Anda di halaman 1dari 2

AKSI BOIKOT PRODUK ISRAEL DAN PRO ISRAEL

DAN DAMPAK BAGI EKONOMI INDONESIA

Serangan bertubi-tubi Israel ke Palestina pada awal Oktober memunculkan gerakan boikot terhadap
produk-produk yang terafiliasi dengan negara zionis tersebut, Akibatnya, sejumlah perusahaan yang
menjadi sasaran boikot mulai ketar-ketir. Mereka memberikan klarifikasi karena gerakan boikot
dilaporkan sudah berdampak pada berkurangnya jumlah pelanggan.

Berdasarkan hasil kajian Litbang Kompas, restoran makanan cepat saji McDonald’s, kedai kopi
Starbucks, dan Unilever menjadi tiga perusahaan yang kerap masuk dalam daftar boikot yang
tersebar di berbagai platform media sosial. Masyarakat yang gencar mengampanyekan aksi boikot
menilai ketiga produk cenderung mendukung tindakan Pemerintah Israel.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia Edy Misero
memahami rasa solidaritas dan kemanusiaan mendorong masyarakat Indonesia memboikot produk
yang disinyalir terafiliasi dengan Israel. Namun, aksi boikot perlu dilakukan secara proporsional agar
upaya menekan Pemerintah Israel tidak berdampak pada pelaku usaha lokal.

Terlebih setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang
Hukum Dukungan terhadap Palestina. Dalam Fatwa ini tertuang bahwa mendukung perjuangan
kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan
mendukung produk yang dukung Israel hukumnya haram.
Popularitas gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) pun makin meningkat tak Cuma di Indonesia,
tetapi di beberapa negara lain. BDS adalah gerakan boikot (penolakan) dari konsumen guna
meyakinkan para pelaku perdagangan di seluruh dunia untuk berhenti menjual produk asal Israel.

BDS bertujuan untuk memberikan tekanan ekonomi kepada Israel agar memberikan hak setara
kepada Palestina. Umumnya, gerakan BDS mencakup perusahaan yang melibatkan pemukiman ilegal,
mengeksploitasi sumber daya alam dari tanah Palestina, dan menggunakan warga Palestina sebagai
tenaga kerja murah

Terus bagaimana dampak gerakan BDS itu terhadap ekonomi Indonesia?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad
menilai gerakan tersebut belum memberikan dampak terhadap perekonomian di dalam negeri.
Menurut dia, masyarakat belum terlalu memahami hubungan antara produk yang mereka beli
dengan upaya memberikan dukungan agar terjadi perdamaian di Palestina.

Tauhid mengatakan karena tidak semua masyarakat paham, maka mereka cenderung tetap membeli
produk-produk yang diduga terafiliasi dengan Israel. Selain itu, masyarakat mungkin juga mengalami
kesulitan dalam melakukan boikot, terlebih untuk produk rumah tangga. Terutama untuk
mengidentifikasi produk mana saja yang masuk daftar boikot dan mencari produk lain untuk
mengganti merek-merek yang masuk daftar merah gerakan BDS. "Belum ada substitusi brand. " Kata
dia

Di susun oleh : Achmad Nurdin

Ahmad Rizal

Muhammad Riyandi

Anda mungkin juga menyukai