Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

5 Materi Penting dalam Makesta (Masa Kesetiaan Anggota)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mengikuti LAKMUD (Latihan Kader
Muda)

Disusun Oleh :
Nuri Noor Azizah

PIMPINAN CABANG (PC) IPNU-IPPNU


KABUPATEN SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita curah dan limpahkan ke hadirat Allah SWT.. Karena
dengan ridha dan inayah-Nya-lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu Salah Satu Persyaratan Mengikuti LAKMUD (Latihan
Kader Muda)
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
‘sempurna’ dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari Rekan/Rekanita yang bersangkutan agar menjadi acuan untuk penulisan
makalah saya berikutnya.
Akhirul kalam, saya mengucapkan terima kasih kepada rekan/rekanita yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Jazakumullah khairan...

Bandung, Januari 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................3
A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................3
B.Perumusan Masalah............................................................................................3
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Ke-IPNU dan Ke-IPPNU-an............................................................................4
B. Ke-Organisasian..............................................................................................10
C. Ke-NU-an........................................................................................................12
D. Ke-Aswaja-an..................................................................................................15
E. Ke-Pemimpinan...............................................................................................17
BAB III. PENUTUP........................................................................................................20
A.Kesimpulan........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

MAKESTA adalah merupakan suatu wahana untuk mengantarkan calon anggota


kehidupan individu kedalam kehidupan sosial (organisasi) dan merupakan wahana
orientasi dalam kehidupan berorganisasi dan merupakan pengkaderan tahap awal menuju
perekrutan dan pengenalan anggota terhadap organisasi IPNU-IPPNU yang diadakan di
tingkat Desa/Kelurahan.

Mempunyai tujuan untuk membentuk remaja yang berprestasi dengan lingkungan


Desa (fisik maupun sosial) guna mencapai pengabdian yang maksimal terhadap
masyarakat, Membengun kesadaran kritis akan pentingnya berorganisasi, Menanamkan
keyakinan bahwa IPNU-IPPNU merupakan pilihan organisasi yang tepat sebagai sarana
perjuangan, Memberikan pemahaman tentang PD/ PRT IPNU-IPPNU,  Memberikan
wawasan tentang kemampuan dasar organisatoris. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang disampaikan dalam MAKESTA.

B. Perumusan Masalah

Adapun penulis dalam makalah ini mencoba membatasi permasalahan dengan


memunculkan pertanyaan yaitu:

1. Apa sajakah 5 hal penting yang dijelaskan saat MAKESTA?


2. Bagaimanakah isi dari 5 hal penting yang dijelaskan saat MAKESTA?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar :

1. Menjelaskan tentang 5 hal penting yang disampaikan saat MAKESTA.


2. Menjelaskan tentang isi dari 5 hal penting yang disampaikan saat MAKESTA

BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Ke-IPNU dan Ke-IPPNU-an

IPNU-IPPNU  merupakan Organisasi Badan Otonom Nahdlatul Ulama, dan bagian


tak terpisahkan dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda. Sebagai organisasi Banom,
IPNU-IPPNU dituntut senantiasa mengembangkan dan meningkatkan peran serta
fungsinya sebagai pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
pelajar, santri, mahasiswa dan remaja sebagai basis keanggotaannya. Ada beberapa aspek
yang melatar belakangi berdirinya organisasi IPNU-IPPNU yaitu :

1.       Aspek Ideologis yaitu Indonesia  adalah negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam dan berhaluan Ahlus sunnah wal jama’ah sehingga untuk
melestarikannya perlu dipersiapkan kader-kader yang  nantinya sebagai penerus
perjuangan NU dalam kehidupan beragama bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.       Aspek Paedagogis yaitu adanya keinginan untuk menjembatani kesenjangan


antara pelajar dan santri serta mahasiswa di pendidikan umum dan pendidikan pondok
pesantren.

3.       Aspek Sosiologis yaitu adanya persamaan tujuan, kesadaran dan keikhlasan
akan pentingnya suatu wadah pembinaan bagi generasi penerus para ulama dan penerus
perjuangan bangsa.

Sebagai organisasi  Banom dari  NU, IPNU-IPPNU selalu meletakkan posisinya


sebagai organisasi kader yang selalu meletakkan nilai-nilai dasar perjuangan Islam
Ahluss sunnah wal Jama’ah dalam setiap gerak langkahnya, dan secara otonomi memiliki
kepentingan dan cita-cita serta peraturan perundang-undangan sendiri. Sehingga segala
bentuk kebijakan dan pengembangan program IPNU-IPPNU harus selalu
mempertimbangkan kebutuhan sendiri. Disisi lain IPNU-IPPNU sebagai OKP sesuai
dengan UU No. 8/1985 tentang organisasi kemasyarakatan, dituntut untuk mampu
meningkatkan dan mengembangkan segala bentuk kebijaksanaan sebagai alat mobilisasi
pelayanan anggota dan masyarakat. Sementara itu produk Undang-Undang tersebut pada
sisi lain telah mengamputasi pergerakan IPNU-IPPNU di dunia pendidikan Indonesia,
karena pada tingkatan implikasinya selain OSIS dan Pramuka semua organisasi pelajar
dilarang masuk ke dunia pelajar di sekolah, hal senada sebagai mana dibubarkannya
Dema (Dewan Mahasiswa) di Perguruan Tinggi diganti dengan SMPT (Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi) yang pada perkembangannya sekarang menjadi BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa).

Diamputasinya IPNU-IPPNU di dunia pelajar yang kemudian oleh organisasi


disiasati dengan merubah singkatan dari Ikatan Pelajar dan Ikatan Pelajar Putri Nahdaltul
Ulama menjadi Ikatan Putra dan Ikatan Putri-Putri  Nahdlatul Ulama pada Kongres X
4
IPNU – Kongres IX tanggal 29-30 Januari 1988 di Jombang Jawa Timur. Hal tersebut
membawa implikasi beberapa hal, pertama tercerabutnya Pelajar dan santri NU dari
kultur sosialnya, yakni NU dan masuk dalam area massa yang mengambang (floating
mass), sehingga menyebabkan banyak kader muda NU yang lupa dengan jati diri ke-NU-
anya, kedua semakin kaburnya orientasi pengembangan organisasi dari internal IPNU-
IPPNU karena seringkali bertabrakan dengan Ansor atau Fatayat NU sementara pada
dunia pelajar adalah semakin memudar (kalau boleh dikatakan hilang)nya semangat dan
dinamika organisasi pelajar sebagai efek seragamisasi (uniformity) organisasi sebagai
bentuk lain dari pelemahan kekuatan sosial.

Angin reformasi membawa tuntutan perubahan pula yang mendasar bagi organisasi.
Artinya kalau tidak boleh dikatakan sebagai salah satu pendorong maka paling tidak salah
satu berkahnya adalah dibukanya kran demokrasi yang menjadi awal masuk bagi
kemungkinan penentuan orientasi pengembangan organisasi IPNU-IPPNU. Ditambah
lagi dunia pendidikan Indonesia juga semakin memperlapang jalan untuk itu. Karenanya
melalui Kongres IPNU XIV – Kongres XII IPPNU tanggal 18-22 Juni 2003 di Asrama
haji Sukolilo Surabaya Jawa Timur, diputuskan IPNU-IPPNU kembali ke garapan
awalnya di dunia pelajar, santri dan mahasiswa, dengan dikembalikannya akronimnya
menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

II. HISTORIS IPNU-IPPNU

A. Periode Perintis

Munculnya organisasi IPNU-IPPNU bermula dari adanya jam’iyah yang bersifat


lokal atau kedaerahan yang berupa kumpulan pelajar, sekolah dan pesantren, yang semula
dikelola oleh para Ulama. Contohnya jam’iyah Diba’iyah.

B. Di Surabaya didirikan TSAMROTUL MUSTAFIDIN (1936). Selanjutnya

Persatuan Santri Nahdlatul Ulama atau PERSANU (1939). Di Malang (1941) lahir
PERSATUAN MURID NU. Dan pada saat itu banyak para pelajar yang ikut pergerakan
melawan penjajah. Pada tahun 1945 terbentuk IMNU atau Ikatan  Murid Nahdlatul
Ulama. Di Madura (1945) berdiri IJTIMAUTH TOLABIAH dan SYUBBANUL
MUSLIM, kesemuanya itu juga ikut berjuang melawan penjajah dengan gigih. Di
Semarang (1950) berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama dengan anggota yang masih
remaja. Sedangkan 1953 di Kediri berdiri (PERPENU) Persatuan Pelajar NU. Pada tahun
yang sama di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU). Pada tahun 1954
di Medan berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Dari sekian banyak nama yang
mendekati adalah IPNU yang lahir di Medan pada tahun 1954.

C. Periode Kelahiran

5
Gagasan untuk menyatukan langkah dan nama perkumpulan diusulkan dalam
Muktamar LP Ma’arif pada  20 Jumadil Tsani 1373 H bertepatan 24 Februari 1954 M di
Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar Yogyakarta, Solo dan Semarang yang
terdiri Sofyan Cholil, Mustahal, Abdul Ghoni, Farida Achmad, Maskup dan M. Tolchah
Mansyur. Dengan suara bulat dan mufakat dilahirkanlah organisasi yang bernama Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama ( IPNU ) dengan ketua pertama Rekan M. Tolchah Mansyur.

Pada 29 April – 1 Mei 1954 diadakan pertemuan di Surakarta yang terkenal dengan
pertemuan KOLIDA   ( Konferensi Lima Daerah ) yang dihadiri Yogyakarta, Semarang,
Surakarta, Jombang dan Kediri ( diwakili Bpk. KH  Asmuni Iskandar dari Gurah ).
Dalam konferensi ini ditetapkan PD/PRT dan berusaha untuk mendapatkan
legitimasi/pengakuan secara formal dari NU.

Usaha untuk mencari legitimasi ini diwujudkan dengan mengirimkan delegasi pada
Muktamar NU ke X di Surabaya pada 8-14 September 1954. Delegasi dipimpin oleh M.
TOLCHAH MANSYUR, dengan beranggotakan 5 orang yaitu SOFYAN CHOLIL, M
NAJIB ABDUL WAHAB, ABDUL GHONI  dan FARIDA ACHMAD. Dengan
perjuangan yang gigih akhirnya IPNU mendapatkan pengakuan dengan syarat hanya
beranggotakan putra saja.

Pada 24 Februari – 3 Maret 1955 IPNU mengadakan Kongres ke I di Malang.


Bersamaan dengan itu di kota Solo, Remaja-remaja putri sedang mengadakan
musyawarah dan menghasilkan organisasi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
( IPPNU ), tepatnya tanggal 8 Rajab 1374 H bertepatan dengan tanggal 2 Maret 1955
yang juga ditetapkan sebagai hari lahir IPPNU.

Dari Kongres ke I – VI status IPNU-IPPNU masih menjadi anak asuh LP Ma’arif.


Dan ketika Kongres ke VI di Surabaya pada 20 Agustus 1966, IPNU-IPPNU meminta
hak Otonomi sendiri dengan tujuan agar dapat mengatur Rumah Tangganya sendiri dan
dapat memusatkan organisasi ini ke Ibu Kota Negara.

Pengakuan otonomi diberikan pada muktamar NU di Bandung tahun 1967, yang


dicantumkan dalam AD/ART NU Pasal 10 Ayat 1 dan ayat 9. Pada Muktamar NU di
Semarang tahun 1979 status IPNU-IPPNU terdapat pada pasal 2 Anggaran Dasar NU.

VISI DAN MISI

Sesuai dengan PDPRT visi dan misi IPNU-IPPNU adalah sebagai berikut :

◊   Visi

Adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan

6
terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah  yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

◊   Misi

1.   Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah
organisasi.

2.   Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.

3.   Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan


program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah),
guna terwujudnya khaira ummah

4.   Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain
selama tidak merugikan organisasi.

CITRA DIRI IPNU-IPPN

Citra diri IPNU-IPPNU berorientasi serta  berpijak pada kesemestaan organisasi dan
anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran dengan
kaidah “belajar, berjuang, dan bertakwa”, yang bercorak dasar dengan wawasan
kebangsaan, ke-Islaman, keilmuan, kekaderan dan keterpelajaran.

a. Wawasan Kebangsaan

Ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan, yang mengakui kebhinekaan sosial, budaya yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan, hakekat dan martabat manusia yang memiliki komitmen dan
kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara berlandasakan prinsip keadilan, persamaan
dan demokrasi.

b.      Wawasan Ke-Islaman

Ialah wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber motivasi dan
inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia. Ajaran Islam
sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam mempunyai sifat memperbaiki dan
menyempurnakan seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu IPNU dalam
bermasyarakat bersifat tawashut dan I’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan
kejujuran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bersifat membangun dan menghindari
laku tatharruf (ekstrim), melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan
kelaziman; tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat baik dalam masalah
keagamaan, kemasyarakatan maupun budaya, tawazun, seimbang dan menajalin
hubungan antara manusia dan tuhannya serta manusia dan lingkungannya, amar ma’ruf

7
nahi munkar, memiliki kecenderungan untuk kerusakan harkat kemanusiaan dan
kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka dan bertanggung jawab dalam berfikir,
bersikap dan bertindak.

b. Wawasan Keilmuan

Ialah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk


mengembangkan sumberdaya  anggota dan kader. Sehingga dengan ilmu pengetahuan
memungkinkan anggota untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia seutuhnya
dan tidak menjadi beban sosial lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan, akan mencetak
kader yang mandiri, memiliki harga diri dan kepercayaan diri sendiri dan dasar kesadaran
yang realistik akan kemampuan dirinya didalam masyarakat sebagai anggota masyarakat.

c. Wawasan Kekaderan

Ialah wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina


anggota agar menjadi kader-kader yang memiliki komitmen terhadap idiologi, cita-cita,
perjuangan organisasi, bertanggung jawab dalam mengembangkan dan membentengi
organisasi, juga diharapakan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengenal
ajaran Islam ala ahlissunnah wal jama’ah, memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan
utuh, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan teknis
metodologis untuk mengembangkan organisasi kepepimpinan, kemandirian dan
kepopuleran.

d.       Wawasan Keterpelajaran

Ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri
sebagai center of excellence pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu,
berkeahlian dan visioner, yang diikuti kejelasan misi sucinya, sekaligus strategi dan
operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar ma’ruf nahi
munkar. Wawasan ini meniscayakan karakteristik organisasi dan anggotanya untuk
senantiasa memiliki hasrat ingin tahu, belajar terus menerus dan mencintai masyarakat
belajar mempertajam daya analisis; daya sintesis pemikiran agar dapat membaca realitas
dan dinamika kehidupan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan, pandangan
dan cara-cara baru, pendapat baru, serta pendapat yang berbeda; menjunjung tinggi nilai,
norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan; dan berorentasi ke masa depan.

Sedangkan struktur organisasi IPNU dan IPPNU adalah sebagai berikut :

1.    Pimpinan Pusat (PP) untuk tingkat nasional, (masa khidmat 3 tahun)


2.    Pimpinan Wilayah (PW) untuk tingkat propinsi, (masa khidmat 3 tahun)
3.    Pimpinan Cabang (PC) untuk tingkat kabupaten/kota, (masa khidmat 2 tahun)
8
4.    Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) untuk luar negeri, (masa khidmat 2 tahun)
5.    Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk tingkat kecamatan, (masa khidmat 2 tahun)
6.    Pimpinan Ranting (PR) untuk tingkat desa atau kelurahan, (masa khidmat 1
tahun)
7.    Pimpinan Komisariat (PK) untuk lembaga pendidikan, (masa khidmat 1 tahun)

REALITAS PERKEMBANGAN IPNU-IPPNU MASA SEKARANG


Ada beberapa hal yang merupakan adat sosial organisasi pasca kongres Surabaya
tahun 2004. yang dimaksud dengan adat sosial adalah merupakan kewajiban dan amanat
baik tertulis atau tak tertulis yang menjadi tanggung jawab organisasi. Yang pertama,
sebagai organisasi keagamaan Sebagai organisasi keagamaan, IPNU-IPPNU
menempatkan nilai Islam Ahluss sunnah Wal Jama’ah sebagai sumber motivasi dan
inspirasi dalam memberi makna serta arah pembangunan manusia menuju
penyempurnaan nilai kemanusiaannya. Oleh sebab itu dalam bermasyarakat IPNU-
IPPNU bersikap Tawasuth/Adil dan I’tidal/ Kejujuran. Juga bersikap membangun,
menghindari perilaku Tatharruf/Ekstrim, memaksakan kehendak dengan menggunakan
kekuasaan, toleran terhadap perbedaan pendapat, amar ma’ruf nahi munkar, mandiri,
bebas, bertanggung jawab dalam bertindak dan berfikir. Kaitannya dengan ini adalah
IPNU-IPPNU merupakan generasi muda penerus NU dalam melanjutkan cita-cita
perjuangan NU yang behaluan Ahlus sunnah wal Jama’ah, melestarikan dan
menyebarkan wawasan tersebut dalam koridor negara kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini sangat perlu kita pahami bersaa seiring dengan muncul dan maraknya berbagai faham
baru yang tidak jelas nasabnya (baik nasab ideologi, tradisi, dan rujukan pada masa
lampau menuju Nabi SAW). Itu tanggung jawab yang pertama.
Tanggung jawab yang kedua adalah dimensi IPNU-IPPNU sebagai organisasi
kemasyarakatan dan kepemudaan yang merupakan generasi penerus bangsa, meneruskan
visi kebangsaan yang telah digagas oleh para pendahulu kita. Artinya IPNU-IPPNU
mempunyai tanggung tawab membangun bangsa saai ini, saat tata dunia dan efek
globalisasi telah berjalan dan menerobos berbagai lapisan masyarakat tanpa mengenal
batas-batas teritori fisik, seprti generasi-generasi pada asa lampau. Kaitannya dengan
yang itu adalah persoalan yang ketiga karena IPNU-IPPNU telah engibarkan diri sebagai
organisasi pelajar, yang kita tahu kondisi pendidikan dan dalam tanda kutip dunia pelajar
dewasa ini sangat emprihatinkan maka IPNU-IPPNU mempunyai tanggung jawab
mencerahkan dan memberi warna baru pendidikan di Indonesia menuju pendidikan yang
yang mencerahkan dan membebaskan semua anak bangsa. Karena semua proses
perubahan tolok ukur awal keberhasilannya adalah dari pendidikan.
Agar mampu bersaing IPNU-IPPNU dituntut mempunyai kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang banyak dan berkualitas. Pola kemitraan barangkali juga bisa
dijadikan model pengembangan organisasi, sebab dengan kemitraan ini antar pihak yang

9
bermitra bisa saling bekerja sama, saling mengisi, saling menguntungkan dan berbagi
resiko.
Arah pembacaan dalam perspektif Kongres Surabaya tahun 2003 masih sangat
relevan untuk dijadikan sebagai salah satu acuan penting dalam strategi pengembangan
dan dinamika IPNU-IPPNU sampai pada hari ini. Beberapa situasi strategis masih belum
banyak berubah. Mulai tata global, nasional, regional masih hampir sama dari situasi
pada tahun-tahun itu. Hal yang sama juga terjadi pada komitmen pemerintah dalam
bidang pendidikan, ranking korupsi Indonesia, ancaman ideologi trans-nasionalisme yang
menjadi kegelisahan para tokoh tua, bahkan pada keseharian pelajar ala sinetron-sinetron
picisan yang nampak di media, dan lain sebagainya. Kayak-kayaknya, pada hari inilah
komitmen ke-IP(NU)-IPP(NU)-an kita betul betul diuji, apakah kita betul-betul berani
”Ayo Maju, Pantang Mundur, ...... Pasti tercapai Adil Makmur, Untuk Agama, Bangsa
Negeri”.
Menghadapi kondisi yang demikian itu menuntut konsekuensi logis bahwa SDM
dalam hal ini jumlah anggota yang banyak dan berkualitas tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Yang perlu kita persiapkan sekarang ini adalah kader-kader yang berkualitas.  Karena
jumlah kader/anggota yang banyak belum menjamin akan kualitas yang optimal. Arah
program sudah saatnya dirubah. Apabila awalnya kita hanya berusaha memperbanyak
anggota/kader, maka sudah saatnya arahnya kita rubah pada program-program yang
mengarah pada peningkatan kualitas organisasi dan kualitas anggota. Dalam berstrategi
di abad 21   kegiatan-kegiatan kita sedikit  banyak kita arahkan pada hal-hal sebagai
berikut :
a.Membina dan mengembangkan organisasi dan anggota  dalam program kaderisasi.
b.Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap NU dalam perjuangan
berkhidmat pada agama, nusa dan bangsa.
c.Meningkatkan kemampuan untuk memahami ajaran Islam Ala Ahluss Sunnah wal
Jama’ah.
d.Meningkatkan pemahaman terhadap ideologi Pancasila baik secara konseptual
maupun operasional.
e.Tanpa henti mendorong perubahan di dunia pendidikan melalui berbagaimacam
pendekatan dan berjejaring dengan kelompok manapun.

Sedangkan dari segi pengkaderan, langkah yang bisa kita ambil diantaranya adalah :
a.Mengembangkan jenis-jenis pelatihan ketrampilan dalam rangka mengembangkan
bakat, minat dari anggota dalam upaya peningkatan profesionalisme kader
b.Meningkatkan pelaksanaan pelatihan-pelatihan formal di semua tingkat
kepengurusan.
c.Menumbuhkan pola berfikir kritis dan kreatif.
d.Menyediakan sarana dan fasilitas pembinaan kader melalui forum-forum kajian
keilmuan dan kajian ilmiah.

10
B. KE-ORGANISASI-AN
Pengertian
Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani “organon” dan istilah latin
“organum” yang dapat berarti : alat, bagian, anggota atau badan.
Menurut Dr. sarwoto, organisasi adalah proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangka untuk mencapai yang telah ditentukan,
sedangkan menurut HM. Tayor dan AG. Mears menyatakan bahwa organisasi adalah
wadah sekumpulan orang yang menggabungkan diri dengan tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas maka ada tiga ciri dari suatu organisasi yaitu :
Adanya sekelompok orang
Antar hubungan terjadi dalam suatu kerjasama yang harmonis
Kerjasama didasarkan pada suatu hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-
masing orang untuk mencapai tujuan.
Dari penjelasan di atas maka organisasi dapat ditinjau dari dua sorotan:
Organisasi sebagai wadah, dimana kegiatan administrasi dilaksanakan sehingga
bersifat statis atau seperti benda mati.
Organisasi sebagai hal yang hidup, manakala kita menyaksikan bahwa
organisasi dapat memprotes tindakan sewenang-wenang dari seorang oknum, organisasi
dapat merevolusi, mendukung dan tidak menyetujui dari suatu kebijakan/ kebijaksanaan.
Unsur-unsur
 PD dan PRT (Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga)
 Personalia pengurus
 Struktur organisasi
 Program kerja
 Pembagian kerja
 Permusyawaratan
Macam-macam Organisasi
Berdasarkan unsur-unsur organisasi dapat dibedakan sebagai berikut ;
 Organisasi kemawasiswaan : Ekstra dan Intra kampus
 Organisasi Profesi : PWI, Parfi, IDI dll.
 Organisasi Minat : Persebaya, dll.
 Organisasi Politik : PKB, PKNU, PDI-P, dll.
 Organisasi Keagamaan : NU, Muhammadiyah, FPI, HTI dll.
 Organisasi Sosial : LSM,
Timbulnya Organisasi
Spontan

11
Diprakarsai
Dibentuk oleh organisasi yang telah ada
Penggabungan dan pemisahan organisasi yang ada
Penutup
Bagaimanapun juga keberhasilan suatu organisasi terletak pada kerjasama yang baik
dan kejelasan program serta tujuan organisasi tersebut. Untuk itu beberapa cirri yang baik
dari suatu organisasi antara lain :
 Terdapat tujuan yang jelas
 Tujuan organisasi harus dipahami dan diterima oleh setiap orang yang ada di
dalam organisasi tersebut.
 Adanya kesatuan arah (Unity Of Direction)
 Adanya kesatuan perintah (Unity Of Command)
 Adanya pembagian tugas (Job Description)
 Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab
 Penempatan orang sesuai dengan ahlinya  

C. Ke-NAHDLATUL ‘ULAMA-an
I. Latar Belakang Berdirinya Nadlatul ‘Ulama
Jam’iyah Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H., bertepatan dengan
31 Januari 1926 M. di Surabaya. Pendirinya adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Hasyim
Asy’ari, KH. Bisri Jombang, KH. Ridwan Semarang dll.
Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama, tidak bisa dilepaskan dari keadaan Umat
Islam Indonesia saat itu, hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, Umat Islam
Indonesia pada saat itu sedang berada dalam cengkraman kaum penjaja Belanda,
sehingga ketentraman umat Islam dalam menjalankan ibadah banyak terganggu, sebab
hak-hak mereka dirampas oleh kaum penjajah. Kedua, munculnya gerakan pembaruan
Islam yang berfaham wahabi, dengan menentang tradisi umat Islam yang sudah sejak
lama ada di Indonesia, sebagai warisan dari para wali. Mereka beranggapan bahwa
keislaman masayarakat Nusantara waktu itu belum sempurna, karen penuh dengan
praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat. Tuduhan syirik pun tak jarang dialamatkan
pada umat islam Indonesia yang berpegang pada tradisi. Bukan hanya itu, mereka juga
telah membentuk kekuatan melalui pendirian organisasi-organisasi yang berfaham
Wahabi.
Selain kedua faktor yang terjadi di Indonesia tadi, ada juga faktor internasional,
yaitu; kebijakan Raja Abdul Aziz bin Suud (Saudi Arabia) yang mematenkan satu faham
keagamaan saja, yaitu wahabi, dengan melakukan pelarangan bermadzab, larangan
berziarah ke makam Syuhada’ dan makam Rosulullah (Bahkan mereka bermaksud
menghancurkan kubah hijau makan Rosulullah SAW di Madinah), berdoa, bertawasul

12
dilarang keras, tidak boleh membc sholawat Dalailul Khoirot sebab kesemuanya
dipandang sirik dan bid’ah. Parahnya lagi, Raja ini bermaksud mengadakan Muktamar
Khilafah untuk mengukuhkan dirinya, menggantikan daulah Usmaniyah, sebagai pusat
kekuasaan Islam. Umat Islam dari seluruh dunia diundang, termasuk juga Indonesia.
Delegasi Indonesia diwakili oleh tokoh Syarikat Islam, Muhammadiyah dan dari
kalangan Pesantren. Namun dari kalangan Pesantren, ditolak, sebab tidak mewakili
organisasi. Padahal kalangan Pesantren sangat berkepentingan dalam muktamar itu,
mereka akan mengusulkan kepada raja Suud, agar memberikan kebebasan dalam
bermadzhab. Olah karena itu, KH. Wahab Hasbullah, mengumpulkan tokoh-tokoh
Pesantren se-Jawa dan Madura, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk komite
Hijaz sebagai utusan resmi dari kalangan Pesantren.
KH. Hasyim Asyari menyarankan agar Komite Hijaz ini tidak hanya untuk sekedar
urusan Muktamar saja, tetapi dikembangkan menjadi organisasi permanen untuk
memperjuangkan dan melestarikan ajaran Islam Ahlus-sunnah wal-jama’ah. Akhirnya
usulan tersebut dispakati oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut dengan
suara bulat, dan dibentuklah Jam’iyah Nahdlatul Ulama, pada tanggal 16 Rajab 1344 H.
atau 31 Januari 1926 M.
Dengan demikian, Organisasi NU ini, berdiri untuk mempertahankan ajaran Islam
Ahlus-sunnah wal-jama’ah yang mengakui dan mengikuti madzhab, juga sebagai bentuk
perlawanan terhadap kaum kolonial Belanda dalam perjuangan kemerdekaan.
Selain itu, berdirinya NU merupakan ujung dari perjalanan dan perkembangan
gagasan yang muncul di kalangan para kyai. Seab, sebelum lahir Nahdlatul Ulama,
terlebih dahulu muncul organisasi para pedagang yang bernama Nahdlatut Tujjar (tahun
1918), kelompok diskusi Tashwirul Afkar (1922) dan gerakan pendidikan Nahdlatul
Wathan.

II. Bentuk dan Sistem Organisasi Nahdlotul Ulama


A. Tujuan Nahdlatul Ulama
Dalam pasal 5 Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama dikatakan bahwa : “ Tujuan
Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah dan menurut salah satu dari madzhab empat untuk terwujudnya tatanan
masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahata dan kesejahteraan umat”.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan ikhtiar-
ikhtiar sebagai berikut :
a.    Dibidang Agama, dengan mengupayakan terlaksananya ajaran ahlus-sunah wal-
jamaah dan menurut madzhab empat, dengan melaksanakan dakwah islamiyah dan amar
ma’ruf nahi munkar
b.    Dibidang Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Mengupayakan terwujudnya
pendidikan, pengajaran dan pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam
untuk membina umat.

13
c.    Dibidang Sosial. Mengupayakan kesejahteraan lahir-batin rakyat Indonesia
d.    Dibidang Ekonomi. Mengusahakan pembangunan ekonomi untuk pemerataan
kesempatan berusaha dan menikmati pemangunan, dengan penguatan ekonomi
kerakyatan.
e.    Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak
guna terwujudnya khaira umma.
B. Struktur keorganisasian Nahdlatul ‘Ulama
Struktur organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.    Pengurus Besar, Berkedudukan di ibukota Negara
b.    Pengurus Wilayah, berkdudukan di ibukota propinsi
c.    Pengurus Cabang, berkdudukan di ibukota kabupaten/kota
d.    Pengurus cabang istimewa, berkedudukan di luar negeri
e.    Pengurus Majlis Wakil cabang, berkedudukan di ibu kota kecamatan
f.     Pengurus Ranting, berkedudukan di ibukota kelurahan
Adapun, kepengurusan Nahdlatul ulama terdiri dari :
1.    Mustasyar; penasehat yang terdapat di tiap tingkat kepengurusan (kecuali tingkat
ranting)
2.    Syuriyah; adalah pimpinan tertinggi nahdlatul Ulama
3.    Tanfidziah; adalah pelaksana kebijakan organisasi

C. Perangkat Organisasi Nahdlatul Ulama’


Perangkat organisasi Nahdlotul ‘Ulamasolo terdiri atas:
1. Lembaga
Adalah perangkat departemen organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan Nahdlotul Ulama’, khususnya yang berkaitan dengan bidang
tertentu. Lembaga-lembaga tersebut adalah :
a.    Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama’(LDNU) bertuigas melaksanakan kebijakan
Nahdlotul Ulama’ dibidang penyiaran agama islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
b.    Lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlotul Ulama’ (LP. MA”ARIF. NU) bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dibidang pendidikan dan pengajaran, baik
formal maupun non formal selain pondok pesantren.
c.    Lembaga Sosial Mabarot Nahdlotul Ulama’ (LS MABAROT NU) bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang sosial dan kesehatan.
d.    Lembaga Perekonomian Nahdlotul Ulama’ (LP. NU) bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlotul Ulama’.
e.    Robithoh Ma’had (RMI) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di
bidang pengembangan pondok pesantren.
f.     Lembaga Kemasyarakatan Keluarga Nahdlotul Ulama’ (LKKNU) bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang kemaslahatan keluarga,
kependidikan dan lingkungan hidup.

14
g.    Lembaga Tamir Masjid Indonesia (LTMI) bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan dan kemakmuran masjid.
h.    Lembaga kajian dan pengembangan sumber daya manusia (LAKPESDAM)
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dalam bidang kajian dan
pengembangan sumber daya manusia.
i.     Lembaga Seni Budaya Nahdlotul Ulama’ (LESBUMI NU) bertugas
melajsanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang seni dan budaya.
j.     Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlotul Ulama’ (LPBH NU)
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang Penyuluhan dan bantuan
hokum.
k.    Jamiatul Quro’wal hiuffad bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’
di bidang pengembangan seni baca dan metode pengajaran dan hafalan Al Qur’an.
2. Lajnah
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ untuk melaksanakan program
Nahdlotul Ulama’ yang memerlukan penanganan khusus.
a. Lajnah Falaqiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah.
b. Lajnah Ta’lif Wanafsir bertugas di bidang penerjemahan, penyusunan dan
penyebaran kitab-kitab menurut faham Ahlussunah Wal Jama’ah.
c. Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang
diwakafkan kepada Nahdlotul Ulama’.
d. Lajnah Waqof Infaq dan Shodaqoh bertugas menghimpun, mengelola dan
mentasarufkan zakat, infaq, dan shodaqoh.
e. Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas dan
memecahkan masalah maudzuiyah dan waqiiyah yang harus segera mendapat kepastian
hokum.

3. Badan Otonom
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlotul ULlama’, khususnya yang berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu yang beranggotakan perseorangan.
1.    Jam’iyah ahli thoriqoh mu’tabaroh annahdiyah, badan otonom yang
menghimpun pengikut aliran thoriqoh yang Mukhtabar di lingkungan Nahdlotul Ulama’.
2.    Muslimat Nahdlotul Ulama’ (Mulimat NU) menghimpun anggota perenpuan
Nahdlotul Ulama’.
3.    Fatayat Nahdlotul Ulama’ (Fatayat NU) menghimpun anggota perempuan muda
Nahdlotul Ulama’.
4.    Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) menghimpun anggota pemuda Nahdlotul
Ulama’
5.    Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) menghimpun pelajar, santri, dan
mahasiswa laki-laki.

15
6.    Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU) menghimpun pelajar, santri dan
mahasiswa perempuan.
7.    Ikatan Sarjana Nahdlotul Ulama’ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum
intelektual di kalangan Nahdlotul Ulama’.
8.    Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlotul Ulama’ yang suka dalam
bidang bela diri pencak silat

D. Ke-AHLUS-SUNAH WAL-JAMA’AH-an

A. Pengertian dan dalil Ahlussunah Wal Jama’ah


Ahlussunah Wal Jama’ah menurut bahasa berasal dari tiga suku kata dalam bahasa
Arab, yaitu :
1. Ahlun ( ‫)ﺍﻫﻞ‬, Berarti kalompok, keluarga, golongan
2. Sunnah (‫ )ﺍﻟﺳﻨﻪ‬Berarti jalan atau ajaran nabi, meliputi perkataan, perbuatan,
Ketetapan Nabi Muhammad SAW.
3. Al jama’ah (‫ )ﺍﻟﺠﻤﻌﻪ‬Berarti golongan mayoritas (umumnya umat islam)
Ahlussunah Wal Jama’ah menurut istilah artinya ajaran islam yang murni
sebagaimana yang diajarkan oleh Rosululloh SAW., bersama para sahabat-sahabatnya
dan para salafu shalih.
Dari pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa Ahlussunah Wal Jama’ah adalah
golongan pengikut ajaran islam yang selalu berpegang teguh pada :
a. Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
b. Sunnah para sahabat khususnya khulafaurrosyidin.
c. ijma’ (kesepakatan para ‘ulama’ terutama masalah khilafiyah memilah pendapat)
dan mengikuti madzab imam mujtahidin, terutama madzab empat (Hanafi, Maliki,
Hambali dan Syafi’i).
d. Qiyas

D. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Aswaja


Pada masa Rasululloh SAW. masih hidup, dikalangan umat Islam kala itu, nyaris tak
ada permasalahan yang berkepanjangan, sebab, Rasulullah selalu dapat
menyelesaikannya dengan baik. Namun, setelah Beliau Wafat, berbagai permasalahan
timbul di kalangan Umat Islam waktu itu, dan tak jarang mengakibatkan pertentangan
yang serius diantara Umat Islam. Sebagai bukti seriusnya pertentangan itu adalah,
wafatnya Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang dibunuh.
Persoalan ini memang persoalan politik, tetapi pada akhirnya merembet pada persolan
‘aqidah, peristiwa ini lah yang sering disebut dengan Alfitnatul Qubro.
Sebagai buntut dari pertentangan antar umat Islam tadi, lahirlah berbagai kelompok
politik yang berkembang menjadi aliran kalam. Hal ini disebabkan dari perdebatan antar

16
kelompok mengenai siapa yang salah, siapa yang benar, siapa yang masuk surga, siapa
yang masuk neraka dan seterusnya.
Pada saat umat Islam sedang kebingungan dikarenakan pergolakan pemikiran politik
dan kalam ini, ada sekelompok orang yang tidak terlibat dengan pertentangan politik dan
masih berpegang teguh pada ajaran tauhid yang telah ditegakkan oleh Rasululloh SAW.,
mereka inilah para pengamal substansi ajaran ahlus-sunnah wal-jama’ah, meski saat itu
belum terlembagakan, namun kelompok ini jumlahnya mayoritas. Para tokoh pengamal
ajaran yang belum bernama ahlus-sunnah wal-jamaah ini diantaranya, Abu Musa Al-
Asy’ari, Hasan Al-Basri (wafat 110 H) dll.
Ajaran aswaja ini, terlembagakan pada masa Imam Al-Asy’ari (260-324 H) dan
Imam Al-M’aturidi (248-333 H). kedua imam ini saling berjauhan, dan tidak pernah
bertemu secara langsung, Imam Asy’ari berada di Basrah dan Imam Ma’turidi di
Khurasan. Namun, keduanya sama-sama memperjuangkan faham kalam ahlus-sunnah
wal-jama’ah dengan doktrin sifat-sifat Allah yang populer dengan sifat 20 atau sifat 13.
Para pengikut kedua Imam ini, kemudian menyebarluaskan ajaran Islam ahlus-
sunnah wal-jama’ah ini, sehingga samapai ke Indonesia dan umat Islam di berlahan dunia
lain, karena faham ini yang mayoritas dipegang oleh umat Islam di dunia.

B. Prinsip-Prinsip yang Dikembangkan Aswaja


Beberapa prinsip yang dikembangkan oleh faham ahlu sunnah wal jama’ah, yang
kemudian diaktualisasikan oleh jam’iyah Nahdlatul Ulama, yaitu :
1. Tawassut (garis tengah) dan I’tidal (garis lurus)
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Dengan sikap ini
NU sulalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan berlaku serta bertindak lurus
dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat
tatoruf/ekstrim (keras).
2. Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan baik masalah keagamaan, terutama hal-
hal yang bersifatfuru’iyah atau masalah khilafiyah serta dalam masalah kemasyarakatan
dan kebudayaan.
3. Tawazun
Sikap seimbang dalam berkhidmat. Menyelaraskan berhidmah terhadap Allah SWT,
hidmah kepada sesama manusia, serta kepada lingkungan hidupnya, menyelaraskan
kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama,  serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat
menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

17
Dalam upaya untuk melestarikan, mempertahankan, mengamalkan dan
mengembangkan ajara ahlus-sunnah wal-jama’ah, Nahdlotul ‘Ulama’ berpegang teguh
pada system bermadzab :
a.    Dalam bidang aqidah mengikuti madzab yang dipelopori imam Abu Hasan Al-
Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidzi.
b.    Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzab empat (Syafi’I, Maliki, Hanafi,
Hambali).
c.    Dalam bidang akhlak/tasawuf mengikuti madzab Imam Junaidi Al-Baghdadi dan
Imam Al-Ghazali.

E. KE-PEMIMPIN-AN

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
1. Menurut Drs. Moh Hatta
Kepemimpinan adalah suatu ilmu yang menyalurkan gagasan baik secara umum
maupun individu untuk kemudian dilaksanakan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Menurut Tanrembaun
Kepemimpinan adalah daya atau kemampuan seseorang dalam mempungaruhi
pikiran orang lain melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan
bersama.
Dari definisi diatas dapat kita tarik kesipulan bahwa definisi kepemimpinan adalah
suatu proses untuk menyalurkan gagasa secara kolektif maupun individu dengan
didukung oleh daya atas kemampuan untuk mempungaruhi orang lain melalui proses
komunikasi untuk kemudian dilaksanakan bersama-sama dalam mencapai tujuan yang di
cita-citakan.

B. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN
Suatu model kepemimpinan memiliki ciri dan karakter masing-masing. Hal ini tak
lepas dari unsur-unsur yang meletar belakangi lahirnya seorang pemimpin dalam suatu
kelompok atau organisasi, diantara unsur-unsur tersebut adalah :
 Kecakapan seorang pemimpin
 Wibawa
 Keturunan
 Kekuasaan
 Kemampuan berkomunikasi
 Kekayaan
 Dan lain-lain.
Beberapa macam kepemimpinan
1.    Otoriter
18
Dalam tipe kepemimpinan ini, jalur koordinasi hanya berlangsung satu arah yaitu
dari atas kebawah. Segala hal yang berkaitan dengan kebijakan hanya ditangani seorang
pimpinan. Bawahan tidak berhak mengajukan usul dan saran. Mereka hanya wajib
menjalankan apa yang telah ditentukan oleh seorang pmimpin. Tipe ini mempunyai
kelemahan apabila sang pemimpin menemui jalan buntu dalam pencarian sebuah solusi
permasalahan organisasi maka organisasi mengalami stagnasi (kemandekan/kefakuman)
dan cenderung cepat mengalami konflik.
2.    Bebas (Liberal)
Sutu tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada
bawahannya untuk mengutarakan pendapat sekaligus mengatur bagaimana pendapatnya
bisa dijalankan bersama, dalam tipe ini koordinasi berlangsung dua arah namun biasanya
bawahan lebih dominant dalam pengambilan keputusan, sehingga seorang pemimpin
terkesan hanya sebagai simbol, jadi anggota memiliki kemampuan yang dominant.
3.    Demokratis
Musyawarah dan kesepakatan anggota menjadi akar dalam perjalanan organisasi,
dalam tipe ini semua yang menjadi permasalahan kelompok dipecahkan dalam sebuah
permusyawaratan anggota. Pemimpin menjadi fasilitator dan yang menjadi kebijakan
adalah kata mufakat.

C. IDEALISME PEMIMPIN
1.    Memiliki kemampuan yang lebih baik
2.    Mampu menjadi motivator, fasilitator dan menjadi seorang kontrol, dinamisator
sekaligus uswah.
3.    Memiliki dedikasi yang tinggi pada organisasi
4.    Memiliki visi kedepan yang baik
5.    Mampu menjadi tauladan bagi anggota
6.    Mampu berkomunikasi dengan baik dengan selruh komponen organisasi
7.    Mampu menjadi innovator
8.    Memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi yang berkembang di
lingkungannya
9.    Bertanggung jawab.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
5 hal yang terkandung dalam materi yang disampaikan dalam MAKESTA diatas
mempunyai keutamaan yang penting dari masing-masing materinya.

19
MARS IPNU

Wahai pelajar Indonesia


Siapkanlah barisanmu
Bertekat bulat bersatu
Di bawah kibaran panji IPNU
Wahai pelajar islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam Negara Indonesia
Tanah air yang ku cinta
Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertakwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai pelajar islam jaya
Tunaikanlah kewajiban yang mulya
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur

MARS IPPNU

Sirnalah gelap terbitlah terang


Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Segala rinyangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada tuhan
Tegak kepala lawan derita
Dimalam yang sepi dipagi yang cerah
Hatiku teguh bagimu ikatan
Dimalam yang hening dihati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga ditaman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri

20
DAFTAR PUSTAKA

http://abinujati.blogspot.com//makesta

http://pkmanutengguli.blogspot.com/p/materi-makesta.html

http://pcipnujombang.blogspot.com/p/ke-ipnu-ippnu.html

21

Anda mungkin juga menyukai