Nama:
Prodi:
Motto:
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Tim Penyusun :
Arif Romdhoni
Aprilia Natasya
Nawang Azzahra
Fajar Andiyanto
Editor dan Penerbit :
Anis Larasati
(Lembaga Kajian, Kepenulisan, dan Penerbitan (LK2P) PMII Rayon Sunan Gunung Jati)
Alamat :
Perumahan Kencana Asri No. A07, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57168,
Indonesia
2
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Ikhwan Maulana
Ketua Rayon Sunan Gunung Jati
3
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
DAFTAR ISI
Sambutan Ketua Rayon ......................................................................................................3
Daftar Isi ............................................................................................................................... 4
Lagu Indonesia Raya ...........................................................................................................5
Lagu Mars PMII .................................................................................................................. 5
Lagu Himne PMII ................................................................................................................ 6
Materi-Materi ....................................................................................................................... 7
I. Ahlusunnah Wal Jama'ah (Aswaja) .................................................................7
II. PKT, NDP dan PMII Gerakan Mahasiswa...................................................... 16
III. Andir & Ansos ....................................................................................................30
IV. Manajemen Wacana .......................................................................................... 34
V. Manajemen Organisasi ...................................................................................... 39
VI. Teknik Komunikasi, Teknik Reckruitment dan Teknik Pendampingan ......44
VII. Agitasi & Propaganda ....................................................................................... 51
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 54
Rekomendasi Buku Bacaan ................................................................................................ 55
4
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
5
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
6
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi I
Ahlusunnah Wal Jama'ah (Aswaja)
7
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
(jika diungkapkan kata ahlussunah, maka yang dimaksud adalah penganut al-Asy’ari dan
al-Maturidi). Oleh karena itu definisi-definisi tentang aswaja ketika itu masih dalam
tataran klaim-klaim saja. Sebab dalam tataran konseptual, betapapun cara pandang al-
asy’ari juga banyak dipengaruhi oleh beberapa cara atau model pemikiran para imam-
imam sebelumnya.
Proses perpindahan faham beliau dari faham mu’tazilah ke faham alAsy’ariyah telah
menunjukkan bahwa selain faktor emosional-intuitif (impian) juga dipengaruhi faktor
akademik, yaitu proses pemahaman keagamaan transformatif, pemahaman keagamaan
yang terbuka (inklusif) dan akomodatif dan bukan model pemahaman keagamaan literal-
skriptural yang tertutup (eksklusif), dan ekstrimis. Atas dasar inilah maka fleksibilitas
pemahaman ahlussunah waljamaah perspektif alAsy’ari bisa dipahami sebagai jalan,
metode berpikir keagamaan dalam semua aspek kehidupan yang berlandasan moderasi,
keseimbangan dan toleran.
Indikasi sikap moderatnya terlihat ketika al-Asy’ari melakukan proses perubahan
transformatif dalam hal teologis (aqidah), yaitu tidak semata-mata dengan pendekatan
bayani (tek) tetapi juga memperhatikan pendekatan burhani (nalar) dan irfani (intuisi)
atau kontek. Manhaj ini secara jelas tercermin pula pada pola penalaran para elit
keagamaan pada bidang yang lain. Dalam bidang pemikiran tasawuf misalnya, manhaj
di atas senada dengan karakteristik pemahaman tasawuf al-Junaidi dan al-Ghazali,
sementara dalam bidang fiqih manhaj tersebut juga senada dengan pemikiran fiqh Imam
Syafi’i.
8
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
9
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
secara total sementara hati/batin kita dilatih untuk tidak terikat dengan urusan-urusan
itu. Di situlah zuhud kita maknai, yakni zuhud di dalam batin sementara aktivitas
sehari-hari kita tetap diarahkan untuk mendarmabaktikan segenap potensi manusia
bagi terwujudnya masyarakat yang baik
3. Bidang Fiqih
Ahlussunnah wal Jamaah dalam fiqih mengikuti salah satu mazhab 4 yaitu:
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii atau Imam Ahmad bin Hambal. Dan
dalam kalangan khususnya madzhab syafii menggunakan empat sumber hukum
yaitu:
a. Al-Qur’an, sebagai sumber utama dalam pengambilan hukum, tidak dibantah
oleh semua madzhab fiqh.Sebagai sumber hukum naqli posisinya tidak
diragukan.Al-Qur’an merupakan sumber hukum tertinggi dalam Islam.
b. As-Sunnah, meliputi al-Hadist dan segala tindak dan perilaku Rasul SAW,
sebagaimana diriwayatkan oleh para Shabat dan Tabi’in. Penempatannya ialah
setelah proses istinbath al-hukm tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, atau
digunakan sebagai komplemen (pelengkap) dari apa yang telah dinyatakan
dalam Al-Qur’an.
c. Ijma’, menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali Ibn Muhammad Al-Amidi, Ijma’ adalah
kesepakatan kelompok legislatif (ahl al-halli wa al-aqdi) dan ummat
Muhammad pada suatu masa terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Atau
kesepakatan orang-orang mukallaf dari ummat Muhammada pada suatu masa
terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Dalam Al-Qur’an dasar Ijma’ terdapat
dalam QS An-Nisa’, 4: Dan QS Al-Baqarah, 2: 143.
d. Qiyas, sebagai sumber hukum Islam adalah hasil ijtihad para Ulama. Yaitu
menganalogikan sesuatu yang tak ada nash hukumnya dengan hal lain yang ada
nash hukumnya sebab ada persamaan ‘illat hukum. Qiyas sangat dianjurkan
untuk digunakan oleh Imam Syafi’i.
4. Bidang Sosial Budaya
Jika kita mencermati doktrin-doktrin paham ASWAJA, baik dalam akidah
(iman),syariat (islam) ataupun akhlak(ihsan), maka bisa kita dapati sebuah
metodologi pemikiran(manhaj alfkr) yang tengah dan moderat (tawassuth),
berimbang atau harmoni (tawâzun),netral atau adil (ta’âdul), dan toleran (tasâmuh).
Metodologi pemikiran ASWAJAsenantiasa menghidari sikap-sikap tatharruf
(ekstrim), baik ekstrim kanan atau ekstrimkiri. Inilah yang menjadi esensi identitas
untuk mencirikan paham ASWAJA dengan sekte-sekte Islam lainnya. Dan dari
prinsip metodologi pemikiran seperti inilah ASWAJA membangun keimanan,
pemikiran, sikap, perilaku dan gerakan.
a. Tawasuth (Moderat)
Tawassut : ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke
kanan atau ke kiri. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pemikiran moderat
ini sangat urgen menjadi semangat dalam mengakomodir beragam kepentingan
dan perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik).
b. Tawâzun (Berimbang)
10
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
11
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
12
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
13
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas untuk mendirikan salah satu di antara ketiganya.
Islam hanya diharuskan untuk menjamin agar sebuah pemerintahan baik negara
maupun kerajaan harus mampu memenuhi 4 (empat) kriteria di atas.
14
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
15
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi II
PKT, NDP dan PMII Gerakan Mahasiswa
16
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
PMII memilih Paradigma Kritis Transformatif untuk dijadikan pisau analisis dalam
menafsirkan realitas sosial. Hakekatnya dengan analisis PKT mengidealkan sebuah
bentuk perubahan dari semua level dimensi kehidupan masyarakat (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan dll) secara bersama-sama. Hal ini juga tercermin
dalam imagened community (komunitas imajiner) PMII yang mengidealkan orientasi
output kader PMII yang diantaranya adalah: Intelektual Organik, Agamawan Kritis,
Profesional Lobbiyer, Ekonom Cerdas, Budayawan Kritis, Politisi Tangguh, dan Praktisi
Pendidikan yang Transformatif.
17
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
18
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
19
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
20
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
21
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil
sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955.
Di permulaan tahun 60an dan pada periode Demokrasi Terpimpin, para
mahasiswa berhadapan dengan dua kekuatan besar yaitu Lembaga Kebudayaan
Rakyat (LEKRA) dan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Lekra mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan intelektual Indonesia waktu itu. Organisasi
ini memasukkan pandangan-pandangan mereka dalam bidangkesenian,
kesusastraan, dan gagasan-gagasan dengan pendekatan "realisme kritis"
atau"romantisme revolusioner". Lekra anti terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
nonIndonesia. Sedangkan Manikebu bertujuan untuk membendung makin
besarnya kekuatan Lekra dalam kehidupan kesusastraan dan kesenian. Kelompok
ini menolak politik kebudayaan nasional sempit yang dicanangkan oleh Soekarno
dengan dukungan kuat Lekra.
Organisasi gerakan mahasiswa yang meramaikan panggung perpolitikan
dalam masa Demokrasi Terpimpin adalah organisasi yang memiliki afiliasi pada
partai politik. Mereka saling berlomba,adu program untuk mendapatkan massa
yang besar. Organisasi mahasiswa yang tersingkir dari panggung politik
mengorganisir diri melalui kesatuan-kesatuan aksi. Puncaknya ketika pecahnya
peristiwa G30S, mahasiswa berideologi liberal yang tersingkir kemudian bersatu
dengan tentara. Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat
hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam
kabibet pemerintahan Orde Baru. Di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat
idealis, yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang
idealis setelah masanya, dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau
dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk
bangsa ini, dia adalah Soe Hok Gie.
d. Tahun 1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974,
adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan
militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Pasca peristiwa G 30S, gerakan mahasiswa cenderung memakai konsep gerakan
moral (moral force). Dalam konsepsi ini, mahasiswa bertindak sebagai kekuatan
moral daripada sebagai kekuatan politik, dalam arti bahwa mahasiswa muncul
sebagai aktor politik ketika situasi bangsa sedang krisis, setelah krisis berlalu
kemudian Kembali ke kampus belajar. Arief Budiman menyebut gerakan ini
sebagai Gerakan Koreksi. Gerakan ini sifatnya hanya melakukan kritik terhadap
suatu permasalahan. Gerakan ini merasa tidak perlu mengumpulkan massa yang
besar dan melengkapi dirinya dengan ideologi alternatif.
Bangkitnya gerakan mahasiswa pada periode ini tidak dapat dilepaskan dari
konstalasi politik dan ekonomi nasional pada waktu itu. Jika pada tahun 1968 dan
1969 kondisi kampus tenang-tenang saja, maka pada tahun 1970 terjadi berbagai
aksi dan protes yang dilakukan oleh mahasiswa. Beberapa alasan yang
menyebabkan terjadinya aksi ini adalah faktor objektif seperti jumlah mahasiswa
bertambah terus tetapi anggaran pendidikan relatif kurang; jumlah mahasiswa
22
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
23
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
satu organisasi yang diatur oleh rejim, ditambah dengan pencucian otak para
mahasiswa dengan pembentukan komisi yang merubah Pancasila menjadi alat
kontrol politik. Hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes
mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus
disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial,
Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan
wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977,
barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai
masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai
dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen
anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan
hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang
bersifatlokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan
kepemimpinan nasional. Pada gerakan mahasiswa tahun 1978, mahasiswa
memfokuskan membangun aliansi antaradewan mahasiswa ketimbang
membangun aliansi dengan faksi-faksi elit yang tidak mendukung Soeharto.
Pada bulan Januari 1978, dewan mahasiswa ITB menerbitkan Buku Putih
Perjuangan Mahasiswa 1978 yang dinyatakan sebagai “Kritik Indonesia
sistematis pertama terhadap kebijakan rezim Orde Baru”. Buku ini mencerca
pemerintah untuk korupsi yang meluas, kebijakan ekonomi yang memfasilitasi
kepentingan memperkaya diri sendiri dengan biaya kesejahteraan sosial, represi
terhadap suara politik independen dan kehilangan hubungan dengan rakyat. Pada
periode ini terjadi pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa
dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena
gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi
diwilayah kampus dan tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari
peristiwa tahun 1974.
Akibatnya, pada tanggal 21 Januari1978 Pangkomkamtib Soedomo
menerbitkan SK Komkamtib yang berisi tentang pembubaran Dewan Mahasiswa
semua universitas dan pendudukan atau pengambil alihan kampus oleh militer.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga mengeluarkan instruksi No.1/U/1978
dan SK Menteri pendidikan dan kebudayaan No.037/U/1979 yang berisi
pembubaran Dewan Mahasiswa dan pembatasan aktivitas mahasiswa. Meski
demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar
sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap
terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
f. Tahun 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan
NKK/BKK dicabutdan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi
Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi
kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)
24
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
25
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
26
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
nampaknya lebih dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU pada waktu
itu.
Tujuan PMII “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia”. (Anggaran Dasar PMII Bab IV Pasal 4). Atas dasar itulahPMII
membakukan dan menetapkan format khidmatnya berupa ;
Tri Motto PMII: Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
Tri Khidmat PMII: Taqwa, Intelektual dan Profesional
Tri Komitmen PMII: Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan Eka Citra Diri PMII: Ulul
Albab
Visi dasar PMII; Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi keislaman
dan visi kebangsaan. Visi keislaman yang dibangun PMII adalah visi keislaman yang
inklusif, toleran dan moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu
kehidupan kebangsaan yang demokratis, tolerans, dan dibangun di atas semangat
bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa
terkecuali.
Misi dasar PMII; Merupakan manifestasi dari komitmen keislaman dan
keindonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan
bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu
bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab
mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan
martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk.
3. Kontribusi PMII
Perjalanan PMII dari masa ke masa tentunya tidak semulus yang dibayangkan,
banyak hal yang harus dihadapi demi mempertahankan eksistensi organisasi di tengah-
tengah pola sistem sosial dan politik yang terus berubah-ubah. Mulai dari masa Orde
Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi sampai sekarang ini. PMII pada awal mula
terbentuknya merupakan organisasi underbow NU baik secara struktural maupun
fungsional, warna pekat NU yang waktu itu masih menjadi partai politik juga
mempengaruhi gilasan PMII dalam bergerak. Titik berat gerakan PMII pun menjadi
lebih mengarah pada gerakan politik praktis, hal ini terbukti ketika PMII terlibat dalam
politik praktis pada pemilu 1971. Sedangkan wilayah gerakan moral dan basis
keilmuan yang menjadi cita-cita awal berdirinya PMII menjadi terabaikan.
Situasi ini lambat laun mulai meresahkan kader-kader PMII secara keseluruhan.
Lalu dari perbincangan-perbincangan, para kader PMII berinisiatif untuk memisahkan
diri dengan NU secara struktural, maka diadakan musyawah besar pada tanggal 14-16
Juli 1972 di Malang, Jawa Timur, dan melayangkan deklarasi independen. Deklarasi
ini kemudian dikenal dengan deklarasi MURNAJATI. Ditandai dengan deklarasi ini,
maka PMII secara formal-struktural berpisah dengan NU, dan membuka akses sebesar-
besarnya sebagai organisasi independen tanpa berpihak dengan parpol apapun.
Independensi ini dipertegas kembali pada Penegasan Cibogo pada tanggal 8 Oktober
1989, bentuk independensi merupakan khittah PMII dari cita-cita awalnya sebagai
27
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
agen pembangunan dan modernitas bangsa, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etik
dan moral serta idealisme yang dijiwai dengan ajaran islam ahlu al-sunnah wa al-
jama’ah.
Pada kongres ke-X PMII pada tanggal 27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok
Gede, Jakarta, PMII mendeklarasikan―Interdependensi (saling ketergantungan)
antara PMII-NU, karena NU telah menyatakan kembali ke khittah 1926 pada kongres
ke-27 di Situbondo, tahun 1984, dan tidak lagi menjadi organisasi partai politik, NU
kembali sebagai organisasi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma
ajaran islam di masyarakat dengan prinsip Aswaja, berpedoman Tawassuth, Tasamuh,
Tawazun, Taadul, dan memegang spirit al-muhafadloh ala al-qodiimi Al-solih wa al-
akhdu bi al- jadiidi al-aslah, dengan tetap berasaskan Pancasila.
Maka PMII pun menilai penting untuk saling menguatkan perjuangan tersebut
dengan organisasi yang pernah melahirkannya, meskipun secara struktur tetap bepisah
dengan NU. Panggilan untuk PMII agar kembali secara struktur dalam tubuh NU
sering dilontarkan oleh NU sendiri, puncaknya pada Muktamar NU ke-33 pada tanggal
01-05 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur, namun PMII tetap menolak, karena
PMII menilai selama ini meskipun berada di luar struktur NU, tetapi PMII masih
menjaga nilai-nilai seperti yang diperjuangkan NU, justru jika PMII kembali dalam
struktur NU, dikhawatirkan membatasi akses PMII untuk tetap terbuka dengan
organisasi lain.
Santernya dinamika politik di era rezim Orde Lama, mempunyai pengaruh
tersendiri terhadap bangsa Indonesia. Menanggapi hal itu, GP Ansor berinisiatif
menghimpun pemuda-pelajar Islam, sebagai upaya untuk tetap memperkokoh
Ukhuwah Islamiyah di tengah goncangan politik tersebut, maka pada tanggal 19-26
Desember 1964, diselenggarakan Musyawarah pemuda-pelajar Islam di Jakarta, dan
memutuskan untuk membentuk organisasi federasi pemuda yang dinamai GEMUIS
(Nasional Generasi Muda Islam). Dalam organisasi tersebut PMII dipercayai sebagai
Sekretaris Jendral Presidium Pusat yang diwakili oleh sahabat Said Budairy. Salah satu
putusan yang dihasilkan musyawarah ini adalah usaha untuk melakukan pembelaan
terhadap HMI yang akan dibubarkan oleh pemerintah menjelang meletusnya
G.30.S.PKI, reaksi ini juga merupakan respon terhadap aksi-aksi PKI yang diwakilkan
dengan CGMI (Consentrasi Gabungan Mahasiswa Indonesia), salah satu organisasi
yang berafiliasi dengan PKI.
Pada tanggal 25 Oktober 1966, berdiri pula organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) atas koordinasi yang dilakukan oleh beberapa organisasi
kemahasiswaan dan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP),
Organisasi ini dibentuk sebagai upaya untuk memberangus PKI dari bumi Indonesia.
salah satu tokoh PMII, sahabat Zamroni dipercaya sebagai Ketua Presidium.
Organisasi yang tergabung dalam KAMI diantaranya; PMII, PMKRI, GMNI, dan
MAPANCAS. Selain pemimpin KAMI, Sahabat zamroni merupakan inisiator dari aksi
demonstrasi mahasiswa tanggal 10 Februari 1966 yang menjadi salah satu kekuatan
tumbangnya rezim Orde Lama.
Dengan Tumbangnya orde lama, maka babakan sejarah Indonesia kembali lahir
dengan wajah baru. Kalangan muda yang terlibat dalam sejarah ini disebut angkatan
28
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
66, dan perjuangan itu berkisar selama 60 hari, atau disebut 60 days that shook the
word (60 hari mengguncang dunia), atau dikenal dengan Tri Tura (Tiga Tuntutan
Rakyat). Tidak berhenti di situ, pada tahun 1972, Organisasi-organisasi Mahasiswa
membentuk aliansi yang bernama Kelompok Cipayung, di Cipayung, Jawa Barat.
Kelompok Cipayung ini awal mulanya hanya terdiri dari GMNI, HMI, PMKRI,
GMKI. Namun, dua tahun berikutnya, pada tahun1974, PMII turut andil sebagai
bagian dari Kelompok Cipayung ini. Kelompok ini didirikan sebagai upaya
pengawalan terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia.
29
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi III
Andir & Ansos
30
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
31
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Analisa ini sangat tajam dalam melihat apa yang ada dan mempersoalkan apa
yang mungkin tidak berarti digugat. Struktur yang akan dilihat adalah ekonomi
(distribusi sumber daya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial
(bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik dan ekonomi); dan
budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
3. Telaah Nilai
Penting pula diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan daalam masyarakat,
dan siapa yang berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai tersebut.
4. Telaah Reaksi
Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa yang
lebih atau pihak mana yang sudah bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana
bentuknya. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai "peta"
kekuatan yang bekerja.
5. Telaah Masa Depan
Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan apa yang terjadi
selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi akan dapat menjadi indikasi
mengenai kualitas tahap-tahap sebelumnya.
32
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Untuk dapat melakukan proses analisis dan identifikasi masalah secara utuh,
maka sangat diperlukan dengan adanya data dan informasi penunjang yang lengkap
dan relevan, dengan cara mengumpulkan data dari media, melakukan wawancara
atau observasi dan juga terjun langsung ke lapangan. Selain itu, setelah data
terkumpul perlu dilakukan re-check untuk menguji validitas data.
3. Identifikasi dan analisis masalah
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan dipetakan. Pemetaan
beberapa variabel seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama
dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komprehensif diharapkan dapat
memahami substansi masalah dan menemukan keterkaitan antar aspek.
4. Mengembangkan persepsi
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam
masalah, selanjutnya mengembangkan persepsi atas masalah sesuai cara pandang
yang objektif. Pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi
konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa alternatif sebagai
kerangka tindak lanjut.
5. Menarik kesimpulan
Terakhir, proses penarikan kesimpulan biasanya akan menghasilkan akar masalah
sebenarnya, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, pihak yang untun dan rugi,
dampaknya terhadap ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, agama serta
paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.
33
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi IV
Manajemen Wacana
B. Analisis Wacana
Dalam Menjalankan sebuah wacana, tentu dibutuhkan analisis wacana dan sekaligus
manajemen wacana. Analisis wacana merupakan salah satu hal vital yang tersusun dari
realitas sosial yang kemudian disalurkan dengan cara-cara yang mudah dipahami
sehingga menimbulkan makna. Menurut Eriyanto, analisis wacana memusatkan
perhatian pada bagaimana memproduksi dan dikonsumsinya wacana tersebut.
Pentingnya analisis wacana dimuat dalam tiga poin yaitu pertama, analisis wacana dapat
mengidentifikasi realitas sosila dan posisi dari subjek yang akan dijadikan wacana.
Kedua, analisis wacana sebagai kontruksi hubungan antar individu. Ketiga, hasil analisis
wacana sebagai alat pengetahuan dan kepercayaan.
Menurut Ahmad (2007) analisis wacana dibagi menjadi beberapa ruang lingkup
yaitu :
• Berdasarkan pengunaan metode, analisis wacana dibedakan menjadi analisis wacana
sintagmatis, yang menganlisis wacana dengan metode kebahasan dan analisis
wacana paradigmatis, yang menganalisis wacana dengan memperhatikan tanda-
tanda tertentu dalam sebuah wacana dengan memperhatikan tanda-tanda tertentu
dalam sebuah wacana untuk menemukan makna yang terkandung dalam wacana
tersebut.
• Berdasarkan bentuk analisis, analisis wacana dibedakan menjadi analisis wacana
linguistic, yang menganalisis suatu wacana dengan memakai salah satu metode
34
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
35
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Tahap ini dihasilkan melalui kombinasi dari apa yang ada di dalam teks dan apa
yang ada “di dalam” penafsir members’ resources MR. Dalam tahap interpretasi, MR
yang diperlukan adalah MR mengenai struktur teks dan konteks. penafsir.
• Tahap yang ketiga adalah tahap eksplanasi.
Tahap ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana struktur sosial sosial,
institusional, situasional membentuk MR, yang nantinya akan membentuk wacana,
dan bagaimana wacana tersebut mempertahankan atau mengubah MR, yang
nantinya dapat mempertahankan atau merubah struktur sosial.
36
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
37
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
38
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi V
Manajemen Organisasi
39
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
40
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
41
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
oleh organisasi untuk memajukan dan mengelola organisasi. Berikut penjelasan lebih
rinci masing-masing mengenai prinsip manajemen tsb:
• Planning
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk
mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama
manajemen dan meliputi segala sesuatu yang pemimpin kerjakan. Di dalam
planning, seorang pemimpin memperhatikan masa depan organisasinya. Membuat
keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap dibuat
berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana.
Planning penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi
manajemen yang lain. Contohnya, setiap pemimpin harus membuat rencana
pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi. Dalam perencanaan, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu harus SMART:
a) Spesific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya.
Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis
b) Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tinkat
keberhasilannya
c) Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan angan-angan
d) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
e) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan,
semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
• Organizing
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik
setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap
aktivitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan
siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
Aspek Utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan departemen
atay beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa
sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Agar tujuan
tercapai maka dibutuhkan pengorganisian. Dalam organisasi biasanya diwujudkan
dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan.
Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan
uraian jabatan.
• Actuating
Pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah organisasi
memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur
organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah melakukan
pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk koordinasi.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik akan sempurna bila diikuti
dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu dibutuhkan adanya kerja keras, kerja cerdas
42
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus diobtimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang ada. Pelaksanaan kerja harus
sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali karena adanya hal-hal
khusus sehingga perlu dilakukan adanya penyesuaian. Setiap Sumber Daya
Manusia harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi dari masing-masing Sumber Daya Manusia untuk mencapai visi, misi
dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
• Controlling
Suatu pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja dibutuhkan adanya pengontrolan yang baik. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Fungsi controlling ini berguna untuk
mengawasi setiap kegiatan agar sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja
yang ada.
Sehingga jika terjadi adanya tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi
kerberlangsungan kegiatan baik dari faktor internal maupun eksternal dapat
diantisipasi dengan adanya penyelesaian yang baik.
43
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi VI
Teknik Komunikasi, Teknik Recruitment, dan Teknik Pendampingan
A. Teknik Komunikasi
1. Pengertian
Teknik komunikasi adalah menyampaikan suatu pesan yang dikemas dengan
cara-cara tertentu agar terjadinya komunikasi yang efektif antara komunikator
dengan komunikan. Teknik dalam komunikasi harus diperhatikan, karena dengan
teknik yang baik dan tepat dalam sebuah proses komunikasi, pesan-pesan
komunikasi akan diterima dengan baik pula para komunikan atau oleh apa saja yang
menjadi objek penerima pesan-pesan dalam sebuah komunikasi yang disampaikan.
Sehingga dalam hal ini, teknik komunikasi berarti melakukan aktivitas yang
mampu mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Di mana pada saat yang bersamaan dapat pula, dari proses komunikasi yang
dilakukan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak lawan bicara, baik
yang didapat atau dirasakan secara langsung maupun yang dapat dirasakan secara
tidak langsung.
2. Tujuan Komunikasi
Manusia adalah makhluk sosial, bahkan tidak ada seorangpun yang mampu
hidup sendiri. oleh karena itu sudah selayaknya media komunikasi secara psikologis
dapat membantu manusia untuk menyatakan identitas dirinya sehingga kita dapat
menyampaikan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Pada umumnya tujuan
komunikasi tujuan antara lain (Arwani, 2002), yaitu:
a. Memberikan pemahaman kepada komunikan. Kita sebagai komunikator harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas
sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksud.
b. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi
masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat
diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, demi mencapai sebuah
tujuan.
3. Prinsip Komunikasi
a. Komunikasi harus memiliki tujuan dan maksud yang jelas sehingga bisa
dipahami oleh orang lain.
b. Setiap pelaku komunikasi mempunyai potensi komunikasi meskipun seseorang
tersebut tidak menyampaikan sepatah katapun kepada orang lain.
c. Komunikasi mengandung dimensi isi (pesan tersurat dari apa yang disampikan
kepada komunikan).
d. Komunikasi dikatakan mengandung dimensi hubungan. Hubungan dimaksudkan
adalah adanya reaksi non verbal yang muncul akibat adanya komunikasi.
e. Komunikasi dipengaruhi oleh dimensi ruang dan waktu. Komunikasi yang terjadi
pada situasi tertentu dapat memunculkan persepsi yang dapat diartikan berbeda
44
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
oleh orang lain. Misal bersiul saat orang tua menasihati kita, sehingga orang tua
akan mengira kita telah mengejeknya.
f. Komunikasi itu bersifat sistemik.
Komunikasi yang terjadi melibatkan sistem internal dan eksternal. Sistem internal
melipui nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya, sedangkan sistem
eksternal merupakan lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih
untuk berbicara, isyarat fisik, suara berisik, penataan ruangan, cahaya, dan
temperature ruangan.
4. Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
1. Pengertian
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
baik itu secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak
dipakai dalam hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan perasaan,
emosi, pemikiran, gagasan, fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya,
saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
2. Jenis Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi verbal ada beberapa macam, yaitu:
• Berbicara dan menulis
Berbicara adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat adalah contoh dari
komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah contoh dari komunikasi
verbal non vocal.
• Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar
mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi, sedangkan
mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang didengar.
Mendengarkan melibatkan unsur mendengar, memperhatikan, memahami
dan mengingat. Membaca adalah satu cara untuk mendapatkan informasi
dari sesuatu yang ditulis.
3. Karakteristik Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Jelas dan Ringkas Berlangsung sederhana, pendek dan langsung. Bila
kata-kata yang digunakan sedikit, maka terjadinya kerancuan juga masin
sedikit.
• Berbicara secara lambat dan pengucapan yang jelas akan membuat kata
tersebut makin mudah dipahami.
• Perbendaharaan kata Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
seseorang akan meningkatkan keberhasilan komunikasi. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menterjemahkan
kata dan uacapan.
45
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
46
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
47
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
B. Teknik Recruitment
a. Pengertian Rekrutmen
Secara etimologi kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu strategos
yang berarti suatu cara untuk memenangkan pertempuran. Suatu strategi mempunyai
dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya
strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berarti.
Menurut Faustino Cardoso Gomes (1995). Rekrutmen merupakan proses
mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh
suatu organisasi. Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar-
pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya
bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-organisasi sangat
menginginkan informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar
tersebut jika kelak mereka diangkat sebagai pegawai. Menurut Noe at.all (2000).
Rekrutmen didefinisikan sebagai pelaksanaan atau aktifitas organisasi awal dengan
tujuan untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja yang potensial.
Dari definisi para ahli tersebut dapat penulis tarik kesimpulan bahwa strategi
merupakan suatu prosess penentuan rencana pimpinan puncak dalam merencanakan
serangkaian tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya
manusia yang mengintegrasikan tujuan utama, kebijakan-kebijakan serta urutan aksi
kedalam keseluruhan yang terkait yang didasari oleh tindakan yang bersifan
incremental atau senantiasa meningkat berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan para pelanggan dimasa depan.
b. Proses Strategi
1. Perumusan Strategi. termasuk di dalamnya ada pengembangan tujuan, mengenali
dan ancaman eksterna, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi
alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
2. Implementasi Strategi. Termasuk pengenbangan budaya dalam mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, megubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan, dan memanfaatkan sistem informasi
yang masuk implementasi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi
yang telah dirumuskan menjadi tindakan.
3. Evaluasi Strategi. Tahap akhir dalam sebuah strategi adalah tahap evaluasi. Tiga
macam aktifitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi, yaitu:
• Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor
internal (berupa kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi.
• Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan yang di dapat).
• Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak
sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan,
maka disitulah tindakan korektif diperlukan.
48
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
c. Metode Rekrutmen
Kasmir mengemukakan beberapa cara atau metode yang digunakan untuk
menerik minat pelamar agar datang melamar, yaitu:
1. Informasi yang disajikan benar-benar memberikan informasi yang jelas tentang
personal target yang ingin di rekrut dalam suatu organisasi.
2. Pemilihan media untuk sebagai wadah Branding organisasi. sesuai dengan
segmentasi media yang bersangkutan. Pemilihan media ini juga akan
memberikan kesan bonafitas organisasi
3. Membuat atau mendesain lalu membagikan brosur mengenai pengenalan
organisasi sebagai bentuk branding atau pengenalan organisasi. Agar peminat
tertarik tentuk desain brosur harus di desain semanarik mungkin serta secara
pengenalan pun tentu harus menarik
4. Waktu yang diberikan jangan terlalu singkat, sehingga mampu memaksimalkan
jumlah peminat . Misalnya 1 minggu atau 10 hari.
C. Teknik Pendampingan
Menurut Suharno (2010: 1) Pendampingan dalam proses belajar mengajar adalah
menyertai siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka
membantu memahami, melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan
guru sehingga siswa merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang
dikehendaki dalam suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.
Dalam hal ini diharapkan bisa menyertai dalam bentuk pendampingan terhadap
mahasiswa guna menyelesaikan tugas-tugasnya, mendampingi mahasiswa bagaimana
membuat kelompok yang baik, mendampingi mahasiswa bagaimana membuat makalah
dengan baik, mendampingi bagaimana mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka ke dalam diskusi kelas, kemudian mendampingi mahasiswa bagaimana
menciptakan diskusi yang baik dan santun di dalam kelas.
Pendampingan yang dilakukan oleh peneliti memberikan dampak yang positif bagi
mahasiswa. Mahasiswa sangat terbantu dengan adanya proses pendampingan dalam
menyelesaikan tugasnya. Dalam membuat kelompok yang baik mahasiswa dibimbing
agar tidak membatasi kelompok diskusi dengan pembagian tugas yang mengacu pada
mengurangi beban individu dalam kelompok tetapi lebih bagaimana menyatukan
pemikiran dan kekompakan mereka dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode diskusi
Menurut Muhaimin dkk (2002: 83-84) Ada tiga langkah dalam metode diskusi;
1. Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat,
evaluasi dan pemecahan dari murid.
2. Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus menerus dan secara bertujuan yang
diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan
pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
3. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.
49
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
50
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
Materi VII
Agitasi dan Propaganda
A. Agitasi
Dalam makna denotifnya, agitasi berarti hasutan kepada orang banyak untuk
mengadakan huru-hara, pemberontakan dan lain sebagainya. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh tokoh/ aktivis partai politik, ormas dan lain sebagainya dalam sesi pidato
maupun tulisan. Dalam praktik, dikarenakan kegiatan agitasi yang cenderung menghasut
maka sering kali disebut sebagai kegiatan ‘’provokasi” atau sebagai perbuatan untuk
membangkitkan kemarahan. Bentuk agitasi sebetulnya bisa dilakukan secara individual
maupun dalam basis kelompok (massa). Beberapa perilaku kolektif yang dapat dijadikan
sebagai pemicu dalam proses agitasi adalah:
1) Perbedaan kepentingan, seperti misalnya isu SARA (Suku, Agama, Ras). Perbedaan
kepentingan ini bisa menjadi titik awal keresahan masyarakat yang dapat dipicu
dalam proses agitasi.
2) Ketegangan sosial, ketegangan sosial biasanya timbul sebagai pertentangan antar
kelompok baik wilayah, antar suku, agama maupun pertentangan antara pemerintah
dengan rakyat.
3) Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi, ketika kelompok meras
dirugikan oleh kelompok lainnya, memungkinkan timbul dendam kesumat dalam
dirinya. Hal ini bisa menimbulkan keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi
bersama.
Dalam politik, ketiga perilaku kolektif diatas akan menjadi ledakan sosisal apabila
ada faktor penggeraknya (Provokator). Misalnya ketidakpuasan rakyat kecil terhadap
kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada mereka juga bisa menjadi sebuah alat
pemicu yang efektif untuk mendongkel sebuah rezim. Dalam tahap selanjutnya,
mobilisasi massa akan terbentuk apabila ledakan sosial yang muncul dapat memancing
solitdaritas massa. Hingga pada eskalasi tertentu bisa memunculkan kondisi collaps.
Dalam proses agitasi pemahaman perilaku massa menjadi penting. Agar agitasi dapat
dilakukan secara efektif maka perlu diperhatikan sifat orang-orang dalam kelompok
(massa) seperti; massa yang cenderung tidak rasional, mudah tersugesti, emosional, lebih
berani mengambil resiko, tidak bermoral. Kemampuan seorang agitator untuk
mengontrol massa menjadi kunci dari keberhasilan proses agitasi massa. Sedangkan
pendekatan hubungan interpesonal merupakan kunci sukses dalam agitasi individu.
B. Propaganda
Propaganda sendiri berarti penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang
benar atau yang salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang lain agar
menganut sesuatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Kegiatan propaganda ini
banyak dipakai oleh berbagai macam organisasi baik itu organisasi masa, parpol hinggga
perusahaan yang berorientasi profit sekalipun baik kepada kawan, lawan maupun pihak
netral. Propaganda juga merupakan inti ideologi, politik, ide, kata-kata, kecerdasan, dan
lain-lain. Kegiatan propaganda menurut bentuknya sering kali digolongkan dalam dua
jenis yaitu propaganda terbuka dan tertutup. Propaganda terbuka ini dilakukan dengan
51
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
52
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
DAFTAR PUSTAKA
Kisworo, Bagus, Ilyas Ilyas, and Hendra Dedi Kriswanto. “Model pembelajaran partisipatif
melalui teknik pendampingan tugas diskusi kelompok siswa dalam membentuk
karakter diskusi yang santun.” Jurnal Pendidikan Nonformal 2.1 (2016).
Fauzia, Xenna. “Prosedur Rekrutmen dan Seleksi Calon Karyawan pada PT Guna Elektro
Jakarta Barat.” Tugas Akhir (2016)
Sirat, M. (2022). Strategi Komunikasi Rekrutmen Kader PMII (Studi Kasus Komisariat PMII
IAIN Madura) (Doctoral dissertation, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MADURA).
Morrisan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009
Richard West dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi,
Jakarta: Salemba Humanika, 200). Humanika, 200).
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta:
Kanisius, 2003
Biro Kaderisasi, Modul PKD PMII Rayon Raden Said, 2021.
Kristiva, Nur Sayyid Santoso,Manifesto Wacana Kiri: Membentuk solidaritas organik agitasi
Dan Propaganda ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) Terra, POAC: Planing, Organizing,
actauting and Controling, Manajemen Organisasi ( Jakarta 2018)
Kristeva, Nur Sayyid santoso, Teori analisis geo esksospol (2009) Buku Panduan Pelatihan
Basis kedua
Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Paradigma dan sisiologi perubahan sosial (2007) Buku
Panduan analisis soial
53
Sekolah Kader Penggerak
Kaderisasi sebagai wujud implementasi ideologi PMII
54