Anda di halaman 1dari 54

MODUL

SEKOLAH KADER PENGGERAK (SKP) 2023

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


RAYON SUNAN GUNUNG JATI
KOMISARIAT RADEN MAS SAID SURAKARTA
CABANG SUKOHARJO

"Kaderisasi Sebagai Wujud Implementasi Idiologi PMII”

Nama:
Prodi:
Motto:
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Modul SKP 2023


"Kaderisasi Sebagai Wujud Implementasi Idiologi PMII”

Tim Penyusun :
Arif Romdhoni
Aprilia Natasya
Nawang Azzahra
Fajar Andiyanto
Editor dan Penerbit :
Anis Larasati
(Lembaga Kajian, Kepenulisan, dan Penerbitan (LK2P) PMII Rayon Sunan Gunung Jati)
Alamat :
Perumahan Kencana Asri No. A07, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168,
Indonesia

2
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

SAMBUTAN KETUA RAYON


Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirahmanirrahim
Yang terhomat, Ketua Cabang PMII Kabupaten Sukoharjo beserta jajaran pengurusannya
Yang saya hormati, Ketua Komisariat PMII Raden Mas Said beserta jajaran pengurusannya
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt, karena telah melimpahkan
kasih sayang, rahmat serta nikmat sehat dan kuat kepada kita semua. Shalawat serta salam
selalu kita curahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Serta syukur saya ucapkan atas
penyusunan dari modul sekolah kader penggerak (SKP) 2023 dapat di selesaikan dengan
sangat baik.
Perkenan saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselesaikannya
modul sekolah kader penggerak (SKP) 2023 dan tim penyusunan modul ini. Modul SKP 2023
berisikan tentang materi seluruh materi yang ada. Tak hanya itu saja, dibagian awal dari modul
SKP 2023 mengkaji akan mahasiswa dan tanggung jawab sosial, sikap yang paling utama
dipertahankan adalah idealisme dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan intelektual.
Oleh karena itu basis di dalam ruang lingkup kampus adalah persaingan intelektual, maka
kewajiban meningkatkan intelektual merupakan suatu keharusan yang tertanam pada diri
seorang kader.
Modul ini kiranya perlu untuk dibaca, dipahami dan dikaji oleh sahabat-sahabati Rayon
Sunan Gunung Jati dan dapat dijadikan sebagai penguatan ideologi, teknik pendampingan dan
juga sebagai acuan berpikir dan bergerak untuk ke depan. Tidak bisa dimungkiri, bahwa jasa
terbesar PMII kepada negeri ini, yaitu memperkokoh wawasan kebangsaan dan keislaman.
Setiap anggota PMII, sejak awal dikenalkan dengan paradigma Ahlussunnah wal Jama’ah,
sebagai modal dasar untuk merperkokoh pandangan Islam moderat. Tak hanya itu, dalam
modul ini terdapat materi-materi dalam cara pendampingan
Semangat pergerakan perlu untuk terus digaungkan dalam segala bidang terkhusus dalam
bidang Kefakultatifan yang menjadi aspek dasar mereka sebagai anggota PMII Rayon Sunan
Gunung Jati Fakultas Syariah. Mengingat tantangan mereka ke depan akan jauh lebih
kompleks. Dan semangat belajar, bergerak, dan beradaptasi dengan instrumen-instrumen baru
dengan perubahan yang begitu cepat.
Selamat berproses sahabat-sahabati semua. Salam pergerakan!

Sukoharjo, 13 Juni 2023

Ikhwan Maulana
Ketua Rayon Sunan Gunung Jati

3
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

DAFTAR ISI
Sambutan Ketua Rayon ......................................................................................................3
Daftar Isi ............................................................................................................................... 4
Lagu Indonesia Raya ...........................................................................................................5
Lagu Mars PMII .................................................................................................................. 5
Lagu Himne PMII ................................................................................................................ 6
Materi-Materi ....................................................................................................................... 7
I. Ahlusunnah Wal Jama'ah (Aswaja) .................................................................7
II. PKT, NDP dan PMII Gerakan Mahasiswa...................................................... 16
III. Andir & Ansos ....................................................................................................30
IV. Manajemen Wacana .......................................................................................... 34
V. Manajemen Organisasi ...................................................................................... 39
VI. Teknik Komunikasi, Teknik Reckruitment dan Teknik Pendampingan ......44
VII. Agitasi & Propaganda ....................................................................................... 51
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 54
Rekomendasi Buku Bacaan ................................................................................................ 55

4
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Lagu Indonesia Raya


Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah neg'riku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Lagu Mars PMII


Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa, penegak agama
Tangan terkepal dan maju kemuka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya
Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur
[Reff]
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti, ku berikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa

5
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Putera bangsa bebas merdeka


Tangan terkepal dan maju kemuka

Lagu Himne PMII


Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII
Masa depan Kita rebut
Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa
Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII
Masa depan Kita rebut
Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa

6
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi I
Ahlusunnah Wal Jama'ah (Aswaja)

A. Sejarah dan Doktrin Aswaja


Jika kita membedah kalimat ‘ahlusunnah wal jammah’, maka kalimat tersebut
tersebut terusun atas beberapa kata yang memilik arti tersendiri. kata pertama yaitu, ahl
berarti pemeluk aliran atau pengikut madzhab. Namun di sisi lain terdapat juga yang
mengatakan bahwa term ahl adalah badal an- nisbah yang jika dikaitkan dengan sunnah
berarti orang yang berfaham sunni (al-suniyyun). Sementara itu term al-sunah acapkali
difahami sebagai tradisi, kebiasaan atau jalan dan model. Dengan demikian secara
sederhana al-sunnah bisa difahami sebagai tradisi atau jalan para Nabi, sahabat, tabi’in
dan tabi’-tabi’in dalam menjalani hidupnya. Sedangkan al-jama’ah adalah sekumpulan
orang atau kelompok yang terorganisir yang memiliki visi, misi dan tujuan. Jika ini
dihubungkan dengan sekte sekte dalam Islam maka hanya berlaku untuk komunitas al-
sunnah, karena istilah aljama’ah belum dikenal di kalangan khawarij maupun Rafidah.
Kata ahlussunah wal jamaah secara normatif belum ditemukan dalam beberapa kitab-
kitab referensi lama, bahkan pada masa al-Asy’ari pun yang dianggap sebagai pendiri
madzhab ini, istilah tersebut belum dijumpai. Bahkan dalam pernyataan kepindahan
beliau dari faham mu’tazilah pun bukan karena istilah ini telah jelas. Kepindahannya dari
faham mu’tazilah ke faham as’ariyah adalah karena ia memperoleh bisikan dari Rasul
melalui impiannya bertemu dengan Rasul. Inti impian itu adalah wahai Ali (al-As’ari).
aku (Rasulullah SAW) tidak memerintahkanmu meninggalkan ilmu kalam, namun aku
hanya menyuruhmu membela madzhab yang telah disampaikan dariku (al-madzahabi al-
marwiyah ‘anny), karena hanya itulah yang benar (haq).
Memahami hakikat aswaja perspektif historis tidaklah bisa diabaikan. Tentu, tidak
dengan cara memahami dan menghayatinya secara pasif, stagnan, lebih-lebih
mengkultuskannya (sebagai doktrin). Lebih dari itu, bermaksud ingin memposisikannya
sebagai hazanah peradaban hidup yang dinamis an progresif yang senantiasa terbuka
untuk melakukan proses dialektika sesuai dengan tuntutan situasional dan kondisional
kerangka pemahaman anak zaman yang dominan.
Dengan cara itu, sifat dinamis hazanah peradaban mulai dari bagaimana para ulama
dan pakar ketika itu mengkonsepsikan, mendoktrinkan, dan mengimplementasikannya
sebagai wujud tesis mereka yang monumental kala itu, hingga melahirkan antitesis-
antitesis dan sintesis-sintesis baru yang menzaman. Logika di atas mengantarkan suatu
pemahaman bahwa tidak ada sesuatu yang kekal, tetap dan bertahan di dunia ini kecuali
perubahan-perubahan itu sendiri. Oleh karena itu kita harus mengetahui kajian
konseptual (ontologis) tentang aswaja dalam konstalasi sejarah, doktrin berikut
pemahamannya.
Secara historis pengenalan term ahlussunah waljama’ah sebagai suatu aliran, baru
mulai nampak pada ashab al-asy’ary (asya’irah-Sunni). Mereka itu adalah al-Baqillani
(403 H), al-Bagdadi (429 H), Al-juwaini (478). Meskipun demikian tidak berarti secara
tegas mereka membawa bendera aswaja sebagai madzhabnya. Baru pernyataan itu mulai
tegas ketika al-Zabidi (1205 H) dalam Ithaff Sadat al-Muttaqin (syarah Ihya ulumu al-
din) mengatakan idza uthliqa ahlussunah fa al murad bihi alasya’irah wal maturidiyah

7
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

(jika diungkapkan kata ahlussunah, maka yang dimaksud adalah penganut al-Asy’ari dan
al-Maturidi). Oleh karena itu definisi-definisi tentang aswaja ketika itu masih dalam
tataran klaim-klaim saja. Sebab dalam tataran konseptual, betapapun cara pandang al-
asy’ari juga banyak dipengaruhi oleh beberapa cara atau model pemikiran para imam-
imam sebelumnya.
Proses perpindahan faham beliau dari faham mu’tazilah ke faham alAsy’ariyah telah
menunjukkan bahwa selain faktor emosional-intuitif (impian) juga dipengaruhi faktor
akademik, yaitu proses pemahaman keagamaan transformatif, pemahaman keagamaan
yang terbuka (inklusif) dan akomodatif dan bukan model pemahaman keagamaan literal-
skriptural yang tertutup (eksklusif), dan ekstrimis. Atas dasar inilah maka fleksibilitas
pemahaman ahlussunah waljamaah perspektif alAsy’ari bisa dipahami sebagai jalan,
metode berpikir keagamaan dalam semua aspek kehidupan yang berlandasan moderasi,
keseimbangan dan toleran.
Indikasi sikap moderatnya terlihat ketika al-Asy’ari melakukan proses perubahan
transformatif dalam hal teologis (aqidah), yaitu tidak semata-mata dengan pendekatan
bayani (tek) tetapi juga memperhatikan pendekatan burhani (nalar) dan irfani (intuisi)
atau kontek. Manhaj ini secara jelas tercermin pula pada pola penalaran para elit
keagamaan pada bidang yang lain. Dalam bidang pemikiran tasawuf misalnya, manhaj
di atas senada dengan karakteristik pemahaman tasawuf al-Junaidi dan al-Ghazali,
sementara dalam bidang fiqih manhaj tersebut juga senada dengan pemikiran fiqh Imam
Syafi’i.

B. Prinsip ASWAJA Sebagai Manhaj


Berikut ini adalah prinsip-prinsip Aswaja dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-
prinsip tersebut meliputi Aqidah, pengambilan hukum, tasawuf/akhlak dan bidang sosial-
politik.
1. Bidang Aqidah
Dalam bidang Aqidah, pilar-pilar yang menjadi penyangga aqidah Ahlussunnah
wal Jama’ah diantaranya yang pertama adalah aqidah Uluhiyyah (Ketuhanan),
berkait dengan ikhwal eksistensi Allah SWT. Pada tiga abad pertama Hijriyah,
terjadi banyak perdebatan mengenai Esksitensi sifat dan asma Allah SWT. Dimana
terjadi diskursus terkait masalah apakah Asma Allah tergolong dzat atau bukan. Abu
Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H) secara filosofis berpendapat bahwa nama (ism)
bukanlan yang dinamai (musamma), Sifat bukanlah yang disifati (mausuf), sifat
bukanlah dzat. Sifat-sifat Allah adalah nama-nama (Asma’) Nya. Tetapi nama-nama
itu bukanlah Allah dan bukan pula selain-Nya.
Aswaja menekankan bahwa pilar utama keImanan manusia adalah Tauhid;
sebuah keyakinan yang teguh dan murni yang ada dalam hati setiap Muslim bahwa
Allah-lah yang Menciptakan, Memelihara dan Mematikan kehidupan semesta alam.
Ia Esa, tidak terbilang dan tidak memiliki sekutu. Pilar yang kedua adalah
Nubuwwat, yaitu dengan meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada
para Nabi dan Rosul sebagai utusannya. Sebuah wahyu yang dijadikan sebagai
petunjuk dan juga acuan ummat manusia dalam menjalani kehidupan menuju jalan
kebahagiaan dunia dan akhirat, serta jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

8
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Dalam doktrin Nubuwwat ini, ummat manusia harus meyakini dengan


sepenuhnya bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, yang membawa
risalah (wahyu) untuk umat manusia. Dia adalah Rasul terakhir, yang harus diikuti
oleh setiap manusia. Pilar yang ketiga adalah Al-Ma’ad, sebuah keyakinan bahwa
nantinya manusia akan dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan setiap manusia
akan mendapat imbalan sesuai amal dan perbuatannya (yaumul jaza’). Dan mereka
semua akan dihitung (hisab) seluruh amal perbuatan mereka selama hidup di dunia.
Mereka yang banyak beramal baik akan masuk surga dan mereka yang banyak
beramal buruk akan masuk neraka.
2. Bidang Tasawuf
Imam Al-Junaid bin Muhammad Al-Baghdadi menjelaskan “Tasawuf artinya
Allah mematikan dirimu dari dirimu, dan menghidupkan dirimu dengan-Nya;
Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah SWT tanpa keterikatan
apa pun.” Imam Abu Hamid Al-Tusi Al-Ghazali menjelaskan “Tasawuf adalah
menyucikan hati dari apa saja selain Allah. Aku simpulkan bahwa kaum sufi adalah
para pencari di Jalan Allah, dan perilaku mereka adalah perilaku yangterbaik, jalan
mereka adalah jalan yang terbaik, dan pola hidup mereka adalah pola hidup yang
paling tersucikan.
Mereka telah membersihkan hati mereka dari berbagai hal selain Allah dan
menjadikannya sebagai saluran tempat mengalirnya sungaisungai yang membawa
ilmu-ilmu dari Allah.” “berada semata-mata bersama Allah SWT tanpa keterikatan
apapun” kata Imam Al-Junaid, lalu “menyucikan hati dari apa saja selain Allah.
Mereka (kaum Sufi) telah membersihkan hati mereka dari berbagai hal selain Allah,”
kata Imam Al-Ghazali. Seorang sufi adalah mereka yang mampu membersihkan
hatinya dari keterikatan selain kepada-Nya.
Ketidakterikatan kepada apapun selain Allah SWT adalah proses batin dan
perilaku yang harus dilatih bersama keterlibatan kita di dalam urusan sehari-hari
yang bersifat duniawi. Zuhud harus dimaknai sebagai ikhtiar batin untuk melepaskan
diri dari keterikatan selain kepada-Nya tanpa meninggalkan urusan duniawi. Karena
justru di tengah-tengah kenyataan duniawi posisi manusia sebagai Hamba dan
fungsinya sebagai Khalifah harus diwujudkan.
Banyak contoh sufi atau ahli tasawuf yang telah zuhud namun juga sukses dalam
ukuran duniawi. Kita lihat saja Imam Al-Junaid adalah adalah pengusaha botol yang
sukses, Al-Hallaj sukses sebagai pengusaha tenun, Umar Ibn Abd Aziz adalah
seorang sufi yang sukses sebagai pemimpin negara, Abu Sa’id Al Kharraj sukses
sebagai pengusaha konveksi, Abu Hasan al-Syadzily sukses sebagai petani, dan
Fariduddin al-Atthar sukses sebagai pengusaha parfum. Mereka adalah sufi yang
pada maqomnya tidak lagi terikat dengan urusan duniawi tanpa meninggalkan
urusan duniawi.
Urusan duniawi yang mendasar bagi manusia adalah seperti mencari nafkah
(pekerjaan), kemudian berbuntut pada urusan lain seperti politik. Dari urusan-urusan
itu kita lantas bersinggungan dengan soal-soal ekonomi, politik-kekuasaan, hukum,
persoalan sosial dan budaya. Dalam Tasawuf urusan-urusan tersebut tidak harus
ditinggalkan untuk mencapai zuhud, justru kita mesti menekuni kenyataan duniawi

9
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

secara total sementara hati/batin kita dilatih untuk tidak terikat dengan urusan-urusan
itu. Di situlah zuhud kita maknai, yakni zuhud di dalam batin sementara aktivitas
sehari-hari kita tetap diarahkan untuk mendarmabaktikan segenap potensi manusia
bagi terwujudnya masyarakat yang baik
3. Bidang Fiqih
Ahlussunnah wal Jamaah dalam fiqih mengikuti salah satu mazhab 4 yaitu:
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii atau Imam Ahmad bin Hambal. Dan
dalam kalangan khususnya madzhab syafii menggunakan empat sumber hukum
yaitu:
a. Al-Qur’an, sebagai sumber utama dalam pengambilan hukum, tidak dibantah
oleh semua madzhab fiqh.Sebagai sumber hukum naqli posisinya tidak
diragukan.Al-Qur’an merupakan sumber hukum tertinggi dalam Islam.
b. As-Sunnah, meliputi al-Hadist dan segala tindak dan perilaku Rasul SAW,
sebagaimana diriwayatkan oleh para Shabat dan Tabi’in. Penempatannya ialah
setelah proses istinbath al-hukm tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, atau
digunakan sebagai komplemen (pelengkap) dari apa yang telah dinyatakan
dalam Al-Qur’an.
c. Ijma’, menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali Ibn Muhammad Al-Amidi, Ijma’ adalah
kesepakatan kelompok legislatif (ahl al-halli wa al-aqdi) dan ummat
Muhammad pada suatu masa terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Atau
kesepakatan orang-orang mukallaf dari ummat Muhammada pada suatu masa
terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Dalam Al-Qur’an dasar Ijma’ terdapat
dalam QS An-Nisa’, 4: Dan QS Al-Baqarah, 2: 143.
d. Qiyas, sebagai sumber hukum Islam adalah hasil ijtihad para Ulama. Yaitu
menganalogikan sesuatu yang tak ada nash hukumnya dengan hal lain yang ada
nash hukumnya sebab ada persamaan ‘illat hukum. Qiyas sangat dianjurkan
untuk digunakan oleh Imam Syafi’i.
4. Bidang Sosial Budaya
Jika kita mencermati doktrin-doktrin paham ASWAJA, baik dalam akidah
(iman),syariat (islam) ataupun akhlak(ihsan), maka bisa kita dapati sebuah
metodologi pemikiran(manhaj alfkr) yang tengah dan moderat (tawassuth),
berimbang atau harmoni (tawâzun),netral atau adil (ta’âdul), dan toleran (tasâmuh).
Metodologi pemikiran ASWAJAsenantiasa menghidari sikap-sikap tatharruf
(ekstrim), baik ekstrim kanan atau ekstrimkiri. Inilah yang menjadi esensi identitas
untuk mencirikan paham ASWAJA dengan sekte-sekte Islam lainnya. Dan dari
prinsip metodologi pemikiran seperti inilah ASWAJA membangun keimanan,
pemikiran, sikap, perilaku dan gerakan.
a. Tawasuth (Moderat)
Tawassut : ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke
kanan atau ke kiri. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pemikiran moderat
ini sangat urgen menjadi semangat dalam mengakomodir beragam kepentingan
dan perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik).
b. Tawâzun (Berimbang)

10
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Tawâzun :ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan


danmensinergikan dalil-dalil (pijakan hukum) atau pertimbangan-pertimbangan
untuk mencetuskan sebuah keputusan dan kebijakan. Dalamkonteks pemikiran
dan amaliah keagamaan, prinsip tawâzun menghindari sikap ekstrim (tatharruf)
yang serba kanan sehingga melahirkanfundamentalisme, dan menghindari sikap
ekstrim yang serba kiri yang melahirkan liberalisme dalam pengamalan ajaran
agama.
c. Ta’âdul (Netral dan Adil)
Ta’âdul:ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang, menyikapi
dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak selamanya berarti sama atau
setara (tamâtsul). Adil adalah sikap proporsional berdasarkan hak dan kewajiban
masingmasing. Kalaupun keadilan menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan,
hal itu hanya berlaku ketika realitas individu benar-benarsama dan setara secara
persis dalam segala sifat-sifatnya. Apabila dalam realitasnya terjadi tafâdlul
(keunggulan), maka keadilan menuntut perbedaan dan pengutamaan (tafdlîl).
Penyetaraan antara dua hal yang jelas tafâdlul, adalah tindakan aniaya yang
bertentangan dengan asas keadilan itu sendiri.
d. Tasâmuh (toleran)
Tasâmuh: ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala
kenyataanperbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan,
sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi-budaya dan lain
sebagainya. Toleransi dalam konteks agama dan keyakinan bukan berarti
kompromi akidah. Bukan berarti mengakui kebenaran keyakinan dan
kepercayaan orang lain.
Toleransi agama juga bukan berarti mengakui kesesatan dankebatilan
sebagai sesuatu yang haq dan benar. Yang salah dan sesat tetapharus diyakini
sebagai kesalahan dan kesesatan. Dan yang haq dan benarharus tetap diyakini
sebagai kebenaran yang haq. Toleransi dalam konteks tradisi-budaya bangsa,
ialah sikap permisif yang bersedia menghargai tradisi dan budaya yang telah
menjadi nilai normatif masyarakat. Dalam pandangan ASWAJA, tradisibudaya
yang secara substansial tidak bertentangan dengan syariat, maka Islam akan
menerimanya bahkan mengakulturasikannya dengan nilai-nilai keislaman. Dari
sikap tasâmuh inilah selanjutnya ASWAJA merumuskan konsep persaudaraan
(ukhuwwah) universal. Meliputi ukhuwwah islamiyyah (persaudaan
keislaman), ukhuwwah wathaniyyah(persaudaraan kebangsaaan) dan
ukhuwwah basyariyyah atau insâniyyah (persaudaraan kemanusiaan.
5. Bidang Sosial Politik
Berbeda dengan golongan Syi’ah yang memiliki sebuah konsep negara dan
mewajibkan berdirinya negara (imamah), Ahlussunnah wal-jama’ah dan golongan
sunni umumnya memandang negara sebagai kewajiban fakultatif (fardhu kifayah).
Pandangan Syi’ah tersebut juga berbeda dengan golongan Khawarij yang
membolehkan komunitas berdiri tanpa imamah apabila dia telah mampu mengatur
dirinya sendiri.

11
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Bagi ahlussunnah wal jama’ah, negara merupakan alat untuk mengayomi


kehidupan manusia untuk menciptakan dan menjaga kemashlahatan bersama
(mashlahah musytarakah). Ahlussunnah wal-Jama’ah tidak memiliki konsep bentuk
negara yang baku. Sebuah negara boleh berdiri atas dasar teokrasi, aristokrasi
(kerajaan) atau negara-modern/demokrasi, asal mampu memenuhi syarat-syarat atau
kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah negara. Apabila syarat-syarat tersebut tidak
terpenuhi maka gugurlah otoritas (wewenang) pemimpin negara tersebut. Syarat-
syarat itu adalah :
a. Prinsip Syura (musyawarah) Negara harus mengedepankan musyawarah dalam
mengambil segala keputusan dan setiap keputusan, kebijakan dan peraturan.
Salah satu ayat yang menegaskan musyawarah adalah sebagai berikut: “Maka
sesuatu apapun yang diberikan kepadamu itu adalah kenikmatan hidup di dunia;
dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang
beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi)
orang-orang yang menjauhi dosadosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan
apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Dan (bagi)
orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela
diri. (QS Al-Syura, 42: 36-39).
b. Prinsip Al-‘Adl (Keadilan) Keadilan adalah salah satu Perintah yang paling
banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Prinsip ini tidak boleh dilanggar oleh
sebuah pemerintahan, apapun bentuk pemerintahan itu. Berikut ini adalah salah
satu ayat yang memerintahkan keadilan. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”
(QS AnNisa, 4: 58)
c. Prinsip Al-Hurriyyah (kebebasan) Negara wajib menciptakan dan menjaga
kebebasan bagi warganya. Kebebasan tersebut wajib hukumnya karena
merupakan kodrat asasi setiap manusia. Prinsip kebebasan manusia dalam
Syari’ah dikenal dengan Al-Ushulul-Khams (prinsip yang lima), yaitu:
• Hifzhu al-Nafs (menjaga jiwa); adalah kewajiban setiap kepemimpinan
(negara) untuk menjamin kehidupan setiap warga negara; bahwa setiap
warga negara berhak dan bebas untuk hidup dan berkembang dalam
wilayahnya.
• Hifzhu al-Din (menjaga agama); adalah kewajiban setiap kepemimpinan
untuk menjamin kebebasan setiap orang memeluk, meyakini dan
menjalankan Agama dan Kepercayaannya. Negara tidak berhak
memaksakan atau melarang sebuah agama atau kepercayaan kepada warga
negara.

12
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

• Hifzhu al-Mal (menjaga harta benda); adalah kewajiban setiap


kepemimpinan untuk menjamin keamanan harta benda yang dimiliki oleh
warga negaranya. Negara wajib memberikan jaminan keamanan dan
menjamin rakyatnya hidup sesuai dengan martabat rakyat sebagai manusia.
• Hifzhu al-Nasl; bahwa negara wajib memberikan jaminan terhadap asal-
usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara. Negara harus menjaga
kekayaan budaya (etnis), tidak boleh mangunggulkan dan memprioritaskan
sebuah etnis tertentu. Hifzhu al-Nasl berarti negara harus memperlakukan
sama setiap etnis yang hidup di wilayah negaranya.
• Hifzh al-‘Irdh; jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi, pekerjaan
ataupun kedudukan setiap warga negara. Negara tidak boleh merendahkan
warga negaranya karena profesi dan pekerjaannya. Negara justru harus
menjunjung tinggi dan memberikan tempat yang layak bagi setiap warga
negara.
Al-Ushulul Khams identik dengan konsep Hak Azazi Manusia yang lebih
dikenal dalam dunia modern bahkan mungkin di kalangan ahlussunnah wal-jama’ah.
Lima pokok atau prinsip di atas menjadi ukuran baku bagi legitimasi sebuah
kepemerintahan sekaligus menjadi acuan bagi setiap orang yang menjadi pemimpin
di kelak kemudian hari.
d. Prinsip Al-Musawah (Kesetaraan Derajat)
Bahwa manusia diciptakan sama oleh Allah SWT. Antara satu manusia dengan
mausia lain, bangsa dengan bangsa yang lain tidak ada pembeda yang menjadikan
satu manusia atau bangsa lebih tinggi dari yang lain. Manusia diciptakan berbeda-
beda adalah untuk mengenal antara satu dengan yang lain. Sehingga tidak
dibenarkan satu manusia dan sebuah bangsa menindas manusia dan bangsa yang
lain. Perbedaan bukanlah semata-mata fakta sosiologis, yakni fakta yang timbul
akibat dari relasi dan proses sosial.
Perbedaan merupakan keniscayaan teologis yang Dikehendaki oleh Allah SWT.
Demikian disebutkan dalam surat Al-Ma’idah. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu. (Al-Maidah; 5: 48) Dalam sebuah negara
kedudukan warga negara adalah sama. Orang-orang yang menjabat di tubuh
pemerintahan memiliki kewajiban yang sama sebagai warga negara.
Mereka memiliki jabatan semata-mata adalah untuk mengayomi, melayani dan
menjamin kemashlahatan bersama, dan tidak ada privilege (keistimewaan)
khususnya di mata hukum. Negara justru harus mampu mewujudkan kesetaraan
derajat antar manusia di dalam wilayahnya, yang biasanya terlanggar oleh perbedaan
status sosial, kelas ekonomi dan jabatan politik. Dengan prinsip-prinsip di atas, maka
tidak ada doktrin Negara Islam, Formalisasi Syari’at Islam dan Khilafah Islamiyah
bagi Ahlussunnah wal-Jama’ah. Sebagaimana pun tidak didapati perintah dalam Al-

13
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas untuk mendirikan salah satu di antara ketiganya.
Islam hanya diharuskan untuk menjamin agar sebuah pemerintahan baik negara
maupun kerajaan harus mampu memenuhi 4 (empat) kriteria di atas.

C. Aswaja Sebagai Manhaj Al-Fikr


Dalam tradisi yang dikembangkan NU, penganut Aswaja didefinisikan sebagai orang
yang mengikuti salah satu madzab empat (Hanafi, Maliki,Syafi’i dan hambali) dalam
bidang fiqih mengikuti imam al-asy’ari dan maturidi dalam bidang aqidah dan mengikuti
al-junaidi dan al-Ghozali dalam bidang tasawuf, dalam sejarahnya definisi semacam ini
dirumuskan oleh hadratus syaikh Kiai Hasyim Asyari sebagaimana tertuang dalam
Qonun Asasi Nahdlatul Ulama. Dalam perspektif pendeketan aswaja dalam setting sosial
politik dan kultural saat doktrin tersebut lahir atau dikumandangkan.
Dengan demikian, dalam konteks fikih misalnya, yang harus dijadikan bahan
pertimbangan bukanlah produknya melainkan bagaimana kondisi sosial politik dan
budaya ketika imam hanafi, imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Hambali melahirkan
pemikiran Fiqih-nya. Dalam pemahaman teologi dan tasawuf juga seharusnya demikian
berangkat dari pola pendekatan pemahaman Aswaja perspektif manhaj Al-Fikr yang
paling penting dalam memahami Aswaja adalah menangkap makna dari latar belakang
yang mendasari tingkah laku dalam ber-islam, bernegara dan bermasyarakat. Dalam
karakter yang demikian inilah KH.Ahmad Sidiq telah merumuskan karakter Aswaja ke
dalam tiga sikap, yakni Tawasut, I’Tidal dan Tawazun (Pertengahan, Tegak lurus, dan
Keseimbangan). Ketiga inilah yang menjadi landasan atas kerangka menyikapi
permasalahan-permasalah keagamaan dan politik,
Kurang lebih sejak 1993/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia meletakkan
Aswaja sebagai manhaj al-fikr. Pmii memandang bahwa Ahlusunnah Wal Jamaah adalah
orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek
Kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan
toleran. Aswaja bukan sebuah madzab melainkan sebuah metode dan prinsip berpikir
dalam menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosial kemasyarakatan;
inilah makna Aswaja sebagai Manhaj Al-fikr. Sebagai manhaj al-fikr, PMII berpegang
pada prinsip-prinsip tawasut (Moderat), Tawazun (netral), Ta’adul (keseimbanganl/ adil),
dan tasamuh (toleran). Moderat tercermin dalam pengambilan hukum (istinbath) yaitu
memperhatikan posisi akal disamping memperhatikan nash. Aswaja memberi titik porsi
yang seimbang antara rujukan nash (Al-Qur’an dan Al-Hadist) dengan penggunaan akal.
Prinsip ini merujuk pada debat awal-awal masehi antara golongan yang sangat
menekankan akal (Muta’zilah) dan golongan fatalis.
Sikap netral (Tawazun) berkaitan sikap dalam politik. Aswaja memandang kehidupan
sosial-Politik atau kepemerintahan dari kriteria dan prasyarat yang dapat dipenuhi oleh
sebuah rezim. Oleh sebab itu, dalam sikap tawazun pandangan aswaja tidak terkotak
dalam kubu mendukung atau menolak sebuah rezim. Aswaja, oleh karena itu, PMII tidak
membenarkan kelompok ekstrem yang hendak merongrong kewibawaan sebuah
pemerintah yang disepakati bersama, namun tidak juga berarti mendukung sebuah
pemerintahan. Apa yang dikandung dalam sikap tawazun tersebut adalah memperhatikan

14
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

bagaimana sebuah kehidupan sosial-politik berjalan, apakah memenuhi kaidah atau


tidak.
Keseimbangan (Ta’adul) dan toleran (tasamuh) tereflesikan dalam kehidupan sosial,
cara bergaul dalam kondisi sosial budaya mereka. Keseimbangan dan toleransi mengacu
pada cara bergaul PMII sebagai Muslim dengan golongan muslim atau pemeluk agama
yang lain. Realitas masyarakat indonesia yang plural, dalam budaya, etnis, ideologi
politik dan agama, PMII dipandang bukan semata-mata realitas sosiologis, melainkan
juga realitas teologis. Artinya bahwa Allah SWT memang dengan sengaja menciptakan
manusia berbeda-beda dalam berbagai sisinya. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan sikap
yang lebih tepat kecuali ta’adul dan tasamuh.

15
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi II
PKT, NDP dan PMII Gerakan Mahasiswa

A. Paradigma Kritis Transformatif (PKT)


Paradigma merupakan cara dalam "mendekati" obyek kajian yang ada dalam ilmu
pengetahuan. Orientasi atau pendekatan umum ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang
dibangun dalam kaitan dengan bagaiana "realitas" dilihat. Perbedaan paradigma yang
digunkan oleh seseorang dalam memandang suatu masalah, akan berakibat pada
timbulnya perbedaan dalam menyusun teori, membuat konstruk pemikiran, cara
pandang, sampai pada aksi dan solusi yang diambil. Melihat realitas yang ada di
masyarakat dan sesuai dengan tuntutan keadaan masyarakat PMII baik secara sosiologis,
politis, dan antropoloogis maka PMII memilih paradigma kritis-transformatif sebagai
pijakan gerkan organisasi.
Lewat paradigma kritis di PMII berupaya menegakkan sikap kritis dalam
berkehidupan dengan menjadikan ajaran agama sebagai inspirasi yang hidup dan
dinamis. Sebagaimana dijelaskan pertama, paradigma krirtis berupaya menegakkan
harkat dan martabat kemanusiaan dari berbagai belenggu yang diakibatkan oleh proses
sosial yang bersifat profan. Kedua, paradigma kritis melawan segala bentuk dominasi
dan penindasan. Ketiga, paradigma kritis membuka tabir dan selubung pengetahuan yang
munafik dan hegemonic. Semua ini adalah semangat yang dikandung oleh Islam. Oleh
karenanya, pokok-pokok pikiran inilah yang dapat diterima sebagai titik pijak paradigma
kritis di kalangan warga PMII.
PKT berupya menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari belenggu,
melawan segala bentuk dominasi dan penindasan, membuka tabir dan selubung
pengetahuan yang munafik dan hegemonik. Semua ini adalah pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Islam. Oleh karenanya pokok-pokok pikiran inilah yang dapat diterima
sebagai titik pijak penerapan PKT di kalangan warga PMII. Contoh yang paling kongkrit
dalam hal ini bisa ditunjuk pola pemikiran yang menggunakan paradigma kritis dari
beberapa intelektual Islam, diantaranya Hassan Hanafi dan Arkoun.
Beberapa alasan yang menyebabkan PMII harus memiliki Paradigma Kritis
Transformatif sebagai dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran serta
menyusun cara pandang dalam melakukan analisa terhadap realitas sosial. Alasan-alasan
tersebut adalah:
1. Masyarakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme
modern, dimana kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu
budaya massa kapitalisme dan pola berpikir positivistik modernisme.
2. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk/plural, beragam, baik secara
etnis, tradisi, kultur maupun kepercayaan (adanya pluralitas society).
3. Pemerintahan yang menggunakan sistem yang represif dan otoriter dengan pola yang
hegemonik (sistem pemerintahan menggunakan paradigma keteraturan yang anti
perubahan dan pro status quo).
4. Kuatnya belenggu dogmatisme agama, akibatnya agama menjadi kering dan beku,
bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan dan upaya
penegakan nilai kemanusiaan.

16
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

PMII memilih Paradigma Kritis Transformatif untuk dijadikan pisau analisis dalam
menafsirkan realitas sosial. Hakekatnya dengan analisis PKT mengidealkan sebuah
bentuk perubahan dari semua level dimensi kehidupan masyarakat (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan dll) secara bersama-sama. Hal ini juga tercermin
dalam imagened community (komunitas imajiner) PMII yang mengidealkan orientasi
output kader PMII yang diantaranya adalah: Intelektual Organik, Agamawan Kritis,
Profesional Lobbiyer, Ekonom Cerdas, Budayawan Kritis, Politisi Tangguh, dan Praktisi
Pendidikan yang Transformatif.

B. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)


1. Arti, Esensi dan Rumusan Isi NDP
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) merupakan tali pengikat (kalimat sawa) yang
mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan
yang sama. NDP disusun oleh PMII pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas)
ke III, di Bandung, tahun 1976. Secara esensial NDP merupakan suatu sublimasi
nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan
Ahlussunnah wal jama'ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan
mendorong serta menjadi penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan
menginspirasi Nilai Dasar Pergerakan ini meliputi cakupan aqidah, syari'ah dan
akhlak dalam upaya kita memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII
menjadikan Ahlussunnah wal jama'ah sebagai pemahaman keagamaan yang paling
benar. NDP harus senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, memberi arah dan
mendorong gerak organisasi, serta menjadi penggerak setiap kegiatan organisasi dan
kegiatan masing-masing anggota.
Rumusan isi NDP yang disusun secara sistematis dan konkrit sehingga berlaku
dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda, rumusan yang pertama, tauhid yakni
mengesakan Allah SWT. Inti dari tauhid adalah mengesakan Allah dalam segala
totalitas, dzat, sifat, dan penguatan perbuatanNya. Tauhid merupakan merupakan
manifestasi kesadaran dan keyakinan warga PMII terhadap sesuatu di luar nalar
indera manusia, yakni yang gaib. Warga PMII harus mampu melarutkan dan
meneteskan nilai-niai ketauhidan dalam berbagai kehidupan sehingga merambah
dan memberi aspek vertikal pada segala aspek di sekelilingnya. Hal ini harus
dibuktikan dengan pemisahan yang tegas antara hal-hal yang bersifat profan dan
sakral di dunia.
Kedua, hubungan manusia dengan Allah (Hablumminnallah). Pemaknaan
hubungan manusia dengan Allah SWT harus dimaknai dengan kaffah dan
konferehenshif, artinya bahwa Allah SWT adalah sang pencipta yang maha
segalanya, termasuk telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya (ahsanut
taqwin) dan telah menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia. Dalam
kehidupan sebagai khalifah, manusia membawa amanat besar yaitu sebagai manajer
untuk mengelola kehidupan di muka bumi. Manusia berkewajiban mengelola bumi
dengan sebaikbaiknya, bukan merusaknya melalui eksplorasi untuk kepentingan

17
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

sesaat. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuannya,


baik kewajiban maupun larangannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan
kesadaran moral yang harus selalu dirawat, agar manusia tidak terjatuh ke dalam
kedudukan yang rendah, apalagi lebih rendah dari binatang.
Ketiga, hubungan manusia dengan manusia (Hablumminnanas). Manusia
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, oleh karenanya manusia harus
saling menolong, saling menghormati, bekerja sama, saling menasehati, dan saling
mengajak kepada kebenaran demi terciptanya tatanan kehidupan untuk kebaikan
bersama. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup
dalam persaudaran antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam,
persaudaraan sesama umat beragama dan persaudaran antar manusia. Dalam konteks
Indonesia, kita hidup penuh persaudaraan bersama umat yang berbeda agama, suku,
ras, bahasa dan adat istiadat. Persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan
pada posisi yang dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan
lingkungannya. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia
lainnya.
Keempat, hubungan manusia dengana alam (Hablimminal'alam). Allah SWT
menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu manusia
harus menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan
menegaskan keberadaannya, bukan malah menjadikan alam sebagai obyek
eksploitasi. Dalam memanfaatkan alam, diperlukan ilmu pengetahuan, karena alam
memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam didayagunakan dengan tidak
mengesampingkan aspek pelestariannya. Di sinilah manusia dituntut untuk
mempertajam akalnya dengan pengetahuan-pengetahuan sains guna mengelola alam
dan seisinya.
2. Fungsi NDP
Melalui rumusan NDP yang mengarahkan kepada siklus hubungan vertikal dan
horisontal dalam setiap gerak dan pemikirannya ini, maka akan tercipta fungsi NDP
sebagai berikut:
a. Sebagai kerangka refleksi (landasan berpikir). NDP bergerak dalam pergulatan
ide-ide, paradigma dan nilai-nilai yang akan memperkuat tingkat kebenaran
ideal. Ideal itu menjadi hal yang mengikat, absolut, total, universal, berlaku
menembus ke berbagai dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, kerangka
refleksi ini 126 menjadi moralitas sekaligus tujuan absolut dalam mendulang
capaian-capaian nilai kebenaran, keadilan, kemerdekaan dan kemanusiaan.
b. Sebagai kerangka gerakan (landasan berpijak). Sebagai kerangka gerakan, NDP
bergerak dalam pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri,
pembelajaran sosial yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran
faktual. Kebenaran faktual senantiasa bersentuhan dengan pengalaman historis,
ruang dan waktu yang berubah-ubah. Kerangka ini memungkinkan warga
pergerakan menggali, memperkuat atau bahkan memperbaharui rumusan
kebenaran dengan historisitas atau dinamika sosial yang berubah.
c. Sebagai ideologis (sumber motivasi). NDP menjadi suatu rumusan yang mampu
memberikan proses ideologisasi pada setiap warga PMII secara bersama-sama,

18
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

sekaligus memberikan dialektika antara konsep dan realita yang mendorong


proses kreatif di internal warga PMII secara menyeluruh dalam proses
perubahan sosial yang diangankan secara bersama-sama dengan terorganisir.
3. Kedudukan NDP
NDP PMII memiliki kedudukan yang sangat kuat, yakni menjadi rujukan setiap
produk dan kegiatan organisasi, juga menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan,
pijakan dan pengikat kebebasan berpikir, berbicara dan bertindak warga PMII.
Internalisasi dan nilai-nilai teologis yang semua itu bermuara pada ketauhidan, dapat
menumbuhkan filosofi gerak PMII yang disandarkan pada nilai-nilai dasar
pergerakan. Oleh karena itu, NDP harus senantiasa dijiwai sebagai aturan organisasi
yang memberi arah dan mendorong gerak serta menjadi penggerak setiap kegiatan
organisasi dan kegiatan warga PMII.

C. PMII Gerakan Mahasiswa


Gerakan mahasiswa merupakan tindakan politik yang menjunjung tinggi moralitas
disebut tindakan politik bukan berarti mahasiswa berafiliasi dengan partai politik tertentu
Namun merupakan sebuah gerakan politik dengan tujuan untuk mencapai cita-cita ideal
sebuah bangsa. Politik merupakan alat yang harus digunakan oleh mahasiswa untuk
menuju pada sebuah cita-cita ideal. Menurut Andik Matulesyy gerakan mahasiswa adalah
perilaku kolektif dari sekumpulan individu dalam waktu yang relatif lama, terorganisir,
dan mempunyai tujuan untuk mengadakan perubahan struktur sosial yang dianggap tidak
memenuhi harapan, serta memunculkan kehidupan lebih baik.
Gerakan mahasiswa pada dasarnya merupakan suatu gerakan sosial atau
(socialmovement), yang menjadi salah satu bentuk utama dari perilaku kolektif
(collolektivebehavior). Menurut Turner dan Kilan secara formal gerakan sosial
didefinisikan sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar
kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam
masyarakat atau kelompok yang mencangkup kolektivitas itu sendiri. Batasan yang
kurang formal dari gerakan sosial adalah suatu usaha kolektif yang bertujuan untuk
menjunjung atau menolak perubahan. Misalnya gerakan mahasiswa 1998 yang memiliki
kadar kesinambungan tertentu dan bertujuan untuk melakukan perubahan sosial,
ekonomi, politik.
Dalam praktiknya, Gerakan Mahasiswa memiliki pola yang digunakan untuk
mencapai tujuan titik adapun pola umum dalam organisasi Gerakan Mahasiswa selalu
dimulai dari kelompok inti yang kohesif (melekat satu dengan yang lain, solid atau padu),
baik berupa kelompok studi, perkumpulan mahasiswa, kelompok kohesif di sekitar
masjid atau sampai pada komunitas pedagang. Dari kelompok inti yang kohesif ini
kemudian berkembang organisasi-organisasi Swadaya seperti koperasi, pendidikan orang
dewasa, organisasi masa sampai partai politik.
1. Gerakan Mahasiswa
a. Tahun 1928
Pada tahun 1922, sekumpulan mahasiswa yang bergabung dalam
Indonesische Vereeniging yang kemudian berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-

19
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang dihadapi,


mereka membentuk kelompok studi yang mempraktekkan ide-ide mereka dan
dikenal amat berpengaruh karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat
itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang
dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua,
Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie Club) yang kemudian menjadi
Perserikatan Nasional Indonesia, direalisasikan oleh para nasionalis dan
mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada
tanggal 11 Juli 1925. Tujuan PNI sendiri adalah bekerja untuk kemerdekaan
Indonesia dengan dua metode yang digunakan, yaitu pertama, ke dalam: dengan
mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, bank-bank, dan
sebagainya; kedua, keluar: dengan memperkuat opini publik di rapat-rapat umum
(vergadering) dan menerbitkan surat-surat kabar.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung,
menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe
organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat
kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah
mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa
Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam padatahun
1930-an. Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis
pemuda itulah, generasi baru pemuda Indonesia muncul dan tercetus Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui
Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928,
dimotori oleh PPPI. Pada tahun 1930 hampir semua perkumpulan pemuda
Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda.
b. Tahun 1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang
ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap
penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi
partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas.
Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI)
sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia
(PNI). Secara umum, kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman
pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda,
Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 terjadi pelarangan semua kegiatan
yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan semua
organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik. Praktis, akibat kondisi
yang sangat represif itu, mahasiswa dan pemuda memilih melakukan kegiatan
berkumpul dan berdiskusi di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam
sejarah kemerdekaan dan berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh
adalah Asrama "AngkatanBaru Indonesia" (Menteng 31), Asrama "Fakultas
Kedokteran" (Cikini), dan Asrama "IndonesiaMerdeka" (Kebon Sirih).
Asrama "Angkatan Baru Indonesia" (Menteng 31) didirikan dengan tujuan
menciptakan inti aktivis yang setelah menyelesaikan pendidikannya akan disebar

20
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

ke daerah-daerah. Tema pendidikan dalam asrama ini berpusat pada masalah


nasionalisme dan "Semangat Asia Timur Raya". Siswa-siswa dalam asrama ini
antara lain Chairul Saleh dan Sukarni, mereka merupakan angkatan muda 1945
yang bersejarah, yang pada saat itu terpaksa menculik dan mendesak Soekarno
dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini yang
kemudian dikenal dengan Peristiwa Rengas dengklok. Berbeda dengan Asrama
Angkatan Baru Indonesia, Asrama Fakultas Kedokteran dihuni oleh mahasiswa
dari latar belakang menengah ke atas yang kesehariannya menggunakan bahasa
Belanda dengan pandangan sosial demokratnya, juga bukan kelompok pemuda
yang aktif dalam kegiatan politik. Sedangkan Asrama Indonesia Merdeka
didirikan dengan tujuan untuk mengimbangi Angkatan Darat dalam menarik
pemuda. Dan pada akhir tahun 1944, berdiri organisasi bernama "Angkatan
Muda" yang dalam konferensinya menghasilkan beberapa resolusi antara lain:
Pertama, seluruh golongan harus dipersatukan dan disentralisasi di bawahsatu
pimpinan tunggal. Kedua, kemerdekaan Indonesia harus diwujudkan secepat
mungkin.
c. Tahun 1966
Pasca proklamasi kemerdekaan, muncul berbagai organisasi mahasiswa
dengan dasar ideologi yang berbeda-beda. Pada tanggal 5 Februari 1947
diresmikan terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kemudian diikuti
berdirinya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia(GMKI) pada tanggal 25 Maret
1947 dan kemudian disusul dengan berdirinya Perhimpunan Mahasiswa Katholik
Republik Indonesia (PMKRI). Organisasi-organisasi mahasiswa ini
menggunakan ideologi agama seperti Islam, Kristen, dan Katholik. Kemunculan
organisasi-organisasi mahasiswa ini mengikuti lahirnya partai-partai politik yang
juga menggunakan basisideologi agama seperti Masyumi yang berdiri tanggal 7
November 1945 dan Partai Katholik yang berdiri tanggal 8 Desember 1945.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan
penerapan system kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra
kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik.
Misalnya, Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI)
dengan Partai Katholik; sementara partai besar lainnya yaitu partai Nasional
Indonesia (PNI) juga memiliki organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) yang berdiri tanggal 23 maret 1954; Gerakan Mahasiswa
Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI; Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) yang berafiliasi dengan Partai NU; Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dengan Masyumi; dan Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia(CGMI) yang
dibentuk pada tahun 1956 sebagai hasil penggabungan tiga organisasi kecil
mahasiswa di Bandung, Bogor, dan Yogyakarta. Pada Kongres CGMI ke IV tahun
1964 di Jakarta dinyatakan CGMI akan mendekati partai yang berpihak kepada
rakyat. Dalam perkembangannya, CGMI memiliki kedekatan dengan PKI.
Program yang dibawa oleh CGMI waktu itu adalah Tritunggal, yaitu: pertama,
studi; kedua, menjadi nomer satu dalam studi; ketiga, bergerak di bawah. Diantara

21
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil
sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955.
Di permulaan tahun 60an dan pada periode Demokrasi Terpimpin, para
mahasiswa berhadapan dengan dua kekuatan besar yaitu Lembaga Kebudayaan
Rakyat (LEKRA) dan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Lekra mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan intelektual Indonesia waktu itu. Organisasi
ini memasukkan pandangan-pandangan mereka dalam bidangkesenian,
kesusastraan, dan gagasan-gagasan dengan pendekatan "realisme kritis"
atau"romantisme revolusioner". Lekra anti terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
nonIndonesia. Sedangkan Manikebu bertujuan untuk membendung makin
besarnya kekuatan Lekra dalam kehidupan kesusastraan dan kesenian. Kelompok
ini menolak politik kebudayaan nasional sempit yang dicanangkan oleh Soekarno
dengan dukungan kuat Lekra.
Organisasi gerakan mahasiswa yang meramaikan panggung perpolitikan
dalam masa Demokrasi Terpimpin adalah organisasi yang memiliki afiliasi pada
partai politik. Mereka saling berlomba,adu program untuk mendapatkan massa
yang besar. Organisasi mahasiswa yang tersingkir dari panggung politik
mengorganisir diri melalui kesatuan-kesatuan aksi. Puncaknya ketika pecahnya
peristiwa G30S, mahasiswa berideologi liberal yang tersingkir kemudian bersatu
dengan tentara. Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat
hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam
kabibet pemerintahan Orde Baru. Di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat
idealis, yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang
idealis setelah masanya, dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau
dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk
bangsa ini, dia adalah Soe Hok Gie.
d. Tahun 1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974,
adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan
militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Pasca peristiwa G 30S, gerakan mahasiswa cenderung memakai konsep gerakan
moral (moral force). Dalam konsepsi ini, mahasiswa bertindak sebagai kekuatan
moral daripada sebagai kekuatan politik, dalam arti bahwa mahasiswa muncul
sebagai aktor politik ketika situasi bangsa sedang krisis, setelah krisis berlalu
kemudian Kembali ke kampus belajar. Arief Budiman menyebut gerakan ini
sebagai Gerakan Koreksi. Gerakan ini sifatnya hanya melakukan kritik terhadap
suatu permasalahan. Gerakan ini merasa tidak perlu mengumpulkan massa yang
besar dan melengkapi dirinya dengan ideologi alternatif.
Bangkitnya gerakan mahasiswa pada periode ini tidak dapat dilepaskan dari
konstalasi politik dan ekonomi nasional pada waktu itu. Jika pada tahun 1968 dan
1969 kondisi kampus tenang-tenang saja, maka pada tahun 1970 terjadi berbagai
aksi dan protes yang dilakukan oleh mahasiswa. Beberapa alasan yang
menyebabkan terjadinya aksi ini adalah faktor objektif seperti jumlah mahasiswa
bertambah terus tetapi anggaran pendidikan relatif kurang; jumlah mahasiswa

22
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

baru yang tidak sepadan dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia,


meningkatnya inflasi dan bertambahnya kesulitan hidup sehari-hari; semua itu
menimbulkan ketegangan. Ditambah lagi dengan merajalelanya korupsi di tahun
1970 yang mengiringi pertumbuhan ekonomi di samping munculnya tanda-tanda
pertama dari boom minyak. Selain itu, pembangunan ternyata tidak membuat
sejahtera seluruh lapisan masyarakat, pembangunan hanya dinikmati oleh
sekelompok kecil masyarakat.
Pada tahun 1970 para aktivis yang dimotori oleh Arief Budiman membentuk
gerakan bernama "Mahasiswa Menggugat". Gerakan ini memprotes kenaikan
harga bensin yang mengakibatkan harga-harga dan juga korupsi. Diikuti dengan
gerakan-gerakan anti korupsi dalam skala yang lebih luas, pada tahun 1970,
pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk
Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya Komite
Anti Korupsi ini dapat dilihat sebagai reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap
tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan
Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat. Sebelum gerakan
mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya
para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek
kekuasaan rezim Orde Baru.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes
terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek
eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan, misalnya terhadap
proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus
akan bantuan luar negeri. Protes terus berlanjut. Pada akhir 1973, suasana
semakin menghangat dengan berbagai faktor seperti lahirnya UU perkawinan dan
isu modal asing yang masuk ke Indonesia seiring dengan diangkatnya Asisten
Pribadi (Aspri) Presiden.
Memasuki tahun 1974, pada tanggal 14 Januari mahasiswa berdemonstrasi
di lapangan udara Halim Perdanakusuma memprotes kedatangan Perdana
Menteri Jepang Tanaka yang datang ke Indonesia dan sehari kemudian mahasiswa
meneriakkan kembali tritura yang berisi: 1. Bubarkan Asisten pribadi (Aspri); 2.
Turunkanharga; 3. Ganyang Korupsi. Demostrasi ini memuncak pada tanggal 15
Januari yang membuat pusat kota Jakarta sempat terhenti aktivitasnya selama dua
hari. Hampir 1000 mobil, kebanyakan buatan Jepang, 144 gedung dibakar atau
dirusak, 9 orang meninggal, seratus lebih cedera dan 820 orang ditangkap.
Peristiwaq ni kemudian dikenal dengan peristiwa "Malari" atau Malapetaka 15
Januari 1974. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi
Presiden.
e. Tahun 1978
Setelah peristiwa “Malari”, dikeluarkan SK Pemerintah No. 028/1974 yang
memberi wewenang yang lebih besar kepada pimpinan perguruan tinggi untuk
mengontrol aktivitas mahasiswa dikampus, pers mahasiwa harus diawasi oleh
Menteri Penerangan dan birokrat kampus, dan peraturan yang mengharuskan
organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan partai untuk bergabung menjadi

23
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

satu organisasi yang diatur oleh rejim, ditambah dengan pencucian otak para
mahasiswa dengan pembentukan komisi yang merubah Pancasila menjadi alat
kontrol politik. Hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes
mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus
disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial,
Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan
wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977,
barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai
masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai
dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen
anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan
hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang
bersifatlokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan
kepemimpinan nasional. Pada gerakan mahasiswa tahun 1978, mahasiswa
memfokuskan membangun aliansi antaradewan mahasiswa ketimbang
membangun aliansi dengan faksi-faksi elit yang tidak mendukung Soeharto.
Pada bulan Januari 1978, dewan mahasiswa ITB menerbitkan Buku Putih
Perjuangan Mahasiswa 1978 yang dinyatakan sebagai “Kritik Indonesia
sistematis pertama terhadap kebijakan rezim Orde Baru”. Buku ini mencerca
pemerintah untuk korupsi yang meluas, kebijakan ekonomi yang memfasilitasi
kepentingan memperkaya diri sendiri dengan biaya kesejahteraan sosial, represi
terhadap suara politik independen dan kehilangan hubungan dengan rakyat. Pada
periode ini terjadi pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa
dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena
gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi
diwilayah kampus dan tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari
peristiwa tahun 1974.
Akibatnya, pada tanggal 21 Januari1978 Pangkomkamtib Soedomo
menerbitkan SK Komkamtib yang berisi tentang pembubaran Dewan Mahasiswa
semua universitas dan pendudukan atau pengambil alihan kampus oleh militer.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga mengeluarkan instruksi No.1/U/1978
dan SK Menteri pendidikan dan kebudayaan No.037/U/1979 yang berisi
pembubaran Dewan Mahasiswa dan pembatasan aktivitas mahasiswa. Meski
demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar
sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap
terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.

f. Tahun 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan
NKK/BKK dicabutdan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi
Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi
kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)

24
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dikalangan mahasiswa secara


kelembagaan dan personal terjadi pro kontra menanggapi SK tersebut. Oleh
mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa.
Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain
hanya semacam hidden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan
memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
g. Tahun 1998
Badai krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997. Krisis ini bermula dari jatuhnya
mata uang Thailand (Bath) dan kemudian menyapu seluruh Asia Tenggara.
Mahasiswa menemukan momentumnya seiring dengan krisis ekonomi yang
terjadi tersebut. Dalam kurun waktu awal Februari sampai Mei 1998, secara
kuantitatif dan kualitatif Gerakan mahasiswa naik secara drastis, dari tuntutan
yang sudah politis dan metode yang radikal. Pelaku gerakan pada masa ini bukan
hanya organisasi-organisasi gerakan yang sudah lama bergerak sejak tahun 80an
melainkan juga kalangan aktivis kampus dari organisasi-organisasi seperti Senat
Mahasiswa, BEM, dan senat-senat fakultas. Para aktor dari kalangan kmapus ini
menyebut gerakan mereka sebagai gerakan "moral" dengan format aksi
keprihatinan di kampus. Mereka juga banyak didukung oleh para staf pengajar
dan pimpinan perguruan tinggi yan menjadikan gerakan mahasiswa sebagai
gerakan civitas academica.
Gerakan mahasiswa 1998 lebih merupakan kebangkitan civil society yang
dukungannya berasal dari kekuatan civil society itu sendiri. Jika berbicara tentang
proses radikalisasi yang terjadi dalam gerakan mahasiswa pada periode Mei 1998,
para aktivis mahasiswa sendiri menyadari bahwa banyaknya mahasiswa yang
turun dan begitu seringnya mendapatkan perlakuan buruk dari pihak aparat dalah
faktor yang cukup penting. Dari peristiwa-peristiwa berdarah yang tidak jarang
meminta korban jiwa itulah sebenarnya muncul satu bentuk semangat perlawanan
bersama yang terus menjalar di benak aktivis gerakan dan diikuti oleh semakin
banyak kelompok mahasiswa dan masyarakat lainnya. Jadi ikatan yang paling
menonjol dari gerakan mahasiswa angkatan 1998 bukan terletak pada
kepentingan ideologi, tetapi pada semangat kebersamaan.
h. Pasca Reformasi
o Masa Habibie
Pasca reformasi, praktis gerakan mahasiswa mulai menemukan polanya
masing-masing. Gerakan mahasiswa yang tadinya seiring sejalan dalam
menurunkan Soeharto kini mulai berguguran dan terpecah ke dalam dua
kelompok pada periode Habibie yaitu gerakan mahasiswa yang mendukung
Habibie dan gerakan mahasiswa yang tidak mendukung Habibie. Puncaknya
pada Sidang Istimewa terakhir terjadi tragedi Semanggi di mana 18 orang
meninggal dunia. Empat bulan sejak peristiwa Semanggi I, gerakan mahasiswa
mengalami penurunan dalam kuantitas peserta demonstrasi yang sangat
drastik. Pasca pemilu, rezim Habibie ingin mensahkan RUU-PKB yang dibuat
oleh DPR. Dan kebijakan ini pun ditolak oleh mahasiswa dan massa rakyat

25
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

dengan melakukan perlawanan. Puncak aksi penolakan ini berujung pada


Peristiwa Semanggi II yang terjadi pada 23-24 September dimana korban dari
mahasiswa dan masyarakat kembali berjatuhan.
o Masa Gusdur
Kemenangan PDI-P dalam Pemilu tidak serta merta mengantarkan
Megawati Soekarno Putrimenjadi presiden. Berdasarkan hasil voting anggota
MPR, Gus Dur mengungguli Mega yang berarti membawa Gus Dur menjadi
presiden. Dalam pemerintahan Gus Dur, terjadi perkembangan "baru" dalam
dunia kampus, gerakan mahasiswa menyebutnya privatisai kampus, sementara
rezim menyebutnya otonomi kampus.
2. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kemahasiswaan
yang didirikan pada 21 Syawal 1379 Hijriah, bertepatan 17 April 1960 Masehi di
Surabaya. Para pendiri PMII adalah aktivis-aktivis mahasiswa Nahdlatul Ulama dari
berbagai daerah. Para pendiri PMII adalah Cholid Mawardi, Sa’id Budairy,M.Shobic
Ubaid perwakilan mahasiswa dari Jakarta;M. Makmun Syukri BA dan Hilman dari
Bandung; H. Ismail Makky dan Munsif Nahrawi dari Yogyakarta; Nuril Huda Suady
serta Laili Mansur dari, Surakarta; Abd. Wahab Jailani dari Semarang; Hisbullah Huda
perwakilan Surabaya; M. Cholid Narbuko perwakilan mahasiswa Malang; Ahmad
Husain dari Makassar. Mereka berinisiatif membuat organisasi pengkaderan untuk
memajukan komunitas Nahdliyin yang nantinya akan berkontribusi memajukan
bangsa Indonesia secara khusus, dan umat Islam dunia secara umum.
Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dilatar
belakangi oleh kemauan keras para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk wadah
organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusunnah Wal-jamaah. Hal ini tidak terlepas
dari eksistensi IPNU-IPPNU, karena secara historis PMII merupakan mata rantai dari
departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk pada muktamar III IPNU di Cirebon
pada tanggal 27-31 Desember 1958. Wacana pendirian wadah yang dapat
mengakomodir kebutuhan mahasiswa Nahdliyin sudah ada ketika muktamar II IPNU
di Pekalongan tetapi karena keberadaan IPNU dirasa masih sangat muda yang berdiri
pada tahun 1954,wacana itu tak terlalu ditanggapi dengan serius. Namun seiring
dengan perkembangan dan kebutuhan mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri,
mereka terus berjuang untuk mewujudkannya. Puncak perjuangan untuk mendirikan
organisasi mahasiswa Nahdliyin ini adalah ketika IPNU mengadakan konferensi besar
di Kaliurang, Yogyakarta, pada tanggal 14-17 Maret 1960.
Dalam musyawarah di kota pahlawan ini banyak tawaran nama yang dilontarkan
untuk nama organisasi ini, yakni IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) usulan
delegasi dari Jakarta, Persatuan Mahasiswa Sunni dari Yogyakarta, dan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari Bandung dan Surabaya. Dari ketiga usulan
tersebut, PMII-lah yang disetujui oleh forum sebagai nama organisasi, tepat pada
tanggal, 17 April 1960 (21 Syawal 1379 H) yang kemudian ditetapkan sebagai hari
kelahiran PMII. Semenjak kelahirannya, PMII secara struktural masih merupakan
dibawah naungan NU. Karena kondisi sosial politik pada waktu itu, patronase gerakan
mahasiswa masih menjadi bagian dari gerakan politik, sehingga kehadiran PMII

26
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

nampaknya lebih dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU pada waktu
itu.
Tujuan PMII “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia”. (Anggaran Dasar PMII Bab IV Pasal 4). Atas dasar itulahPMII
membakukan dan menetapkan format khidmatnya berupa ;
Tri Motto PMII: Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
Tri Khidmat PMII: Taqwa, Intelektual dan Profesional
Tri Komitmen PMII: Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan Eka Citra Diri PMII: Ulul
Albab
Visi dasar PMII; Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi keislaman
dan visi kebangsaan. Visi keislaman yang dibangun PMII adalah visi keislaman yang
inklusif, toleran dan moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu
kehidupan kebangsaan yang demokratis, tolerans, dan dibangun di atas semangat
bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa
terkecuali.
Misi dasar PMII; Merupakan manifestasi dari komitmen keislaman dan
keindonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan
bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu
bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab
mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan
martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk.
3. Kontribusi PMII
Perjalanan PMII dari masa ke masa tentunya tidak semulus yang dibayangkan,
banyak hal yang harus dihadapi demi mempertahankan eksistensi organisasi di tengah-
tengah pola sistem sosial dan politik yang terus berubah-ubah. Mulai dari masa Orde
Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi sampai sekarang ini. PMII pada awal mula
terbentuknya merupakan organisasi underbow NU baik secara struktural maupun
fungsional, warna pekat NU yang waktu itu masih menjadi partai politik juga
mempengaruhi gilasan PMII dalam bergerak. Titik berat gerakan PMII pun menjadi
lebih mengarah pada gerakan politik praktis, hal ini terbukti ketika PMII terlibat dalam
politik praktis pada pemilu 1971. Sedangkan wilayah gerakan moral dan basis
keilmuan yang menjadi cita-cita awal berdirinya PMII menjadi terabaikan.
Situasi ini lambat laun mulai meresahkan kader-kader PMII secara keseluruhan.
Lalu dari perbincangan-perbincangan, para kader PMII berinisiatif untuk memisahkan
diri dengan NU secara struktural, maka diadakan musyawah besar pada tanggal 14-16
Juli 1972 di Malang, Jawa Timur, dan melayangkan deklarasi independen. Deklarasi
ini kemudian dikenal dengan deklarasi MURNAJATI. Ditandai dengan deklarasi ini,
maka PMII secara formal-struktural berpisah dengan NU, dan membuka akses sebesar-
besarnya sebagai organisasi independen tanpa berpihak dengan parpol apapun.
Independensi ini dipertegas kembali pada Penegasan Cibogo pada tanggal 8 Oktober
1989, bentuk independensi merupakan khittah PMII dari cita-cita awalnya sebagai

27
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

agen pembangunan dan modernitas bangsa, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etik
dan moral serta idealisme yang dijiwai dengan ajaran islam ahlu al-sunnah wa al-
jama’ah.
Pada kongres ke-X PMII pada tanggal 27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok
Gede, Jakarta, PMII mendeklarasikan―Interdependensi (saling ketergantungan)
antara PMII-NU, karena NU telah menyatakan kembali ke khittah 1926 pada kongres
ke-27 di Situbondo, tahun 1984, dan tidak lagi menjadi organisasi partai politik, NU
kembali sebagai organisasi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma
ajaran islam di masyarakat dengan prinsip Aswaja, berpedoman Tawassuth, Tasamuh,
Tawazun, Taadul, dan memegang spirit al-muhafadloh ala al-qodiimi Al-solih wa al-
akhdu bi al- jadiidi al-aslah, dengan tetap berasaskan Pancasila.
Maka PMII pun menilai penting untuk saling menguatkan perjuangan tersebut
dengan organisasi yang pernah melahirkannya, meskipun secara struktur tetap bepisah
dengan NU. Panggilan untuk PMII agar kembali secara struktur dalam tubuh NU
sering dilontarkan oleh NU sendiri, puncaknya pada Muktamar NU ke-33 pada tanggal
01-05 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur, namun PMII tetap menolak, karena
PMII menilai selama ini meskipun berada di luar struktur NU, tetapi PMII masih
menjaga nilai-nilai seperti yang diperjuangkan NU, justru jika PMII kembali dalam
struktur NU, dikhawatirkan membatasi akses PMII untuk tetap terbuka dengan
organisasi lain.
Santernya dinamika politik di era rezim Orde Lama, mempunyai pengaruh
tersendiri terhadap bangsa Indonesia. Menanggapi hal itu, GP Ansor berinisiatif
menghimpun pemuda-pelajar Islam, sebagai upaya untuk tetap memperkokoh
Ukhuwah Islamiyah di tengah goncangan politik tersebut, maka pada tanggal 19-26
Desember 1964, diselenggarakan Musyawarah pemuda-pelajar Islam di Jakarta, dan
memutuskan untuk membentuk organisasi federasi pemuda yang dinamai GEMUIS
(Nasional Generasi Muda Islam). Dalam organisasi tersebut PMII dipercayai sebagai
Sekretaris Jendral Presidium Pusat yang diwakili oleh sahabat Said Budairy. Salah satu
putusan yang dihasilkan musyawarah ini adalah usaha untuk melakukan pembelaan
terhadap HMI yang akan dibubarkan oleh pemerintah menjelang meletusnya
G.30.S.PKI, reaksi ini juga merupakan respon terhadap aksi-aksi PKI yang diwakilkan
dengan CGMI (Consentrasi Gabungan Mahasiswa Indonesia), salah satu organisasi
yang berafiliasi dengan PKI.
Pada tanggal 25 Oktober 1966, berdiri pula organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) atas koordinasi yang dilakukan oleh beberapa organisasi
kemahasiswaan dan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP),
Organisasi ini dibentuk sebagai upaya untuk memberangus PKI dari bumi Indonesia.
salah satu tokoh PMII, sahabat Zamroni dipercaya sebagai Ketua Presidium.
Organisasi yang tergabung dalam KAMI diantaranya; PMII, PMKRI, GMNI, dan
MAPANCAS. Selain pemimpin KAMI, Sahabat zamroni merupakan inisiator dari aksi
demonstrasi mahasiswa tanggal 10 Februari 1966 yang menjadi salah satu kekuatan
tumbangnya rezim Orde Lama.
Dengan Tumbangnya orde lama, maka babakan sejarah Indonesia kembali lahir
dengan wajah baru. Kalangan muda yang terlibat dalam sejarah ini disebut angkatan

28
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

66, dan perjuangan itu berkisar selama 60 hari, atau disebut 60 days that shook the
word (60 hari mengguncang dunia), atau dikenal dengan Tri Tura (Tiga Tuntutan
Rakyat). Tidak berhenti di situ, pada tahun 1972, Organisasi-organisasi Mahasiswa
membentuk aliansi yang bernama Kelompok Cipayung, di Cipayung, Jawa Barat.
Kelompok Cipayung ini awal mulanya hanya terdiri dari GMNI, HMI, PMKRI,
GMKI. Namun, dua tahun berikutnya, pada tahun1974, PMII turut andil sebagai
bagian dari Kelompok Cipayung ini. Kelompok ini didirikan sebagai upaya
pengawalan terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia.

29
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi III
Andir & Ansos

A. Definisi Analisis Diri dan Analisis Sosial


Analisis Diri (Andir) terdiri dari dua kata yaitu: analisis yang berarti
meneliti,introspeksi atau dalam istilah arabnya muhasabah. Sedangkan Diri berarti:
aku,ego, saya, beta dan sebagainya. Jadi Analisis diri adalah suatu proses yang dilakukan
secara sadar untuk meneliti diri kita sendiri. Menganalisis diri penting dilakukan untuk
mengetahui siapa sebenarnya diri kita? Dan apa seharusnya yang diri kita perbuat? Sudah
sesuaikah apa yang diri kita perbuat? Dan dan lain sebagainya. Selain “diri” secara umum,
penting untuk dikaji potensi dan kelemahan yang ada di dalam diri kita sehingga nantinya
kita bisa memperbaikinya dimasa mendatang.
Analisis sosial (Ansos) merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau
masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran
lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, structural dan
konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitankaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial
yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.

B. Macam-Macam Kesadaran Manusia:


1. Kesadaraan Magis, dimana seseorang menyadari dan memahami bahwa segala
sesuatu didalam kehidupan merupakan hasil dari kekuatan supra (diluar kekuatan
manusia). Kebanyakan orang mempunyai kesadaraan ini akan mempunya krakter
cepat pasrah dan mudah untuk memaklumi segala sesuatu. Salah satu indikator
kesadaran ini adalah kurang kritisnya seseorang dari dinamika sosialnya, bahkan
tak jarang menganggap kritis adalah hal yang tabu.
2. Kesadaran Naif, kesadaran bahwa realita kehidupan adalah hasil dari krakter dan
kualitas manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual menjadi penekanaan utama
pada kesadaraan naïf.
3. Kesadaran Kritis adalah bersifat analitis sekaligus praksis. Seseorang itu mampu
memahami persoalan sosial mulai dari pemetaan masalah, identifikasi serta mampu
menentukan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Disamping itu ia mampu
menawarkan solusi-solusi alternatif dari suatu problem sosial. Sebuah kesadaran
yang melihat adanya keterkaitan antara ideologi dan struktur sosial sebagai akar
masalah.

C. Perangkat Analisis SWOT


Strength, Weakness, Opportunities, Threats adalah kepanjangan dari SWOT.
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu pergerakan PMII. Analisis SWOT pertama kali
diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada tahun 1960-an dalam memimpin proyek

30
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

riset di Stanford Research Institute yang menggunakan data dari perusahaan-


perusahaan Fortune 500. Meskipun analisis SWOT banyak digunakan sebagai analisis
perusahahaan dalam mengembangkan bisnisnya, tidak bisa dipungkiri juga bahwa
perangkat analisis ini cukup efektif dalam mengembangkan strategi gerakan PMII baik
digunakan untuk andir maupun ansos.
Metode analisis SWOT merupakan alat yang tepat untuk menemukan masalah dari
4 (empat) sisi yang berbeda, di mana aplikasinya adalah:
1. Bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah
peluang (opportunities) yang ada.
2. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan.
3. Bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada.
4. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Terdapat 2 faktor pokok yang akan memengaruhi keempat komponen dasar pada
analisis SWOT. Faktor eksternal dan internal yang akan mempengaruhi analisis
Strength, Weakness, Opportunities, Threats yaitu:
1. Faktor Internal (Strength dan Weakness)
Untuk faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua poin
yaitu kekuatan dan kelemahan. Keduanya akan berdampak lebih baik dalam sebuah
penelitian ketika kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan. Dengan demikian
kekuatan internal yang maksimum jelas akan memberikan hasil penelitian yang jauh
lebih baik. Adapun bagian bagian dari faktor internal itu sendiri, antara lain sumber
daya yang dimiliki, keuangan atau finansial, kelebihan atau kelemahan internal
organisasi, serta pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil
maupun yang gagal).
2. Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
Ini merupakan faktor dari luar entitas, di mana faktor ini tidak secara langsung
terlibat pada apa yang sedang diteliti dan terdiri dari 2 poin yaitu ancaman dan
peluang. Adanya peluang serta ancaman ini tentu saja akan memberikan data yang
harus dimasukkan dalam jurnal penelitian sehingga menghasilkan strategi untuk
menghadapinya. Beberapa poin yang termasuk pada faktor eksternal, antara lain
tren, budaya, sosial politik, ideologi, maupun perekonomian, peraturan pemerintah,
perkembangan teknologi, peristiwa-peristiwa yang terjadi, dan lingkungan.

D. Pendekatan dalam Analisis Sosial


Dalam analisis sosial, ada hal yang sangat diperlukan yaitu mengambil model telah
yang diperlukan:
1. Telaah Historis
Asumsi dasar dari telaah ini mengatakan bahwa suatu peristiwa tidak dengan
begitu saja hadir, melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan telaah historis
ini, maka kejadian atau peristiwa dapat diletakkan dalam kerangka masa lalu, masa
kini, dan masa depan.
2. Telaah Struktur

31
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Analisa ini sangat tajam dalam melihat apa yang ada dan mempersoalkan apa
yang mungkin tidak berarti digugat. Struktur yang akan dilihat adalah ekonomi
(distribusi sumber daya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial
(bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik dan ekonomi); dan
budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
3. Telaah Nilai
Penting pula diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan daalam masyarakat,
dan siapa yang berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai tersebut.
4. Telaah Reaksi
Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa yang
lebih atau pihak mana yang sudah bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana
bentuknya. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai "peta"
kekuatan yang bekerja.
5. Telaah Masa Depan
Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan apa yang terjadi
selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi akan dapat menjadi indikasi
mengenai kualitas tahap-tahap sebelumnya.

E. Prinsip-Prinsip Analisis Sosial


Ada beberapa hal atau prinsip yang perlu diingat dalam analisis sosial, diantaranya:
1. Analisis sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya sebagai
diagnosis dalam mencari akar permasalahan, yang sangat ungkin digunakan dalam
menyelesaikan suatu masalah, karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang
lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat
merupakan pemecahan yang tepat.
2. Analisis sosial tidak bersifat netral, selalu berasal dari keberpihakan terhadap suatu
keyakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang
diambil dalam proses melakukan analisis. Karena pernyataan di atas, maka berarti
bahwa analisis sosial dapat digunakan oleh siapapun.
3. Analisis sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk
menggunakan gambaran yang diperoleh dari analisis sosial bagi keperluan
tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial
berposisi sebagai salah satu simpul dan siklus kerja transformasi.
4. Analisis sosial selalu menggunakan tindakan manusia sebagai sentral atau pusat
dalammmelihat suatu fenomena nyata.

F. Langkah-Langkah Analisis Sosial


Adapun proses atau tata cara yang dapat dilakukan dalam melakukan analisi sosial,
diantaranya:
1. Memilih dan menentukan objek analisis
Dalam proses pemilihan objek atau sasaran masalah harus didasarkan pada
pertimbangan yang rasional, mengenai masalah yang akan dianalisis harus memiliki
signifikansi dan urgensi, serta harus sesuai dengan visi dan misi organisasi.
2. Mengumpulkan data atau informasi penting

32
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Untuk dapat melakukan proses analisis dan identifikasi masalah secara utuh,
maka sangat diperlukan dengan adanya data dan informasi penunjang yang lengkap
dan relevan, dengan cara mengumpulkan data dari media, melakukan wawancara
atau observasi dan juga terjun langsung ke lapangan. Selain itu, setelah data
terkumpul perlu dilakukan re-check untuk menguji validitas data.
3. Identifikasi dan analisis masalah
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan dipetakan. Pemetaan
beberapa variabel seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama
dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komprehensif diharapkan dapat
memahami substansi masalah dan menemukan keterkaitan antar aspek.
4. Mengembangkan persepsi
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam
masalah, selanjutnya mengembangkan persepsi atas masalah sesuai cara pandang
yang objektif. Pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi
konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa alternatif sebagai
kerangka tindak lanjut.
5. Menarik kesimpulan
Terakhir, proses penarikan kesimpulan biasanya akan menghasilkan akar masalah
sebenarnya, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, pihak yang untun dan rugi,
dampaknya terhadap ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, agama serta
paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.

G. Hasil dari Analisis Sosial


Lalu bagaimana dengan hasil analisis sosial? Apakah hasil kesimpulan dari analisis
sosial tersebut bersifat final? Tentu saja tidak. Karena hasil dari analisis sosial tersebut
dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentatif, yang bisa berubah dengan fakta
atau data dan temuantemuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis,
terus bergerak, memperbarui diri, dikaji ulang dan terus harus diperkuat dengan fakta-
fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma atau sejenis kebenaran tunggal.

33
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi IV
Manajemen Wacana

A. Pengertian Manajemen Wacana


Berbicara Manajemen menurut george R. Terry dalam bukunya Principle of
Manajemen menyebutkan pengertian manajemen. Manajemen adalah sebuah proses
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. sedangkan kata wacan sendiri
berasal dari bahasa sanskerta yaitu wacana yang berarti perkataan atau tuturan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, wacana adalah komunikasi verbal
atau keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan atau satuan bahasa yang
direalisasikan dalam bentuk karangan ataupun dalam bentuk laporan. Dalam
perjalanannya, wacana digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan sesuatu dan
berusaha meyakinkan mengenai konteks yang terkandung didalamnya. Wacana
merupakan manifestasi dari bahasa atau simbol yang disusun dengan aturan-aturan
tertentu sehingga menghasilkan makna.
Menurut Fairclough ( 1992), wacana dapat disalurkan melalui berbagai bentuk
penggunaan bahasa dan simbol lainnya. Wacama dapat diartikan sebagai kontruksi dari
entitas-entitas yang menyusunnya. Dalam wacana perlu adanya manajemen agar
wacana tersebut bisa disampaikan mendapat dukungan atau pengikut dengan sarat akan
konteks dan prosedur. Jadi, manajamen wacana adalah serangkaian kegiatan untuk
mengelola, mengatur, dan mengendalikan wacana hingga menggiring opini publik dan
membuat tujuan dari wacana tersebut tercapai.

B. Analisis Wacana
Dalam Menjalankan sebuah wacana, tentu dibutuhkan analisis wacana dan sekaligus
manajemen wacana. Analisis wacana merupakan salah satu hal vital yang tersusun dari
realitas sosial yang kemudian disalurkan dengan cara-cara yang mudah dipahami
sehingga menimbulkan makna. Menurut Eriyanto, analisis wacana memusatkan
perhatian pada bagaimana memproduksi dan dikonsumsinya wacana tersebut.
Pentingnya analisis wacana dimuat dalam tiga poin yaitu pertama, analisis wacana dapat
mengidentifikasi realitas sosila dan posisi dari subjek yang akan dijadikan wacana.
Kedua, analisis wacana sebagai kontruksi hubungan antar individu. Ketiga, hasil analisis
wacana sebagai alat pengetahuan dan kepercayaan.
Menurut Ahmad (2007) analisis wacana dibagi menjadi beberapa ruang lingkup
yaitu :
• Berdasarkan pengunaan metode, analisis wacana dibedakan menjadi analisis wacana
sintagmatis, yang menganlisis wacana dengan metode kebahasan dan analisis
wacana paradigmatis, yang menganalisis wacana dengan memperhatikan tanda-
tanda tertentu dalam sebuah wacana dengan memperhatikan tanda-tanda tertentu
dalam sebuah wacana untuk menemukan makna yang terkandung dalam wacana
tersebut.
• Berdasarkan bentuk analisis, analisis wacana dibedakan menjadi analisis wacana
linguistic, yang menganalisis suatu wacana dengan memakai salah satu metode

34
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

(sintaksis ataupun paradigmatis), lalu menggunakan perspektif teori tertentu, dan


menerapkan paradigma penelitian tertentu.
• Berdasarkan level analisis, analisis wacana dibedakan menjadi analisis pada level
naskah, baik dalam bentuk text,talks,act. Dan artifact (dengan menggunakan metode
sintagmatis ataupun secara paradigmatic dan analisis multilevel yang dikenal dengan
analisis wacana kritis yang menganalisis wacana pada level naskah beserta konteks
dan historisnya.
Menurut Fairclough, ada beberapa langkah dalam menganalisis sebuah teks, yaitu
deskripsi, Interpretasi, dan eksplanasi.
• Tahap Pertama adalah tahap deskripsi,
tahap ini berhubungan dengan bagaimana seseorang, kelompok, peristiwa, atau
kegiatan ditampilkan dalam teks. Dalam tahap ini, peneliti menganalisis pilihan kata
dan tata bahasa yang digunakan. Misalnya, pidato yang dilakukan trump untuk
merepresentasikan kaum muslim syariah dalam pidatonya. Untuk menganalisis
representasi kaum muslimin syariah dalam pidato donald trump, digunakan alat
leksiko gramatikal, yaitu transivitas.
Analisis transivitas melibatkan tiga hal yaitu jenis proses, partisipan yang terlibat
dalam suatu wacana, dan sirkumstan yang muncul dalam wacana. Hal yang pertama
yang terlibat dalam analisis transivitas yaitu proses. Haliday dan matthiessen
membagi proses menjadi enam jenis yaitu proses material, mental, relasional,
behavioral, verbal, dan eksistensial proses pertama adalah proses material, yaitu
proses melakukan sesuatu. Proses ini melibatkan dua partisipan yaitu actor dan goal.
Actor adalah seseorang yang melakukan tindakan.
Sedangkan goal adalah orang atau benda dimana proses tersebut ditujukan.
Proses kedua adalah proses mental yaitu proses yang merujuk pada proses internal
yang terjadi dalam pikiran partisipan. Partisipan yang terlibat dalam proses ini adalah
senser dan phenomenon. Senser addalah orang atau sesuatu yang mengalami mental
proses. Sedangkan phenomenon adalah sesuatu yang dirasakan oleh senser. Proses
keetiga adalah proses relasional. Proses ini merupakan proses yang bertujuan untuk
mencirikan dan mengidentifikasi sesuatu atau seseorang dalam menandakan
kepemilikan. Proses keempat adalah proses behavioral.
Proses behavioral berhubungan dengan tindakan atau tingkah laku seseorang
baik secara fisik maupun psikologi seperti bernafas, tersenyum, bermimpi. Proses
kelima adalah proses verbal. Proses verbal adalah proses ujaran atau aktivitas yang
berkaitan dengan tuturan. Proses keenam adalah proses eksistensial. Proses
eksistensial menunjukan bahwa sesuatu itu ada atau terjadi.
Hal kedua yang terlibat dalam analisis transivitas adalah partisipan. Partisipan
merupakan orang atau hal yang terlibat dalam proses. Partisipan biasanya ditandai
dengan penggunaan nominal grup sekumpulan kata-kata yang merepresentasikan
atau mendeskripsikan sesuatu. Yang ketiga adalah sirkumstan. Sirkumstan
merupakan keterangan tambahan untuk memperinci proses.
• Tahap analisis yang kedua adalah interpretasi.

35
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Tahap ini dihasilkan melalui kombinasi dari apa yang ada di dalam teks dan apa
yang ada “di dalam” penafsir members’ resources MR. Dalam tahap interpretasi, MR
yang diperlukan adalah MR mengenai struktur teks dan konteks. penafsir.
• Tahap yang ketiga adalah tahap eksplanasi.
Tahap ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana struktur sosial sosial,
institusional, situasional membentuk MR, yang nantinya akan membentuk wacana,
dan bagaimana wacana tersebut mempertahankan atau mengubah MR, yang
nantinya dapat mempertahankan atau merubah struktur sosial.

C. Cara Manajemen Wacana Publik


a) Berbagi Opini
Tulisan dalam bentuk opini sering kita jumpai dalam kolom-kolom media cetak
seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti website ataupun blog.
Aspirasi atau pikiran – pikiran berputar dalam otak kita, pun yang kita rasakan dalam
hati mungkin dapat dituang ke dalam suatu tulisan untuk kemudian kita salurkan ke
dalam media yang relevan pada saat yang tepat. Tentunya pendapat yang
proporsional, atau menyangkut perubahan yang signifikan dan positif, atau
menyangkut banyak orang adalah hal yang layak untuk dipaparkan dalam media
massa – bukan masalah-masalah yang sifatnya terlalu pribadi atau personal yang
lebih baik dikonsumsi oleh diri sendiri. Terminologi bidang kajian Strategis ( kastrat
) untuk opini ini disebut dengan kajian. Untuk kajian sendiri biasanya dibahas lebih
dalam pada materi manajemen isu.
Umumnya opini dimulai dari ketidak sesuaian antara harapan dengan
kenyataan. Apa yang nurani kita rasakan bertentangan dengan keadaaan yang jauh
dari keadaaan ideal sehingga kita merasa memiliki solusi atas masalah tersebut.
Solusi tersebut kita tuangkan dalam bentuk tulisan dan berharap bisa mempengaruhi
pola pikir orang banyak maupun merubah dunia dalam waktu singkat namun
setidaknya ada efek umum yang seringkali terjadi adalah kita membuka arena untuk
berdiskusi massal, bernegoisasi dengan pihak-pihak terkait atau membuat orang
berkesimpulan bahwa apa yang dirasakan juga dirasakan oleh orang lain.
b) Tulisan yang seperti apa
Mathilda AMW Bhirowo, dalam bukunya “bercermin melalui tulisan”
menguraikan menulis opini secara sederhana dan jelas. Beberapa strategi dalam
penyusunan sebuah tulisan opini adalah sbb;
• Pilihlah tema yang membumi, artinya suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi
di sekitar kita dan menjadi perhatian banyak orang.
• Buat kerangka dari aspek-aspek relevan yang akan kita kembangkam dalam
istilah PBL (Problem Based Learning), dalam dunia pendidikan kedokteran, fase
ini disebut cue and clues yang selanjutnya diproses menjadi problem list
sehingga kita melahirkan hipotesis (jawaban sementara terhadap masalah yang
ada) sehingga untuk memastika hipotesis, kita perlu “learning objectives” yang
memaksa kita mencari berbagai macam data primer maupun sekunder. Ini dapat

36
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

menjadi daftar pertanyaan kita kepada narasumber sekiranya diperlukan suatu


wawancara atau bahan kita mencari referensi dan data-data penunjang.
• Bagi tulisan dalam tiga tahap secara proporsional. Bagian pendahuluan
merupakan pembuka dari pokok persoalan yang akan kita sampaikan. Jelaskan
scara singkat tentang isu dan latar belakang dengan presentase antara 20-25
persen dari keseluruhan panjang tulisan ini.
• Bagian inti permasalahan memaparkan pokok persoalan secara mendetail
dengan memasukan pula unsur-unsur gagasan penulis secara sistematis dan
logis dengan didukung data-data pendukung yang sudah kita cari. Ada baiknya
pendapat dari beberapa tokoh atau nara yang sumber yang relevan kita muat
sebagai penguat opini yang kita sampaikan
• Pada bagian penutup, kita masukkan saran, pendapat atau kesimpulan kita
pribadi terhadapa persoalan yang kita kita angkat.
• Hal yang mudah untuk mencari gaya penulisan itu adalah mempelajari langsung
dari media yang kita harapkan bisa memuat tulisan kita. Cari tulisan opini atau
feature yang temanya mendekati persoalan yang menjadi perhatian kita. Dari
situ kita akan mendapat gambaran tentang bentuk penulisannya
• Tentang bahasa jurnalistik yang lazim digunakan, kita pun bisa mengacu pada
media yang kita anggak kredibe;. Seringlah membaca harian yang memiliki
reputasi baik agar terbiasa menggunakan bahasa jurnalistik yang tepat
Perhatikan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan dalam menulis tulisan
berbentuk opini. Karena opini seringkali berhadapan dengan kelompok atau
kebijakan yang berlawanan, apalagi disampaikan secara terbuka di media massa
maka kita pun harus pertimbangkan akurasi dan penggunaan bahasa yang etis agar
tidak menimbulkan polemik yang berlebihan atau bahkan menjadi buumerang buat
kita. Jauhkan hal-hal yang bersifat SARA, Fisik atau menyudutkan seseorang atau
intitusi secara langsung. Untuk itu kita perlu didukung oleh data-data atau informasi
akurat yang menunjang dari sumber yang kredibel. Tanpa hal-hal tersebut, kita
seperti menggoreng isu atau membual.

D. Alur Manajemen Wacana


Identifikasi Penyikapan Evaluasi
1) Identifikasi dan pengumpulan data
• Ada/ tidak opini publik yang sedang bergulir di masyarakat
• Perlu/ tidak disikapi – cari data fakta untuk mengambil sikap
• Jika isu bersifat konstruktif maka inventaris isu/opini publik tersebut agar di
kemudian hari kita bisa memakainya kembali untuk mendukung opini yang baru
• Nilai isu/ opini yang sudah ada: bermutu / tidak bermutu
• Jika isu bersifat dekstruktif: cegah agar tidak menyebar atau dihancurkan
• Pelajari cara berpikir masyarakat saat itu sehingga penolakan publik tidak terlalu
besar
2) Penyikapan

37
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

• Tentukan tujuan penyikapan, contoh: pengurus ISMKI memulai sebuah opini


publik melalui artikel pencerdasan dan kuisioner yang menuntut partisipasi
mahasiswa kedokteran seluruh indonesia, yang tujuannya meyakinkan
mahasiswa kedokteran bahwa RUU Pendidikan kedokteran tidak langsung
disetujui namun perlu dikaji ulang oleh pemerintah agar sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan.
• Buatlah penyikapan pada saat yang tepat
• Melalui berbicara di depan publik ataupun tulisan yang dimuat dalam media
massa yang bisa mempengaruhi pikiran masyarakat secara bersamaan dalam
satu waktu . seringkali opini publik dimulai karena ada opini publik lainnya,
terjadi saling hantam opini dalam kurun waktu tertentu.
• Salah satu penyikapan yang efektif dalam demontrasi, melalui demonstrasi
pesan yang dibawa jelas ( orasi, spanduk, poste dll) lokasi yang diambil pasti
strategis sehingga masyarakat mau tidak mau dipaksa melihat aksi tersebut,
entah langsung ataupun melalui media, yang ujungnya mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap suatu isu/ opini publik.
3) Monitoring dan evaluasi
• Apakah tujuan tercapai? Bagaimana respon publik?
• Apa respon publik sesuai dengan rencana pembuat opini publik?
• Susun ulang rencana untuk menguatkan opini publik yang kita gulirkan pertama
atau buat opini yang bisa membawa masyarakat mengerti jalur pikiran kita.

38
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi V
Manajemen Organisasi

A. Pengertian Manajemen Organisasi


Secara Singkat, Manajemen merupakan proses mengatur atau mengelola sesuatu
yang dilakukan oleh indibidu atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan
menggunakan sumber daya yang ada. Sedangkan organisasi sendiri merupakan tempat
berkumpulnya sekelompok orang untuk saling bekerja sama secara sistematis untuk
mewujudkan tujuan bersama. Secara umum, manajemen organisasi adalah suatu proses
perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian terhadap sumber daya sebuah
organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Tujuan organisasi tentunya bisa berbeda dan bermacam-macam, tergantung dari
organisasi itu sendiri. Dengan adanya manajemen organisasi diharapkan dapat
membentuk kinerja organisasi yang lebih efektif terutama dalam hal koordinasi antar
departemen atau divisi.
Teori manajemen berfungsi untuk menyediakan kerangka kerja organisasi dalam
membangun tim kerja. Dengan teori manajemen maka para pemimpin mampu
menggunakan untuk menggunakan secara efektif banyak proses sistemik dan aspek
motivasi dari struktur dan fungsi organisasi.Dalam praktiknya, penerapan teori
manajemen dapat dilihat ketika para pemimpin organisasi memotivasi karyawan mereka
untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi pencapaian tujuan organisasi.
Misalnya, ketika para pemimpin organisasi mulai melakukan koordinasi dan
pengawasan, maka pada saat itulah teori manajemen bekerja. Jika kita telah mengetahui
tentang apa itu teori manajemen dan praktik kesehariannya dalam dunia kerja, maka di
bagian berikut, kita akan semakin menyadari arti penting dari teori manajemen.

B. Manajemen Top Down dan Botton Up


1) Manajemen Top Down
Dalam pendekatan top down, pemimpin membuat keputusan lalu disaring
kebawah melalui struktur hierarikis. Pemimpin mengumpulkan informasi,
menganalisisnya, dan menarik kesimpulan yang dapat ditindak lanjuti. Kemudian,
merka mengembangkan proses yang dikomunikasikan dan diimplementasikan
anggota tim lainnya. Ketika menggunakan pendekatan top-down pada suatu rencana
organisasi, pengambil keputusan yang lebih tinggi memulai dengan gambaran umum
gol dan bekerja mundur untuk menentukan tindakan yang perlu diambil kelompok
dan individu yang berbeda agar gol tercapai. Seluruh proses perencanaan organisasi
berlangsung di tingkat manajemen. Kemudian, setelah rencana tindakan diciptakan,
pembuat keputusan mengomunikasikannya kepada seluruh tim untuk
diimplementasikan. Ada beberapa keuntungan dalam penggunaan manajemen top
down antara lain:
• Pendekatan top down menghasilkan proses yang jelas dan terorganisasi dengan
baik yang akan mengurangi kebingungan. Karena semua keputusan dibuat satu
tempat dan semua komunikasi mengalir ke satu arah, kebingungan dan

39
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

kesalahpahaman lebih jarang terjadi dibandingkan dengan gaya manajemen


lainnya.
• Saat masalah atau inefisiensi terjadi, pendekatan manajamen top down
memudahkan untuk melacak ke sumbernya. Dengan tim yang telah ditentukan
dengan jelas yang masing-masing memiliki tanggung jawab tersendiri,
menemukan, mendiagnosis, dan memecahkan masalah dengan cepat dan efisien
akan lebih mudah.
• Implementasi yang lebih cepat karena hanya terjadi pada satu tingkat
manajemen, proses pengambilan keputusan ini dapat diselesaikan,
didistribusikan dan diimplementasikan jauh lebih cepat dari keputusan yang
memerlukan masukan dari banyak pemimpin atau pemangku kepentingan.
Meskipun manajemen top down memiliki beberapa keuntungan, ada beberapa
kerugian juga dalam penggunaan manajemen top down antara lain:
• Karena semua keputusan dibuat diatas, perekrutan manajemen yang tidak cocok
dapat berdampak lebih besar pada keberhasilan tim. Banyak masalah proses
hanya terlihat di tingkat yang lebih rendah, sehingga pemimpin yang gagal
mengumpulkan umpan balik dari masing-masing anggota tim sebelum membuat
keputusan dapat secara tidak sengaja menyebabkan masalah, penundaan, dan
kerugian yang signifikan.
• Kurangnya kreativitas. Dengan semua komunimasi yang mengalir dari
pemimpin ke anggota tim yang memiliki sedikit kesempatan untuk berdialog
pendeketan top down memberikan lebih sedikit kesempatan untuk kolaborasi
kreatif. Kolaborasi antar departemen yang lebih sedikit juga dapat
menghilangkan perspektif baru dan menghambat inovasi.
• Tim tidak solid. Salah satu pendekatan manajemen top down adalah dibutuhkan
kerja proaktif untuk menjaga agar anggota tim non- kepemimpinan merasa
terlibat, terhubung, dan dihormati. Ketika semua keputusan dibuat diatas,
anggota tim lainnya mungkin merasa umpan balik dan pendapat mereka tidak
dihargai.
• Sekalipun pendekatan bottom-up memungkinkan keputusan dibuat oleh orang
yang sama yang bekerja secara langsung dalam proyek, gaya manajemen top-
down menciptakan jarak antara tim dan pengambil keputusan. Ini dapat
menyebabkam keputusan yang tidak matang jika pimpinan tidak meminta
masukan atau umpan balik dari tim.
2) Manajemen bottom-up
Manajemen ini diterapkan ketika sasaran perencanaan dan tugas sebagian
diinformasikan dari respon para anggota dan dikomunikasikan kepada setiap tim
manajemen. Para anggota ini diharapkan untuk terlibat dalam penetapan sasaran,
contohnya memberikan umpan balik dan diberikan suatu peran dalam mengambil
keputusan. Saat menggunakan botton-up pada tujuan perencanaan, tim akan
berkolaborasi di semua tingkat untuk menentukan langkah yang perlu diambil untuk
mencapai gol keseluruhan. Pendekatan ini lebih baru dan lebih fleksibel dari strategi
top down yang lebih formal, itulah sebabnya pendekatan botton up lebih sering

40
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

ditemukan di organisasi yang memprioritaskan gangguan dan inovasi. Misalnya:


Manajemen demokratis dalam manajemen ini pemimpin bekerja dengan anggota tim
untuk menentukan keputusan yang harus dibuat setiap tingkat, memungkinkan
kolaborasi yang lebih baik sambil mempertahankan struktur. Gaya manajemen
bottom up memecahkan banyak masalah yang muncul pada pendeketan top-down.
Pendekatan ini memiliki kelebihan yang membuatnya sangat cocok untuk tim dan
organisasi yang mementingkan kolaborasi. Ada beberapa keuntungan lain dalam
penggunaan manajemen bottom – up antara lain:
• Keputusan yang lebih matang. Dilingkungan kolaboratif, mereka yang bekerja
secara langsung pada perencanaan dan mengawasi manajemen perencanaan
memiliki suara tentang keputusan yang akan memengaruhi pekerjaanya di masa
mendatang.
• Semangat kerja tim lebih baik. Pendekatan bottom-up mendorong persetujuan
yang lebih besar dari anggota tim karena setiap orang diberi kesempatan untuk
memengaruhi keputusan tanpa memandang senioritas. Ini juga memafilitasi
hubungan yang lebih baik anatara rekan organisasi dengan menawarkan
kesempatan yang sama bagi anggota di semua tingkat senioritas untuk
memengaruhi hasil dari perencanaan.
• Lebih banyak ruang untuk kreativitas. Dalam proses top down, tim memiliki
lebih sedikit kesempatan untuk memberikan masukan atau saran. Di sisi lain,
pendekatan kolaboratif seperti Bottom up memberi peluang untuk umpan balik,
curah pendapat, dan kritik membangun yang sering mengarah pada sistem dan
hasil yang lebih baik.
Namun disi lain, Bottom up juga memiliki tantangan dan kurang yang tidak
cocok pada semua jenis proyek dan organisa. Antara lain:
• Momentum Berkurang. Pendekatan botton up murni untuk memecahkan
masalah dapat mengakibatkan terlalu banyak koki didapur. Keputusan akan sulit
diambil ketika semua orang dalam grup diundang untuk berkolaborasi dan
akibatnya, proses dapat melambat
• Pergeseran dalam dinamika tim. Meskipun penting untuk memberi anggota tim
kesempatan melontarkan kesempatan umpan balik, tidak semua orang merasa
nyaman melakukannya, terutama jika pimpinan juga ada diruangan.
Manajemen yang hebat adalah yang seimbang. Ketika membahas
keseimbangan, manajer yang efektif tahu cara menyeimbangkan efisiensi
pendekatan top down dengan keuntungan kolaboratif dan kreatif yang berasal dari
seluruh tim. Dengan memadukan elemen gaya manajemen yang berbeda, anda dapat
menemukan pendekatan yang paling sesuai untuk organisasi dan tim anda yang unik.
Setelah memutuskan pendekatan yang tepaat, anda dapat membuat manajemen alur
kerja yang efisien.

C. Prinsip Manajamen dalam Organisasi


Secara umum, dunia manajemen menggunakan prinsip POAC atau Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling. Prinsip manajemen ini banyak digunakan

41
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

oleh organisasi untuk memajukan dan mengelola organisasi. Berikut penjelasan lebih
rinci masing-masing mengenai prinsip manajemen tsb:
• Planning
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk
mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama
manajemen dan meliputi segala sesuatu yang pemimpin kerjakan. Di dalam
planning, seorang pemimpin memperhatikan masa depan organisasinya. Membuat
keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap dibuat
berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana.
Planning penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi
manajemen yang lain. Contohnya, setiap pemimpin harus membuat rencana
pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi. Dalam perencanaan, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu harus SMART:
a) Spesific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya.
Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis
b) Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tinkat
keberhasilannya
c) Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan angan-angan
d) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
e) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan,
semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
• Organizing
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik
setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap
aktivitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan
siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
Aspek Utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan departemen
atay beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa
sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Agar tujuan
tercapai maka dibutuhkan pengorganisian. Dalam organisasi biasanya diwujudkan
dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan.
Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan
uraian jabatan.
• Actuating
Pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah organisasi
memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur
organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah melakukan
pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk koordinasi.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik akan sempurna bila diikuti
dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu dibutuhkan adanya kerja keras, kerja cerdas

42
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus diobtimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang ada. Pelaksanaan kerja harus
sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali karena adanya hal-hal
khusus sehingga perlu dilakukan adanya penyesuaian. Setiap Sumber Daya
Manusia harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi dari masing-masing Sumber Daya Manusia untuk mencapai visi, misi
dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
• Controlling
Suatu pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja dibutuhkan adanya pengontrolan yang baik. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Fungsi controlling ini berguna untuk
mengawasi setiap kegiatan agar sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja
yang ada.
Sehingga jika terjadi adanya tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi
kerberlangsungan kegiatan baik dari faktor internal maupun eksternal dapat
diantisipasi dengan adanya penyelesaian yang baik.

43
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi VI
Teknik Komunikasi, Teknik Recruitment, dan Teknik Pendampingan

A. Teknik Komunikasi
1. Pengertian
Teknik komunikasi adalah menyampaikan suatu pesan yang dikemas dengan
cara-cara tertentu agar terjadinya komunikasi yang efektif antara komunikator
dengan komunikan. Teknik dalam komunikasi harus diperhatikan, karena dengan
teknik yang baik dan tepat dalam sebuah proses komunikasi, pesan-pesan
komunikasi akan diterima dengan baik pula para komunikan atau oleh apa saja yang
menjadi objek penerima pesan-pesan dalam sebuah komunikasi yang disampaikan.
Sehingga dalam hal ini, teknik komunikasi berarti melakukan aktivitas yang
mampu mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Di mana pada saat yang bersamaan dapat pula, dari proses komunikasi yang
dilakukan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak lawan bicara, baik
yang didapat atau dirasakan secara langsung maupun yang dapat dirasakan secara
tidak langsung.
2. Tujuan Komunikasi
Manusia adalah makhluk sosial, bahkan tidak ada seorangpun yang mampu
hidup sendiri. oleh karena itu sudah selayaknya media komunikasi secara psikologis
dapat membantu manusia untuk menyatakan identitas dirinya sehingga kita dapat
menyampaikan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Pada umumnya tujuan
komunikasi tujuan antara lain (Arwani, 2002), yaitu:
a. Memberikan pemahaman kepada komunikan. Kita sebagai komunikator harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas
sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksud.
b. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi
masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat
diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, demi mencapai sebuah
tujuan.
3. Prinsip Komunikasi
a. Komunikasi harus memiliki tujuan dan maksud yang jelas sehingga bisa
dipahami oleh orang lain.
b. Setiap pelaku komunikasi mempunyai potensi komunikasi meskipun seseorang
tersebut tidak menyampaikan sepatah katapun kepada orang lain.
c. Komunikasi mengandung dimensi isi (pesan tersurat dari apa yang disampikan
kepada komunikan).
d. Komunikasi dikatakan mengandung dimensi hubungan. Hubungan dimaksudkan
adalah adanya reaksi non verbal yang muncul akibat adanya komunikasi.
e. Komunikasi dipengaruhi oleh dimensi ruang dan waktu. Komunikasi yang terjadi
pada situasi tertentu dapat memunculkan persepsi yang dapat diartikan berbeda

44
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

oleh orang lain. Misal bersiul saat orang tua menasihati kita, sehingga orang tua
akan mengira kita telah mengejeknya.
f. Komunikasi itu bersifat sistemik.
Komunikasi yang terjadi melibatkan sistem internal dan eksternal. Sistem internal
melipui nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya, sedangkan sistem
eksternal merupakan lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih
untuk berbicara, isyarat fisik, suara berisik, penataan ruangan, cahaya, dan
temperature ruangan.
4. Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
1. Pengertian
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
baik itu secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak
dipakai dalam hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan perasaan,
emosi, pemikiran, gagasan, fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya,
saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
2. Jenis Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi verbal ada beberapa macam, yaitu:
• Berbicara dan menulis
Berbicara adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat adalah contoh dari
komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah contoh dari komunikasi
verbal non vocal.
• Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar
mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi, sedangkan
mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang didengar.
Mendengarkan melibatkan unsur mendengar, memperhatikan, memahami
dan mengingat. Membaca adalah satu cara untuk mendapatkan informasi
dari sesuatu yang ditulis.
3. Karakteristik Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Jelas dan Ringkas Berlangsung sederhana, pendek dan langsung. Bila
kata-kata yang digunakan sedikit, maka terjadinya kerancuan juga masin
sedikit.
• Berbicara secara lambat dan pengucapan yang jelas akan membuat kata
tersebut makin mudah dipahami.
• Perbendaharaan kata Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
seseorang akan meningkatkan keberhasilan komunikasi. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menterjemahkan
kata dan uacapan.

45
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

• Arti konotatif dan denotative Makna konotatif adalah pikiran, perasaan


atau ide yang terdapat dalam suatu kata, sedangkan arti denotative adalah
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan.
• Intonasi Seorang komunikator mampu mempengaruhi arti pesan melalui
nada suara yang dikirimkan. Emosi sangat berperan dalam nada suara
ini.
• Kecepatan berbicara Keberhasilan komunikasi dipengaruhi juga oleh
kecepatan dan tempo bicara yang tepat. Kesan menyembunyikan sesuatu
dapat timbul bila dalam pmbicaraan ada pengalihan yang cepat pada
pokok pembicaraan.
• Humor Humor dapat memningkatkan keberhasilan dalam memberikan
dukungan emosi terhadap lawan bicara. Tertawa membantu mengurangi
ketegangan pendengar sehingga meningkatkan keberhasilan untuk
mendapat dukungan.
b. Komunikasi Nonverbal
1. Pengertian
Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesanpesan
nonverbal sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan atau simbol-simbol
nonverbal sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Bahasa verbal
sealur dengan bahasa nonverbal, contoh ketika kita mengatakan “ya” pasti kepala
kita mengangguk. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang
mau diungkapkan karena spontan.
Komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal.
Komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal
meliputi semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri seperti bagaimana kita
mengucapkan kata-kata (volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi
interaksi (suhu, pencahayaan), dan bendabenda yang mempengaruhi citra pribadi
dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
2. Jenis Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal memiliki beberapa jenis yaitu:
• Sentuhan (haptic)
Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan nonverbal
nonvisual dan nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang
mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan
orang melalui sentuhan.
• Komunikasi Objek
Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah
penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang
digunakannya, walaupun ini termasuk bentuk penilaian terhadap
seseorang hanya berdasarkan persepsi.
• Kronemik

46
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Kronemik merupakan bagaimana komunikasi nonverbal yang


dilakukan ketika menggunakan waktu, yang berkaitan dengan peranan
budaya dalam konteks tertentu.
• Gerakan Tubuh (Kinestetik)
3. Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat universal,
diantaranya:
1. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk
mengkomuniasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima.
2. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1 orang
dengan orang lain.
3. Artifaktual,
4. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks.
membantu tentukan makna dari setiap perilaku non verbal.
5. Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non verbal.
Verbal & non verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan akan tampak
pada bahasa nonverbal yang akan mudah diketahui orang lain.
c. Relasi Komunikasi
1. Komunikasi massa (mass communication) juga bisa disebut sebagai
komunikasi media massa (mass media communication). Maka dari itu,
komunikasi massa jelas berarti sebuah cara berkomunikasi atau penyampaian
informasi yang dilakukan melalui media massa (communicating with media).
Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan
kepada orang banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa.
Jika mendengar kata massa, maka kita dapat mengartikan dengan hal yang
berkaitan dengan kata jamak, massive, serta dalam jumlah yang sangat
banyak. Defisini komunikasi massa yang paling umum adalah cara
penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam
waktu yang serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat
dilakukan melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media cetak,
media elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam
penggunaan komunikasi massa ini.
2. Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi antar
personal atau komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang
dilakukan oleh individu untuk saling bertukar gagasan ataupun pemikiran
kepada individu lainnya. Atau dengan kata lain, komunikasi interpersonal
adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap individu
mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta informasi lainnya secara
tatap muka kepada individu lainnya. Komunikasi interpersonal dapat
dilakukan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal
tidak hanya tentang apa yang dikatakan dan apa yang diterima namun juga
tentang bagaimana hal itu dikatakan, bagaimana bahasa tubuh yang
digunakan, dan apa ekspresi wajah yang diberikan.

47
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

B. Teknik Recruitment
a. Pengertian Rekrutmen
Secara etimologi kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu strategos
yang berarti suatu cara untuk memenangkan pertempuran. Suatu strategi mempunyai
dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya
strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berarti.
Menurut Faustino Cardoso Gomes (1995). Rekrutmen merupakan proses
mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh
suatu organisasi. Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar-
pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya
bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-organisasi sangat
menginginkan informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar
tersebut jika kelak mereka diangkat sebagai pegawai. Menurut Noe at.all (2000).
Rekrutmen didefinisikan sebagai pelaksanaan atau aktifitas organisasi awal dengan
tujuan untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja yang potensial.
Dari definisi para ahli tersebut dapat penulis tarik kesimpulan bahwa strategi
merupakan suatu prosess penentuan rencana pimpinan puncak dalam merencanakan
serangkaian tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya
manusia yang mengintegrasikan tujuan utama, kebijakan-kebijakan serta urutan aksi
kedalam keseluruhan yang terkait yang didasari oleh tindakan yang bersifan
incremental atau senantiasa meningkat berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan para pelanggan dimasa depan.
b. Proses Strategi
1. Perumusan Strategi. termasuk di dalamnya ada pengembangan tujuan, mengenali
dan ancaman eksterna, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi
alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
2. Implementasi Strategi. Termasuk pengenbangan budaya dalam mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, megubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan, dan memanfaatkan sistem informasi
yang masuk implementasi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi
yang telah dirumuskan menjadi tindakan.
3. Evaluasi Strategi. Tahap akhir dalam sebuah strategi adalah tahap evaluasi. Tiga
macam aktifitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi, yaitu:
• Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor
internal (berupa kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi.
• Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan yang di dapat).
• Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak
sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan,
maka disitulah tindakan korektif diperlukan.

48
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

c. Metode Rekrutmen
Kasmir mengemukakan beberapa cara atau metode yang digunakan untuk
menerik minat pelamar agar datang melamar, yaitu:
1. Informasi yang disajikan benar-benar memberikan informasi yang jelas tentang
personal target yang ingin di rekrut dalam suatu organisasi.
2. Pemilihan media untuk sebagai wadah Branding organisasi. sesuai dengan
segmentasi media yang bersangkutan. Pemilihan media ini juga akan
memberikan kesan bonafitas organisasi
3. Membuat atau mendesain lalu membagikan brosur mengenai pengenalan
organisasi sebagai bentuk branding atau pengenalan organisasi. Agar peminat
tertarik tentuk desain brosur harus di desain semanarik mungkin serta secara
pengenalan pun tentu harus menarik
4. Waktu yang diberikan jangan terlalu singkat, sehingga mampu memaksimalkan
jumlah peminat . Misalnya 1 minggu atau 10 hari.

C. Teknik Pendampingan
Menurut Suharno (2010: 1) Pendampingan dalam proses belajar mengajar adalah
menyertai siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka
membantu memahami, melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan
guru sehingga siswa merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang
dikehendaki dalam suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.
Dalam hal ini diharapkan bisa menyertai dalam bentuk pendampingan terhadap
mahasiswa guna menyelesaikan tugas-tugasnya, mendampingi mahasiswa bagaimana
membuat kelompok yang baik, mendampingi mahasiswa bagaimana membuat makalah
dengan baik, mendampingi bagaimana mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka ke dalam diskusi kelas, kemudian mendampingi mahasiswa bagaimana
menciptakan diskusi yang baik dan santun di dalam kelas.
Pendampingan yang dilakukan oleh peneliti memberikan dampak yang positif bagi
mahasiswa. Mahasiswa sangat terbantu dengan adanya proses pendampingan dalam
menyelesaikan tugasnya. Dalam membuat kelompok yang baik mahasiswa dibimbing
agar tidak membatasi kelompok diskusi dengan pembagian tugas yang mengacu pada
mengurangi beban individu dalam kelompok tetapi lebih bagaimana menyatukan
pemikiran dan kekompakan mereka dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode diskusi
Menurut Muhaimin dkk (2002: 83-84) Ada tiga langkah dalam metode diskusi;
1. Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat,
evaluasi dan pemecahan dari murid.
2. Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus menerus dan secara bertujuan yang
diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan
pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
3. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.

49
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Pendapat Muhaimin menyatakan bahwa metode diskusi sebuah metode yang


memiliki mekanisme yang harus dilalui oleh setiap pendidik dalam menggunakannya,
agar metode berjalan dengan baik. Pemberian tugas diskusi kelompok terhadap
mahasiswa tidak hanya sebatas bagaimana mahasiswa menyelesaikan masalah dalam
materi kuliah melalui diskusi di dalam kelas, tetapi ada beberapa hal yang harus dilalui
oleh mahasiswa bagaimana diskusi dalam kelas itu dapat berjalan dengan baik.
Diantaranya bagaimana membentuk kelompok yang baik, bagaimana membuat karya
ilmiah dalam bentuk makalah dengan baik, bagaimana mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mereka ke dalam diskusi kelas, kemudian lebih pada bagaimana menciptakan
diskusi yang baik dan santun di dalam kelas. Hal ini menjadikan Pendampingan terhadap
tugas diskusi kelompok menjadi sangat penting oleh dosen kepada mahasiswa.

50
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Materi VII
Agitasi dan Propaganda

A. Agitasi
Dalam makna denotifnya, agitasi berarti hasutan kepada orang banyak untuk
mengadakan huru-hara, pemberontakan dan lain sebagainya. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh tokoh/ aktivis partai politik, ormas dan lain sebagainya dalam sesi pidato
maupun tulisan. Dalam praktik, dikarenakan kegiatan agitasi yang cenderung menghasut
maka sering kali disebut sebagai kegiatan ‘’provokasi” atau sebagai perbuatan untuk
membangkitkan kemarahan. Bentuk agitasi sebetulnya bisa dilakukan secara individual
maupun dalam basis kelompok (massa). Beberapa perilaku kolektif yang dapat dijadikan
sebagai pemicu dalam proses agitasi adalah:
1) Perbedaan kepentingan, seperti misalnya isu SARA (Suku, Agama, Ras). Perbedaan
kepentingan ini bisa menjadi titik awal keresahan masyarakat yang dapat dipicu
dalam proses agitasi.
2) Ketegangan sosial, ketegangan sosial biasanya timbul sebagai pertentangan antar
kelompok baik wilayah, antar suku, agama maupun pertentangan antara pemerintah
dengan rakyat.
3) Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi, ketika kelompok meras
dirugikan oleh kelompok lainnya, memungkinkan timbul dendam kesumat dalam
dirinya. Hal ini bisa menimbulkan keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi
bersama.
Dalam politik, ketiga perilaku kolektif diatas akan menjadi ledakan sosisal apabila
ada faktor penggeraknya (Provokator). Misalnya ketidakpuasan rakyat kecil terhadap
kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada mereka juga bisa menjadi sebuah alat
pemicu yang efektif untuk mendongkel sebuah rezim. Dalam tahap selanjutnya,
mobilisasi massa akan terbentuk apabila ledakan sosial yang muncul dapat memancing
solitdaritas massa. Hingga pada eskalasi tertentu bisa memunculkan kondisi collaps.
Dalam proses agitasi pemahaman perilaku massa menjadi penting. Agar agitasi dapat
dilakukan secara efektif maka perlu diperhatikan sifat orang-orang dalam kelompok
(massa) seperti; massa yang cenderung tidak rasional, mudah tersugesti, emosional, lebih
berani mengambil resiko, tidak bermoral. Kemampuan seorang agitator untuk
mengontrol massa menjadi kunci dari keberhasilan proses agitasi massa. Sedangkan
pendekatan hubungan interpesonal merupakan kunci sukses dalam agitasi individu.

B. Propaganda
Propaganda sendiri berarti penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang
benar atau yang salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang lain agar
menganut sesuatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Kegiatan propaganda ini
banyak dipakai oleh berbagai macam organisasi baik itu organisasi masa, parpol hinggga
perusahaan yang berorientasi profit sekalipun baik kepada kawan, lawan maupun pihak
netral. Propaganda juga merupakan inti ideologi, politik, ide, kata-kata, kecerdasan, dan
lain-lain. Kegiatan propaganda menurut bentuknya sering kali digolongkan dalam dua
jenis yaitu propaganda terbuka dan tertutup. Propaganda terbuka ini dilakukan dengan

51
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

mengungkapkan sumber, kegiatan dan tujuannya secara terbuka. Sebaliknya, propaganda


tertutup dilakukan dengan menyembunyikan sumber kegiatan dan tujuannya.
Menurut William E Daughetty ada 3 jenis propaganda:
1) Propaganda putih, yaitu propaganda yang diketahui sumbernya secara jelas, atau
sering disebut sebagai propaganda terbuka. Misalnya propaganda secara terang-
terangan melalui media massa. Biasanya propaganda terbuka ini juga dibalas dengan
propaganda dari pihak lainnya.
2) Propaganda Hitam, yaitu propaganda yang menyebutkan sumbernya tapi bukan
sumber yang sebenarnya. Sifatnya terselubung sehingga alamat yang dituju sebagai
sumbernya tidak jelas.
3) Propaganda Abu-abu, yaitu propaganda yang mengaburkan proses identifikasi
sumbernya.
Seperti Halnya Komunikasi lainnya maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan propaganda:
1) Siapa yang dijadikan sasaran propaganda, kawan, lawan atau pihak netral
2) Media apa yang dipergunakan, surat kabar, radio, majalah, televisi, chating, buku,
film, pamlet, poster dan lain lain. Untuk musuh misalnya melalui desas desus dan
pihak netral dengan negoisasi atau diplomasi
3) Pesan apa yang akan disebarkan
4) Apa yang menjadi tujuan dari propaganda, misalnya ketakutan, kekacauan,
ketidakpercayaan dan sebagainya.

52
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

DAFTAR PUSTAKA

Kisworo, Bagus, Ilyas Ilyas, and Hendra Dedi Kriswanto. “Model pembelajaran partisipatif
melalui teknik pendampingan tugas diskusi kelompok siswa dalam membentuk
karakter diskusi yang santun.” Jurnal Pendidikan Nonformal 2.1 (2016).
Fauzia, Xenna. “Prosedur Rekrutmen dan Seleksi Calon Karyawan pada PT Guna Elektro
Jakarta Barat.” Tugas Akhir (2016)
Sirat, M. (2022). Strategi Komunikasi Rekrutmen Kader PMII (Studi Kasus Komisariat PMII
IAIN Madura) (Doctoral dissertation, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MADURA).
Morrisan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009
Richard West dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi,
Jakarta: Salemba Humanika, 200). Humanika, 200).
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta:
Kanisius, 2003
Biro Kaderisasi, Modul PKD PMII Rayon Raden Said, 2021.
Kristiva, Nur Sayyid Santoso,Manifesto Wacana Kiri: Membentuk solidaritas organik agitasi
Dan Propaganda ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) Terra, POAC: Planing, Organizing,
actauting and Controling, Manajemen Organisasi ( Jakarta 2018)
Kristeva, Nur Sayyid santoso, Teori analisis geo esksospol (2009) Buku Panduan Pelatihan
Basis kedua
Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Paradigma dan sisiologi perubahan sosial (2007) Buku
Panduan analisis soial

53
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII

Rekomendasi Buku Bacaan


• Manifesto Wacana Kiri: Membentuk Solidaritas Organik Agitasi dan
Propaganda Wacana Kiri Untuk Kadar Inti Ideologis Karya dari Nur
Sayyid Santoso Kristeva
• Hand Out Discusion Materi Kaderisasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Yang disusun Oleh Nur Sayyid Santoso Kristeva
• Menjadi Kader PMII Karya dari Ahmad Hifni
• Paradigma dan Sosiolgi Perubahan Sosial Karya Kristeva, Nur Sayyid
Santoso

54

Anda mungkin juga menyukai