Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI

Analisis Dampak Pemboikotan Produk Pro Israel Terhadap


Tingkat Pengangguran di Indonesia

Disusun oleh : Kelompok 8

1. Cicilia Ayu Anggraini (B.131.22.0526)


2. Elsa Diana Putri (B.131.22.0536)
3. Wahyu Setiyaningsih (B.131.22.0547)
4. Imas Setyoningrum (B.131.22.0562)

Dosen Pengampu : Ibu Wahyu Puspitasari, S.E, M.M.


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

TINJAUAN TEORI.................................................................................................5

BAB III....................................................................................................................8

PEMBAHASAN......................................................................................................8

3.1 Dampak langsung dari pemboikotan produk Pro Israel terhadap sektor-
sektor ekonomi tertentu di Indonesia, dan sejauh mana hal ini mempengaruhi
tingkat pengangguran...........................................................................................9

3.2 Sejauh mana ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan dari pemboikotan


tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pengangguran struktural di
Indonesia............................................................................................................11

3.3 kebijakan fundamental dan moneter yang diimplementasikan oleh


pemerintah dapat membantu merespons dan meredakan dampak negatif pada
tingkat pengangguran akibat pemboikotan produk Pro Israel............................14

BAB IV..................................................................................................................17

KESIMPULAN......................................................................................................17

BAB V....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemboikotan produk-produk yang terkait dengan Israel menjadi perhatian

global yang memicu reaksi dan tanggapan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Fenomena ini tidak hanya menciptakan dinamika dalam hubungan internasional,

tetapi juga berpotensi membawa dampak signifikan pada ekonomi domestik,

khususnya dalam hal tingkat pengangguran.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di

dunia, seringkali merespon isu-isu internasional dengan tindakan-tindakan boikot

terhadap produk-produk yang diidentifikasi memiliki kaitan dengan Israel.

Pemboikotan semacam itu dapat merambah ke berbagai sektor ekonomi, dari

perdagangan hingga investasi, dan kemungkinan berdampak pada keseimbangan

ekonomi nasional, termasuk tingkat pengangguran.

Terhitung 23 hari pasca perang Israel dan Hamas mengakibatkan tewasnya

nyawa 9.521 warga sipil Palestina, gempuran di jalur Gaza pun terus dilakukan di

tengah rencana Israel melakukan invasi di darat, jumlah korban jiwa sebagian

besar adalah anak-anak dan perempuan. Korban jiwa yang banyak dikalangan

anak-anak ini pun membuat Menteri Pendidikan di Gaza terpaksa menutup

sekolah dan mengakhiri tahun ajaran karna siswa dan siswi sebagian besar tewas

dalam gempuran yang terjadi di Gaza (CNN Indonesia, 2023).

3
Di tengah konflik Palestina dan Israel, muncul isu terkait beberapa produk

yang disebut pro-Israel. Sejumlah orang kemudian mendeklarasikan boikot untuk

produk-produk tersebut. Di satu sisi, dukungan tersebut diakui dapat berdampak

pada upaya damai antara Palestina dan Israel. Namun disisi lain, beberapa orang

berpendapat bahwa hal tersebut dapat memicu penurunan ekonomi, khususnya

bagi karyawan yang bekerja di perusahaan produk tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Apa dampak langsung dari pemboikotan produk Pro Israel terhadap

sektor-sektor ekonomi tertentu di Indonesia, dan sejauh mana hal ini

mempengaruhi tingkat pengangguran?

2. Sejauh mana ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan dari pemboikotan

tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pengangguran struktural

di Indonesia?

3. Apakah kebijakan fundamental dan moneter yang diimplementasikan oleh

pemerintah dapat membantu merespons dan meredakan dampak negatif

pada tingkat pengangguran akibat pemboikotan produk Pro Israel?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

4
1. Untuk mengetahui dampak langsung dari pemboikotan produk Pro Israel

terhadap sektor-sektor ekonomi tertentu di Indonesia, dan sejauh mana hal

ini mempengaruhi tingkat pengangguran

2. Untuk mengetahui Sejauh mana ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan

dari pemboikotan tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko

pengangguran struktural di Indonesia

3. Untuk mengetahui Apakah kebijakan fundamental dan moneter yang

diimplementasikan oleh pemerintah dapat membantu merespons dan

meredakan dampak negatif pada tingkat pengangguran akibat pemboikotan

produk Pro Israel

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

Minat beli produk didasarkan pada konsumen, keputusan diambil oleh

konsumen berdasarkan lokasi, merek yang diinginkan dan produk yang

diinginkan, model barang pun menjadi dasar pengambilan keputusan. Ketertarikan

terhadap pembelian produk untuk konsumen berasal informasi yang ditelusuri

oleh calon konsumen terutama pengalaman masa lalu menjadi tolak ukur apakah

mereka puas atau tidak dengan produk yang sudah pernah konsumen beli. Fase

dalam menentukan pembelian produk konsumen akan melalui 3 tahapan, fase

pertama yaitu pengenalan produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.

Fase kedua konsumen akan mencari informasi dari internal atau lingkup kerabat

dan keluarga. Fase ketiga konsumen akan melakukan evaluasi apakah merek yang

akan dibeli sesuai dan mencari alternatif pilihan lain hingga sampai pada titik

konsumen melakukan transaksi pembelian (Hanaysha, 2018).

Pelanggan yang puas akan produk yang dibeli akan tercipta loyalitas pada

brand/produk tersebut. Pelanggan yang loyal akan melakukan transaksi pembelian

produk Kembali, sehingga perusahaan harus bisa mengidentifikasi variabel

kepuasan konsumen dan karakter konsumen. Identifikasi variabel kepuasan

konsumen juga bisa dijadikan bahan perbaikan perusahaan untuk

mengembangkan produk lebih baik lagi, tolak ukur kepuasan konsumen adalah

6
kepuasan akan pemakaian produk, privasi konsumen, dan kualitas informasi

(Amizuar, 2017).

1. Boikot Ekonomi dan Dampaknya: Boikot ekonomi adalah tindakan

menolak atau menghindari pembelian, penjualan, atau partisipasi dalam

aktivitas ekonomi yang terkait dengan suatu entitas. Teori ekonomi

menyebutkan bahwa boikot dapat memengaruhi pasokan dan permintaan

produk tertentu, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga dan

volume perdagangan. Penelitian terdahulu, seperti yang dilakukan oleh

Anderson dan Simester (2003), menunjukkan bahwa boikot konsumen

dapat memiliki efek yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan.

2. Dampak Boikot terhadap Tingkat Pengangguran: Studi tentang

dampak boikot terhadap tingkat pengangguran mencakup pemahaman

tentang bagaimana perubahan dalam pola konsumsi dan investasi dapat

memengaruhi kesempatan kerja. Teori ini menunjukkan bahwa jika boikot

mengarah pada penurunan aktivitas ekonomi atau investasi, dapat terjadi

peningkatan tingkat pengangguran. Konsep ini sejalan dengan model

ekonomi makro yang menunjukkan keterkaitan antara permintaan dan

penawaran tenaga kerja.

3. Hubungan Diplomasi dan Ekonomi: Studi terkait hubungan antara

diplomasi dan ekonomi menggambarkan bagaimana kebijakan luar negeri,

termasuk boikot, dapat memainkan peran dalam menentukan arus

perdagangan dan investasi antar negara. Teori ini melibatkan pemahaman

7
tentang bagaimana kebijakan luar negeri dapat memengaruhi kebijakan

ekonomi, dan sejauh mana dampak tersebut dapat dirasakan di tingkat

domestik.

4. Kebijakan Luar Negeri dan Kepentingan Nasional: Tinjauan teori juga

mencakup konsep kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional.

Bagaimana suatu negara menanggapi isu internasional, termasuk melalui

boikot ekonomi, sering kali berkaitan dengan upaya melindungi

kepentingan nasional dan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai politik,

ekonomi, dan keamanan.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak langsung dari pemboikotan produk Pro Israel terhadap sektor-
sektor ekonomi tertentu di Indonesia, dan sejauh mana hal ini
mempengaruhi tingkat pengangguran

Dampak langsung dari pemboikotan produk Pro Israel terhadap sektor-

sektor ekonomi tertentu di Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan

terhadap perubahan tingkat pengangguran. Pemboikotan tersebut memiliki potensi

untuk menciptakan dinamika yang kompleks dalam perekonomian, terutama pada

sektor-sektor yang terkait langsung dengan produk yang menjadi sasaran boikot.

Sebagai contoh, sektor perdagangan dan industri yang memiliki keterkaitan

erat dengan produk yang menjadi target pemboikotan mungkin mengalami

penurunan permintaan dan penjualan. Penurunan ini dapat mengarah pada

penurunan produksi, investasi, dan pendapatan dalam sektor-sektor tersebut.

Akibatnya, perusahaan-perusahaan di sektor ini mungkin menghadapi tekanan

finansial yang dapat memicu pemangkasan biaya, termasuk pengurangan tenaga

kerja.

Sementara itu, sektor-sektor yang mungkin mendapatkan manfaat dari

pemboikotan ini, seperti sektor ekonomi lokal atau industri pengganti, dapat

mengalami pertumbuhan dalam permintaan dan produksi mereka. Namun,

9
dampak positif ini mungkin tidak cukup untuk menyerap jumlah pekerjaan yang

hilang di sektor-sektor yang terdampak negatif.

Penting untuk mencatat bahwa tingkat pengangguran tidak hanya

dipengaruhi oleh perubahan dalam sektor ekonomi yang terkena dampak langsung

pemboikotan, tetapi juga oleh sejauh mana dampak tersebut merambat ke sektor-

sektor lainnya dalam rantai pasokan dan jaringan ekonomi. Oleh karena itu,

analisis menyeluruh terhadap hubungan antara pemboikotan produk Pro Israel,

perubahan sektor ekonomi, dan dampaknya pada tingkat pengangguran sangat

penting untuk menyusun kebijakan dan strategi yang responsif.

Jika dilihat dari segi ekonomi, aksi boikot produk Israel ini dapat

berpengaruh pada karyawan yang bekerja di perusahaan terkait. Adapun dalam

jangka panjang, dampak yang dihasilkan tentunya akan cukup signifikan. Contoh

dampaknya adalah hilangnya pekerjaan, penurunan penghasilan, hingga

menurunnya minat dan daya beli konsumen. Lebih jauhnya, efek boikot ini dapat

mempengaruhi perdagangan internasional maupun ekonomi nasional.

Salah satu dampak yang bisa dirasakan Indonesia menurutnya adalah

potensi pengurangan produk impor dan dapat berpengaruh pada perdagangan dan

ketersediaan produk tertentu di pasar Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha

Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande menyatakan, dampak pandemi Covid-19

sangat merugikan bisnis ritel, namun kini munculnya masalah geopolitik global,

seperti konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina juga meberi dampak yang besar

terhadap perekonomian global. Dampak penurunan tersebut akhirnya merambah

10
ke operasional bisnis, dan ditemukan adanya potensi serius terhadap perlambatan

ekonomi Indonesia, bahkan mencapai kemungkinan pemutusan hubungan kerja

(PHK). Konsumsi masyarakat berkontribusi juga bagi ekonomi yaitu sebesar

51,8% dari konsumen. Berbagai negara maju sekarang, Jepang, Amerika, gak

lebih dari 2% pertumbuhannya, bahkan Eropa 0,1-0,2%. Kita bisa 5% (berkat

konsumsi).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia

(AP3MI) Uswati Leman Sudi menyampaikan bahwa tindakan ini berpotensi

mengurangi transaksi di pasar modern hingga 50%, mengingat sebagian besar

barang yang termasuk dalam daftar boikot merupakan produk pareto. Produk

pareto merujuk pada barang yang menyumbang hingga 80% dari produksi pasar,

tetapi hanya memberikan kontribusi 20% pada transaksi. Secara umum, produk

pareto termasuk produk konsumen seperti sabun, sampo, dan susu dalam

kemasan. Boikot terhadap produk pro Israel yang terus berkumandang

menyebabkan penurunan performa saham perusahaan dan menciptakan potensi

PHK.

3.2 Sejauh mana ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan dari pemboikotan


tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pengangguran struktural di
Indonesia

Ketidakpastian ekonomi yang timbul akibat pemboikotan produk Pro Israel

dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko

pengangguran struktural di Indonesia. Pemboikotan, dengan mengubah pola

perdagangan dan investasi, dapat menciptakan ketidakpastian di berbagai sektor

11
ekonomi. Ketidakpastian ini bisa melibatkan fluktuasi permintaan, perubahan

dalam rantai pasokan, dan penyesuaian kondisi bisnis secara keseluruhan.

Peningkatan risiko pengangguran struktural mungkin terjadi ketika pelaku

usaha menghadapi ketidakpastian jangka panjang dan mengurangi investasi pada

sumber daya manusia dan pelatihan. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan

pekerjaan dalam beberapa sektor tertentu yang mungkin lebih rentan terhadap

perubahan ekonomi. Seiring waktu, pekerja yang kehilangan pekerjaan dalam

sektor-sektor tersebut mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan

baru yang sesuai dengan keterampilan dan keahlian mereka.

Lebih lanjut, peningkatan risiko pengangguran struktural dapat terjadi jika

ketidakpastian ekonomi menyebabkan penundaan keputusan investasi dan

ekspansi oleh perusahaan, yang pada akhirnya membatasi penciptaan lapangan

kerja baru. Adanya perubahan dalam dinamika bisnis dan kebijakan perdagangan

dapat mengubah struktur pasar tenaga kerja, menyebabkan kesenjangan

keterampilan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Pemerintah perlu memperhatikan risiko ini dan merancang kebijakan yang

mendukung adaptabilitas tenaga kerja, pelatihan keterampilan, dan diversifikasi

ekonomi. Dalam konteks ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan dari

pemboikotan, upaya penguatan sumber daya manusia dan penyesuaian kebijakan

ekonomi nasional menjadi kunci untuk mengurangi risiko pengangguran

struktural dan meningkatkan ketahanan ekonomi di masa depan.

Ketidakpastian ekonomi yang dihasilkan dari pemboikotan produk Pro

Israel dapat menjadi pemicu peningkatan risiko pengangguran struktural di

12
Indonesia. Ketidakpastian ini dapat menciptakan lingkungan bisnis yang tidak

stabil, mempengaruhi keputusan investasi dan ekspansi oleh perusahaan, serta

merugikan peluang penciptaan lapangan pekerjaan baru. Beberapa faktor yang

dapat menjelaskan sejauh mana ketidakpastian ekonomi dapat meningkatkan

risiko pengangguran struktural melibatkan:

1. Penurunan Investasi: Ketidakpastian ekonomi cenderung membuat

perusahaan enggan berinvestasi dalam ekspansi dan peningkatan kapasitas

produksi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan sektor-sektor tertentu,

yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko pengangguran struktural,

terutama jika sektor tersebut merupakan penyedia pekerjaan utama.

2. Kurangnya Kepercayaan Pelaku Bisnis: Pelaku bisnis membutuhkan

kepastian dan stabilitas untuk membuat keputusan strategis. Jika

ketidakpastian ekonomi mengakibatkan kurangnya kepercayaan, maka

perusahaan mungkin menunda rencana ekspansi, merekrut, atau

melakukan investasi jangka panjang, yang dapat berdampak pada tingkat

pengangguran struktural.

3. Penurunan Konsumsi dan Permintaan Tenaga Kerja: Dalam situasi

ketidakpastian ekonomi, konsumen cenderung menahan belanja mereka,

dan perusahaan dapat mengurangi produksi sebagai respons terhadap

penurunan permintaan. Ini dapat mengakibatkan penurunan kebutuhan

akan tenaga kerja, terutama jika perusahaan mengalami tekanan keuangan.

4. Ketidakpastian Kebijakan: Perubahan kebijakan ekonomi yang tidak

terduga atau kebijakan perdagangan yang dinamis dapat menimbulkan

13
ketidakpastian tambahan. Ini dapat membingungkan perencanaan jangka

panjang perusahaan dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan

konservatif terhadap penambahan tenaga kerja.

5. Perubahan Struktural dalam Permintaan Pasar: Pemboikotan produk

Pro Israel dapat menyebabkan perubahan struktural dalam permintaan

pasar, menggeser preferensi konsumen dan tuntutan industri. Perusahaan

yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan ini mungkin menghadapi

kesulitan untuk mempertahankan tingkat pekerjaan mereka, menyebabkan

risiko pengangguran struktural.

Dengan memahami dinamika ini, pemerintah dan pemangku kepentingan

dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi ketidakpastian

ekonomi, mendorong kepercayaan pelaku bisnis, dan memberikan insentif untuk

investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Upaya ini dapat membantu

mengurangi risiko pengangguran struktural dan menjaga kestabilan pasar tenaga

kerja di tengah ketidakpastian ekonomi yang mungkin muncul akibat

pemboikotan produk Pro Israel.

3.3 kebijakan fundamental dan moneter yang diimplementasikan oleh


pemerintah dapat membantu merespons dan meredakan dampak negatif
pada tingkat pengangguran akibat pemboikotan produk Pro Israel

Dalam merespons dan meredakan dampak negatif pada tingkat

pengangguran akibat pemboikotan produk Pro Israel, pemerintah dapat

mengimplementasikan kebijakan fundamental dan moneter yang strategis.

Kebijakan fundamental, seperti kebijakan fiskal, dapat mencakup insentif bagi

14
sektor-sektor ekonomi yang terdampak secara langsung oleh pemboikotan, seperti

sektor perdagangan dan investasi. Pemerintah dapat merancang paket stimulus

ekonomi untuk mendorong pertumbuhan di sektor-sektor ini, menciptakan

peluang pekerjaan baru, dan meminimalkan dampak langsung pada tingkat

pengangguran.

Kebijakan moneter juga dapat menjadi alat yang efektif dalam mengatasi

dampak pemboikotan terhadap tingkat pengangguran. Pemerintah dapat

menyesuaikan suku bunga untuk meningkatkan aksesibilitas kredit bagi pelaku

usaha dan masyarakat, memungkinkan perusahaan untuk memperluas operasional

dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, langkah-langkah seperti

pengelolaan likuiditas dan kebijakan mata uang dapat membantu menjaga

stabilitas keuangan, memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar, dan

meredakan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi keputusan investasi dan

pekerjaan.

Pentingnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter menjadi krusial

dalam menghadapi situasi ini. Keterpaduan kebijakan ekonomi dapat menciptakan

sinergi positif, memperkuat daya tahan sektor-sektor ekonomi kunci, dan

mengurangi risiko pengangguran yang dapat terjadi akibat pemboikotan produk

Pro Israel. Dengan demikian, perencanaan dan implementasi kebijakan yang tepat

dapat membantu mencapai keseimbangan antara respons terhadap pemboikotan

dan perlindungan terhadap pasar tenaga kerja nasional.

Kebijakan fundamental dan moneter yang diimplementasikan oleh


pemerintah memiliki peran penting dalam merespons dan meredakan dampak
negatif pada tingkat pengangguran akibat pemboikotan produk Pro Israel.

15
Beberapa langkah dan strategi yang dapat diambil melibatkan kedua aspek
kebijakan tersebut:
1. Stimulus Fiskal:
 Kebijakan Pajak dan Insentif: Pemerintah dapat
mengimplementasikan kebijakan pajak yang mendukung
perusahaan terdampak dan memberikan insentif fiskal untuk
mendorong investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan.
 Program Infrastruktur: Investasi dalam proyek-proyek
infrastruktur dapat menciptakan peluang pekerjaan baru,
merangsang pertumbuhan ekonomi, dan memberikan efek positif
pada tingkat pengangguran.
2. **Kebijakan Moneter:
 Penyesuaian Suku Bunga: Bank sentral dapat menyesuaikan suku
bunga untuk merangsang aktivitas ekonomi, mendorong pinjaman
perusahaan, dan membantu pemulihan sektor-sektor yang
terdampak.
 Kontrol Inflasi: Upaya untuk menjaga stabilitas harga dapat
memberikan kepercayaan kepada pelaku bisnis dan konsumen,
menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil.
3. Penguatan Sektor Pendidikan dan Pelatihan:
 Investasi dalam Keterampilan Kerja: Pemerintah dapat fokus
pada pelatihan keterampilan dan pengembangan tenaga kerja untuk
meningkatkan daya saing pekerja di pasar kerja.
 Kemitraan Industri-Pendidikan: Membangun kemitraan yang
erat antara industri dan lembaga pendidikan untuk memastikan
bahwa tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan pasar.
4. Diversifikasi Ekonomi:
 Stimulasi Diversifikasi Ekonomi: Pemerintah dapat mendorong
diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada
sektor-sektor yang mungkin terkena dampak pemboikotan. Ini

16
dapat mencakup promosi sektor-sektor yang lebih tahan terhadap
ketidakpastian ekonomi.
5. Kebijakan Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM):
 Dukungan untuk UKM: Memberikan dukungan khusus bagi
UKM dapat membantu mereka bertahan dan berkembang di tengah
ketidakpastian ekonomi, yang pada gilirannya dapat berkontribusi
pada penciptaan lapangan pekerjaan.
6. Perbaikan Iklim Investasi:
 Pengurangan Hambatan Investasi: Meningkatkan iklim investasi
dengan mengurangi hambatan investasi, birokrasi, dan memberikan
jaminan kepastian hukum dapat membuka peluang baru bagi
perusahaan dan membantu mengurangi risiko pengangguran.
7. Komunikasi dan Kepemimpinan:
 Komunikasi Efektif: Pemerintah dapat meningkatkan komunikasi
dengan pelaku bisnis dan masyarakat untuk memberikan kejelasan
mengenai situasi ekonomi dan langkah-langkah yang diambil
untuk merespons pemboikotan produk Pro Israel.
Melalui kombinasi kebijakan fundamental dan moneter yang bijaksana,
pemerintah dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil,
meningkatkan daya saing, dan meminimalkan dampak negatif pada tingkat
pengangguran yang mungkin timbul akibat pemboikotan produk Pro Israel.

17
BAB IV

KESIMPULAN

Seruan boikot yang terus dilakukan akan menyebabkan sejumlah

perusahaan gulung tikar. Akibatnya, akan ada banyak pegawai yang di-PHK yang

tentu saja akan menambah angka pengangguran di Indonesia. Oleh karenanya

boikot jelas akan berpengaruh khususnya pada para karyawan yang bekerja di

perusahaan-perusahaan terkait. Para karyawan tersebut bisa kehilangan pekerjaan

atau penurunan pendapatan akibat menurunnya minat dan daya beli konsumen.

Seruan produk pro Israel ini imbas dari serangan Israel yang bertubi-tubi ke Gaza

Palestina. Ada banyak produk yang menjadi sasaran sekitar 120an produk seperti

Starbucks, Pizza Hut, McDonald’s, Puma, Delta, Nestle, dan lain-lain.

Bahkan di Indonesia, seruan boikot sudah berlangsung selama beberapa

minggu melalui media sosial WA, Tiktok, Facebook, Instagram, Twitter bahkan

Youtube. Ditambah dengan dikeluarkannya Fatwa MUI yang mengharamkan

pembelian produk dari produsen pendukung Israel yang kemudian menuai pro dan

kontra dari berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Menurut Asosiasi

Pengusaha Indonesia (Apindo) fatwa ini akan memberi dampak negatif bagi

perusahaan yang dianggap mendukung Israel.

18
Dalam menghadapi dampak pemboikotan produk Pro Israel terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia, diperlukan pemahaman dan respons yang holistik dari

pemerintah. Analisis ini menyoroti kompleksitas dinamika ekonomi dan

ketidakpastian yang dapat timbul sebagai hasil dari tindakan boikot tersebut.

Pemboikotan produk Pro Israel memiliki potensi untuk menciptakan

tekanan ekonomi yang signifikan, terutama terhadap sektor-sektor tertentu yang

terkait dengan produk tersebut. Dalam konteks ini, kebijakan fundamental dan

moneter memainkan peran kunci dalam merespons dan meredakan dampak

negatif. Stimulus fiskal, seperti insentif pajak dan investasi dalam infrastruktur,

dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan

pekerjaan baru. Di sisi lain, kebijakan moneter yang cerdas, seperti penyesuaian

suku bunga dan kontrol inflasi, dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dan

memberikan sinyal positif kepada pelaku pasar.

Diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor pendidikan juga menjadi

langkah-langkah kunci dalam mengurangi risiko pengangguran struktural.

Peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan dapat

meningkatkan daya saing pekerja di pasar kerja yang berubah. Dukungan khusus

untuk usaha kecil dan menengah (UKM) serta langkah-langkah untuk

meningkatkan iklim investasi dapat menjadi strategi yang efektif dalam

memitigasi dampak negatif pemboikotan.

Namun, perlu diakui bahwa setiap kebijakan harus diarahkan dengan

bijaksana, dan komunikasi efektif antara pemerintah, pelaku bisnis, dan

masyarakat menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan. Kesinambungan dan

19
keseimbangan dalam penerapan kebijakan ekonomi akan menjadi pondasi utama

dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah dinamika geopolitik global.

Sebagai penutup, menjaga keseimbangan antara respons terhadap

pemboikotan dan perlindungan terhadap pasar tenaga kerja nasional adalah suatu

tantangan, namun melalui kebijakan yang tepat, Indonesia dapat melangkah maju

menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

20
BAB V

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bakti, T. D., Sumanjaya, R., & Hasution, S. H. (2010). Pengantar Ekonomi
Makro. USUpress.
Smith, A. (1776). Penyelidikan Sifat dan Penyebab Kekayaan Bangsa. London:
W. Strahan dan T. Cadell.
Bank Dunia. (2020). Indikator Pembangunan Dunia 2020. Publikasi Bank Dunia.

Jurnal
Amizuar, Sabilil Hakim., Ratnawati, Anny., Andati, Trias. The Integration of
International Capital Market From Indonesian Investors Perspective: Do
Integration Still Give Diversification Benefit. International Journal of
Economics and Finance, Vol. 9, No. 9; 2017.

Hanaysha, Jalal Rajeh. An Examination of The Factors Affecting Consumer’s


Purchase Decision in The Malaysian Retail Market. Emerald Insight. 12
April 2018.

Rahmani, A. N. (2023). Dampak Perang Israel-Hamas Terhadap Harga Saham


dan Minat Beli Masyarakat Produk Pendukung Israel.. Academy of
Education Journal, 14(2), 1444-1456.

Anderson, ET, & Simester, DI (2003). Dampak boikot konsumen terhadap


perusahaan: Bukti dari pasar saham. Jurnal Riset Konsumen, 29(3), 399-
417.

21
Blanchard, OJ, & Quah, D. (1989). Efek dinamis dari gangguan permintaan dan
penawaran agregat. Tinjauan Ekonomi Amerika, 79(4), 655-673.

Brown, RL, Durbin, J., & Evans, JM (1975). Teknik untuk menguji keteguhan
hubungan regresi dari waktu ke waktu. Jurnal Royal Statistical Society:
Seri B (Metodologis), 37(2), 149-163.

Gertler, M., & Gruber, J. (2002). Mengasuransikan konsumsi terhadap penyakit.


Tinjauan Ekonomi Amerika, 92(1), 51-70.

Krugman, P. (1998). Apa yang terjadi dengan Asia? Biro Riset Ekonomi
Nasional. Kertas Kerja No.6964.

Sachs, J., & Warner, A. (1995). Reformasi ekonomi dan proses integrasi global.
Brookings Papers tentang Kegiatan Ekonomi, 1995(1), 1-118.

Artikel
CNBC Indonesia. Diakses pada tanggal 19 November 2023.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231009125007-4-479034/kronolo
gi-penyebab-perang-hamas-vs-israel-1100-lebih-tewas

CNBC Indonesia. Diakses pada tanggal 21 November 2023.


https://www.cnbcindonesia.com/market/20231114180046-19-489002/ada-boikot-
produk-pro-israel-apa-efeknya

22

Anda mungkin juga menyukai