Anda di halaman 1dari 27

PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN

RSAU dr. DODY SARDJOTO

KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. Dody Sardjoto


Nomor Kep / 09 / I / 2022 / PPI

tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN STERILISASI RSAU dr. DODY SARDJOTO

KEPALA RSAU dr. DODY SARDJOTO

Menimbang : Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada


pasien beserta keluarga di RSAU dr Dody Sardjoto maka perlu
dibuat kebijakan pelayanan sterilisasi RSAU dr. Dody Sardjoto
sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSAU dr. Dody Sardjoto
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 270 / Menkes / III / 2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 120 / MENKES / PER / III/
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 34 tahun 2017 tentang
akreditasi Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor Kep/12-
PKS / VIII / 2018 tanggal 7 Agustus 2017 tentang
Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di
Lingkungan TNI Angkatan Udara.
9. Kebijakan Ka. RSAU dr. Dody Sardjoto Lanud Lanud Sultan
Hasanuddin Nomor Kep /01 /I/ 2022 tentang Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Kebijakan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody Sardjoto ini


menjadi acuan prosedur pelayanan kesehatan, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Kebijakan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody Sardjoto agar
disosialisasikan untuk dilaksanakan dan digunakan oleh unit
kerja terkait.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,

dr. Imam Muslim, Sp.JP


Kolonel Kes NRP 517544

Maros, Januari 2021

Ketua Akreditasi,

dr. Antonius Catur, Sp.An.


PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN Lamp. 1 Kep.Ka RSAU dr. Dody Sardjoto
RSAU dr. DODY SARDJOTO Nomor. Kep /09 / I / 2022/PPI
Tanggal 10 Januari 2022

KEBIJAKAN PELAYANAN STERILISASI


RSAU dr. DODY SARDJOTO

1. Kebijakan Umum
RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan penurunan risiko infeksi dengan melakukan
pembersihan dan sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.

2. Kebijakan Khusus
a. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan pelayanan sterilisasi sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanan alur dekontaminasi, precleaning, cleaning,
desinfeksi, dan sterilisasi peralatan medis di unit sterilisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
c. RSAU dr. Dody Sardjoto menjamin keseragaman proses sterilisasi, yang mana
kegiatan hanya dilakukan di Unit sterilisasi.

Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,

dr. Imam Muslim, Sp.JP


Kolonel Kes NRP 517544

Maros, Januari 2021

Ketua Akreditasi,

dr. Antonius Catur, Sp.An.


PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN
RSAU dr. DODY SARDJOTO

KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. Dody Sardjoto


Nomor Kep / 10 / I / 2022 / PPI

tentang

PANDUAN PELAYANAN STERILISASI RSAU dr. DODY SARDJOTO

KEPALA RSAU dr. DODY SARDJOTO

Menimbang : Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada


pasien beserta keluarga di RSAU dr Dody Sardjoto maka perlu
dibuat panduan pelayanan sterilisasi RSAU dr. Dody Sardjoto
sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSAU dr. Dody Sardjoto
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 270 / Menkes / III / 2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 120 / MENKES / PER / III/
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 34 tahun 2017 tentang
akreditasi Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor Kep/12-
PKS / VIII / 2018 tanggal 7 Agustus 2017 tentang
Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di
Lingkungan TNI Angkatan Udara.
9. Kebijakan Ka. RSAU dr. Dody Sardjoto Lanud Sultan
Hasanuddin Nomor Kep /09 /I/ 2022 tentang Kebijakan
pelayanan sterilisasi RSAU dr. Dody Sardjoto.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Panduan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody Sardjoto ini


menjadi acuan prosedur pelayanan kesehatan, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Panduan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody Sardjoto agar
disosialisasikan untuk dilaksanakan dan digunakan oleh unit
kerja terkait.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,

dr. Imam Muslim, Sp.JP


Kolonel Kes NRP 517544

Maros, Januari 2021

Ketua Akreditasi,

dr. Antonius Catur, Sp.An.


PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN
RSAU dr. DODY SARDJOTO

PANDUAN PELAYANAN STERILISASI


RSAU dr. DODY SARDJOTO

TAHUN 2022
PANGKALAN TNI AU SULTAN HASANUDDIN Lamp. 1 Kep.Ka RSAU dr. Dody Sardjoto
RSAU dr. DODY SARDJOTO Nomor. Kep /10 / I / 2022/PPI
Tanggal 10 Januari 2022

PANDUAN PELAYANAN STERILISASI RSAU dr. DODY SARDJOTO

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sardjoto Lanud dr. Dody Sardjoto
selanjutnya disingkat RSAU dr. Dody Sardjoto adalah satuan pelaksana Lanud dr.
Dody Sardjoto yang berkedudukan langsung di bawah Komandan Lanud Sultan
Hasanuddin. RSAU dr. Dody Sardjoto bertugas menyelenggarakan kegiatan yang
diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI AU meliputi dukungan kesehatan,
pelayanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan preventif
serta penunjang kesehatan. RSAU dr. Dody Sardjoto mendapatkan penetapan
Kelas C berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 4660/KPTS/Dinkes-Mrs/VII/2016
tentang Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody
Sardjoto.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto mempunyai visi yaitu Rumah Sakit TNI AU dr. Dody
Sardjoto menjadi rumah sakit profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
bagi anggota dan masyarakat umum diwilayah Indonesia bagian Timur, sehingga
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada awak pesawat dan seluruh
anggota serta keluarga TNI AU pada khususnya dan TNI pada umumnya serta
seluruh masyarakat wilayah Maros dan sekitarnya. Adapun misi RSAU dr. Dody
Sardjoto antara lain Menyelenggarakan dukungan kesehatanyang diperlukandalam
setiap operasi TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima
dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan membangun SDM yang
profesional, akuntabel dan berintegritas tinggi dalam memberikan pelayanan.
Sedangkan Motto RSAU dr. Dody Sardjoto adalah Melayani dengan Sepenuh hati.
c. Program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat
serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan
program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumahsakit lainnya bergantung
pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai. Program PPI akan efektif
apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihandan pendidikan staf yang
baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi,
kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan koordinasi keseluruh
rumah sakit.Sehingga diperlukan panduan pelayanan sterilisasi di RSAU dr. Dody
Sardjoto
Sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, fusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medic, unsur penunjang medic
maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan saranan
rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub
unit diatas maka pada akhirnya akan menggangu proses dan hasil sterilisasi
program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumahsakit lainnya bergantung
pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani,
lokasi geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai. Program PPI akan efektif
apabila mempunyai pimpinan yang ditetapkan, pelatihandan pendidikan staf yang
baik, metode untuk mengidentifikasi serta proaktif pada tempat berisiko infeksi,
kebijakan dan prosedur yang memadai, juga melakukan koordinasi keseluruh
rumah sakit.Sehingga diperlukan panduan penetapan resiko infeksi pada prosedur
dan proses asuhan invasif di RSAU dr. Dody Sardjoto.

2. Pengertian
a. Antiseptic adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membaran
mukosa utnuk menurunkan jumlah mikroorganisme
b. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan
c. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentukspora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi uap
d. Bacillus subtilis adalah mekroorganisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilon oksida
e. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penangan lebih lanjut
f. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui system termal (panas)
atau kimia
g. Incubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu
secara kontinue untuk menumbuhkan kultur bakteri
h. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu
dan digunakan untuk menunjukan bahwa sterilisasi telah tercapai
i. Indicator kimia adalah suatu alat berbentuk stripe atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan adanya
perubahan warna
j. Indicator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukan mesin bejalan normal
k. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperolah di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubas.
l. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
m. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
n. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
o. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan pelayanan sterilisasi ini disusun dengan tata urut bebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : RUANG LINGKUP
RSAU dr. Dody Sardjoto menurunkan risiko dengan melakukan pembersihan dan
sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.
Resiko infeksi dapat ditekan melalui:
a. Dekontaminasi
b. Pre-cleaning
c. Cleaning
d. Disinfeksi
e. Sterilisasi
Pembersihan alat kesehatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan meliputi :
a. Kritikal digunakan untuk jaringan sterilatau sistem darah dengan menggunakan
teknik sterilisasi seperti instrument operasi
b. Semikritikal berkaitan dengan mukosa menggunakan Disinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT) seperti Naso Gastric Tube (NGT) dan alat endoskopi
c. Nonkritikal uantuk peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh memakai
disinfeksi tingkat rendah seperti tensi meter dan thermometer
Dilaksanakan
a. Unit CSSD
b. Rawat Jalan
c. Rawat Inap
d. OK
e. IGD
BAB III : KEBIJAKAN
BAB IV : TATA LAKSANA
BAB V : DOKUMENTASI
BAB III
KEBIJAKAN

1. Kebijakan Umum
RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan penurunan risiko infeksi dengan melakukan
pembersihan dan sterilisasi peralatan dengan baik serta mengelola dengan benar.

2. Kebijakan Khusus
a. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanakan pelayanan sterilisasi sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
b. RSAU dr. Dody Sardjoto melaksanan alur dekontaminasi, precleaning, cleaning,
desinfeksi, dan sterilisasi peralatan medis di unit sterilisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
c. RSAU dr. Dody Sardjoto menjamin keseragaman proses sterilisasi, yang mana
kegiatan hanya dilakukan di Unit sterilisasi.
BAB IV
TATA LAKSANA

1. Tatalaksana pelayanan sterilisas.


Unit slerilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi
steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Unit sterilisasi selalu berhubungan
dengan :
a. Unit Laundri
b. Instalasi farmasi
c. Sanitasi
d. Instalasi Rawat Inap
e. Instalasi Rawat Jalan
f. IGD
g. OK

2. Tatalaksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari :


a. Perencanaan dan penerimaan barang
1) Linen
2) Instrumen
b. Pencucian
1) Linen
2) Instrumen
c. Pengemasan dan pemberian tanda
1) Linen
2) Instrumen
d. Proses sterilisasi
1) Linen
2) Instrumen
e. Penyimpanan dan distribusi
f. Pemantauan kualitas sterilisasi yang meliputi :
1) Pemantauan proses sterilisasi : indikator fisika, kimia dan biologi
2) Pemantauan hasil sterilisasi : sterilisasi dengan tes mikrobiologi
g. Pencatatan dan pelaporan.
3. Alur Kerja
Yaitu urut-urutan dalam memproses alat/bahan sehingga dapat digunakan unit
lain di RSAU dr. Dody Sardjoto dalam keadaan steril.
Alur kerja dibuat sedemikian rupa sehingga:
a. Pekerjaan dapat efektif dan efisien
b. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah
c. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak-balik.
d. Memudahkan dalam pemantauan.

USER

PENERIMAAN ALAT

TIDAK
SELEKSI
PENCATATA
N
PERENDAMAN

PENCUCIAN

PENGERINGAN

PENGEMASAN

LABELING

STERILISASI

TIDAK
KONTROL
INDIKANTOR

GUDANG ALAT

DISTRIBUSI
4. Tahapan – tahapan sterilisasi alat / bahan medik
a. Dekontaminasi
Proses fisika atau kimia untuk membersihkan benda yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman
untuk proses-proses selanjutnya.Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah
untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat
kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-
penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisma pada alat-alat kesehatan
tersebut.
1) Terletak,diluar lalu-lintas utama rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area
disebelahnya, dengan ijin masuk terbatas.
3) Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda
benda kotor langsung datang/masiik ke ruang dekontaminasi. Benda-benda
kotor tersebut kemudian dibersihkan dan/atau didisinfeksi sebelum
dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses sterilisasi.
4) Disediakan peralatan yang memadai dari segi disain, ukuran, dan tipenya
untuk pembersihan dan/atau disinfeksi alat-alat kesehatan.
Peralatan kesehatan yang pakai ulang dan sudah terkontaminasi, harus
ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi, sehingga
menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja, dan fasilitas lainnya,
dengan ketentuan :
1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buangan di tempat pemakaian
(point of use) oleh pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
benda-benda tersebut
2) Benda-benda tajam di pisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang
baik
3) Kain-kain pakai ulang dtempatkan di tempat kain kotor dan dikembalikan ke
laundri
4) Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke ruang
dekontaminasi
5) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup dan
tahan bocor, kantong tertutup, atau container untuk menghindari tumpahan
atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke ruang
dekontaminasi dengan kereta tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk
memudahkan poses, peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran
tidak mengering yang mana akan sukar dibersihakan
6) Semua cairan yang terkontamisasi dimasukan kedalam kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink sebelum
membawa peralatan yang kotor.
7) Peralatan / equipment yang sudah dipakai ditutup dan diabawa denag
kereta tertutup.
8) Alat-alat yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik dari alat-alat yang
bersih.
9) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistrubusikan
kembali.
10)Jika dipelukan, pekerja yang menangani, mengumpulkan dan membawa
alat-alat harus memakai pelindung untuk mencegah kontak dengan darah
dan cairan tubuh lainnya.

Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang di
tempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan rumah sakit
yang mengacu pada peraturan pemerintah.

Mencuci / Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didisenfeksi atau disterilkan.

Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use


Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai sesegera
mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan
mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
1) Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi
2) Dibersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan,
tumpahan, atau penguapan sampai dibawa ke ruang dekontminasi.
Menangani alat-alat yang terkontaminasi diruang dekontaminasi.
Untuk memulai pembersihan alat-alat harus :
1) Dibongkar (disassembled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka
semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih
2) Disortir berdasarkan metode pembersihan
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap, karena baik uap tidak dapat
meresap dan membunuh mikroorganisme. Jika alat-alat tidak dibersihkan
dengan baik terlebih dulu. Alat-alat ini tidak boleh diproses dalam load yang
sama seperti yang akan masuk ke terminal sterilisasi.

Bahan pencuci (cleaning agent)


Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu kotoran
organik tanpa merusak atal. Karenanya, bahan pencuci harus :
1) Sesuai dengan bahan, alat dan metoda mencuci yang dipilih :
a) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang
dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe
kotoran yang ada. Pada umumnya, protein lebih mudah dihilangkan
dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral Iebih mudah
dihilangkan dengan detergen asam, Pemilihan bahan pencuci dan
metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak,
kerusakan pada a!at atau alat pencuci bisa lerjadi.
b) Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam
mineral sedikit, gunakan sedikit detergen, dan gunakan lebih banyak
detergen jika kandungan garam mineral pada air Iebih banyak.
c) Pertimbangkan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk
mencuci alat-alat yang memiliki lumens atau sambungan.
2) Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan alat

Metode merendan dan membilas


Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hampir semua partikel yang lidak kelihatan, dan menyiapkan
permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses disinfeksi dan
sterilisasi, Mencuci dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau
kombinasi keduanya. Kerenanya, untuk memastikan kebersihan dan tidak
merusak alat serta keamanan pekerja, alat-alat harus :
1) Dibongkar (disassemble) jika dirakit Iebih dari satu komponen dan
semua sambungan harus dibuka uniuk memastikan seluruh permukaan
alat tercuci bersih.
2) Dimulai dengan merendam dalam air dingin (20 - 43°C) dan/atau dalam
produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat-zal protein lainnya
untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga
membantu menghilangkan protein.
3) Atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang
mengalir deras dalam suhu 20 - 43°C untuk melepaskan partikel-partikel
kotoran.

Mencici secara manual


Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu
dicuci secara manual setelah direndam. Pada proses ini, alat atau instrumen
harus :
1) Dicuci di dalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tenggelam/terendam.
2) Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.
3) Dicuci dengan alat anti-gores untuk mencegah kerusakan pada alat.
Alat-alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan
dengan sikat dengan diameter yang tepat. Ingat bahwa sikat ini harus
didisinfeksi atau disterilkan setiap hari.
4) Dibilas dengan air keran yang mengalir deras dengan suhu 50 - 65°C
untuk menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air
deionisasi atau air suling.
5) Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi,
didisinfeksi atau disterilkan.

Mencuci secara mekanis


Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan produktivitas, lebih bersih,
dan lebih aman bagi pekerja.
1) Alat-alat pembersih juga harus dicuci secara rutin.
2) Penggunaan detergen dan zat pembersih lainnya harus sesuai dengan
rekomendasi produsen
b. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk semua material yang
tersedia untuk fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus,
mengemas, dan menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi,
penyimpanan, dan pemakaian. Tujuan pengamasan adalah untuk berperan
terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan
tanggung jawab utama Unit Sterilisasi
Prinsip pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan :
1) Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan
dan isinya.
2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Bahan pengemasan
Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai.
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan proses
sterilisasi yang dipilih.
1) Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan
dan/atau hisapan pada proses sterilisasi
2) Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar.
3) Sterilan pada proses uap,atau panas-kering harus dapat menyerap dengan
baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
4) Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
5) Bila menggunakan Sterilisasi Uap. bahan kemasan harus memudahkan
proses pelepasan udara dan penyerapan uap yang baik pada kemasan dan
isinya. Pada beberapa sterilisasi uap, terjadi juga proses penghisapan.
Karenanya, bahan kemasan harus memudahkan pelepasan udara secara
total tanpa mengganggu bentuk kemasan dan segelnya. Bahan kemasan
juga harus mudah kering dan memudahkan pengeringan isinya.
6) Bila menggunakan Sterilisasi Panas-Kering. bahan kemasan dan isinya
harus tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan untuk siklus
panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak
7) Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat Menahan
Mikroorganisma dan Bakteri dan menjaga sterilitas dan melindungi isinya
yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi mikroba mulai dari saat
kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai kemasan dibuka untuk
dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu, juga dapat
menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
8) Bahan kemasan harus cukup kuat dan tahan lamauntuk menampung isinya
selama proses sterilisasi dan penangannya. Harus tahan sobekan dan
tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara.
Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan
tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama
lain jika ditumpuk, dan segel tidak boleh terlepas.
9) Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai
dengan ukuran dan bentuk alal yang akan dikemas, dan harus membungkus
alat rapat-rapat.
10)Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang
biasa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau
yang luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang
sudah dilaundry atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas dari detergen
bahan pernutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap
sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
11)Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus datar dapal disegel dengan indikalor tape atau diikat dengan
tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik & kertas, atau kertas
saja harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel harus
disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya
disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua
metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari
kesalahan.
12)Bahan kemasan harus mudah dibuka dan anian dengan resiko kontaminasi
yang minimum, misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan
alat secara aseptik ke .area yang steril. Kadang kala pembungkus datar
dipakai sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai harus rnempunyai
ukuran yang cukup besar untuk menutupi area operasi (drape), harus
fleksibel dan menggantung dengan baik dan tidak boleh menggulung
seliingga menyebabkan kontaminasi pada isinya.
13)Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung
pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut
Prosedur dan langkag pengemasan

Prosedur pengemasan harus mencakup :


1) Nama alat-alat yang akan dikemas
2) Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai
instruksi produsen dan spesifikasinya
3) Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai.
4) Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
5) Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
6) Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal,
sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
7) Metoda atau teknik mengemas.
8) Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
9) Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasa
10)Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan
identifikasi pekerja yang menyiapkan
11) Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
12)Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan
penanganan setelah proses sterilisasi
13)Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap
debu, uap, vermin, dsb.
14)Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi ke
tempat pemakaian
15)Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi,
misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan
kemasan steril, inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk membuka alat-
alat steril

c. Metode Sterilisasi
1) Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi
panas, dimana panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari alat yang
disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan
untuk alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara
mudah atau untuk peralalan terbuat dan kaca.
Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi
melalui mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.
Sterilisasi panas kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu
yang lebih tinggi dan terjadi pada oven konveksi panas kering.
Pada dasarnya ada dua jenis oven konveksi panas kering, yaitu
oven konveksi panas-kering dan oven konveksi mekanis. Pada oven
konveksi panas kering distribusi suhu tidak merata sementara pada oven
konveksi mekanis distribusi suhu lebih merata karena adanya bantuan
blower.
a) Siklus kerja dari mesin sterilisasi panas kering meliputi :
(1) Pemanasan – udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan
disirkulasikan pada chamber
(2) Periode plateau (sterilisasi) dimulai ketika sensor mendeteksi
tercapainya suhu proses sterilisasi pada chamber
(3) Pada saat seluruh chamber memiliki suhu yang sama maka
berakhirlah fase equilibrium dan damulai fase "holding time" atau
sterilisasi
(4) Pendinginan chamber, dilakukan dengan mengsirkulasikan udara
dindin dan terfiltrasi ke dalam chamber
b) Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :
(1) Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus
steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
(2) Tidak memiliki sifat korosif pada logam
(3) Melalui mekanisme konduksi dapat mencapai seluruh permukaan alat
yang tidak dapat dibongkar pasang
c) Disamping keuntungan, ada pula kelemahannya yaitu :
(1) Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak
merata
(2) Diperlukan waktu pemaparan panas yang lama untuk mencapai
kondisi steril
(3) Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet dan beberapa bahan
kain.
Instruction manual harus disediakan oleh suplier mesin secara
komprehensif. Bagian pemeliharaan harus memberikan semua informasi
yang diperlukan bagi semua prosedur yang direkomendasikan pada saat
pengujian instalasi maupun pemeliharaan rutin dengan menyatakan
frekuensi kegiatannya. Instruction manual harus tersedia di Unit Sterilisasi
Alasan : Karena masalah pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi
mungkin dapat dilakukan oleh orang selain dari suplier informasi yang
mendalami tentang mesin sterilisasi.
d) Ketentuan mesin sterilisasi panas-kering.
Beberapa hal berkaitan dengan mesin sterilisasi panas kering yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
(1) Mesin sterilisasi panas kering tidak boleh digunakan sebagai mesin
pengering.
(2) Kontrol proses secara otomatis sangat diharapkan.
(3) Titik pemasukan termokopel harus tersedia.
(4) Harus tersedia termometer untuk mengindikasikan suhu yang sudah
dicapai disertai pencatat suhu.
(5) Harus tersedia mekanisme pemutus suhu berlebih (overheat cut-off)
pada semua mesin sterilisasi panas kering.
(6) Beberapa feature mesin yang cukup penting meliputi:
(a) Timer proses yang dapat diatur (0-6 jam)
(b) Termostat pengontrol suhu, dapat diatur antar 140°C - 180°C
(c) Indikalor apabila lerjacli kcgagalan proses.
Memasukkan Barang pada Mesin Sterlisasi Panas-Kering. Sebelum
memasukkan barang ke dalam chamber, chamber harus di panaskan
terlebih dahulu sampai kurang lebih 160°C. Antara satu barang dengan
barang lainnya harus tersedia ruangan untuk mempermudah sirkulasi udara
sehingga kontak termal dapat berlangsung dengan baik dan setiap item
barang tidak menyentuh dinding chamber mesin.

2) Sterilisasi Uap
Salah satu upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi
yang paling efisien dan paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap
dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara ireversibel. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril
maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik,
pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan ) perlu
diperhalikan. Jadi kesempurnaan proses sterilisasi uap terganlung pada
proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum slerilisasi melalui
pembersihan yang baik dan mencegah lerjadinya rekontaminasi sebelum
digunakan

Mesin Sterillsasi Uap


Pada dasarnya ada dua jenis mesin sterilisasi uap :
a) Mesin sterilisasi uap tipe gravitasi, dimana udara dikeluarkan dari
chamber berdasarkan gravitasi.
b) Mesin sterilisasi tipe prevakum, dimana udara dikeluarkan dari chamber
oleh suatu pompa vakum. Pada proses sterilisasi mengunakan system
prevakum biasanya waktu sterilisasi dapat berlangsung lebih cepat
karena efikasi dan kecepatan pengeluaran udara berlangsung lebih baik.

Kualitas Uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah kemampuan penetrasinya
akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
97% (pada skala 0 - 100%, 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi
sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak rnengandung air).

Tekanan Supply Uap


Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.

Memasukkan Barang pada Mesin.

Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan


keberhasilan proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan
steam untuk berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah
tebentuknya kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk
memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya
memanfaatkan 75 % dari kapasitas chamber.
Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi
sampai semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah
mengalami proses pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas
atau blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang yang sedang
mengalami pendinginan harus ditempatkan pada daerah yang tidak terlalu
ramai dengan berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk mencegah masuknya
lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-
barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara
sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh
diletakkan pada permukaan Iogam karena akan terjadi proses kondensasi
pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus
disimpan dalam rak kawat sampai dingin.

Sterilisasi Suhu Rendah Uap- Formaldehid


Sifat bakterisidal gas formaldehid telah dikenal sejak lama, gas ini
bekerja membunuh mikroorganisme melalui mekanisme alkilasi . Formal
dehid telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, rnaupun
instrumeninstrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak
dapat digunakan untuk Sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan
lumen kecil, karena daya penetrasinya yang lemah serta aktivitas
sporisidalnya yang sangat namun demikian apabila dikombinasikan dengan
steam dibawah tekanan atmosfir, daya penetrasinya meningkat sehingga
sterilisasi dapat dicapai dengan lebih cepat.
Gas formaldehid dan cairan formalin mempunyai bau yang tajam dan
dapat mengiritasi mata, saluran pernafasan dan kulit. Juga dilaporkan
bersifat mutagenik walaupun bukti-bukti masih sedikit pada manusia. Oleh
karenanya formalin harus ditangani dengan hati-hati dan sarung tangan
harus dipakai untuk melindungi pemaparan terhadap kulit. Formaldehid
dapat terdeteksi pada konsentrasi 0.5 ppm sehingga pemaparan pada
konsentrasi lebih tinggi yang membahayakan dapat dihindari. Apabila
pemaparan terjadi bilas dengan air mengalir. Tingkat konsentrasi
formaldehid di udara tidak boleh melebihi 2 ppm dalam selang waktu 10
menit. Untuk pemaparan jangka panjang batasannya adalah 2 ppm selama
8 jam.
Siklus Kerja Mesin Sterilisasi Uap-Formaldehid
Siklus kerja khas dari mesin sterilisasi tipe ini dapat dibagi menjadi beberapa
tahap meliputi :
a) Pemanasan : jalankan mesin dengan siklus terpendek satu kali sebelum
melakukan siklus yang diinginkan untuk mencegah terjadinya kondensasi
berlebihan.
b) Loading/Memulai : mesin diisi peralatan yang akan disterilkan lalu siklus
dimulai.
c) Pre-vakum : pre-vakum dilakukan dibawah 50 rnbar. Proses ini akan
menghilangkan udara dari chamber dan isi chamber.
d) Pemberian uap awal : Dilakukan untuk pemanasan awal mesin
sementara pompa vakum terus berjalan
e) Pulsing : tahap ini dibagi menjadi empat yaitu :
(1) Pemberian steam secara kontinyu sampai suhu 73C dicapni dalam
chamber .
(2) Pompa vakum dijalankan dibawah 50 mbar.
(3) Pemaparan formaldehid sehingga diperoleh konsentrasi 15 mg/m3
(4) Fase kesetimbangan gas
f) Pemberian uap akhir : pemberian steam dan penarikan vakum dapat
dilakukan secara berulang untuk menghilangkan formaldehid.
g) Untuk menghilangkan sisa-sisa akhir dari formaldehid udara
dihembuskan ke dalam chamber diikuti dengan periode proses vakum.
Proses ini dapat dilakukan secara berulang-ulang.

d. Pengujian Alat Sterilisasi


Sebelum mesin sterllisasi dapat digunakan secara rutin rnaka haras
dilakukan pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-
masing autoclave atau sesuai dengan mesin sterilisasi yang digunakan
Alasan : kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada disain
mesinnya saja tapi juga tergantung pada elemen pendukung lainnya seperti
generator uap dan distribusi uap, sistem kelistrikan dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya.
5. Monitoring dan evaluasi proses sterilisasi

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk/bahan/alat


medic yang steril, namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang-barang yang
steril. Sterilan harus ada jaminan bahwa barang-barang yang telah disterilkan harus
benar benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang
ketat. Kontrol prose sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bahwa peralatan
rnedis yang kita sediakan adalah benar-benar steril. Caranya adalah dengan
melakukan kultur atau uji sterilitas dari setiap produk yang disterilkan. Sayangnya cara
ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk dilakukan di rumah sakit. Oleh
karenanya, sebagai jalan keluar kita perlu melakukan apa yang disebut sebagai
monitoring proses sterilisasi, yaitu memonitor proses sterilisasi yang kita lakukan untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik.
BAB V
DOKUMENTASI

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau 2 (dua)
kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah
koordinasi Tim PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai
pelaksanaan evaluasi kegiatan ditujukan kepada Tim PPI RSAU dr. Dody Sardjoto,
menyangkut jadwal pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/belum/tidak
dapat dilaksanakan agar dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.

Ditetapkan di Maros
Pada tanggal 10 Januari 2022
Kepala RSAU dr. Dody Sardjoto,

dr. Imam Muslim, Sp.JP


Kolonel Kes NRP 517544

Anda mungkin juga menyukai