Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Dampak Perkembangan Teknologi


( Landasan Ideal dan Konstitusional Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif

Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas Aktif )

Kelompok 3 :
1.Nabila Safa Azzahra

2. Saskia Dara Monita

3. Najwa Lindi Habsari

4. Kipri Rivaldi

5. Opik Septa Andika


1.1 Dampak Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi adalah segala sesuatu hal yang mendukung dan menopang aktivitas
manusia namun seperti yang kita ketahui, hal ini mempunyai sisi negative dan positif nya
tersendiri hal ini disebabkan oleh cara pandang maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dampak poaitif teknologi terhadap masyarakat pengguna aktif adalah media komunikasi
yang lebih mudah serta situs situs social yang dapat dijangkau, mereka juga dapat
menyampaikan dan mendapatkan informasi secara lebih cepat dan lebih mudah namun tentunya
teknologi mempunyai sisi negative seperti membuat orang malas untuk berkomunikasi secara
langsung. Orang lebih memilih untuk berkomunikasi melalui media social ataupun media maya
yang membuat beberapa orang menjadi kurang peka akan kejadian social yang terjadi di
sekitarnya, ataupun kurang peka saat sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

Salah satu ahli komunikasi massa yakni Harold. D Laswell dan Charles Wright pernah
menyatakan fungsi asli dari social media massa. Fungsi sebenarnya adalah sebagai salah satu
bentuk upaya penyebaran informasi dan interprestasi seobjektif mungkin mengenai peristiwa
yang terjadi (Social Surveillance). Kedua, sebagai upaya penyebaran informasi yang dapat
menghubungkan suatu kelompok social dengan kelompok social lainnya (Social Correlation).
Berikutnya sebagai upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari suatu generasi ke generasi selanjutnya
ataupun berikutnya (Socialization). Terakhir sebagai penghibur khalayak ramai (Entertaiment).

Tingginya jumlah fenomena pengguna social media di Indonesia, menjadi hal yang sangat
dikhawatirkan karena takut perkembangan teknologi itu membawa dampak buruk terhadap
kehidupan social di Indonesia. Perubahan karena perkembangan teknologi yang terjadi secara
tidak sadar maupun sadar telah merubah beberapa pola hidup masyarakat khusunya Indonesia.

Teknologi komunikasi akan selalu berkembang dari tahun ke tahun, perkembangan ini
dikarenakan adanya pengaruh globalisasi dan dampak dari negara maju yang semakin peka
terhadap teknologi komunikasi. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat
menciptakan alat-alat serta perlengkapan yang canggih untuk berbagai kegiatan, sehingga
manusia dapat melakukan kegiatan dengan efektif dan efisien.

Namun tentunya individu itu sendiri harus memiliki kesadaran diri yang tinggi dalam membagi
waktu antara social media ataupun dunia maya dengan kehidupan nyata sehari-hari, oleh karena
itu kita masyarakat Indonesia harus benar-benar cerdas untuk memilih sisi positif dan negatifnya
agar perkembangan teknologi yang ada bisa kita sikapi dengan bijak dan selayaknya dilakukan,
dijalankan dengan benar daan seimbang.
Perkembangan teknologi tentu membawa perubahan yang begitu baik dan pesat dalam
kehidupan manusia. Perkembangan itu baik adanya jika sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan berbudaya.
Teknologi sendiri dapat muncul dari ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dari zaman ke
zaman. Namun, pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembentukan budaya sangat
banyak memiliki dampak positif maupun negatif itu sendiri.

Adanya teknologi baru dapat menciptakan kebudayaan yang baru pada masyarakat serta
teknologi sebagai pertanda kemajuan kebudayaan. Semakin berkembangnya teknologi, di mana
informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat kita, berarti ikut serta mempengaruhi
tergesernya nilai-nilai budaya Indonesia saat ini. Banyak masyarakat Indonesia, terutama
generasi muda kebanyakan lebih suka terhadap budaya asing daripada kebudayaan Indonesia
sendiri. Hal ini membuat kita untuk lebih waspada dalam menerima budaya luar/asing.

Kemajuan teknologi televisi, telepon dan handpone seluler bukan hanya melanda masyarakat
kota namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok desa. Akibatnya segala
informasi baik yang bersifat positif maupun negatif dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat. Serta secara perlahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat
khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang telah menjadi ciri khas mereka.

Kaum remaja adalah kaum yang paling rentan dalam pengaruh globalisasi yang satu ini baim
dampak positif maupun negatif itu sendiri, jika dulu para siswa bersekolah dengan hanya
membawa buku-buku pelajaran ataupun alat tulis. Kini para siswa berangkat sekolah dengan
peralatan gadget sebagai alat komunikasi maupun sebagai media pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang berlaku pada saat ini. Namun penggunaan itu sendiri entah mereka gunakan
dengan sebaik mungkin atau bahkan sebagai sarana gaul yang mutlak untuk mereka miliki.

Dari perkembangan teknologi saat ini sesungguhnya sangatlah berpengaruh terhadap


kebudayaan di Indonesia bahkan lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan, jika kesadaran
manusia terhadap kebudayaan Indonesia sudah tidak ada maka lama kelamaan semakin
canggihnya kemajuan teknologi mengakibatkan semakin punahnya kebudayaan di Indonesia.
Karena itu alangkah baiknya kita tidak terlalu kecanduan terhadap teknologi yang semakin
canggih, dan gunakanlah teknologi tersebut dengan kebutuhannnya saja dan kesadaran akan
budaya yang ada sangatlah diperlukan agar kebudayaan di Indonesia bisa tetap dilestarikan dan
tidak hilang begitu saja tergerus dengan jaman yang semakin maju dan berkembang.

Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal yang
tidak akan dapat kita hindari. Tetapi, kita dapat melakukan berbagai jenis tindakan yang
bijaksana terhadap diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas afar kemajuan teknologi
tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki norma dan nilai yang luhur.
1.2 Landasan Ideal Konstitusional Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
Politik luar negeri suatu negara lahir ketika negara itu sudah dinyatakan sebagai suatu negara
yang berdaulat. Setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur
hubungannya dengan dunia internasional, baik berupa negara maupun komunitas internasional
lainnya. Landasan ideal dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah Pancasila yang
merupakan dasar negara Indonesia, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dijadikan
sebagai pedoman dan pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia. Hal ini karena
pancasila sebagai falsafah negara yang mengikat seluruh bangsa Indonesia, sehingga golongan
atau partai politik manapun yang berkuasa di Indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik
negara yang menyimpang dari isi pancasila itu sendiri.

Tujuan politik luar negeri bebas aktif adalah untuk mengabdi kepada tujuan nasional bangsa
Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kemudian agar prinsip
bebas aktif dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia, maka setiap periode
pemerintahan menetapkan landasan operasional politik yang senantiasa berubah sesuai dengan
kepentingan nasional yang sedang berlaku dan dijalankan.

Pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 landasan operasional politik luar negeri Indonesia
adalah berdasarkan UUD 1945 yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama, pasal
11 dan pasal 13 ayat 1 dan 2 UUD 1945, Amanat presiden yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959 atau dikenal sebagai “Manifesto Politik Republik
Indonesia” pada saat itu.

Amanat Presiden itu sendiri kemudian dijadikan sebagai garis besar Haluan Negara. Berkaitan
dengan kebijakan politik luar negeri, Manifesto tersebut memuat tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek. Pedoman pelaksanaan Manifesto Politik/ Manipol terkenal dengan nama
“Djalanja Revolusi Kita”, yang menetapkan penegasan mengenai cara-cara pelaksanaan politik.
Politik bebas tidak sekedar cuci tangan, tidak sekedar defensif, tapi aktif dan berpendirian.

Manipol, Djarek merupakan embrio kelahiran serta doktrin baru, yaitu dunia yang tidak terbagi
dalam blok timur, blok barat dan blok asia afrika. Akan tetapi dunia terbagi menjadi dua blok
yang saling bertentangan yaitu NewEmerging Forces/Nefos and Old Established Forces/OldefoS.

Nefos merupakan kekuatan-kekuatan baru yang sedang bangkit, sementara Oldefos merupakan
kekuatan-kekuatan lama yang sudah mapan. Doktrin Nefos dan Oldefos menjadi dasar politik
luar negeri anti imperialis dan kolonialis yang lebih militant. Soekarno mewujudkan gagasan
Nefos dan Oldefos itu dengan strategi diplomasi yang agresif dan konfrotantif dengan negara-
negara barat.
Pada masa Orde Baru, landasa politik luar negeri Indonesia adalah salah satunya Ketetapan
MPRS No. XII/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966 sebagai berikut;

1). Bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk manifestasinya dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan.

2). Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanatt penderitaan rakyat.

Selanjutnya landasan operasional kebijakan politik luar negeri RI dipertegas lagi dalam
ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang garis-garis besar Haluan Negara pada 22 Maret 1973;

1). Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikannya kepada
kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi;

2). Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan
Pasifik Barat Daya, sehingga memungkinkan negara-negara di wilayah ini mampu mengurus
masa depannya sendiri melalui pembangunan ketahanan nasional masing-masing, serta
memperkuat wadah kerja sama antara negara anggota perhimpunan bangsa Asia Tenggara.

Pasca-Orde Baru dikenal dengan periode Reformasi yang dimulai dari masa pemerintahan B.J
Habibie sampai pemerintahan Susilo Bambang Yudhyono secara substansif dapat dilihat melalui
ketetapan MPR yang berlaku namun, diantaranya ada ketidakseimbangan dalam kehidupan
social, politik, dan ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu, GBHN juga
menekankan perlunya upaya reformasi di berbagai bidang, khususnya memberatas segala bentuk
penyelewengan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme serta kejahatan ekonomi dan
penyalahgunaan kekuasaan yang menjadi sasaran dalam pelaksaan politik yaitu;

1). Menegaskan pelaksanaan politik bebas dan aktif menuju pencapaian tujuan nasional;

2). Ikut serta di dalam perjanjian internasional peningkatan kerja sama untuk kepentingan rakyat

3). Memperbaiki performa, penampilan diplomat Indonesia dalam rangka suksesnya pelaksanaan
diplomasi pro-aktif di semua bidang;

4). Meningkatkan kualitas diplomasi dalam rangka mencapai pemulihan ekonomi yang cepat
melalui intensifikasi kerja sama regional dan internasional;

5). Mengitensifkan kesiapan Indonesia memasuki era perdagangan bebas;

6). Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga

7). Mengitensifkan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam kerangka ASEAN dengan
tujuan memeliara stabilitas dan kemakmuran di wilayah Asia Tenggara.
1.3 Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sudah memiliki landasan
operasional yang jelas, yaitu hanya mengosentrasikan diri pada tiga sasaran utama yaitu;

1). Memperoleh pengakuan internasional terhadap kemerdekaan RI,

2). Mempertahankan kemerdekaan RI dari segala usaha Belanda untuk kembali ke Indonesia

3). Mengusahankan serangkaian diplomasi untuk penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda


melalui negosiasi dan akomodasi kepentingan, dengan menggunakan bantuan negara ketiga
dalam bentuk good offices ataupun mediasi dan juga menggunakan jalur PBB.

Dalam Perang Dingin yang sedang berkecamuk antara Blok Amerika (Barat) dengan Blok
Uni Soviet (Timur) pada masa awal berdirinya negara Indonesia, Indonesia memilih sikap tidak
memihak kepada salah satu blok yang ada. Hal ini untuk pertama kali diuraikan Syahrir, yang
pada waktu itu menjabat sebagai Perdana Menteri di dalam pidatonya pada Inter Asian Relations
Conference di New Delhi pada tanggal 23 Maret–2 April 1947. Dalam pidatonya tersebut,
Syahrir mengajak bangsa-bangsa Asia untuk bersatu atas dasar kepentingan bersama demi
tercapainya perdamaian dunia, yang hanya bisa dicapai dengan cara hidup berdampingan secara
damai antarbangsa serta menguatkan ikatan antara bangsa ataupun ras yang ada di dunia. Dengan
demikian di dalam Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memecah belah
persatuan, sikap tidak memihak adalah sikap yang paling tepat untuk menciptakan perdamaian
dunia atau paling tidak meredakan Perang Dingin tersebut.

Secara resmi politik luar negeri Indonesia baru mendapatkan bentuknya pada saat Wakil
Presiden Mohammad Hatta memberikan keterangannya kepada BP KNIP (Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat) mengenai kedudukan politik Indonesia pada bulan September
1948, pada saat itu Hatta mengatakan bahwa:

“………tetapi mestikah kita bangsa Indonesia yang memperjuangkan

kemerdekaan bangsa dan negara kita, harus memilih antara pro-Rusia

atau pro-Amerika. Apakah tidak ada pendirian yang lain yang harus kita

ambil dalam mengejar cita-cita kita? Pemerintahan berpendapat bahwa

pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan
politik Internasional, melainkan kita harus menjadi subyek yang berhak menentukan sikap kita
sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya.”
( Sumber: Sejarah Diplomasi RI dari Masa ke Masa, Deplu, 2004)”
Dari pernyataan Mohammad Hatta tersebut jelas terlihat bahwa Indonesia berkeinginan untuk
tidak memihak salah satu blok yang ada pada saat itu. Bahkan bercita-cita untuk menciptakan
perdamaian dunia yang abadi atau minimal meredakan Perang Dingin yang ada dengan cara
bersahabat dengan semua negara baik di Blok Barat maupun di Blok Timur, karena hanya
dengan cara demikian cita-cita perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dapat
dicapai. Tetapi walaupun Indonesia memilih untuk tidak memihak kepada salah satu blok yang
ada, hal itu tidak berarti Indonesia berniat untuk menciptakan blok baru. Karena itu menurut
Hatta, Indonesia juga tidak bersedia mengadakan atau ikut campur dengan suatu blok ketigayang
dimaksud untuk mengimbangi kedua blok raksasa itu.

Sikap yang demikian inilah yang kemudian menjadi dasar politik luar negeri Indonesia yang
biasa disebut dengan istilah Bebas Aktif, yang artinya dalam menjalankan politik luar negerinya
Indonesia tidak hanya tidak memihak tetapi juga “aktif“ dalam usaha memelihara perdamaian
dan meredakan pertentangan yang ada di antara dua blok tersebut dengan cara “bebas“
mengadakan persahabatan dengan semua negara atas dasar saling menghargai. Sejak Mohammad
Hatta menyampaikan pidatonya berjudul ”Mendayung Antara Dua Karang” di depan Sidang BP
KNIP pada bulan September 1948, Indonesia menganut politik luar negeri bebas-aktif yang
dipahami sebagai sikap dasar Indonesia yang menolak masuk dalam salah satu Blok
negaranegara superpower, menentang pembangunan pangkalan militer asing di dalam negeri,
serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan negara-negara besar. Namun, Indonesia tetap
berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya meredakan ketegangan di dunia internasional
(Pembukaan UUD 1945).

Politik luar negeri RI yang bebas dan aktif itu dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan
tindakan-tindakan yang diambil atau sengaja tidak diambil oleh Pemerintah dalam hubungannya
dengan negara-negara asing atau organisasi-organisasi internasional dan regional yang diarahkan
untuk tercapainya tujuan nasional bangsa. Politik luar negeri bebas aktif inilah yang kemudian
menjadi prinsip dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan
selanjutnya. Tentunya pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif ini juga disesuaikan dengan
kepentingan dalam negeri serta konstelasi politik internasional pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai