT menanyakan kembali kepuasan
peserta atas penjelasan pemater.
 Pastikan semua unsur materi
tersampaikan.

199
 Ajak kembali peserta untuk
menyimpulkan materi yang sudah
diterima.
 Berikan tugas tertulis dari semua
materi yang sudah disampaikan.

200
Bahan Bacaan

PEDOMAN DASAR KOHATI

Sesi 1

SEJARAH BERDIRINYA KORPS HMI-WATI (KOHATI)

Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada sejak

manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, juga hak dan kewajiban.

Perkembangan pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada masanya

(gradual), begitu dalam dengan masalah perempuan. Pada awalnya tugas dan peranan

perempuan berada pada bidang mengurusi anak, rumah dan sekitarnya

(domestik) kemudian kini mulai merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi

satu jenis dari lainnya serta beberapa perilaku ketidakadilan menjadi headline

pembicaraan masyarakat. Begitu pula halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) sejak berdirinya, kontribusi besar perempuan sudah nampak. Hal itu dapat

dilihat pada sosok dan berperan aktif dua orang hawa yaitu Maesaroh Hilal dan Siti

Zaenah yang secara struktural terlibat dalam kepengurusan (Maesaroh Hilal

bendahara II). Kemudian menyuullah HMI-Wati lainnya seperti Tejaningsih, Siti

Baroroh Bried, dan Tujimah. Mereka adalah inang-inang pengasuh HMI pada awal

kelahiran KOHATI.

Potensi HMI-Wati di HMI sangat besar. Selama ini kaum wanita dalam HMI

hanya sebagai objek dari perkaderan HMI. Masalah-masalah kewanitaan di HMI

semula kurang mendapat porsi pengarapan secara wajar. Kegiatan HMI-Wati

hanya ditampung dalam bentuk seksi atau departemen keputrian. Akhirnya timbul

kesadaran objek menjadi subjek, sehingga mereka dapat mengembangkan diri

secara khusus untuk merespon perkembangan dan aktivitas KOHATI, 3 bulan

201
menjelang kongres ke-8 HMI 1966. Pengurus Besar HMI dengan surat keputusan

No.239/A/Sek/1966, tertanggal 11 Juni 1966 membentuk Corps HMI Wati. Untuk

sementara Corps ini dibentuk pada tingkat cabang, komisariiat dan rayon dengan

status semi otonom. Pembentukan KOHATI secara nasional di realisir pada Munas

I KOHATI dalam kongres ke-8 HMI di Surakarta, 10-17 September 1966.

Konstitusi yang mengatur KOHATI dituangkan dalam Pedoman Dasar KOHATI.

BAB II pasal 5 Pedoman Dasar tertera tujuan KOHATI, yaitu “Meningkatkan kualitas

dan eranan HMI Wati dan perjuangan untuk mencapai tujuan HMI pada umumnya

dan bidang kewanitaan khususnya. Status KOHATI semi otonom dalam struktur

HMI. KOHATI mempunyai struktur kepengurusan vertikal dari PB sampai ke Cabang-

Cabang, Komisariat dan Rayon HMI. Seperti dilaporkan PB HMI, bahwa

perkembangan KOHATI sangat cepat, karena HMI sebagai induknya sudah ada di

berbagai cabang komisariat, rayon di Indonesia, disamping KOHATI berstatus semi

otonom. Pada usianya yang ke 2,5 tahun, KOHATI berhasil membentuk 70

Cabang dari 110 Cabang HMI.

Dari perkembangan ini, di beberapa tempat timbul konflik organisatoris

disebabkan adanya penyempurnaan organisasi KOHATI. Konflik tersebut timbul

karena HMI kurang mampu mengelola organisasi dengan baik, sehingga KOHATI

terdorong kearah sikap-sikap yang ekslusif. Hal ini pun diakui KOHATI sendiri.

Akhirnya dibeberapa cabang terjadi “salah tindak” dan “salah pengertian” antara

HMI Wan dan HMI Wati yang menimbulkan penilaian negatif terhadap KOHATI,

seperti anggapan bahwa HMI Wati mengalami eklusifisme dan sentrafugalisme.

Akibatnya HMI menganggap KOHATI ingin melepaskan dari HMI, sementara

KOHATI sendiri seolah-olah seperti dilepaskan dari HMI, ini semua terjadi karna

kurangnya koordinasi HMI. Untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang

202
timbul, dilakukan perbaikan mekanisme organisasi baik mikro maupun makro.

Komunikasi timbal balik antara KOHATI dengan HMI, dan komunikasi antar

sesama aparat KOHATI ditingkatkan. Juga dilakukan secara kantitatif maupun

kualitatif melalui perkaderan khusus di HMI Wati. Sementara itu, di forum-forum

ekstern, peranan KOHATI cukup menentukan baik dalam KAWI, BMPII, GOWI

maupun koordinasi wanita sektor Golkar.

Kongres ke-9 HMI di Malang 3-10 Mei 1969 mengubah Pedoman Dasar KOHATI

menjadi Pedoman KOHATI. Dalam Pedoman KOHATI, tujuan KOHATI ditiadakan.

Statusnya dirubah dari semi otonom menjadi KOHATI sebagai aparat HMI

berbentuk Korps, yang secara operasional menjadi salah satu departemen dalam

jabatan struktural HMI. Struktur organisasi kembali pada bentuk semula, berdiri

secara vertikal mulai dari PB HMI, Cabang, Komisariat hingga rayon. Pedoman

KOHATI yang baru mengatur bahwa struktur KOHATI ada dijabatan struktural

tingkat KOHATI PB, Cabang, Badko, dimana Badko HMI. Sedangkan KOHATI di

Korkom, Komisariat dan rayon dibentuk jika diperlukan.

a. Masa pra KOHATI: Departemen Keputrian

Sebelum KOHATI lahir, kegiatan HMI wati dalam masalah keperempuanan

dikelola oleh sebuah departemen, sebagaimana halnya bidang-bidang /kegiatan lain

dalam HMI. Ada Departemen Kader, Departemen Kemahasiswaan, Departemen

Hubungan Luar Negri, danlain-lain. Jadi departemen Keputrian adalah bagian dari

kepengurusan HMI, muali dari tingkat komisariat sampaipengurus besar.

Dengan jelas terlihat bahwa HMI-wati turut berkiprah hampir setiap bidang

kegiatan HMI. Begitu pula tatkala HMI ikut aktif memprakarsai kelahiran KAMI

pada 25 Oktober 1965, maka selain beberapa orang HMI wan yang mewakili HMI,

turut pula berpartisipasi HMI-wati. Ketika timbul gagasan untuk memperluas

203
kesatuan aksi disemua bidang yang antara lain melahirkan KASI, KAPPI, KAPI, dll.,

maka HMI-wati turut mendorong lahirnya KAWI (Kesatuan Aksi Perempuan

Indonesia), dimana Aisyah Aminy seorang alumni HMI wati terpilih menjadi

Ketua/Koordinatornya.

b. Dinamika HMI wati di Cabang Jakarta


Situasi politik menjelang peristiwa G-30 S PKI merupakan masa yang cukup
menegangkan bagi HMI. Tekanan yang bertubi-tubi dari PKI dan seluruh ormasnya
lebih terasa lagi di lingkungan Perguruan Tinggi, yang mengkibatkan makin
solidnya militansi anggota HMI. Mereka yang saat itu memutuskan untuk tetap
aktif dalam kegiatan HMI sesungguhnya adalah benar-benar kader yang tangguh dan
teruji.
Suasana berubah total setelah gagalnya G30S/PKI serta kemenangan Orde
Baru di mana komponen- komponen masyarakat menyambut baik perkembangan
tersebut yang menandakan perkembangan Indonesia memasuki era baru yang
penuh pengharapan, era orde baru. Kepercayaan pada HMI mengakibatkan
meledaknya jumlah mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota
HMI. Sebagaimana analisis yang dikemukakan oleh beberapa sosiolog, kejadian
ini sering dengan masa masuknya anak-anak orang Islam ke Perguruan Tinggi
setelah berhasil mengecap bangku sekolah pada tahun 1950- an. Mereka-mereka
inilah yang pada tahun 1961/1962/1963, dst. Mulai berstatus sebagai mahasiswa
dan sebagian besar masuk menjadi anggota HMI.
HMI-wan dan HMI-wati turut berpartisipasi dala kegiatan KAMI sejak aksi

massa pertama dihalaman Universitas Indonesia 3 November 1965. Demikian

pula dalam apel besar yang dilaksanakan oleh KAP Gestapu pada8 November 1965 di

Lapangan Banteng yang antara lain dihadiri oleh 2.000 masssa perempuan.

Semuanya itumengawali partisipasi aktif HMI-wati dalam berbagai kegiatan di luar

organisasi HMI. Setelah itu, dalam rentang waktu yang cukup panjang, mahasiswa

204
dan mahasiswi turut ke jalan berpartisipasi dalam sebuah perjalanan panjang

memperjuangkan Tritura, sejak dicetuskan pada 10 Januari 1966.

Perkembangan situasi yang pesat ini menjadi bahan perbincangan dari aktivis-

aktivis HMI-wati yang beberapa tahun sebelum tahun 1965 telah mengikuti berbagai

kegiatan HMI. Mas Dahlan Ranuwiraharja memberikan nama Cohati (sekarang dikenal

dengan sebutan KOHATI ), abreviasi untuk Corps HMI wati, kepada HMI wati

yang berkelompok pada tiap apel mahasiswa tersebut. Nama yang tercetus secara

bergurau, ketika para HMI wati yang berkelompok pada tiap apel mahasiswa

tersebut. Nama yang tercetus secara bergurau, ketika para HMI wati

melaksanakan apel di Lapangan Benteng iu dilatarbelakangi oleh COWAD dan COWAL.

Kedua korps ini adalah nama- nama baru yang sedang menjadi buah bibir

dimasyarakat. COWAD berdiri pada 22 Desember 1961, COWAL pada 5 Januari 1963

(Selain itu Polwan pada 1948 dan Wara pada 12 Agustus 1963). Ide pembentukan

KOHATI ini dibicarakan pada Musyawarah Kerja Keputrian Cabang Jakarta bulan

Desember 1965. Diputuskan bahwa pembentukan badan yang diberi nama

KOHATI tersebut statusnya adalah semi-otonom dan tiga orang diangkat menjadi

formatur yaitu Hartini Hakim, Yulia Mulyati dan Fadhlah Barie. Pengurus yang

pertama kali diketuai oleh Harti Hakim dengan Asmara Tjandrarini sebagai seketaris

umum.

Moment kelahiran KOHATI

a. Kongres HMI VIII

Kongres VIII HMI dengan tema ―Konsolidasi Organisasi Menuju Integritas


Umat dan Pembinaan Orde Baru‖ dilaksanakan hanya satu tahun setelah sejarah
Indonesia dinodai oleh PKI dengan prahara politik G30S/PKI. Dapat dipahami rasa
tidak aman yang bergalau diantara peserta Kongres HMI yang diselenggarakan di

205
Solo, Jawa Tengah yang dikenal sebagai basis Komunis. Situasi ini lebih diperburuk
dengan berbagai isu yang berkembang, namun tidak sedikit pun menggoyahkan
semangat aktivisHMI.

HMI yang saat itu memiliki 85 cabang dengan 120.000 orang anggota,

pada kongres yang berlangsung sejak 10 s/d 17 Septemeber ini, selain akan

membicarakan agenda kongres sesuai standar, kali ini ditandai pula dengan adnya

acara khusus. Acara yang terbilang khusus itu adalah berupa Musyawarah Lembaga-

Lembaga Khusus HMI dan Munas KOHATI.

b. Munas KOHATI

Presidium Pimpinan Kongres secara resmi membuka Munas I KOHATI pada

hari ke 5 kongres. Pararel dengan pimpinan Kongres, maka yang menjadi

pimpinan Munas adalah Ketua-ketua KOHATI BADKO. Dari keenam Badko HMI,

pada saat itu baru ada 5 Badko yang sudah menunjuk KOHATI BADKO yaitu

Badko Sumut (Nurhadidjah Lubis), Badko Sumsel (Ny Fauzi Anwar), Badko Jabar

(Ida Ismail), Badko Jateng (Nur Hayati) danBadko Intim (Faizah Hasyim).

Setelah Munas dibuka secara resmi, meja pimpinan siding yang semula

diduduki oleh Aidil Fitri Syah dari presidium Pimpinan Kongres dan Anniswati

Rochlan dari Departemen Keputrian PB HMI, Kemudian diserahkan kepada kelima

orang Ketua KOHATI BADKO. Munas kemudian dibagi atas dua komisi. Komisi

PD/PRT dan Komisi Program Kerja. Sidang berikutnya berjalan mulus dan kontribusi

Cabang Jakarta yang sudah menyiapkan konsep PD/PRT melancarkan jalan

menyusun sebuah Peraturan Dasar KOHATI .

c.Keputusan Munas KOHATI

Ada tiga formulasi Keputusan Munas yaitu:

1) Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga KOHATI

206
Adanya sebuah Peraturan Dasar untuk mengatur bentuk organisasi KOHATI

disetujui oleh hamper seluruh peserta Munas. Ini dapat dipahami, karena hampir rata-rata

cabang menghadapi beragam pertanyaan sebelum mereka berangkat ke kongres.

Pertanyaan sudah timbul sejak mereka menerima Surat Keputusan PB mengenai

pembentukan KOHATI , tetapi permasalahan makin menguak ketika cabang harus

mengatur susunan delegasi yang akan hadir ke kongres.

Karenanya, forum Musyawarah Nasional betul- betul merupakan tempat

yang tepat untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah yang

timbul itu.

a) Nama

Diskusi mengenai nama cukup hangat, karena tidak sseluruh cabang setuju

dengan nama KOHATI. Ternyata selama bertahun-tahun ada cabang-cabang ayng

menamakan anggota HMI yang perempuan dengan sebutan HMI Putri. Ada

beberapa teman dari luar Jawa yag mengemukakan bahwa istilah ―wati‖ adalah

bahasa Jawa dan belum mereka kenal sebagai bahasa Indonesia yang sifatnya

nasional itni seharusnya menggunakan bahasa yang dapat diterima oleh semuanya.

Tetapi karena sebagian besar cabang menyetujui penamaan HMI-wati , akhirnya

nama Korps HMI-wati disetujui.

b) Status

Hampir seluruh cabang setuju dengan status semi otonom. Ada dua tiga

buah cabang yang bersikeras agar dibuat saja status otonom penuh.

Argumentasinya adalah karena menurut pengalaman dengan status otonom,

organisasi perempuan lebih leluasa bergerak. Antara lain karna tidak selamanya

kaum lelaki memahami apa yang dibutuhkan oleh perempuan. Walaupun

pertanyaan inidisambut dengan tepuk tangan, tetapi status KOHATI sebagai semi

207
otonom tetap dipertahankan.

Penjelasan tentang semi otonom adalah didalam HMI, KOHATI

sesungguhnya tetap seperti pada kepengurusan yang lalu, yaitu sebagai sebagai

sebuah departemen. Hak dan kewajiban serta programnya sama dengan

departemen-departemen lain, dimana seluruh kebijaksanaan dan kegiatannya

dibicarakan dan disetujui dalam Rapat Pleno Pengurus. Sedangkan ke luar HMI, nama

KOHATI berkibar sebagai ―sebuah organisasi yang dilengkapi dengan seluruh

atributnya, sebagai layaknya Aisyah, Perempuan Islam, Muslimat NU, dll.

Kelengkapan atribut organisasi kemudian diperlukan untuk partisipasi KOHATI

dalam organisasi- organisasi seperti KOWANI, KAWI, BMOWI, KNKWI serta Sekber

Golkar Koordinasi Perempuan. Wadah-wadah itu menerima ―organisasi‖ perempuan

untuk bergabung dan tidak membenarkan ikut sertanya sebuah ―Departemen

Keputrian.

c) Syarat Keanggotaan

Seluruh peserta Munas sepakat bahwa keanggotaan KOHATI adalah otomatis.

Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi anggota KOHATI. Dan tidak ada HMI

wati yang bisa menolak untuk menjadi anggota KOHATI. Bahwasanya, seleksi

untuk menjadi anggota adalah sepenuhnya wewenang HMI disepakati oleh seluruh

peserta Munas dan mengikuti kepada ketentuan yang ada dlam AD dan ART HMI.

Setelah seorang mahasiswi menjadi anggota HMI, ―suka tak suka‖, maka secara

otomatis dia menjadi anggota KOHATI.

d) Klafisikasi Anggota

Beberapa cabang mengusulkan agar digariskan pengelompokkan anggota,

misalnya ada anggota inti dan anggota biasa. Atau anggota anggota biasa, luar

208
biasa dan kehormatan. Alasan untuk pengelompokkan ini cukup kuat, yaitu

mengingat bahwa beberapa tahun terakhir ini HMI- wati secara kuantitas

meningkat dengan pesat, sementara kualitasnya sangat beragam. Berbagai alasan

dikemukakan yang kesemuanya itu arahnya adalah agar pembinaan anggota dapat

lebih diefektifkan. Tetapi karena organisasi ini baru terbentuk dan arah

kegiatannya masih harus ditempa dengan pengalaman dilapangan, usul untuk

mengelompokkan anggota ditunda sampai situasi dan kondisi KOHATI memerlukan.

209
e) Ex-officio

Banyak sekali pertanyaan mengenai ―penjabaran‖ tentang ex-officio ini. Belum

semua cabang memahami istilah ex-officio yang mungkin dapat diterjemahkan

dengan―karena jabatannya. Misalnya Ketua HMI Cabang Jakarta yang menjadi

anggota ex-officio PB HMI, maksudnya dia menjadi anggota PB HMI karena dia

adalah Ketua Umum HMI Cabang Jakarta. Jadi, seorang HMI wati menjadi ketua ex-

officio PB, maksudnya formatur pembentukan Pengurus Besar HMI akan

memasukkan HMI-wati tersebut sebagai salah seorang Ketua PB HMI karena dia

adalah Ketua Umum KOHATI PB.

Jabatan ex-officio ini menjadikan Ketua Umum KOHATI yang terpilih,

otomatis menjadi salah seorang Ketua dalam kepengurusan HMI yang setingkat.

Hal ini diharapkan dapat mendukung kegiatan HMI-wati yang nantinya akan

secara resmi mewakili HMI dengan dan didalam koalisi-koalisi organisasi

perempuan.

2) Program Kerja KOHATI


Ekspresi awal dari hampir seluruh cabang, ketika berbicara sebagai wakil

cabangnya dalam forum Munas adalah apresiasi dan dukungan atas gagasan

didirikannya KOHATI dalam HMI. Ternyata hampir seluruh cabang melihat bahwa

adanya KOHATI didalam HMI merupakan sebuah langkah besar yang akan sangat

bermanfaat bagi HMI. Salah satu cabang menyebutkan bahwa lahirnya HMI

merupakan fajar sidik dalam pembinaan mahasiswi Islam di Indonesia. Dua arah

Program KOHATI yang utama adalah peningkatan kualitas HMI-wati dan integritas

umat.

3) Rekomendasi Munas KOHATI

210
Secara bijaksana, saat itu peserta Munas sudah sangat berhati-hati agar

resolusi Munas tidak seolah-olah ―menyaingi‖ resolusi atau rekomendasi kongres

HMI. Yang sepatutnya memberikan resolusi adalah kongres HMI, dimana HMI-wati

dalam forum Munas bernaung di bawahnya. Oleh sebab itu, walaupun ada

resolusi untuk pemerintah berkaitan dengan Undang-Undang Perkawinan dll., yang

lebih diutamakan adalah seruan kepada seluruh anggota HMI, khususnya HMI wati

untuk berpegang teguh pada kepribadian Muslim, baik dalam tingkah laku, tata

pergaulan ataupun dalam tata cara berpakaian.

Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat

karena HMI sebagai induknya sudah ada diberbagai cabang, yang membawahi

komisariat, rayon di seluruh Indonesia. Pada usianya yang kedua setengah tahun,

sejak didirikannya KOHATI berhasil membentuk 70 cabang dari 110 cabang HMI.

Dari perkembangan ini dibeberapa tempat terjadi konflik secara organisatoris

disebabkan adanya penyempurnaan organ KOHATI. Konflik antara KOHATI dan

HMI pada saat itu, timbul karena HMI kurang mampu mengelola organisasi dengan

baik, sehingga KOHATI terdorong kearah ekslusif. Hal ini pun diakui KOHATI sendiri.

Akibatnya dibeberapa cabang terjadi salah tindak dan salah pengertian antar HMI-

wan dan HMI-wati mengalami ekslusifisme dan sentrifugalisme. Akibatnya HMI

menganggap KOHATI ingin melepaskan dari HMI, sementara KOHATI sendiri

seolah-olah seperti dilepaskan dari HMI. Ini semuanya terjadi karena kurangnya

koordinasi HMI.

Seluruh kader HMI mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti

setiap proses perkaderan di HMI tanpa ―pembatasan‖ dan ―perbedaan‖ terutama

persoalan laki-laki dan perempuan. Kader KOHATI tidak melulu dibatasi hanya

211
menjadi divisi konsumsi dalam kepanitiaan, tetapi juga misalnya diberikan kesempatan

menjadi pemateridalam pelatihan HMI tidak hanya sebagai pemateri ke-KOHATI-

an. Banyak kader KOHATI yang memiliki wawasan keilmuan, kemampuan debat,

memimpin sidang, dan sebagainya yang tidak jauh berbeda dengan kader-kader HMI

yang lain. Misalnya mbak Rifqiyati yang saat itu menjadi perempuan pertama dan

satu-satunya yang menjadi ketua Senat Mahasiswa. Tapi karena HMI-wan dimasa itu

hebat-hebat maka kesempatan HMI wati untuk menjadi pemateri dalam training

diluar materi ke KOHATI an sangat sedikit.13 Tujuan KOHATI didirikan yaitu untuk

terbinanya Muslimah (HMI-wati) berkualitas insan cita.

Faktor Pendorong Lahirnya KOHATI

Melihat realita kekinian secara global bangsa ini tengah dilanda keprihatinan

yang berkepanjangan, baik dalam persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang

menempatkan kaum perempuan sebagai korbannya. Salah satu kasus yang paling

mendasar saat ini adalah kurang stabilnya perekonomian negara, permasalahan

ini menempatkan kaum perempuan harus mampu menghadapinya untuk tetap

bertahan hidup. Disamping itu juga minimnya keterwakilan kaum perempuan dalam

parlemen dirasa sangat menjadi permasalahan utama hari ini, seyogyanya

keterwakilan perempuan itu untuk saat ini bisa sepadan dengan kaum laki- laki, yaitu

minimal 40% bukan lagi 30%.

Sekelumit contoh permasalahan tersebut memang didasari oleh minimnya

kualitas SDM dari kaum perempuan, sikap apatis yang masih menggerogoti sebagian

masyarakat kita membawa dampak yang kurang baik bagi perkembangan kaum

perempuan sehingga keterpurukan itu memang agak sulit dikendalikan. Oleh sebab

212
itu diharapkan terdapat suatu pencerahan yang mampu membangkitkan semangat

berintelektual dan memperbaiki diri bagi kaum perempuan, sehingga selayaknya

KOHATI lah yang menjadi barometer utama mencapai cita-cita luhur tersebut

karena dirasa memiliki kemampuan dalam merespon persolan-persoalan di negara

ini. Hal ini memang hampir senada dengan tujuan HMI-wati alias KOHATI , yaitu

"Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita" tersebut. KOHATI didirikan pada

tanggal 17 September 1966 M (2 Jumadil Akhir 1386 H) di Solo, yang kebetulan saat

itu menjadi tuan rumah Kongres HMI ke VIII. Adapun alasan utama yang mendasari

lahirnyaHMI-wati/KOHATI adalah:

a. Secara internal, Departemen keputrian saat itu dinilai tidakmampu lagi menampung

aspirasi para kader HMI-wati dan disamping itu juga basic-needs (kebutuhan

dasar) anggota tentang berbagai persoalan keperempuanan kurang bisa di

fasilitasi oleh HMI.

b. Secara Eksternal, HMI saat itu mengalami tantangan yang cukup pelik yaitu

hadirnya komunisme melalui pintu gerakan perempuan (Gerwani) dan

maraknya berbagai gerakan keperempuanan di negara saat itu.

Ketua Umum Kohati PB dari Masa ke masa

Kongres Periode Tempat Ketum PB HMI Ketum Kohati


PB
8 1966-1969 Solo Nurcholis Madjid Anniswati Rochlan
9 1969-1971 Malang Nurcholis Madjid Ida Ismail
Nasution
10 1971-1974 Palembang Akbar Tandjung Warnida
11 1974-1976 Bogor Ridwan Saidi Nurhayati Djamas
12 1976-1978 Semarang Chumaidi Syarif Romas Anni Atikoh
13 1978-1981 Makassar Abdullah Hehamahua Rifqiati

213
14 1981-1983 Bandung A. Zacky Siradj Ulla Nuchrawaty
15 1983-1986 Medan Harry Azhar Azis Syaulianti
16 1986-1988 Padang M. Saleh Khalid Diana Nurmin
17 1988-1990 Lhoksmawe Herman Widyananda Gefarina Djohan
18 1990-1992 Jakarta Ferry Mursidan Baldan Hanifah Husein
19 1992-1995 Pekanbaru Yahya Zaini Nursyi Asyirawati
20 1995-1997 Surabaya Taufiq Hidayat Emmy Rusmiati
21 1997-1999 Jogjakarta Anas Urbaningrum Nadira Seha Nur
22 1999-2002 Jambi M. Fakhrudin AD
Kusumaningtyas
23 2002-2004 Balikpapan Kholis Malik Ummi Azizah R
24 2004-2006 Jakarta M. Hasanuddin Andi Maraida
25 2006-2008 Makassar Fajar R. Zulkarnaen Betty Epsilon
Idroos
26 2008-2010 Palembang Arif Musthofa Dewita Hayu
Shinta
27 2010-2013 Depok Noer Fajriansyah Fitriani Ismail
28 2013-2015 Jakarta M. Arief Rosyid Hasan Endah Cahya I.
29 2015-2018 Pekanbaru Mulyadi P. Tamsir Farihatin
30 2018-2020 Ambon Respiratori Sadam A. Siti Fatimah
Siagian
31 2021-2023 Surabaya Raihan Ariatama Umiroh Fauziah

214
Sesi 2

PEDOMAN DASAR KOHATI


MUKADIMAH

Sesungguhnya Islam adalah ajaran yang hak dan sempurna yang diridhoi
oleh Allah SWT untuk mengatur kehidupan umat manusia sesuai fitrahnya
sebagai khalifah di muka bumi niscaya kewajiban mengabdikan diri semata-mata
kehadirat-Nya.
Di sisi Allah SWT, manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
derajat yang sama, yang membedakan hanyalah ketakwaannya, yakni
sejauhmana istiqamah mengimani dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari.

“Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya baik


(berahlakul karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak
(mazmumah) maka rusaklah negaranya (Sya‟ir Arab)”.

Dalam rangka memaknai peran strategis tersebut, maka HMI-Wati dituntut


untuk menguasai ilmu agama, IPTEK serta keterampilan yang tinggi dengan
senantiasa menyadari fitrahnya.
Perempuan sebagai salah satu elemen masyarakat harus memainkan peran
strategis dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Sebagai salah satu strategi perjuangan dalam mewujudkan mission HMI,
diperlukan sebuah wadah yang menghimpun segenap potensi dalam wacana
keperempuanan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, HMI membentuk Korps
HMI-Wati (Kohati) yang berpedoman pada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) HMI.
Untuk menjabarkan operasionalisasi Kohati tersebut dibuat Pedoman Dasar
Kohati sebagai berikut:

BAB I

215
KETENTUAN UMUM

1. Korps HMI-Wati selanjutnya disingkat Kohati.


2. Kohati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Kohati PB HMI) adalah
Kepengurusan Kohati yang berada di tingkat PB HMI.
3. Kohati Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam, selanjutnya disebut (Kohati
Badko HMI) adalah kepengurusan Kohati yang berada di tingkat Badko HMI.
4. Kohati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang, selanjutnya disebut Kohati HMI
Cabang adalah kepengurusan Kohati yang berada di tingkat HMI Cabang.
5. Kohati Himpunan Mahasiswa Islam Koordinator Komisariat, selanjutnya disebut
Kohati HMI Koorkom adalah kepengurusan Kohati yang berada di tingkat HMI
Koorkom.
6. Kohati Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat, selanjutnya disebut Kohati HMI
Komisariat adalah kepengurusan Kohati yang berada di tingkat HMI Komisariat.
7. Pedoman Dasar Kohati, selanjutnya disingkat PDK adalah pedoman wajib yang
menjadi sumber referensi operasional Kohati yang tidak boleh bertentangan
dengan AD dan ART HMI.

BAB II

NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1

Nama

Kohati adalah singkatan dari Korps HMI-wati

Pasal 2

Waktu dan Tempat Kedudukan

Kohati dibentuk pada tanggal 21 Safar 1386 H bertepatan pada tanggal 11 Juni
1966 M dan disahkan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan
tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di Solo, dan berkedudukan di
tempat kedudukan HMI.

216
BAB III

TUJUAN, USAHA DAN STATUS


Pasal 3

Tujuan

Terbinanya Muslimah berkualitas insan cita

Pasal 4

Usaha

1. Membina pribadi muslimah untuk mencapai akhlakul karimah.


2. Membina pribadi HMI-Wati yang mandiri.
3. Memajukan kehidupan HMI-Wati dalam mengamalkan dinul Islam dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama HMI-Wati

Pasal 5

Status

1. Kohati merupakan salah satu badan khusus HMI.


2. Kohati Berstatus semi-otonom dalam HMI

BAB IV

SIFAT, FUNGSI DAN PERAN

Pasal 6
Sifat
Secara struktural pengurus Kohati bersifat ex-officio pimpinan HMI, diwakili oleh
Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.

Pasal 7

Fungsi

1. Kohati berfungsi sebagai Bidang Pemberdayaan Perempuan di dalam struktural


HMI
2. Kohati berfungsi sebagai organisasi mahasiswi

217
Pasal 8

Peran

Kohati berperan sebagai Pembina dan Pendidik muslimah pada umumnya dan
HMI-Wati pada khususnya untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan.

BAB V

KEANGGOTAAN

Pasal 9
Anggota Kohati adalah Mahasiswi yang telah lulus Latihan Kader I (LK I)

BAB VI

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 10

Kepemimpinan

1. Kepemimpinan organisasi di pegang oleh Kohati PB HMI, Kohati HMI Cabang


dan Kohati HMI Komisariat.
2. Untuk memudahkan tugas-tugas Kohati PB HMI, di bentuk Kohati Badko HMI.
3. Untuk memudahkan tugas-tugas Kohati HMI Cabang di bentuk Kohati HMI
Koorkom

Pasal 11

Kekuasaan

1. Musyawarah Nasional KOHATI adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di

KOHATI;
2. Musyawarah KOHATI merupakan forum pertanggungjawaban pengurus, proyeksi

kerja, dan pemilihan serta penetapan Formateur/Ketua Umum KOHATI dengan


proses musyawarah atau suara terbanyak dan dua (2) Mide Formateur:
a. Di tingkat Nasional diselenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) KOHATI

yang merupakan rangkaian dari Kongres HMI dan sudah harus selesai sebelum
penetapan dan pengesahan hasil-hasil sidang Komisi Kongres HMI untuk

218
Kemudian hasil-hasil MUNAS disahkan didalam Forum Kongres;
b. Ditingkat Daerah diselenggarakan Musyawarah Daerah KOHATI BADKO
KOORDINASI (MUSDAKOH BADKO) yang merupakan rangkaian dari Musda
HMI Badko dan harus sudah selesai sebelum penetapan dan pengesahan hasil-
hasil sidang Komisi Musda HMI untuk Kemudian hasil-hasil MUSDA KOHATI
Badko disahkan didalam Forum MUSDA HMI;
c. Di tingkat Cabang diselenggarakan Musyawarah KOHATI Cabang
(MUSKOHCAB) yang merupakan rangkaian dari Konferensi HMI Cabang dan
harus sudah selesai sebelum penetapan dan pengesahan hasil-hasil sidang
Komisi Konfercab/Muscab HMI untuk Kemudian hasil-hasil MUSKOHCAB
disahkan didalam Forum Konfercab/Muscab;
d. Di tingkat Korkom diselenggarakan Musyawarah KOHATI Korkom (MUSKOH

KORKOM) yang merupakan rangkaian dari Musyawarah Korkom dan harus


sudah selesai sebelum penetapan dan pengesahan hasil-hasil sidang Komisi
Musyawarah Korkom HMI untuk Kemudian hasil-hasil MUSKOH KORKOM
disahkan didalam Forum Musyawarah Korkom;
e. Di tingkat Komisariat diselenggarakan Musyawarah KOHATI Komisariat
(MUSKOHKOM) yang merupakan rangkaian dari Rapat Anggota Komisariat dan
harus sudah selesai sebelum penetapan dan pengesahan hasil-hasil sidang
komisi RAK.

Pasal 12

Peserta Musyawarah

1. Peserta Musyawarah terdiri dari utusan dan peninjau.


a. Utusan adalah peserta musyawarah yang mempunyai hak suara dan hak
bicara;
b. Peninjau adalah peserta musyawarah yang mempunyai hak bicara.
2. Peserta Munas Kohati adalah:
a. Utusan, terdiri dari Pengurus Kohati HMI Cabang Penuh masing-masing 1
(satu) orang peserta.
b. Peninjau, yang terdiri dari:
(1) Seluruh Pengurus Kohati PB HMI;
(2) 1 (satu) orang Pengurus Kohati Badko;
(3) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Cabang Penuh;

219
(4) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Cabang Persiapan;
(5) 1 (satu) orang bidang Pemberdayaan Perempuan bagi HMI Cabang yang
tidak memiliki Kohati
3. Peserta Musda Kohati adalah:
a. Utusan, terdiri dari Pengurus Kohati HMI Cabang Penuh masing-masing 1
(satu) orang peserta.
b. Peninjau, terdiri dari:
(1) Seluruh Pengurus Kohati Badko;
(2) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Cabang Penuh;
(3) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Cabang Persiapan;
(4) 1 (satu) orang bidang Pemberdayaan Perempuan bagi HMI Cabang
yang tidak memiliki Kohati
4. Peserta Musyawarah Kohati HMI Cabang terdiri dari:
a. Utusan, terdiri dari Pengurus Kohati HMI Komisariat Penuh masing-masing 1
(satu) orang peserta.
b. Peninjau, yang terdiri dari:
(1) Seluruh Pengurus Kohati Cabang;
(2) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Komisariat Penuh;
(3) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Komisariat Persiapan;
(4) 1 (satu) orang Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat yang tidak
memiliki Kohati
5. Peserta Musyawarah Kohati HMI Koorkom terdiri dari:
a. Utusan, terdiri dari Pengurus Kohati HMI Komisariat Penuh masing-masing
1 (satu) orang peserta.
b. Peninjau, terdiri dari:
(1) Seluruh Pengurus Kohati HMI Koorkom;
(2) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Komisariat Penuh;
(3) 1 (satu) orang Pengurus Kohati HMI Komisariat Persiapan;
(4) 1 (satu) orang Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat yang tidak
memiliki Kohati.
6. Peserta Musyawarah Kohati HMI Komisariat seluruh anggota Kohati HMI
Komisariat.
Pasal 13

Prosedur Pengambilan Keputusan


Tata Tertib Musyawarah Kohati

1. Penanggungjawab musyawarah Kohati adalah pengurus Kohati setingkat.


2. Setiap keputusan Kohati dilakukan secara musyawarah mufakat, apabila tidak
tercapai hasil mufakat maka akan dilakukan voting.
3. Yang dimaksud dengan tingkatan pengambilan keputusan secara berjenjang
terdiri atas: Musyawarah Kohati, Rapat Pleno, Rapat Presidium dan Rapat Harian.

220
4. Penyusunan rencana kerja operasional diputuskan dalam Rapat Bidang dan
Rapat Kerja

Pasal 14

Penetapan Ketua Umum Kohati

1. Penetapan Ketua Umum Kohati dilaksanakan dalam Musyawarah Kohati


a. Ketua umum dan fungsionaris yang telah menyelesaikan kepengurusannya
dinyatakan demisioner
b. Formateur atau ketua umum terpilih memiliki wewenang sepenuhnya
dalam menjalankan segala hal yang berkaitan dengan organisasi
2. Bila Ketua Umum Kohati tidak dapat menjalankan tugasnya dan/atau melakukan
pelanggaran terhadap aturan-aturan organisasi, maka dapat dipilih Pejabat
Ketua Umum dalam Forum Pleno Kohati dan ditetapkan dalam Forum Pleno HMI
setingkat.
3. Penanggung Jawab Sementara (PJS) sampai adanya pangkat (PJ) ketua umum
yang di tetapkan oleh HMI setingkat adalah salah satu ketua bidang internal.

Pasal 15

Personalia Pengurus Kohati

1. Formateur/Ketua Umum menyusun struktur kepengurusan Kohati dan dibantu


oleh 2 (dua) orang Mide Formateur.
2. Formasi Pengurus Kohati PB HMI, Kohati Badko HMI, Kohati HMI Cabang, Kohati
HMI Koorkom dan Kohati HMI Komisariat terdiri dari Ketua Umum, Ketua
Bidang, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Wakil
Bendahara Umum, dan Departemen-Departemen.
3. Formasi Pengurus Kohati sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
4. Struktur Pengurus Kohati terdiri;
a. Kohati PB HMI, memiliki garis instruksi dan garis koordinasi terhadap seluruh
tingkatan Kohati dibawahnya.
b. Kohati Badko HMI, memiliki garis koordinasi ke Kohati PB HMI dan Kohati
HMI Cabang.
c. Kohati HMI Cabang, memiliki garis koordinasi ke Kohati PB HMI, Kohati
Badko HMI, Kohati HMI Koorkom, Kohati HMI Komisariat serta memiliki garis

221
Instruksi ke Kohati HMI Koorkom dan Kohati HMI Komisariat.
d. Kohati HMI Koorkom memiliki garis koordinasi kepada Kohati HMI Cabang
dan Kohati HMI Komisariat.
e. Kohati HMI Komisariat memiliki garis koordinasi kepada Kohati HMI Cabang
dan garis instruksi terhadap seluruh anggota HMI-Wati di Komisariat.

Pasal 16

Kriteria Pengurus

1. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI PB adalah HMI- Wati yang
pernah menjadi Pengurus KOHATI Cabang, Pengurus KOHATI Badko atau
KOHATI PB, berprestasi dan telah lulus LK I, LK II, LK III dan LKK (Pasal 45 dan
46 ART HMI);
2. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus Kohati Badko HMI adalah HMI-Wati
yang pernah menjadi Pengurus Kohati HMI Komisariat, Pengurus Kohati HMI
Cabang dan/atau Kohati Badko HMI, berprestasi dan telah lulus LK I, LK II, LK
III dan LKK.
3. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus Kohati HMI Cabang adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi pengurus Kohati HMI Komisariat, Kohati HMI
Koorkom dan/atau Kohati HMI Cabang, berprestasi dan telah lulus, LK I, LK
IIdan LKK.
4. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus Kohati HMI Koorkom adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi pengurus Kohati HMI Komisariat, Kohati HMI
Koorkom, berprestasi dan telah lulus LK I dan LKK.
5. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus Kohati HMI Komisariat adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi pengurus Kohati HMI Komisariat, berprestasi, telah
lulus LK I dan LKK.

Pasal 17

Pengesahan dan Pelantikan Pengurus Kohati

1. Di tingkat PB HMI, Kohati PB HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum PB
HMI.
2. Di tingkat Badko HMI, Kohati Badko HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum
Badko HMI.
3. Di tingkat HMI Cabang, Kohati HMI Cabang disahkan dan dilantik oleh Ketua

222
Umum HMI Cabang.
4. Di tingkat Kohati HMI Koorkom, Kohati HMI Koorkom disahkan dan dilantik oleh
Ketua Umum HMI Koorkom.
5. Di tingkat Kohati HMI Komisariat disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum HMI
Komisariat

BAB VII

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 18

Tugas

1. Melaksanakan Sidang Pleno Kohati setiap semester, selama periode berlangsung.


2. Melaksanakan rapat harian Kohati minimal dua minggu sekali, selama periode
berlangsung.
3. Melaksanakan rapat presidium Kohati minimal satu minggu sekali, selama
periode berlangsung.
4. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban melalui munaskoh untuk Kohati PB
HMI, Musda untuk Kohati Badko HMI, Muskohcab untuk Kohati HMI Cabang,
Muskoh Koorkom untuk Kohati HMI Koorkom, Muskohkom untuk Kohati HMI
Komisariat.

Pasal 19

Wewenang

1. Menerima laporan kerja pengurus Kohati tingkatan dibawahnya. Kohati PB HMI


menerima laporan kerja Badko, Kohati Badko HMI menerima laporan kerja
Kohati HMI Cabang, Kohati HMI Cabang menerima laporan Kohati HMI Koorkom,
Kohati HMI Koorkom menerima laporan kerja Kohati HMI Komisariat
2. Mengadvokasi permasalahan Kohati yang terjadi ditingkat dibawahnya selaku
bagian dari kepengurusan HMI.
3. Kohati PB HMI berwenang berwenang memeriksa dan memberikan persetujuan
terhadap training formal pada perkaderan Kohati.

223
BAB VIII

ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN

Pasal 20

Pedoman Administrasi dan Surat Menyurat Kohati

1. Administrasi dan surat menyurat Kohati disesuaikan dengan Pedoman


Administrasi dan Kesekretariatan yang berlaku di HMI.
2. Untuk surat intern (dalam) dengan kode: Nomor surat/A/Sek/KHI/Bulan
Hijriah/Tahun Hijriah.
3. Untuk surat ekstern (keluar) dengan kode: Nomor surat/B/Sek/KHI/Bulan
Hijriah/Tahun Hijriah.
4. Surat Kohati ditandatangani oleh Ketua Umum Kohati dan Sekretaris Umum
Kohati, atau Ketua Umum Kohati dan Wakil Sekretaris Umum, atau Ketua Bidang
Kohati dan Sekretaris Umum dengan persetujuan Ketua Umum Kohati setingkat.

Pasal 21

Atribut Kohati

1. Yang termasuk dalam atribut Kohati adalah Mars, Badge, Gordon, dan Stempel.
2. Stempel Kohati menggunakan lambang HMI dan hanya digunakan pada surat
menyurat Kohati.
3. Mars Kohati dinyanyikan di acara-acara Formal dan Non Formal Kohati.
4. Penggunaan Lambang Kohati diatur sendiri dalam penjelasan tentang lambang.

BAB IX

KEUANGAN

Pasal 22

Keuangan

1. Sumber dana Kohati diperoleh dari iuran anggota, dana yang halal dan tidak
mengikat.
2. Akuntabilitas dan Transparansi keuangan wajib disesuaikan dengan Pedoman
Keuangan dan Harta Benda yang berlaku di HMI. (AD/ART HMI)

224
BAB X

PEMBENTUKAN, PEMBEKUAN DAN


PEMBUBARAN KOHATI

Pasal 23

Pembentukan Kohati

1. Pembentukan Kohati ditingkat PB HMI, Badko HMI, HMI Cabang, HMI Koorkom
dan HMI Komisariat diputuskan dalam forum pengambilan keputusan tertinggi
HMI setingkat.
2. Status Kohati disesuaikan dengan status HMI setingkat.
3. Pembentukan Kohati Komisariat dilakukan minimal memiliki 10 orang HMI-Wati.
4. Alur pembentukan Kohati:
a. Bidang Pemberdayaan Perempuan berkoordinasi dengan pengurus Kohati
Cabang sebagai pemberitahuan akan melaksanakan pembentukan Kohati
Komisariat yang sebelumnya sudah diputuskan pada forum pengambilan
keputusan tertinggi HMI setingkat.
b. Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat mempersiapkan berkas-berkas
sesuai dengan mekanisme yang sudah ditetapkan untuk musyawarah
pembentukan Kohati Komisariat dan melaksanakan musyawarah bersama
dengan anggota HMI-Wati.
c. Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat mengajuka surat
pemberitahuan dan undangan kepada Kohati Cabang (Kohati Cabang
sebagai Peninjau).
d. Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat melaksanakan musyawarah
pembentukan Kohati Komisariat dengan seluruh anggota HMI-Wati
Komisariat dan pengurus Kohati Cabang.
e. Pengurus Kohati Komisariat membuat stempel sebagai legalitas dan
melengkapi berkas-berkas pembentukan Kohati Komisariat dengan
tembusan HMI Komisariat dan Kohati Cabang sebanyak 3 rangkap.
f. Kohati Komisariat dapat dikatakan sah, apabila berkas tersampaikan dengan
benar kepada Kohati Cabang.

Pasal 24

Pembekuan Kohati

225
1. Pembekuan Kohati adalah penghentian kegiatan Kohati pada tingkatan tertentu
di HMI.
2. Kohati dapat dibekukan oleh HMI setingkat apabila melanggar ketentuan-
ketentuan AD/ART HMI.
3. Kohati Cabang dapat dibekukan oleh HMI Cabang setingkat apabila tidak
menyelenggarakan LKK dua periode berturut-turut.
4. Pembekuan Kohati diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat dan
berkoordinasi dengan Kohati ditingkatan atas.

Pasal 25

Pembubaran Kohati

Pembubaran Kohati secara nasional hanya dapat dilakukan dalam Kongres HMI
atas usulan Munas Kohati.

BAB XI

KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 26
1. Bagan struktur kepengurusan dan administras Kohati dijelaskan tersendiri dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisah dalam PDK.
2. Penjabaran analisis tujuan, status, sifat, fungsi dan peran Kohati dirumuskan
tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisah dalam PDK.
3. PDK hanya dapat dirubah melalui forum Musyawarah Nasional Kohati.
4. Hal-hal yang belum di atur dan belum dijelaskan akan di atur dalam aturan
tambahan yang tidak terpisah dalam PDK

226
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (materi ke-9)


PEDOMAN DASAR KOHATI 2
Kohati sebagai organisasi mahasiswi yang pendiriannya di sahkan secara nasional
pada tanggal 17 September 1966 M menjadi organisasi mahasiswi yang terbilang
tua, usia ke 55 tahun disebut usia keemasan. Dalam usia yang tidak lagi muda ini
perjalanan Kohati tentu sudah menorehkan banyak sejarah yang berarti khususnya
untuk Kohati, bangsa dan Negara.

Dalam mejalankan katifitas Kohati dijabarkan dalam bentuk Pedoman Dasar Kohati
(PDK), di dalam PDK ini terdapat 26 pasal, pola pembinaa, platform gerakan,
landasan gerakan, uknis LKK, kurikulum dan silabus LKK serta kurikulum training non
formal lainnya yang mana PDK ini dapat dirubah dalam forum Musyawaroh Nasional
Kohati sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi di Kohati.

Melalui PDK ini dapat diharapkan bahwa Kohati dapat mewakili HMI dalam merespon
isu-isu kerepeuanan dan anak, selain merespon isu melalui Koati dapat membina
seluruh kader MMI-Wati sehingga dapat menjadi anak terbaik untuk ibunya, istri
terbaik untuk suaminya, ibu terbaik untuk anak-anaknya dan anggota masyarakat
terbaik untuk lingkungannya.

TUJUAN

Tujuan akhir sesi ini…

1. Peserta dapat memahami pola pembinaan Kohati.

2. Peserta dapat memahami dan menjelaskan tenang platform gerakan Kohati.

3. Peserta dapat menyebutkan atribut Kohati.

4. Peserta dapat memahami dan menjelaskan skema analisis tujuan Kohati.

5. Peserta dapat memahami dan menjelaskan landasan gerakan Kohati.

TOTAL WAKTU:

 180 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIAL):

 Papan Tulis

 Proyektor

227
 Laptop

 Bahan bacaan : Pedoman Dasar Kohati

 Sticky Notes

 Spidol Whiteboard

 Spidol kecil warna

 Perekat kertas

 Kertas Plano.

POKOK PEMBAHASAN :

1. Pola Pembinaan Kohati.

2. Platform Gerakan Kohati.

3. Artribut Kohati.

4. Skema Analisis Tujuan Kohati.

5. Landasan Gerakan Kohati.

REFERENSI :
11. Pedoman Dasar Kohati
12. Hasil-hasil Kongres Terbaru
13. Presidium Forhati Nasional 2015. Kiprah Alumni HMI-Wati: Inspirasi
Perempuan Indonesia. Jakarta: Forhati Nasional.
14. Nasution, Ida Ismail. 2008. Kohati: Mengakar Kedalam Untuk Meraih Asa.

15. Referensi Lain Yang Relevan

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

SESI 1

10 TAHAP PEMBUKAAN  METODE:


Menit Berdialog, Ice
Breaking

 Awali sesi dengan ucapan salam, perkenalan diri dan menanyakan

228
keadaan peserta, atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
menyapa peserta.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Ice Breaking
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Kepemimpinan
Perempuan

20 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Ceramah,


menit Brainstorming
1. Peserta diberikan bahan bacaan tentang pembahasan yang ada di
PDK II.
2. Instruktur mempersilahkan fasilitator untuk menyampaikan
pengantar tentang pola pembinaan, platform gerakan, skema
analisis tujuan, landasan gerakan dan atribut Kohati.

70 TAHAP MENILAI Dan Merangkum METODE: Role Play,


menit Curah Pendapat
1. Role play yang akan dilakukan yaitu
tentang pelecehan dan kekerasan
yang menimpa seorang mahasisiwi di
lingkumgan kampus.
2. Tentukan PJ Role play dari MoT.
3. Peserta dibagi menjadi beberapa
kelompok, terdiri dari:
 Korban
 Pelaku
 Pihak kampus (Petinggi kampus,
satgas PPKS perguruan tinggi)
 Keluarga
 Masyarakat (Tetangga)

229
 Organisasi perempuan (Kohati)
 LSM (Lemaga Bantuan Hukum)
 Pihak Kepolisian
 Dinas PPA / DP3AKB setempat
 Psikolog/ Psikiater.
4. PJ Roleplay membagi instruktur untuk
mengarahkan kelompok agar berjalan
sebagaimana mestinya, masing-
masing satu pada tiap kelompok.
Briefing para instruktur agar
mengarahkan setiap kelompok agar
menjalankan perannya senatural
mungkin. Ex: pihak kampus dalam
menanggapi kasus kekerasan dan
pelecehan yang terjadi di lingkungan
kampus cenderung lebih
mengedepankan citra kampus,
masyarakat atau tetangga biasa
menyebarkan gosip tentang korban
dan membuat kondisi korban
memburuk, peran satgas PPKS yang
belum maksimal karena banyak
diintervensi oleh petinggi kampus,
peran organisasi perempuan dan LBH
pun harus berjalan senatural
mungkin.
5. Sesi ini lebih ditekankan agar peserta
lebih bisa memahami peran Kohati
dalam menangani kasus yang terjadi
di eksternal organisasi dengan
memanage internalnya agar tetap
stabil. Peran Kohati ini juga perlu

230
disertakan landasan gerakannya. Sesi
ini juga memberikan gambaran
tentang langkah-langkah yang harus
dilakukan terlebih dahulu dalam
pengadvokasian kasus kekerasan.
6. Jaga forum agar tetap kondusif.
7. Di akhir sesi PJ memberikan
pendinginan dengan memberikan
penjelasan.

Tahap Menilai dan Merangkum


1. Peserta kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
2. Instruktur memantik para peserta
agar dapat memberikan pandangan
tentang sesi tadi
3. Arahkan peserta untuk dapat
menanggapi peran dari setiap
kelompok tadi.
4. Rumuskan kesimpulan dan
korelasikan bersama-sama sekaligus
mengulas kembali apa yang peserta
dapatkan dari fasilitator dan bahan
bacaan.
10 PENUTUP METODE: Games
menit  Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

231
SESI 2

10 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Berdialog,


Energizer
Menit
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Energizer
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Kepemimpinan
Perempuan

40 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Study Case,


menit Brainstorming
B. Tahap Mengalami
1. Instruktur menempelkan kertas plano kosong di depan.
2. Beri peserta sticky note atau potongan kertas, satu sampai empat
sesuai dengan kebutuhan.
3. Instruktur mengulas kembali tentang skema analisis tujuan Kohati,
ditekankan pada pembahasan Kohati memiliki 4 peran sebagai
istri, ibu, anak dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, Kohati
diharapkan memiliki potensi yang multitasking. Maka dari itu,
pembinaan yang bagaimana agar kohati mampu melakukan 4
peran itu. Ex: karena kohati harus dapat berperan sebagai seorang
ibu, maka pembinaan dalam bidang parenting sangat penting
untuk dilakukan.
4. Arahkan peserta untuk mencari dan menganalisis apa saja yang
dibutuhkan kohati untuk dapat melakukan 4 peran tersebut.
5. Tempelkan setiap permasalahan di kertas plano yang sudah
disediakan instruktur.

C. Tahap Mengurai
1. Kategorikan solusi-sousi yang sama.
2. MOT memantik peserta agar bisa menjelaskan solusi pembinaan
kohati yang mereka usulkan.
10 TAHAP MENILAI METODE: Talk Show
menit
 Instruktur bertugas memberikan
pandangan atas solusi pembinaan
yang mereka tawarkan serta
gambaran konsep yang perlu
dirancang.

232
10 PENUTUP METODE: Brainstorming
menit
 Ajak kembali peserta untuk
menyimpulkan materi yang sudah
diterima.
 Maikan Games tentang materi ini
dengan menggambarkan materi yang
didapat “jika diibaratkan pada buah-
buahan, buah apa yang tepat
menggambarkannya disertai dengan
alasan”
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnyaBerikan tugas tertulis dari
semua materi yang sudah
disampaikan.

233
Bahan Bacaan
PEDOMAN DASAR KOHATI
Sesi 1
Pola Pembinaan Kohati

A. Pendahuluan
Meningkatkan kualitas dan peranan HMI-Wati dalam berjuang mencapai tujuan
HMI pada umumnya dan keperempuanan pada khususnya merupakan tujuan Kohati
yang harus di tanamkan dalam setiap sanubari kader HMI-Wati. Intelektual menjadi
salah satu target pembinaan Kohati yang utama karena intelektual merupakan suatu
kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah
yang timbul (Gunarsa,1991).
Seorang kader HMI-Wati dituntut untuk unggul dalam segi intelektual dan
mumpuni dalam segi penguasaan disiplin ilmu yang di gelutinya. Sebagai
laboratorium hidup yang selalu mengasah setiap potensi yang dimiliki kader HMI-
Wati, Kohati dalam melakukan pembinaan tentunya berdasarkan kurikulum yang
sesuai dengan perkembangan zaman dan mampu menjawab kebutuhan kader HMI-
Wati. Kohati sebagai bagian integral HMI merupakan kelompok intelektual muda
perempuan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas dan peranan HMI-
Wati agar memiliki pola pikir integral dan utuh, khususnya di bidang keIslaman,
keindonesiaan, keintelektualan dan keperempuanan.
Pola Pembinaan kader HMI-Wati dimaksudkan bukan hanya sekedar mencetak
seorang HMI-Wati yang memiliki intelektual cerdas namun juga mencetak kader
profesional dalam bidang dan disiplin ilmu yang di gelutinya. Sikap Professional
dalam hal ini berarti bahwa kader HMIWati memiliki kompetensi dalam suatu
pekerjaan dan mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam. Kader
HMI-Wati harus mampu melakukan kreatifitas dan inovasi atas bidang yang
gelutinya serta harus berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas
profesi sehingga mampu menjawab tantangan zaman dan kebutuhan dunia kerja.
Peningkatan hard skill dan soft skill melalui berbagai pelatihan sehingga diharapkan
menghasilkan kader HMI-Wati yang mampu bersaing dalam dunia kerja yang

234
semakin ketat persaingannya.
Tantangan zaman yang berbeda dalam kehidupan masa kini dengan kehidupan
masa lampau pada saat Kohati di dirikan tentunya membutuhkan pola pembinaan
yang berbeda pula. Mandiri sebagai salah satu sikap yang di prioritaskan dalam pola
pembinaan HMI-Wati merupakan sikap untuk tidak menggantungkan keputusan
kepada orang lain. Dengan adanya sikap mandiri tersebut di harapkan kader HMI-
Wati mempunyai prinsip teguh dalam memegang kebenaran sesuai dengan
keyakinan prinsip ke-Islaman yang menjadi prinsip hidup.
Dengan demikian target pola pembinaan Kohati adalah meningkatkan kualitas
dan peranan yang memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni, profesional dalam
bidang keilmuan yang di geluti dan mandiri serta teguh memegang prinsip dalam
menjawab tantangan zaman. Dalam mewujudkan pola pembinaan Kohati dibutuhkan
pedoman pelatihan sebagai acuan dalam pembinaan Kohati.

B. Arah Pembinaan Kohati

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan


bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah
SWT (termaktub dalam pasal 4 AD HMI) merupakan Arah pola pembinaan Kohati.
Arah pembinaan Kohati merupakan petunjuk hendak kemana pembinaan Kohati
ditujukan. Kohati sebagai bagian integral dari HMI tentunya turut melakukan proses
perkaderan sebagai wujud terhadap kader HMI-Wati. Wujud nyata pola pembinaan
yang dilakukan sebagaimana termaktub pada pasal 4 AD HMI beserta tafsir
penjelasannya, yaitu upaya meningkatkan kualitas dan peran HMI- Wati sebagai
anak, istri, ibu dan anggota masyarakat yang profesional adalah persiapan mencapai
tujuan HMI dalam jangka panjang seperti tertera pada analisis tujuan Kohati.

C. Pola Dasar Pembinaan Kohati

Kohati sebagai bidang pemberdayaan perempuan fokus pada pembinaan HMI-


Wati. Pembinaan HMI-Wati harus senantiasa selaras dengan perkaderan HMI. Pola
dasar perkaderan HMI telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader dan
pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut Kohati ditempatkan sebagai salah satu
wadah pembentukan kader.

235
1. Kualifikasi HMI-Wati
a. Kemampuan Intelektual
HMI-Wati harus memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan
(intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom) dan berupaya menyiapkan
diri untuk memiliki kemampuan profesional sesuai dengan bidang yang
dipilihnya;
b. Kemampuan Kepemimpinan
HMI-Wati mempunyai wawasan yang luas dalam masalah
keorganisasian meliputi kemampuan menjadi pemimpin yang “Uswatun
Hasanah”. HMI-Wati memiliki kemampuan komunikasi, public speaking,
human relations termasuk etiket dan tata sopan santun dalam
pergaulan antar manusia;
c. Kemampuan Manajerial
HMI-Wati memiliki wawasan yang luas dalam masalah manajemen,
khususnya manajemen organisasi, meliputi tata adminisrasi, tata
keuangan dan lain- lain, sesuai dengan dasar POAC.
d. Kemandirian
HMI-Wati memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual serta
ketahanan mental dalam menjawab persoalan keorganisasian dan
masyarakat. (berkaitan dengan kemandirian pribadi dan ekonomi).

2. Perkaderan Kohati
Perkaderan Kohati merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang
terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan Kohati
khususnya. HMI-Wati harus mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, yaitu LK
I, LK II, dan LK III serta dan LKK dan Training Informal dan serta training Non
Formal Lainnya, baik yang bersifat formal, informal maupun training lainnya di
HMI dan Kohati.
a. Training Formal HMI

236
1) LK I
2) LK II
3) LK III
b. Training Informal HMI
1) Follow Up
2) Up Grading
3) Training lainnya di HMI
4) Senior Course (SC)
5) Latihan Khusus Kohati (LKK)
6) Training Of Trainer (TOT)
7) Training For Trainer (TFT)
8) dan lain-lain
c. Training Formal Kohati
1) Latihan Khusus Kohati (LKK)
2) Training Informal Kohati
3) Follow Up
4) Up Grading
5) Training lainnya di Kohati:
a) Latihan Pranikah
b) Latihan Kewirausahaan
c) Latihan Public Speaking
d) Latihan Kader Sensitif Gender
e) Latihan Kesehatan Reproduksi
f) Latihan Advokasi
g) dan lain-lain

237
D. SKEMA POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI
1. Kaderisasi individu dilakukan melalui penugasan-penugasan untuk
menjalankan roda organisasi Kohati, baik internal maupun eksternal
a. Internal: melakukan peningkatan kualitas dan peranan HMI-Wati.
b. Eksternal: berpartisipasi diberbagai aktivitas eksternal dengan membawa
misi HMI.
2. Kaderisasi kelompok dilakukan melalui forum perkaderan formal dan non-
formal Kohati, yaitu:
a. Forum Perkaderan Formal
Latihan Khusus Kohati (LKK)
Nama Pelaksana Peserta Intensitas

Latihan Kohati HMI-Wati yang Wajib dilaksanakan


K
Khusus Cabang telah lulus LK I minimal 1 x / periode
K
Kohati setelah 6 bulan.
(LKK)
m
erupakan latihan khusus Kohati yang bersifat wajib dilaksanakan oleh
Kohati Cabang, apabila dalam masa dua periode Kohati cabang tidak
melaksanakan LKK maka Kohati dapat dibekukan oleh HMI Cabang.
Peserta LKK di ikuti khusus oleh kader HMI-Wati yang telah dinyatakan
lulus setelah 6 bulan pasca LK I dan telah mengikuti follow up serta up-

238
grading. Tujuan LKK adalah: terbinanya kader HMI-Wati yang menjunjung
tinggi nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan sebagai akselerasi
mencapai tujuan HMI dan mengaplikasikannya dalam ranah domestik dan
publik.
Adapun petunjuk teknis dan kurikulum LKK dijabarkan lebih rinci pada
lampiran-lampiran.

b. Forum Perkaderan Informal


1) Up Grading
2) Follow Up
3) Aktivitas
Perkaderan informal yang mencakup Up-Grading dan Follow Up
merupakan tindak lanjut dari aktivitas pola pembinaan yang ada dan
dilaksanakan setelah mengikuti LK I dan jenjang training yang ada di HMI
dan Kohati. Hal ini bersifat harus dilakukan mulai dari tingkatan Kohati
Komisariat sampai Kohati PB HMI.
c. Forum Perkaderan lainnya
Nama Pelaksana Peserta Intensitas
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
pranikah Korkom, Umum Kebutuhan
Cabang
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
Kewirausa Komisariat, Umum Kebutuhan
haan Korkom,
Cabang,
Badko dan PB
HMI
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
public Komisariat, Umum Kebutuhan
speaking Korkom dan
Cabang

239
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
Gender Korkom, Umum Kebutuhan
Cabang
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
kesehatan Korkom, Umum Kebutuhan
reproduks Cabang
i
Training Kohati Kader HMI dan / Sesuai
advokasi Cabang, Umum Kebutuhan
Badko, PB
HMI
Training Kohati, Kader HMI dan / Sesuai
lainnya Cabang Umum Kebutuhan

Di dalam PDK pasal 7, Kohati berfungsi sebagai bidang pemberdayaan


perempuan dan sebagai organisasi mahasiswa oleh karena menjalankan
fungsinya dengan maksimal maka Kohati berkebutuhan untuk menambah
perkaderan lainnya dalam bentuk training-training yang disesuaikan
dengan kebutuhan oleh seorang perempuan dan mahasiswa. Selain karena
itu Kohati memiliki konspesi bahwa perempuan memiliki empat peran yakni
sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat, untuk memaksimalkan
kualitas perempuan dalam mencapai perannya tersebut, maka perkaderan
lainnya ini sangat penting dilaksanakan oleh Kohati Komisariat, Cabang,
Badko dan PB disesuaikan dengan pelaksana yang telah ditentukan pada
tabel di atas.

d. Forum Kajian
Forum kajian sebagai salah satu cara pembinaan kader yang dilakukan
secara berkelompok. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan asupan
nutrisi berupa wacana dan pemahaman tentang ke-Islaman,
keIndonesiaan, ke-Intelektualan, keperempuanan, gender, ke-Islaman dan
keorganisasian serta hal-hal yang bersifat menjadi kebutuhan kader HMI-

240
Wati secara khusus dan kader HMI secara umum. Materi yang
disampaikan dalam forum kajian ini bertujuan untuk meningkatkan hard
skill dan soft skill kader HMI.
e. Kohati Bermitra dengan Organisasi Mahasiswa, dan
Organisasi Keperempuanan dan Stakeholder.
Bermitra dengan organisasi mahasiswa dan organisasi
keperempuanan mutlak dilakukan dalam mengembangkan organisasi
dalam hal ranah eksternal. Karena dengan berjejaring, Kohati bisa
menjadi alat pencapai tujuan HMI dalam menyikapi persoalan
keperempuanan dan anak. Dewasa ini jaringan dan komunikasi dengan
mitra organisasi eksternal sangat berguna terutama dalam persoalan
teknis berkaitan dengan dukungan massa ketika mengadakan aksi
solidaritas dan mengadakan berbagai pelatihan.

E. Pelaksanaan

1. Manajemen Latihan
Perkaderan kelompok dilaksanakan dengan fungsi manajemen yang rapi,
POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Evaluating).
2. Organisasi Latihan
Ada dua komponen organisasi latihan yaitu:
a) Organizing Committee (OC)
1) OC adalah unsur organisasi yang berfungsi sebagai pelaksana
operasional latihan meliputi administrasi, keuangan dan teknis
lapangan;
2) OC dibentuk oleh Pengurus Kohati.
b) Steering Committee (SC)
1) SC sebagai unsur organisasi latihan berfungsi sebagai pengarah;
2) SC bertugas merencanakan dan mempersiapkan substansi latihan
meliputi kurikulum, penceramah/narasumber, dll serta mengawasi
dan mengarahkan jalannya pelatihan;
3) SC ditunjuk dan ditetapkan oleh Pengurus Kohati.
c) Master of Training (MOT)

241
d) Tim Instruktur
Tugas tim instruktur ini disesuaikan dengan Pedoman Pengelolaan
Latihan yang ada di HMI.

F. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan selama latihan agar antar sesama peserta, peserta
dengan instruktur dan seluruh berlangsung proses:
1. Ta’aruf (saling mengenal)
Berkenalan dan memperkenalkan diri sedalam-dalamnya mengenai latar
belakang pendidikan, keluarga, sosial budaya dan lingkungan serta adat-istiadat
masing-masing. Sehingga dengan demikian diharapkan tumbuh rasa kasih
sayang dengan memiliki rasa ukhuwah antara sesama berdasarkan ke cintaan
kepada Allah SWT.
2. Tafahum (saling bersepaham)
Memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing dengan berusaha
memulai dari diri sendiri untuk bersikap introspektif akan kekurangan,
kesalahan atau kekhilafan masing-masing di samping upaya menumbuhkan
suasana saling mengingatkan.
3. Ta’awun (saling menolong)
Sikap saling menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
4. Takaful (saling berkesinambungan)
Terjalin berkesinambungan antara rasa dan rasio/intuisi serta kesamaan ide
pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis di samping
terciptanya suasana yang kondusif antara peserta dengan instruktur.

G. Sistem Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk melihat indikator keberhasilan pelatihan, yaitu
melihat apakah sumber daya organisasi telah dijalankan secara efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan demikian melalui evaluasi
dapat dipastikan, apakah kegiatan pelatihan berjalan sebagaimana yang telah
direncanakan.

242
Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga tahapan, antara satu dan yang lain
saling berkaitan. Tahapan awal evaluasi dilakukan terhadap input latihan dengan
maksud untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal dan kesiapan peserta
untuk mengikuti pelatihan (screening dan pre-test). Tahapan kedua,
pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada saat training berlangsung dan pada
tahap ketiga evaluasi melalui Post Test.

H. Penutup
Kaderisasi Kohati merupakan bagian kaderisasi HMI, yang berarti setiap
HMI-Wati harus mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
Kohati. Hal tersebut mengacu kepada misi utama Kohati untuk meningkatkan
kualitas HMI-Wati, oleh karena itu tujuan pelatihan-pelatihan dalam Kohati
adalah untuk memperkaya kemampuan soft skills HMI- Wati.
Peningkatan soft skills HMI-Wati bertujuan untuk menjadikan kader HMI-
Wati sebagai sosok anak muda yang siap menghadapi masa depan dengan
seluruh multiperan yang harus dihadapinya secara simultan, sosok yang “fulltime
professional”, sekaligus “fulltime leader”, “fulltime director”, “fulltime secretary”,
“fulltime wife”, “fulltime mother” dan lain-lain.

243
Platform Gerakan Kohati

A. Pendahuluan
Berbicara tentang platform gerakan Kohati adalah rencana kerja, pernyataan
sekelompok orang tentang prinsip atau kebijakan dasar atau tempat dimana sistem
operasi kerja berbicara tentang landasan umum gerak eksternal Kohati. Di samping
platform gerakan juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu mengarahkan
sudut pandang masyarakat akademis.

Platform dianggap penting bagi suatu gerakan organisasi untuk mempengaruhi


aspek gerak maupun aspek pemikiran HMI-Wati secara berkesinambungan sejalan
dengan proses terbentuknya sejarah HMI yang tidak terpisahkan dengan visi ke-
Islaman, ke-Intelektualan dan ke-Indonesian. Mengingat di era global ini, masalah
keperempuanan menjadi isu sentral dan diskursus yang intens dibicarakan. Dengan
munculnya berbagai gerakan dari pemerhati perempuan membuktikan bahwa
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya (IDEOPOLEKSOSBUD) masih terjadi.

Kohati sebagai bagian integral dari HMI yang mempunyai peran strategis untuk
merespon problem (mahasiswi pada khususnya dan perempuan pada umumnya),
salah satunya adalah problem sosial bernama ketidakadilan yang banyak menimpa
kaum perempuan karena ketimpangan pola relasi antar individu di masyarakat.
Dengan demikian persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus
mendapatkan perhatian serius dari HMI untuk merealisasikan cita-citanya yaitu
“Mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.

Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Kohati membentuk dasar


kebijakan yang terformulasi secara integral dan komprehensif, sehingga gerakan
yang dilakukan dapat mengenai sasaran dengan tepat. Arahan yang jelas dalam
pergerakan Kohati adalah menanamkan ideologi gerakan perempuan (hegemoni
ideologi) sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat adil, demokratis, egaliter
dan beradab sebagai prototipy masyarakat madani (civil society). Konsekuensinya,
kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan yang mendukung, artinya HMI-Wati harus memiliki keseimbangan

244
dalam kemandirian intelektual serta ketegasan dalam bersikap dengan landasan
berpijak yang jelas. Beberapa pemaparan di bawah ini merupakan sistematisasi
yang dibuat untuk memainkan peran strategisnya pada pergerakan Kohati.

B. Pengertian
Gerakan Kohati adalah tindakan kolektif secara sadar dan terorganisir sebagai
akselerasi pencapaian tujuan HMI dengan meningkatkan kapasitas, kualitas dan
peranan HMI-Wati.

C. Tujuan
Tujuan gerakan Kohati adalah Terbinanya muslimah berkualitas insan cita agar
dapat memberikan kemaslahatan kepada umat dan bangsa.

D. Target
Mencetak kader Responsif dan partisipatif serta proaktif dalam merespon
permasalahan mahasiswi, HMI-Wati pada khususnya dan Perempuan pada
umumnya menuju terciptanya masyarakat adil makmur.Adapun sasaran dan target
adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswi
2. Kader HMI-Wati dan HMI-Wan.
3. Civitas Akademika

4. Cendikiawan Muslim
5. Masyarakat umum
6. Penentu Kebijakan baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif.
7. Stake holder lainnya

E. Isu Utama/Main Issues


Isu utama (Main Issues) yang hendak ditawarkan sebagai wacana gerakan
Kohati adalah:

245
1. Ke-Islaman.
2. Ke-Intelektualan
3. Ke-perempuanan
4. Ke-Indonesiaan

Dengan turunan wacana dan spesifikasi gerak sebagai berikut:

1. Ke-Islaman
a. Mengkaji ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits yang membahas tentang
perempuan, terutama melakukan kajian secara mendalam terhadap hadist
– hadist misoginis.
b. Menyikapi adanya pemahaman (isu keperempuanan dalam perspektif
Islam) keperempuanan yang mengatasnamakan Islam yang keluar dari
jalur hukum Islam untuk mengantisipasi pemahaman-pemahaman yang
merusak aqidah umat Islam.
c. Kajian mendalam tentang fiqihunnissa melalui forum kajian yang dilakukan
secara rutin.
2. Ke-Intelektualan
a. Kohati melakukan kegiatan akademis yang sesuai dengan Tri Darma
Perguruan Tinggi.
b. HMI-Wati berfikir kritis, bersikap dan bertindak analitis, sistematis, kreatif,
inovatif dan bertanggungjawab.
3. Ke-Perempuanan
a. Menanggapi problem keperempuanan secara cerdas berdasarkan
perspektif Islam (Socio Cultural);
b. Meningkatkan life skill, leadership spirit, bargaining position HMI-Wati dan
perempuan secara umum;
c. Membentuk karakter HMI-Wati yang Tangguh sesuai dengan kaidah
Islam;
d. Kohati memberikan Pengajaran ke HMI-Wati agar bisa menjadi Pemimpin
dan menguasai jiwa Kepemimipinan;
e. Kohati mengadakan Pendidikan dan Latihan berpolitik untuk HMI-Wati.

246
4. Ke-Indonesiaan
Gerakan Kohati harus sesuai dengan nilai-nilai Nasionalisme.

247
LANDASAN GERAKAN KOHATI

A. LANDASAN FILOSOFIS

Secara epistemologi Perempuan berasal dari kata per-empu-an ”ahli/mampu”,


jadi perempuan merupakan seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita
berasal dari bahasa Jawa ”wani ditata” yang artinya ”orang yang bisa diatur”. Selain
itu, dalam bahasa Sanskerta kata wanita berasal dari kata ”wan” dan ”ita” yang
berarti ”yang dinafsui”.
Secara ontologi perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang secara alamiah
memiliki organ reproduksi yakni memiliki vagina, payudara, kelenjar susu dan rahim
serta dapat mengalami menstruasi, hamil (mengandung), melahirkan dan
menyusui. Sedangkan laki-laki adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki penis,
jakun, testis dan sperma serta berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya. Organ
dan sistem reproduksi ini adalah kodrat dari Allah yang tidak bisa dipertukarkan
satu sama lain.
Secara aksiologi perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah yang memiliki
sifat memelihara bagi penghuni alam semesta lainnya.Dan salah satu sifat yang
menjadi fitrahnya adalah sifat ke-ibu-an yang telah tertanam secara alamiah. Dalam
sifat ke-ibu-an seorang perempuan memiliki sifat-sifat Allah yakni Rahman dan
Rahim. Inilah yang merupakan sifat ke- Ilahi-an pada perempuan.
Sesuai dengan makna filosofi diatas maka kata perempuan lebih tepat
digunakan karena mengandung konotasi yang positif (amelioratif). Sedangkan kata
wanita tidak digunakan karena cenderung berkonotasi negatif ( pejoratif) dan lebih
diposisikan sebagai objek.

B. LANDASAN TEOLOGIS

1. Hakikat Penciptaan Manusia

248
Q.S. Al-Mukminun:12-14;
Artinya:

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu
yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”

Q.S. Al-Hajj: 5

249
Artinya:

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”

2. Kedudukan Manusia
a. Penerima perjanjian primordial.
Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah menerima
perjanjian primordial dengan Allah.

QS. Al- A‟raf :172

Artinya:

“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu)

250
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani
Adam) adalah orang- orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

b. Jin dan Manusia diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya.

Q.S. Adz-Dzariyat: 56

Artinya:

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah Ku.”

Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi sebagai khalifah-Nya.

QS. Al Baqarah : 30

Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya


aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”

251
Dalam Surat Al-An‟am 165 dijelaskan bahwa kata khalifah tidak menunjuk
kepada jenis kelamin atau etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai
fungsi yang sama untuk mempertanggung jawabkan ke khalifahannya di muka
bumi, sebagaimana halnya mereka sama-sama harus bertanggung jawab
sebagai hamba Tuhan.

Q.S. Al-An‟am: 165

Artinya:

“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
c. Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang biak dan
saling tolong- menolong serta menjaga hubungan silaturrahmi.

252
Q.S. Al-An-Nisa:1

Artinya:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

d. Kesetaraan kedudukan manusia baik perempuan maupun laki-laki sebagai


manusia di hadapan Allah.

Q.S. Al-Hujarat: 13

Artinya:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”

e. Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-laki dan


perempuan.

253
Q.S. Al-Nisa: 124

Artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun


wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

Q.S. An-Nahl: 97

Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan Sesungguhnya akan
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah merekakerjakan.[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-
laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa
amal saleh harus disertai iman.”

254
Q.S. Al-Ahzab: 35

Artinya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yangbesar.[1218] Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-
orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang
yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang
membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.”

Q.S. AL-Ahzab 36 :

Artinya:

255
“dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.

Q.S At-Taubah: 71

Artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian


mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Q.S At-Taubah: 72

256
Artinya:

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan,


(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat- tempat yang bagus di
surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.”

3. Isu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas


a. Laki-laki dan perempuan secara sunnahtullah diciptakan untuk hidup
saling berpasangan
Q
.
S

r
- Rum: 21
Artinya:

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

b. Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara prinsip


tidak dikehendaki oleh Allah.

257
Q.S. Al-An‟am: 151

Artinya:

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik
yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).”

Q.S. At-Takwir: 8-9

Artinya:

"Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,


karena dosa apa dia dibunuh?.”

Q.S. Al-Isra: 31

258
Artinya:

“dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”

c. Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas akan


memberikan keuntungan jangka panjang.

Q.S. Al-Mu‟minun: 1- 6

Artinya:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang
khusyu' dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang
menunaikan zakat dan orang yang memelihara kemaluannya Kecuali
terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka tidak terceIa.”

d. Manusia memiliki potensi untuk menyucikan jiwa atau mengotorinya.


Q.S. Al-Syams: 7-10

25
9
Artinya:

“Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.”

4. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat

Q.S. Al-Naml: 23

Artinya:

“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanitayang memerintah


mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai
singgasana yang besar.”

Q.S. Al-Naml: 32

Artinya:

“berkata Dia (Balqis): "Hai Para pembesar berilah aku pertimbangan


dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".

260
Q.S. Al-Naml: 33

A
r
t
i
nya:

“mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan


dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan
keputusan berada ditanganmu: Maka pertimbangkanlah apa yang akan
kamu perintahkan".

C. LANDASAN HISTORIS
Spirit gerakan perempuan pernah muncul pada konteks historis kehadiran
Islam. Praktik- praktik penguburan bayi perempuan pada masa Arab Jahiliyyah,
keberadaan harem-harem milik para penguasa yang mengeksploitasi seksualitas
budak-budak perempuan, minimnya pengetahuan perempuan terhadap berbagai
masalah sosial budaya sehari-hari maupun pemahaman keagamaan merupakan
realitas ketimpangan keadilan yang dihapuskan oleh Islam melalui misi kerasulan
Muhammad SAW. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi
dan keamanan bagi perempuan, perintah untuk belajar bagi laki- laki dan
perempuan muslim sebagai realisasi hak mendapatkan pendidikan yang layak, serta
perintah iqra‟ yang berarti membaca. Sejarah masa lalu yang dapat dijadikan
pelajaran hidup merupakan upaya-upaya nyata Islam untuk menghapuskan
ketidakadilan pada masa itu.

Perjuangan perempuan hari ini memiliki cerita yang panjang. Semua itu tidak
bisa dipisahkan dengan sejarah masa lalu, yakni sejarah Islam masa Rasulullah,
bahwa pada masa itu umat muslim telah memiliki tokoh-tokoh perempuan penting
dan luar biasa yang tidak bisa dilupakan dalam sejarah gerakan perempuan Islam.
Mereka adalah sosok perempuan dan ibu yang sangat berkontribusi besar dalam
perjuangan Rasulullah. Konteks Ummahat Al Mukminin (ibu seluruh umat)
merupakan ciri teladan perempuan masa lalu, mereka adalah Siti Khadijah r.a., Siti

261
Aisyah r.a., Fatimah Azzahra putri Rasulullah dan yang lainnya dengan Sifat shiddiq
(Jujur), thahiroh (Suci), amanah (dapat dipercaya), taat beragama, dermawan,
cerdas dan penyayang. Sifat rela berkorban, keinginan ingin berbagi dengan
sesama merupakan ciri Ummahat Al Mukminin.

Di Indonesia, pada zaman sebelum merdeka tonggak perjuangan perempuan


dimulai dengan munculnya tokoh gerakan perempuan pribumi seperti Raden Ajeng
Kartini dari Pulau Jawa, Laksamana Malahayati dari Aceh, Cut Nyak Dien dari Aceh,
Christina Martha Tiahahu dari Maluku, Nyi Ageng Serang dari Banten, Cut Meutia
dari Aceh, Dewi Sartika dari Jawa Barat, We Tenri Olle dari Sulawesi Selatan, Siti
Maryam atau lebih dikenal dengan nama Ina Ka‟u Mari dari Nusa Tenggara Barat,
Rohana Kudus dan Rahmah el Yunussiyah dari Sumatera Barat, I Fatimah Daeng
Tukontu yang dikenal dengan julukan Garuda Betina dari Timur (Sulawesi) dan
masih banyak yang lain, ini merupakan sebuah bukti akan suatu realitas bahwa
pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia kaum perempuan turut berjuang
dalam mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Inilah yang merupakan cikal bakal gerakan perempuan Indonesia dalam
menjawab dominasi patriarki akan realitas kehidupan saat itu.

Kondisi patriarki inilah secara kolektif menjadi kecenderungan yang bersifat


massif pada tahun 1920-an ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi
gerakan perempuan seperti Pikat, Putri Mardika, Aisyiyah dan sebagainya yang
menjadi cikal bakal diselenggarakannya Kongres Perempuan I tahun 1928 di
Yogyakarta. Fase gerakan perempuan saat ini sudah mulai massif dan tidak terlepas
dari pengaruh gerakan perempuan feminis negara barat, pemahaman tentang
kesetaraan gender dan gerakan feminisme yang semua itu merupakan bias
perlawanan dari ketidakadilan terhadap perempuan.

Gerakan perempuan tersebut juga memiliki korelasi dengan dibentuknya Kohati


oleh HMI, karena akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan
(interest group) yang dapat diperhitungkan sebagai bagian langsung landasan
gerakan perempuan.

262
SEJARAH KOHATI

Sejarah merupakan suatu hal yang sangat penting, tidak terkecuali didalam
pengembangan organisasi atau lembaga. Dalam melanjutkan tujuan suatu organisasi
sudah pasti kita juga harus mengetahui sejarah organisasi. Bagaimana mungkin kita
akan melanjutkan sesuatu yang kita tidak tahu, bagaimana mungkin kita bisa
memperjuangkan sesuatu yang kita tidak ketahui. Melanjutkan suatu tujuan
organisasi merupakan salah satu perjuangan. Untuk berjuang sudah pasti kita harus
memahami sesuatu yang kita perjuangkan agar bisa menyiapkan apa yang
diperlukan dalam perjuangan tersebut.

Himpunan mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa tertua di Negara


Indonesia. Himpunan mahasiswa Islam didirikan pada tanggal 5 februari 1947
bertepatan pada hari rabu pon 1878 tahun jawa bertepatan tanggal 14 rabiul awal
1366 H di Yogyakarta. Himpunan mahasiswa Islam diprakarsai oleh putra batak
bernama Lafran Pane yang sedang menuntut ilmu di Yogyakarta pada saat itu
dengan beberapa rekannya Kartoo Zarkasyi, Dahlan Husein, Suwali, M.Yusdi Ghazali,
Mansyur, M.Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidroh
Hadi, sealin para lelaki hebat ini ada juga perempuan – perempuan hebat yang ikut
serta dalam proses pendirian Himpunan Mahasiswa Islam tersebut, Maisaroh Hilal,
Siti Zainah, Baroroh Baried, Tujimah dan Tedjaningsih.

Pada Kongres ke VIII Himpunan Mahasiswa Islam di Solo ada beberapa


lembaga yang dibentuk dan disahkan, salah satunya adalah Kohati. Kohati
merupakan Badan khusus ditubuh Himpunan Mahasiswa Islam dibentuk untuk
membantu mewujudkan tujuan Himpunan mahasiswa Islam. Kohati di bentuk
sebagai penyeimbang untuk organisasi-organisai keperempuanan dan dapat
mewakili Himpunan mahasiswa Islam dalam pengawalan masalah keperempuanan
secara umum.

Kongres ke VII Himpunan mahasiswa Islam pada tahun 1963 di Jakarta dalam
struktur kepengurusan PB HMI ada enam orang HMI-Wati yaitu Eka Masni
Djama‟an, Lily Muslichah, Zulaecha Yasin, Aniswati Rochlan, Siti Delfiana, dan
Rasmidar Aminy. Eka Masni Djama‟an merupakan ketua departemen keputrian PB

263
HMI. Saat menjadi ketua departemen keputrian Eka Masni menggelar Training
keputrian nasional di kaliurang. Kemudian Eka Masni Djamaan tidak bisa aktif lagi di
PB HMI dan berhalangan tetap. Pada saat Mukernas Himpunan Mahasiswa Islam
tanggal 3 januari 1966 di Jakarta ketua departemen keputrian digantikan oleh
Aniswati Rochlan sampai kongres ke VIII Solo.

Berdasarkan surat keputusan PB HMI serta pedoman pelaksanaan Musyawarah


Nasional dari semua lembaga Himpunan Mahasiswa Islam serta meningkatkan status
departemen keputrian sebagai wadah HMI-Wati, maka semua peserta musyawarah
nasional keputrian yang direncanakan adalah mandataris dari Himpunan Mahasiwa
Islam cabang seluruh Indonesia dalam hal ini mewakili dari departemen keputrian
masing-masing. Namun sebelum Musyawarah Nasional keputrian dilaksanakan
beberapa cabang sudah ada yang membentuk wadah departemen keputrian seperti
Kohati diantaranya adalah DKI Jaya, Bogor, Makassar dan lainnya. Namun
semuanya masih berdasarkan kebijakan cabang masing – masing belum ada
peresmian dan pengesahan secara nasional, karena Aniswati sendiri pada saat itu
masih berstatus ketua departemen keputrian PB HMI.

Kohati baru disahkan secara nasional dan resmi ketika kongres di solo pada
penetapan putusan yang ke empat pada tanggal 17 September 1966. Dengan
menyetujui mukaddimah pedoman dasar Kohati “Wanita adalah tiang negara. Jika
baik wanitanya maka baiklah Negara, jika tidak baik wanitanya maka tidak baiklah
Negara” dan Tujuan Kohati dalam pedoman dasar Kohati “meningkatkan kualitas
dan peranan HMI-Wati dalam perjuangan untuk mencapai tujuan HMI pada
umumnya dan kewanitaan khususnya”.

Sebelumnya dibahas melalui sidang komisi keputrian kongres ke VIII Himpunan


mahasiswa Islam, pada saat itu yang terpilih menjadi pimpinan sidang komisi
keputrian adalah Ida Ismail Nasution dari departemen keputrian HMI cabang Bogor,
Nur Hadijah Lubis Departemen keputrian HMI cabang Medan, Fauzi Anwar
departemen keputrian HMI Cabang Palembang, Nurhayati departemen keputrian
HMI cabang Yogyakarta dan Faiza Hasyim. Sidang komisi keputrian tersebut
memutuskan dan menetapkan:

264
1. Kohati sebagai wadah HMI-Wati dalam melaksanakan ketentuan dan program
organisasi dengan status sebagai lembaga semi otonom dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam sekaligus Kohati juga berstatus Ex-Officio di
Struktural Himpunan Mahasiswa Islam.
2. Pedoman dasar dan pedoman rumah tangga Kohati.
3. Program kerja Kohati.
4. Rekomendasi Kohati.
5. Memilih dan menetapkan Aniswati Rochlan sebagai ketua umum Kohati PB
HMI didampingi mide formature Yulia Muliati dan Ida Ismail untuk menyusun
kepengurusan Kohati PB HMI Periode 1966-1968.
Lalu kelima putusan tersebut diatas diampaikan langsung dan di bacakan oleh
Andi Datja Patopoi pada sidang Kongres ke VIII di Solo kemudian megesahkan
keseluruhan keputusan sidang komisi keputrian. Sejak saat itu Kohati resmi secara
organisatoris menjadi lembaga semi otonom dalam semua jajaran Himpunan
Mahasiswa Islam dan pendiri Kohati adalah mereka peserta Sidang Komisi keputrian
pada Kongres ke VIII Himpunan Mahasiswa Islam di Solo. Dalam sidang komisi
keputrian belum ada menetapkan tentang atribut Kohati. Terkait dengan logo dan
lain nya dibahas kemudian saat Pleno Kohati PB HMI lalu disahkan kemudian saat
kongres ke IX dan Munas ke-I Kohati di Malang.

Diawal pendirian Kohati, tujuan Kohati yang tercantum didalam pedoman dasar
Kohati adalah meningkatkan kualitas dan peranan HMI-Wati dalam perjuangan
untuk mencapai tujuan HMI pada umumnya dan kewanitaan khususnya. Pada suatu
pertemuan para peserta sidang pleno keputrian di Yayasan Permata Sari bersama
beberapa orang fungsionaris Kohati PB HMI 2018-2020, Etty Syuhada pernah
menjelaskan alasan dari kalimat tujuan Kohati yang dicantumkan dalam pedoman
dasar Kohati pada awal dibentuknya Kohati adalah yang pertama, anggota Kohati
adalah mahasiswi. Kohati harus meningkatkan kualitas nya terlebih dahulu, baik
kualitas ke Islaman, Ke Intelektualan dan Keperempuanan sampai mampu dan layak
dalam menjalankan perannya. Namun kemudian setelah melewati beberapa
generasi tujuan Kohati didalam pedoman dasar Kohati mengalami perubahan
redaksi yakni terbinanya muslimah berkualitas insan cita. Di dalam tujuannya Kohati
tetap mengedepankan kualitas untuk menjalankan perannya.

265
D. LANDASAN KONSTITUSIONAL
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa Islam
(Pasal 4, 15 AD dan Pasal 45, 46, 47, ART HMI)
2. Pedoman Dasar Kohati
E. LANDASAN OPERASIONAL
Ada beberapa prinsip-prinsip (kode etik) yang harus dipegang oleh HMI-Wati
Dalam menjalankan aktivitas. Berbagai prinsip atau kode etik tersebut adalah:

1. Ta’aruf / Pengenalan (Introducing)


Pendekatan ini dimaksudkan agar terjadi suasana saling mengenal dan
keakraban diantara sesama anggota dengan pengurus, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta
dengan pemandu latihan (Master of Training) maupun para pendidik
(instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan.Saling mengenal ini adalah upaya
membangun kepercayaan (trust building) diantara semua elemen kader,
dengan memperkenalkan diri dan berbagai informasi mengenai berbagai latar
belakang kader seperti pendidikan, keluarga, sosial budaya, adat istiadat, suku
serta lingkungan dimana kader tumbuh dan dibesarkan.Dengan menerapkan
prinsip ini, diharapkan muncul solidaritas ( ukhuwah) diantara sesamanya
berdasarkan kecintaan kepada Allah SWT.

2. Tafahum/ Saling Bersepaham (Mutual Understanding)


Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta
dengan pemandu latihan (Master of Training) maupun para pendidik
(instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, dapat saling memahami kelebihan
dan kekurangan masing-masing dengan berusaha memulai dari diri sendiri
untuk bersikap introspektif dari kekurangan, kesalahan atau kekhilafan masing-
masing, disamping upaya menumbuhkan suasana saling mengingatkan.

266
3. Ta’awun/Saling Tolong Menolong (Mutual Assistance)
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta
dengan pemandu latihan (Master of Training) maupun para pendidik
(instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, dapat terjalin sikap saling tolong-
menolong dalam kebaikan dan kebenaran.

4. Takaful / Saling Berkesinambungan (Sustainable)


Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta
dengan pemandu latihan (Master of Training) maupun para pendidik
(instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, agar terjalin kesinambungan rasa
dan rasio (intuisi) serta kesamaan ide atau pemikiran ke dalam hubungan yang
dialogis harmonis disamping terciptanya suasana yang kondusif.

267
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (Materi ke-10)

Administrasi dan Keprotokoleran


PENGANTAR

Banyak orang beranggapan bahwa administrasi itu sama dengan juru ketik, tata
usaha atau pekerjaan yang bersangkutan dengan tulis menulis. Padahal aministrasi
itu cakupannya sangat luas. Ilmu administrasi lahir karena ada suatu tuntutan
bagaimana dapat memahami tentang upaya manusia lahir karena ada suatu
tuntutan bagaimana dapat memahami tentang upaya manusia di dalam mencapai
tujuannya. Sesuai dengan karakteristik umum manusia bahwa manusia mempunyai
kecendrungan untuk berkumpul. Artinya, manusia dalam mencapai setiap tujuannya
memerlukan kerja sama dengan orang lain. Dalam mencapai tujuannya yang besar
maka kerja sama itu perlu dilakukan secara teratur hingga terarah pada sasaran.
Administrasi adalah upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerjasama. Efektif dalam arti hasil
yang dicapai upaya itu sama dengan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan efisien
berhubungan dengan penggunaan sumber dana, daya waktu.

Secara umum kata administrasi berasala dari bahasa latin yaitu ad – ministrasi, yang
memiliki arti suatu kata yang berarti melayani, membantu, menunjang atau
memenuhi, dengan demikian kerja sama adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan bersama-sama bantu membantu dan salang mengisih setiap kekuarangan
dari masing-masing anggota kelompok untuk mencapai suatu tujuan atau untuk
memenuhi suatu kebutuhan dengan pengertian bahwa jika tidak melalui rangkaian
kegiatan yang dilakukan bersamasamaitu, tidak akan membuahkan hasil yang
dikehendaki atau tidak akan timbul akibat yang diinginkan. sedangkan menurut
Ordway Tead dalam Waldo, (1953 : 24), mengatakan administrasi adalah meliputi
kegiatan-kegiatan individu-individu (eksekutif) dalam suatu organisasi yang bertugas
mengatur, memajukan dan menyediakan fasilitas usaha kerja sama sekelompok
individu-individu untuk merealisasikan tujuan yang ditentukan.

Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan organisasi sebagaimana fungsi-fungsinya,


organisasi akan sering mengadakan acara, baik acara formal maupun acara non-
formal. Acara yang diadakan dapat berupa pelantikan, peringatan pada hari-hari
besar nasional, penyambutan kunjungan para pejabat, seminar/pelatihan dan rapat
kerja atau koordinasi kerja antar instansi tertentu. Dalam pelaksanaannya, setiap
acara tentu.mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis acaranya.
Namun demikian pada dasarnya bahwa semua acara yang dilaksanakan
dimaksudkan untuk menunjukkan keberadaan dan kegiatan organisasi.

268
Sedemikian padatnya kegiatan keorganisasian sehingga harus dilakukan pengaturan
agar seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan baik. Fungsi pengaturan
acara atau kegiatan tersebut dilaksanakan oleh protokoler. Di Indonesia,
keprotokolan di atur dalam Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan. Secara definisi undang- undang tersebut melaporkan kalau
keprotokolan merupakan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan ketentuan
dalam kegiatan kenegaraan ataupun kegiatan formal yang meliputi tata tempat, tata
upacara, serta tata penghormatan selaku wujud penghormatan kepada seorang
cocok dengan jabatan serta/ ataupun perannya dalam negeri, pemerintahan,
ataupun warga.

Namun pada suatu organisasi, agar sasaran suatu aktifitas dapat dicapai secara
optimal, diperlukan pertanggungjawaban dan pembagian tugas di dalam
penyelenggaraannya. Apabila penyelenggaraan suatu aktifitas tanpa adanya panitia
penyelenggara/project officer,maka pengelolaan penataan dan penyelenggaraannya
langsung dibawah koordinasistaf sekretariat jenderal/sekretariat. Namun
kesemuannya itu masih lagi dibutuhkan pelengkap penyelenggara seperti pengantar
acara (announcer), penerima tamu, pengatur kelengkapan, konsumsi, kesenian dan
segala hal yang berhubungan dengan kelancaran.

TUJUAN :
Diakhir sesi, Peserta memiliki kemampuan dalam …

 Memahami pengelolaan dan tata tertib administrasi dan keprotokoleran;

Meningkatkan kemampuan dan pengelolaan administrasi organisasi serta



meningkatkan wawasan. Pemahaman dan kemampuan serta
keterampilan teknis tentang keprotokoleran;
TOTAL WAKTU :
 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIALS) :


 Proyektor, Papan Tulis, Laptop, Bahan Bacaan: Pedoman Adminisstrasi HMI,
Kertas flipchart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Lembar bacaan: Administrasi dan Keprotokoleran

PROSES PEMBELAJARAN / LANGKAH-LANGKAH:


10‟ TAHAP PEMBUKAAN METODE: Energizer, Yel-yel
00:00

269
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan
lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan
dengan permainan/game (ice breaking atau energizer) untuk
menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Administrasi dan
Keprotokoleran. Metode yang akan dipergunakan yakni Curah Pendapat,

70‟ TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE:Curah Pendapat,


00:00 Ceramah, Simulasi

 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang dipahami


tentang Administrasi dan Keprotokoleran?” Catat pada kertas flipchart
berupa kata-kata kuncinya saja. Kemudian tayangkan pada slide
presentasi atau kertas flipchart atau metaplan yang telah disiapkan
sebelumnya, tentang pengertian konsep Administrasi dan
Keprotokoleran dari pakar untuk melengkapi penyampaian dari peserta,
bahwa “administrasi diartikan sebagai aktivitas kerja sama oleh
sekelompok orang yang didasarkan pada pembagian kerja, sesuai yang
telah ditentukan dalam struktur, dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama secara efektif dan efisien. Sedangkan kemampuan
keprotokoleran diperlukan agar sasaran suatu aktifitas dapat dicapai
secara optimal”.
 Berilah motivasi peserta dengan menyampaikan pentingnya materi yang
akan disampaikan.
 Setelah itu, peserta di bagi sesuai dengan peran dalam simulasi suatu
acara “Pelantikan HMI dan KOHATI Cabang yang telah ditentukan
dalam kesepakatan bersama (Berikan waktu maksimal 10 menit
peserta untuk memahami peran masing-masing).
 Mulai melakukan Simulasi

30‟ TAHAP Menilai dan Merangkum METODE:Curah Pendapat, Simulasi


00:00 Ceramah

 Galilah pendapat peserta tentang Simulasi tersebut dengan panduan


pertanyaan:
1. Apa kesan Anda terhadap Simulasi tersebut ?
2. Siapa menurut Anda Peran yang menonjol? Beri alasan pilihan

270
tersebut, mengapa?
3. Kaitkan dengan realitas dalam praktek penyelenggaraan pada
organisasi yang pernah kita saksikan selama ini?
 Berikan penjelasan mengenai Kesekretariatan HMI dan KOHATI,
Pengarsipan, Keanggotaan KOHATI, Inventaris KOHATI, serta contoh
Surat Dokumentasi & ketatausahaan KOHATI berdasarkan Pedoman
Kesekretariatan HMI.
 Berikan Simulasi mengenai Administrasi dan Kesekretariatan di HMI
yang benar.

10‟ Penutup METODE:Games


00:00

 Tutuplah Sesi dengan ucapan terimakasih dan beri apresiasi positif


terhadap peserta dengan tepuk tangan bersama. Di tutup dengan
game/yel-yel.

271
LEMBARAN BACAAN
ADMINISTRASI DAN KEPROTOKOLERAN
A. Pengertian, Peran Dan Fungsi Administrasi Dalam Organisasi
Administrasi telah ada sejak zaman dahulu kala, yaitu sejak adanya dua orang
manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka sepakati.
Sejak adanya peradaban manusia (nabi-nabi dan nenek moyang kita), sudah
berkumpul, bekerja bersama-sama mempertahankan eksistensi hidupnya.
Dengan adanya kerjasama yang dilakukan pada saat itu, maka sejak itu
sudah ada manusia yang menjalankan administrasi. Administrasi sebagai ilmu
pengetahuan (science), baru berkembang sejak akhir abad yang lalu (abad
XIX), tetapi administrasi sebagai suatu seni (art) atau administrasi dalam
praktek, timbul bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia.

Administrasi sebagai ilmu pengetahuan termasuk kelompok “Applied sciences”


karena kemanfaatannya hanya ada apabila : konsep, prinsip-prinsip, rumus-
rumus, dalil-dalil, metodologi, lokus, fokusnya atau obyeknya yang jelas
dikembangkan dan diterapkan secara terus menerus untuk meningkatkan
mutu berbagai kehidupan manusia termasuk berbangsa dan bernegara.
Administrasi sebagai suatu seni (Art) atau administrasi dalam praktek pada
zaman modern sekarang ini merupakan proses kegiatan yang perlu
dikembangkan secara terus menerus agar administrasi sebagai suatu sarana
untuk mencapai tujuan benar-benar dapat memegang peranan yang
diharapkan.

Administrasi mengandung pengertian sempit itu dimaksudkan sebagai


ketatausahaan yang diartikan sebagai kegiatan penyusunan
keteranganketerangan secara sistematis dan pencatatan secara tertulis semua
kegiatan yang diperlukan dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar
mengenai keterangan- keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam
hubungannya satu sama lainnya. Dengan demikian, administrasi merupakan
kegiatan tulis menulis, mengirim, dan menyimpan keterangan. Secara umum
kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk membantu,
melayani, mengarahkan dan mengatur semua kegiatan organisasi di dalam
mencapai tujuan secara tertib dan efisien. (H.M Daryanto, 2011)

Dalam pengertian luas, administrasi diartikan sebagai aktivitas kerja sama oleh
sekelompok orang yang didasarkan pada pembagian kerja, sesuai yang telah
ditentukan dalam struktur, dilakukan untuk mencapai tujuan bersama secara
efektif dan efisien. Efektif dalam arti hasil yang dicapai upaya itu sama dengan
tujuan yang ditetapkan. Sedangkan efisien berhubungan dengan penggunaan
sumber dana, daya waktu.

Secara umum kata administrasi berasala dari bahasa latin yaitu ad –


ministrasi, yang memiliki arti suatu kata yang berarti melayani, membantu,

272
menunjang atau memenuhi, dengan demikian kerja sama adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan bersama-sama bantu membantu dan saling mengisi
setiap kekuarangan dari masing-masing anggota kelompok untuk mencapai
suatu tujuan atau untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan pengertian
bahwa jika tidak melalui rangkaian kegiatan yang dilakukan bersamasamaitu,
tidak akan membuahkan hasil yang dikehendaki atau tidak akan timbul akibat
yang diinginkan.

Kata administrasi menurut kata asalnya (etimologis) berasal dari bahasa latin,
ad + ministrate. Ad berarti intensif, sedangkan ministrate berarti melayani,
membantu, memenuhi. Jadi, tugas utama seorang administrator adalah
memberikan pelayanan prima dalam arti sebenarnya, maupun dalam arti
singkatannya (Usman, 2011).

Administrasi merupakan proses kegiatan dua orang atau lebih untuk


mencapai tujuan bersama. Hal ini di kemukakan oleh Siagian, Sistem
Administrasi Negara (2013:5) , bahwa yang di maksud dengan
Administrasi adalah :
“Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang di
dasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah di
tentukan sebelumnya”.

Antara individu yang satu dengan yang lainnya harus saling bekerjasama
dengan baik. Ketika ada kerjasama antar manusia maka disitulah timbul
adanya administrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh
Herbert, yang di kutip oleh Siagian, Filsafat Administrasi (2014:13)
yang menyatakan bahwa :
“Apabila ada dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk
menggulingkan sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya oleh seorang
diantara mereka, pada saat itu administrasi telah ada”.

Gie yang dikutip oleh Syafiie dalam bukunya yang berjudul Sistem
Administrasi Negara (2013:5) mengemukakan bahwa:
“Administrasi adalah rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang di
lakukan sekelompok orang di dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.”
Menurut Tead yang dikutip oleh Handayaningrat dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (2014:6)
mengemukakan bahwa:
“Administrasi sebagai proses dan badan yang bertanggung jawab terhadap
penentuan tujuan, dimana organisasi dan managemen di gariskan dan
sebagai penentuan pengarahan.”

273
Mengutip dari buku Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf
(2009) karya Hendi Haryadi, administrasi merupakan kegiatan penyusunan dan
pencatatan data serta informasi secara sistematis, untuk menyediakan
keterangan dan memudahkannya untuk mendapat informasi itu kembali.
Administrasi membantu dalam hal perencanaan serta pengembangan kegiatan,
demi tercapainya tujuan bersama. Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa Administrasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari kerjasama
sekelompok orang dalam suatu organisisi untuk mencapau tujuan bersama.

Dari konsep dan teori teori tersebut diatas maka disimpulkan bahwa
administrasi merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan rasionalitas yang
dilakukan oleh individu-individu yang bersepakat untuk bekrja sama dalam
mencapai tujuan, dengan berlandaskan ats tiga faktor administasi yaitu
sekelompok orang, kerja sama dan tujuan.
a. Sekelompok orang.
Sekelompok orang yang dimaksudkan dalam pengertian ini berbeda
secara hirarki dengan manusia yang sedang berkelompok, sekelompok
manusia dapat terdiri dari paling sedikit dua orang dan paling banyak tidak
terbatas, dimana mereka dalam kelompok tersebut mempunyai
keterikatan, baik yang dilandasi oleh ketentuan formal maupun sekedar
kesepakatan untuk mempunyai keterikatan dalam hubungan kerja sama
untuk mencapai tujuan.
b. Kerja Sama.
Kerja sama dalam pengertian ini adalah usaha dua orang manusia atau
lebih yang berdasarkan kepentingan atau kemauan bersama iningi
mencapai sesuatu atau untuk memperoleh sesuatu ataupun menciptakan
sesuatu.
c. Tujuan Tertentu.
Sebagai salah satu faktor administrasi adalah suatu tujuan yang akan
dicapai berdasarkan adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat
berupa kebutuhan matriil, finasial ataupun bercorak Yokharia, yang
diupayakan dengan kegiatankegiatan nyata agar dapat terpenuhinya
kebutuhan dimaksusd.

Dari pengertian administrasi tersebut diatas, ada lima unsur deministrasi yaitu
:
a. Kegiatan penataan organisasi (organizing) yang merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi :
1) Penyusunan bentuk dan pola usaha kerja sama
2) Menggolong-golongkan kegiatan yang harus dijalankan oleh satuan-
satuan kerja tertentu
3) Menentukan tugas orang-orang yang tergabung dalam usaha kerja
sama itu

274
4) Menentukan batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-
masing pelaksana
5) Menetukan hubungan kerja diatara mereka

b. Kerja Kegiatan Penataan Pengolahan/manajemen Istilah lain yang popular


adalah manajemen, kegiatan ini merupakan aktivitas menggerakkan
segenap orang atau mempengaruhi mereka serat mengarahkan semua
fasilitas yang tersedian untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan
semacam ini dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan perencanaan,
pelaksanaan terencana serta pengendalian pelaksanaan agar searah
dengan rencana.

c. Kegiatan Tata Hubungan Kegiatan ini disebut juga administrasi komunikasi


yaitu proses penyampaian ide, pendapat, pemerintah, laporan dan
pertanggungjawaban dari sumbernya ke alamat tertentu dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

d. Kegiata Pengolahan Kepegawaian/Administrasi Personil Kegiatan ini


disebut juga administrasi kepegawaian/administrasi personil perincian
kegiatanya meliputi : Penerimaan, Penerapan, Pembimbingan,
Peningkatan, dan Pemberhentian tenaga kerja manusia dalam rangka
mencapai tujuan organisasi

e. Kegiatan pengelolaan keuangan/administrasi keuangan. Kegiatan ini


disebut juga administrasi keuangan perincian kegiatanya meliputi : mulai
menentukan pikiran sumber biaya, penggunaannya dan pertanggung
jawaban secara sah dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan pengertian administrasi menurut para ahli pengertian tersebut


dapat disimpulkan jika perkerjaan ini memiliki fungsi atau peran yang sangat
penting.Berikut ini adalah beberapa fungsi administrasi yang harus anda
ketahui:
1. Planing
Berdasarkan salah satu pengertian administrasi menurut para ahli
menyebutkan jika administrasi adalah sebuah kegiatan perencanaan.
Maka, fungsi administrasi yang pertama adalah fungsi planning atau
perencanaan dimana dalam perencanaan ini dibutuhkan pengumpulan dan
pengolahan data kemudian menyusun perencanaan.
2. Organizing
Fungsi selanjutnya yang juga menjadi pengertian administrasi menurut
para ahli adalah fungsi organizing atau pengorganisasian. Fungsi ini
adalah menyusun serta membentuk hubungan kerja antara satu pihak
dengan pihak lain hingga terwujud kesatuan.
3. Reporting

275
Fungsi lain dari administrasi ini adalah reporting dimana kegiatan yang
dilakukan adalah melaporkan perkembangan dan hasil kegiatan melalui
keterangan-keterangan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dengan
adanya fungsi ini, pihak yang menerima laporan kegiatan bisa mengetahui
dan mendaptkan gambaran informasi atas pelaksanaan tugas yang sudah
dikerjakan.
4. Budgeting
Fungsi terakhir ini sebenarnya bisa masuk dalam ramah administrasi
namun dalam bidang keuangan. Dimana jika dilihat berdasarkan fungsi
administrasi keuangan ini adalah untuk mengelola atau mengatur segala
perencanaan tentang anggaran atau keuangan yang digunakan. Pada
dasarnya, pengetian administrasi keuangan ini hamper sama dengan
administrasi perkantoran, namun lebih spesifik dalam fungsi mengatur
keuangan.

Tujuan administrasi terbagi menjadi dua yaitu :


1. Tujuan Jangka Panjang. Tujuan jangka panjang lebih kepada organisasi
itu sendiri, artinya dengan adanya pola administrasi, ditujukan untuk
mencapai target sebuah organisasi pada dasarnya tujuan jangka panjang
tidak dibuat oleh sembarang orang dalam organisasi melainkan oleh para
pemilik organisasi tersebut, yang bersifat :
 Ideal
 Administrasi bersifat general
 Kualifikasi tidak terbatas
2. Tujuan jangka pendek
Tujuan administrasi jangka pendek organisasi bersifat lebih kecil, biasanya
dibuat oleh sub –sub divisi dari organisasi untk kebijakan divisinya. Tujuan
jangka pendek bersifat spesifik,ruang lingkup kecil dan kualifikasinya
terbatas.

Demikian pentingnya administrasi, Charles A. Beard (dalam Mahtika, 2006),


seorang historikus politik Amerika yang terkenal, dalam salah satu karyanya
yang dikutip oleh Albert Lepawsky dalam bukunya yang berjudul
ADMINISTRATION pada tahun 1937 menyatakan “tidak ada suatu hal untuk
abad modern sekarang ini yang lebih penting dari administrasi”.
Kelangsungan hidup pemerintahan yang beradab dan kelangsungan hidup
dari peradaban itu sendiri akan sangat tergantung atas kemampuan kita
untuk membina dan mengembangkan suatu filsafat administrasi yang mampu
memecahkan masalah-masalah masyarakat modern.

Sarjana Amerika yang lain, James Burnham (dalam Mahtika, 2006)


mengemukakan, “Revolusi politik dan sosial akan timbul dan diselesaikan.
Akan tetapi akan ada revolusi pada abad modern ini yang tidak akan pernah

276
diselesaikan yaitu managerial revolution yang akan menimbulkan suatu kelas
terpenting dalam suatu masyarakat, yaitu the managerial class.

Berdasarkan kedua pendapat pakar ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa di


era modernisasi disertai dengan kemajuan tekhnologi yang cepat berkembang
pada saat ini, maka tegak runtuhnya suatu negara, maju mundurnya
peradaban manusia, akan bergantung pada baik buruknya administrasi yang
dimiliki negara itu.

Charles A.Beard dalam (Mahtika, 2006) mengemukakan bahwa kemampuan


untuk membina dan mengembangkan suatu filsafat administrasi pada
dasarnya dimaksudkan untuk terus melakukan kajian administrasi sebagai
ilmu kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar
bermakna dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada
masyarakat modern. Semuanya itu menunjukkan bahwa suatu bangsa, suatu
negara yang ingin mencapai kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan
perikehidupan modern, tidak ada pilihan lain selain mengimplementasikan
administrasi baik sebagai seni maupun sebagai ilmu sesuai dengan kemajuan
Ipteks dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan. Salah satu fenomena
masyarakat modern ialah masyarakat yang berpikir rasional dengan pola dan
tata kehidupan yang selalu memakai perhitungan dan melakukan
perencanaan. Dengan memanfaatkan perhitungan dan perencanaan, maka
tujuan yang telah disepakati akan tercapai secara efisien dan efektif.

B. Organisasi Kesekretariatan HMI dan KOHATI


Menurut Webster dalam bukunya New Word Dictionary (Webster, 1956)
kesekretariatan mempunyai beberapa definisi yaitu :
1. The Office or position of Secretary (kantor atau kedudukan seorang
sekretaris)
2. The office or place where secretary dose his/her work (kantor atau dimana
sekretaris melakukan pekerjaannya)
3. A staff or department headed by a secretary (pegawai atau satuan
organisasi yang dipimpin oleh sekretaris)
4. A staff or group of secretary (pegawai atau sekelompok sekretaris)

Bisa disimpulkan bahwa kesekratariatan adalah keseluruhan rangkaian


kegiataan penataan terhadap pekerjaan perkantoran (surat – menyurat) dan
tugas – tugas bantuan lainnya dalam rangka menunjang kelancaran
pencapain tujuan organisasi yang dilaksanakan oleh sekretaris dan beberapa
orang yang membantu dibelakangnya.
Pada umumnya Kegiatan Sekretaris meliputi :
1. Menyelenggarakan pembinaan ketatausahaan, khususnya yang
berhubungan dengen pekerjaan surat menyurat yang meliputi pembuatan

277
surat, penerimaan, pengolahan, pendistribusian dan penyimpanan.
2. Menyelenggarakan tata hubungan baik secara intern maupun ekstern
(Humas)
3. Menyelenggarakan kegiatan rapat.
4. Menyelenggarakan pengaturan penerimaan tamu atau kunjungan.
5. Menyelenggarakann tugas bantuan lainnya yang bersifat menunang
pelaksaaan tugas pokok dan mnyediakan fasilitas, terutama untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pokok organisai.

Peran dan tanggung jawab sekretaris yang bertindak sebagai pusat informasi,
sekretaris mampu menjalan:
1. Peran Strategis
Peranyang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada status
dan performa organisasi melalui kelancaran arus informasi baik kedalam
maupun keluar
2. Peran Teknis
Peran yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pimpinan. Aktivitas
sekretaris yang menyalurkan informasi kepada pimpinan secara jelas dan
akurat akan sangat membantu dan memfasilitasi pimpinan dalam
menjalankan fungsinya dengan baik. Semakin berat beban kerja pimpinan,
tugas sekretaris akan semakin intensif.
3. Peran pendukung
Peran yang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif kepada
anggota organisasi lainnya, yang dapat dicapai dengan pendistribusian
informasi.

Administrasi kesekretariatan mempunyai beberapa tujuan yaitu:


1. Memperlancar lalu lintas dan distribusi informasi ke segala pihak baik
internal maupun eksternal.
2. Mengamankan rahasia perusahaan atau organisasi.
3. Mengelola dan memelihara dokumentasi perusahaan atau organsisasi yang
berguna bagi kelancaran pelaksanaan fungsi manajemen ( planning,
organizing, actuating, controlling)

Beberapa fungsi dari administrasi kesekretariatan yaitu:


1. Mengedakan pencatatan dari semua kegiatan manajemen. Hasil
pencatatan yang harus dilakukan dengan suatu pola sistem yang
ditentukan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban dan sebagai
sumber informasi. Pencatatan perlu dikakukan dengan tepat guna dan
tepat waktu.
2. Sebagai alat pelaksana pusat ketatausahaan
3. Sebagai alat komuniaksi perusahaan atau organsisi
4. Sebagai pusat dokumentasi

278
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekretaris organisasi adalah penunjang terhadap
kegiatan pokok agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran
Modern menyebutkan, yang dimaksud dengan aktivitas kesekretariatan terdiri
dari menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan
menyimpan keterangan-keterangan, surat, atau dokumen yang diperlukan
dalam suatu organisasi.
Kesekretariatan Kantor Kohati:
 Fasilitas kantor
 Dekorasi ruangan
 Pemugaran kantor Kohati

Di dalam PDK Tata Kerja KOHATI


 Sekretaris Umum adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang administrasi dan kesekertariatan serta hubungan
dengan pihak eksternal.
 Wakil Sekretaris Umum adalah bertugas atas nama sekretaris umum
untuk kegiatan bidang dan membantu ketua bidang.

279
C. Ketatausahaan dan Format Menyurat HMI dan KOHATI
Administrasi kesekeretariatan HMI mencakup:
1. Keorganisasian kesekretariatan HMI
2. Administrasi surat menyurat (ketatausahaan) HMI
3. Tata kearsipan
4. Inventaris dan dokumentasi organisasi
5. Perpustakaan organisasi
6. Keprotokoleran

Administrasi surat menyurat di Kohati meliputi:


1. Bentuk dan Isi Surat
2. Sirkulasi surat (surat keluar masuk)
3. Penyimpanan (Pengarsipan)

Bentuk dan Isi Surat:


1) Bentuk
• Ditulis dalam kertas putih;

• Ukuran kertas yang digunakan adalah kertas ukuran F4 (Folio), custom


21 cm – 33 cm.
2) Isi surat
 Pendahuluan;
 Uraian (isi/pokok surat)
 Penutup
 Surat permohonan narasumber wajid dilampirkan ToR, surat undangan
sekurang-kurangnya dilampirkan susunan acara dan daftar undangan.

PDK BAB VIII


Administrasi dan Kesekretariatan
Pasal 20 – Pedoman Administrasi dan Surat Menyurat Kohati
1. Administrasi dan surat menyurat Kohati disesuaikan dengan Pedoman
Administrasi dan Kesekretariatan yang berlaku di HMI.
2. Untuk surat intern (dalam) dengan kode: Nomor surat/A/Sek/KHI/Bulan
Hijriah/Tahun Hijriah.
3. Untuk surat ekstern (keluar) dengan kode: Nomor surat/B/Sek/KHI/Bulan
Hijriah/Tahun Hijriah.
4. Surat Kohati ditandatangani oleh Ketua Umum Kohati dan Sekretaris Umum
Kohati, atau Ketua Umum Kohati dan Wakil Sekretaris Umum, atau Ketua
Bidang Kohati dan Sekretaris Umum dengan persetujuan Ketua Umum Kohati
setingkat.

280
PETUNJUK TEKNIS
ADMINISTRASI PENYURATAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Landasan Konstitusi.
1. Pasal 1, 2, 4, 13 dan 19 AD HMI.
2. Pasal 7, 20, 22, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 53, 55, 57 ART HMI.

Tujuan.
1. Sebagai pedoman tambahan dari pedoman administrasi dan
kesekratariatan dalam hal penyuratan Himpunan Mahasiswa Islam untuk
semua struktur kepemimpinan dn badan.
2. Sebagai pengaplikasian terhadap segala kepurtusan organisasi Pengurus
Besar Himpunan Mahasiswa Islam.
3. Untuk mneyelaraskan bentuk penyuratan Himpunan Mahasiswa Islam
diseluruh tingkatan.

Bismillahir rahmaanir rahiim.


Dalam rangka menyeragamkan dan menertibkan aparatur organisasi,
khususnya berkenaan dengan penerbitan penyuratan. Maka diperlukan
adanya suatru pedoman mengenai administrasi penyuratan Himpunan
Mahasiswa Islam yang dituangkan dalam suatu aturan baku dan bernama
Petunjuk Teknis Administrasi Penyuratan Himpunan Mahasiswa
Islam yang memuat aturan-aturan sebagai berikut : Juknis Administrasi

BAB I
NAMA, FUNGSI, DAN SIFAT
Pasal 1
Petunjuk Teknis Administrasi Penyuratan Himpunan Mahasiswa Islam, atau
selanjutnya disebut Juknis Administrasi Penyuratan adalah petunjuk teknis
yang merupakan panduan/pedoman dalam hal penyuratan berdasarkan
pertimbangan konstitusional.

Pasal 2
Juknis Administrasi Penyuratan ini sebagai pedoman bagi Himpunan
Mahasiswa Islam di semua tingatan untuk menjalankan roda organisasi, baik
secarainternal maupun secara eksternal dan mempunyai kekuatan
konstitusional.

BAB II
KOP SURAT
Pasal 3
Bentuk legal dan keabsahan tulisan pada kop surat HMI adalah menggunakan
font Bookman Old Style dengan model central text (tulisan dimulai dari
tengah pada Microsoft Word 2010.
(1) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh PB HMI memuat logo HMI di
sebelah kiri atas, tulisan pengurus besar di atas pada baris pertama,

281
tulisan himpunan mahasiswa islam pada baris kedua, tulisan pb hmi pada
baris ketiga, tulisan pengurus besar himpunan mahasiswa islam dalam
bahasa inggris pada baris keempat, tulisan yang memuat alamat dan kode
pos sekretariat pada baris kelima, tulisan yang memuat alamat website
pada baris keenam, menggunakan garis hitam tebal dibawahnya, dan
kaligrafi bacaan basmallah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Logo HMI diletakkan di sebelah kiri atas dengan posisi ujung bawah
logo tepat pada jarak 2 cm dari margin sebelah kiri.
b) Tulisan pengurus besar menggunakan huruf kapital secara keseluruhan
dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 18, menggunakan spasi
horizontal expanded berukuran 8pt, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
c) Tulisan himpunan Mahasiswa islam menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
d) Tulisan pb hmi diletakkan dalam tanda kurung menggunakan huruf
kapital secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran
font 18, tanpa ada pengaturan spasi horizontal , dan spasi vertikal
berukuran 1,0.
e) Tulisan pengurus besar himpunan mahasiswa islam dalam bahasa
inggris adalah central executive of islamic association of university
student menggunakan huruf kapital secara keseluruhan, cetak miring
dan tebal, diletakkan dalam tanda kurung, berwarna hitam, ukuran
font 12, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal
berukuran 1,0.
f) Tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat pada baris
kelima adalah jl. sultan agung no. 25a, guntur, jakarta selatan 12980
menggunakan huruf kapital hanya pada awalan kata dan keterangan
nomor, tanpa cetak miring dan tebal, berwarna hitam, ukuran font 11,
tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran
1,0.
g) Tulisan yang memuat alamat website pada baris keenam adalah
website : www.pbhmi.or.id menggunakan huruf kapital hanya pada
awalan kata website, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna hitam,
ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
h) Dibawah alamat website, diletakkan garis hitam lurus berjarak vertikal
disamakan dengan jarak alamat sekretariat dan alamat website ditarik
dari sisi kiri berjarak 2 cm dari margin sebelah kiri sampai dengan 1,7
cm dari margin sisi kanan dengan tebal berukuran 5pt dan dengan
model thick thin. Cara pengoperasian pada microsoft word 2010:
insert, klik menu shape, pilih simbol satu garis, tarik garis sehingga
lurus, klik menu shape outline pada menu format, berikan warna
hitam, klik menu arrows, klik more arrows, atur ketebalan dengan cara
klik pada menu width, dan atur model thick thin dengan cara klik pada
menu compound type.
i) Dibawah garis hitam, wajib diletakkan kaligrafi bacaan basmallah
berwarna hitam dan jelas dengan bentuk kaligrafi yang berbentuk

282
horizontal dan tidak melingkar.
(2) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh pengurus cabang memuat logo
HMI di sebelah kiri atas, tulisan himpunan mahasiswa islam pada baris
pertama, tulisan hmi pada baris kedua, tulisan cabang yang bersangkutan
pada baris ketiga, tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat
pada baris keempat, menggunakan garis hitam tebal dibawahnya, dan
kaligrafi bacaan basmallah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Logo HMI diletakkan di sebelah kiri atas dengan posisi ujung bawah
logo tepat pada jarak 2 cm dari margin sebelah kiri.
b) Tulisan himpunan wahasiswa islam menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
c) Tulisan hmi diletakkan dalam tanda kurung menggunakan huruf kapital
secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
d) Tulisan cabang yang bersangkutan menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 18, tanpa
ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
e) Tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat disesuaikan
dengan alamat sekretariat cabang, menggunakan huruf kapital hanya
pada awalan kata dan keterangan nomor, tanpa cetak miring dan
tebal, berwarna hitam, ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi
horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
f) Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan tulisan yang memuat alamat
website pada baris keenam, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna
hitam, ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan
spasi vertikal berukuran 1,0.
g) Dibawah alamat website, diletakkan garis hitam lurus berjarak vertikal
disamakan dengan jarak alamat sekretariat dan alamat website ditarik
dari sisi kiri berjarak 2 cm dari margin sebelah kiri sampai dengan 1,7
cm dari margin sisi kanan dengan tebal berukuran 5pt dan dengan
model thick thin. Cara pengoperasian pada microsoft word 2010:
insert, klik menu shape, pilih simbol satu garis, tarik garis sehingga
lurus, klik menu shape outline pada menu format, berikan warna hitam,
klik menu arrows, klik more arrows, atur ketebalan dengan cara klik
pada menu width, dan atur model thick thin dengan cara klik pada
menu compound type.
h) Dibawah garis hitam, wajib diletakkan kaligrafi bacaan basmallah
berwarna hitam dan jelas dengan bentuk kaligrafi yang berbentuk
horizontal dan tidak melingkar.
i) Untuk kop surat yang diterbitkan oleh pengurus cabang tidak
diperkenankan menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya
selain dari yang sudah ditentukan dalam juknis administrasi
penyuratan.

283
(3) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh pengurus komisariat memuat logo
HMI di sebelah kiri atas, tulisan himpunan mahasiswa islam pada baris
pertama, tulisan hmi pada baris kedua, tulisan komisariat yang
bersangkutan pada baris ketiga, tulisan yang memuat nama cabang yang
menaunginya pada baris keempat, tulisan yang memuat alamat dan kode
pos sekretariat pada baris kelima, menggunakan garis hitam tebal
dibawahnya, dan kaligrafi bacaan basmallah dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Logo HMI diletakkan di sebelah kiri atas dengan posisi ujung bawah
logo tepat pada jarak 2 cm dari margin sebelah kiri.
b) Tulisan himpunan wahasiswa islam menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
c) Tulisan hmi diletakkan dalam tanda kurung menggunakan huruf kapital
secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
d) Tulisan komisariat yang bersangkutan menggunakan huruf kapital
secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 18,
tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran
1,0.
e) Tulisan cabang yang bersangkutan menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 12, tanpa
ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
f) Tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat pada baris
kelima disesuaikan dengan alamat sekretariat komisariat,
menggunakan huruf kapital hanya pada awalan kata dan keterangan
nomor, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna hitam, ukuran font 11,
tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran
1,0.
g) Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan tulisan yang memuat alamat
website pada baris keenam, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna
hitam, ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan
spasi vertikal berukuran 1,0.
h) Dibawah alamat website, diletakkan garis hitam lurus berjarak vertikal
disamakan dengan jarak alamat sekretariat dan alamat website ditarik
dari sisi kiri berjarak 2 cm dari margin sebelah kiri sampai dengan 1,7
cm dari margin sisi kanan dengan tebal berukuran 5pt dan dengan
model thick thin. Cara pengoperasian pada microsoft word 2010:
insert, klik menu shape, pilih simbol satu garis, tarik garis sehingga
lurus, klik menu shape outline pada menu format, berikan warna
hitam, klik menu arrows, klik more arrows, atur ketebalan dengan cara
klik pada menu width, dan atur model thick thin dengan cara klik pada
menu compound type.
i) Dibawah garis hitam, wajib diletakkan kaligrafi bacaan basmallah

284
berwarna hitam dan jelas dengan bentuk kaligrafi yang berbentuk
horizontal dan tidak melingkar.
j) Untuk kop surat yang diterbitkan oleh pengurus komisariat tidak
diperkenankan menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya
selain dari yang sudah ditentukan dalam juknis administrasi
penyuratan.
(4) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh pengurus badan koordinasi
memuat logo HMI di sebelah kiri atas, tulisan badan koordinasi di atas
pada baris pertama, tulisan himpunan mahasiswa islam pada baris kedua,
tulisan yang memuat nama wilayah koordinasi pada baris ketiga, tulisan
yang memuat alamat dan kode pos sekretariat pada baris keempat,
menggunakan garis hitam tebal dibawahnya, dan kaligrafi bacaan
basmallah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Logo HMI diletakkan di sebelah kiri atas dengan posisi ujung bawah
logo tepat pada jarak 2 cm dari margin sebelah kiri.
b) Tulisan badan koordninasi menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 18, tanpa
ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
c) Tulisan himpunan wahasiswa islam menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
d) Tulisan yang memuat nama wilayah koordinasi menggunakan huruf
kapital secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran
font 18, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal
berukuran 1,0.
e) Tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat disesuaikan
dengan alamat sekretariat badan koordinasi, menggunakan huruf
kapital hanya pada awalan kata dan keterangan nomor, tanpa cetak
miring atau tebal, berwarna hitam, ukuran font 11, tanpa ada
pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
f) Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan tulisan yang memuat alamat
website pada baris keenam, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna
hitam, ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan
spasi vertikal berukuran 1,0.
g) Dibawah alamat website, diletakkan garis hitam lurus berjarak vertikal
disamakan dengan jarak alamat sekretariat dan alamat website ditarik
dari sisi kiri berjarak 2 cm dari margin sebelah kiri sampai dengan 1,7
cm dari margin sisi kanan dengan tebal berukuran 5pt dan dengan
model thick thin. Cara pengoperasian pada microsoft word 2010:
insert, klik menu shape, pilih simbol satu garis, tarik garis sehingga
lurus, klik menu shape outline pada menu format, berikan warna
hitam, klik menu arrows, klik more arrows, atur ketebalan dengan cara
klik pada menu width, dan atur model thick thin dengan cara klik pada
menu compound type
h) Dibawah garis hitam, wajib diletakkan kaligrafi bacaan basmallah

285
berwarna hitam dan jelas dengan bentuk kaligrafi yang berbentuk
horizontal dan tidak melingkar.
(5) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh pengurus koordinator komisariat
memuat logo HMI di sebelah kiri atas, tulisan koordinator komisariat pada
baris pertama, tulisan himpunan mahasiswa islam pada baris kedua,
tulisan yang memuat nama perguruan tinggi pada baris ketiga, tulisan
yang memuat nama cabang yang menaunginya pada baris keempat,
tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat pada baris kelima,
menggunakan garis hitam tebal dibawahnya, dan kaligrafi bacaan
basmallah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Logo HMI diletakkan di sebelah kiri atas dengan posisi ujung bawah
logo tepat pada jarak 2 cm dari margin sebelah kiri.
b) Tulisan koordinator komisariat menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 12, tanpa
ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
c) Tulisan himpunan wahasiswa islam menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hijau, ukuran font 18,
menggunakan spasi horizontal expanded berukuran 2pt, dan spasi
vertikal berukuran 1,0.
d) Tulisan yang memuat nama perguruan tinggi menggunakan huruf
kapital secara keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran
font 18, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal
berukuran 1,0.
e) Tulisan cabang yang bersangkutan menggunakan huruf kapital secara
keseluruhan dan cetak tebal, berwarna hitam, ukuran font 12, tanpa
ada pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
f) Tulisan yang memuat alamat dan kode pos sekretariat disesuaikan
dengan alamat sekretariat koordinator komisariat, menggunakan huruf
kapital hanya pada awalan kata dan keterangan nomor, tanpa cetak
miring atau tebal, berwarna hitam, ukuran font 11, tanpa ada
pengaturan spasi horizontal, dan spasi vertikal berukuran 1,0.
g) Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan tulisan yang memuat alamat
website pada baris keenam, tanpa cetak miring atau tebal, berwarna
hitam, ukuran font 11, tanpa ada pengaturan spasi horizontal, dan
spasi vertikal berukuran 1,0.
h) Dibawah alamat website, diletakkan garis hitam lurus berjarak vertikal
disamakan dengan jarak alamat sekretariat dan alamat website ditarik
dari sisi kiri berjarak 2 cm dari margin sebelah kiri sampai dengan 1,7
cm dari margin sisi kanan dengan tebal berukuran 5pt dan dengan
model thick thin. Cara pengoperasian pada microsoft word 2010:
insert, klik menu shape, pilih simbol satu garis, tarik garis sehingga
lurus, klik menu shape outline pada menu format, berikan warna
hitam, klik menu arrows, klik more arrows, atur ketebalan dengan cara
klik pada menu width, dan atur model thick thin dengan cara klik pada
menu compound type.
i) Dibawah garis hitam, wajib diletakkan kaligrafi bacaan basmallah

286
berwarna hitam dan jelas dengan bentuk kaligrafi yang berbentuk
horizontal dan tidak melingkar.
(6) Untuk kop surat yang dikeluarkan oleh badan khusus menggunakan kop
surat HMI sesuai pada tingkatannya masing-masing dan tidak
menambahkan logo atau tulisan apapun selain dari yang sudah ditetapkan
pada pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (5).
(7) Untuk kepanitiaan menggunakan kop surat HMI sesuai pada tingkatannya
masing-masing dan tidak menambahkan logo atau tulisan apapun selain
dari yang sudah ditetapkan pada pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (5).

Pasal 4
Berkas hasil-hasil RAK, Musyawarah Komisariat, Konferensi
Cabang/Musyawarah Cabang, Musyawarah Daerah, Musyawarah Nasional
Bakornas LPP. BPL, dan Balitbang, serta semua Musyawarah Kohati
dibawah PB HMI tidak menggunakan kop surat.

Pasal 5
Yang menggunakan kop surat hanyalah surat pengantar demisioner, surat
permohonan penerbitan SK, dan surat permohonan untuk dilantik.

Pasal 6
Berkas hasil-hasil pleno Komisariat, Korkom, Cabang, Badko, PB HMI,
serta badan khusus di semua tingkatan menggunakan kop surat sesuai
tingkatannya masing-masing.

BAB III
SURAT PEMBERITAHUAN, SURAT INSTRUKSI, DAN SURAT
TEGURAN

Pasal 7
Jenis-jenis surat yang diatur dalam juknis administrasi penyuratan terdiri
dari :
(1) Surat Pemberitahuan.
(2) Surat Instruksi.
(3) Surat Teguran.
Pasal 8
Surat Pemberitahuan adalah surat yang dikeluarkan oleh PB HMI untuk
memberikan informasi kepada instansi dibawah PB HMI dan/atau badan-
badan khusus di tingkatan PB HMI.
(1) Surat Pemberitahuan dapat dikeluarkan oleh pengurus cabang untuk
memberikan informasi kepada pengurus komisariat di bawah
naungannya dan/atau badan khusus di tingkatannya.
(2) Surat Pemberitahuan dapat dikeluarkan oleh badan koordinasi untuk
memberikan informasi sebagai tindak lanjut dari aturan organisasi atau

287
keputusan PB HMI kepada pengurus cabang di wilayah koordinasinya
dan/atau badan khusus di tingkatannya.
(3) Surat Pemberitahuan dapat dikeluarkan oleh koordinator komisariat
untuk memberikan informasi sebagai tindak lanjut dari aturan
organisasi atau keputusan pengurus cabang kepada pengurus
komisariat di wilayah koordinasinya dan/atau badan khusus di
tingkatannya.
(4) Surat pemberitahuan diberikan penomoran (Nomor)/A/SEK/(Angka
latin Bulan Hijriah)/(Tahun Hijriah tanpa pembubuhan huruf H) dan
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Umum.
(5) Dalam hal Ketua Umum berhalangan, tanda tangan dapat digantikan
oleh Ketua Bidang yang bersangkutan atas persetujuan ketua umum.
(6) Dalam hal Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum berhalangan, tanda
tangan dapat digantikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal/Wakil
Sekretaris Umum Bidang yang bersangkutan atas persetujuan
Sekretaris jendral/sekretaris umum.
(7) Ketua Bidang dan Wakil Sekretaris Jenderal/Wakil Sekretaris Umum
tidak diperkenankan memberikan tandatangan secara bersamaan.

Pasal 9
Surat Instruksi adalah surat yang dikeluarkan oleh PB HMI untuk
memberikan perintah sebagai struktur kepemimpinan tertinggi kepada
instansi dibawah PB HMI dan/atau badan-badan khusus di tingkatan PB
HMI.
1) Surat instruksi yang dikeluarkan oleh PB HMI ditindak lanjuti oleh
instansi dibawah PB HMI dengan menerbitkan surat pemberitahuan.
2) Surat instruksi dapat dikeluarkan oleh pengurus cabang sebagai tindak
lanjut dari penertiban mengenai aturan organisasi.
3) Badan Koordinasi, Koordinator Komisariat, dan Badan Khusus tidak
diperkenankan mengeluarkan surat instruksi.
4) Surat instruksi diberikan penomoran (Nomor)/A/SEK/(Angka latin Bulan
Hijriah)/(Tahun Hijriah tanpa pembubuhan huruf H) dan
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Umum.
5) Dalam hal Ketua Umum berhalangan, tanda tangan dapat digantikan
oleh Ketua Bidang yang bersangkutan atas persetujuan ketua umum
6) Dalam hal Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum berhalangan, tanda
tangan dapat digantikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal/Wakil
Sekretaris Umum yang bersangkutan atas persetujuan Sekretaris
jendral/sekretaris umum.
Pasal 10

Surat Teguran adalah surat yang dikeluarkan oleh PB HMI atau Cabang
dalam rangka penertiban aparatur sebagai bentuk awal dalam pemberian
sanksi organisasi kepada anggota biasa dan/atau angggota muda baik

288
mengenai jabatan PB HMI atau Cabang yang melekat pada dirinya
maupun mengenai status keanggotaan.
Pasal 11
Tata cara mengeluarkan surat teguran adalah berdasarkan hasil
keputusan rapat presidium dan rapat harian PB HMI atau Cabang yang
direkomendasikan oleh Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi PB HMI
atau Cabang.
(1) Surat Teguran dapat dikeluarkan oleh pengurus cabang dalam rangka
penertiban aparatur sebagai bentuk awal dalam pemberian sanksi
organisasi kepada anggota biasa dan/atau angggota muda baik
mengenai jabatan Pengurus Cabang, atau Pengurus Korkom, atau
Pengurus Komisariat yang melekat pada dirinya maupun mengenai
status keanggotaan.
(2) Tata cara mengeluarkan surat teguran adalah berdasarkan hasil
keputusan rapat presidium dan rapat harian Pengurus Cabang yang
direkomendasikan oleh Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi
dalam kepengurusan cabang.
(3) Surat Teguran diberikan penomoran (Nomor)/A/SEK/(Angka latin Bulan
Hijriah)/(Tahun Hijriah tanpa pembubuhan huruf H) dan
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Umum.
(4) Dalam hal Ketua Umum berhalangan, tanda tangan dapat digantikan
oleh Ketua Bidang yang bersangkutan.
(5) Dalam hal Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum berhalangan, tanda
tangan dapat digantikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal/Wakil
Sekretaris Umum Bidang yang bersangkutan atas persetujuan
(6) Ketua Bidang dan Wakil Sekretaris Jenderal/Wakil Sekretaris Umum
tidak diperkenankan memberikan tandatangan secara bersamaan.

BAB IV
PENUTUP
Pasal 12

Mengenai hal-hal yang belum diatur, selanjutnya akan ditetapkan pada


rapat presidium dan rapat harian PB HMI.
Pasal 13
Juknis administrasi dan penyuratan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
hingga keputusan yang membatalkan.

289
290
D. Administrasi Pengarsipan
Sirkulasi surat (surat keluar masuk):
One Gate Administration Operator (person), Email & Phone

Surat Keluar

Wasekum Bidang Operator Surat yang sudah


membuat dan mengecek surat dicek dilaporkan ACC Surat
meyampaikan (bentuk dan isi ke Sekum untuk
permohonan surat surat). diperiksa.
(tanpa nomor, dan TTD)
kepada operator.

Jika surat Penomoran surat oleh operator.


digital, maka
Operator Pemberitah langsung
memberikan surat uan kepada diberikan TTD
Sekum. dan stempel
kepada pemohon
oleh orarator.

Operator menyampaikan Jika hard file, maka


kepada pemohon surat surat yang telah di
PENGARSIPAN SURAT bahwa surat sudah bisa print akan
OLEH PIC ARSIP SURAT. diambil di kantor Kohati ditandatangai oleh
(Surat sudah rapih Ketum dan Sekum di
dengan amplop).

Surat Masuk

Surat masuk kepada


Kohati PB, diterima Surat dicek Pengarsipan
operator melalui email oleh operator. surat. surat.
Kohati PB, WA Kohati PB,

Evaluasi Administrasi Dan Arsip Surat


• Waktu satu bulan satu kali;
• Evaluasi ketertiban administrasi surat (surat keluar dan masuk);
• Memastikan surat keluar masuk selama 1 bulan terarsipkan dengan baik dan
rapih;
Keanggotaan KOHATI disesuaiakn dengan Pendataan PSDO dan
disesuaikan setiap tahunnya berdasarkan database anggota.

291
Inventaris Organisasi Dan Dokumentasi Organsasi:
• Daftar inventaris permanen;
• Daftar inventaris tidak permanen.
Administrasi Perpustakaan:
• Keislaman, keagamaan, Idiologi
• Keorganisasian, ke-HMI-an, Pendidikan dan kemahasiswaan
• Kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi dan sebagainya
• Keperempuanan dan Kekohatian

B. Keprotokoleran
Berdasarakn UU No. 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan, pengertian
keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam
acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat. Tata Upacara,
dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai
dengan pejabat dan/atau kedudukannya dalam negara. Pemerintah, atau
masyarakat.

Kegiatan keprotokoleran terdiri atas 5 hal yaitu :


1. Tata Ruang
Tata ruang adalah pengatur ruang atau tempat yang akan digunakan sebagai
tempet kegiatan. Ruang harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan,
tergantung dari jenis kegiatan.
1) Perangkat keras, adalah bebagai macam pelengkapan yang diperlukan
untuk suatu kegiatan berupa meja, kursi/sofa, sound system/ public
addres, dekorasi, permadani, bendera, taman dan lain sebgainya.
2) Perangkat lunak, antara lain personil yang terlibat dalam rangka
pelaksanaan suatu kegiatan seperti, penerima tamu, pemandu acara,
petugas konsumsi dan sebagainya.

Perlu diperhatikan:
1) Ruang harus sesuai dengan kebutuhan (jumlah kursi dan meja)
2) Papan nama petunjuk yang diperlukan
3) Tata suara yang memadai, disesuaikan dengan tata ruang dan tempat
4) Tata lampu yang mencukupi kebutuhan
5) Jumlah kursi, meja dan perlengkapan sound system dan konsumsi
6) Perangkat lunak, yaitu personil pelaksana lapangan, seperti pembawa
acara, penerima tamu, konsumsi, keamanan dan sebagainya.
7) Pembawa acara adalah kemudi dari seluruh pelaksanaan kegiatan, maka
MC harus trampil dengan cepat tanggap membaca situasi.
a) Kriteria Pembawa Acara (Mater of Ceremony/MC):
(1) Sikap yang tegas dan berdisiplin tinggi
(2) Memiliki volume dan power suara yang konstan dan mantap

292
(3) Kemampuan menguasai bahasa secara baik, bahasa indonesia
maupun bahasa asing
(4) Kepekaan terhadap situasi, yaitu mampu menguasai keadaan dan
mampu mengambil keputusan
(5) Tidak mudah tersinggung
b) Dapat menempatkan diri cukup sopan dan simpatik
c) Mengetahui tempat posisi berdiri yang tepat (menguasai arena
kegiatan)
d) Pandai mengatur volume suara
e) Tidak dibenarkan mengulas (memberikan komentar) pidato seseorang
f) Mampu menguasai massa
2. Tata Upacara
Tata upacara adalah tata urutan kegiatan, yaitu bagaimana suatu acara harus
disusun sesuai dengan jenis kegiatannya. Untuk keperluan itu harus
diperhatikan:
1) Jenis kegiatan;
2) Bahasa pengantar yang digunakan;
3) Materi kegiatan

Dalam tata upacara, seorang protokoler merencanakan siapa yang terlibat


termasuk personil penyelenggara dan alat penunjang lain. Pengisi acara,
misal sambutan, memperhatikan jenjang jabatan. Kesediaan mereka yang
menyambut, jauh sebelumnya sudah dihubungi. Untuk kelancaran upacara
diperlukan seorang “stage manager” yang bertugas menjadi penghubung
antar pembawa acara dan pelaksana upacara.

Yang dimaksud dengan stage manager dalam pedoman keprotokolan PTM


yaitu orang yang bertanggung jawab dalam mengorganisir, mengkoordinir
serta mengawasi kelancaran pelaksanaan upacara/ kegiatan, termasuk dalam
hal persiapan dari seluruh elemen yang terlibat sejak pra-pelaksanaan hingga
akhir seluruh acara.

3. Tata Tempat (Preseance)

(1) Tata tempat (preseance) adalah urutan berdasarkan prioritas, ketentuan


atau norma tentang tata duduk para pejabat, yang biasanya didasarkan
atas kedudukan ketatanegaraan dari pejabat yang bersangkutan,
kedudukan administratif/ struktural dan kedudukan sosial.
Pihak-pihak yang berhak didahulukan:
1) Very Important Person (VIP), pihak yang didahulukan karena jabatan
atau kedudukannya
2) Very Important Citizen (VIC), pihak yang didahulukan karena
derajatnya, misalnya bangsawan dan sebagainya

Pedoman Tata Tempat


1) Aturan Dasar Preseance

293
a. Orang yang dianggap paling utama atau tertinggi mempunyai
urutan paling depan atau mendahului
b. Jika orang-orang dalam posisi duduk atau berdiri berjajar, yang
paling penting adalah mereka yang berdiri di sebelah kanan.
2) Aturan Umum Tata Tempat
a. Jika duduknya menghadap meja, yang dianggap sebagai tempat
pertama adalah yang menghadap pintu keluar sedangkan untuk
yang duduk di dekat pintu dianggap sebagai tempat paling terakhir.
b. Dalam pengaturan tempat suatu jajaran (dari sisi ke sisi), yakni jika
orang-orang tersebut berjajar pada garis yang sama maka tempat
sebelah kanan di luar atau tempat yang paling tengah adalah yang
utama.
3) Aturan Tempat Duduk
Urutan tempat duduk diatur sebagai berikut:
a. Yang didahulukan adalah tempat duduk pejabat tertinggi
b. Berikutnya diatur secara berurutan berdasarkan letak tempat
sebelah yang utama, sebelah kanan merupakan urutan nomor tiga,
sebelah kiri urutan nomor tiga.
4) Aturan Urutan Memasuki Kendaraan
Undangan resmi atau kenegaraan diperlukan perhatian dan
penanganan khusus bahkan perencanaan yang sangat matang. Tipe
kenderaan juga bahkan mempengaruhi pengaturan tersebut. Untuk
pengemudi pun ia juga harus mengenal pengetahuan protokoler yang
juga akan mempengaruhi penampilannya.

Berikut cara memasuki pesawat udara, kapal laut, kenderaan mobil


atau kereta api:
a. Pesawat udara: Seseorang dengan urutan pertama akan masuk
pesawat udara yang paling akhir sedangkan ketika menuruni
pesawat orang yang utama tersebut akan turun lebih dahulu.
b. Kapal laut: Seseorang dengan urutan utama akan naik terlebih
dahulu dan akan turun lebih dahulu pula.
c. Kendaraan mobil atau kereta: Seseorang yang paling utama baik
ketika naik maupun turun kendaraan akan mendahului yang lain.
Namun demikian, apabila letak kendaraan tidak dapat diatur
sedemikian rupa oleh karena keadaan dan kondisi yang tidak
memungkinkan, hal tersebut merupakan suatu perkecualian.
d. Untuk letak kenderaan, hendaknya dihadapkan ke kiri. Hal ini
berarti arah kenderaan yang akan menuju, berada di sebelah kiri
kita.
e. Seseorang yang utama duduk di tempat duduk sebelah kanan
sedangkan yang berikutnya di sebelah kiri.
f. Apabila telah sampai ke tempat tujuan dan akan turun, hendaknya
kendaraan dihadapkan ke sebelah kanan sehingga memudahkan
orang utama untuk dapat turun terlebih dahulu.

294
g. Jika penumpang mobil tiga orang dan duduk di belakang, maka
orang yang paling terhormat duduk disebelah kanan, orang ke dua
duduk paling kiri dan orang ketiga duduk di bagian tengah.
h. Jika mobil memungkinkan untuk ditumpangi oleh lebih dari 5 atau 6
orang, karena ada tambahan bak di tengah, maka bak yang paling
tengah diduduki oleh orang yang paling rendah kedudukannya,
yang lebih tinggi menduduki di sebelah kanan kirinya.

4. Tata Busana
Tata busana berarti pakaian yang harus dikenakan pada suatu aktivitas
protokoler, baik oleh para pejabat undangan ataupun pelaksana kegiatan,
ditentukan dan dicantumkan pada surat undangan yang dikirimkan baik
formal maupun informal. Jenis tata busana:
a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
b. Pakaian Sipil Harian (PSH)
c. Pakaian Oinas Lapangan (PDL)
d. Pakaian Dinas Harian (PDH)
e. Pakaian Dinas Upacara I, II, II, (PDU) untuk kalangan militer.
f. Pakaian Resmi Jabatan (untuk pejabat tertentu)
g. Pakaian Nasional atau pakaian resmi organisasi
h. Toga (Untuk Perguruan Tinggi/lnstitut)

5. Tata Warkat
Tata Warkat adalah pengaturan tentang undangan yang akan dikirim.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Daftar nama tamu yang akan diundang hendaknya sudah disiapkan sesuai
dengan jenis/keperluan kegiatan.
2. Jumlah undangan harus disesuaikan dengan kapasitas tempat,
kepentingan serta tujuan kegiatan yang ingin tercapai sendiri.
3. Bentuk undangan sedapat mungkin dibakukan untuk setiap jenis kegiatan,
baik mengenai format, isi dan sebagainya.
4. Menulis nama orang yang diundang hendaknya dilakukan secara benar
dan jelas baik mengenai nama, pangkat, jabatan maupun alamatnya.
5. Dalam undangan perlu dijelaskan bahwa undangan tersebut
diperuntukkan beserta istri/suami atau tidak. Tidak dibenarkan dalam
undangan resmi disebutkan undangan berlaku untuk beberapa orang.
6. Mencantumkan kode undangan pada sampul undangan untuk
mempermudah penempatan duduk.
7. Mencantumkan ketentuan mengenai pakaian yang dikenakan.
8. Menentukan batas waktu penerimaan tamu.
9. Catatan dalam undangan agar memberitahukan kehadirannya atau ketidak
hadirannya (RSVP yang merupakan singkatan: Respondez s‟il vous plaiz)
10. Undangan dikirim dalam waktu relatif tidak terlalu lama dengan waktu
pelaksanaan kegiatan (seminggu sebelumnya hendaknya sudah terkirim).

295
Tata Cara Mengatur Kegiatan Keprotokolan
Kegiatan keprotokolan harus memiliki :
1) Tata cara; setiap kegiatan acara harus dilakukan secara tertib dan
khidmat serta setiap perbuatan dan tindakan yang hendak dilakukan harus
berdasarkan aturan dan urutan yang telah ditentukan.
2) Tata krama; yaitu etiket dalam pemberian penghormatan.
3) Aplikasi aturan-aturan; yaitu penerapan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang keprotokolan dan yang berkaitan dengan
keprotokolan. Hal ini harus berlaku selaras dengan situasi dan kondisi
pada saat kegiatan

Peran Dan Fungsi Protokol


Peran dan fungsi protokoler turut menentukan keberhasilan kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi atau institusi. Disamping itu, protokol juga
merupakan bagian yang melekat dari aktivitas perusahaan dan turut
mewarnai budaya kerja, terutama bagi para petugas protokol yang sangat
dekat perannya dalam mendukung tugas kepemimpinan, baik di tingkat lokal
maupun nasional.
Protokol dibutuhkan karena menentukan terciptanya suasana yang
memperngaruhi keberhasilan suatu acara. Selain itu dapat menciptakan tata
pergaulan yang mndekatkan satu sama lain dan dapat diterima oleh semua
pihak, terciptanya upacara yang khidmat, megah, dan agung, serta
terciptanya ketertiban dan rasa aman dalam menjalankan tugas.

Pembawa Acara
1. Pembawa acara merupakan bagian dari kegiatan protokol.
2. Istilah pembawa acara sering diartikan sama dengan Announcer (penyiar),
toastmaster (pembawa acara untuk pesta-pesta). Master of ceremony
(pembawa acara untuk acara yang sifatnya seremonial, misalnya :
upacara wisuda, upacara kenegaraan, dan sebagainya)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pembawa acara :


1. Berbusana yang baik
2. Nada/volume suara yang baik
3. Tata bahasa yang baik
4. Bersikap yang baik
5. Cara bertindak dari acara satu ke acara lain yang baik
6. Cara menutup acara yang baik

296
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-11)

Perspektif Kohati sebagai Kontributor Pembaharuan

PENGANTAR

Korps HMI-Wati (Kohati) merupakan organisasi bidang pemberdayaan perempuan


dan organisasi mahasiwi (PDK 7:Fungsi) memiliki tujuan yang jelas yakni
Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita adalah tujuan Kohati. Melalui skema
analisis tujuan tersebut kader HMI-Wati dituntut untuk memiliki kualitas dan peranan
dalam berjuang mencapai tujuan HMI seperti yang termaktub dalam pasal 4 AD HMI
tentang tujuan.

Dalam lingkup kegiatan HMI dan lingkup kehidupan bermasyarakat peranan Kohati
diarahkan untuk mempersiapkan kader HMI-Wati agar mampu berperan secara
optimal, baik dalam peran sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat yang
bertanggung jawab dalam memperjuangkan nilai-nilai ke-Islaman, ke-Indonesiaan,
ke-perempuanan dan anak.

Selain hal tersebut kader HMI-Wati harus mampu melakukan kreatifitas dan inovasi
atas bidang yang digelutinya serta harus berfikir positif dengan menjunjung tinggi
etika dan integritas profesi sehingga mampuu menjawab tantangan zaman dan
mampu memberikan kontribusi terbaik pada Kohati secara kelembagaan dan
struktur social; masyarakat terutama persoalan perempuan dan anak.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

29. Menjelaskan eksistensi Kohati dalam struktur sosial


30. Menjelaskan eksistensi Kohati dalam perkembangan organisasi profesional
31. Mengetahui arah pembinaan dan posisi strategis Kohati sebagai contributor
pembaharuan

297
TOTAL WAKTU:

 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “perspektif Kohati sebagai Kontributor Pembaharuan”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Ceramah, yel-


yel
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game atau energizer untuk
menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Perspektif Kohati
sbagai Kontributor Pembaharuan. Metode yang akan dipergunakan
yakni studi kasus (soal cerita), berdialog, ceramah dan diskusi
kelompok/FGD, energiser, games.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Kegiatan apa saja
yang dilakukan oleh Kohati Komisariat/Korkom/Cabang/badko/PB?
“dari kegiatan tersebut dampak apa yang ditimbulkan kepada
pribadi dan Kohati?”, “kira-kira kegiatan Kohati seperti apa yang

298
sekiranya bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat
terutama perempuan dan anak?
60:00 TAHAP MENILAI METODE: Ceramah dan
FGD
 Fasilitator mempersilahkan peserta
membaca lembar bacaan selama 10
menit
 Fasilitator meminta masing-masing
peserta mepresentasikan dengan
singkat dari bahan bacaan yang telah
dipahami
 Bentuk kelompok menjadi 4 dengan
pembahasan (1). Membuat program
kegiatan yang dapat berkontribusi
kepada masyarakat dalam perspektif
perempuan dan anak (2). Membuat
program kegiatan yang dapat
berkontribusi kepada masyarakat
dalam perspektif ke-Islaman (3).
Membuat program kegiatan yang
dapat berkontribusi kepada
masyarakat dalam perspektif
pendidikan (4). Membuat program
kegiatan yang dapat berkontribusi
kepada masyarakat dalam perspektif
ke-Indonesiaan
 Fasiliator membagikan lembar bacaan
sebagai rujukan
 Peserta diminta untuk
mepresentasikan atau mempraktikan
hasil dari FGD setiap kelompok 10
menit

299
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
Durasi 5 menit masing-masing
kelompok
 Buka sesi tanya jawab terhadap
subtopic yang belum dipahami.
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah,
Presentasi
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat tentang persepktif
Kohati sebagai Kontributor Pembaharuan.
Dan kaitkan juga pengaruhnya pada
kehidupan sehari-hari
10:00 PENUTUP METODE: Games
 Berikan apresiasi pada kelompok
terbaik dalam menyusun program
kerja yang di presentasikan
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

300
Lembar Cerita

Kontribusi dan Partisipasi Kohati


Disalin dari buku “”Korp HMI-Wati dalam Sejarah 1966-1994

Keberadaan Kohati sebagai kelompok muda perempuan yang memiliki latar belakang
pendidikan perguruan tinggi serta memiliki organisasi yang sarat akan perkaderan,
mrupakan bagian integral dari perempuan Indonesia. Oleh karena itu Kohati memiliki
tanggung jawab yang besar bersama-sama perempuan Indonesia pada umumnya
mengembangkan diri secara optimal untuk terlibat aktif dalam kehidupan
brmasyarakat, berbangsa dan bernegara baik sebagai penikmat hasil-hasil
pembangunan maupun sebagai pelaku dalam pembangunan. Oleh karena itu Kohati
dengan segala kemampuannya berusaha secara maksimal berpartisipasi dalam
bidang-bidang pembangunan meliputi:

1. Bidang pndidikan. Pada tahun 1989 Kohati PB HMI mampu melahirkan satu
konsep pendidikan yang tepat bagi balita
2. Bidang sosial dan budaya. Kader HMI-wati mampu keluar dari jebakan
budaya patriarki ditengah-tengah masyarakat secara umum kader HMI-Wati
memberikan kesempatan yang sama bagi kader-kadernya baik yang HMI-Wati
maupun HMI-wan dalam beraktifitas membawa mission HMI. Selain hal
terssebut Kohati mampu mnampilkan sosok muslimah yang cndekia dan
professional.
3. Bidang Ekonomi. Kader HMI-wati mampu mnempati post pekerjaan yang
beraneka ragama. Hal ini secara khusus telah membawa pengaruh yang
besar bagi peningkatan taraf hidup masyarakat.
4. Bidang Politik.

Bentuk-bentuk partisipasi Kohati meliputi:

1. Dalam Ksatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI)


2. Sekretariat bersama golonga karya (sekber Golkar) koordinasi wanita
3. Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI)
4. Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
5. Komisi nasional Kedudukan Wanita Indonesia (KNKWI)

301
Lembar Bacaan

Perspektif Kohati sebagai Kontributor


Pembaharuan

Eksistensi Kohati dalam Struktur Sosial

Kohati adalah badan khusus didalam HMI, yang memiliki fokus pada isu dan hal-hal
yang berkaitan dengan perempuan. Kohati merupakan badan pengembangan minat
dan bakat kader HMI-Wati, secara umum Kohati merupakan Badan yang diharapkan
mampu mengakselerasikan tujun HMI. “Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita”

Eksistensi Kohati menjadi sangat penting, karena merupakan “laboratorium


hidup” yang mewujudkan HMI-wati berkualitas untuk menghadapi masa depan
cemerlang. HMI-wati dituntut untuk memiliki kualitas sebagai seorang putri bagi
kedua orang tuanya, istri bagi suaminya, ibu bagi anaknya kelak serta kualitas
terbaik sebagai anggota masyarakat.

Nilai Strategis Perempuan (Kohati) dalam Masyarakat

Q.S. Al-Naml: 23

Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang Wanita yang memerintah


mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana
yang besar.”

Q.S. Al-Naml: 32

Artinya: “berkata Dia (Balqis): "Hai Para pembesar berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis(ku)"

Q.S. Al-Naml: 33

Artinya: “mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki


kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam

302
peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: Maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

Eksistensi Kohati dalam Perkembangan Organisasi Profesional

Organisasi profesional adalah suatu organisasi, yang biasanya bersifat nirlaba,


yang ditujukan untuk suatu profesi tertentu dan bertujuan melindungi kepentingan
publik maupun profesional pada bidang tersebut.

Di Indonesia begitu banyak organisasi professional yang bersifat nirlaba. Salah-


satunya Korps HMI-Wati (Kohati) . Dalam PDK pasal 7 tentang Fungsi Kohati
memiliki dua fungsi:

1. Kohati berfungsi sebagai Bidang Pemberdayaan Perempuan di dalam


struktural HMI

2. Kohati berfungsi sebagai organisasi mahasiswi

Sebagai organisasi mahasiswa/i, Kohati harus memahami tugas dan fungsinya serta
memberikan kontribusi terbaiknya kepada masyarakat. Salah-satunya Kohati
bermitra dengan organisasi mahasiswa dan organisasi perempuan mutlak dilakukan
dalam mengembangkan organisasi dalam hal ranah eksternal. Karen dengan
berjejaring bisa mejadi alat mencapai tujuan HMI dalam menyikapi persoalan
keperempuanan dan anak.

Arah Pembinaan dan Posisi Strategis Kohati sebagai Kontributor


Pembaharuan

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan


bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
subhanahu wa ta‟ala merupakan arah pola pembinaan Kohati.

Arah pembinaan Kohati merupakan petunjuk hendak kemana pembinaan Kohati


ditujukan.

Wujud nyata pola pembinaan yang dilakukan sebagaimana yang termakstub dalam
pasal 4 AD HMI beserta tafsir penjelasannya yaitu upaya meningkatkan kualitas dan

303
peran HMI-wati sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat yang profesional
adalah persiapan mencapai tujuan HMI dalam jangka panjang.

Pola dasar pembinaan kohati

Kohati sebagai bidang pemberdayaan Perempuan fokus pada pembinaan HMI-wati.


Pembinaan HMI-wati harus senantiasa selaras dengan perkaderan HMI. Pola dasar
perkaderan HMI telah membahas rekruitmen kader, pembentukan Kader, dan
pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut Kohati ditempatkan sebagai salah satu
wadah pembentukan kader.

Kualifikasi HMI-Wati. HMI-wati harus memiliki kualifikasi sebagai berikut

a. Kemampuan intelektual

b. Kemampuan kepemimpinan

c. Kemampuan manajerial

d. Kemandirian

Sistem evaluasi pelatihan

Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga tahapan, antara yang satu dan yang
lainnya saling berkaitan.

tahapan awal eavaluasi dilakukan terhadap input latihan dengan maksud


untuk mengetahui pelatihan (secreening dan pre test)

tahapan kedua, pelaksanaan evaluasi dilakukan pada saat training


berlangsung

tahapan ketiga evaluasi melalui post test

Melalui pola dan arah pembinaan, Kohati akan memiliki posisi strategis sebagai
kontributor pembaharuan untuk umat dan bagsa sebagaimana cita-cita besar HMI
dibentuk pada tanggal 5 Februari 1947 oleh kanda Lafran Pane.

304
Catatan Diskusi: Membuat Program kerja Kohati yang dapat memberikan
kontribusi kepada masayarakat dalam perspektif: perempuan dan anak,
pendidikan, ke-Islaman dan k e-Indonesiaan

305
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (Materi ke-12)

REVITALISASI ANALISIS KOHATI TERHADAP ISU


KEPEREMPUANAN
Gerakan Wanita adalah istilah untuk menggambarkan adanya kehadiran
pergerakan kaum wanita yang berasal dari ragam organisasi perempuan pada masa
kolonial Hindia-Belanda.

Titik permulaan gerakan wanita bisa ditetapkan saat diselenggarakannya


Kongres Perempuan Indonesia ke-1 pada tanggal 22-25 Desember 1928 di
Yogyakarta. Istilah ini juga menggambarkan kehadiran lembaga pendidikan yang
berfokus pada peningkatan taraf hidup perempuan, umumnya dalam aspek
pendidikan. Contoh lembaga pendidikan yang dimaksud adalah Kartini School
(Sekolah Kartini) yang didirikan oleh Raden Ajeng Kartini dan Sakola Kautamaan Istri
yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika.

Kohati sebagai bagian integral dari HMI memiliki spesialisasi dalam mengawal
isu-isu tentang perempuan dan anak. Sebagaimana diawal pendirian Kohati salah-
satu tujuannya adalah dijadikan salah-satu alat gerak dalam merespon isu-isu
perempuan.

TUJUAN
Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam…

1. Menjelaskan Peran Kohati Dalam Dinamika Gerakan Perempuan


2. Mengidentifikasi Isu Isu Keperempuanan Kontemporer
3. Mengetahui Format Gerakan Kohati Dalam Menyikapi Isu
TOTAL WAKTU:

 120 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIAL):

 Papan Tulis

306
 Proyektor

 Laptop

 Bahan bacaan : Pedoman Dasar Kohati

 Sticky Notes

 Spidol Whiteboard

 Spidol kecil warna

 Perekat kertas

 Kertas Plano.

 Sound System

REFERENSI :
 AD dan ART HMI
 PDK
 Engineer, Asghar. 1997. Hak-hak Perempuan dalam Islam. Yogyakarta: LSPA
dan Yayasan bandung Budaya.
 Ciciek, Farha. 1999. Ikhtiar dala Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Jakarta: Proyek
Kerja sama Solidaritas Perempuan dan Lembaga kajian Agama dan Gender
(LKAJ).
 Umar, Nasaruddin. Argumentasi Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qu‟an.
 Tim Yayasan Jurnal Perempuan. 2001. Kekerasan Negara Terhadap Perempuan.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan dan Deford Foundation.
 Fakih, M. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Cet. XII. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

 Jamal, A. M. (1995). Problematika Muslimah di Era Globalisasi. Terj. Afdhal


Salam abu Fa‟il. Jakarta: Pustaka Mantiq.

 Mustaqim, A. (2010). Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LkiS.

307
 Sitompul, A. (2002). Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran
Keislaman Keindonesiaan HmI 1947-1997. Jakarta: Logos.

 Referensi lain yang relevan.


PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

20 TAHAP PEMBUKAAN  METODE:


Menit Berdialog,
energizer
 Awali sesi dengan ucapan salam, perkenalan diri dan menanyakan
keadaan peserta, atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
menyapa peserta.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan disampaikan.
 Ice Breaking
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang Kepemimpinan
Perempuan
70 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: World cafe dan
menit Study Case
Tahap Mengalami
Fasilitator menjelaskan sub judul materi kemudian memberikan lembar
bacaan dan membagi peserta menjadi beberapa kelompok. Masing-
masing kelompok diberi satu tema untuk dibahas dan dipresentasikan
secara berkelompok.
- Kelompok 1 : Toxic Parenting
- Kelompok 2 : Kekerasan Seksual
- Kelompok 3 : Pernikahan Dini
- Kelompok 4 : Poligami

Tahap Mengurai

Fasilitator menanyakan kesan kepada peserta setelah melalui tahap


mengalami. “Apa kesan kawan-kawan sekalian setelah membaca dan

308
mendiskusikan materi Isu-isu keperempuanan?”
25 TAHAP MENILAI Dan Merangkum METODE:
menit Brainstorming,Tanya
Jawab
A. Tahap Menilai
1. Fasilitator mengajukan pertanyaan
“Apa yang perlu kita lakukan sebagai
kohati ketika melihat/mendengar isu-
isu tersebut?”
2. Tuliskan dalam 1 kalimat di Sticky
Notes kemudian tempel di Karton
yang ditentukan. Sambil tanya-jawab
apa yang mereka tulis tersebut
(deskripsikan)

B. Tahap Merangkum
 Fasilitator memberikan statement
kepada peserta sebagai penyatu
perspektif peserta mengenai sub
materi tersebut.
5 PENUTUP METODE: GCR
menit  Memberikan tugas "Menganalisis isu-
isu terhangat di berita dengan unsur
5W+1H" via GCR Kemudian Salam
Penutup

309
Bahan Bacaan
REVITALISASI ANALISIS KOHATI TERHADAP ISU KEPEREMPUANAN

Peran Kohati Dalam Dinamika Gerakan Perempuan


Agusalim dalam makalah yang disampaikan pada seminar sejarah KOHATI di
Yogyakarta 19-20 november 1982, memaparkan bahwa yang menjadi latar belakang
berdirinya KOHATI adalah (Sitompul, 2002):

1. Karena semangat dan jiwa islam yang tertanam pada setiap anggota HMI-
Wati yang menempatkan wanita pada tempat wajar.
2. Karena semangat dan realisasi emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh
RA Kartini.
3. Karena tuntutan HMI sendiri, karena secara kuantitas maupun kualitas
memungkinkan sekali mendirikan Kohati sebagai badan khusus yang bergerak
di bidang kewanitaan.
4. Kondisi intern yaitu dengan berdirinya sebagai korp di kalangan angkatan
bersenjata, memacu semangat HMI-Wati mendirikan wadah sejenis.
5. Faktor politik, agar HMI-Wati ikut bersama kelompok wanita lain bekerjasama
menumpas Gestapu/ PKI.
6. Karena berdirinya lembaga –lembaga khusus dalam HMI seperti LDMI, LKMI,
LSMI, LPMI, LAPMI, dan lain lain.
7. Dalam rangka peningkatan dan pengembangn kegiatan dan pembinaan HMI-
Wati di bidang kewanitaan dalam rangka pembentukan kader HMI-Wati
sebagai patriot komplit.

Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat


karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, komisariat, rayon di
Indonesia. Pada usianya yang kedua setengah tahun, KOHATI berhasil membentuk
70 cabang dari 110 cabang HMI.
Dari perkembangan ini, dibeberapa tempat konflik organisatoris disebabkan
adanya penyempurnaan organ KOHATI. Konflik tersebut timbul karena HMI kurang
mampu mengelola organisasi dengan baik, sehingga KOHATI terdorong kearah

310
eksklusif. Hal ini pun diakui KOHATI sendiri. Akibatnya dibeberapa cabang terjadi
“salah tindak” dan “salah pengertian” antar HMI-Wan dan HMI-Wati yang
menimbulkan penilaian negatif terhadap Kohati, seperti anggapan bahwa HMI- Wati
mengalami eksklusifisme dan sentrifugalisme.
Akibatnya HMI mengangap KOHATI ingin melepaskan diri dari HmI, ini semua
terjadi karena kurangnya koordinasi HMI. Adalah sangat wajar apabila sebuah
komunitas yang heterogen dipertanyakan masalah keterbukaan terhadap eksponen
diluar komunitasnya. Terlebih lagi tidak semua HMI-Wati masuk dan beraktifitas
didalam wadah KOHATI. Bukan berarti berbicara KOHATI menafikan peran HMI-Wati
di luar struktur akan tetapi secara organisatoris, berbicara KOHATI adalah berbicara
kebutuhan dan kepentingan HMI-Wati. Dan peran mereka pun patut diperhitungkan
tidak dapat dipungkiri, terkadang HMI-Wati tidak mengerti lembaga KOHATI dan
sering kali mereka mengangap badan khusus ini “menganggu” aktivitas HMI-Wati.
Seyogyanya semua permasalahan organisasi ini diselesaikan dengan mekanisme
organisasi.
Pada perkembangan selanjutnya, berlandaskan ideologi pembebasan,
beberapa cabang HMI di daerah menguji cobakan bentuk bentuk baru dari wadah
KOHATI, seperti bidang keadilan gender (wilayah Jawa Tengah), lembaga
peningkatan partisipasi HmI- Wati (Karawang), bidang peningkatan gender (Ciputat
), dan wadah wadah lain. Hal hal tersebut merupakan euphoria dan pesatnya
pemikiran tentang kemandirian perempuan. HMI-Wati menempatkan dirinya untuk
mengadopsi pemikiran dari luar dengan berakar pada budaya bangsa sebagaimana
yang ditulis oleh mbak Aniswati M Kamaludin, seorang tokoh HMI-Wati:

1. KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi putra putri islam yang berpendidikan
tinggi
2. KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi istri- istri yang bijaksana, kekasih
suami yang serba bisa,
3. KOHATI dituntut untuk menjadi ibu ibu yang bisa membina anak anaknya
menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bertakwa kepada Allah
SWT.

311
4. KOHATI dituntut untuk menjadi wanita-wanita dinamis, kreatif dan sadar
bahwa ia adalah masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap
pembangunan bangsa dan negaranya.

Upaya trial dan error tersebut membuktikan bahwa kepentingan anggota


harus diakomodir oleh satuan organisasi yang menyuntingkanya, dan untuk
mengatur relasasi antar HMI-Wan dan HMI-Wati harus mengunakan jalur konstitusi
dengan memandang perlu dengan arti kebijakan lokal cabang setempat.

Dalam perkembangan selanjutnya, KOHATI secara organisatoris merupakan


badan pembantu HMI setingkat sebagai perpanjangan tangan mewujudkan tujuan
HMI.

1. Untuk internal organisasi HMI, periode pertama KOHATI adalah menata


wadah atau konsolidasi, bagi segi struktur operasional maupun personil.
2. Disektor eksternal HMI, KOHATI berperan sebagai LSM Perempuan dan ikut
serta berperan aktif dalam federasi organisasi keperempuanan di masing
masing tingkatanya. KOHATI duduk di forum kerja sama wanita sekber
Golkar, KAWI, BKOW (Badan Koordinasi Organisasi Wanita) dan PEMIAT
(Persatuan Mahaiswa Islam Asia Tenggara). Kemudian tahun tahun
berikutnya KOHATI bergabung dengan KOWANI dan BMOWI (Badan
Musyawarah Organisasi Wanita Islam ) bahkan sejak KOHATI ikut bergabung
dalam federasi tersebut, kader kader terbaik KOHATI menjadi pengurus
organisasi tersebut di tahun tahun berikutnya sampai dengan hari ini. Dimensi
eksternal KOHATI pun menyentuh spektrum internasional. Hal tersebut
terlihat dengan keterlibatan KOHATI sebagai peninjau bahkan peserta penuh
dalam even even internasional (Internasional Seminar, Peace Youth
Foundation, AMSEC Meeeting, dll.

Ini membuktikan bahwa kiprah KOHATI terbukti berhasil. Dan dibawah


koordinasi kementrian negara pemberdayaan perempuan dan LSM Perempuan,
KOHATI ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan pemberdayaan
perempuan. Setelah selesai mengabdi di HMI, peranan HMI-Wati terus menerus

312
tanpa henti, aktivitas KOHATI bermunculan di yayasan yang bergerak di bidang
sosial, pendidikan dan kewanitaan bahkan ada yang bergerak di bidang bisnis,
travel, jurnalistik, catering, dll.
Bahkan dunia politikpun di gandrungi oleh alumni KOHATI. Dan senior
KOHATI pun membentuk sebuah forum yang hampir sama dengan KAHMI dengan
nama Forum Alumni Kohati (FORHATI) pada tanggal 12 desember 1998 di Jakarta.

Isu Isu Keperempuanan Kontemporer


Ada banyak tafsiran tentang makna gender. Namun pada dasarnya semua
tafsiran itu merujuk pada satu pemahaman bahwa gender adalah istilah yang
dipakai untuk membedakan laki-laki dan perempuan, berdasar perannya dalam
struktur sosial masyarakat. Dalam konteks ini, gender memiliki makna yang jauh
berbeda dengan sex. Istilah sex merujuk pada pengertian pembedaan jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan) dari sudut pandang biologis. Identitas fisik yang melekat
pada laki-laki dan perempuan sebagai konsekuensi biologis yang disandangnya
merupakan kodrat alam (nature). Sebaliknya, karakter atau sifat yang dilekatkan
pada laki-laki dan perempuan dalam sudut pandang gender lebih banyak
dimunculkan oleh pandangan konstruktif masyarakat (nurture). Sebagai misal,
menstruasi siklustik yang dijalani perempuan atau pun peran perempuan dalam
proses reproduksi (mengandung, melahirkan, menyusui dan sejenisnya) merupakan
kodrat alamiah. Namun pensifatan perempuan sebagai makhluk yang sensitif, tidak
rasional, lemah dan sederet stigma negatif lainnya lebih merupakan konstruksi
sosial. (Fakih, 2008)
Pandangan-pandangan miring kalangan fundamentalis masa kini terhadap
perempuan bisa dengan mudah ditemukan, baik di lembaran buku-buku yang
dicetak secara massif maupun berserak di laman-laman internet. Ahmad Muhammad
Jamal misalnya, untuk menyebut salah satu eksponen kaum fundamentalis, dalam
satu karyanya berpendapat,
Adapun kepada perempuan, Islam menetapkan sebagai penenang suami,
sebagai ibu yang mengasuh anak-anak, menjaga harta benda suami, serta membina
etika dalam ranah paling kecil yakni keluarga. Hal ini bukanlah pekerjaan yang hina,
melainkan sebuah tugas mulia lagi berat. Satu hal yang paling berbahaya dalam era

313
modern ini adalah manakala perempuan-perempuan berpaling dari anak dan
keluarganya. Ia sibuk bersama kaum laki- laki di pasar, pabrik dan tempat umum
lainnya. (Jamal, 1995)
Satu persoalan yang dianggap sebagai penghalang terwujudnya kesetaraan
gender adalah kesenjangan dalam lapangan kerja, yang tetap berada pada 31%
poin yang dirasa stagnan sejak 20 tahun lalu. The Global Gender Gap Report
2020 bahkan melaporkan bahwa dunia membutuhkan waktu 257 tahun untuk
mewujudkan kesetaraan gender dalam bidang ekonomi, namun butuh waktu yang
lebih sedikit, yaitu 100 tahun, untuk mewujudkan kesetaraan gender di dunia secara
keseluruhan. Saat ini, lebih dari setengah perempuan yang bekerja, atau 740 juta
perempuan bekerja dalam bidang ekonomi informal dan kurang mendapatkan hak-
hak dasar dan perlindungan, bahkan dibayar 16% lebih sedikit daripada pekerja
pria.
Sementara itu, perempuan yang berhasil mengenyam bangku pendidikan
masih menghadapi berbagai penghalang untuk mendapatkan kesempatan kerja
yang sama dengan laki-laki. Dengan demikian, dunia butuh adanya aksi untuk
mengubah dunia kerja agar menolong perempuan meraih kemerdekaan berekonomi.
Kemerdekaan berekonomi bagi perempuan sangat krusial untuk mewujudkan
kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. Prioritas utama adalah
mewujudkan kesetaraan upah, mengakhiri segregasi pekerjaan, dan menghentikan
kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual di tempat kerja.

Maka wajar para pegiat gender berusaha keras untuk meningkatkan


partisipasi kerja perempuan, hingga setara dengan laki-laki, sesuai dengan target
yang sudah dicanangkan: Planet 50×50 in 2030. Target setara itu harga mati,
ditegaskan Direktur Eksekutif UN Women, Phumzile Mlambo-Ngcuka yang
menyatakan, “Only half is an equal share, and only equal is enough.”
Apalagi McKinsey Global Institute (MGI) yang dipublikasikan pada 2015
menyebutkan skenario potensi penuh perempuan –yaitu perempuan memainkan
peran yang identik dalam pasar tenaga kerja dengan laki-laki–, akan menambah PDB
tahunan global pada 2025 sebanyak $28 triliun atau 26%.

314
Berikut adalah isu-isu utama/ sejumlah contoh kesenjangan gender di berbagai
sektor yang masih perlu diatasi :

 Pola Pernikahan yang merugikan pihak perempuan. Pernikahan dini adalah


suatu hal yang lazim di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. ...
 Kesenjangan Gender di Dunia Pekerjaan. ...
 Kekerasan Fisik. ...
 Hak Kepemilikan.

Isu-isu Gender dalam Al-Qur’an

Sejarah mencatat, al-Qur‟an tidak turun seketika, melainkan dalam proses


kemewaktuan yang panjang. Sebagian besar ayat al-Qur‟an turun dengan dilatari
peristiwa sosial khusus yang terjadi di masyarakat Arab kala itu. Sebagian kecil
sisanya turun begitu saja tanpa ada latar sosial. Artinya, al-Qur‟an turun untuk
merespon kondisi sosial yang mengemuka di Jazirah Arab kala itu. Tidak terkecuali
ayat-ayat yang berbicara tentang perempuan. Semangat Islam (al-Qur‟an) ketika
berbicara masalah poligami, waris, saksi dan lain sebagainya adalah semangat
pembebasan. Namun seiring perkembangan zaman, spirit of liberation tadi menjadi
kian tidak relevan. Adalah tugas umat muslim masa kini untuk
mengembalikan semangat pembebasan tadi, sehingga persoalan poligami, waris,
saksi dan lain sebagainya tidak melulu hanya persoalan angka-angka semata.
(Mustaqim, 2010)

Di antara sekian banyak isu gender dalam al-Qur‟an, persoalan poligami,


kekerasan terhadap perempuan, saksi, waris, perceraian dan jilbab adalah isu yang
santer mengundang debat di kalangan Islam. Untuk itu, penting kiranya untuk
membuka kembali ruang dialog mengenai hal-hal tersebut.

315
Gerakan Kohati Dalam Menyikapi Isu
Berbicara tentang platform gerakan Kohati adalah rencana kerja, pernyataan
sekelompok orang tentang prinsip atau kebijakan dasar atau tempat dimana sistem
operasi kerja berbicara tentang landasan umum gerak eksternal Kohati. Di samping
platform gerakan juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu mengarahkan
sudut pandang masyarakat akademis.
Platform dianggap penting bagi suatu gerakan organisasi untuk mempengaruhi
aspek gerak maupun aspek pemikiran HMI-Wati secara berkesinambungan sejalan
dengan proses terbentuknya sejarah HMI yang tidak terpisahkan dengan visi ke-
Islaman, ke-Intelektualan dan ke-Indonesian. Mengingat di era global ini, masalah
keperempuanan menjadi isu sentral dan diskursus yang intens dibicarakan. Dengan
munculnya berbagai gerakan dari pemerhati perempuan membuktikan bahwa
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya (IDEOPOLEKSOSBUD) masih terjadi.
Kohati sebagai bagian integral dari HMI yang mempunyai peran strategis untuk
merespon problem (mahasiswi pada khususnya dan perempuan pada umumnya),
salah satunya adalah problem sosial bernama ketidakadilan yang banyak menimpa
kaum perempuan karena ketimpangan pola relasi antar individu di masyarakat.
Dengan demikian persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus
mendapatkan perhatian serius dari HMI untuk merealisasikan cita-citanya yaitu
“Mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Kohati membentuk dasar
kebijakan yang terformulasi secara integral dan komprehensif, sehingga gerakan
yang dilakukan dapat mengenai sasaran dengan tepat. Arahan yang jelas dalam
pergerakan Kohati adalah menanamkan ideologi gerakan perempuan (hegemoni
ideologi) sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat adil, demokratis, egaliter
dan beradab sebagai prototipy masyarakat madani (civil society). Konsekuensinya,
kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan yang mendukung, artinya HMI-Wati harus memiliki keseimbangan
dalam kemandirian intelektual serta ketegasan dalam bersikap dengan landasan
berpijak yang jelas. Beberapa pemaparan di bawah ini merupakan sistematisasi
yang dibuat untuk memainkan peran strategisnya pada pergerakan Kohati.

316
Pengertian
Gerakan Kohati adalah tindakan kolektif secara sadar dan terorganisir sebagai
akselerasi pencapaian tujuan HMI dengan meningkatkan kapasitas, kualitas dan
peranan HMI-Wati.

Tujuan

Tujuan gerakan Kohati adalah Terbinanya muslimah berkualitas insan cita agar
dapat memberikan kemaslahatan kepada umat dan bangsa.

Target

Mencetak kader Responsif dan partisipatif serta proaktif dalam merespon


permasalahan mahasiswi, HMI-Wati pada khususnya dan Perempuan pada
umumnya menuju terciptanya masyarakat adil makmur.Adapun sasaran dan target
adalah sebagai berikut:
5. Mahasiswi
6. Kader HMI-Wati dan HMI-Wan.
7. Civitas Akademika
8. Cendikiawan Muslim
9. Masyarakat umum
10. Penentu Kebijakan baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif.
11. Stake holder lainnya

Isu Utama/Main Issues


Isu utama (Main Issues) yang hendak ditawarkan sebagai wacana gerakan
Kohati adalah:
1. Ke-Islaman.
2. Ke-Intelektualan
3. Ke-perempuanan
4. Ke-Indonesiaan

317
Dengan turunan wacana dan spesifikasi gerak sebagai berikut:
5. Ke-Islaman
a. Mengkaji ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits yang membahas tentang
perempuan, terutama melakukan kajian secara mendalam terhadap hadist
– hadist misoginis.
b. Menyikapi adanya pemahaman (isu keperempuanan dalam perspektif
Islam) keperempuanan yang mengatasnamakan Islam yang keluar dari
jalur hukum Islam untuk mengantisipasi pemahaman-pemahaman yang
merusak aqidah umat Islam.
c. Kajian mendalam tentang fiqihunnissa melalui forum kajian yang dilakukan
secara rutin.
6. Ke-Intelektualan
a. Kohati melakukan kegiatan akademis yang sesuai dengan Tri Darma
Perguruan Tinggi.
b. HMI-Wati berfikir kritis, bersikap dan bertindak analitis, sistematis, kreatif,
inovatif dan bertanggungjawab.
7. Ke-Perempuanan
a. Menanggapi problem keperempuanan secara cerdas berdasarkan
perspektif Islam (Socio Cultural);
b. Meningkatkan life skill, leadership spirit, bargaining position HMI-Wati dan
perempuan secara umum;
c. Membentuk karakter HMI-Wati yang Tangguh sesuai dengan kaidah
Islam;
d. Kohati memberikan Pengajaran ke HMI-Wati agar bisa menjadi Pemimpin
dan menguasai jiwa Kepemimipinan;
e. Kohati mengadakan Pendidikan dan Latihan berpolitik untuk HMI-Wati.
8. Ke-Indonesiaan
Gerakan Kohati harus sesuai dengan nilai-nilai Nasionalisme.

318
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renaca Sesi (Materi ke-13)

Public Speaking, Metode Diskusi dan Diplomasi

PENGANTAR

“Manusia adalah hewan yang berbicara” begitulah sepenggalan kata lain dari
manusia. Bahwa poin penting sebagai manusia adalah dapat berbicara, baik verbal
maupun non verbal. Seberapa penting komunikasi bagi manusia? Sangat penting,
karena dengan berkomunikasi manusia yang satu dapat menyampaikan maksud dan
tujuan kepada manusia lainnya.

Berkomunikasi itu ada seninya ada ilmunya sehingga siapa saja yang dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar maka orang tersebut adalah orang yang
beruntung karena tidak semua orang memiliki keahlian dalam bidang berkomunikasi.

Untuk menunjang kemampuan dalam berkomunikasi, beretorika, berdiksusi dan


berdiplomasi maka penting memahami materi ini dengan baik dan seksama sehingga
lulusan LKK tidak lagi gagap ataupun memiliki rasa malu yang tidak berkualitas
hanya karena tidak percaya diri dalam berkomunikasi.

TUJUAN:

Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …

32. Menjelaskan pengertian publick speaking


33. Menjelaskan konsep dan tehnik publick speaking
34. Mempraktikan konsep dan tehik public speaking
35. Mempraktikan retorika dan negosiasi
36. Mempraktikan presentasi dan persidangan

TOTAL WAKTU:

 150 menit

ALAT DAN BAHAN (MATERIASL):

319
 Papan Tulis
 Kertas Karton atau kertas kayu
 Proyektor
 Laptop
 Mikrofon
 Sound system
 Kertas flichart, metaplan, sticky note, spidol besar, spidol kecil
 Bahan bacaan “Publick Speaking, Metode Diskusi dan Diplomasi”

PROSES PEMBELAJARAN/LANGKAH-LANGKAH

10:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE: Ceramah, yel-


yel
 Awali sesi dengan ucapan salam, ucapan “apa kabar?” atau
ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat
dilanjutkan dengan permainan/game (ice breaking atau energizer)
untuk menyiapkan diri peserta mengikuti sesi berikutnya.
 Berikan ulasan secara singkat sesi yang terdahulu (review).
 Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari sesi ini.
Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang publick speaking
dan metode diskusi dan diplomasi. Metode yang akan
dipergunakan berdialog, ceramah dan praktik.
30:00 TAHAP MENGALAMI DAN MENGURAI METODE: Brainstorming,
dan ceramah
 Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa yang Apa
yang kalian ketahui terkait publick speaking? “apa pentingnya
Kohati mempelajari materi publick speaking, metode diskusi dan
diplomasi?”, “apa bedanya komunikasi verbal dan non verbal?”,
“seperti apa konsep dan tenik publick speaking?”, “bagaimana
cara beretorika dan bernegosiasi yang baik?” seperti apa cara
presentasi dan tehnik persidangan yang baik dan benar? Catat

320
jawabannya pada kertas flipchart atau sticky note berupa kata-
kata kuncinya saja.
 Setelah itu, bagikan kepada setiap peserta lembar bacaan tentang
“publick speaking, metode diskusi dan diplomasi” Berikan
waktu maksimal 10 menit peserta untuk mencerna lembar bacaan
yang diberikan.
 Memutarkan video yang relevan dengan materi
90:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD dan
Praktik
 Bentuk kelompok menjadi 3 dengan
pembahasan (1). Menyiapkan skrip
MC acara formal dan non formal dan
di praktekan (2). Menyiapkan skrip
moderator acara debat kandidat
presiden-wakil presiden dan di
praktekan (3). Mengkonsep kegiatan
keperempuanan dan anak kemudian
presentasikan seolah-olah sedang
berada dihadapan KemenPPPA (4).
Meyiapkan bahan siding pleno 1
Kohati dan buat skema persidangan
 Masing-masing kelompok diberikan
waktu 30 menit menyiapkan bahan
dan 15 menit mempraktikan
 Kelompok lain menanggapi secara
ilmiah, kritis, logis dan sistematis.
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN AKSI METODE: Ceramah,
Presentasi
Bingkai kembali (reframing) pembahasan
sesi ini secara singkat
10:00 PENUTUP METODE: ceramah

321
 Tutuplah sesi dengan ucapkan terima
kasih dan tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

322
Lembar Bacaan
1. Apa itu Publick Speaking ?

Istilah public speaking bermula dari para ahli retorika yang


mengartikannya sebagai seni (keahlian) berbicara atau berpidato, istilah
tersebut sudah berkembang sejak abad sebelum masehi.

Dalam Kamus Merriam-Webster (2021) mengartikan bahwa public


speaking adalah “the act or skill of speaking to a usually large group of
people” yang artinya public speaking merupakan sebuah aksi, tindakan atau
keterampilan berbicara pada sekelompok besar orang. Sedangkan menurut
kutipan lainnya seperti David Zarefsky (2018) dalam bukunya yang berjudul
“Public Speaking Strategic for Success” berpendapat bahwa “Public speaking
is a continuous communication process in which messages and signals
circulate back and forth between speaker and listeners” yang merupakan
bahwa public speaking adalah sebuah proses komunikasi berkelanjutan, yang
mana pesan dan lambang terus berinteraksi di antara pembicara dan
pendengarnya. Disebutkan juga bahwa public speaking adalah salah satu
rumpun atau kelompok keluarga dari Ilmu Komunikasi (Retorika).

Retorika memiliki pengertian yang mirip dengan public speaking yaitu


seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang dan
sekelompok orang secara langsung bertatap muka sebagai contoh yaitu
pidato, moderator, MC (Master of Ceremony) dan dalam presentasi.

Sedangkan dalam (KBBI, 2016) pengertian retorika lebih dikerucutkan


lagi yaitu: 1. sebagai keterampilan berbahasa secara efektif; 2. studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; 3. seni berpidato
yang muluk-muluk dan bombastis.

Karena public speaking tidak terlepas dari kunci dan teori-teori ilmu
komunikasi, tentunya terdapat lima unsur penting yang tidak terlepas dari
ranah ilmu komunikasi yang perlu diperhatikan. Berikut lima unsur penting
yang ada dalam komunikasi, 1) Pengirim pesan (sender); 2) Pesan

323
(message); 3) Bagaimana pesan dikirimkan (delivery channel or medium); 4)
penerima pesan (receiver); 5) Umpan balik (feedback).

Dari pengertian umum yang telah dijelaskan di atas, kunci utama yang
dibutuhkan untuk dapat lancar dalam public speaking adalah menyampaikan
gagasan ke lawan bicara. Tentunya hal tersebut sejenis dengan percakapan
yang kita dalam berinteraksi dalam keseharian. Namun secara istilah,
percakapan dan public speaking memiliki persamaan dan perbedaan di
dalamnya.

Persamaan public speaking dengan percakapan adalah penyusunannya


sama-sama mengikuti logika, sistematis, dan tahap demi tahap dengan tujuan
agar pesan dapat dimengerti. Selain itu, persamaan lainnya adalah perlunya
untuk menyesuaikan isi dan cara penyampaian pesan kita dengan lawan
bicara atau publik.

Persamaan dalam percakapan dan public speaking adalah pesan yang


disampaikan dengan tujuan mendapatkan dampak positif dan maksimal, serta
pembicara harus dapat menyesuaikan gagasan apa yang disampaikan dengan
tanggapan dari lawan bicaranya atau publik.

Sedangkan perbedaan utamanya antara public speaking dan


percakapan terletak pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan yang
disampaikan melalui public speaking lebih terstruktur dengan menggunakan
tata bahasa yang lebih formal dibandingkan dengan percakapan. Selain itu,
metode yang dilakukan dalam melakukan public speaking lebih berbeda yang
mana dalam penyampaiannya dibutuhkan dengan sikap tubuh yang lebih
sopan supaya terkesan baik dan nyaman jika dilihat oleh publik.

2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal ?


Komunikasi adalah proses pertukaran suatu informasi antar individu atau
kelompok dengan adanya makna atau tujuan yang ingin disampaikan. Pesan atau
informasi yang disampaikan dapat berupa komunikasi verbal atau komunikasi
non-verbal.

324
Secara umum, komunikasi verbal adalah komunikasi yang berbentuk lisan
ataupun tulisan, contohnya adalah penggunaan kata-kata. Sedangkan komunikasi
non-verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, contohnya
menggunakan bahasa tubuh seperti mimik wajah dan gerakan tangan, bahkan
intonasi suara dan kecepatan berbicara.

Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa


dilakukan secara langsung (face to face) atau dengan perantara media,
contohnya berinteraksi menggunakan sosial media atau telepon genggam.
Sedangkan komunikasi verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan
media seperti surat, postcard, chating di media sosial, dan sebagainya.

Komunikasi non-verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung


atau face to face. Sebabnya, dalam komunikasi menggunakan media digital,
komunikasi non-verbal seringkali tidak mungking dilakukan. Contohnya ketika kita
sedang chatting, tidak mungkin kita bisa melihat ekspresi wajah lawan bicara kita
atau mendengar intonasi suaranya. Karena keterbatasan ini pula komunikasi non-
verbal sering menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya, terkadang ada yang
menggunakan emoji secara tidak tepat. Misal seseorang salah mengirim emoji
marah padahal sebenarnya dia ingin mengirim emoji tersenyum yang terletak di
sebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi pesan menjadi salah
paham dan ikut marah.

Komunikasi verbal dan non-verbal pada hakikatnya saling terkait dan saling
melengkapi. Dalam komunikasi langsung, kita terus-menerus mengirimkan pesan
pada lawan bicara kita. Komunikasi non-verbal sering terjadi seacara otomatis dan
tanpa kita kontrol. Contoh ketika kita marah atau senang, kita cenderung
berbicara dengan lebih keras dan cepat. Hal ini terjadi karena kita mengalami
perubahan emosi. Komunikasi nonverbal juga melengkapi komunikasi verbal kita.
Ketika kita mengatakan satu hal, jika gerak-gerik tubuh kita tidak mendukung,
orang tentu tidak akan percaya. Semisal kita berkata sudah mengerjakan PR
namun dengan nada ragu-ragu, teman kita pasti tidak akan ada yang percaya.

325
3. Konsep dan Tehnik Public Speaking
a. Konsep Publick Speaking
Setiap hari secara normal, seseorang akan mengeluarkan puluhan ribu
kata dan lebih dari 60% kata yang dikeluarkan tersebut akan mempengaruhi
kehidupannya dan orang orang disekitarnya. Semakin terampil seseorang
dalam berbicara akan semakin menunjukkan kualitas kecerdasan dan
penghargaan dari komunitasnya. Apalagi pada era kompetisi seperti
sekarang, semua profesi menuntut orang untuk dapat berbicara di depan
publik dan melakukan presentasi dengan baik. Mengapa??? Karena tulisan
saja tak cukup kuat, maka kemampuan berbicara (public speaking) menjadi
sangat penting, karena dapat menguatkan arti dari sebuah tulisan

Sosiawan (2011) Sejak zaman Yunani Kuno, kemampuan bicara


seseorang menjadi tanda akan kemampuan dan kompetensi seseorang, maka
siapa yang dapat mengolah kemampuan dan “seni berbicara” akan menjadi
orang sukses.

Ada beberapa prisip dasar public speaking yaitu:

1. Prinsip Motivasi
Audiens harus dimotivasi agar bersemangat mendengarkan.
a. Memberitahukan manfaat atau pentingnya materi yang
disampaikan
b. Menggunakan audiens (atau nama seseorang, jabatan, dan
profesi tertentu) sebagai contoh dalam ilustrasi
c. Membangkitkan rasa ingin tahu audiens
2. Prinsip Perhatian
Konon, keberhasilan pembicara sangat dipengaruhi oleh bagaimana
ia memanfaatkan tujuh detik pertama untuk menarik perhatian
audiens
a. Menyampaikan cerita menarik (terkin, lucu, aneh, atau bahkan
tragis)
b. Berbicara secara mencolok (mengucapkan dengan keras atau
sebaliknya lambat pada kata, kalimat, atau frase tertentu)

326
c. Melakukan tindakan tertentu secara tiba-tiba
d. Menyajikan materi yang sesuai kebutuhan audiens
3. Prinsip Keindraan
If I hear, I forget… If I see, I remember… If I do, then I
understand Gunakan alat bantu untuk menstimulasi penggunaan
panca indera dari audiens , seperti proyektor, gambar, video,
praktek, simulasi, dll
4. Prinsip Pengertian
Materi yang disampaikan harus mudah dimengerti oleh audiens
a. Gunakan kata, kalimat, atau frase yang mudah dipahami
b. Buatlah pembicaraan yang sistematis
c. Gunakan ilustrasi dan memoteknik, yaitu teknik membuat
singkatan
4. Retorika dan Negosiasi
Retorika adalah ilmu dan seni dalam berbicara, mengatur komposisi kata,
menyampaikan atau mengajak orang lain sehingga mudah dipahami dan
diterima pendengar serta terkesan atas apa yang diucapkannya. Retorika
dalam bahasa Inggris disebut rhetoric, dalam bahasa latin rethorika dan
dalam bahasa Yunani yakni rethor yang artinya ilmu berbicara, seni bicara
atau mahir berbicara

Tujuan dan Fungsi Retorika


Menurut Tasmara (1997:156), terdapat lima tujuan retorika, yaitu sebagai
berikut:

1. To Inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa,


guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan
sebaik-baiknya.
2. To Convise, yaitu meyakinkan dan menginsafkan.
3. To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem
penyampaian yang baik dan bijaksana.
4. To Intertain, menggembirakan, menghibur dan menyenangkan, dan
memuaskan.
5. To Ectuate (to put into action), yaitu menggerakkan dan mengarahkan
mereka untuk bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah
dikomunikasikan oleh orator di hadapan massa.

327
Jenis-jenis Retorika

Menurut Hedrikus (1993:16), retorika diklasifikasikan menjadi tiga jenis,


yaitu:

a. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana
hanya ada seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam
monologika adalah pidato,kata sambutan, kuliah, ceramah, dan deklamasi.

b. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua
orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam suatu proses
pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, Tanya jawab,
perundingan, percakapan dan debat.

c. Pembinaan Teknik Bicara


Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika.Oleh karena itu
pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam
retorika.Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan
teknik bernapas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan
bercerita.

Strategi Penyusunan Retorika


Menurut ahli retorika klasik Aristoteles, terdapat lima strategi penyusunan retorika
yang dikenal dengan istilah "The Five Canons of Rhetoric", yaitu sebagai berikut
(West dan Turner, 2007:343):

1. Invention (penemuan bahan)


Invention merupakan konstruksi atau pengembangan dari sebuah
argumen yang relevan dengan sebuah tujuan dari pidato. Langkah ini
mencakup kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan,
menganalisis, dan memilih materi yang cocok untuk pidato. Menurut
Aristoteles argumen-argumen harus dicari melailui rasio, moral, dan
afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.

2. Dispositio/Arrangement (penyusunan bahan/materi)


Disposisi merupakan penataan ide. Penataan ide akan membantu
pendengar memahami hubungan antar ide serta menghindari
kebingungan. Penataan ide yang efektif juga akan membuat pesan
lebih persuasif dengan membiarkan setiap ide membangun di atas apa
yang telah dipresentasikan lebih dahulu dan membuat argumen lebih
kuat.

328
3. Style/Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah)
Style adalah cara penggunaan bahasa dalam mengekspresikan ide.
Penggunaan style yang efektif akan membuat pesan lebih jelas,
menarik dan powerful. Sebagai persuader yang efektif, diharapkan
dapat menggunakan bahasa yang secara efektif menyuarakan
argumen. Penggunaan bahasa harus sungguh-sungguh diperhatikan
sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang salah.

4. Memory (mengingat materi)


Memory berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat mengenai
apa yang akan kita katakan. Pada zaman dahulu, hal ini berarti
mempelajari cara untuk mengingat ide dalam urutan untuk kita
mempresentasikan mereka dengan bahasa yang kita rencanakan. Pada
masa kini, hal ini lebih kepada bagaimana menggunakan catatan atau
manuskrip dari pada menghafal secara keseluruhan.

5. Pronountiatio/Delivery (penyampaian)
Delivery merupakan bagian terakhir dari retorika. Delivery melibatkan
secara vokal dan fisik dalam mempresentasikan speech kita. Delivery
sangat penting karena orang lebih memperhatikan ide yang
dipresentasikan secara menarik dan powerful. Delivery seharusnya
mempresentasikan ide sesuai bobotnya dan tidak untuk membuat ide
lemah tampil lebih kuat.

Negosiasi

Negosiasi adalah salah satu bentuk komunikasi yang tidak dapat


dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Negosiasi dilakukan dalam
kegiatan politik, kegiatan bisnis dan kegiatan kehidupan lainnya. Pengertian
negosiasi adalah sebuah proses diskusi. Negosiasi dilakukan untuk tujuan
menyelesaikan sebuah masalah. Melihat dari sisi etimologis, kata negosiasi
berasal dari bahasa Inggris. Berasal dari kata “to negotiate” dan “to be
negotiating”.

Arti dari kata tersebut adalah merundingkan, membicarakan atau


menawarkan. Dari kata-kata tersebut, kemudian kata negosiasi dalam bahasa
Inggris memiliki kata turunan lain. Kata tersebut adalah “negotiation”.

Arti kata negotiation adalah sebuah aktivitas yang merundingkan atau


membicarakan sesuatu. Pembicaraan atau perundingan tersebut dilakukan
dengan pihak lain. Tujuan dari aktivitas tersebut adalah untuk mencapai
sebuah kesepakatan.

329
Tujuan Negosiasi
Negosiasi dilakukan tidak hanya sebagai media saja. Banyak tujuan dari
negosiasi, tetapi ada beberapa tujuan yang paling penting dalam
bernegosiasi. Berikut ini adalah tiga tujuan negosiasi yang penting dalam
melakukan negosiasi.

1. Mencapai kesepakatan bersama


2. Mengurangi konflik dan perbedaan
3. Saling menguntungkan berbagai pihak

Tahap-tahap Negosiasi
1. Perencanaan dan persiapan
2. Menentukan aturan
3. Penjelasan
4. Tawar menawar dan penyelesaian masalah
5. Penutupan dan implementasi

5. Tata cara presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan dimana kita berbicara di hadapan


banyak orang. Presentasi ini merupakan salah satu kegiatan yang berungsi
untuk memaparkan suatu topik, pendapat, hasil kerja, ataupun informasi
kepada orang lain. Adapun tujuan dari presentasi ini pun mencakup dalam
berbagai hal, diantaranya adalah untuk membujuk audience, memberi
informasi kepada audience, ataupun juga untuk meyakinkan kepada
audience.

Cara presetasi yang baik dan benar perlu diketahui supaya audiens
dapat tertarik dengan informasi yang kita berikan. Poin penting dalam
menyampaikan presentasi adalah apakah materi presentasi tersebut bisa
menarik perhatian audience atau tidak.

Cara presentasi yang baik dan benar sebagai berikut:

1. Pembukaan Presentasi yang Mengesankan

330
2. Tingkatkan Rasa Percaya Diri
3. Tunjukkan Rasa Semangat, Gembira, dan Bahagia
4. Sering Berlatih dan Simulasi
5. Antusiasme
6. Hindari Berbicara dengan Slide
7. Kuasai Materi Presentasi
8. Sense Of Humor
9. Tidak Bertele-tele
10. Lakukan Kontak Mata

331
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Sesi (materi ke-14)

Kepemimpinan Perempuan

PENGANTAR
Secara epistemologi, perempuan berasal dari kata per-empu-an
“ahli/mampu”. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ditinjau dari bahasa
perempuan itu sebenarnya mampu melakukan sesuatu. Sesuatu ini misalkan
menjadi seorang pemimpin.
Akan tetapi dalam budaya di berbagai tempat, hubungan tertentu laki-laki
dan perempuan dikonstruksi oleh mitos. Mulai mitos tulag rusuk asal-usul kejaidan
perempuan sampai mitos-mitos di sekitar menstruasi. Konon perempuan tidak boleh
jadi pemimpin karena perempuan yang dianugerahi menstruasi sebagai kodrat
perempuan selain mitos ini ada juga faktor salah-satu hadist sohih yang katanya
“tunggulah saat kehancurannya jika dipimpin oleh perempuan”
Mitos-mitos di sekitar perempuan memang agak rumit dipecakan karena
bersinggungan dengan persoalan-persoalan agama. Jika mitos dituangkan ke dalam
bahasa agama maka pengarunya akan bertambah kuat, karena kitab suci bagi para
pemeluknya adalah bukan mitos tetapi sumber dari Tuhan Yang Maha Tahu.

TUJUAN
Diakhir sesi, peserta memiliki kemampuan dalam …
1. Menjelaskan pengertian, peran, gaya, ciri-ciri kepemimpinan Perempuan.
2. Menjelaskan tentang job description
3. Memami tentang menejemen konflik
4. Memahami menejemen waktu
5. Memahami efektifitas individu, kelompok dam organisasi.

ALOKASI WAKTU
 120 menit

METODE:
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya jawab

332
 Ice Breaking
 Bahan Training :
 Hand Out
 Power Point
 Papan tulis
 Spidol
 Penghapus
 Seperangkat LCD
 Laptop
 Alat tulis

Referensi:
 Alquran dan terjemahannya
 HH Nawawi dan Martini, Kepemimpinan yang Efektif (Yogyakarta: UGM Press,
2000)
 Mangunhardja, Kepemimpinan (Yogyakarta, Kanisius, 1976)
 Soekarno Iskandar, Kepemimpinan Kajian Teoritis dan Praktis (2015)
 Sukanto, Dasar- dasar Kepemimpinan Administrasi (Yogyakarta:UGM Press,
1998)
 Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
 Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers,
 1995
 Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam; Tinjauan Berbagai
Perspektif

15:00 TAHAP PEMBUKAAN METODE:


energizer,
ceramah,
Simulasi
Awali sesi dengan ucapan salam, perkenalan diri dan
menanyakan keadaan peserta, atau ungkapan lain
yang tujuannya untuk menyapa peserta.
Berikan ulasan secara singkat sesi yang akan
disampaikan.
Jelaskan singkat tentang tujuan dan materi pokok dari
sesi ini. Sampaikan bahwa sesi ini membahas tentang
Kepemimpinan Perempuan
20:00 TAHAP MENGALAMI DAN METODE: Case
MENGURAI Study
Galilah sebanyak-banyaknya menurut peserta, “Apa
yang kalian ketahui tentang Laki-laki dan Perempuan?
Apa yang di maksud Kepemimpinan? Mengapa
Kepemimpinan harus pro kontra ? bagaimana
kepemimpinan perempuan dari segala sudut pandang

333
?
Fasilitator memberikan bahan cerita
Galilah pendapat setiap individu tentang apa yang
mereka baca
70:00 TAHAP MENILAI METODE: FGD,
Ceramah, Diskusi,
simulasi
 Fasilitator memberikan bahan
bacaan sesuai sub topic
 Fasilitator membagi kelompok
menjadi 2 kelompok. (1).
Mendiskusikan dan
mempraktikan peran, gaya dan
ciri-ciri kepemimpinan (2).
Mendiskusikan dan
mempraktekan tentang
menejemen waktu dan menejem
konflik. Masing-masing
kelompok diberi waktu 30 menit
 Kelompok lain menanggapi
diberi waktu 5 menit
 Buka sesi diskusi materi yang
belum dipahami. Durasi waktu
10 menit
10:00 TAHAP MERANGKUM DAN METODE:
AKSI Ceramah
Bingkai kembali (reframing)
pembahasan sesi ini secara
singkat yakni Kepemimpinan
perempuan dari berbagai
perspektif
10:00 PENUTUP METODE:
Games
Tutuplah sesi dengan
ucapkan terima kasih dan
tepuk tangan bersama.
Sampaikan materi yang akan
diperoleh peserta pada sesi
berikutnya

334
Lembar Bacaan

Kepemimpinan Perempuan

Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang


berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut:


Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota
kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas
kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-
kegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara
secara tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi
juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai
contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan
dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain
seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-
lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam
menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat
menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal /

335
filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus
menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap
kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai

tujuan yang inginkan secara efektif dan efisien.


Fungsi kepemimpinan

Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi
utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau
pemecahan masalah, dan (2) fungsifungsi pemeliharaan kelompok (“ group-
maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran
penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang
dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok lain,
pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.

KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda
Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu
bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim) Setiap
manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah mengatakan, “
Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Pemimpin
adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh
dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap asuhannya. Wanita adalah pengasuh
di rumah suaminya dan bertanggungjawab pada asuhannya, pembantu adalah
pengasuh harta majikannya dan bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam
Bukhari & Muslim).

Dimensi Moral Kepemimpinan


Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya.
Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu.
Apabila diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup
memikul, hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus
memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa,
dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini
menjelaskan hal tersebut di atas :
♦ Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang
berambisi / meminta dijadikan pemimpin. Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw
bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi memperoleh kepemimpinan

336
dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari kiamat. Alangkahnya
bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan
alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R
Bukhari & Nasai)
♦ Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan Dari Abu Dzar katanya
“Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua orang anak, pamanku,
satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu
amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari
kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil dengan benar dan melaksanakan
amanah yang diberikan kepada” (H.R. Muslim).

Kepemimpinan yang Efektif


a. Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
b. Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
c. Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
d. Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota
untuk mencpai tujuan organisasi.

Ciri-ciri Pemimpin Islam


 Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah
 Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam Pengemban amanat /
bertanggungjawab.

Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam


 Musyawarah
 Adil
 Kebebasan berfikir

Karakter Kepemimpinan Islam


 Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu
mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam.
 Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil,
ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
 Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para
sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda
terancam.
 Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras
secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang.
 Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan
batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

337
 Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin
 Akhlak yang baik
 Memiliki daya imajinasi
 Berfikir menurut fungsinya
 Mampu bersikap adil kepada semua
 Memiliki banyak minat
 Bersikap sebagai pendidik
 Memiliki emosional yang matang
 Bersikap sebagai perencana
 Mampu menghormati diri dan orang lain
 Teku, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
 Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
 Ekspresif (berbicara dan menulis)
 Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
 Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
 Setia kepada semua kepentingan

Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga buah
tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan
perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif.
Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan
jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk
seorang bawahan yang bekerja dengan baik (correct).

Tipe Demokratis atau Partisifasi


Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai
tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan / dikehendaki oleh
pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.
Sedang pada tipe yang terakhir,
Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan suatu
tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau bersifat “Free
rein” (Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya
mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan
tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin „ laissez
faire‟) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang
berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan
jalan menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai
penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.

338
Bagaimana dengan Kepemimpinan Perempuan?
Persamaan Perempuan dan laki-laki sama, dalam artian sama-sama dibebani
dengan hukum syariat walaupun terdapat perbedaan dalam berbagai hukum yang
bersifat detail, lalu mereka sama-sama dalam hal mendapatkan pahala dan siksaan
dari allah yang bersifat dunia maupun ukhrawi secara keseluruhan (QS. At-Taubah
[09]:71). Selain itu perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam hal
mendapatkan haknya dan mendengar keputusan hakim, pemilikan harta serta
penggunaanya. Dan persamaan terakhirnya yaitu sama-sama memiliki hak untuk
memilih calon pasangan hidup sesuai dengan pilihannya, tidak boleh memaksakan
pernikahan jika tidak ada ketertarikan.
Dari beberapa persamaan Adapun perbedaannya yaitu Aqiqah antara anak
laki-laki dan perempuan yaitu 2:1, sholat Jenazah untuk mayit laki-laki imam berdiri
setentang dengat kepala mayat, untuk mayit perempuan imam berdiri ditengah atau
setentang perut mayit, perbedaan selanjutnya air seni bayi perempuan yang belum
makan sesuatu cara menghilangkannya dengan di cuci namun dengan bayi laki-laki
cukup di percikkan saja, hukum waris anak laki-laki dan anak perempuan yaitu 2:1
Kata “KEPEMIMPINAN” secara harfiah kepemimpinan berasal dari kata
“pimpin” yang memiliki arti mengarahkan, membina, mengatur, menuntun,
menunjukkan atau mempengaruhi. Menurut terminologi yang disampaikan oleh
marifield Kepemimpinan dalam Bahasa Inggris di sebut Leadership dan dalam
Bahasa Arab disebut “Zi,amah atau Imamah” menurut Hamzah.
Menurut William G. Scott (1962) Pengertian kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok dalam upaya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pengaruhi orang atau sekelompok orang anggota organisasi untuk mencapai
tujuan bersama. Sehubungan dengan isu gender dan kepemimpinan Robbins
(1998), mengemukakan dua kesimpulan: Pertama, menyamakan antara laki-laki dan
perempuan cenderung mengabaikan perbedaan diantara keduanya. Kedua, bahwa
apa yang menjadi perbedaan antara perempuan dan laki-laki adalah bahwa
perempuan memiliki gaya kepemimpinan yang lebih democratic, sedangkan laki-laki
merasa lebih nyaman dengan gaya yang bersifat directive (menekankan pada cara-
cara yang bersifat perintah).
Penelitian tentang hubungan gender dan kepemimpinan juga dikemukakan
oleh Sara Levinson, seorang Presiden Properti NFL, Inc di New York. Ia
mengungkapkan pertanyaan secara langsung dalam sebuah tanya jawab dengan
seluruh anggota laki-laki yang ada di timnya. Ia bertanya kepada mereka: “Apakah
kepemimpinan saya berbeda dengan laki-laki?” Jawab mereka: “ya” (dikutip dalam
Sudarmo, 2008) Jawaban ini cukup memberikan dukungan bahwa ada perbedaan
gaya kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki.

339
Perempuan cenderung lebih memiliki perilaku yang demokratis dan
partisipatif, seperti hormat pada orang lain, perhatian pada orang lain, Gaya seperti
ini mengacu pada kepemimpinan interaktif, gaya seperti ini memiliki unsur-unsur
kepemimpinan yang transformasional,yakni yang inspirasional.  Berbeda
dengan laki-laki yang ang cenderung lebih mengarah pada perilaku yang
directive (mendasarkan pada instruksi) dan assertive (cenderung agresif dan
dogmatik), dan menggunakan otoritas yang baiasanya ia miliki untuk melakukan
“kontrol dan komando”
Fenomena yang ada menunjukkan banyak perempuan yang telah menduduki
jabatan sebagai pemimpin kepala desa, kepala kantor , kepala sekolah, manajer
perusahaan, direktur rumah sakit, direktur bank, sebagai pemimpin keluarga, dan
lain-lain. Namun Persentase perempuan sebagai pemimpin dibandingkan populasi
perempuan secara keseluruhan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase
laki laki sebagai pemimpin.
Bass, Avolio, dan Atwater ( 1996) menemukan bahwa laki-laki umumnya lebih
menampilkan kepemimpinan transaksional dibandingkan perempuan. Sebaliknya,
perempuan lebih memperlihatkan kepemimpinan transformasional dibanding kan
laki-laki. Carless menemukan bahwa manajer perempuan lebih menggunakan
kepemimpinan transformasional dibandingkan manajer laki-laki.
Menurut Natalie Porter dan Jessica Henderson Daniel, (2007: 249) Banyak
kualitas yang diperlukan untuk memiliki kepemimpinan organisasi yang efektif pada
situasi sekarang ini yakni berkualitas dan umumnya diasosiasikan dengan
Kemimpinan Transformasional (Bass,1985; Burn,1978; Chia-Chen,2004), dan juga
diasosiasikan dengan para Pemimpin Wanita (Applebaun, Audet, Miller, 2002).
Selama ini perempuan selalu dianggap sebagai objek dari pembangunan,
padahal sudah sangat lama ditemukan bukti bahwa perempuan sudah berhasil
menjadi subjek dari pembangunan, sehingga istilah “Pemberdayaan Perempuan”
sudah tidak coock lagi untuk digunakan, karena yang lebih cocok adalah
“Peningkatan Keberdayaan Perempuan”.
Dewasa ini, perjuangan panjang kaum perempuan masih menghadapi banyak
kendala atau kontroversi. Kendala atau kontroversi tersebut dapat berasal dari faktor
eksternal maupun dari faktor internal. Begitu pula Permasalahan anak sudah berada
di warna kuning menjelang merah, ada LGBT, narkoba, macam-macam. Anak
dijadikan aset bangsa sehingga harus ada kongres anak dan juga ada riset anak.
Banyak perempuan yang telah menduduki jabatan sebagai pemimpin, akan
tetapi Untuk tampil sebagai pemimpin ada hambatan yang seolah-olah tidak terlihat
tetapi dalam kenyataannya merintangi akses dalam menuju kepemimpinan puncak
antara lain Isu gender dan ketidakadilan (di Indonesia gender belum memiliki
padanan kata, sehingga tetap digunakan) sifatnya melekat dan dikonstruksi secara
sosial maupun kultural. Manisfestasi ketidakadilan gender à kemiskinan ekonomi,
misal: dg alih fungsi lahan bisa menggunakan tenaga perempuan, di daerah upah

340
untuk perempuan lebih rendah (penggajian yang tidak equal), subordinasi,
pembentukan stereotipe, kekerasan, beban kerja lebih karena dianggap itu sudah
menjadi kodratnya, sosialisasi ideologi peran gender. “Maka dari itu Dalam
menghadapi tantangan global diperlukan kepemimpinan perempuan yang visioner,
berfikir inovatif, mempunyai kemampuan manajemen waktu,membina kerja tim,
mengenali dirinya, percaya diri, berperspektif gender”, tegas Pror Eni
Harmayani.M.Sc dalam Seminar Kepemimpinan Perempuan Di Indonesia.

Jod description
Job description atau uraian jabatan atau gambaran tugas adalah suatu pernyataan
tertulis yang berisi tujuan dari dibentuknya suatu jabatan/tugas.
Uraian ini berisi gambaran tentang apa yang harus dilakukan oleh pemegang
jabatan, bagaimana suatu pekerjaan dilakukan, alasan-alasan mengapa pekerjaan
tersebut dilakukan, hubungan antara suatu posisi tertentu dan posisi lainnya di luar
lingkup pekerjaannya dan di luar organisasi (eksternal) untuk mencapai tujuan unit
kerja dan perusahaan secara luas.
Apabila job description telah tersusun dengan baik, maka job spesification atau
spesifikasi jabatan akan mulai dikembangkan.

Menejemen konflik
Manajemen konflik berasal dari dua kata, yakni manajemen dan konflik. Istilah
manajemen berasal dari bahasa Italia „ Maneggiare‟ yang berarti melatih kuda-kuda,
atau secara harfiah „to handle‟ yang artinya mengendalikan. Sementara itu,
menurut kamus Inggris Indonesia, „ management‟ artinya pengolahan dan
istilah „manager‟ berarti tindakan membimbing atau memimpin.
Sedangkan dalam bahasa Cina, manajemen adalah „ kuan lee‟ yang berasal dari dua
kata yaitu „kuan khung‟ yang artinya mengawasi orang kerja, dan „lee chai‟ yang
artinya memanajemen konflik uang. Sehingga definisi manajemen di dalam
manajemen konflik ini tindakan untuk mengawasi atau mengatur orang bekerja.
Manajemen konflik merupakan proses untuk mengelola konflik dengan menyusun
strategi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki konflik sehingga
mendapatkan resolusi yang diinginkan. Sementara itu, dalam sudut pandang
demokrasi, manajemen konflik berbicara mengenai bagaimana konflik ditangani.
Cara penanganan konflik di dalam manajemen konflik ini biasanya dilakukan secara
konstruktif dan membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang
kooperatif serta dapat merancang sistem kooperatif yang praktis untuk dapat
mengelola perbedaan secara konstruktif.

341
Fungsi Manajemen Konflik

1. Meningkatkan kinerja dan keaktifan karyawan.

2. Mengembangkan kemampuan karyawan.

3. Melatih kemampuan menyelesaikan konflik

4. Meningkatkan rasa saling menghormati.

Pentingnya Manajemen Konflik dalam Organisasi

manajemen konflik di dalam suatu organisasi ini kemudian efektif dijalankan,


sebagai:

1. Sistem Evaluasi

2. Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas

Strategi Manajemen Konflik

1. Akomodatif

2. Menghindari

3. Kolaborasi

4. Kompromi

5. Kompetisi

6. Konglomerasi

Menejemen waktu
Manajemen waktu adalah kemampuan untuk merencanakan dan menggunakan
waktu semaksimal mungkin. Managemen Waktu sendiri juga dapat diartikan sebagai
ilmu dimana manusia dapat menggunakan waktu secara berdaya guna dan berhasil.
Menurut Atkinson, manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang
berkaitan dengan berbagai bentuk upaya dan tindakan individu yang dilakukan
dengan terencana agar seseorang mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

342
Karakteristik manajemen waktu yang sukses
1. Evaluasi
2. Rencana dan prioritas
3. Eliminasi pencurian waktu
4. Delegasi
5. Katakan tidak
6. Rehat

Manfaat manajemen waktu


1. Manajemen waktu membuat seseorang menjadi tepat waktu dan disiplin.
2. Manajemen waktu membuat seseorang menjadi lebih rapi atau terorganisir.
3. Manajemen waktu meningkatkan moral seseorang dan menjadi lebih percaya
diri.
4. Manajemen waktu bisa mengurangi kadar stres dan kecemasan.

343
BAHAN PENUNJANG

(ICE BREAKING, ENERGISER, GAMES)

LATIHAN KHUSUS KOHATI

344
BAHAN PENDUKUNG
(Ice Breaking, Energiser dan Game)
LATIHAN KHUSUS KOHATI
Permainan Pendalaman Materi
a. Belajar Dari Dongeng (disalin dari buku lika-liku LKK)
siapa yang salah?

Tema : Keperempuana
Jenis : Individu
Tipe : bercerita dan menganalisa cerita
Gambaran : Peserta menganalisa actor yang paling bersalah dalam
dongeng yang diceritakan oleh pengelola
Tujuan : Memahami bentuk stereotype terhadap perempuan
Persiapan : suasana kondusif untuk mendongeng
Peralatan : Lembar cerita dongeng

Langkah-langkah
1. Bacakanlan cerita dongeng
2. Bagikan lembar kertas, mintalah peserta menulisakn jawaban pertanyaan:
“siapakah yang paling salah dalam cerita tersebut”
3. Tempelkan jawaban pesera pada plano. Kelompokan
4. Tanyakanlan alasan jawaban pertanyaan tersebut
5. Mintala peserta pada makna cita adalah peengorbanan. Maka siapakah
yang paling banyak berkorban dalam cerita tersebut?
6. Kemudian baliklah tokoh dalam cerita. Upik menjadi ujang, dan
sebaliknya. Sedangkan pemilik rakit adalah perempuan jelek dan penuh
penyakit kulit. Apakah peserta akan memberikan jawaban yang sama?

Kesimpulan
Gender, sering sekali memberikan label negative kepada perempuan.
Perempuan harus menjunjung tinggi norma sosial pada porsi yang lebih tinggi
daripada laki-laki. Label ini kadang justru merugikan perempuan.

Dongeng:
Upik memiliki kekasih bernama ujang. Mereka adalah pasangan yang berjanji
sehidup semati salam suka dan duka. Namun kenyataan hidup tak selamanya
indah. Suatu hari Ujang harus meninggalkan Upik untuk mencari nafkah di
negeri seberang. Ujang berjanji akan segera pulang jika modal hidup mereka
sudah cukup untuk menikah. upik pun tinggal sendiri. Namun ujang terlalu

345
lama pergi. Upik tak sanggup menanggung rindu. Rindunya terlalu berat
sehingga Upik pun berniat menusul ke negeri tempat Ujang berada. Namun
untuk mencapai negeri sebrang Upik harus melewati sungai yang amat lebar
dan penuh dengan buaya. Satu-satunya jalan yang ada adalah menggunakan
rakit untuk menyeberang. Ternyata untuk menyeberang sungai tidaklah
gratis. Sementara Upik sama sekali tidak memiliki uang maupun harta benda
yang dapat ditukarkan untuk jasa penyeberangan. Si pemilik rakit yang
tergoda dengan kecantikan Upik mengajukan satu syarat bagi Upik jika ingin
menyeberang, yaitu Upik harus bersedia melauani hasratnya pada terlebih
dulu. Upik bingung bukan kpalang. Namun rindunga sudah tak tertahan lagi.
Upik pun rela menyerahkan keperawanannya pada pemilik rakit. Imbalannya,
Upik pun dapat melewati sungai dengan selamat.
Akhirnya Upik pun bertemu dengan kekasih pujaan hatinya. Belakangan
Ujang tahu apa yang terjadi pada Upik dengan si pemilik rakit. Ujang marah
bukan kepalang, dan akhirnya Ujang benar-benar meninggalkan Upik.

b. Pangeran Berkuda Putih (disalin dari buku Lika-liku LKK)

Pangeran : Hai cantik, kau sangat cantik, aku sangat suka gaya mu.
Sangat mandiri dan aku cinta segalanya tentangmu
Narrator : .. dan si cantik merasa sangat senang dan sangat tertarik
dengan sang pangeran
Pangeran : Saya tak pernah merasa sedekat ini dengan siapapun.
Kamu orang yang saya percaya satu-satunya, tempat
berbagi cerita masalah, yang paling mengerti aku. Aku
sangat senang bisa bersamamu. Aku sangat mencintaimu
Narrator : Si cantik merasa dia menjadi orang yang sangat penting
bagi pangeran. Dia merasa nyaman dan aman
Pangeran : Saya merasa menemukan bagian diriku yang lain. Tulang
rusukku yang hilang. Kita diciptakan untuk bersama. Kita
tidak butuh orang lain. Ya kan?
Narrator : Dan si cantik merasa seluruh dunia milik mereka berdua.
Setiap menit menrek ahabiskan menikmati cinta mereka
Pangeran : Kamu sangat cantik, sangat mempesona. Tapi… apa
menurutmunajumu itu tidak terlalu panjang? Seperti ibu
ibu.
Aku sangat pduli padamu. Aku hanya mengkhawatirkan
dirimu di ejek oleh orang lain di belakang. Ku pikir
sebaiknya kamu ganti penampilan deh.. yang lebih
menarik. Kamu pasti lebih cantik kelihatannya. Kita kan
akan hidup bersama. Ya kan? Kamu milikku, milikku
Narrator : Dan karena si cantik mencintai pangeran, dia takut untuk
berargumentasi seperti itu. Apa sulitnya mengganti
penampilan. Dia pun merubah cara berpakainnya seperti

346
sang kekasih minta.
Pangeran : Sayangku… kamu terlalu banyak menghabiskan waktu
dengan teman-teman perempuanmu. Kawan-kawan
Kohatimu.
Bukankah kita butuh waktu bersama juga? Aku merasa
selalu ingin bersama. Apa aku tak cukup untukmu. Kau
seharusnya tak usah percaya mereka. Mereka pikir
mereka memberi pengaruh jelek padamu. Saya tidak
suka mereka sibuk bicara gender. Aku gak suka kalau
kamu cerita tentang kawan-kawan Kohatimu
Narrator : Dan karena si cantik ingin lebih baik bagi sang kekasih,
dia mulai mengurangi waktunya bersama teman-
temannya. Teman-teman Kohatinya. Lama kelamaan dia
pun melupakan kawan-kawannya
Pangeran : Saya suka orang tuamu, tapi kenapa kita harus permisi
menemui mereka jika aku ingin mengajakmu jalan-jalan
di haro minggu. Saya malas di undnag orang tuamu.
Saya merasa orang tuamugak begitu suka denganku.
Terlalu cerewet. Agaknya orang tuamu senang kalau kita
putus saja
Narrator : Si cantik khawatir dengan hubungan mereka. Dia tidak
ingin kehilangan waktunya bersama keluarga
tersayangnya. Entah kenapa dia merasa…..

Catatan: Game ini bentuk kekerasan psikis.


Pembelajaran dari sini. Ketidak adilan gender datang perlahan-lahan, sering
sekali tanpa disadari.

c. Who is behind: Tokoh Perempuan (disalin dari buku lika-liku LKK)


Peralatan : gambar tokoh-tokoh perempuan. (Jika tidak ada bisa
diganti dengan nama-nama tokoh perempuan)
Langkah-langkah :
1. Minta peserta berbaris
2. Tempelkan gambar/nama tokoh perempuan pada punggung masing-
masing peserta
3. Bubarkan barisan dan kemudia mintalah peserta mencari tahu siapa tokoh
dibalik punggungungnya kepada beberapa temannya
4. Tuliskan setiap komentar setiap orang yang ditanyai pada selembar
kertas.
5. Beri waktu 5 menit kepada pesrta mencari tau tokoh dipunguungnya,
kemudian mintalah peserta duduk memberi lingkaran

347
6. Persilahkan satu persatu peserta menebak tokoh dipunggungnya. Setelah
menebak, mintalah peserta tersebut mencopot gambar tokoh tersebut dan
koreksi tebakan peserta tersebut
7. Ini akan memakan waktu lama, tetapi akan membangun suasana akrab
antara peserta
8. Setelah selesai, tanyakan pada peseerta, bagaimana anda bisa menebak
tokoh tersebut.
9. Bagikan metaplan pada pserta
10. Ajukan pertanyaan untuk dituliskan pada metaplan tersebut:
- Mengapa perempuan bisa menjadi tokoh yang berpengaruh di
masyarakat?
- Ancaman/tantangan apa yang dia hadapi?
- Sikap/potensi apa yang dia miliki?
11. Tempelkan masing-masing jawaban
12. Kelompokan jawaban yang sama
13. Simpulkan
14. Ajaklah peserta mengamati kepengurusannya masing-masing. Eksplorlah
pengalaman peserta yang memiliki ancaman, tantangan.
15. Tutuplah dengan memotivasi peserta
16. Man jadda wa jada

d. Surat untuk Masa Depan (disalin dari buku lika-liku LKK)


(yang tertulis akan abadi, dan yang terucap akan hilang terbawa angin)

Tema : Keperempuanan dan ke-Kohatian


Jumlah kelompok : tiga kelompok peserta
Waktu : 45 menit
Tipe aktivitas : menulis
Gambaran : peserta akan menuliskan warisan yang akan diberi
Tujuan : motivasi untuk membuat sejarah
Persiapan : suasana kondusif untuk mendongeng
Peralatan : alat tulis, plano, spidol

Langkah-langkah:
1. Bagilah pserta dalam 3 kelompok
2. Minta setiap kelompok membuat 5 daftar pesan perempuan masa kini
untuk peradaban masa depan, 100 tahun dari sekarang
3. Pesan tersebut akan dimasukkan dalam tabung waktu yang akan dibuka
100 tahun yang akan datang oleh generasi yang akan datang sebagai
pembelajaran bagi generasi tersebut
4. Presentasikan pesan setiap kelompok

348
5. Setiap kelompok harus mampu menjelaskan alasan mengapa mereka
menuliskan pesan tersebut
6. Dari hasil ketiga kelompok tersebut, mintalah mereka merumuskan
menjadi 5 pesan saja yang harus di masukkan ke dalam kapsul tersebut
7. Diskusikan dan pertahankan pilihan mereka dengan seluruh kelompok

Catatan: game ini bisa digunakan di materi ke-Kohatian. Kata generasi di ganti
dengan kohati di masa depan.

e. Membuat Puisi (disalin dari buku Lika-liku LKK)


1. Instruktur menentukan tema puisi yang akan dibuat, masing-masing
peserta membuat 2 lirik puisi dari tema yang ditentukan
2. Masing-masing lirik puisi dituliskan di metaplan
3. Metaplan yeng berisii lirik puisi tersebut disusun di papan plano, dalam 4
kolom
4. Masing-masing lirik dalam 4 kolom tersebut disusun untuk menjadi sebuah
puisi utuh oleh peserta yang dibagi dalam 4 kelompok
5. Masing-masing utusan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

349
LAMPIRAN-LAMPIRAN

350
DOKUMEN PENTING LATIHAN KHUSUS KOHATI
1. SURAT KEPUTUSAN KOHATI CABANG TENTANG PEMBENTUKAN SC & OC
2. SURAT PEMBERITAHUAN KEGIATAN
3. SURAT PERMOHONAN MOT
4. SURAT PENGANTAR
5. KISI-KISI SCREENING
6. HASIL EVALUASI DAN PENILAIAN PERKEMBANGAN PESERTA
7. REPORT PROGRESS
8. BENNER KEGIATAN
9. LAPORAN KEGIATAN
10. SERTIFIKAT PESERTA, PEMATERI DAN MOT

351
Contoh SK OC dan SC

352
353
354
355
356
357
358
Materi Screening
1. BTQ
- Membaca QS 3 ayat beserta penjelasan hukum tajwidnya beserta asbabun
nuzulnya
- Menulis QS. Alfatihah
- Menghafal 15 surat diluar al-fatihah, annas, al-falaq
- Menjelaskan 2 hadis tentang perempuan beserta asbabul wurudnya

2. Ke-HMI-an
- Jelaskan secara singkat sejarah perjuangan HMI dan kaitannya dengan
Kohati
- Jelaskan Relasi Mission HMI dan Tujuan Kohati
- Jelaskan PDK sebagai turunan Konstitusi HMI
- Jelaskan tentang esensi dasar ajaran Islam tentang kemasyarakatan,
kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan keperempuanan

3. Ke-Kohati-an
- Penjalasan mukaddimah
- Penjelasan PDK pasal 1-9
- Sejarah Kohati
- Atribut Kohati

4. Ke-perempuan-an
- Filsafat perempuan
- Pemahaman feminisme, emansipasi, gender dan seks
- Isu terkini tentang perempuan dan wacana gerakan Kohati
- Kepemimpinan perempuan dalam perspektif sosio kultur

5. Presentasi KTI
- Judul
- Metode penulisan
- Pembahasan
- Referensi

359
Contoh hasil penilaian dan evaluasi (mengikuti dan menyeuaika format penilaian dari BPL yang sewaktu-waktu bisa berubah)
Hasil Nilai Screening
Latihan Khusus Kohati HMI Cabang …….
No Nama Asal Secreening Jumlah Rata- Keterangan
Peserta Cabang BTQ dan Ke- Ke- Ke- Makalah raata
Keislaman HMI- Kohatian Perempuan-
an an
1 S. Bangkalan 80 75 90 85 70 400 80 Baik/Kurang
Khodijah Baik

Keterangan: 81-85: sangat baik 77-80: baik 65-74 cukup <65 buruk.
Presensi Peserta
Latihan Khusus Kohati
No Nama Asal Pertemuan Jumlah Rata-
Peserta Cabang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 rata
1 s.khodijah Bangkalan 70 65 80 60 75 60 70 75 80 75 80 70 75 75 80 1.090 72,6

Keterangan:
Pertemuan 1 : perkenalan, AMT dan pree test
Pertemuan 2-14 : aktifitas forum sesuai banyaknya mauatan materi yang diberikan
Pertemuan 15 : post tes

360
Nilai Aktifitas Forum
Latihan Khusus Kohati HMI Cabang
Materi 1: Perempuan dalam Perspektif Islam (begitupun dengan materi yang lain)
No Nama Asal Afektif Rata- Kognitif Rata- Psikomotorik Rata- Jumlah Rata-
Peserta Cabang rata rata rata rata

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1

Keterangan:
Afektif : 1. Keberanian 2. Tenggang rasa 3. Etika forum 4. Sikap
Kognitif : 1. Analisa masalah 2. Retorika 3. Relevansi masalah 4. Referensi
Psikomotorik : 1. Kedisiplinan 2. Inisiatif 3. Konsentrasi 4. Leadership

Rekapituasli Nilai Forum


Latihan Khusus Kohati Hmi Cabang ……
No Nama Asal Materi ke- Jumlah Rata-
Peserta Cabang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 rata

Keterangan:
Mengambil dari nilai rat-rata aktifitas forum

361
Nilai Tes Tulis
Latihan Khusus Kohati HMI Cabang
No Nama Asal Cabang Uraian Jumlah Rata-rata
Peserta Pree tes Pos tes
1

Nilai Presentasi KTI


Latihan Khusus Kohati HMI Cabang
No Nama Asal Aspek yang dinilai Jumlah Rata- MOT yang
Peserta Cabang Sikap Perormance Penguasaan Retorika Interaksi rata bertugas
materi Sosial
1

NILAI KESELURUHAN PESERTA


Latihan Khusus Kohati HMI Cabang
N Nama Asal Afektif Jumla Rata Kognitif Jumla Rata Psikomotor Jumla Rata Tot rata Statu Predik Scor
o Peser Caban h - h - ik h - al - s at e
ta g 1 2 3 4 rata 1 2 3 rata 1 2 3 rata rata

Keterangan:
Afektif : 1. Keberanian 2. Tenggang rasa 3. Etika forum 4. Sikap
Kognitif : 1. Screening 2. Keaktifan forum 3. Tes tulis
Psikomotorik : 1. Absensi 2. Keaktifan forum 3. Presentasi makalah

362
CONTOH ABSENSI PESERTA LKK
Materi :
Hari/Tanggal :
Waktu :
MOT :

No Nama Peserta Asal Cabang Waktu Masuk TTD


1 s. khodijah Bangkalan 07.50 Ditandangani

363
DAFTAR IZIN KELUAR MASUK
PESERTA LKK HMI CABANG …….

Materi : Perempuan dalam Perspektif Islam


Hari/Tanggal : Senin, 8 Maret 2022
Waktu : 08.30-11.30
MOT : Master Siti Zaenab

No Nama Peserta Asal Absensi Keterangan


Cabang Keluar Masuk
1 S. Khodijah Bangkalan V Ke toilet

364
BERITA ACARA
LATIHAN KHUSUS KOHATI HMI CABANG
Materi :
Pemateri :
Pemandu :
Waktu :
Jumlah peserta yang hadir : ......................................... orang

Jumlah peserta yang keluar / izin..................................... : orang

Penilaian secara umum

1. Penyampaian materi oleh pemateri: baik /Sedang / buruk*)


Alasan:
2. Penyerapan Materi oleh Peserta : Baik / sedang / buruk*)
Alasan:
3. Etika / penghargaan Forum Oleh Peserta : Baik / Sedang / buruk*)
Alasan:
4. Suasana Lingkungan belajar : Baik / Sedang/ Buruk *)
Alasan:
Penilaian secara khusus
Perihal
Keterangan
No Nama peserta Positif Negative
1 ? Bertanya

2 # Menjawab

3 + Menangapi

4 √ Telat

5 − Tidur

6 □ Ngobrol sendiri

7 ◌ Keluar

8 @ tidak rapi

9 × main hp

10

Jakarta , ..................... 2022

365
BIODATA PEMATERI
(SPEAKER’S DETAILS)

Materi / Topik :
Waktu :
Hari/Tanggal :
MOT :
1. Nama Pemateri :
2. Tempat / Tanggal Lahir :
3. Status : □ Nikah (Jumlah Anak: …… Putra:…….. Putri: ………)
□ Belum Nikah □ Lainnya ………………………
4. Pekerjaan Tetap Sekarang :
5. Alamat Tinggal :
6. Nomor Telpon / HP :
7. Jenjang Pendidikan Tempat Lulus Tahun
SD/MI

SMP/MTS

SMA/MA

S-1/SARJANA

S-2/MAGISTER

S-3/DOKTOR

8. Jenjang Training HMI Tempat Tahun


Basic Training (LK-1)

Intermediate Training
(LK-2)

Advance Training (LK-3)

LKK
TFT/SC
Training lainnya
9. Pengalaman Organisasi Jabatan Tahun
di HMI
Komisariat-HMI

366
Cabang-HMI

BADKO-HMI

PB-HMI

Badan Khusus

10. Pengalaman Organisasi Jabatan Tahun


di Luar HMI
1.
2.
3.
11. Hobby :
12. Motto :
13. Tanda Tangan

Nama Lengkap, Tanggal / Bulan / Tahun

367
FORM PENILAIAN LKK HMI CABANG
Materi :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Pemateri :
MOT :
PSIKOMOTORI
N AFEKTIF KOGNITIF
NAMA DELEGASI K
O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
KET :
AFEKTIF : Kognitif : Psikomotorik :
1. Keberanian 1. Analisa Masalah 1. Kedisiplinan
2. Tenggang Rasa 2. Retorika 2. Inisiatif
3. Etika Forum 3. Relevansi 3. Konsentrasi
4. Sikap Masalah 4. Leadership
4. Referensi
Nilai minimal 50
Nilai maksimal 100

368
Contoh penlaian deksriptif kualitatif

LAPORAN PERKEMBANGAN (PROGRES REPORT) PESERTA LKK HMI


CABANG ………
Nama :
Asal Komisariat :
Asal Cabang :
Coor. MOT :
Berikut kami sampaikan hasil evaluasi dan penilaian perkembangan peserta LKK HMI
Cabang ….. untuk dijadikan bahan untuk follow up setelah kembali ke
komisariat/cabang asal.
Klasifikasi penilaian Meliputi Keterangan
Afektif Keberanian Kurang berani
menyampaikan pendapat
Tenggang rasa Kepedulian terhadap kawan
cukup baik
Etika forum Baik
Sikap Baik
Kognitif Analisa masalah Kurang
Retorika Perlu ditingkatkan
Relevansi masalah Kurang
Referensi Kurang
Psikomotorik Kedisiplinan Baik
Inisiatif Perlu dipancing
Konsentrasi Sedikit terganggu
Leadership Perlu dimunculkan
Soft Skill Kemampuan bernegosiasi Perlu dilatih
Kelancaran presentasi Perlu ditingkatkan
Membaca body language Cukup
lawan bicara.
Kemampuan menggunakan Cukup
komunikasi non-verbal
Hard Skill Kemampuan spesifik sesuai Punya skill dlm membuat
minat dan bakar konten video education
Catatan: secara keseluruhan peserta LKK HMI Cabang …. atas nama tersebut
progresnya bagus, antusias mengikuti forum dari hari pertama ke hari berikutnya
meningkat dan semangat belajarnya tinggi. Setelah kembali dari LKK dimohon untuk
terus didampingi agar dapat melanjutkan training seperti LK II, SC dan LK III.
Jakarta, 01 Februari 2022
Ditanda tangani
Coor. MOT

369
Format Banner
Ukuran disesuaikan dengan forum. Untuk desain menggunakan prinsip
simpel tapi bijaksana

Logo HMI, Kohati dan


Nama kegiatan dan pelaksana
Logo Kegiatan

Tema
kegiatan

Tempat, tanggal, tahun

Format penyusunan LPJ untuk OC

1. Cover
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. Bab I rencana mekanisme kegiatan, rencana anggara biaya dan susunan
kepanitiaan
5. Bab II mekanisme pelaksanaan kegiatan
6. Bab III hasil dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
7. Bab IV penutup
8. Lampiran-lampiran penting seperti dokumentasi dan kwitansi

370
CONTOH AGENDA KEGIATAN LKK
Waktu Acara Fasilitator
Tiga hari (01-03 Maret 2022)
08.00-22.00 Screening Daring Luring SC dan MOT
(dibagi shif)
04 Maret 2022
20.00-selesai SK peserta tahap screening SC
07 Maret 2022 (hari pertama)
10.00-12.00 Opening Ceremony SC dan OC
- Pembukaan
- Pembacaan kalam ilahi
- Menyanyikan lagu Indonesia Raya,
hymne HMI, dan mars Kohati
- Laporan Ketua Pelaksana (OC)
- Sambutan-sambutan
- Serah terima berkas dari SC kepada MOT
- Doa dan Penutup

12.00-13.00 ISHOMA All


13.00-14.00 Perkenalan dan bangun suasana (ice breaking) MOT
14.00-14.30 AMT MOT
14.30-15.00 Pree tes MOT
15.00-15.15 Sholat asyar All
15.15-15.30 Presentasi makalah MOT
15.30-16.00 Pengantar materi Peserta
16.00-18.00 Materi 1: “Perempuan dalam Perspektif Islam” Pemateri
18.00-19.00 ISHOMA (Sholat barjama‟ah&tadarus) All
19.00-22.00 FGD MOT
22.00-04.00 Istirahat All
08 Maret 2022 (hari kedua)
04.00-05.00 Sholat berjama‟ah dan kultum MOT
05.00-06.00 Olahraga OC
06.00-08.00 Aktifitas pribadi All

371
08.00-08.30 Presentasi makalah MOT
08.30-09.00 Pengantar materi
09.00-11.00 Materi ke 2: “Membina Keluarga Sakinah Pemateri
Mawaddah Warohmah”
11.00-12.00 Review Materi MOT
12.00-13.00 ISHOMA All
13.00-13.15 Presentasi makalah MOT
13.15-14.45 Materi ke 3: “Konsep Diri” Pemateri
14.45-15.00 Praktik MOT
15.00-15.15 Sholat asyar All
15.15-15.30 Presentasi makalah
15.30-18.00 Materi ke 4: “Psikologi Perempuan” Pemateri
18.00-19.00 ISHOMA (Sholat barjama‟ah&tadarus) All
19.00-22.00 Review semua materi dan FGD MOT
22.00-04.00 Istirahat All
09 Maret 2022 (hari ketiga)
04.00-05.00 Sholat berjamaah dan kultum All
05.00-06.00 Olahraga OC
06.00-08.00 Aktifitas pribadi All
08.00-08.30 Presentasi makalah MOT
08.30-09.00 Pengantar materi
09.00-11.00 Materi ke 5: “Kesehatan Reproduksi” Pemateri
11.00-12.00 Review Materi MOT
12.00-13.00 ISHOMA All
13.00-13.15 Presentasi makalah MOT
13.15-14.45 Materi ke 6: “Isu Mutakhir keperempuanan” Pemateri
14.45-15.00 Review Materi MOT
15.00-15.15 Sholat Asyar All
15.15-15.30 Presentasi makalah MOT
15.30-15.45 Pengantar materi
15.45-18.00 Materi ke 7: “Pengarus Utamaan Gender” Pemateri
18.00-19.00 Sholat berjama‟ah dan tadarus All
19.00-20.00 Review materi ke 7 MOT
20.00-22.00 FGD dan simulasi MOT

372
22.00-04.00 Istirahat All
10 Maret 2022 (hari ke 4)
04.00-05.00 Sholat berjamaah dan kultum All
05.00-06.00 Olahraga OC
06.00-08.00 Aktifitas pribadi All
08.00-08.30 Presentasi makalah MOT
08.30-09.00 Pengantar materi
09.00-11.30 Materi ke 8: “PDK I” All
11.30-12.00 Review materi MOT
12.00-13.00 ISHOMA All
13.00-13.15 Presentasi makalah MOT
13.15-15.00 Materi ke 9: “PDK II” Pemateri
15.00-15.30 Sholat All
15.30-16.30 Lanjutan materi ke 9 Pemateri
16.30-17.00 Review Materi MOT
17.00-19.00 Sholat berjama‟ah dan tadarus All
19.00-22.00 FGD dan simulasi MOT
22.00-04.00 Istirahat All
11 Maret 2022 (hari ke 5)
04.00-05.00 Sholat berjamaah dan kultum All
05.00-06.00 Olahraga OC
06.00-08.00 Aktifitas pribadi All
08.00-08.30 Presentasi makalah MOT
08.30-09.00 Pengantar materi
08.30-11.30 Materi ke 10: “Administrasi dan MOT
Kesekreteriatan”
11.30-12.00 Review Materi MOT
12.00-13.00 ISHOMA All
13.00-13.15 Presentasi makalah MOT
13.15-14.45 Materi ke 11: “Perspektif Kohati sebagai Pemateri
Kontributor ”
14.45-15.00 Review Materi MOT
15.00-15.15 Sholat All
15.15.15.45 Presentasi makalah MOT

373
15.45-16.00 Pengantar materi
16.00-18.00 Materi ke 12: “Revitalisasi Analisis Kohati Pemateri
terhadap Isu Keperempuanan”
18.00-19.00 Sholat berjama‟ah dan tadarus All
19.00-22.00 FGD dan simulasi MOT
22.00-04.00 Istirahat All
12 Maret 2022 (Hari ke 6)
04.00-05.00 Sholat berjamaah dan kultum All
05.00-06.00 Olahraga OC
06.00-08.00 Aktifitas pribadi All
08.00-08.30 Presentasi makalah MOT
08.30-09.00 Pengantar materi
09.00-11.00 Materi ke 13: “Publick Speaking, Metode Pemateri
Diskusi dan Diplomasi”
11.00-12.00 Praktik MOT
12.00-13.00 ISHOMA All
13.00-13.15 Presentasi makalah MOT
13.15-14.45 Materi ke 14: “Kepemimpinan ” Pemateri
14.45-15.00 Review materi MOT
15.00-15.15 Sholat All
15.15-20.00 Waktu tenang menuju post tes All
20.00-22.00 Post tes MOT
22.00-04.00 Istirahat All
04.00-05.00 Sholat dan kultum All
05.00-09.00 Aktifitas pribadi All
09.00-11.00 Penutupan
- Pembukaan
- Pembacaan kalam ilahi
- Menyanyikan lagu Indonesia Raya,
hymne HMI, dan mars Kohati
- Pengumuman hasil evaluasi dan penilaian
peserta oleh MOT
- Serah terima berkas dari SC kepada MOT

374
- Laporan ketua pelaksana
- Sambutan-sambutan
- Doa dan Penutup
11.00-selesai Feel trip All

Catatan:
1. Pemberian materi bisa dikembangkan asal disesuaikan dengan Kurikulum
materi LKK yang mencakup tentang: (1). ke-Islaman, (2). ke-perempuanan,
(3). ke-organisasian, ke-HMI-an, ke-Kohatian (4). Kepemimpinan, menejemen
dan komonikasi
2. Dalam sehari maksimal pemberian materi sebanyak tiga materi
3. Kegiatan malam di isi dengan FGD, praktik dan simulasi.
4. Secreening dilakukan via daring luring untuk memudahkan peserta dan
panitia
5. Peserta hadir ke lokasi training satu hari sebelum pembukaan
6. Nama pemateri disebutkan di dalam proposal

375
Tambahan:
QUESIONER KEPUASAN PESERTA TERHADAP LATIHAN KHUSUS
KOHATI HMI CABANG …….
Quesioner ini penting diberikan dan diisi oleh peserta sebagai bahan untuk
mengetahui respon peserta terhadap pelaksanaan LKK HMI Cabang …… dari
segi sarana prasarana, muatan materi, pemateri, dan pengelolaan forum oleh
MOT yang bertugas.
Petunjuk: berikan tanda check list (v) untuk jawaban yang menurut saudara
paling tepat
No Pernyataan Baik Cukup Sangat Kurang Tidak
Baik Baik Baik Baik
1 Sarana prasarana LKK HMI
Cabang….
2 Panitia komunikatif dalam
memahami kebutuhan
peserta
3 Pelaksanaan LKK HMI
Cabang…. Sangat bagus,
seru, menyenangkan dan
ilmiah
4 Muatan materi sesuai
dengan juknis yang ada di
PDK
5 Ada beberapa materi LKK
yang tidak sesuai dengan
juknis tapi bagus sesuai
kebutuhan peserta
6 Pemateri menyampaikannya
secara menyeluruh sesuai
dengan TOR
7 Saat di dalam forum
mengantuk karena pemateri
membosankan

376
8 MOT mengantarkan dan
mereview materi sesuai
dengan konten materi
9 MOT membosankan saat
memandu forum
10 Ada tambahan pengetahuan
sikap, sifat setelah
mengikuti LKK

Catatan: untuk teknisnya bisa gunakan google form

377
CONTOH SERTIFIKAT
HAL. DEPAN
SERTIFIKAT
LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK) HMI CABANG ……. (SEBUTKAN NAMA CABANG)
NOMOR: /A/SEK/KHI/01/1444 H
Pengurus Kohati HMI Cabang …… (Kohati HMI Cabang ……..) Berdasarkan Surat Keputusan Master Of Training Latihan Khusus
Kohati (LKK) Korps HMI-Wati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Cirebon, Menyatakan Bahwa:
Nama :
Tempat, Tanggal Lahir :
FOTO
Asal Cabang :
Nilai :
Telah mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK) yang diselenggarakan oleh Korps HMI-Wati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
Cirebon Pada Tanggal 31 Juli – 06 Agustus 2022 di Balai Diklat melalui pembelajaran secara langsung (Luring) dengan jumlah
keseluruhan jam pelatihan sebanyak 56 jam pelatihan .
Jakarta, Hijriyah
Masehi
Pengurus
Korps HMI-Wati
Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang ……

Siti Aisyah Siti Zuhro


Ketua Umum sekretaris umum

378
Contoh sertifikat hal. Belakang DAFTAR MATERI LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK)

No. Materi Latihan Khusus Kohati Jam PENILAIAN


Pelatihan Afektif Kognitif Psikomotorik Jumlah Rat-rata
1. Perempuan Dalam Perspektif Islam 4 JP
2. Membina Keluarga Sakinnah Mawaddah 4 JP
Warahmah
3. Konsep Diri 4 JP
4. Psikologi Perempuan 4 JP
5. Kesehatan Reproduksi 4 JP
6. Isu Mutakhir Perempuan 4 JP
7. Pengarus Utamaan Gender 4 JP
8. PDK I 4 JP
9. PDK II 4 JP
10. Administrasi Dan Keprotokoleran 4 JP
11. Perspektif Kohati Sebagai Kontributor 4 JP
Pembaharuan
12. Revitalisasi Analisis Kohati Terhadap Isu 4 JP
Keperempuanan
13. Public Speaking, Metode Diskusi dan 4 JP
Diplomasi
14. Kepemimpinan 4 JP
TOTAL 56 JP

Mengetahui,
Master of Training (MOT)
LKK HMI Cabang ……

Siti Fatimah
Co. MOT

379
Keterangan: Nomor surat sertifikat dikeluarkan oleh Kohati PB HMI Periode 2021- 2023
setelah pelaksana megirimkan surat pemberitahuan LKK beserta proposal 6 minggu sebelum
pelaksanaan LKK dimulai, sebagaiamana yang tertuang di dalam juknis LKK tentang alur
pelaksanaan LKK. Berdasarkan pasal 19 PDK tentang wewenang pada ayat tiga Kohati PB HMI
berwenang memeriksa dan memberikan persetujuan terhadap seluruh komponen perkaderan
ditingkat Kohati Badko HMI dan Kohati HMI Cabang. Dalam hal ini bentuk persetujuan Kohati
PB HMI berupa surat yang akan dikeluarkan setelah dilakukan verifikasi terkait surat dan
proposal yang diterima oleh pengurus Kohati PB HMI Bidang Pendidikan dan Pelatihan dan
surat persetujuan tersebut harus dilampirkan dalam proposal LKK yang akan dipublish oleh
pelaksana hal ini ditujukan sebagai bentuk affirmasi bahwa LKK yang akan dilaksanakan telah
disetujui oleh Kohati PB HMI sehingga dapat dilaksankanan.

380

Anda mungkin juga menyukai