MANAJEMEN KOMUNIKASI
PEMASARAN TERPADU
Solusi Menembus Hati Pelanggan
Sri Widyastuti
Penerbit
FEB-UP Press
2018
i
Sri Widyastuti
Pasal 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasannya menurut perundang-undangan
yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
Sri Widyastuti
MANAJEMEN
KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU
Solusi Menembus Hati Pelanggan
Editor:
Mochamad Widjanarko dan Iskandar Hadi
ISBN: 978-602-70083-5-9
ix + 422 halaman
Penerbit:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasila Press
Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
Telp. (021) 7272606, Fax. (021) 7270133
www.univpancasila.ac.id Email: ekonomi@univpancasila.ac.id
iii
Sri Widyastuti
KATA PENGANTAR
iv
Sri Widyastuti
v
Sri Widyastuti
SEKAPUR SIRIH
S egala puji bagi Allah SWT. Sang penguasa semesta alam yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang senantiasa menuntun langkah-
langkah kami menuju perbaikan diri untuk selalu mengharap keridhoan-MU.
Ya Allah, terimakasih telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam
menyelesaikan buku berjudul: Manajemen Komunikasi Pemasaran
Terpadu: Solusi Menembus Hati Pelanggan.
Komunikasi pemasaran terpadu mencakup upaya koordinasi dari
berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran lainnya secara terpadu.
Semakin cepatnya penggunaan media elektronik benar-benar telah menjadi
sebuah fenomena yang tumbuh dengan sangat pesat dan mampu menembus
batas-batas wilayah, budaya, dan kelas sosial Hal tersebut mendorong
berkembangnya pemasaran langsung yang harus diikuti perkembangannya
oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi, termasuk diantaranya
beberapa teknik seperti digital advertising di mana katalog pemasaran
memegang porsi terbesar.
Dalam buku ini akan dibahas bagaimana menggunakan media digital
dapat menganalisis data pelanggan lebih detail. Pemasaran Islam juga
dibahas dalam rangka menjadi panduan untuk menjalankan aktivitas
pemasaran sebagai solusi untuk dapat menembus hati pelanggan.
Menyadari bahwa sesuatu di muka bumi ini tidak ada yang sempurna,
oleh karena itu, saran yang konstruktif sangat diharapkan guna penyusunan
buku yang lebih baik di masa mendatang. Penulis mempunyai harapan dan
semangat ditunjang usaha dan doa, maka atas izin Allah Swt dan bantuan
dari berbagai pihak inshaallah tugas apapun dapat diselesaikan. Penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberi
vi
Sri Widyastuti
Sri Widyastuti
vii
Sri Widyastuti
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar iv
Sekapur Sirih vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Sejarah Komunikasi Pemasaran 2
1.2 Arti Komunikasi Pemasaran Terpadu 6
1.3 Proses Integrasi Kegiatan Komunikasi Pemasaran 21
1.4 Perkembangan Teknologi Komunikasi 28
BAB II : PERENCANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU 37
2.1 Perencanaan Komunikasi 38
2.2 Kesadaran Ciri Khas Merek 53
2.3 AIDA 60
2.4 Perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu 65
2.5 Perencanaan Anggaran Komunikasi Pemasaran 79
BAB III : STRATEGI PEMASARAN DANKOMUNIKASI PEMASARAN 84
3.1 Strategi Pemasaran 85
3.2 Marketing Mix atau Bauran Promosi 96
3.3 Strategi Komunikasi Pemasaran 103
3.4 Memilih Teknik Komunikasi yang Tepat 128
BAB IV : MENENTUKAN TUJUAN KOMUNIKASI 142
4.1 Langkah-Langkah dalam Membangun Komunikasi 137
yang Efektif
4.2 Tujuan Komunikasi Pemasaran 152
4.3 Komunikasi Pemasaran Islami 161
BAB V : MERANCANG PESAN 174
5.1 Proses Kreatif 175
5.2 Desain Isi Pesan 181
5.3 Naskah Rancangan Pesan 195
BAB VI : PERIKLANAN 203
6.1 Pengertian Periklanan 204
6.2 Mengelola Program Periklanan 208
6.3 Merumuskan Tujuan Periklanan 221
6.4 Mengembangkan Daya Tarik yang Efektif 225
6.5 Menetapkan Media dan Mengukur Efektivitasnya 238
6.6 Iklan dalam Prespektif Etika Islam 247
BAB VII : PROMOSI PENJUALAN 262
7.1 Pengertian Promosi Penjualan 263
7.2 Menetapkan Tujuan Promosi Penjualan 268
7.3 Memilih Alat Promosi Perdagangan 277
viii
Sri Widyastuti
ix
Sri Widyastuti
DAFTAR TABEL
Halaman
x
Sri Widyastuti
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hierarki Komunikasi 12
Gambar 1.2 Menjaring Pelanggan 13
Gambar 1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Promosi 15
Gambar 1.4 Saling Melengkapi dalam Mencapai Target Audiens antara 20
Perusahaan-Perusahaan Sejenis
Gambar 1.5 Elemen Dalam Proses Komunikasi 22
Gambar 1.6 Model Proses Integrasi Kegiatan Komunikasi Pemasaran 27
Gambar 2.1 Hubungan Strategi Pemasaran dan Rencana Tahunan 38
Gambar 2.2 Kerangka Persiapan Rencana Pemasaran Tahunan 41
Gambar 2.3 Model AIDA 61
Gambar 2.4 Kerangka AIDA 64
Gambar 2.5 Berbagai Tingkatan Perencanaan 67
Gambar 2.6 PerencanaanTerintegrasi 68
Gambar 2.7 Model DAGMAR 69
Gambar 2.8 Teknik-teknik Komunikasi dan Media yang Tersedia 74
Gambar 2.9 Aplikasi Sarana Promosi 70
Gambar 3.1 Konsep Pemasaran Holistik 89
Gambar 3.2 Bauran Pemasaran 98
Gambar 3.3 Proses Komunikasi Pemasaran 114
Gambar 3.4 Model Proses Komunikasi Pemasaran Terpadu 126
Gambar 3.5 Penilaian terhadap Calon Teknik Komunikasi Utama 130
Gambar 3.6 Matrik Perencanaan Media dari Sudut Pandang Penerima 140
Gambar 6.1 Kelima M Iklan 210
Gambar 6.2 Rumus untuk Mengukur Dampak Iklan terhadap Penjualan 220
Gambar 6.3 Hierarchy TFD MODEL 224
Gambar 6.4 Model Periklanan MCCAS 231
Gambar 6.5 Tawaran Produk Berorientasi Syariah 250
Gambar 7.1 Tujuan Strategi Promosi Penjualan dalam Meningkatkan Penjualan 272
Gambar 7.2 Berbagai Tipe Utama Promosi Penjualan 285
Gambar 8.1 Proses Penjualan 306
Gambar 8.2 Tingkatan Hubungan Dengan Pelanggan 321
Gambar 9.1 Aktivitas Perencanann Sponsorship 346
xi
Sri Widyastuti
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sri Widyastuti 2
Sri Widyastuti
3
wilayah, budaya, dan kelas sosial. Internet telah menjadi bagian dunia global
yang dapat diakses secara universal. Dan situs-situs populer dengan puluhan
ribu pengunjung setiap hari, dalam perkembangannya, media tersebut
mampu menembus tiga atau empat generasi dalam konsep komunikasi
pemasaran.
Sri Widyastuti 4
Sri Widyastuti
5
umum, akan diterima sebagai pemasaran yang efektif, departemen dan biro
iklan sedang mengembangkan jaringan inovasi baru, media pembeli, promosi
manajer, master data base web dan lainnya dalam upaya mencapai
keberhasilan jangka panjang.
Beberapa contoh dampak langsung dari pertumbuhan media iklan
tradisional, yaitu meningkatnya anggaran iklan dari produk perusahaan,
dengan pertimbangan, dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja tidak
cukup untuk menjangkau semua target audiens perusahaan. Juga
pertimbangan bahwa konsumen selalu mengganti saluran televisi pada saat
munculnya commercial break (jeda iklan). Tahun 2000-an, penggunaan
komunikasi produk yang gencar melalui media televisi, tidak memberikan
jaminan bahwa produk tersebut akan diserap dengan cepat oleh pasar. Pada
era terdahulu, iklan televisi memang pernah menjadi raja di dunia pemasaran.
Namun kini bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika
Serikat, kiblat dunia pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan
seiring menurunnya waktu para pemirsa menonton televisi. Tren ini
diperkirakan tidak hanya terjadi di negara-negara Barat saja, juga di negara
berkembang seiring perkembangan teknologi yang mengubah perilaku
masyarakat menonton televisi.
Tren seperti itu mulai menjangkau belahan dunia lain. Untuk
mengatasinya, para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya di semua
lini. 75% konsumen mengambil keputusan dan memilih produk saat berada di
tempat penjualan, sehingga atribut penarik perhatian Point of Purchase (POS)
yang dulu tidak diperhatikan, kini dinilai sangat penting. Iklan televisi pun kini
dinilai sudah tidak mencukupi lagi, dalam artian agensi iklan harus memahami
fenomena ini untuk menciptakan materi POS yang kuat, sehingga bisa
memengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja. Kondisi demikian
membuat pemasar harus selektif dalam memilih media iklan yang efektif serta
efisien untuk meningkatkan ekuitas merek (brand equity) dan meningkatkan
omzet penjualan sebagai hasil dari komunikasi pemasaran yang efektif.
Dalam dunia periklanan, terdapat pembagian dua jenis aktivitas utama
iklan yang dikenal dengan istilah Above The Line (ATL) dan Below The Line
(BTL). (Adiwiijaya dan Djati, 2011). ATL adalah kegiatan iklan dengan
menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran (surat kabar),
Sri Widyastuti 6
majalah, dan billboard untuk menjangkau target audiens secara luas. Sedang
BTL adalah kegiatan iklan dengan menggunakan media yang lebih spesifik di
dalam menjangkau kelompok konsumen tertentu, seperti melalui pembagian
brosur, sampling produk, penyelenggaraan event-event dan lain sebagainya.
Perubahan karakteristik dari perilaku konsumen (consumer behavior) di mana
saat ini konsumen tidak suka ‘dipaksa’ melihat iklan serta tidak efektifnya
penggunaan media iklan tradisional (ATL), menciptakan konsep Integrated
Marketing Communication (IMC) atau yang dikenal dengan istilah Komunikasi
Pemasaran Terpadu.
Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami oleh para produsen dan
pemasar di Indonesia. Prosentase pembagian anggaran komunikasi
perusahaan yang pada umumnya didominasi oleh biaya komunikasi ATL, kini
mulai digeser porsinya dengan mengalokasikan biaya komunikasi untuk BTL.
Pemasar mulai menyadari, kombinasi komunikasi antara ATL dan BTL yang
seimbang, akan mampu menciptakan IMC yang dapat memberikan efek lebih
besar dan kuat. Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan pemasar
dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yang dewasa ini mulai
sering digunakan, adalah dengan menggunakan strategi penempatan merek
(brand placement). Strategi brand placement adalah kegiatan penempatan
nama merek, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam
sebuah film, acara televisi ataupun media bergerak lain untuk meningkatkan
ingatan audiens akan merek tersebut, dan untuk merangsang terciptanya
pembelian. Brand placement adalah strategi komunikasi pemasaran yang
unik. Jika dilihat dari definisi konsepnya, strategi ini dapat digolongkan dalam
kategori BTL, tetapi pada implementasi di lapangan, strategi ini dapat
menjangkau target audiens yang luas layaknya kegiatan ATL.
Sri Widyastuti
7
Sri Widyastuti 8
Sri Widyastuti
9
Sri Widyastuti 10
produk atau jasa harus jelas diferensiasinya, dan pembedaan ini harus
dikomunikasikan kepada kelompok sasaran.
Sasaran afektif:
• Sikap Merek (Brand Attitude). Sikap merek merupakan evaluasi merek
dalam kaitannya dengan preferensi. Sikap merek bisa nantinya menjadi
suatu efek global (‘Saya suka merek ini’) atau suatu evaluasi keyakinan
konsumen yang sudah diartikulasikan.
• Fasilitasi Perilaku atau Pembelian. Fasilitasi pembelian berupa informasi
tentang bagaimana dan di mana konsumen bisa membeli, termasuk
lokasi toko dan metode pembayarannya. Jadi bukan informasi tentang
produk atau merek, tetapi lebih luas menyangkut unsur bauran
pemasaran relevan lainnya, yaitu harga dan distribusi.
• Niatan Perilaku atau Pembelian. Niatan atau intensi tinggal satu langkah
lagi dari perilaku, yaitu rencana konsumen mengunjungi toko tertentu
atau membeli produk atau merek tertentu di masa datang, atau rencana
untuk melakukan perilaku tertentu.
Sasaran perilaku atau konatif:
• Perilaku Pembelian. Sasaran komunikasi bisa diarahkan untuk
mengubah atau menguatkan perilaku pembelian. Perlu diperhatikan
store traffic, patronase toko, pembelian merek tertentu atau perilaku
spesifik lainnya, seperti mengembalikan kartu respons atau panggilan
telepon ke nomor bebas pulsa meminta informasi lebih lanjut.
• Kepuasan Paska Beli. Khusus untuk barang konsumer (fast moving
consumer goods - FCMG), perlu untuk meningkatkan kepuasan
pemakai produk pada merek. Hal ini bisa menjadi tujuan dan ditetapkan
sebagai sasaran komunikasi terpenting dalam merawat konsumen.
Sasaran lain paska-pembelian, yaitu menata pengetahuan merek
pengguna, dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan dan komitmen
konsumen. Kondisi yang ada adalah banyak konsumen cenderung
mencari iklan merek yang baru mereka beli untuk mengurangi disonansi
kognitif, dan mencari pembenaran yang mendukung pilihan mereka.
Sebagian kampanye pemasaran didesain pertama-tama guna
mempengaruhi kognisi dan sikap konsumen, untuk antisipasi dampak iklan
Sri Widyastuti
11
atas perilaku mereka. Sementara saat produk baru akan dilansir, sasaran
utama komunikasi pemasaran umumnya untuk menciptakan kesadaran dan
keyakinan terhadap produk tertentu. Pemasar juga menggerakkan publisitas
produk baru tersebut, dan mengusahakan citra merek positif. Kognisi-kognisi
ini dimaksudkan untuk memengaruhi perilaku penjualan nantinya. Maka
sebelum mendesain strategi komunikasi, pemasar mesti menentukan sasaran
spesifik dan anggaran. Sasaran jangka panjang strategi komunikasi biasanya
untuk memengaruhi perilaku konsumen, terutama patronase toko dan
pembelian merek. Tak jarang, komunikasi didesain untuk memengaruhi
pembelian merek tertentu secara langsung dan segera.
Komunikasi terpadu dilaksanakan secara penuh, apabila sudah
dilakukan identifikasi satu per satu pesan inti yang mengarahkan pada satu
ide kreatif besar dan diimplementasikan pada segala bidang. Komunikasi
terpadu dapat dipertahankan dari waktu ke waktu, apabila dalam
perkembangannya dianggap tepat atau sesuai keadaan dan karakteristik
merek produk yang ada. Contoh, kampanye ‘Kami Mencoba Lebih Baik’ oleh
perusahaan sewa mobil Alvis berjalan selama beberapa tahun, pertimbangan
unsur-unsurnya selama rentang waktu itu menunjukkan konsistensi
pendekatan yang terkontrol dengan jelas dan berhati-hati. Usaha Alvis cukup
berhasil. Setiap berhadapan dengan audiens sasaran, selalu dikatakan ‘Kami
hanya menjadi nomor dua di dunia, maka kami akan terus melakukan upaya
ekstra untuk memenangkan dan menjaga bisnis Anda’.
Di pasar konsumen, Jeans Levi’s juga telah mampu membangun image
dalam pikiran pelanggan. Komunikasi yang dilakukan Jeans Levi’s, baik
melalui iklan pada berbagai media massa (TV, radio, surat kabar, dan
majalah), promosi pada Toserba, maupun melalui teknik-teknik lain, selalu
menyampaikan pesan inti yang sama. Model komunikasi tersebut akan
mudah dimengerti kapan pun kita melihat dan mendengarnya. Hal tersebut
merupakan ukuran integritas yang berhasil. Maka secara sederhana bisa
dipahami, positioning adalah apa yang diinginkan perusahaan dan yang
konsumen rasakan, personality adalah bagaimana perusahaan inginkan
sesuai dengan yang konsumen rasakan tentang merek, sedang propostion
adalah bagaimana perusahaan yakin dapat memunculkan kedua hal lain
tersebut secara bersamaan.
Sri Widyastuti 12
Positioning
Personality
Proposition
Sri Widyastuti
13
promosi dari perusahaan. Orang yang ingin membeli mobil bekas, biasanya
suka sekali mengamati iklan yang ada di media massa, seperti Auto 2000
atau Mobil 88. Namun seringkali orang melewatkan sebagian besar waktunya
di pasar hanya untuk membeli suatu produk. Di sinilah perusahaan
menghadapi satu tantangan komunikasi, bagaimana membangun image
merek dalam pikiran calon pelanggan. Dengan demikian, ini akan menjadi
permulaan yang menguntungkan bagi perusahaan, terutama pada saat
pelanggan berkeinginan menjadi pembeli aktif.
Hal itu bukan pekerjaan mudah, mengingat semakin maraknya jumlah
komunikasi komersial dari waktu ke waktu. Dampaknya, perusahaan sering
mengalami kesulitan menentukan siapa pelanggan sasaran. Pada dasarnya,
tidak ada istilah tunggal (single). Solusi yang ada pada sebuah pesan
menggambarkan sebuah merek yang menawarkan manfaat riil, yang
disampaikan melalui ide kreatif, sikap konsisten dan seringkali cukup
membuat pelanggan dapat dengan mudah untuk mengingatnya.
Pameran Sponsor
Humas Pengemasan
Poin
Penjualan Promosi Penjualan
Petunjuk Kegiatan
Bidang Periklanan
Berkenaan anggaran, dalam hal ini hanya sedikit anggaran yang dapat
mempertahankan frekuensi penyebaran komunikasi melalui iklan eksklusif,
untuk menyampaikan satu pesan penting di antara banyak pesan yang ada.
Meskipun anggaran terbatas, beberapa merek tetap tersebar di mana-mana.
Mereka melakukan hal itu dengan memahami bagaimana pasar
Sri Widyastuti 14
Sri Widyastuti
15
Strategi
Anggaran
Legalitas
Promosi
Sri Widyastuti 16
Sri Widyastuti
17
yang cukup kompleks ini, perusahaan akan memperoleh manfaat yang jauh
lebih besar.
Kelompok audiens sasaran yang sudah diseleksi, memerlukan janji dan
realisasinya dari pihak perusahaan. Janji inilah yang dalam istilah pemasaran
disebut dengan ‘positioning’, yang merupakan tindakan perusahaan untuk
merancang produk dan bauran pemasaran agar menciptakan kesan tertentu
dalam diingatan konsumen. Positioning produk/ jasa yang hendak
dikomunikasikan harus jelas, unik, spesifik dan sulit ditiru pesaing, sehingga
dapat memberikan identitas pribadi untuk produk itu sendiri. Identitas yang
unik dan jelas, akan lebih mudah dikomunikasikan oleh pemasar dan lebih
mudah pula dipahami audiens sasaran.
Namun menentukan positioning produk tidaklah mudah. Perusahaan
harus dapat melihat diri sendiri terlebih dulu, untuk menemukan keunggulan
kompetitifnya. Setelah itu barulah menemukan keunggulan kompetitif yang
tentunya memiliki nilai jual untuk dijadikan identitas utama, sekaligus
merupakan positioning dari produk/ jasa perusahaan itu sendiri. Ini akan sulit
dilakukan, bila perusahaan tidak pernah mengembangkan kompetisinya,
bahkan tidak pernah memikirkan positioning produknya.Positioning yang
jelas, unik dan spesifik merupakan sumber utama perumusan materi pesan
dari sebuah program komunikasi pemasaran. Hal-hal yang hendak
disampaikan pemasar kepada audiens sasaran, merupakan hasil
pengembangan dari unsur-unsur yang terkandung dalam positioning
produknya.
Dengan demikian, materi pesan dan positioning produk, berada dalam
satu garis. Dalam segala kegiatan pemasaran, positioning dimaksud harus
menjadi unsur yang paling menonjol, sehingga audiens sasaran menangkap
positioning dimaksud; positioning produk merupakan janji pemasar kepada
audiens sasarannya. Melalui pesan yang dikomunikasikan kepada audiens,
pemasar sedang menawarkan janji dimaksud kepada audiensnya. Janji itu
adalah janji yang sama dengan positioning produk tadi, yang mewarnai
seluruh unsur dalam sebuah program komunikasi pemasaran.
Oleh karena itu, ketepatan dan kejelasan dalam perumusan positioning
produk atau jasa, turut menentukan ketepatan dan kejelasan penyusunan
pesan komunikasi pemasaran. Pesan yang jelas dan spesifik, akan lebih
Sri Widyastuti 18
Sri Widyastuti
19
dalam hal ini sangat bermanfaat untuk positioning secara keseluruhan. Sony
juga melakukan pemisahan (spin-off) dari positioning yang dinilai cukup
konsisten: kekuatan merek telah membuat Sony, meskipun melakukan
kesalahan namun tidak sampai merusak posisi pasar.
Masyarakat, barangkali, akan teringat sebuah merek video-tape yang
tidak mendapat kepercayaan pasar. Mereka tentu masih ingat Betamax,
sistem video yang akhirnya kandas di tengah jalan. Meskipun mengalami
kegagalan, namun Betamax tidak sampai merusak posisi Sony. Kekuatan
merek seperti dimiliki Sony, tidak datang secara tiba-tiba. Perusahaan
memerlukan perjuangan panjang dan terencana; sebuah proses yang
menuntut strategi terpadu, terutama dalam hal pemeliharaan merek.
Membangun merek yang kuat, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Perlu ada konsistensi sepanjang waktu sampai merek tersebut benar-benar
’tertanam’ dalam ingatan pasar sasaran. Berapa lama waktu yang diperlukan
untuk membangun suatu merek, sangat bergantung pada anggaran yang
ada.
Harus diingat, bahwa komunikasi terpadu bukanlah komunikasi yang
membosankan dan monoton. Seperti yang berkembang saat ini, banyak
kampanye dikemas khusus dan dilakukan secara konsisten selama bertahun-
tahun, dengan tetap mengacu standar kualitas tinggi. Di bidang pemasaran,
setiap perusahaan juga sudah mampu tampil dengan sangat mengesankan,
dan pesan yang disampaikan sudah sangat variatif. Mereka tetap berpegang
teguh pada positioning inti dan karakteristik merek. Jadi, hanya rencana
kampanye yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Penting juga
untuk dicatat, bahwa setiap perusahaan tentu tidak sama dalam
menyampaikan pesan-pesan produknya.
Misalnya merek Lucozade, merek menjadi sebuah ‘oleh-oleh’ informasi
yang diberikan kepada setiap sanak keluarga, atau memberikannya pada
anak yang sedang sakit. Lucozade kemudian menghubungkan antara masa
muda dan penyakit. Namun, saat ini Lucozade mengubah orientasi dan
menciptakan sebuah merek terbaru, yakni merek untuk tahun 90-an. Disini,
Lucozade telah melakukan pemunahan fundamental dengan hasil yang
sangat memuaskan, terutama dalam positionong dan personalitas merek.
Lucozade merupakan contoh perusahaan yang memiliki kemampuan
Sri Widyastuti 20
Cabang A Cabang C
Pasar
Otomotif
Cabang B
Sri Widyastuti
21
Proses integrasi ini akan sedikit lebih kompleks, jika diterapkan pada
pasar Business-to-Business (B-to-B). Pada pasar B-to-B,sebuah perusahaan
sering merupakan nama merek itu sendiri, kecuali untuk merek-merek produk
khusus. Namun demikian, sebuah merek perusahaan biasanya sering
berubah-ubah tingkat kebutuhan dan integrasinya, sesuai perkembangan
aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, kunci utamanya adalah bagaimana
perusahaan melihat dinamika pasar. Integrasi menjadi penting terutama jika
ada konsistensi audiensnya. Gambar 1.4 merupakan contoh perusahaan-
perusahaan induk dan cabang, sedangkan lingkaran menggambarkan total
audiens bisnis.
Pasar sasaran penting untuk bisnis secara keseluruhan, maka
komunikasi dengan audiens biasanya diintegrasikan secara menyeluruh
dalam perusahaan. Contoh, semua perusahaan tersebut bergerak di bidang
pemasaran otomotif, meskipun tidak sedikit perusahaan cabang mereka
memiliki bidang lain sebagai alternatif. Dalam sebuah organisasi dagang yang
anggotanya merupakan perusahaan-perusahaan cabang dengan pasar
berbeda, maka hanya khalayak yang ada pada level perusahaan: pemegang
saham, analisis dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dipastikan,
integrasi semacam itu tidak banyak membawa manfaat. Setiap cabang layak
diperlakukan sebagai sebuah hak pemegang merek sendiri (Brannan, 2004)
Hal penting yang harus selalu diperhatikan dan dipelajari oleh produsen
ataupun pemasar dalam proses komunikasi pemasaran, yaitu proses
terciptanya sebuah komunikasi. Dengan pemahaman mendasar dan awal
tersebut, maka pemasar dapat menyusun konsep komunikasi pemasaran
dengan baik. Terdapat dua pihak yang utama dalam komunikasi yaitu sender
dan receiver. Dua alat komunikasi yang utama adalah message dan media.
Empat fungsi komunikasi yang utama adalah encoding, decoding, response,
dan feedback. Unsur paling akhir dalam sistem komunikasi yaitu noise.
Sender adalah pihak yang berperan dalam menyampaikan pesan
kepada pihak lain. Merupakan pusat yang mengidentifikasikan sasaran dan
mengembangkan tujuan komunikasi. Receiver adalah pihak yang berperan
Sri Widyastuti 22
Message
Sender
Encoding
Decoding
Receiver
Media
Media
Noise
Feedback Response
Sri Widyastuti
23
Sri Widyastuti 24
Sri Widyastuti
25
Sri Widyastuti 26
Sri Widyastuti
27
Direct
Response
Sales
Advertising TARGET Promotion
AUDIENCE
Communications Positioning
Budgets
Model pada gambar 1.6 di atas dapat diketahui, bahwa proses untuk
mengintegrasikan kegiatan komunikasi pemasaran, dilakukan dengan cara
mengintegrasikan elemen-elemen komunikasi pemasaran, yaitu advertising,
direct response, sales promotion, public relation, dan personal selling untuk
mengomunikasikan pesan kepada target audiens. Sehingga setiap elemen
Sri Widyastuti 28
Sri Widyastuti
29
Kini mayoritas barang yang menjadi andalan bisnis online adalah yang
berkaitan dengan gaya hidup (lifestyle) seperti fashion dan clothing, produk
kecantikan dan kesehatan, serta teknologi dan gadget. Revolusi internet telah
masuk dalam berbagai aspek kehidupan, demikian juga dengan dunia
pemasaran. Dengan bekal komputer dan telepon, kegiatan pasar virtual
terbuka selama 24 jam, tujuh hari dalam sepekan untuk menyediakan hampir
semua kebutuhan dan untuk semua orang. Berbagai terminologi telah
digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas pemasaran dengan menggunakan
internet atau alat-alat elektronik. Yang paling popular adalah electronic
commerce (e-commerce), yaitu dengan menargetkan konsumen dengan
mengumpulkan dan menganalisa informasi bisnis, melakukan transaksi
konsumen, dan mempertahankan hubungan online dengan konsumen melalui
jaringan telekomunikasi. Dampak internet sebagai media komunikasi tidak
dapat dihindari lagi. Generasi yang lahir di era 1980 ke atas, dapat dipastikan
terekspos dengan berbagai teknologi digital melalui telepon seluler, komputer
hingga internet. Pertumbuhan penggunaan internet sebagai media promosi
pun terus mengalami perkembangan. (Hariningsih, 2013)
Pada beberapa tahun terakhir, pemasar yang menggunakan internet
sebagai media promosi meningkat secara agresif, sehingga mulai menggeser
penggunaan media iklan tradisional seperti radio, televisi, surat kabar dan
majalah. Ini adalah evolusi dalam pemanfaatan internet sebagai media iklan.
Pemasaran online (e-marketing) merupakan komponen dari e-commerce
yang fokus kepada pelaku pasar. Pemasaran online adalah proses strategi
dalam membuat, mendistribusikan, mempromosikan, dan memberikan harga
serta pelayanan yang baik kepada target market melalui internet atau media
digital.
Terdapat empat saluran dalam pemasaran online:
1. Website perusahaan. Terdapat dua tipe website perusahaan.
Pertama, corporate website, tujuannya untuk meningkatkan visibilitas,
promosi produk atau jasa, serta memberikan informasi kepada pihak
lain yang memiliki ketertarikan terhadap produk atau jasa
perusahaan. Kedua, marketing website, tujuannya untuk
meningkatkan pembelian yang dilakukan oleh pengunjung (visitor).
2. Iklan pada website lain. Selain menggunakan website perusahaan
Sri Widyastuti 30
Sri Widyastuti
31
Sri Widyastuti 32
Sri Widyastuti
33
Sri Widyastuti 34
Sri Widyastuti
35
Sri Widyastuti 36
karena target audiens dapat dilihat sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Pesan iklan yang ditampilkan pun akan bersifat tersirat dalam konten yang
menarik. Dan seiring dengan berkembangnya teknologi, maka pemahaman
agensi terhadap hal baru pun ikut berkembang.
Dengan menggunakan data target audiens yang diperoleh dengan
menggunakan media digital dan menganalisis mereka dengan lebih detil,
maka digital agency mampu mengevaluasi kampanye iklan yang sudah
dilakukan dengan melihat penayangan pada video di youtube maupun yang
masuk pada website pribadi pengiklan. Maka dengan media digital itu, akan
lebih memudahkan agensi mencapai target sasaran dan mencapai tujuan
yang diinginkan. Hubungan baik pun dapat dibangun oleh produk ataupun
jasa dengan konsumennya. Melalui sosial media, interaksi langsung dengan
target audiens juga dapat dilakukan. Hal tersebut akan membuat target
audiens merasa terikat dengan produk maupun jasa yang ditawarkan. Ini
akan memotivasi target audiens untuk menggunakanannya, sehingga tujuan
untuk meningkatkan penjualan terhadap produk atau jasa, bisa tecapai.
Pada akhirnya, perusahan bisa menggunakan layanan media digital
advertising untuk memasarkan produk maupun jasa dan dapat membantu
dalam melakukan interaksi dengan audiences, serta mengawasi campaign
yang sedang dilakukan sampai kurun waktu yang telah ditentukan pemilik
produk atau jasa dengan agensi yang sudah bekerja sama. (*)
Sri Widyastuti
BAB II
PERENCANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU
37
Sri Widyastuti 38
yang kohesif dan efektif. Setiap elemen yang terdapat pada bauran
pemasaran, bersifat multidimensional, sehingga memerlukan pengambilan
keputusan dalam berbagai bidang. Dan setiap elemen dalam bauran
pemasaran, harus mempertimbangkan dan memberikan kontribusi terhadap
keseluruhan program komunikasi pemasaran terpadu, produk, merek,
kemasan, harga, dan distribusi.
Rencana
Pemasaran
Penyesuaian
Tahunan
Kegiatan
Pemasaran
Evaluasi Implementasi
Sri Widyastuti 39
Dalam proses itu, perencanaan komunikasi menjadi penting
peranannya. Perencanaan komunikasi juga sering diaplikasikan dalam
kerangka penyebaran informasi yang efektif dan efisien. Analisis dan
pemilihan strategi, berusaha menentukan tindakan alternatif yang paling baik,
dalam membantu perusahaan mencapai misi dan tujuannya. Strategi, tujuan
dan misi perusahaan, ditambah dengan informasi audit eksternal dan internal,
memberikan landasan untuk menciptakan serta mengevaluasi strategi
alternatif yang masuk akal.
Rencana pemasaran memainkan peranan penting, sebagai dasar dari
implementasi dan pengendalian, yang memperlihatkan tindakan strategis apa
sasaran yang hendak dicapai dan bagaimana sasaran itu dicapai. Rencana
dapat bervariasi pada lintas fungsional organisasi dalam hal cakupan dan
perinciannya. Proses perencanaan harus didasarkan atas analisis produk,
pasar dan segmen, struktur industri yang kompetitif dan competitive
advantage yang dimiliki. Informasi tersebut membimbing manajemen dalam
menentukan sasaran dan posisi. Hubungan antara strategi pemasaran dan
rencana tahunan jangka pendek, ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Siklus
perencanaan bersifat kontinu. Dan rencana yang dibuat harus dikembangkan,
dilaksanakan, dievaluasi dan disesuaikan untuk mempertahankan strategi
pemasaran agar tepat sasaran.
Strategi umumnya diperpanjang di atas satu tahun. Manajemen dapat
memfasilitasi implementasi dengan mengembangkan suatu rencana tahunan,
untuk membimbing kegiatan pemasaran jangka pendek. Proses perencanaan
dapat dipandang sebagai serangkaian rencana tahunan yang dibimbing oleh
strategi pemasaran, sehingga terdapat hubungan rencana pemasaran
dengan rencana perusahaan dan unit bisnis. Itu diselaraskan dengan
frekuensi kegiatan perencanaan yang bervariasi di antara perusahaan dan
kegiatan pemasaran. Penentuan target pasar dan strategi positioning,
biasanya tidak mengalami perubahan berarti dalam program tahunan yang
dibuat. Perubahan spesifik dalam hal strategi produk, distribusi, harga dan
promosi dapat dimasukkan dalam rencana tahunan. Masa perencanaan
tahunan melibatkan beberapa kegiatan yang dapat diselesaikan dalam kurun
waktu 12 bulan atau kurang, sementara keputusan dan perencanaan strategis
berskala besar, ditentukan lebih dari satu tahun.
Sri Widyastuti 40
Konsep perencanaan, misalnya, untuk sebuah produk baru yang akan
diperkenalkan ke pasar pada tahun depan. Rencana jangka pendek bagi
pengenalan produk itu, hendaknya mencakup hasil yang diharapkan,
sasaran, tindakan, tanggung jawab, serta jadwal secara lengkap. Rencana
harus rinci dengan batas waktu yang jelas, rencana produksi, program
pengenalan pasar, tindakan periklanan, pelatihan pegawai, dan informasi lain
yang perlu bagi peluncuran produk baru tersebut. Rencana juga hendaknya
menjawab serangkaian pertanyaan: apa, kapan, di mana, siapa, bagaimana
dan mengapa bagi setiap sasaran tindakan penyelesaian dalam perencanaan
jangka pendek.
Tabel 2.1 Tanggung Jawab dalam Pesiapan Perencanaan
Produsen
Jabatan dengan Tanggung Produk Produk Prusahaan
Jawab Utama Industri Konsumen Pelayanan
(N=140 ) (N=100) (N=25) (%)
(%) (%)
Direktur Pemasaran 34 17 36
Wakil Direktur Pemasaran atau 25 29 12
yang setara
Manajer Produk, Manajer Merek 15 23 -
Manajer Umum, termasuk divisi 11 8 36
operasional
Jabatan penjualan, periklanan, 6 9 4
penelitian pemasaran
Pejabat perencanaan, tidak 6 6 -
termasuk perencanaan
pemasaran
Pejabat perencanaan 3 7 8
pemasaran
Komite (tim) - - 4
100 100 100
Sumber: Hopkins (1981)
Sri Widyastuti 41
dan direktur pemasaran akan mengevaluasi serta menggabungkan rencana-
rencana itu menjadi sebuah operasional pemasaran (Hopkins, 1981).
Format dan isi perencanaan tergantung pada ukuran organisasi,
tanggung jawab manajerial perencanaan, cakupan produk dan pasar, serta
faktor situasional lainnya. Area yang umumnya tercakup dalam sebuah
rencana pemasaran, ditunjukkan dalam Tabel 2.1. Target pasar dapat
menjadi fokus rencana pemasaran. Audit strategis pemasaran dapat
digunakan sebagai daftar evaluasi rencana pemasaran.
Sri Widyastuti 42
menanganinya berdasarkan produk atau merek. Perusahaan lain
berdasarkan line produk, target pasar, atau pelanggan yang spesifik.
Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pembentukan unit
perencanaan, di samping mencakup produk spesifik, lini produk, atau bauran
program pemasaran adalah: pertama, melayani target pasar yang sama
(yang berkaitan).Kedua, menggunakan strategi positioning dan program
pemasaran yang sama.Ketiga, berbagai bauran program pemasaran yang
sama, seperti saluran distribusi, periklanan serta sales force. Keempat,
ukuran unit perencanaan yang dapat mewakili formulasi dan implementasi
strategi, dapat memfasilitasi analisis, perencanaan dan manajemen.
Unit perencanaan dapat menyesuaikan dengan rancangan organisasi
pemasaran. Target pasar dapat mempertajam fokus perencanaan produk
baru, dan mungkin produk tersebut membutuhkan rencana yang berbeda
karena beberapa hal di bawah ini:
1. Prosedur persetujuan rencana produk baru mungkin berbeda dari
rencana produk yang sudah ada.
2. Ada kemungkinan terjadinya perbedaan waktu antara pengenalan
produk yang baru dan rencana produk yang sudah ada.
3. Promosi serta kegiatan pemasaran lainnya mungkin berbeda
antara produk yang baru dan produk yang sudah ada.
4. Kemungkinan rencana produk baru mengandung berbagai aspek
yang terkandung dalam rencana produk yang sudah ada.
Selanjutnya adalah merencanakan komunikasi yang harus dimulai
dengan mengetahui tujuan perusahaan mencari pasar, tidak sekadar
membangun segmen kunci, namun juga semua tenaga pendukungnya.
Beberapa sektor pasar yang dipilih, akan terdapat satu tenaga penggerak di
dalamnya. Ini merupakan salah satu alasan mengapa beberapa pemain
utama perusahaan dapat tetap eksis di sektor khusus atau niche market.
Meskipun demikian, jenis pemahaman mendalam yang direkomendasikan di
sini, akan mengidentifikasi tenaga penggerak utama dan khusus pada
masing-masing segmen. Penggunaan tenaga penggerak sebagai basis
segmentasi pemasaran, memiliki efektivitas tinggi.
Selanjutnya, perlu dipahami, bahwa dasar dari segala sesuatu adalah
pemahaman tentang pasar. Apa yang dicari pelanggan dari kategori khusus
Sri Widyastuti 43
yang dipilih perusahaan? Pasar detergen, misalnya. Kunci pendorongnya
barangkali terdapat pada salah satu dari dua hal berikut: keyakinan rasional
bahwa detergen membersihkan kain lebih putih dan kebutuhan emosional
untuk merasakan bahwa menggunakan produk tersebut membuat kita
rnenjadi orang tua atau pasangan yang bijak. Di pasar komputer bisnis,
permintaan rasional kita barangkali terletak pada kapasitas penanganan data
yang lebih tinggi atau peningkatan produktivitas personalia. Kebutuhan
emosional dapat dilihat sebagai sesuatu yang modern, atau diibaratkan
sebagai yang senior dalam organisasi. ‘Sayalah satu-satunya yang memiliki
laptop multimedia’.
Maka dalam menjalankan komunikasi pemasaran, perlu memilih dan
menentukan target pasar. Target pasar adalah memilih satu atau beberapa
segmen konsumen, yang akan menjadi fokus kegiatan pemasaran dan
promosi. Market share dalam pengertian yang lebih spesifik dan dari sudut
pandang pemasaran, yakni bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan
potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu, yang mungkin
bersedia dan sanggup untuk melibatkan diri dalam proses pertukaran, guna
memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Dengan demikian,
besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan,
mempunyai sumber daya yang diminati orang/ pihak lain, dan bersedia
menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi
keinginan mereka. Seringkali, targeting disebut dengan selecting karena
audiences harus diseleksi.
Perusahaan harus memiliki kesungguhan memfokuskan kegiatan pada
beberapa segmen saja dan meninggalkan bagian lainnya. Target konsumen
berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk
menjangkau kelompok-kelompok atau segmen-segmen tertentu dalam
masyarakat. Target pasar mempunyai fungsi sekaligus menyeleksi
konsumen sasaran sesuai dengan kriteria tertentu, untuk menjangkau
konsumen sasaran tersebut (reaching). Salah satu upaya untuk mengenali
pasar dengan baik, adalah melalui kegiatan segmentasi pasar. Segmentasi
pasar merupakan suatu proses menempatkan konsumen ke dalam
sub kelompok, yang memiliki respons sama terhadap suatu program
pemasaran (Cravens & Piercy, 2013).
Sri Widyastuti 44
Setelah memutuskan segmen pasar mana yang akan dimasuki,
perusahaan harus memutuskan ‘posisi’ apa yang ingin ditempati dari segmen
itu. Positioning produk adalah cara produk ditetapkan oleh konsumen
berdasarkan beberapa atribut penting yang diduduki produk di ingatan
konsumen, dalam hubungan dengan produk pesaing. Selanjutnya positioning
memegang peranan yang sangat besar dalam strategi pemasaran, setelah
melakukan analisis pasar dan analisis pesaing dalam suatu analisis internal
perusahaan (total situation analysis).
Dengan demikian, tak ada pasar yang dibentuk melalui upaya
pencangkokan. Karena itu, pemahaman tentang pasar harus menyangkut
seluruh segmen kunci di dalam pasar, kendati untuk mengetahui bagaimana
kondisi pasar, tidaklah mudah. Positioning merupakan tindakan perusahaan
untuk merancang produk dan bauran pemasaran, sehingga tercipta kesan
tertentu dalam ingatan konsumen. Harapannya, konsumen dapat memahami
dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan
para pesaingnya.
Keputusan pemilihan target pasar sendiri, merupakan titik vokal dari
strategi pemasaran, dan menjadi dasar dalam menentukan tujuan dan
pengembangan strategi positioning. Oleh karena itu, strategi positioning
merupakan strategi utama dalam meningkatkan kekuatan posisi pasar
perusahaan di suatu pasar tertentu dibanding pesaing-pesaingnya. Definisi di
atas mengandung pengertian, bahwa positioning berorientasi pada pikiran
atau persepsi konsumen. Sehingga positioning adalah usaha untuk
menemukan suatu celah di benak konsumen, agar konsumen mempunyai
image khusus terhadap produk atau merek produk/ jasa atau bahkan
terhadap perusahaan. Perusahaan perlu mengindentifikasi posisi pesaing,
dan memutuskan mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau
mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan dekat dengan
pesaingnya, maka perusahaan harus menyeleksi dan kemudian mencari
perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri.
Menurut Kotler & Armstrong (2008): “Positioning was the act of
designing the company’s offer so that it occupies a distinct and value placed
in the target customer mind”. Maknanya, dalam mencari ‘posisi’ di dalam
pasar, perlu langkah-langkah yang dilakukan perusahaan setelah
Sri Widyastuti 45
menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain, positioning
merupakan tindakan (langkah-langkah) produsen untuk mendesain citra
perusahaan dan penawaran nilai, di mana konsumen di dalam suatu segmen
tertentu mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen itu,
serta mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan
dibandingkan dengan pesaingnya.
Biasanya, perusahaan sama sekali tidak sedang berhubungan dengan
para pelanggan prospektif senang menyampaikan pendapatnya tentang
produk atau layanan perusahaan. Maka perusahaan harus benar-benar
memahami kondisi psikologis pasar secara keseluruhan, dan mengidentifikasi
emosi-emosi tak terucap yang menunjukkan adanya seleksi merek produk
atau jasa khusus. Perusahaan dapat memahami emosi mereka melalui
umpan balik. Namun, upaya ini memerlukan tenaga penjualan atau jaringan
distribusi khusus. Sayangnya, banyak pendapat yang tidak rasional, sehingga
sulit bagi kita untuk memenuhinya.
Memang dalam banyak kasus, tenaga penjualan jarang dapat
memenuhi konsumen akhir, karena hanya berhubungan dengan jaringan
distribusi. Untuk merespons dan memenuhi keinginan itu, perlu riset,
termasuk di dalamnya mengadakan wawancara dengan audiens sasaran.
Proses ini dapat membantu mempersempit definisi target pasar, sehingga
upaya pemasaran menjadi lebih terfokus. Strategi ini sekaligus merupakan
upaya menuju positioning yang optimal terhadap apa yang harus dtawarkan
oleh perusahaan.
Argumentasi yang dibangun, bahwa dunia kini dilanda over komunikasi,
terjadi ledakan barang, media, maupun iklan. Akibatnya pikiran para prospek
menjadi ajang pertempuran. Oleh karenanya, agar berhasil dalam suatu
masyarakat yang over komunikasi, perusahaan apa pun, sebaiknya mampu
menciptakan suatu posisi yang mempertimbangkan tidak hanya kekuatan dan
kelemahan perusahaan sendiri, juga kekuatan dan kelemahan pesaingnya
dalam pikiran prospeknya. Itulah sebabnya, rancangan dasar ‘positioning’
tidak lagi sekadar menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
lainnya, tetapi memanfaatkan dengan cerdik apa yang ada dalam pikiran, lalu
mengkaitkan hubungan-hubungan yang telah ada. Ini mengingat pikiran
manusia juga memiliki tempat bagi setiap keping informasi yang telah dipilih
Sri Widyastuti 46
untuk disimpan.
Sementara itu, pikiran konsumen sering dianologikan sebagai benteng
terakhir pertahanan melawan riuhnya komunlkasi, serta tempat menyaring,
menerima atau menolak informasi yang ditawarkan. Apabila pikiran
konsumen telah terbentuk, biasanya perusahaan lain mengalami kesulitan
merubahnya, apalagi pesaingnya tidak tinggal diam melakukan repositioning.
Konkretnya, satu hal pokok yang perlu dilakukan dalam usaha membakukan
pesan dalam pikiran seseorang, adalah sama sekali bukan yang
berhubungan dengan pesannya, tetapi justru pikiran itu sendiri. Pikiran yang
bersih adalah pikiran yang belum dipoles oleh merek-merek lain. Sehingga
secara luas, peranan positioning merupakan sistem yang terorganisasi
sedemikian rupa dalam upaya menemukan suatu hal yang tepat, pada waktu
yang tepat, dalam pikiran seseorang.
Setelah memahami apa yang sebenarnya sedang diinginkan dan
dibutuhkan pasar, perusahaan akan mengubah cara komunikasi dalam
penawaran manfaat produk dan jasanya. Kemudian, apa saja manfaat utama
yang bisa ditawarkan kepada pasar. Maka, manfaat paling unik harus
diletakkan pada urutan pertama. Selanjutnya, perusahaan perlu memusatkan
perhatian pada bidang-bidang yang memiliki keuntungan kompetitif, dan
memasukkannya dalam daftar sesuai kekuatan dan daya saingnya.
Bidang yang diyakini memiliki posisi daya saing terbaik, harus
disesuaikan dengan tenaga penggeraknya, serta harus menempati posisi
puncak dalam daftar kebutuhan pelanggan. Jika ini berjalan dengan baik,
perusahaan mesti mencari bidang terkuat berikutnya. Demikian seterusnya,
sampai menemukan kecocokan. Namun, proses ini tidaklah semudah yang
dibayangkan. Pada kenyataannya, para pelaku pasar sering dihadapkan pada
promosi produk 'tiruan' yang hampir menyerupai produk aslinya, sehingga
sulit dibedakan mana yang asli dan mana yang tiruan.
Inilah tantangan bagi perusahaan, yaitu bagaimana mengetahui apakah
pelanggan benar-benar kritis dan memahami produk yang asli, atau
sebaliknya, yang berarti hilangnya kesempatan keberhasilan produk/ jasa
yang dihasilkan. Contoh, ice cream Haagen Dazs sebagai kasus peniruan
sebuah produk, Brannan (2005). Untuk mengantisipasi kasus itu, perusahaan
ice cream Haagen Dazs meluncurkan sebuah produk bermutu tinggi, yang
Sri Widyastuti 47
dibuat dengan bahan-bahan 'yang sesungguhnya' agar tetap memiliki
kekuatan bersaing dengan merek dari berbagai perusahaan ice cream
berteknologi tinggi lain yang telah mendominasi pasar. Positioning yang
orisinal mencakup cita rasa yang tinggi dan aroma yang eksklusif. Segalanya
diupayakan, untuk memantapkan positioning, termasuk merek produknya.
Haagen Dazs merupakan sebuah hasil penelitian pemasaran yang produknya
dikenal memiliki cita rasa eksotis dan mantap. Tidak seperti ice cream pada
umumnya, Haagen Dazs tidak hanya disukai anak-anak, juga orang dewasa.
Keberhasilan ini memicu munculnya banyak ice cream Haagen Dazs tiruan di
pasaran.
Melihat mereknya dipalsukan, pemiliki merek kemudian menempatkan
merek tersebut lebih kuat, khususnya di segmen pasar orang dewasa.
Apalagi saat ini ice cream tidak lagi menjadi barang istimewa. Setiap orang
bisa dengan mudah mendapatkannya. Dalam iklan, makan ice cream kerap
dianggap sebagai pengalaman makan yang bernilai sensual tinggi, dan sering
diilustrasikan sebagai bentuk 'wanita cantik' dan sebagainya. Pemalsuan
merek ini memang menjadi masalah yang sangat penting, karena akan
menghilangkan unsur logis merek itu sendiri sebagai basis positioning
rasional guna meningkatkan persaingan. Untuk itu, perlu dibangun kembali
pengaruh merek, melalui pemahaman unsur-unsur emosional pembelian
sesuai segmen kuncinya.
Suatu pandangan tentang merek, secara holistik memberikan bobot
sesuai dengan apa yang kita tawarkan, baik secara emosional maupun
rasional, diperlukan dalam melakukan analisis persaingan. Oleh karena itu,
ketika perusahaan hanya terlalu terfokus pada sifat fisik penawaran, maka
kemungkinan besar perusahaan akan kehilangan beberapa pilihan positioning
yang lebih penting. Jika sejalan dengan kebutuhan pasar, maka positioning
bisa menjadi lebih kuat, sehingga ada kemungkinan perusahaan mampu
merebut segmen pasar yang lebih prospektif. Namun jika yang terjadi
sebaliknya, yakni tidak memberikan pengaruh apa pun pada merek, maka kita
patut bertanya, apakah harus bertahan menginvestasikan dana komunikasi
pada merek khusus. Sebab, dana untuk keperluan komunikasi merek akan
lebih bermanfaat apabila diinvestasikan pada pengembangan merek yang
benar-benar diinginkan pasar. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan pula
Sri Widyastuti 48
untuk mengernbangkan produk baru sesuai keinginan pasar dan kemampuan
perusahaan.
Pada kenyataannya, baik produk, jasa, merek, dan bahkan perusahaan
akan melalui serangkaian kegiatan dan pembentukan perilaku untuk
membangkitkan citra dalam ingatan pelanggan, yang disertai harapan-
harapan mereka. Pendekatan untuk mengidentifikasi positioning, pada
dasarnya sama dengan yang telah digambarkan sebelumnya. Kendati
demikian, di samping melihat kategori produk yang terbatas, kita perlu
mencari motivator di sektor pasar secara menyeluruh. Di sinilah perusahaan
memerlukan pernyataan positioning yang lebih banyak. Tantangannya
sekarang adalah, bagaimana positioning yang cukup luas ini akan mencakup
seluruh penawaran tetap tajam serta tetap memberi kesempatan untuk
meraih keuntungan kompetitif. Di sini pula perusahaan mungkin akan
dihadapkan pada sejumlah pilihan positioning.
Oleh karena itu, perusahaan harus menguji kekuatan sifat-sifat
positioning, serta menilai masing-masing pilihan terhadap sifat-sifat tersebut.
Jika perusahaan menentukan kekuatan daya saingnya, maka untuk
mempermudah perencanaan komunikasi kepada audiens, perlu melakukan
positioning yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
ü Strategis
Positioning harus bersifat strategis, bukan hanya untuk solusi jangka
pendek atau periklanan saja. Misalnya, ketika perusahaan melihat
permasalahan pesaing adalah dalam hal suplai jangka pendek, maka
perusahaan tidak serta merta memutuskan akan mendirikan perusahaan
pengiriman paling cepat. Meskipun pada tingkatan taktis, ini bisa
merupakan pesan khusus yang harus kita sampaikan di bawah payung
seluruh positioning. Perusahaan harus memiliki perencanaan
komunikasi pemasaran dengan positioning yang luas dan jangka
panjang.
ü Tulus ikhlas
Ternyata tidak mudah memindahkan satu positioning ke positiong yang
lain secara akurat, dalam rangka mengefektifkan biaya karena
banyaknya 'suara' persaingan yang menyerang target pasar kita. Di lain
pihak, menggabungkan berbagai masalah untuk membangun posi-
Sri Widyastuti 49
tioning yang multi-aspek akan sangat mahal dan berbahaya bagi
perusahaan. Dikatakan mahal karena perlu mengeluarkan banyak biaya,
padahal mengandung sisi bahaya, karena bisa membingungkan
audiens. Perusahaan harus fokus dalam perencanaan komunikasi
pemasaran yang tulus ikhlas, dengan perencanaan biaya yang matang.
ü Menuntun pelanggan
Sifat positioning ini lebih banyak diterapkan pada pasar bisnis dan
produk berteknologi tinggi. Para pelaku pasar seringkali tertarik dengan
perkembangan teknologi. Sayangnya, pasar jarang sekali memiliki
keinginan serupa. Di awal perkembangan komputer (PC), misalnya,
pasar menganggapnya sebagai 'teknologi ajaib', meskipun dalam jumlah
yang relatif kecil. Mereka menyukai semua data teknis dalam
pengerjaan suatu produk. Pasar smartphone dan berteknologi tinggi
juga menggambarkan karakteristik yang sama. Namun lambat laun,
produk-produk semacam itu mengalami penurunan harga, bahkan
membuang pendapatan yang sudah ada di tangan.
Pasar mengalami perubahan, demikian juga audiensnya. Jadi, kini
sangat riskan rnenempatkan produk-produk berkualitas rendah di
tengah keunggulan teknis. Kesalahan umum yang sering terjadi di pasar
industri, yaitu menempatkan merek-merek perusahaan secara
keseluruhan sebagai produk, sehingga secara riil mengabaikan
pengaruh emosional dalam pembelian. Kuncinya menjamin bahwa
positioning dikembangkan dari sudut pandang kebutuhan pelanggan.
ü Dapat disampaikan
Perusahaan harus mampu memberikan alasan produk secara rasional,
atau minimal mendekati rasional, sebelum produk dikomunikasikan ke
pasar. Merek harus menjadi bagian dari kekuatan perusahaan. Klaim
Audi, yaitu 'Vorsprung Durch Technik' tidak akan berpengaruh apapun
jika produk mobilnya bukan merupakan hasil dari kemajuan teknologi.
Dengan kata lain, kredibilitas akan sulit diraih, jika secara teknis, produk
yang dihasilkan tidak memiliki kekuatan model yang kompetitif.
Demikian juga slogan ‘Berani Kotor itu Baik’ pada iklan Rinso. Iklan ini
menimbulkan kontroversi, karena apa yang dikatakan sangat
bertentangan dengan kebiasaan masyarakat yang selalu
Sri Widyastuti 50
mengutamakan kebersihan dan keindahan. Namun slogan itu
merupakan pembeda dengan produk deterjen lain, yang rupanya
mampu menarik perhatian audiens. Faktanya, perusahaan
mengomunikasikan bahwa kotoran yang biasa dihindari, adalah sesuatu
hal yang tidak perlu ditakuti, karena dapat ditanggulangi dengan Rinso
yang bisa membersihkan baju yang kotor.
ü Berlapang dada
Multi-produk atau merek perusahaan memiliki perbedaan yang cukup
signifikan dengan produk atau jasa tunggal yang ditawarkan. Misalnya
jasa asuransi, berpijak dari definisinya, harus mampu melindungi
berbagai aktivitas yang lebih luas. Meskipun proses analisis ini tidak
begitu berpengaruh, namun dalam banyak aspek bisa menjadi semakin
sulit. Sekarang perusahaan harus menganalisis kebutuhan pelanggan
dengan basis yang lebih luas. Apa sebenarnya yang dapat membuat
orang setia pada Toyota atau BMW, yang berarti akan bisa
meningkatkan penjualan dari model ke model sepanjang umur
hidupnya? Ini bisa dipahami, setidaknya dalam hal nilai merek.
Pada BMW, promosi lebih difokuskan pada merek, bukan model.
Namun demikian, tidak dijelaskan mengapa seorang pengemudi memilih
pindah dari Toyota ke Pajero. Juga, tidak dijelaskan mengapa banyak
juga pengemudi tetap setia pada Toyota yang memiliki berbagai model
dan semuanya sangat berbeda. Bahkan, bukan hanya beda model, juga
beda mobil. Persoalan merek dan model sangat penting dalam upaya
mendapatkan positioning yang lebih baik dan komprehensif. Juga, untuk
mengantisipasi berbagai persoalan yang timbul di pasar. Di sini, dituntut
adanya kemampuan menyeluruh untuk meng-upgrade produk dengan
mudah. Sama seperti Toshiba yang mampu memberikan bukti, yang ini
bisa diibaratkan membawa sebuah laptop dengan cap tertentu. Tipe
merek ini sangat umum dalam pemasaran bisnis. Sama halnya seperti
di jalan raya: Setiap merek supermarket memenuhi syarat. Faktor harga,
kesesuaian, dan citra diri produk atau jasa yang mampu mengarahkan
pilihan, di mana pelanggan akan mendapatkannya untuk berbelanja.
ü Berada di atas
Sifat positioning sangat berkaitan erat dengan hierarki tenaga
Sri Widyastuti 51
pendukung di pasar. Positioning merek, perlu memiliki kemampuan
menangkap pikiran pelanggan. Paling tidak harus dapat menangkap
beberapa sektor yang 'berada di atas'. Merek menggambarkan nilai
yang ditawarkan dan mempunyai peranan penting bagi konsumen
dalam menetapkan pilihannya. Oleh karena itu, persaingan merek kini
begitu dominan. Merek dianggap sebagai aset perusahaan yang paling
berharga. Merek berkontribusi sangat penting bagi jalannya sebuah
industri, apapun bentuknya. Merek mempunyai berbagai peran, di
antaranya: merek yang sukses dapat menjadi penghambat munculnya
merek-merek baru yang mewakili produk-produk dari pesaing, menjadi
pembeda dengan produk lainnya, serta sebagai alat bagi perusahaan
untuk mencapai nilai ekonomis.
Motivator utama pasar sabun detergen, yaitu kemampuan mencuci
pakaian lebih bersih. Namun, belum tentu sebuah merek yang sekadar
memosisikan diri mampu 'mencuci pakaian lebih bersih’ memiliki daya
saing lebih besar ketimbang para pesaing lainnya.
ü Khusus
Perusahaan perlu mencari positioning yang berbeda dari para pesaing.
Di sini, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, yakni membangun
posisi ’mengamati’, ’meniru’, dan ‘memodifikasi’ di pasar. Jika seorang
pesaing telah melakukan tugasnya dengan baik, maka hampir bisa
dipastikan, bahwa uang yang keluarkan perusahaan tidak akan
sebanding dengan manfaat yang diraih. Rasanya sulit diterima bahwa
minuman manfaat yang kita raih. Rasanya sulit diterima minuman ringan
mengalahkan Coca-Cola sebagai `sesuatu yang nyata’. Sangat jelas,
bahwa pemahaman tentang persaingan merupakan unsur dasar dalam
pengembangan positioning.
ü Berkelanjutan
Positioning bukan hanya bersifat sementara, melainkan berkelanjutan
sepanjang kehidupan perusahaan. Namun dalam pemasaran, 'waktu’
bukanlah hal yang mutlak, karena perlu dihubungkan antara definisi
waktu dengan keadaan merek yang dimiliki perusahaan. Jika kita
berada di pasar untuk jangka waktu yang relatif pendek, maka waktu
satu atau dua tahun adalah sudah cukup. Namun demikian, saat ini sifat
Sri Widyastuti 52
merek seperti itu sudah sangat langka. Untuk membangun merek yang
kuat, diperlukan biaya besar; inilah yang diperlukan perusahaan agar
bisa tetap bertahan. Dengan merek yang kuat dan kokoh, perusahaan
bisa mengambil keuntungan dari investasi.
Perusahaan perlu memastikan, setiap positioning mampu bertahan
selama beberapa tahun. Contoh, sangat tidak tepat jika sebuah
perusahaan kertas yang memilih memasarkan produk di bawah satu
‘payung’ merek, membangun positioning merek dalam ukuran
pemanfaatan teknologi terbaru. Pabrik dibangun untuk membayar
kembali kerugiannya selama 20 tahun lebih, sedangkan proses up-date
jarang dilakukan, karena memakan biaya besar dan cenderung
merugikan. Sebuah pabrik yang dibangun satu atau dua tahun,
sesudahnya mungkin akan menggunakan teknologi yang lebih canggih.
Namun ini justru membuat posisi merek imajiner kita tidak berlaku lagi,
dan mengharuskan adanya investasi baru untuk proses repositioning.
Demikian pula halnya, melakukan positioning suatu merek karena
perusahaan tersebut telah meluncurkan produk yang revolusioner, akan
menimbulkan banyak masalah. Sebaliknva, sebuah organisasi seperti
Apple, mendaftarkan ratusan paten setiap tahunnya, dapat rnemperkuat
positioning 'inovasi’ serta mempertahankannya sepanjang waktu. Saat
memilih satu bidang yang cukup kompetitif sebagai basis pembangunan
merek, perusahaan harus yakin, bahwa pilihan itu memiliki validitas
jangka panjang.
ü Menggerakkan
Aspek terpenting dari setiap positioning, yaitu harus bisa memotivasi
para pelanggan potensial agar semakin menyukai merek perusahaan
dibanding merek pesaing. Oleh karenanya, positioning harus didasarkan
pada motivasi audiens yang telah digali berdasarkan penelitian.
Idealnya, penelitian yang dilakukan perusahaan harus mampu
menangkap aspek-aspek pilihan audiens, baik secara emosional
maupun rasional. Poin ini sangat berhubungan erat dengan perlunya
menuntun pelanggan. Fuji Film X-A5 akan menjadi kamera X Series
pertama yang akan ditemani dengan lensa zoom elektroik pertama
untuk X Mount dari perusahaan. Dengan bobotnya yang ringan dan
Sri Widyastuti 53
bentuknya yang kompak, kamera ini menjanjikan mekanisme zooming
yang mulus, melintang dari sudut lebar 23 mm hingga 67,5 mm, sesuai
untuk pengambilan gambar, baik group shot maupun potrait.
Kecanggihan teknologi memang bisa memperkuat positioning, namun
bukan unsur penunjang utamanya.
ü Katalisator
Karena ini adalah buku tentang komunikasi, maka tidak boleh
mengesampingkan sifat positioning terakhir: apakah positioning yang
kita lakukan tampaknya dapat memberikan solusi kreatif terbaik? Jika
positioning tidak bisa memainkan peranannya sebagai sebuah
katalisator, maka kampanye yang cenderung dipaksakan akan
berbahaya, yakni terbukanya rahasia yang selama ini terjaga dengan
baik. Sekalipun seorang pemenang telah muncul dari proses ini, namun
pada tingkatan terakhir ia tetap harus memiliki kebijakan penjaminan
(insurance) yang baik, sebelum menjalankan dana untuk
pengembangan kampanye. Di sini, kita dapat memanfaatkan jasa para
peneliti berpengalaman, untuk menguji pernyataan positioning tersebut
serta memberikan ulasan yang kita butuhkan agar diperoleh hasil
maksimal di pasaran.
Sri Widyastuti 54
akan memberikan kepuasan. Harga premium yang dibayarkan konsumen
untuk suatu merek inilah, yang akan menjadi sumber keuntungan bagi
perusahaan.
Kotler & Keller (2009), menjelaskan, kesadaran merek (brand
awareness) menggambarkan keberadaan suatu merek di dalam pikiran
konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan
biasanya mempunyai peranan kunci di dalam ekuitas merek. Meningkatkan
kesadaran merek, merupakan mekanisme untuk memperluas pasar merek, di
mana semakin tinggi kesadaran merek, maka akan semakin banyak
konsumen yang mengenali produk tersebut.
Pengetahuan merek merupakan rangkaian lengkap asosiasi merek,
yang berhubungan dengan ingatan jangka panjang konsumen. Asosiasi
merek sendiri merupakan titik informasi yang diaktivasi oleh nama merek.
Bisa dikatakan, bahwa pengetahuan merek adalah sejauh mana konsumen
familiar dengan merek (Erna, 2008). Artinya, jika konsumen memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap produk yang dianggap baik, maka tidak
menutup kemungkinan terjadi pembelian yang berkelanjutan, karena
sehubungan dengan ingatan positif dalam pikiran atau benak konsumen.
Kesadaran merek merupakan kesanggupan calon pembeli dalam mengenal,
dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori
produk tertentu (Durianto, dkk 2004).
Peran kesadaran merek dalam membantu merek, bisa dipahami dengan
melakukan penelitian bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai.
Nilai-nilai tersebut adalah jangkar yang menjadi acuan asosiasi lain, familiar
atau rasa suka, substansi atau komitmen. Selanjutnya, Aaker (2004),
mengemukakan, bahwa kesadaran merek (brand awareness) menunjukkan
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk atau
merek tertentu. Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek, tergantung pada
tingkat akan pencapaian kesadaran yang ada dibenak konsumen. Pengukuran
kesadaran merek yang banyak dipakai adalah recall dan recognition, baik
menggunakan alat bantu (aided) maupun tanpa menggunakan alat bantu (anaided).
Dalam hal ini tidak sekadar menjadi merek pertama yang disebut atau yang diingat
konsumen (name awareness), namun terciptanya asosiasi khusus antara nama
Sri Widyastuti 55
merek dengan produk tertentu. Adapun kelemahan utama kesadaran merek, terletak
pada dampak ukuran merek dan skala aktivitas promosi yang sangat dominan.
Sementara brand strength dalam konteks preferensi atau sikap positif konsumen
terhadap merek yang bersangkutan tidak bisa banyak terungkap (Fandy, 2011).
Menurut Erna (2008), merek yang sering dibeli oleh keluarga, biasanya
akan membuat seluruh anggota keluarga memiliki kesadaran yang tinggi akan
keberadaan merek. Walaupun itu adalah merek yang tidak terpikirkan oleh
konsumen, namun nama merek akan menetap dalam ingatan konsumen,
karena tingginya frekuensi anggota keluarga melihat merek yang sama.
Semakin sering merek dilihat dan digunakan anggota keluarga, maka ingatan
konsumen akan semakin kuat.
Pembelian yang dilakukan konsumen pada saat sekarang, akan
berdampak pada pengetahuan merek dan menemukan citra merek, sehingga
berdampak langsung terhadap pembelian konsumen, dan kesadaran merek
mempunyai efek tidak langsung terhadap pembelian konsumen. Perilaku
yang sekarang adalah pembelian dan menggunakan merek sebagai
pengalaman, dan perilaku di masa depan yang diramalkan dengan
mempertimbangkan merek sebagai rujukan pembelian (Khan, et al. 2012).
Pengetahuan adalah sebuah hasil dari pengertian dan informasi dengan
konteks khusus. Pengetahuan juga didefinisikan sebagai keseluruhan
perasaan dan kemampuan yang individu gunakan dalam menyelesaikan
masalah. Pengetahuan memungkinkan individu dan organisasi untuk
membentuk dan menggagas ide serta informasi yang baru, lebih dari sekadar
pengalaman dan nilai-nilai. Pengetahuan merek didasarkan pada komunikasi
terus menerus dengan konsumen, yang sudah memperoleh pemahaman
nyata terhadap produk ataupun jasa. Pengetahuan dan keyakinan merek
lebih bersifat ekstensif dibandingkan dengan hanya kesadaran merek, karena
sudah lebih lengkap dan merupakan pengetahuan tentang ciri khas, benefit,
dan makna merek tertentu. Pengetahuan merek meliputi kesadaran merek
dan citra merek. Pelanggan yang dipengaruhi oleh pengetahuan merek dan
citra merek akan berpengaruh pada pembelian pelanggan, dan kesadaran
merek secara tidak langsung mempengaruhi pembelian pelanggan (Khan, et
al. 2012).
Proses terciptanya kepercayaan merek didasarkan pada pengalaman
Sri Widyastuti 56
konsumen terhadap suatu merek. Pengalaman terhadap merek akan menjadi
sumber bagi konsumen bagi terciptanya rasa percaya pada merek.
Pengalaman ini akan memengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi,
penggunaan atau kepuasan secara langsung dan kontak tidak langsung
dengan merek (Erna, 2008). Kepercayaan adalah variabel kunci dalam
mengembangkan keinginan yang tahan lama, untuk terus mempertahankan
hubungan jangka panjang dengan merek tertentu. Kepuasan dan
kepercayaan memainkan peran berbeda dalam memprediksi intensitas
konsumen di masa yang akan datang. Kepercayaan terbentuk, ketika salah
satu pihak memiliki keyakinan pada keandalan dan integritas dengan mitra
pertukarannya. Kepercayaan penting bagi konsumen, karena kepercayaan
akan membantu mengurangi pengorbanan waktu dan risiko konsumen
terhadap merek (Muhammad & Amjad, 2013).
Kepercayaan merek berarti konsumen pada umumnya bersedia untuk
mengandalkan kemampuan merek yang dipilih dalam menjalankan fungsinya
(Chaudhuri & Holbrook, 2002). Kepercayaan pada merek, akan
memungkinkan konsumen menyederhanakan proses pemilihan merek, dan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan pembelian
produk atau jasa tertentu. Kepercayaan terhadap merek dapat pula
mengurangi pembelian yang tidak pasti, sehingga merupakan keuntungan
yang dapat diperoleh dari kepercayaan merek. Hal lain yang berkaitan
dengan niat beli, yaitu kepercayaan merek (brand trust) dinilai hal yang
sangat penting dimiliki oleh konsumen. Apabila seorang konsumen sudah
percaya terhadap produk perusahaan, maka ia akan tergantung terhadap
merek produk perusahaan tersebut (Wu, et. al. 2008).
Dengan adanya kepercayaan merek, konsumen dapat memiliki loyalitas
dalam menggunakan merek tersebut. Oleh karena itu, banyak perusahaan
bersaing untuk memberikan kualitas dalam bidang teknologi. Adanya
persaingan yang semakin ketat itu, menjadikan perusahaan lebih focus pada
upaya mempertahankan konsumen dengan memberikan nilai positif, seperti
kualitas dan inovasi produk yang baik, agar kepercayaan yang sudah tercipta
akan terus terjaga. Di sini terlihat perlunya perusahaan mendesain produk
atau jasa yang benar-benar rnerniliki potensi memenangkan persaingan. Tipe
analisis ini tidak hanya diterapkan pada merek produk, namun dapat pula
Sri Widyastuti 57
diterapkan pada merek perusahaan.
You C-1000 orange water, minuman beraroma jeruk dengan ‘semangat’
sesuai keinginan pasar, merupakan contoh positioning yang berhasil. Selain
You C-1000, minuman ringan lain seperti Pocary Sweat juga telah berhasil
mencapai positioning yang cukup baik, karena tema ’aplikasi ilmu penge-
tahuan’-nya dengan tetap mengedepankan teknologi modern dan
menggantikan ion tubuh yang hilang. Volvo juga membuka segmen pasar
mobil tertentu melalui positioning keamanannya. Maka tidak menutup
kemungkinan, meskipun relatif jarang, dapat menciptakan motivator baru
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Lainnya, deterjen Daia Softener.
Detergen ini memiliki formula khusus yang memberikan bau segar dan harum
pada pakaian setelah dicuci. Deterjen Daia Softener diposisikan tidak hanya
dapat mencuci, juga menghilangkan berbagai bau yang tertinggal pada
pakaian. Begitu juga dengan Walkman. Sony mampu berjalan lebih cepat
meninggalkan para pesaingnya dan menciptakan pasar baru. Dalam hal ini,
motivator sebenarnya mengikuti peluncuran produk pertama dalam kategori
baru.
Apabila perusahaan memasarkan merek yang hanya meliputi merek
tunggal, perusahaan bisa secara langsung mengembangkan strategi
kampanye. Namun demikian, seringkali ini sulit dilakukan, karena suatu
merek tidak hanya merek tunggal, melainkan mencakup serangkaian produk
atau jasa, atau bahkan rnerupakan merek perusahaan di mana positioning
harus tetap berjalan dengan baik bagi perusahaan secara keseluruhan.
Melihat banyaknya atribut merek, menjadikan perusahaan perlu
melakukan komunikasi dan edukasi pasar untuk menciptakan kesadaran
pada konsumen, di mana kesadaran yang baik akan memunculkan niat beli
yang akan dilakukan konsumen di masa mendatang. Dengan adanya
kesadaran yang sudah tertanam di benak konsumen, akan lebih mudah
melakukan pembelian, karena tidak terlepas dari kepercayaan yang muncul
saat konsumen memahami, dan berasumsi positif pada produk yang
dianggapnya telah memberikan manfaat.
Timbulnya kepercayaan merek pada konsumen, berkaitan dengan
komunikasi yang memberikan pengetahuan yang diterima konsumen, di
mana pengetahuan itu menjadikan konsumen berkeinginan membeli produk
Sri Widyastuti 58
tersebut. Pentingnya komunikasi yang memberikan pengetahuan merek yang
timbul, menjadikan konsumen lebih berhati-hati dalam memilih produk yang
akan dikonsumsi (digunakan). Ketika perusahaan melakukan penelitian
tentang motivasi pasar, maka penelitian pesaing seharusnya mengidentifikasi
ciri khas merek lain di sektor perusahaan. Perlu bagi perusahaan menentukan
ciri khas yang menjadi target, sebagai bagian akhir dalam menentukan
positioning. Sebagaimana dicontohkan pada penelitian positioning untuk
suatu produk yang berhubungan dengan keamanan rumah tangga, seperti
CCTV.
Positioning rasionalnya cukup jelas, produk tersebut membuat rumah
lebih aman ketimbang berbagai jenis produk masa kini atau mendatang. Hal
ini ni cukup valid dan rneyakinkan, paling tidak untuk produk-produk yang
dapat diprediksi mulai sekarang. Sebagian besar kriteria yang pernah dicoba
sebelumnya, sudah memenuhi kriteria yang ditentukan. Sayangnya, seringkali
ekspresi kata-katanya terasa dingin, sehingga pernyataan emosional dan
personalitas menjadi kurang mengena. Secara emosional, apa yang dapat
ditawarkan merek tersebut adalah berkurangnya perasaan terancam bagi
rurnah tangga dan keluarga. Namun, ini perasaan emosional yang cenderung
negatif. Selangkah lebih maju dan bersahabat dalam mengatasi rnasalah ciri
khas merek ini, yang dilakukan tim kreatif perusahaan adalah merupakan
ringkasan presentasi yang digambarkan sebagai 'Happy Castles’.
Pernyataan yang sangat jelas ini tidak hanya bisa dijadikan alasan
rasional untuk membeli, juga meningkatkan kedekatan secara emosional,
sehingga mengetahui apa yang diinginkan orang dari produk-produk tersebut.
Tentunya ini sangat berbeda dengan sifat 'macho’ yang biasanya berkaitan
erat dengan produk-produk keamanan. Dari sini, kita dapat belajar cara
mendapatkan wawasan (pengetahuan) dari sebuah penelitian, untuk
rnengarahkan kita ke positioning efektif, yang secara jelas membedakan
merek perusahaan dengan para pesaing, yang pada gilirannya akan
mengarah pula pada sebuah usul yang berfungsi sebagai katalisator untuk
solusi kreatif imajinatif.
Berikut ini adalah sebuah hipotesis perkembangan sebuah personalitas
untuk merek perusahaan komunikasi, yang menawarkan bentuk-bentuk
layanan yang dikelola dengan baik, seperti integrasi beberapa teknologi ke
Sri Widyastuti 59
dalam satu jaringan. Memang lebih mudah untuk memahami aspek
positioning ini dalam konteks produk konsumen, namun juga akan berlaku
pada pada positioning bisnis pelayanan.
Di bawah adalah contoh positioning merek perusahaan komunikasi:
Sifat-sifat rasional:
• Mapan dan kondisi finansial berkecukupan.
• Dikenal di pasar dan memilki reputasi baik.
• SDM dan keterampilannya relevan.
• Memiliki referensi yang baik pada semua kelompok klien.
Sifat-sifat emosional:
• Bersahabat.
• Mudah berkomunikasi.
• Cerdas dan menyukai tantangan.
• Meniadakan batas-batas.
Berbagai penjelasan di atas, dapat disusun atau dikonfirmasi melalui
penelitian dengan para pelanggan yang ada. Para pelanggan dapat
membantu mengungkap bukti-bukti ’realitas’, dan hal itu menjadi basis
positioning perusahaan. Gambaran yang diberikan para pelanggan adalah,
perusahaan inovatif dan menyukai tantangan, bukan berdasarkan pilihan
'aman’. Pelanggan yang memiliki alasan seperti ini, jelas tidak akan pernah
bisa menjadi partner bisnis ideal. Menurut mereka, segmen yang paling
berhasil adalah yang terdiri dari para pengambil keputusan yang sudah
mempersiapkan segala risiko dengan menggunakan solusi teknologi terbaru.
Jadi, tidak menggunakan tipe konservatif yang harus menunggu sampai
sebuah solusi terbukti kebenarannya.
Mempertemukan antara tuntutan pasar dengan apa yang disampaikan
perusahaan. dapat mengarahkan ke satu pernyataan positioning. Misal:
‘Solusi terpadu untuk mereka yang menciptakan masa depan’. Pernyataan itu
akan memicu pula empati melalui citra diri. Namun pada saat yang sama,
prospek akan merasionalisasi pernyataan dengan mengutip unsur solusi yang
terintegrasi. Pernyataan semacam itu, dalam pasar bisnis, juga menyangkut
ciri khas merek. lni merupakan upaya inovatif dalam menyampaikan solusi
permasalahan, selain juga menetapkan aturan dalam mencari cara baru
Sri Widyastuti 60
melakukan sesuatu. Boleh dibilang sebagai seorang ‘pemberontak kreatif’
dengan cara yang positif pula. Jika produk yang dihasilkan perusahaan
termasuk yang memengaruhi produk tunggal, perusahaan dapat mulai
melangkah menuju pembangunan sebuah strategi komunikasi, karena pada
dasarnya positioning dan personalitas merupakan proposisi penyelenggaraan
kampanye.
Meskipun demikian, jika positioning ini yang harus mencakup seluruh
bagian produk dan jasa, atau bahkan seluruh perusahaan, maka perlu
mengubah positioning tersebut menjadi serangkaian produk dan jasa yang
saling terkait. Juga, perlu menyesuaikan bagian-bagian khusus dari total
audiens.
2.3 AIDA
Sri Widyastuti 61
yang paling umum dari promosi, berhubungan pada klaim yang berlebihan.
Jika iklan atau penjual menyatakan bahwa produk yang dimiliki merupakan
produk terbaik yang ada, apakah pernyataan itu hanya merupakan
pendapat pribadi atau harus didukung dengan bukti nyata. Dalam melakukan
promosi, perusahaan harus merancang atau mendesain pesan-pesan
menjadi efektif. Idealnya, pesan harus mendapat perhatian (attention),
mempertahankan minat (interest), membangkitkan hasrat (desire), dan
meraih tindakan (action). Kerangka kerja itu dikenal sebagai model AIDA.
Hanya sedikit pesan yang membawa konsumen dari kesadaran sampai
pembelian. Kerangka kerja AIDA, menyarankan kualitas pesan baik yang
diinginkan (Kotler & Armstrong, 2012).
ATTENTION
INTEREST
DESIRE
ACTION
AIDA adalah salah satu teori dasar yang banyak dipakai di dunia
marketing, sebagai tahapan yang harus diingat dalam proses penjualan
sebuah produk atau jasa (Duncan, 2008). Menurut model ini, alat promosi
harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat,
membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Teori keputusan
pembelian dalam model AIDA dijelaskan dalam empat tahap:
1. Tahap Menaruh Perhatian (Attention), adalah tahapan di mana
perusahaan harus bisa membuat para konsumen sadar akan
keberadaan produk atau jasa perusahaan. Tahap ini merupakan
proses awal, di mana seseorang mulai memilih, mengetahui dan
memahami suatu informasi yang diterimanya, menjadi sadar dan tahu
akan adanya suatu produk atau jasa tertentu. Proses di mana
konsumen memilih informasi di lingkungan untuk menafsirkannya.
Sri Widyastuti 62
Juga, titik di mana konsumen menjadi sadar akan rangsangan
tertentu (Peter & Olson, 2010). Perlu disadari bahwa produk itu ada,
apa adanya, apa fungsinya, dan mungkin juga di mana dan kapan
tersedia, mengambil perhatian audiens dan menginformasikan
pelanggan potensial tentang produk, baik menggunakan promosi
iklan cetak, radio, TV, atau jaringan personal lainnya. Di samping, itu
juga menetapkan kesadaran konsumen terhadap produk.
2. Tahap interest, yaitu tahap di mana seseorang mulai tertarik untuk
mengetahui lebih jauh lagi tentang suatu produk, keunggulannya,
sampai manfaat apa yang bisa diperoleh dari produk tersebut, apakah
sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada tahap ini, seseorang tidak
lagi pasif dalam kesadarannya, namun sudah mulai aktif
mempertimbangkan kebaikan dari produk tersebut bagi dirinya.
Setelah berhasil meraih perhatian konsumen, harus dilakukan follow
up yang baik. Tahapan ini lebih banyak dalam memberikan informasi
produk, membujuk dan mampu memberikan alasan kenapa
konsumen harus membeli produk yang ditawarkan, menciptakan dan
merangsang minat pelanggan serta menciptakan pemahaman akan
manfaat produk, dalam kaitannya dengan kebutuhan pelanggan.
Kemudian fokus pada bagaimana produk memenuhi kebutuhan
mereka, memindahkan calon pelanggan dari kesadaran pasif ke
pertimbangan produk yang lebih aktif. Proses ini juga menjelaskan
apa fitur khusus yang dimiliki produk, manfaat apa yang ditawarkan
kepada konsumen, bagaimana mungkin ia memenuhi beragam
kebutuhan dan keinginan konsumen. Setelah itu konsumen akan
mengembangkan reaksi terhadap produk, biasanya menguntungkan
atau tidak menguntungkan.
3. Tahap Desire, merupakan tahap di mana seseorang sudah mulai
menentukan sikapnya terhadap suatu produk yang disukai. Mulai
timbul kecocokan dengan kebutuhannya, keharusan dan keyakinan
untuk menggunakan produk tersebut dibandingkan dengan produk
lain. Tahapan dengan memberikan penawaran yang tidak dapat
ditolak si konsumen, agar timbul keinginan (hasrat) untuk membeli
produk atau jasa. Konsumen menunjukkan sikap yang baik terhadap
Sri Widyastuti 63
produk, terutama dalam hubungan persaingan dengan produk. Tahap
ini membangkitkan hasrat untuk produk di atas segala keinginan dari
produk kompetitor (Marketing Presentation-Aida & Dagmar, 2006),
menciptakan keinginan konsumen untuk membeli, menghubungkan
manfaat produk dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam
periklanan harus menunjukkan kepada konsumen, bahwa ada produk
tersedia yang akan memuaskan kebutuhan mereka, dan mereka
dapat memuaskan kebutuhan itu dengan membeli produk.
4. Tahap Memutuskan untuk aksi membeli (action), yakni tahapan di
mana si konsumen mengambil tindakan untuk mulai membeli produk
atau jasa perusahaan sekarang. Ini adalah tahap akhir, di mana
seseorang mulai mencari dan membeli produk tersebut (purchase
decision). Di sini memperlihatkan tindakan pelanggan yang cepat
dalam arti tindakan yang dicari adalah agar pelanggan membeli
produk (Marketing Presentation-Aida & Dagmar, 2006). Konsumen
benar-benar tertarik, dan secara aktif mencari produk dan
membelinya (Kamus Bisnis dan Manajemen, 2006). Efek akhir yang
mungkin merupakan beberapa tanggapan selain pembelian aktual,
adalah mencari informasi lebih lanjut, berbicara dengan orang lain
yang telah menggunakan merek, mengunjungi toko, menggunakan
percobaan atau melakukan sampling terhadap produk (Duncan,
2005). Tahap Satisfaction, yaitu tahapan akhir di mana konsumen
merasa puas dengan produk atau jasa perusahaan, dan akhirnya
memutuskan untuk membeli produk kita lagi.
Proses AIDA bisa digambarkan sebagai proses: pengenalan produk,
penciptaan ketertarikan terhadap produk mengakibatkan timbulnya hasrat
untuk membeli produk, dan akhirnya pengambilan keputusan untuk membeli
produk tersebut. Model AIDA merupakan proses pengambilan keputusan
pembelian, yaitu suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen
(pembeli), prosesnya diawali dengan tahap menaruh perhatian (attention)
terhadap barang atau jasa, kemudian jika berkesan dia melangkah ke tahap
ketertarikan (interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan
produk atau jasa tersebut, jika intensitas ketertarikannya kuat, maka
berlanjut ke tahap memiliki hasrat atau keinginan (desire), karena barang
Sri Widyastuti 64
atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya. Jika
hasrat dan keinginannya begitu kuat, baik karena dorongan dari dalam atau
rangsangan persuasif dari luar, maka konsumen (pembeli) akan mengambil
keputusan membeli (action to buy) barang atau jasa yang ditawarkan.
“Hierarchy-of- “Innovation-
“AIDA” “Communication”
Stages Effects” Adoption”
Model Model
Model Model
Trial
Behavior
Stage
Action Purchase Adoption Behavior
Sri Widyastuti 65
kategori produk dan diferensiasi tinggi dirasakan di dalamnya. Keterlibatan
dan diferensiasi terdiri dari tiga urutan, yakni learn-feel-do. Jika konsumen
mengalami keterlibatan tinggi, maka sepenuhnya menyadari tingkat
keberadaan suatu produk, perhatian dan kesadaran hanya perlu
dipertahankan dan perlu diterapkan untuk tugas-tugas komunikasi lainnya.
Sedang jika konsumen memiliki tingkat kesadaran yang cukup, mereka
akan dengan cepat mendorong ke pembelian, dengan sedikit bantuan dari
unsur-unsur lain. Pengenalan dan citra merek dapat dirasakan oleh
beberapa pemicu yang cukup, untuk merangsang respons. Persyaratan
dalam situasi seperti ini akan memperbaiki dan memperkuat tingkat
kesadaran, sehingga membangkitkan ketertarikan dan merangsang
keterlibatan selama mengingat kembali atau pengenalan. Terdapat tiga
respons konsumen sebagai penerima (komunikan), berupa cognitive (tahap
kesadaran), yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu; affective (tahap
pengaruh), yakni memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu (reaksi
pembelian); behavioral atau conative (tahap tindakan pembelian), yaitu
membentuk pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya atau pembelian
ulang (Kotler & Keller, 2012).
Sri Widyastuti 66
pencitraan, pemasaran, penyebarluasan gagasan, kerja sama atau
pengembangan infrastruktur komunikasi.
Semua komunikasi yang dilakukan, bertujuan membujuk orang untuk
berpikir, merasakan, atau bertindak dengan cara tertentu dalam huhungan
mereka dengan merek. Sasaran perusahaan secara logis juga harus
dinyatakan dengan cara tersebut. Sehubungan dengan tujuan bisnis dan
pemasaran, komunikasi harus diukur sesuai batas waktu yang telah
ditetapkan. Jika perusahaan mampu mengukur kinerja di masa mendatang,
maka komunikasi harus benar-benar bisa menggambarkan ketiga
karakteristik dari tujuan itu.
Selama bertahun-tahun, perusahaan berupaya menjaga hubungan
antara konsumen dan merek. Langkah itu dilakukan dengan terus
memperbaiki keputusan pembelian konsumen. Namun, upaya tersebut
nampaknya belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Mungkin
pemahaman perusahaan tentang hal ini baru sebatas isi luarnya saja. Dalam
hal ini, kombinasi unsur emosional dan rasional pada keputusan pembelian,
akan ditambahkan adanya berbagai tekanan eksternal, membuat keputusan
pembelian menjadi sangat kompleks.
Dijelaskan dalam The American of Advertising Agency (Hemawan,
2012), manajemen komunikasi pemasaran terpadu sebagai konsep
perencanaan komunikasi pemasaran, yang mengakui nilai tambah dari
perencanaan komprehensif yang mengkaji peran strategis masing-masing
bentuk komunikasi. Komunikasi pemasaran terpadu adalah menyatukan
perencanaan, tindakan dan koordinasi pada wilayah komunikasi pemasaran
dan juga memahami konsumen menyangkut apa yang sesungguhnya
menjadi tanggapan konsumen. Menurut Shimp (2014), komunikasi
pemasaran terpadu adalah suatu proses komunikasi yang memerlukan
perencanaan, penciptaan, integrasi dan berbagai bentuk komunikasi
pemasaran, yang disampaikan dari waktu ke waktu kepada target merek
pelanggan dan calon pelanggan.
Skenario yang paling kompleks digunakan untuk mengilustrasikan
perkembangan matriks perencanaan, yaitu dengan mempersiapkan satu
rencana yang bersifat multinasional plus berbagai produk dan unit-unit
lokalnya. Pendekatan ini memiliki validitas sama dan lebih mudah
Sri Widyastuti 67
diimplementasikan di perusahaan yang lebih kecil. Kuncinya, menjalankan
komunikasi sesuai dengan yang telah direncanakan, yang mencerminkan
struktur perusahaan serta tujuan bisnis dan pemasaran pada setiap level.
Contoh, suatu perusahaan nyata yang demi menjaga rahasia perusahaan,
identitasnya tidak dipublikasikan. Perusahaan ini adalah perusahaan industri
yang beroperasi di seluruh dunia dan produk-produknya dipasarkan di banyak
industri.
Perusahaan
Aplikasi Pasar
Sri Widyastuti 68
atau mungkin beberapa matriks, yang mempertemukan audiens dan pesan
dengan tujuan membantu mengidentifikasi struktur kampanye.
Kebutuhan Penyampaian
Pelanggan Merek
Positioning
Audiens Pesan-pesan
Matriks Perencanaan
Kampanye Strategi
Sri Widyastuti 69
Ketidaksadaran
Kesadaran
Pemahaman
Keyakinan
Keyakinan
Sri Widyastuti 70
untuk meyakinkan bahwa X persen dari nilai audiens sasaran Mobil Innova
masih lebih tinggi ketimbang setiap model kompetitif lainnya dengan kriteria
sebagai berikut: ‘.... Pasar mengidentifikasi Mobil Innova sebagai salah satu
dari lima model paling top mereka dalam kategori prestise untuk ukuran mobil
ini’. Namun, tujuan di atas tidak untuk penjualan langsung, karena adanya
keterbatasan proses komunikasi dalam penjualan mobil, meskipun penjualan
langsung diakui memiliki peranan penting dalam menggerakkan pelanggan
potensial supaya lebih dekat kepada pembelian. Penjualan langsung juga
terkait erat dengan perilaku konsumen dalam menentukan keberhasilan yang
dikembangkan dari sudut pandang pengaruh perilaku tersebut.
Tabel 2.2 Peran-peran yang Memungkinkan untuk Komunikasi
Sri Widyastuti 71
adalah membuat pasar menyadari akan adanya pelayanan. Perusahaan
memulainya dengan menargetkan pasar bisnis. Komunikasi yang
disampaikan dapat membantu mencapai sasaran tersebut. Namun,
perusahaan yang hanya mengetahui pelayanan dan hanya memiliki sedikit
ide tentang bagaimana pelayanan tersebut bekerja, sekaligus juga
mempunyai tugas pendidikan yang harus dilakukan. Pada saat yang sama,
tugas utama komunikasi adalah menyelesaikan pembangunan preferensi
antara kedua jaringan yang sedang bersaing dan juga di antara para
distributor. Secara paralel, pada level yang lebih taktis, banyak usaha
diperluas guna menggerakkan penyelidikan berkelanjuan melalui tenaga
penjulan.
Dengan pasar bisnis yang sudah mapan maka upaya untuk kembali ke
pasar konsumen yang lebih luas akan menjadi kenyataan. Perubahan pola
distribusi yang terjadi saat ini dari spesialis ke outlet-outlet penjualan HP yang
dijalankan oleh produk OPPO, dan meningkatkan persaingan dan mengubah
situasi pasar rnenjadi lebih berorientasi pada prornosi penjualan. Ada
kecenderungan sasaran itu kini lebih diarahkan pada ujicoba dan penjualan,
rneskipun kampanye OPPO sendiri masih ditujukan untuk membangun nilai
merek utamanya. Di pasar yang dinamis seperti ini, perusahaan perlu
mengikuti perubahan sesuai realitas yang ada di pasar, terutama perubahan
sudut pandang konsumen tentang pasar, bukan berdasarkan kebutuhan
pemasok. Hal ini sangat menarik untuk dicermati karena perubahan tersebut
cenderung fluktuatif. Terbukti, misalnya, adanya reaksi negatif terhadap
penggunaan ponsel di tempat umum. Di sini, pelaku pasar dituntut untuk bisa
menguasai keadaan sehingga kondisi pasar kembali normal. Bila mengetahui
setiap bagian pasar dari sudut pandang pelanggan, perusahaan tentu bisa
dengan mudah mengidentifikasi apa yang harus dilakukan oleh komunikator.
Melalui pemahaman seperti ini juga menjadi tahu apakah kampanye individu
yang selama ini dilakukan, benar-benar efektif atau apakah perlu membagi
komunikasi menjadi lebih spesifik agar dicapai manfaat yang optimal.
Unsur terakhir dari tujuan itu adalah pesan yang ingin disampaikan
untuk rencana kampanye. Tujuannya, supaya mengetahui apa yang bisa
ditawarkan merek di pasar sasaran. Proses tersebut akan menjadi semakin
jelas ketika esensinya disederhanakan. Dalam hal ini, perusahaan
Sri Widyastuti 72
memerlukan bantuan intelektual untuk mengetahui kombinasi yang rumit
antara unsur-unsur emosi dan ratio dari sudut pandang pasar. Ini
dimaksudkan untuk memahami apa permasalahan yang dihadapi, kemudian
mengidentifikasi pasar mana yang sesuai untuk merek barang atau jasa.
Langkah dari positioning menuju proposisi berkaitan erat bahwa setiap
kampanye tentu memiliki tujuan khusus. Apa yang telah dilakukan Sari Roti
dapat menjadi contoh konkret. Positioning sebagai ‘kegembiraan makan pagi
dengan makan roti’ tidak mengalami perubahan. Perubahan justru terjadi
pada kampanyenya, yakni sebagai upaya memperluas penggunaan serta
mendapatkan kembali para pengguna yang hilang. Ini mempunyai sasaran
khusus, dan dengan menganggapnya sebagai orang luar, proposisi khusus.
Perusahaan dengan produk atau jasanya dituntut untuk mampu
membujuk pasar, bahwa roti merupakan makanan (snack) yang sangat cocok
untuk dikonsumsi kapan saja. Setelah memahami proposisi tersebut,
perusahaan dapat mulai menganalisis perasaan dan reaksi audiens terhadap
merek. Bila sudah mampu menentukan dan mengukur tujuan komunikasi,
maka saat ini kita berada pada posisi untuk mengembangkan strategi guna
meraih tujuan tersebut.
Adanya teknik komunikasi yang lengkap dan komprehensif, akan
semakin mempercepat perusahaan dalam mengarahkan berhagai kelompok
audiens khusus. Gambar 2.8 hanya memuat beberapa teknik komunikasi
yang paling umum digunakan. Media-media tersebut, yang dirancang secara
khusus, biasanya digunakan untuk mengidentifikasi audiens khusus.
Kehadiran media elektronik telah menambah jumlah daftar media secara
signifikan.
Kehadiran komputer (PC) dan gadget, menjadikan hampir setiap
pelanggan juga terbuka kemungkinan baru adanya pengembangan direct
mail. Sebab, pertumbuhan sistem multimedia interaktif, telah menjadi pilihan
utama di pasar. Tentu saja kita juga perlu memperhatikan adanya internet,
teletext, berbagai saluran belanja dan banyak media sosial lainnya.
Sayangnya, hanya sedikit kampanye yang memanfaatkan seluruh sarana
komunikasi. Dalam hal ini, hendaknya kita selektif memilih teknik yang akan
digunakan. Salah satu segi yang sama pada semua kampanye, yaitu
didasarkan pada suatu kegiatan yang ‘terarah’. Iklan, misalnya. Tujuannya
Sri Widyastuti 73
juga selalu sama: pesan sampai pada pasar yang dituju dengan biaya sekecil
mungkin.
Sri Widyastuti 74
Sri Widyastuti 75
melalui saluran komunikasi, bukanlah hal yang mudah (Prisgunanto, 2006).
Definisi komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley sebagaimana dikutip
Muhammad (2009), menyatakan, ”Communication is the process by which
an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of
the other individuals”. (Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal, untuk mengubah tingkah laku orang
lain). Kesimpulan sederhana dari definisi itu menunjukkan, komunikasi
adalah suatu proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua orang, di mana
individu mengirim stimulus kepada orang lain. Stimulus dapat disebut sebagai
pesan yang biasanya dalam bentuk verbal, di mana proses penyampaiannya
dilakukan melalui saluran komunikasi, dan terjadi perubahan atau respon
terhadap pesan yang disampaikan.
Komunikasi efektif dihasilkan dari pemikiran terstruktur, yang
dikombinasikan dengan wawasan dan pengetahuan mendalam tentang
kebutuhan, aspirasi, dan perilaku pelanggan sasaran. Jika perusahaan tidak
memiliki hal itu, maka integrasi hanyalah sebatas teori belaka, karena
komunikasi akan bergerak tanpa target yang jelas. Secara total, perusahaan
harus fokus pada pelanggan. Proses tersebut diawali dengan pemahaman
perusahaan tentang keinginan dan kebutuhan pasar. Pengetahuan ini akan
menjadikan perusahaan mampu menentukan positioning yang lebih
bermanfaat. Para audiens dari berbagai lapisan, menghendaki adanya
identifikasi pesan yang komunikatif, sehingga tercipta sebuah matrik
perencanaan yang baik. Kini, lantaran perusahaan telah menentukan secara
tepat tugas yang harus dihadapi, maka mestinya perusahaan mampu
mengembangkan strategi penyampaian pesan secara efektif. Juga, dapat
menentukan dan menjalankan kegiatan secara taktis.
Terakhir, proses tersebut diakhiri dengan sebuah evaluasi: seberapa
bagus komunikasi perusahaan telah bekerja di mata pelanggan. Perusahaan
perlu rnemberi umpan balik, tentang apa yang telah dipelajari melalui
peninjauan dan perbaikan kehalusan budi bahasa yang membantu
perusahaan meningkatkan efektivitas komunikasi di sepanjang waktu. Kini
perusahaan hanya memiliki dua opsi: apakah akan terus mengelola
perkembangan image itu atau tidak, atau perusahaan akan menggantinya
dengan cara lain. Jika memilih tidak melakukan berarti akan gagal menggali
Sri Widyastuti 76
potensi. Risiko terburuk, perusahaan menjadi lemah dan mudah diserang
para pesaing yang kini memiliki peran lebih besar di pasar.
Positioning bisa diibaratkan sebagai sifat inti merek, yang diyakini dapat
membedakan merek perusahaan dengan merek lain di pasar. Juga yang
mendorong seseorang memilih merek yang ditawarkan perusahaan. Inilah
yang ingin orang lain pikirkan, rasakan, dan percaya tentang merek produk
atau jasa perusahaan. Ini menjadi prasyarat dasar mewujudkan komunikasi
terpadu, mengingat positioning juga memberikan fokus tunggal dan tempat
setiap aspek komunikasi dibangun. Tanpa positioning yang jelas, tidak akan
terjadi integrasi yang sesungguhnya.
Gambar 2.9 menunjukkan, positioning yang efektif berasal dari dua
unsur utama, yaitu kebutuhan pasar dan bagaimana merek perusahaan
disampaikan. Jika perusahaan tidak dapat menggabungkan keduanya, maka
perusahaan tidak akan memiliki positioning yang sesungguhnya. Searah
dengan pernyataan misi, rencana jangka panjang dan anggaran tahunan
memuat tujuan-tujuan perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan perlu
memperhatikan secara cermat pada setiap sasaran utama, lalu menerapkan
pertanyaan ‘'siapa yang akan membantu dan menghalangi perusahaan untuk
sampai ke sana?’’. Jawabannya, barangkali, berasal dari banyak audiens
yang terdiri dari mulai dari staf, pemasok, parlemen, pemerintah dan serikat
perdagangan, baik di daerah maupun di tingkat nasional, sampai pada
pengamat pasar modal serta pemegang saham.
Berdasarkan tujuan-tujuan itu, perusahaan juga perlu mencapai
sasaran. Misalnya, target akuisisi atau para pebisnis potensial yang juga bisa
menjadi sasaran. Dalam hal ini, audiens harus mendapat skala prioritas,
terutama bagi yang mampu mendukung pelaksanaan rencana tersebut. Ini
akan mempermudah perusahaan dalam menyusun anggaran di masa-masa
yang akan datang, mengingat selama ini perusahaan jarang menghasilkan
sesuatu sesuai harapan.
Sekarang bisa digunakan dalam proses yang sama untuk
mengidentifikasi positioning merek. Dalam hal ini, isu-isu utama dalam
ingatan setiap audiens, perlu digabungkan dengan apa yang bisa
disampaikan untuk menghadapi isu-isu tersebut. Misalnya, jika pemerintah
saat ini peduli pada kondisi lingkungan hidup, maka perusahaan perlu
Sri Widyastuti 77
menyampaikan aspek-aspek positif dari kinerja perusahaan pada wilayah
setempat, misalnya dengan penerapan green marketing. Hal ini berguna
untuk menyikapi pertanyaan terhadap setiap audiens utama: apa yang harus
mereka rasakan dan yakini jika perusahaan berhasil melaksanakan program
tersebut?
Selanjutnya, pada satu tingkat di bawahnya, perusahaan mengulangi
proses tersebut dengan memberikan pertanyaan yang sama pada diri sendiri.
Untuk unit-unit bisnis, perusahaan perlu menegaskan pada para audiens lebih
dari satu perspektif. Perusahaan juga perlu mengidentifikasi bidang aplikasi
mana yang akan dijalankan sebagai bagian dari rencana itu (misal: peralatan
mesin untuk meringankan pekerjaan, penggunaan kertas yang lebih efisen).
Hal itu akan mengarahkan perusahaan pada audiens ‘horizontal’ yang
menjadi penentu peralatan mesin, terlepas dari industri mana mereka berasal.
Namun demikian, industri otomotif misalnya, sepertinya memiliki kepentingan
lebih besar. Maka untuk mewujudkan tujuan itu, perusahaan perlu
mengidentifikasi para pengambil keputusan dalam industri tersebut sebagai
target. Juga, negara-negara atau wilayah tertentu bisa menjadi krusial di
masa mendatang, dan harus dipikirkan untuk menghadapinya.
Dalam skala besar, analisis tentang unit bisnis memiliki multiproduk,
perlu dibagi lagi menjadi beberapa matrik, guna menghindari kesulitan dalam
pelaksanaan. Pada langkah awal, identifikasi pasar, aplikasi, dan bidang
produk harus diprioritaskan. Itu sudah harus masuk dalam daftar rencana
bisnis atau pemasaran. Karena merupakan yang utama dalam perencanaan,
jika hal ini dilakukan secara benar, niscaya proses tersebut akan mudah
dikelola.
Harus dipahami, aktivitas pemasaran dikatakan efektif, apabila tiap-tiap
elemen pemasaran sudah direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik.
Sedang rencana pemasaran merupakan penjabaran atas serangkaian
tindakan (aktivitas), yang ditetapkan dengan berpijak pada tujuan sebuah
lembaga. Sehingga, rencana pemasaran merupakan batasan tanggung jawab
maupun tindakan yang akan dilakukan, di dalamnya memuat tujuan, sasaran,
dan sumber daya yang akan dialokasikan untuk melakukan aktivitas
pemasaran (Bernard, 1991).
Proses pengembangan komunikasi pemasaran yang efektif, meliputi
Sri Widyastuti 78
delapan tahapan pokok yang saling terkait, yakni: mengidentifikasi pasar
sasaran, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan memilih
saluran komunikasi, menyusun anggaran komunikasi total, menentukan
bauran komunikasi, mengimplementasikan program komunikasi pemasaran
terintegrasi, dan mengumpulkan umpan balik (Fandy, 2011).
Agar proses komunikasi pemasaran terpadu bisa berjalan dengan
efektif, ada langkah-langkah dalam rangkaian proses komunikasi pemasaran
terpadu yang perlu diperhatikan (Kotler & Keller, 2012). Proses identifikasi
sendiri harus dimulai dengan analisa yang tepat terhadap audiens sasaran.
Audiens dapat diartikan sebagai calon pembeli produk, pemakai produk,
penentu keputusan atau pihak yang memengaruhi keputusan. Bagian
terpenting dalam langkah ini, yaitu menganalisa keuntungan yang diinginkan
konsumen, serta mengukur sejauh mana konsumen mengetahui citra
perusahaan, citra produk, dan citra pesaing. Hal ini dilakukan, untuk
memudahkan proses penetapan tujuan komunikasi.
Tujuan komunikasi yang dituju oleh pemasaran, tentu sangat terkait
dengan tanggapan konsumen dan sejauh mana konsumen memahami
produk lembaga. Inilah yang nantinya menentukan tujuan komunikasi apa
yang akan ditetapkan, apakah mengubah sikap konsumen atau
mendorongnya untuk bertindak seperti yang diinginkan pemasar. Pemasar
pertama-tama harus membangun kesadaran dan pengetahuan, untuk
menampilkan iklan secara terus menerus, agar menciptakan pengetahuan
dengan memberi tahu calon pembeli betapa tingginya kulitas produk tersebut.
Selanjutnya, merancang pesan. Dalam merangkai pesan, komunikator
atau lembaga komunikator harus merumuskan empat hal, yakni apa yang
akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis (struktur
pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format pesan), dan
siapa yang menyampaikannya (sumber pesan).
Selain itu, memilih saluran komunikasi. Pemasar harus memilih saluran
komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan. Saluran komunikasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu personal dan non-personal. Komunikasi
personal meliputi dua orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara
tatap muka antara pembicara dengan audiensnya. Komunikasi personal
dapat lebih efektif, karena adanya peluang mengindividualisasikan
Sri Widyastuti 79
penyampaian pesan dan umpan baliknya. Saluran komunikasi non-personal
antara lain melalui media massa (TV, koran, dan radio) serta melalui
beragam kegiatan (event) yang digelar.
Sri Widyastuti 80
cenderung mengeluarkan banyak anggaran untuk periklanan, karena
dianggap sebagai bentuk jamninan terhadap pembentukan kualitas produk
dan citra perusahaan. Periklanan mempunyai pengaruh berkelanjutan yang
berlangsung melampaui periode sekarang. Iklan diperlukan sebagai beban
investasi, untuk membentuk nilai yang berwujud yang disebut goodwill atas
merek (ekuitas merek). Jumlah dana yang dibelanjakan untuk periklanan
dalam meluncurkan suatu produk baru, biasanya jauh lebih besar dan secara
linier jumlah anggaran periklanan akan berkurang ketika produk itu berada di
tahap kematangan.
Dalam penentuan beberapa jumlah anggaran iklan yang diperlukan,
media planner perlu mempertimbangkan faktor spesifik berikut:
• Tahap siklus hidup produk. Produk baru umumnya mendapat
anggaran iklan yang besar untuk membangun kesadaran, dan
membuat pelanggan mau mencoba produk baru tersebut. Merek yang
sudah mapan, biasanya didukung anggaran periklanan yang lebih
rendah sebagai rasio penjualannya.
• Pangsa pasar. Merek dengan pangsa pasar tinggi, biasanya
membutuhkan lebih sedikit biaya iklan sebagai persentase penjualan
untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Merek dengan pangsa
pasar kecil, biasanya memerlukan pengeluaran periklanan yang lebih
besar guna memperbesar pangsa pasar, maka perlu meningkatkan
ukuran pasar, serta diperlukan juga biaya per pesan untuk mencapai
konsumen suatu merek produk atau jasa yang dapat digunakan di
pasar yang luas.
• Persaingan. Dalam pasar dengan banyak persaingan dan
pengeluaran iklan yang tinggi, suatu merek produk atau jasa harus
diiklankan secara besar-besaran, agar terdengar di tengah
kegaduhan pasar. Gangguan sederhana dari iklan yang tidak
bersaing secara langsung dengan merek tersebut, akan
menyebabkan perlunya periklanan yang lebih besar.
• Frekuensi periklanan. Jumlah pengulangan yang diperlukan untuk
menyampaikan pesan ke konsumen, sangat menentukan anggaran
periklanan
Sri Widyastuti 81
• Kemungkinan subtansi produk. Merek-merek dalam suatu kelas
komoditas (misal: minuman ringan) memerlukan iklan besar-besaran
untuk membangun citra berbeda. Periklanan juga penting, jika suatu
merek dapat memberikan manfaat atau tampilan fisik yang unik.
Beberapa metode yang dapat digunakan perusahaan dalam
menentukan anggaran promosi, yaitu:
1. Affordable Method. Anggaran promosi disusun berdasarkan
kesanggupan perusahaan untuk mengeluarkan biayanya. Metode ini
mengabaikan peran promosi sebagai investasi yang memiliki dampak
meningkatkan volume penjualan dalam waktu dekat.
2. Percentage of Sales Method. Anggaran promosi disusun berdasarkan
persentase tertentu terhadap penjualan (sekarang atau masa datang)
atau terhadap harga jual. Dalam hal ini, belanja promosi ditentukan
berdasarkan persentase tertentu angka penjualan (tahun lalu atau
prediksi tahun depan) atau dari harga jual. Beberapa keuntungan dari
metode ini, antara lain: 1). Pengeluaran promosi bervariasi
bergantung pada kemampuan perusahaan; 2). Mendorong
manajemen untuk memikirkan kaitan antara biaya promosi, harga jual
dan laba per unit; 3). Stabilitas dalam persaingan akan terbentuk
apabila perusahaan-perusahaan yang bersaing menggunakan angka
persentase yang sama untuk menentukan anggaran promosi. Ada
tiga keuntungan dari metode itu, yakni pengeluaran promosi akan
bervariasi sesuai kesanggupan perusahaan, manajemen dapat
mengetahui hubungan antara biaya promosi, harga jual dan profit per
unit serta perusahaan dapat meningkatkan daya saing. Besarnya
anggaran promosi ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari
penjualan (tahun lalu atau prediksi penjualan tahun depan).
3. Competitive Parity Method. Anggaran disusun berdasarkan keinginan
perusahaan, untuk tetap mempertahankan market sharenya karena
pengeluaran yang berdasarkan persentase sales sama seperti yang
dilakukan pesaing lain dan dalam rangka mencapai
keseimbangan share of voice.
4. Objective and Task Method. Anggaran disusun berdasarkan tujuan
tertentu yang ingin dicapai, menentukan tugas-tugas yang harus
Sri Widyastuti 82
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan memperkirakan biaya untuk
melakukan tugas-tugas itu. Jumlah dari biaya-biaya inilah yang akan
dijadikan anggaran promosi. Dalam metode ini, anggaran promosi
dilakukan dengan menetapkan tujuan-tujuan khusus iklan, penjualan
personal, humas dan promosi penjualan dari setiap lini produk,
menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan dan besarnya biaya
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Anggaran komunikasi
pemasaran merupakan bagian dari anggaran pemasaran. Namun
demikian, tidak ada standard pasti mengenai seberapa besar
pengeluaran untuk komunikasi atau promosi yang harus dikeluarkan.
Penyebabnya, pengeluaran untuk promosi sangat bervariasi,
tergantung pada produk dan situasi pasar.
Tabel 2.3 Perkiraan Anggaran
Jenis Konsep Keunggulan Keterbatasan
Sri Widyastuti 83
yang mapan, karena perusahaan sudah memiliki data penjualan, memiliki
dana memadai, merencanakan anggaran tergantung pada fluktuasi
penjualan, penentuan besarnya persentase menggunakan dasar alokasi
tahun sebelumnya, anggaran promosi dibentuk berdasarkan item produk dan
wilayah pemasaran. Dengan demikian, dapat mencapai pengembangan
potensial secara keseluruhan untuk tujuan keseluruhan yang telah ditentukan.
Contoh: seberapa besar peningkatan margin yang dapat diperoleh dengan
pelanggan yang ada. Berapa banyak pelanggan yang dapat dipuaskan dan
dimenangkan dari pesaing di kuartal berikutnya. Secara ideal, target tersebut
harus spesifik, untuk memacu pikiran dan tindakan baru, yang dapat dihitung
dan diukur saat memulai item program yang lebih spesifik. Pemasar harus
mempertimbangkan hubungan antara biaya promosi, harga jual, dan laba
perunit, seperti bisa dilihat pada tabel 2.3.
Adapun langkah-langkah perhitungan rencana anggaran promosi, dalam
metode penentuan anggaran promosi yang disusun berdasarkan persentase
tertentu terhadap penjualan adalah:
1. Menentukan sasaran pangsa pasar.
2. Menetapkan persentase pasar yang harus dijangkau dalam program
periklanan.
3. Menentukan persentase aware prospect yang harus dibujuk untuk
mencoba (trial).
4. Menghitung angka impresi iklan per 1 persen tingkat trial.
5. Menetukan gross rating point yang harus dibeli. Satu gross rating
point adalah satu exposure untuk satu persen sasaran populasi.
6. Menghitung anggaran iklan. (*)
Sri Widyastuti
BAB III
STRATEGI PEMASARAN DAN KOMUNIKASI
PEMASARAN
Sri Widyastuti 86
Sri Widyastuti 87
Sri Widyastuti 88
Sri Widyastuti 89
Sri Widyastuti 90
Sri Widyastuti 91
Sri Widyastuti 92
Sri Widyastuti 93
Sri Widyastuti 94
Sri Widyastuti 95
Sri Widyastuti 96
Sri Widyastuti 97
Sri Widyastuti 98
Product
Target
Promotion Price
Market
Place
Sri Widyastuti 99
yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu. Segmen pasar itu
dijadikan pasar sasaran untuk produk yang telah ditawarkan guna menarik
konsumen melakukan pembelian. Marketing mix adalah seperangkat alat
pemasaran, yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran
dalam memenuhi target pasarnya.
Pakar lain, yakni Elliot, Sharyn dan Waller (2012), menjelaskan,
marketing mix adalah “A set of variables that a marketer can exercise control
over in creating an offering for exchange”. Marketing mix meliputi 7P’s yaitu:
1. Product: ‘A good, service or idea offered to the market for exchange’.
Barang, jasa, atau ide yang ditawarkan ke pasar supaya terjadi
sebuah pertukaran. Terdiri dari komponen keragaman produk,
kualitas, desain, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan,
garansi dan imbalan.
2. Price: ’The amount of money a business demands in exchange for its
offerings’. Jumlah uang yang diminta dalam bisnis, untuk menjadikan
pertukaran yang sesuai dengan yang ditawarkan. Terdiri dari
komponen daftar harga, rabat atau diskon, potongan harga khusus,
periode pembayaran dan syarat kredit.
3. Place: ‘The means of making the offering available to the customer at
the right time and place’. Membuat peluang bagi konsumen untuk
mendapatkan produk atau jasa pada waktu dan tempat yang tepat.
Terdiri dari komponen saluran pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokan, lokasi, persediaan dan transportasi.
4. People: ‘People refers to any person coming into contact with
customers who can affect value for customers’. Orang-orang yang
merujuk kepada setiap orang yang datang dan berinteraksi dengan
pelanggan, untuk dapat memengaruhi nilai bagi pelanggan. Terdiri
dari komponen pendiri, karyawan, budaya dan pelayanan pelanggan.
5. Process: ‘The systems used to create, communicate, deliver and
exchange an offering. Sistem yang digunakan untuk menciptakan,
mengomunikasikan, memberikan serta mempertukarkan produk dan
jasa yang ditawarkan perusahaan. Terdiri dari komponen pelayanan,
pengiriman, keluhan waktu dan daya tanggap.
Sri Widyastuti 100
Sri Widyastuti 101
Sri Widyastuti 102
Sri Widyastuti 103
Sri Widyastuti 104
such as print, radio, television, direct mail, and personal selling’’. (Komunikasi
pemasaran, adalah suatu pesan-pesan promosi yang terkoordinasi, dan
dikirim melalui satu atau lebih saluran komunikasi seperti media cetak, radio,
televisi, surat, dan penjualan pribadi).
Kayode dalam Marketing Communications (2014), mengemukakan,
‘‘Marketing communication is targeted interaction with customers and
prospects using one or more media, such as direct mail, newspapers and
magazines, television, radio, billborads, telemarketing, and the
internet’’. (Komunikasi pemasaran adalah suatu interaksi tertarget dengan
konsumen dan calon konsumen, menggunakan satu atau lebih media seperti
surat, surat kabar dan majalah, televisi, radio, papan reklame, telemarketing,
dan internet). Selanjutnya Kotler dan Keller (2016), menyampaikan,
‘‘Marketing communications are the means by which firms attempt to inform,
persuade, and remind consumers, directly or indirectly, about the products
and brands they sell’’. (Komunikasi pemasaran adalah sarana yang
digunakan untuk menginformasikan, mempersuasi, dan mengingatkan
konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung, mengenai produk-
produk dan merek-merek yang mereka jual). Clow and Baack (2012),
menyatakan, Integrated Marketing Communication (IMC) mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan semua elemen komunikasi pemasaran, untuk
memaksimalkan komunikasi pada konsumen dengan biaya yang relatif
rendah. Adapun komponen dari IMC, yaitu the foundation (mission and
market targeting), advertising tools (money, media, and massage), promotional
tools (mix), and integrated tools (marketing by online and measurement).
Ilmu komunikasi pemasaran membagi respons nasabah terhadap
promosi produk dalam tahapan yang disebut AIDA, yaitu: A=Attention
(komunikasi pemasaran produk tersebut telah mampu menarik perhatian);
I=Interest (komunikasi produk setelah menarik perhatian kemudian
menimbulkan minat); D=Desire (komunikasi produk tersebut mampu merubah
minat menjadi keinginan untuk memiliki); dan A=Action (komunikasi produk
tersebut mendorong nasabah merealisasikan keinginan untuk memiliki
dengan melakukan transaksi).
Definisi IMC mencerminkan kebutuhan yang lebih holistik, profesional,
dan pendekatan terintegrasi kepada manajemen komunikasi pemasaran.
Sri Widyastuti 105
Sri Widyastuti 106
persuatif kepada calon pembeli. Dan jika tugas ini tidak dilaksanakan secara
efektif, maka seluruh program pemasaran akan gagal. Kegiatan komunikasi
yang membentuk strategi promosi, menginformasikan orang tentang produk
dan membujuk pembeli perusahaan, organisasi rantai nilai dan masyarakat
luas yang membeli merek. Tujuan itu untuk dikombinasikan komponen
promosi strategi komunikasi, yang terintegrasi antara pembeli dan yang dapat
memengaruhi keputusan pembelian (Craven, Piercy, 2013).
Faktor eksternal dan internal menjadi satu model, yang memperluas
pandangan di komunikasi pemasaran. Dalam pandangan ini, konsumen
adalah satu-satunya sumber yang dapat melakukan integrasi pesan-pesan
komunikasi dengan faktor-faktor yang penting. Oleh karena itu, apa yang kita
sebut hubungan komunikasi, tidak bisa direncanakan dan dibuat tanpa
membuat persepsi konsumen, yang merupakan unsur tak terpisahkan dari
perencanaan dan pelaksanaan proses. Selain itu, konsep yang disarankan di
sini bekerja sebagai konseptual dalam menghubungkan dua tradisi berbeda,
pemasaran terpadu komunikasi dan hubungan pemasaran, serta kombinasi
dari dua hal itu nampaknya sangat produktif (Ake & Gronroos, 2009). Di
pasar-pasar yang sangat berbeda, dapat mengidentifikasi tantangan yang
melekat dalam budaya pasar dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi
perkembangan IMC (Schultz, Patti & Charles, 2009).
Di era global, perusahaan memiliki kebutuhan untuk memahami lebih
baik audiens yang multikultural, dan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang berbeda. IMC merupakan strategi yang banyak diterapkan
perusahaan di seluruh dunia, sehingga pemahaman multikultural audiens
sangat penting untuk proses ini (Claudia, 2009). Membangun IMC dalam
rangka untuk menentukan unsur pusat yang integrasi melalui penelitian, yang
menjelaskan secara singkat Integrated Marketing Audit (Duncan & Moriarty,
1997, dalam Reid, 2002). Instrumen ini memandang integrasi di lima
konstruksi berikut:
1. Infrastruktur organisasi, item skala yang berhubungan dengan
kekuatan hubungan lintas fungsional dalam organisasi yang
memengaruhi, termasuk merek, pemasaran internal, pemahaman
tentang kekuatan berbagai alat komunikasi dan menghubungkan
dengan lembaga-lembaga eksternal.
Sri Widyastuti 107
Sri Widyastuti 108
Sri Widyastuti 109
harga suatu produk, banyak praktik perbedaan dapat dijalankan. Pada suatu
pihak, seorang pengusaha mungkin memutuskan untuk bersaing terutama
berdasarkan harga, dengan akibat hanya margin kecil saja yang dapat
diperoleh dari aktivitas penjualan itu. Pendekatan yang disarankan adalah
menentukan strategi promosi. Selain pengaruh-pengaruh itu, juga adanya
pengaruh manusia, sarana fisik, dan proses dalam perusahaan jasa.
Promosi adalah upaya untuk memberitahukan (menawarkan) produk
atau jasa, dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau
mengonsumsinya. Melalui promosi, produsen atau distributor berharap
adanya kenaikan angka penjualan.Tujuan promosi antara lain untuk
menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial, mendapatkan
kenaikan penjualan dan profit, mendapatkan pelanggan baru dan menjaga
kesetiaan pelanggan, supaya penjualan stabil saat terjadi kelesuan pasar,
membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing, serta
membentuk citra produk di mata konsumen sesuai yang diinginkan.
Strategi pemasaran dengan menggunakan advertising, memiliki
keunggulan jangkauan audience yang sangat luas, namun strategi ini
menuntut biaya promosi tinggi. Strategi pemasaran dengan menggunakan
public relation, memiliki nilai tinggi di mata nasabah dan dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat rendah, namun kesulitannya adalah bagaimana
cara mendapatkan kerja sama dengan media, sehingga mau
mengomunikasikan keunggulan suatu produk. Advertising dan public relation
dapat digunakan salah satu atau saling melengkapi, dalam rangka
menimbulkan attention dan interest. (Dunkan, T. 2008); Dunkan, T. &
Moriarty, S. (1998) dalam Reid, 2002.
Sementara strategi pemasaran dengan mengandalkan personal selling,
memiliki keunggulan dalam hal kecepatan respons dan kompleksitas
informasi yang bisa diperoleh. Hanya saja, aktivitas personal selling
membutuhkan biaya yang besar dari sisi cost per sales person. Strategi
pemasaran dengan sales promotion, efektif digunakan dalam rangka
merubah perilaku nasabah, namun sangat mudah ditiru oleh kompetitor.
Personal selling dan sales promotion lebih mendekati eksekusi pemasaran
dalam rangka closing dengan nasabah. Setiap konsumen yang membeli
sebuah produk dalam kurun waktu satu tahun, iklan mempunyai efek yang
Sri Widyastuti 110
kumulatif, namun kesalahan strategi organisasi masa lalu tidak bisa kembali
ke dalam strategi masa depan. Dua jenis organisasi yang bersaing di pasar,
yaitu pemasar massal dan tersegmentasi. Keduanya mengikuti seleksi
segmen sederhana dan pengembangan pesan iklan, dan hal ini dapat terjadi
beberapa kali di pasar (Reid, 2002).
Perlu dipahami, bahwa personal selling dan sales promotion lebih
mendekati eksekusi pemasaran dalam rangka closing dengan nasabah.
Setiap konsumen yang membeli sebuah produk dalam kurun waktu satu
tahun, iklan mempunyai efek yang kumulatif, namun kesalahan strategi
organisasi masa lalu tidak bisa kembali ke dalam strategi masa depan. Ada
dua jenis organisasi yang bersaing di pasar, yaitu pemasar massal dan
tersegmentasi. Keduanya mengikuti seleksi segmen sederhana dan
pengembangan pesan iklan dan hal ini dapat terjadi beberapa kali di pasar
(Dornical, 2005).
Saat menawarkan barang/ jasa, perusahaan memerlukan jalinan
komunikasi dengan konsumen. Mendesain program antara komunikasi
pemasaran untuk jasa (service) berbeda dengan komunikasi pemasaran
untuk barang (goods). Jasa adalah proses dan tidak berwujud, sementara
barang itu berwujud (tangible). Maka dalam mengiklankan jasa harus dibuat
lebih konkret, dengan menggunakan tangible cues (Lovelock & Wirtz, 2011).
Namun prinsip dari komunikasi pemasaran, baik untuk goods atau service
adalah sama.
Di tataran implementasi strategi komunikasi pemasaran, satu hal yang
harus diingat adalah, pelaku pasar selalu memonitor efek-efek dari
komunikasi pemasaran. Para pelanggan dan khalayak, bagaimanapun akan
berusaha berkomunikasi dengan perusahaan produsen lewat sikap,
respons, dan tindakan mereka terhadap produk yang diluncurkan. Ada dua
hal yang harus diketahui pelaku pasar (marketer) dalam melihat efek
komunikasi pemasaran dari sisi efektivitasnya (Prisgunanto, 2006):
1. Tingkat efektivitas komunikasi pemasaran harus dipahami oleh
pelaku pasar, dan hanya mampu meningkatkan efek-efek minimal
attention (mengetahui dan mengenal) khalayak. Di sini, komunikasi
pemasaran seharusnya dapat digunakan untuk mengomunikasikan
ide-ide perusahaan kepada pelanggan (tentu saja komunikasi
Sri Widyastuti 111
Sri Widyastuti 112
Sri Widyastuti 113
Sri Widyastuti 114
NOISE
Sri Widyastuti 115
reaksi (tanggapan) terhadap pesan yang dikirimkan oleh sumber. Reaksi bisa
berupa verbal, nonverbal, positif atau negatif, atau tindakan-tindakan lain baik
langsung maupun tertunda.
Gangguan (noise), terdiri atas beberapa faktor yang mendistorsi
komunikasi di antara sumber dan penerima. Gangguan dapat berupa
hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi, seperti hambatan
bahasa, teknis, dan lain-lain. Kesulitan paling mendasar dari proses
komunikasi adalah pada proses encoding dan decoding. Proses ini b i s a
menjadi sangat rumit. Makna dari berbagai kalimat dan simbol, bisa
berbeda, tergantung sikap dan pengalaman masing-masing pihak. Begitu
pula dengan penerima pesan yang berbeda, bisa menginterpretasikan pesan
dengan berbeda pula. Perbedaan ini biasa terjadi dalam pemasaran
internasional, ketika perbedaan translasi atau kebudayaan dapat menjadi
penghalangnya.
Proses komunikasi ini sangat rumit, apalagi pesan ini disampaikan
melalui saluran pesan. Sumber pesan dapat menggunakan banyak saluran
untuk menyampaikan pesannya. Contoh komunikasi pemasaran pada
perusahaan ialah perusahaan sebagai produsen yaitu PT. Microreksa
Infonet. Pesan yang disampaikan berupa produk, jasa ataupun kebijakan
dan solusi. Media yang digunakan adalah kombinasi dari komunikasi
pemasaran atau disebut juga bauran promosi, yang meliputi advertising,
sales promotion, public relations, personal selling, dan direct marketing.
Sedang PT. Microreksa Infonet hanya menggunakan tiga bauran promosi,
yaitu sales promotion, personal selling dan direct marketing. Yang menjadi
penerima pesan adalah pemangku kepentingan perusahaan, baik internal
maupun eksternal, yang mencakup prospects, customers, employees,
stockholders, community, dan government. Pada PT. Microreksa Infonet,
telah ditentukan penerimanya adalah prospects dan customers. Noise adalah
gangguan yang dapat memengaruhi kualitas penerimaan dan umpan balik.
Gangguan dalam komunikasi pemasaran datang dari kompetitor (perusahaan
pesaing), yaitu pesaing yang diambil salah satu dari beberapa pesaing
adalah PT. Metrodata Electronics Tbk.
Bauran promosi (bauran komunikasi pemasaran) digunakan oleh suatu
perusahaan, untuk melakukan komunikasi dengan konsumen dan
Sri Widyastuti 116
Sri Widyastuti 117
Sri Widyastuti 118
Sri Widyastuti 119
Sri Widyastuti 120
Sri Widyastuti 121
Sri Widyastuti 122
Sri Widyastuti 123
Sri Widyastuti 124
Sri Widyastuti 125
Sri Widyastuti 126
pesan yang kuat terhadap konsumen (Duncan, 2008). Dalam jasa, moments
of truth yang signifikan terhadap keputusan memilih suatu produk atau jasa.
Moment of truth adalah kesan yang ditangkap calon pembeli, ketika pembeli
potensial berinterkasi dengan perusahaan. Oleh karena itu, moment of truth
juga merupakan sumber pesan yang harus diperhatikan.
Pada dasarnya komunikasi dan pemasaran tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi pemasaran merupakan komunikasi yang berhubungan dengan
pemasaran. Integrasi dari komunikasi dan pemasaran merupakan elemen
penting untuk menarik perhatian pelanggan. Seiring dengan kemajuan
teknologi informasi seperti komputer, database dan alat komunikasi,
komunikasi pemasaran menjadi lebih cepat dalam menyampaikan pesan ke
konsumen dan merespons pertanyaan, keluhan dan juga masukan dari
konsumen. Oleh karena itu, komunikasi pemasaran terpadu merupakan
jawaban dalam penentuan komunikasi pemasaran dan media apa saja yang
akan digunakan.
Sri Widyastuti 127
Sri Widyastuti 128
Sri Widyastuti 129
Sri Widyastuti 130
ek
rek
tise
al
end
nal
ar
il
me
lob
kec
bes
res
sio
ap
/G
un
h/p
a
ns
ns
gk
nal
/N
ang
die
die
aru
Jan
kal
gio
mb
Au
Au
ng
Lo
nj .
Re
Me
Pe
Pe
Iklan: siaran 5 2 4 5 4 5 5
Iklan: khusus 2 4 4 5 3 4 4
PR/Relasi media 5 5 5 5 3 3 4
Pemasaran langsung 3 4 2 4 5 2 3
Relationship
4 5 4 5 3 5 3
Marketing
Sponsorship 5 3 5 5 1 5 5
Desain 5 5 5 5 1 4 3
Membekali armada
3 5 5 5 4 3 2
penjualan
Promosi penjualan 5 5 2 5 5 3 3
Sri Widyastuti 131
Sri Widyastuti 132
Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung (direct marketing) dapat menjangkau seluruh
audiens dengan baik, tergantung bagaimana teknik penyampaiannya.
Menurut Duncan (2008), penjualan langsung (direct selling) adalah bentuk
komunikasi interaktif yang tujuannya untuk memotivasi respons pembelian
kepada pelanggan dan calon pelanggan. Dalam hal ini, berbagai komentar
yang berhubungan dengan iklan, perlu diperhatikan. Selain pemasaran
langsung, metode penyampaian lainnya adalah direct mail.
Kecenderungan sifat konsumen yang ada di pasar sangat beragam.
Perusahaan mengelompokkan audiens tersebut berdasarkan usia, jenis
kelamin, letak geografis, gaya hidup, perilaku, riwayat pembelian, serta
berbagai faktor lainnya. Perusahaan dapat menggunakan direct mail untuk
semua tipe audiens. Namun, satu hal yang perlu diingat adalah,
kecenderungan kalangan bisnis kerap tidak perlu diingat adalah, kalangan
bisnis kerap tidak memberikan data secara detil atau tidak melakukan up-date
atas daftar konsumen potensial.
Bagaimanapun, semakin besar audiens dan semakin luas jang-
kauannya, akan semakin sulit mencapai efektivitas biaya direct mail. Namun,
ini hanya berlaku untuk merek-merek tertentu. Direct mail mudah dan cepat
mendapat respons. Kalaupun ada kemungkinan keterlambatan respons, itu
sangat kecil. Dengan direct mail, perusahaan dapat memperbaiki penjualan
serta dapat memenuhi pesanan dalam waktu yang sangat singkat. Namun
untuk menggunakan teknik tersebut, perusahaan harus benar-benar
memperhatikan perkembangan dan waktu produksi. Jika waktu sebagai
esensinya, maka iklan hitam putih pada pers nasional dan surat kabar
barangkali lebih tepat, karena dapat diubah dalam waktu satu atau dua hari.
Sementara kampanye direct mail bisa memerlukan waktu hingga beberapa
pekan.
Relationship Marketing
Hal ini dapat diterapkan pada semua bidang. Permasalahannya adalah,
bagaimana mekanisme pelaksanaannya agar kedua belah pihak merasa
diuntungkan dengan relationship marketing itu. Berbagai program yang sering
disebut sebagai ‘relationship’ kurang lebih sama dengan promosi penjualan.
Yang paling ideal, seperti halnya pada sejumlah ‘executive club’ perusahaan
Sri Widyastuti 133
Sri Widyastuti 134
Sri Widyastuti 135
Sri Widyastuti 136
Sri Widyastuti 137
Sri Widyastuti 138
• Konsentrasi pasar
Konsentrasi pasar akan memengaruhi pertimbangan media promosi, yang
akan digunakan untuk melaksanakan program promosinya.
Calon Pembeli Potensial Pertimbangan Media Promosi
Majalah Kartini, Gadis, Femina, dan
Kelompok wanita
sebagainya
Majalah Marketing, Usahawan
Kelompok pengusaha
Indonesia dan sebagainya
• Pembeli
Kampanye promosi harus disesuaikan dengan jenis pasar pembeli,
misalnya pembeli industrial, konsumen rumah tangga, dan sebagainya.
Sementara perantara (saluran distribusi) akan menentukan pelaksanaan
program promosi.
• Karateristik Produk
Karateristik produk memengaruhi strategi promosi yang digunakan,
sebagai bisa lihat dalam penjelasan di bawah ini:
Produk Personal Promotional
Periklanan Publisitas
Selling Selling
Barang konsumen
Konvenien √
Shopping √ √ √
Special √ √
Barang Industri
Instalasi √
Perlengkapan operasi/teknis √
Risiko pembelian tinggi √
Daya tahan produk lama √
Produk sering dibeli √
Sri Widyastuti 139
Sri Widyastuti 140
Sri Widyastuti 141
Sri Widyastuti
BAB IV
MENENTUKAN TUJUAN KOMUNIKASI PEMASARAN
142
Sri Widyastuti 143
Sri Widyastuti 144
Sri Widyastuti 145
Sri Widyastuti 146
Sri Widyastuti 147
Sri Widyastuti 148
Sri Widyastuti 149
Sri Widyastuti 150
Sri Widyastuti 151
Sri Widyastuti 152
Komunikasi pemasaran sebuah produk atau jasa yang baik dan benar,
harus dapat mengakomodasi semua aspek yang dibutuhkan masyarakat
(konsumen). Peran komunikasi pemasaran untuk menyampaikan informasi
dari sebuah produk atau jasa, juga harus dapat disampaikan dengan baik,
agar setiap konsumen yang menjadi target pemasaran, dapat menerima
informasi itu dengan baik. Teori komunikasi pemasaran menurut beberapa
ahli, merupakan pemberian atau pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran dari
sebuah produk atau jasa yang disampaikan oleh satu orang kepada orang
lain, untuk membangkitkan minat dan perhatian terhadap produk atau jasa
yang dipasarkan.
Strategi komunikasi pemasaran yang dirancang dari berbagai elemen
komunikasi pemasaran, memiliki beragam bauran komunikasi
pemasaran, tentu akan membuat pemasaran barang atau jasa tersebut
memiliki strategi yang tersusun dan terkonsep. Terlebih ketika memasarkan
sebuah produk atau jasa baru, maka strategi pemasaran produk baru itu
haruslah lebih baik daripada strategi untuk memasarkan produk atau jasa
yang sudah beredar di pasaran. Model komunikasi pemasaran, secara
umum, biasanya menggunakan proses komunikasi mikro, proses komunikasi
makro, proses tradisional, proses terpadu serta model lain yang tujuan atau
fungsinya hampir mirip dengan iklan. Hal ini dikarenakan memiliki kesamaan
seperti fungsi iklan bagi pemasaran, yaitu komunikasi pemasaran sangatlah
penting untuk mencapai tujuan pemasaran seperti yang diinginkan.
Di bawah ini, terangkum beberapa tujuan komunikasi pemasaran dari
berbagai sumber, yang terbagi dalam dua bagian.
Pertama, tujuan komunikasi pemasaran yang berdampak bagi
konsumen. Beberapa ahli mengatakan, pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan bagian penting dari keberlangsungan sebuah bisnis dan ekonomi.
Komunikasi pemasaran memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk memberikan
pengetahuan kepada konsumen, mengubah sikap konsumen, dan
memberikan kepuasan terhadap konsumen. Maka tujuan komunikasi
pemasaran harus memiliki tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan pokok
mereka sebagai konsumen, dapat menjangkau semua kelompok konsumen,
Sri Widyastuti 153
Sri Widyastuti 154
Sri Widyastuti 155
Sri Widyastuti 156
Sri Widyastuti 157
Sri Widyastuti 158
Sri Widyastuti 159
Sri Widyastuti 160
Sri Widyastuti 161
Sri Widyastuti 162
Sri Widyastuti 163
Sri Widyastuti 164
Sri Widyastuti 165
Sri Widyastuti 166
supaya etika tidak berlawanan dengan moral? Moral sama dengan nilai baik
dan buruk dari setiap perbuatan manusia (praktiknya akhlak). Maka etika
bisnis dapat diartikan sebagai pemikiran (refleksi) tentang moralitas dalam
kegiatan ekonomi dan bisnis.
Laode Kamaluddin dalam rahasia bisnis Rasulullah Saw,
mengemukakan, etika berasal dari kata ‘ethos’ yang mempunyai arti adat
istiadat atau kebiasaan. Sedang etika bisnis Islam adalah aspek terjang dan
sifat yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. dalam berdagang.
Ada delapan etika (akhlak) pemasar, yang menjadi prinsip-prinsip
marketer syariah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu:
1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa)
2. Berperilaku baik dan simpatik (shidq)
3. Berperilaku adil dalam bisnis (al-‘adl)
4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
5. Menepati janji dan tidak curang
6. Jujur dan tepercaya (al-amanah)
7. Tidak suka berburuk sangka (su’udhan)
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (gibah).
Pada komunikasi pemasaran perspektif Islam, dijelaskan, bahwa konsep
dasar komunikasi pemasaran syariah dapat diambil dari dua unsur, yaitu
komunikasi dan pemasaran dalam syariah. Komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih, sehingga
pesan dimaksud dapat dipahami. Sementara pemasaran syariah adalah
sebuah disiplin bisnis strategi, yang mengarahkan pada proses penciptaan,
penawaran dan perubahan nilai dalam pemasaran dan satu inisiator kepada
stakeholders, yang dalam keseluruhan prosesnya, sesuai dengan akad dan
prinsip-prinsip muamalah dalam Islam.
Dalam bahasa sederhana bisa katakan, komunikasi pemasaran syariah
adalah aktivitas pemasaran oleh pelaku usaha dalam penyampaian pesan
(informasi) kepada konsumen, yang keseluruhan proses mempromosikan
barang dagangannya sesuai akad dan prinsip muamalah dalam Islam, seperti
tanpa adanya penipuan, propaganda, iklan palsu, kecurangan, kebohongan
dan mengingkari janji.
Ada empat karakteristik yang terdapat pada pemasaran Islam:
Sri Widyastuti 167
Sri Widyastuti 168
Sri Widyastuti 169
dalam firman Allah Swt. pada surat Yusuf: Nabi Yusuf AS. adalah
seorang yang memiliki sifat jujur, sehingga senantiasa dipercaya oleh
siapa saja. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW. juga
menegaskan: Hendaklah kalian jujur dan (benar), karena kejujuran
akan mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan
mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha
untuk jujur, akan dicatat oleh Allah Swt. sebagai orang yang jujur dan
jauhilah oleh kamu sekalian dusta (kidzib). Berbuat dusta itu akan
mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta,
akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta (HR. Al-Bukhori).
Sungguh hal yang luar biasa, jika kita bisa menjalankan bisnis
dengan sifat shidiq dan memengaruhi lingkungan kita dengan sifat itu;
tidak ada kebohongan dalam promosi dan transaksi. Menurut Didin
Hafidhuddin dan Henri Tanjung, dalam dunia bisnis, sifat shidiq bisa
juga ditampilkan dalam bentuk keunggulan dalam ketepatan, baik
ketepatan waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan
dan kekurangan yang kemudian diperbaiki secara terus menerus,
serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu.
Sesungguhnya, konsep kesuksesan dalam Islam adalah kesetaraan
antara Muslim satu dengan lainnya, yakni menjalankan bisnis secara
jujur sebagaimana menjalankan aktivitas sehari-hari secara jujur pula.
2. Amanah (dapat dipercaya), bertanggung jawab dan kredibel. Amanah
juga diartikan keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan
ketentuan. Seorang pebisnis harus memiliki sifat amanah, karena
Allah menyebut, sifat orang-orang mukmin yang beruntung adalah
yang dapat memelihara amanah yang diberikan kepadanya. Allah
Swt. berfirman: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mu’minun: 8).
Sifat amanah akan membentuk kredibilitas yang tinggi, dan
sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu Muslim. Kumpulan
individu dengan kredibilitas yang tinggi, akan melahirkan masyarakat
yang kuat, karena dilandasi rasa saling percaya antaranggotanya.
Dengan demikian, sifat amanah memainkan peranan yang
fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan
Sri Widyastuti 170
Sri Widyastuti 171
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk (QS An-Nahl: 125). Dalam ayat itu
terkandung makna yang sangat penting, bahwa ketika berbicara
dengan orang lain haruslah dengan sesuatu yang mudah dipahami
dan mudah diterima oleh akal, bukan berbicara dengan sesuatu yang
sulit dimengerti.
Adapun alat-alat komunikasi pemasaran secara Islami yang bisa
dilakukan, bisa disimak hal-hal di bawah ini:
1. Advertising (Periklanan). Setiap bentuk presentasi dan promosi yang
bukan dilakukan orang (bersifat non personal) dari idea, barang atau
produk fisik, atau jasa yang dilakukan sponsor yang telah ditentukan
dan tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan Islam. Media
advertising yang bisa digunakan antara lain iklan cetak dan siaran,
brosur, poster, reklame, tanda pajangan di tempat pembelian, simbol
dan logo.
2. Promosi penjualan, yaitu berbagai insentif jangka pendek, untuk
mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa sesuai
syariat Islam. Promosi boleh dilakukan selama tidak mengandung
kemungkaran, seperti penipuan, penggunaan istilah syariat yang tidak
tepat, atau mengeksploitasi kaum wanita. Medianya bisa dengan
membuat cinderamata, hadiah langsung, contoh produk atau sampel,
pameran dagang, bonus, kupon dan pembiayaan dengan margin
rendah. Media promosi penjualan tidak boleh mengandung unsur
penjudian (maysir), lotre dan ketidakjelasan (gharar).
3. Public Relation & Publicity (Hubungan Masyarakat dan Pemberitaan).
Hubungan masyarakat dan pemberitaan dengan membuat program
yang dirancang, untuk mempromosikan atau melindungi citra
perusahaan atau masing-masing produk atau jasanya, tanpa
melanggar syariat-syariat Islam. Allah Swt. menganjurkan untuk
selalu berhubungan baik dengan orang lain. Menjalin hubungan
silaturahim dengan baik terhadap lingkungan, dapat menciptakan
pencitraan yang baik pula pada perusahaan. Media yang dipakai
Sri Widyastuti 172
Sri Widyastuti 173
Sri Widyastuti
BAB IX
HUBUNGAN MASYARAKAT
325
Sri Widyastuti
326
Dalam pandangan Kotler dan Keller (2012) MPR berperan penting untuk
Sri Widyastuti
327
Sri Widyastuti
328
Sri Widyastuti
331
suatu gambar mewakili seribu kata, atau bahkan lebih. Gambar yang baik,
dipersiapkan oleh organisasi untuk memberi gambaran tentang organisasi
atau produk atau jasa, akan dipergunakan jika gambar itu mempunyai nilai
berita yang memadai, atau gambar tersebut mempunyai sasaran tertentu.
Pers nasional biasanya lebih suka menggunakan hasil kerja fotografer
yang mereka kenal, baik kualitasnya atau pun agen pers utama, karena
banyak yang berkeberatan dengan penyajian nama perusahaan yang terlalu
mencolok. Sedang pers lokal dan media khusus, biasanya tidak banyak
tuntutan. Ini berarti, memang selalu dibutuhkan sajian materi yang menarik
dan bervariasi dari sajian yang diberi latar belakang pada berita hingga iklan
yang menarik, seperti travel, motor, pertamanan, hobby, produk baru dan
kolom wanita. Bahkan walaupun perusahaan tidak memiliki suatu hal menarik
untuk disajikan, sering artikel mengenai produk atau jasa disajikan di halaman
gambar. Publikasi perdagangan atau publikasi khusus lainnya, sering
berupaya untuk menemukan perusahaan dengan produk atau jasa atau
manajemennya yang dapat dituliskan sebagai suatu artikel.
Menurut Kusumastuti (2002), peran Humas (PR) dapat dibagi menjadi
dua, yakni peranan managerial (communication manager role) dan peranan
teknis (communication technical role). Peranan manajerial dikenal dengan
peranan di tingkat manajemen dapat diuraikan menjadi tiga peranan, yakni
expert preciber communication, problem solving process facilitator, dan
communication facilitator. Sehingga bila dijelaskan lebih jauh, terdapat empat
peranan, yang meliputi:
1. Expert preciber communication: petugas PR dianggap sebagai orang
yang ahli. Dia menasihati pimpinan perusahaan atau organisasi.
Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien;
2. Problem solving process facilitator: yakni peranan sebagai fasilitator
dalam proses pemecahan masalah. Pada posisi ini, Humas melibatkan
diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi
anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam
penanganan krisis manajemen;
3. Communication facilitator: peranan Humas sebagai fasilitator
komunikasi perusahaan/ organisasi dengan public, baik internal
maupun eksternal. Istilah yang paling umum adalah sebagai jembatan
Sri Widyastuti
332
Sri Widyastuti
333
Sri Widyastuti
334
Sri Widyastuti
335
iklan. MPR dapat merespon berbagai peristiwa dengan sangat cepat, sesuai
strategi yang telah direncanakan sebelumnya. Kekuatannya mampu
meningkatkan dan atau “menjaga kesehatan” keuangan perusahaan jangka
pendek secara langsung.
Di samping itu, MPR dapat diterapkan pada semua level perusahaan
atau merek. Dalam hubungan dengan pers, kekuatan terbesar yang dapat
ditawarkan MPR adalah menyangkut kredibilitas. Masyarakat cenderung
bersikap skeptis terhadap iklan, bahkan cenderung tidak mempercayai apa
pun yang dimuat di media favorit. Jadi, independensi komentar jurnalistik
dapat menentukan bobot pesan yang disampaikan.
Tujuan MPR harus sejalan dengan tujuan perusahaan dan pemasaran,
realistis dan mudah dimengerti. Di sini harus ada persamaan pandangan dan
kesepakatan mengenai sebuah keberhasilan bersama dalam perusahaan.
Agar kampanye melalui media berjalan efektif, harus ada sistem analisis dan
evaluasi yang didukung oleh data berkesinambungan, tentang penetrasi
pesan-pesan kunci dan nilai-nilai merek. Sistem itu dapat membantu MPR
bekerja lebih fokus., baik dalam mengelola isu-isu perusahaan, khususnya
untuk komunitas bisnisnya, maupun dalam menghadapi para pesaing di
media. MPR dapat bekerja lebih baik jika diintegrasikan dengan aktivitas lain.
Misalnya, dapat membantu menciptakan lingkungan media yang positif
sebagai bagian dari keberhasilan iklan itu sendiri.
Adapun kelemahan utama dari kegiatan MPR (Marketing Public
Relation), yaitu kurangnya pengawasan. Hampir tidak bisa menjamin bahwa
pesan akan disampaikan atau bahkan tidak sama sekali. Organisasi menjadi
sangat tergantung pada kebaikan penerima, khususnya menyangkut pesan
yang akan disampaikan. Oleh karena itu, tidak seperti iklan, MPR tidak dapat
sepenuhnya menjamin ketepatan waktu dan isi berita (pesan) yang
disampaikan. Artinya, organisasi telah membiarkan terjadinya
kesimpangsiuran suara atau interpretasi. Kelemahan ini sebenarnya dapat
diatasi dengan persiapan perencanaan strategi MPR secara matang, meski
tidak sertamerta dapat mengatasinya secara menyeluruh. Kerja sama dengan
berbagai pihak harus terus dijaga, terutama dengan awak media, karena
mereka akan menjadi mitra kerja sama dalam jangka panjang.
Sri Widyastuti
336
Sri Widyastuti
337
Sri Widyastuti
338
Sri Widyastuti
339
Sri Widyastuti
340
sasaran acara khusus, harus cocok dengan pasar sasaran merek. Acara
khusus harus memiliki cukup kesadaran, memiliki citra yang diinginkan dan
mampu menciptakan efek yang diinginkan pada pasar sasaran. Para
konsumen harus membuat atribut yang menyenangkan bagi sponsor, karena
keterlibatannya dalam acara khusus.
Acara khusus yang ideal, adalah acara khusus yang audiensnya sangat
cocok dengan pasar sasaran yang diinginkan, menghasilkan perhatian yang
menyenangkan, memiliki keunikan tetapi tidak membebani banyak sponsor,
acara yang memungkinkan dirinya melayani kegiatan pemasaran, dan yang
rnencerminkan (meningkatkan) citra merek atau korporat sponsor. Semakin
lama, semakin banyak perusahaan menggunakan nama mereka untuk
menyeponsori arena, stadion, dan kejadian penting lain, melalui
penyelenggaraan acara khusus itu.
Pameran, Konferensi, dan Seminar
Sebagian besar perusahaan, pernah berpartisipasi dalam suatu
pameran, konferensi, atau penyelenggaraan seminar. Maka tepat jika dalam
pembahasan ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai karakteristik utama
masing-masing format event. Pada dasarnya, sebuah pameran merupakan
event masyarakat, yang diselenggarakan oleh suatu organisasi independen
dan terbuka untuk umum, serta dapat dihadiri oleh berbagai kalangan
pengusaha. Pameran sengaja dirancang, agar dapat diketahui oleh
masyarakat luas, seperti penyelenggaraan pameran tahunan Ideal Home
yang diselenggarakan REI atau untuk kalangan tertentu. Misalnya pameran
yang diperuntukkan bagi para pengusaha dan pengguna mesin packaging.
Pameran layanan perbankan syariah yang diselenggarakan Abisindo
(Asosiasi Bank Syariah Indonesia).
Konferensi dan pameran, dalam berbagai banyak aspek, keduanya
seringkali diselenggarakan seiring. Perbedaan utamanya terletak pada
fasilitas display yang ada pada pameran, sedangkan konferensi biasanya
ditujukan untuk berbagi pengetahuan melalui pidato tanpa adanya pameran
produk. Jadi, pameran terfokus pada penjualan yang biasanya tidak dilakukan
pada konferensi.
Sebaliknya, seminar pada umumnya diselenggarakan sebagai event
yang lebih bersifat pribadi, eksklusif bagi perusahaan penyelenggara, dan
Sri Widyastuti
341
Sri Widyastuti
342
Sri Widyastuti
343
Sri Widyastuti
344
Sri Widyastuti
345
Sponsorship.
Sponsorship memiliki kemampuan untuk penyampaian di sejumlah
bidang komunikasi. Paket sponsorship yang dikemas secara baik, dapat
menciptakan dan memperkuat kesadaran akan nama perusahaan serta
merek produk atau jasa. Perusahaan harus tetap ingat, bahwa kesadaran
akan nama jarang bisa dicapai secara total. Efektivitas yang akan bisa dicapai
hanya kecil saja, kecuali bila melalui kesadaran itu, maka perusahaan bisa
mencapai penggabungan produk atau merek. Ingat pula, keberhasilan
kegiatan sponsorship terletak pada kekuatannya dalam mendukung teknik
komunikasi ketika menyampaikan kesadaran merek, pemahaman produk,
dan preferensi pembelian.
Melakukan sponsorship pada suatu event, menawarkan peluang yang
sangat baik bagi pelanggan dan staf. Satu hari menyelenggarakan lomba
atau sejenis, itu bisa menjadi katalisator yang bermanfaat untuk membangun
hubungan atau memotivasi karyawan. Mernberikan dukungan kepada
masyarakat setempat, merupakan langkah tepat dalam upaya meningkatkan
citra perusahaan. Hal itu sekaligus dapat membantu menunjukkan
keberadaan bisnis melalui cara yang baik, dan dengan demikian bisa
memperlancar proses rekrutmen. Bila sponsorship memberikan akses kepada
orang terkenal, maka kita bisa memanfaatkan yang bersangkutan untuk
menjaring calon pengunjung, misalnya untuk menghadiri suatu seminar.
Adapun hal terpenting yang mesti diperhatikan, yaitu harus mengetahui
apa yang diinginkan dari kegiatan sponsorship, sebelum memulai proses
perencanaan. Gambar 9.1 menunjukkan proses perencanaan kegiatan spon-
sorship. Kunci keberhasilan proses tersebut, terletak pada pemahaman kita
tentang audiens sasaran yang ingin kita pengaruhi. Oleh karena itu,
perusahaan harus mengetahui secara pasti, apa yang mereka sukai dan apa
yang kemungkinan besar menjadi kepentingan mereka. Profil gaya hidup
audiens, dapat diungkap melalui bidang-bidang yang mereka sukai, seperti
olahraga, musik, dan beragam hobi lainnya. Itu semua adalah bidang, di
mana kepentingan target perusahaan lebih tinggi dari biasanya, dari yang
diharapkan dapat menjadi media sponsorship paling efektif.
Ini merupakan tahap analisa, di mana kita dapat mulai membentuk sudut
pandang pendekatan strategis yang ingin digunakan. Wardah, produsen
Sri Widyastuti
346
Tujuan Audiens
Komunikasi Sasaran
Penggunaan Karakteristik
Kegiatan Audiens
Strategi Pilihan
Sponsorship Sponsorship
Rencana
Pengukuran
Sponshorship
Pada analisis lebih lanjut serta fokus perhatian pada event olahraga
paling popular, maka pilihan akan jatuh pada sepak bola. Untuk itu, perhatian
seksama tentang apa yang dapat dilakukan, akan mengarahkan perusahaan
pada perencanaan sponsorship di Liga Sepak Bola. Karena pilihan-pilihan itu
telah terfokus, maka cara melihatnya dari sudut pandang audiens guna
mendapatkan pilihan yang konsisten dengan nilai merek. Itulah ukuran utama
pilihan sponsorship: apakah itu merupakan refleksi nilai yang
menggambarkan merek itu sendiri?
Contoh, jika pengusaha perhiasan emas melihat bahwa sebagian besar
pelanggan mereka menyukai olahraga panahan, mereka tentu tidak akan
mau menjadi sponsor olahraga tersebut karena citranya tidak mencerminkan
bisnis mereka. Namun demikian, polo atau pacuan kuda barangkali masih
Sri Widyastuti
347
Sri Widyastuti
348
Sri Widyastuti
349
Sri Widyastuti
350
Sri Widyastuti
351
mendukung sebuah ulasan berita. Rasanya tidak tarlalu sulit bagi sebuah
pabrikan sepatu, untuk melakukan penelitian jumlah rata-rata pejalan kaki
yang menggunakan Briton setiap hari, dan membuat headline seperti “Britain
gets Lazy”.
Publikasi Pada Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
PR dapat menyampaikan aspirasi mengenai berbagai bidang, termasuk
yang berhubungan dengan komunitas, isu-isu lingkungan, bidang keuangan,
urusan konsumen, isu-isu manajemen, penanganan krisis, dan berbagai isu
penting lain.
Akan tetapi khusus untuk penanganan masalh krisis, kita justru sering
melupakannya. Oleh karena itu, tidak heran manakala musibah krisis dating,
banyak perusahaan belum siap menghadapinya. Akibatnya, kebangkrutan tak
terhindarkan. Tak terkecuali bidang manufaktur, sangat terpukul akibat
ketidakmampuannya menangani krisis. Untuk menghindari kerugian yang
lebih besar, maka tidak ada jalan lain bagi perusahaan selain menerapkan
kebijakan pengamanan ekstra ketat. Namun dernikian, strategi tepat sasaran
dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian maksimal. Lantas, siapa
yang harus diberitahu? Bagaimana caranya? Siapa yang berwenang
berbicara kepada pers? Bagaimana caranya mempersiapkan statement kita
tentang hal ini? Oleh siapa? Dalam situasi seperti itu PR dituntut berperan
aktif? PR dapat memainkan peranan sentral pada level perusahaan. Di
samping itu, ketika nilai ini dipahami dengan baik oleh perusahaan, maka
dengan sendirinya PR dapat memberi akses secara teratur kepada para
praktisi, untuk menuju tingkat kekuasaan tertinggi di perusahaan tersebut.
Kotler dan Lee (2005) mendefinisikan CSR sebagai komitmen
perusahaan, untuk memajukan keberadaan masyarakat melalui praktik bisnis
dan kontribusi penggunaan sumber daya perusahaan. Menurut Carroll (1991),
definisi tanggung jawab sosial sepenuhnya menggambarkan jangkauan
kewajiban bisnis terhadap masyarakat. Definisi itu mengandung kinerja
ekonomi, hukum, etika, dan diskresioner. Tanggung jawab ekonomi
menempati urutan teratas, karena pada dasarnya, bisnis memiliki kewajiban
untuk menjadi produktif dan menghasilkan profit, serta dapat memenuhi
kebutuhan konsumen.
Akan tetapi, tanggung jawab ekonomi harus dilakukan dalam batasan
Sri Widyastuti
352
hukuman tertulis. Tanggung jawab etika, berjalan sesuai norma dan nilai yang
berjalan di masyarakat. Sumbangan bisa berupa uang, tenaga, akses kepada
lingkungan untuk meningkatkan citra positif perusahaan. Hubungan
masyarakat dalam konsepsi komunikasi pemasaran terpadu, melakukan
pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak hanya bertugas mencapai
target pemasaran, juga mengarahkan opini publik dan menjaga reputasi
lembaga. Sementara tanggung jawab diskresioner bersifat filantropi,
dilakukan dengan sukarela. José, et al. (2012), menjelaskan, CSR adalah
harapan baru yang harus dipenuhi oleh semua jenis organisasi, dalam rangka
membangun reputasi dengan mengirimkan sinyal positif pada stakeholder
mereka.
Nimruji (2015), mengusulkan revisi pemahaman atau revisioning CSR
sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dan Negara, yang
menghubungkan bisnis, masyarakat serta hubungan negara dan masyarakat.
Ada kalanya pemilik perusahaan tidak hanya pemegang saham, melainkan
juga milik masyarakat. Penelitian Mohammad, et al, (2015) dengan sampel
bank, berhasil mengungkap fakta, bahwa secara keseluruhan, kegiatan CSR
sangat sedikit. Nasabah bank harus memilih bank-bank yang memiliki
kontribusi lebih tinggi terhadap CSR. Jamal, et al. (2016) meneliti UKM yang
memiliki visi kinerja global, berdasarkan kepatuhan terhadap kedua tujuan
lingkungan atau keuangan dan sosial. Mereka sangat berhati-hati untuk
memastikan CSR, yang dapat membantu melestarikan pasar yang ada atau
membuat pasar baru. Inilah fungsi humas, yaitu bagaimana mengemas
sebuah informasi menjadi pemberitaan yang menarik.Mc. Williams dan Siegel
(2001), mengatakan, CSR didefinisikan sebagai aktivitas yang lebih jauh dari
hal-hal sosial, melebihi kepentingan perusahaan, dan berlandaskan hukum.
CSR terkait dengan perlakuan stakeholders perusahaan secara etis dan
bertanggung jawab, dengan tujuan menciptakan standard hidup yang lebih
tinggi bagi manusia, baik di dalam dan di luar perusahaan, dengan tetap
mempertahankan profitabilitas Hopkins (2004).
Berdasarkan ISO 26000, CSR adalah tanggung jawab organisasi dari
keputusan dan aktivitasnya pada masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku
transparan dan beretika, yang berkontribusi untuk perkembangan
berkelanjutan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; memperhitungkan
Sri Widyastuti
353
juga ekspektasi dari para pemangku kepentingan; sesuai dengan hukum yang
berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional; dan terintegrasi
ke seluruh bagian organisasi (www.csrindonesia.com). Selanjutnya, Kotler
dan Lee (2005), menyebutkan, kategori program CSR yaitu couse promotion:
perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lain yang dimiliki
perusahaan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu
kegiatan sosial.
Ketika sebuah perusahaan menyatakan, bahwa sebagian dari
keuntungan atau penjualan produknya akan disumbangkan untuk kegiatan
sosial tertentu, maka perusahaan tersebut sedang melakukan apa yang
disebut sebagai couse related marketing. Pada aktivitas CSR Corporate
Philanthropy, perusahaan memberikan sumbangan langsung, dalam bentuk
derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Selanjutnya, pada aktivitas CSR
Community Volunteering, perusahaan mendukung dan mendorong para
karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise, agar
menyisihkan waktu mereka secara sukarela, guna membantu organisasi
masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Lain
halnya dengan aktivitas CSR Socially Responsible Business Practice,
perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis yang mendukung kegiatan social,
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup. Komunitas, dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan,
pemasok, distributor, organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra
perusahaan, serta masyarakat secara umum.
Temuan penelitian Constantin dan Ioana (2013) menyatakan persepsi
konsumen terhadap CSR berisi tujuh dimensi laten, yaitu tanggung jawab
terhadap karyawan, pelanggan, lingkungan, masyarakat secara luas dan
lokal, serta pemasok dan pemegang saham. Terdapat efek yang sangat
berpengaruh antara inisiatif - tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
dengan sponsor, pemasaran relasional, dan identifikasi philanthropy-
konsumen-perusahaan, serta sikap merek, yang pada gilirannya pada
perilaku kewarganegaraan konsumen (Yuan dan Monle, 2012).
Pada beberapa perusahaan yang kontroversial, misalnya perusahaan
rokok, Adam, et al. (2012) berargumentasi, perusahaan memberikan jawaban
dan menentukan cara mereka untuk dapat mengadopsi kebijakan CSR, yang
Sri Widyastuti
354
Sri Widyastuti
355
Sri Widyastuti
356
Sri Widyastuti
357
Sri Widyastuti
358
Sri Widyastuti
359
abstrak inilah, yang seringkali muncul untuk publikasi PR yang baik. PR tidak
secara langsung berdampak pada peningkatan penjualan atau keuntungan.
PR itu abstrak untuk meningkatkan kredibilitas produk perusahaan. PR ada
untuk meningkatkan awareness, kemudahan akses word of mouth, yang
tergabung sebagai komplimen yang dibutuhkan dalam program marketing
perusahaan untuk meningkatkan kesuksesan bisnis selanjutnya.
Menurut Marina Silalahi (2015), program PR akan berhasil jika diukur
dengan mengawali pertanyaan: apakah ROI yang diraih sebanding dengan
anggaran yang dihabiskan untuk program tersebut? Mengukur ROI pada
program PR, tidak semudah mengukur matrik dan analitik seperti di situs-situs
sosial media, tetapi masih bisa mengukur efektivitasnya dari beberapa aspek
atau usaha yang dilakukan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
ü Pertama, menentukan arah. Ketika perusahaan menjalankan
kampanye PR di sosial media dan kanal lain seperti surat kabar
cetak, majalah, dan jurnal perdagangan, maka harus jeli melihat
bagaimana respons aktif konsumen. Arah konten program PR juga
harus ditentukan, apakah dengan dengan ads, artikel, atau lainnya.
Setelah mengurangi dampak dari setiap Search Engine Optimation
(SEO), teknik yang dapat digunakan agar suatu website menjadi
mudah untuk dijangkau dengan mesin pencari dan PPC atau Pay-
Per-Click-system bayar per klik, misalnya: Google Adwords, Yahoo
Advertising, Bing Ads dan Facebook Ads, serta dan iklan berbayar,
yang membuat program berhasil akan tergantung dari upaya PR.
Mungkin juga bisa dengan melihat bertambahnya jumlah followers di
akun sosial media perusahaan.
ü Kedua, networking yang kuat. Jika kampanye PR menghasilkan
dampak positif bagi target konsumen perusahaan, divisi penjualan
(tenaga penjualan) akan lebih merasakan pengalaman positif sejak
pertama kali “berjualan”. Konsumen pun akan merasa lebih mudah
menyampaikan pertanyaan, yang menggiring ke penjualan. Mereka
akan lebih nyaman dan yakin dengan produk dan “orang-orang”
perusahaan, jika program PR yang Anda lakukan meninggalkan
kesan positif.
Sri Widyastuti
360
Sri Widyastuti
BAB V
MERANCANG PESAN
174
Sri Widyastuti
175
yang kreatif dan efektif. Salah satu strategi yang dapat ditempuh agar pesan
menjadi efektif, adalah dengan meningkatkan kreativitas pesan itu sendiri.
Sebab, hal itu akan menangkap perhatian konsumen dan membuat pesan
iklan menjadi lebih mudah diingat konsumen (Handoko, 2006).
Pendapat lain, menyatakan, iklan yang kreatif mungkin memang akan
menarik perhatian kepada gambar dan isi pesan iklan, namun bisa
mengganggu perhatian terhadap merek yang diiklankan, sehingga akan
mengurangi efektivitas terhadap merek yang sedang diiklankan.
menggunakan file computer, yang berisi berbagai gambar, video, jenis huruf,
dan sebagainya.
Pesan iklan yang baik adalah pesan yang berkaitan dengan asosiasi
indra (visual), konteks emosional (cinta, kebahagiaan, keadilan), asosiasi
yang intens, kebutuhan untuk bertahan hidup, dan hal-hal yang memiliki
keutamaan pribadi, hal-hal yang diulang-ulang serta hal-hal yang pertama
dan terakhir (www.savebrand.com). Bagian penting dalam merancang pesan
pada periklanan adalah pesan itu sendiri, yang merupakan apa yang
dikomunikasikan. Pesan iklan harus bersifat spesifik, yang
mengomunikasikan titik penjualan, keunggulan produk, bahan-bahan dari
produk, dan lain sebagainya. Kemudian target sasaran adalah pembaca atau
khalayak, yang dibidik dengan pesan itu secara langsung. Pendefinisan target
sasaran, akan membantu memahami siapa yang akan dihadapi dan dijadikan
pertimbangan referensi kolektif, cita rasa dan pendapatan target sasaran.
Pertimbangan lainnya adalah format, bentuk huruf, dan elemen visual
lainnya (foto, ilustrasi, grafik, dll). Format merupakan permulaaan tempat
kata-kata dirancang, yang merupakan media pesan dari produk atau jasa
perusahaan. Bentuk kata merupakan bagian dari gaya atau bentuk dari huruf
secara individu dari alphabet. Termasuk di dalamnya membuatan headline,
perwajahan, naskah baik dalam bentuk kopi untuk iklan media cetak, script
untuk iklan radio, dan storyboard untuk iklan televisi. Analisis aspek tanda
visual, juga bisa dilihat dari berbagai aspek visual, seperti penggunaan warna,
ukuran, ruang lingkup, kontras, bentuk dan detil. Struktur visual tersebut,
dapat didesain dengan struktur yang terdiri atas komponen seperti garis,
warna, bentuk, tekstur, dan gelap terang.
Dalam merancang bentuk pesan, ada empat hal yang harus
diperhatikan, yaitu apa yang harus dikatakan (isi pesan), bagaimana
mengatakannya secara logis (struktur pesan), bagaimana mengatakannya
lewat simbol-simbol (bentuk pesan) dan siapa yang akan mengatakannya
(sumber pesan). Hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah
pesan yang akan dikomunikasikan adalah sebagai berikut:
a. Isi pesan (message content).
Isi sebuah pesan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rational appeals,
emotional appeals, dan moral appeals. Rational appeals berarti isi pesan
Sri Widyastuti
184
yang disampaikan berkaitan dengan apa yang menjadi minat dari target
audiens. Pesan berisi tentang keunggulan produk dalam memberikan
manfaat tertentu. Misalnya pesan yang menggambarkan tentang kualitas
produk, kehematan, value atau performance. Emotional appeal berarti isi
pesan yang disampaikan berkaitan dengan berbagai campuran emosi
dari target audiens. Isi pesan berusaha membangkitkan emosi negatif
atau positif yang akan memberikan dorongan untuk membeli.
Emosi negatif seperti rasa bersalah, takut, dan malu akan
mendorong orang untuk melakukan sesuatu (menggosok gigi, periksa
gigi, check up) atau berhenti melakukan sesuatu, misalnya merokok dan
minum minuman beralkohol. Emosi positif seperti rasa humor, sayang,
gembira, bangga dan nyaman untuk mendorong orang membeli produk
atau jasa yang ditawarkan. Sedang moral appeals adalah isi pesan yang
disampaikan berkaitan dengan nilai-nilai dari target audiens. Isi pesan
mengarahkan pikiran pada konsumen tentang apa yang benar dan apa
yang patut. Pemasar dapat memberikan dorongan-dorongan agar
konsumen peduli dan mendukung terhadap masalah-masalah sosial,
seperti kebersihan lingkungan, persamaan hak untuk wanita dan bantuan
untuk yang kurang mampu. Pemasar harus fokus pada apa yang akan
diungkapkan kepada konsumen yang dituju, melalui iklan yang dipilih,
agar menghasilkan tanggapan audience seperti yang diharapkan.
Pergeseran era komunikasi dari pemasaran massal ke era one to
one marketing, berpengaruh terhadap isi pesan yang akan disampaikan.
Di era komunikasi massal, terdapat tanggapan bahwa suatu pesan
dapat digunakan untuk semua orang, tetapi isi pesan yang menarik
sajalah yang akan diminati konsumen. Untuk membuat isi pesan yang
menarik, pemasar dapat mencari daya tarik, tema, ide (gagasan)
penjualan yang unik. Hal ini berarti memformulasikan suatu manfaat,
motivasi, identifikasi atau alasan mengapa konsumen akan membeli
produk atau jasa.
Dari tiga jenis daya tarik yang ada, disarankan menggunakan daya
tarik rasional dan emosional, dalam memformulasikan isi pesan untuk
iklan produk unsought. Daya tarik rasional ini, dapat diwujudkan dengan
membuat isi pesan yang menggambarkan kualitas produk atau jasa, nilai
Sri Widyastuti
185
ekonomis nilai ekonomis dan manfaat suatu produk atau jasa. Konsumen
produk atau jasa unsought biasanya belum mengetahui secara baik, hal-
hal yang berkaitan dengan karakteristik produk atau jasa, sehingga dia
akan mengumpulkan informasi dan mebandingkan sebagai alternatif.
Meskipun terlibat dalam proses pembelian rendah, tetapi secara umum
konsumen produk atau jasa jenis ini, cenderung tertarik pada
kualitas,harga, nilai dan kinerja.
Daya tarik emosional, mencoba membangkitkan emosi positif atau
negatif. Contoh, penggunaan daya tarik emosional yang negatif, bisa
dilihat dari iklan produk asuransi jiwa produksi sebuah bank beberapa
tahun lalu. Diceritakan mengenai kehidupan keluarga seorang eksekutif,
suami dan istri bekerja. Memiliki dua anak balita, rumah dan mobil hasil
dari kredit. Kehidupan yang bahagia, itu berakhir dengan sad end, karena
kecelakaan merenggut nyawa pasangan eksekutif tadi. Konsumen
ditakut-takuti dengan kondisi pasca tragedi yang dialami oleh anak-
anak yang ditinggal, dan kemungkinan hal itu akan dialami oleh siapapun.
Maka perlu sebuah keluarga untuk memiliki asuransi jiwa.
b. Struktur pesan (message structure)
Sebuah pesan yang akan disampaikan kepada target audiens, memiliki
tiga pilihan struktur pesan; yang dapat memberikan kesimpulan pada
akhir pesan yang disampaikan atau memberi kesempatan target audiens
membuat kesimpulan sendiri; dapat menempatkan pendapat yang kuat di
awal pesan atau di akhir pesan; dapat menampilkan hanya kelebihan
sebuah produk atau selain menampilkan kelebihan produk dan juga
menampilkan keterbatasan tersedianya suatu produk
Terdapat tiga jenis struktur pesan, yaitu:
1) Conclusion Drawing. Riset mutakhir menunjukkan, iklan terbaik
adalah yang memberikan kesimpulan, dengan memberi pertanyaan
dan membiarkan penerima pesan membuat gambaran
kesimpulannya masing-masing.
2) One or Two Sided Arguments. Yaitu pemasar memberikan paparan
dengan pujian-pujian akan keunggulan produk atau jasa saja (one
sided), atau juga menyebut beberapa hal yang tidak memuaskan (two
sided).
Sri Widyastuti
186
Furinto, 2009). Pemasar harus membuat bentuk pesan yang baik. Dalam
iklan di media cetak, misalnya, harus diputuskan mengenai headline,
ilustrasi, dan warna. Untuk pesan di radio, pemasar harus berhati-hati
memilih kata-kata, kualitas suara dan vokal. Pesan yang disampaikan
lewat produk, yaitu melalui kemasannya, pemasar harus memperhatikan
mengenai warna, tekstur, ukuran dan bentuk. Keberhasilan dari usaha
pemasaran melalui media iklan televisi dengan audio visualnya, dituntut
dapat menampilkan suatu pesan yang berkesan, sehingga dapat
menyentuh hati konsumen. Untuk itu, sebuah iklan, diharapkan mampu
mengomunikasikan kelebihan yang tidak dimiliki produk lain atau pesaing
dengan iklan yang lain dengan didukung kualitas pesan iklan, untuk
menerobos kerumunan iklan yang biasa beredar di televisi.
Dalam hal bentuk pesan, perusahaan harus memilih nada yang
tepat untuk iklan. Perusahaan harus secara konsisten bernada positif.
Iklannya harus menyatakan sesuatu yang paling positif tentang produk
atau jasa, hindari humor agar tidak mengalihkan perhatian dari pesan.
Perusahaan menggunakan emosional untuk menentukan nadanya,
terutama perusahaan film, telepon dan asuransi, yang mengutamakan
hubungan manusiawi. Kata-kata yang mudah diingat dan menarik
perhatian, harus ditemukan paling tidak dalam headline berita.
Hal ini bisa dilihat dari contoh di bawah ini:
v Berita “Boom dan inflasi baru akan tiba. Bergabunglah bersama
kami ... ”
v Pertanyaan “ ... apakah Anda mengalaminya baru-baru ini?
Sebuah kejutan akan datang”.
v Narasi “Mereka tertawa ketika Aku duduk di piano, tetapi kemudian
Aku mulai memainkan dengan antusias”.
v Perintah “Jangan membeli sebelum Anda mencobanya, lakukan
cara terbaik untuk mengurangi pajak penghasilan Anda”.
v Bagaimana – apa – mengapa “mereka tidak dapat berhenti
membeli”.
Gambar headline berita dan kata-kata itu penting, dengan
disesuaikan pada urutan tersebut. Pembaca pertama-tama
memperhatikan gambar, sehingga gambar harus cukup kuat untuk
Sri Widyastuti
188
strategi yang ditempuh adalah melalui hal-hal apa yang ada pada sasaran,
seperti kebutuhan, keingingan, citra yang ada dan sejenisnya.Terdapat
berbagai macam strategi dalam penyusunan suatu perencanaan pesan
periklanan, namun pada dasarnya aliran-aliran tersebut dikembangkan dari
dua fokus utama di atas.
Secara umum, aliran-aliran itu dapat dikelompokkan dalam empat
strategi dasar perencanaan pesan periklanan, yakni:
1. USP Strategy (Strategi Tawaran Keunikan)
Konsep strategi USP ini dikembangkan oleh Rosses (1990). The
Ted Bates Agency dalam bukunya “Reality in Advertising”
menggambarkan ada tiga karakter dalam konsep strategi sebagaimana
dijelaskan di bawah ini:
a. Setiap iklan harus mampu membuat suatu usulan keunikan produk,
bukan sekadar permainan kata-kata, tidak hanya keindahan, tetapi
suatu pernyataan pada sasaran, yang mengandung makna “lakukan
apa yang kami katakan, pasti Anda akan memperoleh
keuntungannya.”
b. Usulan hendaknya merupakan sesuatu yang tidak dilakukan oleh
pihak lain (saingan), melainkan sesuatu yang nyata-nyata unik, baik
berupa kelebihan produk, ataupun suatu bentuk pernyataan (klaim)
produk tersebut.
c. Usulan harus kuat dan mampu menggerakkan banyak orang, agar
memperoleh dukungan kuat dari pengguna, khususnya pengguna
baru produk yang ditawarkan.
Sesuatu yang penting dalam strategi USP, dikenal adanya konsep
“Ide Penjualan Utama” (The Major Selling Idea). Yaitu bagaimana
mendapatkan suatu keunikan produk, keuntungan dan kelebihan yang
ada, untuk dimanfaatkan sebagai ‘’klaim’’ tersebut. Strategi ini dikenal
pula dengan strategi “Hard Selling.”
d. Tahap terakhir adalah kembali ke visi iklan (brief yang dibuat), yaitu
dari daftar ide yang ditemukan, mana yang relevan dengan visi iklan
dan sesuai brief di awal.
Setelah strategi pesan ditentukan, selanjutnya adalah menciptakan
sesuatu secara kreatif. Maksudnya, bagaimana menyampaikan sebuah pesan
yang telah ditentukan dengan gaya berbeda, sehingga dapat menarik
perhatian sasaran. Gaya juga berfungsi sebagai pemicu ingatan, pemancing
untuk membuat orang ingat kembali. Secara otomatis, gaya merupakan
asosiasi terhadap identitas merek (Sutherland & Alice K, 2005).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat perumusan
kreativitas iklan (Durianto, dkk, 2003):
• Directed Creativity. Kreativitas yang dibuat harus sesuai dengan
‘What to say’ yang telah ditentukan. What to say adalah inti pesan
yang ingin disampaikan kepada sasaran, tertuang dalam strategi
kreatif dalam bentuk creative brief yang dibuat tim kreatif.
• Brand Name Exposure. Terdiri atas individual brand name dan
company brand name. Brand name exposure dinilai sangat penting,
karena bertujuan untuk mendapatkan brand awareness.
• Positive Uniqueness. Iklan yang efektif harus mampu menciptakan
asosiasi yang positif. Pertama-tama iklan harus efektif, setelah itu
iklan harus kreatif. Iklan akan menjadi sia-sia, jika sekadar kreatif
tetapi tidak efektif dan malah menimbulkan asosiasi yang salah di
benak sasaran. Pesan yang mudah diingat dengan baik, berkaitan
dengan asosiasi indra (visual), konteks emosional (cinta,
kebahagiaan dan keadilan), kualitas yang menonjol atau berbeda,
asosiasi yang intens, dan hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi
yang mendalam (Suyanto, 2004).
• Selectivity. Berkaitan dengan pesan yang disampaikan kepada
sasaran dan endorser, sebagai pembawa pesan dari iklan tersebut.
Menimbulkan kepercayaan yang lebih mengacu pada keyakinan
penerima pesan, bahwa sumber pesan akan memberikan informasi
yang valid.
Sri Widyastuti
202
BAB VI
PERIKLANAN
203
Sri Widyastuti
204
sekali calon pelanggan potensial di seluruh dunia. Tahun 2019, total pasar
iklan di Indonesia, termasuk iklan di media tradisional, diprediksi mencapai
USD19,58 miliar. Belanja iklan digital dan mobile diprediksi menyumbang
sekitar USD 7,6 miliar. Analis industri mengatakan, kampanye digital akan
lebih efektif, jika ditargetkan untuk platform mobile dibandingkan dengan
desktop, mengingat sebagian besar warga Indonesia melakukan kegiatan
online melalui telepon seluler.
Sri Widyastuti
205
Sri Widyastuti
206
membuat produk atau jasa terlihat lebih elegan dan bergaya dari
pesaingnya.
4. Sebagai pendamping perusahaan dalam mewakili apa yang ingin
disampaikan produk atau jasa tersebut kepada khalayak sasaran.
5. Memuaskan keinginan konsumen pada sesuatu yang diketahui
mengenai produk atau jasa tertentu.
Menurut Kasali (2007), dalam penayangan iklan di televisi, perlu
mempertimbangkan unsur-unsur: waktu penayangan, gerakan, gambar atau
visual, suara dan pesan. Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung
unsur pembeda, dapat menimbulkan persepsi yang baik di benak calon
konsumen, dan dapat menggiring calon konsumen pada alur pemikiran yang
jernih dan menarik. Untuk itu, pesan yang dibuat harus singkat dan
ilustrasinya seperti jingle atau motto mesti komunikatif, sehingga mudah
diingat dan dipahami calon konsumen suatu produk atau jasa. Media
penyampai pesan juga memegang peranan penting dalam proses
komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan tersampaikan pada audiens
yang diinginkan. Oleh karena itu, memilih media yang tepat akan sangat
menentukan apakah pesan yang hendak disampaikan kepada kelompok
sasaran, sampai atau tidak. Dengan demikian, sebenarnya perusahaan perlu
mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan. Karena itu,
sebelum pesan iklan dikirimkan, pemasang iklan harus betul-betul
mempertimbangkan bagaimana audiens akan menginterpretasi dan
memberikan respons terhadap pesan iklan yang dimaksud.
Faktor yang sering memengaruhi konsumen merupakan faktor internal
seperti sikap negatif terhadap ilustrasi yang digunakan dalam iklan, atau
memiliki kemampuan terbatas untuk menafsirkan iklan. Iklan merupakan
sarana ampuh untuk membangun kesadaran konsumen, tentunya iklan harus
dapat membujuk, membangun reputasi, dan preferensi kondisi serta
meyakinkan kepada siapapun yang telah membeli produk atau jasa tersebut
(Brannan, 2005). Tujuan periklanan menurut Kotler dan Armstrong (2012),
adalah tugas komunikasi tertentu yang dicapai dengan pasar sasaran
selama periode ( waktu) tertentu. Tujuan periklanan digolongkan berdasarkan
tujuan utama, yaitu menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan.
Periklanan informatif digunakan ketika memperkenalkan kategori produk
Sri Widyastuti
207
Sri Widyastuti
208
Sri Widyastuti
209
Sri Widyastuti
210
Pesan
Sri Widyastuti
211
Sri Widyastuti
212
Sri Widyastuti
213
Sri Widyastuti
214
Sri Widyastuti
215
Sri Widyastuti
216
Sri Widyastuti
217
Sri Widyastuti
218
Sri Widyastuti
219
Sri Widyastuti
220
Pangsa
pengeluaran
Pangsa
suara
Pangsa
pikiran dn
hati
Pangsa
pasar
Sri Widyastuti
221
Sri Widyastuti
222
berikut:
ü Memengaruhi kekuatan yang paling berpengaruh dalam pemilihan
kriteria mengevaluasi merek dari kelas produk.
ü Menambah karakteristik pada hal-hal yang dianggap menonjol
pada kelas produk.
ü Meningkatkan atau menurunkan peringkat kelas produk yang
menonjol.
ü Mengubah persepsi terhadap merek perusahaan pada beberapa
karateristik produk tertentu yang menonjol (penting).
ü Mengubah persepsi terhadap merek yang bersaing pada beberapa
karateristik produk tertentu yang menonjol (penting).
Tabel 6.1 Tujuan Periklanan Berdasarkan Inventory Approach
Jenis Uraian
Membentuk kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau
menginformasikan keistimewaan baru dari produk yang sudah ada.
Menumbuhkan kesadaran: iklan membantu agar sesuatu dikenal orang atau lebih
suka berhubungan dengan hal–hal yang sudah mereka kenal.
Informative (pioneering)
Advertising: aims to create Membangun identitas merek: iklan membantu menanamkan citra atau ciri-ciri
awareness and knowledge tertentu terhadap suatu produk.
of new product or new Membangun sikap yang diinginkan: iklan mendorong tumbuhnya pandangan yang
features of existing product positif mengenai produk.
Berupaya meciptakan permintaan awal (primary demand).
Meluncurkan produk baru: iklan dapat menjadi senjata ampuh dalam peluncuran
produk baru ke pasar.
Membentuk rasa senang, referensi, keyakinan, dan pembelian produk atau jasa.
Mempromosikan produk di pasar: dengan tersegmentasinya pasar, iklan dapat
membantu memosisikan produk dalam segmen dan mengidentifikasi produk
dengan segmen tersebut.
Persuasive Advertising: Competitive – comparative: iklan berupaya mengembangkan pilihan pada merek
aims to create liking, tertentu, dengan menunjukan keunggulan produk merek dibandingkan produk
preference, conviction, and merek pesaing.
purchase of a product or Membujuk: iklan dapat membuat customer tertarik pada produk yang ditawarkan.
service Menumbuhkan keinginan untuk meminta sesuatu: iklan dapat menjadi jembatan
antara produk dan penjualan, menimbulkan keinginan untuk meminta informasi
penjualan, sempel, atau harga.
Dukung para penyalur: apabila terdapat mata rantai distribusi, iklan adalah salah
satu kekuatan yang dapat memperkuat distributor di pasar lokal.
Ciptakan brand image atau kecenderungan perasaan senang terhadap merek
tersebut.
Tanamkan informasi atau perilaku yang mengacu pada keuntungan superior dari
Penjualan jangka
1 merek tersebut.
pendek
Perangi klaim kompetitif.
Perbaiki pemaknaan yang salah, informasi yang disampaikan dengan tidak benar,
serta rintangan-rintangan lain bagi penjualan.
Bangun kebiasaan yang mudah untuk mengenali produk.
Laksanakan fungsi penjualan yang menyeluruh (bawa produk melalui semua
2 Penjualan Langsung
langkah yang perlu untuk penjualan).
Tutup penjualan dari sebagian yang sudah melalui periklanan di masa lalu
Sri Widyastuti
223
Sri Widyastuti
224
Hierarchy Approach
Awareness, adversiter membangun kesadaran dengan mengenal nama-
nama produk melalui pesan sederhana, yang terus menerus mengulang
nama produk. Knowledge, advertising mendorong target pasar mempunyai
pengaruh yang lebih banyak tentang produk, dengan cara menyampaikan
berbagai informasi tentang produk. Liking, advertising mengembangkan
kampanye iklan untuk mendorong target audiens memiliki perasaan suka
terhadap produk. Preference, advertising harus membangun preferensi target
audiens dengan mempromosikan mutu, nilai, kinerja dan keistimewaan
lainnya pada produk. Conviction, advertiser mesti membangun keyakinan
target audiens, bahwa produk merupakan pilihan terbaik bagi mereka.
Sandra (2011) menjelaskan, bahwa dalam model ini,pembelian terjadi
mulai dari think-feel-do (TFD Model). Oleh karena itu, pancapaian tujuan
periklanan dapat dicapai apabila melalui urutan seperti dalam gambar 6.3 di
bawah ini:
Re Awareness
purchase
Knowledge
Purchase
TFF
MODEL
Liking
Conviction
Preference
Sri Widyastuti
225
Sri Widyastuti
226
Strategi apapun yang dipilih, yang terpenting adalah sebuah iklan harus
mampu memosisikan merek di benak konsumen atau audiens sebagaimana
diharapkan perusahaan. Shimp (2003) menyatakan, pada dasarnya ada
enam strategi periklanan, yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
berdasarkan orientasinya, yaitu orientasi fungsional, orientasi pada symbol
atau pengalaman dan orientasi pada dominasi kategori produk seperti tabel
6.2 dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Functional Orientation.
Strategi periklanan yang berorientasi pada kebutuhan konsumen untuk
manfaat kongkret/ fisik/ tangible dari suatu produk atau jasa yang diiklankan.
Bentuk strategi yang dilakukan adalah unique selling proposition (pernyataan
penjualan yang unik). Shimp (2003) mengemukakan: “ ... with the Unique
Selling Proposition (USP) advertiser make a superiority claim based on
unique product attribute that represents a meaningful, distinctive consumer
benefit”. (Dengan pernyataan penjualan yang unik, pengiklan mengklaim
keunggulan mereknya atas atribut produk, yang memberikan arti dan manfaat
Sri Widyastuti
227
Sri Widyastuti
228
Sri Widyastuti
229
Sri Widyastuti
230
Sri Widyastuti
231
Sri Widyastuti
232
Sri Widyastuti
233
Sri Widyastuti
234
dihadapkan oleh dua daya tarik rasional (dengan daya pikir atau
rasio) serta daya tarik emosional (psikologis). Daya tarik ini
digunakan berdasarkan pertimbangan, bahwa pendekatan rasional
pada dasarnya tidak banyak, bahkan untuk produk yang bersifat
sangat rasional dan fungsional sekalipun. Contohnya seperti
produk sabun cuci deterjen juga memiliki aspek atau elemen
emosional dalam memilihnya.
Eksekusi kreatif adalah cara bagaimana suatu daya tarik iklan disajikan.
Iklan yang memiliki daya tarik dan memiliki pesan bermakna, merupakan hal
yang jelas penting. Namun cara bagaimana suatu eksekusi kreatif iklan
dilaksanakan, adalah hal yang tak kalah penting.
Suatu pesan iklan dapat tersaji melalui beragam cara, antara lain:
• Iklan Pesan Faktual. Salah satu jenis eksekusi iklan kreatif dan
paling mendasar, adalah dengan pesan faktual atau penjualan
langsung (straight sell). Jenis iklan ini menekankan pada penyajian
(presentasi) pesan iklan mengenai suatu barang atau jasa secara
langsung (to the point). Dalam eksekusi iklan ini, sering
menggunakan daya tarik informasi atau daya tarik rasional
mengenai barang atau jasa dengan berbagai atributnya.
• Iklan Bukti Ilmiah. Sebagai variasi dari iklan pesan faktual,
pengiklan terkadang juga menampilkan bukti ilmiah atau bukti
teknis mengenai manfaat, kegunaan, keampuhan, atau kehalalan
suatu produk yang diiklankan. Suatu iklan sering mengungkapkan
hasil penelitian laboratorium atau pengesahan oleh lembaga
(organisasi) ilmiah, guna memperkuat klaim yang dikemukakan
dalam iklan.
• Iklan Demontrasi. Kreativitas iklan ini ditunjukan dengan rancangan
yang mengilustrasikan (menggambarkan) keuntungan utama dari
suatu barang/ jasa, yang diiklankan dengan cara menunjukkan
barang atau jasa dalam hal penggunaan yang sesungguhnya
(actual use). Iklan demonstrasi sangat efektif dalam meyakinkan
konsumen mengenai kegunaan atau kualitas suatu produk serta
manfaat memiliki dan menggunakan merek produk bersangkutan.
Sri Widyastuti
235
Sri Widyastuti
236
Sri Widyastuti
237
Sri Widyastuti
238
iklan yang lebih serius. Iklan humor yang efektif, sulit dibuat karena
membutuhkan imajinasi dan kreativitas tinggi.
Iklan humor akan lebih berhasil digunakan pada produk atau
jasa yang sudah mapan dari pada produk baru. Humor juga lebih
layak untuk produk atau jasa yang lebih berorientasi pada
perasaaan, pengalaman, dan pada produk atau jasa yang tidak
sangat membutuhkan keterlibatan konsumen (seperti barang-
barang kemasan konsumen yang harganya murah/inferior good).
Mentransformasikan humor ke dalam sebuah iklan, bukanlah ide
yang tanpa tujuan. Seperti halnya banyak kiat yang sudah
dipraktikkan, kiat menyisipkan unsur humor ke dalam iklan memiliki
tujuan memberi daya tarik dari iklan itu sendiri. Akan halnya
memasang iklan yang “humoris” di layar TV, tentu saja untuk
memancing perhatian para pemirsa TV terhadap suatu produk
yang ditawarkan (Riansyah, 2012). Menurut Fugate (1998), humor
di iklan televisi memiliki beberapa keuntungan, di antaranya untuk
menarik perhatian penonton, mendorong orang untuk mengingat
iklan dan juga pesannya, menunjukkan bahwa manusia dapat
tertawa dan tersenyum dengan melihat dari sisi-sisi kemanusiaan,
humor membuat orang-orang menyukai kita dan pada akhirnya
meningkatkan kesan merek produk kita.
• Iklan Kombinasi. Telah diulas sebelumnya mengenai berbagai jenis
pendekatan dalam eksekusi iklan kreatif. Pendekatan kombinasi
dapat menggambungkan dua atau lebih jenis eksekusi iklan kreatif.
Misalnya cuplikan kehidupan, yang seringkali digunakan untuk
menunjukkan (mendemonstrasikan) suatu barang atau jasa. Iklan
perbandingan seringkali dibuat dengan pendekatan humor. Dalam
hal ini, tim kreatif iklan bertanggung jawab untuk menentukan,
apakah akan menggunakan satu atau menggabungkan berbagai
teknik eksekusi iklan kreatif di atas.
Sri Widyastuti
239
pengiklanan, yaitu melalui media cetak, media elektronik, media luar ruang
dan media lini bawah. Untuk mencapai audiens sasaran, para pengiklan
akan mempergunakan berbagai jenis media, baik cetak maupun elektronik.
Berikut ini adalah media-media iklan yang paling sering digunakan:
Tabel 6.3 Pilihan Media
Sri Widyastuti
240
Sri Widyastuti
241
periklanan transit
• Kesulitan menemukan pemirsa • Kesempatan bagi efek tiga dimensi
• Kagagalan retell mamanfaatkan pergerakan,suara, dan tehnik
Titik Penjualan
bahan yang diberikan kepada produksi baru
mereka
• Pemilihan pemirsa terbatas • Flesibilitas
Out Door • Batasan Kreativitas • Paparan pengulangan tinggi
• Biaya dan kompetisi rendah
• Biaya dapat menghilang • Pemilihan sangat tinggi
Surat
• Kontrol penuh biaya relatif rendah
Pemberitahuan
• Kesempatan interaktif
• Produksi berlebih dapat • Flesibilitas
Brosur mengakibatkan hilangnya biaya • Kontrol penuh
• Dapat mendramatisasi pesan
• Biaya relatif tinggi, kecuali • Banyak pemakai
PH
penggunaan sukarelawan • Ada sentuhan personal
• Tidak ada waktu untuk • Kombinasi visual, suara, gerakan.
mengelompokan informasi yang • Satu pesan setiap saat
banyak • Empati pemirsa
Ketidakteraturan yang tinggi • Kesempatan untuk
(hampir 25% dari penyiaran mendemontrasikan produk
adalah materi monogram) • Kepercayaan: apa yang Anda lihat,
Televisi • Gangguan (televisi menempati itulah yang Anda peroleh
posisi teratas dalam keluhan • Menarik bagi indra
pelanggan) • Perhatian dan jangkauan tinggi
• Sensor berubah-ubah
• Biaya absolute tinggi
• Paparan berkelompok
• Pilihan pemirsa kurang
• Kesenangan visual kurang • Kesempatan mengekplorasi suara
• Peralihan perhatian ( banyak • Sesuai untuk humor dan keintiman
pendengar tidak suka iklan) • Kesetiaan mendengarkan (rata-rata
• Data kebiasaan mendengarkan seorang mendengarkan hanya dua
kurang tepat statsion)
Radio • Pengelompokan pesan dan • Kemampuan untuk segera
pemaparan mengubah pesan
• Perhatian kurang dibandingkan • Penggunaan masal, pemilihan
dengan TV demografis dan geografis tinggi
• Struktur nilai tidak memenuhi • Biaya rendah
standar
• Sensor seringkali tidak • Fleksibilitas grafis dan produksi
terprediksi penggunaan efek tiga dimensi
• Pemikiran formula didukung • Cukup ilmiah dibandingkan dengan
oleh catatn surat langsung yang bentuk periklanan lain
Surat Langsung
telah terbukti • Personalisasi tinggi
• Biaya relatif tingi • Pemilihan pemirsa dapat diukur
• Gambaran surat sampah • Tidak ada saingan iklan di media
yang sama
• Persaingan tinggi • Cakupan lokal yang sangat baik
Halaman Kuning
• Waktu keuntungan pembelian • Kepercayaan tinggi
Sri Widyastuti
242
Sri Widyastuti
243
Sri Widyastuti
244
Sri Widyastuti
245
surat kabar sebesar Rp. 15,6 Triliun, melebihi belanja iklan di majalah dan
tabloid yaitu Rp 686,6 Miliar, (Nielsen Consumer & Media View, 2017).
Majalah
Demikian pula majalah-majalah khusus, terbit bak jamur tumbuh di
musim hujan, mulai dari majalah perikanan, tekstil, musik, pemeliharaan
lebah dan bidang lain yang tak kalah menarik. Saat ini, setiap profesi juga
memiliki publikasi sendiri sesuai dengan lingkungan bisnis dan isu teknis
lainnya. Dikatakan majalah khusus, karena majalah tersebut secara khusus
dirancang untuk media ‘perorangan’, dengan mengekspose hanya pada satu
obyek tertentu. Oleh karena itu, bagi para pemasang iklan, disarankan
memilih majalah sesuai produk yang ditawarkan. Kampanye ice cream
Hdagen Dazs, misalnya, akan lebih cocok jika menggunakan majalah wanita.
Rasa percaya diri juga merupakan bentuk pesan, dan itu bukan sesuatu yang
perlu dibagi kepada orang lain. Dengan demikian, majalah-majalah khusus
sangat ideal sebagai media iklan.
Iklan Outdoor
Iklan luar ruang merupakan segala bentuk periklanan yang
menggunakan media di luar ruang, pesannya hanya dapat menjangkau
khalayak lokal, mengandalkan atribut-atribut visual sebagai tolok ukur
efektivitasnya, serta relatif statis, baik dalam tempat maupun pesannya.
Contoh outdoor advertising: banner, poster, billboard.
Istilah iklan luar (outdoor advertising) memiliki banyak ragam dan
tingkatan. Poster-poster besar berukuran ’48-sheet’ adalah versi iklan outdoor
yang paling menonjol. Iklan berukuran besar memang sangat menyolok,
tetapi bukan merupakan satu-satunya pilihan. Alat transportasi seperti bus
dan taksi, juga bisa menjadi media iklan yang sangat menarik, karena pesan-
pesan itu dibawa ke mana pun berjalan.
Demikian pula halte bus, terminal, dan stasiun kereta api, merupakan
tempat-tempat strategis untuk media iklan, yang sasarannya adalah
konsumen yang berjalan. Media ini dapat memuat pesan lebih panjang,
karena audiens “ditahan” selama waktu menunggu dan hanya memiliki sedikit
aktivitas selain membaca poster-poster itu.
Di arena olahraga, misalnya di lintasan lari, lapangan sepak bola atau
lintasan pacuan kuda, terlihat berbagai bentuk dan ukuran poster. Dan, tentu
Sri Widyastuti
246
saja, pada setiap poster calon pembeli diekspose sebagai materi point of
sale. Mulai dari yang outdoor seperti papan reklame, hingga yang indoor
seperti sticker dan flyers, catalogs serta lainnya.
Iklan digital
Berbagai media yang disebut di atas, belum lengkap karena masih
banyak media lain seperti misalnya mailer di internet, QTV, berbagai screen
komersial yang dipasang di jalan raya, video-video sewa dan sebagainya.
Gaya hidup konsumen yang semakin mendekat ke arah digital,
mempengaruhi ketatnya kompetisi para penyedia jasa telekomunikasi dan
layanan online, khususnya e-commerce, sehingga pengiklan semakin gencar
beraktivitas di berbagai media. Terbukti, belanja iklan kedua kategori produk
ini sangat kuat pertumbuhannya dibandingkan dengan kategori produk
pengiklan terbesar lainnya.
Di tahun 2016, sudah ada milestone baru untuk iklan mobile yang
mencapai $100 juta (sekitar Rp. 1.2 triliun). Pertumbuhan di ranah mobile
diperkirakan akan semakin meningkat, seiring dengan implementasi teknologi
4G di Indonesia, yang akan mendorong pengaksesan lebih cepat, terutama
untuk iklan video, melalui perangkat ponsel yang jumlah konsumennya jauh
lebih banyak ketimbang penonton televisi ataupun pelanggan media cetak.
Berkaca dari data yang dihimpun Redwing itu, pendorong utama
perolehan kue iklan untuk segmen digital dan mobile, adalah semakin
cepatnya kualitas akses Internet, baik melalui teknologi kabel atau fiber
optic maupun teknologi seluler bagi masyarakat umum. Mengingat
pertumbuhan kecepatan Internet belum secepat dan semerata negara-negara
maju, wajar jika pertumbuhan iklan di segmen ini di Indonesia belum sepesat
negara-negara tersebut meskipun memiliki pertumbuhan yang sehat.
Pilihan Lainnya
Kini hampir semua tempat penuh dengan iklan, dalam upaya untuk
memanfaatkan pasar yang besar dan sedang bertumbuh. Bisnis periklanan
pada Body Mobil (Car Panel Advertising) adalah iklan lewat media kendaraan
seperti bus, truck, atau mobil pribadi, bisa dibilang sebagai model periklanan
yang cukup efektif.
Ketika mobil tersebut melintasi jalan raya, tentu ada banyak pasang
mata yang akan melihat iklan tersebut. Selain itu, keuntungan beriklan lewat
Sri Widyastuti
247
media mobil juga terbilang tidak memakan biaya besar. Promosi lewat iklan di
badan mobil, ternyata juga banyak dijalankan oleh para politikus di daerah-
daerah, sebagai bentuk kampanye politik. Sasaran utamanya biasanya
adalah mobil angkot, bajaj, dan kendaraan umum lainnya. Media terpenting
untuk banyak perusahaan, adalah alat transportasi milik mereka sendiri.
Para perusahaan yang telah memiliki moda transportasi sendiri, juga
sering memanfaatkan kendaraan (armadanya) untuk beriklan, baik dengan
menggunakan sticker dan poster yang ditempel di kaca belakang atau
mengecat bodi mobilnya lewat jasa cat airbrush. Berbagai truk dan alat
angkut lain milik perusahaan, dapat digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan yang sangat efektif.
Sri Widyastuti
248
Sri Widyastuti
249
Sri Widyastuti
250
Kegunaan
Produk
Al-Quran Kriteria
Guatantee dan Hadist Penggunaan
Produk
Konsumen
Sehat,
Cerdas,
Muttaqin
Sri Widyastuti
251
Sri Widyastuti
252
menjadi darah dan daging manusia, akan membuat orang menjadi taat
kepada Allah Swt, sebab konsumsi yang baik dapat mengantarkan manusia
kepada ketakwaan. Maka apa yang dikonsumsi harus memenuhi tiga unsur :
materi yang halal, sumber dan proses pengelolaannya bersih (higienis) dari
kotoran dan dosa, serta penyajian yang Islami.
Marketing dalam realitas bisnis adalah sebagai primadona, jika
dilakukan pebisnis secara tepat dan benar. Dalam mempertahankan
kelangsungan bisnis yang cepat dapat dipikirkan bagaimana perlakuan
marketing, yaitu:
ü Sebagai ilmu bisnis yang berpijak pada konsep dan strategi, yang
harus diimplementasikan untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu
kepuasan stakeholder (pelanggan, karyawan-anggota organisasi,
pemegang saham) secara berkelanjutan. Kepuasan dan loyalitas
merupakan faktor kunci dalam merancang dan mengendalikan
bauran pemasaran, yang paling sesuai dalam lingkungan bisnis
yang terus berubah dengan cepat.
ü Sebagai jiwa setiap bisnis. Marketing itu science, memiliki basis
keilmuan yang kuat dalam menjelaskan fenomena pasar secara
menyeluruh.
Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai transenden seorang
pebisnis, harus memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan
dalam Islam, sebagaimana di bawah ini:
1. Jujur dalam takaran. Dalam bisnis, untuk membangun
kepercayaan, seorang pedagang harus jujur dan adil, baik
terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Dengan bersikap
jujur, kepercayaan pembeli kepada penjual akan tercipta dengan
sendirinya. Ini sesuai firman Allah dalam Surat Al - An’am : 152
yang artinya: “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil kendati dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji
Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat”.
2. Menjual barang yang baik mutunya. Salah satu kelemahan etika
dalam perdagangan adalah tidak transparan dalam hal mutu,
Sri Widyastuti
253
Sri Widyastuti
254
Sri Widyastuti
256
Sri Widyastuti
257
Sri Widyastuti
259
Sri Widyastuti
260
Sri Widyastuti
261
Sri Widyastuti
262
Sri Widyastuti
BAB VII
PROMOSI PENJUALAN
262
Sri Widyastuti
263
Sri Widyastuti
264
pameran, dan demonstrasi (Basu & Irawan, 2008). Menurut Kotler dan
Amstrong (2008) sales promotion (promosi penjualan) yaitu insentif jangka
pendek, untuk mendorong pembelian atau penjualan produk/ jasa. Promosi
penjualan memiliki karakteristik, yaitu merupakan insentif yang diberikan
perusahaan berjangka waktu pendek, dirancang untuk menciptakan dan
meningkatkan jumlah pembeli.
Promosi penjualan sangat efektif dalam hal menciptakan tanggapan
yang lebih kuat dan lebih cepat, mendramatisasi penawaran produk,
mendorong penjualan yang lesu, pengaruhnya bersifat jangka pendek, dan
tidak efektif dalam membangun preferensi merek jangka panjang. Kegiatan
dan insentif komunikasi, dirancang untuk mempromosikan sebuah produk
atau perusahaan ke target sasaran (calon pelanggan). Berbagai program
insentif jangka pendek, yang berusaha mendorong keinginan untuk mencoba
atau membeli suatu produk atau jasa secara lebih cepat atau lebih besar
kepada pelanggan dalam periode tertentu. Dalam menciptakan program
promosi penjualan, perusahaan pertama-tama harus menetapkan tujuan
promosi penjualan, dan kemudian memilih alat-alat terbaik untuk mencapai
tujuan tersebut.
Rambat dan Hamdani (2006) menjelaskan, “Promosi penjualan adalah
semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau
jasa, dari produsen sampai pada penjualan akhirnya. Point of sales
promotion, terdiri dari brosur, information sheets, dan lain-lain”. Fandy (2012)
mengemukakan, strategi promosi penjualan, adalah suatu rencana kegiatan,
yang dilakukan untuk meningkatkan permintaan dari para pemakai
(konsumen) akhir, yang bertujuan meningkatkan omzet penjualan dengan
jalan memengaruhi konsumen secara langsung. Sedangkan bagi Cravens
dan Piercy (2013) strategi promosi penjualan adalah perencanaan dan
pengendalian komunikasi dari suatu organisasi kepada para konsumen dan
sasaran lainnya.
Maka dapat disimpulkan, strategi promosi penjualan adalah
perencanaan/ kegiatan dari suatu organisasi atau perusahaan supaya dapat
mencapai sasaran, sehingga tujuan yang diinginkan terwujud. Promosi
penjualan adalah perangkat komunikasi yang semakin banyak digunakan
perusahaan, karena kemampuannya dalam menghasilkan penjualan yang
Sri Widyastuti
265
tinggi (Montaner & Pina, 2008). Promosi penjualan terdiri dari serangkaian
teknik pemasaran taktis, yang dirancang dalam kerangka pemasaran
sirategis, untuk menambah nilai produk atau jasa, sehingga tercapai tujuan
penjualan dan pemasaran yang spesifik.
Hendri Ma’ruf (2006) mengatakan promosi penjualan bisa menarik target
audiens. Melalui alat promosi penjualan yang unik, pembeli bisa langsung
memperoleh hadiah yang konkret misal kupon, barang hadiah seperti mug,
kalender dan gantungan kunci. Promosi penjualan bisa membantu menarik
calon pelanggan datang ke toko melalui kontes, demonstrasi, atau lainnya
dan hadir ke lokasi (gerai atau tempat umum seperti mall) serta adanya
pembelian yang terus bertambah. Menurut Kotler dan Keller (2012), promosi
penjualan mempunyai beberapa kekuatan sebagai alat promosi, yaitu
promosi penjualan memungkinkan produsen menyesuaikan diri dengan
variasi penawaran dan permintaan jangka pendek. Promosi penjualan
memungkinkan produsen menguji seberapa tinggi harga yang dapat mereka
kenakan, karena mereka selalu dapat menggunakan diskon. Promosi
penjualan dapat membujuk konsumen mencoba produk baru, yang alih-alih
tidak pernah menyimpang dari produk sekarang. Promosi penjualan
menghasilkan format eceran yang lebih berbeda, seperti toko harga-murah
setiap-hari, dan toko harga-promosi.
Selain itu, promosi penjualan memungkinkan produsen menjual lebih
daripada biasanya ketika mereka berjualan dengan harga ormal. Promosi
penjualan, membantu produsen menyesuaikan program-program dengan
segmen konsumen berbeda-beda. Konsumen sendiri akan mendapatkan
kepuasan, karena mereka menjadi pembeli yang cerdas dengan
memanfaatkan harga khusus.
Dalam pandangan Jefkins (1997), promosi penjualan memberikan tiga
manfaat berbeda sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
• Communication: promosi penjualan dapat menarik perhatian, dan
biasanya dapat mengarahkan konsumen kepada produk.
• Incentive: promosi penjualan dapat menggabungkan sejumlah
kebebasan, dorongan atau kontribusi yang memberi nilai bagi
konsumen.
Sri Widyastuti
266
Sri Widyastuti
267
Sri Widyastuti
268
Sri Widyastuti
269
3. Bagi wiraniaga, itu bertujuan untuk mendukung atas produk atau jasa
dengan model baru, dan mendorong penjualan di musim sepi.
Dari tujuan-tujuan promosi penjualan yang sangat beraneka ragam itu,
tujuan promosi penjualan secara garis besar adalah merangsang permintaan,
meningkatkan hasrat konsumen untuk mencoba produk, membentuk goodwill,
meningkatkan pembelian konsumen, juga untuk mendorong konsumen
membeli lebih banyak, serta meminimalisasi perilaku konsumen yang suka
berganti merek, atau mendorong konsumen mencoba pembelian produk baru.
Tujuan lainnya, yaitu untuk mendorong pembelian ulang produk, menarik
pelanggan baru, memengaruhi pelanggan mencoba produk baru, dan
menyerang aktivitas promosi pesaing. Promosi penjualan bertujuan untuk
merangsang tanggapan pembeli yang cepat (quick buying response), antara
lain dengan perlombaan, pemberian hadiah, kombinasi penawaran, kupon,
dan potongan harga untuk konsumen.
Brannan (2005) dalam tesisnya mengatakan, sales promotion adalah
teknik promosi, yang memiliki berpotensi memperbaiki penjualan jangka
pendek dan efektivitasnya pun dapat diukur. Penggunaan promosi
penjualan, bisa menimbulkan efek besar pada persepsi tentang merek.
Promosi penjualan dapat membantu mencapai sejumlah sasaran, antara lain
dapat mendorong percobaan produk atau jasa baru, meningkatkan pembelian
susulan, membantu membangun loyalitas pelanggan dengan menentukan
pola pembelian merek secara reguler, serta memotivasi distributor dan tenaga
penjualannya.
Sebagaimana diketahui, tujuan promosi adalah memengaruhi konsumen
dalam mengambil keputusan, untuk meningkatkan volume penjualan. Di sisi
lain, tujuannya yaitu menjual lebih cepat suatu barang atau jasa. Sebab
dalam promosi, kita tidak sekadar berkomunikasi atau menyampaikan
informasi, juga menginginkan komunikasi yang mampu menciptakan suasana
(keadaan), di mana para pelanggan bersedia memilih dan memiliki produk
atau jasa. Dengan demikian, promosi yang dilakukan haruslah selalu
berdasarkan atas beberapa hal, sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Secara umum, tujuan dari promosi penjualan meningkatkan permintaan
dari para pemakai industrial dan atau konsumen akhir, meningkatkan kinerja
Sri Widyastuti
270
Sri Widyastuti
271
Sri Widyastuti
272
1. Volume
Produk
(Meningkatkan)
2. Repead Order
Vertikal 3. Trial/
Pembeli
coba-coba
4. Loyalitas Horizontal
(Memperluas)
1. Memperluas Kegunaan
2. Menciptakan Kesadaran
3. Melakukan Kerja Sama
4. Menciptakan Ketertarikan
5. Mengalihkan Perhatian dari Harga
6. Mendapatkan Dukungan dari Perantara
7. Mengikuti Forum Khusus
8. Mediskriminasi Pelanggan
Sri Widyastuti
273
Sri Widyastuti
274
Sri Widyastuti
275
Sri Widyastuti
276
Sri Widyastuti
277
Sri Widyastuti
278
Sri Widyastuti
279
Sri Widyastuti
280
Sri Widyastuti
281
Sri Widyastuti
282
Sri Widyastuti
283
Sri Widyastuti
284
took, tentu akan menarik perhatian konsumen terhadap produk. Di sisi lain,
dapat diasumsikan memegang peran penting dalam bargaining power
perusahaan kepada outlet penjualan. (Sampepajung & Poli, 2017).
Sales promotion adalah bentuk persuasif secara langsung melalui
penggunaan berbagai insentif, yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang
yang dibeli konsumen. Contoh riilnya adalah, Alfamart melakukan promosi
dengan adanya pembelian 3 PET Coca Cola mendapatkan diskon 20% dari
harga asli.
Promosi penjualan adalah sebuah teknik, yang sangat berpotensi
memperbaiki penjualan jangka pendek dan terukur efektivitasnya. Meskipun
nilai strategisnya masih menjadi perdebatan, namun promosi penjualan tetap
merupakan program pemasaran yang penting. Kalaupun ada pasar, produk,
atau merek yang tidak bisa menggunakannya, jumlahnya kecil sekali.
Promosi penjualan berkaitan dengan bidang pemasaran, bukan komunikasi
pemasaran. Namun demikian, penggunaan promosi penjualan bisa
menimbulkan efek besar pada persepsi tentang merek, sehingga juga bisa
dimasukkan dalam bidang komunikasi pemasaran. Hampir semua
perusahaan dan merek menggunakan promosi penjualan sebagai sarana
pemasaran mereka. Modelnya pun cukup variatif, mulai dari penawaran
khusus kepada konsumen, sampai pada skema insentif melalui mata rantai
distribusi.
Namun tetap perlu diwaspadai oleh perusahaan, bahwa kemungkinan
sebuah kegagalan rancangan promosi penjualan dapat melahirkan publisitas
yang cukup negatif, bisa berimbas pada penurunan nilai merek. Dan jika itu
terjadi, untuk memperbaiki kerusakan citra merek, perusahaan harus
menyediakan dana yang tidak sedikit. Tanpa mempertimbangkan bidang
pemasaran lainnya, promosi pemasaran pada umumnya dapat dikategorikan
sebagai salah satu dari lima tipe utama sebagai berikut: promosi harga,
penawaran produk ekstra (di pasar bisnis ini bisa menjadi jasa tambahan
yang berhubungan dengan produk dasar), penawaran premi, pola amal dan
promosi yang menawarkan peluang memenangkan hadiah.
Lihat gambar berikut:
Sri Widyastuti
285
Diskon
Diskon yang tertunda
Sama tetapi lebih
Diskon volume
Produk terlengkap
Uang kembali
Layanan gratis.jaminan
‘Mekaniksme’ promosi
Manipulasi Harga.
Setiap kali berbelanja di pertokoan, seringkali akan menjumpai
sederetan tanda “obral”. Pada akhir masa resesi ini, kita nampaknya telah
memperoleh keahlian melakukan penjualan -mulai dari penjualan pada
Januari sampai penjualan di negara empat musim yaitu musim semi yang
kemudian dilanjutkan dengan penjualan musim panas dan musim gugur
sampai pada penjualan “khusus” akhir tahun. Program-program promosi
penjualan dilakukan hampir setiap bulan: January Sale, seterusnya sampai
December Sale.
Penawaran diskon secara terang-terangan itu, merupakan manifestasi
yang paling umum dari penawaran harga, namun masih banyak lagi cara-cara
lain. Di rak supermarket tidak hanya menemukan penawaran potongan harga,
juga penawaran hemat uang untuk pembelian berikutnya; cara mutakhir untuk
menstimulasi pembelian susulan. Bentuk penawaran lain, misalnya
memberikan kupon diskon, yang dilakukan dengan berbagai cara termasuk
Sri Widyastuti
286
Sri Widyastuti
287
Sri Widyastuti
288
Sri Widyastuti
289
Sri Widyastuti
290
Sri Widyastuti
BAB VIII
PENJUALAN PERSONAL
291
Sri Widyastuti
292
Sri Widyastuti
293
Sri Widyastuti
294
Sri Widyastuti
295
Sri Widyastuti
296
Sri Widyastuti
297
pasar. Harga produk individu, ditetapkan sesuai salah satu dari dua
pendekatan, metode yang paling sering digunakan adalah metode biaya-plus,
di mana mark-up ditentukan untuk keuntungan ditambahkan ke biaya produk.
Metode penetapan harga "berbasis biaya" juga sering digunakan oleh
perusahaan, karena kesederhanaan metodenya. Manajer penjualan terlibat
dalam penetapan harga, dengan tetap sesuai pada biaya penjualan di bawah
kendali, sehingga mark-up tidak menimbulkan item kerugian harga.
Peran personal selling dalam strategi distribusi
Tenaga penjualan memiliki koneksi lebih dekat dengan komponen
distribusi dalam bauran pemasaran. Saluran distribusi adalah rute penjualan
pada produk, dari produsen ke pengguna akhir. Pengalihan kepemilikan ini
dapat terjadi dalam dua cara: langsung maupun tidak langsung. Dalam kasus
distribusi langsung, perusahaan atau penyedia barang langsung berhubungan
dengan konsumen. Distribusi tidak langsung melibatkan perantara (grosir dan
pengecer), yang membeli dan menjual kembali barang dagangan. Peranan
tenaga penjualan adalah menyakinkan perantara, untuk menjual lebih banyak
produk yang dijual mereka.
Peran personal selling dalam strategi promosi
Elemen terakhir dari bauran pemasaran adalah promosi, presentasi
pesan informatif dan persuasif dengan target pasar perusahaan, dalam upaya
merangsang penjualan. Personal selling merupakan unsur yang sangat
penting dari upaya ini, bekerja sama dengan iklan, promosi penjualan, dan
hubungan masyarakat. Iklan adalah alat jangka panjang, yang dirancang
untuk menciptakan kesadaran produk perusahaan dan merupakan pemberi
manfaat utama mereka. Sedangkan iklan dan promosi penjualan adalah
pembuka jalan bagi personal selling bertindak, dalam kapasitas untuk
mendukung. Tenaga penjualan masih memiliki wewenang di bawah
perintahnya secara langsung, seperti yang telah dikatakan berkali-kali, "tidak
ada yang terjadi sampai seseorang menjual sesuatu". Pandangan modern
dalam penjualan menilai, penjual adalah lebih dari pembujuk ulung dan
negosiator. Mereka pemecah masalah, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kondisi masing-masing pelanggan, membangun serta memelihara hubungan
dengan pelanggan.
Personal selling modern fleksibel dan kreatif, tidak hanya persuasif.
Sri Widyastuti
298
Sri Widyastuti
299
Penjualan tatap muka, adalah seni yang tersebar dan meliputi banyak
pengetahuan dan prinsip. Tenaga penjual yang efektif, bekerja tidak hanya
berdasarkan pada naluri-mereka terlatih dalam metode menganalisis teritori
dan manajemen pelanggan. Dalam proses penjualan tatap muka, perusahaan
telah mengeluarkan ratusan juta untuk membiayai seminar, buku, kaset, dan
materi lain demi menambah pengetahuan tenaga penjual dalam “seni”
menjual. Jutaan buku mengenai penjualan dibeli setiap tahun, dengan judul
Sri Widyastuti
300
yang menarik seperti: How to Sell Anything to Anybody, How I Raised Myself
from Failure to Success in Selling, The Four-Minute Sell, The Best Seller, The
Power of Enthusiastic Selling, Where Do You Go from No. 1, dan Winning
Through Intimidation. Salah satu buku yang paling populer dan bertahan
tentang penjualan, adalah How to Win Friends and Influence People karya
Dale Carnegie.
Banyak perusahaan mengambil pendekatan berorientasi pelanggan
untuk penjualan tatap muka. Mereka melatih tenaga penjual, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan membantu menemukan jalan
keluarnya. Pendekatan ini mengasumsikan, bahwa kebutuhan pelanggan
membuka peluang penjualan, pelanggan menghargai saran yang baik, dan
pelanggan akan loyal kepada tenaga penjual yang mengetahui minat jangka
panjang mereka. Wiraniaga yang mampu membantu memecahkan masalah
pelanggan, lebih cocok dengan konsep pemasaran ketimbang wiraniaga yang
hanya menjual. Sifat tenaga penjual yang tidak disukai agen pembelian,
adalah sifat suka mendesak, terlambat, dan tidak menyiapkan diri, sehingga
komunikasinya menjadi kacau. Sifat yang paling dihargai adalah jujur, dapat
diandalkan, teliti, dan terus melakukan tindak lanjut.
Langkah-langkah dalam proses penjualan yang harus dikuasai
wiraniaga, terletak pada bagaimana upaya mendapatkan pelanggan baru dan
memperoleh pesanan dari mereka. Kebanyakan tenaga penjual
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memelihara pelanggan yang
sudah ada, dan membina hubungan pelanggan jangka panjang.
Kotler dan Keller (2009) mengatakan, ada enam yang bisa diikuti
wiraniaga ketika melakukan penjualan, yaitu:
1. Memilih Prospek dan Menilai. Langkah pertama ini adalah mencari
calon pelanggan dan melakukan kualifikasi atasnya. Proses
penjualan di sini adalah memilih prospek (prospecting), dan mencari
siapa yang dapat masuk sebagai pelanggan potensial. Dulu,
perusahaan membiarkan sales person-nya untuk mencari calon
konsumen. Namun, seiring berjalannya waktu, perusahaan lah
sekarang yang mengambil alih mencari dan melakukan kualifikasi
calon konsumen, sehingga sales person dapat menggunakan
waktunya untuk melakukan pekerjaanya dengan lebih baik.
Sri Widyastuti
301
Sri Widyastuti
302
Sri Widyastuti
303
Sri Widyastuti
304
Sri Widyastuti
305
Sri Widyastuti
306
1. Leads &
Referrals
2
8
Telephone
Follow-Up
7 The 3
6 4
Delivery Presen
Close
Sri Widyastuti
307
Jika langkah ini sukses, pelanggan akan mengatakan “Yes, you and
your company reliable and would be good long term business partner”, atau
customer menarik napas sambil berkata, “Oh, Boy! Here is the beginning of
headaches! I wish had not bought from them!” The “service” stage: jika tidak
melayani customer dengan baik saat purnajual, maka seller sudah
menghilangkan kesempatan menjual di masa depan (dan sumber referensi).
Oleh karena itu, seller harus menyediakan waktu dan tenaga untuk melayani
customer.
Dari Menjadi
Prospect Customer
Sri Widyastuti
308
Sri Widyastuti
309
Sri Widyastuti
310
Sri Widyastuti
311
Sri Widyastuti
312
Sri Widyastuti
313
Para tenaga penjual harus dikelola secara baik. Lantaran para tenaga
penjual memiliki kemampuan, motivasi, dan kinerja yang berbeda-beda, maka
mereka harus dikontrol di satu divisi, agar tujuan kerja mereka mudah
ditentukan, diawasi, dan dievaluasi hasilnya. Dari awal perekrutan,
perusahaan harus mencari tenaga penjual yang memiliki motivasi positif,
untuk bekerja sebagai tenaga penjual yang efektif. Mereka harus bisa menjadi
orang yang fleksibel, komunikatif, dan mau dilatih menjadi tenaga
penjual yang semakin lama semakin handal. Mereka adalah investasi
perusahaan, yang harus dapat dimaksimalkan sumber dayanya.
Sri Widyastuti
314
Sri Widyastuti
315
Sri Widyastuti
316
Sri Widyastuti
317
Sri Widyastuti
318
Sri Widyastuti
319
Sri Widyastuti
320
demikian, kita juga tidak boleh melupakan tim penjualan, yang juga efektif
untuk memasarkan barang-barang konsumen yang bergerak lambat dan
bernilai rendah.
Hanya barang-barang dalam porsi kecil saja yang dikirim dari pabrik
langsung kepada pengguna akhir, tanpa menggunakan tenaga penjualan.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi secara umum, hampir semua produk
memiliki mata rantai distribusi. Jadi, diperlukan adanya tenaga penjualan
profesional untuk memperlancar jalur distribusi tersebut. Komunikasi
pemasaran akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah.
Mempersenjatai armada penjualan merupakan suatu hal yang sangat
penting dan mendesak. Unsur-unsur kebutuhan mereka bisa dipenuhi dari
beberapa sumber dalam perusahaan. Dalam hal ini, bagian pelatihan harus
berperan aktif mengarahkan mereka menjadi sebuah tim penjual yang ahli
dan profesional. Pelatihan bisa dimulai dengan meminta mereka memberikan
argumentasi tentang penjualan. Peran manajemen penjualan juga sangat
jelas dalam menentukan kebijakannya. Keterlibatan tim komunikasi
pemasaran secara aktif pada sejumlah kegiatan, dapat menjaga citra dan
identitas merek serta konsistensi pesan yang disampaikan.
Namun, bagaimana mereka dapat melakukan tugasnya dengan baik
tanpa memperoleh input tentang kondisi tenaga penjualan di pasar? Untuk
mengetahui lebih jauh tentang peran tenaga penjualan di pasar, kita akan
menguji beberapa tingkatan hubungan dengan pelanggan.
Gambar di bawah ini menunjukkan tingkatan tersebut.
Sri Widyastuti
321
Prospek “yang belum dikenal” dalam konteks model ini, adalah orang
yang belum pernah kita temui secara tatap muka. Tugas kita pada poin ini,
yaitu “menghangatkan” prospek tersebut dan memengaruhi mereka, sehingga
merek kita tertanam dalam diri mereka. Bagian penjualan kemudian
mengupayakan semua pertemuan pendahuluan penting yang diperlukan. Ini
biasanya disebut dengan “cold” call, yang merupakan inisiatif dari bagian
penjualan, atau suatu “warm” lead, sebagai hasil dari respons prospek atas
iklan atau kiriman direct mail yang diterirnanya.
Pada kasus lain, perusahaan dapat meyakinkan prospek bahwa
perusahaan memiliki tenaga penjualan yang mampu memberikan informasi
akurat, tentang produk atau jasa yang ditawarkan. Untuk keperluan itu,
perusahaan juga menyediakan directories atau on-line database. Informasi itu
juga bisa mempermudah tenaga penjualan untuk mempersiapkan presentasi
sesuai kebutuhan prospek. Bila melakukan warm lead, perusahaan harus
menyampaikan detil cara menggunakannya, sehingga produk yang diiklankan
dapat lebih menarik perhatian calon pelanggan. Dalam hal ini, tenaga
penjualan memerlukan informasi yang cukup tentang produk dan perusahaan.
Kita harus memahami dinamika dalam penjualan, serta menyediakan segala
Sri Widyastuti
322
Sri Widyastuti
323
Sri Widyastuti
324
Sri Widyastuti
BAB X
PEMASARAN LANGSUNG
361
Sri Widyastuti
362
kembali menekuni bidang ini dengan berbagai penawaran yang lebih canggih
lagi. Tidak disangsikan lagi bahwa situs-situs ternama dengan berbagai
informasi aktual yang tersaji setiap hari menjadi media paling efektif untuk
meningkatkan nilai merek, produk ataujasa perusahaan. Juga, dengan
internet para pelanggan bisa lebih mudah terhubung dengan pihak produsen.
Pemasaran langsung termasuk diantaranya beberapa teknik seperti
telemarketing, e- mail, viral marketing, text messaging dan postal mail di
mana lain dari periklanan dan promosi penjualan yang meminta respon
langsung, kesemuanya termasuk sebagai direct marketing atau pemasaran
langsung. Teknik pemasaran ini berkembang sebagai respon terhadap
demasifikasi (pengecilan) pasar, di mana semakin banyak ceruk pasar
(market niche) dengan kebutuhan serta pilihan yang sangat individual. Di satu
sisi, dengan berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi
mempermudah kontak dan transaksi dengan pasar, di mana perusahaan
relatif mudah mendatangi langsung calon pelanggan ataupun menghubungi
via telepon atau surat. Faktor lainnya adalah banyaknya wanita yang bekerja
juga turut andil bagi perkembangan direct marketing, karena semakin
kurangnya waktu mereka untuk berbelanja.
Pendorong selanjutnya pertumbuhan direct marketing adalah
panjangnya antrian di kasir sehingga menyebabkan konsumen harus sabar
menunggu sekian lama baru bisa dilayani, padahal mereka sangat diburu
waktu. Di sisi lain, meningkatnya biaya transportasi, lalu lintas yang semakin
macet, dan sulitnya mencari tempat parkir menyebabkan orang malas
berbelanja di toko-toko atau supermarket. Sebagai akibat, maka direct
marketing semakin berkembang dan diminati konsumen. Melalui direct
marketing, konsumen dapat memperoleh manfaat berupa penghematan
waktu dalam berbelanja dan bahkan dapat berbelanja rahasia (diam-diam).
Sementara itu bagi penjual, manfaat yang diperoleh adalah dapat memilih
calon pembeli secara selektif, dapat menjalin hubungan jangka panjang
dengan pelanggannya, dan memperoleh peluang baru yang menguntungkan.
Sri Widyastuti
363
Sri Widyastuti
364
Sri Widyastuti
365
Sri Widyastuti
366
Sri Widyastuti
367
Sri Widyastuti
368
Sri Widyastuti
369
Sri Widyastuti
370
bentuk baru tersebut mungkin dianggap sebagai surat yang tidak berguna,
jika dikirim kepada orang yang tidak berminat pada isi surat tersebut. Sebagai
contoh, suatu grup musik menyebarkan katalognya dengan cara direct mail.
Melalui respon yang diterima dari masyarakat mereka dapat mengidentifikasi
kelompok mana dan seberapa besar yang berminat, misalnya, musik jaz.
Selanjutnya, bisa dibuat penawaran yang masih berhubungan dengan katalog
tersebut, khusus mengenai segala produk yang terkait dengan jaz. Metode ini
semakin banyak digunakan oleh para pelaku pasar. Para penjual suku
cadang komputer misalnya, dapat mengidentifikasi berbagai tipe komputer
yang digunakan dalam bisnis dan berbagai macam pesanan yang diterima
sebelumnya.
Perusahaan sering menjumpai berbagai kendala teknis di pasar.
Keakuratan daftar calon pelanggan yang tersedia sangat bervariasi, mereka
mungkin tidak memberikan laporan mengenai audiens prospektif yang
diperlukan. Pada pengiriman direct mail yang ideal, perusahaan
mengirimkannya hanya kepada mereka yang benar-benar tertarik dengan
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Cara ini akan bisa
memberikan hasil maksimal serta menekan biaya sekecil mungkin.
Namun kenyataannya, sering kali perusahaan dihadapkan pada situasi
yang kurang menguntungkan. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya
meraih pelanggan prospektif adalah tidak adanya daftar calon pelanggan
yang up-to-date. Ini merupakan sisi kelemahan direct mail, karena kita
mencari atau mengirimkannya kepada orang-orang yang sudah lama
menghilang. Kelemahan lain dari direct mail adalah karena ia tidak cukup kuat
untuk membangun merek, oleh karena sifatnya itu maka direct mail bukanlah
media yang terlihat, di samping tidak mampu menanamkan pengaruh secara
luas dan mendalam. Akibatnya, akan timbul berbagai masalah jangka pendek
di pasar karena banyak perusahaan menjadi sangat bergantung pada saluran
distribusi. Janji kampanye direct mail untuk mendukung merek juga tidak
mendorong distributor melakukan kampanye iklan yang memiliki profit tinggi.
Untuk merek-merek konsumen utama, dengan mengandalkan direct mail
akan mengandung risiko tinggi karena para pemakai merek percaya
anggapan orang tentang siapa sebagai pengguna merek adalah merupakan
bagian terpenting dari pemasaran merek.
Sri Widyastuti
371
Pemasaran Database
Pemasaran database pada dasamya merupakan suatu perluasan dari
kegiatan direct mail. Secara sederhana pemasaran database mencakup
pengumpulan semua kontak perusahaan dan menyusunnya menjadi suatu
database yang berisikan semua informasi yang diperlukan mengenai setiap
pelanggan atau calon pelanggan. Kebanyakan perusahaan memiliki jaringan
informasi pelanggan, paling tidak pelanggan langsung. Pelanggan yang
sudah ada saat ini merupakan target yang paling mudah. Sementara itu,
database yang disusun dengan struktur dan format yang tepat untuk tujuan
pernasaran merupakan sarana yang baik untuk mengeksploitasi sumber daya
ini. Di samping itu, database tersebut mernungkinkan kita mampu
mengembangkan profit pelanggan secara rinci. Ketika kita mencari daftar
untuk pengiriman direct mail selanjutnya, kita bisa menggunakannya untuk
mengidentifikasi prospek terbaik kita.
Dalam dunia bisnis, perusahaan harus mempunyai rincian tentang apa
yang dibeli pelanggan, kapan, dan berapa harganya. Dengan adanya
software yang baik dan sesuai, tidaklah sukar untuk membangun preferensi
jenis produk, dan untuk mengidentifikasi pesanan dari informasi ini. Data
tersebut disajikan dengan cara yang bisa memberikan pandangan pada
perusahaan atas sejumlah informasi yang tidak terhingga nilainya.
Perusahaan memanfaatkannya untuk melakukan pendekatan pada masing-
masing individu atau perusahaan sasaran dengan cara mengajukan suatu
usulan khusus yang sudah diprediksi akan menarik minat mereka.
Perusahaan juga bisa memasarkan produk dengan lebih efektif kepada para
pelanggan baru yang berpindah dari produk atau jasa lain. Jika perusahaan
sudah berhasil menumbuhkan kepercayaan mereka, karena perusahaan
telah mampu memberikan pelayanan yang baik dan kemungkinan besar
mereka akan lebih mempercayai dibandingkan dengan sebelumnya.
Nilai suatu database akan menjadi semakin jelas ketika perusahaan
mampu menganalisis perkembangan yang terjadi sekarang yaitu relationship
marketing.Tingkat persaingan yang semakin ketat di hampir setiap pasar
telah menyebabkan ketidakseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan
dan manfaat yang diperoleh. Misalnya, untuk mendapatkan seorang
pelanggan baru memakan biaya jauh lebih besar dibandingkan dengan
Sri Widyastuti
372
Sri Widyastuti
373
Sri Widyastuti
374
disiapkan dengan sangat cepat untuk diberikan kepada pelanggan atau calon
pelanggan tertentu dan pesannya dapat diubah tergantung tanggapan calon
pelanggan atau pelanggan.
Tujuan dari pemasaran interaktif adalah untuk memikat dan memelihara
konsumen yang akan menjadi rekan bisnis dalam penciptaan, pembelian, dan
pengembangan produk atau jasa. Konsumen tidak hanya sebagai peserta
pasif yang menerima iklan sebelum membeli, melainkan konsumen
diharapkan proaktif dan interaktif dalam pemasaran. Melalui pemasaran
langsung elektronik atau internet telah memberikan pemasar dan konsumen
peluang interaksi dan individualisasi yang jauh lebih besar. Perusahaan di
masa lalu telah mengirimkan media standar majalah, buletin, iklan, kepada
setiap orang. Dewasa ini perusahaan-perusahaan dapat mengirimkan isi yang
sudah diindividualisasikan dan konsumen sendiri dapat
mengindividualisasikan isi tersebut lebih lanjut.
Perusahaan dapat berinteraksi dan berdialog dengan jauh lebih banyak
kelompok daripada di waktu yang lalu. Akan tetapi, proses pertukaran dalam
zaman informasi menjadi semakin banyak dimulai oleh pelanggan dan
dikontrol oleh pelanggan. Pemasar dan perwakilan mereka harus menunggu
sampai pelanggan setuju untuk berpartipasi dalam pertukaran. Bahkan,
setelah pemasar memasuki proses pertukaran, pelanggan mendefinisikan
aturan untuk bergabung dan mengisolasi diri mereka dengan bantuan agen
dan perantara. Pelanggan menetapkan informasi apa yang mereka butuhkan,
tawaran apa yang menarik minat mereka, dan harga berapa yang ingin
mereka bayarkan.
Rayport & Jaworski (2003) telah mengemukakan bahwa situs web yang
efektif menonjolkan tujuh unsur rancangan yang mereka sebut 7 Cs:
ü Contex (konteks). Desain tata letak dan rancangan.
ü Content (isi). Teks, gambar, suara, dan video yang ada dalam situs
ini.
ü Community (masyarakat). Sejauhmana situs memungkinkan
komunikasi dari pengguna ke pengguna.
ü Costomization (sesuai pesanan). Sejauh mana kemampuan situs
untuk menjalin hubungan dengan pengguna-pengguna yang berbeda
atau memungkinkan pengguna mempersonalisasikan situs.
Sri Widyastuti
375
Sri Widyastuti
376
Sri Widyastuti
377
Sri Widyastuti
378
Sri Widyastuti
379
Sri Widyastuti
380
Sri Widyastuti
381
Sri Widyastuti
382
Sri Widyastuti
383
Sri Widyastuti
384
Sri Widyastuti
385
Sri Widyastuti
386
Sri Widyastuti
387
Sri Widyastuti
388
Sri Widyastuti
389
Sri Widyastuti
390
Sri Widyastuti
391
Sri Widyastuti
392
Sri Widyastuti
393
Sri Widyastuti
394
Sri Widyastuti
395
jam kerja, tingkat bunga, serta waktu menunggu. Nasabah Bank dapat
menganggap beberapa elemen, tidak sama pentingnya dengan yang lain.
Sebuah penelitian untuk mengevaluasi kepuasan pelanggan,pernah
dilakukan sebuah bank di Rumania. Manfaat survei itu tidak hanya sebagai
gambaran yang lebih jelas dari nasabah, sekaligus gambaran dari kantor
cabang yang pelayanannya perlu ditingkatkan. Dengan cara itu bank memiliki
kesempatan menyetujui tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, dan
memelihara hubungan yang kuat dengan nasabah. Itu memang tidak dapat
mencegah penarikan dana nasabah selama krisis keuangan terjadi, namun
membantu mencegah pelanggan beralih ke bank lain, pada saat bank lebih
tergantung pada mereka daripada sebelumnya (Irina, 2010).Data mining
paling penting untuk mengelola hubungan dengan pelanggan, seperti produk
kepemilikan, misal: pelanggan KPR, demografi atau atribut khusus lainnya
misal: lifestage, estimasi kekayaan bersih, umur, channel penggunaan atau
preferensi misal: bankir online, dan transaksi kegiatan dan volume, misal:
tingkat koleksi atau kegiatan pembelian.
Morgan, 2009 berpendapat, titik awal untuk melihat segmentasi
pelanggan adalah customer value. Satu-satunya cara untuk memperkirakan
pengembalian akhir yang diharapkan dari inisiatif CRM strategis, adalah mulai
dengan menentukan profitabilitas pelanggan relatif. Investasi CRM yang
memiliki ROI tertinggi, biasanya orang-orang yang memiliki dampak positif
yang signifikan terhadap retensi, dompet berbagi dan akuisisi pelanggan
bernilai tinggi, Tiga langkah utama dalam proses CIM, adalah membentuk
dasar analitis untuk mengembangkan pribadi, multi-channel dan layanan
pelanggan hemat biaya, serta penjualan dan strategi pemasaran untuk setiap
segmen pelanggan. Pertama,nilai relatif setiap segmen pelanggan,
mengatakan,berapa bank harus bersedia untuk berinvestasi dalam
membangun ekuitas dengan para pelanggan. Kedua, profitabilitas dan ekuitas
pendorong untuk setiap segmen nilai, akan memberitahu bank bagaimana
membuat penggunaan terbaik dari investasi CRM, untuk membangun
hubungan yang sejahtera dan abadi dengan pelanggan di segmen tersebut.
Ketiga, profil pelanggan segmen mengubah data pelanggan abstrak ke
pengetahuan pelanggan.
Ketiga komponen tersebut, fokus organisasi sekitar KPI customer-
Sri Widyastuti
396
Sri Widyastuti
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. (2001). Marketing Research, Seventh Edition. USA: John Wiley & Sons,
Ind.
Aaker, D., Kumar V.A., & George, S. D. (2004). Marketing Research. Eighth Edition,
John Wiley & Sons, Inc, New York,USA.
Afril Wibisono. (2010). Brand dan Product Marketing Senior Manager. at Arya Noble.
Universitas Indonesia (UI).
Aldag, R.J. & Stearns, T.M. (2000). Management. Chicago: Shout Western
Publishing Co.
Amir, F. (2013). Efektivitas diskon dan hadiah sebagai sarana promosi penjualan
untuk menarik niat beli konsumen pada bumbu magic lezat PT. Gawih Jaya,
Wismilak. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3 No 1. hal. 44-53.
Anderson, S.W., & Dekker, H.C. (2009). Strategic cost management in supply
chains, part 2: Executional cost management”. Accounting Horizon Journal.
Vol. 23, no. 3, hal. 289-305.
Ardhoyo, T.E. (2013). Peran dan strategi humas (public relation) dalam
mempromosikan produk perusahaan. Jurnal Ilmiah Widya, Volume 1 Nomor 1,
hal.15-21.
397
Sri Widyastuti
398
Annunziata F., et al. (2014). The corporate social responsibility: A case study.
Advances in Management & Applied Economics. Vol. 4, no.3, p 25-37.
Barker, N., Shimp, T. A., Chitty, W. (2008). Integrated Marketing Communications.
Second Asia Pasific Edition. Australia: Chengage Learning Australia Pty
Limited.
Batey, I. (2003). Asian branding : A great way to fly. Alih bahasa, Wahab, Abdul.
Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Bronn, P.S. & Vrioni, A. B. (2001). Corporate Social Responsibility and Couse
Related Marketing: An overview. International Journal of Advertising, 20, 207-
222.
Burson, H. (1990). Beyond PR: Redefining the Role of Public Relation. 29 th Annual
Distinguished Lecture of the Institute of Public Relations Research and
Education, Inc., New York.
Sri Widyastuti
399
Chaudhuri, A. & Holbrook, M. B. (2001). The chain of effect from brand trust and
brand effect to brand performance: The role of brand loyalty. Journal of
Marketing, 2, pp. 91-93.
Chu, S.C. (2011). Viral marketing in social media: Participation in facebook group
and responses among college-age user. Journal of Interactive Advertising. Vol.
12 Issue 1, p 30.
Clow, K.E. & Baack, D. (2012). Integrated Advertising, Promotion, and Marketing
Communications. Global Edition, Fifth Editon, Pearson.
Cohen, W.A. (2002). The New Art of The Leader. Cetakan Pertama. Prenhallindo.
Constantin, Z. & Ioana Z. (2013). The impact of CSR on consumers attitude and
behavior. Economics, Management, and Financial Markets. Volume 8(1), pp.
118–123.
Cravens, W.D. & Piercy, F. N. (2013). Strategic Marketing. Tenth Edition, Mc Graw-
Hill Irwin, New York.
Cutlip, S.M., Center, A.H. & Broom, G.M. (2009). Effective Public Relation,
(terjemahan), 9th ed, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dewi, I. J. (2009). Creating & Sustaining Brand Equity: Aspek Manajerial dan
Akademis dari Branding. Yogyakarta: Amara Books.
Sri Widyastuti
400
Durianto, dkk. (2003). Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif : Strategi, Program,
dan Teknik Pengukuran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Durianto, dkk. (2004). Brand Equity Tren Strategy Memimpin Pasar”. Jakarta
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Eka, Rini, Yunita, (2010). Maskulinitas Kaum Termajinalkan dalam Iklan (Analisis
Semiotik Iklan Televisi Kuku Bima Ener-G Versi Laskar Mandiri I dan Laskar
Mandiri II). Skripsi. Surakarta. UNS.
Elliot, G, Sharyn R.T., & Waller, D. (2012). Marketing. (2nd ed.). Australia: John
Wiley & Sons.
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sri Widyastuti
401
Gregory, J.R. (1999). Marketing Corporate Image: The Company as Your Number
One Product. NTC Business Books, Illinois.
Grunert, K.G. (2006). Marketing Parameters and Their Influence on Consumer Food
Choice. The Psychology of Food Choice. Ed. R. Shepherd and Monique Raats.
Wallingford, Oxfordshire, UK: CABI in Association with the Nutrition Society,
161-74. Print.
Sri Widyastuti
402
Indriani, F. & Hendiarti, D. (2009). Studi mengenai efektifitas iklan terhadap citra
merek maskapai Garuda Indonesia. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia.
Vol 8, No 1, 83 - 106.
Jamal E.B., et al. (2016). Influence of national institutions on the corporate social
responsibility practices of small- and medium-sized enterprises in the food-
processing industry: Differences between France. Journal Business Ethics 134:
Pp117–133..
James Webb Young, American advertising executive who became First Chairman of
The Advertising Council. The American Advertising Federation Hall of Fame.
José L. V., et al. (2012). Perceptions of responsibility and consumer behavior in the
food sector. description of an experience in Spain. Bulletin UASVM
Horticulture, 69(2). Pp 345-353.
Juan M. P., et al. (2014). Social Responsibility and the Tourism Sector. International
Journal of Innovation, Management and Technology, Vol. 5, No. 4, August
2014, DOI: 10.7763/IJIMT.2014.V5.533,p 318-322.
Sri Widyastuti
403
Kertajaya, H. & Syakir S., M (2006). Syariah Marketing. Bandung: Mizan Pustaka.
Kim, HR., Lee, M. & Lee, HT. et al. (2010). Corporate Social Responsibility and
Employee-Company Identification. J Bus Ethics (2010) 95,Issue 4, pp 557-
569. https://doi.org/10.1007/s10551-010-0440-2.
Kotler, P. (2004). Lateral Marketing: Berbagai Teknik Baru untuk Mendapatkan Ide-
IdeTerobosan. Terjemahan Oleh Emil Salim dari buku Lateral Marketing New
Techniques for Finding Breakthrough Ideas . Surabaya:Erlangga.
Kotler, P.& Keller. (2012). Marketing Management. 14th Global Edition, Prentice Hall
International,Inc., USA.
Kotler, P. & Keller, K. (2016). Marketing Management. Edited by Global Edition. Vol.
15e. Pearson, Essex.
Kotler, P. & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the most good for
your company and your couse. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Kotler, P., Bowen, J.T. & Makens, J.C. (2012). Marketing for Hospitality and Tourism.
Pearson Education Inc.
Sri Widyastuti
404
Pearson Education.
Levitt, Theodore, (1982). Innovation in Marketing: New Perspectives for Profit and
Growth. New York: McGraw-Hill Book Company Inc.
Lovelock, C. & Wirtz, J. (2011). Service Marketing. Global Edition, Seventh Edition,
Pearson.
Low, J.S. & Mohr, J.J. (2000). Advertising vs sales promotion: a brand
management perspective. Journal of Product & Brand Management. Vol. 9
Issue: 6, pp.389-414.
Macnamara, J. & Silih A.W. (2010). Strategi Public Relations. Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama,
Mangold, W. G., & Faulds, D. J. (2009). Social Media: The New Hybrid Element of
Sri Widyastuti
405
Manrai, L.A.,& Manrai, A.K. (2007). A field study of customers' switching behavior for
bank services.Journal of Retailing and Consumer Services. Vol. 14, Issue 3,
pp. 208-215
Montaner, T. & Pina J.M. (2008). The effect of promotion type and benefit
congruency on brand image.The Journal of Applied Business Research. Vol
24, No 3
Muhammad Arif. (2016). Etika Periklanan Dalam Hukum Islam. Tesis. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Muhammad, S. & Aizuddinnur, Z. (2010). Jejak Bisnis Rasul. Cet. I, alih bahasa oleh
Gita Ramadhona, Jakarta: Hikmah.
Nimruji J. (2015), “Responsibility for the third world factory: Limits of Eurocentric
CSR and making room for the state”. Indian Institute of Management, 42(1). Pp
71–82.
Onong, E.U., (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Palupi, C. (2014). Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan, dan Celebrity
Endorser Terhadap Minat Beli (Studi Pada Handphone Nokia). Yogyakarta:
Jurnal Fakultas Ekonomi UNY.
Sri Widyastuti
406
PatriciaM., et al. (2014). Exploring the role of CSR in the organizational identity of
hospitality companies: A case from the Spanish Tourism Industry”. JBus
Ethics.124:47-66. DOI10.1007/s10551-013-1857-1.
Peter, J. P. & Olson, J. C. (2010). Consumer Behavior & Marketing Strategy. Ninth
Edition. New York: Mc Graw-Hill.
Prasit R. & Nik K.N.M. (2014). Intervening effect of attitude on the relationship
betweenselected determinants and corporate image. International Journal of
Trade, Economics and Finance, Vol. 5, No. 6, p 498-502.
Purba, A, dkk. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Perss.
Raghubir, P. & Kirti S. C.(2011). Promoting promotions: Does show casing free gifts
backfire?”. Journal of Business Research, 64(1), 55-58.
Rangkuti, F. (2009). Strategi promosi yang kreatif dan analisis kasus Integrated
Marketing Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sri Widyastuti
407
Rizal & A. Furinto, (2009). Marketing Reloaded: Kompilasi Konsep dan Praktik
Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.
Roman, K., Jane M. & Martin N. (2005). How to Advertise Membangun Merek dan
Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Rosario, G.R., Carmen, D.F. & Biagio, S. (2013). Corporative social responsibilities
perceptions: an aproximation through Spanish University students values. Qual
Quant 47:2379–2398. DOI 10.1007/s11135-012-9813-1.
Rosen, E. (2000). Kiat Pemasaran dari Mulut ke Mulut. terjemahan Zoelkifli Kasip.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Rumanti, A.S.M. (2002). Dasar-Dasar Public Relations : Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Grasindo
Saldi, M. (2016). Implementasi Personal Selling oleh Agent dan Downline PT Melilea
Internasional Indonesia Cabang Kota Bekasi.Jurnal Visi Komunikasi, Vol 15,
No. 02, pp 262 – 272.
Sampepajung, D.C. & Poli F. (2017). Analisis efektivitas promosi penjualan point of
purchase displays dan hadiah langsung terhadap volume penjualan PT Coca-
Cola Amatil Indonesia-Sales Center Makassar.Jurnal Bisnis, Manajemen dan
Informatika/JBMI, Vol. 14 No.1, p 35.
Saputra, W. & Nasrullah, R. (2011). Public Relations 2.0: Teori & Praktik Public
Relation Di Era Cyber. Jakarta : Gramata Publishing.
Schiffman, L.G. & Kanuk, L.L. (2010). Consumer Behavior. Tenth Edition. Pearson
Education.
Schultz, D., Patti, E. & Charles, H. (2009). The evolution of IMC: IMC in A customer-
driven marketplace. Journal of Marketing Communications; Vol. 15 Issue 2/3,
p75-84, 10p.
Sri Widyastuti
408
Spiro, R.L., & Weitz, B.A. (1990). Adaptive Selling: Conceptualization, Measurement,
and Nomological Validity. Journal of Marketing Research, 27 (1), pp 61–69.
Sutherland, M. & Alice, S.K. (2005). Advertising and The Mind of The Consumer.
Jakarta : Penerbit PPM.
Sri Widyastuti
409
Widjaja, A.W. (2002). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Wisal, A. & Zahid, M.. (2011). An Empirical Investigation of The Association between
Creative and Advertising Effectivities in Pakistan. International Journal of
Marketing Studies. Vol. 3, No. 2. Pp 32-52.
Won, M.H., et al. (2014). How CSR Leads to Corporate Brand Equity: Mediating
Mechanisms of Corporate Brand Credibility and Reputation. J Bus Ethics
(2014) 125:Pp75–86.
Wu, W.P. et.al. (2008). Does consumers’ personal reciprocity affect future purchase
intentions?. Journal of Marketing, Vol. 24 No. 3-4, pp. 345-360.
Yeh, Y.S. & Li, Y.M. (2009). Building Trust in m-commerce: Contribution from Quality
and Satisfaction.Online Information Review Vol. 33 No. 6, pp. 1066-1086.
Yin, P.L.P., & Krishnan, K. (2012). Evaluation research on public relations activities
among public relations practitioners in Malaysian Corporations: An exploratory
study.The Journal of the South East Asia ResearchCentre for Communications
and Humanities.Vol.4, No.1, pp. 41-61.
Yuan S. L. and Monle L. (2012). Doing right leads to doing well: When the type of
CSR and reputation interact to affect consumer evaluations of the firm. J Bus
Ethics.105, Pp 69–81.
http:www.savebrand.com
Sri Widyastuti
410
http:www.csrindonesia.com
http://www.theconversion.com/perkembangan-digital-advertising-media-saat-ini/
https://economy.okezone.com/read/2015/06/16/320/1166033/perkembangan-pesat-
iklan-digital-di-indonesia
https://riezana.wordpress.com/tag/komunikasi-pemasaran/
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-pemasaran
https://cms.dailysocial.id/wp-content/uploads/2014/06/Post-media-market-chart-
1.png
Sri Widyastuti
411
GLOSARIUM
Sri Widyastuti
412
Sri Widyastuti
413
Sri Widyastuti
414
Sri Widyastuti
415
Sri Widyastuti
416
Profit : Keuntungan.
Sri Widyastuti
417
Sri Widyastuti
418
Sri Widyastuti
419
INDEKS
A
Above The Line 5
Action 58, 59, 60, 65, 98, 110, 214,
Affordable method 75
Attention 58, 61, 98, 102, 103, 104, 110
B
Bauran 4, 9, 14, 36, 39, 40, 42, 72, 91, 92, 93, 101-105, 109-119, 140-142, 163,
189, 193, 194, 196,205, 232, 262, 275-277, 290, 300, 306, 357, 360
Bauran Promosi 4, 14, 101, 108, 110, 119, 129, 236, 306
Below The Line 5
Branding 51, 224, 256
Brand Attitude 9
Brand Awareness 9, 51, 52, 97, 120, 123, 187
Brand Knowledge 9
C
Competitive Parity Method 76
Customer Relationship Management 85, 360, 363, 364
Creative Brief Strategy 166
D
Decoding 21, 107, 108
Direct Mail 13, 68, 97, 120, 123, 124, 126, 128, 132, 135, 182, 299, 321, 342-346
E
Emotional Strategy 212
Encoding 20, 21, 57, 107, 108
Event and Experience 23
F
Financial Accountability 87
Functional Orientation 210, 211
G
Generic Strategy 213
H
Holistic marketing 83, 86
I
Influencing Spheres 15
Industry 127, 272, 291
Sri Widyastuti
420
K
Klien/pelanggan 56, 74, 77, 80, 164, 165, 167, 171, 195, 316, 369
Kios Marketing 341
M
Marketing Public Relations 304, 313
Marketing Syariah 150-157
Message Content 21, 172
Message Format 21, 139, 174
Message Source 21
Message Structure 21, 139, 173
P
Pemasaran online 28
Percentage of sales Method 75
Performance marketing 83, 87
Preemtive strategy,213
Personal Selling (Direct Marketing) 102, 103, 107, 109, 136, 160, 272, 275, 276,
277, 278, 293, 294
Point of Purchase 262
Positioning 8, 45, 46,47,49, 50, 71, 104
Positioning Product 17
Promotional mix’s 13
Proses Komunikasi Pemasaran, 119, 120
Public relation 2, 304, 311
Pull Demand Advertising, 214
Push Demand Advertising, 214
R
Rational appeals 21, 172
Relationshiip Marketing 124, 289, 360, 362
S
Social Responsibility Marketing 88
Sponsorship 125, 130, 321,324, 325
Strategi Pemasaran, 102, 103
Strategi Positioning, 8, 16, 185
Symbolic Experiental Orientation 210, 211
T
Target Audience 15, 167, 172
Target market 40, 41
V
Virus marketing 243
Sri Widyastuti
421
W
Word of MouthMarketing 161
Sri Widyastuti
422
TENTANG PENULIS
SW ri idyastuti
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASILA