Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN ORGANISASI ANSOR DALAM MENGINTERNALISASI


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI DESA PALOKLOAN SUMENEP
MADURA

Oleh:
SAMSUL ARIFIN
NIM. 17110064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FEBERUARI 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Esa Maha dari segalamahaserta yang mengatur dan menciptakan alam semesta ini,
sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya proposal skripsi
ini dapat diselesaikan.
Shawalat beriring salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat
untuk semesta alam, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu
proposal skripsi yang berjudul “Peran Organisasi Ansor Dalam
Menginternalisasi Pendidikan Agama Islam Di Desa Palokloan Sumenep
Madura”. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, terutama kepada Dosen Pembimbing demi terselesainya
laporan skripsi ini.
Dengan segala kekurangan, kelemahan dan keterbatasan ilmu yang
dimiliki, penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini jauh dari
kesempurnaan .Oleh karena itu, sudilah kiranya para pembaca, terutama dosen
penguji untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan proposal skripsi
ini.
Mudah-mudahan proposal skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Hanya kepada Allah swt. Penulis memohon
dan berserah diri. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Pamekasan, 05 Februari 2022


Penulis,

Samsul Arifin
NIM. 17110064

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
A. Konteks Penelitian.................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 4
E. Originalitas Penelitian............................................................................ 5
F. Defini Istilah........................................................................................... 8
G. Sistematika Pembahasan......................................................................... 9
H. Kajian Pustaka...................................................................................... 10
1. Kajian Teoritik................................................................................ 10
2. Kerangka Berfikir Penelitian.......................................................... 20
I. Metode Penelitian................................................................................. 22
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................... 22
2. Kehadiran Peneliti......................................................................... 23
3. Lokasi Penelitian........................................................................... 23
4. Data dan Sumber Data....................................................................24
5. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 24
6. Analisis Data.................................................................................. 27
7. Prosedur Penelitian........................................................................ 29
J. Daftar Pustaka........................................................................................ 30

iii
A. Konteks Penelitian
Indonesia adalah Negara dengan penduduk yang sangat majemuk.
Kemajemukan Indonesia terlihat dari berbagai bidang kehidupan sosial
masyarakatnya, sebagai contohnya di Indonesia terdapat organisasi
kemasyarakatan. Organisasi Kemasyarakatan dalam Pasal 1 UU No 8 Tahun
1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Bab I (1), yang dimaksud
dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh
anggota masyarakat warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan
nasional dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.1
Secara sederhana, definisi organisasi adalah sebagai sekelompok manusia
(group of people) yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama
(common goals). Namun banyak ahli mengatakan bahwa esensi dasar organisasi
belum terungkap dalam definisi di atas. Robbins, mendefinisikan organisasi
sebagai unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama,
beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersamasama dan
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara itu,
Cherrington, menyatakan organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pola
kerja teratur dan didirikan oleh manusia serta beranggotakan sekelompok
manusia dalam rangka mencapai tujuan.2
Organisasi dapat berjalan dengan baik, jika komunikasi terjalin dengan
baik sesama anggota dan pengurus. Sebesar apapun organisasi tidak akan bisa
maju dan berkembang jika komunikasi tidak berjalan dengan baik dan lancar.
Valoka dan Bouradas melakukanpenelitian tentang kebisuan organisasi,

1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), Bab I, Pasal 1,
Ayat 1.
2
Yuni Candra, Komunikasi Dan Manajemen Organisasi, Community Engagement & Emergence
Journal, Volume 2 Nomor 3, 2021, 45

1
dimanapara anggota tidak berani mengatakan kebenaran karena takut akan apa
yang terjadidimasa datang. Salah satu jalan untuk mengatasi semua ini dengan
saluran komunikasi.3 Kesimpulannya komunikasi yang baik dapat meningkatkan
kepuasan pekerjaan yang nantinya akan mengoptimalkan kinerja anggotanya
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Organisasi massa yang saat ini, sedang marak dibicarakan adalah ormas-
ormas Islam, karena ormas-ormas tersebut sedang dihadapkan dengan berbagai
masalah sosial yang ada. Hal ini menuntut organisasi-organisasi tersebut untuk
bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai yang dianutnya. Salah satu organisasi
massa Islam yang terbesar di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama’ (NU). NU
sebagai organisasi massa yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari merupakan
salah satu organisasi kemasyarakatan yang diidentikkan dengan organisasi massa
Islam tradisional. Dari awal berdirinya yaitu tahun 1926, NU tidak terlepas dari
identitasnya sebagai kelompok massa Islam yang sangat mempertahankan
budaya Islam yang diwarnai budaya asli Indonesia.4
Nahdhatul Ulama’ mempunyai badan-badan otonom yang berada
dibawahnya untuk mencapai tujuan organisasi yaitu seperti organisasi anakan
dari NU yang salah satunya adalah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Gerakan
Pemuda Ansor merupakan suatu organisasi kepemudaan. Nama Gerakan Pemuda
Ansor adalah kelanjutan dari organisasi Nahdlatul Wathan dan juga Taswirul
Afkar yang semakin berkembang dalam masyarakat dan merasa bertanggung
jawab serta terdorong untuk membela dan mempertahankan ideologi Pancasila.5
Nama Ansor ini merupakan saran KH.Abdul Wahab (ulama besar sekaligus
guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang
diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa
dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian GP
Ansor dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap,
3
Yuni Candra, Komunikasi Dan Manajemen Organisasi, 45
4
Nadya Ariani Kusuma Wardani, Peran Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo Dalam
Meningkatkan Nasionalisme Untuk Menangkal Radikalisme, Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
Volume 7 Nomor 1, 2019, 301
5
Ibid, 304

2
perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat
Ansor tersebut. Gerakan Pemuda Ansor harus senantiasa mengacu pada nilai-
nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagai penolong, pejuang dan bahkan pelopor
dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen
awal yang harus dipegang teguh setiap anggota GP Ansor. Meski Gerakan
Pemuda Ansor dinyatakan sebagai bagian dari NU.6
Gerakan Pemuda Ansor diseluruh Indonesia yang berada pada pimpinan
anak cabang masing-masing daerah memiliki visi dan misi yang sama dalam
peranannya dibidang penanaman nilai-nilai aswaja. Gerakan Pemuda Ansor
sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan mempunyai kiprah antara lain
berpartisipasi aktif dalam melakukan dakwah tentang nilai-nilai aswaja yang
merupakan pedoman dalam organisasi tersebut.7
Gerakan Pemuda Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikian rupa
menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak
kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini
telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah
koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa.
Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser
(Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di
tengah masyarakat.8
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan
tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan
masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya,
mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi
anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas
keanggotaannya. GP Ansor tetap ekşis dalam setiap episode sejarah perjalan

6
Ahmad Birrul Walidain, GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan, (Bogor: Guepedia,
2021),12
7
Husnul Habib Sihombing, Internalisasi Nilai-Nilai Aswaja Pada Organisasi Gerakan Pemuda Ansor
Di Kota Padang, Jurnal Perspektif, Vol. 1, No. 4, 2018, 18
8
Ahmad Birrul Walidain, GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan,14

3
bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang strategis dalam setiap
pergantian kepemimpinan nasional.9
Organisasi Gerakan Pemuda Anshor bukan cuman bentuk organisasi saja
namun juga mengajarkan bagaimana cara kita menjadi manusia makhluk sosial,
menjadi orang yang mengerti bagaimana cara bermanfaat untuk orang lain,
keperluan bangsa, memecahkan teka-teki (batsul masail) contohnya, mengerti
apa yang sebenarnya makna yang terkandung dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi.
Adapun fenomena menariknya, diantaranya ialah karena mereka
melakukan kegiatan yang diluar warga NU yang dianggap sebagai hal yang
bid'ah seperti salah satu contohnya ngaji di kuburan. Tidak hanya itu organisasi
Ansor juga mendatangi tempat- tempat yang dianggap keramat karena penasaran
apa yang menjadikan tempat itu keramat dan bagaimana sejarahnya. Mendatangi
tempat keramat bukan untuk memuja tempat tersebut namun mempelajari
sejarahnya dan mengetahui pernah terjadi kejadian mistis apa yang pernah
terjadi. Ansor beranggotakan jiwa-jiwa muda, jarang sekali kaum muda millenial
jaman sekarang yang tertarik dengan sejarah apalagi sejarah dari tempat yang
dianggap keramat atau mencakup hal religius.
Berdasarkan dari konteks penelitian diatas, maka peneliti merasa tertarik
untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Peran
Organisasi Ansor Dalam Menginternalisasi Pendidikan Agama Islam Di
Desa Palokloan Sumenep Madura”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana Peran Organisasi Ansor Dalam Menginternalisasi Pendidikan
Agama Islam Di Desa Palokloan Sumenep Madura?
2. Bagaimana Hambatan dari Peran Organisasi Ansor Dalam Menginternalisasi
Pendidikan Agama Islam Di Desa Palokloan Sumenep Madura?

C. Tujuan Penelitian
9
Ibid, 14

4
1. Mendeskripsikan Peran Organisasi Ansor Dalam Menginternalisasi
Pendidikan Agama Islam Di Desa Palokloan Sumenep Madura
2. Mendeskripsikan Hambatan dari Peran Organisasi Ansor Dalam
Menginternalisasi Pendidikan Agama Islam Di Desa Palokloan Sumenep
Madura
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana penelitian-penelitian lapangan lainnya penelitian ini pun
juga mempunyai manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,
dijadikan bahan bacaan, referensi, kajian dan rujukan akademis serta
menambah wawasan bagi peneliti.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan menjadi masukan atau bahan informasi
bagi peneliti selanjutnya atau pun mahasiswa lain yang berminat mendalami
studi mengenai peran organisasi ansor dalam menginternalisasi pendidikan
agama islam di Desa Palokloan Sumenep Madura.
E. Originalitas Penelitian
Pembahasan mengenai peran organisasi ansor bukanlah kajian yang
pertama dalam dunia keilmuan. Untuk memperoleh relevansi dan kesinambungan
peneliti melakukan penelurusan dari berbagai referensi yang berhasil
dikumpulkan. Adapun yang menjadi dasar kajian relevan dalam penelitian ini,
diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Annuris Syahrul Muhtar dengan judul
Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pemuda Ansor Ranting Gandekan Dalam
Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Masyarakat Muslim Desa Gandekan
Wonodadi Blitar. Hasil penelitian ini adalah 1). Bentuk kegiatan Gerakan
Pemuda Ansor ranting Gandekan dalam meningkatkan Pendidikan Agama
Islam sangat banyak diantaranya: Guru Bantu TPQ dan Pondok Romadhon,

5
Penggalian Dana Santunan Anak Yatim serta Pengajian dalam rangka
dakwah. 2). Tema yang disampaikan dalam meningkatkan Pendidikan
Agama Islam a). Menyampaikan tentang Al-Qur’an b). Mengajarkan peduli
dengan anak yatim melalui penggalian dana santunan anak yatim c)
Pengajian dakwah dengan tema pendidikan.10
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Lia Oktavijani dengan judul Peranan
Organisasi Gerkan Pemuda Ansor (GPA) Dalam Penanaman Moral Pada
Generasi Muda Di Kecamatan Purwodadi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa organisasi GPA mempunyai peran dalam penanaman nilai moral pada
generasi muda di kecamatan Purwodadi yang mana penanaman nilai moral
dilaksanakan melalui pembiasaan dan keteladanan yaitu dengan
membiasakan para anggota berbahasa jawa halus, membiasakan
menghormati dan menghargai orang lain serta membiasakan sholat tepat
waktu serta melalui keteladhanan Pembina dan pengurus organisasi GPA
untuk senantiasa bersikap sopan, berkata jujur, disiplin, dan menjaga
kebersihan lingkungan. Nilai moral yang ditanamkan meliputi nilai moral
keagamaan yaitu dengan shalat, puasa dan mengerti kandungan Al-Qur’an
dan nilai moral sosial yaitu dengan membimbing para anggota GPA untuk
bersikap tolong menolong dengan orang lain.11
3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Ahmad Guntur Saputra dengan judul
Peran Organisasi Gerakan Pemuda Ansor Pc Bandar Lampung Dalam
Pembinaan Generasi Muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran
organisasi GPA PC Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan memiliki
pengaruh yang cukup kuat, pola pembinaan yang dilakukan melalui
penanaman nilai moral hubungannya dengan Tuhan, penanaman nilai moral
hubungannya dengan sesama, penanaman nilai moral dengan diri sendiri, dan
penanaman nilai moral hubungannnya dengan lingkungan sekitar. Proses
10
Annuris Syahrul Muhtar, Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pemuda Ansor Ranting Gandekan Dalam
Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Masyarakat Muslim Desa Gandekan Wonodadi Blitar.
(Skripsi: IAIN Tulungagung, 2014).
11
Lia Oktavijani, Peranan Organisasi Gerkan Pemuda Ansor (GPA) Dalam Penanaman Moral Pada
Generasi Muda Di Kecamatan Purwodadi. (Skripsi: Universitas Negeri Semarang, 2013).

6
pembinaan yang ada di organisasi Gerakan Pemuda Ansor (GPA) PC Bandar
Lampung dilaksanakan melalui metode-metode pengajian, diskusi serta
pengkajian illmu agama islam. Metode ini dijalankan melalui diantaranya
adalah pembiasaan dan keteladanan.12
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Originalitas Penelitian
No. Penulis Judul Persamaan Perbedaan

1. Annuris Pelaksanaan Sama-sama Penelitian ini


Syahrul Kegiatan membahas fokus
Muhtar Gerakan tentang menggali
Pemuda Ansor Gerakan tentang
Ranting Pemuda Ansor peningkatan
Gandekan pendidikan
Dalam agama islam
Meningkatkan masyarakat
Pendidikan dan perbedaan
Agama Islam lainnya juga
Masyarakat terletak di
Muslim Desa variabel,
Gandekan objek, dan
Wonodadi Blitar fokus
penelitiannya.

2. Lia Oktavijani Peranan Sama-sama Penelitian ini


Organisasi membahas fokus
Gerkan Pemuda tentang menggali
Ansor (GPA) Gerakan tentang
Dalam Pemuda Ansor penanaman
Penanaman moral pada
Moral Pada generasi muda
12
Ahmad Guntur Saputra, Peran Organisasi Gerakan Pemuda Ansor Pc Bandar Lampung Dalam
Pembinaan Generasi Muda, (Skripsi:UIN Raden Intan Lampung, 2020).

7
Generasi Muda dan perbedaan
Di Kecamatan lainnya juga
Purwodadi terletak di
variabel,
objek, dan
fokus
penelitiannya.

3. Ahmad Guntur Peran Sama-sama Penelitian ini


Saputra Organisasi membahas fokus
Gerakan tentang menggali
Pemuda Ansor Gerakan tentang
Pc Bandar Pemuda Ansor pembinaan
Lampung Dalam generasi muda
Pembinaan dan perbedaan
Generasi Muda lainnya juga
terletak di
variabel,
objek, dan
fokus
penelitiannya.

Dari beberapa perbandingan penelitian (Skripsi) yang telah dipaparkan


di atas, maka peneliti dalam penelitian dengan judul “Peran Organisasi Ansor
Dalam Menginternalisasi Pendidikan Agama Islam Di Desa Palokloan
Sumenep Madura” menyimpulkan kalau penelitian tersebut masih ada peluang
untuk meneliti tentang Organisasi Ansor dalam perspektif yang berbeda.

F. Definisi Istilah
Ada beberapa istilah yang akan di definisikan agar dapat memahami
istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini dan agar supaya para

8
pembaca memiliki anggapan dan pemahaman-pemahaman yang sama dan sejalan
antara penulis dan peneliti dan juga para pembaca.
1. Organisasi Ansor
Organisasi Anso adalah organisasi kepemudaan, kemasyarakatan,
kebangsaan, dan keagamaan yang berwatak kerakyatan. Gerakan Pemuda
Ansor atau disingkat GP Ansor adalah badan otonom di bawah Nahdlatul
Ulama (NU). Gerakan Pemuda Ansor didirikan pada 10 Muharram 1353
Hijriyah atau bertepatan dengan 24 April 1934 di Banyuwangi Jawa Timur.
2. Internalisasi
Internalisasi adalah pendalaman, penghayatan terhadap suatu ajaran,
doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan atau kesadaran akan
kebenaran suatu doktrin yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan individu untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Islam, di barengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

G. Sistematika Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan megemukakan bahasan peneliti yang akan
diurutkan dari bab pertama sampai bab lima dengan rincian sebagai berikut:
Bab pertama: Pendahuluan yang berisi tentang konteks penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi
istilah dan sistematika pembahasan.
Bab kedua: Pertama, kajian teoritik yang berisi tentang organisasi ansor dan
kajian teoritik tentang pendidikan agama islam, Kedua, kerangka berfikir.
Bab ketiga: Metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

9
Bab keempat: Hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum lokasi
penelitian dan paparan data dan pembahasan dari fokus penenlitian.
Bab kelima: Penutup yang berisi tentang kesimpulan, dan saran
H. Kajian Pustaka
1. Kajian Teoritik
a. Kajian Tentang Organisasi Ansor
1) Pengertian Organisasi Ansor
Gerakan Pemuda Ansor atau sering dikenal dengan GP Ansor
merupakan salah satu Badan Otonom (BANOM) Nahdlatul Ulama‘ (NU),
suatu organisasi sosial yang bervisi kepada Kepemudaan dan Keagamaan.
Salah satu komitmen GP Ansor yang selalu digemakan adalah mengawal
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu melawan setiap
kelompok radikal dan anti-Pancasila yang berpotensi mengganggu ke-
bhineka-an.13
Gerakan Pemuda Ansor adalah organisasi kepemudaan,
kemasyarakatan, kebangsaan, dan keagamaan yang berwatak kerakyatan.
Gerakan Pemuda Ansor atau disingkat GP Ansor adalah badan otonom di
bawah Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini pada awalnya bernama Gerakan
Pemuda Ansor itu sebagai kelanjutan dari Ansoru Nahdlatul Oelama (ANO),
yang dalam AD/ART NU diubah menjadi Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul
Ulama. GP Ansor didirikan pada 10 Muharram 1353 Hijriyah atau bertepatan
dengan 24 April 1934 di Banyuwangi, Jawa Timur.14
Gagasan untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang berbasis
Islam tersebut terilhami oleh banyak bermunculannya organisasi pemuda dan
kepanduan pada era tahun 1920an di Indonesia. Hal ini dikarenakan pada era
tahun tersebut banyak lahir organisasi pemuda yang berdasarkan paham
kedaerahan seperti halnya: Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong
13
Ahmad Subakir, Gerakan Moderasi Islam Dalam Perspektif Deteksi Dini; Studi Gerakan Pemuda
Ansor Kota Kediri, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, Volume 31, Nomor 2, 2020, 188
14
Achmad Nur Sholeh, Manajemen Kewirausahaan Sosial Suatu Alternatif Pada PAC GP Ansor
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Indonesian Journal of Society Engagement, Vol. 1, No. 1,
Agustus 2020, 91

10
Minahasa, Sekar Rukun (Sunda), serta Jong Celebes. Organisasi kepemudaan
tersebut lahir dikarenakan tidak terwakilinya aspirasi para pemuda dalam
organisasi seperti Budi Utomo, atau Sarekat Islam, selain itu, juga didasarkan
atas semangat cinta tanah air dan persatuan diantara para pemuda.15
Gerakan Pemuda Ansor telah berkembang sedemikan rupa menjadi
organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak
kepemudaan, kerakyatan, keIslaman, dan kebangsaan yang mempunyai massa
yang besar. Gerakan Pemuda Ansor hingga saat ini telah berkembang
memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32
Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. GP Ansor ini
berpegang teguh pada Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, jadi
mereka lebih mengutamakan rasa nasionalisme dari apapun, karena mereka
merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah seharusnya membela
dan mempertahankan Negara Indonesia.16
Kiprah Gerakan Pemuda Ansor dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sudah tidak terbantahkan. Gerakan Pemuda Ansor memang lahir
untuk diproyeksikan sebagai wadah berkiprah dan pengabdian secara konkret,
baik kepada agama, negara, alim ulama, pesantren, dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai aswaja. Inilah yang membedakan Gerakan Pemuda Ansor dengan
organisasi-organisasi kepemudaan lainnya. Gerakan Pemuda Ansor
berasaskan Pancasila, yakni keTuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.17
Organisasi Gerakan Pemuda Ansor menganut faham Islam
Ahlussunnah Wal Jama’ah yang tercantum dalam Peraturan Dasar Peraturan
15
Ria Sovi Revianti, Partisipasi Politik Gp Ansor Cabang Sidoarjo Dalam Pemilu 1953-1955, V :
ERLEDEN Jurnal Kesejarahan, Vol. 4, No.2, 2014, 191
16
Nadya Ariani Kusuma Wardani, Peran Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo Dalam
Meningkatkan Nasionalisme Untuk Menangkal Radikalisme, Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
Volume 7 Nomor 1, 2019, 302
17
Abdul Aziz, Efek Komunikasi Pimpinan Organisasi Gerakan Pemuda Ansor Pesanggaran Kabupaten
Banyuwangi, Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam, Vol.02, No.01, 2022, 58

11
Rumah Tangga Peraturan Organisasi Gerakan Pemuda Ansor pada BAB II
pasal 2 yaitu, Gerakan Pemuda Ansor beraqidah Islam Ahlussunnah
Waljama’ah yang dalam bidang akidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan
AlAsy’ari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi dalam bidang fiqih mengikuti
salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) dan
dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam Al-Junaidi Al-Bagdadi dan
Abu Hamid Al-Ghazali.18
Organisasi Gerakan Pemuda Ansor diseluruh Indonesia yang berada
pada pimpinan anak cabang masing-masing daerah memiliki visi dan misi
yang sama dalam peranannya dibidang penanaman nilai-nilai aswaja. Pada
organisasi ini banyak sekali manfaatnya dalam penanaman nilai-nilai aswaja
yang telah diterapkan, gerakan Pemuda Ansor sebagai salah satu organisasi
sosial keagamaan mempunyai kiprah antara lain berpartisipasi aktif dalam
melakukan dakwah tentang nilai-nilai aswaja yang merupakan pedoman
dalam organisasi tersebut.19
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan
kekuatan tersebut Gerakan Pemuda Ansor memiliki peran strategis dan
signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Gerakan Pemuda
Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong
percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta
mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya.
Gerakan Pemuda Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan
bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang strategis dalam setiap
pergantian kepemimpinan nasional.20
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan terbentuknya Organisasi
Gerakan Pemuda Ansor diharapkan mampu mencetak kader-kader yang dapat
menjadi contoh Suri Tauladan yang sesungguhnya yaitu sebagai kader
18
Husnul Habib Sihombing, Internalisasi Nilai-Nilai Aswaja Pada Organisasi Gerakan Pemuda Ansor
Di Kota Padang, Jurnal Perspektif, Vol. 1, No. 4, 2018, 18
19
Ibid, 18
20
Ahmad Birrul Walidain, GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan, (Bogor: Guepedia,
2021),15

12
Gerakan Pemuda Ansor yang cerdas, jujur, bertanggungjawab, dan memiliki
kepedulian terhadap lingkungan, maupun bangsa serta sahabat atau rekannya.
2) Visi dan Misi Organisasi Ansor
Adapun visi, dan misi dari Gerakan Pemuda Ansor, diantaranya
sebagai berikut:
a) Visi
(1) Revitalisasi Nilai dan Tradisi
(2) Penguatan Sistem Kaderisasi
(3) Pemberdayaan Potensi Kader
(4) Kemandirian Organisasi
b) Misi
(1) Internalisasi Nilai Aswaja dan Sifatur Rasul dalam Gerakan Pemuda
Ansor.
(2) Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi berbasis Profesi.
(3) Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader
dengan stakeholder.
(4) Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi.21

3) Tujuan Organisasi Ansor


Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) adalah Suatu organisasi
kemasyarakatan pemuda yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU),
organisasi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang didirikan sebagai
kelanjutan dari Ansoru Nahdlatul Oelama (ANO). Gerakan Pemuda Ansor
(GP Ansor) bertujuan untuk:

21
Ahmad Birrul Walidain, GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan, 16

13
a) Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader
bangsa yang tangguh, memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik,
ikhlas dan beramal shalih
b) Menegakan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh
manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c) Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi
terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan,
berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat
Indonesia yang diridhoi Allah SWT. Organisasi Gerakan Pemuda Ansor
(GP Ansor) bersifat kepemudaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan
keagamaan yang berwatak kerakyatan dengan kedaulatannya berada
ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres. 22
Untuk mencapai tujuan, Organisasi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
berusaha:
a) Meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda Indonesia untuk
memperjuangkan cita-cita proklamasi kemerdekaan dan memperjuangkan
pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah wal jama’ah.
b) Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendekatan
keagamaan, kependidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan nasional
c) Meningkatkan kesadaran dan aktualisasi masyarakat sebagai upaya
peningkatan kualitas kesehatan, ketahanan jasmani dan mental spiritual
serta meningkatkan apresiasi terhadap seni dan budaya bangsa yang positif
serta tidak bertentangan dengan syari’at Islam,

22
Pratin Nurdian Safira, Peran Gerakan Pemuda Ansor (Gp Ansor) Dalam Menumbuhkan
Nasionalisme Di Kalangan Pemuda Kelurahan Karangroto Kecamatan Genuk Kota Semarang, Unnes
Civic Education Journal, Vol.03, No.02, 2014, 43

14
d) Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan berbagai organisasi
keagamaan, kebangsaan, kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan
lembaga-lembaga lainnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri
e) Mengembangkan kewirausahaan di kalangan pemuda baik secara individu
maupun kelembagaan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan anggota
dan masyarakat.23
4) Peran Organisasi Ansor
Organisasi kepemudaan dapat melakukan perannya melalui penerapan
wawasan nusantara dalam berbagai dimensi kehidupan di Indonesia. Hal ini
dapat dijalankan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti:
a) Keteladanan
Dalam hal ini peserta dapat diberikan contoh nyata bagaimana
berpikir, bersikap, dan bertindak dengan lebih mementingkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, sehingga
timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air.
b) Pendekatan formal.
Hal ini dapat dimulai dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, kursus-kursus dan sebagainya. Selain itu dapat pula menggunakan
metode pendekatan informal melalui lingkungan rumah/keluarga,
lingkungan pemukiman, pekerjaan dan organisasi kemasyarakatan
c) Komunikasi
Wawasan nusantara melalui metode komunikasi adalah tercapainya
hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu menciptakan iklim
saling menghargai, menghormati, mawas diri dan tenggang rasa sehingga
tercipta kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan nusantara.
d) Integrasi
Wawasan nusantara melalui metode integrasi adalah terjalinnya
persatuan dan kesatuan.
e) Pendidikan non formal

23
Ibid, 43

15
Ini dilakukan melalui pelibatan masyarakat dalam diklat tentang
wawasan nusantara sehingga semua komponen warga negara Indonesia
mengenal kondisi geografis Indonesia. Kesadaran pemahaman ini akan
memperkokoh nasionalisme dan menghilangkan rasa kebanggaan yang
berlebihan atas daerahnya.24
b. Kajian Tentang Pendidikan Agama Islam
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Kata pendidikan dalam bahasa arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja
rabba, sedangkan Pendidikan Islam dalam bahasa arab adalah tarbiyatul
islamiyah. Kata kerja rabba sudah digunakan pada zaman Rasullullah
Saw.25 Dalam Al-Quran, kata ini digunakan termaktub dalam QS.Al-
Isra’(17:24)
)24(‫صغِريا‬ ِّ ‫ُّل ِم َن الرَّمْح َِة َوقُ ْل َر‬
ِّ ‫اح الد‬ ِ ‫و‬
َ ‫ب ْارمَحْ ُه َما َك َم َاربَّيَا ِين‬ َ َ‫ض هَلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ٌ َ
Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.26

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam


menyiapkan individu untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Islam, di barengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.27
Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Jadi Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan
kepada peserta didik secara sadar dan terencana dalam rangka

24
Nadya Ariani Kusuma Wardani, Peran Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo Dalam
Meningkatkan Nasionalisme Untuk Menangkal Radikalisme, 304
25
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2009), hlm.195
26
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Jabal Raudatul Jannah, 1431), 284
27
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan,196

16
mengembangkan potensi fitrahnya untuk mencapai kepribadian Islam
berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.28
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan agama Islam adalah
bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Islam.29
Lebih lanjut menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan agama Islam
adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam
bekerja dan manis tutur sapanya.30
Sedangkan Muhammad Yusuf Qardowi memberikan penjelasan
bahwa pendidikan Islam agak lebih rinci yaitu pendidikan manusia
seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan
keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam menyiapkan manusia agar
hidup lebih dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkannya
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya,
manis dan pahitnya. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam
sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran,
memindahkan pengetahaun dan nilai- nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.31
Dari berbagai definisi pendidikan agama Islam sebagaimana telah
dimukakan di atas penulis mencoba mengambil esensinya yaitu bahwa

28
Zeni Luthfiah, Muh. Farhan Mujahidin, Pendidikan Agama Islam, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),
219-220
29
Hj. A. Rosmiaty Azis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 28
30
Hj. Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2018), 256
31
H.Syaiful Anwar, Desain Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta, Idea Prees, 2014), 7

17
pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya pengasuhan, bimbingan,
dan pengembangan kemampuan fisik, akal dan jiwa secara utuh
berdasarkan ajaran Islam.
2) Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah pandangan
hidup yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan. Karena dasar
menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan
pandangan hidup yang kokoh dan komprehensif, serta tidak mudah
berubah. Alquran dan Al-Hadist merupakan sumber utama pendidikan
Islam. Alquran dan sunnah diyakini mengandung kebenaran yang mutlak
(absolute) yang bersifat trasendental, universal dan eternal (abadi),
sehingga kedua sumber ini akan dapat terus memenuhi kebutuhan manusia
kapan saja dan dimana saja.
Alquran dan sunnah telah menguraikan dengan jelas dasar-dasar
pendidikan Islam sebagai berikut:
a) Dasar Tauhid
Seluruh kegiatan pendidikan Islam dijiwai oleh norma-norma
Ilahiyah dan sekaligus dimotivasi sebagai ibadah. Dengan ibadah
pekerjaan pendidikan lebih bermakna, tidak hanya makna material
tetapi juga makna spritual. Dalam Alquran dan Al-Hadist, masalah
tauhid adalah masalah yang pokok, Ibnu Ruslan contohnya yang ditulis
oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa yang pertama diwajibkan bagi
seorang muslim adalah mengetahui Tuhannya dengan penuh Tauhid
atau keyakinan.

b) Dasar Kemanusian
Dasar kemanusiaan adalah pengakuan akan hakekat dan
martabat manusia. Hak-hak sesorang harus dihargai dan dilindungi, dan
sebaliknya untuk merealisasikan hak-hak tersebut, tidak dibenarkan
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, karena setiap muslim

18
memiliki persamaan derajat, hak, dan kewajiban yang sama. Yang
membedakan antara seorang muslim dengan lainnya hanyalah
ketaqwaannya (Qs.Al- Hujurat 13).
c) Dasar Kesatuan Ummat Manusia
Dasar ini adalah pandangan yang melihat bahwa perbedaan suku
bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya, bukanlah halangan untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan ini, karena pada dasarnya semua
manusia memiliki tujuan yang sama yaitu mengabdi kepada Tuhan
(QS.Ali-Imran 105, Al- Anbiya 92, dan Al-Hujurat 112). Prinsip
kesatuan ini selanjutnya menjadi dasar pemikiran global tentang nasib
ummat manusia di seluruh dunia. Yaitu pandangan, bahwa hal-hal yang
menyangkut kesejahteraan, keselamatan, dan keamanan manusia,
termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, tidak
cukup dipikirkan dan dipecahkan oleh sekelompok masyarakatatau
bangsa tertentu, melainkan menjadi tanggung jawab antara suatu
bangsa dan bangsa lainnya.
d) Dasar Keseimbangan,
Dasar keseimbangan adalah prinsip yang melihat antara urusan
dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, individu dan sosial, ilmu dan
amal dan sesterusnya adalah merupakan dasar yang antara satu dan
lainnya saling berhubungan dan saling membutuhkan. Prinsip
keseimbangan ini merupakan landasan terwujudnya keadilan, yakni adil
terhadap diri sendiri dan adil terhadap orang lain.

e) Dasar Rahmatan Lil Alamin


Dasar ini adalah melihat bahwa seluruh karya setiap muslim
termasuk dalam bidang pendidikan adalah berorientasi pada
terwujudnya rahmat bagi seluruh alam,hal ini termaktub dalam Alquran
Surah Al-Anbiya 107. “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan

19
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. al- Anbiya 107).
Pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia adalah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
rahmat bagi seluruh alam.32
3) Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa karakteristik ajaran,
diantaranya sebagai berikut:
a) Ajaran sederhana, rasional dan praktis.
Islam adalah agama tanpa mitologi. Islam membangkitkan
kemampuan berfikir dan mendorong manusia untuk menggunakan
penalarannya. Dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan ulul albab
(cendikiawan) sebagai orang yang berilmu pengetahuan, memiliki ke
faqih-an, dan memiliki hikmah.
b) Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian.
Islam tidak membagi kehidupan atas dua bagian, yaitu material
dan spiritual. Menurut pandangan Islam kemajuan spiritual hanya dapat
dicapai bila manusia berada di tengah manusia lain di dunia dan
keselamatan spiritual baru dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya material.
c) Islam memberi petunjuk bagi seluruh segi kehidupan manusia meskipun
sebagian petunjuk bersifat umum.
d) Keseimbangan antara individu dan masyarakat.
Islam mengakui keberadaan manusia sebagai individu dan
mengangap setiap orang memiliki tanggung jawab pribadi kepada tuhan,
bahkan Islam menjamin hak-hak asasi individu dan tidak mengizinkan
adanya campur tangan orang lain.
e) Keuniversalan dan kemanusiaan.
Islam ditunjukan untuk seluruh umat Islam. Allah adalah Tuhan
seluruh manusia dan seluruh makhluk, Nabi Muhammad SAW adalah

32
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016), 20-22

20
rasul Tuhan untuk seluruh umat manusia. Dalam Islam seluruh umat
manusia adalah sama, apaun warna kulit, bahasa, ras, atau
kebangsaannya.
f) Ketetapan dan perubahan.
Al-Qur’an dan as-sunnah yang berisi pedoman abadi dari tuhan
tidak terikat oleh batasan ruan dan waktu, bersifat abadi. Namun
pedoman tersebut sering kali bersifat umum sehingga memberikan
kebebasan kepada manusia untuk berijtihad dan mengaplikasikannya
pada setian kondisi masyarakat.
g) Al-Qur’an sebagai pedoman suci umat Islam yang telah berumur lima
belas abad, tetap terjamin kesucian dan kemurniannya.33
4) Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam memiliki beberapa fungsi yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai sesuai dengan ajaran agama
Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu untuk menagnkal hal-hal yang negatif dari
lingkungannya atau bdari budaya lain yang dapat membahayakan

33
Zeni Luthfiah, Muh. Farhan Mujahidin, Pendidikan Agama Islam, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),
10-14

21
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata) sistem dan fungsi sosialnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan bagi
orang lain.34
5) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya sama dengan
tujuan diturunkan Agama Islam, yaitu untuk membentuk manusia yang
muttaqin yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut
jangkauan manusia), baik secara lincar maupun secara algoritmik
(berurutan secara logis) berada dalam garis mukmin-muslim-muhsin
dengan perangkat komponen, variable, dan parameternya masing-masing
yang secara kualitatif bersifat kompetitif.
Menurut H. M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai
syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama. Sedangkan
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling
utama adalah beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan
insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat. Selanjutnya Ahmad
D. Marimba menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “untuk
membentuk kepribadian yang Muslim, yakni bertakwa kepada Allah.35
Lebih didalam bukunya Baharuddin menjelaskan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam dapat dipecah menjadi sebagai berikut:
a) Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah.

34
Mukniah, Pendidikan Agama Islam Di Madrasah, (Jember: STAIN Jember Prees, 2013), 50
35
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Depok:PT.Raja Grafindo Persada,2014),
20

22
b) Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan
ibadah mahdah, juga dapat melaksanakn ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.
c) Mebentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah,
peniptanya.
d) Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan
terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki
teknostruktur masyarakat.
e) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu
Islami lainnya).36
Dari tujauan pendidikan agama Islam tersebut, terlihat bahwa tujuan
agama lebih merupakan suatu upaya untuk membangkitkan ituisi agama dan
kesiapan ruhani dalam mencapai pengalaman transcendental. Oleh karena itu
Pendidikan Agama Islam sangat penting keberadaannya karena Pendidikan
Agama Islam merupakan suatu upaya atau proses, pencarian, pembentukan
dan pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari, mengembangan,
memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau
keterampilan demi kepentingan manusia sesuai dengan ajaran Islam.

2. Kerangka Berfikir

Implikasi Teori

Grand Theory: Temuan


Fokus Penelitian:
Judul: Penelitian:
1.Bagaimana Peran Organisasi Ansor 1.Peran
Peran Organisasi 1.Peran
Dalam Menginternalisasi Pendidikan Organisasi
Ansor Dalam Organisasi
Agama Islam Di Desa Palokloan? Ansor Saputra
Menginternalisasi Ansor Dalam
36 2.Bagaimana Hambatan dari Peran 2.Pendidikan
Baharuddin,
PendidikanPendidikan Dan Psikologi Perkembangan,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2009), 194
Menginternal
Organisasi Ansor Dalam Agama Islam
Agama Islam di isasi
Menginternalisasi Pendidikan Agama Ahmad D.
Desa Palokloan Pendidikan
Islam Di Desa Palokloan? Marimba
23 Agama Islam
Di Desa
Palokloan
2.Hambatan
dari Peran
Organisasi
Tujuan Peneitian:
Metode
1.Mendiskripsikan Peran Organisasi
Penelitian:
Ansor Dalam Menginternalisasi
Pendekatan
Pendidikan Agama Islam Di Desa
Kualitatif
Palokloan
Deskriptif
2.Mendiskripsikan Hambatan dari Peran
Organisasi Ansor Dalam
Menginternalisasi Pendidikan Agama
Islam Di Desa Palokloan

Implikasi Praktis

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian


I. Metode Penelitian
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ialah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok.37 Sedangkan menurut Bogdan dan
Tailor yang di kutip oleh Muhammad bahwa penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 38 Dengan
pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan
holistic.39 Penelitian ini menghasilkan uraian tentang peran organisasi ansor

37
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 60.
38
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 30.
39
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), 52.

24
dalam menginternalisasi pendidikan agama islam di Desa Palokloan Sumenep
Madura.
Adapun jenis penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek
penelitian pada suatu periode tertentu, penelitian deskriptif lebih banyak atau
masih dipengaruhi oleh paradigma positivistik, kendati format ini dominan
menggunakan paradigma fenomenologis.40 Dalam penentuan jenis penelitian ini
peneliti bertujuan untuk menyajikan gambaran yang sebenarnya mengenai
peran organisasi ansor dalam menginternalisasi pendidikan agama islam di
Desa Palokloan Sumenep Madura.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangat di butuhkan karena peneliti
sebagai instrument artinya ia sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data,
penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil
penelitiannya dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi
dari lapangan. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat penuh dan
peneliti sudah diketahui statusnya sebagai peneliti oleh informan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Desa Palokloan Sumenep
Madura. Peneliti merasa tertarik realitas yang terjadi di lapangan yakni tentang
peran organisasi ansor dalam menginternalisasi pendidikan agama islam di
Desa Palokloan Sumenep Madura. dan peneliti juga ingin mengetahui lebih
mendalam peran organisasi ansor dalam menginternalisasi pendidikan agama
islam di Desa Palokloan Sumenep Madura.
4. Data dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh.41 Menurut Lofland yang di kutip oleh Buna’i bahwa
40
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 68.
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013),
172.

25
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.42
Jenis data yang digunakan dalam penelitian dikenal dengan data primer
dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang peneliti
umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan data itu diperoleh
dari tangan pertama atau subjek (informan).43 Ketua Ansor dipilih menjadi
subjek penelitian, selain itu informan lainnya yaitu sebagian Anggota
Ansor di Desa Palokloan Sumenep Madura.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen.44 Data sekunder yang dimaksud seperti: profil desa, visi, misi,
data masyarakat dan foto dokumentasi mengenai peran organisasi ansor
dalam menginternalisasi pendidikan agama islam di Desa Palokloan
Sumenep Madura
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, dalam penelitian pendekatan kualitatif ini
proses pengumpulan datanya dengan cara pengamatan/observasi,
interview/wawancara, dan dokumentasi.45

a. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok. Jenis observasi ada dua
macam, yaitu sebagai berikut:

42
Buna’i, Buku Ajar Metodelogi Penelitian, (Pamekasan: Stain Pamekasan Prees,2006), 79.
43
Sugiyono, Metodepenelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), 229.
44
Ibid, 229.
45
Buna’i, Buku Ajar Metodelogi Penelitian, 101.

26
1). Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang
dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam
kehidupan orang-orang yang akan di observasi.
2). Observasi non partisipan adalah suatu proses pengamatan yang
dilakukan oleh observer namun tidak ikut dalam kehidupan yang
diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.46
Adapun dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah
observasi non partisipan yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau
penyaksi artinya peneliti turun langsung ke Desa Palokloan Sumenep
Madura tanpa di wakilkan orang lain demi mendapatkan data yang valid
dan akurat terhadap peran organisasi ansor dalam menginternalisasi
pendidikan agama islam di Desa Palokloan Sumenep Madura dan ketika
peneliti sudah selesai mengumpulkan data peneliti tidak boleh
merubahnya dengan maksud agar data tersebut sesuai dan konsisten
dengan rencana penelitiannya.
b. Wawancara
Pengumpulan dengan wawancara adalah cara atau teknik untuk
mendapatkan informasi atau data dari terwawancara (interviewee) atau
responden dengan wawancara lansung face to face, antara pewawancara
(interviewer ) dengan terwawancara (interviewee).47
1). Wawancara tersetuktur adalah pengumpulan data dengan
menggunakan seperangkat pertanyaan. Peneliti mewawancarai
dengan bertatap muka langsung dengan interviewee dengan
menggunakan daftar pertanyaan.
2). Wawancara semi tersetruktur atau wawancara mendalam adalah
cara pengumpulan data dengan menggunakan pedoman
wawancara. pedoman wawancara ini digunakan untuk
mengumpulkan data utama, selanjutnya informasi atau data yang

46
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 161.
47
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),152.

27
lebih detail/mendalam dikumpulkan peneliti melalui
pengembangan pedoman wawancara tersebut.
3). Tidak tersetruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan
hanya mendasarkan pada pedoman, atau poko-pokok aau butir-
butir pemikiran atas suatu hal/informasi yang akan ditanyakan
pada saat wawancara dilakukan.48
Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi tersetuktur. Peneliti menggunakan wawancara semi
terstruktur ini dengan cara menggunakan pedoman wawancara namun
ketika peneliti menganggap ada kekurangan dalam pertanyaannya untuk
lebih mendapatkan data yang valid maka peneliti menambah pertanyaan
di luar pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan-peraturan,
catatan harian dan sebagainya.49
Menurut Renier yang di kutip oleh Imam Gunawan menjelaskan
istilah dokumen dalam tiga pengertian. Pertama dalam arti luas, yaitu
yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan.
Kedua arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja, dan
Ketiga dalam arti spesifik yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan
surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang dan lainnya.50
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. 51
Adapun dokumentasi di dalam penelitian ini diantaranya ialah: profil

48
Ibid, 154-155.
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
201.
50
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014),
175.
51
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, 176.

28
desa, visi, misi, data masyarakat dan foto dokumentasi mengenai peran
organisasi ansor dalam menginternalisasi pendidikan agama islam di Desa
Palokloan Sumenep Madura.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Buna’i mendefinisikan
bahwa analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan hipotesis (ide) seperti yang di sarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memeberikan bantuan pada tema dan hipotesis.52
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
non statistik. Dalam penelitian ini yang di analisis adalah data yang terhimpun
dalam transkip wawancara, catatan lapangan dan dokumen. Adapun tahap-tahap
dalam analisis ini adalah:
a. Data Reduction (Reduksi data)
Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan
memilah dan memilih, menyederhanakan data dengan merangkum yang
penting-penting sesuai dengan fokus masalah penelitian.
b. Data Display (Menyajikan data)
Untuk lebih menyistematiskan data yang telah di reduksi sehigga
terlihat sosoknya yang lebih utuh. Dalam penelitian kulaitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori , flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data maka akan
memudahkan untuk memamhami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasrkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisi data kulalitatif menurut Miles and
Humberman ialah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.

52
Buna’i, Buku Ajar Metodelogi Penelitian, (Pamekasan: Stain Pamekasan Prees,2006), 48.

29
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupkan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih ramang-ramang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kasual atau interaktif, hipotesis atau teori.53
7. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan peneliti untuk mengetahui
obyek penelitian secara sistematis sebagai berikut:
a. Tahap pra-lapangan
Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus penelitian, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih
dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan
mengantisipasi persoalan etika penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Memahami latar penelitian dan mempersiapkaan diri memasuki
lapangan, berperanserta sambil mengumpulkan data, baik data sekunder
maupun primer.
c. Penyusunan laporan
Dalam penyusunan laporan penelitian menulis kerangka dan isi
laporan hasil penelitian, adapun mekanisme yang diambil dalam
penyususnan laporan yang disesuaikan dengan buku Pendoman Penulisan
Karya Ilmiah yang diatur oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

J. Daftar Rujukan
Abdul Aziz, Efek Komunikasi Pimpinan Organisasi Gerakan Pemuda Ansor
Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam,
Vol.02, No.01, 2022.
Achmad Nur Sholeh, Manajemen Kewirausahaan Sosial Suatu Alternatif Pada PAC
GP Ansor Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Indonesian Journal of
Society Engagement, Vol. 1, No. 1, 2020.

53
Sugiyoyo, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta , 2016), 253.

30
Ahmad Birrul Walidain, GP Ansor Dalam Pengembangan Karakter Kebangsaan,
Bogor: Guepedia, 2021.
Ahmad Guntur Saputra, Peran Organisasi Gerakan Pemuda Ansor Pc Bandar
Lampung Dalam Pembinaan Generasi Muda, (Skripsi:UIN Raden Intan
Lampung, 2020).
Ahmad Subakir, Gerakan Moderasi Islam Dalam Perspektif Deteksi Dini; Studi
Gerakan Pemuda Ansor Kota Kediri, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman,
Volume 31, Nomor 2, 2020.
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Depok:PT.Raja Grafindo
Persada,2014.
Annuris Syahrul Muhtar, Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Pemuda Ansor Ranting
Gandekan Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Masyarakat Muslim
Desa Gandekan Wonodadi Blitar. (Skripsi: IAIN Tulungagung, 2014).
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009.
Buna’i, Buku Ajar Metodelogi Penelitian, Pamekasan: STAIN Pamekasan Prees,
2006.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: Jabal Raudatul Jannah,
1431.
H.Syaiful Anwar, Desain Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta, Idea Prees, 2014.
Hj. A. Rosmiaty Azis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sibuku, 2016.
Hj. Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum,
Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018.
Husnul Habib Sihombing, Internalisasi Nilai-Nilai Aswaja Pada Organisasi Gerakan
Pemuda Ansor Di Kota Padang, Jurnal Perspektif, Vol. 1, No. 4, 2018.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014.
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012.
Lia Oktavijani, Peranan Organisasi Gerkan Pemuda Ansor (GPA) Dalam
Penanaman Moral Pada Generasi Muda Di Kecamatan Purwodadi. (Skripsi:
Universitas Negeri Semarang, 2013).
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

31
Mukniah, Pendidikan Agama Islam Di Madrasah, Jember: STAIN Jember Prees,
2013.
Nadya Ariani Kusuma Wardani, Peran Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor
Sidoarjo Dalam Meningkatkan Nasionalisme Untuk Menangkal Radikalisme,
Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 7 Nomor 1, 2019.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013.
Pratin Nurdian Safira, Peran Gerakan Pemuda Ansor (Gp Ansor) Dalam
Menumbuhkan Nasionalisme Di Kalangan Pemuda Kelurahan Karangroto
Kecamatan Genuk Kota Semarang, Unnes Civic Education Journal, Vol.03,
No.02, 2014.
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, Medan: LPPPI, 2016.
Ria Sovi Revianti, Partisipasi Politik Gp Ansor Cabang Sidoarjo Dalam Pemilu 1953-
1955, V : Erleden Jurnal Kesejarahan, Vol. 4, No.2, 2014.
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sugiyoyo, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta ,
2016.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2013.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas), Bab I, Pasal 1, Ayat 1.
Yuni Candra, Komunikasi Dan Manajemen Organisasi, Community Engagement &
Emergence Journal, Volume 2 Nomor 3, 2021.
Zeni Luthfiah, Muh. Farhan Mujahidin, Pendidikan Agama Islam, Surakarta: Yuma
Pustaka, 2011.

32

Anda mungkin juga menyukai