tentang
MEMUTUSKAN
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,
Ketua Akreditasi,
1. Kebijakan Umum
RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan penurunan risiko infeksi dengan melakukan
pembersihan dan sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.
2. Kebijakan Khusus
a. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan pelayanan sterilisasi sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanan alur dekontaminasi, precleaning, cleaning,
desinfeksi, dan sterilisasi peralatan medis di unit sterilisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
c. RSAU dr. Dody Sardjoto menjamin keseragaman proses sterilisasi, yang mana
kegiatan hanya dilakukan di Unit sterilisasi.
Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,
Ketua Akreditasi,
tentang
MEMUTUSKAN
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,
Ketua Akreditasi,
TAHUN 2022
PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN Lamp. 1 Kep.Ka RSAU dr. Dody Sardjoto
RSAU dr. DODY SARDJOTO Nomor. Kep /10 / I / 2022/PPI
Tanggal 10 Januari 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sardjoto Lanud dr. Dody Sardjoto
selanjutnya disingkat RSAU dr. Dody Sardjoto adalah satuan pelaksana Lanud dr.
Dody Sardjoto yang berkedudukan langsung di bawah Komandan Lanud Sultan
Hasanuddin. RSAU dr. Dody Sardjoto bertugas menyelenggarakan kegiatan yang
diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI AU meliputi dukungan kesehatan,
pelayanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan preventif
serta penunjang kesehatan. RSAU dr. Dody Sardjoto mendapatkan penetapan
Kelas C berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 4660/KPTS/Dinkes-Mrs/VII/2016
tentang Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody
Sardjoto.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto mempunyai visi yaitu Rumah Sakit TNI AU dr. Dody
Sardjoto menjadi rumah sakit profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
bagi anggota dan masyarakat umum diwilayah Indonesia bagian Timur, sehingga
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada awak pesawat dan seluruh
anggota serta keluarga TNI AU pada khususnya dan TNI pada umumnya serta
seluruh masyarakat wilayah Maros dan sekitarnya. Adapun misi RSAU dr. Dody
Sardjoto antara lain Menyelenggarakan dukungan kesehatanyang diperlukandalam
setiap operasi TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima
dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan membangun SDM yang
profesional, akuntabel dan berintegritas tinggi dalam memberikan pelayanan.
Sedangkan Motto RSAU dr. Dody Sardjoto adalah Melayani dengan Sepenuh hati.
c. Program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat
serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan
program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumahsakit lainnya bergantung
pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai. Program PPI akan efektif
apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihandan pendidikan staf yang
baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi,
kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan koordinasi keseluruh
rumah sakit.Sehingga diperlukan panduan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody
Sardjoto
Sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, fusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medic, unsur penunjang medic
maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan saranan
rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub
unit diatas maka pada akhirnya akan menggangu proses dan hasil sterilisasi
program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumahsakit lainnya bergantung
pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai. Program PPI akan efektif
apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihandan pendidikan staf yang
baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi,
kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan koordinasi keseluruh
rumah sakit.Sehingga diperlukan panduan penetapan resiko infeksi pada prosedur
dan proses asuhan invasif di RSAU dr. Dody Sardjoto.
2. Pengertian
a. Antiseptic adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membaran
mukosa utnuk menurunkan jumlah mikroorganisme
b. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan
c. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentukspora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi uap
d. Bacillus subtilis adalah mekroorganisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilon oksida
e. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penangan lebih lanjut
f. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui system termal (panas)
atau kimia
g. Incubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu
secara kontinue untuk menumbuhkan kultur bakteri
h. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu
dan digunakan untuk menunjukan bahwa sterilisasi telah tercapai
i. Indicator kimia adalah suatu alat berbentuk stripe atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan adanya
perubahan warna
j. Indicator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukan mesin bejalan normal
k. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperolah di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubas.
l. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
m. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
n. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
o. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan pelayanan sterilisasi ini disusun dengan tata urut bebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : RUANG LINGKUP
RSAU dr. Dody Sardjoto menurunkan risiko dengan melakukan pembersihan dan
sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.
Resiko infeksi dapat ditekan melalui:
a. Dekontaminasi
b. Pre-cleaning
c. Cleaning
d. Disinfeksi
e. Sterilisasi
Pembersihan alat kesehatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan meliputi :
a. Kritikal digunakan untuk jaringan sterilatau sistem darah dengan menggunakan
teknik sterilisasi seperti instrument operasi
b. Semikritikal berkaitan dengan mukosa menggunakan Disinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT) seperti Naso Gastric Tube (NGT) dan alat endoskopi
c. Nonkritikal uantuk peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh memakai
disinfeksi tingkat rendah seperti tensi meter dan thermometer
Dilaksanakan
a. Unit CSSD
b. Rawat Jalan
c. Rawat Inap
d. OK
e. IGD
BAB III : KEBIJAKAN
BAB IV : TATA LAKSANA
BAB V : DOKUMENTASI
BAB III
KEBIJAKAN
1. Kebijakan Umum
RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan penurunan risiko infeksi dengan melakukan
pembersihan dan sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.
2. Kebijakan Khusus
a. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan pelayanan sterilisasi sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanan alur dekontaminasi, precleaning, cleaning,
desinfeksi, dan sterilisasi peralatan medis di unit sterilisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
c. RSAU dr. Dody Sardjoto menjamin keseragaman proses sterilisasi, yang mana
kegiatan hanya dilakukan di Unit sterilisasi.
BAB IV
TATA LAKSANA
USER
PENERIMAAN ALAT
TIDAK
SELEKSI
PENCATATA
N
PERENDAMAN
PENCUCIAN
PENGERINGAN
PENGEMASAN
LABELING
STERILISASI
TIDAK
KONTROL
INDIKANTOR
GUDANG ALAT
DISTRIBUSI
4. Tahapan – tahapan sterilisasi alat / bahan medik
a. Dekontaminasi
Proses fisika atau kimia untuk membersihkan benda yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman
untuk proses-proses selanjutnya.Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah
untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat
kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-
penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisma pada alat-alat kesehatan
tersebut.
1) Terletak,diluar lalu-lintas utama rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area
disebelahnya, dengan ijin masuk terbatas.
3) Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda
benda kotor langsung datang/masiik ke ruang dekontaminasi. Benda-benda
kotor tersebut kemudian dibersihkan dan/atau didisinfeksi sebelum
dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses sterilisasi.
4) Disediakan peralatan yang memadai dari segi disain, ukuran, dan tipenya
untuk pembersihan dan/atau disinfeksi alat-alat kesehatan.
Peralatan kesehatan yang pakai ulang dan sudah terkontaminasi, harus
ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi, sehingga
menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja, dan fasilitas lainnya,
dengan ketentuan :
1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buangan di tempat pemakaian
(point of use) oleh pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
benda-benda tersebut
2) Benda-benda tajam di pisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang
baik
3) Kain-kain pakai ulang dtempatkan di tempat kain kotor dan dikembalikan ke
laundri
4) Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke ruang
dekontaminasi
5) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup dan
tahan bocor, kantong tertutup, atau container untuk menghindari tumpahan
atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke ruang
dekontaminasi dengan kereta tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk
memudahkan poses, peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran
tidak mengering yang mana akan sukar dibersihakan
6) Semua cairan yang terkontamisasi dimasukan kedalam kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink sebelum
membawa peralatan yang kotor.
7) Peralatan / equipment yang sudah dipakai ditutup dan diabawa denag
kereta tertutup.
8) Alat-alat yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik dari alat-alat yang
bersih.
9) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistrubusikan
kembali.
10)Jika dipelukan, pekerja yang menangani, mengumpulkan dan membawa
alat-alat harus memakai pelindung untuk mencegah kontak dengan darah
dan cairan tubuh lainnya.
Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang di
tempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan rumah sakit
yang mengacu pada peraturan pemerintah.
Mencuci / Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didisenfeksi atau disterilkan.
c. Metode Sterilisasi
1) Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi
panas, dimana panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari alat yang
disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan
untuk alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara
mudah atau untuk peralalan terbuat dan kaca.
Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi
melalui mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.
Sterilisasi panas kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu
yang lebih tinggi dan terjadi pada oven konveksi panas kering.
Pada dasarnya ada dua jenis oven konveksi panas kering, yaitu
oven konveksi panas-kering dan oven konveksi mekanis. Pada oven
konveksi panas kering distribusi suhu tidak merata sementara pada oven
konveksi mekanis distribusi suhu lebih merata karena adanya bantuan
blower.
a) Siklus kerja dari mesin sterilisasi panas kering meliputi :
(1) Pemanasan – udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan
disirkulasikan pada chamber
(2) Periode plateau (sterilisasi) dimulai ketika sensor mendeteksi
tercapainya suhu proses sterilisasi pada chamber
(3) Pada saat seluruh chamber memiliki suhu yang sama maka
berakhirlah fase equilibrium dan damulai fase "holding time" atau
sterilisasi
(4) Pendinginan chamber, dilakukan dengan mengsirkulasikan udara
dindin dan terfiltrasi ke dalam chamber
b) Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :
(1) Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus
steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
(2) Tidak memiliki sifat korosif pada logam
(3) Melalui mekanisme konduksi dapat mencapai seluruh permukaan alat
yang tidak dapat dibongkar pasang
c) Disamping keuntungan, ada pula kelemahannya yaitu :
(1) Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak
merata
(2) Diperlukan waktu pemaparan panas yang lama untuk mencapai
kondisi steril
(3) Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet dan beberapa bahan
kain.
Instruction manual harus disediakan oleh suplier mesin secara
komprehensif. Bagian pemeliharaan harus memberikan semua informasi
yang diperlukan bagi semua prosedur yang direkomendasikan pada saat
pengujian instalasi maupun pemeliharaan rutin dengan menyatakan
frekuensi kegiatannya. Instruction manual harus tersedia di Unit Sterilisasi
Alasan : Karena masalah pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi
mungkin dapat dilakukan oleh orang selain dari suplier informasi yang
mendalami tentang mesin sterilisasi.
d) Ketentuan mesin sterilisasi panas-kering.
Beberapa hal berkaitan dengan mesin sterilisasi panas kering yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
(1) Mesin sterilisasi panas kering tidak boleh digunakan sebagai mesin
pengering.
(2) Kontrol proses secara otomatis sangat diharapkan.
(3) Titik pemasukan termokopel harus tersedia.
(4) Harus tersedia termometer untuk mengindikasikan suhu yang sudah
dicapai disertai pencatat suhu.
(5) Harus tersedia mekanisme pemutus suhu berlebih (overheat cut-off)
pada semua mesin sterilisasi panas kering.
(6) Beberapa feature mesin yang cukup penting meliputi:
(a) Timer proses yang dapat diatur (0-6 jam)
(b) Termostat pengontrol suhu, dapat diatur antar 140°C - 180°C
(c) Indikalor apabila lerjacli kcgagalan proses.
Memasukkan Barang pada Mesin Sterlisasi Panas-Kering. Sebelum
memasukkan barang ke dalam chamber, chamber harus di panaskan
terlebih dahulu sampai kurang lebih 160°C. Antara satu barang dengan
barang lainnya harus tersedia ruangan untuk mempermudah sirkulasi udara
sehingga kontak termal dapat berlangsung dengan baik dan setiap item
barang tidak menyentuh dinding chamber mesin.
2) Sterilisasi Uap
Salah satu upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi
yang paling efisien dan paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap
dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara ireversibel. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril
maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik,
pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan ) perlu
diperhalikan. Jadi kesempurnaan proses sterilisasi uap terganlung pada
proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum slerilisasi melalui
pembersihan yang baik dan mencegah lerjadinya rekontaminasi sebelum
digunakan
Kualitas Uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah kemampuan penetrasinya
akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
97% (pada skala 0 - 100%, 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi
sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak rnengandung air).
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau 2 (dua)
kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah
koordinasi Tim PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai
pelaksanaan evaluasi kegiatan ditujukan kepada Tim PPI RSAU dr. Dody Sardjoto,
menyangkut jadwal pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/belum/tidak
dapat dilaksanakan agar dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.
Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,