Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mengikuti LAKMUD (Latihan Kader
Muda)
Disusun Oleh :
Nuri Noor Azizah
Puji dan syukur marilah kita curah dan limpahkan ke hadirat Allah SWT.. Karena
dengan ridha dan inayah-Nya-lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu Salah Satu Persyaratan Mengikuti LAKMUD (Latihan
Kader Muda)
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
‘sempurna’ dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari Rekan/Rekanita yang bersangkutan agar menjadi acuan untuk penulisan
makalah saya berikutnya.
Akhirul kalam, saya mengucapkan terima kasih kepada rekan/rekanita yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Jazakumullah khairan...
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................3
A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................3
B.Perumusan Masalah............................................................................................3
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Ke-IPNU dan Ke-IPPNU-an............................................................................4
B. Ke-Organisasian..............................................................................................10
C. Ke-NU-an........................................................................................................12
D. Ke-Aswaja-an..................................................................................................15
E. Ke-Pemimpinan...............................................................................................17
BAB III. PENUTUP........................................................................................................20
A.Kesimpulan........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Ke-IPNU dan Ke-IPPNU-an
1. Aspek Ideologis yaitu Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam dan berhaluan Ahlus sunnah wal jama’ah sehingga untuk
melestarikannya perlu dipersiapkan kader-kader yang nantinya sebagai penerus
perjuangan NU dalam kehidupan beragama bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Aspek Sosiologis yaitu adanya persamaan tujuan, kesadaran dan keikhlasan
akan pentingnya suatu wadah pembinaan bagi generasi penerus para ulama dan penerus
perjuangan bangsa.
Angin reformasi membawa tuntutan perubahan pula yang mendasar bagi organisasi.
Artinya kalau tidak boleh dikatakan sebagai salah satu pendorong maka paling tidak salah
satu berkahnya adalah dibukanya kran demokrasi yang menjadi awal masuk bagi
kemungkinan penentuan orientasi pengembangan organisasi IPNU-IPPNU. Ditambah
lagi dunia pendidikan Indonesia juga semakin memperlapang jalan untuk itu. Karenanya
melalui Kongres IPNU XIV – Kongres XII IPPNU tanggal 18-22 Juni 2003 di Asrama
haji Sukolilo Surabaya Jawa Timur, diputuskan IPNU-IPPNU kembali ke garapan
awalnya di dunia pelajar, santri dan mahasiswa, dengan dikembalikannya akronimnya
menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
A. Periode Perintis
Persatuan Santri Nahdlatul Ulama atau PERSANU (1939). Di Malang (1941) lahir
PERSATUAN MURID NU. Dan pada saat itu banyak para pelajar yang ikut pergerakan
melawan penjajah. Pada tahun 1945 terbentuk IMNU atau Ikatan Murid Nahdlatul
Ulama. Di Madura (1945) berdiri IJTIMAUTH TOLABIAH dan SYUBBANUL
MUSLIM, kesemuanya itu juga ikut berjuang melawan penjajah dengan gigih. Di
Semarang (1950) berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama dengan anggota yang masih
remaja. Sedangkan 1953 di Kediri berdiri (PERPENU) Persatuan Pelajar NU. Pada tahun
yang sama di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU). Pada tahun 1954
di Medan berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Dari sekian banyak nama yang
mendekati adalah IPNU yang lahir di Medan pada tahun 1954.
C. Periode Kelahiran
5
Gagasan untuk menyatukan langkah dan nama perkumpulan diusulkan dalam
Muktamar LP Ma’arif pada 20 Jumadil Tsani 1373 H bertepatan 24 Februari 1954 M di
Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar Yogyakarta, Solo dan Semarang yang
terdiri Sofyan Cholil, Mustahal, Abdul Ghoni, Farida Achmad, Maskup dan M. Tolchah
Mansyur. Dengan suara bulat dan mufakat dilahirkanlah organisasi yang bernama Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama ( IPNU ) dengan ketua pertama Rekan M. Tolchah Mansyur.
Pada 29 April – 1 Mei 1954 diadakan pertemuan di Surakarta yang terkenal dengan
pertemuan KOLIDA ( Konferensi Lima Daerah ) yang dihadiri Yogyakarta, Semarang,
Surakarta, Jombang dan Kediri ( diwakili Bpk. KH Asmuni Iskandar dari Gurah ).
Dalam konferensi ini ditetapkan PD/PRT dan berusaha untuk mendapatkan
legitimasi/pengakuan secara formal dari NU.
Usaha untuk mencari legitimasi ini diwujudkan dengan mengirimkan delegasi pada
Muktamar NU ke X di Surabaya pada 8-14 September 1954. Delegasi dipimpin oleh M.
TOLCHAH MANSYUR, dengan beranggotakan 5 orang yaitu SOFYAN CHOLIL, M
NAJIB ABDUL WAHAB, ABDUL GHONI dan FARIDA ACHMAD. Dengan
perjuangan yang gigih akhirnya IPNU mendapatkan pengakuan dengan syarat hanya
beranggotakan putra saja.
Sesuai dengan PDPRT visi dan misi IPNU-IPPNU adalah sebagai berikut :
◊ Visi
Adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan
6
terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
◊ Misi
1. Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah
organisasi.
4. Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain
selama tidak merugikan organisasi.
Citra diri IPNU-IPPNU berorientasi serta berpijak pada kesemestaan organisasi dan
anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran dengan
kaidah “belajar, berjuang, dan bertakwa”, yang bercorak dasar dengan wawasan
kebangsaan, ke-Islaman, keilmuan, kekaderan dan keterpelajaran.
a. Wawasan Kebangsaan
Ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan, yang mengakui kebhinekaan sosial, budaya yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan, hakekat dan martabat manusia yang memiliki komitmen dan
kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara berlandasakan prinsip keadilan, persamaan
dan demokrasi.
Ialah wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber motivasi dan
inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia. Ajaran Islam
sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam mempunyai sifat memperbaiki dan
menyempurnakan seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu IPNU dalam
bermasyarakat bersifat tawashut dan I’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan
kejujuran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bersifat membangun dan menghindari
laku tatharruf (ekstrim), melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan
kelaziman; tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat baik dalam masalah
keagamaan, kemasyarakatan maupun budaya, tawazun, seimbang dan menajalin
hubungan antara manusia dan tuhannya serta manusia dan lingkungannya, amar ma’ruf
7
nahi munkar, memiliki kecenderungan untuk kerusakan harkat kemanusiaan dan
kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka dan bertanggung jawab dalam berfikir,
bersikap dan bertindak.
b. Wawasan Keilmuan
c. Wawasan Kekaderan
Ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri
sebagai center of excellence pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu,
berkeahlian dan visioner, yang diikuti kejelasan misi sucinya, sekaligus strategi dan
operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar ma’ruf nahi
munkar. Wawasan ini meniscayakan karakteristik organisasi dan anggotanya untuk
senantiasa memiliki hasrat ingin tahu, belajar terus menerus dan mencintai masyarakat
belajar mempertajam daya analisis; daya sintesis pemikiran agar dapat membaca realitas
dan dinamika kehidupan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan, pandangan
dan cara-cara baru, pendapat baru, serta pendapat yang berbeda; menjunjung tinggi nilai,
norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan; dan berorentasi ke masa depan.
9
bermitra bisa saling bekerja sama, saling mengisi, saling menguntungkan dan berbagi
resiko.
Arah pembacaan dalam perspektif Kongres Surabaya tahun 2003 masih sangat
relevan untuk dijadikan sebagai salah satu acuan penting dalam strategi pengembangan
dan dinamika IPNU-IPPNU sampai pada hari ini. Beberapa situasi strategis masih belum
banyak berubah. Mulai tata global, nasional, regional masih hampir sama dari situasi
pada tahun-tahun itu. Hal yang sama juga terjadi pada komitmen pemerintah dalam
bidang pendidikan, ranking korupsi Indonesia, ancaman ideologi trans-nasionalisme yang
menjadi kegelisahan para tokoh tua, bahkan pada keseharian pelajar ala sinetron-sinetron
picisan yang nampak di media, dan lain sebagainya. Kayak-kayaknya, pada hari inilah
komitmen ke-IP(NU)-IPP(NU)-an kita betul betul diuji, apakah kita betul-betul berani
”Ayo Maju, Pantang Mundur, ...... Pasti tercapai Adil Makmur, Untuk Agama, Bangsa
Negeri”.
Menghadapi kondisi yang demikian itu menuntut konsekuensi logis bahwa SDM
dalam hal ini jumlah anggota yang banyak dan berkualitas tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Yang perlu kita persiapkan sekarang ini adalah kader-kader yang berkualitas. Karena
jumlah kader/anggota yang banyak belum menjamin akan kualitas yang optimal. Arah
program sudah saatnya dirubah. Apabila awalnya kita hanya berusaha memperbanyak
anggota/kader, maka sudah saatnya arahnya kita rubah pada program-program yang
mengarah pada peningkatan kualitas organisasi dan kualitas anggota. Dalam berstrategi
di abad 21 kegiatan-kegiatan kita sedikit banyak kita arahkan pada hal-hal sebagai
berikut :
a.Membina dan mengembangkan organisasi dan anggota dalam program kaderisasi.
b.Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap NU dalam perjuangan
berkhidmat pada agama, nusa dan bangsa.
c.Meningkatkan kemampuan untuk memahami ajaran Islam Ala Ahluss Sunnah wal
Jama’ah.
d.Meningkatkan pemahaman terhadap ideologi Pancasila baik secara konseptual
maupun operasional.
e.Tanpa henti mendorong perubahan di dunia pendidikan melalui berbagaimacam
pendekatan dan berjejaring dengan kelompok manapun.
Sedangkan dari segi pengkaderan, langkah yang bisa kita ambil diantaranya adalah :
a.Mengembangkan jenis-jenis pelatihan ketrampilan dalam rangka mengembangkan
bakat, minat dari anggota dalam upaya peningkatan profesionalisme kader
b.Meningkatkan pelaksanaan pelatihan-pelatihan formal di semua tingkat
kepengurusan.
c.Menumbuhkan pola berfikir kritis dan kreatif.
d.Menyediakan sarana dan fasilitas pembinaan kader melalui forum-forum kajian
keilmuan dan kajian ilmiah.
10
B. KE-ORGANISASI-AN
Pengertian
Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani “organon” dan istilah latin
“organum” yang dapat berarti : alat, bagian, anggota atau badan.
Menurut Dr. sarwoto, organisasi adalah proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangka untuk mencapai yang telah ditentukan,
sedangkan menurut HM. Tayor dan AG. Mears menyatakan bahwa organisasi adalah
wadah sekumpulan orang yang menggabungkan diri dengan tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas maka ada tiga ciri dari suatu organisasi yaitu :
Adanya sekelompok orang
Antar hubungan terjadi dalam suatu kerjasama yang harmonis
Kerjasama didasarkan pada suatu hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-
masing orang untuk mencapai tujuan.
Dari penjelasan di atas maka organisasi dapat ditinjau dari dua sorotan:
Organisasi sebagai wadah, dimana kegiatan administrasi dilaksanakan sehingga
bersifat statis atau seperti benda mati.
Organisasi sebagai hal yang hidup, manakala kita menyaksikan bahwa
organisasi dapat memprotes tindakan sewenang-wenang dari seorang oknum, organisasi
dapat merevolusi, mendukung dan tidak menyetujui dari suatu kebijakan/ kebijaksanaan.
Unsur-unsur
PD dan PRT (Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga)
Personalia pengurus
Struktur organisasi
Program kerja
Pembagian kerja
Permusyawaratan
Macam-macam Organisasi
Berdasarkan unsur-unsur organisasi dapat dibedakan sebagai berikut ;
Organisasi kemawasiswaan : Ekstra dan Intra kampus
Organisasi Profesi : PWI, Parfi, IDI dll.
Organisasi Minat : Persebaya, dll.
Organisasi Politik : PKB, PKNU, PDI-P, dll.
Organisasi Keagamaan : NU, Muhammadiyah, FPI, HTI dll.
Organisasi Sosial : LSM,
Timbulnya Organisasi
Spontan
11
Diprakarsai
Dibentuk oleh organisasi yang telah ada
Penggabungan dan pemisahan organisasi yang ada
Penutup
Bagaimanapun juga keberhasilan suatu organisasi terletak pada kerjasama yang baik
dan kejelasan program serta tujuan organisasi tersebut. Untuk itu beberapa cirri yang baik
dari suatu organisasi antara lain :
Terdapat tujuan yang jelas
Tujuan organisasi harus dipahami dan diterima oleh setiap orang yang ada di
dalam organisasi tersebut.
Adanya kesatuan arah (Unity Of Direction)
Adanya kesatuan perintah (Unity Of Command)
Adanya pembagian tugas (Job Description)
Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab
Penempatan orang sesuai dengan ahlinya
C. Ke-NAHDLATUL ‘ULAMA-an
I. Latar Belakang Berdirinya Nadlatul ‘Ulama
Jam’iyah Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H., bertepatan dengan
31 Januari 1926 M. di Surabaya. Pendirinya adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Hasyim
Asy’ari, KH. Bisri Jombang, KH. Ridwan Semarang dll.
Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama, tidak bisa dilepaskan dari keadaan Umat
Islam Indonesia saat itu, hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, Umat Islam
Indonesia pada saat itu sedang berada dalam cengkraman kaum penjaja Belanda,
sehingga ketentraman umat Islam dalam menjalankan ibadah banyak terganggu, sebab
hak-hak mereka dirampas oleh kaum penjajah. Kedua, munculnya gerakan pembaruan
Islam yang berfaham wahabi, dengan menentang tradisi umat Islam yang sudah sejak
lama ada di Indonesia, sebagai warisan dari para wali. Mereka beranggapan bahwa
keislaman masayarakat Nusantara waktu itu belum sempurna, karen penuh dengan
praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat. Tuduhan syirik pun tak jarang dialamatkan
pada umat islam Indonesia yang berpegang pada tradisi. Bukan hanya itu, mereka juga
telah membentuk kekuatan melalui pendirian organisasi-organisasi yang berfaham
Wahabi.
Selain kedua faktor yang terjadi di Indonesia tadi, ada juga faktor internasional,
yaitu; kebijakan Raja Abdul Aziz bin Suud (Saudi Arabia) yang mematenkan satu faham
keagamaan saja, yaitu wahabi, dengan melakukan pelarangan bermadzab, larangan
berziarah ke makam Syuhada’ dan makam Rosulullah (Bahkan mereka bermaksud
menghancurkan kubah hijau makan Rosulullah SAW di Madinah), berdoa, bertawasul
12
dilarang keras, tidak boleh membc sholawat Dalailul Khoirot sebab kesemuanya
dipandang sirik dan bid’ah. Parahnya lagi, Raja ini bermaksud mengadakan Muktamar
Khilafah untuk mengukuhkan dirinya, menggantikan daulah Usmaniyah, sebagai pusat
kekuasaan Islam. Umat Islam dari seluruh dunia diundang, termasuk juga Indonesia.
Delegasi Indonesia diwakili oleh tokoh Syarikat Islam, Muhammadiyah dan dari
kalangan Pesantren. Namun dari kalangan Pesantren, ditolak, sebab tidak mewakili
organisasi. Padahal kalangan Pesantren sangat berkepentingan dalam muktamar itu,
mereka akan mengusulkan kepada raja Suud, agar memberikan kebebasan dalam
bermadzhab. Olah karena itu, KH. Wahab Hasbullah, mengumpulkan tokoh-tokoh
Pesantren se-Jawa dan Madura, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk komite
Hijaz sebagai utusan resmi dari kalangan Pesantren.
KH. Hasyim Asyari menyarankan agar Komite Hijaz ini tidak hanya untuk sekedar
urusan Muktamar saja, tetapi dikembangkan menjadi organisasi permanen untuk
memperjuangkan dan melestarikan ajaran Islam Ahlus-sunnah wal-jama’ah. Akhirnya
usulan tersebut dispakati oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut dengan
suara bulat, dan dibentuklah Jam’iyah Nahdlatul Ulama, pada tanggal 16 Rajab 1344 H.
atau 31 Januari 1926 M.
Dengan demikian, Organisasi NU ini, berdiri untuk mempertahankan ajaran Islam
Ahlus-sunnah wal-jama’ah yang mengakui dan mengikuti madzhab, juga sebagai bentuk
perlawanan terhadap kaum kolonial Belanda dalam perjuangan kemerdekaan.
Selain itu, berdirinya NU merupakan ujung dari perjalanan dan perkembangan
gagasan yang muncul di kalangan para kyai. Seab, sebelum lahir Nahdlatul Ulama,
terlebih dahulu muncul organisasi para pedagang yang bernama Nahdlatut Tujjar (tahun
1918), kelompok diskusi Tashwirul Afkar (1922) dan gerakan pendidikan Nahdlatul
Wathan.
13
c. Dibidang Sosial. Mengupayakan kesejahteraan lahir-batin rakyat Indonesia
d. Dibidang Ekonomi. Mengusahakan pembangunan ekonomi untuk pemerataan
kesempatan berusaha dan menikmati pemangunan, dengan penguatan ekonomi
kerakyatan.
e. Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak
guna terwujudnya khaira umma.
B. Struktur keorganisasian Nahdlatul ‘Ulama
Struktur organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a. Pengurus Besar, Berkedudukan di ibukota Negara
b. Pengurus Wilayah, berkdudukan di ibukota propinsi
c. Pengurus Cabang, berkdudukan di ibukota kabupaten/kota
d. Pengurus cabang istimewa, berkedudukan di luar negeri
e. Pengurus Majlis Wakil cabang, berkedudukan di ibu kota kecamatan
f. Pengurus Ranting, berkedudukan di ibukota kelurahan
Adapun, kepengurusan Nahdlatul ulama terdiri dari :
1. Mustasyar; penasehat yang terdapat di tiap tingkat kepengurusan (kecuali tingkat
ranting)
2. Syuriyah; adalah pimpinan tertinggi nahdlatul Ulama
3. Tanfidziah; adalah pelaksana kebijakan organisasi
14
g. Lembaga Tamir Masjid Indonesia (LTMI) bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan dan kemakmuran masjid.
h. Lembaga kajian dan pengembangan sumber daya manusia (LAKPESDAM)
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dalam bidang kajian dan
pengembangan sumber daya manusia.
i. Lembaga Seni Budaya Nahdlotul Ulama’ (LESBUMI NU) bertugas
melajsanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang seni dan budaya.
j. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlotul Ulama’ (LPBH NU)
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang Penyuluhan dan bantuan
hokum.
k. Jamiatul Quro’wal hiuffad bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’
di bidang pengembangan seni baca dan metode pengajaran dan hafalan Al Qur’an.
2. Lajnah
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ untuk melaksanakan program
Nahdlotul Ulama’ yang memerlukan penanganan khusus.
a. Lajnah Falaqiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah.
b. Lajnah Ta’lif Wanafsir bertugas di bidang penerjemahan, penyusunan dan
penyebaran kitab-kitab menurut faham Ahlussunah Wal Jama’ah.
c. Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang
diwakafkan kepada Nahdlotul Ulama’.
d. Lajnah Waqof Infaq dan Shodaqoh bertugas menghimpun, mengelola dan
mentasarufkan zakat, infaq, dan shodaqoh.
e. Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas dan
memecahkan masalah maudzuiyah dan waqiiyah yang harus segera mendapat kepastian
hokum.
3. Badan Otonom
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlotul ULlama’, khususnya yang berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu yang beranggotakan perseorangan.
1. Jam’iyah ahli thoriqoh mu’tabaroh annahdiyah, badan otonom yang
menghimpun pengikut aliran thoriqoh yang Mukhtabar di lingkungan Nahdlotul Ulama’.
2. Muslimat Nahdlotul Ulama’ (Mulimat NU) menghimpun anggota perenpuan
Nahdlotul Ulama’.
3. Fatayat Nahdlotul Ulama’ (Fatayat NU) menghimpun anggota perempuan muda
Nahdlotul Ulama’.
4. Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) menghimpun anggota pemuda Nahdlotul
Ulama’
5. Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) menghimpun pelajar, santri, dan
mahasiswa laki-laki.
15
6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU) menghimpun pelajar, santri dan
mahasiswa perempuan.
7. Ikatan Sarjana Nahdlotul Ulama’ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum
intelektual di kalangan Nahdlotul Ulama’.
8. Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlotul Ulama’ yang suka dalam
bidang bela diri pencak silat
D. Ke-AHLUS-SUNAH WAL-JAMA’AH-an
16
kelompok mengenai siapa yang salah, siapa yang benar, siapa yang masuk surga, siapa
yang masuk neraka dan seterusnya.
Pada saat umat Islam sedang kebingungan dikarenakan pergolakan pemikiran politik
dan kalam ini, ada sekelompok orang yang tidak terlibat dengan pertentangan politik dan
masih berpegang teguh pada ajaran tauhid yang telah ditegakkan oleh Rasululloh SAW.,
mereka inilah para pengamal substansi ajaran ahlus-sunnah wal-jama’ah, meski saat itu
belum terlembagakan, namun kelompok ini jumlahnya mayoritas. Para tokoh pengamal
ajaran yang belum bernama ahlus-sunnah wal-jamaah ini diantaranya, Abu Musa Al-
Asy’ari, Hasan Al-Basri (wafat 110 H) dll.
Ajaran aswaja ini, terlembagakan pada masa Imam Al-Asy’ari (260-324 H) dan
Imam Al-M’aturidi (248-333 H). kedua imam ini saling berjauhan, dan tidak pernah
bertemu secara langsung, Imam Asy’ari berada di Basrah dan Imam Ma’turidi di
Khurasan. Namun, keduanya sama-sama memperjuangkan faham kalam ahlus-sunnah
wal-jama’ah dengan doktrin sifat-sifat Allah yang populer dengan sifat 20 atau sifat 13.
Para pengikut kedua Imam ini, kemudian menyebarluaskan ajaran Islam ahlus-
sunnah wal-jama’ah ini, sehingga samapai ke Indonesia dan umat Islam di berlahan dunia
lain, karena faham ini yang mayoritas dipegang oleh umat Islam di dunia.
17
Dalam upaya untuk melestarikan, mempertahankan, mengamalkan dan
mengembangkan ajara ahlus-sunnah wal-jama’ah, Nahdlotul ‘Ulama’ berpegang teguh
pada system bermadzab :
a. Dalam bidang aqidah mengikuti madzab yang dipelopori imam Abu Hasan Al-
Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidzi.
b. Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzab empat (Syafi’I, Maliki, Hanafi,
Hambali).
c. Dalam bidang akhlak/tasawuf mengikuti madzab Imam Junaidi Al-Baghdadi dan
Imam Al-Ghazali.
E. KE-PEMIMPIN-AN
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
1. Menurut Drs. Moh Hatta
Kepemimpinan adalah suatu ilmu yang menyalurkan gagasan baik secara umum
maupun individu untuk kemudian dilaksanakan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Menurut Tanrembaun
Kepemimpinan adalah daya atau kemampuan seseorang dalam mempungaruhi
pikiran orang lain melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan
bersama.
Dari definisi diatas dapat kita tarik kesipulan bahwa definisi kepemimpinan adalah
suatu proses untuk menyalurkan gagasa secara kolektif maupun individu dengan
didukung oleh daya atas kemampuan untuk mempungaruhi orang lain melalui proses
komunikasi untuk kemudian dilaksanakan bersama-sama dalam mencapai tujuan yang di
cita-citakan.
B. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN
Suatu model kepemimpinan memiliki ciri dan karakter masing-masing. Hal ini tak
lepas dari unsur-unsur yang meletar belakangi lahirnya seorang pemimpin dalam suatu
kelompok atau organisasi, diantara unsur-unsur tersebut adalah :
Kecakapan seorang pemimpin
Wibawa
Keturunan
Kekuasaan
Kemampuan berkomunikasi
Kekayaan
Dan lain-lain.
Beberapa macam kepemimpinan
1. Otoriter
18
Dalam tipe kepemimpinan ini, jalur koordinasi hanya berlangsung satu arah yaitu
dari atas kebawah. Segala hal yang berkaitan dengan kebijakan hanya ditangani seorang
pimpinan. Bawahan tidak berhak mengajukan usul dan saran. Mereka hanya wajib
menjalankan apa yang telah ditentukan oleh seorang pmimpin. Tipe ini mempunyai
kelemahan apabila sang pemimpin menemui jalan buntu dalam pencarian sebuah solusi
permasalahan organisasi maka organisasi mengalami stagnasi (kemandekan/kefakuman)
dan cenderung cepat mengalami konflik.
2. Bebas (Liberal)
Sutu tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada
bawahannya untuk mengutarakan pendapat sekaligus mengatur bagaimana pendapatnya
bisa dijalankan bersama, dalam tipe ini koordinasi berlangsung dua arah namun biasanya
bawahan lebih dominant dalam pengambilan keputusan, sehingga seorang pemimpin
terkesan hanya sebagai simbol, jadi anggota memiliki kemampuan yang dominant.
3. Demokratis
Musyawarah dan kesepakatan anggota menjadi akar dalam perjalanan organisasi,
dalam tipe ini semua yang menjadi permasalahan kelompok dipecahkan dalam sebuah
permusyawaratan anggota. Pemimpin menjadi fasilitator dan yang menjadi kebijakan
adalah kata mufakat.
C. IDEALISME PEMIMPIN
1. Memiliki kemampuan yang lebih baik
2. Mampu menjadi motivator, fasilitator dan menjadi seorang kontrol, dinamisator
sekaligus uswah.
3. Memiliki dedikasi yang tinggi pada organisasi
4. Memiliki visi kedepan yang baik
5. Mampu menjadi tauladan bagi anggota
6. Mampu berkomunikasi dengan baik dengan selruh komponen organisasi
7. Mampu menjadi innovator
8. Memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi yang berkembang di
lingkungannya
9. Bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5 hal yang terkandung dalam materi yang disampaikan dalam MAKESTA diatas
mempunyai keutamaan yang penting dari masing-masing materinya.
19
MARS IPNU
MARS IPPNU
20
DAFTAR PUSTAKA
http://abinujati.blogspot.com//makesta
http://pkmanutengguli.blogspot.com/p/materi-makesta.html
http://pcipnujombang.blogspot.com/p/ke-ipnu-ippnu.html
21