Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan era digital yang melanda dunia sekarang ini telah membawa berbagai
perubahan bagi masyarakat. kemudahan untuk mengakses berbagai informasi tanpa batas dapat
dilakukan dengan mudah, kejadian apapun di belahan bumi manapun dapat diakses dan diketahui
dalam sekejap tanpa ada yang membatasi.

Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tak bisa dihindari dan dibendung, karena teknologi
berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Masyarakat Indonesia mengikuti perkembangan konflik Palestina-Israel melalui berbagai

media. Perkembangan media global maupun media

di Indonesia memberikan akses terhadap sumber

informasi yang beragam sehingga informasi menjadi

berlimpah.

KONFLIK berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah menciptakan perpecahan dan polarisasi
opini di seluruh dunia. Salah satu reaksi yang menonjol terhadap konflik ini adalah gerakan boikot
terhadap produk-produk yang berasal dari Israel.

Boikot tersebut bukan hanya merupakan ekspresi solidaritas, tetapi juga merupakan tindakan
ekonomi yang dimaksudkan untuk memberikan tekanan pada entitas atau produk-produk yang
terkait dengan konflik.

Gerakan boikot terhadap produk-produk Israel telah menjadi topik kontroversial yang mempengaruhi
perilaku investor. Beberapa investor, dalam upaya untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap
Palestina, telah memilih untuk menarik investasi mereka dari perusahaan atau produk yang
berhubungan dengan Israel.

Sebaliknya, ada juga investor yang tidak membiarkan faktor-faktor politik memengaruhi keputusan
investasi mereka, tetap fokus pada pertimbangan finansial semata.

Perilaku investor melibatkan proses pengambilan keputusan dalam investasi, yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor kognitif dan afektif (Ricciardi, 2014). Dalam konteks konflik Israel-Palestina, perilaku
investor dapat memperlihatkan respon terhadap konflik tersebut melalui tindakan boikot terhadap
produk-produk yang terkait dengan kawasan tersebut.

Ketika investor membuat keputusan investasi, mereka mempertimbangkan aspek kuantitatif dan
kualitatif dari produk atau layanan keuangan. Namun, dalam kasus konflik yang memiliki dampak
emosional yang kuat, seperti konflik Israel-Palestina, aspek emosional juga dapat memainkan peran
signifikan dalam pengambilan keputusan investasi.

PEMBAHASAN
TEMPO EKSKLUSIF
Dukung Tempo

MASUKDAFTAR

Terbaru

Terpopuler

PemiluBaru

News

Multimedia

Seleb

Gaya Hidup

Olahraga

Otomotif

Tekno

Interaktif

Cek Fakta

Ramadan

Difabel

Kolom

Newsletter

Nusantara

Info Tempo

Indeks

 Beranda
 Bisnis
Ramai Boikot Israel, Ketahui Lebih Jauh Apa Itu Boikot
Produk
Reporter
Putri Safira Pitaloka
Editor
Dwi Arjanto
Kamis, 16 November 2023 22:49 WIB

 Bagikan


Warga Yahudi menghadiri demonstrasi untuk mengekspresikan solidaritas terhadap warga Palestina
di Gaza, di New York, AS, 26 Oktober 2023. Salah satu kelompok Yahudi seperti Anti-Defamation
League di New York menolak tindakan Israel, karena dianggap tidak mewakili sikap sesama warga
Yahudi. REUTERS/Eduardo Munoz
IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam beberapa pekan terakhir, desakan untuk


melakukan boikot Israel, yakni tidak membeli ragam produk-produk yang terkait
dengan Israel, telah menjadi perhatian utama masyarakat. Terlebih di tengah
serangan militer Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

Berikut adalah definisi boikot dan kisah pemboikotan terhadap produk yang pro
Israel di Indonesia dan dunia.

Definisi Boikot

Baca Juga:
5 Poin Fakta Pernyataan Starbucks Usai Diduga Beri Dukungan ke
Israel
Boikot merupakan tindakan menolak atau menghindari suatu produk, layanan, atau
entitas tertentu. Gerakan boikot dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang
memiliki pandangan atau tujuan yang sama.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atau perlawanan terhadap kebijakan atau
tindakan yang dianggap tidak etis atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dipegang oleh pihak yang melakukan boikot.

Gerakan Boikot Israel di Dunia

Gerakan boikot terhadap Israel, yang dikenal sebagai BDS (Boycott, Divestment,
and Sanctions), telah menjadi perdebatan yang hangat di dunia. BDS telah
menghadapi kritik yang sangat keras.

Baca Juga:

Profil Bisnis Bittersweet by Najla


Dikutip dari VOX, salah satu isu yang umum diperdebatkan adalah bahwa BDS
lebih merugikan rakyat Palestina daripada membantu mereka. Argumen ini
didasarkan pada pendapat bahwa lebih banyak orang yang kehilangan pekerjaan
dan peluang ekonomi lainnya.

Beberapa pihak juga mengaitkan BDS dengan antisemitisme. Banyak yang setuju
dengan pendapat ini meskipun banyak orang dan kelompok Yahudi telah
mengecam pemerintah Israel, terutama Netanyahu, dan mendukung hak-hak
Palestina.

Beberapa lawan BDS berpendapat bahwa gerakan ini menyebabkan penghancuran


de facto negara Yahudi. Pemerintah Israel sendiri telah berusaha untuk menindak
gerakan BDS sejak awal. Pada tahun 2017, Israel bahkan mengeluarkan undang-
undang yang melarang orang-orang yang mendukung boikot terhadap negara
tersebut untuk memasuki Israel.

Gerakan Boikot di Indonesia

Di Indonesia, gerakan boikot terhadap merek-merek yang mendukung Israel juga


telah mendapat perhatian. Beberapa kelompok masyarakat, organisasi, dan para
tokoh ternama telah menggalang dukungan untuk boikot terhadap merek-merek
yang dianggap mendukung kebijakan Israel terkait konflik di Palestina.
Meskipun gerakan ini mendapat dukungan, ada juga pandangan yang berpendapat
bahwa boikot tidak akan efektif dan justru dapat merugikan pekerja dan ekonomi
lokal.

IKLAN

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa boikot merupakan tindakan
yang dapat memiliki dampak sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks.
Sementara itu, pemerintah Indonesia juga telah menunjukkan sikap solidaritas
terhadap Palestina, termasuk dengan mengecam tindakan-tindakan yang dianggap
melanggar hak asasi manusia di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia atau MUI baru-baru ini mengumumkan fatwa
terbaru dengan Nomor 83 Tahun 2023 yang membahas Hukum Dukungan
terhadap Perjuangan Palestina. Komisi Fatwa MUI menyarankan umat Islam untuk
tidak terlibat dalam transaksi produk yang memiliki keterkaitan dengan Israel atau
mendukung agresi Israel di wilayah Palestina.

"Umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan


penggunaan produk yang terafilitasi dengan Israel serta yang mendukung
penjajahan dan zionisme,” kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh,
dikutip lewat keterangan resmi pada Sabtu, 11 November 2023.

Sementara itu, Ekonom dari Institute for Development of Economics and


Finance (Indef), Rizal Taufikurahman, menjelaskan dampak gerakan boikot
produk pro-Israel. Ia menyatakan bahwa ada konsekuensi yang dapat dirasakan
baik secara sementara maupun dalam jangka panjang akibat gerakan boikot
terhadap produk-produk pro-Israel.

Secara singkat, menurutnya, dampaknya akan terlihat pada produksi produk-


produk tersebut.

"Lebih jauh lagi produktivitas dari industri pada produk-produk ini akan tertekan,
sebesar tekanan konsumsi yang menurun," kata Rizal kepada Tempo, Minggu, 12
November 2023.

Dengan demikian, gerakan boikot terhadap merek yang mendukung Israel (boikot
Israel) merupakan bagian dari ekspresi kebebasan berpendapat dan hak untuk
menyampaikan protes. Namun, dampak dan efektivitas dari gerakan ini tetap
menjadi perdebatan yang kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam
mengenai konteks global dan lokal yang terkait.

Konflik Palestina dan Israel tentunya memberikan dampak tersendiri bagi


negara-negara lain, termasuk Indonesia. Jika konflik terus memanas dan meluas,
bukan tidak mungkin sektor ekonomi Indonesia akan ikut merasakan efek
buruknya.
Pada saat ini, konflik Palestina dan Israel dinilai belum memberikan dampak
signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini karena keduanya bukanlah
penghasil energi (minyak, gas, batu bara, dll) maupun penghasil pangan terbesar
di dunia. Selain itu, Palestina dan Israel juga bukan mitra dagang utama bagi
Indonesia di sektor ekspor-impor.
Akan tetapi, kondisi perang bisa berubah-ubah setiap saat, apalagi jika ada
intervensi dari negara-negara lain. Hal inilah yang dikhawatirkan bisa
mengganggu kestabilan ekonomi global yang akhirnya dapat melemahkan
perekonomian di Indonesia.
Jika bicara mengenai dampak perang, setidaknya ada empat poin yang perlu
diwaspadai oleh Indonesia, yaitu:
1. Harga minyak mentah naik

Dampak buruk yang bisa terjadi akibat perang adalah kenaikan harga energi,
salah satunya minyak. Jika konflik Palestina-Israel meluas ke wilayah sekitar atau
bahkan melibatkan negara-negara besar, harga minyak dunia diprediksi akan
naik tajam.
Naiknya harga minyak dunia tentu saja akan berimbas pada kenaikan harga
bahan-bahan pokok, termasuk pangan dan bahan baku industri. Sayangnya,
sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan banyak impor dari luar negeri,
termasuk soal beras. Hal ini pastinya tidak akan menguntungkan bagi Indonesia
apabila harga minyak dunia meroket tajam.
2. Nilai tukar rupiah melemah

Dilansir dari Antara News, konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel menjadi
salah satu faktor menguatnya dolar AS. Konflik tersebut rupanya memicu
sejumlah investor untuk beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS.
Menguatnya mata uang asing tentunya akan melemahkan nilai tukar rupiah.
Akibatnya, terjadi kenaikan harga barang impor yang bisa berimbas pada
meroketnya harga berbagai jenis kebutuhan pokok dalam negeri.
3. Inflasi

Saat harga-harga barang/jasa di Indonesia mengalami kenaikan secara terus-


menerus, maka Indonesia dipastikan mengalami inflasi. Inflasi bisa membuat
perekonomian Indonesia semakin terpuruk karena akan terjadi pengurangan
investasi, menurunkan daya beli masyarakat, hingga merosotnya kesejahteraan
rakyat secara umum.
4. Naiknya produk lokal

Saat ini warga Indonesia pendukung Palestina menyerukan aksi boikot terhadap
Israel dan juga produk-produk yang mendukungnya. Jika boikot dilakukan secara
bersamaan dan dalam skala besar, aksi ini kemungkinan bisa menurunkan nilai
penjualan dari produk-produk tersebut.
Apabila aksi boikot besar-besaran ini dilakukan secara konsisten dan terus-
menerus, bukan tidak mungkin perusahaan-perusahaan pro Israel akan gulung
tikar dan hengkang dari Indonesia. Namun, ada akibat lain yang mungkin akan
terjadi, yaitu meningkatnya angka pengangguran karena pasti ada sejumlah
karyawan yang akan kehilangan pekerjaannya.
Di sisi lain, pemboikotan produk Israel bisa membuat masyarakat beralih
menggunakan produk lokal sebagai penggantinya. Hal ini bisa membuat
popularitas produk lokal naik sehingga memperkuat industri dalam negeri.

Boikot ekonomi sebagai perlawanan terhadap negara yang menindas, sekaligus


memperjuangkan masyarakat yang tertindas agar mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan
adalah jihad yang sah bagi kaum muslimin. Misalnya, boikot terhadap barang dan jasa
produk Israel supaya negara itu memberhentikan agresi dan menarik diri dari Gaza sesudah
lebih 10.000 korban meninggal dunia dari pihak rakyat Palestina.

Boikot dalam pengertian umum berarti menghentikan pertukaran barang dan jasa, seluruhnya
atau sebagian, dengan pihak yang diboikot. Caranya disesuaikan dengan kepentingan dan
tujuan pihak yang menyerukan boikot, mulai dari boikot transaksi ekonomi dan jasa dalam
segala bentuknya sampai dengan pemogokan secara masal. Boikot bertujuan memberi
tekanan dan pengaruh secara ekonomi dan politik supaya negara yang diboikot tunduk
kepada hukum internasional.

Boikot paling berhasil dalam sejarah ialah pemogokan tahun 1936 yang dilakukan oleh rakyat
Palestina dan kaum revolusioner terhadap orang-orang Yahudi dan pendudukan Inggris.
Pemogokan selama enam bulan ini tercatat rekor terlama dalam sejarah modern. Boikot
terhadap Israel juga berlanjut dilakukan rakyat Palestina pada tahun 1987 dan tahun 2000-an.
Boikot adalah jalan jihad terbaik yang pernah dilakukan rakyat Palestina terhadap
pendudukan bangsa Israel.

Di samping itu juga jangan dilupakan pengalaman berani India, yaitu boikot yang dilakukan
oleh rakyat India di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi melawan penjajah Inggris di
“benua India”. Begitupun boikot dilakukan sebagai perjuangan rakyat Vietnam melawan
penjajah Amerika dan Perancis sampai mereka memperoleh kebebasan dan kemerdekaan.

Boikot dapat memberikan dampak luar biasa bagi negara yang diboikot. Seperti pernah
dialami perusahaan Amerika di wilayah Arab pada tahun 2002. Akibat kampanye boikot
yang populer pada tahun itu saja mereka merugi sekitar $250 juta. Kerugian ini pun berimbas
penurunan volume penjualan sebesar 10% pada peralatan listrik dan elektronik Amerika, dan
50% pada restoran cepat saji dan beberapa jenis kosmetik.

Perusahaan-perusahaan Amerika –terutama perusahaan kecil dan menengah, juga merasakan


bahaya penyebaran kampanye boikot ke pasar-pasar Islam yang besar seperti Pakistan dan
Indonesia. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan Amerika untuk memiliki pengetahuan
mendalam tentang perilaku konsumen di negara negara yang mayoritas Muslim.

Langkah yang mereka ambil ialah mengorganisir kampanye media periklanan yang terfokus
untuk mengurangi jumlah kerugian akibat boikot tersebut. Diantaranya seperti yang
dilakukan agen lokal untuk restoran cepat saji dengan menerbitkan iklan di surat kabar lokal
di berbagai negara Arab. Isi pesannya yaitu menyangkal rumor bahwa beberapa perusahaan
Amerika menyumbangkan pendapatan sepanjang hari ke Israel.

Dalam konteks kampanye boikot yang dilatarbelakangi invasi militer Israel ke Gaza Palestina
sekarang ini maka kerugian serupa sangat mungkin terjadi pada pihak negara yang diboikot.
Apalagi hingga akhir pekan ini sudah hampir 30 negara di dunia menyerukan boikot terhadap
produk Israel dan negara yang membantu Israel.

Kampanye boikot sangat strategis sebagai cara menekan untuk menyudahi konflik Israel-
Palestina. Cara ini merupakan pendekatan "siyasah kharijiyah" dari masyarakat Islam di
dunia untuk membela dan memperjuangkan nasib saudaranya. Semoga dengan jihad yang sah
ini, negeri Palestina dapat segera memperoleh kemerdekaannya.

Anda mungkin juga menyukai