Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

FMEA DAN FISHBONE ANALYSIS UNTUK MENGETAHUI RISIKO KERUSAKAN


KOMPONEN FLIGHT CONTROL SYSTEM PENYEBAB AIRCRAFT VIBRATION HELIKOPTER
BELL-412 TNI AL

FMEA and Fishbone Anaysis to Determine The Risk of Flight Control System
Components Defect Doe to Aircraft Vibration on the Indonesian Navy Helicopter
BELL-412

DIAN SUPIANDI1, HENDRO YUSWORO HARYONO2, CHRISTIAN TOBING3


Sekolah Staff Dan Komando TNI Angkatan Laut

ABSTRAK. Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) adalah Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) TNI AL, yang
bertugas membina kekuatan penerbangan TNI Angkatan Laut. Helikopter NBell-412 merupakan salah satu dari unsur
pesud yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut yang memiliki fungsi sebagai Helikopter Serbaguna (Helicopter Utility), heli
ini berperan aktif dalam setiap misi penugasan guna mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Aircraft Vibration
merupakan salah satu kegagalan (failure) pada suatu sistem atau komponen yang merupakan salah satu penghambat
kesiapan operasi udara helikopter NBell-412. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan
pada komponen flight control system sebagai penyebab signifikan terjadinya failure aircraft vibration pada helicopter
Bell-412 TNI AL. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk
menentukan tingkat risiko dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi dan fishbone analysis untuk menggambarkan
penyebab dan akibat dari risiko serta tindakan untuk melakukan pencegahan maupun pemulihan terhadap risiko
kegagalan yang menyebabkan permasalahan Aircraft Vibration, dengan menggunakan kedua metode tersebut
didapatkan hasil nilai risk priority number (RPN) komponen dan beberapa penyebab failure aircraft vibration.

Kata kunci: FMEA, Fishbone Analysis, Risiko.

ABSTRACT: The Naval aviation center is the executive central body of the Indonesian navy, which served in managing the
power of the flight navy. Helicopter Bell-412 is one of the Aircraft owned by the Indonesian navy functions as a helicopter
versatile, the aircraft is actively involved in every mission to support the main task of the navy. Aircraft vibration is one of
failure on a system or component that impedes the readiness of the helicopter Bell-412 air operations. This research aims
to determine the flight control defect as significant factors doe to aircraft vibration failure on the indonesian navy
Bell-412 helicopter. Methods used in this research is failure mode and effect analysis (FMEA) to determine the level of
the risk from identified risks and fishbone analysis to describe the cause and effect of risks and action to take special
precautions, as well as a remedy for the risk of failure that caused problems aircraft vibration, by using failure mode and
effect analysis (FMEA) methodology, can be determined the risks that have value risk priority number (RPN) and causing
factors doe to failure aircraft vibration.

Keywords: FMEA, Fishbone Analysis, Risiko.

127 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

PENDAHULUAN (SSAT) dalam rangka penegakkan kedaulatan dan


hukum di laut (Perkasal, 2009).
Indonesia sebagai negara yang berdaulat Helikopter NBell-412 merupakan salah satu
dituntut untuk memiliki kekuatan berupa Alutsista dari unsur pesud yang dimiliki oleh TNI Angkatan
yang memadai sebagai instrumen utama dalam Laut yang memiliki fungsi sebagai Helikopter
menjaga kedaulatan teritorial serta mengamankan Serbaguna (Helicopter Utility), heli ini berperan
kepentingan nasional dari berbagai ancaman, aktif dalam setiap misi penugasan guna
tantangan, hambatan dan gangguan baik dari mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Peran
dalam maupun luar negeri. Dibutuhkan aktif helikopter NBell-412 dalam setiap misi
pembangunan postur pertahanan untuk menjaga operasi udara dengan dinamika medan dan cuaca
kedaulatan wilayah Negara Republllik Indonesia, menyebabkan penurunan performa pada sistem
dan secara bertahap telah dilaksanakan maupun komponen-komponen utama dan
pengadaan beberapa alat peralatan pertahanan pendukungnya. Kegagalan (failure) pada suatu
dan keamanan (Alpalhankam) oleh pemerintah, sistem atau komponen merupakan salah satu
diantaranya pembelian beberapa jenis pesawat penghambat kesiapan operasi udara helikopter
udara (Pesud) untuk TNI Angkatan Laut (TNI AL) NBell-412 karena harus dilaksanakan kegiatan
baik Fixed Wing maupun Rotary Wing yang pemeliharaan dan perbaikan. Aircraft Vibration
disesuaikan untuk misi OMP (Operasi Misi Perang) merupakan salah satu failure atau kegagalan pada
dan OMSP (Opeasi Misi Selain Perang). Pusat flight control system komponen yang sering terjadi
Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) pada pesawat udara jenis helicopter salah satunya
adalah Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) TNI AL, yaitu helikopter Bell-412 TNI AL karena pada
yang bertugas membina kekuatan penerbangan helicopter Bell-412 dan umumnya pada seluruh
TNI Angkatan Laut yang meliputi pengintaian type helikopter terdapat rotor blade system yang
udara taktis, anti kapal selam, anti kapal membutuhkan putaran rotor blade yang memiliki
permukaan, pendaratan pasrat lintas helikopter, tingkat ukuran vibrasi yang kecil dengan satuan IPS
pengamatan laut terbatas serta menyelenggarakan (Inch Per Second). Kegagalan pada suatu system
fungsi dukungan pesawat udara, pembinaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab
materiel dan personel Penerbangan TNI Angkatan dari mulai metode yang digunakan dalam
Laut sebagai sub Sistem Senjata Armada Terpadu operasional maupun metode pemeliharaan serta

128 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

akibat dari fatique material serta kegagalan akibat Risiko


human error. Kegagalan pada system helikopter
Risiko memiliki beberapa pengertian baik
Bell-412 TNI AL (Aircraft Vibration) dapat
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
mengganggu kesiapan unsur operasi penerbangan
maupun para ahli. Risiko menurut Kamus Besar
dalam rangka mendukung penugasan TNI
Bahasa Indonesia merupakan akibat yang kurang
Angkatan Laut.
menyenangkan (merugikan, membahayakan).
Pada penelitian ini dilakukan analisis risiko
Sedangkan pengertian Risiko menurut Arthur J.
kerusakan pada setiap komponen flight control
Keown (2000) risiko merupakan prospek suatu
system yang mempengaruhi putaran rotor blade
hasil yang yang tidak disukai (operasional sebagai
tidak balance. Analisis risiko disini merupakan
deviasi standar). Hanafi (2000) bahwa risiko adalah
sebuah analisis untuk mengidentifikasi risiko serta
besarnya penyimpangan hasil (return) yang
penyebab dan dampak risiko dari
diperoleh dari rencana hasil (return) yang
komponen-komponen flight control system yang
diharapkan. Definisi risiko lainnya adalah dampak
menyebabkan terjadinya kegagalan pada
negatif dari aktivitas yang rentan, dengan
helikopter Bell-412 berupa Aircraft vibration.
mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
kemunculan risiko tersebut (Stoneburner,
adalah Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Goguen, & Feringa, 2002). Selain itu, risiko
untuk menentukan tingkat risiko dari risiko-risiko
merupakan kesempatan terjadinya kerugian.
yang telah diidentifikasi dan fishbone analysis
Change of loss berkaitan dengan suatu exposure
untuk menggambar penyebab dan akibat dari
(keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian
risiko serta tindakan untuk melakukan pencegahan
(Voughan 1978).
maupun pemulihan terhadap risiko. Pada akhir
penelitian diharapkan dapat diketahui risiko apa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
saja yang berpengaruh besar terhadap terjadinya FMEA merupakan salah satu program
kegagalan atau failure yang menyebabkan peningkatan dan pengendalian kualitas yang dapat
terjadinya aircraft vibration sehingga dapat mencegah terjadi kegagalan dalam suatu produk
dilakukan strategi-strategi untuk menanggulangi atau proses. FMEA adalah sekumpulan petunjuk,
risiko kegagalan aircraft vibration pada helicopter sebuah proses, dan form untuk mengidentifikasi
Bell-412 TNI AL. dan mendahulukan masalah-masalah potensial
(kegagalan) Bongiorno, 2001. FMEA dapat
METODE
129 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

digunakan dalam melaksanakan identifikasi permasalahan dari suatu kegagalan/failure baik


terhadap risiko kegagalan yang potensial untuk pada suatu system kerja mesin ataupun
sebuah produk atau proses. manajemen kerja, yang dilaksanakan dalam
Secara garis besar dapat meliputi beberapa fishbone diagram mengetahui berbagai penyebab
langkah secara sistematis yang dapat dilaksankan yang potensial dari suatu efek atau permalsahan
(Modarres, M, 1999): dan menganalisis permaslahan tersebut pada fase
1. Menetukan Severity, merupakan Identifikasi brainstorming (Kusnaidi, Aris 2011).
potensi kegagalan (keseriusan Diagram ini dapat dibangun mulai dari
permasalahan/tingkat keparahan) pada penentuan input dan output sebagai penyebab
setiap proses. (cause) dan akibat (effect). Input dari fishbone

2. Menentukan Occurrence, merupakan analysis adalah adanya beberapa pemahaman

Identifikasi skala probabilitas terjadinya penyebab permasalahan (cause) yang terdiri dari

kegagalan suatu permasalahan terjadi. main cause dan level cause yang digambarkan

3. Menentukan Detection, merupakan skala dalam diagram sebagai tulang ikan. Output dari

yang memeringkatkan kemungkinan dari fishbone analysis berupa sebuah pernyataan

masalah akan di deteksi sebelum sampai permasalahan (problem statement). Pernyataan

ketangan pengguna akhir atau konsumen. permaslahan yang ini diinterpretasikan sebagai
akibat/effect, secara visual dalam fishbone analysis
Setelah pemberian rating dilakukan,
digambarkan sebagai kepala ikan.
selanjutnya enghitung RPN (Risk Priority Number)
Penelitian dilakukan dengan mengambil
= Severity x Occurrence x Detection.
data-data kegagalan aircraft vibration yang telah
terjadi serta data kerusakan komponen-komponen
Fishbone Analysis
helikopter Bell-412 TNI AL. Diskusi dilakukan
Fishbone analysis atau sering juga disebut
bersama pelaksana operasional dan pemeliharaan
Cause Effect Diagram merupakan sebuah metode
di lingkugan Pusat Pnerbangan TNI AL agar lebih
yang digunakan dalam membantu memecahkan
mendalami kegiatan operasional penerbangan
permasalahan dengan metode analisis sebab dan
serta pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan yang
akibat dari suatu kondisi atau keadaan dalam
dilaksanakan dalam mengatasi terjadinya
sebuah diagram yang terlihat seperti tulang ikan.
kegagalan/failure aircraft vibration pada
fishbone diagram dapat membantu dalam
helikopter Bell-412 TNI AL. Setelah mengetahui
menemukan suatu akar atau penyebab
secara detail kegiatan operasional dan
130 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

pemeliharaan Bell-412, dilaksanakan analisis ketiga menentukan skala yang memeringkatkan


menggunakan metode FMEA berdasarkan kemungkinan dari masalah akan di deteksi yang
penelitian yang telah dilakukan oleh Modarres, M selanjutnya menentukan RPN yang merupakan
(1999). Langkah awal yang dilakukan pada metode Nilai Risiko Prioritas.
FMEA adalah dengan mengidentifikasi potensi
kegagalan (keseriusan/keparahan permasalahan)
yang mungkin terjadi dari setiap tahapan proses
(Severity). Langkah kedua adalah menentukan
Identifikasi skala keseringan atau probabilitas
suatu permasalahan terjadi (Occurance). Langkah
Very low 6 hour 4
Low 8 hour 5
Medium 10 hour 6
Moderate high 12 hour 7
High 14 hour 8
Very high 16 hour 9
Extremely high >16 hour 10

Tabel 2.
Penilaian Keseringan/Probabilitas (Occurrence)

Occurrence Criteria for occurrence Score


Almost never More than three year 1
Very rare Once every 2-3 year 2
Rare Once every 1-2 year 3
Very low Once every 11-12 month 4
Low Once every 9-10 month 5
Medium Once every 7-8 month 6
Moderate high Once every 5-6 month 7
Gambar 1. Contoh Fishbone Analysis (Ishikawa)
High Once every 3-4 month 8
Very high Once every 1-2 month 9
Tabel 1. Less than 1 month
Extremly high 10
Penilaian tingkat keparahan (Severity)
Effect of Severity Serv. Duration Affected Score
Almost nil <1 hour 1
Very rare 2 hour 2
Rare 4 hour 3
131 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

diperoleh dengan pengolahan data menggunakan


Teknik FMEA berupa risiko kerusakan komponen
Tabel 3.
Penilaian Deteksi Risiko (Detection) yang telah diurutkan sesuai dengan nilai RPN,

Effect of Severity Serv. Duration Affected Score langkah analisis berikutnya dapat dilakukan
Immediate <10 1 dengan menggunakan fishbone analysis. Langkah
Best 10 to 20 2 yang diperlukan untuk melakukan fishbone
Better 21 to 30 3
analysis adalah:
Good 31 to 40 4
Easy 41 to 50 5 1. Menentukan dan menyepakati pernyataan
Occasional 51 to 60 6 masalah (problem statement) yang
Late 61 to 70 7
diinterpretasikan sebgai effect.
Difficult 71 to 80 8
Very Difficult 81 to 90 9 2. Mengidentifikasi kategori-kategori, kategori
Impossible 91 to 100 10 sebab utama mengorganisasikan sebab
sehingga masukakal dengan situasi
Pemberian nilai kemungkinan tingkat risiko
penyebab permaslahan.
keparahan (Severity) terjadi berdasarkan Tabel 1,
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan
nilai probbilitas risiko (Occurrence) akan diberikan
cara brainstorming.
berdasarkan Tabel 2, dan nilai deteksi risiko
4. Mengkaji dan menyepakati sebeb-sebab
(Detection) akan diberikan berdasarkan Tabel 3.
yang paling mungkin dengan melingkari
Langkah ketiga menentukan nilai RPN (Risk
sebab-sebab yang paling mungkin pada
Priority Number) dan nilai kritis RPN menggunakan
fishbone diagram.
persamaan (1). Langkah keempat menentukan
5. Membuat table rangkuman sesi
nilai skor risiko dengan persamaan
brainstorming fishbone diagram sehingga
RPN = Severity x Occurrence x Detection (1)
dapat ditemukan akar pemasalahan.
Langkah kelima, dari hasil skor priorotas
risiko didapatkan nilai terbesar berurutan sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
prioritas risiko terjadi kegagalan akibat kerusakan
dari komponen-komponen tersebut. Langkah Hasil
selanjutnya menentukan rencana untuk Setelah dilakukan pengambilan data

menanggulangi risiko. kerusakan komponen dari data laporan kerusakan

Untuk menanggulangi risiko digunakan komponen (Puspenerbal, 2016-2021), diperoleh 11

metode fishbone analysis. Dengan data yang kerusakan komponen flight control system yang

132 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

memungkinkan terjadinya kegagalan/failure pekerjaan pemeliharaan helikopter Bell-412 untuk


Aircraft vibration. Identifikasi risiko kerusakan menentukan nilai pada kemungkinan, risiko dari
komponen dilakukan dengan memisahkan data kesrusakan komponen sebagai penyebab
kerusakan komponen berdasarkan klasifikasi type kegagalan/failure Aircraft vibration untuk
pesawat serta jenis komponen, dari total laporan menentukan nilai pada tingkat keparahan,
kerusakan komponen sebanyak 164 komponen probabilitas dan deteksi sehingga diperoleh nilai
yang diambil dari data laporan dalam kurun waktu RPN dan nilai skor risiko dengan menggunakan
5 tahun terdapat 11 komponen yang persamaan (1). Hasil perhitungan dapat dilihat
memungkinkan menjadi risiko kerusakan kegagalan pada Tabel 5. Penentuan untuk nilai kritis
aircraft vibration. Dalam pembahasan FEMA akan dilaksanakan dengan cara mengurutkan nilai
dibahas salah satu penyebab (cause) yaitu tertinggi dari Nilai RPN yang didapatkan sebagai
material. Dalam kegiatan tersebut diperoleh 11 skala prioritas kerusakan pada komponen
material atau komponen yang dapat dilihat pada penyebab terjadinya kegagalan/failure aircraft
Tabel 4. vibration pada helikopter Bell-412 TNI AL. Dengan
demikian dapat dibentuk chart prosentase
Tabel 4.
prioritas untuk memperjelas skala prioritas
Risiko Pada Kegiatan Material
kerusakan komponen yang menyebabkan
No. ID Risiko Kerusakan Material kegagalan aircraft vibration pada helikopter
1 Main Rotor Blade Unbalance
Bell-412 TNI AL.
2 Spindle Assy Bushing Attachment
3 Yoke Assy Deformation Tabel 5.
4 Rod End Pitch Link Play Hasil Perhitugan nilai RPN Komponen
5 Pitch Link Tube Lose
No.ID Keparahan Probablitas Deteksi RPN
Thread&Corrosion
(S) (O) (D)
6 Drive Link Bushing Attachment
1 9 3 7 162
7 Pivot Bearing Rubber Separation
2 5 3 6 90
8 Swash Plate Crack
3 4 3 6 72
9 Swash Plate Support Crack 4 7 7 4 196
10 Cone Assy Separation 5 7 6 4 168
11 Main Rotor Bolt 6 7 3 4 84
(Main&Expandable) Corrosion 7 9 4 6 216
8 7 1 6 42
Diskusi dilakukan dengan personel 9 7 1 6 42
10 6 1 4 24
pelaksana operasional maupun pelaksana 11 8 3 7 168

133 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

dihasilkan pada perhitungan table (5) dengan


Pada Gambar 2. Dari gambar chart tersebut menggunakan persamaan (1) yaitu dengan
diperoleh prioritas sebagai perankingan Risk ID perangkingan tingkat risiko diatas nilai 50 sebanyak
kerusakan komponen dari nilai RPN yang 8 kerusakan komponen.

Gambar 2. Chart Diagram Nomor Prioritas Risiko


Dengan diketahui skala prioritas risiko yang telah diklasifikasikn sesuai dengan
kerusakan komponen yang mengakibatkan perangkingan memalui perhitungan RPN pada
kegagalan/failure aircraft vibration berdasarkan metode FMEA. Pada Gambar 3. Telah dibuat
nilai RPN dimasukan ke dalam salah satu beberapa kemungkinan penyebab yaitu 6 katagori
penyebab (cause) pada salah satu fishbone atau (Equipment, Process, People, Materia,
tulang ikan pada fishbone analysis diagram Environtment dan Management) serta beberapa
sebagai penyebab dari faktor material. primary cause sebagai penyebab utama dan
Langkah-langkah yang dilakukan berikutnya dalam secondary cause sebagai detail fishbone yang
membuat fishbone analysis adalah menentukan merupakan kemungkinan penyebab dari main
beberapa penyebab lainnya selain dari material cause. Penyebab dari kategori material telah
134 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

diklasifikasikan prioritas risiko 8 jenis kerusakan menghambat jalannya perbaikan kegagalan


komponen yang menyebabkan terjadinya aircraft vibration.
kegagalan aircraft vibration. Setelah katagori dan akar permasalahan
Pada kategori environment didapatkan dari masing-masing katagori ditemukan maks
bahwa penyebab yang memungkinkan adalah langkah selanjutnya dapat menentukan langkah
intensitas helikopter melaksanakan penerbangan preventif dan recovery terhadap risiko-risiko dan
atau misi di daerah laut sehingga mmengakibatkan penyebab yang memungkinkan terhadap
beberapa komponen cepat menjadi korosi. Pada terjadinya aircraft vibration. Tindakan preventif
katagori management didapatkan penyebab yang untuk mengatasi permaslahan pada katagori
memungkinkan adalah kurang updatenya software material yaitu terdapatnya kemungkinan 8 jenis
pemeliharaan yang digunakan sebagai referensi keruskan material Puspenerbal harus mampu
dalam proses pemeliharaan helikopter Bell-412 menyiapkan susku cadang tersebut sesuai dengan
TNI AL. Pada katagori People (SDM) didapatkan perhitungan dari jumlah helikopter Bell-412
hasil bahwa terdapat dua penyebab yaitu dikalikan dengan tingkat keseringan atau
kurangnya regenerasi personel yang memiliki probabilitas terjadinya kerusakan komponen.
keahlian dalam bidang teknis track and balance Tindakan preventif pada katagori
untuk mengatasi permaslahan aircraft vibration. environment dilaksanakan proteksi anti corrosion
Pada katagori prosess terdapat dua akar penyebab yang lebih baik lagi dikarenakan misi operasi
permasalahan yaitu proses analisa menentukan Bell-412 TNI AL sering melaksnakan penerbangan
permasalahan pada pelaksanaan track and di atas lautan. Pada katagori management untuk
balance proses tidak sesuai manual book sehingga mengatasinya harus lebih memperhatikan
sulit untuk mengatasi kegagalan aircraft vibration updating manual dari pabrikan dengan cara
dan yang kedua adalah proses dalam instalasi berlangganan manufacture update service manual
komponen pengganti yang rusak dalam mengatasi sebagai tindakan preventif. Pada katagori people
aircraft vibration tidak sesuai manual sehingga (SDM) yang dimiliki sebagai pelaksana pekerjaan
posisi atau attachment komponen tidak sesuai pemeliharaan helikopter Bell-412 harus selalu
dengan seharusnya yang dapat menyebabkan melaksanakan training dan assessment secara
kegagalan aircraft vibration. Pada katagori rutin dan berkala sehingga propesionalitas,
Equipment terdapat satu akar permaslahan yang pengetahuan dan kemampuan sebagai personel
meungkinkan yaitu kesiapan alat track and pemeliharaan dan perbaikan selau terjaga dan
balance yang kurang memadai sehingga
135 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

teruji. Tindakan preventif pada katagori process kesiapan tools kit track and balance sebagai alat
dimana terdapat dua akar permaslahan yang untuk mengukur, menganalisa dan solusi
ditemukan yaitu proses instalasi komponen perbaikan aircraft vibration maka Puspenerbal
pengganti dan proses analisa track and balance harus mampu menyiapkan dengan cara
yang tidak sesuai manual sangat berhubungan pengadaan baru tools kit tersebut atau dengan
dengan katagori people (SDM) dan update manual cara update dan kalibrasi serta perbaikan tools kit
pada katagori management yaitu apabila akar yang ada saat ini. Dengan demikian penyebab,
permaslahan pada kedua katagori tersebut (people tindakan preventif dan recovery dapat dipetakan
dan management) dapat diatasi maka akar dalam fishbone diagram analysis seperti pada
permaslahan yang terjadi pada katagori process Gambar 3 dan hasil diskusi (brain storming) dari
dapat mengikuti teratasi. Tindakan preventif pada fishbone analysis diagram ditunjukan pada Tabel
katagori equipment yaitu akar permasalahan 6.

Gambar 3. Fishbone Analysis Aircraft Vibration

Terdapat beberapa penyebab terjadinya kegagalan/failure aircraft vibration diakibatkan


kegagalan aircraft vibration dan hasil yang oleh katagori material yaitu kerusakan komponen.
didapatkan signifikansi terjadinya

136 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Tabel 6.
Hasil Brainstorming Fishbone Analysis Aircraft Vibration Bell-412 TNI AL
PossibleRoot Cause Discussion Root Cause
Material

1. Main Rotor Blade Unbalance Kondisi rotor unbalance menyebabkan putaran blade Y
tidak level dan tidak on track

2. Spindle Assy Bushing Bushing Attachment spindle menyebabkan pegangan Y


Attachment spindle terhadap pivot bearing menyebabkan space
separation

3. Yoke Assy Deformation Terjadinya reposisi attachment mengakibatkan putaran Y


Blade tidak on track
4. Rod End Pitch Link Play Terjadi sparasi dan delay connection antara pitch link Y
dengan Blade

Possible Root Cause Discussion Root Cause

6. Drive Link Bushing Bushing attachment pada Drive link menyebabkan Y


Attachment pegangan Bushing terhadap housing Drivelink kurang
kuat dapat menyebabkan space sparation

7. Pivot Bearing Rubber Menyebabkan posisi Blade tidak seimbang dan tidak on Y
track

8. Swash Plate Crak Tidak menyebabkan perbedaan track pada Blade N

9. Swash Plate Support Crack Tidak menyebabkan perbedaan track pada Blade N

10. Cone Assy Separation Tidak menyebabkan perbedaan track pada Blade N

11. Main Rotor Bolt Corrotion Menyebabkan sparasi antara Main Rotor Blade dengan Y
Yoke sebagai pemegang Blade
Environtment

12. Korosi pada Komponen Misi penerbangan pada daerah saltladen/lautan Y


menyebabkan kondisi material/komponen flight control
korosi sehingga menggangu kontrl dan menyebabkan
rotor blade tidak on track

137 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Management

13. Kurang Update Software Kurang updatenya software pemeliharaan menyebabkan Y


Pemeliharaan tidak akuratnya ketentuan pengukuran yang dilakukan
pada beberapa komponen flight control

People (SDM)
14. Kurangnya Regenerasi Regenerasi personel yang kurang mengakibatkan Y
Personel terhambatnya proses perbaikan aircraft vibration
sehingga tindakan preventif dan korektif terhadap
permaslahan kegagalan aircraft vibration

15. Kurangnya Pelaksnaan Tidak adanya pelaksanaan training yang berkelanjutan Y


Training menyebabkan tenaga pemeliharaan kurang mampu dan
teruji dalam melakukan tindakan preventif dan korektif
terhadap permasalahan aircraft vibration

PossibleRoot Cause Discussion Root Cause


Process
16. Proses Analisa Track and Menyebabkan penyelesaian perbaikan sebagai tindakan Y
Balance Tidak Sesuai Manual korektif tidak sesuai dan menyebabkan kegagalan/failure
berulang
17. Proses Instalasi Komponen
Pengganti Tidak Ssesuai manual Menyebabkan terjadinya Rotor Blade tidak on track

Y
Equipment
18. Kesiapan Tools Instalasi Tools Instalsi lengkap N
Komponen Kurang

19. Kesiapan Tools Kit Track and Menyebabkan tindakan korektif dan preventif terhadap
Balance Kurang kegagalan/failure terhambat Y

KESIMPULAN sumber data-data kerusakan komponen dan


diskusi tentang penyebab dari faktor lainnya selain
Kesimpulan yang didapat berdasarkan
material yang dapat menyebabkan terjadinya
analisis pembahasan pada penelitian yang telah
kegagalan/faliure aircraft vibration pada
dilaksanakan adalah identifikasi risiko yang
helicopter Bell-412 TNI AL. Penilaian risiko
digunakan pada penelitian ini menggunakan
kerusakan komponen flight control system dan
138 | Volume 9 nomor 2
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

beberapa penyebab lainnya dilakukan dengan & Quantitative Management (QTQM) Vol 9
penilaian kemungkinan, dampak dan pendeteksian No. 2. 2012: PP 137 – 152.
dari risiko yang yang telah diidentifikasikan pada
Carbone, T. A., & Tippett, D. D. 2004. Project Risk
masing-masing faktor penyebab terjadinya
Management Using the Project Risk FMEA.
kegagalan/failure aircraft vibration pada
Engineering Management Journal, 28-35.
helikopter Bell-412 TNI AL. Dengan menggunakan
Coccia Mario. 2018. The Fishbone Diagram to
mtode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Identify, Systematize and Anlyze the Source
dapat ditentukan risiko yang memiliki nilai urutan
of General Purpose Technologies. Journal of
terbesar nilai Risk Priority Number (RPN) pada
Social and Administrative Science, vol.4, n.4,
beberapa kerusakan komponen sebagai risiko
pp. 291-303.
potensial penyebab aircraft vibration.
Identifikasi beberapa kemungkinan Luppino, R. 2014. Risk Management in Research
penyebab lain terjadinya aircraft vibration pada and Development (R&D) Projects: The
helikopter Bell-412 TNI AL selain dari faktor Case of South Australia. Asian Academy of
kesrusakan material, tindakan preventif dan Management Journal, 19, 67–85.
tindakan recovery menggunakan metode fishbone Peraturan Kasal Nomor Perkasal/35/V/2009
analysis agar lebih memudahkan untuk Tanggal 19 Mei 2009 tentang Pokok-Pokok
diidentifikasi dan dipahami.
Organisasi dan Prosedur Penerbangan TNI
AL.
DAFTAR PUSTAKA
Rizqi, Zamri & Siahaan Preston. 2020. Pendekatan
Adar, Elanur dkk. 2017. The Risk Analysis By Failure
FMEA Dalam Analisa Resiko Perawatan
Mode And Effect Analysis (FMEA) And Fuzzy
Sistem Bshan Bakar Mesin Induk: Studi
FMEA Of Supercritical Water Gasification
kasus di KM. Sidomulyo. Jurnal Rekayasa
System Used In The Sewage Sludge
Sistem Industri Vol. 9 No.3.
Treatment. Journal Of Enviromental
Chemical Engineering 5(1), 1261-1268. Yildiz
Technical University, Istanbul, Turkey. Stupar Slobodan, Simonovic & Jovanoic. 2012.
Bilsel, R. Ufuk and Lin, Dennis K.J. 2010. “Ishikawa Measurement and Analysis of Vibrations on
Cause and Effect Diagrams Using Capture the Helicopter Structure in Order to Defect
Recapture Techniques”. Quality Technology of Operating Element. Scientific Technical

139 | Volume 9 nomor 2


Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Review Vol.62, No.1. pp .58-63.

Wilarso, Santosa Nandang. 2021. Identifikasi


Kegagalan Pengelolaan Mesin Soudronic Ag
(Mesin Welder Kaleng) Menggunakan
Metode Fishnone Analisis. Jurnal Rekayasa
Material, Manufaktur dan Energi Vol.4,
No.1.

140 | Volume 9 nomor 2

Anda mungkin juga menyukai