Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar mahasiswa tamatan SMK
dengan tamatan SMA pada mata kuliah Rekayasa Batu dan Beton Pogram Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil FT-UNP. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
jumlah populasi 167 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Bangunan tahun masuk 2015-2016.
Sampel penelitian sebanyak 118 orang mahasiswa diambil menggunakan teknik Proportional Random
Sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data mahasiswa Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan yang diminta langsung pada administrasi jurusan dan nilai Rekayasa
Batu dan Beton yang diminta langsung kepada dosen yang bersangkutan. Berdasarkan hasil analisis
data diperoleh nilai rata-rata mahasiswa tamatan SMK 82,63, mahasiswa tamatan SMA 84,15. Hasil
dari uji hipotesis menunjukan nilai sig.(2-tailed) 0,134 > 0,05 serta nilai t hitung 1,508 < t tabel 1,98
sehingga Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara
prestasi belajar mahasiswa tamatan SMK dengan mahasiswa tamatan SMA pada mata kuliah
Rekayasa Batu dan Beton.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Rekayasa Batu dan Beton, Sekolah Asal
Abstract—. This study aims to compare the achievement of students learning vocational school
graduation with high school graduation in the course of Stone Engineering and Concrete Pogram of
Building Engineering Education Studies Department of Civil Engineering Faculty of Engineering State
University of Padang. The type of this research is quantitative with population of 167 students of Building
Study Program of the year entered 2015-2016. The sample of the study 118 students were taken using
Proportional Random Sampling technique. The data used are secondary data that is the data of the
students of the Study Program of Building Engineering Education which is requested directly on the
administration of the department and the value of Stone and Concrete Engineering which is requested
directly to the lecturer concerned. Based on the results of data analysis obtained the average value of
vocational school graduate students SMK 82.63, high school graduates 84.15. The result of the hypothesis
test shows the value of sig (2-tailed) 0.134> 0.05 and t arithmetic 1.508 < t table 1.98 so that Ho is
accepted, so it can be concluded that there is no significant difference between studenst achievement of
vocational school graduate students and high school graduate students in the subject of Stone and
Concrete Engineering.
1
SMA mendapatkan perlakuan yang sama. pengetahuan, sikap dan keterampilan, dan perilaku
Sebagaimana diketahui bahwa mahasiswa tamatan sebagai akibat berintraksi dengan lingkungannya.
SMA baru pertama kali mempelajari saat kuliah di Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Program Studi Teknik Bangunan, hal ini dibagi menjadi 2, yaitu:
menimbulkan semangat yang tinggi bagi mahsiswa 1. Faktor dari dalam diri mahasiswa (internal),
tamatan SMA untuk mempelajarinya, sedangkan bagi seperti intelegensi, bakat, minat, emosi dan
mahasiswa tamatan SMK pelajaran tentang Rekayasa kemampuan kognitif.
Batu dan Beton merupakan pelajaran yang telah 2. Faktor dari luar diri mahasiswa (eksternal),
mereka pelajari di sekolah terdahulu sehingga pada seperti lingkungan (lingkungan alam dan
saat perkuliahan mereka menjadi kurang antusias dan lingkungan sosial) [2].
bosan dalam belajar yang mengakibatkan prestasi B. Prestasi Belajar
belajar lebih rendah dari tamatan SMA. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan
tanggal 26 Februari 2018 ketika kegiatan praktik usaha-usaha belajar. Seseorang yang mengikuti
workshop Batu dan Beton Teknik Sipil FT–UNP, cara belajar efektif dan efisien akan mendapatkan
mahasiswa yang berasal dari tamatan SMA lebih prestasi belajar yang lebih baik, serta menguasai
banyak melihat dan mengamati temannya yang pengetahuan keterampilan sesuai dengan yang
berasal dari tamatan SMK ketika melakukan kegiatan hendak dicapai sebagai dampak dari pengalaman
praktik. Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki belajarnya [4].
kompetensi seperti lulusan SMK. Secara garis besar prestasi belajar dibagi menjadi
Mata kuliah praktik Rekayasa Batu dan Beton tiga golongan, yaitu:
adalah pelajaran yang sama sekali belum diketahui 1. Aspek kognitif meliputi pengamatan, ingatan,
oleh mahasiswa tamatan SMA. Hal ini berbeda pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis
dengan mahasiwa tamatan SMK yang telah 2. Aspek efektif meliputi penerimaan, sambutan,
mempelajari di sekolah terdahulu. apresiasi, internalisasi, karakterisasi
Berdasarkan studi dokumen dari 20 orang 3. Aspek psikomotor meliputi keterampilan
mahasiswa angkatan 2014 yang penulis lakukan bergerak dan keterampilan verbal dan non
dapat diketahui bahwa rata-rata nilai mahasiswa verbal [5].
tamatan SMA dengan tamatan SMK dengan rata-rata Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
81,68 berbanding 78,26. Berdasarkan data tersebut bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang
dapat disimpulkan rata-rata nilai mahasiswa tamatan dimiliki oleh mahasiswa setelah melalui proses
SMA lebih baik dari mahasiswa tamatan SMK, belajar.
semestinya nilai tamatan SMK lebih tinggi dari pada C. Mata Kuliah Rekayasa Batu dan Beton
tamatan SMA yang baru mempelajarinya, namun Mata kuliah Rekayasa Batu dan Beton
faktanya tidak demikian. Padahal mahasiswa tamatan merupakan mata kuliah praktik yang wajib
SMK sudah lebih dulu belajar tentang Rekayasa Batu dipelajari oleh seluruh mahasiswa Jurusan Teknik
dan Beton di sekolah sehingga seharusnya mereka Sipil. Pokok bahasan dalam pelaksanaan praktik
memiliki kompetensi tentang praktik yang lebih baik Rekayasa Batu dan Beton di Jurusan Teknik Sipil
dari mahasiswa tamatan SMA. FT-UNP terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Pengukuran denah, pemasangan bouwplank,
II. KAJIAN TEORI
dan penggalian tanah.
A. Pengertian Belajar 2. Pemasangan Anstampang.
Belajar adalah suatu proses usaha yang 3. Membuat dan memasang pondasi.
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu 4. Membuat bekesting dan menyetel tulangan
perubahan tingkah laku yang baru secara serta mengecor balok sloof dan kolom praktis.
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri 5. Pasangan tembok batu bata lurus dan sudut.
dalam interaksi dengan lingkungannya [2]. 6. Pekerjaan plesteran pada dinding batu bata.
Definisi belajar secara luas adalah kegiatan psiko- 7. Memasang keramik lantai dan dinding [6].
fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Setelah mempelajari mata kuliah Rekayasa Batu
Kemudian dalam arti sempit, belajar merupakan dan Beton diharapkan mahasiswa dapat memiliki
sebagai usaha penguasaan materi ilmu kemampuan sebagai berikut:
pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan 1. Pengetahuan serta keterampilan mengenai cara
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya [3]. pelaksanaan pekerjaan batu dan beton.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat penulis 2. Keterampilan menggunakan alat-alat untuk
simpulkan belajar adalah proses serta usaha dalam pekerjaan batu dan beton serta pengetahuan
perubahan pada berbagai aspek seperti
CIVED ISSN 2302-3341
jenis-jenis alat yang digunakan dan cara lebih fokus kepada kognitif/berpikir, sedangkan
perawatannya mahasiswa yang berasal dari SMK lebih fokus
3. Pengetahuan jenis-jenis bahan yang digunakan pada praktik/psikomotor.
untuk pekerjaan batu dan beton pengetahuan
sifat-sifatnya serta keterampilan pengerjaanya III. METODE PENELITIAN
4. Kemampuan bekerja dengan cepat, tepat, Penelitian ini termasuk dalam penelitian
berdayaguna serta diperoleh efisiensi kerja kuantitatif dengan jenis studi perbandingan.
yang tinggi [6]. Penelitian dilakukan di Jurusan Teknik Sipil FT UNP
D. Sekolah Asal pada bulan Januari-Juni 2018. Jumlah populasi adalah
Secara umum di Indonesia Sekolah Lanjutan seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik
Tingkat Atas (SLTA) terdiri dari tiga lembaga Bangunan Angkatan 2015 dan 2016 yang sudah
yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah mengambil dan lulus Mata Kuliah Rekayasa Batu dan
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Beton sebanyak 167 orang. Sampel diambil dengan
(MA). SMA dan MA bertujuan untuk mendidik teknik propotional random sampling, maka diperoleh
siswa/siswi melanjutkan pendidikan ketingkat 118 sampel penelitian (53 orang angkatan 2015 dan
yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi, 65 orang angkatan 2016). Data penelitian
sedangkan SMK bertujuan untuk mendidik menggunakan data sekunder yang berupa nilai akhir
siswa/siswi menjadi tenaga kerja setelah tamat semester pada mata kuliah Rekayasa Batu dan Beton
nantinya, meskipun mereka juga bisa melanjutkan yang diperoleh dari dosen dan administrasi Jurusan
sampai perguruan tinggi. Teknik Sipil.
Pendidikan menengah adalah jenjang Penelitian ini menggunakan program bantu Service
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang Program Solution Statistic SPSS versi 22.00. dengan
merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk teknik analisis data yang digunakan adalah:
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah 1. Analisis deskriptif
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Pada saat melakukan analisis deskriptif yang
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk dipilih adalah compare mean sehingga diperoleh
lain yang sederajat. rata-rata nilai dari sampel penelitian.
1. SMA adalah salah satu bentuk satuan 2. Uji persyaratan analisis, yang terdiri dari uji
pendidikan formal yeng menyelenggarakan normalitas dan uji homogenitas
pendidikan umum pada jenjang pendidikan a. Uji normalitas adalah pengujian untuk
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan atau tidak. Untuk itu digunakan uji statistik
dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP Kolmogorov-Smirnov. Penerapan pada uji
atau MTs. Kolmogorov-Smirnov yaitu jika nilai
2. MA adalah salah satu bentuk satuan signifikansi ≥ 0,05 berarti data yang diuji
pendidikan formal dalam binaan Menteri mempunyai perbedaan yang signifikan dan
Agama yang menyelenggarakan pendidikan jika nilai signifikansi < 0,05 berarti data
umum dengan kekhasan agama islam pada tersebut tidak normal.
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan b. Uji Homogenitas adalah pengujian yang
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang digunakan untuk mengetahui apakah varians
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang kelompok bersifat homogen. Untuk itu
diakui sama/setara SMP atau MTs. dilakukan dengan uji F dengan memilih
3. SMK adalah salah satu bentuk satuan homogeneity of variance test untuk melihat
pendidikan formal yang menyelenggarakan nilai F hitung pada output Anova. Apabila nilai
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan F hitung < F tabel berarti data berdistribusi
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, homogen dan apabila nilai F ≥ F tabel berarti
atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan data tidak homogen [8].
dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP 3. Uji hipotesis
atau MTs [7]. Statistik untuk pengujian hipotesis komparatif
Apabila dilihat dari sisi teori belajar yang yaitu uji t-test [8]. Jadi Pengujian hipotesis yang
diterima mahasiswa yang berasal dari SMA digunakan adalah uji independent sample t-test.
berbeda dengan mahasiswa yang berasal dari Uji independent sample t-test adalah pengujian
SMK, sehingga mereka akan memberikan respon hipotesis yang bertujuan untuk melihat perbedaan
yang berbeda. Mahasiswa yang berasal dari SMA antara kedua kelompok sampel. Kriteria