Anda di halaman 1dari 27

PERAN ORMAS ISLAM DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

DI TANAH AIR

Metode Penelitian Kualitatif

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Pengampu : Suhardiman, M.Pd

MAKALAH

Oleh :

Sri Wahyuni 1.22.5326

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULUM

TANJUNGPINANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur kita sampaikan kepada Allah Azza Wa
Jalla. karena berkat rahmat, karunia-Nya, serta keridhaan-Nya jugalah Saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Ormas Islam Dalam Pengembangan
Pendidikan Islam Di Tanah Air”. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam..

Dalam rangkaian proses pembuatan makalah, banyak sekali dukungan dari


pihak eksternal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan inspirasi kepada saya
sehingga Saya menyelesaikan makalah ini.

Ucapan maaf saya sampaikan kepada para pembaca, apabila di dalam makalah
ini terdapat paduan kata yang terkesan menyinggung bagi para pembaca.

Tanjungpinang, 23 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................

PENDAHULUAN............................................................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................


1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................................
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................
1.4 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.5 Tujuan....................................................................................................................
1.6 Manfaat..................................................................................................................

BAB II...............................................................................................................................

PEMBAHASAN...............................................................................................................

2.1 Pengertian Ormas Islam.........................................................................................


2.2 Sejarah Ormas Islam Di Indonesia........................................................................
2.3 Perkembangan Ormas Islam Di Indonesia............................................................
2.4 Peran Ormas Islam dalam Pendidikan islam di Indonesia.....................................
BAB III...........................................................................................................................22

PENUTUP......................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................22
3.2 Saran ...................................................................................................................23

DAFTAR ISI..................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Islam memainkan peran yang penting dalam pembentukan
karakter dan moral masyarakat muslim di Indonesia. Seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan umat Islam di Tanah Air, organisasi
masyarakat Islam (Ormas Islam) telah memainkan peran yang signifikan
dalam pengembangan pendidikan Islam. Ormas Islam merupakan lembaga
sosial dan keagamaan yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman, praktik,
dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat.
Beragamnya bentuk ormas yang tersebar di seluruh Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari beragamnya visi, misi, dan kepentingan dibalik ormas
tersebut. Institusi pendidikan yang didirikan ormas seringkali digunakan
sebagai sarana dalam melestarikan ideologinya di masyarakat. Tindakan yang
terefleksikan dalam menulis, berbicara, dan penggunaan bahasa untuk
berinteraksi dengan orang lain pasti memiliki tujuan dan maksud dibaliknya
karena dilakukan secara sadar bukan di luar kendali.
Sejarah ormas Islam sangat panjang. Mereka hadir melintasi berbagai
zaman: sejak masa kolonialisme Belanda, penjajahan Jepang, pasca-
kemerdekaan Orde Lama, era pembangunan Orde Baru, dan masa demokrasi
Reformasi sekarang ini. Dalam lintasan zaman yang terus berubah itu, satu hal
yang pasti, ormas-ormas Islam telah memberikan kontribusi besar bagi
kejayaan Islam di Indonesia.
Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan membahas lebih lanjut
mengenai peran organisasi-organisasi masyarakat Islam dalam pengembangan
pendidikan Islam di Tanah Air.
1.2 Identifikasi Masalah

1
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dihasilkan beberapa
identifikasi masalah, yakni :
1.2.1 Ormas Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam
pengembangan pendidikan Islam.
1.2.2 Beragamnya bentuk ormas yang tersebar di seluruh Indonesia.
1.2.3 Ormas-ormas Islam telah memberikan kontribusi besar bagi kejayaan
Islam di Indonesia.
1.3 Batasan Masalah
Agar lebih spesifik dan pembahasan tidak meluas, maka batasan
masalah ini akan menjadi batas pada topik yang akan dibahas.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Apa pengertian Ormas Islam?
1.4.2 Bagaimana sejarah Ormas Islam di Indonesia?
1.4.3 Bagaimana perkembangan ormas islam di Indonesia?
1.4.4 Bagaimana Peran Ormas Islam dalam Pendidikan islam di Indonesia?
1.5 Tujuan
1.5.1 Mengetahui pengertian Ormas Islam.
1.5.2 Mengetahui sejarah Ormas Islam di Indonesia.
1.5.3 Mengetahui perkembangan ormas islam di Indonesia.
1.5.4 Mengetahui Peran Ormas Islam dalam Pendidikan islam di Indonesia.
1.6 Manfaat
Dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan
informasi atau pemahaman tentang peran ormas islam dalam pengembangan
pendidikan islam di tanah air.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ormas Islam


Organisasi masyarakat atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang
digunakan di Indonesia terhadap organisasi berbasis massa yang dibentuk
dengan tujuan tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Ormas dapat
dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama,
pendidikan dan sosial. Dengan demikian, ormas Islam dapat diartikan sebagai
organisasi berbasis massa yang disatukan oleh tujuan untuk memperjuangkan
tegaknya agama Islam sesuai AlQur‟an dan Sunnah serta memajukan umat
Islam dalam berbagai bidang; baik dalam bidang agama, pendidikan, sosial
maupun budaya.1
2.2 Sejarah Ormas Islam Di Indonesia
Ormas adalah organisasi yang didirikan dengan sukarela oleh warga
negara Indonesia yang dibentuk berdasarkan kesamaan tujuan, kepentingan,
dan kegiatan, untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejarah Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari peran pemeluk agama
Islam. Semenjak era pra-kemerdekaan hingga saat ini sudah banyak capaian-
capaian membanggakan umat Islam untuk kemerdekaan dan kemajuan
Indonesia. Tidak heran jika sampai sekarang ini relasi antara Islam dan
Indonesia begitu intim tak terpisahkan. Salah satu bukti peran penting Islam
dalam sejarah kemerdekaan Indonesia adalah berdirinya organisasi-organisasi
Islam pada waktu itu. Pada saat itu, salah satu strategi perjuangan untuk
melawan penjajah yang paling jitu adalah dengan mendirikan perkumpulan,
persyarikatan atau organisasi. Melalui wadah komunal inilah umat Islam

1
Abdul Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), h. 71.

3
berkontribusi langsung kepada rakyat Indonesia dalam berbagai bidang seperti
pendidikan, budaya, sosial, ekonomi dan politik.
Peran masyarakat sipil di Indonesia dalam proses pembangunan, baik
secara fisik maupun pembangunan sumber daya manusia, sudah terbukti
dalam sejarah perjuangan bangsa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa tanpa
organisasi masyarakat (Ormas) maka kemerdekaan Indonesia akan sulit
diwujudkan. Sejarah bangsa mencatat peran yang sangat penting dimainkan
organisasi masyarakat, seperti; Boedi Oetomo (1908), Syarikat Dagang Islam
(1911), Muhammadiyah (1912), Nahdlatul Ulama (1926), organisasi-
organisasi pemuda kedaerahan (Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon,
dll./1918), organisasi kependidikan, dll, dalam perjuangan pencerdasan anak
bangsa menuju Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945.
Sejarah bangsa kita mencatat pasang-surutnya peran Ormas seiring dengan
dinamika sosial-politik yang muncul dalam sejarah perjalanan bangsa. Masa
keemasaan Ormas dalam pemberdayaan dan pencerdasan rakyat sebelum
kemerdekaan, terutama di bidang pendidikan, agak surut seiring dengan
meningkatnya perjuangan bersenjata ketika masa perang untuk merebut
kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan, peran Ormas kembali bangkit dengan
maraknya pembentukan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang mencapai
puncaknya hingga tahun 1970-an. Peran Ormas kembali mengalami
kemunduran dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru yang cenderung
bersikap represif terhadap perbedaan ide dan gagasan serta sikap kritis
terhadap kebijakan pembangunan.
Setelah Orde Baru tumbang yang menandai bergulirnya Era Reformasi
pada tahun 1998, Ormas kembali bergairah. Pertumbuhan Ormas menjadi
sangat pesat dari segi jumlah, ragam kegiatan dan fokus bidang perhatian
berdasakan visi, misi dan tujuan masing-masing. Perannya pun terasa menjadi
semakin signifikan dalam konteks pembangunan bangsa, khususnya dalam hal
pemberdayaan dan pencerdasan rakyat, karena meliputi bidang yang sangat

4
luas dan beragam, seperti bidang sosial, keagamaan, profesi, pemberdayaan
ekonomi, lingkungan, anti korupsi, penguatan demokrasi, perlindungan TKI,
pemberdayaan perempuan, dll. Kebebasan dan keterbukaan yang diberikan
membuat Ormas mampu secara bebas melakukan kontrol dan pengawasan
terhadap kebijakan dan kinerja pemerintahan dan parlemen.
2.3 Perkembangan Ormas Islam Di Indonesia
2.3.1 Masa Kemerdekaan
Sejak sebelum kemerdekaan, Islam telah menjadi kekuatan
penting dalam perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia.
Muncul berbagai macam organisasi keagamaan yang bertujuan untuk
mengangkat derajat rakyat Indonesia dan mengusir penjajah dari tanah
air. Di awal abad ke-20 M ini perkembangan Islam ditandai dengan
munculnya gerakan anti penjajahan dan pembaharuan keagamaan.
Gerakan-gerakan itu terus berkembang sebagian dipengaruhi oleh
kuatnya pengaruh model pendidikan modern yang mengancam
pendidikan Islam. Uniknya, para penggagas gerakan Islam di
Indonesia di era sebelum kemerdekaan dan paska kemerdekaan berasal
dari dua model pendidikan yang berbeda, pesantren (madrasah) dan
pendidikan modern (Belanda). Mereka memiliki kesadaran yang sama
untuk memperkuat identitas Islam dan sekaligus membangun bangsa.
Setelah Indonesia menikmati kemerdekaan, ormas Islam tetap
menunjukkan perannya dalam mempengaruhi proses pembentukan
Negara Republik Indonesia baik terwujud dalam perjuangan politik
maupun perjuangan di bidang sosial, pendidikan dan dakwah. Peran
ormas Islam dalam politik pun terus dilakukan dengan munculnya
tokoh-tokoh Islam dalam panggung politik nasional. Ini menunjukkan
bahwa dalam sejarah Islam di Indonesia, politik tidak pernah dapat
dipisahkan dengan Islam. KH.Wahab Hasbullah, seorang tokoh NU
pernah mengatakan bahwa Islam dan politik selalu berkaitan dan tidak

5
dapat dipisahkan seperti rasa manis yang tidak dapat dipisahkan dari
gula. Karenanya, peran politik umat Islam di Indonesia selalu dinamis
dan berkembang.2
2.3.2 Masa Orde Lama
Islam pada masa Orde Lama ini ditandai dengan munculnya
perdebatan sengit di parlemen tentang dasar negara dan kedudukan
Islam dalam negara. Namun semua perdebatan itu dilakukan secara
demokratis dan konstitusional melalui parlemen. Pada era ini, Presiden
Soekarno juga menunjukkan semangat nasionalismenya dengan
mengakui Islam sebagai salah satu pendukung nasionalisme bangsa
yang terpenting. Peran Soekarno di dunia internasional juga diakui
dengan memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung
tahun 1955 yang kemudian menjadi inspirasi bagi negara-negara
muslim di Afrika untuk memerdekakan diri dari kaum penjajah.
KAA ini juga kemudian menjadi dasar pembentukan Gerakan
Non Blok yang memiliki keanggotaan kebih dari 100 negara dengan
semangat untuk tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan
keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideology
Barat-Timur. Nama Soekarno pun juga dikenal dan dihormati di dunia
internasional.3
2.3.3 Masa Orde Baru
Secara umum sejak pemilu 1971 suara partai Islam mengalami
kemerosotan. Pemerintah Orde Baru pada tahun 1973 kemudian
melakukan restrukturisasi sistem kepartaian dengan menerapkan fusi
politik. Akibatnya partai-partai Islam kemudian bergabung menjadi
satu partai di bawah bendera Partai Persatuan Pembangunan.
Kemerosotan perolehan partai Islam yang diwakili PPP dan

2
Yon Machmudi, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, (Depok: PTTI UI, 2013), h.11.
3
Yon Machmudi, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, (Depok: PTTI UI, 2013), h.13

6
kekecewaan para aktivis Masyumi menyebabkan mereka telah
memfokuskan pada aktivitas dakwah. Kekecewaan kelompok
Masyumi kepada rezim Soeharto ini dan tekanan-tekanan yang mereka
rasakan membuat M. Natsir mulai merubah perjuangan politiknya
melalui jalur dakwah. Pada tanggal 9 Mei 1967 didirikanlah ormas
Islam yang bernama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). M.
Natsir dan Anwar Haryono kemudian terlibat aktif mengembangkan
organisasi dakwah yang bermarkas di Kramat Raya Jakarta. Sejak
berdiri, terutama pada decade 1970-an. DDII terus melakukan kritik
kepada pemerintah dan sambil membangun basis dakwah di
masyarakat.
Walaupun Soeharto dalam beberapa hal banyak melakukan
represi terhadap kelompok Islam, perkembangan dahwah Islam
mendapatkan momentumnya di awal tahun 1990-an. Ketiga pola
islamisasi yang berjalan di segmen masyarakat yang berbeda serta
dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang mulai akomodatif
terhadap dakwah Islam telah melahirkan gairah Islam baik di kalangan
mahasiswa, birokasi maupun professional. Tidak mengherankan
apabila di era ini banyak aspirasi umat Islam yang terwadahi dalam
kebijakan negara. Kebijakan pemerintah yang disambut baik umat
Islam adalah pengesahan RUU Pendidikan Nasional yang mengakui
secara jelas adanya pengajaran agama pada semua tingkat pendidikan
dan pengesahan Undang-Undang Pengadilan Agama yang
memperkuat status Peradilan Agama untuk memberikan putusan
masalah umat Islam dalam hal perkawinan, warisan dan wakaf.4
2.3.4 Ormas Islam Masa Kini
Perkembangan dakwah Islam yang dilakukan oleh ormas Islam
mengalami peningkatan pada decade 1990-an dan membuka peluang
4
Yon Machmudi, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, (Depok: PTTI UI, 2013), h.14.

7
mereka untuk berkontribusi kepada bangsa melalui pengembangan di
bidang ekonomi, pendidikan, budaya, teknologi dan politik. Di bidang
ekonomi muncul perkembangan menarik yaitu didirikannya bank
Islam pertama, Bank Muamalat. PT. Bank Muamalat Indonesia tbk
didirikan pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia dan memulai kegiatan
operasinya pada bulan Mei 1992.
Munculnya kelas menengah atas muslim di Indonesia telah
mendorong lahinrnya pendidikan Islam yang unggul. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan keagamaan tertua di Indonesia. Di
samping sebagai pusat pengembangan dan pendidikan keagamaan,
pesantren juga berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Pada saat ini seiring dengan perubahan sosial yang sedemikian pesat,
pesantren-pesantren mulai melakukan modernisasi kurikulum dan
pengajaran. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang
melahirkan alumni ahli agama tetapi juga mengembangkan diri dengan
meningkatkan kualitas di bidang pengetahuan umum dan teknologi.
Pesantren tidak hanya memiliki keunggulan dalam hal penguasaan
ilmu-ilmu agama tetapi juga menguasai bahasa-bahasa asing,
teknologi, dan berbagai keahlian yang dibutuhkan dalam masyarakat.
2.4 Peran Ormas Islam dalam Pendidikan islam di Indonesia
Awal abad kedua puluh adalah merupakan starting point tentang
kesadaran masyarakat Muslim Indonesia, untuk perlunya berorganisasi,
bahwa perjuangan umat harus diwujudkan dalam bentuk kebersamaan dan
tidak dengan bersendiri saja. Mulai tumbuh organisasi-organisasi Islam
diawali dengan munculnya Jami’at Khiar di Jakarta (1905), organisasi ini
beranggota keturunan Arab Indonesia, kemudian muncul pula Al Irsyad
(1911), juga organisasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia yang
merupakan pengembangan dari Jami’at Khair, seterusnya muncul SDI

8
(Syarikat Dagang Islam) (1911), dan dilanjutkan lahirnya Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (1920) di Bandung , Nahdhatul Ulama di
Surabaya (1926), Al Jami’atul Washliyah di Medan (1930) dan Al Ittihadiyah
juga di Medan (l935). Selain dari itu masih banyak lagi organisasi-organisasi
Islam yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada tiga kegiatan utama dari
organisasi-organisasi Islam tersebut. Pertama, bidang dakwah dan keagamaan.
Kedua, bidang pendidikan. Ketiga, bidang sosial tulisan ini akan lebih banyak
membicarakan di bidang pendidikan. Semua organisasi-organisasi Islam
memprogramkan dan mengintensifkan pelaksanaan pendidikan. Membangun
lembaga-lembaga pendidikan, seperti pesantren, sekolah, madrasah,
perguruan tinggi.
Masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam dalam bidang
pendidikan, menyadarkan organisasi Islam tersebut tentang pentingnya
mengintegrasikan ilmu pengetahuan. Pada awal abad ke-20 seirama dengan
masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia, maka dunia
pendidikan pun juga dimasuki oleh ide-ide tersebut. Ide- pembaharuan
pendidikan itu diwujudkan dalam bentuk : Pertama, kurikulum. Kurikulum di
lembaga pendidikan Islam tidak lagi semata-mata pelajaran agama tetapi telah
memasukkan pengetahuan umum (sains). Kedua, sistem pembelajaran yang
mulanya memakai sistem non klasikal, menjadi sistem klasikal. Ketiga,
metode pembelajaran yang pada mulanya hanya metode membaca kitab, telah
ditambah dengan berbagai metode lainnya. Keempat, penerapan manajemen
pendidikan di lembagalembaga pendidikan Islam. Integrasi ilmu pengetahuan
di lembaga pendidikan Islam yang diasuh oleh organisasi-organisasi Islam
telah berlangsung sejak kelahiran organisasi tersebut. Muhammadiyah telah
mendirikan sekolah-sekolah umum yang berbasis agama. Steenbrink
menjelaskan pada tahun 1923, di Yogyakarta telah didirikan empat sekolah
dasar Muhammadiyah, dan sudah mulai mempersiapkan mendirikan sekolah
HIS dan sekolah pendidikan guru. Demikian pula Muhammadiyah juga sibuk

9
mendirikan sekolah di luar Yogyakarta, misalnya mendirikan HIS di Jakarta.
Pada tahun 1932 Muhammadiyah di Jawa Tengah telah mempunyai 165
sekolah model gubernemen, di samping 68 sekolah agama yang pada
umumnya dibuka pada siang dan sore.
Beberapa organisasi Islam yang disebutkan terdahulu, merupakan
sampel dari organisasi-organisasi Islam lainnya yang dalam tulisan ini dapat
diungkapkan bahwa organisasi-organisasi Islam tersebut telah
memprogramkan integrasi keilmuan di lembaga- lembaga pendidikan yang
mereka asuh. Walaupun integrasi ilmu itu baru pada tahap mencampurkan
atau memprogram pengetahuan dan agama di madrasah/ sekolah yang diasuh
oleh organisasi tersebut. Integrasi ilmu itu semakin hari semakin dirasakan
urgensinya terutama di era global saat saat sekarang ini, yang bercirikan
sebagai berikut :
2.4.1 Al-Jami’at Al-Khoiriyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan Jami’at Khair ini
didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Dan bidang
yang di perhatikan oleh organisasi ini ialah: (1) pendirian dan
pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar, dan (2) pengiriman
anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi. Untuk
memenuhi tenaga guru yang berkualitas jam’iat Khair
mendatangkan guru dari berbagai daerah bahkan dari luar
negeri. Pada bulan Oktober 1911 tiga orang guru dari negeri-
negeri Arab bergabung ke jami’iat Khair. Mereka Adalah syeh
Ahmad Surkati , syeh Muhammad Thaib, syeh Muhammad
Abdul Hamid.5
Ada hal penting yang bisa dicatat adalah bahwa jami’at
khair merupakan organisasi pertama/ pelopor yang memulai

5
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan di
Indonesia, 1988, h. 158-159.

10
organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Indonesia.
Jami’at khair dalam perkembangannya melahirkan cikal-bakal
organisasiorganisasi baru. Karena jami’at khair digembleng
HOS Cokroaminoto dan K.H Ahmad Dahlan.6 Meskipun
tujuan asalnya hanya mengenai pendidikan agama tetapi usaha
Jami’at Khair kemudian meluas kepada mengurus penyiaran
Islam, perpustakaan dan Surat Kabar (26 Januari 1913),
percetakan bahasa Arab Setia usaha yang dipimpin oleh Umar
Said Tjokroaminoto yang kemudian menerbitkan harian
Utusan India. Terlibatnya Jamiat Khair dalam politik,
menyebabkan organisasi ini dicurigai oleh pemerintah Belanda.
Selain itu di dalam orang-orang jami’at khair itu sendiri
terdapat perdebatan tentang larangan kawin bagi wanita sayyid
dengan orang yang bukan keturunan sayyid.
2.4.2 Al-Irsyad
Menurut steenbrink pada Tahun 1913 telah terjadi
perpecahan di kalangan jami’at khair, mengenai hak istimewa
golongan sayyid. Mereka yang tidak setuju dengan kehormatan
berlebihan dari sayyid kemudian mendirikan Jami’ah al Islam
wa al-Irsyad alArabiyah yaitu Syeh Ahmad surkati yang
meninggalkan jam’iat Khair dan mendirikan gerakan agama
sendiri bernama Al Islah Wal Irsyad, dengan haluan
mengadakan pembaharuan dalam reformasi dalam Islam
(reformisme). Pada tahun 1913 berdirilah perkumpulan Al
Islah wal Irsyad kemudian terkenal dengan sebutan Al
Irsyad.25 Al Irsyad mendapatkan pengesahan dari Belanda
pada tanggal 11 Agustus 1915. 7
6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 93.
7
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : LOGOS Wacana Ilmu, 1999, h. 161.

11
Dalam bidang pendidikan al Irsyad mendirikan
madrasah: a) Awaliyah, lama belajar 3 th; b) Ibtidaiyah, lama
belajar 4 th; c) Tajhiziyah lama belajar 2 th; d) Mu’alimin lama
belajar 4 th; e) Takhassus, lama belajar 2 th.
Perbaikan organisasi sekolah dimulai tahun 1924 ketika
sebuah peraturan bahwa hanya anak-anak dibawah umur 10th
yang dapat diterima di kelas 1 sekolah dasar. Pelajarpelajar
dari sekolah guru juga diperbolehkan latihan mengajar. Anak
yang lebih dari sepuluh tahun diperbolehkan masuk dikelas
yang lebih tinggi, tergantung kemampuannya saat ujian masuk.
Pada Tahun 1940 seluruh madrasah Al Irsyad ditutup dengan
alasan tidak jelas.Setelah Indonesia merdeka Al Irsyad dibuka
kembali, tetapi tidak seperti madrasah seperti dahulu
melainkan berbentuk sekolah umum sperti SR, SMP, dan
SMA.
2.4.3 Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam
besar yang sudah ada sejak sebelum indonesia merdeka.
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912
oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330.
Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan
Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
Organisasi ini pun cukup giat dalam membantu
mencerdaskan bangsa, sejak dahulu. Dapat kita lihat disetiap
sudut kota maupun desa, lembaga Pendidikan Muhammadiyah
-mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi
Muhammadiyah- selalu dapat kita temui. Sungguh suatu karya
besar sumbangsih dalam mencerdaskan bangsa yang tidak bisa
dilupakan begitu saja.

12
Menilik kesejarahan berdirinya muhammadiyah,
organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pemikiran islam
Ahmad Dahlan, Realitas sosio-religius dan sosio-pendidikan di
Indonesia kala itu. Aksi sosial Ahmad Dahlan bukan semata
gerakan keagamaan dalam arti ritual, melainkan bisa disebut
sebagai “revolusi kebudayaan”. Berbagai gagasan dan aksi
sosial Ahmad Dahlan tidak hanya mencerminkan nalar
kritisnya, melainkan juga menunjukkan kepedulian pada nasib
rakyat kebanyakan yang menderita, tidak berpendidikan dan
miskin.
Ahmad Dahlan tidak menginginkan masyarakat Islam
yang seperti dahulu, ataupun masyarakat baru yang
membentuk budaya Islam baru. Jalan yang ditempuh Ahmad
Dahlan adalah dengan menggembirakan umat Islam Indonesia
untuk beramal dan berbakti sesuai dengan ajaran Islam. Bidang
pendidikan misalnya, Ahmad dahlan mengadopsi sistem
pendidikan Belanda karena diangap efektif . Bahkan membuka
peluang bagi wanita Islam untuk sekolah, padahal di Arab,
India dan Pakistan, hal ini menjadi masalah. Sedangkan
dibidang sosial Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan untuk
memelihara anak yatim dan anak-anak terlantar lainnya. Yang
kemudian banyak berkembang Yayasan-yayasan Yatim Piatu
Muhammadiyah, Rumahsakit PKU Muhammadiyah, dan
terbesar adalah lembaga pendidikan Muhammadiyah baik TK,
SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang
jumlahnya cukup besar di Indonesia.
Pada tahun 1911 Ahmad Dahlan mendirikan Sekolah
rakyat yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah. Madrasah tersebut didirikan dengan biaya sendiri

13
dan atas inisiatif sendiri. Lembaga pendidikan ini
“mengawinkan” sistem pendidikan pesanten dengan sistem
pendidikan Barat. Ahmad Dahlan mengadakan modernisasi
dalam pendidikan Islam yaitu memakai sistem pondok yang
hanya mengajarkan pelkajaran agama ditambah dengan ilmu-
ilmu umum. Ia memiliki keyakinan bahwa untuk mencerahkan
masyarakat indonesia, jalan yang ditempuh ialah mengambil
pelajaran dan ilmu Barat. Awalnya Ahmad dahlan
mendapatkan cercaan, cacian dan olokan dari masyarakat
karena dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam dan
masuk kristen. Kemudian lama kelamaan, masyarakat melihat
sendiri hasilnya, murid-muridnya cerdas, kritis namun juga
tekun beribadah. Akhirnya masyarakat sadar bahwa Ahmad
Dahlan hanya meminjam jalan atau cara sistem belajar saja
sedangkan kandungan dan ilmu yang diajarkan tetap Islami.
Sikap muhammadiyah yang bersifat tengahan ini
menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya, muhammadiyah
memang sengaja tidak memperhatikan sistem pendidikan
pesantren. Meski beberapa catatan historis membuktikan,
bahwa muhammadiyah pernah merintis dan berhasil
membangun sebuah pesantren. Harapan didirikannya pesantren
muhammadiyah pada dasarnya adalah menjadi basis lahirnya
ulama-ulama muhmammadiyah. Tetapi kenyataanya
perkembangan pesantren muhammadiyah ini memmang tidak
begitu pesat.
2.4.4 Persatuan Islam
Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 di
Bandung, oleh H Zamzam dan H Muhammad Yunus.
Keduanya merupakan ulama yang berasal dari Sumatra.

14
Organisasi ini didirikan sebagai respons atas kondisi umat
Islam yang terbelakang akibat penjajahan.
Aktivitas utama Persis adalah dalam bidang dakwah,
pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Melalui peran ini,
Persis ingin berperan aktif dalam memberikan kontribusi untuk
meluruskan pemahaman umat Islam yang keliru terhadap
agamanya. Ada dua agenda besar yang ingin dicapai Persis,
yakni memurnikan akidah umat ( Ishlah al-’Aqidah ), dan
meluruskan ibadah umat ( Ishlah al-’Ibadah ).
Persatuan Islam sebagai organisasi yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan dakwah, saat ini telah memiliki
sekitar 215 pondok pesantren, 400 masjid, serta sejumlah
lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi. Itu semua tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam bidang pendidikan, pada 1924 diselenggarakan
kelas pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa. Pada
1927, didirikan lembaga pendidikan kanak-kanak dan Holland
Inlandesch School ( HIS ) yang merupakan proyek lembaga
Pendidikan Islam (Pendis) di bawah pimpinan Mohammad
Natsir. Kemudian, pada 4 Maret 1936, secara resmi didirikan
Pesantren Persis yang pertama dan diberi nomor satu di
Bandung.
Di pengujung abad ke-20, aktivitas Persis meluas ke
aspek-aspek lain. Orientasi Persis dikembangkan dalam
berbagai bidang yang menjadi kebutuhan umat. Mulai dari
bidang pendidikan (tingkat dasar hingga pendidikan tinggi),
dakwah, bimbingan haji, zakat, sosial, ekonomi, perwakafan,
dan lainnya.

15
Dalam perkembangannya, sejak tahun 1963, Persis
mengoordinasi pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga
pendidikan yang tersebar di cabang-cabang Persis. Hingga
Muktamar II di Jakarta tahun 1995, Persis tercatat telah
memiliki 436 unit pesantren dari berbagai tingkatan.
2.4.5 Nahdatul Ulama
Organisasi ini didirikan pada tanggal 31Januari 1926
oleh kalangan ulama penganut madzhab yang seringkali
menyebut dirinya sebagai golongan ahlussunnah wal jamaah
yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul
Wahab Hasbullah. Tujuan organisasi ini adalah
membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara
meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda
melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang
bernafaskan Islam seperti Pesantren.
Sejak didirikan oleh Hadratussyeikh KH Hasyim
Asy’ari dan beberapa kiai kharismatik di Surabaya pada tahun
1926, NU mendapat banyak simpati dari berbagai kalangan
karena kemampuannya mempertahankan dan menyeimbangkan
antara kekuatan tradisionalisme dan budaya modern
(almukhafadhatu alal qadimis sholeh wal akhdu bil jadidil
ashlah). Disisi lain, tradisionalisme NU mampu mengarahkan
umatnya untuk bersikap toleran, menghormati agama lain, serta
menghindar dari sikap fundamentalisme dan radikalisasi.
NU menampilkan Islam yang akomodatif (moderat),
berarti kesediaan menerima sikap dan pemikiran pihak lain
dengan terbuka menciptakan jalan tengah. Tidak hanya dalam
hal pemikiran keagamaan, tapi kecenderungan akomodatif ini
juga tercermin dalam sikap dan perilaku kebudayaan warga

16
NU untuk menjadi penggerak kehidupan umat dalam sehari-
hari sehinggga menjadi pelindung bagi kaum minoritas.
Sehingga sejarah telah mencatat, bahwa NU merupakan
warisan para pejuang kemerdekaan dan salah satu ‘pemegam
saham’ bagi lahirnya Republik ini. Sebagai ormas Islam
terbesar, NU sudah lahir jauh sebelum republik berdiri. NU
tetap setia menjaga Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi kekuatan civil society
(kekuatan sipil) yang menempatkan kemaslahatan dan
kesejahteraan rekyat sebagai tujuannya. Di samping itu, NU
dapat menjadi lokomotif bagi arah kebangsaan di masa depan,
sehingga mampu memberikan perlindungan kepada kelompok
minoritas dan menjadi pelopor pembentukan identitas
keindonesiaan (nation-character building).
NU mempunyai banyak sekali pondok pesantren dan
madrasah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, terutama
di daerah-daerah pedwaaan yang pada umumnya meremka
mempunyai tradisi keagamaan yang sangat kuat. Disamping itu
juga NU mempunyai sekolah-sekolah umum dari tingkat TK
sampai perguruan tinggi.
Oleh karenanya, dalam hal pendidikan dan pengajaran
formal ini, NU membentuk satu bagian khusus yang
menganganinya yaitu Ma’arif, dimana tugasnya adalah untuk
membuat perundangan dan program pendidikan di lembaga-
lembaga pendidikan atau sekolah yang berada di bawah
naungan NU.
Berdasarkan data tahun 1981, jumlah lembaga
pendidikan yang dikelola NU ini adalah sebagai berikut:
1) Pondok pesantren 3.745 buah

17
2) Madrasah 18.938 buah
3) Sekolah umum 3.102 buah
Akan tetapi, data tersebut belum termasuk jumlah
perguruan tingginya. Sementara untuk pesantren, yang tercatat
adalah pesantren yang berdiri di pulau jawa. Oleh karena
informasi ini sudah ada sejak 1981, maka sudah barang tentu
bahwa lembaga-lembaga pendidikan NU ini terus bertambah
hingga sekarang.
2.4.6 LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia, juga mengatakan
bahwa ia turut berperan dalam bidang Pendidikan islam dan
kemajuan bangsa indonesia. Dalam pengajarannya, LDII
menggunakan metode pengajian tradisional. Organisasi ini
mengklaim bahwa guru-guru pengajar dalam pengajiannya
banyak berasal dari beberapa alumni pondok pesantren
kenamaan, seperti: Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo,
Tebu Ireng di Jombang, Kebarongan di Banyuwangi, Langitan
di Tuban, dll. Mereka bersama-sama mempelajari ataupun
bermusyawarah beberapa waktu terlebih dahulu sebelum
menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para
jama’ah pengajian rutin atau kepada para santriwan dan
santriwati di pondok-pondok LDII, untuk menjaga supaya
tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan penjelasan tentang
pemahaman Alquran dan Hadis. Kemudian guru mengajar
murid secara langsung (manquul) baik bacaan, makna
(diterjemahkan secara harfiyah), dan keterangan, dan untuk
bacaan Alquran memakai ketentuan tajwid.

18
LDII menyelenggarakan pengajian Al Qur'an dan Al
Hadits dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. LDII juga
memiliki banyak pondok pesantren, di antaranya;
a. Pondok Pesantren Al Manshurin Metro
Lampung,
b. Pondok Pesantren Mellenium Alfina,
c. Pondok Pesantren "Nurul Hakim", Kediri,
d. Pondok Pesantren Al Barokah Sidoarjo,
e. Pondok Pesantren Gading Mangu Perak
Jombang,
f. Pondok Pesantren Budi Luhur Sragen,
g. Pondok Pesantren Nurul Azizah Balongjeruk
Kediri,
h. Pondok Pesantren Mulya Abadi Mulungan
Yogyakarta,
i. Pondok Pesantren LDII Blawe,
j. Pondok Pesantren An Nur Sragen Jawa Tengah,
k. Pondok Pesantren Budi Utomo Surakarta;
l. Pondok Pesantren Baitul Makmur Wonosalam;
m. Pondok Pesantren Sabilurrosyidin Surabaya;
n. Pondok Pesantren Sumber Barokah Karawang;
o. Pondok Pesantren Bairuha Balikpapan
Kalimantan Timur;
p. Pondok pesantren "Aziziyah" Samarinda;
q. Pondok Pesantren "Nurul Islam" Samarinda;
r. Pondok Pesantren "Al Hidayah" Lok Tabat
Selatan Banjarbaru;
s. Yang paling besar adalah Pondok Pesantren
Walibarokah Burengan Banjaran Kediri berada

19
di tengah Kota Kediri Jawa Timur, dan masih
banyak lagi.
Di dalam membiayai segala macam aktivitasnya
menurut ketentuan ART organisasi pasal 30, LDII
mendapatkan dana dari sumbangan yang tidak mengikat.
Sebagian besar dana sumbangan dikumpulkan dari warga LDII
sendiri (swadana). Selain dari warganya, LDII juga menerima
sumbangan dalam berbagai bentuk dari perorangan, pihak
swasta maupun pemerintah Republik Indonesia.
2.4.7 MTA
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) adalah sebuah
lembaga keagamaan Islam yang mempunyai tujuan mengajak
umat Islam untuk mempelajari Al Qur’an dan Hadits serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sumber ajaran
Islam dalam MTA adalah Al Qur’an dan Hadits, keduanya
merupakan sumber hukum Islam yang utama.
Kegiatan dakwah yang dilakukan adalah dalam bidang
keagamaan, sosial, pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, MTA juga
menjalin kerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam
lainnya. Bentuk kerjasama diwujudkan dengan mengundang
dari tokoh-tokoh dari elemen tersebut dalam kegiatan sosial
keagamaan yang diselenggarakan MTA, begitu pula MTA
senantiasa diundang dalam acara keagamaan yang
diselenggarakan oleh pihak-pihak tersebut.
Peranan-peranan tersebut digunakan sebagai strategi
MTA untuk melancarkan kegiatan dakwahnya. Kesimpulannya
adalah MTA merupakan ormas Islam yang mempunyai
peranan besar di bidang dakwah, sosial, pendidikan, kesehatan,

20
dan ekonomi. Dakwah dilakukan dengan penyiaran agama
Islam di masyarakat dalam bentuk kegiatan pengajian,
berkerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam lain
serta berperan di bidang sosial kemasyarakatan. Kegiatan
tersebut dilakukan agar dakwah MTA dapat diterima oleh
semua lapisan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

21
3.1 Kesimpulan
Organisasi masyarakat atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang
digunakan di Indonesia terhadap organisasi berbasis massa yang dibentuk
dengan tujuan tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Ormas dapat
dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama,
pendidikan dan sosial.
Sejarah Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari peran pemeluk
agama Islam. Semenjak era pra-kemerdekaan hingga saat ini sudah banyak
capaian-capaian membanggakan umat Islam untuk kemerdekaan dan
kemajuan Indonesia. Tidak heran jika sampai sekarang ini relasi antara Islam
dan Indonesia begitu intim tak terpisahkan. Salah satu bukti peran penting
Islam dalam sejarah kemerdekaan Indonesia adalah berdirinya organisasi-
organisasi Islam pada waktu itu.
Ada beberapa masa perkembangan ormas islam Di Indonesia yaitu
Masa Kemerdekaan, Masa Orde Lama, Masa Orde Baru dan Ormas Islam
Masa Kini.
Awal abad kedua puluh adalah merupakan starting point tentang
kesadaran masyarakat Muslim Indonesia, untuk perlunya berorganisasi,
bahwa perjuangan umat harus diwujudkan dalam bentuk kebersamaan dan
tidak dengan bersendiri saja. Mulai tumbuh organisasi-organisasi Islam
diawali dengan munculnya Jami’at Khiar di Jakarta (1905), organisasi ini
beranggota keturunan Arab Indonesia, kemudian muncul pula Al Irsyad
(1911), juga organisasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia yang
merupakan pengembangan dari Jami’at Khair, seterusnya muncul SDI
(Syarikat Dagang Islam) (1911), dan dilanjutkan lahirnya Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (1920) di Bandung , Nahdhatul Ulama di
Surabaya (1926), Al Jami’atul Washliyah di Medan (1930) dan Al Ittihadiyah
juga di Medan (l935).
3.2 Saran

22
Dengan ditulisnya makalah sederhana ini Saya berharap agar pembaca
dapat mengetahui, memahami, serta menambah pengetahuan tentang Peran
Ormas Islam Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Tanah Air. Saya
sebagai penulis mengetahui bahwa makalah ini masih banyak kesalahan baik
penulisan, ataupun kalimat yang digunakan berbelit-belit. Saran dan kritik
sangat Saya butuhkan guna memperbaiki tugas makalah kedepannya.

DAFTAR ISI

23
Angriani, R. A. R. (2019). Peran Organisasi Islam Dalam Pengembangan dan
Penerapan Hukum Islam di Indonesia. Jurnal Publikasi, 1(1)

Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : LOGOS Wacana Ilmu

Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Machmudi ,Yon. 2013. Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia. Depok:
PTTI UI

Shomad, Abdul. 2015. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suja'i, A., & Baihaqi, M. A. (2022). PERAN ULAMA DAN ORMAS ISLAM DALAM
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA. Tarbawi: Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam, 5(2), 139-150

Zuhairini. 1988. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral


Kelembagaan di Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai