Anda di halaman 1dari 4

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wa barakatuhu *Adzan

Innal Hamda Lillaah, Nahmaduhuu Wa Nasta'iinuhuu Wa Nastaghfiruhu Wa


Na'uudzubillaahi Min Syuruuri 'Anfusinaa Wa Min Syayyi-Aati A'maalinaa Man
Yahdillaahu Falaa Mudhillalahu Wa Man Yudhlil Falaa Haadiyalahu

Asyhadu Anlaa llaaha Illallah Wahdahu Laa Syariikalaahu Wa Asyhadu Annaa


Muhammadan 'Abduhuu Wa Rasuuluhuu Laa Nabiyya Ba'dahu

Allaahumma Shalli 'Alaa Syayyidinaa Muhammadin Wa 'Alaa Aalihii Wa


Shahbihii 'Ajma'iin Ya Ayyuhalladziina Aamanu Ittaqullah Haqqotu Qootihi Wa
Laa Tumutunna Illa Wa Antum Muslimuun

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!

Hadirin Peserta Rohis yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat
dan hidayah Allah SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam; karunia
yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya. Semoga
kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam
keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai kehidupan yang
masih diberikan kepada kita. Sehingga pada kesempatan ini kita masih dapat
beribadah kepada-Nya, dapat mengingat-Nya, serta memuji-Nya.

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!

Pada dasarnya, Allah lah yang berhak atas beragam pujian yang sering kita
ucapkan atau dengar. Melalui kasih sayang-Nya, kita dapat menjalankan
perintah-Nya saat ini dengan sehat dan penuh khidmat. Shalawat dan salam
sudah seyogyanya kita haturkan untuk Nabi kita, Nabi Muhammad saw serta
para keluarga dan sahabatnya. Ketakwaan yang telah dicontohkan oleh
generasi emas Islam tersebut sudah sepatutnya kita teladani pada masa saat ini
juga. Oleh karenanya, khatib mengingatkan kembali kepada para jamaah agar
tidak pernah lupa dan putus asa dalam meningkatkan kualitas ketakwaan di
tengah hiruk-pikuk urusan dunia yang kian tidak menentu dan sulit untuk
diprediksi.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada saat ini kita tengah memasuki
tahun politik. Dalam pekan-pekan terakhir ini, kita memperhatikan diskusi,
gagasan, dan dinamika para calon pemimpin kita. Begitu juga di sekeliling kita
sudah banyak gambar-gambar yang konon katanya menjadi wakil kita dalam
bernegara. Puncaknya adalah pada bulan Februari tahun 2024 nanti yang akan
menjadi titik tolak bagaimana nasib negara ini selama lima tahun ke depan.

Satu hal yang penting disorot dari fenomena ini adalah apa dan bagaimana
situasi dan kondisi pesta demokrasi pada lima tahun silam, tepatnya tahun
2019. Sejenak kita mengingat-ingat kembali pada tahun tersebut. Ya, betul,
pada tahun tersebut media sosial kita dipenuhi dengan keributan, cacian, dan
perkataan-perkataan yang tidak sepantasnya keluar dari kelompok masyarakat
yang menjunjung tinggi norma-norma agama dan etika moral. Bahkan, tidak
sedikit antar sesama sanak saudara, tetangga, dan teman yang terputus
hubungannya hanya perbedaan pilihan politik.

Pertanyaannya: apakah kita akan mengulanginya kembali pada tahun ini?

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!

Setelah pemilihan tahun 2019 itu kita telah melihat apa yang dilakukan oleh
para elit kita di atas sana. Orang bertakwa pasti akan mengambil pelajaran dari
kejadian-kejadian masa lalu. Hal ini sebagaimana diminta al-Quran agar umat
Nabi Muhammad ini harus belajar dari apa yang menimpa pada umat-umat
sebelumnya akibat perbuatan mereka. Allah berfirman dalam al-Baqarah ayat
66:

fa ja'alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau'iẓatal lil-


muttaqīn

Artinya: “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di
masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.”

Begitu juga dalam konteks politik, sudah seyogyanya pada tahun politik saat ini
kita bersikap lebih elegan dan dewasa dibanding tahun politik sebelumnya.
Tidak ada gunanya kita ngotot mendewakan seorang calon tertentu yang malah
mengorbankan kerukunan kita dengan orang-orang sekitar.
Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!
Bila kita melihat cita-cita yang diinginkan Islam, kita akan menemukan banyak
dalil bahwa Islam menyuruh umatnya untuk menjaga persatuan dan menjauhi
perpecahan. Misalnya dalam surat Ali Imran ayat 103 disebutkan:

wa'taṣimụ biḥablillāhi jamī'aw wa lā tafarraqụ ważkurụ ni'matallāhi 'alaikum iż


kuntum a'dā`an fa allafa baina qulụbikum fa aṣbaḥtum bini'matihī ikhwānā, wa
kuntum 'alā syafā ḥufratim minan-nāri fa angqażakum min-hā, każālika
yubayyinullāhu lakum āyātihī la'allakum tahtadụn

Artinya: “Dan berpeganglah kalian semua kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian
ketika dahulu (masa Jahiliyah) kalian bermusuh-musuhan, kemudian Allah
mempersatukan hati kalian, sehingga menjadilah kalian dengan nikmat Allah
sebagai orang-orang yang bersaudara.”

Ayat ini memang hendak memperingatkan para sahabat saat itu, yang awal
mulanya bermusuhan kemudian berdamai dengan sama-sama menganut
agama Islam. Ini menunjukkan bila yang sebelumnya pernah bermusuhan
kemudian bersatu dalam keyakinan, maka disuruh untuk tidak berpecah
apalagi yang telah memeluk agama Islam sejak lahir seperti kita.

cerita

Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!

Dengan demikian, berbeda pilihan politik jangan sampai memutus tali


persaudaraan kita. Justru kita umat Islam mestinya memberikan tauladan
terhadap umat lain di negara ini sesuai tuntunan ajaran agama, bukan
sebaliknya. Apalagi sampai menjadi dalang atau provokator yang membuat
suasana semakin keruh. Sikap-sikap tidak elok yang dipertontonkan oleh
sebagian saudara kita pada tahun 2019 itu tidak boleh kita ikuti jejaknya pada
masa sekarang dan masa-masa selanjutnya.

Barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi
minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa
lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal
ghafuurur rahiim.

*
Alhamdulillah, Alhamdulillaahi Hamdan Katsiiraan Thayyiban Mubaarakatan
Fiihi Kamaa Yuhibbu Rabbunaa Wa Yuriiduh

Wa Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah Wahdahu Laa Syariikalahu


Wa Asyhadu Annaa Muhammadan 'Abduhuu Wa Rasuuluhu Amma Ba'du

Ya Ayyuhalladziina Aamanu Ittaqullah Wa Quluu Qoulan Sadidah


Yushlih Lakum A'malakum Wa Yaghfirlakum Dzunubakum Wa Man Yuti'illaha
Wa Rosulahu Faqod Faaza Fauzan Azhiman

Allaahumma Sholli 'Alaa Muhammadin, Wa 'Alaa Aalihii Waash Haabiihii


Ajmaiin. Alhamdulillahirobbil'alamin. Allohummaghfir, Lilmukminiina
Walmukminaat,
Walmuslimiina Walmuslimaat, Alakhyaaiminhum Walamwaat, Innaka Samii'un
Qoriibummujibudda'awaat.

Robbana Dzolamna Anfusana, Wailamtaghfirlana Watarkhamna Lanakunanna


Minalkhosiriin. Robbana Atina Fidunya Khasanah Wafil Akhiroti Khasanah
Waqina Adzabannar. Walhamdulillahirobbil'alamin. Ibaadalloh, Innalloha
Ya'muru Bil'adli Wal Ihsaani Waiitaaidzil Qurbaa, Wayanha 'Anilfahsyaaii
Walmunkar, Walbaghyi Yaidzukum La'allakum Tadzakkaruun.
Fadzkuruulloohal'adziim Yadzkurkum Wasykuruuhu 'Ala Ni'matihi Yazidkum
Waladzikrullohiakbar.

Akimissalah.

Anda mungkin juga menyukai